SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Amenorea secara harafiah didefinisikan sebagai “the absence of mens” atau
tidak adanya haid/menstruasi.1 Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya
mendapat haid (menarche) bervariasi, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya
12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor
keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Bagi kebanyakan perempuan yang
mengalami pubertas, menstruasi adalah akhir dari serangkaian kejadian yang merujuk
pada kematangan seksual. Pematangan hipotalamus selama beberapa tahun sejak
akhir masa kanak-kanak memulai terjadinya peristiwa dengan hasil akhir yaitu
pembentukan siklus menstruasi yang normal dan peristiwa menstruasi. Amenorea
terjadi bila terjadi kegagalan fungsi dalam salah satu organ yang terlibat dalam proses
ini. 2
Amenorea dibagi 2 macam, yaitu amenorea primer dan amenorea sekunder.
amenorea primer memiliki angka kejadian kira-kira 2,5% dari populasi, secara klinik.
Dahulu, evaluasi biasanya dilakukan pada usia 16 tahun jika pertumbuhan dan
perkembangan seksual sekunder terjadi ,atau pada usia 13 tahun bila tidak ada
pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Namun, sejalan dengan tren kepada
menarche dini selama beberapa dekade belakangan ini, evaluasi dapat dimulai sejak
usia 15 tahun, yaitu usia dimana 97% perempuan harusnya telah mengalami
menarche. Tentu saja, keputusan untuk mengevaluasi harus dilakukan dengan penuh
pemahaman atas presentasi klinis pasien. Sebagai contoh, evaluasi tidak boleh
ditunda bila terdapat gejala neurologis (lesi hipotalamus-hipofisis) atau terdapat nyeri
panggul (outflow obstruction). Sedangkan amenorea sekunder memiliki angka
kejadian sangat bervariasi, dari 3% pada populasi umum hingga 100% dalam kondisi
stres fisik atau emosional yang ekstrim. 1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Amenorea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan
dan menyusui, dan setelah menopause. Amenorea Dibagi 2 macam,yaitu amenorea
primer dan sekunder.1
Amenorea primer secara klinis didefinisikan sebagai tidak adanya menstruasi
pada usia 13 tahun tanpa disertai pertumbuhan normal atau perkembangan seksual
sekunder, atau tidak adanya menstruasi pada usia 15 tahun yang disertai pertumbuhan
yang normal dan perkembangan seksual sekunder. 1
Amenorea sekunder secara klinis didefinisikan sebagai tidak adanya
menstruasi selama interval lebih dari 3 siklus, atau 6 bulan berturut-turut pada wanita
yang telah mengalami menstruasi sebelumnya. 1
Walaupun secara klasik terdapat pembagian amenorea primer maupun
sekunder, perbedaan ini seringkali menghasilkan kesalahan diagnostik, sehingga
pembagian ini harus dihindari.3
II.2 Etiologi dan Patofisiologi
Kehamilan adalah penyebab utama terbanyak pada amenorea, dan harus
dipikirkan apabila kita mengevaluasi pasien dengan amenorea.1 Amenorea sendiri
adalah hal yang normal kita temui pada perempuan sebelum pubertas, pada saat
kehamilan, laktasi, dan setelah menopause.3
Penyebab-penyebab dari amenorea primer dan sekunder dan frekuensinya
dapat dilihat pada kedua tabel dibawah ini :
3
Tabel 1. Amenorea Primer : Etiologi dan Frekuensi 3
Presentation Frequency (%)
Hypergonadotropic hypogonadism 43
45,X and variants 27
46,XX 14
46,XY 2
Eugonadism 30
Müllerian agenesis 15
Vaginal septum 3
Imperforate hymen 1
AIS 1
PCOS 7
CAH 1
Cushing and thyroid disease 2
Low FSH without breast development 27
Constitutional delay 14
GnRH deficiency 5
Other CNS disease 1
Pituitary disease 5
Eating disorders, stress 2
AIS = androgen insensitivity syndrome; CAH = congenital adrenal hyperplasia; CNS =
central nervous system; FSH = follicle-stimulating hormone; GnRH = gonadotropin-releasing
hormone; PCOS = polycystic ovarian syndrome. (Adapted from Reindollar, 1981, with
permission.)
4
Tabel 2. Amenorea Sekunder : Etiologi dan Frekuensi 3
Etiology Frequency (%)
Low or normal FSH level: various 67.5
Eating disorders, stress 15.5
Nonspecific hypothalamic 18
Chronic anovulation (PCOS) 28
Hypothyroidism 1.5
Cushing syndrome 1
Pituitary tumor/empty sella 2
Sheehan syndrome 1.5
High FSH level: gonadal failure 10.5
46,XX 10
Abnormal karyotype 0.5
High prolactin level 13
Anatomic 7
Asherman syndrome 7
Hyperandrogenic states 2
Late-onset CAH 0.5
Ovarian tumor 1
Undiagnosed 0.5
CAH = congenital adrenal hyperplasia; FSH = follicle-stimulating hormone; PCOS =
polycystic ovarian syndrome. (Adapted from Reindollar, 1986, with permission.)
5
Evaluasi penyebab amenorea dilakukan berdasarkan pembagian 4
kompartemen yaitu:
1. Kompartemen I : gangguan uterus dan patensi (outflow tact)
2. Kompartemen II : gangguan pada ovarium
3. Kompartemen III : gangguan pada hipofisis
4. Kompartemen IV : gangguan pada hipotalamus/susunan saraf pusat.5
Jenis Gangguan Penyebab Amenorea
1. Gangguan pada Kompartemen I
 Sindroma Asherman
Terjadi kerusakan endometrium akibat tindakan kuret berlebihan terlalu dalam
sehingga terjadi perlengketan intrauteri. Perlengketan akan menyebabkan obliterasi
lengkap atau partial pada rongga uterus, ostium uteri interna, dan kanalis servikalis.
Hematometra tidak terjadi karena endomterium menjadi tidak sensitif terhadap
stimulus.
 Endometritis tuberculosa
Umumnya timbul sekunder pada penderita dengan salpingitis tuberkulosa.
Keadaan ini ditemukan setelah dilakukan biopsi endometrium dan ditemukan tuberkel
dalam sediaan.
 Agenesis ductus mulleri
Sindroma Meyer-Rokitansky-Kuster-Hause relative cukup sering ditemukan
sebagai penyebab primer amenorea. Insiden diperkirakan 1:5000 kelahiran hidup bayi
perempuan. Tanda klinis berupa tidak ada atau hipoplasia vagina, biasanya juga tidak
ditemukan adanya uterus dan tuba falopii. Penyebab pasti belum diketahui tetapi
diduga terdapat mutasi pada gen penyandi AMH atau reseptor AMH dan juga
galactose-I-phosphate uridyl transferase.
 Sindroma Intensitivitas androgen
Dulu disebut sindroma feminisasi testikuler yang merupakan suatu
hipoganadisme dengan amenorea primer. Sindroma ini adalah bentuk hemafroditisme
laki laki dengan fenotip perempuan (male pseudohermaphordite). Merupakan
penyakit genetic X linked recessive yang bertanggung jawab pada reseptor androgen
6
intraseluler dengan gonad laki laki yang gagal melakukan virilisasi. Karena reseptor
androgen tidak sensitive menyebabkan hormone testosterone tidak bisa di aktifkan
menjadi dihidrotestosteron sehingga rambut pubis dan aksila tidak tumbuh. Vagina
tidak terbentuk atau hanya pendek dan berakhir pada kantong buntu.
 Kelainan anatomi pada saluran genital
 Adhesi intrauterine ( permukaan yang berlawanan dari rongga rahim tetap
bersatu )
 Selaput dara imperforata ( selaput dara di mana tidak ada pembukaan , membran
sepenuhnya menutup off vagina )
 Septum transversal vagina ( dinding pemisah atau membran dalam vagina )
 Aplasia ( tidak adanya suatu organ atau jaringan ) pada vagina , leher rahim , atau
rahim
2. Gangguan pada kompartemen II
 Sindroma Turner
Kelainan gonad/disgenesis gonad yang pada pemeriksaan kariotipe
menunjukkan satu kromosom X tidak ada atau abnormal (45X). Empat puluh persen
perempuan dengan sindroma turner menunjukan mosaic 45-XO/46-XX atau aberasi
struktur pada kromosom X atau Y. Angka kejadian 1 di antara 10.000 kelahiran bayi
perempuan. Gambaran klinis berupa fenotipe. Fenotipe adalah perempuan dengan
tubuh pendek (short stature), webbed neck, dada perisai (shield chest) dengan putting
susu jauh ke lateral. Payudara tidak berkembang, batas rambut belakang rendan
keluhan tidak pernah haid. Gonad tidak ada atau hanya berupa jaringan parut
mesenkim (streak gonad) tidak ada pertumbuhan folikel dan tidak ditemukan
produksi hormone seks steroid. Saluran muller berkembang hingga tampak adanya
uterus, tuba, vagina, tetapi bentuk lebih kecil karena tidak adanya pengaruh estrogen.
 Premature Ovarian Failure
Premature Ovarian failure (POF) adalah hilangnya fungsi ovarium sebelum
umur 40 tahun. Pada pemeriksaan labolatorium didapatkan peningkatan kadar FSH >
7
40 IU/L dan LH lebih 5 kali nilai normal yang disebabkan oleh hilangnya mekanisme
umpan balik hipotalamus akibat rendahnya produksi hormone estrogen ovarium.
 Sindroma Ovarium Resisten Gonadotropin
Suatu keadaan yang jarang di dapatkan dengan gambaran seorang perempuan
amenorea dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh normal, kerotipe normal,
dan kadar gonadotropin tinggi. Penyebab sindroma ini belum diketahui tapi di duga
adanya gangguan pembentukan reseptor gonadotropin di ovarium.
 Sindroma Sweyer
Disebut juga digenesis gonad XY, suatu keadaan yang jarang ditemukan. Tidak
didapatkan perkembangan seksual karena tidak didapatkanya hormone estrogen.
 Anovulasi ( kurangnya pelepasan telur )
 Hyperandrogenemia ( darah tinggi tingkat hormon laki-laki )
 Oophoritis autoimun ( sel indung telur dihancurkan oleh sistem pertahanan tubuh
sendiri )
 Galactosemia ( kelainan bawaan di mana galaktosa , jenis gula , terakumulasi
dalam darah )
3. Gangguan Kompartemen III
Tumor hipofisis merupakan kelainan yang sering di dapatkan pada
kompartemen III sebagai penyebab amenorea. Pertumbuhan tumor dapat menekan
kiasma optika sehingga memberikan keluhan gangguan lapang pandangan
penglihatan. Selain itu pertumbuhan tumor hipofisis dapat menyebabkan produksi
berlebih hormone pertumbuhan, ACTH.
 Adenoma Hipofisis Sekresi Prolaktin
Merupakan tumor hipofisis yang paling sering didapatkan. Keluhan utama
adalah amenorea dengan kadar prolaktin tinggi dan dapat pula disertai galaktorea. Hal
ini disebabkan oleh keadaan estrogen rendah pada amenorea akan mencegah respon
normal prolaktin.
8
 Empty Sella Syndrome
Merupakan kelainan congenital yang ditandai dengan tidak lengkapnya
diafragma sella sehingga terjadi ekstensi ruang subarachnoid ke dalam hipofisis.
Tanda klinis dijumpai adanya galaktorea dan peningkatan kadar prolaktin. Pada
pemeriksaan sella tursika aakan di dapatkan gambaran kelainan tersebut yang terjadi
4-16% pada amenorea galaktorea.
 Sindroma Sheehan
Terjadi infark akut dan nekrosis pada kelenjar hipofisis yang disebabkan oleh
pendarahan persalinan dan syok menyebabkan terjadi sindroma Sheehan. Defisiensi
hormone pertumbuhan dan gonadotropin paling sering terlihat, di ikuti dengan
ACTH.
4. Gangguan Pada Kompartemen IV
 Amenorea Hipotalamus
Defisiensi sekresi pulsatil GnRH akan menyebabkan gangguan pengeluaran
gonadotropin sehingga berakibat gangguan pematangan folikel dan ovulasi dan pada
giliranya akan terjadi amenorea hipotalamus.
 Penurunan Berat Badan Berlebihan
o Anoreksia Nervosa
Penyakit ini biasanya di jumpai pada perempuan muda dengan gangguan
emosional yang berat. Keadaan di mulai dengan diet untuk mengontrol berat
badan, selanjutnya di ikuti ketakutan tidak bisa disiplin menjaga berat badan.
o Bulimia
Merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan episode makan berlebihan
dan dilanjutkan dengan menginduksi muntah, puasa, atau penggunaan obat
pencahar dan diuretika. Anoreksia dan bulimia adalah gambaran disfungsi
mekanisme tubuh untuk megatur rasa lapar, haus, suhu dan keseimbangan
otonomik yang diregulasi oleh hipotalamus. Kadar FSH dan LH rendah
sedangkan kadar kortisol meningkat.
9
 Sindroma Kallmann
Suatu keadaan yang jarang ditemukan pada perempuan yang kelainan
kongenital hipogonadotropin hipogonadisme disebabkan oleh defisit sekresi GnRH.5

Craniopharyngioma ( tumor otak di dekat kelenjar pituitari )

Teratoma ( tumor terdiri dari campuran jaringan )

Sarkoidosis ( penyakit kronis yang penyebabnya tidak diketahui ditandai
dengan pembentukan nodul di berbagai bagian tubuh )
Serta ada beberapa hal yang menyebabkan amenorea karena gangguan fungsional
yaitu :
 Penyakit kronis ( misalnya , tuberkulosis )
 Depresi atau gangguan kejiwaan lainnya
 Penyalahgunaan narkoba
 Penggunaan obat psikotropika
 Stres yang berlebihan
 Olahraga yang berlebihan
 Mencegah kehamilan dengan kontrasepsi hormonal sistemik
II.3 Gejala Klinis
 Galaktorea (payudara menghasilkan susu pada wanita yang tidak hamil atau
menyusui),
 sakit kepala, atau dikurangi penglihatan tepi bisa menjadi tanda dari tumor
intrakranial.
 Peningkatan pertumbuhan rambut dalam pola laki-laki (hirsutisme) dapat
disebabkan oleh kelebihan androgen (hormon yang mendorong
perkembangan karakteristik seks laki-laki).
 Kekeringan vagina, hot flashes, berkeringat di malam hari, atau tidur tidak
teratur mungkin merupakan tanda insufisiensi ovarium atau kegagalan
ovarium prematur.
 Berat badan atau penurunan berat badan yang nyata mungkin ada
10
 Kecemasan yang berlebihan dapat hadir pada wanita dengan kelainan
kejiwaan terkait.4
II.4 Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosa amenorrhea, penting untuk menentukkan organ
mana yang mengalami ganguan kemudian baru dapat ditentukan secara tepat
penyebab dari amenorrhea ini.1 Diagnosa banding untuk amenorrhea cukup luas,
mulai dari karena kelainan genetik sampai gangguan endokrin, gangguan fisiologi,
lingkungan dan struktural. Untuk memfasilitasi penegakkan suatu diagnosa kerja
yang cepat dan akurat, maka penting untuk dilakukan anamnesa dan pemeriksaan
fisik yang detail. Semua pasien dengan amenorrhea yang tidak dilakukan histerektomi
sebaiknya dilakukan pemeriksaan kehamilan, kadar serum thyroid-stimulating
hormone (TSH) dan prolaktin1. Untuk menegakkan diagnosis pada kasus amenorrhea
primer dan sekunder, langkah yang terpenting dalam mendiagnosa adalah dengan
menyingkirkan kemungkinan bahwa pasien tersebut sedang hamil.
Dalam menegakkan diagnosa amenorrhea, hal pertama yang harus kita
pikirkan adalah adanya kehamilan. Setelah kehamilan disingkirkan, dengan
mengikuti alogaritma yang ada maka kita semakin dekat pada diagnosa yang
sebenarnya. Sering terjadi overlapping antara penyebab amenorrhea primer dan
sekunder. Untuk itu memastikan perkembangan seksual pasien merupakan kunci
utama untuk membedakan kedua hal ini4.
Anamnesa
Anamnesa yang lengkap meliputi riwayat perkembangan masa kanak – kanak
dan area perkembangan lainnya termasuk grafik tinggi badan dan berat badan
terhadap usia pada thelarche dan menarche. Memastikan usia saat menarche pada ibu
serta saudara perempuan pasien disarankan karena usia saat menarche di dalam
anggota keluarga dapat terjadi dalam usia yang hampir sama antar anggota keluarga
satu sama lain. Durasi dan lamanya menstruasi, berapa hari dalam 1 siklusnya, HPHT
(hari terakhir haid terakhir), ada tidaknya molimina (nyeri pada payudara dan
perubahan mood yang mendadak sebelum menstruasi) adalah informasi penting yang
11
harus ditanyakan ke pasien. Riwayat penyakit kronis, trauma, operasi sebelumnya,
dan pemakian obat – obatan juga penting. Riwayat melakukan hubungan seksual
sebaiknya ditanyakan dengan menjaga kerahasiaan pasien. Sebaiknya juga ditanyakan
tentang pemakaian obat – obatan, latian fisik, situasi rumah dan sekolah serta keadaan
psikososialnya. Gejala klinik yang sering dijumpai meliputi gejala vasomotor, hot
flashes, perubahan virilizing, galaktorea, sakit kepala, lesu, palpitasi, cemas,
kehilangan pendengaran, dan gangguan penglihatan. 1
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pmeriksaan tanda – tanda vital, termasuk
tinggi badan dan berat badan, serta rasio maturitas seksual. Yang ditemukan pada
pemeriksaan fisik antara lain4 :
 Keadaan Umum
o Anorexia: cachexia, bradikardi, hipotensi, hipotermia, yellow skin
(karotenemia), BMI < 18.
o Tumor Hipofisis : perubahan funduskopi, gangguan lapangan pandang, cranial
nerve signs.
o Sindroma polikistik ovarii : acne, acanthosis nigricans, hirsuitisme, BMI > 30
o Inflammatory Bowel Disease : fisura, skin tags, darah samar pada pemeriksaan
rektal (RT)
o Gonadal dysgenesis (misal: Sindroma Turner: webbed neck, pembesaran
carrying angle, tidak adanya pembesaran payudara dan postur yang pendek.
 Payudara
o Galaktorea : dengan mempalpasi payudara
o Delayed pubertas : belum berkembang dan rambut pubis jarang.
o Gonadal dysgenesis (misal: Sindroma Turner) : belum berkembang dengan
pertumbuhan rambut pubis yang normal.
 Rambut Pubis dan Genitalia Eksternal
o Hiperandrogenisme : distribusi rambut pubis, rambut di wajah yang berlebih
12
o Androgen Insensitivity syndrome : rambut pubis dan axilla tidak ada atau tipis
dengan payudara yang berkembang (gejala dan keparahan tergantung pada
defek reseptor androgen)
o Delayed pubertas : tanpa payudara yang berkembang
o Tumor adrenal atau ovarium : Klitoromegali, virilization
o Pelvic Fullness : kehamilan, massa di ovarium, kelainan genitalia
 Vagina
o Hymen imperforata : pembengkakan vagina eksternal
o Agenesis (Syndrome Rokitansky – Hauser) : pemendekan vagina dengan uterus
yang rudimenter atau tidak adanya uterus, rambut pubis normal
o Androgen insensitivity syndrome - pemendekan vagina tanpa uterus, rambut
pubis tidak ada
 Uterus : jika uterus membesar maka kehamilan harus disingkirkan
 Cervix :
o Menilai kanalis vaginalis, efek estrogen pada mukosa vagina, dan sekresi
mukus.
o Adanya mukus menunjukkan adanya produksi E2 oleh ovarium (tidak
diimbangi oleh produksi progesteron)
o Mukus jernih, mukus berlebih setelah hari ke 20 siklus menunjukkan adanya
anovulasi
o Mukus yang sedikit dan vagina yang kering dan pucat menunjukkan tidak
diproduksinya E2
Pemeriksaan Penunjang
a. Tes darah dapat dilakukan untuk menentukan tingkat hormon yang disekresi oleh
kelenjar hipofisis (FSH, LH, TSH, dan prolaktin) dan indung telur (estrogen).
b. Ultrasonografi panggul dapat dilakukan untuk menilai kelainan pada saluran
genital atau mencari ovarium polikistik.
c. CT scan atau MRI kepala dapat dilakukan untuk menyingkirkan hipofisis dan
penyebab amenore hipotalamus.
Jika tes di atas dapat disimpulkan, tes tambahan mungkin dilakukan termasuk:
13
1. Tes fungsi tiroid
2. Penentuan kadar prolaktin
3. Hysterosalpingogram (uji X-ray) atau saline infusion sonografi (SIS), yang
keduanya meneliti rahim
4. Histeroskopi (inspeksi visual dari rongga rahim)4
Diagnosis pada amenorrhea sekunder1
Pasien dengan hipotiroidisme memiliki kadar thyroid-releasing hormone
(TRH). TRH. TRH menstimulasi pelepasan dari prolaktin dan menyebabkan
terjadinya galacthorrhea – amenorrhea syndrome. TSH juga meningkat dan lebih
mudah diukur dan merupakan pemeriksaan screening untuk hipotiroidisme. Setelah
hipotiroidisme diterapi dengan baik, maka kadar prolaktin serum harus diukur
kembali setelah fungsi tiroid kembali normal. Jika kadar prolaktin tetap meningkat
atau lebih tinggi dari 50 – 200 ng/ml, pasien sebaiknya diteliti lebih jauh untuk dilihat
bagaimana keadaan hipofisis (sella turcica) atau dengan CT Scan atau MRI sella
turcica untuk mengesampingkan mikroadenoma atau makroadenoma hipofisis.
Anamnesa yang sangat teliti harus dipastikan apakah hiperprolaktinemia
disebabkan oleh pemakaian obat – obatan atau bukan. Sekresi prolaktin dihambat
oleh dopamin dan distimulasi oleh serotonin dan TRH. Obat – obatan yang memblok
sintesis atau pengikatan dopamin akan meningkatkan kadar prolaktin. Kadar prolaktin
14
akan meningkat dengan agonis serotonin dan menurun dengan antagonis serotonin.
Makroadenoma hipofisis sebaiknya disingkirkan jika kadar prolaktin lebih tinggi dari
50 – 100 ng/ml, bahkan jika pasien diberi obat – obatan yang meningkatkan kadar
prolaktin.
Langkah pertama untuk menegakkan diagnosa adalah dengan progestin
challenge, dimana secara tidak langsung menentukan apakah ovarium memproduksi
estrogen. Jika endometrium dipersiapkan oleh estrogen, progestin eksogen akan
menghasilkan menstruasi. Berikan antara medroxyprogesterone acetate 10 mg peroral
setiap harinya selama 5 hari atau berikan progesteron 100–200 mg intramuskular
sebagai single dose. Jika diikuti oleh perdarahan pervaginam maka ovarium
mensekresi estrogen. Akan tetapi jika tidak maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat estrogen atau pasien tersebut menderita Asherman's syndrome.
Dari sudut pandang praktis, jika pasien tidak mempunyai riwayat D&C
(Dilatation and Curettage), hampir tidak mungkin pasien tersebut menderita
Asherman’s syndrome. Asherman's syndrome dapat disingkirkan dengan memberikan
estrogen terkonjugasi sebanyak 2,5 mg peroral setiap harinya selama 25 hari,
ditambah medroxyprogesterone acetate sebanyak 10 mg peroral pada hari ke 16 – 25.
Pasien dengan Asherman’s Syndrome tidak mengalami perdarahan dengan regimen
pengobatan ini.
Asherman’s Syndrome juga dapat didiagnosis dengan melakukan tes serum
progesteron per minggu nya. Beberapa nilai pada ovulatory range ( > 3 ng/mL ) yang
tidak disertai dengan menstruasi merupakan indikasi untuk Asherman’s syndrome.
Hysterosalpingography, sonohysterography, dan hysteroscopy dapat juga digunakan
untuk mendiagnosa Asherman’s Syndrome.
Pada pasien yang tidak menderita Asherman’s Syndrome dan tidak berespon
baik dengan progestin challenge, disfungsi ovarium dapat berasal dari hipotalamus
atau dari ovarium sendiri. Perbedaannya berdasarkan pada kadar FSH. Primary
ovarian dysfunction mensekresi estradiol kadar rendah dengan kadar serum FSH yang
tinggi. FSH dengan kadar lebih tinggi dari 40 mIU/mL mengindikasikan suatu
primary ovarian failure.
15
II.5 Komplikasi
Komplikasi amenore dapat banyak, termasuk infertilitas dan keterlambatan
perkembangan psikososial dengan kurangnya perkembangan seksual fisik normal.
Pasien hipoestrogenik dapat berkembang menjadi osteoporosis parah dan patah
tulang, yang paling berbahaya bagi kehidupan menjadi fraktur leher femur.
Komplikasi yang terkait dengan amenore pada pasien yang merespon
progestin adalah hiperplasia endometrium dan karsinoma yang dihasilkan dari
stimulasi estrogen terlindung.8
II.6 Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung pada penyebab amenore. Setelah penyebabnya
ditentukan, pengobatan diarahkan untuk memperbaiki penyakit yang mendasari, yang
harus mengembalikan menstruasi. Dalam kasus kelainan anatomi dari saluran
kelamin, operasi dapat diindikasikan. Beberapa penyebab amenore dapat dikelola
dengan terapi medis (obat). Contohnya adalah sebagai berikut :
 Uji progestogen positif
Bagi wanita yang belum menginginkan anak, cukup diberikan P dari hari 16
sampai hari ke 25 siklus haid. Pengobatan berlangsung selama 3 siklus berturut-turut.
Setelah itu di lihat , apakah siklus haid menjadi normal kembali, atau tidak. Kalau
masih belum terjadi juga siklus haid normal, maka pengobatan dilanjutkan lagi,
sampai terjadi siklus haid yang normal lagi.8
Perlu diingat, bahwa akibat pengaruh E yang terus menerus dapat
menyebabkan hiperplasia endometrii, dan risiko terkena kanker endomtrium lebih
besar. Pemberian P pada wanita ini sekaligus mencegah kanker endometrium.
Masalah akan muncul, bila wanita tersebut telah mendapat siklus haid normal, namun
belum ingin punya anak. Untuk itu, perlu dianjurkan penggunaan kontrasepsi, seperti
IUD, atau yang paling sederhana adalah pemberian pil kontrasepsi kombinasi dosis
rendah.9
 Uji progestogen negatif
16
Wanita dengan uji P negatif, dilakukan uji estrogen dan progesteron (Uji E+P)
Diberikan estrogen selama 21 hari, dan dari ke 12 sampai hari ke 21 diberikan
progesteron 5 -10 mg/hari. Jenis estrogen seperti etinilestradiol (50 ug), estrogen
valerianat (2 mg), atau estrogen konyugasi (0,625 mg). Paling sederhana adalah
pemberian pil kontrasepsi kombinasi. Uji E+P dikatakan positif, bila 2 atau 3 hari
kemudian terjadi perdarahan (bervariasi), dan bila tidak terjadi perdarahan, uji E+P
dikatakan negatif, yang artinya ada gangguan di uterus (Asherman sindrom), atau
atresia genitalia distal.8
 Uji E+P positif
Uji E+P positif artinya wanita tersebut hipoestrogen. Terjadi gangguan
pembentukan E di folikel. Selanjutnya perlu dicari penyebabnya dengan analisa
hormonal. FSH dan LH rendah/normal,PRL normal. Biasanya dengan atau tanpa
tumor hipofisis, sehingga perlu pemeriksaan radiologik. Diagnosis adalah amenorea
hipogonadotrop, dengan atau tanpa tumorhipofisis. Penyebabnya adalah insufisiensi
hipotalamus hipofisis.8
Bila hasil analisa hormonal ditemukan FSH, atau LH yang tinggi, pRL
normal, maka penyebab amenoreanya adalah di ovarium (insufisiensi ovarium),
misalnya menopause prekok. Diagnosisnya adalah amenorea hipergonadotrop.
Selanjutnya perlu dilakukan biopsi ovarium per Laparoskopi. Bila hasil hormon FSH
dan LH sangat rendah, maka perlu dilakukan uji stimulasi dengan HMG (Uji HMG)
untuk memicu fungsi ovarium. Ovarium yang normal akan memproduksi E, yang
dapat diperiksa melalui urine atau darah (Uji HMG+).8
 Agonis Dopamin seperti bromocriptine (Parlodel) atau pergolide (Permax) , efektif
dalam mengobati hiperprolaktinemia. Pada sebagian besar wanita, pengobatan
dengan obat agonis dopamin mengembalikan fungsi endokrin ovarium normal dan
ovulasi.
 Metformin (Glucophage) adalah obat yang telah berhasil digunakan pada wanita
dengan sindrom ovarium polikistik untuk menginduksi ovulasi.
 Pada beberapa wanita, berat badan yang berlebihan bisa menjadi penyebab
amenore. Para wanita harus membatasi jumlah lemak dalam diet mereka, dan
17
mereka harus latihan cukup untuk mempertahankan berat badan ideal. Lebih dari 8
jam olahraga berat dalam seminggu dapat menyebabkan amenore. Program
olahraga yang sedang menstruasi dapat mengembalikan normal.
 Pada wanita dengan anoreksia nervosa atau penurunan berat badan yang
berlebihan, siklus haid yang normal sering dapat dikembalikan dengan menjalani
perawatan untuk memulihkan dan mempertahankan berat badan yang sehat.
 Jika amenore disebabkan oleh stres emosional, mencari cara untuk mengatasi stres
dan konflik dapat membantu.
 Mempertahankan gaya hidup sehat dengan menghindari konsumsi alkohol dan
merokok juga membantu.4
II.7 Prognosis
Prognosis untuk amenore baik. Hal ini secara klinis tidak selalu mengancam
jiwa, apabila dengan evaluasi yang tepat maka, tumor dapat dikenali dan diobati.
Banyak pasien dengan amenore hipotalamus dengan spontan siklus haid kembali
normal.
Hampir semua wanita amenore yang tidak memiliki kegagalan ovarium
prematur dapat dibuat untuk berovulasi dengan agonis dopamin, clomiphene citrate,
agen sensitisasi insulin, dan gonadotropin.8
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Pfeifer, (2009) NMS Obstetrics and Gynecology sixth edition
2. Jones L.(2001) Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi Edisi 6. Penerbit
Hipokrates. Jakarta.
3. Price,S.A.(2003) Pathophysiology Clinical Concepts Of Disease Processes.
Edition 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC
4. Nelcon(2014).AmenoreaEmedicinehealth
www.emedicinehealth.com/amenorea/page2_em.htm#amenorea_causes
5. Anwar, M.( 2011). Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. PT Bina Pustaka
Prawirohardjo. Jakarta
6. Clinical Key. Amenorea Obstetrics and Gynecology.
https://www.clinicalkey.com/topics/obstetrics-gynecology/amenorea.html
7. The McGraw-Hill Companies (2006). Current Diagnosis and Treatments in
Obstetric and Gynecology.
8. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.(2006). Amenorea. Jakarta.

More Related Content

What's hot

Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)fikri asyura
 
Kejang demam pada Anak
Kejang demam pada AnakKejang demam pada Anak
Kejang demam pada AnakKindal
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisSeascape Surveys
 
Obat tokolitik (1)
Obat tokolitik (1)Obat tokolitik (1)
Obat tokolitik (1)adefelia_91
 
Fimosis NRA (etika, faizatun,faulivian)
Fimosis NRA (etika, faizatun,faulivian)Fimosis NRA (etika, faizatun,faulivian)
Fimosis NRA (etika, faizatun,faulivian)Etika Soraya
 
Prolaps uteri 2012
Prolaps uteri 2012Prolaps uteri 2012
Prolaps uteri 2012fikri asyura
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikuspeternugraha
 
Laporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul HemiparesisLaporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul HemiparesisAulia Amani
 

What's hot (20)

Fetal distress dan asfiksia neonatorum
Fetal distress dan asfiksia neonatorumFetal distress dan asfiksia neonatorum
Fetal distress dan asfiksia neonatorum
 
Hemoroid
HemoroidHemoroid
Hemoroid
 
Muntah pada Anak
Muntah pada AnakMuntah pada Anak
Muntah pada Anak
 
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
 
Kejang demam pada Anak
Kejang demam pada AnakKejang demam pada Anak
Kejang demam pada Anak
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
 
Obat tokolitik (1)
Obat tokolitik (1)Obat tokolitik (1)
Obat tokolitik (1)
 
Fimosis NRA (etika, faizatun,faulivian)
Fimosis NRA (etika, faizatun,faulivian)Fimosis NRA (etika, faizatun,faulivian)
Fimosis NRA (etika, faizatun,faulivian)
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
Prolaps uteri 2012
Prolaps uteri 2012Prolaps uteri 2012
Prolaps uteri 2012
 
Tumor Jinak Ginekologi
Tumor Jinak GinekologiTumor Jinak Ginekologi
Tumor Jinak Ginekologi
 
Referat mioma uteri
Referat mioma uteriReferat mioma uteri
Referat mioma uteri
 
LESI PRA KANKER
LESI PRA KANKERLESI PRA KANKER
LESI PRA KANKER
 
Atresia ani
Atresia aniAtresia ani
Atresia ani
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikus
 
Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopikKehamilan ektopik
Kehamilan ektopik
 
Laporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul HemiparesisLaporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul Hemiparesis
 
Kejang demam ppt
Kejang demam pptKejang demam ppt
Kejang demam ppt
 
Antihistamin
AntihistaminAntihistamin
Antihistamin
 

Similar to Referat amenorea sekunder

PPT amenorea.pptx
PPT amenorea.pptxPPT amenorea.pptx
PPT amenorea.pptxdufedufe
 
Sindrom ovarium polikisti1
Sindrom ovarium polikisti1Sindrom ovarium polikisti1
Sindrom ovarium polikisti1widhayanti
 
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanitaJenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanitarayiputri
 
INFERTILITAS.pptx
INFERTILITAS.pptxINFERTILITAS.pptx
INFERTILITAS.pptxYulitalt
 
Gangguan Haid pada Masa Reproduksi.pdf
Gangguan Haid pada Masa Reproduksi.pdfGangguan Haid pada Masa Reproduksi.pdf
Gangguan Haid pada Masa Reproduksi.pdfBelaEkaAvrini
 
ANTI-MÜLLERIAN HORMON (AMH) SEBAGAI PENANDA PADA PCOS fix.pptx
ANTI-MÜLLERIAN HORMON (AMH) SEBAGAI PENANDA PADA PCOS fix.pptxANTI-MÜLLERIAN HORMON (AMH) SEBAGAI PENANDA PADA PCOS fix.pptx
ANTI-MÜLLERIAN HORMON (AMH) SEBAGAI PENANDA PADA PCOS fix.pptxssuser0f0675
 
Infertilitas new
Infertilitas newInfertilitas new
Infertilitas newkesehatan
 
Infertilitas pak ,ak
Infertilitas  pak ,akInfertilitas  pak ,ak
Infertilitas pak ,akfikri asyura
 
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi WanitaAnatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi WanitaMeliFrdl
 
Isi laporan tutorial fighting!!! bikinan akuuuu...^^
Isi laporan tutorial fighting!!! bikinan akuuuu...^^Isi laporan tutorial fighting!!! bikinan akuuuu...^^
Isi laporan tutorial fighting!!! bikinan akuuuu...^^Lidya NazirH
 
Webinar Sehat dan Produkti di masa Perimenopause.pdf
Webinar Sehat dan Produkti di masa Perimenopause.pdfWebinar Sehat dan Produkti di masa Perimenopause.pdf
Webinar Sehat dan Produkti di masa Perimenopause.pdfYeniIsnainia1
 
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_ppMasalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_ppmartaagustinasirait
 
Asuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsiAsuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsiRetnoWulan32
 
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdfPertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdfEka Safitri
 
Presentasi Power Point.pptx
Presentasi Power Point.pptxPresentasi Power Point.pptx
Presentasi Power Point.pptxSuryadiSuryadi65
 

Similar to Referat amenorea sekunder (20)

amenore
amenoreamenore
amenore
 
PPT amenorea.pptx
PPT amenorea.pptxPPT amenorea.pptx
PPT amenorea.pptx
 
225746559 isi-case
225746559 isi-case225746559 isi-case
225746559 isi-case
 
Sindrom ovarium polikisti1
Sindrom ovarium polikisti1Sindrom ovarium polikisti1
Sindrom ovarium polikisti1
 
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanitaJenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
 
INFERTILITAS.pptx
INFERTILITAS.pptxINFERTILITAS.pptx
INFERTILITAS.pptx
 
Gangguan Haid pada Masa Reproduksi.pdf
Gangguan Haid pada Masa Reproduksi.pdfGangguan Haid pada Masa Reproduksi.pdf
Gangguan Haid pada Masa Reproduksi.pdf
 
ANTI-MÜLLERIAN HORMON (AMH) SEBAGAI PENANDA PADA PCOS fix.pptx
ANTI-MÜLLERIAN HORMON (AMH) SEBAGAI PENANDA PADA PCOS fix.pptxANTI-MÜLLERIAN HORMON (AMH) SEBAGAI PENANDA PADA PCOS fix.pptx
ANTI-MÜLLERIAN HORMON (AMH) SEBAGAI PENANDA PADA PCOS fix.pptx
 
Infertilitas new
Infertilitas newInfertilitas new
Infertilitas new
 
REFRAT PUA.docx
REFRAT PUA.docxREFRAT PUA.docx
REFRAT PUA.docx
 
Infertilitas pak ,ak
Infertilitas  pak ,akInfertilitas  pak ,ak
Infertilitas pak ,ak
 
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi WanitaAnatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
 
Isi laporan tutorial fighting!!! bikinan akuuuu...^^
Isi laporan tutorial fighting!!! bikinan akuuuu...^^Isi laporan tutorial fighting!!! bikinan akuuuu...^^
Isi laporan tutorial fighting!!! bikinan akuuuu...^^
 
Webinar Sehat dan Produkti di masa Perimenopause.pdf
Webinar Sehat dan Produkti di masa Perimenopause.pdfWebinar Sehat dan Produkti di masa Perimenopause.pdf
Webinar Sehat dan Produkti di masa Perimenopause.pdf
 
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_ppMasalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
 
Asuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsiAsuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsi
 
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdfPertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
 
AMENORHEA Kel.5.pptx
AMENORHEA Kel.5.pptxAMENORHEA Kel.5.pptx
AMENORHEA Kel.5.pptx
 
Presentasi Power Point.pptx
Presentasi Power Point.pptxPresentasi Power Point.pptx
Presentasi Power Point.pptx
 
Infertilitas
InfertilitasInfertilitas
Infertilitas
 

Recently uploaded

konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 

Recently uploaded (20)

konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 

Referat amenorea sekunder

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Amenorea secara harafiah didefinisikan sebagai “the absence of mens” atau tidak adanya haid/menstruasi.1 Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Bagi kebanyakan perempuan yang mengalami pubertas, menstruasi adalah akhir dari serangkaian kejadian yang merujuk pada kematangan seksual. Pematangan hipotalamus selama beberapa tahun sejak akhir masa kanak-kanak memulai terjadinya peristiwa dengan hasil akhir yaitu pembentukan siklus menstruasi yang normal dan peristiwa menstruasi. Amenorea terjadi bila terjadi kegagalan fungsi dalam salah satu organ yang terlibat dalam proses ini. 2 Amenorea dibagi 2 macam, yaitu amenorea primer dan amenorea sekunder. amenorea primer memiliki angka kejadian kira-kira 2,5% dari populasi, secara klinik. Dahulu, evaluasi biasanya dilakukan pada usia 16 tahun jika pertumbuhan dan perkembangan seksual sekunder terjadi ,atau pada usia 13 tahun bila tidak ada pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Namun, sejalan dengan tren kepada menarche dini selama beberapa dekade belakangan ini, evaluasi dapat dimulai sejak usia 15 tahun, yaitu usia dimana 97% perempuan harusnya telah mengalami menarche. Tentu saja, keputusan untuk mengevaluasi harus dilakukan dengan penuh pemahaman atas presentasi klinis pasien. Sebagai contoh, evaluasi tidak boleh ditunda bila terdapat gejala neurologis (lesi hipotalamus-hipofisis) atau terdapat nyeri panggul (outflow obstruction). Sedangkan amenorea sekunder memiliki angka kejadian sangat bervariasi, dari 3% pada populasi umum hingga 100% dalam kondisi stres fisik atau emosional yang ekstrim. 1
  • 2. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Definisi Amenorea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Amenorea Dibagi 2 macam,yaitu amenorea primer dan sekunder.1 Amenorea primer secara klinis didefinisikan sebagai tidak adanya menstruasi pada usia 13 tahun tanpa disertai pertumbuhan normal atau perkembangan seksual sekunder, atau tidak adanya menstruasi pada usia 15 tahun yang disertai pertumbuhan yang normal dan perkembangan seksual sekunder. 1 Amenorea sekunder secara klinis didefinisikan sebagai tidak adanya menstruasi selama interval lebih dari 3 siklus, atau 6 bulan berturut-turut pada wanita yang telah mengalami menstruasi sebelumnya. 1 Walaupun secara klasik terdapat pembagian amenorea primer maupun sekunder, perbedaan ini seringkali menghasilkan kesalahan diagnostik, sehingga pembagian ini harus dihindari.3 II.2 Etiologi dan Patofisiologi Kehamilan adalah penyebab utama terbanyak pada amenorea, dan harus dipikirkan apabila kita mengevaluasi pasien dengan amenorea.1 Amenorea sendiri adalah hal yang normal kita temui pada perempuan sebelum pubertas, pada saat kehamilan, laktasi, dan setelah menopause.3 Penyebab-penyebab dari amenorea primer dan sekunder dan frekuensinya dapat dilihat pada kedua tabel dibawah ini :
  • 3. 3 Tabel 1. Amenorea Primer : Etiologi dan Frekuensi 3 Presentation Frequency (%) Hypergonadotropic hypogonadism 43 45,X and variants 27 46,XX 14 46,XY 2 Eugonadism 30 Müllerian agenesis 15 Vaginal septum 3 Imperforate hymen 1 AIS 1 PCOS 7 CAH 1 Cushing and thyroid disease 2 Low FSH without breast development 27 Constitutional delay 14 GnRH deficiency 5 Other CNS disease 1 Pituitary disease 5 Eating disorders, stress 2 AIS = androgen insensitivity syndrome; CAH = congenital adrenal hyperplasia; CNS = central nervous system; FSH = follicle-stimulating hormone; GnRH = gonadotropin-releasing hormone; PCOS = polycystic ovarian syndrome. (Adapted from Reindollar, 1981, with permission.)
  • 4. 4 Tabel 2. Amenorea Sekunder : Etiologi dan Frekuensi 3 Etiology Frequency (%) Low or normal FSH level: various 67.5 Eating disorders, stress 15.5 Nonspecific hypothalamic 18 Chronic anovulation (PCOS) 28 Hypothyroidism 1.5 Cushing syndrome 1 Pituitary tumor/empty sella 2 Sheehan syndrome 1.5 High FSH level: gonadal failure 10.5 46,XX 10 Abnormal karyotype 0.5 High prolactin level 13 Anatomic 7 Asherman syndrome 7 Hyperandrogenic states 2 Late-onset CAH 0.5 Ovarian tumor 1 Undiagnosed 0.5 CAH = congenital adrenal hyperplasia; FSH = follicle-stimulating hormone; PCOS = polycystic ovarian syndrome. (Adapted from Reindollar, 1986, with permission.)
  • 5. 5 Evaluasi penyebab amenorea dilakukan berdasarkan pembagian 4 kompartemen yaitu: 1. Kompartemen I : gangguan uterus dan patensi (outflow tact) 2. Kompartemen II : gangguan pada ovarium 3. Kompartemen III : gangguan pada hipofisis 4. Kompartemen IV : gangguan pada hipotalamus/susunan saraf pusat.5 Jenis Gangguan Penyebab Amenorea 1. Gangguan pada Kompartemen I  Sindroma Asherman Terjadi kerusakan endometrium akibat tindakan kuret berlebihan terlalu dalam sehingga terjadi perlengketan intrauteri. Perlengketan akan menyebabkan obliterasi lengkap atau partial pada rongga uterus, ostium uteri interna, dan kanalis servikalis. Hematometra tidak terjadi karena endomterium menjadi tidak sensitif terhadap stimulus.  Endometritis tuberculosa Umumnya timbul sekunder pada penderita dengan salpingitis tuberkulosa. Keadaan ini ditemukan setelah dilakukan biopsi endometrium dan ditemukan tuberkel dalam sediaan.  Agenesis ductus mulleri Sindroma Meyer-Rokitansky-Kuster-Hause relative cukup sering ditemukan sebagai penyebab primer amenorea. Insiden diperkirakan 1:5000 kelahiran hidup bayi perempuan. Tanda klinis berupa tidak ada atau hipoplasia vagina, biasanya juga tidak ditemukan adanya uterus dan tuba falopii. Penyebab pasti belum diketahui tetapi diduga terdapat mutasi pada gen penyandi AMH atau reseptor AMH dan juga galactose-I-phosphate uridyl transferase.  Sindroma Intensitivitas androgen Dulu disebut sindroma feminisasi testikuler yang merupakan suatu hipoganadisme dengan amenorea primer. Sindroma ini adalah bentuk hemafroditisme laki laki dengan fenotip perempuan (male pseudohermaphordite). Merupakan penyakit genetic X linked recessive yang bertanggung jawab pada reseptor androgen
  • 6. 6 intraseluler dengan gonad laki laki yang gagal melakukan virilisasi. Karena reseptor androgen tidak sensitive menyebabkan hormone testosterone tidak bisa di aktifkan menjadi dihidrotestosteron sehingga rambut pubis dan aksila tidak tumbuh. Vagina tidak terbentuk atau hanya pendek dan berakhir pada kantong buntu.  Kelainan anatomi pada saluran genital  Adhesi intrauterine ( permukaan yang berlawanan dari rongga rahim tetap bersatu )  Selaput dara imperforata ( selaput dara di mana tidak ada pembukaan , membran sepenuhnya menutup off vagina )  Septum transversal vagina ( dinding pemisah atau membran dalam vagina )  Aplasia ( tidak adanya suatu organ atau jaringan ) pada vagina , leher rahim , atau rahim 2. Gangguan pada kompartemen II  Sindroma Turner Kelainan gonad/disgenesis gonad yang pada pemeriksaan kariotipe menunjukkan satu kromosom X tidak ada atau abnormal (45X). Empat puluh persen perempuan dengan sindroma turner menunjukan mosaic 45-XO/46-XX atau aberasi struktur pada kromosom X atau Y. Angka kejadian 1 di antara 10.000 kelahiran bayi perempuan. Gambaran klinis berupa fenotipe. Fenotipe adalah perempuan dengan tubuh pendek (short stature), webbed neck, dada perisai (shield chest) dengan putting susu jauh ke lateral. Payudara tidak berkembang, batas rambut belakang rendan keluhan tidak pernah haid. Gonad tidak ada atau hanya berupa jaringan parut mesenkim (streak gonad) tidak ada pertumbuhan folikel dan tidak ditemukan produksi hormone seks steroid. Saluran muller berkembang hingga tampak adanya uterus, tuba, vagina, tetapi bentuk lebih kecil karena tidak adanya pengaruh estrogen.  Premature Ovarian Failure Premature Ovarian failure (POF) adalah hilangnya fungsi ovarium sebelum umur 40 tahun. Pada pemeriksaan labolatorium didapatkan peningkatan kadar FSH >
  • 7. 7 40 IU/L dan LH lebih 5 kali nilai normal yang disebabkan oleh hilangnya mekanisme umpan balik hipotalamus akibat rendahnya produksi hormone estrogen ovarium.  Sindroma Ovarium Resisten Gonadotropin Suatu keadaan yang jarang di dapatkan dengan gambaran seorang perempuan amenorea dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh normal, kerotipe normal, dan kadar gonadotropin tinggi. Penyebab sindroma ini belum diketahui tapi di duga adanya gangguan pembentukan reseptor gonadotropin di ovarium.  Sindroma Sweyer Disebut juga digenesis gonad XY, suatu keadaan yang jarang ditemukan. Tidak didapatkan perkembangan seksual karena tidak didapatkanya hormone estrogen.  Anovulasi ( kurangnya pelepasan telur )  Hyperandrogenemia ( darah tinggi tingkat hormon laki-laki )  Oophoritis autoimun ( sel indung telur dihancurkan oleh sistem pertahanan tubuh sendiri )  Galactosemia ( kelainan bawaan di mana galaktosa , jenis gula , terakumulasi dalam darah ) 3. Gangguan Kompartemen III Tumor hipofisis merupakan kelainan yang sering di dapatkan pada kompartemen III sebagai penyebab amenorea. Pertumbuhan tumor dapat menekan kiasma optika sehingga memberikan keluhan gangguan lapang pandangan penglihatan. Selain itu pertumbuhan tumor hipofisis dapat menyebabkan produksi berlebih hormone pertumbuhan, ACTH.  Adenoma Hipofisis Sekresi Prolaktin Merupakan tumor hipofisis yang paling sering didapatkan. Keluhan utama adalah amenorea dengan kadar prolaktin tinggi dan dapat pula disertai galaktorea. Hal ini disebabkan oleh keadaan estrogen rendah pada amenorea akan mencegah respon normal prolaktin.
  • 8. 8  Empty Sella Syndrome Merupakan kelainan congenital yang ditandai dengan tidak lengkapnya diafragma sella sehingga terjadi ekstensi ruang subarachnoid ke dalam hipofisis. Tanda klinis dijumpai adanya galaktorea dan peningkatan kadar prolaktin. Pada pemeriksaan sella tursika aakan di dapatkan gambaran kelainan tersebut yang terjadi 4-16% pada amenorea galaktorea.  Sindroma Sheehan Terjadi infark akut dan nekrosis pada kelenjar hipofisis yang disebabkan oleh pendarahan persalinan dan syok menyebabkan terjadi sindroma Sheehan. Defisiensi hormone pertumbuhan dan gonadotropin paling sering terlihat, di ikuti dengan ACTH. 4. Gangguan Pada Kompartemen IV  Amenorea Hipotalamus Defisiensi sekresi pulsatil GnRH akan menyebabkan gangguan pengeluaran gonadotropin sehingga berakibat gangguan pematangan folikel dan ovulasi dan pada giliranya akan terjadi amenorea hipotalamus.  Penurunan Berat Badan Berlebihan o Anoreksia Nervosa Penyakit ini biasanya di jumpai pada perempuan muda dengan gangguan emosional yang berat. Keadaan di mulai dengan diet untuk mengontrol berat badan, selanjutnya di ikuti ketakutan tidak bisa disiplin menjaga berat badan. o Bulimia Merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan episode makan berlebihan dan dilanjutkan dengan menginduksi muntah, puasa, atau penggunaan obat pencahar dan diuretika. Anoreksia dan bulimia adalah gambaran disfungsi mekanisme tubuh untuk megatur rasa lapar, haus, suhu dan keseimbangan otonomik yang diregulasi oleh hipotalamus. Kadar FSH dan LH rendah sedangkan kadar kortisol meningkat.
  • 9. 9  Sindroma Kallmann Suatu keadaan yang jarang ditemukan pada perempuan yang kelainan kongenital hipogonadotropin hipogonadisme disebabkan oleh defisit sekresi GnRH.5  Craniopharyngioma ( tumor otak di dekat kelenjar pituitari )  Teratoma ( tumor terdiri dari campuran jaringan )  Sarkoidosis ( penyakit kronis yang penyebabnya tidak diketahui ditandai dengan pembentukan nodul di berbagai bagian tubuh ) Serta ada beberapa hal yang menyebabkan amenorea karena gangguan fungsional yaitu :  Penyakit kronis ( misalnya , tuberkulosis )  Depresi atau gangguan kejiwaan lainnya  Penyalahgunaan narkoba  Penggunaan obat psikotropika  Stres yang berlebihan  Olahraga yang berlebihan  Mencegah kehamilan dengan kontrasepsi hormonal sistemik II.3 Gejala Klinis  Galaktorea (payudara menghasilkan susu pada wanita yang tidak hamil atau menyusui),  sakit kepala, atau dikurangi penglihatan tepi bisa menjadi tanda dari tumor intrakranial.  Peningkatan pertumbuhan rambut dalam pola laki-laki (hirsutisme) dapat disebabkan oleh kelebihan androgen (hormon yang mendorong perkembangan karakteristik seks laki-laki).  Kekeringan vagina, hot flashes, berkeringat di malam hari, atau tidur tidak teratur mungkin merupakan tanda insufisiensi ovarium atau kegagalan ovarium prematur.  Berat badan atau penurunan berat badan yang nyata mungkin ada
  • 10. 10  Kecemasan yang berlebihan dapat hadir pada wanita dengan kelainan kejiwaan terkait.4 II.4 Diagnosis Dalam menegakkan diagnosa amenorrhea, penting untuk menentukkan organ mana yang mengalami ganguan kemudian baru dapat ditentukan secara tepat penyebab dari amenorrhea ini.1 Diagnosa banding untuk amenorrhea cukup luas, mulai dari karena kelainan genetik sampai gangguan endokrin, gangguan fisiologi, lingkungan dan struktural. Untuk memfasilitasi penegakkan suatu diagnosa kerja yang cepat dan akurat, maka penting untuk dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang detail. Semua pasien dengan amenorrhea yang tidak dilakukan histerektomi sebaiknya dilakukan pemeriksaan kehamilan, kadar serum thyroid-stimulating hormone (TSH) dan prolaktin1. Untuk menegakkan diagnosis pada kasus amenorrhea primer dan sekunder, langkah yang terpenting dalam mendiagnosa adalah dengan menyingkirkan kemungkinan bahwa pasien tersebut sedang hamil. Dalam menegakkan diagnosa amenorrhea, hal pertama yang harus kita pikirkan adalah adanya kehamilan. Setelah kehamilan disingkirkan, dengan mengikuti alogaritma yang ada maka kita semakin dekat pada diagnosa yang sebenarnya. Sering terjadi overlapping antara penyebab amenorrhea primer dan sekunder. Untuk itu memastikan perkembangan seksual pasien merupakan kunci utama untuk membedakan kedua hal ini4. Anamnesa Anamnesa yang lengkap meliputi riwayat perkembangan masa kanak – kanak dan area perkembangan lainnya termasuk grafik tinggi badan dan berat badan terhadap usia pada thelarche dan menarche. Memastikan usia saat menarche pada ibu serta saudara perempuan pasien disarankan karena usia saat menarche di dalam anggota keluarga dapat terjadi dalam usia yang hampir sama antar anggota keluarga satu sama lain. Durasi dan lamanya menstruasi, berapa hari dalam 1 siklusnya, HPHT (hari terakhir haid terakhir), ada tidaknya molimina (nyeri pada payudara dan perubahan mood yang mendadak sebelum menstruasi) adalah informasi penting yang
  • 11. 11 harus ditanyakan ke pasien. Riwayat penyakit kronis, trauma, operasi sebelumnya, dan pemakian obat – obatan juga penting. Riwayat melakukan hubungan seksual sebaiknya ditanyakan dengan menjaga kerahasiaan pasien. Sebaiknya juga ditanyakan tentang pemakaian obat – obatan, latian fisik, situasi rumah dan sekolah serta keadaan psikososialnya. Gejala klinik yang sering dijumpai meliputi gejala vasomotor, hot flashes, perubahan virilizing, galaktorea, sakit kepala, lesu, palpitasi, cemas, kehilangan pendengaran, dan gangguan penglihatan. 1 Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dimulai dengan pmeriksaan tanda – tanda vital, termasuk tinggi badan dan berat badan, serta rasio maturitas seksual. Yang ditemukan pada pemeriksaan fisik antara lain4 :  Keadaan Umum o Anorexia: cachexia, bradikardi, hipotensi, hipotermia, yellow skin (karotenemia), BMI < 18. o Tumor Hipofisis : perubahan funduskopi, gangguan lapangan pandang, cranial nerve signs. o Sindroma polikistik ovarii : acne, acanthosis nigricans, hirsuitisme, BMI > 30 o Inflammatory Bowel Disease : fisura, skin tags, darah samar pada pemeriksaan rektal (RT) o Gonadal dysgenesis (misal: Sindroma Turner: webbed neck, pembesaran carrying angle, tidak adanya pembesaran payudara dan postur yang pendek.  Payudara o Galaktorea : dengan mempalpasi payudara o Delayed pubertas : belum berkembang dan rambut pubis jarang. o Gonadal dysgenesis (misal: Sindroma Turner) : belum berkembang dengan pertumbuhan rambut pubis yang normal.  Rambut Pubis dan Genitalia Eksternal o Hiperandrogenisme : distribusi rambut pubis, rambut di wajah yang berlebih
  • 12. 12 o Androgen Insensitivity syndrome : rambut pubis dan axilla tidak ada atau tipis dengan payudara yang berkembang (gejala dan keparahan tergantung pada defek reseptor androgen) o Delayed pubertas : tanpa payudara yang berkembang o Tumor adrenal atau ovarium : Klitoromegali, virilization o Pelvic Fullness : kehamilan, massa di ovarium, kelainan genitalia  Vagina o Hymen imperforata : pembengkakan vagina eksternal o Agenesis (Syndrome Rokitansky – Hauser) : pemendekan vagina dengan uterus yang rudimenter atau tidak adanya uterus, rambut pubis normal o Androgen insensitivity syndrome - pemendekan vagina tanpa uterus, rambut pubis tidak ada  Uterus : jika uterus membesar maka kehamilan harus disingkirkan  Cervix : o Menilai kanalis vaginalis, efek estrogen pada mukosa vagina, dan sekresi mukus. o Adanya mukus menunjukkan adanya produksi E2 oleh ovarium (tidak diimbangi oleh produksi progesteron) o Mukus jernih, mukus berlebih setelah hari ke 20 siklus menunjukkan adanya anovulasi o Mukus yang sedikit dan vagina yang kering dan pucat menunjukkan tidak diproduksinya E2 Pemeriksaan Penunjang a. Tes darah dapat dilakukan untuk menentukan tingkat hormon yang disekresi oleh kelenjar hipofisis (FSH, LH, TSH, dan prolaktin) dan indung telur (estrogen). b. Ultrasonografi panggul dapat dilakukan untuk menilai kelainan pada saluran genital atau mencari ovarium polikistik. c. CT scan atau MRI kepala dapat dilakukan untuk menyingkirkan hipofisis dan penyebab amenore hipotalamus. Jika tes di atas dapat disimpulkan, tes tambahan mungkin dilakukan termasuk:
  • 13. 13 1. Tes fungsi tiroid 2. Penentuan kadar prolaktin 3. Hysterosalpingogram (uji X-ray) atau saline infusion sonografi (SIS), yang keduanya meneliti rahim 4. Histeroskopi (inspeksi visual dari rongga rahim)4 Diagnosis pada amenorrhea sekunder1 Pasien dengan hipotiroidisme memiliki kadar thyroid-releasing hormone (TRH). TRH. TRH menstimulasi pelepasan dari prolaktin dan menyebabkan terjadinya galacthorrhea – amenorrhea syndrome. TSH juga meningkat dan lebih mudah diukur dan merupakan pemeriksaan screening untuk hipotiroidisme. Setelah hipotiroidisme diterapi dengan baik, maka kadar prolaktin serum harus diukur kembali setelah fungsi tiroid kembali normal. Jika kadar prolaktin tetap meningkat atau lebih tinggi dari 50 – 200 ng/ml, pasien sebaiknya diteliti lebih jauh untuk dilihat bagaimana keadaan hipofisis (sella turcica) atau dengan CT Scan atau MRI sella turcica untuk mengesampingkan mikroadenoma atau makroadenoma hipofisis. Anamnesa yang sangat teliti harus dipastikan apakah hiperprolaktinemia disebabkan oleh pemakaian obat – obatan atau bukan. Sekresi prolaktin dihambat oleh dopamin dan distimulasi oleh serotonin dan TRH. Obat – obatan yang memblok sintesis atau pengikatan dopamin akan meningkatkan kadar prolaktin. Kadar prolaktin
  • 14. 14 akan meningkat dengan agonis serotonin dan menurun dengan antagonis serotonin. Makroadenoma hipofisis sebaiknya disingkirkan jika kadar prolaktin lebih tinggi dari 50 – 100 ng/ml, bahkan jika pasien diberi obat – obatan yang meningkatkan kadar prolaktin. Langkah pertama untuk menegakkan diagnosa adalah dengan progestin challenge, dimana secara tidak langsung menentukan apakah ovarium memproduksi estrogen. Jika endometrium dipersiapkan oleh estrogen, progestin eksogen akan menghasilkan menstruasi. Berikan antara medroxyprogesterone acetate 10 mg peroral setiap harinya selama 5 hari atau berikan progesteron 100–200 mg intramuskular sebagai single dose. Jika diikuti oleh perdarahan pervaginam maka ovarium mensekresi estrogen. Akan tetapi jika tidak maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat estrogen atau pasien tersebut menderita Asherman's syndrome. Dari sudut pandang praktis, jika pasien tidak mempunyai riwayat D&C (Dilatation and Curettage), hampir tidak mungkin pasien tersebut menderita Asherman’s syndrome. Asherman's syndrome dapat disingkirkan dengan memberikan estrogen terkonjugasi sebanyak 2,5 mg peroral setiap harinya selama 25 hari, ditambah medroxyprogesterone acetate sebanyak 10 mg peroral pada hari ke 16 – 25. Pasien dengan Asherman’s Syndrome tidak mengalami perdarahan dengan regimen pengobatan ini. Asherman’s Syndrome juga dapat didiagnosis dengan melakukan tes serum progesteron per minggu nya. Beberapa nilai pada ovulatory range ( > 3 ng/mL ) yang tidak disertai dengan menstruasi merupakan indikasi untuk Asherman’s syndrome. Hysterosalpingography, sonohysterography, dan hysteroscopy dapat juga digunakan untuk mendiagnosa Asherman’s Syndrome. Pada pasien yang tidak menderita Asherman’s Syndrome dan tidak berespon baik dengan progestin challenge, disfungsi ovarium dapat berasal dari hipotalamus atau dari ovarium sendiri. Perbedaannya berdasarkan pada kadar FSH. Primary ovarian dysfunction mensekresi estradiol kadar rendah dengan kadar serum FSH yang tinggi. FSH dengan kadar lebih tinggi dari 40 mIU/mL mengindikasikan suatu primary ovarian failure.
  • 15. 15 II.5 Komplikasi Komplikasi amenore dapat banyak, termasuk infertilitas dan keterlambatan perkembangan psikososial dengan kurangnya perkembangan seksual fisik normal. Pasien hipoestrogenik dapat berkembang menjadi osteoporosis parah dan patah tulang, yang paling berbahaya bagi kehidupan menjadi fraktur leher femur. Komplikasi yang terkait dengan amenore pada pasien yang merespon progestin adalah hiperplasia endometrium dan karsinoma yang dihasilkan dari stimulasi estrogen terlindung.8 II.6 Penatalaksanaan Pengobatan tergantung pada penyebab amenore. Setelah penyebabnya ditentukan, pengobatan diarahkan untuk memperbaiki penyakit yang mendasari, yang harus mengembalikan menstruasi. Dalam kasus kelainan anatomi dari saluran kelamin, operasi dapat diindikasikan. Beberapa penyebab amenore dapat dikelola dengan terapi medis (obat). Contohnya adalah sebagai berikut :  Uji progestogen positif Bagi wanita yang belum menginginkan anak, cukup diberikan P dari hari 16 sampai hari ke 25 siklus haid. Pengobatan berlangsung selama 3 siklus berturut-turut. Setelah itu di lihat , apakah siklus haid menjadi normal kembali, atau tidak. Kalau masih belum terjadi juga siklus haid normal, maka pengobatan dilanjutkan lagi, sampai terjadi siklus haid yang normal lagi.8 Perlu diingat, bahwa akibat pengaruh E yang terus menerus dapat menyebabkan hiperplasia endometrii, dan risiko terkena kanker endomtrium lebih besar. Pemberian P pada wanita ini sekaligus mencegah kanker endometrium. Masalah akan muncul, bila wanita tersebut telah mendapat siklus haid normal, namun belum ingin punya anak. Untuk itu, perlu dianjurkan penggunaan kontrasepsi, seperti IUD, atau yang paling sederhana adalah pemberian pil kontrasepsi kombinasi dosis rendah.9  Uji progestogen negatif
  • 16. 16 Wanita dengan uji P negatif, dilakukan uji estrogen dan progesteron (Uji E+P) Diberikan estrogen selama 21 hari, dan dari ke 12 sampai hari ke 21 diberikan progesteron 5 -10 mg/hari. Jenis estrogen seperti etinilestradiol (50 ug), estrogen valerianat (2 mg), atau estrogen konyugasi (0,625 mg). Paling sederhana adalah pemberian pil kontrasepsi kombinasi. Uji E+P dikatakan positif, bila 2 atau 3 hari kemudian terjadi perdarahan (bervariasi), dan bila tidak terjadi perdarahan, uji E+P dikatakan negatif, yang artinya ada gangguan di uterus (Asherman sindrom), atau atresia genitalia distal.8  Uji E+P positif Uji E+P positif artinya wanita tersebut hipoestrogen. Terjadi gangguan pembentukan E di folikel. Selanjutnya perlu dicari penyebabnya dengan analisa hormonal. FSH dan LH rendah/normal,PRL normal. Biasanya dengan atau tanpa tumor hipofisis, sehingga perlu pemeriksaan radiologik. Diagnosis adalah amenorea hipogonadotrop, dengan atau tanpa tumorhipofisis. Penyebabnya adalah insufisiensi hipotalamus hipofisis.8 Bila hasil analisa hormonal ditemukan FSH, atau LH yang tinggi, pRL normal, maka penyebab amenoreanya adalah di ovarium (insufisiensi ovarium), misalnya menopause prekok. Diagnosisnya adalah amenorea hipergonadotrop. Selanjutnya perlu dilakukan biopsi ovarium per Laparoskopi. Bila hasil hormon FSH dan LH sangat rendah, maka perlu dilakukan uji stimulasi dengan HMG (Uji HMG) untuk memicu fungsi ovarium. Ovarium yang normal akan memproduksi E, yang dapat diperiksa melalui urine atau darah (Uji HMG+).8  Agonis Dopamin seperti bromocriptine (Parlodel) atau pergolide (Permax) , efektif dalam mengobati hiperprolaktinemia. Pada sebagian besar wanita, pengobatan dengan obat agonis dopamin mengembalikan fungsi endokrin ovarium normal dan ovulasi.  Metformin (Glucophage) adalah obat yang telah berhasil digunakan pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik untuk menginduksi ovulasi.  Pada beberapa wanita, berat badan yang berlebihan bisa menjadi penyebab amenore. Para wanita harus membatasi jumlah lemak dalam diet mereka, dan
  • 17. 17 mereka harus latihan cukup untuk mempertahankan berat badan ideal. Lebih dari 8 jam olahraga berat dalam seminggu dapat menyebabkan amenore. Program olahraga yang sedang menstruasi dapat mengembalikan normal.  Pada wanita dengan anoreksia nervosa atau penurunan berat badan yang berlebihan, siklus haid yang normal sering dapat dikembalikan dengan menjalani perawatan untuk memulihkan dan mempertahankan berat badan yang sehat.  Jika amenore disebabkan oleh stres emosional, mencari cara untuk mengatasi stres dan konflik dapat membantu.  Mempertahankan gaya hidup sehat dengan menghindari konsumsi alkohol dan merokok juga membantu.4 II.7 Prognosis Prognosis untuk amenore baik. Hal ini secara klinis tidak selalu mengancam jiwa, apabila dengan evaluasi yang tepat maka, tumor dapat dikenali dan diobati. Banyak pasien dengan amenore hipotalamus dengan spontan siklus haid kembali normal. Hampir semua wanita amenore yang tidak memiliki kegagalan ovarium prematur dapat dibuat untuk berovulasi dengan agonis dopamin, clomiphene citrate, agen sensitisasi insulin, dan gonadotropin.8
  • 18. 18 DAFTAR PUSTAKA 1. Pfeifer, (2009) NMS Obstetrics and Gynecology sixth edition 2. Jones L.(2001) Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi Edisi 6. Penerbit Hipokrates. Jakarta. 3. Price,S.A.(2003) Pathophysiology Clinical Concepts Of Disease Processes. Edition 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC 4. Nelcon(2014).AmenoreaEmedicinehealth www.emedicinehealth.com/amenorea/page2_em.htm#amenorea_causes 5. Anwar, M.( 2011). Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. PT Bina Pustaka Prawirohardjo. Jakarta 6. Clinical Key. Amenorea Obstetrics and Gynecology. https://www.clinicalkey.com/topics/obstetrics-gynecology/amenorea.html 7. The McGraw-Hill Companies (2006). Current Diagnosis and Treatments in Obstetric and Gynecology. 8. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.(2006). Amenorea. Jakarta.