SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
AMENOREA
By Armin wijaya
DEFINISI
1. No period by age 14 in the absence of growth or development of
secondary sexual characteristics.
2. No period by age 16 regardless of the presence of normal growth and
development with the appearance of secondary sexual characteristics.
3. Woman who has been menstruating, the absence of periods for a
length of time equivalent to a total of at least 3 of the previous cycle
intervals
Amenorea sekunder
Amenorea primer
Menstrual cycle
inhibin activin
Amenorea sekunder
◦ Perubahan Hormon. Amenorrhea terjadi selama kehamilan, menyusui dan, menopause.
◦ Konsumsi Obat. Obat dapat menyebabkan amenorrhea antara lain: obat kontrasepsi, antipsikotik,
antidepresan, obat tekanan darah, obat kemoterapi kanker dan beberapa obat alergi.
◦ Berat Badan Rendah. Berat badan yang sepuluh persen lebih rendah dari berat badan normal dapat
membuat hormon di dalam tubuh wanita tidak seimbang sehingga menghentikan ovulasi. Jadi mereka yang
mengidap penyakit seperti bulimia dan anoreksia rentan mengalami amenorrhea primer atau amenorrhea
sekunder.
◦ Stres. Akibat stres, maka hal ini mengubah fungsi hipotalamus, yang merupakan daerah yang mengontrol
siklus menstruasi. Hal ini biasanya bersifat sementara dan siklus menstruasi akan kembali bila stres berkurang.
◦ Olahraga Berlebihan. Wanita yang memiliki aktivitas fisik yang berlebihan seperti atlet, penari balet atau
sejenisnya biasanya membutuhkan pelatihan intensif. Akibatnya hal ini dapat mengganggu siklus menstruasi.
◦ Gangguan Ketidakseimbangan Hormon. Kondisi seperti seperti sindrom ovarium polikistik, gangguan
tiroid, tumor hipofisis atau menopause dini diduga menyebabkan seorang wanita mengalami amenorrhea.
◦ The most common cause of primary amenorrhea is primary ovarian failure
resulting from gonadal dysgenesis, most commonly as a result of Turner
syndrome.
◦ The second most common cause of primary amenorrhea is congenital absence of
the uterus and vagina, followed by idiopathic hypogonadotropic hypogonadism.
◦ Another cause of secondary amenorrhea involves eating disorder. The incidences
of eating disorders such as anorexia and bulimia are highest during the adolescent
years.
Kompartemen 1 (uterus dan vagina)
a. Perlengketan endometrium: Sindroma Asherman
b. Endometrium resisten terhadap hormon
c. TBC endometrium
d. Atresia Himenalis (Sindroma Rokitansky)
Kompartemen 2 (ovarium)
a. Menopause prekoks
b.Sindroma Ovarium Resisten Gonadotropin
c. Sindroma Ovarium Polikistik (SOPK)
d.Hipertikosis ovarium
e. Gangguan Ovarium dengan Penyebab Ekstragonad
Kompartemen 3 (hipofisis)
a. Iskemik/nekrotikhipofisis: Sindroma Sheehan
b. Adenoma laktotrop: Amenorea galaktorea / hiperprolaktinemia.
c. Adenoma Basofilik  hiper sekresi cortisol  Penyakit Cushing
d. Adenoma Asidofilik hipersekresi GH  akromegali
e. Psikogenik
Kompartemen 4 (hipotalamus)
◦ Penyebab organik: tumor kraniofaringeal
◦ Penyebab fungsional/ gangguan psikhis:stress, anxiety, anorexia nervosa, bulimia,pseudocyesis
◦ Penyebab obat-obatan:psikofarmaka
◦ Psikhogenik: Defisiensi/disfungsi GnRH
◦ Infeksi: meningoensefalitis
◦ Kelainan bawaan:Sindroma olfaktogenital
◦ Exercise yang berat
◦ Hipotiroidisme
◦ Gangguan sekresi PIF: Sindroma amenorea galaktorea
Manajemen
UJI PROGESTERON
– Dilakukan setelah selesai pemeriksaan
– Berikan progesteron (MPA, noretisteron atau didrogesteron)
10 mg/hari selama 7 hari.
– Perdarahan akan terjadi 2-7 hari setelah obat habis(Uji
positif)
– Uji negatif bila tidak terjadi perdarahan setelah 10 hari obat
habis
Uji P positif berarti
◦ Uterus dan endometrium normal
◦ Kemungkinan anovulasi atau defek fase luteal
◦ Perdarahan terjadi karena ada efek estrogen(E) terhadap endometrium (proliferasi). Pemberian progesteron
(P) menyebabkan fase sekresi dan P yang menurun menyebabkan terjadinya perdarahan.
◦ E diproduksi di folikel, berarti pertumbuhan folikel normal
◦ Folikel berkembang karena ada rangsangan FSH dan LH, berarti fungsi hipofisis normal.
◦ Hipofisis memproduksi FSH dan LH karena rangsangan Gn-RH dari hipotalamus, berarti fungsi hipotalamus
normal
◦ FSH, LH, Prolaktin(PRL) normal.
Uji P positif berarti
◦ Diagnosis: wanita ini adalah disregulasi hipotalamus-hipofisis.
◦ Penyebab amenorea kemungkinan besar gangguan pada sistim umpan balik
◦ Bila FSH dan PRL normal dengan LH yang tinggi kemungkinan besar menderita Sindroma ovarium
polikistik (SOPK)
◦ Bila tidak ada tumor hipofisis maka diagnosis adalah disregulasi hipotalamus-hipofisis dan kemungkinan
besar gangguan sistem umpan balik
◦ Bila uji P (+) , pasti uji E+P juga psitif
Uji Estrogen + Progesteron (Uji E+P)
– E diberikan selama 21 hari: EE 50 ug; E Valeriat 2 mg; E konjugasi 0,03 mg/hari
– Hari ke 12 – 21 : beri P 5-10 mg/hari:
– Boleh berikan Pil KB
– Uji (E+P) positif bila terjadi perdarahan 3 hari setelah obat habis dan negatif bila tidak terjadi
perdarahan.
– Uji E+P (+)  hipoestogen --> kelainan hipotalamus/hipofisis
– Uji E+P (-)  normogonadotrop  defek endometrium
WHO membagi kelainan ovulasi ini dalam 3
kelas, yaitu:
◦ Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus hipofisis (hipogonadotropin hipogonadism) Karakteristik dari kelas ini
adalah gonadotropin yang rendah, prolaktin normal, dan rendahnya estradiol. Kelainan ini terjadi sekitar 10%
dari seluruh kelainan ovulasi.
◦ Kelas 2 : Gangguan fungsi ovarium (normogonadotropin-normogonadism) Karakteristik dari kelas ini
adalah kelainan pada gonadotropin namun estradiol normal. Anovulasi kelas 2 terjadi sekitar 85% dari
seluruh kasus kelainan ovulasi. Manifestasi klinik kelainan kelompok ini adalah oligomenorea atau amenorea
yang banyak terjadi pada kasus sindrom ovarium polikistik (SOPK). Delapan puluh sampai sembilan puluh
persen pasien SOPK akan mengalami oligomenorea dan 30% akan mengalami amenorea.
◦ Kelas 3 : Kegagalan ovarium (hipergonadotropin-hipogonadism)
Karakteristik kelainan ini adalah kadar gonadotropin yang tinggi dengan kadar estradiol yang rendah. Terjadi
sekitar 4-5% dari seluruh gangguan ovulasi.
◦ Kelas 4 : Hiperprolaktinemia
Tatalaksana gangguan ovulasi: (infertilitas hiferi)
WHO kelas I (hipogonadotropin hipogonadism)
◦ Pada perempuan yang memiliki IMT < 19, tindakan peningkatan berat badan menjadi normal akan membantu mengembalikan ovulasi dan kesuburan.
Pengobatan yang disarankan untuk kelainan anovulasi pada kelompok ini adalah kombinasi rekombinan FSH (rFSH)- rekombinan LH (rLH), hMG
atau hCG.
◦ Penggunaan kombinasi preparat gonadotropin (rFSH dan rLH) dilaporkan lebih efektif dalam meningkatkan ovulasi dibandingkan penggunaan rFSH
saja (Evidence level 2a).
WHO Kelas II (normogonadotropin normogonadism)
◦ Pengobatan gangguan ovulasi WHO kelas II (SOPK) dapat dilakukan dengan cara pemberian obat pemicu ovulasi golongan anti estrogen (klomifen
sitrat), tindakan drilling ovarium, atau penyuntikan gonadotropin. Pengobatan lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan insulin sensitizer
seperti metformin.
◦ Tindakan drilling ovarium per-laparaskopi dengan tujuan menurunkan kadar LH dan androgen adalah suatu tindakan bedah untuk memicu ovulasi
perempuan SOPK yang resisten terhadap klomifen sitrat
WHO Kelas III (hipergonadotropin hipogonadism)
◦ Pada pasien yang mengalami gangguan ovulasi karena kegagalan fungsi ovarium (WHO kelas III) sampai saat ini tidak ditemukan bukti yang cukup
kuat terhadap pilihan tindakan yang dapat dilakukan. Konseling yang baik perlu dilakukan pada pasangan yang menderita gangguan ovulasi WHO kelas
III sampai kemungkinan tindakan adopsi anak.
WHO Kelas IV (hiperprolaktinemia)
◦ Pemberian agonis dopamin (bromokriptin atau kabergolin) dapat membuat pasien hiperprolaktinemia menjadi normoprolaktinemia sehingga
gangguan ovulasi dapat teratasi.
Step-2
Step
2
•
Uji
P(-)
Uji
P(
)
•
Lakukan
Uji
E-P:
E
t
di
l
2
/E
k
j
i
1
25
-Estradiol
2
mg/E
konjugasi
1,25
mg
selama
21
hari
-Lanjutkan
dengan
MPA
5
mg
selama
5
hari
Step-3
Step
3
•
Untuk
memeriksa
apakah
kelainan
fungsi
gonadotropin
atau
gangguan
pertumbuhan
gonadotropin
atau
gangguan
pertumbuhan
folikel
T
2
i
t
l
h
t
2
•
Tunggu
2
minggu
setelah
step-2
•
Periksa
kadar
FSH
dan
LH
◦ The first step in the evaluation of primary amenorrhea (Fig. 4-1) is documentation of the history and a
physical examination. If secondary sexual characteristics are not present, follicle-stimulating hormone (FSH)
and luteinizing hormone (LH) levels should be measured. FSH and LH levels lower than 5 IU/L indicate
hypogonadotropic hypogonadism. If the FSH level exceeds 20 IU/L and the LH level exceeds 40 IU/L,
hypergonadotropic hypogonadism is present; in that case, karyotype analysis is indicated.
◦ If secondary sexual characteristics are present, ultrasonography of the uterus should be performed. If the
uterus is absent or abnormal, karyotype analysis is indicated. If the uterus is present and normal, the patient
should be examined for evidence of an outflow obstruction.
Kadar
normal
hormon
serum
l
ik
ovulatorik
Jenis
Satuan
Praovulasi
Ovulasi
Pasca
Jenis
Satuan
Praovulasi
Ovulasi
Pasca
ovulasi
FSH
mIU/ml
5-20
15-45
5-12
S
U/
5
0
5
5
5
LH
mIU/ml
5-15
30-40
5-15
PRL
ng/ml
-
5-25
-
E2
pg/ml
25
75
200
600
100
300
E2
pg/ml
25-75
200-600
100-300
P
ng/ml
<5
5-8
10-30
g
Medications Linked to Amenorrhea
1. Butyrophenones
2. Contraceptive medications
3. Divalproex
4. Domperidone
5. Haloperidol
6. H2 blockers
7. Methyldopa
8. Metoclopramide
9. Opiates
10. Phenothiazine
11. Psychotropic medications
12. Reserpine
13. Risperidone
14. Sulpiride
15. Verapamil
TERIMA KASIH
Narasumber: dr. Desy Handayani

More Related Content

Similar to PPT amenorea.pptx

PPT Penggunaan obat selama kehamilan.pptx
PPT Penggunaan obat selama kehamilan.pptxPPT Penggunaan obat selama kehamilan.pptx
PPT Penggunaan obat selama kehamilan.pptxsriwahyuni994883
 
Journal Reading : Clomiphene citrate
Journal Reading : Clomiphene citrate Journal Reading : Clomiphene citrate
Journal Reading : Clomiphene citrate Isabella Menon
 
Penggunaan obat pada kehamilan dan menyusui
Penggunaan obat pada kehamilan dan menyusuiPenggunaan obat pada kehamilan dan menyusui
Penggunaan obat pada kehamilan dan menyusuiGilang Rizki
 
Hyperandrogenemia mempengaruhi morbiditas metabolik dan reproduksi pada sind...
Hyperandrogenemia mempengaruhi  morbiditas metabolik dan reproduksi pada sind...Hyperandrogenemia mempengaruhi  morbiditas metabolik dan reproduksi pada sind...
Hyperandrogenemia mempengaruhi morbiditas metabolik dan reproduksi pada sind...Afiqah Jasmi
 
ANTI-MÜLLERIAN HORMON (AMH) SEBAGAI PENANDA PADA PCOS fix.pptx
ANTI-MÜLLERIAN HORMON (AMH) SEBAGAI PENANDA PADA PCOS fix.pptxANTI-MÜLLERIAN HORMON (AMH) SEBAGAI PENANDA PADA PCOS fix.pptx
ANTI-MÜLLERIAN HORMON (AMH) SEBAGAI PENANDA PADA PCOS fix.pptxssuser0f0675
 
Clinical Utility of PALM-COEIN Classification for AUB 25 Juli 18.pptx.pdf
Clinical Utility of PALM-COEIN Classification for AUB 25 Juli 18.pptx.pdfClinical Utility of PALM-COEIN Classification for AUB 25 Juli 18.pptx.pdf
Clinical Utility of PALM-COEIN Classification for AUB 25 Juli 18.pptx.pdfKevinS78
 
Endrokrinologi kelompok 6.pptx
Endrokrinologi kelompok 6.pptxEndrokrinologi kelompok 6.pptx
Endrokrinologi kelompok 6.pptxvina736285
 
TP 2 Komorbiditas pada kehamilan - Taufiqo N S - 2106795381.pptx
TP 2 Komorbiditas pada kehamilan - Taufiqo N S - 2106795381.pptxTP 2 Komorbiditas pada kehamilan - Taufiqo N S - 2106795381.pptx
TP 2 Komorbiditas pada kehamilan - Taufiqo N S - 2106795381.pptxTezarAndrean1
 
Hipertensi (kegawatdaruratan)
Hipertensi (kegawatdaruratan)Hipertensi (kegawatdaruratan)
Hipertensi (kegawatdaruratan)tiaraandini3
 
pdfcoffee.com_haid-gangguanppt-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_haid-gangguanppt-pdf-free.pdfpdfcoffee.com_haid-gangguanppt-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_haid-gangguanppt-pdf-free.pdfnathan pratama
 
Sistem reproduksi manusia
Sistem reproduksi manusiaSistem reproduksi manusia
Sistem reproduksi manusiaJihan Ahmad
 
Webinar Sehat dan Produkti di masa Perimenopause.pdf
Webinar Sehat dan Produkti di masa Perimenopause.pdfWebinar Sehat dan Produkti di masa Perimenopause.pdf
Webinar Sehat dan Produkti di masa Perimenopause.pdfYeniIsnainia1
 
klimakterium dan menopause
klimakterium dan menopauseklimakterium dan menopause
klimakterium dan menopauseBidan Briiviian
 
Fisiologi Haid.pptx
Fisiologi Haid.pptxFisiologi Haid.pptx
Fisiologi Haid.pptxmemmuse95
 

Similar to PPT amenorea.pptx (20)

PPT Penggunaan obat selama kehamilan.pptx
PPT Penggunaan obat selama kehamilan.pptxPPT Penggunaan obat selama kehamilan.pptx
PPT Penggunaan obat selama kehamilan.pptx
 
Chapter ii 10
Chapter ii 10Chapter ii 10
Chapter ii 10
 
Menopause
Menopause Menopause
Menopause
 
Journal Reading : Clomiphene citrate
Journal Reading : Clomiphene citrate Journal Reading : Clomiphene citrate
Journal Reading : Clomiphene citrate
 
Penggunaan obat pada kehamilan dan menyusui
Penggunaan obat pada kehamilan dan menyusuiPenggunaan obat pada kehamilan dan menyusui
Penggunaan obat pada kehamilan dan menyusui
 
Hyperandrogenemia mempengaruhi morbiditas metabolik dan reproduksi pada sind...
Hyperandrogenemia mempengaruhi  morbiditas metabolik dan reproduksi pada sind...Hyperandrogenemia mempengaruhi  morbiditas metabolik dan reproduksi pada sind...
Hyperandrogenemia mempengaruhi morbiditas metabolik dan reproduksi pada sind...
 
ANTI-MÜLLERIAN HORMON (AMH) SEBAGAI PENANDA PADA PCOS fix.pptx
ANTI-MÜLLERIAN HORMON (AMH) SEBAGAI PENANDA PADA PCOS fix.pptxANTI-MÜLLERIAN HORMON (AMH) SEBAGAI PENANDA PADA PCOS fix.pptx
ANTI-MÜLLERIAN HORMON (AMH) SEBAGAI PENANDA PADA PCOS fix.pptx
 
Clinical Utility of PALM-COEIN Classification for AUB 25 Juli 18.pptx.pdf
Clinical Utility of PALM-COEIN Classification for AUB 25 Juli 18.pptx.pdfClinical Utility of PALM-COEIN Classification for AUB 25 Juli 18.pptx.pdf
Clinical Utility of PALM-COEIN Classification for AUB 25 Juli 18.pptx.pdf
 
Endrokrinologi kelompok 6.pptx
Endrokrinologi kelompok 6.pptxEndrokrinologi kelompok 6.pptx
Endrokrinologi kelompok 6.pptx
 
TP 2 Komorbiditas pada kehamilan - Taufiqo N S - 2106795381.pptx
TP 2 Komorbiditas pada kehamilan - Taufiqo N S - 2106795381.pptxTP 2 Komorbiditas pada kehamilan - Taufiqo N S - 2106795381.pptx
TP 2 Komorbiditas pada kehamilan - Taufiqo N S - 2106795381.pptx
 
Hipertensi (kegawatdaruratan)
Hipertensi (kegawatdaruratan)Hipertensi (kegawatdaruratan)
Hipertensi (kegawatdaruratan)
 
pdfcoffee.com_haid-gangguanppt-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_haid-gangguanppt-pdf-free.pdfpdfcoffee.com_haid-gangguanppt-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_haid-gangguanppt-pdf-free.pdf
 
Sistem reproduksi manusia
Sistem reproduksi manusiaSistem reproduksi manusia
Sistem reproduksi manusia
 
Webinar Sehat dan Produkti di masa Perimenopause.pdf
Webinar Sehat dan Produkti di masa Perimenopause.pdfWebinar Sehat dan Produkti di masa Perimenopause.pdf
Webinar Sehat dan Produkti di masa Perimenopause.pdf
 
Eklamsia lengkap
Eklamsia lengkapEklamsia lengkap
Eklamsia lengkap
 
Eklamsia lengkap
Eklamsia lengkapEklamsia lengkap
Eklamsia lengkap
 
Gizi dan fertilisasi
Gizi dan fertilisasiGizi dan fertilisasi
Gizi dan fertilisasi
 
Gizi
GiziGizi
Gizi
 
klimakterium dan menopause
klimakterium dan menopauseklimakterium dan menopause
klimakterium dan menopause
 
Fisiologi Haid.pptx
Fisiologi Haid.pptxFisiologi Haid.pptx
Fisiologi Haid.pptx
 

Recently uploaded

Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRJessieArini1
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docxhurufd86
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfAlanRahmat
 
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanKemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptssuser940815
 
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...MAKSIPUASA1
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfestidiyah35
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxNadiraShafa1
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 

Recently uploaded (10)

Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
 
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanKemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
 
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
 

PPT amenorea.pptx

  • 2. DEFINISI 1. No period by age 14 in the absence of growth or development of secondary sexual characteristics. 2. No period by age 16 regardless of the presence of normal growth and development with the appearance of secondary sexual characteristics. 3. Woman who has been menstruating, the absence of periods for a length of time equivalent to a total of at least 3 of the previous cycle intervals Amenorea sekunder Amenorea primer
  • 4.
  • 5.
  • 6. Amenorea sekunder ◦ Perubahan Hormon. Amenorrhea terjadi selama kehamilan, menyusui dan, menopause. ◦ Konsumsi Obat. Obat dapat menyebabkan amenorrhea antara lain: obat kontrasepsi, antipsikotik, antidepresan, obat tekanan darah, obat kemoterapi kanker dan beberapa obat alergi. ◦ Berat Badan Rendah. Berat badan yang sepuluh persen lebih rendah dari berat badan normal dapat membuat hormon di dalam tubuh wanita tidak seimbang sehingga menghentikan ovulasi. Jadi mereka yang mengidap penyakit seperti bulimia dan anoreksia rentan mengalami amenorrhea primer atau amenorrhea sekunder. ◦ Stres. Akibat stres, maka hal ini mengubah fungsi hipotalamus, yang merupakan daerah yang mengontrol siklus menstruasi. Hal ini biasanya bersifat sementara dan siklus menstruasi akan kembali bila stres berkurang. ◦ Olahraga Berlebihan. Wanita yang memiliki aktivitas fisik yang berlebihan seperti atlet, penari balet atau sejenisnya biasanya membutuhkan pelatihan intensif. Akibatnya hal ini dapat mengganggu siklus menstruasi. ◦ Gangguan Ketidakseimbangan Hormon. Kondisi seperti seperti sindrom ovarium polikistik, gangguan tiroid, tumor hipofisis atau menopause dini diduga menyebabkan seorang wanita mengalami amenorrhea.
  • 7. ◦ The most common cause of primary amenorrhea is primary ovarian failure resulting from gonadal dysgenesis, most commonly as a result of Turner syndrome. ◦ The second most common cause of primary amenorrhea is congenital absence of the uterus and vagina, followed by idiopathic hypogonadotropic hypogonadism. ◦ Another cause of secondary amenorrhea involves eating disorder. The incidences of eating disorders such as anorexia and bulimia are highest during the adolescent years.
  • 8. Kompartemen 1 (uterus dan vagina) a. Perlengketan endometrium: Sindroma Asherman b. Endometrium resisten terhadap hormon c. TBC endometrium d. Atresia Himenalis (Sindroma Rokitansky)
  • 9. Kompartemen 2 (ovarium) a. Menopause prekoks b.Sindroma Ovarium Resisten Gonadotropin c. Sindroma Ovarium Polikistik (SOPK) d.Hipertikosis ovarium e. Gangguan Ovarium dengan Penyebab Ekstragonad
  • 10. Kompartemen 3 (hipofisis) a. Iskemik/nekrotikhipofisis: Sindroma Sheehan b. Adenoma laktotrop: Amenorea galaktorea / hiperprolaktinemia. c. Adenoma Basofilik  hiper sekresi cortisol  Penyakit Cushing d. Adenoma Asidofilik hipersekresi GH  akromegali e. Psikogenik
  • 11. Kompartemen 4 (hipotalamus) ◦ Penyebab organik: tumor kraniofaringeal ◦ Penyebab fungsional/ gangguan psikhis:stress, anxiety, anorexia nervosa, bulimia,pseudocyesis ◦ Penyebab obat-obatan:psikofarmaka ◦ Psikhogenik: Defisiensi/disfungsi GnRH ◦ Infeksi: meningoensefalitis ◦ Kelainan bawaan:Sindroma olfaktogenital ◦ Exercise yang berat ◦ Hipotiroidisme ◦ Gangguan sekresi PIF: Sindroma amenorea galaktorea
  • 13. UJI PROGESTERON – Dilakukan setelah selesai pemeriksaan – Berikan progesteron (MPA, noretisteron atau didrogesteron) 10 mg/hari selama 7 hari. – Perdarahan akan terjadi 2-7 hari setelah obat habis(Uji positif) – Uji negatif bila tidak terjadi perdarahan setelah 10 hari obat habis
  • 14. Uji P positif berarti ◦ Uterus dan endometrium normal ◦ Kemungkinan anovulasi atau defek fase luteal ◦ Perdarahan terjadi karena ada efek estrogen(E) terhadap endometrium (proliferasi). Pemberian progesteron (P) menyebabkan fase sekresi dan P yang menurun menyebabkan terjadinya perdarahan. ◦ E diproduksi di folikel, berarti pertumbuhan folikel normal ◦ Folikel berkembang karena ada rangsangan FSH dan LH, berarti fungsi hipofisis normal. ◦ Hipofisis memproduksi FSH dan LH karena rangsangan Gn-RH dari hipotalamus, berarti fungsi hipotalamus normal ◦ FSH, LH, Prolaktin(PRL) normal.
  • 15. Uji P positif berarti ◦ Diagnosis: wanita ini adalah disregulasi hipotalamus-hipofisis. ◦ Penyebab amenorea kemungkinan besar gangguan pada sistim umpan balik ◦ Bila FSH dan PRL normal dengan LH yang tinggi kemungkinan besar menderita Sindroma ovarium polikistik (SOPK) ◦ Bila tidak ada tumor hipofisis maka diagnosis adalah disregulasi hipotalamus-hipofisis dan kemungkinan besar gangguan sistem umpan balik ◦ Bila uji P (+) , pasti uji E+P juga psitif
  • 16. Uji Estrogen + Progesteron (Uji E+P) – E diberikan selama 21 hari: EE 50 ug; E Valeriat 2 mg; E konjugasi 0,03 mg/hari – Hari ke 12 – 21 : beri P 5-10 mg/hari: – Boleh berikan Pil KB – Uji (E+P) positif bila terjadi perdarahan 3 hari setelah obat habis dan negatif bila tidak terjadi perdarahan. – Uji E+P (+)  hipoestogen --> kelainan hipotalamus/hipofisis – Uji E+P (-)  normogonadotrop  defek endometrium
  • 17.
  • 18.
  • 19.
  • 20. WHO membagi kelainan ovulasi ini dalam 3 kelas, yaitu: ◦ Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus hipofisis (hipogonadotropin hipogonadism) Karakteristik dari kelas ini adalah gonadotropin yang rendah, prolaktin normal, dan rendahnya estradiol. Kelainan ini terjadi sekitar 10% dari seluruh kelainan ovulasi. ◦ Kelas 2 : Gangguan fungsi ovarium (normogonadotropin-normogonadism) Karakteristik dari kelas ini adalah kelainan pada gonadotropin namun estradiol normal. Anovulasi kelas 2 terjadi sekitar 85% dari seluruh kasus kelainan ovulasi. Manifestasi klinik kelainan kelompok ini adalah oligomenorea atau amenorea yang banyak terjadi pada kasus sindrom ovarium polikistik (SOPK). Delapan puluh sampai sembilan puluh persen pasien SOPK akan mengalami oligomenorea dan 30% akan mengalami amenorea. ◦ Kelas 3 : Kegagalan ovarium (hipergonadotropin-hipogonadism) Karakteristik kelainan ini adalah kadar gonadotropin yang tinggi dengan kadar estradiol yang rendah. Terjadi sekitar 4-5% dari seluruh gangguan ovulasi. ◦ Kelas 4 : Hiperprolaktinemia
  • 21. Tatalaksana gangguan ovulasi: (infertilitas hiferi) WHO kelas I (hipogonadotropin hipogonadism) ◦ Pada perempuan yang memiliki IMT < 19, tindakan peningkatan berat badan menjadi normal akan membantu mengembalikan ovulasi dan kesuburan. Pengobatan yang disarankan untuk kelainan anovulasi pada kelompok ini adalah kombinasi rekombinan FSH (rFSH)- rekombinan LH (rLH), hMG atau hCG. ◦ Penggunaan kombinasi preparat gonadotropin (rFSH dan rLH) dilaporkan lebih efektif dalam meningkatkan ovulasi dibandingkan penggunaan rFSH saja (Evidence level 2a). WHO Kelas II (normogonadotropin normogonadism) ◦ Pengobatan gangguan ovulasi WHO kelas II (SOPK) dapat dilakukan dengan cara pemberian obat pemicu ovulasi golongan anti estrogen (klomifen sitrat), tindakan drilling ovarium, atau penyuntikan gonadotropin. Pengobatan lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan insulin sensitizer seperti metformin. ◦ Tindakan drilling ovarium per-laparaskopi dengan tujuan menurunkan kadar LH dan androgen adalah suatu tindakan bedah untuk memicu ovulasi perempuan SOPK yang resisten terhadap klomifen sitrat WHO Kelas III (hipergonadotropin hipogonadism) ◦ Pada pasien yang mengalami gangguan ovulasi karena kegagalan fungsi ovarium (WHO kelas III) sampai saat ini tidak ditemukan bukti yang cukup kuat terhadap pilihan tindakan yang dapat dilakukan. Konseling yang baik perlu dilakukan pada pasangan yang menderita gangguan ovulasi WHO kelas III sampai kemungkinan tindakan adopsi anak. WHO Kelas IV (hiperprolaktinemia) ◦ Pemberian agonis dopamin (bromokriptin atau kabergolin) dapat membuat pasien hiperprolaktinemia menjadi normoprolaktinemia sehingga gangguan ovulasi dapat teratasi.
  • 22.
  • 25.
  • 26. ◦ The first step in the evaluation of primary amenorrhea (Fig. 4-1) is documentation of the history and a physical examination. If secondary sexual characteristics are not present, follicle-stimulating hormone (FSH) and luteinizing hormone (LH) levels should be measured. FSH and LH levels lower than 5 IU/L indicate hypogonadotropic hypogonadism. If the FSH level exceeds 20 IU/L and the LH level exceeds 40 IU/L, hypergonadotropic hypogonadism is present; in that case, karyotype analysis is indicated. ◦ If secondary sexual characteristics are present, ultrasonography of the uterus should be performed. If the uterus is absent or abnormal, karyotype analysis is indicated. If the uterus is present and normal, the patient should be examined for evidence of an outflow obstruction.
  • 28. Medications Linked to Amenorrhea 1. Butyrophenones 2. Contraceptive medications 3. Divalproex 4. Domperidone 5. Haloperidol 6. H2 blockers 7. Methyldopa 8. Metoclopramide 9. Opiates 10. Phenothiazine 11. Psychotropic medications 12. Reserpine 13. Risperidone 14. Sulpiride 15. Verapamil