Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Makalah produksi,konsumsi dan distribuis (revisi)
1. MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Ekonomi Islam
“HADIS TENTANG PRODUKSI, DISTRIBUSI, DAN KONSUMSI”
Dosen Pengampu:
Bakhrul Huda,M.E.I
Disusun Oleh:
Farah Virginia Maharani G04219028
Nailatur Rizqiyah G04219056
Shofia Putri Hanifah G04219073
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2020
2. ii
Kata Pengantar
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Dengan penuh rahmat
Tuhan dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa, khususnya pada diri kami sendiri
dan semua yang membaca makalah ini, dan mudah - mudahan juga dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca tentang bagaimana permintaan dan penawaran dalam islam.
Ucapan terima kasih juga penyusun sampaikan kepada segenap pihak yang turut
berkontribusi dalam terselesaikannya makalah ini, terutama kepada Dosen Pengampu/Asisten
Dosen mata kuliah Sistem Ekonomi Islam. Penyusun menyadari masih sangat tidak sempurnanya
laporan ini, oleh karena itu besar harapan penyusun untuk mengharap saran dan kritik yang
membangun untuk hasil yang lebih baik di masa yang akan datang.
Wassalamualaikum Wararhmatullahi Wabarakatuh
Penyusun
3. iii
Daftar Isi
MAKALAH .................................................................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................................................ ii
Daftar Isi..................................................................................................................................... iii
BAB I............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................................................2
A. Produksi................................................................................................................................2
B. Konsumsi...............................................................................................................................6
C. Distribusi.............................................................................................................................10
BAB III.......................................................................................................................................13
A. Kesimpulan..........................................................................................................................13
Daftar Pustaka............................................................................................................................14
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata “produksi” telah menjadi kata Indonesia, setelah diserap dalam pemikiran ekonomi
bersamaan dengan kata “distribusi” dan “konsumsi”. Dalam kamus Inggris-Indonesia oleh John
M. Echols dan Hasan Shadily, kata “production” secara linguistik mengandung arti penghasilan.1
Kegiatan produksi dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai kegiatan ang menciptakan manfaat2
baik di masa kini maupun di masa ang akan datang. Dengan pengertian tersebut dapat dipahami
bahwa kegiatan produksi tidak terlepas dari kegiatan keseharian manusia.3
Menurut Ilmu ekonomi, pengertian distribusi adalah setiap kegiatan menyalurkan barang
dan jasa dari produsen (penghasil) ke pada tangan konsumen atau yang membutuhkannya.
Contoh kegiatan distribusi di antaranya kegiatan jual beli atau pemasaran, pembagian jatah,
pengangkutan. Distribusi menjadi suatu aktivitas yang penting dalam menjaga keseimbangan dan
keharmonisan.
Konsumsi berasal dari bahasa inggris, yaitu menghabiskan. Konsumsi adalah suatu
kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan nilai daya guna suatu benda, baik
barang maupun jasa untuk memenuhi kebutusan dan kepuasan secara langsung.4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian produksi dan hadis yang mendasari kegiatan produksi
2. Apa pengertian produksi dan hadis yang mendasari kegiatan konsumsi
3. Apa pengertian produksi dan hadis yang mendasari kegiatan distribusi
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa arti produksi dan hadis yang mendasari kegiatan berproduksi
2. Untuk mengetahui apa arti produksi dan hadis yang mendasari kegiatan berkonumsi
3. Untuk mengetahui apa arti produksi dan hadis yang mendasari kegiatan berdistribusi
1 . John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia,PT Gramedia, Jakarta: 1961, cet ke 23, hlm.499.
2 . Abdul Manan, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, PT Dana Bakti Wakaf, Yogyakarta: 1997, hlm 54.
3 . Ibid, hlm 102.
4 . Sarwono, AnalisisPerilaku Konsumen Prespektif Ekonomi Islam, INNOFARM: Jurnal Inovasi, pertanian Vol 8
No 1, 2009, hlm 45
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Produksi
Dalam bahasa arab, arti produksi adalah al-intaj dari akar kata nataja, yang berati
mewujudkan atau mengadakan sesuatu atau jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantaun
penggabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas5 Produksi dalam
ekonomi Islam merupakan setiap bentuk aktivitas yang dilakukan untuk mewujudkan manfaat
atau menambahkannya dengan cara mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan
Allah SWT sehingga menjadi maslahat, untuk memenuhi kebutuhan manusia, oleh karenanya
aktifitas produksi hendaknya berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas. 6
Dalam ekonomi islam, produksi juga merupakan bagian terpenting dari aktivitas ekonomi
bahkan dapat dikatakan sebagai sa;ah satu dari rukun ekonomi disamping konsumsi, distribusi,
infaq, zakat, nafakah, dan sedekah. Hal ini dikarenakan produksi adalah kegiatan manusia untuk
menghasilkan barang dan jasa yang kemudian manfaatnya dirasakan oleh konsumen.
Produksi dalam perspektif islam tidak hanya berorientasi untuk memperoleh keuntungan
yang sebanyak-banyaknya, meskipun mencari keuntungan tidak dilarang. Konmsep produksi
didalam ekonomi islam tidak semata-mata bermotif memaksimalkan keuntungan dunia tetapi
lebih penting untuk mencapai secara maksimal keuntungan akhirat. Untuk menjamin
terwujudnya kemaslahatan individu dan masyarakat, system ekonomi islam menyediakan
beberapa landadan teoritis seperti keadilan ekonomi (al-‘adalah al-iqtishadiyyah), jaminan sosial
(al-takaful al-ijtima’i) dan pemanfaatan sumber-sumber daya ekonomi produktif secara efisien.7
5 Rustam Efendi, Produksi Dalam Islam (Yogyakarta: Megistra Insanisa Press. 2003) hlm. 11-12
6 Turmudi,Muhammad. Maret 2017. Produksi dalamPerspektif Ekonomi Islam. Volume XVIII, No. 1,
https://media.neliti.com/media/publications/70513-ID-produksi-dalam-perspektif-ekonomi-islam.pdf . 14 Februari
7 Idri, Hadits Ekonomi (Surabaya: UIN Sunan Ampel PRESS. 2014) hlm. 38-39
6. 3
a) Tujuan Produksi dalam Perspektif Fiqh Ekonomi Khalifah Umar bin Khatab adalah
sebagai berikut:
1. Merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin.
berarti ketika berproduksi bukan sekadar berproduksi rutin atau asal produksi
melainkan harus betul-betul memperhatikan realisasi keuntungan, namun
demikian tujuan tersebut berbeda dengan paham kapitalis yang berusaha meraih
keuntungan sebesar mungkin.
2. Merealisasikan kecukupan individu dan keluarga.
Seorang Muslim wajib melakukan aktivitas yang dapat merealisasikan
kecukupannya dan kecukupan orang yang menjadi kewajiban nafkahnya.
3. Tidak mengandalkan orang lain.
Umar r.a sebagaimana yang diajarkan dalam Islam tidak
membenarkan/membolehkan seseorang yang mampu bekerja untuk
menengadahkan tangannya kepada orang lain dengan meminta-minta dan
menyerukan kaum muslimin untuk bersandar kepada diri mereka sendiri, tidak
mengharap apa yang ada ditangan orang lain.
4. Melindungi harta dan mengembangkannya.
Harta memiliki peranan besar dalam Islam. Sebab dengan harta, dunia dan agama
dapat ditegakkan. Tanpa harta, seseorang bisa saja tidak istiqamah dalam
agamanya serta tidak tenang dalam kehidupannya.
5. Mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi dan mempersiapkannya untuk
dimanfaatkan.
Rezeki yang diciptakan Allah Swt. bukan hanya harta yang berada ditangan
seseorang saja, namun mencakup segala sesuatu yang dititipkan oleh Allah Swt.
7. 4
6. Pembebasan dari belenggu ketergantungan ekonomi
Produksi merupakan sarana terpenting dalam merealisasikan kemandirian
ekonomi.
7. Taqarrub kepada Allah SWT Seorang produsen Muslim akan meraih pahala dari
sisi Allah Swt. disebabkan aktivitas produksinya, baik tujuan untuk memperoleh
keuntungan, merealisasi kemapanan, melindungi harta dan mengembangkannya
atau tujuan lain selama ia menjadikan aktivitasnya tersebut sebagai pertolongan
dalam menaati Allah Swt (Lukman Hakim, 2012).
Semua tujuan produksi dalam Islam pada dasarnya adalah untuk menciptakan
maslahah yang optimum bagi manusia secara keseluruhan sehingga akan dicapai
falāh yang merupakan tujuan akhir dari kegiatan ekonomi sekaligus tujuan hidup
manusia. 8
8 Turmudi,Muhammad. Maret 2017. Produksi dalamPerspektif Ekonomi Islam. Volume XVIII, No. 1,
https://media.neliti.com/media/publications/70513-ID-produksi-dalam-perspektif-ekonomi-islam.pdf . 14 Februari
8. 5
b) Konsep Produksi Dalam Hadis Nabi
Rasulullah mendorong umat islam agar senantiasa berproduksi supaya
mendapatkan dan menghasilkan sesuatu. Jika seseorang mempunyai lahan
produksi,tetapi ia tidak mampu untuk melakukannya,maka hendaklah diserahkan
kepada orang lain agar memproduksinya. Jangan sampai lahan produksi itu dibiarkan
sehingga menganggur. Rasulullah bersabda:
ْنَعِ هلَّلاا ُلوُس َر َلاَق :َلاَق ٍرِباَجُ ه ههلَاَ ِ ْوَلَعَع َرْزَوْلَف ٌض ْرَأ ُ َل َْتن اَك ْنَم َمهلَسْمَل ْنِإَف اَهْعِطَتْسَي
َع َ اَهَع َرْزَي ْنَأْل ُهَاخَأ اَهْحَنْمَوْلَف اَهْنَع َزَجَاهْر ِج َُؤي ََل َ َمِلْسُمُههايإ
Artinya : “ Dari Jabir RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : barang siapa
mempunyai sebidang tanah, maka hendaklah ia menanaminya. Jika ia tidak bisa atau
tidak mampu menanami, maka hendaklah diserahkan kepada orang lain (untuk
ditanami) dan janganlah menyewakannya (HR. Muslim).
Hadist diatas menjelaskan tentang pemanfaatan factor produksi berupa tanah yang
merupakan faktor penting dalam produksi. Tanah yang dibiarkan begitu saja tanpa
diolah dan dimanfaatkan tidak disukai oleh Nabi Muhammad karena tidak bermanfaat
bagi yang punya dan orang-orang sekelilingnya. Sebaiknya tanah itu digarap untuk
dapat ditanami tumbuhan dan tanaman yang dapat dipetik hasilnya ketika panen dan
untuk pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan.
Islam melarang seseorang memproduksi atau mengonsumsi produk atau barang
yang haram seperti alcohol,babi,anjing,bangkai,heroin,narkotika,binatang yang tidak
disembelih atas nama allah,dan bintang buas. Hal ini berbeda dengan konsep
produksi dalam tatanan ekonomi konvensional yang tidak mengenal istilah halal dan
haram,karena yang menjadi prioritas kerja system ekonomi ini adalah memenuhi
keinginan pribadi dengan mengumpulkan laba,harta, dan uang. Tanpa
mempersoalkan apakah produksi itu halal atau haram.9 Rasulullah memperingatkan
9 Muhammad Nejatullah Siddiqi,kegiatan ekonomi dalamislam (Jakarta:Bumi Aksara,1996 M).hlm 46
9. 6
dengan keras agar menghindari barang-barang atau produk-produk yang haram,
sebagaimana disabdakannya:
Terjemah Arti: (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,
yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-
beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang
beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang
terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang
beruntung.
B. Konsumsi
Yang dimaksud dengan konsumsi disini bukan semata-mata makan dan minum saja.
Konsumsi mencakup segala pemakaian dan pemanfaatan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Membangun atau membeli rumah,membeli
mobil,emas,perak,dan perhiasan lain juga termasuk dalam aktifitas konsumsi.
Menurut yusuf al-Qardawi,ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam
berkonsumsi,diantaranya : konsumsi pada barang-barang yang baik (halal),berhemat,tidak
bermewah-mewah,menjauhi hutang,menjauhi kebakhilan dan kekikiran.10
Aktifitas konsumsi dalam islam merupakjan salah satu aktifitas ekonomi manusia yang
bertujuan untuk meningkatkan ibadah dan keimanan kepada allah dalam rangka mendapatkan
kemenangan,kedamaian dan kesejahteraan akhirat (falah),baik dengan membelanjakan uang atau
pendapatannya untuk keperluan dirinya maupun untuk amal shaleh bagi sesamanya.
10 Yusuf al-Qardawi,peran nilai dan moral dalam perekonomian islam(Jakarta:Rabbani Press,1995 M.)hlm.37
10. 7
a. Konsumsi dalam perspektif hadist nabi
Hidup hemat dan tidak bermewah-mewah yang bermakna bahwa tindakan
konsumsi diperuntukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan hidup bukan pemuasan
keinginan sangat dianjurkan dalam Islam. Sikap sederhana dalan mengkonsumsi
terlihat pada larangan Nabi minum dari gelas yang terbuat dari emas ataupun perak.
Dua barang ini termasuk barang mewah yang tidak sepantasnya jika digunakan untuk
keperluan hidup sehari- hari karena menunjukkan kesan kesombongan. Rasulullah
bersabda:
يِف َب َِرش ْنَمِةهضِفْل ِةَوِنآيِف ِبَههذل َْمَل َيْنُّدلِخ آل يِف اَمِهْوِف ْبَرْشَي، ِة َر
َوِنآ َِةهنَجْل ِلْهَأ ُةُةهضِفْل َ َُبههذل
artinya : “barang siapa minum dari bejana perak dan emas di dunia maka tidak
minum dari keduanya di akhirat dan bejana ahli syurga adalah emas dan perak”
Barang yang dikonsumsi hanyalah yang halal saja,tidak boleh atau tidak
dianjurkan bagi seorang muslim mengkonsumsi barang yang haram. Rasulullah
melarang meminum segala yang memabukkan, yaitu segala macam minuman yang
menimbulkan mabuk kepada peminumnya.
Sesuatu yang memabukkan itu tidak hanya minuman, tapi dapat berupa sesuatu
yang dihisap seperti ganja atau disuntikkan ke dalam tubuh atau berupa pil dan cairan.
Segala yang memabukkan itu haram dan merupakan perbuatan setan baik diminum,
dimakan, dihisap. maupun disuntikkan, yang dikenal dengan narkoba. Pemakaian
narkoba dilarang karena menimbulkan mudarat yang sangat besar.larangan rasulullah
mengkonsumsi barang yang haram dan anjurannya untuk mengkonsumsi barang yang
halal,sejalan dengan firman allah dalam surat al-baqarah ayat 168:
اَهُّيَأٰٓييِف اهمِم ْ وُلُك ُاصهنَلَح ِض ْرَ ْْلْ وُعِبهتَت ََل َ ًابِوَط ًالهشل ِت َوُطُخُدَع مُكَل ، ُ هنِإ ِنَطوٌونِبُّم
Terjemah Arti: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”
11. 8
Selain sesuatu yang memabukkan itu haram yang termasuk barang haram adalah
barang-barang yang mengandung riba. Rasulullah melarang dan bahkan melaknat
orang-orang yang terlibat dalam bisnis yang mengandung unsur riba baik yang
mengkonsumsi,yang mewakili,yang menyaksikan,ataupun yang mencatat keuangan
dan aktifitas riba itu. Dalam sebuah hadist riwayat ‘abd allah ibn mas’ud dijelaskan
sebagai berikut
َع نَعسَم ِْنب ِ ه ِدبُلوُس َر َنَعَل :َلاَق ٍدوُعآ مَلَس َ ِ وَلَع ِ ه هَلَا ِ هِكهلر َلاَبْؤُم َُهَدِهَاش َ ُ َلِكَُ َبِتاَك
“dari ‘Abdullah ibn Mas’ud, ia berkata : Rasulullah SAW melaknat orang yang
makan riba, wakil (untuk mengurusnya), saksi (aktivitas bisnis riba), dan pencatat
(penulisnya). (H.R Abu Dawud)
b. Prinsip-prinsip konsumsi dalam islam
Menurut M. Abdul Manan, perintah islam mengenai konsumsi dikendalikan oleh
lima prinsip,yaitu:
a) Prinsip Keadilan
Prinsip ini mengandung arti ganda mengenai mencari rejeki yang halal dan
tidak dilarang oleh syariat islam
b) Prinsip Kebrersihan
Prinsip ini tercantum dalam al-quran dan sunnah nabi bahwa dalam
mengkonsumsi sesuatu,seseorang haruslah memilih barang yang baik dan
cocok untuk dimakan,tidak kotor ataupun menjijikan sehingga merusak selera.
dalam pengertian luas Bersih adalah bebas dari sefala sesuatu yang tidak
diberkahi atau tidak diridhai allah. Makna bersih ataupun suci,dalam aktifitas
ekonomi tidak saja secara fisik,tetapi juga non fisik yang berupa kesucian jiwa
dan harta manusia sehingga terbebas dari segala bentuk kotoran rohani.
c) Prinsip kesederhanaan
Sikap berlebih-lebihan mengandung makna melebihi dari kebutuhan yang
wajar cenderung memperturutkan hawa nafsu atau sebaliknya terlampau kikir
sehingga justru menyiksa diri sendiri.
Menurut Monzer Kahf,konsumsi berlebih-lebihan yangb merupakan ciri
khas masyarakat yang tidak mengenal tuhan,dikutuk dalam islam dan disebut
12. 9
dengan istilah israf (pemborosan) atau tabdhir (menghambur-hamburkan
harta tanpa guna).
d) Prinsip Kemurahan Hati
Prinsip ini memiliki dua makna, yaitu kemurahan allah kepada manusia
yang telah memberikan rahmat dan nikmatnya melalui sifat Rahman dan
Rahim-nya dan sikap murah hati manusia dengan menafkahkan sebagian
hartanya untuk orang lain.
Perintah Allah untuk menyisihkan sebagian harta orang-orang kaya guna
diberikan kepada orang-orang yang kurang mampu dalam hal
kekayaan,misalnya dalam bentuk zakat,infaq,shadaqah,wakaf,memberikan
pinjaman (hutang),maupun segala bentuk solidaritas social
lainnya.sebagaimana terlihat dalam firmannya pada:
e) Prinsip Moralitas
Dalam islam,konsumsi tidak hanya berkenaan dengan
makanan,minuman,dan pemenuhan kebutuhan material lainnya,tetapi juga
berkenaan dengan tujuan akhir konsumsi yakni untuk implementasi nilai-nilai
moral dan spiritual dalam kehidupan masyarakat. dengan diajarkan menyebut
nama allah sebelum makan dan minum dan menyertakan terimakasih kepada-
nya setelahnya,maka seorang muslim akan merasakan kehadiran allah pada
waktu memnuhi kebutuhan-kebutuhannya. Hal ini penting karena islam
menghendaki perpaduan nilai-nilai material dan spiritual sehingga tercipta
kehidupan yang harmonis dan bahagia.11
11 Eko Suprayitno, ekonomi islam:Pendekatan Ekonomi Makro Islamdan Konvensional (Yogyakarta:Graha
Ilmu,2005 M) hlm.95
13. 10
C. Distribusi
Distribusi adalah kegiatan menyalurkan barang atau jasa ke tangan konsumen atau seseorang
yang membutuhkan. Dengan adanya kegiatan ini, maka akan mempermudah baik produsen
maupun konsumen dalam memperoleh barang atau jasa. Serta untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan sebagainya.
Menurut Ash-Shadr, distribusi dibagi menjadi 2, yaitu: distribusi sumber-sumber produksi
dan distribusi kekayaan produktif.12 Distribusi sumber produksi, pada dasarnya mendahului
proses produksi. Namun para ekonom kapitalis mengkaji masalah distribusi dengan tidak melihat
kekayaan masyarakat secara keseluruhan beserta sumber-sumber produksinya, sehingga
pembahasan tentang produksi biasanya mendahului distribusi.
Namun berbeda dengan Islam, Islam lebih cenderung membicarakan distribusi pada skala
yang lebih luas dan lebih komperehensif. Karena, islam tidak membatasi dengan hanya
mengurusi distribusi kekayaan produktif semata. Islam tidak mengabaikan distribusi sumber
produksi dan tidak menyerahkannya begitu saja pada kendali dan wewenang pihak ang terkuat
dibawah kebebawan ekonomi. Justru Islam ikut campur tangan secara positif dalam distribusi
alam dan apapun yang kandungannya seperti kepemilikan pribadi, kepemilikan publik
kepemilikan negara atau publik yang bebas untuk semua formulasi aturan-aturannya.
a) Prinsip Keadilan dan Kejujuran dalam Distribusi
Baik distribusi pendapatan ataupun kekayaan sangat berpengaruh dalam
kesejahteraan masyarakat, karena sesuai dengan tujuan dasar Islam, yaitu
menyejahterakan umat muslim di dunia dan akhirat. Hal ini akan tercapai
apabila kebutuhan dasar masyarakat bisa terpenuhi dengan baik. Sehingga
tidak akan ada kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin. Konsep ini
sesuai dengan prinsip maqashid al-syari’ah, yaitu merealisasikan
kemaslahatan di antara masyarakat dengan cara menghilangkan segala hal
yang membawa pada keburukan atau kerusakan.13
12 . Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam; Iqtishaduna,Jakarta: Zahra, 2008, hllm. 149.
13 . Ika Yunia Fauzia, dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Prespektif Maqashid al-Syari’ah,
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014, hlm. 140.
14. 11
Oleh karena itu, Islam berupaya untuk menegakkan distribusi yang adil di
antara masyarakat. Allah mengecam peredaran harta yang terkonsentrasi pada
segelintir orang saja. Sebagaimana yang tertera pada surah Al-Hasyr ayat 7:
وَب ًةَل ُد َونُكَيََل يَكمُكنِم ِاءَوِنْغَ ْْل َن
“.....supaya harta itu jangan hanya beredar di kalangan orang kaya saja di
antara kamu...”
b). Distribusi Menurut Hadis Nabi
Rasulullah menganjurkan kepada umat Islam agar mendistribusikan
sebagian harta dan penghasil mereka untuk mebantu saudara-saudara yang
lain yang kekurangan di bidang ekonomi. Distribusi yang dimaksud Nabi
terbagi menjadi dua jenis. yang pertama, yaitu distribusi barang dan jasa yang
berupa penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Kedua,
konsumen menyalurkan sebagian harta kepada orang-orang yang
membutuhkan sebagai wujud solidaritas sosial.
Kedua jenis distribusi ini mempunyai perbedaan; yang pertama bersifat
profit taking dan yang kedua non-profit taking. Kedua jenis distribusi ini
dianjurkan oleh Rasulullah. Untuk distribusi jenis pertama, Rasulullah
melarang umat Islam menimbun barang dan tidak mendistribusikannya
kepasar. Penimbunan barang ini biasanya dilakukan untuk mendapatkan
keuntungan yang besar saat pasar membutuhkan. Rasulullah bersabda:
َرَكَتْح َوُهَفٌئطو اَجر للهر علوم سلمو : ِنَمعن معمر :قال سول
“Dari Ma’mar ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “ Barang siapa yang
menimbun barang, maka ia bersalah (berdosa)”(HR. Muslim)
15. 12
Jenis distribusi kedua adalah berupa zakat, naflah, shadaqah, wasiat,
hibah, dan sebagainya. Rasulullah sangat menganjurkan agar distribusi ini
dilakukan tiap muslim. Sebagaimana sabda Rasulullah:
دَبعَم نَعَلاَق ِدِلَاخ ْنبَةَث ِارَح ُتْعِمَسَلاَق ٍبْه َ ْنبُ ه ههلَا هيِبهنل ُعتِمَس
ِ ْوَلَعَصَت :ُلوُقَي َمهلَس َْأَي ُ هنِإَف وُقهدٌانَمَز مُكوَلَع يِتِب ُلُجهلر يِشمَيَالَف ِ ِتَقَدَص
هلر ُلوُقَي اَهُلَبْقَي ْنَم ُد ِجَتُتْئ ِج وَل ُلُجاَهِباَهُتْلِبَقَل ِسْمَ ْْل اِبَالَف َموَول اهمَأَفَةَجاَح
يِبُم( َاهَع ٌقَفَتُظُفَلل َ ِ وَللِل.)ي َِارخُب
“Dari Ma’bad ibn Khalid, katanya: Aku menderngat harithah ibn Wahab
berkata. Katanya: Aku mendengar Rasulullah SAW, bersabda: “Bersedekalah,
karena (suatu saat akan datang masa dimana seseorang berjalan untuk
memberikan sedekahnya, tetapi orang yang akan diberinya (menolak) seraya
berkata, ‘Seandainya kamu membawanya kemarin, niscaya aku akan
menerimanya, tetapi kalau saat ini aku tidak membutuhkannya’. Maka tidak
ada orang yang mau menerima sedekah itu” (HR ak-Bukhari dan Muslim,
lafal hadis tersebut riwayat Muslim)
16. 13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Produksi dalam ekonomi Islam adalah bentuk aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan
manfaat atau menambahkan nilai jual atau manfaat dengan cara mengeksplorasi sumber-sumber
ekonomi. Didalam islam, konsumsi merupakan salah satu aktivitas ekonomi manusia yang
bertujuan meningkatkan ibadah dan keimanan terhadap allah, selain beribadah, kegiatan
konsumsi islam tentunya memiliki prinsip-prinsip. Distribusi adalah kegiatan menyalurkan
barang atau jasa ke tangan konsumen atau seseorang yang membutuhkan. Dengan adanya
kegiatan ini, maka akan mempermudah baik produsen maupun konsumen dalam memperoleh
barang atau jasa. Serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sebagainya.
Jadi, kegiatan produksi konsumsi dan distribusi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dalam kegiatan ekonomi karena masing-masing kegiatan tersebut memiliki manfaat
dan merupakan aktivitas penting dalam sektor perekonomian.
17. 14
Daftar Pustaka
Idri.2014. Hadits Ekonomi. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press
Suprayitno,Eko. 2005. Ekonomi Islam:Pendektana Ekonomi Mkaro Islam dan Konvensional.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Al-Qardawi,Yusuf. 1995. Peran dan Nilai Moral dalam Perekonomian Islam. Jakarta: Rabbani
Press
Siddiqqi, Muhammad Nejatullah. 1996. Kegiatan Ekonomi dalam Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Turmudi,Muhammad. 2017. Produksi dalam Perspektif Ekonomi Islam. Volume XVIII, No. 1,
https://media.neliti.com/media/publications/70513-ID-produksi-dalam-perspektif
ekonomi-islam.pdf . 14 Februari
Efendi,Rustam,2003. Produksi Dalam Islam. Yogyakarta: Megistra Insanisa Press
Echols,John dan Hasan Shadily, 1961. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta. PT Gramedia
Manan,Abdul. 1997. Teori dan Praktik Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT Dana Bakti Wakaf
Sarwono, 2009. Analisis Perilaku Konsumen Prespektif Ekonomi Islam, INNOFARM: Jurnal
Inovasi, pertanian Vol 8 No 1, 14 Februari
AshShadr, Muhammad Baqir. 2008. Buku Induk Ekonomi Islam; Iqtishaduna. Jakarta: Zahra
Fauzia, Ika Yunia dan Abdul Kadir Riyadi. 2014. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Prespektif
Maqashid al-Syari’ah. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group