Laporan praktikum ini membahas mengenai pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal (KKV) memanjang, profil memanjang melintang, dan cut and fill. Laporan ini terdiri dari 6 bab yang mencakup pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi, penyajian data, hasil dan pembahasan, serta penutup. Praktikum dilakukan di Jl. Selokan Mataram, Depok, Sleman untuk mengukur KKV memanjang, profil memanjang dan melintang
1. LAPORAN PRAKTIKUM
KKV MEMANJANG, PROFIL MEMANJANG MELINTANG
DAN CUT AND FILL
Oleh :
Nama : Assyifa Wirdya Ksuwoyo
NIM : 117210009
Plug/Tim : 01/01
TEKNIK GEOMATIKA
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
2022
2. 1 | PraktikumSurvei Terestris
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 1
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... 2
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Praktikum ................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................... 6
BAB III METODELOGI
3.1 Lokasi .................................................................................................................. 10
3.2 Alat dan Bahan .....................................................................................................10
3.3 Langkah Kerja ......................................................................................................10
BAB IV PENYAJIAN DATA
4.1 Sketsa Pengukuran ................................................................................................ 16
4.2 Data Pengukuran ...................................................................................................19
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil .......................................................................................................................25
5.1 Pembahasan .......................................................................................................... 36
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 37
6.2 Saran ...................................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..............………………38
LAMPIRAN…………………………………………………………..............………..…….39
3. 2 | PraktikumSurvei Terestris
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Profil melintang ............................................................................................7
Gambar 2.2 Skesta Pengukuran KKV Memanjang ..................................................................................10
Gambar 2.3 Sketsa Pengukuran Profil Memanjang ...........................................................................10
Gambar 2.4 Sketsa Pengukuran Profil Melintang STA 0 ..............................................................11
Gambar 2.5 Sketsa Pengukuran Profil Melintang STA 25 ............................................................12
Gambar 2.6 Sketsa Pengukuran Profil Melintang STA 50 ............................................................13
Gambar 2.7 Sketsa Pengukuran Profil Melintang STA 75 ............................................................14
Gambar 2.8 Sketsa Pengukuran Profil Melintang STA 100 ..........................................................15
5. 4 | PraktikumSurvei Terestris
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Ilmiah
Survei terestris merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan di atas
permukaan bumi dengan tujuan mengambil data-data ukuran jarak, sudut, arah,
serta ketinggian suatu objek. Data-data tersebut akan diolah sehingga
menghasilkan sebuah peta yang memuat informasi-informasi geospasial. Sebelum
memulai kegiatan pemetaan, diperlukan sebuah kerangka kontrol salah satunya
yaitu Kerangka Kontrol Vertikal (KKV). Kerangka Kontrol Vertikal (KKV)
merupakan kerangka dasar pemetaan yang memuat sekumpulan titik yang telah
diketahui posisi vertikalnya berupa koordinat Z atau ketinggian. Kerangka Kontrol
Vertikal ini akan dijadikan sebagai acuan terhadap keakuratan tinggi titik pada saat
pemetaan dengan metode terestris.
Pengukuran sipat datar profil adalah pengukuran ketinggian tanah secara
detail untuk mengetahui gambaran tinggi rendahnya permukaan tanah yang diukur.
Pengukuran profil dibagi menjadi dua, yaitu profil memanjang dan melintang.
Profil memanjang yaitu melalui jalur pengukuran yang nantinya merupakan titik
ikat bagi pengukuran profil melintang. Sedangkan profil melintang dilakukan
setelah melakukan pengukuran profil memanjang.
Cut and fill adalah suatu proses pengerjaan penggalian dan penimbunan tanah.
Tanah ini dapat diambil dari suatu tempat untuk nantinya digunakan sebagai urugan
atau timbunan di tempat lain. Pekerjaan ini merupakan salah satu bagian penting,
bahkan menjadi bagian utama dalam proyek konstruksi, baik konstruksi bangunan
maupun jalan. Oleh karena itu, sebelum pengerjaannya dibutuhkan pengukuran dan
perhitungan yang teliti.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara melakukan pengukuran beda tinggi dan jarak optis?
2. Apa itu profil memanjang dan melintang?
3. Bagaimana cara pengukuran profil memanjang dan melintang?
4. Tujuan perhitungan pengukuran profil memanjang dan melintang?
5. Bagaimana sketsa profil memanjang dan melintang?
6. Apa itu Cut and fill?
7. Bagaimana cara perhitungan pengukuran cut and fill?
I.3 Tujuan
1. Praktikan dapat mengetahui konsep dan cara pengukuran pada beda tinggi dan
jarak optis.
2. Praktikan dapat memahami profil memanjang dan melintang.
6. 4 | PraktikumSurvei Terestris
3. Praktikan dapatmengetahui konsep dan cara pengukuran profil memanjang dan
melintang.
4. Praktikan dapat mengetahui pengukuran profil memanjang dan melintang.
5. Praktikan dapat menggambar hasil dari pengukuran profil memanjangdan
melintang.
6. Mengetahui apa itu cut dan fill
7. Untuk mengetahui cara mengolah profil memanjang dan melintang
7. 7 | PraktikumSurvei Terestris
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Dasar Teori
Kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui
atau ditentukan posisi-posisi vertikalnya berupa ketinggian terhadap bidang rujukan
tertentu. Bidang ketinggian rujukan ini bisa berupa ketinggian muka air laut rata-rata
(mean sea level – MSL)atau ditentukan lokal. Umumnya titik kerangka dasar vertikal
dibuat menyatu pada satu pilar dengan titik kerangka dasar horizontal (Bony, 2008).
Pengukuran beda tinggi dibedakan menjadi pengukuran langsung dan tidak
langsung. Pada pengukuran langsung dibagi lagi kedalam pengukuran sederhana
(selang plastik) dan pengukuran waterpass (optis dan digital). Sedangkan pada
pengukuran tidak langsung dibagi kedalam pengukuran beda tinggi trigonometris
(sederhana dan takhimetri) dan barometris (altimeter) (Winandra, 2017). Pengukuran
Jarak Tidak Langsung atau Jarak Optis adalah pengukuran jarak yang didapat dari
proses hitungan matematis dari data yang diketahui (Suyono Sosrodarsono 1981).
Profil merupakan gambaran secara memanjang atau melintang dari perbedaan
tinggi suatu permukaan tanah. Pengukuran profil atau yang biasa disebut cross section
(profil melintang) dan long section (profil memanjang) digunakan untuk mengambil
penampang vertikal dari suatu objek yang berbentuk koridor. Kedua profil ini
memiliki definisi yang berbeda. Profil memanjang (long section) merupakan
pengukuran yang dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran potongan memanjang
suatu sungai atau saluran, untuk ditampilkan dalam bentuk gambar profil.
2.2 Pekerjaan Galian Tanah Cut and Fill ( pekerjaan galian tanah )
merupakan tahap pekerjaan penting dalam proyek pembangunan perumahan,
jalan, gedung, dan sebagainya. Cut and Fill diperoleh dari gambar rencana lengkap
dengan garis kontur atau pengukuran menggunakan alat Total Station sepanjang jalur
proyek di lapangan. Cut and Fill berdimensi volume (m3 ), volumenya dapat
diperoleh melalui perhitungan luas dikalikan panjang. Dalam pekerjaan Cut and Fill
alat berat digunakan pada proyek kontruksi skala besar dengan mempermudah
kontraktor dalam mengerjakan sebuah proyek. Pemilihan alat berat yang sesuai
dengan kebutuhan proyek merupakan faktor penting dalam keberhasilan penyelesaian
suatu proyek. Peralatan Konstruksi Pengunaan alat berat sangat penting dalam proyek
konstruksi berskala besar, tujuannya adalah untuk mempermudah pekerja dalam
mengerjakan suatu proyek sehingga dapat menghemat waktu yang relative lebih
singkat. Pemilihan alat berat dalam menegerjakan proyek sangat penting untuk
menyelesaikan sebuah proyek konstruksi.
8. 7 | PraktikumSurvei Terestris
2.3 pengukuran profil memanjang melintang
Pengukuran sipat datar profil banyak digunakan dalam perencanaan suatu
wilayah. Pengukuran ini terbagi menjadi dua macam, yaitu profil memanjang dan
profil melintang. Dengan pengukuran profil ini, banyak manfaat yang bisa diperoleh
dari data yang dihasilkan karena beda tinggi di setiap bagian di wilayah tersebut dapat
diketahui. Informasi mengenai beda tinggi sangat berguna dalam cut dan fill suatu
permukaan tanah yang tidak rata, misalnya saja dalam pengerjaan jalan raya atau jalur
kereta api.
2.3.1 Prosedur Lapangan Menggunakan Waterpass
Operasi sifat datar membutuhkan kerja sama dari dua petugas, yaitu pemegang
alat dan pemegang rambu ukur pada saat pembacaan demi dicapainya hasil yang
konsisten. Ketepatan survey tergantung dari ketelitian membuat garis bidik horizontal,
kemampuan pemegang rambu ukur dalam memegang rambu ukur secara vertical, dan
presisi rambu ukur yang dibaca. Ketepatan alat yang memakai nivo gelembung gas
juga harus memperhatikan penyetelan tabung nivo dan presisi sejajar suatu nivo dan
garis bidik. Tidak boleh terjadi penurunan alat di antara waktu bidik belakang dan
bidik muka pada stasiun alat. (Wirshing, 1995).
2.3.2 profil memanjang
Pelaksanaan pengukuran Sipat datar profil memanjang tidak jauh berbeda dengan
sipat datar memanjang, yaitu melalui jalur pengukuran yang nantinya merupakan titik
ikat bagi sipat datar profil melintangnya, sehingga mempunyai ketentuan sebagai
berikut :
• Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tenah (as) jalur pengukuran dan
dilakukan pengukuran pada setiap perubahan yang terdapat pada permukaan tanah.
• Data ukuran jarak dengan pita ukur dan dicek dengan jarak optis.
2.3.3 Profil melintang
Pelaksanaan pengukuran sipat datar profil melintang dilakukan setelah pengukuran
sipat datar profil memanjang, jarak antar potongan melintang dibuat sama, sedangkan
pengukuran kearah samping kiri dan kanan as jalur memanjang lebarnya dapat
ditentukan sesuai perencanaan dengan pita ukur misalnya pada jalan raya, potongan
melintang dibuat dari tepi yang satu ke tepi yang lain. Arah potongan melintang tegak
9. 7 | PraktikumSurvei Terestris
lurus dengan as, kecuali pada titik tikungan (contoh pada titik B) maka potongan
diusahakan membagi sudut terseut sama besar atau bila perlu dibuatkan 2 buah
potongan melintang yang masing-masing tegak lurus pada arah datang dan arah
belokan selanjutnya.
Gambar 2.1 profil melintang
2.4 Sipat Datar Profil
Sipat datar profil bertujuan untuk menentukan bentuk permukaan tanah atau
tinggi rendahnya permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, baik secara
memanjang maupun melintang. Pengukuran profil dimaksudkan untuk mendapatkan
gambaran tinggi rendahnya permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, yaitu
dengan mengukura ketinggian dari masing-masing titik. Hasil pengukuran ini
merupakan informasi untuk perencanaan jalan raya, jalan kereta api, irigasi jalur pipa
dan lain-lain, seperti dalam:
Menentukan gradien yang cocok untuk pekerjaan konstruksi.
Menghitung volume pekerjaan.
Menghitung volume galian dan timbunan yang perlu disiapkan.
Pengukuran Sipat Datar Profil dibagi menjadi dua pekerjaan yaitu sipat datar profil
memanjang dan sipat datar profil melintang sedangkan pada tahap penggambaran,
biasanya dilakukan penggambaran situasi sepanjang jalur pengukuran sipat datar
profil memanjang maupun melintang dengan skala yang berbeda agar kondisi tanah
secara vertikal akan lebih jelas terlihat. (Nurjati, 2004 )
10. 7 | PraktikumSurvei Terestris
BAB III
Metodologi Penelitian
3.1 Lokasi
Lokasi pengukuran KKV dan profil memanjang melinntang bertempat di Jl.
Selokan Mataram, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Depan Perumahan Bumi Seturan Permai 2, meliputi jalan raya dan
irigasi.
3.2 Alat dan Bahan
1. Waterpass
2. Statif
3. PitaUkur
4. PakuPayung
5. PatokKayu
6. Unting-Unting
7. Payung
8. Rambu Ukur
9. Meteran
10. Kompas
11. FormpengukuranKKV
12. FormperhitunganKKV
13. Form Pengukuran Profil
14. Kalkulatorscientific
15. ATK
16. KertasHVSpolos
3.3 Langkah Kerja
1. KKVMemanjang
1) Pengukuran
a) Melakukan survei pendahuluan terlebih dahulu pada daerah yang
akan dilakukan pengukuran. Menentukan titik-titik pengukuran,
dan pemasangan patok, setelah itu bisa dibuat sketsa pada daerah
yang akan dilakukan pengukuran
b) Melakukan pengecekan alat (kolimasi) sebelum dibawa ke
lapangan
c) Mendirikan alat, lalu memasang alat ukur yang sudah terpasang
pada kaki tiga tepat di atas titik pengukuran dan siap untuk
dibidikan perhitungan. Dan melakukan leveling.
d) Melakukan bacaan benang atas (BA), benang tengah (BT), dan
benang bawah (BB).
11. 7 | PraktikumSurvei Terestris
e) Melakukan pengukuran KKV memanjang dengan melakukan
pengukuran pembacan rambu belakang dan pembacaan rambu
muka pada setiap slag. Serta melakukan pengukuran satu seksi
dilakukan pergi – pulang dalam satu hari.
f) Melakukan pencatatan hasil pengukuran pada formulir data sipat
datar.
2) Perhitungan
a) Melakukan pengecekan data pengukuran yang telah di ambil pada
formulir data sipat datar pulang dan pergi.
b) Melakukan perhitungan pada formulir perhitungan tinggi titik
dengan memasukkan beda tinggi pergi dan beda tinggi pulang
pada setiap titik, kemudian lakukan perhitungan ∑∆h pergi dan
∑∆h pulang.
c) Melakukan perhitungan beda tinggi rata-rata pada setiap titik
pengukuran.
d) Melakukan perhitungan koreksi beda tinggi, dengan rumus sebagai
berikut:
𝑫
∑ 𝒅
× (𝑭𝑷𝑷)
Keterangan:
D = Rata-rata jarak setiap titik
∑d = Jumlah jarak rata-rata Pergi – Pulang
FPP = (∆h pergi - ∆h pulang)
e) Melakukan perhitungan ∆h terkoreksi, dengan rumus sebagai
berikut:
∆𝐡 𝐫𝐚𝐭𝐚− 𝐫𝐚𝐭𝐚 ± 𝐤𝐨𝐫𝐞𝐤𝐬𝐢 ∆𝐡
D = (BA − BB)x100
Keterangan :
D = jarak optis (m)
BA = benang atas
BB = benang bawah.
K (konstanta) = 100
Rumus beda tinggi
△ H = BTbelakang – BTmuka
△ H = beda tinggi (m)
Keterangan :
BTbelakang = Benang Tengah titik belakang
BTmuka = Benang Tengah titik muka
12. 2. Profil Memanjang dan Melintang
1) Pengukuran
1. Memanjang
a) Dirikan statif dan centering waterpass diatas titik yang telah
diukur dengan menggunakan unting-unting.
b) Ukur ketinggian alat menggunakan meteran.
c) Letakkan rambu ukur pada titik yang telah ditentukan.
d) Putar waterpass kearah rambu ukur
e) Melakukam bacaan benang atas, benang tengah, dan benang
bawah. Setelah mencatat hasil bacaan, praktikan harus
mengoreksi bacaan benang menggunakan rumus BT =
𝐵𝐴+𝐵𝐵/2
2. Melintang
a) Dirikan statif dan centering waterpass diatas titik yang telah
diukur dengan menggunakan unting-unting.
b) Mengarahkan waterpass ke utara atau arah horizontal nol
derajat sesuai arah utara sebenarnya.
c) Mengukur tinggi alat. Kemudian, mencatat hasil pengukuran
tinggi alat pertama
d) Menggambar sketsa pengukuran pada setiap STA.
e) Memulai dari menentukan STA0 dan menentukan lokasi titik
patok pada profil melintang kiri dan kanan STA0.
f) Mendirikan rambu secara tegak pada titik a dan lakukan
pembacaan BA, BT, dan BB sekaligus lakukan pengoreksian.
Setelah itu, mengulangi cara yang sama pada titik selanjutnya.
g) Lakukan hal yang sama pada profil melintang pada STA25,
STA50, STA75, dan STA100.
2) Perhitungan
a) Menghitung koreksi pembacaan benang tengah (BT)
BT = 𝐵𝐴+𝐵𝐵/2
b) Menghitung jarak optis (D). Setelah melakukan pengoreksian
benang tengah, selanjutnya mencari jarak optis dengan rumus:
𝐷 = (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵) × 100
c) Menghitung beda tinggi (∆H). Mencari beda tinggi tiap titik
yang sudah ditentukan.
∆𝐻 = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑙𝑎𝑡 – 𝐵𝑇
d) Menghitung tinggi titik = tinggi awal + ∆𝐻
3) Penggambaran
a) Siapkan 6 lembar kertas A3 untuk penggambaran (1 Profil
13. 10 | PraktikumSurvei Terestris
Memanjang, dan 5 Profil Melintang), pensil,
penggaris,penghapus, dan drawingpen.
b) Membuat garis tepi pada tiap kertas dengan ketentuan :
- Garis tepi 1cm,
- Garis tepi ke muka peta 0,5cm dan,
- muka meta ke etiket 0,5 cm
c) Mengukur muka peta dan e tiket.
d) Membuat kolom nomor titik, tinggi titik, jarak, jumlah jarak
pada muka peta.
e) Menentukan skala.
f) Cari elevasi tertinggi dan elevasi terendah, kemudian hitung
selisihnya. Hasil selisihnya dibagi dengan 0,25, ini bertujuan
untuk menentukan posisi penulisan ketinggian titik
g) Jumlahkan seluruh jaraknya, kemudian tentukan skala
horizontal dengan memperhatikan sisa kertas
h) Sambungkan ketinggian titik yang satu dengan titik yang
lainnya
3. Cut and Fill
1. Perhitungan
a) Siapkan data dan hasil penggambaran profil baik arah
memanjang maupun melintang.
b) Setelah Profil memanjang dan melintang selesai dibuat,
kemudian ditarik garis-garis rencana jalan. Dari
sininantinya dapat diketahui dimanan
diperlukan penggalian, penimbunan dan volume tanahnya.
c) Tentukan panjang dan lebar pengukuran yang
diinginkan(akan ditentukan oleh asisten).
d) Tentukan garis rencananya yang baik sehingga akan
diperoleh hasil yang ekonomis.
e) Hitung galian dan timbunan total yang diperlukan.
14. 10 | PraktikumSurvei Terestris
BAB IV
Penyajian Data
4.1 Sketsa Pengukuran
1. KKV Memanjang
2.1 Gambar sketsa KKV Memanjang
15. 11 | PraktikumSurvei Terestris
2. Profil Memanjang Melintang
2.2 Gambar sketsa Profil Memanjang
2.3 Gambar sketsa Profil Melintang STA 0
16. 12 | PraktikumSurvei Terestris
2.4 Gambar sketsa Profil Melintang STA 25
2.5 Gambar sketsa Profil Melintang ST
19. 14 | PraktikumSurvei Terestris
4.2 Data Pengukuran
1. KKV Memanjang
Pergi
No
kedudukan
Target
Pembacaan
Rambu Jarak
Beda
Tinggi/Koreksi
Tinggi
Titik
BT BA/BB
T1
BM1 1.717
1.779
12.4
0.223
138.266
1.655
P1 1.494
1.556
12.4 138.489
1.432
T2
P1 1.499
1.561
12.4
0.137
138.489
1.437
P2 1.362
1.424
12.4 138.626
1.300
T3
P2 1.487
1.549
12.4
-0.002
138.622
1.425
P3 1.489
1.551
12.4 138.624
1.427
T4
P3 1.271
1.333
12.4
-0.107
138.624
1.209
P4 1.378
1.440
12.4 138.517
1.316
3.1 Tabel KKV Memanjang Pergi
20. 10 | PraktikumSurvei Terestris
Pulang
No
kedudukan
Target
Pembacaan Rambu
Jarak
Beda
Tinggi/Koreksi
Tinggi Titik
BT BA/BB
T1
P1 1.405
1.466
12.2
-0.222
138.490
1.344
BM1 1.627
1.689
12.4 138.268
1.565
T2
P2 1.395
1.457
12.4
-0.136
138.626
1.333
P1 1.531
1.593
12.4 138.490
1.469
T3
P3 1.343
1.405
12.4
0.002
138.624
1.281
P2 1.341
1.403
12.4 138.626
1.279
T4
P4 1.546
1.608
12.4
0.107
138.517
1.484
P3 1.439
1.501
12.4 138.624
1.377
3.2 Tabel KKV Memanjang Pulang
21. 2. Profil Memanjang Melintang
Kedudukan
Alat
Arah
Bacaan Rambu
Beda
Tinggi
(m)
Jarak (m)
BA BT BB
STA 0 - 25
a 1.318 1.278 1.238 0.126 8
A 1.473 1.436 1.399 -0.032 7.4
B 1.503 1.479 1.455 -0.075 4.8
C 3.227 3.188 3.149 -1.784 7.8
D 1.928 1.88 1.832 -0.476 9.6
E 1.831 1.777 1.723 -0.373 10.8
F 2.676 2.609 2.542 -1.205 13.4
G 3.308 3.241 3.174 -1.837 13.4
STA Bantu
1.831 1.777 1.723 -0.352 10.8
H 3.018 2.976 2.934 -1.551 8.4
I 1.459 1.418 1.377 0.007 8.2
J 1.474 1.429 1.384 -0.004 9
K 1.136 1.088 1.04 0.337 9.6
L 1.087 1.029 0.971 0.396 11.6
M 2.972 2.945 2.918 -1.520 5.4
STA 25-50
b 1.557 1.517 1.477 -0.029 8
A 1.530 1.496 1.462 -0.032 6.8
B 1.558 1.533 1.508 -0.069 5
C 3.626 3.589 3.552 -2.125 7.4
D 2.231 2.185 2.139 -0.721 9.2
E 2.043 1.993 1.943 -0.529 10
F 2.404 2.347 2.290 -0.883 11.4
G 2.979 2.916 2.853 -1.452 12.6
H 3.753 3.672 3.609 -2.208 12.6
STA Bantu
I 3.099 3.059 3.019 -1.684 8
J 1.634 1.594 1.594 -0.219 4
K 1.635 1.593 1.551 -0.218 8.4
L 0.806 0.763 0.720 0.612 8.6
M 0.925 0.870 0.815 0.505 11
N 3.058 3.035 3.012 -1.660 4.6
STA 50-75
a 1.663 1.588 1.513 -0.089 15
b 1.393 1.354 1.315 0.145 7.8
C 1.697 1.604 1.511 -0.105 18.6
22. 16 | PraktikumSurvei Terestris
d 1.623 1.533 1.443 -0.034 18
e 1.623 1.534 1.445 -0.035 17.8
f 1.692 1.606 1.520 -0.107 17.2
g 1.598 1.544 1.490 -0.045 10.8
h 1.436 1.389 1.342 0.110 9.4
i 1.358 1.339 1.320 0.160 3.8
j 1.516 1.504 1.492 -0.005 2.4
k 1.513 1.498 1.483 0.001 3
l 1.436 1.418 1.400 0.081 3.6
m 1.433 1.414 1.395 0.085 3.8
n 1.499 1.477 1.455 0.022 4.4
o 1.488 1.447 1.406 0.052 8.2
p 1.556 1.474 1.392 0.025 16.4
A 1.443 1.409 1.375 0.086 6.8
B 1.277 1.25 1.223 0.245 5.4
C 1.493 1.467 1.441 0.028 5.2
D 3.69 3.653 3.616 -2.158 7.4
E 2.548 2.501 2.454 -1.006 9.4
F 2.537 2.489 2.441 -0.994 9.6
G 2.348 2.298 2.248 -0.803 10
H 2.218 2.164 2.11 -0.669 10.8
I 2.36 2.3 2.24 -0.805 12
J 3.976 3.914 3.852 -2.419 12.4
STA Bantu
K 3.157 3.114 3.071 -1.701 8.6
L 1.659 1.616 1.573 -0.203 8.6
M 1.653 1.608 1.563 -0.195 9
N 0.755 0.709 0.663 0.704 9.2
O 0.757 0.71 0.663 0.703 9.4
P 0.442 0.395 0.348 1.018 9.4
Q 0.535 0.485 0.435 0.928 10
R 0.747 0.697 0.647 0.716 10
S 3.101 3.075 3.049 -1.662 5.2
T 3.142 3.11 3.078 -1.697 6.4
STA 75 -
100
a 1.536 1.492 1.448 -0.031 8.8
b 1.598 1.513 1.428 -0.052 17
A 1.464 1.429 1.394 0.067 7
B 1.441 1.417 1.393 0.079 4.8
C 3.799 3.761 3.723 -2.265 7.6
D 2.340 2.287 2.234 -0.791 10.6
E 2.242 2.185 2.128 -0.689 11.4
F 2.384 2.376 2.314 -0.880 7
G 3.956 3.892 3.828 -2.396 12.8
23. 16 | PraktikumSurvei Terestris
H 0.848 0.787 0.726 0.709 12.2
STA Bantu
I 0.942 0.894 0.846 0.622 9.6
J 1.751 1.703 1.655 -0.187 9.6
K 1.784 1.739 1.694 -0.223 9
L 3.138 3.093 3.048 -1.577 9
M 3.173 3.137 3.101 -1.621 7.2
N 3.175 3.149 3.123 -1.633 5.2
O 1.857 1.848 1.839 -0.332 1.8
P 1.848 1.84 1.832 -0.324 1.6
STA 100
A 1.469 1.419 1.369 0.071 10
B 1.472 1.439 1.406 0.051 6.6
C 1.505 1.479 1.453 0.011 5.2
D 3.715 3.681 3.647 -2.191 6.8
E 2.363 2.319 2.215 -0.829 14.8
F 2.306 2.247 2.188 -0.757 11.8
G 3.307 3.246 3.185 -1.756 12.2
STA Bantu
H 1.909 1.865 1.821 -0.353 8.8
I 1.928 1.886 1.844 -0.374 8.4
J 3.266 3.224 3.182 -1.712 8.4
K 1.099 1.053 1.007 0.459 9.2
L 1.109 1.054 0.999 0.458 11
M 3.364 3.341 3.318 -1.829 4.6
N 3.392 3.357 3.322 -1.845 7
3.3 Tabel Profil Memanjang Melintang
24. 16 | PraktikumSurvei Terestris
BAB V
Hasil dan Pembahasan
5.1 Hasil
1. KKV Memanjang
1) Hasil Perhitungan KKV Memanjang
Terlampir
2. Profil Memanjang Melintang
1) HasilPehitunganProfil Memanjang Melintang
Terlampir
2) Penggambaran
Terlampir
3. Cut and Fill
1) Hasil Pehitungan Cut and Fill
STA 0 : Cut = 2,8392𝑚2
Fill = 1,974𝑚2
STA 25 : Cut = 𝑚2
Fill = 𝑚2
STA 50 : Cut = 𝑚2
Fill = 𝑚2
STA 75 : Cut = 𝑚2
Fill = 𝑚2
STA 100 : Cut = 𝑚2
Fill = 𝑚2
2) Penggambaran
Terlampir
5.2 Pembahasan
1. KKVMemanjang
Rambu ukur yang dibidik yang tepat dengan benang diafragma mendatar dan
benang stadia atas dan bawah. Bacaan yang tepat dengan benang diafragma
mendatar biasa disebut dengan Bacaan Tengah (BT), sedangkan yang tepat
dengan benang stadia atas disebut Bacaan Atas (BA) dan yang tepat dengan
benang stadia bawah disebut Bacaan Bawah (BB). Karena jarak antara benang
diafragma mendatar ke benang stadia atas dan bawah sama, maka :
BA – BT = BT – BB atau BT = ½ ( BA – BB)
2. Profil Memanjang Melintang
Dalam pengukuran pengambilan data, pengukuran dimulai pada profil
memanjang dahulu baru beralih pada profil melintang. Alasan ini
mempermudah praktikan karena dengan berdirinya alat pada STA0 kemudian
dapat menembak bacaan titik mulai dari 1, 2 STA25, 3, 4, sampai STA100.
Sehingga pengukuran memanjang pun usai. Pengukuran profil memanjang dan
melintang menghasilkan data yakni mendapatkan perbedaan nilai tinggi titik
di mana hanya dibutuhkan satu ketinggian saja yakni STA0. Patokan
keseluruhan pengukuran berasal dari TA dan Z pada STA0.
25. 19 | PraktikumSurvei Terestris
BAB VI
Penutup
6.1 Kesimpulan
Pengukuran beda tinggi dengan waterpass yaitu menentukan beda tinggi
antara dua titik. Setelah menentukan dua titik, kemudian menghitung selisih
bacaan benang tengah rambu muka dan rambu belakang yang didirikan pada
kedua titik tersebut.Profil adalah pengukuran beda tinggi penampang dengan dua
bentuk yakni memanjang dan melintang. Profil memanjang yaitu pengukuran
sealur sumbu proyek. Sedangkan profil melintang adalah pengukuran tegak lurus
dengan sumbu proyek. Dengan penilaian profil ini banyak manfaat yang dapat
diperoleh dari data yang dihasilkan berbeda disetiap bagian di wilayah yang dapat
diperoleh informasi mengenai beda tinggi sangat berguna dalam segala pekerjaan
misalnya dalam pekerjaan jalan raya atau jalur kereta api. Pengukuran dan
oerhitungan cut and fill juga mendapatkan hasil dalam menentukan besar volume
galian dan timbunan darihasil pengukuran profil memanjang dan melintang pada
suatu perencanaanpekerjaan jalanan atau bangunan.
6.2 Saran
Setelah melakukan praktikum ini, Praktikan dapat memahami mengenai
pengukuran KKV Memanjang, profil memanjang melintang, dan cut and fill
secara keseluruhan.Praktikan tidak hanya memahami dari teori, tetapi juga dapat
mempraktikum melalui pengukuran yang dilakukan. Praktikan memahami
pentinyanya pengecekan alat sebelum ke lapangan,menetukan titik yang akaan
diukur, memahami pengukuran dan perhitungan tiap metode. Demikian laporan
praktikum ini dibuat dengan sungguh-sungguh sebatas pengetahuan dan ilmu yang
didapatkan oleh saya pada saat praktikum.
26. DAFTAR PUSTAKA
Salmani, ST., MT., MS., (2012). LEVELLING 3. Sipat Datar Memanjang dan
Melintan
Safrel, I. (2010). Evaluasi Titik Kontrol Tinggi Universitas Negeri Semarang. Jurnal
Teknik Sipil dan Perencanaan, 12, 141-150.
Westly, Rassarandi, F. D., & Siagian, G. P. (n.d.). Pembuatan Profil Memanjang dan
Melintang pada Pembangunan Slope Rusun 2 Kawasan Industrial Panbil Muka
Kuning Batam. ISAS Publishing, 6.