SlideShare a Scribd company logo
1 of 52
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menerangkan bahwa :
Nama : Restu Tri Novandy
Stambuk : F 111 03 021
Kelompok : I (Satu)
Tahun Ajaran : 2009 / 2010
Telah mengikuti dan menyelesaikan praktikum “Survey Dan Pemetaan” dengan
baik.
Adapun materi praktikum yang telah diikuti adalah sebagai berikut ;
N
o
Modul Asisten
1 Sipat Datar (waterpass)
2 Pemetaan (Theodolith)
Palu, Juni 2009
Menyetujui, Diperiksa
Kepala Laboratorium Dosen Mata Kuliah
Ukur Tanah
Ir. IRIANTO UNO, M.Sc Ir. IRIANTO UNO, M.Sc
NIP. 131 694 281 NIP. 131 694 281
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 1 -
- 1 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
Berkah, Rahmat Dan Hidayah-Nyalah sehingga laporan praktikum Survey Dan
Pemetaan ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini adalah hasil praktikum di lapangan yang dilaksanakan dalam
waktu kurang lebih dua minggu dan dikerjakan perkelompok. Adapun jenis –
jenis praktikum yang dilaksanakan, yaitu :
1. Pengukuran Sipat Datar (Waterpass)
2. Pemetaaan (Theodolith)
Atas tersusunnya laporan ini, tak lupa penyusun mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Kepala Laboratorium Ilmu Ukur Tanah
2. Koordinator Asisten Laboratorium Ilmu Ukur Tanah
3. Dosen Kelas Ilmu Ukur Tanah
4. Para Asisten yang telah membimbing dan memberi pengarahan
sejak awal sampai tersusunnya laporan ini.
5. Serta semua teman – teman yang telah memberi sumbangsih dan
sarannya sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dalam hal teknik penulisan, tata bahasa maupun isinya.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapakan
demi penyempurnaan laporan ini pada masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penyusun dan umumnya para pembaca sekalian.
Palu, Juni 2009
Penyusun
RESTU TRI NOVANDY
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 2 -
- 2 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………….
KATA PENGANTAR ………………………………………………..
DAFTAR ISI …………………………………………………………
BAB I TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………
A. Defenisi Ilmu Ukur Tanah ………………………………
B. Tujuan Praktikum Ilmu Ukur Tanah …………………...
1. Tujuan Instruksional Umum ………………………...
2. Tujuan Instruksional Khusus ………………………..
C. Prinsip Dasar Pengukuran ……………………………...
D. Skala ………………………………………………………
E. Pengukuran Menyipat Datar ……………………………
1. Defenisi ……………………………………………….
2. Tipe Sifat Datar ………………………………………
a. Metode Sifat Datar Langsung ……………………
b. Metode Sifat Datar Tidak Langsung ...................
1) Cara Grafis ......................................................
2) Cara Analitis ....................................................
3. Metode Pengukuran ...............................................
a. Metode Pembacaan Muka dan Belakang ...........
b. Metode Garis Bidik ..............................................
c. Metode Gabungan ...............................................
F. Pengukuran Poligon .....................................................
1. Defenisi ...................................................................
2. Jenis – jenis Poligon ...............................................
3. Cara Mengukur Sudut .............................................
4. Memilih titik Poligon ................................................
5. Perhitungan Poligon ................................................
a. Poligon Terbuka ...................................................
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 3 -
- 3 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
b. Poligon Tertutup ...................................................
G. Pengukuran Peta Situasi (Tachymetry) .........................
1. Defenisi .....................................................................
2. Garis Kontur .............................................................
a. Defenisi ...............................................................
b. Syarat – syarat Kontur ........................................
c. Metode Penggambaran Garis Kontur .................
- Cara Grafis ………………………………………
- Cara Analitis ……………………………………..
BAB II. METODOLOGI PELAPORAN ……………………………
A. Waktu dan Tempat ……………………………………..
1. Praktikum Sifat Datar
………………………………..
2. Praktikum Pemetaan
…………………………………
B. Langkah Kerja ………………………………………….
1. Pesawat Waterpass
………………………………….
- Mewaterpaskan nivo ………………………………..
- Membaca jarak ………………………………………
- Membuat Potongan Memanjang …………………...
- Membuat Potongan Melintang ……………………...
2. Pesawat Theodolith ……………………………………
- Mewaterpasskan Nivo I ………………………………
- Mewaterpasskan Nivo II ……………………………..
- Menyetel Arah Utara …………………………………
- Membuat Poligon Tertutup terikat Sempurna ……..
BAB III. DATA DAN SKETSA PEMETAAN …………………………
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 4 -
- 4 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
BAB IV. HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengukuran Sifat Datar
1. Menghitung jarak
2. Menghitung Beda Tinggi
3. Menghitung Tinggi titik Tanah Asli
4. Membuat Gambar
- Gambar profil Memanjang (skala ditentukan kemudian)
- Gambar Profil Melintang (skala ditentukan Kemudian)
5. Membuat Perencanaan (Asisten atau Dosen yang menentukan)
6. Menghitung luas penampang galian dan timbunan
7. Menghitung Kuantitas Galian Dan Timbunan.
B. Pemetaan
1. Menghitung Koordinat X,Y dan Z polygon Utama
2. Menghitung Koordinat X,Y dan Z Titik Detail
3. Menghitung luasan (metode perhitungan luasan ditentukan
kemudian)
4. Membuat Peta Topografi di kertas (Skala dan ukuran ditentukan
kemudian)
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR ASISTENSI
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 5 -
- 5 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Defenisi Ilmu Ukur Tanah
Ilmu Ukur Tanah (IUT) adalah ilmu yang berhubungan dengan
bentuk muka bumi (topografi), yang berarti ilmu yang bertujuan
menggambarkan bentuk topografi muka bumi, dalam bentuk peta
dengan segala sesuatu yang ada pada permukaan bumi seperti kota,
jalan, sungai, bangunan dan lain – lain dengan skala tertentu. Sehingga
dengan mempelajari peta kita dapat mengetahui jarak, arah, dan posisi
tempat yang kita inginkan.
1.2 Tujuan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum
a. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip – prinsip dalam
pengukuran
b. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan dalam
menggunakan pesawat waterpass dan theodolith.
c. Mahasiswa dapat menggunakan pesawat waterpass dan
theodolith dengan baik dan benar.
d. Mahasiswa dapat melakukan pembacaan data pada alat ukur
dalam kegiatan pengukuran.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa dapat mengolah dan menghitung data yang
diperoleh dalam pengukuran dilapangan dengan benar dan teliti.
b. Mahasiswa dapat menggambarkan hasil perhitungan atau data
yang telah diolah di atas kertas.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 6 -
- 6 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Tujuan mempelajari Ilmu Ukur Tanah :
a. Membuat peta
b. Menentukan elevasi dan arah
c. Mengontrol elevasi dan arah,
d. Dan lain-lain
1.3 Prinsip Dasar Pengukuran
Untuk Menghindari kesalahan – kesalahan yang mungkin terjadi,
maka tugas mengukur harus didasarkan pada prinsip pengukuran yaitu :
1. Perlu adanya pengecekan yang terpisah
2. Tidak adanya kesalahan – kesalahan dalam pengukuran
1.4 Skala
Skala adalah perbandingan perbandingan jarak dilapangan
dengan jarak diatas peta.
Contoh :
Peta dengan skala 1 : 100
Berarti 1 cm di atas peta sama dengan 100 cm dilapangan.
Macam – macam skala :
1. Skala Grafik
2. Skala representative Fractica, contoh 1 : 100
3. Skala Verbal, contoh 1 cm = 1 Km
 Dimensi – dimensi yang dapat di ukur
a.Jarak : Adalah garis hubung terpendek antara 2 titik yang
dapat diukur dengan menggunakan alat ukur,
misalnya : mistar, pita ukur, theodolith, waterpass,
dan lain-lain.
b.Sudut : Adalah besaran antara 2 arah yang bertemu pada
satu titik (untuk menentukan azimuth dan arah).
c.Ketinggian: Adalah jarak tegak diatas atau dibarah bidang
refiners yang dapat diukur dengan waterpass dan
rambu ukur.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 7 -
- 7 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
1.5 Pengukuran Dengan Menggunakan Waterpass
1.5.1 Defenisi
Suatu tempat di permukaan bumi selain dapat ditentukan
posisi mendatarnya dapat juga ditentukan posisi tegaknya.
Tinggi suatu titik dapat diartikan tinggi titik tersebut terhadap
suatu bidang persamaan yang telah ditentukan.
Pengukuran-pengukuran untuk menentukan beda tinggi
suatu tempat debug dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai
dari yang paling kasar sampai yang teliti yaitu secara :
Barometris, trigonometris, dan secara waterpassing (leveling ).
Namun yang akan dibahas pada modul ini adalah mengenai
pengukuran waterpass
Pengukuran tinggi cara waterpass adalah untuk
menentukan beda tinggi secara langsung untuk membuat garis
bidik horizontal. Alat yang digunakan adalah waterpass.
Pemakaian waterpass selanjutnya dapat diterapkan pada
pekerjaan-pekerjaan: pembuatan jalan, saluran irigasi,
pematangan tanah , dll.
Pesawat waterpass merupakan alat yang berfungsi
menentukan beda tinggi suatu tempat dengan batas antara 0 – 3
m, untuk ketinggian di atas 3 m masih bisa hanya saja akan
menghabiskan waktu yang banyak.
Pesawat waterpass terdiri atas :
a.Teropong jurusan
Teropong jurusan terbuat dari pipa logam, didalamnya
terdapat susunan lensa obyektif, lensa okuler, dan lensa
penyetel pusat. Didalam teropong terdapat pula pelat kaca
yang di balut dengan bingkai dari logfam (diafragma), sedang
pada plat kaca terdapat goresan benang silang
b.Niveau
Niveau adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk
membuat arah- arah horizontal dan vertikal. Menurut bentuknya
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 8 -
- 8 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
niveau dibagi atas dua yaitu niveau kotak dan nivau tabung.
Niveau Kotak berada di atas
1.5.2. Tipe Sifat Datar
1.5.2.1 Metode Sifat Datar Langsung misalnya mengukur jarak
dengan pita menempatkan busur derajat pada sebuah
sudut, atau mengukur sudut dengan theodolith (theodolith
kompas).
1.5.2.2 Metode sifat datar tidak langsung pengukuran ini dilakukan
bila tidak mungkin menempatkan atau memakai instrument
ukur langsung pada jarak atau sudut yang di ukur. Oleh
karenanya hasil ukuran ditentukan oleh hubungannya
dengan suatu harga lain yang diketahui. Jadi jarak
keseberang sungai dapat ketemukan dengan mengukur
sebagian jarak disatu sisi, sudut ditiap ujung jarak ini yang
di ukur ke titik diseberang, dan kemudian menghitung jarak
tadi dengan salah satu rumus trigonometri baku.
1.5.2.2.1 Cara grafis
alat ukur penyipat ddatar ditempatkan antara titik
A dan titik B, sedang diantara kedua titik tersebut
ditempatkan dua mistar. Jarak dari alat ukur
penyipat datar kedua mistar, ambillah kira – kira
sama, sedang alat ukur penyipat datar tidaklah
perlu terletak digaris lurus yang menghubungkan
kedua titik tersebut. Arahkan garis bidik dengan
gelembung ditengah – tengah ke mistar A
(belakang) dan mistar B (muka). Dan misalkan
pembacaan pada dua mistar berturut – turut
adalah B (belakang) dan A (muka), maka beda
tinggi antara titik A dan B adalah t = b – m.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 9 -
- 9 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
tidaklah selalu mungkin untuk menempatkan alat
ukur penyipat datar diantara dua titik A dan
B,misalnya karena antara titik A dan B, ada
selokan. Maka dengan cara ketiga alat ukur
penyipat datar ditempatkan tidak diantara titik A
dan B tetapi disebalah kiri titik A atau disebelah
kanan titik B, jadi diluar garis A dan B. Pada
gambar 1.3 alat ukur penyipat datar diletakkan
disebelah kanan titik B.pembacaan yang
dilakukan pada mistar yang diletakkan diatas titik-
titik A sekarang berturut-turut adalah b dan m,
sehingga dapat diperoleh dengan mudah bahwa
beda tinggi t=b-m.
Gambar 1. Metode sifat datar langsung
1.5.2.2.2 cara analitis
pesawawat waterpast diletakkan antara dua
mistar yang memberi hasil paling teliti karena
kesalahan yang mungkin masih ada dalam
pengukuran dapat saling memperkecil, apabila
jarak antara pesawat waterpast kedua mistar
dibuat sama. Jadi untuk mendapatkan beda tinggi
antara dua titik selalu dambil pembacaan mistar
muka, sehingga t=b-m, bila hasilnya positif maka
titik muka lebih tinggi dari pada titik belakang.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 10 -
- 10 -
b
b - m
m
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Dan bila hadilnya negative, maka titik muka lebih
rendah dari pada titik belakang. Setelah beda
tinggi antara dua titik ditemukan, maka tinggi
suatu titik dapat dicari, bila tinggi titik lainnya telah
diketahui. Suatu cara untuk menentukan tinggi
suatu titik adalah dengan menggunakan tinggi
garis bidik. Deengan diketahui tinggi garis bidik
dapatlah dengan cepat dan muda menentukan
tinggi titik-titik yang diukur. Tempatkan saja mistar
diatas titik itu, arahkan garis bidik kemistar dengan
gelembung ditengah-tengah, lakukan pembacaan
pada mistar itu.seperti pada gambar 1.4 maka
tinggi titik Tt= t.gb =pembacaan pada mistar.n
1.5.3 Metode Pengukuran
Dalam pengukuran waterpass digunakan 3 cara yaitu metode
loncat ( muka belakang ) dan metode garis bidik serta metode
gabungan keduanya.
1.5.3.1 Metode Loncat
Metode Loncat biasanya digunakan pada pengukuran
jaringan irigasi atau pengukuran memanjang tanpa
diselingi potongan melintang, karena pada metode loncat
, pesawat waterpass berda ditengan- tengah antara
patok 1 dan 2 atau berada pada patok genap sedangkan
rambu berada pada patok ganjil. Untuk pengukuran
melintang hal ini agak sulit dilakukan karena pesawat
tidak berdiri di semua patok. Untuk itulah digunakan garis
Badik. Adapun keunggulan dan kelemahan metode
loncat adalah sebagai berikut :
- Metode Loncat bisa mengukur jarak dan beda tinggi
- Tidak efisien digunakan dalam pengukuran jalan yang
tiap 25m di buat potongan melintang.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 11 -
- 11 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
- Pesawat harus pas diatas patok sehingga menyulitkan
pengukuran pada areal daerah yang padat (dalam hal
ini jalan raya ).
1.5.3.2 Metode garis bidik
Metode garis bidik merupakan metode yang praktis
dalam menentukan profil melintang di banding dengan
metode loncat. Prinsip kerja metode ini adalah metode ini
hanya mengukur beda tinggi. Adapun keunggulan dan
kelebihannya adalah :
- Garis bidik sangat efisien dalam pengukuran
melintang khususnya di jalan
- Garis Bidik hanya mampu menentukan beda tinggi
suatu wilayah namun tidak bisa membaca jarak
- Jarak antar patok harus diukur terlebih dahulu.
- Pesawat bisa diletakkan dimanapun yang kita suka
karena metode ini hanya untuk menentukan garis
Bidik.
1.5.3.3 Metode gabungan
Metode ini merupakan gabungan dari kedua metode
diatas, namun harus diperhatikan bahwa dalam
menentukan beda tinggi suatu wilayah metode
perhitungannya harus tersendiri tidak bisa dicampur baur
karena mempunyai prinsip yang berbeda.
1.6 Pengukuran Poligon
1.6.1 Defenisi
Pengukuran poligon dimaksud menghitung koordinat, ketinggian
tiap-tiap titik polygon untuk itu kita mengadakan pengukuran sudut
dan jarak dengan mengikatkan pada suatu titik tetap seperti titik
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 12 -
- 12 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
triangulasi, jembatan dan lain-lain yang sudah diketahui koordinat
dan ketinggiannya.
1.6.2 Jenis – jenis Poligon
1.6.2.1 Poligon Terbuka
Poligon terbuka merupakan serangkaian garis berurutan
yang berhubungan namun tidak kembali ketitik awal atau
terikat pada suatu titik dengan ketelitian yang sama atau
lebih tinggi ordenya. Dalam polygon terbuka, pengukuran
harus berulang – ulang agar tidak terjadi kesalahan.
1.6.2.2. Poligon Tertutup
Pada poligon ini titik awal dan titik akhir merupakan satu
yang sama. Bila pengukuran sudut tidak sesuai dengan
rumus diatas maka harus diratakan sehingga memenuhi
syarat diatas.
Poligon Tertutup antara 2 titik yang diketahui
Pengukuran di mulai dari titik AB dimana azimuth AB diketahui dan
terakhir di titik CD azimuth sebagai kontrol : azimuth CD yang hasil
perhitungan harus sama dengan azimuth CD yang diketahui,
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 13 -
- 13 -
R
o
Poligon
terdahulu
azimuth
diketahui
Poligon baru
azimuth
diketahui
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
toleransinya ± 30″ √ n menit. Di sini juga harus dilakukan perataan
bila tidak memenuhi ketentuan diatas.
1.6.3 Cara Mengukur Sudut
Berbagai metode digunakan dalam pengukuran sudut atau arah
garis polygon, yaitu :
1.6.3.1 Pengukuran polygon dengan sudut dalam
Sudut dalam dipakai hampir khusus pada pengukuran
polygon hak milik. Sudut – sudut itu bisa dibaca baik searah
maupun berlawanan arah jarum jam, sewaktu pengukuran
maju keliling polygon kekiri atau kekanan, tetapi merupakan
praktek yang baik bila semua sudut diukur searah jarum
jam.
1.6.3.2 Pengukuran polygon dengan sudut arah kompas
Sudut arah terbaca langsung pada kompas sewaktu bidikan
sepanjang garis (jurusan) polygon. Untuk menentukan
orientasi dari sudut arah, akan dipakai sudut arah berhitung
berdasarkan pembacaan lingkaran horizontal dan
pembacaan kompas dipakai sebagai pengecekan saja.
1.6.3.3 Pengukuran polygon dengan sudut kekanan.
Sudut – sudut diukur searah jarum jam dari bidikan belakang
pada garis sebelumnya. Prosedur yang digunakan hampir
sama dengan pengukuran polygon azimuth kecuali bahwa
bidikan belakang dibuat dengan piringan terbaca nol dan
bukan azimuth belakang. Sudut – sudut dapat dicek dan
diperbaiki dengan pengukuran rangkap dua, atau diuji harga
kasarnya dengan pembacaan kompas.
1.6.3.4 Pengukuran polygon dengan azimuth
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 14 -
- 14 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Azimuth diukur dari sebuah arah acuan yang harus
ditentukan dari pengukuran sebelum nya, jarum magnetic
serta pengamatan matahari atau bintang. Azimuth diukur
searah jarum jam dari ujung meridian lewat titik sudut. Bila
lingkaran terbaca nol, teropong terarah keutara sebenarnya
sebagai pengecekan jika sedang dipakai transit yang
dilengkapi kompas, jarum jam dapat diturunkan dan dapat
dibaca. Jika teropong mengarah keutara, jarum jam harus
menunjukan besarnya deklinasi ditempat tersebut. Transit
diorienntasikan disetiap pemasanngan instrument dengan
bidikan pada titik sebelumnya dengan azimuth belakangan
pada lingkaran atau azimuth garis dipinggirkan.
1.6.3.5 Pengukuran polygon dengan sudut belokan
sudut belokan adalah sudut horizontal yang dari
perpanjangan garis sebelumnya, kekanaan atau kekirir
sampai garis berikutnya. Untuk menghindari ralat, sudut
biasanya dilipat duakan atau dilipat tempattkan.
1.6.3.6 memilih titik polygon
kedudukan yang dipilih untuk memasang stasiun beragam
menurut jenis pengukurannya. Misalnya saa pada
pengukuran jalur lintas, stasiun diletakkan ditiap titik sudut
dan lokasi lainnya dimana perlu untuk memeperoleh data
topografi atau meluaskan pengukuran.
Polygon yang diukur untuk menentukan titik dasar pemetaan
topografi digunakan sebagai kerangka acuan detail seperti
jalan, bangunan, sungai dan bukit. Lokasi dapat ditentukan
agar dapat meliputi seluruh wilayah yang dipetakan. Cabang
yang terdiri dari satu garis atau lebih sehingga dapat
membentuk polygon terbuka untuk mencapai titik-titik yang
menguntungkan.
1.7 Pengukuran peta situasi (tachymetry)
1.7.1 Definisi
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 15 -
- 15 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Peta situasi adalah peta yang dilengkapi dengan garis-garis kontur
yang menunjukan ketinggian suatu tempat. Peta yang umumnya
digunakan untuk rencana pembangunan, proyek-proyek pengairan,
bendungan, jalan raya, dan lain-lain, adalah peta situasi yang
dilengkapi dengan garis kontur termasuk juga kedudukan bangunan-
bangunan permanent, atau bangunan yang dibuat oleh manusia.
1.7.2 Garis kontur
1.7.2.1 Definisi
Garis kontur adalah garis-garis yang menunjukan tempat-
tempat yang mempunyai ketinggian yang sama dilapangan
terhadap bidang referensi.
1.7.2.2 Syarat – syarat kontur
Syarat-syarat kontur adalah :
1. merupakan garis yang continue
2. tidak dapat bertemu atau memotong garis kontur lainnya.
3. tidak dapat bercabang menjadi garis kontur lainnya, kecuali
pada hal-hal kritis seperti jurang atau tebing.
1.7.2.3 Metode penggambaran garis kontur
1.7.2.3.1 Cara Grafis
Dengan cara ini gari kontur diikuti secara fisis pada
permukaan bumi. Pekerjaan ini adalah kebalikan dari
cara sifat datar, dimana akhirnya ketinggian titik-titik
akan diketahui dan ini sangat diperlukan dalam
penarikan garis kontur. Untuk menentukan posisi garis
kontur dilakukan dua tahap, yaitu:
1. sifat datar
2. interplasi garis kontur.
1.7.2.3.2 Cara Analitis
Dengan cara ini garis kontur tidak dapat dilakukan
langsung kecuali beberapa titik – titik ditentukan dan
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 16 -
- 16 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
posisi garis – garis kontur dilakukan dengan cara
interpolasi. Cara ini dilakukan 3 tahap, yaitu :
1. Penentuan grid
2. Sifat datar
3. Interpolasi Garis Kontur
BAB II
METODOLOGI PELAPORAN
2.1 Waktu dan Tempat
2.1.1 Praktikum Sifat Datar
Hari / Tanggal : Sabtu, 28 Maret 2009
Jam : 08.00 s/d selesai
Lokasi : Jembatan Batu Tela
2.1.2 Praktikum Pemetaan
Hari / Tanggal : Sabtu, 21 Maret 2009
Jam : 08.00 s/d selesai
Tempat : Jembatan Batu Tela
2.2 Langkah Kerja
2.2.1 Pesawat Waterpass
2.2.1.1 Mewaterpasskan Nivo
a. Mengatur/memeriksa garis arah nivo tegak lurus gbr. I.
1. Tempatkan dan steel pesawat waterpas
2. Ketengahkan nivo dengan sekrup penyetel AB dan C
3. Putar teropong ke arah 90° & 180°, jika gelembung nivo
tetap berada ditengah-tengah berarti garis arah nivo
tegak lurus sumbu I
4. Jika setelah teropong diputar ke arah 90° & 180°,
gelembung nivo berubah maka atur kembali sekrup
penyetel AB & C sehingga gelembung nivo berada
ditengah-tengah.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 17 -
- 17 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
5. Jika pekerjaan di A telah dikerjakan berulang kali tetapi
gelembung nivo tidak bisa ditengah, berarti garis lurus
arah nivo tidak tegak lurus dengan bagian I dan perlu
diadakan koreksi nivo.
6. Koreksi nivo dilakukan dengan mengembalikan
gelembung nivo setengahnya dengan sekrup penyetel
AB & C dan setengahnya dikembalikan dengan sekrup
koreksi nivo.
b. Memeriksa/Mengatur benang mendatar diafragma tegak
lurus sumbu I.
1. Tempatkan dan steel pesawat waterpas sehingga sumbu
I tegak lurus seperti angka penyetelan pesawat
waterpas.
2. Bidik suatu titik target sehingga titik tersebut terletak di
salah satu ujung benang mendatar diafragma.
(Misal titik target terletak di ujung kiri).
3. Putar teropong ke arah titik tersebut sehingga titik
tersebut terletak di ujung kanan mendatar diafragma.
4. Bila titik tersebut berimpit dengan ujung kanan benang
mendatar, berarti benang mendatar diafragma tegak
lurus sumbu I.
5. Jika titik target tersebut tidak berimpit dengan ujung
kanan benang mendatar diafragma, berarti ada
kesalahan (benang mendatar diafragma tidak tegak lurus
sumbu I).
6. Untuk mengoreksinya, hilangkan setengah dengan
mengatur sekrup koreksi diafragma, maka benang
mendatar diafragma akan tegak lurus sumbu I.
7. Ulangi pekerjaan ini dari awal, sehingga pada pemutaran
teropong dengan sumbu I sebagai sumbu putar titik
target tetap berimpit dengan benang mendatar
diafragma.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 18 -
- 18 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
c. Memeriksa/ Mengatur garis bidik sejajar dengan garis
arah nivo.
1. Tentukan titik A, B, C, dan D yang terletak pada satu
garis lurus dan buat jarak AC – CB = BD.
2. Letakkan pesawat di titik C, steel sehingga memenuhi
syarat guna mengadakan pengukuran.
3. Letakkan bak ukur pada titik A & B
4. Baca bak di A & B dan catat hasil pembacaannya.
Misal : pembacaan bak di A = a
pembacaan bak di B = b
5. Pindahkan pesawat di D, steel sehingga memenuhi
syarat pengukuran.
6. Baca bak ukur di A & B.
Misal : pembacaan bak di A = C
pembacaan bak
7. Hitung beda tinggi A – B berdasarkan bacaan pertama :
(a – b) = h1
8. Hitung beda tinggi A – B berdasarkan bacaan kedua : (c
– d) = h2
9. Jika h1 = h2 berarti garis bidik // garis arah nivo.
10. Jika h1 = h2 berarti garis titik tidak sejajar garis arah
nivo dan harus dikoreksi. (Seperti terlihat pada gambar,
jika garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo,
maka garis bidik akan membentuk sudut α terhadap
garis nivo)
11.Cari harga x dan y.
Lihat ∆ cpd dan ∆ cyt 2
∆ cpd  cyt 2 karena d1 = d2 = d3
maka dx = 1/3 cy
p = d + h1
cp = c – p
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 19 -
- 19 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
dx = ½ cp → x = d – dx
y = c – cy
12.Teropong diarahkan ke bak A
13.Dengan sekrup koreksi diafragma benang tengah
dikoreksi sehingga pembacaan = y
14.Untuk pengecekan, arahkan teropong ke bak B dan
pembacaan harus = x
2.2.1.2. Membuat Potongan Memanjang
Metode Loncat
1. Tentukan titik- titik acuan yang akan diukur.
a. Pengukuran Jarak Optis
a.1. Tempatkan dan steel pesawat kira-kira di
tengah – tengah antara titik T1 dan T2 (slag I).
Penempatan pesawat harus satu garis dengan
T1 dan T2
a.2. Tempatkan bak ukur di atas patok. Titik T1
sebagai bak belakang dan titik T2 sebagai bak
muka.
a.3. Bidik teropong ke bak belakang (T1) kemudian
baca BT, BA, dan BB pada buku ukur
a.4. Turunkan bak ke muka tanah pada titik T1
tersebut dan lakukan pembacaan seperti pada
a.3.
a.5. Putar teropong dan bidik bak muka serta
lakukan pembacaan seperti pada a.3. dan a.4.
a.6. Pesawat dipindahkan ke slag II (antara T2 dan
T3). Dengan cara yang sama dengan langkah
a.1 s/d a.5 lakukan pembacaan bak muka dan
bak belakang.
a.7. Begitu seterusnya sampai dengan slag terakhir.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 20 -
- 20 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
a.8. Jarak T1T2 adalah jarak pesawat ke bak
belakang + jarak pesawat ke bak muka.
Demikian juga pada slag-slag berikutnya.
b. Pengukuran Jarak Rantai.
b.1. Tempatkan dan steel pesawat kira-kira
ditengah-tengah antara T1 dan T2 (slag I).
b.2. Tempatkan bak ukur di T1 sebagai bak
belakang dan di T2 sebagai bak muka.
b.3. Bidik teropong ke bak belakang, baca dan catat
pembacaan BT, BA, dan BB.
b.4. Turunkan bak ke muka tanah pada titik T1
tersebut dan lakukan pembacaan seperti b.3.
b.5. Putar teropong dan bidik bak muka serta
lakukan pembacaan seperti b3 dan b4 .
b.6. Ukur jarak T1 T2 (slag I) dengan rantai ukur
atau pita ukur.
b.7. Dengan cara yang sama pengukuran
dilanjutkan pada slag II, III, …… sampai slag
terakhir.
Metode garis bidik
1. Tentukan patok- patok yang akan diukur dan berikan
tanda sesuai jarak patok tersebut. Misalnya Sta 0+25,
Sta 0+50, dan sebagainya.
2. Sebelum memberikan tanda ukur jarak antar patok
tersebut dengan menggunakan roll meter.
3. Dirikan pesawat waterpass di tempat yang kita inginkan
dengan catatan bahwa minimal ada 2 titik yang bisa
dilihat dari tempat berdirinya pesawat.
4. Letakkan bak ukur pada titik awal yang biasanya
dikenal dengan Sta 0+00.
5. Arahkan Teropong kearah bak ukur dan pembacaan ini
dinamakan pembacaan belakang . Setelah itu baca bak
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 21 -
- 21 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
ukur pada benang tengah sedangkan benang atas dan
bengan bawah tidak perlu dibaca.Benang tengah ini
merupakan garis bidik yang menjadi patokan untuk
perhitungan beda tinggi titik selanjutnya.
6. Selanjutnya arahkan pesawat kesamping kiri kanan sta
0+00 dan pembacaan ini dinamakan pembacaan detail
melintang jalan.
7. Baca benang tengah dari masing- masing titik
8. Setelah itu lanjutkan kepatok berikutnya, Jika patok
( sta ) berada didepan pesawat maka pembacaan
tersebut dikatakan sebagai pembacaan depan. Jika
semuanya telah selesai pindahkan pesawat untuk
melihat titik selanjutnya.
9. Setelah pesawat dipindahkan, maka arahkan pesawat
ketitik akhir pembacaan pesawat pertama atau dalam
hal ini titik yang diketahui tingginya, karena benang
tengah tersebut akan menjadi garis bidik titik berikutnya.
10.Ulangi langkah kerja diatas sampai pengukuran selesai.
2.2.1.3 Membuat Potongan Melintang
1. Tentukan posisi dari profil tersebut terhadap travers yang
telah ditentukan dengan cara sebagai berikut.
a. Tempatkan dan steel pesawat pada titik travers yang
akan diukur profilnya sedemikian rupa sehingga sumbu I
tepat di atas titik tersebut. Misal titik T1.
b. Bidik teropong ke titik T2, kemudian putar alhidade
horisontal sehingga index lingkaran tepat pada angka nol
dari skala lingkaran.
c. Putar teropong, ke kiri atau ke kanan, tergantung dari
posisi profil yang diinginkan, maka buat sudut terhadap
T1 T2 misal 90°. Kemudian pasang patok pembantu
pada ujung profil tersebut misal titik a.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 22 -
- 22 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
d. Putar teropong 180° untuk menentukan ujung lain dari
profil tersebut misal titik a .
2. Dalam hal penentuan posisi dari profil, selain dilakukan
seperti langkah no.1 yang bisa dibaca dan dicatat dengan
jarak optis dan beda tinggi. Penentuan posisi dari profil ini
dapat juga ditentukan dengan perkiraan, tergantung
kebutuhan.
3. Tempatkan dan steel pesawat pada suatu titik diluar garis
profil, sedemikian rupa sehingga dari titik tersebut dapat
membidik sepanjang profil yang akan diukur.
4. Pasang bak ukur T1 bidikkan teropong pada bak ukur
tersebut dan lakukan pembacaan BT, BA dan BB yang
tercatat pada buku ukur.
5. Pasang bak ukur pada titik a (dalam hal ini bak ukur
diletakkan di atas tanah) dan lakukan pembacaan seperti
langkah 3.
6. Lakukan pembacaan pada setiap perubahan kemiringan
tanah sepanjang garis profil tersebut, misal titik b, c, d,
…….. dan seterusnya sampai ke ujung profil yang telah
ditentukan.
7. Ukur jarak ab, bc, cd,………. Dan seterusnya dengan pita
ukur atau rantai ukur.
8. Pengukuran dilanjutkan pada profil berikutnya (T2, T3 …….
dan seterusnya).
9. Hitung dan gambar hasil pengukuran tersebut.
2.2.1 Pesawat Theodolith
2.2.1.2 Mewaterpaskan Nivo I
1. Tempatkan nivo sejajar dengan dua sekrup penyetel A & B,
(lihat gbr. 8-2a) dan dengan dua sekrup penyetel ini
gelembung nivo ditempatkan de tengah – tengah.
2. Putar nivo 180° dengan sumbu I sebagai sumbu putar.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 23 -
- 23 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
a. Bila gelembung tetap di tengah –tengah pekerjaan di
lanjutkan ke langkah 4.
b Bila gelembung tetap di tengah –tengah lagi, coba ulangi
dulu dari langkah kesatu, dan bila beberapa kali diulangi
ternyata gelembung tidak juga di tengah –tengah setelah
nivo diputar 180°, maka kembalikan gelembung
setengahnya lagi dengan sekrup koreksi nivo dan
setengahnya lagi dengan sekrup penyetel A & B.
3. Ulangi pekerjaan sedemikian rupa hingga gelembung tetap
di tengah-tengah sebelum dan sesudah nivo diputar 180°
dengan sumbu I sebagai sumbu putar.
4. Putar nivo 90° dengan sumbu I sebagai sumbu putar dan
gelembung nivo ditengahkan dengan memutar sekrup
penyetel C, maka sumbu I tegak lurus pada dua garis
jurusan yang mendatar dan akan letak vertikal.
5. Ulangi pekerjaan hingga bila nivo di putar ke semua
jurusan gelembung tetap di tengah-tengah.
2.2.1.2 Mewaterpaskan Nivo II
Bila ada nivo lain yang biasanya dipasang pada kaki
penyangga sumbu II (nivo B) dan tegak lurus terhadap nivo
yang terletak di atas alhidade horizontal (nivo A) maka
langkah pekerjaan sebagai berikut :
1. Tempatkan nivo A sejajar dengan sekrup A & B dan nivo B
dengan sendirinya ke arah sekrup penyetel C (lihat gbr. 8-
2b)
2. Tempatkan gelembung kedua nivo di tengah –tengah
dengan sekrup penyetel A, B, & C.
3. Putar nivo 180° dengan sumbu I sebagai sumbu putar. Bila
gelembung kedua nivo tetap di tengah-tengah berarti
pesawat sudah baik (sumbu satu telah vertikal).
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 24 -
- 24 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
4. Bila gelembung nivo pindah dari tengah-tengah, coba
ulangi lagi dari langkah ke satu. Dan bila beberapa kali
diulangi gelembung tidak juga ditengah-tengah,
setengahnya dengan sekrup koreksi nivo masing-masing,
maka sumbu I akan tegak lurus pada garis arah kedua
nivo.
5. Kembalikan gelembung setengahnya lagi, nivo A dengan
sekrup penyetel A & B dan nivo B dengan sekrup penyetel
C.
6. Ulangi pekerjaan, sehingga pada semua jurusan
gelembung nivo selalu di tengah – tengah yang berarti
sumbu I telah vertikal.
Memeriksa Sumbu Ii ⊥ Sumbu I Dan Garis Bidik ⊥ Sumbu Ii
1. Tempatkan dan steel pesawat ± 5 m di muka suatu dinding
(tembok) yang terang. Sumbu I di anggap sudah baik.
2. Dengan garis bidik mendatar dan kira-kira tegak lurus pada
dinding di buat suatu titik T pada dinding yang berimpit
dengan titik potong dua benang diafragma.
3. Dengan menggunakan unting-unting, pada dinding dibuat
titik P vertikal di atas T yang tingginya dua kali titik T
(tinggi titik T = tinggi sumbu II) dan titik Q vertikal di bawah
titik T dan letak dikaki dinding.
4. Pada titik P & Q dipasang kertas milimeter atau kertas
skala mendatar sedemikian rupa hingga titik nol skala
berimpit dengan titik P & Q.
5. Bidik teropong ke titik T, putar teropong ke atas ( ke arah
titik P) dan ke bawah (ke arah titik Q) dengan sumbu II
sebagai sumbu putar, maka akan didapat 4 macam
kemungkinan.
5. a. Sewaktu teropong di bidik ke titik P garis bidik
(perpotongan benang silang) akan berimpit dengan titik
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 25 -
- 25 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P dan sewaktu teropong dibidik ke titik Q garis bidik
akan berimpit dengan titik Q (lihat gbr. 8-3a). Maka
dalam hal ini pesawat sudah baik (sumbu II ⊥ sumbu I
dan garis bidik ⊥ sumbu II).
5. b.Sewaktu teropong di bidik ke titik P, garis bidik akan
menunjuk ke A (sebelah kiri atau kanan P) dan sewaktu
di bidik ke titik Q garis bidik akan menunjuk ke B yang
bersebelahan dengan titik A dan PA = QB = x .
Jalannya garis bidik adalah ATB (lihat gbr . 8-3b).
5. b.1. Bidikan teropong ke titik A
b.2. Dengan sekrup koreksi sumbu II, garis bidik di
geser hingga berimpit dengan titik P
b.3 Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di putar ke
atas dan ke bawah, garis bidik akan melukiskan
P.T.Q.
5. c.Sewaktu teropong dibidik ke titik P, garis bidik akan
menunjuk ke titik C sebelah kiri atau kanan titik P (lihat
gbr. 8-3c) dan sewaktu teropong di bidik ke titik Q, garis
bidik akan menunjuk ke titik D yang berada pada
belahan yang sama dengan titik C. PC =
QD = Y
Maka dalam hal ini terdapat kesalahan garis bidik tidak
tegak lurus sumbu II, tapi sumbu II telah ⊥ sumbu I.
c.1.Bidik teropong ke titik C
c.2. Dengan sekrup koreksi diafragma, garis bidik di
geser hingga berimpit dengan titik P.
c.3.Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di putar dari
atas ke bawah atau sebaliknya garis bidik akan
melukiskan PTQ
5.d. Sewaktu teropong dibidik ke titik P, garis bidik akan
menunjuk ke titik G sebelah kanan atau kiri titik P (lihat
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 26 -
- 26 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
gbr. 8-3d) dan sewaktu teropong dibidik ke titik Q garis
bidik akan menunjuk ke titik H, sebelah kanan atau kiri
titik Q. Tapi PQ = a ≠ QH = b. Maka hal ini menunjukkan
adanya kesalahan kombinasi, yaitu sumbu II tidak tegak
lurus sumbu I dan garis bidik tidak tegak lurus sumbu II.
5.d.1. Hitung besarnya x & y .
a = x + y x = 1/2 (a – b)
b = x – y y = 1/2 (a + b)
d.2. Bidik teropong ke skala atas (titik G).
d.3.Putarlah sekrup koreksi sumbu II sedemikian rupa
hingga pembacaan skala = Y (Y = pengaruh tidak
tegak lurusnya garis bidik terhadap sumbu II)
d.4.Ulangi pekerjaan hingga bila teropong dibidik kan
ke skala atas maupun bawah pembacaan sama
dengan y dan terletak pada belahan yang sama
terhadap garis PTQ yang berarti sumbu II telah
tegak lurus sumbu I.
d.5.Bidik kembali teropong ke skala atas.
d.6.Putarlah sekrup koreksi diafragma sedemikian rupa
hingga garis bidik menunjuk skala nol (berimpit
dengan titik P)
d.7.Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di arahkan
dari atas ke bawah atau sebaliknya garis bidik tetap
berimpit dengan PTQ.
d.8.Pesawat telah baik.
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 27 -
- 27 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
BAB III
DATA DAN SKETSA PEMETAAN
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 28 -
- 28 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
BAB IV
HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan Pengukuran Sipat Datar
1. Jarak Antar Patok
a. Patok Utama
Rumus : Jarak Optis = (BA – BB) x 100
P0 – P1 = (2,635 – 2,385) x 100 = 25 m
P1 – P2 = (3,232 – 2,982) x 100 = 25 m
P2 – P3 = (3,520 – 3,270) x 100 = 25 m
P3 – P4 = (3,130 – 2,880) x 100 = 25 m
b. Patok Detail
Rumus : Jarak Optis = (BA – BB) x 100
P0 – a = (1,449 – 1,431) x 100 = 1,80 m
P0 – b = (2,702 – 2,631) x 100 = 7,1 m
P0 – c = (2,857 – 2,720) x 100 = 13,7 m
P0 – d = (2,715 – 2,508) x 100 = 20,7 m
P0 – e = (2,745 – 2,450) x 100 = 29,50 m
P0 – f = (0,895 – 0,812) x 100 = 8,30 m
P0 – g = (1,361 – 1.237) x 100 = 12,4 m
P0 – h = (1,431 – 1,275) x 100 = 15,60 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 29 -
- 29 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P1 – a = (1,558 – 1,538) x 100 = 2 m
P1 – b = (2,667 – 2,647) x 100 = 3 m
P1 – c = (2,967 – 2,898) x 100 = 6,9 m
P1 – d = (2,992 – 2,851) x 100 = 14,1 m
P1 – e = (2,782 – 2,608) x 100 = 17,4 m
P1 – f = (2,910 – 2,660) x 100 = 25,0 m
P1 – g = (1,338 – 1,314) x 100 = 2,4 m
P1 – h = (1,458 – 1,392) x 100 = 6,6 m
P1 – i = (1,548 – 1,419) x 100 = 12,9 m
P1 – j = (1,664 – 1,490) x 100 = 17,4 m
P1 – k = (1,171 – 0,975) x 100 = 19,6 m
P1 – l = (0,770 – 0,531) x 100 = 23,9 m
P2 – a = (2,201 – 2,159) x 100 = 4,2 m
P2 – b = (2,982 – 2,901) x 100 = 8,1 m
P2 – c = (4,021 – 3,917) x 100 = 10,4 m
P2 – d = (2,835 – 2,705) x 100 = 13 m
P2 – e = (2,931 – 2,710) x 100 = 22,1 m
P2 – f = (1,564 – 1,539) x 100 = 2,50 m
P2 – g = (1,781 – 1,728) x 100 = 5,30 m
P2 – h = (1,152 – 1,062) x 100 = 9,0 m
P2 – i = (1,152 – 0,995) x 100 = 15,7 m
P2 – j = (1,118 – 0,819) x 100 = 29,9 m
P3 – a = (2,140 – 2,110) x 100 = 3 m
P3 – b = (1,529 – 1,448) x 100 = 8,1 m
P3 – c = (2,489 – 2,364) x 100 = 12,5 m
P3 – d = (2,959 – 2,758) x 100 = 20,1 m
P3 – e = (2,360 – 2,090) x 100 = 27 m
P3 – f = (1,954 – 1,908) x 100 = 4,60 m
P3 – g = (1,230 – 1,150) x 100 = 8 m
P3 – h = (0,989 – 0,790) x 100 = 19,9 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 30 -
- 30 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P3 – i = (1,232 – 0,932) x 100 = 30 m
P4 – a = (1,329 – 1,294) x 100 = 3,5 m
P4 – b = (1,993 – 1,869) x 100 = 12,4 m
P4 – c = (2,195 – 2,005) x 100 = 19 m
P4 – d = (2,892 – 2,592) x 100 = 30 m
P4 – e = (1,407 – 1,385) x 100 = 2,2 m
P4 – f = (2,050 – 1,972) x 100 = 7,80 m
P3 – g = (1,409 – 1,289) x 100 = 12,0 m
P3 – h = (1,755– 1,455) x 100 = 30 m
2. Menghitung Beda Tinggi
a. Patok Utama
Rumus : Beda Tinggi = BT – TA (Pembacaan belakang)
Beda Tinggi = TA – BT (Pembacaan depan)
P0 – P1 = 1,330 – 2,507 = - 1,177 m
P1 – P2 = 1,425 – 3,107 = - 1,682 m
P2 – P3 = 1,765 – 3,395 = - 1,630 m
P3 – P4 = 1,770 – 3,005 = - 1,235 m
b. Patok Detail
Patok P0
Beda Tinggi = TA.P0 – BT detail
P0 – a = 1,330 – 1,439 = - 0,109 m
P0 – b = 1,330 – 2,666 = - 1,336 m
P0 – c = 1,330 – 2,789 = - 1,459 m
P0 – d = 1,330 – 2,661 = - 1,281 m
P0 – e = 1,330 – 2,597 = - 1,267 m
P0 – f = 1,330 – 0,853 = 0,477 m
P0 – g = 1,330 – 1,300 = 0,030 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 31 -
- 31 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P0 – h = 1,330 – 1,354 = - 0,024 m
Patok P1
Beda Tinggi = TA.P1 – BT detail
P1 – a = 1,425 – 1,548 = - 0,123 m
P1 – b = 1,425 – 2,661 = - 1,236 m
P1 – c = 1,425 – 2,932 = - 1,507 m
P1 – d = 1,425 – 2,921 = - 1,496 m
P1 – e = 1,425 – 2,695 = - 1,270 m
P1 – f = 1,425 – 2,785 = - 1,360 m
P1 – g = 1,425 – 1,326 = 0.099 m
P1 – h = 1,425 – 1,425 = 0 m
P1 – i = 1,425 – 1,483 = - 0,058 m
P1 – j = 1,425 – 1,577 = - 0,152 m
P1 – k = 1,425 – 1,072 = 0,353 m
P1 – l = 1,425 – 1,651 = 0,774 m
Patok P2
Beda Tinggi = TA.P2 – BT detail
P2 – a = 1,765 – 2,180 = - 0,415 m
P2 – b = 1,765 – 2,941 = - 1,176 m
P2 – c = 1,765 – 3,969 = - 2,204 m
P2 – d = 1,765 – 2,770 = - 1,005 m
P2 – e = 1,765 – 2,820 = - 1,055 m
P2 – f = 1,765 – 1,551 = 0,214 m
P2 – g = 1,765 – 1,754 = 0,011 m
P2 – h = 1,765 – 1,107 = 0,658 m
P2 – i = 1,765 – 1,073 = 0,692 m
P2 – j = 1,765 – 0,968 = 0,797 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 32 -
- 32 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Patok P3
Beda Tinggi = TA.P3 – BT detail
P3 – a = 1,770 – 2,125 = - 0,355 m
P3 – b = 1,770 – 1,488 = - 0,282 m
P3 – c = 1,770 – 2,426 = - 0,656 m
P3 – d = 1,770 – 2,858 = - 1,088 m
P3 – e = 1,770 – 2,225 = - 0,455 m
P3 – f = 1,770 – 1,931 = - 0,161 m
P3 – g = 1,770 – 1,190 = 0,580 m
P3 – h = 1,770 – 0,889 = 0,881 m
P3 – i = 1,770 – 1,082 = 0,688 m
Patok P4
Beda Tinggi = TA.P4 – BT detail
P4 – a = 1,458 – 1,312 = 0,146 m
P4 – b = 1,458 – 1,931 = - 0,473 m
P4 – c = 1,458 – 2,100 = - 0,642 m
P4 – d = 1,458 – 2,742 = - 1,284 m
P4 – e = 1,458 – 1,392 = 0,062 m
P4 – f = 1,458 – 2,011 = - 0,553 m
P4 – g = 1,458 – 1,349 = 0,109 m
P4 – h = 1,458 – 1,605 = - 0,147 m
3. Menghitung Tinggi Titik
a. Patok Utama
Rumus : Tinggi Titik = Tinggi Titik Awal + Beda Tinggi
Tinggi Titik Awal = 21 + 100 = 121
(No Stambuk + 100) m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 33 -
- 33 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P1 = 121,000 + (– 0,900) = 119.823 m
P2 = 119.823 + (– 1,050) = 118,141 m
P3 = 118,141 + (– 0,850) = 116,511 m
P4 = 115,276 + (– 0,750) = 115,276 m
b. Patok Detail
Rumus : Tinggi Titik = Tinggi Titik Patok ± Beda Tinggi
P0 = 121,000
P0 – a = 121,000 – 0,109 = 120,891 m
P0 – b = 121,000 – 1,356 = 119,664 m
P0 – c = 121,000 – 1,459 = 119,541 m
P0 – d = 121,000 – 1,281 = 119,719 m
P0 – e = 121,000 – 1,267 = 119,733 m
P0 – f = 121,000 + 0,477 = 121,477 m
P0 – g = 121,000 + 0,030 = 121,030 m
P0 – h = 121,000 – 0,024 = 120,976 m
P1 – a = 119.823 – 0,123 = 119,700 m
P1 – b = 119.823 – 1,236 = 118,587 m
P1 – c = 119.823 – 1,507 = 118,316 m
P1 – d = 119.823 – 1,496 = 118,327 m
P1 – e = 119.823 – 1,270 = 118,553 m
P1 – f = 119.823 – 1,360 = 118,463 m
P1 – g = 119.823 – 0,099 = 119,724 m
P1 – h = 119.823 + 0 = 119,823 m
P1 – i = 119.823 – 0,058 = 119,765 m
P1 – j = 119.823 – 0,152 = 119,671 m
P1 – k = 119.823 + 0,353 = 120,176 m
P1 – l = 119.823 + 0,774 = 120,697 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 34 -
- 34 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P2 – a = 118,141 – 0,415 = 117,726 m
P2 – b = 118,141 – 1,176 = 116,965 m
P2 – c = 118,141 – 2,204 = 115,937 m
P2 – d = 118,141 – 1,055 = 117,136 m
P2 – e = 118,141 – 1,055 = 117,086 m
P2 – f = 118,141 + 0,214 = 118,355 m
P2 – g = 118,141 + 0,011 = 118,152 m
P2 – h = 118,141 + 0,658 = 118,799 m
P2 – i = 118,141 + 0,692 = 118,833 m
P2 – j = 118,141 + 0,797 = 118,938 m
P3 – a = 116,511 – 0.355 = 116,156 m
P3 – b = 116,511 + 0,282 = 116,793 m
P3 – c = 116,511 – 0,656 = 115,855 m
P3 – d = 116,511 – 1.088 = 115,423 m
P3 – e = 116,511 – 0,455 = 116,056 m
P3 – f = 116,511 – 0,161 = 116,350 m
P3 – g = 116,511 + 0,580 = 117,091 m
P3 – h = 116,511 + 0,881 = 117,392 m
P3 – i = 116,511 + 0,688 = 117,199 m
P4 – a = 115,276 + 0,146 = 115,422 m
P4 – b = 115,276 – 0,473 = 114,803 m
P4 – c = 115,276 – 0,642 = 114,634 m
P4 – d = 115,276 – 1,284 = 113,992 m
P4 – e = 115,276 + 0,062 = 115,338 m
P4 – f = 115,276 – 0,553 = 114,723 m
P4 – g = 115,276 + 0,109 = 115,383 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 35 -
- 35 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P4 – h = 115,276 – 0,147 = 115,129 m
4. Menghitung Tinggi Titik ( Metode Garis Bidik)
a. Patok Utama
Rumus :Tinggi garis bidik= Tinggi titik – Tinggi alat
Tinggi titik= Tgb – Bt yang dibidik
Dimana :Tgb= tinggi garis bidik
Bt = benang tengah
Tp0= 121 m
Tg b p0= Tp0 + Ta p0
=121+1,330
=122,330m
Tp1= Tg bp0 – Bt
=122,330–2,507
=119,823m
Tg b p1= Tp1 + Ta p1
=119,823+1,425
=121,248m
Tp2= Tg bp1 – Bt
=121,428–3,107
=118,141m
Tg b p2= Tp2 + Ta p2
=118,141+1,765
=119,906m
Tp3= Tg bp2 – Bt
=119,906–3,395
=116,511m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 36 -
- 36 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Tg b p3= Tp3 + Ta p3
=116,511+1,770
=118,281m
Tp4= Tg bp3 – Bt
=118,281–3,005
=115,276m
Tg b p4= Tp4 + Ta p4
=115,276+1,458
=116,734m
b. Patok Detail
Rumus : Tg b – Bt
Dimana : Tg b= tinggi garis bidik
Bt= benang tengah
Tp0 a= 122,330– 1,439= 120,891 m
b= 122,330– 2,666= 119,664 m
c= 122,330– 2,789= 119,541 m
d= 122,330– 2,661= 119,719 m
e= 122,330– 2,597= 119,733 m
f= 122,330– 0,853= 121,477 m
g= 122,330– 1,300= 121,030 m
h= 122,330– 1,354= 121,976 m
Tp1a= 121,248– 1,548= 119,700 m
b= 121,248– 2,661= 118,587 m
c= 121,248– 2,932= 118,316 m
d= 121,248– 2,921= 118,327 m
e= 121,248– 2,695= 118,553 m
f= 121,248– 2,785= 118,463 m
g= 121,248– 1,326= 119,922 m
h= 121,248– 1,425= 119,823 m
i= 121,248– 1,483= 119,765 m
j= 121,248– 1,577= 119,671 m
k= 121,248– 1,072= 120,176 m
l= 121,248– 0,651= 120,597 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 37 -
- 37 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Tp2a= 119,906– 2,180= 117,726 m
b= 119,906– 2,941= 116,965 m
c= 119,906– 3.969= 115,937 m
d= 119,906– 2,770= 117,136 m
e= 119,906– 2,820= 117,086 m
f= 119,906– 1,551= 118,355 m
g= 119,906– 1,754= 118,152 m
h= 119,906 – 1,107= 118,799 m
i= 119,906 – 0,073= 118,833 m
j= 119,906 – 0,968= 118,938 m
Tp3a= 118,281– 2,125= 116,156 m
b= 118,281– 1,488= 116,793 m
c= 118,281– 2,426= 115,855 m
d= 118,281– 2,858= 115,423 m
e= 118,281– 2,225= 116,056 m
f= 118,281– 1,931= 116,350 m
g= 118,281– 1,190= 117,091 m
h= 118,281– 0,889= 117,392 m
i= 118,281 – 1,082= 117,700 m
Tp4a= 116,734– 1,312= 115,422 m
b= 116,734– 1,931= 114,803 m
c= 116,734– 2,100= 114,634 m
d= 116,734– 2,742= 113,992 m
e= 116,734– 1,396= 115,338 m
f= 116,734– 2,011= 114,723 m
g= 116,734– 1.349= 115,385 m
h= 116,734– 1,605= 115,129 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 38 -
- 38 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
4.2 Perhitungan
1. Menghitung Koordinat X,Y dan Z Poligon Utama
 Menentukan Jarak Optis(JO)
Rumus : JO = (BA – BB) x 100 x Sin2
Vertikal
P1 – P2 = (1,115 – 0,415) x 100 x Sin (90 o
5’ 8 ”)2
= 70 m
P2– P3 = (1,245 – 0,545) x 100 x Sin (93 o
40 ’ 54 ”)2
= 70 m
P3 – P0 = (2,360 – 1,660) x 100 x Sin (89 o
12 ’ 00 ”)2
= 70 m
P0 – P1 = (1.560 – 0.840) x 100 x Sin (87 o
39 ’ 48 ”)2
= 72,7 m
 Menentukan Sudut Datar
Rumus : Sudut Datar = Sudut Depan – Sudut Belakang
P1 – P2 = 178 o
29 ’ 36 ” - 270 o
0 ’ 6 ”
= - 91 o
30 ’ 30 ” + 360 o
= 268 o
29 ‘ 30”
P2– P3 = 257 o
55 ’ 6 ” - 346 o
0 ’ 48 ”
= - 88 o
5 ’ 42 ” + 360 o
= 271 o
54 ‘ 18 ”
P3 – P0 = 261 o
22 ’ 00 ” - 355 o
6 ’ 12 ”
= - 93 o
44 ’ 12 ” + 360 o
= 266 o
15 ‘ 48 ”
P0 – P1 = 266 o
13 ’ 00” - 352 o
51 ’ 00 ”
= - 86 o
38 ’ 00 ” + 360 o
= 273 o
22 ‘ 00 ”
∑sudut datar = 1080 o
1 ‘ 36 ”
 Koreksi Sudut Datar
Untuk Sudut Luar = (2n + 4) x 90 o
= (2 . 4 + 4) x 90 o
= 12 x 90 o
= 1080 o
0 ‘ 0 ”
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 39 -
- 39 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Jumlah Koreksi = 1080 o
0 ‘ 0 ” - 1080 o
1 ‘ 36 ”
= - 0 o
1 ‘ 36 ”
 Koreksi Per Patok
PatokJumlah
KoreksiJimlah
.
.
=
4
"36'10°−
= - 0 o
0 ‘ 24 ”
 Sudut Terkoreksi
Rumus : Sudut Terkoreksi = Sudut Datar + Koreksi Per Patok
P1 – P2 = 268 o
29 ‘ 30” - 0 o
0 ‘ 24 ” =268 o
29 ‘ 6”
P2 – P3 = 271 o
54 ‘ 18 ” - 0 o
0 ‘ 24 ” = 271 o
53 ‘ 54 ”
P3 – P0 = 266 o
15 ‘ 48 ” - 0 o
0 ‘ 24 ” = 266 o
15 ‘ 24 ”
P0 – P1 = 273 o
22 ‘ 00 ” - 0 o
0 ‘ 24 ” = 273 o
21 ‘ 36 ”
∑sudut datar = 1080 o
0‘0 “
 Menentukan Azimuth
Rumus : Azimuth Awal = Stambuk = 40o
00’ 00”
P1 – P2 = 40 o
00 ‘ 00” + 268 o
29 ‘ 6” + 180 o
00 ‘ 00”
=
488 o
29 ‘ 06” - 360 o
00 ‘ 00” = 128 o
29 ‘ 06”
P2 – P3 = 128 o
29 ‘ 06 ” + 271 o
53 ‘ 24 ” + 180 o
00 ‘ 00 ”
= 580 o
23 ‘ 00 ” - 360 o
00 ‘ 00 ” = 220 o
23 ‘ 00 ”
P3 – P0 = 220 o
23 ‘ 00 ” + 266 o
15 ‘ 24 ” + 180 o
00 ‘ 00 ”
= 666 o
38 ‘ 24 ” - 360 o
00 ‘ 00 ” = 306 o
38 ‘ 24
P0 – P1 = 306 o
38 ‘ 24 ” + 273 o
21 ‘ 36 ” + 180 o
00 ‘ 00 ”
= 580 o
00 ‘ 00 ” - 360 o
00 ‘ 00 ” - 180 o
00 ‘ 00 ” = 40o
00’ 00”
 Menentukan Jarak Datar(JD)
Rumus : JD = Jarak Datar x Sin2
Vertikal
P1 – P2 = 70 x Sin (90 o
5’ 8 ”)2
= 70 m
P2– P3 = 70 x Sin (93 o
40 ’ 54 ”)2
= 70 m
P3 – P0 = 70 x Sin (89 o
12 ’ 00 ”)2
= 70 m
P0 – P1 = 72,7 x Sin (87 o
39 ’ 48 ”)2
= 72,7 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 40 -
- 40 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
 Menentukan Selisih Koordinat (∆x dan ∆y)
Rumus : ∆x = Jarak Datar x Sin α
P1 – P2 = 70 x Sin (128 o
26’ 06 ”) = 54,79 m
P2– P3 = 69,86 x Sin (220 o
23 ’ 00 ”) = -45,26 m
P3 – P0 = 69,99 x Sin (306 o
38 ’ 24 ”) = -56,16 m
P0 – P1 = 72,58 x Sin (40 o
00 ’ 00 ”) = 72,58 m +
Σ∆x = 0,02 m
Σ ∆x = 202,86
Rumus : ∆y = Jarak Datar x Cos α
P1 – P2 = 70,00 x Cos (128 o
26’ 06 ”) = -43,56 m
P2– P3 = 69,86 x Cos (220 o
23 ’ 00 ”) = -53,21 m
P3 – P0 = 69,99 x Cos (306 o
38 ’ 24 ”) = 41,77 m
P0 – P1 = 72,58 x Cos (40 o
00 ’ 00 ”) = 55,60 m +
Σ∆y = 0,60 m
Σ ∆y = 193,65
 Menentukan Koreksi Koordinat (δx dan δy)
Rumus : δx = - x [ xPn ]
P1 – P2 = - x [ 54,79 ] = -0,005
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 41 -
- 41 -
Σ∆x
Σ ∆x
0,02
0,02
202,86
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P2– P3 = - x [ 45,26 ] = -0,004
P3 – P0 = - x [ 56,16 ] = - 0,006
P0 – P1 = - x [ 46,65 ] = -0,005
Rumus : δy = - x [ xPn ]
P1 – P2 = - x [ 43,56 ] = -0,14
P2– P3 = - x [ 53,21 ] = -0,16
P3 – P0 = - x [ 41,77 ] = -0,13
P0 – P1 = - x [ 55,60 ] = -0,17
 Menentukan Koordinat Terkoreksi (∆x dan ∆y)
Rumus : ∆x = ∆x x δx
P1 – P2 = 54,79 – 0,005 = 54,785 m
P2– P3 = -45,26 – 0,004 = -45,264 m
P3 – P0 = -56,16 – 0,006 = -56,166 m
P0 – P1 = 46,65 – 0,005 = 46,645 m +
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 42 -
- 42 -
0,02
0,02
202,86
202,86
202,86
Σ ∆y
Σ∆y
0,60
194,14
0,60
0,60
0,60
194,14
194,14
194,14
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
Σ∆x = 0,00 m
Rumus : ∆y = ∆y x δy
P1 – P2 = -43,56 – 0,14 = -43,70 m
P2– P3 = -53,24 – 0,16 = -53,37 m
P3 – P0 = 41,77 – 0,13 = 41,75 m
P0 – P1 = 55,60 – 0,17 = 55,43 m +
Σ∆y = 0,00 m
 Menentukan Koordinat Poligon (∆x dan ∆y)
Rumus : X = X0 + ∆x
X0 = 1000 + Stambuk
= 1040
P1 = 1040
P2 = 1040 + 54,79 = 1094,79
P3 = 1094,79 - 45,26 = 1049,52
P0 = 1049,52 – 56,17 = 993,36
Rumus : Y = Y0 + ∆y
Y0 = 1000 + Stambuk
= 1040
P1 = 1040
P2 = 1040 – 43,70 = 996,30
P3 = 996,30 – 55,37 = 942,93
P0 = 942,93 – 41,64 = 984
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 43 -
- 43 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
 Perhitungan Beda Tinggi
Rumus : Beda Tinggi = Tinggi Pesawat – BT muka + Jarak x Cos
Vertikal
P1 – P2 = 1,360 - 0,765 + 70 x Cos (90 o
5’ 8 ”) = 0,490 m
P2– P3 = 1,410 - 0,895 + 70 x Cos (93 o
40 ’ 54 ”) = -3,980 m
P3 – P0 = 1,405 - 2,010 + 70 x Cos (89 o
12 ’ 00 ”) = 0,370 m
P0 – P1 = 1,425 – 1,200 + 72,7 x Cos (87 o
39 ’ 48 ”) = 3,189 m
 Perhitungan Koreksi Beda Tinggi
Rumus : Koreksi Beda Tinggi =
= - 0,017
 Beda Tinggi Terkoreksi
Rumus : Beda Tinggi Terkoreksi = Beda Tinggi + Koreksi
P1 – P2 = 0,490 – 0,017 = 0,437 m
P2– P3 =-3,980 – 0,017 = -3,997 m
P3 – P0 = 0,370 – 0,017 = 0,353 m
P0 – P1 = 3,189 – 0,017 = 3,172 m +
0
 Menentukan Tinggi Titik
Rumus : Tinggi Titik = Tinggi Titik Awal + Beda Tinggi Terkoreksi
Tinggi Titik Awal = Stambuk = 40
P1 = 40 m
P2 = 40 + 0,472 = 40,472 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 44 -
- 44 -
Selisih {Beda Tinggi (-) – Beda Tinggi 9+)}
Jumlah patok
{3,980 (-) – (0,490 + 0,370 + 3,189
4
=
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P3 = 40,472 – 3,998 = 36,474 m
P0 = 36,474 + 0,355 = 36,829 m
2. Menghitung Koordinat X,Y dan Z Poligon Detail
 Menentukan Jarak Optis(JO)
Rumus : JO = (BA – BB) x 100 x Sin2
Vertikal
P1 a = (0,61 – 0,51) x 100 x Sin (90 o
9’ 0 ”)2
= 10 m
b = (0,99 – 0,81) x 100 x Sin (90 o
7’ 0 ”)2
= 18 m
c = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90 o
1’ 12 ”)2
= 22 m
d = (2,17 – 1,84) x 100 x Sin (90 o
2’ 12 ”)2
= 33 m
P2 e = (1,72 – 1,30) x 100 x Sin (90 o
25’ 48 ”)2
= 42 m
f = (2,36 – 1,96) x 100 x Sin (91 o
44’ 06 ”)2
= 39,96 m
g = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90 o
1’ 12 ”)2
= 22 m
P3 h = (0,61 – 0,51) x 100 x Sin (90 o
9’ 0 ”)2
= 10 m
i = (0,99 – 0,81) x 100 x Sin (90 o
7’ 0 ”)2
= 18 m
j = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90 o
1’ 12 ”)2
= 22 m
k = (2,17 – 1,84) x 100 x Sin (90 o
2’ 12 ”)2
= 33 m
P0 l = (0,61 – 0,51) x 100 x Sin (90 o
9’ 0 ”)2
= 10 m
m = (0,99 – 0,81) x 100 x Sin (90 o
7’ 0 ”)2
= 18 m
n = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90 o
1’ 12 ”)2
= 22 m
o = (2,17 – 1,84) x 100 x Sin (90 o
2’ 12 ”)2
= 33 m
 Menentukan Sudut Datar
Rumus : Sudut Datar = Sudut Depan – Sudut Belakang
P1 a = 97o
32’0” - 270o
0’6” = -172o
28’6” + 360o
0’0” = 187o
31’54”
b = 10o
00’0” - 270o
0’6” = -260o
00’6” + 360o
0’0” = 99o
59’54”
c = 223o
13’12” - 270o
0’6” = -46o
46’54” + 360o
0’0” = 313o
13’6”
d = 207o
32’0” - 270o
0’6” = -62o
51’0” + 360o
0’0” = 297o
9’0”
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 45 -
- 45 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P2e = 301o
26’18” - 346o
0’48” = -440
34’30” + 3600
0’0” = 3150
25’30”
f = 293o
06’54” - 346o
0’48” = -520
53’54” + 3600
0’0” = 3070
06’06”
g = 114o
15’48” - 346o
0’48” = -2310
45’0” + 3600
0’0” = 1280
15’0”
P3 h = 309o
5’18” - 355o
6’12” = -400
0’54” + 3600
0’0” = 3130
59’06”
i = 321o
41’24” - 355o
6’12” = -330
24’48” + 3600
0’0” = 3260
25’12”
j = 160o
14’00” - 355o
6’12” = -1940
52’12” + 3600
0’0” =
1650
07’48”
k = 255o
40’54” - 355o
6’12” = -990
25’18” + 3600
0’0” = 2600
34’42”
P0l = 331o
4’48” - 352o
51’00” = -210
46’12” + 3600
0’0” = 3380
13’48”
m = 316o
13’00” - 352o
51’00” = -360
34’48” + 3600
0’0” =
3230
25’12”
n = 86o
56’30” - 352o
51’00” = -2650
54’30” + 3600
0’0” = 940
5’30”
o = 172o
8’48” - 352o
51’00” = -1800
42’12” + 3600
0’0” =
1790
17’48”
 Menentukan Azimuth
Rumus : Azimuth = Azimuth Awal + Sudut Datar + 1800
Azimuth Awal = Stambuk = 40o
00’ 00”
P1 a = 40o
00‘00” + 187o
31‘54” + 180o
= 4070
31’54” – 3600
= 470
31’54”
b = 40o
00‘00” + 99o
59‘54” + 180o
= 3190
59’54”
c = 40o
00‘00” + 313o
13‘6” + 180o
= 5330
13’6” – 3600
0’0” = 1730
13’6”
d = 40o
00‘00” + 297o
9‘0” + 180o
= 5170
9’0” – 3600
0’0” = 1570
9’0”
P2e = 128o
29‘06” + 315o
25‘30” + 180o
= 623o
54‘36” - 360o
00‘00” = 263o
54‘36 ”
f = 128o
29‘06” + 307o
6‘6” + 180o
= 615o
35’12” - 360o
00‘00” = 255o
35‘12 ”
g = 128o
29‘06” + 128o
15‘0” + 180o
= 436o
44‘6” - 360o
00‘00” = 76o
44‘6 ”
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 46 -
- 46 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P3h = 220o
23‘00” + 313o
59‘6” + 180o
= 714o
22‘6” - 360o
00‘00” = 354o
22‘6”
i = 220o
23‘00” + 326o
35’12” + 180o
= 726o
58‘12” - 360o
00‘00” = 6o
58‘12”
j = 220o
23‘00” + 165o
7‘48” + 180o
= 565o
30‘48” - 360o
00‘00” = 205o
30‘48”
k = 220o
23‘00” + 260o
34‘42” + 180o
= 660o
57‘42” - 360o
00‘00” = 300o
57‘42”
P0 l = 306o
38‘24” + 338o
13‘48” + 180o
= 842o
52‘12” - 360o
00‘00” = 104o
52’12”
m = 306o
38‘24” + 323o
25‘12” + 180o
= 810o
3‘36” - 360o
00‘00” = 90o
03’36”
n = 306o
38‘24” + 94o
5‘30” + 180o
= 580o
43‘54” - 360o
00‘00” = 220o
43’54”
o = 306o
38‘24” + 179o
17‘48” + 180o
= 665o
56‘12” - 360o
00‘00” = 305o
56’12”
 Menentukan Jarak Datar(JD)
Rumus : JD = Jarak Datar x Sin2
Vertikal
P1 a = 10 x Sin (90 o
9’ 0 ”)2
= 10 m
b = 18 x Sin (90 o
7’ 0 ”)2
= 18 m
c = 22 x Sin (90 o
1’ 12 ”)2
= 22 m
d = 33 x Sin (90 o
2’ 12 ”)2
= 33 m
P2e = 42 x Sin (90 o
25 ’ 48 ”)2
= 42 m
f = 39,96 x Sin (91 o
44 ’ 6 ”)2
= 39,92 m
g = 19,88 x Sin (85 o
37 ’ 36 ”)2
= 19,76 m
P3h = 36,89 x Sin (86 o
51 ’ 30 ”)2
= 36,78 m
i = 26 x Sin (89 o
41 ’ 18 ”)2
= 26 m
h = 33,89 x Sin (93 o
14 ’ 00 ”)2
= 33,37 m
h = 70 x Sin (89 o
12 ’ 00 ”)2
= 70 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 47 -
- 47 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
P0 l = 72,7 x Sin (87 o
39 ’ 48 ”)2
= 72,7 m
m = 72,7 x Sin (87 o
39 ’ 48 ”)2
= 72,7 m
n = 72,7 x Sin (87 o
39 ’ 48 ”)2
= 72,7 m
o = 72,7 x Sin (87 o
39 ’ 48 ”)2
= 72,7 m
 Menentukan Selisih Koordinat (∆x dan ∆y)
Rumus : ∆x = Jarak Datar x Sin α
P1 a =10 x Sin (47 o
31 ’ 54 ”) = 7,37 m
b =18 x Sin (319 o
59 ’ 54 ”) = -11,57 m
c =22 x Sin (173 o
13 ’ 6 ”) = 2,597 m
d =33 x Sin (157 o
9 ’ 0 ”) = 12,81 m
P2e = 42 x Sin (263 o
54 ’ 36 ”) = -41,76 m
f = 39,92 x Sin (255 o
35 ’ 12 ”) = -38,66 m
g = 19,76 x Sin (76 o
44 ’ 6 ”) = 19,23 m
P3 h = 36,78 x Sin (354 o
22 ’ 6 ”) = -3,61 m
i = 26 x Sin (6 o
58 ’ 12 ”) = 3,155 m
j = 33,78 x Sin (205 o
30 ’ 48 ”) = -14,55 m
k = 19,70 x Sin (300 o
57 ’ 42 ”) = -16,89 m
P0 l = 42,68 x Sin (104 o
52 ’ 12 ”) = 41,25 m
m = 33,98 x Sin (9 o
3 ’ 36 ”) = 5,35 m
n = 29,74 x Sin (220 o
43 ’ 54 ”) = -19,41 m
o = 17 x Sin (305 o
56 ’ 12 ”) = -13,76 m
Rumus : ∆y = Jarak Datar x Cos α
P1 a =10 x Cos (47 o
31 ’ 54 ”) = 6,75 m
b =18 x Cos (319 o
59 ’ 54 ”) = 13,79 m
c =22 x Cos (173 o
13 ’ 6 ”) = -21,85 m
d =33 x Cos (157 o
9 ’ 0 ”) = -30,41 m
P2e = 42 x Cos (263 o
54 ’ 36 ”) = -4,46 m
f = 39,92 x Cos (255 o
35 ’ 12 ”) = -9,94 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 48 -
- 48 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
g = 19,76 x Cos (76 o
44 ’ 6 ”) = 4,53 m
P3 h = 36,78 x Cos (354 o
22 ’ 6 ”) = 36,6 m
i = 26 x Cos (6 o
58 ’ 12 ”) = 25,81 m
j = 33,78 x Cos (205 o
30 ’ 48 ”) = -30,49 m
k = 19,70 x Cos (300 o
57 ’ 42 ”) = 10,13 m
P0 l = 42,68 x Cos(104 o
52 ’ 12 ”) = -10,95 m
m = 33,98 x Cos (90 o
3 ’ 36 ”) = -0,04 m
n = 29,74 x Cos (220 o
43 ’ 54 ”) = -22,54 m
o = 17 x Cos (305 o
56 ’ 12 ”) = 9,98 m
 Menentukan Koordinat Poligon (∆x dan ∆y)
Rumus : X = X0 + ∆x
X0 = 1000 + Stambuk
= 1040
P1a = 1040 + 7,37 = 1047,37
b = 1040 – 11,57 = 1028,43
c = 1040 + 2,597 = 1042,597
d = 1040 + 12,81 = 1052,81
P2e = 1094,79 – 41,76 = 1053,03
f = 1094,79 – 38,66 = 1056,13
g = 1094,79 + 19,23 = 1114,02
P3h = 1049,52 – 3,61 = 1045,91
i = 1049,52 + 3,16 = 1052,68
j = 1049,52 – 14,55 = 1034,97
k = 1049,52 – 16,89 = 1032,63
P0l = 993,36 + 41,25 = 1034,61
m = 993,36 + 33,98 = 1027,34
n = 993,36 – 19,41 = 973,95
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 49 -
- 49 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
o = 993,36 – 13,76 = 979,60
Rumus : Y = Y0 + ∆y
Y0 = 1000 + Stambuk
= 1040
P1a = 1040 + 6,75 = 1046,75
b = 1040 + 13,79 = 1053,79
c = 1040 – 21,85 = 1018,15
d = 1040 – 31,41 = 1009,59
P2e = 996,30 – 4,46 = 991,84
f = 996,30 – 9,94 = 986,36
g = 996,30 + 4,53 = 1000,83
P3 h = 942,93 + 36,6 = 979,53
i = 942,93 + 25,81 = 968,74
j = 942,93 – 30,49 = 912,44
k = 942,93 + 10,13 = 953,06
P0 l = 984,57 – 10,95 = 973,62
m = 984,57 – 0,04 = 984,53
n = 984,57 - 22,54 = 962,03
o = 984,57 + 9,98 = 994,55
 Perhitungan Beda Tinggi
Rumus : Beda Tinggi = Tinggi Pesawat – BT muka + Jarak optis
x Cos Vertikal
P1 a = 1,360 - 0,56 + 10 x Cos (90 o
9’ 00 ”) = 0,774 m
b = 1,360 - 0,90 + 18 x Cos (90 o
7’ 0 ”) = 0,423 m
c = 1,360 – 2,21 + 22 x Cos (90 o
1’ 12 ”) = -0,858 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 50 -
- 50 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
d = 1,360 – 2,01 + 33 x Cos (90 o
2’ 12 ”) = -0,671 m
P2e = 1,410 – 1,51 + 42 x Cos (90 o
25 ’ 48 ”) = -3,980 m
f = 1,410 – 2,16 + 39,96 x Cos (91 o
44 ’ 06 ”) = -1,960 m
g = 1,410 – 1,78 + 19,88 x Cos (85 o
37 ’ 36 ”) = 1,146 m
P3 h = 1,405 – 1,235 + 36,89 x Cos (86 o
51 ’ 30 ”) = 2,192 m
i = 1,405 – 0,720 + 26 x Cos (89 o
41 ’ 18 ”) = 0,826 m
j = 1,405 – 1,53 + 33,89 x Cos (93 o
14 ’ 00 ”) = -2,636 m
k = 1,405 – 0,41 + 19,70 x Cos (89 o
11 ’ 48 ”) = 0,771 m
P0 l = 1,425 – 1,675 + 42,84 x Cos (86 o
27 ’ 54 ”) = 2,401 m
m = 1,425 – 1,75 + 33,90 x Cos (86 o
27 ’ 36 ”) = 1,748 m
n = 1,425 – 1,060 + 29,87 x Cos (93 o
43 ’ 12 ”) = -1,593 m
o = 1,425 – 1,905 + 17 x Cos (90 o
51 ’ 48 ”) = -0,756 m
 Menentukan Tinggi Titik
Rumus : Tinggi Titik = Tinggi Titik Awal + Beda Tinggi
Tinggi Titik Awal = Stambuk = 40 m
P1 a = 40 + 0,774 = 40,774 m
b = 40 + 0,423 = 40,423 m
c = 40 – 0,858 = 39,142 m
d = 40 – 0,671 = 39,329 m
P2e = 40,472 – 0,415 = 40,057 m
f = 40,472 – 1,960 = 38,512 m
g = 40,472 + 1,146 = 41,618 m
P3h = 36,474 + 2,192 = 38,666 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 51 -
- 51 -
Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan
i = 36,474 + 0,826 = 37,300 m
j = 36,474 – 2,636 = 33,838 m
k = 36,474 + 0,771= 37,245 m
P0 l = 36,829 + 2,401 = 39,230 m
m = 36,829 + 1,748 = 38,577 m
n = 36,829 – 1,593 = 35,236 m
o = 36,829 – 0,756 = 36,073 m
Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 52 -
- 52 -

More Related Content

What's hot

Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonBab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Hendra Supriyanto
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Anindya N. Rafitricia
 
Iuw 4 pengukuran planimetris
Iuw   4 pengukuran planimetrisIuw   4 pengukuran planimetris
Iuw 4 pengukuran planimetris
Kharistya Amaru
 
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
afifsalim
 
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaruBab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
Purwandaru Widyasunu
 

What's hot (20)

Tutorial agisoft metashape pengolahan data drone - edi supriyanto, st
Tutorial agisoft metashape   pengolahan data drone - edi supriyanto, stTutorial agisoft metashape   pengolahan data drone - edi supriyanto, st
Tutorial agisoft metashape pengolahan data drone - edi supriyanto, st
 
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonBab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
 
Laporan Pembuatan Peta Kontur, Peta Lereng, dan Tracing Jalan
Laporan Pembuatan Peta Kontur, Peta Lereng, dan Tracing JalanLaporan Pembuatan Peta Kontur, Peta Lereng, dan Tracing Jalan
Laporan Pembuatan Peta Kontur, Peta Lereng, dan Tracing Jalan
 
GARIS DAN SUDUT.ppt
GARIS DAN SUDUT.pptGARIS DAN SUDUT.ppt
GARIS DAN SUDUT.ppt
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
 
Laporan kalibrasi kamera
Laporan kalibrasi kameraLaporan kalibrasi kamera
Laporan kalibrasi kamera
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
 
MANFAAT PENGINDERAAN JAUH DAN LEMBAGA PENGINDERAAN JAUH DI INDONESIA
MANFAAT PENGINDERAAN JAUH DAN LEMBAGA PENGINDERAAN JAUH DI INDONESIAMANFAAT PENGINDERAAN JAUH DAN LEMBAGA PENGINDERAAN JAUH DI INDONESIA
MANFAAT PENGINDERAAN JAUH DAN LEMBAGA PENGINDERAAN JAUH DI INDONESIA
 
Sistem Tinggi & Perataan bowditch untuk Sipat Datar
Sistem Tinggi & Perataan bowditch untuk Sipat DatarSistem Tinggi & Perataan bowditch untuk Sipat Datar
Sistem Tinggi & Perataan bowditch untuk Sipat Datar
 
Presentasi statistika
Presentasi statistikaPresentasi statistika
Presentasi statistika
 
Hitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur TanahHitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur Tanah
 
Pengukuran dan Pemetaan Hutan
Pengukuran dan Pemetaan HutanPengukuran dan Pemetaan Hutan
Pengukuran dan Pemetaan Hutan
 
Pemetaan digital
Pemetaan digital Pemetaan digital
Pemetaan digital
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
 
Metode tachymetri..
Metode tachymetri..Metode tachymetri..
Metode tachymetri..
 
Iuw 4 pengukuran planimetris
Iuw   4 pengukuran planimetrisIuw   4 pengukuran planimetris
Iuw 4 pengukuran planimetris
 
Bab ii distribusi momen
Bab ii distribusi momenBab ii distribusi momen
Bab ii distribusi momen
 
KALIBRASI KAMERA MENGGUNAKAN SOFTWARE PHOTOMODELLER SCANNER
KALIBRASI KAMERA MENGGUNAKAN SOFTWARE PHOTOMODELLER SCANNERKALIBRASI KAMERA MENGGUNAKAN SOFTWARE PHOTOMODELLER SCANNER
KALIBRASI KAMERA MENGGUNAKAN SOFTWARE PHOTOMODELLER SCANNER
 
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
 
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaruBab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
Bab 1. pendahuluan evaluasi lahan s1 agrotek by ndaru
 

Similar to 62265668 laporan-iu tqqq

Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolitLaporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Rpbowo
 
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docxKelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
AltaEiSultan
 
Seminar kamal farobi fix
Seminar kamal farobi fixSeminar kamal farobi fix
Seminar kamal farobi fix
KamalFarobi
 
Laporan kdv akmal
Laporan kdv akmalLaporan kdv akmal
Laporan kdv akmal
Akmal_sidiq
 

Similar to 62265668 laporan-iu tqqq (20)

Laporan technician surveying/surveyor
Laporan technician surveying/surveyorLaporan technician surveying/surveyor
Laporan technician surveying/surveyor
 
Laporan edit
Laporan editLaporan edit
Laporan edit
 
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolitLaporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
 
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docxKelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
 
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...
 
Fitri
FitriFitri
Fitri
 
Teori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolithTeori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolith
 
Laporan Kartografi Dasar
Laporan Kartografi DasarLaporan Kartografi Dasar
Laporan Kartografi Dasar
 
REVISI LAPORAN ASSYFA.docx
REVISI LAPORAN ASSYFA.docxREVISI LAPORAN ASSYFA.docx
REVISI LAPORAN ASSYFA.docx
 
Ilmu Ukur Tanah - Pengukuran Polar
Ilmu Ukur Tanah - Pengukuran PolarIlmu Ukur Tanah - Pengukuran Polar
Ilmu Ukur Tanah - Pengukuran Polar
 
Lpa11
Lpa11Lpa11
Lpa11
 
Ppt dmp brema firdaus ginting
Ppt dmp brema firdaus gintingPpt dmp brema firdaus ginting
Ppt dmp brema firdaus ginting
 
Pengukuran mendatar
Pengukuran mendatarPengukuran mendatar
Pengukuran mendatar
 
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatLaporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
 
Contok kerangka acuan kerja
Contok kerangka acuan kerjaContok kerangka acuan kerja
Contok kerangka acuan kerja
 
TOPOGRAFI, SURVEY DAN PEMETAAN
TOPOGRAFI, SURVEY DAN PEMETAANTOPOGRAFI, SURVEY DAN PEMETAAN
TOPOGRAFI, SURVEY DAN PEMETAAN
 
Seminar kamal farobi fix
Seminar kamal farobi fixSeminar kamal farobi fix
Seminar kamal farobi fix
 
Contoh Instrumen Penilaian (1).docx
Contoh Instrumen Penilaian (1).docxContoh Instrumen Penilaian (1).docx
Contoh Instrumen Penilaian (1).docx
 
Laporan kdv akmal
Laporan kdv akmalLaporan kdv akmal
Laporan kdv akmal
 
2006 06-pengukuran dan pematokan
2006 06-pengukuran dan pematokan2006 06-pengukuran dan pematokan
2006 06-pengukuran dan pematokan
 

Recently uploaded

Recently uploaded (20)

UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 

62265668 laporan-iu tqqq

  • 1. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan LEMBAR PENGESAHAN Yang bertandatangan dibawah ini menerangkan bahwa : Nama : Restu Tri Novandy Stambuk : F 111 03 021 Kelompok : I (Satu) Tahun Ajaran : 2009 / 2010 Telah mengikuti dan menyelesaikan praktikum “Survey Dan Pemetaan” dengan baik. Adapun materi praktikum yang telah diikuti adalah sebagai berikut ; N o Modul Asisten 1 Sipat Datar (waterpass) 2 Pemetaan (Theodolith) Palu, Juni 2009 Menyetujui, Diperiksa Kepala Laboratorium Dosen Mata Kuliah Ukur Tanah Ir. IRIANTO UNO, M.Sc Ir. IRIANTO UNO, M.Sc NIP. 131 694 281 NIP. 131 694 281 Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 1 - - 1 -
  • 2. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Berkah, Rahmat Dan Hidayah-Nyalah sehingga laporan praktikum Survey Dan Pemetaan ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan ini adalah hasil praktikum di lapangan yang dilaksanakan dalam waktu kurang lebih dua minggu dan dikerjakan perkelompok. Adapun jenis – jenis praktikum yang dilaksanakan, yaitu : 1. Pengukuran Sipat Datar (Waterpass) 2. Pemetaaan (Theodolith) Atas tersusunnya laporan ini, tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kepala Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 2. Koordinator Asisten Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 3. Dosen Kelas Ilmu Ukur Tanah 4. Para Asisten yang telah membimbing dan memberi pengarahan sejak awal sampai tersusunnya laporan ini. 5. Serta semua teman – teman yang telah memberi sumbangsih dan sarannya sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam hal teknik penulisan, tata bahasa maupun isinya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapakan demi penyempurnaan laporan ini pada masa yang akan datang. Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya para pembaca sekalian. Palu, Juni 2009 Penyusun RESTU TRI NOVANDY Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 2 - - 2 -
  • 3. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………. KATA PENGANTAR ……………………………………………….. DAFTAR ISI ………………………………………………………… BAB I TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………… A. Defenisi Ilmu Ukur Tanah ……………………………… B. Tujuan Praktikum Ilmu Ukur Tanah …………………... 1. Tujuan Instruksional Umum ………………………... 2. Tujuan Instruksional Khusus ……………………….. C. Prinsip Dasar Pengukuran ……………………………... D. Skala ……………………………………………………… E. Pengukuran Menyipat Datar …………………………… 1. Defenisi ………………………………………………. 2. Tipe Sifat Datar ……………………………………… a. Metode Sifat Datar Langsung …………………… b. Metode Sifat Datar Tidak Langsung ................... 1) Cara Grafis ...................................................... 2) Cara Analitis .................................................... 3. Metode Pengukuran ............................................... a. Metode Pembacaan Muka dan Belakang ........... b. Metode Garis Bidik .............................................. c. Metode Gabungan ............................................... F. Pengukuran Poligon ..................................................... 1. Defenisi ................................................................... 2. Jenis – jenis Poligon ............................................... 3. Cara Mengukur Sudut ............................................. 4. Memilih titik Poligon ................................................ 5. Perhitungan Poligon ................................................ a. Poligon Terbuka ................................................... Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 3 - - 3 -
  • 4. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan b. Poligon Tertutup ................................................... G. Pengukuran Peta Situasi (Tachymetry) ......................... 1. Defenisi ..................................................................... 2. Garis Kontur ............................................................. a. Defenisi ............................................................... b. Syarat – syarat Kontur ........................................ c. Metode Penggambaran Garis Kontur ................. - Cara Grafis ……………………………………… - Cara Analitis …………………………………….. BAB II. METODOLOGI PELAPORAN …………………………… A. Waktu dan Tempat …………………………………….. 1. Praktikum Sifat Datar ……………………………….. 2. Praktikum Pemetaan ………………………………… B. Langkah Kerja …………………………………………. 1. Pesawat Waterpass …………………………………. - Mewaterpaskan nivo ……………………………….. - Membaca jarak ……………………………………… - Membuat Potongan Memanjang …………………... - Membuat Potongan Melintang ……………………... 2. Pesawat Theodolith …………………………………… - Mewaterpasskan Nivo I ……………………………… - Mewaterpasskan Nivo II …………………………….. - Menyetel Arah Utara ………………………………… - Membuat Poligon Tertutup terikat Sempurna …….. BAB III. DATA DAN SKETSA PEMETAAN ………………………… Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 4 - - 4 -
  • 5. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan BAB IV. HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN A. Pengukuran Sifat Datar 1. Menghitung jarak 2. Menghitung Beda Tinggi 3. Menghitung Tinggi titik Tanah Asli 4. Membuat Gambar - Gambar profil Memanjang (skala ditentukan kemudian) - Gambar Profil Melintang (skala ditentukan Kemudian) 5. Membuat Perencanaan (Asisten atau Dosen yang menentukan) 6. Menghitung luas penampang galian dan timbunan 7. Menghitung Kuantitas Galian Dan Timbunan. B. Pemetaan 1. Menghitung Koordinat X,Y dan Z polygon Utama 2. Menghitung Koordinat X,Y dan Z Titik Detail 3. Menghitung luasan (metode perhitungan luasan ditentukan kemudian) 4. Membuat Peta Topografi di kertas (Skala dan ukuran ditentukan kemudian) DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LEMBAR ASISTENSI Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 5 - - 5 -
  • 6. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Defenisi Ilmu Ukur Tanah Ilmu Ukur Tanah (IUT) adalah ilmu yang berhubungan dengan bentuk muka bumi (topografi), yang berarti ilmu yang bertujuan menggambarkan bentuk topografi muka bumi, dalam bentuk peta dengan segala sesuatu yang ada pada permukaan bumi seperti kota, jalan, sungai, bangunan dan lain – lain dengan skala tertentu. Sehingga dengan mempelajari peta kita dapat mengetahui jarak, arah, dan posisi tempat yang kita inginkan. 1.2 Tujuan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1.2.1 Tujuan Instruksional Umum a. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip – prinsip dalam pengukuran b. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan dalam menggunakan pesawat waterpass dan theodolith. c. Mahasiswa dapat menggunakan pesawat waterpass dan theodolith dengan baik dan benar. d. Mahasiswa dapat melakukan pembacaan data pada alat ukur dalam kegiatan pengukuran. 1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus a. Mahasiswa dapat mengolah dan menghitung data yang diperoleh dalam pengukuran dilapangan dengan benar dan teliti. b. Mahasiswa dapat menggambarkan hasil perhitungan atau data yang telah diolah di atas kertas. Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 6 - - 6 -
  • 7. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan Tujuan mempelajari Ilmu Ukur Tanah : a. Membuat peta b. Menentukan elevasi dan arah c. Mengontrol elevasi dan arah, d. Dan lain-lain 1.3 Prinsip Dasar Pengukuran Untuk Menghindari kesalahan – kesalahan yang mungkin terjadi, maka tugas mengukur harus didasarkan pada prinsip pengukuran yaitu : 1. Perlu adanya pengecekan yang terpisah 2. Tidak adanya kesalahan – kesalahan dalam pengukuran 1.4 Skala Skala adalah perbandingan perbandingan jarak dilapangan dengan jarak diatas peta. Contoh : Peta dengan skala 1 : 100 Berarti 1 cm di atas peta sama dengan 100 cm dilapangan. Macam – macam skala : 1. Skala Grafik 2. Skala representative Fractica, contoh 1 : 100 3. Skala Verbal, contoh 1 cm = 1 Km  Dimensi – dimensi yang dapat di ukur a.Jarak : Adalah garis hubung terpendek antara 2 titik yang dapat diukur dengan menggunakan alat ukur, misalnya : mistar, pita ukur, theodolith, waterpass, dan lain-lain. b.Sudut : Adalah besaran antara 2 arah yang bertemu pada satu titik (untuk menentukan azimuth dan arah). c.Ketinggian: Adalah jarak tegak diatas atau dibarah bidang refiners yang dapat diukur dengan waterpass dan rambu ukur. Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 7 - - 7 -
  • 8. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan 1.5 Pengukuran Dengan Menggunakan Waterpass 1.5.1 Defenisi Suatu tempat di permukaan bumi selain dapat ditentukan posisi mendatarnya dapat juga ditentukan posisi tegaknya. Tinggi suatu titik dapat diartikan tinggi titik tersebut terhadap suatu bidang persamaan yang telah ditentukan. Pengukuran-pengukuran untuk menentukan beda tinggi suatu tempat debug dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari yang paling kasar sampai yang teliti yaitu secara : Barometris, trigonometris, dan secara waterpassing (leveling ). Namun yang akan dibahas pada modul ini adalah mengenai pengukuran waterpass Pengukuran tinggi cara waterpass adalah untuk menentukan beda tinggi secara langsung untuk membuat garis bidik horizontal. Alat yang digunakan adalah waterpass. Pemakaian waterpass selanjutnya dapat diterapkan pada pekerjaan-pekerjaan: pembuatan jalan, saluran irigasi, pematangan tanah , dll. Pesawat waterpass merupakan alat yang berfungsi menentukan beda tinggi suatu tempat dengan batas antara 0 – 3 m, untuk ketinggian di atas 3 m masih bisa hanya saja akan menghabiskan waktu yang banyak. Pesawat waterpass terdiri atas : a.Teropong jurusan Teropong jurusan terbuat dari pipa logam, didalamnya terdapat susunan lensa obyektif, lensa okuler, dan lensa penyetel pusat. Didalam teropong terdapat pula pelat kaca yang di balut dengan bingkai dari logfam (diafragma), sedang pada plat kaca terdapat goresan benang silang b.Niveau Niveau adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk membuat arah- arah horizontal dan vertikal. Menurut bentuknya Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 8 - - 8 -
  • 9. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan niveau dibagi atas dua yaitu niveau kotak dan nivau tabung. Niveau Kotak berada di atas 1.5.2. Tipe Sifat Datar 1.5.2.1 Metode Sifat Datar Langsung misalnya mengukur jarak dengan pita menempatkan busur derajat pada sebuah sudut, atau mengukur sudut dengan theodolith (theodolith kompas). 1.5.2.2 Metode sifat datar tidak langsung pengukuran ini dilakukan bila tidak mungkin menempatkan atau memakai instrument ukur langsung pada jarak atau sudut yang di ukur. Oleh karenanya hasil ukuran ditentukan oleh hubungannya dengan suatu harga lain yang diketahui. Jadi jarak keseberang sungai dapat ketemukan dengan mengukur sebagian jarak disatu sisi, sudut ditiap ujung jarak ini yang di ukur ke titik diseberang, dan kemudian menghitung jarak tadi dengan salah satu rumus trigonometri baku. 1.5.2.2.1 Cara grafis alat ukur penyipat ddatar ditempatkan antara titik A dan titik B, sedang diantara kedua titik tersebut ditempatkan dua mistar. Jarak dari alat ukur penyipat datar kedua mistar, ambillah kira – kira sama, sedang alat ukur penyipat datar tidaklah perlu terletak digaris lurus yang menghubungkan kedua titik tersebut. Arahkan garis bidik dengan gelembung ditengah – tengah ke mistar A (belakang) dan mistar B (muka). Dan misalkan pembacaan pada dua mistar berturut – turut adalah B (belakang) dan A (muka), maka beda tinggi antara titik A dan B adalah t = b – m. Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 9 - - 9 -
  • 10. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan tidaklah selalu mungkin untuk menempatkan alat ukur penyipat datar diantara dua titik A dan B,misalnya karena antara titik A dan B, ada selokan. Maka dengan cara ketiga alat ukur penyipat datar ditempatkan tidak diantara titik A dan B tetapi disebalah kiri titik A atau disebelah kanan titik B, jadi diluar garis A dan B. Pada gambar 1.3 alat ukur penyipat datar diletakkan disebelah kanan titik B.pembacaan yang dilakukan pada mistar yang diletakkan diatas titik- titik A sekarang berturut-turut adalah b dan m, sehingga dapat diperoleh dengan mudah bahwa beda tinggi t=b-m. Gambar 1. Metode sifat datar langsung 1.5.2.2.2 cara analitis pesawawat waterpast diletakkan antara dua mistar yang memberi hasil paling teliti karena kesalahan yang mungkin masih ada dalam pengukuran dapat saling memperkecil, apabila jarak antara pesawat waterpast kedua mistar dibuat sama. Jadi untuk mendapatkan beda tinggi antara dua titik selalu dambil pembacaan mistar muka, sehingga t=b-m, bila hasilnya positif maka titik muka lebih tinggi dari pada titik belakang. Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 10 - - 10 - b b - m m
  • 11. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan Dan bila hadilnya negative, maka titik muka lebih rendah dari pada titik belakang. Setelah beda tinggi antara dua titik ditemukan, maka tinggi suatu titik dapat dicari, bila tinggi titik lainnya telah diketahui. Suatu cara untuk menentukan tinggi suatu titik adalah dengan menggunakan tinggi garis bidik. Deengan diketahui tinggi garis bidik dapatlah dengan cepat dan muda menentukan tinggi titik-titik yang diukur. Tempatkan saja mistar diatas titik itu, arahkan garis bidik kemistar dengan gelembung ditengah-tengah, lakukan pembacaan pada mistar itu.seperti pada gambar 1.4 maka tinggi titik Tt= t.gb =pembacaan pada mistar.n 1.5.3 Metode Pengukuran Dalam pengukuran waterpass digunakan 3 cara yaitu metode loncat ( muka belakang ) dan metode garis bidik serta metode gabungan keduanya. 1.5.3.1 Metode Loncat Metode Loncat biasanya digunakan pada pengukuran jaringan irigasi atau pengukuran memanjang tanpa diselingi potongan melintang, karena pada metode loncat , pesawat waterpass berda ditengan- tengah antara patok 1 dan 2 atau berada pada patok genap sedangkan rambu berada pada patok ganjil. Untuk pengukuran melintang hal ini agak sulit dilakukan karena pesawat tidak berdiri di semua patok. Untuk itulah digunakan garis Badik. Adapun keunggulan dan kelemahan metode loncat adalah sebagai berikut : - Metode Loncat bisa mengukur jarak dan beda tinggi - Tidak efisien digunakan dalam pengukuran jalan yang tiap 25m di buat potongan melintang. Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 11 - - 11 -
  • 12. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan - Pesawat harus pas diatas patok sehingga menyulitkan pengukuran pada areal daerah yang padat (dalam hal ini jalan raya ). 1.5.3.2 Metode garis bidik Metode garis bidik merupakan metode yang praktis dalam menentukan profil melintang di banding dengan metode loncat. Prinsip kerja metode ini adalah metode ini hanya mengukur beda tinggi. Adapun keunggulan dan kelebihannya adalah : - Garis bidik sangat efisien dalam pengukuran melintang khususnya di jalan - Garis Bidik hanya mampu menentukan beda tinggi suatu wilayah namun tidak bisa membaca jarak - Jarak antar patok harus diukur terlebih dahulu. - Pesawat bisa diletakkan dimanapun yang kita suka karena metode ini hanya untuk menentukan garis Bidik. 1.5.3.3 Metode gabungan Metode ini merupakan gabungan dari kedua metode diatas, namun harus diperhatikan bahwa dalam menentukan beda tinggi suatu wilayah metode perhitungannya harus tersendiri tidak bisa dicampur baur karena mempunyai prinsip yang berbeda. 1.6 Pengukuran Poligon 1.6.1 Defenisi Pengukuran poligon dimaksud menghitung koordinat, ketinggian tiap-tiap titik polygon untuk itu kita mengadakan pengukuran sudut dan jarak dengan mengikatkan pada suatu titik tetap seperti titik Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 12 - - 12 -
  • 13. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan triangulasi, jembatan dan lain-lain yang sudah diketahui koordinat dan ketinggiannya. 1.6.2 Jenis – jenis Poligon 1.6.2.1 Poligon Terbuka Poligon terbuka merupakan serangkaian garis berurutan yang berhubungan namun tidak kembali ketitik awal atau terikat pada suatu titik dengan ketelitian yang sama atau lebih tinggi ordenya. Dalam polygon terbuka, pengukuran harus berulang – ulang agar tidak terjadi kesalahan. 1.6.2.2. Poligon Tertutup Pada poligon ini titik awal dan titik akhir merupakan satu yang sama. Bila pengukuran sudut tidak sesuai dengan rumus diatas maka harus diratakan sehingga memenuhi syarat diatas. Poligon Tertutup antara 2 titik yang diketahui Pengukuran di mulai dari titik AB dimana azimuth AB diketahui dan terakhir di titik CD azimuth sebagai kontrol : azimuth CD yang hasil perhitungan harus sama dengan azimuth CD yang diketahui, Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 13 - - 13 - R o Poligon terdahulu azimuth diketahui Poligon baru azimuth diketahui
  • 14. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan toleransinya ± 30″ √ n menit. Di sini juga harus dilakukan perataan bila tidak memenuhi ketentuan diatas. 1.6.3 Cara Mengukur Sudut Berbagai metode digunakan dalam pengukuran sudut atau arah garis polygon, yaitu : 1.6.3.1 Pengukuran polygon dengan sudut dalam Sudut dalam dipakai hampir khusus pada pengukuran polygon hak milik. Sudut – sudut itu bisa dibaca baik searah maupun berlawanan arah jarum jam, sewaktu pengukuran maju keliling polygon kekiri atau kekanan, tetapi merupakan praktek yang baik bila semua sudut diukur searah jarum jam. 1.6.3.2 Pengukuran polygon dengan sudut arah kompas Sudut arah terbaca langsung pada kompas sewaktu bidikan sepanjang garis (jurusan) polygon. Untuk menentukan orientasi dari sudut arah, akan dipakai sudut arah berhitung berdasarkan pembacaan lingkaran horizontal dan pembacaan kompas dipakai sebagai pengecekan saja. 1.6.3.3 Pengukuran polygon dengan sudut kekanan. Sudut – sudut diukur searah jarum jam dari bidikan belakang pada garis sebelumnya. Prosedur yang digunakan hampir sama dengan pengukuran polygon azimuth kecuali bahwa bidikan belakang dibuat dengan piringan terbaca nol dan bukan azimuth belakang. Sudut – sudut dapat dicek dan diperbaiki dengan pengukuran rangkap dua, atau diuji harga kasarnya dengan pembacaan kompas. 1.6.3.4 Pengukuran polygon dengan azimuth Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 14 - - 14 -
  • 15. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan Azimuth diukur dari sebuah arah acuan yang harus ditentukan dari pengukuran sebelum nya, jarum magnetic serta pengamatan matahari atau bintang. Azimuth diukur searah jarum jam dari ujung meridian lewat titik sudut. Bila lingkaran terbaca nol, teropong terarah keutara sebenarnya sebagai pengecekan jika sedang dipakai transit yang dilengkapi kompas, jarum jam dapat diturunkan dan dapat dibaca. Jika teropong mengarah keutara, jarum jam harus menunjukan besarnya deklinasi ditempat tersebut. Transit diorienntasikan disetiap pemasanngan instrument dengan bidikan pada titik sebelumnya dengan azimuth belakangan pada lingkaran atau azimuth garis dipinggirkan. 1.6.3.5 Pengukuran polygon dengan sudut belokan sudut belokan adalah sudut horizontal yang dari perpanjangan garis sebelumnya, kekanaan atau kekirir sampai garis berikutnya. Untuk menghindari ralat, sudut biasanya dilipat duakan atau dilipat tempattkan. 1.6.3.6 memilih titik polygon kedudukan yang dipilih untuk memasang stasiun beragam menurut jenis pengukurannya. Misalnya saa pada pengukuran jalur lintas, stasiun diletakkan ditiap titik sudut dan lokasi lainnya dimana perlu untuk memeperoleh data topografi atau meluaskan pengukuran. Polygon yang diukur untuk menentukan titik dasar pemetaan topografi digunakan sebagai kerangka acuan detail seperti jalan, bangunan, sungai dan bukit. Lokasi dapat ditentukan agar dapat meliputi seluruh wilayah yang dipetakan. Cabang yang terdiri dari satu garis atau lebih sehingga dapat membentuk polygon terbuka untuk mencapai titik-titik yang menguntungkan. 1.7 Pengukuran peta situasi (tachymetry) 1.7.1 Definisi Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 15 - - 15 -
  • 16. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan Peta situasi adalah peta yang dilengkapi dengan garis-garis kontur yang menunjukan ketinggian suatu tempat. Peta yang umumnya digunakan untuk rencana pembangunan, proyek-proyek pengairan, bendungan, jalan raya, dan lain-lain, adalah peta situasi yang dilengkapi dengan garis kontur termasuk juga kedudukan bangunan- bangunan permanent, atau bangunan yang dibuat oleh manusia. 1.7.2 Garis kontur 1.7.2.1 Definisi Garis kontur adalah garis-garis yang menunjukan tempat- tempat yang mempunyai ketinggian yang sama dilapangan terhadap bidang referensi. 1.7.2.2 Syarat – syarat kontur Syarat-syarat kontur adalah : 1. merupakan garis yang continue 2. tidak dapat bertemu atau memotong garis kontur lainnya. 3. tidak dapat bercabang menjadi garis kontur lainnya, kecuali pada hal-hal kritis seperti jurang atau tebing. 1.7.2.3 Metode penggambaran garis kontur 1.7.2.3.1 Cara Grafis Dengan cara ini gari kontur diikuti secara fisis pada permukaan bumi. Pekerjaan ini adalah kebalikan dari cara sifat datar, dimana akhirnya ketinggian titik-titik akan diketahui dan ini sangat diperlukan dalam penarikan garis kontur. Untuk menentukan posisi garis kontur dilakukan dua tahap, yaitu: 1. sifat datar 2. interplasi garis kontur. 1.7.2.3.2 Cara Analitis Dengan cara ini garis kontur tidak dapat dilakukan langsung kecuali beberapa titik – titik ditentukan dan Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 16 - - 16 -
  • 17. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan posisi garis – garis kontur dilakukan dengan cara interpolasi. Cara ini dilakukan 3 tahap, yaitu : 1. Penentuan grid 2. Sifat datar 3. Interpolasi Garis Kontur BAB II METODOLOGI PELAPORAN 2.1 Waktu dan Tempat 2.1.1 Praktikum Sifat Datar Hari / Tanggal : Sabtu, 28 Maret 2009 Jam : 08.00 s/d selesai Lokasi : Jembatan Batu Tela 2.1.2 Praktikum Pemetaan Hari / Tanggal : Sabtu, 21 Maret 2009 Jam : 08.00 s/d selesai Tempat : Jembatan Batu Tela 2.2 Langkah Kerja 2.2.1 Pesawat Waterpass 2.2.1.1 Mewaterpasskan Nivo a. Mengatur/memeriksa garis arah nivo tegak lurus gbr. I. 1. Tempatkan dan steel pesawat waterpas 2. Ketengahkan nivo dengan sekrup penyetel AB dan C 3. Putar teropong ke arah 90° & 180°, jika gelembung nivo tetap berada ditengah-tengah berarti garis arah nivo tegak lurus sumbu I 4. Jika setelah teropong diputar ke arah 90° & 180°, gelembung nivo berubah maka atur kembali sekrup penyetel AB & C sehingga gelembung nivo berada ditengah-tengah. Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 17 - - 17 -
  • 18. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan 5. Jika pekerjaan di A telah dikerjakan berulang kali tetapi gelembung nivo tidak bisa ditengah, berarti garis lurus arah nivo tidak tegak lurus dengan bagian I dan perlu diadakan koreksi nivo. 6. Koreksi nivo dilakukan dengan mengembalikan gelembung nivo setengahnya dengan sekrup penyetel AB & C dan setengahnya dikembalikan dengan sekrup koreksi nivo. b. Memeriksa/Mengatur benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu I. 1. Tempatkan dan steel pesawat waterpas sehingga sumbu I tegak lurus seperti angka penyetelan pesawat waterpas. 2. Bidik suatu titik target sehingga titik tersebut terletak di salah satu ujung benang mendatar diafragma. (Misal titik target terletak di ujung kiri). 3. Putar teropong ke arah titik tersebut sehingga titik tersebut terletak di ujung kanan mendatar diafragma. 4. Bila titik tersebut berimpit dengan ujung kanan benang mendatar, berarti benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu I. 5. Jika titik target tersebut tidak berimpit dengan ujung kanan benang mendatar diafragma, berarti ada kesalahan (benang mendatar diafragma tidak tegak lurus sumbu I). 6. Untuk mengoreksinya, hilangkan setengah dengan mengatur sekrup koreksi diafragma, maka benang mendatar diafragma akan tegak lurus sumbu I. 7. Ulangi pekerjaan ini dari awal, sehingga pada pemutaran teropong dengan sumbu I sebagai sumbu putar titik target tetap berimpit dengan benang mendatar diafragma. Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 18 - - 18 -
  • 19. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan c. Memeriksa/ Mengatur garis bidik sejajar dengan garis arah nivo. 1. Tentukan titik A, B, C, dan D yang terletak pada satu garis lurus dan buat jarak AC – CB = BD. 2. Letakkan pesawat di titik C, steel sehingga memenuhi syarat guna mengadakan pengukuran. 3. Letakkan bak ukur pada titik A & B 4. Baca bak di A & B dan catat hasil pembacaannya. Misal : pembacaan bak di A = a pembacaan bak di B = b 5. Pindahkan pesawat di D, steel sehingga memenuhi syarat pengukuran. 6. Baca bak ukur di A & B. Misal : pembacaan bak di A = C pembacaan bak 7. Hitung beda tinggi A – B berdasarkan bacaan pertama : (a – b) = h1 8. Hitung beda tinggi A – B berdasarkan bacaan kedua : (c – d) = h2 9. Jika h1 = h2 berarti garis bidik // garis arah nivo. 10. Jika h1 = h2 berarti garis titik tidak sejajar garis arah nivo dan harus dikoreksi. (Seperti terlihat pada gambar, jika garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo, maka garis bidik akan membentuk sudut α terhadap garis nivo) 11.Cari harga x dan y. Lihat ∆ cpd dan ∆ cyt 2 ∆ cpd  cyt 2 karena d1 = d2 = d3 maka dx = 1/3 cy p = d + h1 cp = c – p Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 19 - - 19 -
  • 20. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan dx = ½ cp → x = d – dx y = c – cy 12.Teropong diarahkan ke bak A 13.Dengan sekrup koreksi diafragma benang tengah dikoreksi sehingga pembacaan = y 14.Untuk pengecekan, arahkan teropong ke bak B dan pembacaan harus = x 2.2.1.2. Membuat Potongan Memanjang Metode Loncat 1. Tentukan titik- titik acuan yang akan diukur. a. Pengukuran Jarak Optis a.1. Tempatkan dan steel pesawat kira-kira di tengah – tengah antara titik T1 dan T2 (slag I). Penempatan pesawat harus satu garis dengan T1 dan T2 a.2. Tempatkan bak ukur di atas patok. Titik T1 sebagai bak belakang dan titik T2 sebagai bak muka. a.3. Bidik teropong ke bak belakang (T1) kemudian baca BT, BA, dan BB pada buku ukur a.4. Turunkan bak ke muka tanah pada titik T1 tersebut dan lakukan pembacaan seperti pada a.3. a.5. Putar teropong dan bidik bak muka serta lakukan pembacaan seperti pada a.3. dan a.4. a.6. Pesawat dipindahkan ke slag II (antara T2 dan T3). Dengan cara yang sama dengan langkah a.1 s/d a.5 lakukan pembacaan bak muka dan bak belakang. a.7. Begitu seterusnya sampai dengan slag terakhir. Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 20 - - 20 -
  • 21. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan a.8. Jarak T1T2 adalah jarak pesawat ke bak belakang + jarak pesawat ke bak muka. Demikian juga pada slag-slag berikutnya. b. Pengukuran Jarak Rantai. b.1. Tempatkan dan steel pesawat kira-kira ditengah-tengah antara T1 dan T2 (slag I). b.2. Tempatkan bak ukur di T1 sebagai bak belakang dan di T2 sebagai bak muka. b.3. Bidik teropong ke bak belakang, baca dan catat pembacaan BT, BA, dan BB. b.4. Turunkan bak ke muka tanah pada titik T1 tersebut dan lakukan pembacaan seperti b.3. b.5. Putar teropong dan bidik bak muka serta lakukan pembacaan seperti b3 dan b4 . b.6. Ukur jarak T1 T2 (slag I) dengan rantai ukur atau pita ukur. b.7. Dengan cara yang sama pengukuran dilanjutkan pada slag II, III, …… sampai slag terakhir. Metode garis bidik 1. Tentukan patok- patok yang akan diukur dan berikan tanda sesuai jarak patok tersebut. Misalnya Sta 0+25, Sta 0+50, dan sebagainya. 2. Sebelum memberikan tanda ukur jarak antar patok tersebut dengan menggunakan roll meter. 3. Dirikan pesawat waterpass di tempat yang kita inginkan dengan catatan bahwa minimal ada 2 titik yang bisa dilihat dari tempat berdirinya pesawat. 4. Letakkan bak ukur pada titik awal yang biasanya dikenal dengan Sta 0+00. 5. Arahkan Teropong kearah bak ukur dan pembacaan ini dinamakan pembacaan belakang . Setelah itu baca bak Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 21 - - 21 -
  • 22. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan ukur pada benang tengah sedangkan benang atas dan bengan bawah tidak perlu dibaca.Benang tengah ini merupakan garis bidik yang menjadi patokan untuk perhitungan beda tinggi titik selanjutnya. 6. Selanjutnya arahkan pesawat kesamping kiri kanan sta 0+00 dan pembacaan ini dinamakan pembacaan detail melintang jalan. 7. Baca benang tengah dari masing- masing titik 8. Setelah itu lanjutkan kepatok berikutnya, Jika patok ( sta ) berada didepan pesawat maka pembacaan tersebut dikatakan sebagai pembacaan depan. Jika semuanya telah selesai pindahkan pesawat untuk melihat titik selanjutnya. 9. Setelah pesawat dipindahkan, maka arahkan pesawat ketitik akhir pembacaan pesawat pertama atau dalam hal ini titik yang diketahui tingginya, karena benang tengah tersebut akan menjadi garis bidik titik berikutnya. 10.Ulangi langkah kerja diatas sampai pengukuran selesai. 2.2.1.3 Membuat Potongan Melintang 1. Tentukan posisi dari profil tersebut terhadap travers yang telah ditentukan dengan cara sebagai berikut. a. Tempatkan dan steel pesawat pada titik travers yang akan diukur profilnya sedemikian rupa sehingga sumbu I tepat di atas titik tersebut. Misal titik T1. b. Bidik teropong ke titik T2, kemudian putar alhidade horisontal sehingga index lingkaran tepat pada angka nol dari skala lingkaran. c. Putar teropong, ke kiri atau ke kanan, tergantung dari posisi profil yang diinginkan, maka buat sudut terhadap T1 T2 misal 90°. Kemudian pasang patok pembantu pada ujung profil tersebut misal titik a. Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 22 - - 22 -
  • 23. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan d. Putar teropong 180° untuk menentukan ujung lain dari profil tersebut misal titik a . 2. Dalam hal penentuan posisi dari profil, selain dilakukan seperti langkah no.1 yang bisa dibaca dan dicatat dengan jarak optis dan beda tinggi. Penentuan posisi dari profil ini dapat juga ditentukan dengan perkiraan, tergantung kebutuhan. 3. Tempatkan dan steel pesawat pada suatu titik diluar garis profil, sedemikian rupa sehingga dari titik tersebut dapat membidik sepanjang profil yang akan diukur. 4. Pasang bak ukur T1 bidikkan teropong pada bak ukur tersebut dan lakukan pembacaan BT, BA dan BB yang tercatat pada buku ukur. 5. Pasang bak ukur pada titik a (dalam hal ini bak ukur diletakkan di atas tanah) dan lakukan pembacaan seperti langkah 3. 6. Lakukan pembacaan pada setiap perubahan kemiringan tanah sepanjang garis profil tersebut, misal titik b, c, d, …….. dan seterusnya sampai ke ujung profil yang telah ditentukan. 7. Ukur jarak ab, bc, cd,………. Dan seterusnya dengan pita ukur atau rantai ukur. 8. Pengukuran dilanjutkan pada profil berikutnya (T2, T3 ……. dan seterusnya). 9. Hitung dan gambar hasil pengukuran tersebut. 2.2.1 Pesawat Theodolith 2.2.1.2 Mewaterpaskan Nivo I 1. Tempatkan nivo sejajar dengan dua sekrup penyetel A & B, (lihat gbr. 8-2a) dan dengan dua sekrup penyetel ini gelembung nivo ditempatkan de tengah – tengah. 2. Putar nivo 180° dengan sumbu I sebagai sumbu putar. Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 23 - - 23 -
  • 24. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan a. Bila gelembung tetap di tengah –tengah pekerjaan di lanjutkan ke langkah 4. b Bila gelembung tetap di tengah –tengah lagi, coba ulangi dulu dari langkah kesatu, dan bila beberapa kali diulangi ternyata gelembung tidak juga di tengah –tengah setelah nivo diputar 180°, maka kembalikan gelembung setengahnya lagi dengan sekrup koreksi nivo dan setengahnya lagi dengan sekrup penyetel A & B. 3. Ulangi pekerjaan sedemikian rupa hingga gelembung tetap di tengah-tengah sebelum dan sesudah nivo diputar 180° dengan sumbu I sebagai sumbu putar. 4. Putar nivo 90° dengan sumbu I sebagai sumbu putar dan gelembung nivo ditengahkan dengan memutar sekrup penyetel C, maka sumbu I tegak lurus pada dua garis jurusan yang mendatar dan akan letak vertikal. 5. Ulangi pekerjaan hingga bila nivo di putar ke semua jurusan gelembung tetap di tengah-tengah. 2.2.1.2 Mewaterpaskan Nivo II Bila ada nivo lain yang biasanya dipasang pada kaki penyangga sumbu II (nivo B) dan tegak lurus terhadap nivo yang terletak di atas alhidade horizontal (nivo A) maka langkah pekerjaan sebagai berikut : 1. Tempatkan nivo A sejajar dengan sekrup A & B dan nivo B dengan sendirinya ke arah sekrup penyetel C (lihat gbr. 8- 2b) 2. Tempatkan gelembung kedua nivo di tengah –tengah dengan sekrup penyetel A, B, & C. 3. Putar nivo 180° dengan sumbu I sebagai sumbu putar. Bila gelembung kedua nivo tetap di tengah-tengah berarti pesawat sudah baik (sumbu satu telah vertikal). Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 24 - - 24 -
  • 25. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan 4. Bila gelembung nivo pindah dari tengah-tengah, coba ulangi lagi dari langkah ke satu. Dan bila beberapa kali diulangi gelembung tidak juga ditengah-tengah, setengahnya dengan sekrup koreksi nivo masing-masing, maka sumbu I akan tegak lurus pada garis arah kedua nivo. 5. Kembalikan gelembung setengahnya lagi, nivo A dengan sekrup penyetel A & B dan nivo B dengan sekrup penyetel C. 6. Ulangi pekerjaan, sehingga pada semua jurusan gelembung nivo selalu di tengah – tengah yang berarti sumbu I telah vertikal. Memeriksa Sumbu Ii ⊥ Sumbu I Dan Garis Bidik ⊥ Sumbu Ii 1. Tempatkan dan steel pesawat ± 5 m di muka suatu dinding (tembok) yang terang. Sumbu I di anggap sudah baik. 2. Dengan garis bidik mendatar dan kira-kira tegak lurus pada dinding di buat suatu titik T pada dinding yang berimpit dengan titik potong dua benang diafragma. 3. Dengan menggunakan unting-unting, pada dinding dibuat titik P vertikal di atas T yang tingginya dua kali titik T (tinggi titik T = tinggi sumbu II) dan titik Q vertikal di bawah titik T dan letak dikaki dinding. 4. Pada titik P & Q dipasang kertas milimeter atau kertas skala mendatar sedemikian rupa hingga titik nol skala berimpit dengan titik P & Q. 5. Bidik teropong ke titik T, putar teropong ke atas ( ke arah titik P) dan ke bawah (ke arah titik Q) dengan sumbu II sebagai sumbu putar, maka akan didapat 4 macam kemungkinan. 5. a. Sewaktu teropong di bidik ke titik P garis bidik (perpotongan benang silang) akan berimpit dengan titik Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 25 - - 25 -
  • 26. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P dan sewaktu teropong dibidik ke titik Q garis bidik akan berimpit dengan titik Q (lihat gbr. 8-3a). Maka dalam hal ini pesawat sudah baik (sumbu II ⊥ sumbu I dan garis bidik ⊥ sumbu II). 5. b.Sewaktu teropong di bidik ke titik P, garis bidik akan menunjuk ke A (sebelah kiri atau kanan P) dan sewaktu di bidik ke titik Q garis bidik akan menunjuk ke B yang bersebelahan dengan titik A dan PA = QB = x . Jalannya garis bidik adalah ATB (lihat gbr . 8-3b). 5. b.1. Bidikan teropong ke titik A b.2. Dengan sekrup koreksi sumbu II, garis bidik di geser hingga berimpit dengan titik P b.3 Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di putar ke atas dan ke bawah, garis bidik akan melukiskan P.T.Q. 5. c.Sewaktu teropong dibidik ke titik P, garis bidik akan menunjuk ke titik C sebelah kiri atau kanan titik P (lihat gbr. 8-3c) dan sewaktu teropong di bidik ke titik Q, garis bidik akan menunjuk ke titik D yang berada pada belahan yang sama dengan titik C. PC = QD = Y Maka dalam hal ini terdapat kesalahan garis bidik tidak tegak lurus sumbu II, tapi sumbu II telah ⊥ sumbu I. c.1.Bidik teropong ke titik C c.2. Dengan sekrup koreksi diafragma, garis bidik di geser hingga berimpit dengan titik P. c.3.Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di putar dari atas ke bawah atau sebaliknya garis bidik akan melukiskan PTQ 5.d. Sewaktu teropong dibidik ke titik P, garis bidik akan menunjuk ke titik G sebelah kanan atau kiri titik P (lihat Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 26 - - 26 -
  • 27. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan gbr. 8-3d) dan sewaktu teropong dibidik ke titik Q garis bidik akan menunjuk ke titik H, sebelah kanan atau kiri titik Q. Tapi PQ = a ≠ QH = b. Maka hal ini menunjukkan adanya kesalahan kombinasi, yaitu sumbu II tidak tegak lurus sumbu I dan garis bidik tidak tegak lurus sumbu II. 5.d.1. Hitung besarnya x & y . a = x + y x = 1/2 (a – b) b = x – y y = 1/2 (a + b) d.2. Bidik teropong ke skala atas (titik G). d.3.Putarlah sekrup koreksi sumbu II sedemikian rupa hingga pembacaan skala = Y (Y = pengaruh tidak tegak lurusnya garis bidik terhadap sumbu II) d.4.Ulangi pekerjaan hingga bila teropong dibidik kan ke skala atas maupun bawah pembacaan sama dengan y dan terletak pada belahan yang sama terhadap garis PTQ yang berarti sumbu II telah tegak lurus sumbu I. d.5.Bidik kembali teropong ke skala atas. d.6.Putarlah sekrup koreksi diafragma sedemikian rupa hingga garis bidik menunjuk skala nol (berimpit dengan titik P) d.7.Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di arahkan dari atas ke bawah atau sebaliknya garis bidik tetap berimpit dengan PTQ. d.8.Pesawat telah baik. Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 27 - - 27 -
  • 28. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan BAB III DATA DAN SKETSA PEMETAAN Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 28 - - 28 -
  • 29. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Pengukuran Sipat Datar 1. Jarak Antar Patok a. Patok Utama Rumus : Jarak Optis = (BA – BB) x 100 P0 – P1 = (2,635 – 2,385) x 100 = 25 m P1 – P2 = (3,232 – 2,982) x 100 = 25 m P2 – P3 = (3,520 – 3,270) x 100 = 25 m P3 – P4 = (3,130 – 2,880) x 100 = 25 m b. Patok Detail Rumus : Jarak Optis = (BA – BB) x 100 P0 – a = (1,449 – 1,431) x 100 = 1,80 m P0 – b = (2,702 – 2,631) x 100 = 7,1 m P0 – c = (2,857 – 2,720) x 100 = 13,7 m P0 – d = (2,715 – 2,508) x 100 = 20,7 m P0 – e = (2,745 – 2,450) x 100 = 29,50 m P0 – f = (0,895 – 0,812) x 100 = 8,30 m P0 – g = (1,361 – 1.237) x 100 = 12,4 m P0 – h = (1,431 – 1,275) x 100 = 15,60 m Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 29 - - 29 -
  • 30. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P1 – a = (1,558 – 1,538) x 100 = 2 m P1 – b = (2,667 – 2,647) x 100 = 3 m P1 – c = (2,967 – 2,898) x 100 = 6,9 m P1 – d = (2,992 – 2,851) x 100 = 14,1 m P1 – e = (2,782 – 2,608) x 100 = 17,4 m P1 – f = (2,910 – 2,660) x 100 = 25,0 m P1 – g = (1,338 – 1,314) x 100 = 2,4 m P1 – h = (1,458 – 1,392) x 100 = 6,6 m P1 – i = (1,548 – 1,419) x 100 = 12,9 m P1 – j = (1,664 – 1,490) x 100 = 17,4 m P1 – k = (1,171 – 0,975) x 100 = 19,6 m P1 – l = (0,770 – 0,531) x 100 = 23,9 m P2 – a = (2,201 – 2,159) x 100 = 4,2 m P2 – b = (2,982 – 2,901) x 100 = 8,1 m P2 – c = (4,021 – 3,917) x 100 = 10,4 m P2 – d = (2,835 – 2,705) x 100 = 13 m P2 – e = (2,931 – 2,710) x 100 = 22,1 m P2 – f = (1,564 – 1,539) x 100 = 2,50 m P2 – g = (1,781 – 1,728) x 100 = 5,30 m P2 – h = (1,152 – 1,062) x 100 = 9,0 m P2 – i = (1,152 – 0,995) x 100 = 15,7 m P2 – j = (1,118 – 0,819) x 100 = 29,9 m P3 – a = (2,140 – 2,110) x 100 = 3 m P3 – b = (1,529 – 1,448) x 100 = 8,1 m P3 – c = (2,489 – 2,364) x 100 = 12,5 m P3 – d = (2,959 – 2,758) x 100 = 20,1 m P3 – e = (2,360 – 2,090) x 100 = 27 m P3 – f = (1,954 – 1,908) x 100 = 4,60 m P3 – g = (1,230 – 1,150) x 100 = 8 m P3 – h = (0,989 – 0,790) x 100 = 19,9 m Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 30 - - 30 -
  • 31. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P3 – i = (1,232 – 0,932) x 100 = 30 m P4 – a = (1,329 – 1,294) x 100 = 3,5 m P4 – b = (1,993 – 1,869) x 100 = 12,4 m P4 – c = (2,195 – 2,005) x 100 = 19 m P4 – d = (2,892 – 2,592) x 100 = 30 m P4 – e = (1,407 – 1,385) x 100 = 2,2 m P4 – f = (2,050 – 1,972) x 100 = 7,80 m P3 – g = (1,409 – 1,289) x 100 = 12,0 m P3 – h = (1,755– 1,455) x 100 = 30 m 2. Menghitung Beda Tinggi a. Patok Utama Rumus : Beda Tinggi = BT – TA (Pembacaan belakang) Beda Tinggi = TA – BT (Pembacaan depan) P0 – P1 = 1,330 – 2,507 = - 1,177 m P1 – P2 = 1,425 – 3,107 = - 1,682 m P2 – P3 = 1,765 – 3,395 = - 1,630 m P3 – P4 = 1,770 – 3,005 = - 1,235 m b. Patok Detail Patok P0 Beda Tinggi = TA.P0 – BT detail P0 – a = 1,330 – 1,439 = - 0,109 m P0 – b = 1,330 – 2,666 = - 1,336 m P0 – c = 1,330 – 2,789 = - 1,459 m P0 – d = 1,330 – 2,661 = - 1,281 m P0 – e = 1,330 – 2,597 = - 1,267 m P0 – f = 1,330 – 0,853 = 0,477 m P0 – g = 1,330 – 1,300 = 0,030 m Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 31 - - 31 -
  • 32. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P0 – h = 1,330 – 1,354 = - 0,024 m Patok P1 Beda Tinggi = TA.P1 – BT detail P1 – a = 1,425 – 1,548 = - 0,123 m P1 – b = 1,425 – 2,661 = - 1,236 m P1 – c = 1,425 – 2,932 = - 1,507 m P1 – d = 1,425 – 2,921 = - 1,496 m P1 – e = 1,425 – 2,695 = - 1,270 m P1 – f = 1,425 – 2,785 = - 1,360 m P1 – g = 1,425 – 1,326 = 0.099 m P1 – h = 1,425 – 1,425 = 0 m P1 – i = 1,425 – 1,483 = - 0,058 m P1 – j = 1,425 – 1,577 = - 0,152 m P1 – k = 1,425 – 1,072 = 0,353 m P1 – l = 1,425 – 1,651 = 0,774 m Patok P2 Beda Tinggi = TA.P2 – BT detail P2 – a = 1,765 – 2,180 = - 0,415 m P2 – b = 1,765 – 2,941 = - 1,176 m P2 – c = 1,765 – 3,969 = - 2,204 m P2 – d = 1,765 – 2,770 = - 1,005 m P2 – e = 1,765 – 2,820 = - 1,055 m P2 – f = 1,765 – 1,551 = 0,214 m P2 – g = 1,765 – 1,754 = 0,011 m P2 – h = 1,765 – 1,107 = 0,658 m P2 – i = 1,765 – 1,073 = 0,692 m P2 – j = 1,765 – 0,968 = 0,797 m Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 32 - - 32 -
  • 33. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan Patok P3 Beda Tinggi = TA.P3 – BT detail P3 – a = 1,770 – 2,125 = - 0,355 m P3 – b = 1,770 – 1,488 = - 0,282 m P3 – c = 1,770 – 2,426 = - 0,656 m P3 – d = 1,770 – 2,858 = - 1,088 m P3 – e = 1,770 – 2,225 = - 0,455 m P3 – f = 1,770 – 1,931 = - 0,161 m P3 – g = 1,770 – 1,190 = 0,580 m P3 – h = 1,770 – 0,889 = 0,881 m P3 – i = 1,770 – 1,082 = 0,688 m Patok P4 Beda Tinggi = TA.P4 – BT detail P4 – a = 1,458 – 1,312 = 0,146 m P4 – b = 1,458 – 1,931 = - 0,473 m P4 – c = 1,458 – 2,100 = - 0,642 m P4 – d = 1,458 – 2,742 = - 1,284 m P4 – e = 1,458 – 1,392 = 0,062 m P4 – f = 1,458 – 2,011 = - 0,553 m P4 – g = 1,458 – 1,349 = 0,109 m P4 – h = 1,458 – 1,605 = - 0,147 m 3. Menghitung Tinggi Titik a. Patok Utama Rumus : Tinggi Titik = Tinggi Titik Awal + Beda Tinggi Tinggi Titik Awal = 21 + 100 = 121 (No Stambuk + 100) m Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 33 - - 33 -
  • 34. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P1 = 121,000 + (– 0,900) = 119.823 m P2 = 119.823 + (– 1,050) = 118,141 m P3 = 118,141 + (– 0,850) = 116,511 m P4 = 115,276 + (– 0,750) = 115,276 m b. Patok Detail Rumus : Tinggi Titik = Tinggi Titik Patok ± Beda Tinggi P0 = 121,000 P0 – a = 121,000 – 0,109 = 120,891 m P0 – b = 121,000 – 1,356 = 119,664 m P0 – c = 121,000 – 1,459 = 119,541 m P0 – d = 121,000 – 1,281 = 119,719 m P0 – e = 121,000 – 1,267 = 119,733 m P0 – f = 121,000 + 0,477 = 121,477 m P0 – g = 121,000 + 0,030 = 121,030 m P0 – h = 121,000 – 0,024 = 120,976 m P1 – a = 119.823 – 0,123 = 119,700 m P1 – b = 119.823 – 1,236 = 118,587 m P1 – c = 119.823 – 1,507 = 118,316 m P1 – d = 119.823 – 1,496 = 118,327 m P1 – e = 119.823 – 1,270 = 118,553 m P1 – f = 119.823 – 1,360 = 118,463 m P1 – g = 119.823 – 0,099 = 119,724 m P1 – h = 119.823 + 0 = 119,823 m P1 – i = 119.823 – 0,058 = 119,765 m P1 – j = 119.823 – 0,152 = 119,671 m P1 – k = 119.823 + 0,353 = 120,176 m P1 – l = 119.823 + 0,774 = 120,697 m Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 34 - - 34 -
  • 35. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P2 – a = 118,141 – 0,415 = 117,726 m P2 – b = 118,141 – 1,176 = 116,965 m P2 – c = 118,141 – 2,204 = 115,937 m P2 – d = 118,141 – 1,055 = 117,136 m P2 – e = 118,141 – 1,055 = 117,086 m P2 – f = 118,141 + 0,214 = 118,355 m P2 – g = 118,141 + 0,011 = 118,152 m P2 – h = 118,141 + 0,658 = 118,799 m P2 – i = 118,141 + 0,692 = 118,833 m P2 – j = 118,141 + 0,797 = 118,938 m P3 – a = 116,511 – 0.355 = 116,156 m P3 – b = 116,511 + 0,282 = 116,793 m P3 – c = 116,511 – 0,656 = 115,855 m P3 – d = 116,511 – 1.088 = 115,423 m P3 – e = 116,511 – 0,455 = 116,056 m P3 – f = 116,511 – 0,161 = 116,350 m P3 – g = 116,511 + 0,580 = 117,091 m P3 – h = 116,511 + 0,881 = 117,392 m P3 – i = 116,511 + 0,688 = 117,199 m P4 – a = 115,276 + 0,146 = 115,422 m P4 – b = 115,276 – 0,473 = 114,803 m P4 – c = 115,276 – 0,642 = 114,634 m P4 – d = 115,276 – 1,284 = 113,992 m P4 – e = 115,276 + 0,062 = 115,338 m P4 – f = 115,276 – 0,553 = 114,723 m P4 – g = 115,276 + 0,109 = 115,383 m Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 35 - - 35 -
  • 36. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P4 – h = 115,276 – 0,147 = 115,129 m 4. Menghitung Tinggi Titik ( Metode Garis Bidik) a. Patok Utama Rumus :Tinggi garis bidik= Tinggi titik – Tinggi alat Tinggi titik= Tgb – Bt yang dibidik Dimana :Tgb= tinggi garis bidik Bt = benang tengah Tp0= 121 m Tg b p0= Tp0 + Ta p0 =121+1,330 =122,330m Tp1= Tg bp0 – Bt =122,330–2,507 =119,823m Tg b p1= Tp1 + Ta p1 =119,823+1,425 =121,248m Tp2= Tg bp1 – Bt =121,428–3,107 =118,141m Tg b p2= Tp2 + Ta p2 =118,141+1,765 =119,906m Tp3= Tg bp2 – Bt =119,906–3,395 =116,511m Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 36 - - 36 -
  • 37. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan Tg b p3= Tp3 + Ta p3 =116,511+1,770 =118,281m Tp4= Tg bp3 – Bt =118,281–3,005 =115,276m Tg b p4= Tp4 + Ta p4 =115,276+1,458 =116,734m b. Patok Detail Rumus : Tg b – Bt Dimana : Tg b= tinggi garis bidik Bt= benang tengah Tp0 a= 122,330– 1,439= 120,891 m b= 122,330– 2,666= 119,664 m c= 122,330– 2,789= 119,541 m d= 122,330– 2,661= 119,719 m e= 122,330– 2,597= 119,733 m f= 122,330– 0,853= 121,477 m g= 122,330– 1,300= 121,030 m h= 122,330– 1,354= 121,976 m Tp1a= 121,248– 1,548= 119,700 m b= 121,248– 2,661= 118,587 m c= 121,248– 2,932= 118,316 m d= 121,248– 2,921= 118,327 m e= 121,248– 2,695= 118,553 m f= 121,248– 2,785= 118,463 m g= 121,248– 1,326= 119,922 m h= 121,248– 1,425= 119,823 m i= 121,248– 1,483= 119,765 m j= 121,248– 1,577= 119,671 m k= 121,248– 1,072= 120,176 m l= 121,248– 0,651= 120,597 m Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 37 - - 37 -
  • 38. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan Tp2a= 119,906– 2,180= 117,726 m b= 119,906– 2,941= 116,965 m c= 119,906– 3.969= 115,937 m d= 119,906– 2,770= 117,136 m e= 119,906– 2,820= 117,086 m f= 119,906– 1,551= 118,355 m g= 119,906– 1,754= 118,152 m h= 119,906 – 1,107= 118,799 m i= 119,906 – 0,073= 118,833 m j= 119,906 – 0,968= 118,938 m Tp3a= 118,281– 2,125= 116,156 m b= 118,281– 1,488= 116,793 m c= 118,281– 2,426= 115,855 m d= 118,281– 2,858= 115,423 m e= 118,281– 2,225= 116,056 m f= 118,281– 1,931= 116,350 m g= 118,281– 1,190= 117,091 m h= 118,281– 0,889= 117,392 m i= 118,281 – 1,082= 117,700 m Tp4a= 116,734– 1,312= 115,422 m b= 116,734– 1,931= 114,803 m c= 116,734– 2,100= 114,634 m d= 116,734– 2,742= 113,992 m e= 116,734– 1,396= 115,338 m f= 116,734– 2,011= 114,723 m g= 116,734– 1.349= 115,385 m h= 116,734– 1,605= 115,129 m Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 38 - - 38 -
  • 39. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan 4.2 Perhitungan 1. Menghitung Koordinat X,Y dan Z Poligon Utama  Menentukan Jarak Optis(JO) Rumus : JO = (BA – BB) x 100 x Sin2 Vertikal P1 – P2 = (1,115 – 0,415) x 100 x Sin (90 o 5’ 8 ”)2 = 70 m P2– P3 = (1,245 – 0,545) x 100 x Sin (93 o 40 ’ 54 ”)2 = 70 m P3 – P0 = (2,360 – 1,660) x 100 x Sin (89 o 12 ’ 00 ”)2 = 70 m P0 – P1 = (1.560 – 0.840) x 100 x Sin (87 o 39 ’ 48 ”)2 = 72,7 m  Menentukan Sudut Datar Rumus : Sudut Datar = Sudut Depan – Sudut Belakang P1 – P2 = 178 o 29 ’ 36 ” - 270 o 0 ’ 6 ” = - 91 o 30 ’ 30 ” + 360 o = 268 o 29 ‘ 30” P2– P3 = 257 o 55 ’ 6 ” - 346 o 0 ’ 48 ” = - 88 o 5 ’ 42 ” + 360 o = 271 o 54 ‘ 18 ” P3 – P0 = 261 o 22 ’ 00 ” - 355 o 6 ’ 12 ” = - 93 o 44 ’ 12 ” + 360 o = 266 o 15 ‘ 48 ” P0 – P1 = 266 o 13 ’ 00” - 352 o 51 ’ 00 ” = - 86 o 38 ’ 00 ” + 360 o = 273 o 22 ‘ 00 ” ∑sudut datar = 1080 o 1 ‘ 36 ”  Koreksi Sudut Datar Untuk Sudut Luar = (2n + 4) x 90 o = (2 . 4 + 4) x 90 o = 12 x 90 o = 1080 o 0 ‘ 0 ” Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 39 - - 39 -
  • 40. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan Jumlah Koreksi = 1080 o 0 ‘ 0 ” - 1080 o 1 ‘ 36 ” = - 0 o 1 ‘ 36 ”  Koreksi Per Patok PatokJumlah KoreksiJimlah . . = 4 "36'10°− = - 0 o 0 ‘ 24 ”  Sudut Terkoreksi Rumus : Sudut Terkoreksi = Sudut Datar + Koreksi Per Patok P1 – P2 = 268 o 29 ‘ 30” - 0 o 0 ‘ 24 ” =268 o 29 ‘ 6” P2 – P3 = 271 o 54 ‘ 18 ” - 0 o 0 ‘ 24 ” = 271 o 53 ‘ 54 ” P3 – P0 = 266 o 15 ‘ 48 ” - 0 o 0 ‘ 24 ” = 266 o 15 ‘ 24 ” P0 – P1 = 273 o 22 ‘ 00 ” - 0 o 0 ‘ 24 ” = 273 o 21 ‘ 36 ” ∑sudut datar = 1080 o 0‘0 “  Menentukan Azimuth Rumus : Azimuth Awal = Stambuk = 40o 00’ 00” P1 – P2 = 40 o 00 ‘ 00” + 268 o 29 ‘ 6” + 180 o 00 ‘ 00” = 488 o 29 ‘ 06” - 360 o 00 ‘ 00” = 128 o 29 ‘ 06” P2 – P3 = 128 o 29 ‘ 06 ” + 271 o 53 ‘ 24 ” + 180 o 00 ‘ 00 ” = 580 o 23 ‘ 00 ” - 360 o 00 ‘ 00 ” = 220 o 23 ‘ 00 ” P3 – P0 = 220 o 23 ‘ 00 ” + 266 o 15 ‘ 24 ” + 180 o 00 ‘ 00 ” = 666 o 38 ‘ 24 ” - 360 o 00 ‘ 00 ” = 306 o 38 ‘ 24 P0 – P1 = 306 o 38 ‘ 24 ” + 273 o 21 ‘ 36 ” + 180 o 00 ‘ 00 ” = 580 o 00 ‘ 00 ” - 360 o 00 ‘ 00 ” - 180 o 00 ‘ 00 ” = 40o 00’ 00”  Menentukan Jarak Datar(JD) Rumus : JD = Jarak Datar x Sin2 Vertikal P1 – P2 = 70 x Sin (90 o 5’ 8 ”)2 = 70 m P2– P3 = 70 x Sin (93 o 40 ’ 54 ”)2 = 70 m P3 – P0 = 70 x Sin (89 o 12 ’ 00 ”)2 = 70 m P0 – P1 = 72,7 x Sin (87 o 39 ’ 48 ”)2 = 72,7 m Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 40 - - 40 -
  • 41. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan  Menentukan Selisih Koordinat (∆x dan ∆y) Rumus : ∆x = Jarak Datar x Sin α P1 – P2 = 70 x Sin (128 o 26’ 06 ”) = 54,79 m P2– P3 = 69,86 x Sin (220 o 23 ’ 00 ”) = -45,26 m P3 – P0 = 69,99 x Sin (306 o 38 ’ 24 ”) = -56,16 m P0 – P1 = 72,58 x Sin (40 o 00 ’ 00 ”) = 72,58 m + Σ∆x = 0,02 m Σ ∆x = 202,86 Rumus : ∆y = Jarak Datar x Cos α P1 – P2 = 70,00 x Cos (128 o 26’ 06 ”) = -43,56 m P2– P3 = 69,86 x Cos (220 o 23 ’ 00 ”) = -53,21 m P3 – P0 = 69,99 x Cos (306 o 38 ’ 24 ”) = 41,77 m P0 – P1 = 72,58 x Cos (40 o 00 ’ 00 ”) = 55,60 m + Σ∆y = 0,60 m Σ ∆y = 193,65  Menentukan Koreksi Koordinat (δx dan δy) Rumus : δx = - x [ xPn ] P1 – P2 = - x [ 54,79 ] = -0,005 Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 41 - - 41 - Σ∆x Σ ∆x 0,02 0,02 202,86
  • 42. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P2– P3 = - x [ 45,26 ] = -0,004 P3 – P0 = - x [ 56,16 ] = - 0,006 P0 – P1 = - x [ 46,65 ] = -0,005 Rumus : δy = - x [ xPn ] P1 – P2 = - x [ 43,56 ] = -0,14 P2– P3 = - x [ 53,21 ] = -0,16 P3 – P0 = - x [ 41,77 ] = -0,13 P0 – P1 = - x [ 55,60 ] = -0,17  Menentukan Koordinat Terkoreksi (∆x dan ∆y) Rumus : ∆x = ∆x x δx P1 – P2 = 54,79 – 0,005 = 54,785 m P2– P3 = -45,26 – 0,004 = -45,264 m P3 – P0 = -56,16 – 0,006 = -56,166 m P0 – P1 = 46,65 – 0,005 = 46,645 m + Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 42 - - 42 - 0,02 0,02 202,86 202,86 202,86 Σ ∆y Σ∆y 0,60 194,14 0,60 0,60 0,60 194,14 194,14 194,14
  • 43. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan Σ∆x = 0,00 m Rumus : ∆y = ∆y x δy P1 – P2 = -43,56 – 0,14 = -43,70 m P2– P3 = -53,24 – 0,16 = -53,37 m P3 – P0 = 41,77 – 0,13 = 41,75 m P0 – P1 = 55,60 – 0,17 = 55,43 m + Σ∆y = 0,00 m  Menentukan Koordinat Poligon (∆x dan ∆y) Rumus : X = X0 + ∆x X0 = 1000 + Stambuk = 1040 P1 = 1040 P2 = 1040 + 54,79 = 1094,79 P3 = 1094,79 - 45,26 = 1049,52 P0 = 1049,52 – 56,17 = 993,36 Rumus : Y = Y0 + ∆y Y0 = 1000 + Stambuk = 1040 P1 = 1040 P2 = 1040 – 43,70 = 996,30 P3 = 996,30 – 55,37 = 942,93 P0 = 942,93 – 41,64 = 984 Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 43 - - 43 -
  • 44. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan  Perhitungan Beda Tinggi Rumus : Beda Tinggi = Tinggi Pesawat – BT muka + Jarak x Cos Vertikal P1 – P2 = 1,360 - 0,765 + 70 x Cos (90 o 5’ 8 ”) = 0,490 m P2– P3 = 1,410 - 0,895 + 70 x Cos (93 o 40 ’ 54 ”) = -3,980 m P3 – P0 = 1,405 - 2,010 + 70 x Cos (89 o 12 ’ 00 ”) = 0,370 m P0 – P1 = 1,425 – 1,200 + 72,7 x Cos (87 o 39 ’ 48 ”) = 3,189 m  Perhitungan Koreksi Beda Tinggi Rumus : Koreksi Beda Tinggi = = - 0,017  Beda Tinggi Terkoreksi Rumus : Beda Tinggi Terkoreksi = Beda Tinggi + Koreksi P1 – P2 = 0,490 – 0,017 = 0,437 m P2– P3 =-3,980 – 0,017 = -3,997 m P3 – P0 = 0,370 – 0,017 = 0,353 m P0 – P1 = 3,189 – 0,017 = 3,172 m + 0  Menentukan Tinggi Titik Rumus : Tinggi Titik = Tinggi Titik Awal + Beda Tinggi Terkoreksi Tinggi Titik Awal = Stambuk = 40 P1 = 40 m P2 = 40 + 0,472 = 40,472 m Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 44 - - 44 - Selisih {Beda Tinggi (-) – Beda Tinggi 9+)} Jumlah patok {3,980 (-) – (0,490 + 0,370 + 3,189 4 =
  • 45. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P3 = 40,472 – 3,998 = 36,474 m P0 = 36,474 + 0,355 = 36,829 m 2. Menghitung Koordinat X,Y dan Z Poligon Detail  Menentukan Jarak Optis(JO) Rumus : JO = (BA – BB) x 100 x Sin2 Vertikal P1 a = (0,61 – 0,51) x 100 x Sin (90 o 9’ 0 ”)2 = 10 m b = (0,99 – 0,81) x 100 x Sin (90 o 7’ 0 ”)2 = 18 m c = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90 o 1’ 12 ”)2 = 22 m d = (2,17 – 1,84) x 100 x Sin (90 o 2’ 12 ”)2 = 33 m P2 e = (1,72 – 1,30) x 100 x Sin (90 o 25’ 48 ”)2 = 42 m f = (2,36 – 1,96) x 100 x Sin (91 o 44’ 06 ”)2 = 39,96 m g = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90 o 1’ 12 ”)2 = 22 m P3 h = (0,61 – 0,51) x 100 x Sin (90 o 9’ 0 ”)2 = 10 m i = (0,99 – 0,81) x 100 x Sin (90 o 7’ 0 ”)2 = 18 m j = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90 o 1’ 12 ”)2 = 22 m k = (2,17 – 1,84) x 100 x Sin (90 o 2’ 12 ”)2 = 33 m P0 l = (0,61 – 0,51) x 100 x Sin (90 o 9’ 0 ”)2 = 10 m m = (0,99 – 0,81) x 100 x Sin (90 o 7’ 0 ”)2 = 18 m n = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90 o 1’ 12 ”)2 = 22 m o = (2,17 – 1,84) x 100 x Sin (90 o 2’ 12 ”)2 = 33 m  Menentukan Sudut Datar Rumus : Sudut Datar = Sudut Depan – Sudut Belakang P1 a = 97o 32’0” - 270o 0’6” = -172o 28’6” + 360o 0’0” = 187o 31’54” b = 10o 00’0” - 270o 0’6” = -260o 00’6” + 360o 0’0” = 99o 59’54” c = 223o 13’12” - 270o 0’6” = -46o 46’54” + 360o 0’0” = 313o 13’6” d = 207o 32’0” - 270o 0’6” = -62o 51’0” + 360o 0’0” = 297o 9’0” Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 45 - - 45 -
  • 46. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P2e = 301o 26’18” - 346o 0’48” = -440 34’30” + 3600 0’0” = 3150 25’30” f = 293o 06’54” - 346o 0’48” = -520 53’54” + 3600 0’0” = 3070 06’06” g = 114o 15’48” - 346o 0’48” = -2310 45’0” + 3600 0’0” = 1280 15’0” P3 h = 309o 5’18” - 355o 6’12” = -400 0’54” + 3600 0’0” = 3130 59’06” i = 321o 41’24” - 355o 6’12” = -330 24’48” + 3600 0’0” = 3260 25’12” j = 160o 14’00” - 355o 6’12” = -1940 52’12” + 3600 0’0” = 1650 07’48” k = 255o 40’54” - 355o 6’12” = -990 25’18” + 3600 0’0” = 2600 34’42” P0l = 331o 4’48” - 352o 51’00” = -210 46’12” + 3600 0’0” = 3380 13’48” m = 316o 13’00” - 352o 51’00” = -360 34’48” + 3600 0’0” = 3230 25’12” n = 86o 56’30” - 352o 51’00” = -2650 54’30” + 3600 0’0” = 940 5’30” o = 172o 8’48” - 352o 51’00” = -1800 42’12” + 3600 0’0” = 1790 17’48”  Menentukan Azimuth Rumus : Azimuth = Azimuth Awal + Sudut Datar + 1800 Azimuth Awal = Stambuk = 40o 00’ 00” P1 a = 40o 00‘00” + 187o 31‘54” + 180o = 4070 31’54” – 3600 = 470 31’54” b = 40o 00‘00” + 99o 59‘54” + 180o = 3190 59’54” c = 40o 00‘00” + 313o 13‘6” + 180o = 5330 13’6” – 3600 0’0” = 1730 13’6” d = 40o 00‘00” + 297o 9‘0” + 180o = 5170 9’0” – 3600 0’0” = 1570 9’0” P2e = 128o 29‘06” + 315o 25‘30” + 180o = 623o 54‘36” - 360o 00‘00” = 263o 54‘36 ” f = 128o 29‘06” + 307o 6‘6” + 180o = 615o 35’12” - 360o 00‘00” = 255o 35‘12 ” g = 128o 29‘06” + 128o 15‘0” + 180o = 436o 44‘6” - 360o 00‘00” = 76o 44‘6 ” Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 46 - - 46 -
  • 47. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P3h = 220o 23‘00” + 313o 59‘6” + 180o = 714o 22‘6” - 360o 00‘00” = 354o 22‘6” i = 220o 23‘00” + 326o 35’12” + 180o = 726o 58‘12” - 360o 00‘00” = 6o 58‘12” j = 220o 23‘00” + 165o 7‘48” + 180o = 565o 30‘48” - 360o 00‘00” = 205o 30‘48” k = 220o 23‘00” + 260o 34‘42” + 180o = 660o 57‘42” - 360o 00‘00” = 300o 57‘42” P0 l = 306o 38‘24” + 338o 13‘48” + 180o = 842o 52‘12” - 360o 00‘00” = 104o 52’12” m = 306o 38‘24” + 323o 25‘12” + 180o = 810o 3‘36” - 360o 00‘00” = 90o 03’36” n = 306o 38‘24” + 94o 5‘30” + 180o = 580o 43‘54” - 360o 00‘00” = 220o 43’54” o = 306o 38‘24” + 179o 17‘48” + 180o = 665o 56‘12” - 360o 00‘00” = 305o 56’12”  Menentukan Jarak Datar(JD) Rumus : JD = Jarak Datar x Sin2 Vertikal P1 a = 10 x Sin (90 o 9’ 0 ”)2 = 10 m b = 18 x Sin (90 o 7’ 0 ”)2 = 18 m c = 22 x Sin (90 o 1’ 12 ”)2 = 22 m d = 33 x Sin (90 o 2’ 12 ”)2 = 33 m P2e = 42 x Sin (90 o 25 ’ 48 ”)2 = 42 m f = 39,96 x Sin (91 o 44 ’ 6 ”)2 = 39,92 m g = 19,88 x Sin (85 o 37 ’ 36 ”)2 = 19,76 m P3h = 36,89 x Sin (86 o 51 ’ 30 ”)2 = 36,78 m i = 26 x Sin (89 o 41 ’ 18 ”)2 = 26 m h = 33,89 x Sin (93 o 14 ’ 00 ”)2 = 33,37 m h = 70 x Sin (89 o 12 ’ 00 ”)2 = 70 m Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 47 - - 47 -
  • 48. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P0 l = 72,7 x Sin (87 o 39 ’ 48 ”)2 = 72,7 m m = 72,7 x Sin (87 o 39 ’ 48 ”)2 = 72,7 m n = 72,7 x Sin (87 o 39 ’ 48 ”)2 = 72,7 m o = 72,7 x Sin (87 o 39 ’ 48 ”)2 = 72,7 m  Menentukan Selisih Koordinat (∆x dan ∆y) Rumus : ∆x = Jarak Datar x Sin α P1 a =10 x Sin (47 o 31 ’ 54 ”) = 7,37 m b =18 x Sin (319 o 59 ’ 54 ”) = -11,57 m c =22 x Sin (173 o 13 ’ 6 ”) = 2,597 m d =33 x Sin (157 o 9 ’ 0 ”) = 12,81 m P2e = 42 x Sin (263 o 54 ’ 36 ”) = -41,76 m f = 39,92 x Sin (255 o 35 ’ 12 ”) = -38,66 m g = 19,76 x Sin (76 o 44 ’ 6 ”) = 19,23 m P3 h = 36,78 x Sin (354 o 22 ’ 6 ”) = -3,61 m i = 26 x Sin (6 o 58 ’ 12 ”) = 3,155 m j = 33,78 x Sin (205 o 30 ’ 48 ”) = -14,55 m k = 19,70 x Sin (300 o 57 ’ 42 ”) = -16,89 m P0 l = 42,68 x Sin (104 o 52 ’ 12 ”) = 41,25 m m = 33,98 x Sin (9 o 3 ’ 36 ”) = 5,35 m n = 29,74 x Sin (220 o 43 ’ 54 ”) = -19,41 m o = 17 x Sin (305 o 56 ’ 12 ”) = -13,76 m Rumus : ∆y = Jarak Datar x Cos α P1 a =10 x Cos (47 o 31 ’ 54 ”) = 6,75 m b =18 x Cos (319 o 59 ’ 54 ”) = 13,79 m c =22 x Cos (173 o 13 ’ 6 ”) = -21,85 m d =33 x Cos (157 o 9 ’ 0 ”) = -30,41 m P2e = 42 x Cos (263 o 54 ’ 36 ”) = -4,46 m f = 39,92 x Cos (255 o 35 ’ 12 ”) = -9,94 m Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 48 - - 48 -
  • 49. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan g = 19,76 x Cos (76 o 44 ’ 6 ”) = 4,53 m P3 h = 36,78 x Cos (354 o 22 ’ 6 ”) = 36,6 m i = 26 x Cos (6 o 58 ’ 12 ”) = 25,81 m j = 33,78 x Cos (205 o 30 ’ 48 ”) = -30,49 m k = 19,70 x Cos (300 o 57 ’ 42 ”) = 10,13 m P0 l = 42,68 x Cos(104 o 52 ’ 12 ”) = -10,95 m m = 33,98 x Cos (90 o 3 ’ 36 ”) = -0,04 m n = 29,74 x Cos (220 o 43 ’ 54 ”) = -22,54 m o = 17 x Cos (305 o 56 ’ 12 ”) = 9,98 m  Menentukan Koordinat Poligon (∆x dan ∆y) Rumus : X = X0 + ∆x X0 = 1000 + Stambuk = 1040 P1a = 1040 + 7,37 = 1047,37 b = 1040 – 11,57 = 1028,43 c = 1040 + 2,597 = 1042,597 d = 1040 + 12,81 = 1052,81 P2e = 1094,79 – 41,76 = 1053,03 f = 1094,79 – 38,66 = 1056,13 g = 1094,79 + 19,23 = 1114,02 P3h = 1049,52 – 3,61 = 1045,91 i = 1049,52 + 3,16 = 1052,68 j = 1049,52 – 14,55 = 1034,97 k = 1049,52 – 16,89 = 1032,63 P0l = 993,36 + 41,25 = 1034,61 m = 993,36 + 33,98 = 1027,34 n = 993,36 – 19,41 = 973,95 Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 49 - - 49 -
  • 50. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan o = 993,36 – 13,76 = 979,60 Rumus : Y = Y0 + ∆y Y0 = 1000 + Stambuk = 1040 P1a = 1040 + 6,75 = 1046,75 b = 1040 + 13,79 = 1053,79 c = 1040 – 21,85 = 1018,15 d = 1040 – 31,41 = 1009,59 P2e = 996,30 – 4,46 = 991,84 f = 996,30 – 9,94 = 986,36 g = 996,30 + 4,53 = 1000,83 P3 h = 942,93 + 36,6 = 979,53 i = 942,93 + 25,81 = 968,74 j = 942,93 – 30,49 = 912,44 k = 942,93 + 10,13 = 953,06 P0 l = 984,57 – 10,95 = 973,62 m = 984,57 – 0,04 = 984,53 n = 984,57 - 22,54 = 962,03 o = 984,57 + 9,98 = 994,55  Perhitungan Beda Tinggi Rumus : Beda Tinggi = Tinggi Pesawat – BT muka + Jarak optis x Cos Vertikal P1 a = 1,360 - 0,56 + 10 x Cos (90 o 9’ 00 ”) = 0,774 m b = 1,360 - 0,90 + 18 x Cos (90 o 7’ 0 ”) = 0,423 m c = 1,360 – 2,21 + 22 x Cos (90 o 1’ 12 ”) = -0,858 m Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 50 - - 50 -
  • 51. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan d = 1,360 – 2,01 + 33 x Cos (90 o 2’ 12 ”) = -0,671 m P2e = 1,410 – 1,51 + 42 x Cos (90 o 25 ’ 48 ”) = -3,980 m f = 1,410 – 2,16 + 39,96 x Cos (91 o 44 ’ 06 ”) = -1,960 m g = 1,410 – 1,78 + 19,88 x Cos (85 o 37 ’ 36 ”) = 1,146 m P3 h = 1,405 – 1,235 + 36,89 x Cos (86 o 51 ’ 30 ”) = 2,192 m i = 1,405 – 0,720 + 26 x Cos (89 o 41 ’ 18 ”) = 0,826 m j = 1,405 – 1,53 + 33,89 x Cos (93 o 14 ’ 00 ”) = -2,636 m k = 1,405 – 0,41 + 19,70 x Cos (89 o 11 ’ 48 ”) = 0,771 m P0 l = 1,425 – 1,675 + 42,84 x Cos (86 o 27 ’ 54 ”) = 2,401 m m = 1,425 – 1,75 + 33,90 x Cos (86 o 27 ’ 36 ”) = 1,748 m n = 1,425 – 1,060 + 29,87 x Cos (93 o 43 ’ 12 ”) = -1,593 m o = 1,425 – 1,905 + 17 x Cos (90 o 51 ’ 48 ”) = -0,756 m  Menentukan Tinggi Titik Rumus : Tinggi Titik = Tinggi Titik Awal + Beda Tinggi Tinggi Titik Awal = Stambuk = 40 m P1 a = 40 + 0,774 = 40,774 m b = 40 + 0,423 = 40,423 m c = 40 – 0,858 = 39,142 m d = 40 – 0,671 = 39,329 m P2e = 40,472 – 0,415 = 40,057 m f = 40,472 – 1,960 = 38,512 m g = 40,472 + 1,146 = 41,618 m P3h = 36,474 + 2,192 = 38,666 m Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 51 - - 51 -
  • 52. Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan i = 36,474 + 0,826 = 37,300 m j = 36,474 – 2,636 = 33,838 m k = 36,474 + 0,771= 37,245 m P0 l = 36,829 + 2,401 = 39,230 m m = 36,829 + 1,748 = 38,577 m n = 36,829 – 1,593 = 35,236 m o = 36,829 – 0,756 = 36,073 m Restu Tri Novandy – F 111 08 021- 52 - - 52 -