Laporan ini merangkum hasil praktikum survey dan pemetaan yang dilakukan oleh Restu Tri Novandy. Praktikum ini meliputi pengukuran sifat datar menggunakan waterpass dan pemetaan menggunakan theodolit. Laporan ini berisi penjelasan teori, metodologi pelaporan, data dan sketsa hasil pemetaan, serta perhitungan dan pembahasan hasil pengukuran.
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
62265668 laporan-iu tqqq
1. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menerangkan bahwa :
Nama : Restu Tri Novandy
Stambuk : F 111 03 021
Kelompok : I (Satu)
Tahun Ajaran : 2009 / 2010
Telah mengikuti dan menyelesaikan praktikum “Survey Dan Pemetaan” dengan
baik.
Adapun materi praktikum yang telah diikuti adalah sebagai berikut ;
N
o
Modul Asisten
1 Sipat Datar (waterpass)
2 Pemetaan (Theodolith)
Palu, Juni 2009
Menyetujui, Diperiksa
Kepala Laboratorium Dosen Mata Kuliah
Ukur Tanah
Ir. IRIANTO UNO, M.Sc Ir. IRIANTO UNO, M.Sc
NIP. 131 694 281 NIP. 131 694 281
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 1 -
- 1 -
2. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
Berkah, Rahmat Dan Hidayah-Nyalah sehingga laporan praktikum Survey Dan
Pemetaan ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini adalah hasil praktikum di lapangan yang dilaksanakan dalam
waktu kurang lebih dua minggu dan dikerjakan perkelompok. Adapun jenis –
jenis praktikum yang dilaksanakan, yaitu :
1. Pengukuran Sipat Datar (Waterpass)
2. Pemetaaan (Theodolith)
Atas tersusunnya laporan ini, tak lupa penyusun mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Kepala Laboratorium Ilmu Ukur Tanah
2. Koordinator Asisten Laboratorium Ilmu Ukur Tanah
3. Dosen Kelas Ilmu Ukur Tanah
4. Para Asisten yang telah membimbing dan memberi pengarahan
sejak awal sampai tersusunnya laporan ini.
5. Serta semua teman – teman yang telah memberi sumbangsih dan
sarannya sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dalam hal teknik penulisan, tata bahasa maupun isinya.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapakan
demi penyempurnaan laporan ini pada masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penyusun dan umumnya para pembaca sekalian.
Palu, Juni 2009
Penyusun
RESTU TRI NOVANDY
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 2 -
- 2 -
3. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………….
KATA PENGANTAR ………………………………………………..
DAFTAR ISI …………………………………………………………
BAB I TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………
A. Defenisi Ilmu Ukur Tanah ………………………………
B. Tujuan Praktikum Ilmu Ukur Tanah …………………...
1. Tujuan Instruksional Umum ………………………...
2. Tujuan Instruksional Khusus ………………………..
C. Prinsip Dasar Pengukuran ……………………………...
D. Skala ………………………………………………………
E. Pengukuran Menyipat Datar ……………………………
1. Defenisi ……………………………………………….
2. Tipe Sifat Datar ………………………………………
a. Metode Sifat Datar Langsung ……………………
b. Metode Sifat Datar Tidak Langsung ...................
1) Cara Grafis ......................................................
2) Cara Analitis ....................................................
3. Metode Pengukuran ...............................................
a. Metode Pembacaan Muka dan Belakang ...........
b. Metode Garis Bidik ..............................................
c. Metode Gabungan ...............................................
F. Pengukuran Poligon .....................................................
1. Defenisi ...................................................................
2. Jenis – jenis Poligon ...............................................
3. Cara Mengukur Sudut .............................................
4. Memilih titik Poligon ................................................
5. Perhitungan Poligon ................................................
a. Poligon Terbuka ...................................................
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 3 -
- 3 -
4. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
b. Poligon Tertutup ...................................................
G. Pengukuran Peta Situasi (Tachymetry) .........................
1. Defenisi .....................................................................
2. Garis Kontur .............................................................
a. Defenisi ...............................................................
b. Syarat – syarat Kontur ........................................
c. Metode Penggambaran Garis Kontur .................
- Cara Grafis ………………………………………
- Cara Analitis ……………………………………..
BAB II. METODOLOGI PELAPORAN ……………………………
A. Waktu dan Tempat ……………………………………..
1. Praktikum Sifat Datar
………………………………..
2. Praktikum Pemetaan
…………………………………
B. Langkah Kerja ………………………………………….
1. Pesawat Waterpass
………………………………….
- Mewaterpaskan nivo ………………………………..
- Membaca jarak ………………………………………
- Membuat Potongan Memanjang …………………...
- Membuat Potongan Melintang ……………………...
2. Pesawat Theodolith ……………………………………
- Mewaterpasskan Nivo I ………………………………
- Mewaterpasskan Nivo II ……………………………..
- Menyetel Arah Utara …………………………………
- Membuat Poligon Tertutup terikat Sempurna ……..
BAB III. DATA DAN SKETSA PEMETAAN …………………………
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 4 -
- 4 -
5. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
BAB IV. HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengukuran Sifat Datar
1. Menghitung jarak
2. Menghitung Beda Tinggi
3. Menghitung Tinggi titik Tanah Asli
4. Membuat Gambar
- Gambar profil Memanjang (skala ditentukan kemudian)
- Gambar Profil Melintang (skala ditentukan Kemudian)
5. Membuat Perencanaan (Asisten atau Dosen yang menentukan)
6. Menghitung luas penampang galian dan timbunan
7. Menghitung Kuantitas Galian Dan Timbunan.
B. Pemetaan
1. Menghitung Koordinat X,Y dan Z polygon Utama
2. Menghitung Koordinat X,Y dan Z Titik Detail
3. Menghitung luasan (metode perhitungan luasan ditentukan
kemudian)
4. Membuat Peta Topografi di kertas (Skala dan ukuran ditentukan
kemudian)
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR ASISTENSI
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 5 -
- 5 -
6. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Defenisi Ilmu Ukur Tanah
Ilmu Ukur Tanah (IUT) adalah ilmu yang berhubungan dengan
bentuk muka bumi (topografi), yang berarti ilmu yang bertujuan
menggambarkan bentuk topografi muka bumi, dalam bentuk peta
dengan segala sesuatu yang ada pada permukaan bumi seperti kota,
jalan, sungai, bangunan dan lain – lain dengan skala tertentu. Sehingga
dengan mempelajari peta kita dapat mengetahui jarak, arah, dan posisi
tempat yang kita inginkan.
1.2 Tujuan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum
a. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip – prinsip dalam
pengukuran
b. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan dalam
menggunakan pesawat waterpass dan theodolith.
c. Mahasiswa dapat menggunakan pesawat waterpass dan
theodolith dengan baik dan benar.
d. Mahasiswa dapat melakukan pembacaan data pada alat ukur
dalam kegiatan pengukuran.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa dapat mengolah dan menghitung data yang
diperoleh dalam pengukuran dilapangan dengan benar dan teliti.
b. Mahasiswa dapat menggambarkan hasil perhitungan atau data
yang telah diolah di atas kertas.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 6 -
- 6 -
7. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Tujuan mempelajari Ilmu Ukur Tanah :
a. Membuat peta
b. Menentukan elevasi dan arah
c. Mengontrol elevasi dan arah,
d. Dan lain-lain
1.3 Prinsip Dasar Pengukuran
Untuk Menghindari kesalahan – kesalahan yang mungkin terjadi,
maka tugas mengukur harus didasarkan pada prinsip pengukuran yaitu :
1. Perlu adanya pengecekan yang terpisah
2. Tidak adanya kesalahan – kesalahan dalam pengukuran
1.4 Skala
Skala adalah perbandingan perbandingan jarak dilapangan
dengan jarak diatas peta.
Contoh :
Peta dengan skala 1 : 100
Berarti 1 cm di atas peta sama dengan 100 cm dilapangan.
Macam – macam skala :
1. Skala Grafik
2. Skala representative Fractica, contoh 1 : 100
3. Skala Verbal, contoh 1 cm = 1 Km
Dimensi – dimensi yang dapat di ukur
a.Jarak : Adalah garis hubung terpendek antara 2 titik yang
dapat diukur dengan menggunakan alat ukur,
misalnya : mistar, pita ukur, theodolith, waterpass,
dan lain-lain.
b.Sudut : Adalah besaran antara 2 arah yang bertemu pada
satu titik (untuk menentukan azimuth dan arah).
c.Ketinggian: Adalah jarak tegak diatas atau dibarah bidang
refiners yang dapat diukur dengan waterpass dan
rambu ukur.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 7 -
- 7 -
8. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
1.5 Pengukuran Dengan Menggunakan Waterpass
1.5.1 Defenisi
Suatu tempat di permukaan bumi selain dapat ditentukan
posisi mendatarnya dapat juga ditentukan posisi tegaknya.
Tinggi suatu titik dapat diartikan tinggi titik tersebut terhadap
suatu bidang persamaan yang telah ditentukan.
Pengukuran-pengukuran untuk menentukan beda tinggi
suatu tempat debug dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai
dari yang paling kasar sampai yang teliti yaitu secara :
Barometris, trigonometris, dan secara waterpassing (leveling ).
Namun yang akan dibahas pada modul ini adalah mengenai
pengukuran waterpass
Pengukuran tinggi cara waterpass adalah untuk
menentukan beda tinggi secara langsung untuk membuat garis
bidik horizontal. Alat yang digunakan adalah waterpass.
Pemakaian waterpass selanjutnya dapat diterapkan pada
pekerjaan-pekerjaan: pembuatan jalan, saluran irigasi,
pematangan tanah , dll.
Pesawat waterpass merupakan alat yang berfungsi
menentukan beda tinggi suatu tempat dengan batas antara 0 – 3
m, untuk ketinggian di atas 3 m masih bisa hanya saja akan
menghabiskan waktu yang banyak.
Pesawat waterpass terdiri atas :
a.Teropong jurusan
Teropong jurusan terbuat dari pipa logam, didalamnya
terdapat susunan lensa obyektif, lensa okuler, dan lensa
penyetel pusat. Didalam teropong terdapat pula pelat kaca
yang di balut dengan bingkai dari logfam (diafragma), sedang
pada plat kaca terdapat goresan benang silang
b.Niveau
Niveau adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk
membuat arah- arah horizontal dan vertikal. Menurut bentuknya
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 8 -
- 8 -
9. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
niveau dibagi atas dua yaitu niveau kotak dan nivau tabung.
Niveau Kotak berada di atas
1.5.2. Tipe Sifat Datar
1.5.2.1 Metode Sifat Datar Langsung misalnya mengukur jarak
dengan pita menempatkan busur derajat pada sebuah
sudut, atau mengukur sudut dengan theodolith (theodolith
kompas).
1.5.2.2 Metode sifat datar tidak langsung pengukuran ini dilakukan
bila tidak mungkin menempatkan atau memakai instrument
ukur langsung pada jarak atau sudut yang di ukur. Oleh
karenanya hasil ukuran ditentukan oleh hubungannya
dengan suatu harga lain yang diketahui. Jadi jarak
keseberang sungai dapat ketemukan dengan mengukur
sebagian jarak disatu sisi, sudut ditiap ujung jarak ini yang
di ukur ke titik diseberang, dan kemudian menghitung jarak
tadi dengan salah satu rumus trigonometri baku.
1.5.2.2.1 Cara grafis
alat ukur penyipat ddatar ditempatkan antara titik
A dan titik B, sedang diantara kedua titik tersebut
ditempatkan dua mistar. Jarak dari alat ukur
penyipat datar kedua mistar, ambillah kira – kira
sama, sedang alat ukur penyipat datar tidaklah
perlu terletak digaris lurus yang menghubungkan
kedua titik tersebut. Arahkan garis bidik dengan
gelembung ditengah – tengah ke mistar A
(belakang) dan mistar B (muka). Dan misalkan
pembacaan pada dua mistar berturut – turut
adalah B (belakang) dan A (muka), maka beda
tinggi antara titik A dan B adalah t = b – m.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 9 -
- 9 -
10. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
tidaklah selalu mungkin untuk menempatkan alat
ukur penyipat datar diantara dua titik A dan
B,misalnya karena antara titik A dan B, ada
selokan. Maka dengan cara ketiga alat ukur
penyipat datar ditempatkan tidak diantara titik A
dan B tetapi disebalah kiri titik A atau disebelah
kanan titik B, jadi diluar garis A dan B. Pada
gambar 1.3 alat ukur penyipat datar diletakkan
disebelah kanan titik B.pembacaan yang
dilakukan pada mistar yang diletakkan diatas titik-
titik A sekarang berturut-turut adalah b dan m,
sehingga dapat diperoleh dengan mudah bahwa
beda tinggi t=b-m.
Gambar 1. Metode sifat datar langsung
1.5.2.2.2 cara analitis
pesawawat waterpast diletakkan antara dua
mistar yang memberi hasil paling teliti karena
kesalahan yang mungkin masih ada dalam
pengukuran dapat saling memperkecil, apabila
jarak antara pesawat waterpast kedua mistar
dibuat sama. Jadi untuk mendapatkan beda tinggi
antara dua titik selalu dambil pembacaan mistar
muka, sehingga t=b-m, bila hasilnya positif maka
titik muka lebih tinggi dari pada titik belakang.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 10 -
- 10 -
b
b - m
m
11. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Dan bila hadilnya negative, maka titik muka lebih
rendah dari pada titik belakang. Setelah beda
tinggi antara dua titik ditemukan, maka tinggi
suatu titik dapat dicari, bila tinggi titik lainnya telah
diketahui. Suatu cara untuk menentukan tinggi
suatu titik adalah dengan menggunakan tinggi
garis bidik. Deengan diketahui tinggi garis bidik
dapatlah dengan cepat dan muda menentukan
tinggi titik-titik yang diukur. Tempatkan saja mistar
diatas titik itu, arahkan garis bidik kemistar dengan
gelembung ditengah-tengah, lakukan pembacaan
pada mistar itu.seperti pada gambar 1.4 maka
tinggi titik Tt= t.gb =pembacaan pada mistar.n
1.5.3 Metode Pengukuran
Dalam pengukuran waterpass digunakan 3 cara yaitu metode
loncat ( muka belakang ) dan metode garis bidik serta metode
gabungan keduanya.
1.5.3.1 Metode Loncat
Metode Loncat biasanya digunakan pada pengukuran
jaringan irigasi atau pengukuran memanjang tanpa
diselingi potongan melintang, karena pada metode loncat
, pesawat waterpass berda ditengan- tengah antara
patok 1 dan 2 atau berada pada patok genap sedangkan
rambu berada pada patok ganjil. Untuk pengukuran
melintang hal ini agak sulit dilakukan karena pesawat
tidak berdiri di semua patok. Untuk itulah digunakan garis
Badik. Adapun keunggulan dan kelemahan metode
loncat adalah sebagai berikut :
- Metode Loncat bisa mengukur jarak dan beda tinggi
- Tidak efisien digunakan dalam pengukuran jalan yang
tiap 25m di buat potongan melintang.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 11 -
- 11 -
12. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
- Pesawat harus pas diatas patok sehingga menyulitkan
pengukuran pada areal daerah yang padat (dalam hal
ini jalan raya ).
1.5.3.2 Metode garis bidik
Metode garis bidik merupakan metode yang praktis
dalam menentukan profil melintang di banding dengan
metode loncat. Prinsip kerja metode ini adalah metode ini
hanya mengukur beda tinggi. Adapun keunggulan dan
kelebihannya adalah :
- Garis bidik sangat efisien dalam pengukuran
melintang khususnya di jalan
- Garis Bidik hanya mampu menentukan beda tinggi
suatu wilayah namun tidak bisa membaca jarak
- Jarak antar patok harus diukur terlebih dahulu.
- Pesawat bisa diletakkan dimanapun yang kita suka
karena metode ini hanya untuk menentukan garis
Bidik.
1.5.3.3 Metode gabungan
Metode ini merupakan gabungan dari kedua metode
diatas, namun harus diperhatikan bahwa dalam
menentukan beda tinggi suatu wilayah metode
perhitungannya harus tersendiri tidak bisa dicampur baur
karena mempunyai prinsip yang berbeda.
1.6 Pengukuran Poligon
1.6.1 Defenisi
Pengukuran poligon dimaksud menghitung koordinat, ketinggian
tiap-tiap titik polygon untuk itu kita mengadakan pengukuran sudut
dan jarak dengan mengikatkan pada suatu titik tetap seperti titik
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 12 -
- 12 -
13. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
triangulasi, jembatan dan lain-lain yang sudah diketahui koordinat
dan ketinggiannya.
1.6.2 Jenis – jenis Poligon
1.6.2.1 Poligon Terbuka
Poligon terbuka merupakan serangkaian garis berurutan
yang berhubungan namun tidak kembali ketitik awal atau
terikat pada suatu titik dengan ketelitian yang sama atau
lebih tinggi ordenya. Dalam polygon terbuka, pengukuran
harus berulang – ulang agar tidak terjadi kesalahan.
1.6.2.2. Poligon Tertutup
Pada poligon ini titik awal dan titik akhir merupakan satu
yang sama. Bila pengukuran sudut tidak sesuai dengan
rumus diatas maka harus diratakan sehingga memenuhi
syarat diatas.
Poligon Tertutup antara 2 titik yang diketahui
Pengukuran di mulai dari titik AB dimana azimuth AB diketahui dan
terakhir di titik CD azimuth sebagai kontrol : azimuth CD yang hasil
perhitungan harus sama dengan azimuth CD yang diketahui,
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 13 -
- 13 -
R
o
Poligon
terdahulu
azimuth
diketahui
Poligon baru
azimuth
diketahui
14. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
toleransinya ± 30″ √ n menit. Di sini juga harus dilakukan perataan
bila tidak memenuhi ketentuan diatas.
1.6.3 Cara Mengukur Sudut
Berbagai metode digunakan dalam pengukuran sudut atau arah
garis polygon, yaitu :
1.6.3.1 Pengukuran polygon dengan sudut dalam
Sudut dalam dipakai hampir khusus pada pengukuran
polygon hak milik. Sudut – sudut itu bisa dibaca baik searah
maupun berlawanan arah jarum jam, sewaktu pengukuran
maju keliling polygon kekiri atau kekanan, tetapi merupakan
praktek yang baik bila semua sudut diukur searah jarum
jam.
1.6.3.2 Pengukuran polygon dengan sudut arah kompas
Sudut arah terbaca langsung pada kompas sewaktu bidikan
sepanjang garis (jurusan) polygon. Untuk menentukan
orientasi dari sudut arah, akan dipakai sudut arah berhitung
berdasarkan pembacaan lingkaran horizontal dan
pembacaan kompas dipakai sebagai pengecekan saja.
1.6.3.3 Pengukuran polygon dengan sudut kekanan.
Sudut – sudut diukur searah jarum jam dari bidikan belakang
pada garis sebelumnya. Prosedur yang digunakan hampir
sama dengan pengukuran polygon azimuth kecuali bahwa
bidikan belakang dibuat dengan piringan terbaca nol dan
bukan azimuth belakang. Sudut – sudut dapat dicek dan
diperbaiki dengan pengukuran rangkap dua, atau diuji harga
kasarnya dengan pembacaan kompas.
1.6.3.4 Pengukuran polygon dengan azimuth
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 14 -
- 14 -
15. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Azimuth diukur dari sebuah arah acuan yang harus
ditentukan dari pengukuran sebelum nya, jarum magnetic
serta pengamatan matahari atau bintang. Azimuth diukur
searah jarum jam dari ujung meridian lewat titik sudut. Bila
lingkaran terbaca nol, teropong terarah keutara sebenarnya
sebagai pengecekan jika sedang dipakai transit yang
dilengkapi kompas, jarum jam dapat diturunkan dan dapat
dibaca. Jika teropong mengarah keutara, jarum jam harus
menunjukan besarnya deklinasi ditempat tersebut. Transit
diorienntasikan disetiap pemasanngan instrument dengan
bidikan pada titik sebelumnya dengan azimuth belakangan
pada lingkaran atau azimuth garis dipinggirkan.
1.6.3.5 Pengukuran polygon dengan sudut belokan
sudut belokan adalah sudut horizontal yang dari
perpanjangan garis sebelumnya, kekanaan atau kekirir
sampai garis berikutnya. Untuk menghindari ralat, sudut
biasanya dilipat duakan atau dilipat tempattkan.
1.6.3.6 memilih titik polygon
kedudukan yang dipilih untuk memasang stasiun beragam
menurut jenis pengukurannya. Misalnya saa pada
pengukuran jalur lintas, stasiun diletakkan ditiap titik sudut
dan lokasi lainnya dimana perlu untuk memeperoleh data
topografi atau meluaskan pengukuran.
Polygon yang diukur untuk menentukan titik dasar pemetaan
topografi digunakan sebagai kerangka acuan detail seperti
jalan, bangunan, sungai dan bukit. Lokasi dapat ditentukan
agar dapat meliputi seluruh wilayah yang dipetakan. Cabang
yang terdiri dari satu garis atau lebih sehingga dapat
membentuk polygon terbuka untuk mencapai titik-titik yang
menguntungkan.
1.7 Pengukuran peta situasi (tachymetry)
1.7.1 Definisi
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 15 -
- 15 -
16. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Peta situasi adalah peta yang dilengkapi dengan garis-garis kontur
yang menunjukan ketinggian suatu tempat. Peta yang umumnya
digunakan untuk rencana pembangunan, proyek-proyek pengairan,
bendungan, jalan raya, dan lain-lain, adalah peta situasi yang
dilengkapi dengan garis kontur termasuk juga kedudukan bangunan-
bangunan permanent, atau bangunan yang dibuat oleh manusia.
1.7.2 Garis kontur
1.7.2.1 Definisi
Garis kontur adalah garis-garis yang menunjukan tempat-
tempat yang mempunyai ketinggian yang sama dilapangan
terhadap bidang referensi.
1.7.2.2 Syarat – syarat kontur
Syarat-syarat kontur adalah :
1. merupakan garis yang continue
2. tidak dapat bertemu atau memotong garis kontur lainnya.
3. tidak dapat bercabang menjadi garis kontur lainnya, kecuali
pada hal-hal kritis seperti jurang atau tebing.
1.7.2.3 Metode penggambaran garis kontur
1.7.2.3.1 Cara Grafis
Dengan cara ini gari kontur diikuti secara fisis pada
permukaan bumi. Pekerjaan ini adalah kebalikan dari
cara sifat datar, dimana akhirnya ketinggian titik-titik
akan diketahui dan ini sangat diperlukan dalam
penarikan garis kontur. Untuk menentukan posisi garis
kontur dilakukan dua tahap, yaitu:
1. sifat datar
2. interplasi garis kontur.
1.7.2.3.2 Cara Analitis
Dengan cara ini garis kontur tidak dapat dilakukan
langsung kecuali beberapa titik – titik ditentukan dan
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 16 -
- 16 -
17. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
posisi garis – garis kontur dilakukan dengan cara
interpolasi. Cara ini dilakukan 3 tahap, yaitu :
1. Penentuan grid
2. Sifat datar
3. Interpolasi Garis Kontur
BAB II
METODOLOGI PELAPORAN
2.1 Waktu dan Tempat
2.1.1 Praktikum Sifat Datar
Hari / Tanggal : Sabtu, 28 Maret 2009
Jam : 08.00 s/d selesai
Lokasi : Jembatan Batu Tela
2.1.2 Praktikum Pemetaan
Hari / Tanggal : Sabtu, 21 Maret 2009
Jam : 08.00 s/d selesai
Tempat : Jembatan Batu Tela
2.2 Langkah Kerja
2.2.1 Pesawat Waterpass
2.2.1.1 Mewaterpasskan Nivo
a. Mengatur/memeriksa garis arah nivo tegak lurus gbr. I.
1. Tempatkan dan steel pesawat waterpas
2. Ketengahkan nivo dengan sekrup penyetel AB dan C
3. Putar teropong ke arah 90° & 180°, jika gelembung nivo
tetap berada ditengah-tengah berarti garis arah nivo
tegak lurus sumbu I
4. Jika setelah teropong diputar ke arah 90° & 180°,
gelembung nivo berubah maka atur kembali sekrup
penyetel AB & C sehingga gelembung nivo berada
ditengah-tengah.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 17 -
- 17 -
18. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
5. Jika pekerjaan di A telah dikerjakan berulang kali tetapi
gelembung nivo tidak bisa ditengah, berarti garis lurus
arah nivo tidak tegak lurus dengan bagian I dan perlu
diadakan koreksi nivo.
6. Koreksi nivo dilakukan dengan mengembalikan
gelembung nivo setengahnya dengan sekrup penyetel
AB & C dan setengahnya dikembalikan dengan sekrup
koreksi nivo.
b. Memeriksa/Mengatur benang mendatar diafragma tegak
lurus sumbu I.
1. Tempatkan dan steel pesawat waterpas sehingga sumbu
I tegak lurus seperti angka penyetelan pesawat
waterpas.
2. Bidik suatu titik target sehingga titik tersebut terletak di
salah satu ujung benang mendatar diafragma.
(Misal titik target terletak di ujung kiri).
3. Putar teropong ke arah titik tersebut sehingga titik
tersebut terletak di ujung kanan mendatar diafragma.
4. Bila titik tersebut berimpit dengan ujung kanan benang
mendatar, berarti benang mendatar diafragma tegak
lurus sumbu I.
5. Jika titik target tersebut tidak berimpit dengan ujung
kanan benang mendatar diafragma, berarti ada
kesalahan (benang mendatar diafragma tidak tegak lurus
sumbu I).
6. Untuk mengoreksinya, hilangkan setengah dengan
mengatur sekrup koreksi diafragma, maka benang
mendatar diafragma akan tegak lurus sumbu I.
7. Ulangi pekerjaan ini dari awal, sehingga pada pemutaran
teropong dengan sumbu I sebagai sumbu putar titik
target tetap berimpit dengan benang mendatar
diafragma.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 18 -
- 18 -
19. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
c. Memeriksa/ Mengatur garis bidik sejajar dengan garis
arah nivo.
1. Tentukan titik A, B, C, dan D yang terletak pada satu
garis lurus dan buat jarak AC – CB = BD.
2. Letakkan pesawat di titik C, steel sehingga memenuhi
syarat guna mengadakan pengukuran.
3. Letakkan bak ukur pada titik A & B
4. Baca bak di A & B dan catat hasil pembacaannya.
Misal : pembacaan bak di A = a
pembacaan bak di B = b
5. Pindahkan pesawat di D, steel sehingga memenuhi
syarat pengukuran.
6. Baca bak ukur di A & B.
Misal : pembacaan bak di A = C
pembacaan bak
7. Hitung beda tinggi A – B berdasarkan bacaan pertama :
(a – b) = h1
8. Hitung beda tinggi A – B berdasarkan bacaan kedua : (c
– d) = h2
9. Jika h1 = h2 berarti garis bidik // garis arah nivo.
10. Jika h1 = h2 berarti garis titik tidak sejajar garis arah
nivo dan harus dikoreksi. (Seperti terlihat pada gambar,
jika garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo,
maka garis bidik akan membentuk sudut α terhadap
garis nivo)
11.Cari harga x dan y.
Lihat ∆ cpd dan ∆ cyt 2
∆ cpd cyt 2 karena d1 = d2 = d3
maka dx = 1/3 cy
p = d + h1
cp = c – p
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 19 -
- 19 -
20. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
dx = ½ cp → x = d – dx
y = c – cy
12.Teropong diarahkan ke bak A
13.Dengan sekrup koreksi diafragma benang tengah
dikoreksi sehingga pembacaan = y
14.Untuk pengecekan, arahkan teropong ke bak B dan
pembacaan harus = x
2.2.1.2. Membuat Potongan Memanjang
Metode Loncat
1. Tentukan titik- titik acuan yang akan diukur.
a. Pengukuran Jarak Optis
a.1. Tempatkan dan steel pesawat kira-kira di
tengah – tengah antara titik T1 dan T2 (slag I).
Penempatan pesawat harus satu garis dengan
T1 dan T2
a.2. Tempatkan bak ukur di atas patok. Titik T1
sebagai bak belakang dan titik T2 sebagai bak
muka.
a.3. Bidik teropong ke bak belakang (T1) kemudian
baca BT, BA, dan BB pada buku ukur
a.4. Turunkan bak ke muka tanah pada titik T1
tersebut dan lakukan pembacaan seperti pada
a.3.
a.5. Putar teropong dan bidik bak muka serta
lakukan pembacaan seperti pada a.3. dan a.4.
a.6. Pesawat dipindahkan ke slag II (antara T2 dan
T3). Dengan cara yang sama dengan langkah
a.1 s/d a.5 lakukan pembacaan bak muka dan
bak belakang.
a.7. Begitu seterusnya sampai dengan slag terakhir.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 20 -
- 20 -
21. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
a.8. Jarak T1T2 adalah jarak pesawat ke bak
belakang + jarak pesawat ke bak muka.
Demikian juga pada slag-slag berikutnya.
b. Pengukuran Jarak Rantai.
b.1. Tempatkan dan steel pesawat kira-kira
ditengah-tengah antara T1 dan T2 (slag I).
b.2. Tempatkan bak ukur di T1 sebagai bak
belakang dan di T2 sebagai bak muka.
b.3. Bidik teropong ke bak belakang, baca dan catat
pembacaan BT, BA, dan BB.
b.4. Turunkan bak ke muka tanah pada titik T1
tersebut dan lakukan pembacaan seperti b.3.
b.5. Putar teropong dan bidik bak muka serta
lakukan pembacaan seperti b3 dan b4 .
b.6. Ukur jarak T1 T2 (slag I) dengan rantai ukur
atau pita ukur.
b.7. Dengan cara yang sama pengukuran
dilanjutkan pada slag II, III, …… sampai slag
terakhir.
Metode garis bidik
1. Tentukan patok- patok yang akan diukur dan berikan
tanda sesuai jarak patok tersebut. Misalnya Sta 0+25,
Sta 0+50, dan sebagainya.
2. Sebelum memberikan tanda ukur jarak antar patok
tersebut dengan menggunakan roll meter.
3. Dirikan pesawat waterpass di tempat yang kita inginkan
dengan catatan bahwa minimal ada 2 titik yang bisa
dilihat dari tempat berdirinya pesawat.
4. Letakkan bak ukur pada titik awal yang biasanya
dikenal dengan Sta 0+00.
5. Arahkan Teropong kearah bak ukur dan pembacaan ini
dinamakan pembacaan belakang . Setelah itu baca bak
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 21 -
- 21 -
22. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
ukur pada benang tengah sedangkan benang atas dan
bengan bawah tidak perlu dibaca.Benang tengah ini
merupakan garis bidik yang menjadi patokan untuk
perhitungan beda tinggi titik selanjutnya.
6. Selanjutnya arahkan pesawat kesamping kiri kanan sta
0+00 dan pembacaan ini dinamakan pembacaan detail
melintang jalan.
7. Baca benang tengah dari masing- masing titik
8. Setelah itu lanjutkan kepatok berikutnya, Jika patok
( sta ) berada didepan pesawat maka pembacaan
tersebut dikatakan sebagai pembacaan depan. Jika
semuanya telah selesai pindahkan pesawat untuk
melihat titik selanjutnya.
9. Setelah pesawat dipindahkan, maka arahkan pesawat
ketitik akhir pembacaan pesawat pertama atau dalam
hal ini titik yang diketahui tingginya, karena benang
tengah tersebut akan menjadi garis bidik titik berikutnya.
10.Ulangi langkah kerja diatas sampai pengukuran selesai.
2.2.1.3 Membuat Potongan Melintang
1. Tentukan posisi dari profil tersebut terhadap travers yang
telah ditentukan dengan cara sebagai berikut.
a. Tempatkan dan steel pesawat pada titik travers yang
akan diukur profilnya sedemikian rupa sehingga sumbu I
tepat di atas titik tersebut. Misal titik T1.
b. Bidik teropong ke titik T2, kemudian putar alhidade
horisontal sehingga index lingkaran tepat pada angka nol
dari skala lingkaran.
c. Putar teropong, ke kiri atau ke kanan, tergantung dari
posisi profil yang diinginkan, maka buat sudut terhadap
T1 T2 misal 90°. Kemudian pasang patok pembantu
pada ujung profil tersebut misal titik a.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 22 -
- 22 -
23. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
d. Putar teropong 180° untuk menentukan ujung lain dari
profil tersebut misal titik a .
2. Dalam hal penentuan posisi dari profil, selain dilakukan
seperti langkah no.1 yang bisa dibaca dan dicatat dengan
jarak optis dan beda tinggi. Penentuan posisi dari profil ini
dapat juga ditentukan dengan perkiraan, tergantung
kebutuhan.
3. Tempatkan dan steel pesawat pada suatu titik diluar garis
profil, sedemikian rupa sehingga dari titik tersebut dapat
membidik sepanjang profil yang akan diukur.
4. Pasang bak ukur T1 bidikkan teropong pada bak ukur
tersebut dan lakukan pembacaan BT, BA dan BB yang
tercatat pada buku ukur.
5. Pasang bak ukur pada titik a (dalam hal ini bak ukur
diletakkan di atas tanah) dan lakukan pembacaan seperti
langkah 3.
6. Lakukan pembacaan pada setiap perubahan kemiringan
tanah sepanjang garis profil tersebut, misal titik b, c, d,
…….. dan seterusnya sampai ke ujung profil yang telah
ditentukan.
7. Ukur jarak ab, bc, cd,………. Dan seterusnya dengan pita
ukur atau rantai ukur.
8. Pengukuran dilanjutkan pada profil berikutnya (T2, T3 …….
dan seterusnya).
9. Hitung dan gambar hasil pengukuran tersebut.
2.2.1 Pesawat Theodolith
2.2.1.2 Mewaterpaskan Nivo I
1. Tempatkan nivo sejajar dengan dua sekrup penyetel A & B,
(lihat gbr. 8-2a) dan dengan dua sekrup penyetel ini
gelembung nivo ditempatkan de tengah – tengah.
2. Putar nivo 180° dengan sumbu I sebagai sumbu putar.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 23 -
- 23 -
24. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
a. Bila gelembung tetap di tengah –tengah pekerjaan di
lanjutkan ke langkah 4.
b Bila gelembung tetap di tengah –tengah lagi, coba ulangi
dulu dari langkah kesatu, dan bila beberapa kali diulangi
ternyata gelembung tidak juga di tengah –tengah setelah
nivo diputar 180°, maka kembalikan gelembung
setengahnya lagi dengan sekrup koreksi nivo dan
setengahnya lagi dengan sekrup penyetel A & B.
3. Ulangi pekerjaan sedemikian rupa hingga gelembung tetap
di tengah-tengah sebelum dan sesudah nivo diputar 180°
dengan sumbu I sebagai sumbu putar.
4. Putar nivo 90° dengan sumbu I sebagai sumbu putar dan
gelembung nivo ditengahkan dengan memutar sekrup
penyetel C, maka sumbu I tegak lurus pada dua garis
jurusan yang mendatar dan akan letak vertikal.
5. Ulangi pekerjaan hingga bila nivo di putar ke semua
jurusan gelembung tetap di tengah-tengah.
2.2.1.2 Mewaterpaskan Nivo II
Bila ada nivo lain yang biasanya dipasang pada kaki
penyangga sumbu II (nivo B) dan tegak lurus terhadap nivo
yang terletak di atas alhidade horizontal (nivo A) maka
langkah pekerjaan sebagai berikut :
1. Tempatkan nivo A sejajar dengan sekrup A & B dan nivo B
dengan sendirinya ke arah sekrup penyetel C (lihat gbr. 8-
2b)
2. Tempatkan gelembung kedua nivo di tengah –tengah
dengan sekrup penyetel A, B, & C.
3. Putar nivo 180° dengan sumbu I sebagai sumbu putar. Bila
gelembung kedua nivo tetap di tengah-tengah berarti
pesawat sudah baik (sumbu satu telah vertikal).
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 24 -
- 24 -
25. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
4. Bila gelembung nivo pindah dari tengah-tengah, coba
ulangi lagi dari langkah ke satu. Dan bila beberapa kali
diulangi gelembung tidak juga ditengah-tengah,
setengahnya dengan sekrup koreksi nivo masing-masing,
maka sumbu I akan tegak lurus pada garis arah kedua
nivo.
5. Kembalikan gelembung setengahnya lagi, nivo A dengan
sekrup penyetel A & B dan nivo B dengan sekrup penyetel
C.
6. Ulangi pekerjaan, sehingga pada semua jurusan
gelembung nivo selalu di tengah – tengah yang berarti
sumbu I telah vertikal.
Memeriksa Sumbu Ii ⊥ Sumbu I Dan Garis Bidik ⊥ Sumbu Ii
1. Tempatkan dan steel pesawat ± 5 m di muka suatu dinding
(tembok) yang terang. Sumbu I di anggap sudah baik.
2. Dengan garis bidik mendatar dan kira-kira tegak lurus pada
dinding di buat suatu titik T pada dinding yang berimpit
dengan titik potong dua benang diafragma.
3. Dengan menggunakan unting-unting, pada dinding dibuat
titik P vertikal di atas T yang tingginya dua kali titik T
(tinggi titik T = tinggi sumbu II) dan titik Q vertikal di bawah
titik T dan letak dikaki dinding.
4. Pada titik P & Q dipasang kertas milimeter atau kertas
skala mendatar sedemikian rupa hingga titik nol skala
berimpit dengan titik P & Q.
5. Bidik teropong ke titik T, putar teropong ke atas ( ke arah
titik P) dan ke bawah (ke arah titik Q) dengan sumbu II
sebagai sumbu putar, maka akan didapat 4 macam
kemungkinan.
5. a. Sewaktu teropong di bidik ke titik P garis bidik
(perpotongan benang silang) akan berimpit dengan titik
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 25 -
- 25 -
26. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P dan sewaktu teropong dibidik ke titik Q garis bidik
akan berimpit dengan titik Q (lihat gbr. 8-3a). Maka
dalam hal ini pesawat sudah baik (sumbu II ⊥ sumbu I
dan garis bidik ⊥ sumbu II).
5. b.Sewaktu teropong di bidik ke titik P, garis bidik akan
menunjuk ke A (sebelah kiri atau kanan P) dan sewaktu
di bidik ke titik Q garis bidik akan menunjuk ke B yang
bersebelahan dengan titik A dan PA = QB = x .
Jalannya garis bidik adalah ATB (lihat gbr . 8-3b).
5. b.1. Bidikan teropong ke titik A
b.2. Dengan sekrup koreksi sumbu II, garis bidik di
geser hingga berimpit dengan titik P
b.3 Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di putar ke
atas dan ke bawah, garis bidik akan melukiskan
P.T.Q.
5. c.Sewaktu teropong dibidik ke titik P, garis bidik akan
menunjuk ke titik C sebelah kiri atau kanan titik P (lihat
gbr. 8-3c) dan sewaktu teropong di bidik ke titik Q, garis
bidik akan menunjuk ke titik D yang berada pada
belahan yang sama dengan titik C. PC =
QD = Y
Maka dalam hal ini terdapat kesalahan garis bidik tidak
tegak lurus sumbu II, tapi sumbu II telah ⊥ sumbu I.
c.1.Bidik teropong ke titik C
c.2. Dengan sekrup koreksi diafragma, garis bidik di
geser hingga berimpit dengan titik P.
c.3.Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di putar dari
atas ke bawah atau sebaliknya garis bidik akan
melukiskan PTQ
5.d. Sewaktu teropong dibidik ke titik P, garis bidik akan
menunjuk ke titik G sebelah kanan atau kiri titik P (lihat
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 26 -
- 26 -
27. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
gbr. 8-3d) dan sewaktu teropong dibidik ke titik Q garis
bidik akan menunjuk ke titik H, sebelah kanan atau kiri
titik Q. Tapi PQ = a ≠ QH = b. Maka hal ini menunjukkan
adanya kesalahan kombinasi, yaitu sumbu II tidak tegak
lurus sumbu I dan garis bidik tidak tegak lurus sumbu II.
5.d.1. Hitung besarnya x & y .
a = x + y x = 1/2 (a – b)
b = x – y y = 1/2 (a + b)
d.2. Bidik teropong ke skala atas (titik G).
d.3.Putarlah sekrup koreksi sumbu II sedemikian rupa
hingga pembacaan skala = Y (Y = pengaruh tidak
tegak lurusnya garis bidik terhadap sumbu II)
d.4.Ulangi pekerjaan hingga bila teropong dibidik kan
ke skala atas maupun bawah pembacaan sama
dengan y dan terletak pada belahan yang sama
terhadap garis PTQ yang berarti sumbu II telah
tegak lurus sumbu I.
d.5.Bidik kembali teropong ke skala atas.
d.6.Putarlah sekrup koreksi diafragma sedemikian rupa
hingga garis bidik menunjuk skala nol (berimpit
dengan titik P)
d.7.Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di arahkan
dari atas ke bawah atau sebaliknya garis bidik tetap
berimpit dengan PTQ.
d.8.Pesawat telah baik.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 27 -
- 27 -
28. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
BAB III
DATA DAN SKETSA PEMETAAN
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 28 -
- 28 -
29. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
BAB IV
HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan Pengukuran Sipat Datar
1. Jarak Antar Patok
a. Patok Utama
Rumus : Jarak Optis = (BA – BB) x 100
P0 – P1 = (2,635 – 2,385) x 100 = 25 m
P1 – P2 = (3,232 – 2,982) x 100 = 25 m
P2 – P3 = (3,520 – 3,270) x 100 = 25 m
P3 – P4 = (3,130 – 2,880) x 100 = 25 m
b. Patok Detail
Rumus : Jarak Optis = (BA – BB) x 100
P0 – a = (1,449 – 1,431) x 100 = 1,80 m
P0 – b = (2,702 – 2,631) x 100 = 7,1 m
P0 – c = (2,857 – 2,720) x 100 = 13,7 m
P0 – d = (2,715 – 2,508) x 100 = 20,7 m
P0 – e = (2,745 – 2,450) x 100 = 29,50 m
P0 – f = (0,895 – 0,812) x 100 = 8,30 m
P0 – g = (1,361 – 1.237) x 100 = 12,4 m
P0 – h = (1,431 – 1,275) x 100 = 15,60 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 29 -
- 29 -
30. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P1 – a = (1,558 – 1,538) x 100 = 2 m
P1 – b = (2,667 – 2,647) x 100 = 3 m
P1 – c = (2,967 – 2,898) x 100 = 6,9 m
P1 – d = (2,992 – 2,851) x 100 = 14,1 m
P1 – e = (2,782 – 2,608) x 100 = 17,4 m
P1 – f = (2,910 – 2,660) x 100 = 25,0 m
P1 – g = (1,338 – 1,314) x 100 = 2,4 m
P1 – h = (1,458 – 1,392) x 100 = 6,6 m
P1 – i = (1,548 – 1,419) x 100 = 12,9 m
P1 – j = (1,664 – 1,490) x 100 = 17,4 m
P1 – k = (1,171 – 0,975) x 100 = 19,6 m
P1 – l = (0,770 – 0,531) x 100 = 23,9 m
P2 – a = (2,201 – 2,159) x 100 = 4,2 m
P2 – b = (2,982 – 2,901) x 100 = 8,1 m
P2 – c = (4,021 – 3,917) x 100 = 10,4 m
P2 – d = (2,835 – 2,705) x 100 = 13 m
P2 – e = (2,931 – 2,710) x 100 = 22,1 m
P2 – f = (1,564 – 1,539) x 100 = 2,50 m
P2 – g = (1,781 – 1,728) x 100 = 5,30 m
P2 – h = (1,152 – 1,062) x 100 = 9,0 m
P2 – i = (1,152 – 0,995) x 100 = 15,7 m
P2 – j = (1,118 – 0,819) x 100 = 29,9 m
P3 – a = (2,140 – 2,110) x 100 = 3 m
P3 – b = (1,529 – 1,448) x 100 = 8,1 m
P3 – c = (2,489 – 2,364) x 100 = 12,5 m
P3 – d = (2,959 – 2,758) x 100 = 20,1 m
P3 – e = (2,360 – 2,090) x 100 = 27 m
P3 – f = (1,954 – 1,908) x 100 = 4,60 m
P3 – g = (1,230 – 1,150) x 100 = 8 m
P3 – h = (0,989 – 0,790) x 100 = 19,9 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 30 -
- 30 -
31. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P3 – i = (1,232 – 0,932) x 100 = 30 m
P4 – a = (1,329 – 1,294) x 100 = 3,5 m
P4 – b = (1,993 – 1,869) x 100 = 12,4 m
P4 – c = (2,195 – 2,005) x 100 = 19 m
P4 – d = (2,892 – 2,592) x 100 = 30 m
P4 – e = (1,407 – 1,385) x 100 = 2,2 m
P4 – f = (2,050 – 1,972) x 100 = 7,80 m
P3 – g = (1,409 – 1,289) x 100 = 12,0 m
P3 – h = (1,755– 1,455) x 100 = 30 m
2. Menghitung Beda Tinggi
a. Patok Utama
Rumus : Beda Tinggi = BT – TA (Pembacaan belakang)
Beda Tinggi = TA – BT (Pembacaan depan)
P0 – P1 = 1,330 – 2,507 = - 1,177 m
P1 – P2 = 1,425 – 3,107 = - 1,682 m
P2 – P3 = 1,765 – 3,395 = - 1,630 m
P3 – P4 = 1,770 – 3,005 = - 1,235 m
b. Patok Detail
Patok P0
Beda Tinggi = TA.P0 – BT detail
P0 – a = 1,330 – 1,439 = - 0,109 m
P0 – b = 1,330 – 2,666 = - 1,336 m
P0 – c = 1,330 – 2,789 = - 1,459 m
P0 – d = 1,330 – 2,661 = - 1,281 m
P0 – e = 1,330 – 2,597 = - 1,267 m
P0 – f = 1,330 – 0,853 = 0,477 m
P0 – g = 1,330 – 1,300 = 0,030 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 31 -
- 31 -
32. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P0 – h = 1,330 – 1,354 = - 0,024 m
Patok P1
Beda Tinggi = TA.P1 – BT detail
P1 – a = 1,425 – 1,548 = - 0,123 m
P1 – b = 1,425 – 2,661 = - 1,236 m
P1 – c = 1,425 – 2,932 = - 1,507 m
P1 – d = 1,425 – 2,921 = - 1,496 m
P1 – e = 1,425 – 2,695 = - 1,270 m
P1 – f = 1,425 – 2,785 = - 1,360 m
P1 – g = 1,425 – 1,326 = 0.099 m
P1 – h = 1,425 – 1,425 = 0 m
P1 – i = 1,425 – 1,483 = - 0,058 m
P1 – j = 1,425 – 1,577 = - 0,152 m
P1 – k = 1,425 – 1,072 = 0,353 m
P1 – l = 1,425 – 1,651 = 0,774 m
Patok P2
Beda Tinggi = TA.P2 – BT detail
P2 – a = 1,765 – 2,180 = - 0,415 m
P2 – b = 1,765 – 2,941 = - 1,176 m
P2 – c = 1,765 – 3,969 = - 2,204 m
P2 – d = 1,765 – 2,770 = - 1,005 m
P2 – e = 1,765 – 2,820 = - 1,055 m
P2 – f = 1,765 – 1,551 = 0,214 m
P2 – g = 1,765 – 1,754 = 0,011 m
P2 – h = 1,765 – 1,107 = 0,658 m
P2 – i = 1,765 – 1,073 = 0,692 m
P2 – j = 1,765 – 0,968 = 0,797 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 32 -
- 32 -
33. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Patok P3
Beda Tinggi = TA.P3 – BT detail
P3 – a = 1,770 – 2,125 = - 0,355 m
P3 – b = 1,770 – 1,488 = - 0,282 m
P3 – c = 1,770 – 2,426 = - 0,656 m
P3 – d = 1,770 – 2,858 = - 1,088 m
P3 – e = 1,770 – 2,225 = - 0,455 m
P3 – f = 1,770 – 1,931 = - 0,161 m
P3 – g = 1,770 – 1,190 = 0,580 m
P3 – h = 1,770 – 0,889 = 0,881 m
P3 – i = 1,770 – 1,082 = 0,688 m
Patok P4
Beda Tinggi = TA.P4 – BT detail
P4 – a = 1,458 – 1,312 = 0,146 m
P4 – b = 1,458 – 1,931 = - 0,473 m
P4 – c = 1,458 – 2,100 = - 0,642 m
P4 – d = 1,458 – 2,742 = - 1,284 m
P4 – e = 1,458 – 1,392 = 0,062 m
P4 – f = 1,458 – 2,011 = - 0,553 m
P4 – g = 1,458 – 1,349 = 0,109 m
P4 – h = 1,458 – 1,605 = - 0,147 m
3. Menghitung Tinggi Titik
a. Patok Utama
Rumus : Tinggi Titik = Tinggi Titik Awal + Beda Tinggi
Tinggi Titik Awal = 21 + 100 = 121
(No Stambuk + 100) m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 33 -
- 33 -
34. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P1 = 121,000 + (– 0,900) = 119.823 m
P2 = 119.823 + (– 1,050) = 118,141 m
P3 = 118,141 + (– 0,850) = 116,511 m
P4 = 115,276 + (– 0,750) = 115,276 m
b. Patok Detail
Rumus : Tinggi Titik = Tinggi Titik Patok ± Beda Tinggi
P0 = 121,000
P0 – a = 121,000 – 0,109 = 120,891 m
P0 – b = 121,000 – 1,356 = 119,664 m
P0 – c = 121,000 – 1,459 = 119,541 m
P0 – d = 121,000 – 1,281 = 119,719 m
P0 – e = 121,000 – 1,267 = 119,733 m
P0 – f = 121,000 + 0,477 = 121,477 m
P0 – g = 121,000 + 0,030 = 121,030 m
P0 – h = 121,000 – 0,024 = 120,976 m
P1 – a = 119.823 – 0,123 = 119,700 m
P1 – b = 119.823 – 1,236 = 118,587 m
P1 – c = 119.823 – 1,507 = 118,316 m
P1 – d = 119.823 – 1,496 = 118,327 m
P1 – e = 119.823 – 1,270 = 118,553 m
P1 – f = 119.823 – 1,360 = 118,463 m
P1 – g = 119.823 – 0,099 = 119,724 m
P1 – h = 119.823 + 0 = 119,823 m
P1 – i = 119.823 – 0,058 = 119,765 m
P1 – j = 119.823 – 0,152 = 119,671 m
P1 – k = 119.823 + 0,353 = 120,176 m
P1 – l = 119.823 + 0,774 = 120,697 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 34 -
- 34 -
35. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P2 – a = 118,141 – 0,415 = 117,726 m
P2 – b = 118,141 – 1,176 = 116,965 m
P2 – c = 118,141 – 2,204 = 115,937 m
P2 – d = 118,141 – 1,055 = 117,136 m
P2 – e = 118,141 – 1,055 = 117,086 m
P2 – f = 118,141 + 0,214 = 118,355 m
P2 – g = 118,141 + 0,011 = 118,152 m
P2 – h = 118,141 + 0,658 = 118,799 m
P2 – i = 118,141 + 0,692 = 118,833 m
P2 – j = 118,141 + 0,797 = 118,938 m
P3 – a = 116,511 – 0.355 = 116,156 m
P3 – b = 116,511 + 0,282 = 116,793 m
P3 – c = 116,511 – 0,656 = 115,855 m
P3 – d = 116,511 – 1.088 = 115,423 m
P3 – e = 116,511 – 0,455 = 116,056 m
P3 – f = 116,511 – 0,161 = 116,350 m
P3 – g = 116,511 + 0,580 = 117,091 m
P3 – h = 116,511 + 0,881 = 117,392 m
P3 – i = 116,511 + 0,688 = 117,199 m
P4 – a = 115,276 + 0,146 = 115,422 m
P4 – b = 115,276 – 0,473 = 114,803 m
P4 – c = 115,276 – 0,642 = 114,634 m
P4 – d = 115,276 – 1,284 = 113,992 m
P4 – e = 115,276 + 0,062 = 115,338 m
P4 – f = 115,276 – 0,553 = 114,723 m
P4 – g = 115,276 + 0,109 = 115,383 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 35 -
- 35 -
36. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P4 – h = 115,276 – 0,147 = 115,129 m
4. Menghitung Tinggi Titik ( Metode Garis Bidik)
a. Patok Utama
Rumus :Tinggi garis bidik= Tinggi titik – Tinggi alat
Tinggi titik= Tgb – Bt yang dibidik
Dimana :Tgb= tinggi garis bidik
Bt = benang tengah
Tp0= 121 m
Tg b p0= Tp0 + Ta p0
=121+1,330
=122,330m
Tp1= Tg bp0 – Bt
=122,330–2,507
=119,823m
Tg b p1= Tp1 + Ta p1
=119,823+1,425
=121,248m
Tp2= Tg bp1 – Bt
=121,428–3,107
=118,141m
Tg b p2= Tp2 + Ta p2
=118,141+1,765
=119,906m
Tp3= Tg bp2 – Bt
=119,906–3,395
=116,511m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 36 -
- 36 -
37. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Tg b p3= Tp3 + Ta p3
=116,511+1,770
=118,281m
Tp4= Tg bp3 – Bt
=118,281–3,005
=115,276m
Tg b p4= Tp4 + Ta p4
=115,276+1,458
=116,734m
b. Patok Detail
Rumus : Tg b – Bt
Dimana : Tg b= tinggi garis bidik
Bt= benang tengah
Tp0 a= 122,330– 1,439= 120,891 m
b= 122,330– 2,666= 119,664 m
c= 122,330– 2,789= 119,541 m
d= 122,330– 2,661= 119,719 m
e= 122,330– 2,597= 119,733 m
f= 122,330– 0,853= 121,477 m
g= 122,330– 1,300= 121,030 m
h= 122,330– 1,354= 121,976 m
Tp1a= 121,248– 1,548= 119,700 m
b= 121,248– 2,661= 118,587 m
c= 121,248– 2,932= 118,316 m
d= 121,248– 2,921= 118,327 m
e= 121,248– 2,695= 118,553 m
f= 121,248– 2,785= 118,463 m
g= 121,248– 1,326= 119,922 m
h= 121,248– 1,425= 119,823 m
i= 121,248– 1,483= 119,765 m
j= 121,248– 1,577= 119,671 m
k= 121,248– 1,072= 120,176 m
l= 121,248– 0,651= 120,597 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 37 -
- 37 -
38. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Tp2a= 119,906– 2,180= 117,726 m
b= 119,906– 2,941= 116,965 m
c= 119,906– 3.969= 115,937 m
d= 119,906– 2,770= 117,136 m
e= 119,906– 2,820= 117,086 m
f= 119,906– 1,551= 118,355 m
g= 119,906– 1,754= 118,152 m
h= 119,906 – 1,107= 118,799 m
i= 119,906 – 0,073= 118,833 m
j= 119,906 – 0,968= 118,938 m
Tp3a= 118,281– 2,125= 116,156 m
b= 118,281– 1,488= 116,793 m
c= 118,281– 2,426= 115,855 m
d= 118,281– 2,858= 115,423 m
e= 118,281– 2,225= 116,056 m
f= 118,281– 1,931= 116,350 m
g= 118,281– 1,190= 117,091 m
h= 118,281– 0,889= 117,392 m
i= 118,281 – 1,082= 117,700 m
Tp4a= 116,734– 1,312= 115,422 m
b= 116,734– 1,931= 114,803 m
c= 116,734– 2,100= 114,634 m
d= 116,734– 2,742= 113,992 m
e= 116,734– 1,396= 115,338 m
f= 116,734– 2,011= 114,723 m
g= 116,734– 1.349= 115,385 m
h= 116,734– 1,605= 115,129 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 38 -
- 38 -
39. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
4.2 Perhitungan
1. Menghitung Koordinat X,Y dan Z Poligon Utama
Menentukan Jarak Optis(JO)
Rumus : JO = (BA – BB) x 100 x Sin2
Vertikal
P1 – P2 = (1,115 – 0,415) x 100 x Sin (90 o
5’ 8 ”)2
= 70 m
P2– P3 = (1,245 – 0,545) x 100 x Sin (93 o
40 ’ 54 ”)2
= 70 m
P3 – P0 = (2,360 – 1,660) x 100 x Sin (89 o
12 ’ 00 ”)2
= 70 m
P0 – P1 = (1.560 – 0.840) x 100 x Sin (87 o
39 ’ 48 ”)2
= 72,7 m
Menentukan Sudut Datar
Rumus : Sudut Datar = Sudut Depan – Sudut Belakang
P1 – P2 = 178 o
29 ’ 36 ” - 270 o
0 ’ 6 ”
= - 91 o
30 ’ 30 ” + 360 o
= 268 o
29 ‘ 30”
P2– P3 = 257 o
55 ’ 6 ” - 346 o
0 ’ 48 ”
= - 88 o
5 ’ 42 ” + 360 o
= 271 o
54 ‘ 18 ”
P3 – P0 = 261 o
22 ’ 00 ” - 355 o
6 ’ 12 ”
= - 93 o
44 ’ 12 ” + 360 o
= 266 o
15 ‘ 48 ”
P0 – P1 = 266 o
13 ’ 00” - 352 o
51 ’ 00 ”
= - 86 o
38 ’ 00 ” + 360 o
= 273 o
22 ‘ 00 ”
∑sudut datar = 1080 o
1 ‘ 36 ”
Koreksi Sudut Datar
Untuk Sudut Luar = (2n + 4) x 90 o
= (2 . 4 + 4) x 90 o
= 12 x 90 o
= 1080 o
0 ‘ 0 ”
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 39 -
- 39 -
40. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Jumlah Koreksi = 1080 o
0 ‘ 0 ” - 1080 o
1 ‘ 36 ”
= - 0 o
1 ‘ 36 ”
Koreksi Per Patok
PatokJumlah
KoreksiJimlah
.
.
=
4
"36'10°−
= - 0 o
0 ‘ 24 ”
Sudut Terkoreksi
Rumus : Sudut Terkoreksi = Sudut Datar + Koreksi Per Patok
P1 – P2 = 268 o
29 ‘ 30” - 0 o
0 ‘ 24 ” =268 o
29 ‘ 6”
P2 – P3 = 271 o
54 ‘ 18 ” - 0 o
0 ‘ 24 ” = 271 o
53 ‘ 54 ”
P3 – P0 = 266 o
15 ‘ 48 ” - 0 o
0 ‘ 24 ” = 266 o
15 ‘ 24 ”
P0 – P1 = 273 o
22 ‘ 00 ” - 0 o
0 ‘ 24 ” = 273 o
21 ‘ 36 ”
∑sudut datar = 1080 o
0‘0 “
Menentukan Azimuth
Rumus : Azimuth Awal = Stambuk = 40o
00’ 00”
P1 – P2 = 40 o
00 ‘ 00” + 268 o
29 ‘ 6” + 180 o
00 ‘ 00”
=
488 o
29 ‘ 06” - 360 o
00 ‘ 00” = 128 o
29 ‘ 06”
P2 – P3 = 128 o
29 ‘ 06 ” + 271 o
53 ‘ 24 ” + 180 o
00 ‘ 00 ”
= 580 o
23 ‘ 00 ” - 360 o
00 ‘ 00 ” = 220 o
23 ‘ 00 ”
P3 – P0 = 220 o
23 ‘ 00 ” + 266 o
15 ‘ 24 ” + 180 o
00 ‘ 00 ”
= 666 o
38 ‘ 24 ” - 360 o
00 ‘ 00 ” = 306 o
38 ‘ 24
P0 – P1 = 306 o
38 ‘ 24 ” + 273 o
21 ‘ 36 ” + 180 o
00 ‘ 00 ”
= 580 o
00 ‘ 00 ” - 360 o
00 ‘ 00 ” - 180 o
00 ‘ 00 ” = 40o
00’ 00”
Menentukan Jarak Datar(JD)
Rumus : JD = Jarak Datar x Sin2
Vertikal
P1 – P2 = 70 x Sin (90 o
5’ 8 ”)2
= 70 m
P2– P3 = 70 x Sin (93 o
40 ’ 54 ”)2
= 70 m
P3 – P0 = 70 x Sin (89 o
12 ’ 00 ”)2
= 70 m
P0 – P1 = 72,7 x Sin (87 o
39 ’ 48 ”)2
= 72,7 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 40 -
- 40 -
41. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Menentukan Selisih Koordinat (∆x dan ∆y)
Rumus : ∆x = Jarak Datar x Sin α
P1 – P2 = 70 x Sin (128 o
26’ 06 ”) = 54,79 m
P2– P3 = 69,86 x Sin (220 o
23 ’ 00 ”) = -45,26 m
P3 – P0 = 69,99 x Sin (306 o
38 ’ 24 ”) = -56,16 m
P0 – P1 = 72,58 x Sin (40 o
00 ’ 00 ”) = 72,58 m +
Σ∆x = 0,02 m
Σ ∆x = 202,86
Rumus : ∆y = Jarak Datar x Cos α
P1 – P2 = 70,00 x Cos (128 o
26’ 06 ”) = -43,56 m
P2– P3 = 69,86 x Cos (220 o
23 ’ 00 ”) = -53,21 m
P3 – P0 = 69,99 x Cos (306 o
38 ’ 24 ”) = 41,77 m
P0 – P1 = 72,58 x Cos (40 o
00 ’ 00 ”) = 55,60 m +
Σ∆y = 0,60 m
Σ ∆y = 193,65
Menentukan Koreksi Koordinat (δx dan δy)
Rumus : δx = - x [ xPn ]
P1 – P2 = - x [ 54,79 ] = -0,005
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 41 -
- 41 -
Σ∆x
Σ ∆x
0,02
0,02
202,86
42. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P2– P3 = - x [ 45,26 ] = -0,004
P3 – P0 = - x [ 56,16 ] = - 0,006
P0 – P1 = - x [ 46,65 ] = -0,005
Rumus : δy = - x [ xPn ]
P1 – P2 = - x [ 43,56 ] = -0,14
P2– P3 = - x [ 53,21 ] = -0,16
P3 – P0 = - x [ 41,77 ] = -0,13
P0 – P1 = - x [ 55,60 ] = -0,17
Menentukan Koordinat Terkoreksi (∆x dan ∆y)
Rumus : ∆x = ∆x x δx
P1 – P2 = 54,79 – 0,005 = 54,785 m
P2– P3 = -45,26 – 0,004 = -45,264 m
P3 – P0 = -56,16 – 0,006 = -56,166 m
P0 – P1 = 46,65 – 0,005 = 46,645 m +
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 42 -
- 42 -
0,02
0,02
202,86
202,86
202,86
Σ ∆y
Σ∆y
0,60
194,14
0,60
0,60
0,60
194,14
194,14
194,14
44. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Perhitungan Beda Tinggi
Rumus : Beda Tinggi = Tinggi Pesawat – BT muka + Jarak x Cos
Vertikal
P1 – P2 = 1,360 - 0,765 + 70 x Cos (90 o
5’ 8 ”) = 0,490 m
P2– P3 = 1,410 - 0,895 + 70 x Cos (93 o
40 ’ 54 ”) = -3,980 m
P3 – P0 = 1,405 - 2,010 + 70 x Cos (89 o
12 ’ 00 ”) = 0,370 m
P0 – P1 = 1,425 – 1,200 + 72,7 x Cos (87 o
39 ’ 48 ”) = 3,189 m
Perhitungan Koreksi Beda Tinggi
Rumus : Koreksi Beda Tinggi =
= - 0,017
Beda Tinggi Terkoreksi
Rumus : Beda Tinggi Terkoreksi = Beda Tinggi + Koreksi
P1 – P2 = 0,490 – 0,017 = 0,437 m
P2– P3 =-3,980 – 0,017 = -3,997 m
P3 – P0 = 0,370 – 0,017 = 0,353 m
P0 – P1 = 3,189 – 0,017 = 3,172 m +
0
Menentukan Tinggi Titik
Rumus : Tinggi Titik = Tinggi Titik Awal + Beda Tinggi Terkoreksi
Tinggi Titik Awal = Stambuk = 40
P1 = 40 m
P2 = 40 + 0,472 = 40,472 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 44 -
- 44 -
Selisih {Beda Tinggi (-) – Beda Tinggi 9+)}
Jumlah patok
{3,980 (-) – (0,490 + 0,370 + 3,189
4
=
45. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P3 = 40,472 – 3,998 = 36,474 m
P0 = 36,474 + 0,355 = 36,829 m
2. Menghitung Koordinat X,Y dan Z Poligon Detail
Menentukan Jarak Optis(JO)
Rumus : JO = (BA – BB) x 100 x Sin2
Vertikal
P1 a = (0,61 – 0,51) x 100 x Sin (90 o
9’ 0 ”)2
= 10 m
b = (0,99 – 0,81) x 100 x Sin (90 o
7’ 0 ”)2
= 18 m
c = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90 o
1’ 12 ”)2
= 22 m
d = (2,17 – 1,84) x 100 x Sin (90 o
2’ 12 ”)2
= 33 m
P2 e = (1,72 – 1,30) x 100 x Sin (90 o
25’ 48 ”)2
= 42 m
f = (2,36 – 1,96) x 100 x Sin (91 o
44’ 06 ”)2
= 39,96 m
g = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90 o
1’ 12 ”)2
= 22 m
P3 h = (0,61 – 0,51) x 100 x Sin (90 o
9’ 0 ”)2
= 10 m
i = (0,99 – 0,81) x 100 x Sin (90 o
7’ 0 ”)2
= 18 m
j = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90 o
1’ 12 ”)2
= 22 m
k = (2,17 – 1,84) x 100 x Sin (90 o
2’ 12 ”)2
= 33 m
P0 l = (0,61 – 0,51) x 100 x Sin (90 o
9’ 0 ”)2
= 10 m
m = (0,99 – 0,81) x 100 x Sin (90 o
7’ 0 ”)2
= 18 m
n = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90 o
1’ 12 ”)2
= 22 m
o = (2,17 – 1,84) x 100 x Sin (90 o
2’ 12 ”)2
= 33 m
Menentukan Sudut Datar
Rumus : Sudut Datar = Sudut Depan – Sudut Belakang
P1 a = 97o
32’0” - 270o
0’6” = -172o
28’6” + 360o
0’0” = 187o
31’54”
b = 10o
00’0” - 270o
0’6” = -260o
00’6” + 360o
0’0” = 99o
59’54”
c = 223o
13’12” - 270o
0’6” = -46o
46’54” + 360o
0’0” = 313o
13’6”
d = 207o
32’0” - 270o
0’6” = -62o
51’0” + 360o
0’0” = 297o
9’0”
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 45 -
- 45 -
47. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P3h = 220o
23‘00” + 313o
59‘6” + 180o
= 714o
22‘6” - 360o
00‘00” = 354o
22‘6”
i = 220o
23‘00” + 326o
35’12” + 180o
= 726o
58‘12” - 360o
00‘00” = 6o
58‘12”
j = 220o
23‘00” + 165o
7‘48” + 180o
= 565o
30‘48” - 360o
00‘00” = 205o
30‘48”
k = 220o
23‘00” + 260o
34‘42” + 180o
= 660o
57‘42” - 360o
00‘00” = 300o
57‘42”
P0 l = 306o
38‘24” + 338o
13‘48” + 180o
= 842o
52‘12” - 360o
00‘00” = 104o
52’12”
m = 306o
38‘24” + 323o
25‘12” + 180o
= 810o
3‘36” - 360o
00‘00” = 90o
03’36”
n = 306o
38‘24” + 94o
5‘30” + 180o
= 580o
43‘54” - 360o
00‘00” = 220o
43’54”
o = 306o
38‘24” + 179o
17‘48” + 180o
= 665o
56‘12” - 360o
00‘00” = 305o
56’12”
Menentukan Jarak Datar(JD)
Rumus : JD = Jarak Datar x Sin2
Vertikal
P1 a = 10 x Sin (90 o
9’ 0 ”)2
= 10 m
b = 18 x Sin (90 o
7’ 0 ”)2
= 18 m
c = 22 x Sin (90 o
1’ 12 ”)2
= 22 m
d = 33 x Sin (90 o
2’ 12 ”)2
= 33 m
P2e = 42 x Sin (90 o
25 ’ 48 ”)2
= 42 m
f = 39,96 x Sin (91 o
44 ’ 6 ”)2
= 39,92 m
g = 19,88 x Sin (85 o
37 ’ 36 ”)2
= 19,76 m
P3h = 36,89 x Sin (86 o
51 ’ 30 ”)2
= 36,78 m
i = 26 x Sin (89 o
41 ’ 18 ”)2
= 26 m
h = 33,89 x Sin (93 o
14 ’ 00 ”)2
= 33,37 m
h = 70 x Sin (89 o
12 ’ 00 ”)2
= 70 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 47 -
- 47 -
48. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P0 l = 72,7 x Sin (87 o
39 ’ 48 ”)2
= 72,7 m
m = 72,7 x Sin (87 o
39 ’ 48 ”)2
= 72,7 m
n = 72,7 x Sin (87 o
39 ’ 48 ”)2
= 72,7 m
o = 72,7 x Sin (87 o
39 ’ 48 ”)2
= 72,7 m
Menentukan Selisih Koordinat (∆x dan ∆y)
Rumus : ∆x = Jarak Datar x Sin α
P1 a =10 x Sin (47 o
31 ’ 54 ”) = 7,37 m
b =18 x Sin (319 o
59 ’ 54 ”) = -11,57 m
c =22 x Sin (173 o
13 ’ 6 ”) = 2,597 m
d =33 x Sin (157 o
9 ’ 0 ”) = 12,81 m
P2e = 42 x Sin (263 o
54 ’ 36 ”) = -41,76 m
f = 39,92 x Sin (255 o
35 ’ 12 ”) = -38,66 m
g = 19,76 x Sin (76 o
44 ’ 6 ”) = 19,23 m
P3 h = 36,78 x Sin (354 o
22 ’ 6 ”) = -3,61 m
i = 26 x Sin (6 o
58 ’ 12 ”) = 3,155 m
j = 33,78 x Sin (205 o
30 ’ 48 ”) = -14,55 m
k = 19,70 x Sin (300 o
57 ’ 42 ”) = -16,89 m
P0 l = 42,68 x Sin (104 o
52 ’ 12 ”) = 41,25 m
m = 33,98 x Sin (9 o
3 ’ 36 ”) = 5,35 m
n = 29,74 x Sin (220 o
43 ’ 54 ”) = -19,41 m
o = 17 x Sin (305 o
56 ’ 12 ”) = -13,76 m
Rumus : ∆y = Jarak Datar x Cos α
P1 a =10 x Cos (47 o
31 ’ 54 ”) = 6,75 m
b =18 x Cos (319 o
59 ’ 54 ”) = 13,79 m
c =22 x Cos (173 o
13 ’ 6 ”) = -21,85 m
d =33 x Cos (157 o
9 ’ 0 ”) = -30,41 m
P2e = 42 x Cos (263 o
54 ’ 36 ”) = -4,46 m
f = 39,92 x Cos (255 o
35 ’ 12 ”) = -9,94 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 48 -
- 48 -
49. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
g = 19,76 x Cos (76 o
44 ’ 6 ”) = 4,53 m
P3 h = 36,78 x Cos (354 o
22 ’ 6 ”) = 36,6 m
i = 26 x Cos (6 o
58 ’ 12 ”) = 25,81 m
j = 33,78 x Cos (205 o
30 ’ 48 ”) = -30,49 m
k = 19,70 x Cos (300 o
57 ’ 42 ”) = 10,13 m
P0 l = 42,68 x Cos(104 o
52 ’ 12 ”) = -10,95 m
m = 33,98 x Cos (90 o
3 ’ 36 ”) = -0,04 m
n = 29,74 x Cos (220 o
43 ’ 54 ”) = -22,54 m
o = 17 x Cos (305 o
56 ’ 12 ”) = 9,98 m
Menentukan Koordinat Poligon (∆x dan ∆y)
Rumus : X = X0 + ∆x
X0 = 1000 + Stambuk
= 1040
P1a = 1040 + 7,37 = 1047,37
b = 1040 – 11,57 = 1028,43
c = 1040 + 2,597 = 1042,597
d = 1040 + 12,81 = 1052,81
P2e = 1094,79 – 41,76 = 1053,03
f = 1094,79 – 38,66 = 1056,13
g = 1094,79 + 19,23 = 1114,02
P3h = 1049,52 – 3,61 = 1045,91
i = 1049,52 + 3,16 = 1052,68
j = 1049,52 – 14,55 = 1034,97
k = 1049,52 – 16,89 = 1032,63
P0l = 993,36 + 41,25 = 1034,61
m = 993,36 + 33,98 = 1027,34
n = 993,36 – 19,41 = 973,95
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 49 -
- 49 -
50. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
o = 993,36 – 13,76 = 979,60
Rumus : Y = Y0 + ∆y
Y0 = 1000 + Stambuk
= 1040
P1a = 1040 + 6,75 = 1046,75
b = 1040 + 13,79 = 1053,79
c = 1040 – 21,85 = 1018,15
d = 1040 – 31,41 = 1009,59
P2e = 996,30 – 4,46 = 991,84
f = 996,30 – 9,94 = 986,36
g = 996,30 + 4,53 = 1000,83
P3 h = 942,93 + 36,6 = 979,53
i = 942,93 + 25,81 = 968,74
j = 942,93 – 30,49 = 912,44
k = 942,93 + 10,13 = 953,06
P0 l = 984,57 – 10,95 = 973,62
m = 984,57 – 0,04 = 984,53
n = 984,57 - 22,54 = 962,03
o = 984,57 + 9,98 = 994,55
Perhitungan Beda Tinggi
Rumus : Beda Tinggi = Tinggi Pesawat – BT muka + Jarak optis
x Cos Vertikal
P1 a = 1,360 - 0,56 + 10 x Cos (90 o
9’ 00 ”) = 0,774 m
b = 1,360 - 0,90 + 18 x Cos (90 o
7’ 0 ”) = 0,423 m
c = 1,360 – 2,21 + 22 x Cos (90 o
1’ 12 ”) = -0,858 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 50 -
- 50 -
51. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
d = 1,360 – 2,01 + 33 x Cos (90 o
2’ 12 ”) = -0,671 m
P2e = 1,410 – 1,51 + 42 x Cos (90 o
25 ’ 48 ”) = -3,980 m
f = 1,410 – 2,16 + 39,96 x Cos (91 o
44 ’ 06 ”) = -1,960 m
g = 1,410 – 1,78 + 19,88 x Cos (85 o
37 ’ 36 ”) = 1,146 m
P3 h = 1,405 – 1,235 + 36,89 x Cos (86 o
51 ’ 30 ”) = 2,192 m
i = 1,405 – 0,720 + 26 x Cos (89 o
41 ’ 18 ”) = 0,826 m
j = 1,405 – 1,53 + 33,89 x Cos (93 o
14 ’ 00 ”) = -2,636 m
k = 1,405 – 0,41 + 19,70 x Cos (89 o
11 ’ 48 ”) = 0,771 m
P0 l = 1,425 – 1,675 + 42,84 x Cos (86 o
27 ’ 54 ”) = 2,401 m
m = 1,425 – 1,75 + 33,90 x Cos (86 o
27 ’ 36 ”) = 1,748 m
n = 1,425 – 1,060 + 29,87 x Cos (93 o
43 ’ 12 ”) = -1,593 m
o = 1,425 – 1,905 + 17 x Cos (90 o
51 ’ 48 ”) = -0,756 m
Menentukan Tinggi Titik
Rumus : Tinggi Titik = Tinggi Titik Awal + Beda Tinggi
Tinggi Titik Awal = Stambuk = 40 m
P1 a = 40 + 0,774 = 40,774 m
b = 40 + 0,423 = 40,423 m
c = 40 – 0,858 = 39,142 m
d = 40 – 0,671 = 39,329 m
P2e = 40,472 – 0,415 = 40,057 m
f = 40,472 – 1,960 = 38,512 m
g = 40,472 + 1,146 = 41,618 m
P3h = 36,474 + 2,192 = 38,666 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 51 -
- 51 -
52. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
i = 36,474 + 0,826 = 37,300 m
j = 36,474 – 2,636 = 33,838 m
k = 36,474 + 0,771= 37,245 m
P0 l = 36,829 + 2,401 = 39,230 m
m = 36,829 + 1,748 = 38,577 m
n = 36,829 – 1,593 = 35,236 m
o = 36,829 – 0,756 = 36,073 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 52 -
- 52 -