Laporan ini membahas pengukuran dengan waterpass dan metode polar untuk menentukan beda tinggi, jarak, dan luas lahan. Terdapat penjelasan teori, tujuan, alat dan bahan, langkah kerja, data hasil ukur, perhitungan, serta dokumentasi foto hasil pengukuran.
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
ILMU UKUR TANAH
1. LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Ilmu Ukur Tanah yang
diampu oleh
DIBUAT OLEH : KELOMPOK 1
Nousseva Renna (5415164015)
PENDIDIKAN VOKASIONAL KONSTRUKSI BANGUNAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
2. I. Landasan Teori
Ilmu ukur tanah merupakan ilmu terapan yang mempelajari dan menganalisis bentuk
topografi permukaan bumi beserta objek-objek diatasnya untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan
konstruksi. Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang cara-cara pekerjaan
pengukuran diatas tanah yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan suatu titik atau
penggambaran situasi atau keadaan secara fisik yang terdapat diatas permukaan bumi. Ilmu
ukur tanah menjadi dasar bagi beberapa mata kuliah lainnya, seperti rekayasa jalan raya, irigasi,
drainase, dan sebagainya.
Waterpass dan theodolite sebagai salah satu alat yang dapat menghasilkan data dan
ukuran yang dapet dipertanggung jawabkan. Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk
menggunakan atau menentukan ketinggian atau beda tinggi antara dua tinggi. Prinsip kerja dari
alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong horizontal. Bagian yang membuat
kedudukan menjadi horizontal adalah nivo, yang berbentuk tabung yang berisi cairan dengan
gelombang di dalamnya pada penggunaan alat ukur waterpass harus disertai dengan rambu ukur
(baak). Beda elevasi di tentukan di kurangkan atau ditambah dengan nilai yang di terapkan
tersebut dan hasilnya adalah elevasi titik-titik.
Sifat datar metode polar merupakan metode yang menjadi dasar penentuan posisi
horizontal berdasarkan arah dari jarak suatu titik ke titik lain. Pengukuran sifat datar dengan
metode polar ini sangat cocok untuk mendapatkan perbedaan ketinggian yang luas dan beda
tingginya tidak terlalu mencolok atau relatif datar.
II. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menggunakan waterpass.
2. Mahasiswa mampu membaca benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
3. Mahasiswa mampu membaca mengukur tinggi pesawat.
4. Mahasiswa mampu membaca sudut horizontal.
5. Mahasiswa dapat menggambar hasil pengukuran.
6. Mahasiswa mampu menghitung hasil pengukuran dengan cara polar.
7. Mahasiswa mampu mengukur beda tinggi dan tinggi tanah dengan cara polar.
8. Mahasiswa mampu menentukan luas suatu lahan.
III. Alat dan Bahan
1. Pesawat waterpass
3. 2. Tripod / statif
3. Antang – anting
4. Roll meter
5. Baak ukur
6. Waterpass
7. Patok
8. Pilok
9. Payung
IV. Langkah Kerja
1. Siapkan semua alat yang akan digunakan.
2. Tandai titik menggunakan pilox.
3. Pasang patok di tempat yang telah ditandai dengan menggunakan pilox
4. Letakkan tripod dipermukaan yang rata, lalu ukur kerataan dengan menggunakan
waterpass agar hasil pengamatan sangat presisi. buat kaki tripod atau statif membentuk
piramida sama sisi. Kencangkan sekrup statif dan tancapkan dalam tanah, usahakan kepala
statif platnya mendatar.
5. Kaitkan anting-anting pada pengait yang terdapat dibawah tripod.
6. Pasang pesawat diatas tripod, lalu atur gelembung nivo agar berada di tengah-tengah
lingkaran dengan memutar sekrup pengatur nivo (kekanan/kekiri). Gelembung nivo
diperiksa dengan cara memutar teropong (90°, 180°, 270°, dan 360°) searah jarum jam.
7. Bidik setiap titik dengan visir agar lebih presisi
8. Tapi sebelumnya letakkan baak dititik yang dituju dengan seimbang menggunakan
waterpass.
9. Setelah dibidik dengan visir, bidik dengan kamera pesawat
10. Baca kamera pesawat dengan melihat BA, BT, dan BB. Kemudian baca sudut horizontal
masing-masing titik. Catatlah hasil tersebut.
11. Ukur jarak antara pesawat dengan baak ukur meter.
12. Catat ketinggian tripod .
13. Rapihkan semua alat dan bahan yang telah selesai digunakan.
14. Catatlah waktu dan kondisi cuaca saat pengukuran.
4. V. Data Laporan
Kelompok : 1 Tanggal : 21 Maret 2018
Kelas : PVKB 16 Sesi 1 Waktu : 10.00-11.40 WIB
Cuaca : Cerah & Berangin
PSW TITIK
BACAAN BAAK
SUDUT
HORIZONTAL
JARAK
ASLI
(m)
JARAK
OPTIS
(m)
BEDA TINGGI TINGGI
BA BT BB (+) (-) TANAH
P1
1,15
A 1178 1105 1031 0˚0' 14,6 14,7 0 0 0
B 1391 1320 1249 0˚0' 14,24 14,2 0,213 0,213
C 1298 1235 1212 105˚30' 8 8,6 0,133 0,133
D 1120 1079 1030 194˚45' 8,19 9 0,024 -0,024
E 1042 992 942 219˚ 10,16 10 0,133 -0,133
F 1368 1294 1220 289˚30' 14,91 14,8 0,19 0,19
G 1732 1602 1472 307˚30' 25,95 26 0,545 0,545
H 1655 1525 1395 343˚15' 25,8 26 0,404 0,404
VI. Perhitungan
A. Beda tinggi dan tinggi tanah
Tinggi tanah titik B terhadap A:
1320
1105 -
-215
-1105 +
-1320
Tinggi tanah titik C terhadap A:
1235
1105 -
-130
-1105 +
-1235
Tinggi tanah titik D terhadap A:
1105
1079 -
+26
-1105 +
-1079
Tinggi tanah titik E terhadap A:
1105
992 -
+113
-1105 +
-992
1105
1320
B -1105
A
1105
1235
B -1105
A
5. Tinggi tanah titik F terhadap A:
1294
1105 -
-189
-1105 +
-1294
Tinggi tanah titik G terhadap A:
1602
1105 -
-497
-1105 +
-1602
Tinggi tanah titik H terhadap A:
1525
1105 -
-420
-1105 +
-1525
Tinggi tanah titik P1 terhadap A:
1150
1105 -
-45
-1105 +
-1150
1079
1105
B -1105
A
992
1105
B -1105
A
1105
1294
B -1105
A
1105
1602
B -1105
A
1105
1525
B -1105
A
1105
1150
B -1105
A
6. B. Jarak Optis
P1 Terhadap Titik BA BB (BA-BB)x100 (mm) Jarak Optis (m)
A 1178 1031 14700 14,7
B 1391 1249 14200 14,2
C 1298 1212 8600 8,6
D 1120 1030 9000 9
E 1042 942 10000 10
F 1368 1220 14800 14,8
G 1732 1472 26000 26
H 1655 1395 26000 26
C. Perhitungan Jarak Antar Titik
Titik B ke A
𝐵𝐴2
= 𝐵2
+ 𝐴2
− 2𝐵𝐴 𝑥 𝐶𝑂𝑆 𝛼
𝐵𝐴2
= 14,22
+ 14,72
− 2𝑥14,2𝑥14,7 𝑥 𝐶𝑂𝑆 0
𝐵𝐴 = √0.25 = 0,5 𝑚
Titik A ke C
𝐴𝐶2
= 𝐴2
+ 𝐶2
− 2𝐴𝐶 𝑥 𝐶𝑂𝑆 𝛼
𝐴𝐶2
= 14,72
+ 8,62
− 2𝑥14,7𝑥8,6 𝑥 𝐶𝑂𝑆 105,5
𝐴𝐶 = √357,619 = 18,91 𝑚
Titik C ke D
𝐶𝐷2
= 𝐶2
+ 𝐷2
− 2 𝐶𝐷 𝑥 𝐶𝑂𝑆 𝛼
𝐶𝐷2
= 8,62
+ 92
− 2𝑥8,6𝑥9𝑥 𝐶𝑂𝑆 89,25
𝐶𝐷 = √152,934 = 12,37 𝑚
Titik D ke E
Series 1
Series 1
A
B
C
E
D
F
G
H
7. 𝐷𝐸2
= 𝐷2
+ 𝐸2
− 2𝐷𝐸 𝑥 𝐶𝑂𝑆 𝛼
𝐷𝐸2
= 92
+ 102
− 2𝑥9𝑥10𝑥 𝐶𝑂𝑆 24,25
DE = √16,883 = 4,11 𝑚
Titik E ke F
𝐸𝐹2
= 𝐸2
+ 𝐹2
− 2𝐸𝐹 𝑥 𝐶𝑂𝑆 𝛼
𝐸𝐹2
= 102
+ 14,82
− 2𝑥10𝑥14,8𝑥 𝐶𝑂𝑆 70,5
= √220,233 = 14,84 𝑚
Titik F ke G
𝐹𝐺2
= 𝐹2
+ 𝐺2
− 2 𝐹𝐺𝑥 𝐶𝑂𝑆 𝛼
𝐹𝐺2
= 14,82
+ 262
− 2𝑥 14,8 𝑥 26 𝑥 𝐶𝑂𝑆 18
= √163,107 = 12,77 𝑚
Titik G ke H
𝐺𝐻2
= 𝐺2
+ 𝐻2
− 2𝐺𝐻 𝑥 𝐶𝑂𝑆 𝛼
𝐺𝐻2
= 262
+ 262
− 2𝑥26 𝑥26 𝑥 𝐶𝑂𝑆 35,75
= √254,752 = 15,96 𝑚
Titik H ke A
𝐻𝐴2
= 𝐻2
+ 𝐴2
− 2𝐻𝐴 𝑥 𝐶𝑂𝑆 𝛼
𝐻𝐴2
= 262
+ 14,72
− 2𝑥26𝑥14,7𝑥𝐶𝑂𝑆 16,75
= √160,122 = 12,654 𝑚
D. Luasan Segitiga
Segitiga XPY Jarak X ke Y (m) Luas Segitiga (1/2 XY.sinα) Luas (m2)
APB 0,5 ½. 1. Sin 0 0
APC 18,91 ½. 18,91. Sin 105,5 9,11
CPD 12,37 ½. 12,37. Sin 89,25 6,18
DPE 4,11 ½. 4,11. Sin 24,25 0,84
EPF 14,84 ½. 14,84. Sin 70,5 6,99
FPG 12,77 ½. 12,77. Sin 18 1,97
GPH 15,96 ½. 15,96. Sin 35,75 4,66
HPA 12,654 ½. 12,654. Sin 16,75 1,82