Dokumen tersebut membahas asuhan kebidanan pada infertilitas. Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seks selama satu tahun tanpa menggunakan kontrasepsi. Dokumen menjelaskan pengertian, etiologi, pemeriksaan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas baik pada perempuan maupun laki-laki. Pengobatan dan
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
Infertilitas
1. ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTILITAS
A. PENGERTIAN INFERTILITAS
Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak
hidup dengan suami yang mampu menghamilkannya. Jadi, infertilitas adalah fungsi satu
pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. Agar seorang
istri dapat hamil dilakukan penyelidikan pada pasangan infertil.
Infertilitas menyatakan kesuburan yang berkurang. Suatu pasangan disebut infertil
kalau sang istri tidak hamil dalam waktu 1 (satu) tahun setelah kawin tanpa
mempraktekkan kontrasepsi (disengaja). Infertilitas disebut primer kalau pasien belum
pernah hamil dan sekunder kalau pernah hamil.
B. ETIOLOGI
1. Infertilitas disengaja
a. Oleh suami :
Coitus interruptus
Kondom
Sterilisasi (vasektomi)
b. Oleh isteri :
Cara kimiawi berupa salep atau tablet
Cara-cara mekanis : pessarium occlusivum
IUD
Oral pills
Injectables
sterilisasi
2. Infertilitas tidak disengaja :
a. Sebab-sebab pada suami :
Gangguan spermatogenesis : misalnya kelainan atau penyakit testis, kelainan
endokrin.
Kelainan mekanis sehingga sperma tidak dapat dikeluarkan ke dalam puncak
vagina seperti : impotensi, ejaculation praecox, penutupan ductus deferens,
hypospadia, phymosis.
Kemandulan yang disebabkan oleh pihak pria 35% - 40%.
2. b. Sebab-sebab pada isteri :
Gangguan ovulasi misalnya karena kelainan ovarium atau gangguan hormonal.
Kelainan mekanis yang menghalangi pembuahan seperti kelainan tuba,
endometriosis, stenosis canalis cervicalis atau hymen, flour albus.
Kemandulan disebabkan isteri adalah 40% - 50%.
Pada 10% - 20% sebabnya tidak jelas.
C. PEMERIKSAAN PADA INFERTILITAS
Pemeriksaan infertilitas dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan, yaitu
1. Pemeriksaan ovulasi
Terjadinya ovulasi dapat kita ketahui dengan berbagai pemeriksaan.
a) Pencatatan suhu-suhu basal dalam suatu kurve : kalau siklus ovulatoar, maka suhu
basal bersifat bifasis. Sesudah ovulasi terjadi kenaikan suhu basal disebabkan
pengaruh progesteron.
b) Dengan pemeriksaan vaginal smear : pembentukan progesteron menimbulkan
perubahan-perubahan sitologis pada sel-sel superfisial.
c) Pemeriksaan lendir serviks : adanya progesteron menimbulkan perubahan sifat
lendir serviks ialah lendir tersebut menjadi lebih kental, juga gambaran fern (daun
pakis) yang terlihat pada lender yang telah dikeringkan hilang.
d) Pemeriksaan endometrium : kuretase pada hari pertama haid atau pada fase
premenstrual menghasilkan endometrium dalam stadium sekresi dengan gambaran
histologist yang khas.
e) Pemeriksaan hormone seperti estrogen, ICSH dan pregnandiol.
Sebab-sebab gangguan ovulasi :
Faktor-faktor susunan saraf pusat : tumor, dysfungsi hypothalamus, factor psikogen,
dysfungsi hypofise.
Faktor-faktor intermediate : gizi, penyakit kronis, penyakit metabolis.
Faktor-faktor ovarial : tumor-tumor, dysfungsi, turner syndrom.
2. Pemeriksaan sperma
Untuk menilai sperma maka dilakukan pemeriksaan atas jumlah spermatozoa, bentuk
dan pergerakannya. Sebaiknya sperma yang diperiksa, ditampung setelah pasangan
melakukan coitus sekurang-kurangnya selama 3 hari dan sperma tersebut hendaknya
diperiksa dalam 1 jam setelah keluar.
Ejakulasi yang normal sifatnya sebagai berikut :
3. Volume : 2 – 5 cc.
Jumlah spermatozoa : 100 – 120 per cc
Pergerakan : 60% dari spermatozoa masih bergerak selama 4 jam setelah
dikeluarkan.
Bentuk abnormal : 25%.
Pria yang fertil spermatozoanya : 60 juta per cc atau lebih.
Pria yang subfertil spermatozoanya : 20 – 60 juta per cc
Pria yang steril spermatozonya : 20 juta per cc atau kurang.
Sebab-sebab kemandulan pada pria : gizi, penyakit-penyakit, kelainan metabolis,
keracunan, dysfungsi hypofise, kelainan traktus genetalis (vas deferens, testes pada
klinefelter syndrome).
Untuk penilaian yang lebih lanjut perlu diperiksa 17 ketosteroid, gonadotropin dalam
urin, dan biopsy dari testis.
3. Pemeriksaan lendir serviks
Keadaan dan sifat lendir serviks sangat mempengaruhi keadaan spermatozoa.
a) Kentalnya lendir serviks
Lendir serviks yang cair lebih mudah dilalui spermatozoa.
Pada stadium proliferasi lendir serviks agak cair karena pengaruh estrogen,
sebaliknya pada stadium sekresi lendir serviks lebih kental karena pengaruh
progesteron.
b) PH lendir serviks
lendir serviks bersifat alkalis dengan pH ± 9.
Pada suasana yang alkalis spermatozoa dapat hidup lebih lama.
Suasana menjadi asam pada cervicitis.
c) enzym lendir serviks
selain estrogen rupa-rupanya juga enzym-enzym proteolytik seperti trypsin dan
chemotrypsin mempengaruhi viskositas lendir serviks.
d) Dalam lendir serviks dapat juga ditemukan immunoglobulin yang dapat
menimbulkan agglutinasi dari spermatozoa.
e) Berbagai kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.
Biasanya baik tidaknya lendir serviks diperiksa dengan :
SIMS HUHNER TEST
a) Pemeriksaan lendir serviks dilakukan post coitum sekitar waktu ovulasi.
4. b) Sims Huhner test dianggap baik kalau terdapat 5 spermatozoa yang motil per high
powerfield.
Sims Huhner yang baik menandakan :
- Teknik koitus baik
- Lendir serviks normal
- Estrogen ovarial cukup
- Sperma cukup baik
KURZROCK MILLER TEST
a) Dilakukan pada pertengahan siklus kalau hasil Sims Huhner test kurang baik.
b) Satu tetes lendir serviks diletakkan berdampingan dengan tetes sperma pada
obyeglas; terlihat apakah ada invasi spermatozoa, lendir serviks kurang baik.
4. Pemeriksaan tuba
Untuk mengetahui keadan tuba dapat dilakukan :
Pertubasi /(insuflasi) secara rubi
CO2 dimasukkan ke dalam cavum uteri dan tuba. Kalau tuba paten (tidak tertutup)
maka gas akan keluar dari ujung tuba.Hal ini dapat kita ketahui dengan stetoskop
yang diletakkan kiri atau kanan dari uterus : gas yang keluar menimbulkan bunyi
yang khas. Di samping itu pasien merasa nyeri di bahu dan dengan foto rontgen
dapat terlihat gelembung udara di bawah diagfragma. Biasanya takanan gas dicatat
dengan kymogram. Kalau tekanan tidak melewati 180 mmHg, maka tuba paten.
Kalau mencapai 180 – 200 mmHg, maka ada obstruksi. Pada kymogram juga
Nampak gelombang-gelombang dengan amplitude 10 – 30 mmHg, yang disebabkan
oleh peristaltic tuba.
Hysterosalpingografi (HSG)
Kalau dengan pertubasi hanya dapat diketahui utuh tidaknya tuba maka dengan
hysterosalpingografi dapat diketahui :
- Bentuk dari cavum uteri
- Bentuk dari liang tuba dan kalau ada sumbatan, tempat sumbatan Nampak
Pada hysterongografi disuntikkan cairan kontras ke dalam rahim misalnya lipiodol,
urografin atau pyelocyl. Bahan kontras yang larut dalam air lebih baik dari bahan
kontras yang larut dalam minyak yang dapat menimbulkan emboli dan granulom
tuba.
5. :
Kemudian dibuat foto rontgen dari genetalia interna. Kalau keadaan normal maka
batas-batas cavum uteri rata, tuba terlihat sebagai benang halus tanpa pelebaran dan
karena tidak ada sumbatan Nampak juga cairan kontras dalam rongga panggul kecil.
Kuldoskopi
Dengan kuldoskopi dapat dilihat keadaan tuba dan ovarium.
Laparaskopi
Dengan laparaskopi dapat dilihat keadaan genetalia interna dan sekitarnya.
5. Pemeriksaan endometrium
Pada stadium premenstrual atau pada hari pertama haid dilakukan mikrokuretase.
Endometrium yang normal harus memperlihatkan gambaran histologik yang khas untuk
stadium sekresi.
Kalau tidak diketemukan stadium sekresi maka :
Endometrium tidak bereaksi terhadap progesteron
Produksi progesteron kurang
D. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFERTIL
1. Pada Perempuan
a) Hormonal
Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium yang menyebabkan:
Kegagalan ovulasi.
Kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi dan sekresi.
Sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma.
Kegagalan gerakan ( motilitas ) tuba falopii yang menghalangi spermatozoa
mencapai uterus.
b) Sumbatan
Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab untuk kira– kira sepertiga dari
penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan
Kelainan kongenital.
Penyakit radang pelvis umum, misalnya apendisitis dan peritonitis.
Infeksi tractus genitalis yang naik, misalnya gonore.
c) Faktor Lokal
Keadaan – keadaan seperti :
1. Fibroid uterus, yang menghambat implantasi ovum.
2. Erosi cervix yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak sperma.
6. 3. Kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus yang menhalangi pertemuan
sperma ayau ovum.
2. Pada Laki – Laki
a. Gangguan Spermatogenesis
Analisis cairan seminal dapat mengungkapkan :
1. Jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter cairan seminel.
2. Jumlah spermatozoa yang abnormal lebih dari 40% yang berupa defek kepala (
caput ) atau ekor ( cauda ) yang spesifik. Keadaan ini mungkin karena adanya
aplasia sel germinal, pengelupasan, atau suatu defek kongenital, atau beberapa
penyebab yang tidak dapat ditetapkan.
3. Cairan seminal yang diejakulasikan kurang dr 2 ml.
4. Kandungan kimia cairan seminal tidak memuaskan, misalnya kadar glukosa,
kolesterol, atau enzim hialuronidase abnormal dan pH – nya terlalu tinggi atau
terlalu rendah.
b. Obstruksi
1. Sumbatan ( oklusi ) kongenital duktus atau tubulus.
2. Sumbatan duktus atau tubulus yang disebabkan oleh penyakit peradangan
(inflamasi) akut atau kronis yang mengenai membran basalais atau dinding otot
tubulus seminiferus, misalnya orkitis, infeksi prostat, infeksi gognokokus.
Penyakit ini merupakan penyebab yang paling umum pada infertilitas pria.
c. Ketidakmampuan Koitus atau Ejakulasi
1. Faktor – faktor fisik, misalnya hipospadia, epispadia, deviasi penis sperti pada
priapismus atau penyakit Peyronie.
2. Faktor – faktor psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan untuk mencapai
atau mempertahankan ereksi.
3. Alkoholisme kronik
d. Faktor Sederhana
Kadang – kadang faktor – faktor sederhana seperti memakai celana jeans ketat,
mandi dengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan ke iklim tropis dapat
menyebabkan keadaan luar ( panas ) yang tidak menguntungkan untuk produksi
sperma yang sehat.
7. E. MASALAH YANG TIMBUL PADA INFERTILITAS
1. Masalah air mani pada laki – laki
Air mani ditampung dengan jalan masturbasi langsung ke dalam tabung gelas bersih
yang bermulut lebar ( atau gelas minum ), setelah abstinensi 3 – 5 hari. Sebaiknya
penampungan air mani itu dilakukan di rumah pasien sendiri, kemudian dibawa ke
laboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan. Air mani yang dimasukkan ke dalam
kondom dahulu, yang biasanya mengandung zat spermatisid, akan mengelirukan
penilaian motilitas spermatozoa.
Karakteristik air mani :
a. Koagulasi dan likuefaksi.
b. Viskositas.
c. Rupa dan bau.
d. Volume.
e. PH.
f. Fruktosa.
2. Masalah Serviks pada Perempuan
Walaupun serviks merupakan sebagian dari uterus, namun artinya dalam reproduksi
manusia harus diakui pada abad kesembilan belas. Sims pada tahun 1868 adalah orang
pertama yang menghubungkan serviks dengan infertilitas, melakukan pemeriksaan
lendir serviks pascasenggama, dan melakukan inseminasi buatan. Baru beberapa lama
kemudian Huhrer memperkenalkan uji pasca senggama yang dilakukan pada
pertengahan siklus haid.
Serviks biasanya mengarah ke bawah – belakang, sehingga berhadapan langsung
dengan dinding belakang vagina. Kedudukannya yang demikian itu memungkinkannya
tergenang dalam air mani yang disampaikan pada forniks posterior.
Kanalis servikaslis yang dilapisi lekukan – lekukan seperti kelenjar yang mengeluarkan
lendir, sebagian dari sel – sel epitelnya mempunyai silia yang mengalirkan lendir
serviks ke vagina. Bentuk servikalis seperti itu memungkinkan ditimbun dan
dipeliharanya spermatozoa motil dari kemungkinan fagositosis, dan juga erjaminnya
penyampaian spermatozoa ke dalam kanalis servikalis secara terus menerus dalam
jangka waktu lama.
8. F. PENGOBATAN DAN PENANGANAN
Pengobatan infertilitas tergantung pada etiologi maka dapat berupa diet, typoid hormone,
operasi.
1. Dysfungsi kelenjar hypofise dapat diusahakan :
Rebound phenomen misalnya dengan oral pills.
Karena oral pills mengandung estrogen dan progesterone maka pembuatan
gonadotropin hypofiser dihambat dan setelah oral pills dihentikan terjadi rebound
phenomen.
Efek ini tentu juga dapat diusahakan dengan pemberian aethinyloestradiol 3 x 0,02
mg selama 21 hari dan untuk 3 kuur.
Substitusi terapi :
- Pemberian FSH dan LH
- Chorionic gonadotropin (LH)
Merangsang hypofise untuk membuat FSH dan LH dengan pemberian clomiphen.
Cara clomiphen bekerja belum begitu jelas.
Teori yang dikemukakan ialah :
- Clomiphen merupakan estrogen inhibitor sehingga menambah produksi
gonadotropin.
- Clomiphen merangsang hypothalamus sehingga dikeluarkan FSH dan LH
releasing factors.
- Clomiphen mempunyai efek langsung pada ovarium.
Biasanya diberikan 50 mg sehari selama 5 hari dimulai pada hari kelima siklus
haid.
2. Gangguan sperma
Terapi :
a) Umum : hygiene umum
Minum rokok dan minum alcohol dikurangi, istirahat yang cukup, tension
dihilangkan.
Pengobatan penyakit kronis dan metabolis.
b) Hormonal :
Testosteron yang merangsang faal kelenjar acessoir alat kelamin laki-laki. Yang
diusahakan ialah rebound phenomen.
Gestyltesto ialah kombinasi gestyl yang bersifat gonadotropin dan testosterone.
9. Humegon singkatan dari Human Menopausal Gonadotropin yang khasiatnya
seperti FSH misalnya diberikan 200 U, 2X seminggu selama 6 minggu.
c) Operatif : memperbaiki penutupan duktus deferens.
d) Cara-cara lain : centrifuge sperma.
3. Lendir serviks
Terapi : estrogen atau antibiotika.
4. Endomertium
Terapi :
Progesteron
Kalau ada tanda-tanda infeksi diberi antibiotika
10. ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.D
UMUR 26 TAHUN DENGAN INFERTILITAS PRIMER
DI RSAB HARAPAN KITA JAKARTA
Identitas Pasien
Nama ibu : Ny.D Nama : Tn.H
Umur : 26 tahun Umur : 32 tahun
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Acounting Pekerjaan : Marketing
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/indonesia
Alamat : Jl. amber Alamat : Jl. amber
Jakarta Barat Jakarta Barat
A. Data Subjektif (S)
1. Ibu mengatakan belum pernah hamil
2. Ibu mengatakan ingin punya anak
3. Ibu mengatakan haid pertama (menarche) umur 10 tahun, siklusnya teratur
4. Ibu mengatakan sudah meinkah dan lamanya 10 bulan
5. Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
B. Data Objektif (O)
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 110/70 MmHg
- Nadi : 72x/menit
- Respirasi :24x/menit
- Suhu badan :36ºC
4. Pemeriksaan fisik
- Tinggi badan : 155 Cm
11. - Berat Badan : 55,5 Kg
- Konjungtiva : Tidak Pucat
- Sclera : Tidak Ikterus
- Rambut : Bersih, tidak berketombe, dan warnanya Hitam
C. Assesment (A)
Diagnosa : Ny.D umur 26 tahun dengan infertilitas primer
Masalah : Ibu belum mempunyai anak
Kebutuhan : Lakukan tindakan Hidrotubasi
D. Planing (P)
1. Membina hubungan baik ibu dan keluarga
2. Menjelaskan hasil; pemeriksaanpada ibu dan keluarga tentang hasil USG dan
Laboratorium
3. Melakukan informen Consent pada setiap tindakan
4. Mempersiapkan alat untuk tindakan hidrotubasi
a. 1 troli, dan 2 buah duk steril ( 1 untuk troli dan 1 untuk alas bokong )
b. 3 buah com yang berisi kapas sublimat, kasa steril, dan betadine.
c. Sepasang spekulum sim
d. 1 buah tampon tang dan 1 buah kohort ( aiwa )
e. 1 buah sonde uterus
f. 1 buah hidrotubator / poli kateter nomor 10.
g. Dispo 5 cc untuk aquades.
h. Dispo 20 cc
i. 2 pasang handscon steril
j. Aquades
k. 1 ampul antibiotik dan dexametason 4 ampul atau oradekson
l. 1 buah lampu sorot
m. Gunting
5. Menganjurkan ibu untuk buang air kecil
6. Memberitahukan dan menganjurkan ibu untuk mengganti pakaian dengan pakaian
yang akan digunakan dalam tindakan.
7. Menganjurkan ibu untuk melepas pakaian dalam
8. Menganjurkan ibu untuk berbaring di bad tindakan
12. 9. Mengatur posisi ibu dengan posisi litotomi
10. Mengobservasi tanda-tanda vital
- TD : 110/70 mmhg
- Nadi : 72 x/m
- Respirasi : 22 x/m
- Suhu : 36,5 ºc
11. Kolaborasi dengan dokter SpOG dalam memberikan tindakan
12. Mengobervasi tanda-tanda vital saat tindakan, TD : 110/70 Mmhg
13. Merapikan kembali pasien setel;ah tindakan
14. Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital setelah tindakan
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tekanan Darah : 100/70 Mmhg
15. Mengantar pasien keruang observasi
16. Jam 10.50 WIB Keadaan umum baik, dan ibu diperbolehkan pulang.