Dokumen tersebut membahas tentang beberapa topik fiqih muamalah seperti ju'alah, ijarah, qur'ah (undian). Ju'alah adalah kontrak dimana seseorang menjanjikan imbalan atas pelaksanaan suatu tugas, sedangkan ijarah adalah akad sewa menyewa barang atau jasa. Qur'ah didefinisikan sebagai cara untuk menentukan bagian seseorang atas yang lain, dan undian diperbolehkan dalam beberapa
2. Ju’alah (لة الجعا) artinya janji hadiah atau
upah
Ju'alah adalah suatu kontrak di mana pihak
pertama menjanjikan imbalan tertentu
kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu
tugas/ pelayanan yang dilakukan oleh pihak
kedua untuk kepentingan pihak pertama
3. Mazhab Maliki, Syafi'i dan Hambali
berpendapat bahwa Ju'alah boleh dilakukan
berdasarkan Firman Allah swt dalam Q.S.
Yusuf ayat 72:
artinya “penyeru-penyeru berkata ‘kami
kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat
“mengembalikannya akan memperoleh
bahan makanan (seberat) beban unta, dan
aku menjamin terhadapnya”
4. 1. Sighot
2. Ja’il adalah pihak yang berjanji akan
memberikan imbalan tertentu atas
pencapaian hasil pekerjaan (natijah) yang
ditentukan
3. Maj’ul lah adalah pihak yang melaksanakan
Ju’alah
4. maj’ul ‘alaih adalah pekerjaan yang
ditugaskan
5. Upah / hadiah/ fee
5. 1. Orang yang menjanjikan upah atau hadiah harus orang yang cakap untuk melakukan
tindakan hukum, yaitu: baligh, berakal dan cerdas. Dengan demikian anak-anak,
orang gila dan orang yang berada dalam pengampuan tidak sah melakukan Ju’alah.
2. Upah atau hadiah yang dijanjikan harus terdiri dari sesuatu yang berharga atau
bernilai dan jelas juga jumlahnya. Harta yang haram tidak dipandang sebagai harta
yang bernilai (Madzhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali). Tidak boleh ada syarat imbalan
diberikan di muka (sebelum pelaksanaan Ju’alah).
3. Ijab harus disampaikan dengan jelas oleh pihak yang menjanjikan upah walaupun
tanpa ucapan Qabul dari pihak yang melaksanakan pekerjaan. Antara pekerjaan dan
batas waktu yang ditetapkan untuk menyelesaikannya boleh digabungkan seperti
seseorang berkata, “barangsiapa dapat membuat baju dalam satu hari maka ia
dapatkan bayaran sekian” jika ada orang yang dapat membuat baju dalam satu hari
maka ia berhak mendapatkan komisi/fee.
4. Pekerjaan yang diharapkan hasilnya itu harus mengandung manfaat yang jelas dan
boleh dimanfaatkan menurut hukum syara’.
5. Madzhab Maliki dan Syafi’i menambahkan syarat, bahwa dalam masalah tertentu,
Ju’alah tidak boleh dibatasi dengan waktu tertentu, seperti mengembalikan
(menemukan) orang yang hilang. Sedangkan Madzhab Hanbali membolehkan
pembatasan waktu.
6. Madzhab Hanbali menambahkan, bahwa pekerjaan yang diharapkan hasilnya itu,
tidak terlalu berat, meskipun dapat dilakukan berulangkali seperti mengembalikan
binatang ternak yang lepas dalam jumlah yang banyak.
7. Yang membedakan antara Ju’alah
dengan Judi adalah kriteria yang ditetapkan
oleh penyelenggara undian tersebut. Sebuah
undian bisa menjadi judi manakala ada
keharusan bagi peserta untuk membayar
sejumlah uang atau nilai tertentu kepada
penyelenggara. Dan dana untuk menyediakan
hadiah yang dijanjikan itu didapat dari dana
yang terkumpul dari peserta undian. Maka
pada saat itu jadilah undian itu sebuah
bentuk lain dari perjudian yang diharamkan.
8. Ijarah berarti sewa, jasa atau imbalan, yaitu
akad yang dilakukan atas dasar suatu
manfaat dengan imbalan jasa
Ijarah adalah penjualan manfaat yaitu
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang dan jasa dalam waktu tertentu
melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan barang itu
sendiri.
9. Al-Qur’an surat al-Baqarah : 233
Al-Qur’an surat al-Qashash : 26
Hadis :
“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya
kering.”
“Barangsiapa yang mempekerjakan pekerja,
beritahukanlah upahnya.”
“Kami pernah menyewakan tanah dengan
(bayaran) hasil pertaniannya, maka Rasulullah
melarang kami melakukan hal tersebut dan
memerintahkan agar kami menyewakannya
dengan emas atau perak.”
10. Pelaku akad, yaitu mustajir (penyewa),
adalah pihak yang menyewa aset
dan mu’jir/muajir (pemilik) adalah pihak
pemilik yang menyewakan aset.
Objek akad, yaitu ma’jur (aset yang
disewakan) dan ujrah (harga sewa).
Sighat yaitu ijab dan qabul.
11. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang
disewakan tersebut harus tertentu dan diketahui dengan
jelas oleh kedua belah pihak.
Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang
bertanggung jawab pemeliharaannya, sehingga aset
tersebut harus dapat memberi manfaat kepada
penyewa.
Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang
bersangkutan berhenti memberikan manfaat kepada
penyewa. Jika aset tersebut rusak dalam periode
kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku.
Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga
yang ditetapkan sebelumnya pada saat kontrak berakhir.
Apabila aset akan dijual harganya akan ditentukan pada
saat kontrak berakhir.
12. Ijarah Mutlaqah (leasing) adalah proses sewa-
menyewa yang biasa kita temui dalam
kegiatan perekonomian sehari-hari
Ijarah Muntahiah bit Tamlik adalah suatu
kontrak sewa yang diakhiri dengan
penjualan. Dalam kontrak ini pembayaran
sewa telah diperhitungkan sedemikian rupa
sehingga sebagian padanya merupakan
pembelian terhadap barang secara
berangsuran
13. Dari segi objeknya :
1. Ijarah benda yang tidak bergerak (Uqar)
2. Ijarah kendaraan
3. Ijarah barang-barang yang bisa dipindah-
pindahkan seperti perabotan rumah tangga
4. Ijarah manfaat manusia yang bersifat
khusus (khas)
5. Ijarah manfaat manusia yang bersifat
umum (musytarik)
14.
15. qur’ah berarti as-sahm ( bagian ) atau an-
nashib (andil, nasib)
qur’ah adalah ma tulqihi li ta’yini an nashib,
yakni apa yang Anda lemparkan untuk
menentukan bagian / nasib
Secara istilah qur’ah(undian) adalah:
ُيزِيْمَتُِصَص ِحْالاَه ِضْعَبُْنِمُضْعَب
Membedakan/menentukan bagian (hak)
sebagian orang atas sebagian orang yang lain
16. Hukum asal undian adalah mubah/boleh menurut
kesepakatan fuqaha (ahli fikih). Berdasarkan al
qur’an dan as sunnah. Diantara dalil al qur’an
adalah:
اَم َوَُتْنكُْمِهْيَدَلُْذإَُونقْليُْقَأُْمهَم ََلُْمُّهيَأُلفْكَيَُمَي ْرَم
Artinya: padahal kamu tidak hadir beserta
mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak
panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara
mereka yang akan memelihara Maryam (QS.
Ali’Imron [3]: 44)
17. Imam al Qurthubi menjelaskan bahwa undian ( qur‘ah ) pernah
dilakukan oleh Rasulullah pada tiga peristiwa.
Pertama, jika Rasulullah saw hendak melakukan perjalanan, beliau
melakukan undian di antara istri-istri beliau. Jika keluar satu nama
dalam undian, Rasulullah saw akan bepergian dengannya.
Kedua, pernah ada seorang laki-laki yang sakit menjelang matinya,
lalu membebaskan enam orang budak yang dimilikinya, padahal dia
tak mempunyai harta lain kecuali enam orang budak itu. Rasulullah
saw lalu melakukan undian untuk menentukan siapa yang boleh
dibebaskan, yaitu sepertiganya ( dua orang ). Rasulullah kemudian
membebaskan dua orang budak ( yang namanya keluar dalam
undian ), sedangkan empat budak lainnya tetap menjadi budak laki-
laki tersebut.
Ketiga, ada dua orang lelaki yang mengadukan perkaranya kepada
Rasulullah saw, yaitu masalah warisan berupa suatu harta yang
sudah tak bisa lagi dibedakan dengan jelas siapa yang berhak.
Rasulullah saw lalu lalu memerintahkan keduanya untuk melakukan
undian, dan yang namanya keluar berarti dialah yang berhak atas
barang warisan itu.
18. Undian yang diperbolehkan di masa sekarang
adalah seperti undian untuk memperoleh
hadiah (door prize ) dari sponsor dalam
sebuah acara, seperti seminar, diskusi,
workshop, jalan santai atau sejenisnya. Pada
dasarnya semua peserta dalam kegiatan
tersebut berhak untuk memperoleh hadiah
dari sponsor. Tetapi karena keterbatasan
jumlah hadiah, maka dilakukanlah undian.
Yang wajib diperhatikan adalah bahwa
hadiah itu harus benar-benar dari sponsor,
bukan dari uang yang dibayarkan peserta
kepada panitia untuk mengikuti kegiatan itu.
19. Undian yang diharamkan adalah undian untuk
berjudi ( taruhan )
Dalam kasus undian door prize pada acara
seminar atau sejenisnya, jika hadiah yang
diundikan tersebut berasal dari sebagian
uang yang dibayarkan oleh peserta kepada
panitia, maka undian dengan hadiah seperti
ini masuk kepada unsur perjudian ( maysir ).
Sebab, hadiah yang diperoleh berasal dari
harta yang dikumpulkan oleh peserta. Berarti
ada pihak yang mempertaruhkan harta, ada
yang kalah dan ada yang menang