SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
EKONOMI SYARIAH 
“KONSEP HARTA DAN KEPEMILIKAN DALAM ISLAM” 
MAKALAH 
diajukan untuk melengkapi tugas Matakuliah Ekonomi Syariah 
di Program Studi/Jurusan Manajemen 
Oleh 
Ronny Ferdika 120810201143 
Wahyu Erna Hidayati 120810201295 
Catur Firman Nurhuda 120810201296 
Noviana Fazrin 120810201312 
Nailin Nikmatul Maulidiyah 120810201348 
S1 MANAJEMEN / KELAS MGT – D 
KELOMPOK 2 
PROGRAM STUDI/JURUSAN MANAJEMEN 
FAKULTAS EKONOMI 
UNIVERSITAS JEMBER 
SEPTEMBER 2014 
1 
Ekonomi Syariah
PRAKATA 
Puji dan rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. serta tidak lupa kepada 
junjungan besar Nabi Muhammad SAW, karena atas hidayah-Nya akhirnya penulis dapat 
menyelesaikan makalah yang berjudul “EKONOMI SYARIAH KONSEP HARTA DAN 
KEPEMILIKAN DALAM ISLAM” 
Pada kesempatan ini juga, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya 
kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah 
ini, terutama kepada: 
1. Dr. Deasy Wulandari, S.E, M.Si. selaku dosen pengampu Matakuliah Ekonomi Syariah; 
2. orang tua yang selalu memberikan dukungan moral kepada penulis; 
3. semua teman-teman di kampus yang tidak mungkin disebutkan satu per satu, yang telah 
banyak memberikan dorongan dan semangatnya, sekali lagi terima kasih untuk semuanya. 
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tentu masih sarat dengan 
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat 
membangun dari para pembaca yang budiman demi perbaikan makalah ini ke depannya. 
Akhir kata semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. 
Jember, 28 September 2014 
Penulis 
2 
Ekonomi Syariah
ii 
DAFTAR ISI 
Halaman 
HALAMAN JUDUL…………………………………………............................................ i 
KATA PENGANTAR………………………………………….………............................. ii 
DAFTAR ISI……………………………………………………………............................. iii 
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………............................……… 1 
1.1 LATAR BELAKANG………………………………………............................... 1 
1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………….............................. 2 
1.3 TUJUAN………………………………………………………............................ 2 
1.4 MANFAAT…………………………………………………................................ 2 
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................... 3 
2.1 PENGERTIAN KEPEMILIKAN……………………………………………….. 3 
2.2 JENIS-JENIS KEPEMILIKAN………………………………………………… 4 
2.3 SEBAB-SEBAB TIMBULNYA KEPEMILIKAN DALAM ISLAM……….… 4 
2.4 CARA KEPEMILIKAN HARTA DALAM ISLAM (AL-MILKIYAH)……….. 6 
2.5 CARA PENGELOLAAN KEPEMILIKAN 
(AT-TASHARRUF FI AL MILKIYAH)………………………………………..... 9 
2.6 CARA PEMBAGIAN HARTA DALAM ISLAM…………………………… 10 
2.7 MAQASHID SYARIAH DALAM KEPEMILIKAN HARTA……………..… 15 
2.8 KEDUDUKAN HARTA DALAM ISLAM....................................................... 16 
BAB 3 PENUTUP........................ ....................................................................................... 18 
3.1 SIMPULAN........................................................................................................... 
18 
3.2 SARAN.................................................................................................................. 18 
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 19 
3 
Ekonomi Syariah
iii 
BAB 1 
PENDAHULUAN 
1.1 LATAR BELAKANG 
Ekonomi Islam yang merupakan rahmatan lil alamin, kembali bangkit 
menorehkan Blue Print-nya. Keberadaannya sangat penting untuk memenuhi tuntutan 
masyarakat akan kegagalan ekonomi konvensional. Bahkan, ekonomi Islam memiliki prinsip 
dan karakteristik yang berbeda dengan sistem sekuler yang menguasai dunia saat ini. 
Sebenarnya, ekonomi Islam adalah bagian dari sistem Islam yang bersifat umum yang 
berlandaskan pada prinsip pertengahan dan keseimbangan yang adil (tawadzun). Islam, 
menyeimbangkan kehidupan antara dunia dan akhirat, antara individu dan 
masyarakat. Keseimbangan antara jasmani dan rohani, antara akal dan hati dan antara realita 
dan fakta merupakan keseimbangan yang ada dalam individu. Sedangkan dalam bidang 
ekonomi, islam menyeimbangkan antara modal dan aktivitas, antara produksi dan konsumsi, 
dan sebagainya. 
Adapun nilai pertengahan dan keseimbangan yang terpenting, yang merupakan karya 
Islam dalam bidang ekonomi selain masalah harta adalahHak Kepemilikan (Ownership 
Rights). Dalam memandang hak milik ini islam sangat moderat. Dan sangat bertolak 
belakang dengan sistem kapitalis yang menyewakan hak milik pribadi, sistem sosialis yang 
tidak mengakui hak milik individu1. 
Meskipun demikian, Masalah hak milik merupakan sebuah kata yang amat peka, dan 
bukan sesuatu yang amat khusus bagi seorang manusia. Oleh karena itu, Islam sangat 
mengakui adanya kepemilkan pribadi disamping kepemilikan umum. Dan menjadikan hak 
milik pribadi sebagai dasar bangunan ekonomi. Dan Itu pun akan terwujud apabila ia 
berjalan sesuai dengan aturan Allah SWT, misalnya adalah memperoleh harta dengan jalan 
yang halal. Islam melarang keras kepemilikan atas harta yang digunakan untuk membuat 
kezaliman atau kerusakan di muka bumi. 
1 http://eki-blogger.blogspot.com/2012/09/kepemilikan-dalam-islam.html [diakses pada 26 September 2014] 
4 
Ekonomi Syariah
Karena begitu pentingnya aspek kepemilikan dalam bidang ekonomi, maka dalam 
makalah ini saya mencoba membahas dan memaparkan tentang “Kepemilikan dan sebab-sebabnya” 
sesuai dengan urgensinya. 
1.2 RUMUSAN MASALAH 
Adapun rumusan masalah yang diangkat oleh penulis disini adalah sebagai berikut. 
1. Apakah pengertian dari kepemilikan dalam Islam? 
2. Apa sajakah jenis-jenis kepemilikan dalam Islam? 
3. Apakah sebab-sebab timbulnya kepemilikan dalam Islam? 
4. Bagaimanakah cara kepemilikan harta dalam Islam (al-milkiyah)? 
5. Bagaimanakah cara pengelolaan kepemilikan dalam Islam itu (at-tasharruf fi al milkiyah)? 
6. Bagaimanakah proses pembagian harta dalam Islam itu? 
7. Apakah maqashid syariah dalam kepemilikan harta itu? 
8. Bagaimanakah kedudukan harta dalam Islam? 
1.3 TUJUAN 
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut. 
1. Mengetahui pengertian dari kepemilikan dalam Islam; 
2. Mengetahui jenis-jenis kepemilikan dalam Islam; 
3. Mengetahui sebab-sebab timbulnya kepemilikan dalam Islam; 
4. Mengerti akan cara kepemilikan harta dalam Islam (al-milkiyah); 
5. Mengerti akan cara pengelolaan kepemilikan dalam Islam itu (at-tasharruf fi al milkiyah); 
6. Mengetahui tentang proses pembagian harta dalam Islam itu; 
7. Mengetahui akan maqashid syariah dalam kepemilikan harta; 
8. Mengetahui kedudukan harta dalam Islam. 
1.4 MANFAAT 
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 
1. Memperluas wawasan masyarakat tentang seluk beluk Ekonomi Syariah (Islam) 
khususnya dalam hal kepemilikan dan harta dalam Islam; 
2. Mengajak masyarakat agar mengerti dan tidak simpang siur akan kepemilikan dan 
pembagian harta dalam Islam; 
5 
Ekonomi Syariah
3. Memberikan gambaran konsep tentang Ekonomi Syariah (Islam) guna sebagai acuan 
referensi. 
BAB 2 
PEMBAHASAN 
2.1 PENGERTIAN KEPEMILIKAN 
Konsep Dasar kepemilikan dalam islam adalah firman Allah SWT2: 
· “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kamu 
melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya 
Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka 
Allah mengampuni siapa yang dikehendaki….”(Qs. Al-Baqarah : 284). 
· Para Fuqaha mendefinisikan kepemilikan sebagai ” kewenangan atas sesuatu dan 
kewenangan untuk menggunakannya/memanfaatkannya sesuai dengan 
keinginannya, dan membuat orang lain tidak berhak atas benda tersebut kecuali 
dengan alasan syariah”. 
· Ibnu Taimiyah mendefinisikan sebagai “sebuah kekuatan yang didasari atas syariat 
untuk menggunakan sebuah obyek, tetapi kekuatan itu sangat bervariasi bentuk dan 
tingkatannya. “ Misalnya, sesekali kekuatan itu sangat lengkap, sehingga pemilik 
benda itu berhak menjual atau memberikan, meminjam atau menghibahkan, 
mewariskan atau menggunakannya untuk tujuan yang produktif. Tetapi, sekali 
tempo, kekuatan itu tak lengkap karena hak dari sipemilik itu terbatas. 
"Kepemilikan" berasal dari bahasa Arab dari akar kata "malaka" yang artinya 
memiliki. Dalam bahasa Arab "milk" berarti kepenguasaan orang terhadap sesuatu (barang 
atau harta) dan barang tersebut dalam genggamannya baik secara riil maupun secara hukum. 
2 Rivai, Veitzhal dan Andi Buchari. 2009. Islamic Economics “Ekonomi Syariah bukan Opsi. Tapi 
SOLUSI!”. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 366 
6 
Ekonomi Syariah
“MILIK" adalah hubungan khusus seseorang dengan sesuatu (barang) di mana orang 
lain terhalang untuk memasuki hubungan ini dan si empunya berkuasa untuk 
memanfaatkannya selama tidak ada hambatan legal yang menghalanginya3. 
Batasan teknis ini dapat digambarkan sebagai berikut. Ketika ada orang yang 
mendapatkan suatu barang atau harta melalui cara-cara yang dibenarkan oleh syara', maka 
terjadilah suatu hubungan khusus antara barang tersebut dengan orang yang memperolehnya. 
Yaitu, yang memungkinkannya untuk menikmati manfaatnya dan mempergunakannya 
sesuai dengan keinginannya selama ia tidak terhalang hambatan-hambatan syar'i. 
Hambatan Syar’i Kepemilikan: 
1. gila / sakit ingatan/ hilang akal; 
2. masih terlalu kecil sehingga belum paham memanfaatkan barang (belum balig). 
2.2 JENIS-JENIS KEPEMILIKAN 
Para fukoha membagi jenis-jenis kepemilikan menjadi dua, yaitu: 
1. Kepemilikan sempurna (tamm): Kepemilikan sempurna adalah kepemilikan 
seseorang terhadap barang dan juga manfaatnya sekaligus 
2. Kepemilikan kurang (naaqis): Sedangkan kepemilikan kurang adalah yang hanya 
memiliki substansinya saja atau manfaatnya saja. 
Dua jenis kepemilikan ini mengacu kepada kenyataan bahwa manusia dalam 
kapasitasnya sebagai pemilik suatu barang dapat mempergunakan dan memanfaatkan 
susbstansinya saja, atau nilai gunanya saja atau kedua-duanya. Kedua-dua jenis kepemilikan 
ini akan memiliki konsekuensi syara’ yang berbeda-beda ketika memasuki kontrak muamalah 
seperti jual beli, sewa, pinjam-meminjam dan lain-lain. 
2.3 SEBAB-SEBAB TIMBULNYA KEPEMILIKAN DALAM ISLAM 
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kepemilikan dalam syariah ada empat 
macam yaitu: 
1. Kepenguasaan terhadap barang-barang yang diperbolehkan; 
2. Akad; 
3. Penggantian; 
4. Turunan dari sesuatu yang dimiliki. 
3 http://dinilidari.blogspot.com/2011/10/-kepemilikan-dalam-islam.html [diakses pada 26 September 
2014] 
7 
Ekonomi Syariah
Kepemilikan yang sah menurut Islam adalah kepemilikan yang terlahir dari proses 
yang disahkan Islam dan menurut pandangan Fiqh Islam terjadi karena: 
1. Menjaga hak Umum; 
2. Transaksi Pemindahan Hak; 
3. Penggantian Posisi Pemilikan. 
Menurut Taqyudin an-Nabani dikatakan bahwa sebab-sebab kepemilikan seseorang 
atas suatu barang dapat diperoleh melalui suatu lima sebab, yaitu: 
1. Bekerja; 
2. Warisan; 
3. Kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup; 
4. Harta pemberian Negara yang diberikan kepada rakyat; 
5. Harta yang diperoleh seseorang tanpa mengeluarkan harta atau tenaga apapun. 
Kepenguasaan terhadap barang-barang yang diperbolehkan. Yang dimaksud dengan 
barang-barang yang diperbolehkan di sini adalah barang (dapat juga berupa harta atau 
kekayaan) yang belum dimiliki oleh seseorang dan tidak ada larangan syara’ untuk dimiliki 
seperti air di sumbernya, rumput di padangnya, kayu dan pohon-pohon di belantara atau ikan 
di sungai dan di laut. 
Kepemilikan jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut4: 
a) Kepenguasaan ini merupakan sebab yang menimbulkan kepemilikan terhadap suatu 
barang yang sebelumnya tidak ada yang memilikinya; 
b) Proses kepemilikan ini adalah karena aksi praktis dan bukan karena ucapan seperti 
dalam akad. 
Karena kepemilikan ini terjadi oleh sebab aksi praktis, maka dua persyaratan di 
bawah ini mesti dipenuhi terlebih dahulu agar kepemilikan tersebut sah secara syar’i yaitu: 
Belum ada orang lain yang mendahului ke tempat barang tersebut untuk 
memperolehnya. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Siapa yang lebih 
dahulu mendapatkan (suatu barang mubah) sebelum saudara Muslim lainnya, maka 
barang itu miliknya.” 
Orang yang lebih dahulu mendapatkan barang tersebut harus berniat untuk 
memilikinya, kalau tidak, maka barang itu tidak menjadi miliknya. Hal ini 
mengacu kepada sabda Rasulullah SAW bahwa segala perkara itu tergantung pada 
niat yang dikandungnya. 
4 http://dinilidari.blogspot.com/2011/10/-kepemilikan-dalam-islam.html [diakses pada 26 September 
2014] 
8 
Ekonomi Syariah
Bentuk-bentuk kepenguasaan terhadap barang yang diperbolehkan ini ada empat 
macam yaitu: 
a) Kepemilikan karena menghidupkan tanah mati; 
b) Kepemilikan karena berburu atau memancing; 
c) Rumput atau kayu yang diambil dari padang penggembalaan atau hutan belantara yang 
tidak ada pemiliknya; 
d) Kepenguasaan atas barang tambang. 
Khusus bentuk yang keempat ini banyak perbedaan di kalangan para fukoha terutama 
antara madzhab Hanafi dan madzhab Maliki. Bagi Hanafiyah, hak kepemilikan barang 
tambang ada pada pemilik tanah sedangkan bagi Malikiyah kepemilikan barang tambang ada 
pada negara karena semua tambang, menurut madzhab ini, tidak dapat dimiliki oleh 
seseorang dengan cara kepenguasaannya atas tanah atau tidak dapat dimiliki secara derivatif 
dari kepemilikan atas tanah. 
2.4 CARA KEPEMILIKAN HARTA DALAM ISLAM (AL-MILKIYAH) 
Sistem Ekonomi Islam berbeda sama sekali dengan sistem ekonomi kufur buatan 
manusia. Sistem ekonomi Islam adalah sempurna karena berasal dari wahyu, dan dari segi 
kepemilikan, ia menerangkan kepada kita bahwa terdapat tiga jenis kepemilikan, yaitu5: 
1) Hak Milik Umum, meliputi mineral-mineral dalam bentuk padat, cair dan gas 
termasuk petroleum, besi, tembaga, emas dan sebagainya yang didapati sama ada di 
dalam perut bumi atau di atasnya, termasuk juga segala bentuk tenaga dan intensif 
tenaga serta industri-industri berat. Semua ini merupakan hak milik umum dan wajib 
diuruskan (dikelola) oleh Daulah Islamiyah (negara) manakala manfaatnya wajib 
dikembalikan kepada rakyat. 
Tipe pertama dari hak milik adalah pemilikan secara umum (kolektif). 
Konsep hak milik umum pada mulanya digunakan dalam islam dan tidak terdapat 
pada masa sebelumnya. Hak milik dalam islam tentu saja memiliki makna yang 
sangat berbeda dan tidak memiliki persamaan langsung dengan dimasud oleh sistem 
kapitalis, sosialis dan komunis. Maksudnya, tipe ini memiliki bentuk yang berbeda 
beda. 
Misalnya: semua harta milik masyarakat yang memberikan pemilikan atau 
pemanfaatan atas berbagai macam benda yang berbeda-beda kepada warganya. 
5 Hakim, Lukman. 2012. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam. Jakarta: Erlangga. Hal. 42 
9 
Ekonomi Syariah
Sebagian dari benda yang memberikan manfaat besar pada masyarakat berada di 
bawah pengawasan umum, sementara sebagian yang lain diserahkan kepada individu. 
Pembagian mengenai harta yang menjadi milik masyarakat dengan milik individu 
secara keseluruhan berdasarkan kepentingan umum. Contoh lain, tentang pemilikan 
harta kekayaan secara kolektif adalah wakaf. 
2) Hak Milik Negara, meliputi segala bentuk bayaran yang dipungut oleh negara secara 
syar’ie dari warganegara, bersama dengan perolehan dari pertanian, perdagangan dan 
aktivitas industri, di luar dari lingkungan pemilikan umum di atas. Negara 
membelanjakan perolehan tersebut untuk kemaslahatan negara dan rakyat. 
Tipe kedua dari kepemilikan adalah hak milik oleh negara. Negara 
membutuhkan hak milik untuk memperoleh pendapatan, sumber penghasilan dan 
kekuasaan untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Misal, untuk 
menyelenggarakan pendidikan, memelihara keadilan, regenerasi moral dan tatanan 
masyarakat yang terjamin kesejahteraannya. Menurut Ibn taimiyah, sumber utama 
kekayaan negara adalah zakat, barang rampasan perang (ghanimah). Selain itu, 
negara juga meningkatkan sumber pengahsilan dengan mengenakan pajak kepada 
warga negaranya, ketika dibutuhkan atau kebutuhannya meningkat. Demikian pula, 
berlaku bagi kekayaan yang tak diketahui pemiliknya, wakaf, hibah dan pungutan 
denda termasuk sumber kekayaan negara. 
Kekayaan negara secara aktual merupakan kekayaan umum. Kepala negara 
hanya bertindak sebagai pemegang amanah. Dan merupakan kewajiban negara untuk 
mengeluarkan nya guna kepentingan umum. Oleh karena itu, sangat dilarang 
penggunaan kekayaan negara yang berlebih-lebihan. Adalah merupakan kewajiban 
negara melindungi hak fakirmiskin, bekerja keras bagi kemajuan ekonomi 
masyarakat, mengembangkan sistem keamanan sosial dan mengurangi jurang 
pemisah dalam hal distribusi pendapatan. 
3) Hak Milik Individu, selain dari kedua jenis pemilikan di atas, harta-harta lain boleh 
dimiliki oleh individu secara syar’i dan setiap individu itu perlu membelanjakannya 
secara syar’i juga. Proses kepemilikan harus didapatkan melalui cara yang sah 
menurut agama Islam. 
 Islam mengakui adanya hak milik pribadi, dan menghargai pemiliknya, selama 
harta itu diperoleh dengan jalur yang sah menurut agama islam. Dan Islam tidak 
10 
Ekonomi Syariah
melindungi kepemilikan harta benda yang diperoleh dengan jalan haram. 
Sehingga Imam Al-Ghazali membagi menjadi 6 jenis harta yang dilindungi oleh 
Islam (sah menurut agama islam)6: 
a. Diambil dari suatu sumber tanpa ada pemiliknya, misal: barang tambang, 
menggarap lahan yang mati, berburu, mencari kayu bakar, mengambil air 
sungai, dll. 
b. Diambil dari pemiliknya secara paksa karena adanya unsur halal, misal: harta 
rampasan. 
c. Diambil secara paksa dari pemiliknya karena ia tidak melaksanakan kewajiban, 
misal: zakat. 
d. Diambil secara sah dari pemiliknya dan diganti, misal: jual beli dan ikatan 
perjanjian dengan menjauhi syarat-syarat yang tidak sesuai syariat. 
e. Diambil tanpa diminta, misal: harta warisan setelah dilunasi hutang-hutangnya. 
 Penggunaan benda-benda milik pribadi tidak boleh berdampak negatif/ 
mudharat pada orang lain, tapi memperhatikan masalah umat. Islam membenarkan 
hak milik pribadi, karena islam memelihara keseimbangan antara pemuasan 
beragam watak manusia dan kebaikan umum dimasyarakat. Dalam hubungan ini, 
ada syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai kekuasaan individu dalam 
mengakui keberadaan hak milik pribadi yaitu memperhatikan masalah umat. 
Islam mendorong pemilik harta untuk menyerahkan kelebihan 
kekayaannya kepada masyarakat/umat setelah mememnuhi kepuasan untuk diri 
sendiri dan keluarga (zakat). Tetapi, membatasi hak untuk menggunakan harta itu 
menurut kesukaannya sendiri. Hal ini dilakukan untuk perlindungan kebaikan 
umum dan agar hak milik pribadi tidak memberikan dampak negatif pada orang 
lain. Inilah paham islam yang moderat dalam mengakui hak pribadi. Ia 
mengambil sikap moderat antara mereka yang mendewakan hak miik dan mereka 
yang secara mutlak menafikan hak milik. 
 Dalam penggunaan hak milik pribadi untuk kepentingan pribadi dibatasi oleh 
ketentuan syariat. Setiap individu memiiki kebebasan untuk menikmati hak 
miliknya, menggunakannya secara produktif, memindahkannya, melindunginya 
dari penyia-nyiaan harta. Tetapi, haknya itu dibatasi oleh sejumlah limitasi 
6 http://ricky-diah.blogspot.com/2011/09/-kepemilikan-dan-sebab-sebabnya.html [diakses pada 26 
September 2014] 
11 
Ekonomi Syariah
tertentu yang sesuai syariat, tentunya. Ia tidak boleh menggunakannya semena-mena, 
juga tak boleh menggunakannya untuk tujuan bermewah-mewahan. Dalam 
bertransaksi pun tidak boleh melakukan cara-cara yang terlarang. 
Karena manusia hanya sebagai pemegang amanah, maka sudah selayaknya 
ia harus sanggup menerima batasan-batasan yang dibebankan oleh masyarakat 
terhadap penggunaan harta benda tersebut. Batasan tersebut semata-mata untuk 
mencegah kecenderungan sebagian pemilik harta benda yang bertindak sewenang-wenang 
(ekspolitasi) dalam masyarakat. Pemilik harta yang baik adalah yang 
bertenggang rasa dalam menikmati hak mereka denganbebas tanpa dibatasi dan 
dipengaruhi oleh kecenderungan diatas sehingga dapat mencapai keadilan sosial 
di dalam masyarakat. 
2.5 CARA PENGELOLAAN KEPEMILIKAN (AT-TASHARRUF FI AL MILKIYAH) 
Secara dasarnya, pengelolaan kepemilikan harta kekayaan yang telah dimiliki 
mencakup dua kegiatan, yaitu7: 
a) Pembelanjaan Harta (Infaqul Mal) 
Pembelanjaan harta (Infaqul Mal) adalah pemberian harta kekayaan yang 
telah dimiliki. Dalam pembelanjaan harta milik individu yang ada, Islam 
memberikan tuntunan bahawa harta tersebut haruslah dimanfaatkan untuk 
nafkah wajib seperti nafkah keluarga, infaq fi sabilillah, membayar zakat, dan 
lain-lain. Kemudian nafkah sunnah seperti sedekah, hadiah dan lain-lain. Baru 
kemudian dimanfaatkan untuk hal-hal yang mubah (harus). Dan hendaknya harta 
tersebut tidak dimanfaatkan untuk sesuatu yang terlarang seperti untuk membeli 
barang-barang yang haram seperti minuman keras, babi, dan lain-lain. 
b) Pengembangan Harta (Tanmiyatul Mal) 
Pengembangan harta (Tanmiyatul Mal) adalah kegiatan memperbanyak 
jumlah harta yang telah dimiliki. Seorang muslim yang ingin mengembangkan 
harta yang telah dimiliki, wajib terikat dengan ketentuan Islam berkaitan dengan 
pengembangan harta. Secara umum Islam telah memberikan tuntunan 
pengembangan harta melalui cara-cara yang sah seperti jual-beli, kerja sama 
syirkah yang Islami dalam bidang pertanian, perindustrian, maupun perdagangan. 
7 Rivai, Veitzhal dan Andi Buchari. Op.Cit., hal. 367 
12 
Ekonomi Syariah
Selain Islam juga melarang pengembangan harta yang terlarang seperti dengan 
jalan aktivitas riba, judi, serta aktivitas terlarang lainnya. 
Pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan umum itu adalah 
hak negara (Daulah Islamiyah), kerana negara (Daulah Islamiyah) adalah wakil ummat. 
Meskipun menyerahkan kepada negara (Daulah Islamiyah) untuk mengelolanya, namun 
Allah SWT telah melarang negara (Daulah Islamiyah) untuk mengelola kepemilikan umum 
tersebut dengan jalan menyerahkan penguasaannya kepada orang tertentu. Sementara 
mengelola dengan selain dengan cara tersebut diperbolehkan, asal tetap berpijak kepada 
hukum-hukum yang telah dijelaskan oleh syara'. 
Adapun pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan negara 
(Daulah Islamiyah) dan kepemilikan individu, nampak jelas dalam hukum-hukum baitul mal 
serta hukum-hukum muamalah, seperti jual-beli, gadai (rahn), dan sebagainya. As Syari' juga 
telah memperbolehkan negara (Daulah Islamiyah) dan individu untuk mengelola masing-masing 
kepemilikannya, dengan cara tukar menukar (mubadalah) atau diberikan untuk orang 
tertentu ataupun dengan cara lain, asal tetap berpijak kepada hukum-hukum yang telah 
dijelaskan oleh syara’. 
2.6 CARA PEMBAGIAN HARTA DALAM ISLAM8 
1) Mutaqawwim dan Ghair Mutaqawwim 
Menurut Wahbah Zuhaili(1989,IV,hal.44), al-maal al mutaqawwim adalah harta yang 
dicapai atau diperoleh manusia dengan sebuah upaya, dan diperbolehkan oleh syara' untuk 
memanfaatkannya, seperti makanan, pakaian, kebun apel, dan lainnya. al-maal gairu al 
mutaqawwim adalah harta yang belum diraih atau dicapai dengan suatu usaha, maksudnya 
harta tersebut belum sepenuhnya berada dalam genggaman kepemilikan manusia, seperti 
mutiara di dasar laut, minyak di perut bumi, dan lainnya. Atau harta tersebut tidak 
diperbolehkan syara' untuk dimanfaatkan, kecuali dalam keadaan darurat, seperti minuman 
keras. Bagi seorang muslim, harta gairu al mutaqawwim tidak boleh dikonsumsi, kecuali 
dalam keadaan darurat. 
Namun demikian, yang diperbolehkan adalah kadar minimal yang bisa 
menyelamatkan hidup, tidak boleh berlebihan. Bagi non-muslim, minuman keras dan babi 
adalah harta mutaqwwim, ini menurut pandangan ulama Hanafiyah. Konsekuensinya, jika 
8 http://amrianidris.blogspot.com/2014/06/konsep-harta-dan-kepemilikan-dalam-islam.html [diakses 
pada 27 September 2014 
13 
Ekonomi Syariah
terdapat seorang muslim atau non-muslim yang merusak kedua komoditas tersebut, maka 
berkewajiban untuk menggantinya. 
Berbeda dengan mayoritas ulama fiqh, kedua komoditas tersebut termasuk 
dalam ghair mutaqawwim, sehingga tidak ada kewajiban untuk menggantinya. Dengan 
alasan, bagi non-muslim yang hidup di daerah Islam harus tunduk aturan Islam dalam hal 
kehidupan bermuamalah. Apa yang diperbolehkan bagi muslim, maka dibolehkan juga bagi 
non-muslim, dan apa yang dilarang bagi muslim, juga berlaku bagi non-muslim. 
Dengan adanya pembagian harta menjadi mutaqawwim dan ghair 
mutaqawwim terdapat implikasi hukum yang harus diperhatikan: 
 Sah atau tidaknya harta tersebut menjadi obyek transaksi. Al-maal al 
mutaqawwim bisa dijadikan obyek transaksi, dan transaksi yang dilakukan sah 
adanya. Misalnya jual beli, sewa-menyewa, hibah, syirkah, dan lainnya. 
Untuk ghair mutaqawwim, tidak bisa dijadikan obyek transaksi, maka 
transaksinya rusak atau batal adanya. Al-maal al mutaqawwim sebagai obyek 
transaksi, merupakan syarat sahnya sebuah transaksi. 
 Adanya kewajiban untuk menggantinya, ketika terjadi kerusakan. Jika 
hartamutaqawwim dirusak, maka harus diganti. Jika terdapat padanannya, maka 
harus dganti semisalnya, namun tidak bisa diganti sesuai dengan nilainya. 
 Jika harta ghair mutaqawwim dimiliki oleh seorang muslim, maka tidak ada 
kewajiban untuk menggantinya. Berbeda dengan non-muslim (yang hidup dalam 
daerah kekuasaan Islam), jka hewan babinya dibunuh, atau minuman kerasnya 
dibakar, maka ada kewajiban untuk menggantinya, karena keduanya 
merupakan al-maal al mutaqawwim bagi kehidupan mereka, ini merupakan 
pandangan ulama fiqh Hanafiyah. 
2) 'Iqar dan Manqul 
Menurut Hanafiyah (1989.IV, hal.46), manqul adalah harta yang memungkinkan 
untuk dipindah, ditransfer dari suatu tempat ke tempat lainnya, baik bentuk fisiknya (dzat 
atau 'ain) berubah atau tidak, dengan adanya perpindahan tersebut. Diantaranya adalah uang, 
harta perdagangan, hewan, atau apa pun komoditas lain yang dapat ditimbang atau diukur. 
Sedangkan 'iqar adalah sebaliknya, harta yang tidak bisa dipindah dari satu tempat ke tempat 
lainnya, seperti tanah dan bangunan. Namun demikian, tanaman, bangunan atau apapun yang 
terdapat di atas tanah, tidak bisa dikatakan sebagai iqar kecuali ia tetap mengikuti atau 
14 
Ekonomi Syariah
bersatu dengan tanahnya. Jika tanah yang terdapat bangunannya dijual, maka tanah dan 
bangunan tersebut merupakan harta 'iqar. 
Namun, jika bangunan atau tanaman dijual secara terpisah dari tanahnya, maka 
bangunan tersebut bukan merupakan harta 'iqar. Intinya, menurut Hanafiyah, harta 'iqar hanya 
terfokus pada tanah, sedangkan manqul adalah harta selain tanah. Berbeda dengan Hanafiyah, 
ulama madzhab Malikiyah cenderung memper sempit makna harta manqul, dan memperluas 
makna harta iqar. Menurut malikiyah, manqul adalah harta yang mungkin untuk dipindahkan 
atau ditransfer dari satu tempat ketempat lainnya tanpa adanya perubahan atas bentuk fisik 
semula, seperti kendaraan, buku, pakaian, dan lainnya. 
Sedangkan 'iqar adalah harta yang secara asal tidak mungkin bisa dipindah atau 
ditransfer. seperti tanah, atau mungkin dapat dipindah, akan tetapi terdapat perubahan atas 
bentuk fisiknya, seperti pohon, ketika dipindah akan berubah menjadi lempengan kayu. 
Dalam perkembanganya, harta manqul dapat berubah menjadi harta 'iqar, dan begitu 
juga sebaliknya. Pintu, listrik, batu bata, semula merupakan harta manqul, akan tetapi setelah 
melekat pada bangunan, maka akan berubah menjadi harta 'iqar. Begitu juga dengan batu 
bara, minyak bumi, emas, ataupun barang tambang lainnya, semula merupakan harta 'iqar, 
akan tetapi setelah berpisah dari tanah berubah menjadi harta manqul. 
Dengan adanya pembagian harta menjadi 'iqar dan manqul, akan terdapat 
beberapa implikasi hokum sebagai berikut: 
· Dalam harta 'iqar terdapat hak syuf'ah, sedangkan harta manqul tidak terdapat 
di dalamnya, kecuali hartamanqul tersebut menempel pada harta 'iqar. 
· Menurut Hanafiyah, harta yang diperbolehkan untuk di -waqaf-kan adalah 
harta 'iqar. Harta manqul diperbolehkan jika menempel atau ikut terhadap harta 
'iqar, seperti me-waqaf-kan tanah beserta bangunan, perabotan, dan segala sesuatu 
yang terdapat di atasnya. Atau harta manqul yang secara umum sudah menjadi 
obyek waqaf, seperrti mushaf, kitab-kitab, atau peralatan jenazah. Berbeda 
dengam jumhur ulama, menurut mereka. kedua macam harta tersebut dapat 
dijadikan sebagai obyek waqaf. 
· Seorang wali tidak boleh menjual harta 'iqar atas orang yang berada dalam 
tanggungannya, kecuali mendapatkan alasan yang dibenarkan syara', seperti untuk 
membayar hutang, memenuhi kebutuhan darurat, atau kemaslahatan lain yang 
bersifat urgen. Alangkah baiknya jika harta manqul yang lebih diproritaskan untuk 
15 
Ekonomi Syariah
dijual, karena harta 'iqar diyakini memiliki kemaslahatan lebih besar bagi 
pemilikinya, jadi tidak mudah untuk menjualnya. 
· Menurut Abu Hanifah dan Abu Yusuf, harta ;iqar boleh ditransaksikan, 
walaupun belum diserahterimakan. Berbeda dengan harta manqul, ia tidak bisa 
ditransaksikan sebelum ada serah-terima, karena kemungkinan terjadinya 
kerusakan sangat besar. 
3) Mitsli dan Qilmi 
Al maal al mitsli adalah harta yang terdapat padanannya dipasaran, tanpa adaya 
perbedaan atas bentuk fisik atau bagian-bagiannya, atau kesatuannya. Harta mitsli dapat 
dikatagorikan menjadi empat bagian: 
 Al makilaat (sesuatu yang dapat ditakar) seperti; gandu, terigu, beras. 
 Al mauzunaat (sesuatu yang dapat ditimbang) seperti; kapas, besi, tembaga. 
 Al 'adadiyat (sesuatu yang dapat dihitung) seperti; pisang, telor, apel, begitu 
juga dengan hasil-hasil industri, seperti; mobil yang satu tipe, buku-buku baru, 
perabotan rumah, dan lainnya. 
 Al dzira'iyat (sesuatu yang dapat diukur dan memiliki persamaan atas bagian-bagiannya) 
seperti; kain, kertas, tapi jika terdapat perbedaan atas juz-nya (bagian), 
maka dikatagorikan sebagai harta qimi, seperti tanah; 
 Al maal al qimi adalah harta yang tidak terdapat padanannya di pasaran, atau 
terdapat padanannya, akan tetapi nilai tiap satuannya berbeda, seperti domba, 
tanah, kayu, dan lainnya. Walaupun sama jika dilihat dari fisiknya, akan tetapi 
stiap satu domba memiliki nilai yang berbeda antara satu dan lainnya. Juga 
termasuk dalam harta qimiadalah durian, semangka yang memilki kualitas dan 
bentuk fisik yang berbeda. 
Dalam perjalanannya, harta mistsli bisa berubah menjadi harta qimi atau sebaliknya; 
 Jika harta mitsli susah untuk didapatkan di pasaran (terjadi kelangkaan atau 
scarcity), maka secara otomatis berubah menjadi harta qimi; 
 Jika terjadi percampuran antara dua harta mitsli dari dua jenis yang berbeda, 
seperti modifikasi Toyota dan Honda, maka mobiltersebut menjadi harta qimi; 
 Jika harta qimi terdapat anyak padanannya di pasaran, maka secara otomatis 
menjadi harta mitsli. 
16 
Ekonomi Syariah
Dengan adanya pembagian harta mitsli dan qimi, memiliki implikasi hukum sebagai 
berikut: 
 Harta mitsli bisa menjadi tsaman (harga) dalam jual-beli hanya dengan 
menyebutkan jenis dan sifatnya, sedangkan harta qimi tidak bisa menjadi tsman. 
Jika harta qimi dikaitkan dengan hak-hak finansial, maka harus disebutkan secara 
detail, karena hal itu akan mempengaruhi nilai yang dicerminkannya, seperti 
domba Australia, tentunya akan berbeda nilainya dengan domba Indonesia, 
walaupun mungkin jenis dan sifatnya sama. 
 Jika harta mitsli dirusak oleh orang, maka wajib diganti dengan padanannya 
yang mendekati nilai ekonomisnya (finansial), atau sama. 
 Tapi jika harta qimi dirusak, maka harus diganti sesuai dengan keinginanya, 
walaupun tanpa izin dari pihak lain. Berbeda dengan harta qimi walaupun 
mungkin jenisnya sama, tapi nilainya bisa berbeda, dengan demikian pengambilan 
harus atas izin orang-orang yang berserikat. 
 Harta mitsli rentan dengan riba fadl. Jika terjadi pertukara diantara 
harta mitsli, dan tidak terdaat persamaan dalam kualitas, kuantitas, dankadarnya, 
maka akan terjebak dalam riba fadl. Berbeda dengan harta qimiyang relatif 
resisten terhadap riba. Jika dipertukarkan dan terdapatperbedaan, maka tidak ada 
masalah. Diperbolehkan menjual satu domba dengan dua domba. 
4) Istikhlaki dan Isti'mali 
Al maal al istikhlaki adalah harta yang tidak mungkin bisa dimanfaatkan kecuali 
dengan merusak bentuk fisik harta tersebut, seperti aneka warna makanan dan minuman, 
kayu bakar, BBM, uang, dan lainnya. Jika kita ingin memanfaatkan makanan dan minuman, 
maka kita harus memakan dan meminumnya sampai bentuk fisiknya tidak kita jumpai, 
artinya barang tersebut tidak akan mendatangkan manfaat, kecuali dengan merusaknya. 
Adapun untuk uang, cara mengkonsumsinya adalah dengan membelanjakanya. Ketika 
uang tersebut keluar dari saku dan genggaman sang pemilik, maka uang tersebut dinyatakan 
hilang dan hangus, karena sudah menjadi milik orang lain, walaupun mungkin secara fisik, 
bentuk dan wujudnya masih tetap sama. Intinya, harta istikhlaki adalah harta yang hanya bisa 
dikonsumsi sekali saja. 
17 
Ekonomi Syariah
Al maal al isti'mali adalah harta yang mungkin untuk bisa dimanfaatkan tanpa harus 
merusak bentuk fisiknya, seperti perkebunan, rumah kontrakan, kendaraan, pakaian, dan 
lainnya. Berbeda dengan istikhlaki, harta isti'mali bisa dipakai dan dikonsumsi untuk 
beberapa kali. 
Harta istikhlaki bisa ditransaksikan dengan tujuan konsumsi, tidak bisa misalnya kita 
meminjamkan dan atau menyewakan makanan. Sebaliknya, harta isti'mali bisa digunakan 
sebagai obyek iijarah (sewa). Namun demikian kedua harta tersebut bisa dijadikan 
sebagaiobyek jual beli atau titipan. 
Disamping itu, Mustafa A. Zarqa juga membagi harta menjadi maal al ashl dan maal 
al tsamarah. Yang dimaksud dengan maal al ashl adalah harta benda yang dapat menghasilkan 
harta lain. Sedangkan harta maal al tsamarahadalah harta benda yang tumbuh atau dihasilkan 
dari maal al ashl tanpa menyebabkan kerusakan atau kerugian atasnya. Misalnya sebidang 
kebun menghasilkan buah-buahan. 
Maka, kebun merupakan maal al ashl, sedang buah-buahan merupakan maal al 
tsamarah (Zarqa,III,HAL.217-218). Pembagian harta ini menimbulkan beberapa 
konsekuensi Implikasi hukum sebagai berikut: 
· Pada prinsipnya, harta wakaf tidk dapat dimiliki atau ditasharrufkan menjadi milik 
peorangan, namun hal serupa dapat dilakukan terhadap hasil harta wakaf. 
· Harta yang dipruntukkan bagi kepentingan dan fasilitas umum, seerti jalan dan 
pasar,pada prinsipnya tidak dapat dimiliki oleh erseorangan. Sedangkan 
penghasilan dari harta umum ini dapat dimiliki (Mas'adi,2002, hal.27-28) 
2.7 MAQASHID SYARIAH DALAM KEPEMILIKAN HARTA 
Memelihara harta atau kepemilikan harta secara individu, umum dan kepemilikan 
Negara merupakan salah satu dari lima unsur kemaslahatan dalam maqashid syariah (tujuan 
syariah). Dilihat dari segi kepentingannya, memelihara harta dapat dibedakan menjadi tiga 
peringkat9: 
1. Memelihara harta dalam peringkat daruriyyat, seperti Syari’at tentang tatacara 
pemilikan harta dan larangan mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak 
sah, apabila aturan itu dilanggar, maka berakibat terancamnya eksistensi harta. 
9 http://amrianidris.blogspot.com/2014/06/konsep-harta-dan-kepemilikan-dalam-islam.html [diakses 
pada 27 September 2014 
18 
Ekonomi Syariah
2. Memelihara harta dalam peringkat hajiyyat seperti syari’at tentang jual beli 
dengan cara salam. Apabila cara ini tidak dipakai, maka tidak akan terancam 
eksistensi harta, melainkan akan mempersulit orang yang memerlukan modal. 
3. Memelihara harta dalam peringkat tahsiniyyat, seperti ketentuan tentang 
menghindarkan diri dari pengecohan atau penipuan. Hal ini erat kaitannya dengan 
etika bermuamalah atau etika bisnis. Hal ini juga akan mempengaruhi kepada sah 
tidaknya jual beli itu, sebab peringkat yang ketiga ini juga merupakan syarat 
adanya peringkat yang kedua dan pertama. 
4. Hak milik individu, dalam mendapatkannya harus sesuai dengan syariat Islam 
yaitu dengan cara bekerja ataupun warisan dan tidak boleh memakan harta orang 
lain dengan cara yang bathil atau memakan hasil riba. Menggunakannya pun harus 
sesuai dengan syariat Islam, tidak digunakan untuk hal-hal yang dilarang oleh 
agama dan tidak digunakan untuk hal-hal yang bersifat mubazir atau pemborosan. 
Selain itu, harus mengeluarkan zakat dan infaq guna membersihkan harta sesuai 
dengan harta yang dimiliki. 
5. Hak milik sosial ataupun umum, karena kepemilikan benda-benda ini secara umum 
(air, rumput dan api) yang merupakan sumber daya alam manusia yang tidak dapat 
dimiliki perorangan kecuali dalam keadaan tertentu, maka cara menjaganya harus 
dilestarikan dan tidak digunakan dengan semena-mena. Misalnya, air sungai 
dijaga kejernihanya dengan cara tidak membuang sampah atau limbah ke sungai. 
Hutan dijaga kelestarian tumbuhannya, tidak boleh ada penebangan liar. 
6. Hak milik Negara, pada dasarnya kekayaan Negara merupakan kekayaan umum, 
namun pemerintah diamanahkan untuk mengelolanya dengan baik. Dengan begitu 
suatu Negara dituntut mengelola kekayaan Negara dengan cara menjaga dan 
mengelola sumber daya alam dan sumber pendapatan Negara jangan sampai 
diambil alih oleh Negara lain dan tidak boleh digunakan untuk kepentingan 
pribadi (korupsi). Dan hasilnya digunakan untuk kepentingan umum juga, seperti 
penyelenggaraan pendidikan, regenerasi moral, membangun sarana dan prasarana 
umum, dan menyejahterakan masyarakat. 
19 
Ekonomi Syariah
2.8 KEDUDUKAN HARTA DALAM ISLAM10 
1. Harta Sebagai Amanah Dari Allah SWT 
Harta merupakan amanah bagi manusia, karena manusia tidak mampu mengadakan 
sesuatu benda dari tiada menjadi ada. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Albert Einstein 
(seorang ahli Ilmu Fisika), manusia tidak mampu menciptakan energi; yang mampu manusia 
lakukan adalah mengubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain. Jadi pencipta awal 
segala energi adalah Allah SWT. 
2. Harta Sebagai Perhiasan Hidup Manusia 
Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk memiliki, menguasai, dan 
menikmati harta, namun demikian manusia harus sadar bahwa harta yang dimilikinya 
hanyalah merupakan perhiasan selama ia hidup di dunia. Sebagai perhiasan hidup, harta 
seringkali menyebabkan keangkuhan, kesombongan, serta kebanggaan diri sebagaimana yang 
diungkapkan dalam Surah Al ‘Alaq ayat 6-7. 
3. Harta Sebagai Ujian Keimanan 
Dalam memperoleh dan memanfaatka harta, harus kita perhatikan apakah telah sesuai 
atau tidak sesuai dengan ajaran Islam. Dalam Surah An Anfaal ayat 28 dikemukakan bahwa 
sesungguhnya harta dan anak-anak adalah suatu cobaan dari Allah SWT. 
4. Harta Sebagai Bekal Ibadah 
Dengan memiliki harta maka kita dapat melaksanakan perintah Allah SWT dan 
melaksanakan muamalah di antara sesama manusia melalui kegiatan zakat, infak dan sedekah 
sebagaimana yang dikemukakan dalam Surah At Taubah Ayat 41 & 60 serta Al Imran Ayat 
133-134. 
10 http://digopriyanto6.blogspot.com/2013/07/seperti-apakah-pandangan-islam-mengenai.html [diakses 
pada 27 September 2014] 
20 
Ekonomi Syariah
BAB 3 
PENUTUP 
3.1 SIMPULAN 
Islam mengakui adanya hak milik pribadi (individu) dan memperbolehkan usaha-usaha 
serta inisiatif individu di dalam menggunakan dan mengelola harta pribadinya. Islam 
juga telah memberikan batasan-batasan tertentu yang sesuai syariat sehingga seseorang dapat 
menggunakan harta pribadinya tanpa merugikan kepentingan umum. Sebenarnya kerangka 
sistem Islam secara keseluruhan ini dibentuk berdasarkan kebebasan individu di dalam 
mencari dan memiliki harta benda dan campur tangan pemerintah (intervensi) yang sangat 
terbatas hanya terhadap harta yang sangat diperlukan oleh masyarakat, selain itu tidak. 
Namun, ada beberapa kepentingan umum yang tidak bisa di kelola dan dimiliki secara 
perorangan (KA, pos, listrik, air, dsb), tapi semua itu menjadi milik dan dikelola oleh negara 
untuk kepentingan umum. Kemudian terdapat perbedaan sifat hak milik, baik itu pribadi 
maupun umum, yang terdapat dalam Islam dengan kapitalis dan komunis. Di dalam kapitalis, 
hak milik individu adalah mutlak tak terbatas. Dalam komunis, hak milik diabaikan sama 
sekali. Sedangkan di dalam Islam, hak individu itu berada dalam keadaan norma, bukan tak 
21 
Ekonomi Syariah
terbatas seperti yang terdapat dalam kapitalis, ataupun ditekan sama sekali seperti yang 
terdapat dalam komunis. Inilah sisi kemoderatan Islam dalam memandang hak milik. 
3.2 SARAN 
Ekonomi Syariah Islam telah terbukti dalam membangun ekonomi nasional jadi 
pemerintah harus segera mempergunakan sistem ekonomi Islam untuk mencapai keadilan dan 
kemakmuran bagi rakyat. Pemerintah jangan menghilangkan sistem ekonomi Islam pada era 
sekarang ini melainkan harus terus menjaga ekonomi Syariah Islam. 
Mengenai pembelanjaan harta, Islam mengajarkan agar membelanjakn hartanya mula-mula 
untuk mencukupkan kebutuhan dirinya sendiri, lalu untuk memenuhi kebutuhan 
keluarga yang menjadi tanggungannya, barulah memenuhi kebutuhan masyarakat. 
DAFTAR PUSTAKA 
Buku 
Hakim, Lukman. 2012. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam. Jakarta: Erlangga 
Rivai, Veitzhal dan Andi Buchari. 2009. Islamic Economics “Ekonomi Syariah bukan Opsi. 
Tapi SOLUSI!”. Jakarta: Bumi Aksara 
Situs Internet 
http://eki-blogger.blogspot.com/2012/09/kepemilikan-dalam-islam.html 
http://dinilidari.blogspot.com/2011/10/-kepemilikan-dalam-islam.html 
http://ricky-diah.blogspot.com/2011/09/-kepemilikan-dan-sebab-sebabnya.html 
http://amrianidris.blogspot.com/2014/06/konsep-harta-dan-kepemilikan-dalam-islam.html 
http://digopriyanto6.blogspot.com/2013/07/seperti-apakah-pandangan-islam-mengenai.html 
22 
Ekonomi Syariah
23 
Ekonomi Syariah

More Related Content

What's hot

Jualah (sayembara atau undian berhadiah)
Jualah (sayembara atau undian berhadiah)Jualah (sayembara atau undian berhadiah)
Jualah (sayembara atau undian berhadiah)Indah Agustina
 
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAMfissilmikaffah1
 
Konsep kepemilikan dalam islam
Konsep kepemilikan dalam islamKonsep kepemilikan dalam islam
Konsep kepemilikan dalam islamSifa Siti Mukrimah
 
PPT LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
PPT LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAMPPT LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
PPT LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAMwafa khairani
 
09.1 HUKUM SAMSARAH (RUKUN & SYARAT)
09.1 HUKUM SAMSARAH (RUKUN & SYARAT)09.1 HUKUM SAMSARAH (RUKUN & SYARAT)
09.1 HUKUM SAMSARAH (RUKUN & SYARAT)fissilmikaffah1
 
Teori Harta Dalam Islam
Teori Harta Dalam IslamTeori Harta Dalam Islam
Teori Harta Dalam IslamEkonomiIslam
 
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam IslamFiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam IslamHaristian Sahroni Putra
 
Murabahah salam istishna'
Murabahah salam istishna'Murabahah salam istishna'
Murabahah salam istishna'Marhamah Saleh
 
Presentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBAPresentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBAAini29
 
01 URGENSI FIQIH MUAMALAH
01 URGENSI FIQIH MUAMALAH01 URGENSI FIQIH MUAMALAH
01 URGENSI FIQIH MUAMALAHfissilmikaffah1
 
Ppt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islam
Ppt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islamPpt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islam
Ppt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islamppt education
 
PERBEDAAN RIBA DENGAN BUNGA
PERBEDAAN RIBA DENGAN BUNGAPERBEDAAN RIBA DENGAN BUNGA
PERBEDAAN RIBA DENGAN BUNGAHeny Larasatii
 
Profit Sharing Dalam Bank Syari'ah
Profit Sharing Dalam Bank Syari'ahProfit Sharing Dalam Bank Syari'ah
Profit Sharing Dalam Bank Syari'ahmadureh
 
Tugas ppt transaksi dan akad ps
Tugas ppt transaksi dan akad psTugas ppt transaksi dan akad ps
Tugas ppt transaksi dan akad psindahlestari157
 

What's hot (20)

Jualah (sayembara atau undian berhadiah)
Jualah (sayembara atau undian berhadiah)Jualah (sayembara atau undian berhadiah)
Jualah (sayembara atau undian berhadiah)
 
murabahah
murabahahmurabahah
murabahah
 
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
 
Rahn (Gadai Syariah)
Rahn (Gadai Syariah)Rahn (Gadai Syariah)
Rahn (Gadai Syariah)
 
Konsep kepemilikan dalam islam
Konsep kepemilikan dalam islamKonsep kepemilikan dalam islam
Konsep kepemilikan dalam islam
 
Fiqih Riba
Fiqih RibaFiqih Riba
Fiqih Riba
 
FIQH MUAMALAH - IJARAH
FIQH MUAMALAH -  IJARAHFIQH MUAMALAH -  IJARAH
FIQH MUAMALAH - IJARAH
 
PPT LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
PPT LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAMPPT LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
PPT LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
 
13 HUKUM 'ARIYAH
13 HUKUM 'ARIYAH13 HUKUM 'ARIYAH
13 HUKUM 'ARIYAH
 
09.1 HUKUM SAMSARAH (RUKUN & SYARAT)
09.1 HUKUM SAMSARAH (RUKUN & SYARAT)09.1 HUKUM SAMSARAH (RUKUN & SYARAT)
09.1 HUKUM SAMSARAH (RUKUN & SYARAT)
 
Teori Harta Dalam Islam
Teori Harta Dalam IslamTeori Harta Dalam Islam
Teori Harta Dalam Islam
 
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam IslamFiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
 
Murabahah salam istishna'
Murabahah salam istishna'Murabahah salam istishna'
Murabahah salam istishna'
 
Presentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBAPresentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBA
 
01 URGENSI FIQIH MUAMALAH
01 URGENSI FIQIH MUAMALAH01 URGENSI FIQIH MUAMALAH
01 URGENSI FIQIH MUAMALAH
 
Ppt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islam
Ppt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islamPpt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islam
Ppt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islam
 
Ijarah (Sewa)
Ijarah (Sewa)Ijarah (Sewa)
Ijarah (Sewa)
 
PERBEDAAN RIBA DENGAN BUNGA
PERBEDAAN RIBA DENGAN BUNGAPERBEDAAN RIBA DENGAN BUNGA
PERBEDAAN RIBA DENGAN BUNGA
 
Profit Sharing Dalam Bank Syari'ah
Profit Sharing Dalam Bank Syari'ahProfit Sharing Dalam Bank Syari'ah
Profit Sharing Dalam Bank Syari'ah
 
Tugas ppt transaksi dan akad ps
Tugas ppt transaksi dan akad psTugas ppt transaksi dan akad ps
Tugas ppt transaksi dan akad ps
 

Viewers also liked

Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikanMakalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikanMiftah Iqtishoduna
 
HARTA DALAM ISLAM
HARTA DALAM ISLAMHARTA DALAM ISLAM
HARTA DALAM ISLAMNurul Husna
 
Konsep Pemilikan Dalam Islam
Konsep Pemilikan Dalam IslamKonsep Pemilikan Dalam Islam
Konsep Pemilikan Dalam IslamMahyuddin Khalid
 
Konsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islamKonsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islamGazali Mdr
 
Sistem kepemilikan dalam islam
Sistem kepemilikan dalam islamSistem kepemilikan dalam islam
Sistem kepemilikan dalam islamMuhammad Jamhuri
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMakalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMiftah Iqtishoduna
 
Ayat Ekonomi tentang Hak Milik
Ayat Ekonomi tentang Hak MilikAyat Ekonomi tentang Hak Milik
Ayat Ekonomi tentang Hak MilikAlief Reza KC
 
Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"
Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"
Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"Novianti Rossalina
 
Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)
Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)
Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)Early Ridho Kismawadi
 
Akuntansi penanaman modal dalam saham dan dana & aktiva tetap berwujud
Akuntansi penanaman modal dalam saham dan dana & aktiva tetap berwujudAkuntansi penanaman modal dalam saham dan dana & aktiva tetap berwujud
Akuntansi penanaman modal dalam saham dan dana & aktiva tetap berwujuddriziz abdulaziz
 
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariahPenyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariahyogieardhensa
 
Pengembangan harta menurut islam
Pengembangan harta menurut islamPengembangan harta menurut islam
Pengembangan harta menurut islamGus Alwy Muhammad
 
Perencanaan Pembangunan berbasis Partisipasi Masyarakat
Perencanaan Pembangunan berbasis Partisipasi MasyarakatPerencanaan Pembangunan berbasis Partisipasi Masyarakat
Perencanaan Pembangunan berbasis Partisipasi MasyarakatDadang Solihin
 
Jizyah, ghanimah, dan fa'i
Jizyah, ghanimah, dan fa'iJizyah, ghanimah, dan fa'i
Jizyah, ghanimah, dan fa'iYusuf Darismah
 
Rangkuman hukum islam tentang mawaris
Rangkuman hukum islam tentang mawarisRangkuman hukum islam tentang mawaris
Rangkuman hukum islam tentang mawarisikafia maulidia
 

Viewers also liked (20)

Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikanMakalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
 
Konsep Harta Dalam Islam
Konsep Harta Dalam IslamKonsep Harta Dalam Islam
Konsep Harta Dalam Islam
 
HARTA DALAM ISLAM
HARTA DALAM ISLAMHARTA DALAM ISLAM
HARTA DALAM ISLAM
 
Konsep Pemilikan Dalam Islam
Konsep Pemilikan Dalam IslamKonsep Pemilikan Dalam Islam
Konsep Pemilikan Dalam Islam
 
Konsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islamKonsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islam
 
Sistem kepemilikan dalam islam
Sistem kepemilikan dalam islamSistem kepemilikan dalam islam
Sistem kepemilikan dalam islam
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMakalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
 
Ayat Ekonomi tentang Hak Milik
Ayat Ekonomi tentang Hak MilikAyat Ekonomi tentang Hak Milik
Ayat Ekonomi tentang Hak Milik
 
Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"
Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"
Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"
 
Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)
Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)
Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)
 
Solusi islam terhadap masalah freeport
Solusi islam terhadap masalah freeportSolusi islam terhadap masalah freeport
Solusi islam terhadap masalah freeport
 
AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH
AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAHAKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH
AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH
 
Akuntansi penanaman modal dalam saham dan dana & aktiva tetap berwujud
Akuntansi penanaman modal dalam saham dan dana & aktiva tetap berwujudAkuntansi penanaman modal dalam saham dan dana & aktiva tetap berwujud
Akuntansi penanaman modal dalam saham dan dana & aktiva tetap berwujud
 
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariahPenyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah
 
Pengembangan harta menurut islam
Pengembangan harta menurut islamPengembangan harta menurut islam
Pengembangan harta menurut islam
 
Perencanaan Pembangunan berbasis Partisipasi Masyarakat
Perencanaan Pembangunan berbasis Partisipasi MasyarakatPerencanaan Pembangunan berbasis Partisipasi Masyarakat
Perencanaan Pembangunan berbasis Partisipasi Masyarakat
 
Jizyah, ghanimah, dan fa'i
Jizyah, ghanimah, dan fa'iJizyah, ghanimah, dan fa'i
Jizyah, ghanimah, dan fa'i
 
Harta dalam islam
Harta dalam islamHarta dalam islam
Harta dalam islam
 
Sistem Perekonomian Islam
Sistem Perekonomian IslamSistem Perekonomian Islam
Sistem Perekonomian Islam
 
Rangkuman hukum islam tentang mawaris
Rangkuman hukum islam tentang mawarisRangkuman hukum islam tentang mawaris
Rangkuman hukum islam tentang mawaris
 

Similar to KONSEP KEPEMILIKAN

Dasar –Dasar Ilmu Ekonomi Syari’ah, Hukum Ekonomi Syari’ah Yang Berhubungan d...
Dasar –Dasar Ilmu Ekonomi Syari’ah, Hukum Ekonomi Syari’ah Yang Berhubungan d...Dasar –Dasar Ilmu Ekonomi Syari’ah, Hukum Ekonomi Syari’ah Yang Berhubungan d...
Dasar –Dasar Ilmu Ekonomi Syari’ah, Hukum Ekonomi Syari’ah Yang Berhubungan d...Zukét Printing
 
Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar - Pengantar Manajeman (M...
Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI)  Al Azhar - Pengantar Manajeman (M...Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI)  Al Azhar - Pengantar Manajeman (M...
Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar - Pengantar Manajeman (M...M Abdul Aziz
 
syariat harta benda dalam islam
syariat harta benda dalam islamsyariat harta benda dalam islam
syariat harta benda dalam islamsujud123
 
Tugas tik makalah 1
Tugas tik makalah 1Tugas tik makalah 1
Tugas tik makalah 1sujud123
 
Makalah produksi,konsumsi dan distribuis (revisi)
Makalah produksi,konsumsi dan distribuis (revisi)Makalah produksi,konsumsi dan distribuis (revisi)
Makalah produksi,konsumsi dan distribuis (revisi)shofiaputri1
 
Presentasi Sistem Ekonomi Islam PAI Kelompok 7.pptx
Presentasi Sistem Ekonomi Islam PAI Kelompok 7.pptxPresentasi Sistem Ekonomi Islam PAI Kelompok 7.pptx
Presentasi Sistem Ekonomi Islam PAI Kelompok 7.pptxDiandraPartaWisnuDew
 
Makalah harta dalam islam
Makalah harta dalam islamMakalah harta dalam islam
Makalah harta dalam islamHarta R
 
Tugas 4 shovi luthfiatul z 2 d
Tugas 4 shovi luthfiatul z 2 dTugas 4 shovi luthfiatul z 2 d
Tugas 4 shovi luthfiatul z 2 dShoviLuth
 
Makalah aik iv
Makalah aik ivMakalah aik iv
Makalah aik ivYunanda NA
 
Hukum Ekonomi Islam & Hukum Waris Islam.docx
Hukum Ekonomi Islam & Hukum Waris Islam.docxHukum Ekonomi Islam & Hukum Waris Islam.docx
Hukum Ekonomi Islam & Hukum Waris Islam.docxZukét Printing
 
Hukum Ekonomi Islam & Hukum Waris Islam.pdf
Hukum Ekonomi Islam & Hukum Waris Islam.pdfHukum Ekonomi Islam & Hukum Waris Islam.pdf
Hukum Ekonomi Islam & Hukum Waris Islam.pdfZukét Printing
 
Ppt ekonomi islam bab 5 & 6
Ppt ekonomi islam bab 5 & 6Ppt ekonomi islam bab 5 & 6
Ppt ekonomi islam bab 5 & 6TyoSuliez
 
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNIS
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNISMAKALAH MANAJEMEN DAN BISNIS
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNISAgungPambudi29
 
AA301 –SISTEM EKONOMI ISLAM
AA301 –SISTEM EKONOMI ISLAMAA301 –SISTEM EKONOMI ISLAM
AA301 –SISTEM EKONOMI ISLAMAs Nuurien Najma
 

Similar to KONSEP KEPEMILIKAN (20)

Dasar –Dasar Ilmu Ekonomi Syari’ah, Hukum Ekonomi Syari’ah Yang Berhubungan d...
Dasar –Dasar Ilmu Ekonomi Syari’ah, Hukum Ekonomi Syari’ah Yang Berhubungan d...Dasar –Dasar Ilmu Ekonomi Syari’ah, Hukum Ekonomi Syari’ah Yang Berhubungan d...
Dasar –Dasar Ilmu Ekonomi Syari’ah, Hukum Ekonomi Syari’ah Yang Berhubungan d...
 
Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar - Pengantar Manajeman (M...
Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI)  Al Azhar - Pengantar Manajeman (M...Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI)  Al Azhar - Pengantar Manajeman (M...
Perkembangan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar - Pengantar Manajeman (M...
 
syariat harta benda dalam islam
syariat harta benda dalam islamsyariat harta benda dalam islam
syariat harta benda dalam islam
 
Tugas tik makalah 1
Tugas tik makalah 1Tugas tik makalah 1
Tugas tik makalah 1
 
Agama dan Ekonomi.pptx
Agama dan Ekonomi.pptxAgama dan Ekonomi.pptx
Agama dan Ekonomi.pptx
 
Makalah produksi,konsumsi dan distribuis (revisi)
Makalah produksi,konsumsi dan distribuis (revisi)Makalah produksi,konsumsi dan distribuis (revisi)
Makalah produksi,konsumsi dan distribuis (revisi)
 
Presentasi Sistem Ekonomi Islam PAI Kelompok 7.pptx
Presentasi Sistem Ekonomi Islam PAI Kelompok 7.pptxPresentasi Sistem Ekonomi Islam PAI Kelompok 7.pptx
Presentasi Sistem Ekonomi Islam PAI Kelompok 7.pptx
 
Makalah harta dalam islam
Makalah harta dalam islamMakalah harta dalam islam
Makalah harta dalam islam
 
Tugas 4 shovi luthfiatul z 2 d
Tugas 4 shovi luthfiatul z 2 dTugas 4 shovi luthfiatul z 2 d
Tugas 4 shovi luthfiatul z 2 d
 
Makalah aik iv
Makalah aik ivMakalah aik iv
Makalah aik iv
 
Hukum Ekonomi Islam & Hukum Waris Islam.docx
Hukum Ekonomi Islam & Hukum Waris Islam.docxHukum Ekonomi Islam & Hukum Waris Islam.docx
Hukum Ekonomi Islam & Hukum Waris Islam.docx
 
Hukum Ekonomi Islam & Hukum Waris Islam.pdf
Hukum Ekonomi Islam & Hukum Waris Islam.pdfHukum Ekonomi Islam & Hukum Waris Islam.pdf
Hukum Ekonomi Islam & Hukum Waris Islam.pdf
 
Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan SyariahLembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syariah
 
Ppt ekonomi islam bab 5 & 6
Ppt ekonomi islam bab 5 & 6Ppt ekonomi islam bab 5 & 6
Ppt ekonomi islam bab 5 & 6
 
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNIS
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNISMAKALAH MANAJEMEN DAN BISNIS
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNIS
 
AA301 –SISTEM EKONOMI ISLAM
AA301 –SISTEM EKONOMI ISLAMAA301 –SISTEM EKONOMI ISLAM
AA301 –SISTEM EKONOMI ISLAM
 
Institusi ekonomi
Institusi ekonomiInstitusi ekonomi
Institusi ekonomi
 
Sistem ekonomi islam
Sistem ekonomi islamSistem ekonomi islam
Sistem ekonomi islam
 
Aik 6
Aik 6Aik 6
Aik 6
 
Kel.4 salam
Kel.4 salamKel.4 salam
Kel.4 salam
 

Recently uploaded

Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppttami83
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 

Recently uploaded (20)

Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 

KONSEP KEPEMILIKAN

  • 1. EKONOMI SYARIAH “KONSEP HARTA DAN KEPEMILIKAN DALAM ISLAM” MAKALAH diajukan untuk melengkapi tugas Matakuliah Ekonomi Syariah di Program Studi/Jurusan Manajemen Oleh Ronny Ferdika 120810201143 Wahyu Erna Hidayati 120810201295 Catur Firman Nurhuda 120810201296 Noviana Fazrin 120810201312 Nailin Nikmatul Maulidiyah 120810201348 S1 MANAJEMEN / KELAS MGT – D KELOMPOK 2 PROGRAM STUDI/JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER SEPTEMBER 2014 1 Ekonomi Syariah
  • 2. PRAKATA Puji dan rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. serta tidak lupa kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, karena atas hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “EKONOMI SYARIAH KONSEP HARTA DAN KEPEMILIKAN DALAM ISLAM” Pada kesempatan ini juga, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini, terutama kepada: 1. Dr. Deasy Wulandari, S.E, M.Si. selaku dosen pengampu Matakuliah Ekonomi Syariah; 2. orang tua yang selalu memberikan dukungan moral kepada penulis; 3. semua teman-teman di kampus yang tidak mungkin disebutkan satu per satu, yang telah banyak memberikan dorongan dan semangatnya, sekali lagi terima kasih untuk semuanya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tentu masih sarat dengan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca yang budiman demi perbaikan makalah ini ke depannya. Akhir kata semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Jember, 28 September 2014 Penulis 2 Ekonomi Syariah
  • 3. ii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………............................................ i KATA PENGANTAR………………………………………….………............................. ii DAFTAR ISI……………………………………………………………............................. iii BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………............................……… 1 1.1 LATAR BELAKANG………………………………………............................... 1 1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………….............................. 2 1.3 TUJUAN………………………………………………………............................ 2 1.4 MANFAAT…………………………………………………................................ 2 BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................... 3 2.1 PENGERTIAN KEPEMILIKAN……………………………………………….. 3 2.2 JENIS-JENIS KEPEMILIKAN………………………………………………… 4 2.3 SEBAB-SEBAB TIMBULNYA KEPEMILIKAN DALAM ISLAM……….… 4 2.4 CARA KEPEMILIKAN HARTA DALAM ISLAM (AL-MILKIYAH)……….. 6 2.5 CARA PENGELOLAAN KEPEMILIKAN (AT-TASHARRUF FI AL MILKIYAH)………………………………………..... 9 2.6 CARA PEMBAGIAN HARTA DALAM ISLAM…………………………… 10 2.7 MAQASHID SYARIAH DALAM KEPEMILIKAN HARTA……………..… 15 2.8 KEDUDUKAN HARTA DALAM ISLAM....................................................... 16 BAB 3 PENUTUP........................ ....................................................................................... 18 3.1 SIMPULAN........................................................................................................... 18 3.2 SARAN.................................................................................................................. 18 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 19 3 Ekonomi Syariah
  • 4. iii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ekonomi Islam yang merupakan rahmatan lil alamin, kembali bangkit menorehkan Blue Print-nya. Keberadaannya sangat penting untuk memenuhi tuntutan masyarakat akan kegagalan ekonomi konvensional. Bahkan, ekonomi Islam memiliki prinsip dan karakteristik yang berbeda dengan sistem sekuler yang menguasai dunia saat ini. Sebenarnya, ekonomi Islam adalah bagian dari sistem Islam yang bersifat umum yang berlandaskan pada prinsip pertengahan dan keseimbangan yang adil (tawadzun). Islam, menyeimbangkan kehidupan antara dunia dan akhirat, antara individu dan masyarakat. Keseimbangan antara jasmani dan rohani, antara akal dan hati dan antara realita dan fakta merupakan keseimbangan yang ada dalam individu. Sedangkan dalam bidang ekonomi, islam menyeimbangkan antara modal dan aktivitas, antara produksi dan konsumsi, dan sebagainya. Adapun nilai pertengahan dan keseimbangan yang terpenting, yang merupakan karya Islam dalam bidang ekonomi selain masalah harta adalahHak Kepemilikan (Ownership Rights). Dalam memandang hak milik ini islam sangat moderat. Dan sangat bertolak belakang dengan sistem kapitalis yang menyewakan hak milik pribadi, sistem sosialis yang tidak mengakui hak milik individu1. Meskipun demikian, Masalah hak milik merupakan sebuah kata yang amat peka, dan bukan sesuatu yang amat khusus bagi seorang manusia. Oleh karena itu, Islam sangat mengakui adanya kepemilkan pribadi disamping kepemilikan umum. Dan menjadikan hak milik pribadi sebagai dasar bangunan ekonomi. Dan Itu pun akan terwujud apabila ia berjalan sesuai dengan aturan Allah SWT, misalnya adalah memperoleh harta dengan jalan yang halal. Islam melarang keras kepemilikan atas harta yang digunakan untuk membuat kezaliman atau kerusakan di muka bumi. 1 http://eki-blogger.blogspot.com/2012/09/kepemilikan-dalam-islam.html [diakses pada 26 September 2014] 4 Ekonomi Syariah
  • 5. Karena begitu pentingnya aspek kepemilikan dalam bidang ekonomi, maka dalam makalah ini saya mencoba membahas dan memaparkan tentang “Kepemilikan dan sebab-sebabnya” sesuai dengan urgensinya. 1.2 RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah yang diangkat oleh penulis disini adalah sebagai berikut. 1. Apakah pengertian dari kepemilikan dalam Islam? 2. Apa sajakah jenis-jenis kepemilikan dalam Islam? 3. Apakah sebab-sebab timbulnya kepemilikan dalam Islam? 4. Bagaimanakah cara kepemilikan harta dalam Islam (al-milkiyah)? 5. Bagaimanakah cara pengelolaan kepemilikan dalam Islam itu (at-tasharruf fi al milkiyah)? 6. Bagaimanakah proses pembagian harta dalam Islam itu? 7. Apakah maqashid syariah dalam kepemilikan harta itu? 8. Bagaimanakah kedudukan harta dalam Islam? 1.3 TUJUAN Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui pengertian dari kepemilikan dalam Islam; 2. Mengetahui jenis-jenis kepemilikan dalam Islam; 3. Mengetahui sebab-sebab timbulnya kepemilikan dalam Islam; 4. Mengerti akan cara kepemilikan harta dalam Islam (al-milkiyah); 5. Mengerti akan cara pengelolaan kepemilikan dalam Islam itu (at-tasharruf fi al milkiyah); 6. Mengetahui tentang proses pembagian harta dalam Islam itu; 7. Mengetahui akan maqashid syariah dalam kepemilikan harta; 8. Mengetahui kedudukan harta dalam Islam. 1.4 MANFAAT Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Memperluas wawasan masyarakat tentang seluk beluk Ekonomi Syariah (Islam) khususnya dalam hal kepemilikan dan harta dalam Islam; 2. Mengajak masyarakat agar mengerti dan tidak simpang siur akan kepemilikan dan pembagian harta dalam Islam; 5 Ekonomi Syariah
  • 6. 3. Memberikan gambaran konsep tentang Ekonomi Syariah (Islam) guna sebagai acuan referensi. BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN KEPEMILIKAN Konsep Dasar kepemilikan dalam islam adalah firman Allah SWT2: · “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki….”(Qs. Al-Baqarah : 284). · Para Fuqaha mendefinisikan kepemilikan sebagai ” kewenangan atas sesuatu dan kewenangan untuk menggunakannya/memanfaatkannya sesuai dengan keinginannya, dan membuat orang lain tidak berhak atas benda tersebut kecuali dengan alasan syariah”. · Ibnu Taimiyah mendefinisikan sebagai “sebuah kekuatan yang didasari atas syariat untuk menggunakan sebuah obyek, tetapi kekuatan itu sangat bervariasi bentuk dan tingkatannya. “ Misalnya, sesekali kekuatan itu sangat lengkap, sehingga pemilik benda itu berhak menjual atau memberikan, meminjam atau menghibahkan, mewariskan atau menggunakannya untuk tujuan yang produktif. Tetapi, sekali tempo, kekuatan itu tak lengkap karena hak dari sipemilik itu terbatas. "Kepemilikan" berasal dari bahasa Arab dari akar kata "malaka" yang artinya memiliki. Dalam bahasa Arab "milk" berarti kepenguasaan orang terhadap sesuatu (barang atau harta) dan barang tersebut dalam genggamannya baik secara riil maupun secara hukum. 2 Rivai, Veitzhal dan Andi Buchari. 2009. Islamic Economics “Ekonomi Syariah bukan Opsi. Tapi SOLUSI!”. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 366 6 Ekonomi Syariah
  • 7. “MILIK" adalah hubungan khusus seseorang dengan sesuatu (barang) di mana orang lain terhalang untuk memasuki hubungan ini dan si empunya berkuasa untuk memanfaatkannya selama tidak ada hambatan legal yang menghalanginya3. Batasan teknis ini dapat digambarkan sebagai berikut. Ketika ada orang yang mendapatkan suatu barang atau harta melalui cara-cara yang dibenarkan oleh syara', maka terjadilah suatu hubungan khusus antara barang tersebut dengan orang yang memperolehnya. Yaitu, yang memungkinkannya untuk menikmati manfaatnya dan mempergunakannya sesuai dengan keinginannya selama ia tidak terhalang hambatan-hambatan syar'i. Hambatan Syar’i Kepemilikan: 1. gila / sakit ingatan/ hilang akal; 2. masih terlalu kecil sehingga belum paham memanfaatkan barang (belum balig). 2.2 JENIS-JENIS KEPEMILIKAN Para fukoha membagi jenis-jenis kepemilikan menjadi dua, yaitu: 1. Kepemilikan sempurna (tamm): Kepemilikan sempurna adalah kepemilikan seseorang terhadap barang dan juga manfaatnya sekaligus 2. Kepemilikan kurang (naaqis): Sedangkan kepemilikan kurang adalah yang hanya memiliki substansinya saja atau manfaatnya saja. Dua jenis kepemilikan ini mengacu kepada kenyataan bahwa manusia dalam kapasitasnya sebagai pemilik suatu barang dapat mempergunakan dan memanfaatkan susbstansinya saja, atau nilai gunanya saja atau kedua-duanya. Kedua-dua jenis kepemilikan ini akan memiliki konsekuensi syara’ yang berbeda-beda ketika memasuki kontrak muamalah seperti jual beli, sewa, pinjam-meminjam dan lain-lain. 2.3 SEBAB-SEBAB TIMBULNYA KEPEMILIKAN DALAM ISLAM Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kepemilikan dalam syariah ada empat macam yaitu: 1. Kepenguasaan terhadap barang-barang yang diperbolehkan; 2. Akad; 3. Penggantian; 4. Turunan dari sesuatu yang dimiliki. 3 http://dinilidari.blogspot.com/2011/10/-kepemilikan-dalam-islam.html [diakses pada 26 September 2014] 7 Ekonomi Syariah
  • 8. Kepemilikan yang sah menurut Islam adalah kepemilikan yang terlahir dari proses yang disahkan Islam dan menurut pandangan Fiqh Islam terjadi karena: 1. Menjaga hak Umum; 2. Transaksi Pemindahan Hak; 3. Penggantian Posisi Pemilikan. Menurut Taqyudin an-Nabani dikatakan bahwa sebab-sebab kepemilikan seseorang atas suatu barang dapat diperoleh melalui suatu lima sebab, yaitu: 1. Bekerja; 2. Warisan; 3. Kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup; 4. Harta pemberian Negara yang diberikan kepada rakyat; 5. Harta yang diperoleh seseorang tanpa mengeluarkan harta atau tenaga apapun. Kepenguasaan terhadap barang-barang yang diperbolehkan. Yang dimaksud dengan barang-barang yang diperbolehkan di sini adalah barang (dapat juga berupa harta atau kekayaan) yang belum dimiliki oleh seseorang dan tidak ada larangan syara’ untuk dimiliki seperti air di sumbernya, rumput di padangnya, kayu dan pohon-pohon di belantara atau ikan di sungai dan di laut. Kepemilikan jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut4: a) Kepenguasaan ini merupakan sebab yang menimbulkan kepemilikan terhadap suatu barang yang sebelumnya tidak ada yang memilikinya; b) Proses kepemilikan ini adalah karena aksi praktis dan bukan karena ucapan seperti dalam akad. Karena kepemilikan ini terjadi oleh sebab aksi praktis, maka dua persyaratan di bawah ini mesti dipenuhi terlebih dahulu agar kepemilikan tersebut sah secara syar’i yaitu: Belum ada orang lain yang mendahului ke tempat barang tersebut untuk memperolehnya. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Siapa yang lebih dahulu mendapatkan (suatu barang mubah) sebelum saudara Muslim lainnya, maka barang itu miliknya.” Orang yang lebih dahulu mendapatkan barang tersebut harus berniat untuk memilikinya, kalau tidak, maka barang itu tidak menjadi miliknya. Hal ini mengacu kepada sabda Rasulullah SAW bahwa segala perkara itu tergantung pada niat yang dikandungnya. 4 http://dinilidari.blogspot.com/2011/10/-kepemilikan-dalam-islam.html [diakses pada 26 September 2014] 8 Ekonomi Syariah
  • 9. Bentuk-bentuk kepenguasaan terhadap barang yang diperbolehkan ini ada empat macam yaitu: a) Kepemilikan karena menghidupkan tanah mati; b) Kepemilikan karena berburu atau memancing; c) Rumput atau kayu yang diambil dari padang penggembalaan atau hutan belantara yang tidak ada pemiliknya; d) Kepenguasaan atas barang tambang. Khusus bentuk yang keempat ini banyak perbedaan di kalangan para fukoha terutama antara madzhab Hanafi dan madzhab Maliki. Bagi Hanafiyah, hak kepemilikan barang tambang ada pada pemilik tanah sedangkan bagi Malikiyah kepemilikan barang tambang ada pada negara karena semua tambang, menurut madzhab ini, tidak dapat dimiliki oleh seseorang dengan cara kepenguasaannya atas tanah atau tidak dapat dimiliki secara derivatif dari kepemilikan atas tanah. 2.4 CARA KEPEMILIKAN HARTA DALAM ISLAM (AL-MILKIYAH) Sistem Ekonomi Islam berbeda sama sekali dengan sistem ekonomi kufur buatan manusia. Sistem ekonomi Islam adalah sempurna karena berasal dari wahyu, dan dari segi kepemilikan, ia menerangkan kepada kita bahwa terdapat tiga jenis kepemilikan, yaitu5: 1) Hak Milik Umum, meliputi mineral-mineral dalam bentuk padat, cair dan gas termasuk petroleum, besi, tembaga, emas dan sebagainya yang didapati sama ada di dalam perut bumi atau di atasnya, termasuk juga segala bentuk tenaga dan intensif tenaga serta industri-industri berat. Semua ini merupakan hak milik umum dan wajib diuruskan (dikelola) oleh Daulah Islamiyah (negara) manakala manfaatnya wajib dikembalikan kepada rakyat. Tipe pertama dari hak milik adalah pemilikan secara umum (kolektif). Konsep hak milik umum pada mulanya digunakan dalam islam dan tidak terdapat pada masa sebelumnya. Hak milik dalam islam tentu saja memiliki makna yang sangat berbeda dan tidak memiliki persamaan langsung dengan dimasud oleh sistem kapitalis, sosialis dan komunis. Maksudnya, tipe ini memiliki bentuk yang berbeda beda. Misalnya: semua harta milik masyarakat yang memberikan pemilikan atau pemanfaatan atas berbagai macam benda yang berbeda-beda kepada warganya. 5 Hakim, Lukman. 2012. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam. Jakarta: Erlangga. Hal. 42 9 Ekonomi Syariah
  • 10. Sebagian dari benda yang memberikan manfaat besar pada masyarakat berada di bawah pengawasan umum, sementara sebagian yang lain diserahkan kepada individu. Pembagian mengenai harta yang menjadi milik masyarakat dengan milik individu secara keseluruhan berdasarkan kepentingan umum. Contoh lain, tentang pemilikan harta kekayaan secara kolektif adalah wakaf. 2) Hak Milik Negara, meliputi segala bentuk bayaran yang dipungut oleh negara secara syar’ie dari warganegara, bersama dengan perolehan dari pertanian, perdagangan dan aktivitas industri, di luar dari lingkungan pemilikan umum di atas. Negara membelanjakan perolehan tersebut untuk kemaslahatan negara dan rakyat. Tipe kedua dari kepemilikan adalah hak milik oleh negara. Negara membutuhkan hak milik untuk memperoleh pendapatan, sumber penghasilan dan kekuasaan untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Misal, untuk menyelenggarakan pendidikan, memelihara keadilan, regenerasi moral dan tatanan masyarakat yang terjamin kesejahteraannya. Menurut Ibn taimiyah, sumber utama kekayaan negara adalah zakat, barang rampasan perang (ghanimah). Selain itu, negara juga meningkatkan sumber pengahsilan dengan mengenakan pajak kepada warga negaranya, ketika dibutuhkan atau kebutuhannya meningkat. Demikian pula, berlaku bagi kekayaan yang tak diketahui pemiliknya, wakaf, hibah dan pungutan denda termasuk sumber kekayaan negara. Kekayaan negara secara aktual merupakan kekayaan umum. Kepala negara hanya bertindak sebagai pemegang amanah. Dan merupakan kewajiban negara untuk mengeluarkan nya guna kepentingan umum. Oleh karena itu, sangat dilarang penggunaan kekayaan negara yang berlebih-lebihan. Adalah merupakan kewajiban negara melindungi hak fakirmiskin, bekerja keras bagi kemajuan ekonomi masyarakat, mengembangkan sistem keamanan sosial dan mengurangi jurang pemisah dalam hal distribusi pendapatan. 3) Hak Milik Individu, selain dari kedua jenis pemilikan di atas, harta-harta lain boleh dimiliki oleh individu secara syar’i dan setiap individu itu perlu membelanjakannya secara syar’i juga. Proses kepemilikan harus didapatkan melalui cara yang sah menurut agama Islam.  Islam mengakui adanya hak milik pribadi, dan menghargai pemiliknya, selama harta itu diperoleh dengan jalur yang sah menurut agama islam. Dan Islam tidak 10 Ekonomi Syariah
  • 11. melindungi kepemilikan harta benda yang diperoleh dengan jalan haram. Sehingga Imam Al-Ghazali membagi menjadi 6 jenis harta yang dilindungi oleh Islam (sah menurut agama islam)6: a. Diambil dari suatu sumber tanpa ada pemiliknya, misal: barang tambang, menggarap lahan yang mati, berburu, mencari kayu bakar, mengambil air sungai, dll. b. Diambil dari pemiliknya secara paksa karena adanya unsur halal, misal: harta rampasan. c. Diambil secara paksa dari pemiliknya karena ia tidak melaksanakan kewajiban, misal: zakat. d. Diambil secara sah dari pemiliknya dan diganti, misal: jual beli dan ikatan perjanjian dengan menjauhi syarat-syarat yang tidak sesuai syariat. e. Diambil tanpa diminta, misal: harta warisan setelah dilunasi hutang-hutangnya.  Penggunaan benda-benda milik pribadi tidak boleh berdampak negatif/ mudharat pada orang lain, tapi memperhatikan masalah umat. Islam membenarkan hak milik pribadi, karena islam memelihara keseimbangan antara pemuasan beragam watak manusia dan kebaikan umum dimasyarakat. Dalam hubungan ini, ada syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai kekuasaan individu dalam mengakui keberadaan hak milik pribadi yaitu memperhatikan masalah umat. Islam mendorong pemilik harta untuk menyerahkan kelebihan kekayaannya kepada masyarakat/umat setelah mememnuhi kepuasan untuk diri sendiri dan keluarga (zakat). Tetapi, membatasi hak untuk menggunakan harta itu menurut kesukaannya sendiri. Hal ini dilakukan untuk perlindungan kebaikan umum dan agar hak milik pribadi tidak memberikan dampak negatif pada orang lain. Inilah paham islam yang moderat dalam mengakui hak pribadi. Ia mengambil sikap moderat antara mereka yang mendewakan hak miik dan mereka yang secara mutlak menafikan hak milik.  Dalam penggunaan hak milik pribadi untuk kepentingan pribadi dibatasi oleh ketentuan syariat. Setiap individu memiiki kebebasan untuk menikmati hak miliknya, menggunakannya secara produktif, memindahkannya, melindunginya dari penyia-nyiaan harta. Tetapi, haknya itu dibatasi oleh sejumlah limitasi 6 http://ricky-diah.blogspot.com/2011/09/-kepemilikan-dan-sebab-sebabnya.html [diakses pada 26 September 2014] 11 Ekonomi Syariah
  • 12. tertentu yang sesuai syariat, tentunya. Ia tidak boleh menggunakannya semena-mena, juga tak boleh menggunakannya untuk tujuan bermewah-mewahan. Dalam bertransaksi pun tidak boleh melakukan cara-cara yang terlarang. Karena manusia hanya sebagai pemegang amanah, maka sudah selayaknya ia harus sanggup menerima batasan-batasan yang dibebankan oleh masyarakat terhadap penggunaan harta benda tersebut. Batasan tersebut semata-mata untuk mencegah kecenderungan sebagian pemilik harta benda yang bertindak sewenang-wenang (ekspolitasi) dalam masyarakat. Pemilik harta yang baik adalah yang bertenggang rasa dalam menikmati hak mereka denganbebas tanpa dibatasi dan dipengaruhi oleh kecenderungan diatas sehingga dapat mencapai keadilan sosial di dalam masyarakat. 2.5 CARA PENGELOLAAN KEPEMILIKAN (AT-TASHARRUF FI AL MILKIYAH) Secara dasarnya, pengelolaan kepemilikan harta kekayaan yang telah dimiliki mencakup dua kegiatan, yaitu7: a) Pembelanjaan Harta (Infaqul Mal) Pembelanjaan harta (Infaqul Mal) adalah pemberian harta kekayaan yang telah dimiliki. Dalam pembelanjaan harta milik individu yang ada, Islam memberikan tuntunan bahawa harta tersebut haruslah dimanfaatkan untuk nafkah wajib seperti nafkah keluarga, infaq fi sabilillah, membayar zakat, dan lain-lain. Kemudian nafkah sunnah seperti sedekah, hadiah dan lain-lain. Baru kemudian dimanfaatkan untuk hal-hal yang mubah (harus). Dan hendaknya harta tersebut tidak dimanfaatkan untuk sesuatu yang terlarang seperti untuk membeli barang-barang yang haram seperti minuman keras, babi, dan lain-lain. b) Pengembangan Harta (Tanmiyatul Mal) Pengembangan harta (Tanmiyatul Mal) adalah kegiatan memperbanyak jumlah harta yang telah dimiliki. Seorang muslim yang ingin mengembangkan harta yang telah dimiliki, wajib terikat dengan ketentuan Islam berkaitan dengan pengembangan harta. Secara umum Islam telah memberikan tuntunan pengembangan harta melalui cara-cara yang sah seperti jual-beli, kerja sama syirkah yang Islami dalam bidang pertanian, perindustrian, maupun perdagangan. 7 Rivai, Veitzhal dan Andi Buchari. Op.Cit., hal. 367 12 Ekonomi Syariah
  • 13. Selain Islam juga melarang pengembangan harta yang terlarang seperti dengan jalan aktivitas riba, judi, serta aktivitas terlarang lainnya. Pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan umum itu adalah hak negara (Daulah Islamiyah), kerana negara (Daulah Islamiyah) adalah wakil ummat. Meskipun menyerahkan kepada negara (Daulah Islamiyah) untuk mengelolanya, namun Allah SWT telah melarang negara (Daulah Islamiyah) untuk mengelola kepemilikan umum tersebut dengan jalan menyerahkan penguasaannya kepada orang tertentu. Sementara mengelola dengan selain dengan cara tersebut diperbolehkan, asal tetap berpijak kepada hukum-hukum yang telah dijelaskan oleh syara'. Adapun pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan negara (Daulah Islamiyah) dan kepemilikan individu, nampak jelas dalam hukum-hukum baitul mal serta hukum-hukum muamalah, seperti jual-beli, gadai (rahn), dan sebagainya. As Syari' juga telah memperbolehkan negara (Daulah Islamiyah) dan individu untuk mengelola masing-masing kepemilikannya, dengan cara tukar menukar (mubadalah) atau diberikan untuk orang tertentu ataupun dengan cara lain, asal tetap berpijak kepada hukum-hukum yang telah dijelaskan oleh syara’. 2.6 CARA PEMBAGIAN HARTA DALAM ISLAM8 1) Mutaqawwim dan Ghair Mutaqawwim Menurut Wahbah Zuhaili(1989,IV,hal.44), al-maal al mutaqawwim adalah harta yang dicapai atau diperoleh manusia dengan sebuah upaya, dan diperbolehkan oleh syara' untuk memanfaatkannya, seperti makanan, pakaian, kebun apel, dan lainnya. al-maal gairu al mutaqawwim adalah harta yang belum diraih atau dicapai dengan suatu usaha, maksudnya harta tersebut belum sepenuhnya berada dalam genggaman kepemilikan manusia, seperti mutiara di dasar laut, minyak di perut bumi, dan lainnya. Atau harta tersebut tidak diperbolehkan syara' untuk dimanfaatkan, kecuali dalam keadaan darurat, seperti minuman keras. Bagi seorang muslim, harta gairu al mutaqawwim tidak boleh dikonsumsi, kecuali dalam keadaan darurat. Namun demikian, yang diperbolehkan adalah kadar minimal yang bisa menyelamatkan hidup, tidak boleh berlebihan. Bagi non-muslim, minuman keras dan babi adalah harta mutaqwwim, ini menurut pandangan ulama Hanafiyah. Konsekuensinya, jika 8 http://amrianidris.blogspot.com/2014/06/konsep-harta-dan-kepemilikan-dalam-islam.html [diakses pada 27 September 2014 13 Ekonomi Syariah
  • 14. terdapat seorang muslim atau non-muslim yang merusak kedua komoditas tersebut, maka berkewajiban untuk menggantinya. Berbeda dengan mayoritas ulama fiqh, kedua komoditas tersebut termasuk dalam ghair mutaqawwim, sehingga tidak ada kewajiban untuk menggantinya. Dengan alasan, bagi non-muslim yang hidup di daerah Islam harus tunduk aturan Islam dalam hal kehidupan bermuamalah. Apa yang diperbolehkan bagi muslim, maka dibolehkan juga bagi non-muslim, dan apa yang dilarang bagi muslim, juga berlaku bagi non-muslim. Dengan adanya pembagian harta menjadi mutaqawwim dan ghair mutaqawwim terdapat implikasi hukum yang harus diperhatikan:  Sah atau tidaknya harta tersebut menjadi obyek transaksi. Al-maal al mutaqawwim bisa dijadikan obyek transaksi, dan transaksi yang dilakukan sah adanya. Misalnya jual beli, sewa-menyewa, hibah, syirkah, dan lainnya. Untuk ghair mutaqawwim, tidak bisa dijadikan obyek transaksi, maka transaksinya rusak atau batal adanya. Al-maal al mutaqawwim sebagai obyek transaksi, merupakan syarat sahnya sebuah transaksi.  Adanya kewajiban untuk menggantinya, ketika terjadi kerusakan. Jika hartamutaqawwim dirusak, maka harus diganti. Jika terdapat padanannya, maka harus dganti semisalnya, namun tidak bisa diganti sesuai dengan nilainya.  Jika harta ghair mutaqawwim dimiliki oleh seorang muslim, maka tidak ada kewajiban untuk menggantinya. Berbeda dengan non-muslim (yang hidup dalam daerah kekuasaan Islam), jka hewan babinya dibunuh, atau minuman kerasnya dibakar, maka ada kewajiban untuk menggantinya, karena keduanya merupakan al-maal al mutaqawwim bagi kehidupan mereka, ini merupakan pandangan ulama fiqh Hanafiyah. 2) 'Iqar dan Manqul Menurut Hanafiyah (1989.IV, hal.46), manqul adalah harta yang memungkinkan untuk dipindah, ditransfer dari suatu tempat ke tempat lainnya, baik bentuk fisiknya (dzat atau 'ain) berubah atau tidak, dengan adanya perpindahan tersebut. Diantaranya adalah uang, harta perdagangan, hewan, atau apa pun komoditas lain yang dapat ditimbang atau diukur. Sedangkan 'iqar adalah sebaliknya, harta yang tidak bisa dipindah dari satu tempat ke tempat lainnya, seperti tanah dan bangunan. Namun demikian, tanaman, bangunan atau apapun yang terdapat di atas tanah, tidak bisa dikatakan sebagai iqar kecuali ia tetap mengikuti atau 14 Ekonomi Syariah
  • 15. bersatu dengan tanahnya. Jika tanah yang terdapat bangunannya dijual, maka tanah dan bangunan tersebut merupakan harta 'iqar. Namun, jika bangunan atau tanaman dijual secara terpisah dari tanahnya, maka bangunan tersebut bukan merupakan harta 'iqar. Intinya, menurut Hanafiyah, harta 'iqar hanya terfokus pada tanah, sedangkan manqul adalah harta selain tanah. Berbeda dengan Hanafiyah, ulama madzhab Malikiyah cenderung memper sempit makna harta manqul, dan memperluas makna harta iqar. Menurut malikiyah, manqul adalah harta yang mungkin untuk dipindahkan atau ditransfer dari satu tempat ketempat lainnya tanpa adanya perubahan atas bentuk fisik semula, seperti kendaraan, buku, pakaian, dan lainnya. Sedangkan 'iqar adalah harta yang secara asal tidak mungkin bisa dipindah atau ditransfer. seperti tanah, atau mungkin dapat dipindah, akan tetapi terdapat perubahan atas bentuk fisiknya, seperti pohon, ketika dipindah akan berubah menjadi lempengan kayu. Dalam perkembanganya, harta manqul dapat berubah menjadi harta 'iqar, dan begitu juga sebaliknya. Pintu, listrik, batu bata, semula merupakan harta manqul, akan tetapi setelah melekat pada bangunan, maka akan berubah menjadi harta 'iqar. Begitu juga dengan batu bara, minyak bumi, emas, ataupun barang tambang lainnya, semula merupakan harta 'iqar, akan tetapi setelah berpisah dari tanah berubah menjadi harta manqul. Dengan adanya pembagian harta menjadi 'iqar dan manqul, akan terdapat beberapa implikasi hokum sebagai berikut: · Dalam harta 'iqar terdapat hak syuf'ah, sedangkan harta manqul tidak terdapat di dalamnya, kecuali hartamanqul tersebut menempel pada harta 'iqar. · Menurut Hanafiyah, harta yang diperbolehkan untuk di -waqaf-kan adalah harta 'iqar. Harta manqul diperbolehkan jika menempel atau ikut terhadap harta 'iqar, seperti me-waqaf-kan tanah beserta bangunan, perabotan, dan segala sesuatu yang terdapat di atasnya. Atau harta manqul yang secara umum sudah menjadi obyek waqaf, seperrti mushaf, kitab-kitab, atau peralatan jenazah. Berbeda dengam jumhur ulama, menurut mereka. kedua macam harta tersebut dapat dijadikan sebagai obyek waqaf. · Seorang wali tidak boleh menjual harta 'iqar atas orang yang berada dalam tanggungannya, kecuali mendapatkan alasan yang dibenarkan syara', seperti untuk membayar hutang, memenuhi kebutuhan darurat, atau kemaslahatan lain yang bersifat urgen. Alangkah baiknya jika harta manqul yang lebih diproritaskan untuk 15 Ekonomi Syariah
  • 16. dijual, karena harta 'iqar diyakini memiliki kemaslahatan lebih besar bagi pemilikinya, jadi tidak mudah untuk menjualnya. · Menurut Abu Hanifah dan Abu Yusuf, harta ;iqar boleh ditransaksikan, walaupun belum diserahterimakan. Berbeda dengan harta manqul, ia tidak bisa ditransaksikan sebelum ada serah-terima, karena kemungkinan terjadinya kerusakan sangat besar. 3) Mitsli dan Qilmi Al maal al mitsli adalah harta yang terdapat padanannya dipasaran, tanpa adaya perbedaan atas bentuk fisik atau bagian-bagiannya, atau kesatuannya. Harta mitsli dapat dikatagorikan menjadi empat bagian:  Al makilaat (sesuatu yang dapat ditakar) seperti; gandu, terigu, beras.  Al mauzunaat (sesuatu yang dapat ditimbang) seperti; kapas, besi, tembaga.  Al 'adadiyat (sesuatu yang dapat dihitung) seperti; pisang, telor, apel, begitu juga dengan hasil-hasil industri, seperti; mobil yang satu tipe, buku-buku baru, perabotan rumah, dan lainnya.  Al dzira'iyat (sesuatu yang dapat diukur dan memiliki persamaan atas bagian-bagiannya) seperti; kain, kertas, tapi jika terdapat perbedaan atas juz-nya (bagian), maka dikatagorikan sebagai harta qimi, seperti tanah;  Al maal al qimi adalah harta yang tidak terdapat padanannya di pasaran, atau terdapat padanannya, akan tetapi nilai tiap satuannya berbeda, seperti domba, tanah, kayu, dan lainnya. Walaupun sama jika dilihat dari fisiknya, akan tetapi stiap satu domba memiliki nilai yang berbeda antara satu dan lainnya. Juga termasuk dalam harta qimiadalah durian, semangka yang memilki kualitas dan bentuk fisik yang berbeda. Dalam perjalanannya, harta mistsli bisa berubah menjadi harta qimi atau sebaliknya;  Jika harta mitsli susah untuk didapatkan di pasaran (terjadi kelangkaan atau scarcity), maka secara otomatis berubah menjadi harta qimi;  Jika terjadi percampuran antara dua harta mitsli dari dua jenis yang berbeda, seperti modifikasi Toyota dan Honda, maka mobiltersebut menjadi harta qimi;  Jika harta qimi terdapat anyak padanannya di pasaran, maka secara otomatis menjadi harta mitsli. 16 Ekonomi Syariah
  • 17. Dengan adanya pembagian harta mitsli dan qimi, memiliki implikasi hukum sebagai berikut:  Harta mitsli bisa menjadi tsaman (harga) dalam jual-beli hanya dengan menyebutkan jenis dan sifatnya, sedangkan harta qimi tidak bisa menjadi tsman. Jika harta qimi dikaitkan dengan hak-hak finansial, maka harus disebutkan secara detail, karena hal itu akan mempengaruhi nilai yang dicerminkannya, seperti domba Australia, tentunya akan berbeda nilainya dengan domba Indonesia, walaupun mungkin jenis dan sifatnya sama.  Jika harta mitsli dirusak oleh orang, maka wajib diganti dengan padanannya yang mendekati nilai ekonomisnya (finansial), atau sama.  Tapi jika harta qimi dirusak, maka harus diganti sesuai dengan keinginanya, walaupun tanpa izin dari pihak lain. Berbeda dengan harta qimi walaupun mungkin jenisnya sama, tapi nilainya bisa berbeda, dengan demikian pengambilan harus atas izin orang-orang yang berserikat.  Harta mitsli rentan dengan riba fadl. Jika terjadi pertukara diantara harta mitsli, dan tidak terdaat persamaan dalam kualitas, kuantitas, dankadarnya, maka akan terjebak dalam riba fadl. Berbeda dengan harta qimiyang relatif resisten terhadap riba. Jika dipertukarkan dan terdapatperbedaan, maka tidak ada masalah. Diperbolehkan menjual satu domba dengan dua domba. 4) Istikhlaki dan Isti'mali Al maal al istikhlaki adalah harta yang tidak mungkin bisa dimanfaatkan kecuali dengan merusak bentuk fisik harta tersebut, seperti aneka warna makanan dan minuman, kayu bakar, BBM, uang, dan lainnya. Jika kita ingin memanfaatkan makanan dan minuman, maka kita harus memakan dan meminumnya sampai bentuk fisiknya tidak kita jumpai, artinya barang tersebut tidak akan mendatangkan manfaat, kecuali dengan merusaknya. Adapun untuk uang, cara mengkonsumsinya adalah dengan membelanjakanya. Ketika uang tersebut keluar dari saku dan genggaman sang pemilik, maka uang tersebut dinyatakan hilang dan hangus, karena sudah menjadi milik orang lain, walaupun mungkin secara fisik, bentuk dan wujudnya masih tetap sama. Intinya, harta istikhlaki adalah harta yang hanya bisa dikonsumsi sekali saja. 17 Ekonomi Syariah
  • 18. Al maal al isti'mali adalah harta yang mungkin untuk bisa dimanfaatkan tanpa harus merusak bentuk fisiknya, seperti perkebunan, rumah kontrakan, kendaraan, pakaian, dan lainnya. Berbeda dengan istikhlaki, harta isti'mali bisa dipakai dan dikonsumsi untuk beberapa kali. Harta istikhlaki bisa ditransaksikan dengan tujuan konsumsi, tidak bisa misalnya kita meminjamkan dan atau menyewakan makanan. Sebaliknya, harta isti'mali bisa digunakan sebagai obyek iijarah (sewa). Namun demikian kedua harta tersebut bisa dijadikan sebagaiobyek jual beli atau titipan. Disamping itu, Mustafa A. Zarqa juga membagi harta menjadi maal al ashl dan maal al tsamarah. Yang dimaksud dengan maal al ashl adalah harta benda yang dapat menghasilkan harta lain. Sedangkan harta maal al tsamarahadalah harta benda yang tumbuh atau dihasilkan dari maal al ashl tanpa menyebabkan kerusakan atau kerugian atasnya. Misalnya sebidang kebun menghasilkan buah-buahan. Maka, kebun merupakan maal al ashl, sedang buah-buahan merupakan maal al tsamarah (Zarqa,III,HAL.217-218). Pembagian harta ini menimbulkan beberapa konsekuensi Implikasi hukum sebagai berikut: · Pada prinsipnya, harta wakaf tidk dapat dimiliki atau ditasharrufkan menjadi milik peorangan, namun hal serupa dapat dilakukan terhadap hasil harta wakaf. · Harta yang dipruntukkan bagi kepentingan dan fasilitas umum, seerti jalan dan pasar,pada prinsipnya tidak dapat dimiliki oleh erseorangan. Sedangkan penghasilan dari harta umum ini dapat dimiliki (Mas'adi,2002, hal.27-28) 2.7 MAQASHID SYARIAH DALAM KEPEMILIKAN HARTA Memelihara harta atau kepemilikan harta secara individu, umum dan kepemilikan Negara merupakan salah satu dari lima unsur kemaslahatan dalam maqashid syariah (tujuan syariah). Dilihat dari segi kepentingannya, memelihara harta dapat dibedakan menjadi tiga peringkat9: 1. Memelihara harta dalam peringkat daruriyyat, seperti Syari’at tentang tatacara pemilikan harta dan larangan mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak sah, apabila aturan itu dilanggar, maka berakibat terancamnya eksistensi harta. 9 http://amrianidris.blogspot.com/2014/06/konsep-harta-dan-kepemilikan-dalam-islam.html [diakses pada 27 September 2014 18 Ekonomi Syariah
  • 19. 2. Memelihara harta dalam peringkat hajiyyat seperti syari’at tentang jual beli dengan cara salam. Apabila cara ini tidak dipakai, maka tidak akan terancam eksistensi harta, melainkan akan mempersulit orang yang memerlukan modal. 3. Memelihara harta dalam peringkat tahsiniyyat, seperti ketentuan tentang menghindarkan diri dari pengecohan atau penipuan. Hal ini erat kaitannya dengan etika bermuamalah atau etika bisnis. Hal ini juga akan mempengaruhi kepada sah tidaknya jual beli itu, sebab peringkat yang ketiga ini juga merupakan syarat adanya peringkat yang kedua dan pertama. 4. Hak milik individu, dalam mendapatkannya harus sesuai dengan syariat Islam yaitu dengan cara bekerja ataupun warisan dan tidak boleh memakan harta orang lain dengan cara yang bathil atau memakan hasil riba. Menggunakannya pun harus sesuai dengan syariat Islam, tidak digunakan untuk hal-hal yang dilarang oleh agama dan tidak digunakan untuk hal-hal yang bersifat mubazir atau pemborosan. Selain itu, harus mengeluarkan zakat dan infaq guna membersihkan harta sesuai dengan harta yang dimiliki. 5. Hak milik sosial ataupun umum, karena kepemilikan benda-benda ini secara umum (air, rumput dan api) yang merupakan sumber daya alam manusia yang tidak dapat dimiliki perorangan kecuali dalam keadaan tertentu, maka cara menjaganya harus dilestarikan dan tidak digunakan dengan semena-mena. Misalnya, air sungai dijaga kejernihanya dengan cara tidak membuang sampah atau limbah ke sungai. Hutan dijaga kelestarian tumbuhannya, tidak boleh ada penebangan liar. 6. Hak milik Negara, pada dasarnya kekayaan Negara merupakan kekayaan umum, namun pemerintah diamanahkan untuk mengelolanya dengan baik. Dengan begitu suatu Negara dituntut mengelola kekayaan Negara dengan cara menjaga dan mengelola sumber daya alam dan sumber pendapatan Negara jangan sampai diambil alih oleh Negara lain dan tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi (korupsi). Dan hasilnya digunakan untuk kepentingan umum juga, seperti penyelenggaraan pendidikan, regenerasi moral, membangun sarana dan prasarana umum, dan menyejahterakan masyarakat. 19 Ekonomi Syariah
  • 20. 2.8 KEDUDUKAN HARTA DALAM ISLAM10 1. Harta Sebagai Amanah Dari Allah SWT Harta merupakan amanah bagi manusia, karena manusia tidak mampu mengadakan sesuatu benda dari tiada menjadi ada. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Albert Einstein (seorang ahli Ilmu Fisika), manusia tidak mampu menciptakan energi; yang mampu manusia lakukan adalah mengubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain. Jadi pencipta awal segala energi adalah Allah SWT. 2. Harta Sebagai Perhiasan Hidup Manusia Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk memiliki, menguasai, dan menikmati harta, namun demikian manusia harus sadar bahwa harta yang dimilikinya hanyalah merupakan perhiasan selama ia hidup di dunia. Sebagai perhiasan hidup, harta seringkali menyebabkan keangkuhan, kesombongan, serta kebanggaan diri sebagaimana yang diungkapkan dalam Surah Al ‘Alaq ayat 6-7. 3. Harta Sebagai Ujian Keimanan Dalam memperoleh dan memanfaatka harta, harus kita perhatikan apakah telah sesuai atau tidak sesuai dengan ajaran Islam. Dalam Surah An Anfaal ayat 28 dikemukakan bahwa sesungguhnya harta dan anak-anak adalah suatu cobaan dari Allah SWT. 4. Harta Sebagai Bekal Ibadah Dengan memiliki harta maka kita dapat melaksanakan perintah Allah SWT dan melaksanakan muamalah di antara sesama manusia melalui kegiatan zakat, infak dan sedekah sebagaimana yang dikemukakan dalam Surah At Taubah Ayat 41 & 60 serta Al Imran Ayat 133-134. 10 http://digopriyanto6.blogspot.com/2013/07/seperti-apakah-pandangan-islam-mengenai.html [diakses pada 27 September 2014] 20 Ekonomi Syariah
  • 21. BAB 3 PENUTUP 3.1 SIMPULAN Islam mengakui adanya hak milik pribadi (individu) dan memperbolehkan usaha-usaha serta inisiatif individu di dalam menggunakan dan mengelola harta pribadinya. Islam juga telah memberikan batasan-batasan tertentu yang sesuai syariat sehingga seseorang dapat menggunakan harta pribadinya tanpa merugikan kepentingan umum. Sebenarnya kerangka sistem Islam secara keseluruhan ini dibentuk berdasarkan kebebasan individu di dalam mencari dan memiliki harta benda dan campur tangan pemerintah (intervensi) yang sangat terbatas hanya terhadap harta yang sangat diperlukan oleh masyarakat, selain itu tidak. Namun, ada beberapa kepentingan umum yang tidak bisa di kelola dan dimiliki secara perorangan (KA, pos, listrik, air, dsb), tapi semua itu menjadi milik dan dikelola oleh negara untuk kepentingan umum. Kemudian terdapat perbedaan sifat hak milik, baik itu pribadi maupun umum, yang terdapat dalam Islam dengan kapitalis dan komunis. Di dalam kapitalis, hak milik individu adalah mutlak tak terbatas. Dalam komunis, hak milik diabaikan sama sekali. Sedangkan di dalam Islam, hak individu itu berada dalam keadaan norma, bukan tak 21 Ekonomi Syariah
  • 22. terbatas seperti yang terdapat dalam kapitalis, ataupun ditekan sama sekali seperti yang terdapat dalam komunis. Inilah sisi kemoderatan Islam dalam memandang hak milik. 3.2 SARAN Ekonomi Syariah Islam telah terbukti dalam membangun ekonomi nasional jadi pemerintah harus segera mempergunakan sistem ekonomi Islam untuk mencapai keadilan dan kemakmuran bagi rakyat. Pemerintah jangan menghilangkan sistem ekonomi Islam pada era sekarang ini melainkan harus terus menjaga ekonomi Syariah Islam. Mengenai pembelanjaan harta, Islam mengajarkan agar membelanjakn hartanya mula-mula untuk mencukupkan kebutuhan dirinya sendiri, lalu untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang menjadi tanggungannya, barulah memenuhi kebutuhan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Buku Hakim, Lukman. 2012. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam. Jakarta: Erlangga Rivai, Veitzhal dan Andi Buchari. 2009. Islamic Economics “Ekonomi Syariah bukan Opsi. Tapi SOLUSI!”. Jakarta: Bumi Aksara Situs Internet http://eki-blogger.blogspot.com/2012/09/kepemilikan-dalam-islam.html http://dinilidari.blogspot.com/2011/10/-kepemilikan-dalam-islam.html http://ricky-diah.blogspot.com/2011/09/-kepemilikan-dan-sebab-sebabnya.html http://amrianidris.blogspot.com/2014/06/konsep-harta-dan-kepemilikan-dalam-islam.html http://digopriyanto6.blogspot.com/2013/07/seperti-apakah-pandangan-islam-mengenai.html 22 Ekonomi Syariah