Tutorial agisoft metashape pengolahan data drone - edi supriyanto, st
1.
2.
3.
Dan se in po -po di bu me d pe da la (me d
ti ), di b an ke n a tu la (la ) se h (ke g)n a,
ni y ti ak ha -ha n (di s a ) ka t Al a .
Ses g ya Al a Mah Per la Mah Bij na.
[Q : Luq 27]
4.
5. KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis ucapkan rasa syukur kepada Alloh SWT yang telah memudahkan
penulis untuk kembali menghadirkan buku “Pengolahan Data Survey UAV Dengan Agisoft
Metashape”. Setelah terbit beberapa seri pendahulunya yang telah tersebar secara luas dalam
berbagai format digital dan buku. Dari Aceh ke Papua, hingga menyeberang ke Timorleste.
Teknik fotogrametri yang sedang berkembang sekarang ini menjadikan Unmanned
Aerial Vehicle (UAV) sebagai salah satu platform yang semakin populer untuk pekerjaan
pemetaan karena kelebihannya dalam kemampuan akuisisi foto udara dengan resolusi spasial
yang tinggi.
Buku ini kami susun dari catatan catatan-catatan kecil di lapangan sehingga di dalam
penyusunannya tidak mempergunakan satu file secara berurutan dari awal hingga akhir, namun
lebih menitik beratkan pada urutan topik pembahasan. Begitu pula dengan sistem operasi,
kadang penulis mempergunakan sistem operasi Windows, kadang mempergunakan sistem
operasi Mac tergantung sumber daya yang ada pada saat memiliki waktu luang untuk menulis.
Penulis berharap dengan berbagi catatan kecil ini bisa bermanfaat lebih luas bagi pembaca
sekaligus sebagai amal jariyah bagi penulis sebagai ilmu yang bermanfaat.
Seluruh tulisan ini dibuat sesuai dengan pengetahuan yang penulis ketahui pada saat
penulisan buku dilakukan dan mungkin akan berubah seiring dengan pengetahuan baru yang
diperoleh. Selamat menikmati isi buku ini dan mari terus berkarya dan memberikan sumbangan
positif bagi negeri.
Denpasar, November 2019
Edi Supriyanto
edi@supriyanto.web.id
5
6.
7. DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………….…………. 5
Daftar Isi …………………………………………………………………………………….. 7
1 Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Survey ………………………...……………..……….. 12
1.1 Sejarah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) ……………………………………………….. 12
1.2 Manfaat Survey Dengan UAV …………………………...…………………………...…… 12
1.3 Akurasi Ketelitian Survey Dengan UAV …………………………...…………………….. 16
1.3.1 Ketelitian Planimetrik / Horisontal ……………………………………………………..…. 16
1.3.2 Ketelitian Vertikal …………………………………………………………………………… 17
1.3.3 Akurasi Rekonstruksi 3D Model ………………………………………………………….. 20
2 Agisoft Metashape ………………………………………………………..………………... 22
2.1 Sekilas Software Agisoft Metashape ……………....……………………...…………….. 22
2.2 Versi Agisoft Metashape …………………………………………………………………… 23
2.3 Kebutuhan Sistem ………....……....………………………..……………………………… 23
2.4 Kemampuan Software Agisoft Metashape ………………………………………………. 24
2.5 Software Photogrammetri Lainnya ………………………………………………………... 25
3 Memulai Program Agisoft Metashape ……………………………...…………………….. 30
3.1 Memulai Program Agisoft Metashape ……………………………...…………………….. 30
7
10. 9 Build Tiled Model ……………....……………..…………………………………………… 167
9.1 Build Tiled Model ……………....……………..…………………………………………… 167
10 Build DEM ……….……………………..…….....…………………………………………. 174
10.1 Build DEM ……….………...……………..……..………………………………………… 174
10.2 Pembuatan Garis Kontur (Generate Contour) ………………………………………… 186
10.3 Export DEM (DTM/DSM) ……….…………………………..………..…………………… 188
11 Build Orthomosaic …………………………………..………………………..…………… 191
11.1 Build Orthomosaic …………………………………..………………………..…………… 191
11.2 Export Orthomosaic ……………………………...…………..…..…………..…………… 199
12 Pengukuran (Measurement) ………..……………………………………………………. 202
12.1 Pengukuran Pada Model 3D ………………………………..…………………………… 202
12.1.1 Pengukuran Jarak …………………………………………………………………………. 202
12.1.2 Pengukuran Polyline dan Polygon ……………………………………………………… 204
13 Generate Report ……………………………………...…………………………………… 210
13.1 Memproses Pembuatan Laporan ……………………………………………………….. 210
Tentang Penulis ……………………………………………………………………………………. 215
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………………... 217
Lampiran 1 - Processing Report …………………………………………………………………. 219
10
11.
12. 1
UNMANNED AERIAL VEHICLE (UAV) SURVEY
1.1 Sejarah Unmanned Aerial Vehicle (UAV)
Pesawat tanpa awak atau Pesawat nirawak (Unmanned Aerial Vehicle atau disingkat
UAV atau sering disebut sebagai drone), adalah sebuah mesin terbang yang berfungsi dengan
kendali jarak jauh oleh pilot atau mampu mengendalikan dirinya sendiri, menggunakan hukum
aerodinamika untuk mengangkat dirinya, bisa digunakan kembali dan mampu membawa
muatan baik senjata maupun muatan lainnya. Penggunaan terbesar dari pesawat tanpa awak
ini adalah di bidang militer, tetapi juga digunakan di bidang-bidang yang lainnya seperti : bidang
rekayasa, arkeologi, fotografi, videograf dan lain sebagainyai yang dilakukan secara bebas dan
terbuka.
1.2 Manfaat Survey Dengan UAV
Saat ini, banyak peneliti dan perusahaan menggunakan kendaraan udara tak berawak
(UAV) untuk berbagai macam penggunaan antara lain :
Industri Oil & Gas
● Inspeksi ujung menara /flare tip
● Inspeksi pipa riser
● Inspeksi Struktural Offshore & Onshore
● Survey Decommisioning / Penonaktifan
12
13. Industri Nuklir
● Inspeksi nuklir power plant
● Deteksi radiasi
Agrikultur
● Penyemprotan pestisida
● Penyiraman tanaman
Pekerjaan Teknik Sipil
● Inspeksi jembatan & viaduct
● Inspeksi struktur baja
Land Survey
● Pemetaan lahan untuk daerah berbahaya
● Pemetaan hutan
Lainnya
● Inspeksi kabel tegangan tinggi (sutet)
● Penelitian situs kuno pada bidang arkeologi
● Investigasi titik api pada kebakaran hutan
● Dan lain-lain
13
16. 1.3 Akurasi Ketelitian Survey Dengan UAV
Banyak kajian telah dilakukan untuk mengukur ketelitian dari survey UAV baik dari jurnal
dalam negeri maupun jurnal luar negeri. Dan secara garis besar menunjukkan hasil yang
semakin baik. Bahkan untuk masa yang akan datang, tidak menutup kemungkinan survey
pemetaan dengan metode terestris untuk beberapa kasus akan tergeser dengan metode
fotogrametri karena kelebihannya yang semakin efektif dan efisien.
1.3.1 Ketelitian Planimetrik / Horisontal
Dari jurnal penelitian dalam negeri, pada pengujian akurasi ketelitian planimetrik atau
pengujian bidang datar untuk kemudian dibandingkan dengan survey metode terestris, survey
dengan mempergunakan UAV atau pesawat tanpa awak terbukti memenuhi standar ketelitian
geometri dan planimetrik dari BIG maupun BPN. Penelitian tersebut di lakukan pada bidang
datar dan berbukit dengan dua buah perangkat lunak yang berbeda yaitu Agisoft dan Drone
Deploy. Dan berikut ditampilkan hasil penelitian tersebut sebagaimana diperlihatkan pada
Tabel 1.1 dan Tabel 1.2
Jurnal Geodesi Undip
Tabel 1.1 : Hasil Uji Ketelitian Planimetrik Luas Plan 1
16
17. Jurnal Geodesi Undip
Tabel 1.2 : Hasil Uji Ketelitian Planimetrik Luas Plan 2
Dan dari jurnal luar negeri yang lain yaitu American Society Of Civil Engineers (ASCE)
menyatakan bahwa ketelitian horisontal tidak diengaruhi oleh tinggi terbang wahana. Ketelitian
horisontal akan meningkat dengan meningkatnya jumlah Ground Controll Point (GCP).
1.3.2 Ketelitian Vertikal
Untuk ketelitian vertikal juga sudah banyak kajian yang dilakukan seperti pada jurnal
American Society Of Civil Engineers (ASCE) yang menyatakan bahwa ketelitian vertikal
memiliki banyak faktor yang akan mempengaruhi akurasi dari suatu survey UAV.
Faktor-faktor tersebut antara lain pengaruh tinggi terbang wahana, semakin tinggi
wahana terbang maka semakin menurunkan akurasi vertikal. Jumlah Ground Controll Point
17
18. (GCP) juga mempengaruhi akurasi vertikal, semakin banyak GCP maka akan semakin
meningkatkan akurasi vertikal dan demikian pula jika sebaliknya. Dari salah satu pembahasan
dalam jurnal tersebut juga dilakukan berbagai kombinasi ketinggian terbang (50 meter, 80
meter, 100 meter dan 120 meter) serta berbagai kombinasi jumlah GCP (3, 5 dan 10) yang
paling menghasilkan nilai akurasi vertikal tertinggi adalah ketinggian 50 meter dengan jumlah
GCP 10. Sehingga semakin menguatkan teori bahwa semakin rendah terbang wahana serta
semakin banyak GCP yang terpasang akan semakin meningkatkan akurasi.
Dan faktor lain yang juga berperan adalah ketelitian pada pemrosesan data terkait
pengklasifikasian point dense cloud yang tidak tepat pada class nya. Otomasi pada software
photogrammetri masih perlu dilakukan penge-chekkan kembali untuk memastikan semua data
sudah berada pada kelas yang sesuai di dalam pembentukan Digital Terrain Model (DTM).
Pengklasifikasian secara semi otomatis pada software dengan parameter yang telah ditetapkan
tidak menjamin bahwa point cloud telah terklasifikasi dengan benar. Dan berikut ditampilkan
hasil salah satu hasil penelitian dari jurnal dalam negeri terkait akurasi vertikal survey
menggunakan UAV dengan mengambil beberapa point sampel survey yang sebagian sampel
memiliki selisih di bawah 0.5 meter dan sebagian lagi masih lebih besar dari 0.5 meter,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 1.5 dan Gambar 1.6
18
19. Jurnal Geodesi Undip
Gambar 1.5 : Titik-Titik Dengan Selisih Kurang Dari 0.5 Meter
Jurnal Geodesi Undip
Gambar 1.6 : Titik-Titik Dengan Selisih Lebih Dari 0.5 Meter
19
20. 1.3.3 Akurasi Rekonstruksi 3D Model
Pemanfaatan Agisoft Metashape untuk rekonstruksi model 3 dimensi juga sudah banyak
dilakukan. Antara lain penelitian yang dilakukan dalam jurnal internasional Science Direct yang
menunjukkan hasil yang baik untuk rekonstruksi model 3D sebagaimana di perlihatkan pada
Gambar 1.7 dan Tabel 1.3
sciencedirect.com
Gambar 1.7 Gambar Fasad Dengan UAV
Tabel 1.3 : Relative Error calculation
20
21.
22. 2
AGISOFT METASHAPE
2.1 Sekilas Software Agisoft Metashape
Agisoft Metashape (sebelumnya dikenal Agisoft Photoscan) adalah produk perangkat
lunak yang berdiri sendiri (standalone software) yang bisa melakukan pemrosesan fotogrametri
dari gambar digital dan menghasilkan data spasial 3D untuk digunakan dalam aplikasi GIS,
dokumentasi warisan budaya, dan produksi efek visual serta untuk pengukuran tidak langsung
objek berbagai skala. Software tersedia dalam versi Standard Edition dan versi Professional
Edition yang dikembangkan oleh Agisoft LLC yang berlokasi di St. Petersburg Russia. Saat ini
software telah banyak dipergunakan oleh banyak perusahaan UAV dan para arkeolog.
Perangkat lunak ini juga dapat berjalan di berbagai sistem operasi antara lain : Microsoft
Windows, Mac Os, dan Linux. Berikut tampilan software Agisoft Metashape, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 2.1
Agisoft.com
Gambar 2.1 Tampilan Software Agisoft Metashape
22
23. 2.2 Versi Agisoft Metashape
Software Agisoft mengalami banyak update dan berikut beberapa versi dari Agisoft pada
saat buku ini di tuliskan antara lain sebagai berikut :
● Version 1.6.0 build 9217 (29 September 2019, preview release)
● Version 1.6.0 build 9128 (14 September 2019, preview release)
● Version 1.6.0 build 9063 (6 September 2019, preview release)
● Version 1.5.5 build 9097 (11 September 2019)
● Version 1.5.4 build 8885 (14 August 2019)
● Version 1.5.3 build 8469 (24 June 2019)
● Version 1.5.2 build 7838 (23 March 2019)
● Version 1.5.1 build 7618 (2 February 2019)
● Version 1.5.0 build 7492 (31 December 2018)
● Version 1.5.0 build 7441 (24 December 2018, preview release)
● Version 1.5.0 build 7336 (10 December 2018, preview release)
● Version 1.5.0 build 7204 (19 November 2018, preview release)
● Version 1.5.0 build 7125 (5 November 2018, preview release)
● Dan lain-lain
2.3 Kebutuhan Sistem
Berikut ditampilkan tabel kebutuhan sistem untuk software bisa berjalan secara maksimal di
komputer sebagai berikut :
23
24. Table 1.1 Kebutuhan Sistem Komputer
2.4 Kemampuan Software Agisoft Metashape
Agisoft Metashape merupakan perangkat lunak profesional mempergunakan metode
fotogrammetri klasik yang di kombinasikan dengan algoritma modern. Metashape dapat
memproses gambar RGB atau multispektral dari kamera digital apa pun, termasuk sistem
dengan multiple kamera. Perangkat lunak ini dapat mengubah gambar menjadi dense point
cloud, model poligonal bertekstur, ortofoto geo-linked, dan model terrain digital (DTM).
Pemrosesan gambar sepenuhnya otomatis, yang harus kita lakukan adalah mengunggah foto
ke project dan kita tinggal menunggu hasilnya.
Beragam format 3D model juga di dukung oleh Metashape antara lain: 3DS, OBJ,
VRML, COLLADA, PLY, FBX, Alembic, Stanford PLY, STL, Autodesk FBX, Autodesk DXF
(dalam bentuk Polyline atau 3DFace), U3D dan Adobe PDF 3D.
Dengan sistem antar muka yang user friendly Agisoft Metashape juga mudah
untuk dipergunakan dengan sedikit saja usaha untuk mempelajarinya. Bagi para
profressional Metashape juga sangat bermanfaat karena bisa mengontrol kualitas dari
product yang dihasilkan dengan melakukan pengaturan-pengaturan parameter yang
tepat.
24
25. 2.5 Software Photogrammetri Lainnya
Saat ini banyak di tawarkan software photogrammetri yang beredar secara luas di
pasaran yang beroperasi di berbagai sistem operasi baik Microsoft Windows, Mac OS,
ataupun Linux dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya. Dan berikut hanya beberapa
software photogrammetri yang cukup populer sebagaimana ditampilkan pada Gambar 2.2
sampai dengan Gambar 2.8 berikut :
● Autodesk Recap
Autodesk.com
Gambar 2.2 Tampilan Software Autodesk Recap
25
27. ● Trimble Inpho
trimble.com
Gambar 2.5 Tampilan Software Trimble Inpho
● Vision Meshroom
alicevision.org
Gambar 2.6 Tampilan Software Alice Vision Meshroom
27
28. ● Photomodeler
photomodeler.com
Gambar 2.7 Tampilan Software Alice Vision Meshroom
● Bentley Contex Capture
bentley.com
Gambar 2.8 Tampilan Software Bentley Contex Capture
28
29.
30. 3
MEMULAI PROGRAM AGISOFT METASHAPE
3.1 Memulai Program Agisoft Metshape
Untuk memulai program Agisoft Metashape untuk sistem operasi Windows, bisa kita
lakukan melalui Start > Agisoft > Agisoft Metashape Professional sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Menjalankan Software Agisoft Metashape
3.2 Antar Muka & Navigasi Program Agisoft Metashape
Di bawah ini adalah apa yang akan muncul ketika Anda pertama kali membuka
perangkat lunak software Agisoft Metashape
30
31. Gambar 3.2 Tampilan Awal Software Agisoft Metashape
Pada sisi atas layar adalah “Toolbar” dimana disediakan beragam menu diantaranya
adalah : File, Edit, View, Workflow, Model, Photo, Ortho, Tools dan lain sebagainya,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.3
Gambar 3.3 Toolbar Agisoft Metashape
31
32. Untuk menampilkan menu yang tersebunyi pada layar kita menampilkannya melalui
Tombol “View” dan tinggal kita pilih apa saja yang ingin kita tampilkan atau kita sembunyikan,
sebagaimana dperlihatkan pada Gambar 3.4
Gambar 3.4 Toolbar View
Selanjutnya paa area sebelah kiri adalah “Workspace” yang menampilkan semua data
teknis dan angka yang berkaitan dengan model anda termasuk jumlah camera, jumlah titik
dense cloud, tie points dan lain sebagainya. Workspace terletak di bawah “Toolbar” di sebelah
kiri, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.5
32
33. Gambar 3.5 Tab Workspace Agisoft Metashape
Masih di sebelah kiri layar kita bisa mengaktifkan tab “References” dimana banyak
informasi yang kita dapatkan dari tab ini antara lain, koordinat dari kamera, marker GCP yang
dibuat oleh pengguna dan lain sebagainya, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.6
33
35. Di sisi bagian bawah adalah tempat foto anda akan muncul ketika anda
mengunggahnya. Pada panel yang sama anda bia beralih ke tab “Console” jika anda berminat
dengan coding dan tab yang lain adalah “Jobs”, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.7
Gambar 3.7 Photos Area Pada Agisoft Metashape
Untuk menavigasi model anda maka cukup dengan melakukan klik dan drag pada
gambar bola di tengah layar untuk memutar object dan roda pada mouse untuk melakukan
zoom in dan zoom out, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.8
Gambar 3.8 Navigasi Model Pada Agisoft Metashape
35
36. 3.3 Pengaturan Preferensi
Sebelum memulai sebuah project sebaiknya untuk menyesuaikan pengaturan program
sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan di dalam mempergunakan Agisoft Metashape.
Untuk melakukan pengaturan maka kita akses menu Tools > Preferences, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 3.9
Gambar 3.9 Akses Menu Setting Preferences
36
37. Dan selanjutnya akan muncul jendela pop up baru yang berisi banyak tab antara lain :
General, GPU, Network, Appearance, Navigation, dan Advanced, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 3.10
Gambar 3.10 General Setting
37
38. Pertama kita lakukan setting pada tab “General” dan beberapa hal bisa kita
lakukan antara lain sebagai berikut :
● Kita bisa mengubah bahasa sesuai dengan yang kita kehendaki. Dukungan bahasa
yang disediakan antara lain: German, English, Spanish, French, Italian, Japanese,
Portuguese, Russian, dan Chinese, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.11
Gambar 3.11 Setting Language
38
39. ● Default view adalah tampilan yang akan dominan pada layar monitor. Disini bisa kita
pilih tampilannya misal Model, Point Cloud, Dense Cloud, Tiled Model. Dan secara
default program pilihannya adalah Model, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar
3.12
Gambar 3.12 Setting Default View
39
40. ● Tampilan theme bisa kita lakukan perubahan sesuai dengan selera dengan menekan
tombol drop down menu “Theme”. Ada beberapa pilihan theme yang bisa kita pilih
antara lain Classic; Dark dan Light, dan secara default dipilih “Light”, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 3.13
Gambar 3.13 Setting Theme
40
41. ● Kita juga bisa melakukan customisasi “Short Cut” untuk meningkatkan produktifitas
apabila menghendaki dengan melakukan klik pada tombol “Customize”, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 3.14 dan Gambar 3.15
Gambar 3.14 Customisasi Short Cut
41
43. ● Latitude Longitude format bisa kita sesuaikan sesuai dengan keinginan pengguna. Ada
dua pilihan yaitu : Decimal degrees dan Degrees, minutes, seconds, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 3.16
Gambar 3.16 Setting Latitude Longitude Format
43
44. ● Unit bisa kita sesuaikan dengan standar yang kita pakai dalam hal ini adalah Metre, jika
di Amerika yang populer adalah unit Foot (US Survey), sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 3.17
Gambar 3.17 Setting Units
44
45. ● Apabila menghendaki log file saat pemrosesan data maka kita berikan check box pada
“Write Log File” dan selanjutnya kita pilih folder penyimpanan dan nama file dengan
format *txt, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.18 dan Gambar 3.19
Gambar 3.18 Setting Log File
45
47. Pada Tab “GPU” Anda perlu memastikan bahwa semua perangkat GPU diskrit yang
terdeteksi oleh program dicentang. Metashape memanfaatkan kekuatan pemrosesan GPU yang
mempercepat proses secara signifikan. Meskipun Agisoft tidak merekomendasikan untuk
menggunakan adapter kartu grafis terintegrasi karena kemungkinan pekerjaan yang tidak stabil
di bawah beban berat. Jika Anda telah memutuskan untuk mengaktifkan GPU untuk
meningkatkan pemrosesan data dengan Metashape, disarankan untuk tidak mencentang opsi
"Use CPU when performing GPU accelerated processing", dengan ketentuan bahwa setidaknya
satu GPU diskrit digunakan untuk pemrosesan.
Gambar 3.20 Setting GPU
47
48. Untuk setting pada tab “Network” kita biarkan apa adanya sebagaimana default dari
program Agisoft Metashape, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.21
Gambar 3.21 Setting Network
48
49. Untuk setting pada tab “Appearance” kita bisa memberikan beberapa pengaturan pada
Model View, Ortho View dan Photo View. Untuk contoh kali ini kita coba lakukan setting pada
Ortho View sebagai berikut :
● Perubahan background color pada layar yang defaultnya adalah warna putih. Untuk
mengubah tinggal melakukan klik pada tombol “select” dan kemudian bisa kita lakukan
pemilihan warnanya.
Gambar 3.22 Setting Appearance Ortho View
49
51. ● Untuk interpolasi kita bisa memilih beberapa metode antara lain : Nearest neighbor,
Bilinear dan Bicubic dan default program adalah Nearest neighbor, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 3.24
Gambar 3.24 Memilih Metode Interpolasi Ortho View
51
52. ● Untuk Digital Elevation Model (DEM) pallete bisa kita pilih sesuai dengan keinginan
dengan pilihan rainbow, grayscale atau bisa kita custom, sebagaimana diperlihatkan
pada Gambar 3.25
Gambar 3.25 Setting DEM Pallete Ortho View
52
53. ● Untuk Digital Elevation Model (DEM) mode bisa kita memilih pilihan “Altitude” atau
“Slope” dengan melakukan klik pada drop down menu, sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 3.26
Gambar 3.26 Setting DEM Mode Ortho View
53
54. ● Hal yang sama bisa kita lakukan pada “Model View”, sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 3.27
Gambar 3.27 Setting Appearance Model View
54
55. ● Hal sama bisa juga kita lakukan pada “Photo View”, misal kita lakukan setting pada
interpolasi kita bisa memilih beberapa metode antara lain : Nearest neighbor, Bilinear
dan Bicubic dan default program adalah Nearest neighbor, sebagaimana diperlihatkan
pada Gambar 3.28
Gambar 3.28 Setting Interpolasi Photo View
55
56. ● Pada Tab “Navigation” kita bisa melakukan controll setting berupa sensitifitas pada
translasi object maupun rotasinya, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.29
Gambar 3.29 Setting Navigation
56
57. Advanced Tab memungkinkan Anda untuk mengaktifkan fitur-fitur canggih seperti
misalnya konsol Python. Selanjutnya, Anda dapat mengaktifkan pemuatan data kamera
tambahan dari XMP (kalibrasi kamera, sudut orientasi kamera, akurasi lokasi kamera, offset
GPS / INS).
Gambar 3.30 Advanced Setting
57
58. 3.4 Menyimpan Project
Untuk menyimpan project yang baru maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut:
● Pertama kita akses menu pada toolbar File > Save, sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 3.31
Gambar 3.31 Menyimpan Project
58
59. ● Selanjutnya kita berikan nama file dan lokasi penyimpanan projectnya. Setelah kita
tekan tombol “Save” maka kita akan mendapatkan file baru dengan format *psx
(Metashape Project), sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.32
Gambar 3.32 Menentukan Nama dan Lokasi File
59
60.
61. 4
MENAMBAHKAN FOTO | ADD PHOTOS
4.1 Menambahkan Foto | Add Photos
Sebelum memulai operasi software, kita harus menyiapkan foto-foto yang akan
digunakan sebagai sumber untuk rekonstruksi 3D. Jadi saat kita meload foto-foto kita pastikan
kembali hanya foto-foto yang akan kita gunakan untuk di proses lebih lanjut. Agisoft Metashape
menerima format gambar berikut: JPEG, TIFF, DNG, PNG, OpenEXR, BMP, TARGA, PPM,
PGM, SEQ, ARA (gambar termal) dan JPEG Multi-Picture Format (MPO)
Untuk melakukan load sekumpulan foto-foto kita lakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
● Kita klik pada toolbar “Workflow > Add Photos” atau kita bisa melalui menu yang
berbeda yaitu dari Workspace kita akses menu “Add Photos”, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 4.1
● Selanjutnya kita lakukan browse pada folder dimana kita tempatkan foto-foto dan kita
seleksi seluruh foto, terakhir kita tekan tombol “Open”, sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 4.2
● Foto-foto yang terpilih akan muncul pada workspace pane, sebagaimana diperlihatkan
pada Gambar 4.3
61
63. Gambar 4.3 Foto-foto Hasil Load
● Apabila ada foto-foto yang tidak dikehendaki ikut terpilih, maka kita masih bisa untuk
menghapus foto tersebut dengan cara kita pilih foto tersebut selanjutnya lakukan klik
kanan dan kita pilih “Remove Items” atau kita pilih tanda X (Remove Items) pada
Workspace pane.
63
66. 5
ALIGN PHOTOS
5.1 Allign Photos
Setelah tahap add atau menambahkan foto maka foto-foto tersebut perlu dilakukan
proses align atau penyelarasan oleh software Agisoft Metashape. Pada tahapan ini software
akan mencari posisi kamera, dan orientasi untuk setiap foto dan selanjutnya akan membangun
sparse point cloud model. Untuk melakukan proses align foto, maka langkah-langkah yang
ditempuh antara lain sebagai berikut :
● Kita lakukan klik pada toolbar “Workflow > Align Photos …”, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 5.1
Gambar 5.1 Allign Photos
66
67. ● Selanjutnya akan muncul pop up jendela baru dimana kita bisa melakukan beberapa
pengaturan antara lain Accuracy (memilih tingkat akurasi kecocokan titik dalam proses
macthing point). Kita diberikan 5 pilihan akurasi antara lain: Highest (akurasi terbagus,
proses terlama), High (akurasi bagus, proses lama), Medium (akurasi sedang proses
sedang), Low (akurasi lemah, proses cepat), Lowest (akurasi terlemah, proses
tercepat). Untuk kajian awal sebaiknya mempergunakan yang medium atau low untuk
mempercepat proses, sedangkan untuk tahap produksi citra yang sebenarnya, gunakan
accuracy highest. Setting “Align Photos”, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.2
Gambar 5.2 Setting Align Photos
● Pada menu advance terdapat key dan tie point limit, jika ingin membatasi point cloud
yang terdeteksi bisa menggunakan batasnya seperti 4000, tetapi jika membatasi maka
67
68. berikan nilai 0. Jika tidak dibatasi memungkinkan pencarian piksel yang bertampalan
semakin banyak.
● Adaptive camera model fitting boleh dicentang boleh tidak, tidak terlalu berpengaruh
terhadap hasil.
● Dan terakhir kita lakukan klik pada tombol “OK” untuk memerintahkan software
melakukan proses, sebagaimana terlihat pada Gambar 5.3
Gambar 5.3 Proses Berjalan
● Proses align photos akan mulai dijalankan. Waktu pemrosesan bergantung pada pilihan
accuracy dan kemampuan Hardware dari komputer yang digunakan. Makin tinggi
68
69. accuracy makin lama waktu pemrosesan. Contoh hasil align photo seperti ditunjukkan
pada Gambar 5.4 dan Gambar 5.5
● Untuk menampilkan atau menghilangkan gambar foto tinggal kita lakukan klik pada icon
“Show Camera” pada toolbar sehingga hanya menampilkan sparse cloudnya saja.
Gambar 5.4 Show / Hide Camera
69
70. ● Untuk menampilkan atau menghilangkan marker GCP tinggal kita lakukan klik pada icon
“Show Markers” pada toolbar sehingga hanya menampilkan sparse cloudnya saja.
Gambar 5.5 Show / Hide Markers
Gambar 5.6 Sparse Cloud Hasil Allign Photos
70
71. 5.2 Menghapus Point Clouds
Ada kalanya kita perlu untuk menghapus point clouds yang kita anggap tidak perlu
dilakukan proses lebih lanjut dengan langkah-langkah sebagai berikut :
● Untuk menghapus point cloud yang tak terpakai kita bisa melakukan seleksi melalui
toolbar : Rectangular Selection, Circle Selection atau Free Form Selection,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.6
Gambar 5.7 Mengakses Menu Seleksi
● Selanjutnya kita pilih point clouds pada layar dengan cara menjaringnya dan terakhir kita
tekan tombol delete pada keyboard, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.7
71
72. Gambar 5.8 Melakukan Seleksi Point Clouds
5.3 Output Allign Photos
Produk akhir dari tahapan “allign photos” adalah Sparse point cloud dengan sejumlah
tie points yang dihasilkan oleh hasil identifikasi software terhadap gambar-gambar yang
dijadikan titik referensi. Dari hasil produk tie points ini selanjutnya bisa dilakukan proses lebih
lanjut seperti, Build Dense Clouds, Build Mesh dengan source data dari sparse cloud, Build
DEM dengan source data dari sparse cloud, dan lain sebagainya
72
73. Gambar 5.9 Sparse Points Clouds Hasil Allign Photos
5.4 Ground Controll Point (GCP)
Hasil operasi align photo perlu untuk dilakukan penginputan Ground Controll Point
apabila kita ingin meningkatkan kualitas akurasi dari model 3D, akurasi Digital Elevation Model,
serta akurasi hasil Orthofoto.
Namun pada umumnya tanpa kita melakukan input GCP pun kita bisa langsung
melanjutkan tahapan berikutnya, karena foto yang dihasilkan oleh kamera drone sudah memiliki
koordinat yang diambil dari GPS receiver pada kamera drone tersebut. Namun input GCP tetap
akan menghasilkan produk yang lebih berkualitas dan sangat direkomendasikan
penggunaannya.
73
74. 5.4.1 Apa itu GCP ?
Ground Controll Point (GCP) adalah titik-titik yang ditandai pada tanah yang telah
diketahui nilai geografisnya. Titik-titik tersebut harus terlihat dengan jelas dan menjadi target
pada foto udara/aerial mapping yang diambil dengan mempergunakan drone. GCP bisa dibuat
dari material-material apa saja yang portable atau bisa langsung dibuat di lapangan. Nilai-nilai
dari koordinat GCP bisa diambil dengan mempergunakan GPS geodetik yang memiliki akurasi
hingga sub centimeter.
Amazon.com
Gambar 5.10 Contoh GCP Portable
74
75. dronedeploy.com
Gambar 5.11 Pengambilan Koordinat GCP Di Lapangan
5.4.2 Standard GCP Target
Meskipun bentuknya sederhana namun karena memiliki peran yang penting di dalam
akurasi pengukuran. Berikut beberapa minimum standard GCP target antara lain :
- Harus terlihat jelas dari ketinggian terbang yang direncanakan, dan setidaknya memiliki
ukuran 60 cm x 60 cm.
- Memiliki warna yang sangat kontras untuk memudahkan penempatan marker nantinya,
biasanya berwarna hitam dan putih.
- Masing-masing antar GCP memiliki identifikasi yang unik misal penomoran sehingga
tidak akan tertukar apabila ada lebih dari 2 GCP yang saling berdekatan
- Penempatan GCP harus bebas dari vegetasi lingkungan sekitar atau halangan yang
lainnya
- Mudah di identifikasikan dari lingkungan sekitarnya atau tidak ambigu.
75
76. 5.4.3 Saran Penempatan GCP Target
Selain bentuk, penempatan GCP target juga perlu mendapatkan perhatian untuk
mendapatkan hasil yang terbaik. Berikut adalah beberapa hal terkait dengan penempatan GCP
antara lain sebagai berikut :
- Tempatkan GCP pada dekat dengan sudut-sudut atau perimeter area yang akan di
petakan.
- Tempatkan GCP pada pusat area yang akan dipetakan
- Untuk area yang tidak terlalu luas, jumlah GCP bisa kurang dari 10 buah, namun sangat
direkomendasikan minimal ada 5 buah GCP.
- Selain distribusi secara horisontal, perlu juga diperhatikan untuk mendistribusikan
secara vertikal untuk akurasi elevasi nantinya
zendesk.com
Gambar 5.12 Distribusi GCP Area Tidak Beraturan 1
76
78. 5.5 Input Ground Controll Point
Untuk melakukan input ground controll point bisa dilakukan dengan berbagai cara dan
berikut akan diberikan 2 buah contoh penginputan GCP sebagai berikut :
● Import koordinat dan marker placement (metode 1)
● Add marker dan import koordinat (metode 2)
Dan sebelum melakukan input Ground Controll Point (GCP), sebelumnya kita non aktifkan
terlebih dahulu GCP built in dari kamera drone agar hasilnya tidak tumpang tindih dengan GCP
yang akan kita masukkan nanytinya. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
● Kita lakukan klik pada bagian workspace tab “Reference” kita seleksi semua seluruh
kamera > lakukan klik kanan > un check, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar
5.15
Gambar 5.15 UnCheck Camera
78
79. ● Maka seluruh kamera seluruhnya tidak lagi aktif, sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 5.16
Gambar 5.16 Camera Sudah Ter UnCheck
5.5.1 Input GCP Metode 1
Cara penginputan GCP pada metode 1 ini adalah dengan cara melakukan import
terlebih dahulu koordinat ke dalam software Agisoft Metashape dan selanjutnya
koordinat-koordinat tersebut kita lakukan placement marker. Adapun langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
● Sebelumnya kita sudah menyiapkan data koordinat GCP dalam format .txt.
Sebagaimana di terangkan sebelumnya bahwa semakin banyak GCP yang dibuat maka
akan semakin meningkatkan akurasi nantinya baik akurasi secara horisontal maupun
akurasi vertikal. Namun untuk contoh kali ini hanya diberikan 4 buah GCP,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.17
79
80. Gambar 5.17 Koordinat Ground Controll Point
● Selanjutnya kita akses tab “Reference” pada sisi kiri bawah, dan kita klik tombol
“Import”, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.18
Gambar 5.18 Import Koordinat
● Selanjutnya kita pilih browse dan pilih file .txt yang telah kita siapkan sebelumnya,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.18
80
81. Gambar 5.19 Memilih File Format .TXT
● Selanjutnya akan muncul jendela baru yaitu “import csv” dimana secara default sistem
koordinat yang dipergunakan adalah World Geodetic System (WGS 84). Untuk
pembatas (delimiter) angka bisa kita sesuaikan dengan format text yang kita buat
sebelumnya : Tab, Semicolon, Comma, Space dan yang lainnya. Apabila tertukar misal
kolom yang seharusnya altitude di tempatkan pada kolom latitude, maka bisa kita
lakukan penyesuaian memlakukan klik pada drop down menu pada sisi kanan. Dan
apabila semua kolom telah sesuai kita lakukan klik pada tombol “OK” untuk melakukan
konfirmasi, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.20
81
82. Gambar 5.20 Settting Parameter Import .CSV
● Apabila sebelumnya kita belum pernah mendefinisikan marker apapun maka akan ada
tanda peringatan bahwa tidak menemukan nama-nama marker. Maka kita pilih “Yes to
All” untuk mengkonfirmasi bahwa kita ingin membuat marker baru, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 5.21
82
83. Gambar 5.21 Konfirmasi Pembuatan Marker Baru
● Kini daftar koordinat sebelumnya sudah tersimpan di dalam Agisoft Metashape dalam
bentuk marker dan dimunculkan pada layar model, sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 5.22
83
84. Gambar 5.22 Marker Baru Berhasil Dibuat
● Untuk menempatkan GCP kedalam foto maka kita pilih foto-foto yang berisi gambar
GCP yang telah dibuat dilapangan. Kita lakukan double klik pada salah satu foto,
sehingga memunculkan foto pada halaman utama. Selanjutnya kita lakukan zoom pada
lokasi GCP yang dimaksud, lakukan klik kanan > Place Marker dan kita pilih marker
yang sesuai, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.23
84
85. Gambar 5.23 Menempatkan Marker
● Dan kini marker dalam hal ini sebagai contoh GCP-1 sudah terpasang pada lokasi yang
dimaksud, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.24
Gambar 5.24 GCP-1 Sudah Di Tempatkan
85
86. ● Dan perlu diketahui bahwa satu marker GCP mungkin akan ditempatkan pada banyak
foto. Maka kita harus menempatkan marker tersebut kedalam lokasi yang sesuai. Untuk
memudahkan penempatan maka kita lakukan filter foto berdasarakan marker dengan
cara pilih marker lakukan klik kanan > Filter Photos by Marker”, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 5.25
Gambar 5.25 Filter Foto By Marker
● Maka kini pada bagian “Photos” hanya menampilkan foto yang terkait dengan marker
GCP 1. Dan kini kita perlu melakukan pengechekkan terhadap posisi marker satu demi
satu foto dan melakukan penyesuaian penempatan sehingga lebih presisi. Foto yang
sudah dikoreksi posisi markernya akan berubah menjadi hijau bendera nya (green flag)
sebanyak 13 foto. Lakukan untuk seluruh foto yang masih grey flag menjadi green flag,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.26 sampai dengan Gambar 5.30
86
87. Gabar 5.26 Posisi Marker Yang Belum Di Geser (foto 2)
Gambar 5.27 Posisi Marker Yang Sudah Di Geser (foto 2)
87
88. Gambar 5.28 Posisi Marker Yang Belum Di Geser (foto 3)
Gambar 5.29 Posisi Marker Yang Sudah Di Geser (foto 3)
88
89. Gambar 5.30 Seluruh Marker Sudah Hijau (GCP-1)
● Setelah menyelesaikan satu marker dalam hal ini adalah GCP-1, maka kita harus
berpindah ke marker-marker yang lainnya yaitu GCP-2, GCP-3 dan GCP-4. Maka kita
tekan tombol “Reset Filter” untuk mengembalikan keseluruhan foto, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 5.31
Gambar.31 Reset Filter
89
90. ● Kini seluruh foto kembali ditampilkan, foto-foto yang sudah dimasukkan salah satu
marker akan memiliki satu bendera hijau, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.32
Gambar 5.32 Seluruh Foto Ditampilkan Kembali (Reset)
● Dan kita ulangi sebagaimana langkah sebelumnya dengan melakukan double klik pada
foto, dilanjutkan kembali penempatan GCP-2 pada foto. Selanjutnya kita kembali
melakukan filter foto berdasarkan marker, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar
5.33
90
91. Gambar.33 Filter Foto By Marker
● Dan kini bisa kita lihat hanya ada 6 foto yang terkait dengan marker GCP-2 dan kembali
kita lakukan penyesuaian posisi untuk GCP-2, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar
5.34 dan Gambar 5.35
Gambar 5.34 Posisi Marker Yang Belum Di Geser (foto 2) GCP-2
91
92. Gambar 5.35 Posisi Marker Yang Sudah Di Geser (foto 2) GCP-2
● Apabila sudah kita selesaikan untuk GCP-1 dan GCP-2, maka bisa dilanjutkan dengan
penempatan marker GCP-3 dan GCP-4 dengan langkah-langkah yang sama seperti
sebelumnya.
● Seluruh Ground Controll Point (GCP) akan terlihat di layar utama Model dan foto-foto
akan menampilkan green flag yang berarti posisi telah kita berikan pengaturan pada
lokasi yang tepat, foto dengan grey flag tidak akan dipertimbangkan dalam rekonstruksi
model, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.36
92
93. Gambar 5.36 Seluruh GCP Sudah Di Tempatkan
● Apabila seluruh GCP sudah di tempatkan, maka selesai sudah proses penginputan data
GCP, dan kita bisa melanjutkan ke workflow berikutnya.
93
94. 5.5.2 Input GCP Metode 2
Cara penginputan GCP pada metode 2 ini adalah dengan langsung menempatkan
marker pada foto-foto. Dan apabila telah selesai baru kita memberikan nilai koordinat
marker-markernya. Jadi cara yang kedua adalah kebalikan dari metode yang sebelumnya.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
● Pada bagian Photos pada sisi kanan bawah, kita lakukan double klik pada foto yang
terdapat gambar GCP, maka pada layar utama akan muncul foto tersebut, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 5.37
Gambar 5.37 Memilih Foto Untuk Posisi GCP
● Selanjutnya kita zoom foto tepat pada posisi GCP, lakukan klik kanan > Add maker,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.38
94
95. Gambar 5.38 Menambahkan Marker
● Kini GCP pertama sudah terpasang dengan label Point 1, sebagaimana diperlihatkan
pada Gambar 5.39
Gambar 5.39 GCP Pertama (Label Point 1)
95
96. ● Dan perlu diketahui bahwa satu marker GCP mungkin akan ditempatkan pada banyak
foto. Maka kita harus menempatkan marker tersebut kedalam lokasi yang sesuai. Untuk
memudahkan penempatan maka kita lakukan filter foto berdasarakan marker dengan
cara pilih marker lakukan klik kanan > Filter Photos by Marker”, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 5.40
Gambar 5.40 Filter Foto By Marker
● Maka kini pada bagian “Photos” hanya menampilkan foto yang terkait dengan marker
dengan label Point 1. Dan kini kita perlu melakukan pengechekkan terhadap posisi
marker satu demi satu foto dan melakukan penyesuaian penempatan sehingga lebih
presisi. Foto yang sudah dikoreksi posisi markernya akan berubah menjadi hijau
bendera nya (green flag) sebanyak 14 foto. Lakukan untuk seluruh foto yang masih blue
flag menjadi green flag, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.40 dan Gambar
5.41
96
97. Gabar 5.41 Posisi Marker Yang Sudah Di Geser
● Lakukan penyesuaian posisi untuk seluruh foto yang berwarna biru sebanyak 14 buah,
sehingga seluruhnya berwarna hijau, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.42
Gambar 5.42 Seluruh Marker Sudah Hijau (Point 1)
97
98. ● Apabila seluruh marker Point 1 sudah ditempatkan maka kita bisa melakukan
pengechekkan pada model dengan melakukan klik pada “Tie Points” dan akan
ditampilkan posisi Point 1 pada sparse cloud, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar
5.43
Gambar 5.43 GCP Points 1 Sudah Tersimpan
● Untuk GCP yang lain dalam hal ini misalnya kita berikan nama Point 2, Point 3 dan
Point 4 kita lakukan hal yang sama sehingga seluruhnya memberikan indikasi green
flag dan tersimpan di dalam model sparse cloud, sebagaimana di perlihatkan pada
Gambar 5.44 sampai dengan Gambar 5.47
98
99. Gambar 5.44 GCP Points 2 Sudah Tersimpan
Gambar 5.45 GCP Points 3 Sudah Tersimpan
99
100. Gambar 5.46 GCP Points 4 Sudah Tersimpan
Gambar 5.47 Seluruh GCP Sudah Tersimpan
100
101. ● Langkah selanjutnya adalah kita mendefinisikan koordinat seluruh marker yang sudah
kita inputkan dengan memberikan nilai-nilai koordinatnya. Selanjutnya kita akses tab
“Reference” pada sisi kiri bawah, dan kita klik tombol “Import”, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 5.48
Gambar 5.48 Import Koordinat
● Selanjutnya kita pilih browse dan pilih file .txt yang telah kita siapkan sebelumnya, dan
disini hanyalah contoh saja untuk aktualnya silahkan untuk mempergunakan koordinat
yang sesungguhnya di lapangan, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.49
101
102. Gambar 5.49 Memilih File Format .TXT
● Selanjutnya akan muncul jendela baru yaitu “import csv” dimana secara default sistem
koordinat yang dipergunakan adalah World Geodetic System (WGS 84). Untuk
pembatas (delimiter) angka bisa kita sesuaikan dengan format text yang kita buat
sebelumnya : Tab, Semicolon, Comma, Space dan yang lainnya. Apabila tertukar misal
kolom yang seharusnya altitude di tempatkan pada kolom latitude, maka bisa kita
lakukan penyesuaian memlakukan klik pada drop down menu pada sisi kanan. Dan
apabila semua kolom telah sesuai kita lakukan klik pada tombol “OK” untuk melakukan
konfirmasi, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.50
102
103. Gambar 5.50 Settting Parameter Import .CSV
● Kini daftar marker yang sebelumnya sudah tersimpan di dalam Agisoft Metashape
sudah kita berikan nilai-nilai koordinatnya, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar
5.51
103
104. Gambar 5.51 Tahapan Input Marker dan Koordinat Selesai Dibuat
● Apabila seluruh GCP sudah di tempatkan, maka selesai sudah proses penginputan data
GCP, dan kita bisa melanjutkan ke workflow berikutnya.
104
105. 5.6 Optimasi Camera
Untuk mencapai akurasi yang lebih tinggi dalam menghitung parameter eksternal dan
internal kamera dan untuk memperbaiki kemungkinan distorsi (misal “bowl effect” dan lain
sebagainya) maka prosedur optimasi harus dilakukan. Langkah ini terutama disarankan jika
koordinat titik ground kontrol diketahui dalam akurasi beberapa sentimeter (prosedur optimasi
berbasis marker).
● Klik tombol Pengaturan di panel Referensi dan di dialog Pengaturan Referensi pilih
sistem koordinat yang sesuai dari daftar sesuai dengan data koordinat GCP.
Gambar 5.52 Setting Optimasi Kamera
● Selanjutnya akan muncul jendela “Reference Settings” dimana kita bisa menerima
seluruh nilai-nilai default dari Metashape , sebagaimana dperlihatkan pada Gambar 5.53
105
106. Gambar 5.53 Pengaturan Parameter Kamera
● Selanjutnya kita klik tombol “Optimize Camera”, sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 5.54
106
107. Gambar 5.54 Pengaturan Parameter Kamera
● Selanjutnya akan muncul jendela “Optimize Camera Alignment”, dan kita berikan
check untuk seluruh check point, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.55
Gambar 5.55 Pengaturan Parameter Kamera
107
108. ● Selanjutnya kita tekan tombol “OK” untuk mengkonfirmasi dan Metashape segera akan
melakukan optimasi kamera, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.56
Gambar 5.56 Progress Optimasi Kamera
108
109. 5.7 Ground Controll Point dan Check Point
Dalam Agisoft Metashape terdapat 2 type marker, yaitu Controll point dan Check
Point. Keduanya memiliki fungsi yang berbeda, Controll Point di pergunakan untuk referensi
model, sedangkan Check Point dipergunakan untuk memvalidasi akurasi hasil penyelarasan
dan hasil prosedur optimasi kamera. Untuk membuat Ground Controll dan Check Point
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
● Pada panel “Reference” pilih marker yang telah di buat sebelumnya dan pastikan
marker memiliki setidaknya 2 poyeksi.
● Perbedaan antara Controll Point dan Check Point adalah pada aktif tidaknya check point
pada marker tersebut. Apabila diaktifkan maka akan dianggap sebagai Controll Point,
sedangkan apabila check point tersebut tidak aktif maka akan di kategorikan sebagai
Check Point.
Gambar 5.57 GCP1 Sebagai Check Point
109
110. Gambar 5.58 GCP2 Sebagai Check Point
● Untuk mengecheck error Controll Point dan Check Point, maka bisa dilakukan inspeksi
melalui tombol “View Errors”, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.59
Gambar 5.59 View Errors
110
111. ● Dan berikut ditampilkan hasil pengechekkan Controll dan Check Point Error,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.60
Gambar 5.60 Total Error Controll & Check Point
111
112.
113. 6
BUILD DENSE CLOUDS
6.1 Build Dense Clouds
Dengan software Agisoft Metashape memungkinkan kita untuk menggenerate dan
memmvisualkan model dense point cloud. Berdasarkan posisi kamera software Agisoft
Metashape menghitung informasi kedalaman setiap kamera untuk kemudian digabungkan
menjadi satu dense cloud. Bahkan Metashape akan cenderung menghasilkan lebih banyak
point cloud jika dibandingkan dengan survey mempergunakan LIDAR. Dense point yang
dihasilkan oleh Metashape bisa kita edit dan di klasifikasikan dengan Metashape environtment
dan digunakan sebagai dasar pemrosesan lebih lanjut antara lain: Build Mesh, Build DEM, Build
Tiled Model. Atau point cloud juga bisa di export ke tool external untuk analisis lebih lanjut.
Untuk melakukan Build Dense Cloud langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai
berikut :
● Kita lakukan klik pada toolbar “Workflow > Build Dense Clouds … “, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 6.1
● Selanjutnya akan muncul jendela pop up baru dimana kita bisa melakukan beberapa
pengaturan antara lain quality dense cloud dengan beberapa pilihan antara lain : Ultra
High, High, Medium, Low dan Lowest. Pilihlah quality yang akan diinginkan, konsepnya
jika jumlah foto semakin banyak, kemudian diproses dengan tingkat akurasi tinggi maka
waktu yang digunakan dalam proses pengolahan hasil semakin lama, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 6.2
113
114. Gambar 6.1 : Build Dense Cloud
Gambar 6.2 : Setting Quality Parameter
114
115. Depth filterings mode : Pada tahap pembangunan dense point cloud Metashape
menghitung “depth maps” untuk setiap foto. Disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti noisy,
buruknya fokus, memungkinkan munculnya beberapa pencilan diantara titik-titik tersebut. Untuk
memilah pencilan, Metashape memiliki beberapa algoritma pemfilteran untuk menjawab
beragam tantangan proyek.
● Apabila ada detail kecil yang penting, maka di sarankan menggunakan depth filtering
mode “Mild”. Parameter ini juga berguna untuk project aerial survey jika area tersebut
memiliki atap yang bertexture buruk misalnya. Filtering dengan mode Mild juga
diperlukan untuk depth maps yang berbasis rekonstruksi mesh.
● Apabila area yang akan direkonstruksi tidak memiliki detail kecil yang berarti maka kita
bisa mempertimbangkan untuk mengggunakan mode “Aggresive” depth filtering untuk
memilah pencilan. Nilai parameter ini biasanya direkomendasikan untuk pemrosesan
data udara juga, kecuali jika memang perlu mempertimbangkan detal kecil (atap ber
texture misalnya) bisa kita gunakan mode Mild.
● Mode Moderate depth filtering memberikan hasil antara pendekatan mode Mild &
Aggresive.
● Kita bisa melakukan beberapa percobaan jika kita ragu mode mana yang akan kita pilih
sampai menghasilkan output yang memuaskan.
● Selain itu kita bisa juga menon aktifkan depth filtering ini, namun pilihan ini tidak
disarankan karena akan menghasilkan extreme noisy dense cloud.
● Selanjutnya terakhir kita tekan tombol “OK” untuk memerintahkan software untuk
melakukan “Build Dense Cloud”, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 6.3 dan
Gambar 6.4
115
116. Gambar 6.3 : Setting Depth Filterings Parameter
Gambar 6.4 : Proses Berjalan
116
117. Selanjutnya setelah proses selesai yang lamanya bergantung dari kualitas point dense
cloud yang kita atur dan mode yang kita pergunakan serta spesifikasi dari komputer kita maka
akan menampilkan hasil point dense cloud sebagaimana Gambar 6.5
Gambar 6.5: Hasil Pembuatan Dense Clouds
117
118. 6.2 Output Build Dense Cloud
Hasil akhir dari proses “Build Dense Cloud” adalah menghasilkan titik awan dengan
kerapatan yang lebih tinggi (“Dense Cloud”) sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 6.6
dengan jumlah 1.174.653 points, Medium Quality. Dan selanjutnya bisa dilakukan proses
berikutnya antara lain : Build Mesh, Build Tiled Model dan Build DEM.
Gambar 6.6 Hasil Akhir Dense Clouds
118
119. 6.3 Mengklasifikasikan Dense Cloud
Metashape memungkinkan kita tidak hanya untuk menghasilkan dan memvisualisasikan
dense point cloud tetapi juga untuk mengklasifikasikan point-point tersebut di dalamnya. Ada
dua pilihan untuk mengklasifikasikan point yaitu :
● Automatic division yang membagi titik-titik menjadi 2 kelas yaitu: Ground Points dan
sisanya.
● Pemilihan manual yang di tempatkan pada kelas-kelas tertentu dari daftar standard
sebagaimana data LIDAR.
Klasifikasi dense cloud memberikan jalan kepada kita untuk melakukan kustomisasi
pembuatan “Build Mesh”, kita bisa memilih jenis object apa saja yang akan di rekonstruksi.
Misalnya pembuatan Mesh berdasarkan ground points saja untuk pembuatan DTM (Digital
Terrain Model).
6.3.1 Klasifikasi Ground Point Secara Otomatis
Untuk menghindari pekerjaan manual extra, Metashape menawarkan fitur untuk deteksi
otomatis ground points. Untuk mengklasifikasikan ground points secara otomatis dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
● Kita lakukan klik pada toolbar Tools > Dense Cloud , sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 6.7
119
120. Prosedur klasifikasi otomatis terdiri dari dua langkah. Pada langkah pertama, points
cloud dibagi menjadi sel-sel dengan ukuran tertentu. Di setiap sel titik terendah
terdeteksi. Triangulasi titik-titik ini memberikan perkiraan pertama dari Terrain model.
Pada langkah kedua titik baru ditambahkan ke kelas tanah, asalkan memenuhi dua
kondisi: ia berada dalam jarak tertentu dari terrain model dan bahwa sudut antara model
terrain dan garis untuk menghubungkan titik baru ini dengan titik dari suatu ground
points kurang dari sudut tertentu.
Parameter berikut mengontrol prosedur klasifikasi automatic ground points :
Sudut maks (deg)
Menentukan salah satu kondisi yang akan diperiksa saat menguji sebagai ground points,
yaitu menetapkan batasan untuk sudut antara terrain model dan garis untuk
menghubungkan titik yang dimaksud dengan titik dari ground class. Parameter in jugai
menentukan asumsi kemiringan maksimum tanah di dalam lokasi.
Jarak maksimum (m)
Menentukan salah satu kondisi yang akan diperiksa saat menguji suatu titik sebagai
satu kondisi dasar, yaitu menetapkan batasan untuk jarak antara titik yang dimaksud
dan terrain model. Parameter ini juga menentukan asumsi untuk variasi maksimum
ketinggian tanah pada suatu waktu.
120
121. Ukuran sel (m)
Menentukan ukuran sel untuk cloud titik untuk dibagi menjadi sebagai langkah persiapan
dalam prosedur klasifikasi Ground Points. Ukuran sel harus ditunjukkan sehubungan
dengan ukuran yang terbesar area dalam scene yang tidak mengandung titik dasar, e. g.
bangunan atau hutan yang rapat.
Jika hasil klasifikasi awan padat otomatis tidak dapat diterima prosedur dapat dijalankan
kembali menggunakan parameter yang disesuaikan (misalnya, jika beberapa objek di
darat seperti batu dan semak-semak kecil diklasifikasikan sebagai ground points, masuk
akal untuk mengurangi sudut Max dan jarak Max nilai parameter).
Gambar 6.7 Klasifikasi Ground Points
121
122. Catatan: Penting untuk mengatur ulang (me reset) kelas yang telah ditetapkan untuk point cloud
sebelum memulai prosedur lagi dengan set parameter yang baru. Untuk mengatur ulang hasil
klasifikasi, pilih opsi Atur Ulang Klasifikasi di “Tool > Dense Cloud” lalu pilih kelas titik anda
ingin dibuang.
● Apabila seluruh parameter sudah kita isikan, maka kita tekan tombol “OK” untuk
memerintahkan software untuk mengklasifikasikan dense point cloud, dan pada layar
akan berubah dimana Ground points akan diwarnai dengan warna coklat, poin kelas
rendah (noise) akan diwarnai dengan warna pink dan poin yang tidak diklasifikasikan
akan tetap putih, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 6.8.
Gambar 6.8 Hasil Klasifikasi Dense Clouds
122
123. 6.3.2 Klasifikasi Point Secara Manual
Dense cloud point juga bisa kita lakukan klasifikasi secara manual, dimana sama
dengan alur kerja sebelumnya kita lakukan reset klasifikasi terlebh dahulu. Adapun langkah
selanjutnya adalah sebagai berikut :
● Kita switch layar ke Dense Cloud dan selanjutnya kita lakukan seleksi point cloud pada
Model View dengan mempergunakan Tool Selection (Rectangle, Circle atau Free Form
Selection), sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 6.9 dan Gambar 6.10
Gambar 6.9 Tool Seleksi Object
123
124. Gambar 6.10 Menyeleksi Object Point Clouds
● Selanjutnya kita akses pada toolbar “Tools > Dense Cloud > Assign Class”,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 6.11
124
125. Gambar 6.11 Akses Toolbar Assign Class
● Selanjutnya akan memunculkan pop up window Assign Class. Kita pilih sesuai dengan
class yang kita kehendaki dan terakhir kita tekan tombol “OK” untuk konfirmasi akhir,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 6.12 dan Gambar 6.13
125
126. Gambar 6.12 Memilih Jenis Class Yang Sesuai
● Untuk object-object point clouds yang lain bisa dilakukan dengan cara yang sama. Kita
pilih sesuai dengan classnya masing-masing yang sesuai misal : Low Vegetation,
Building, Medium Vegetation, Water dan lain-lain, sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 6.13 dan Gambar 6.14
126
127. Gambar 6.13 Menyeleksi Object Point Cloud
Gambar 6.14 Memilih Jenis Class Yang Sesuai
127
128. ● Cara lain yang lebih mudah adalah, kita lakukan seleksi object point pada layar. Dan
selanjutnya kita laukan klik kanan > Assign Class > Pilih Class yang sesuai,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 6.15 dan Gambar 6.16
Gambar 6.15 Menyeleksi Object Point Cloud Pada Layar
128
129. Gambar 6.16 Memasukkan Object Sesuai Class
6.4 Filter By Class
Setelah kita lakukan seleksi point clouds berdasarkan classnya masing-masing, maka
kita bisa menampilkan point cloud sesuai dengan class nya masing-masing dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
● Kita akses menu Tools > Dense Clouds > Filter By Class, sebagaimana diperlihatkan
pada Gambar 6.17 sampai Gambar 6.19
129
134. Gambar 6.21 Tampilan Object Tertentu
6.5 Restore Clouds
Apabila dalam tahapan seleksi ataupun editing point clouds ada point clouds yang tidak
sengaja terhapus, maka Metashape bisa mengembalikan dengan cara melakukan restore
clouds. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
● Kita akses menu “Tools > Dense Cloud > Restore Dense Cloud”, dan akan
memunculkan pop up dengan pilihan Restore dan kita klik tombol “Yes” untuk
134
135. mengkonfirmasi dan point clouds akan kembali muncul pada layar, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 6.22 dan Gambar 6.23
Gambar 6.22 Menjalankan Software Agisoft Metashape
Gambar 6.23 Menjalankan Software Agisoft Metashape
135
136. 6.6 Export Dense Clouds
Dense clouds yang telah dihasilkan bisa kita lakukan export untuk pengolahan lebih
lanjut ataupun untuk kepentingan yang lain misal untuk di olah pada software yang lain. Adapun
langkah-langkah yang kita tempuh adalah sebagai berikut :
● Kita seleksi Dense Cloud pada workspace dan kita lakukan klik kanan > Export Dense
Cloud, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 6.24
Gambar 6.24 Export Dense Clouds
136
137. ● Selanjutnya kita pilih dengan format yang kita kehendaki. Ada beberapa format yang
telah disediakan oleh Metashape antara lain : Wavefront OBJ, LAZ, XYZ Point Cloud,
dan lain-lain, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 6.25
Gambar 6.25 Beragam Format Yang Di Dukung
6.7 Filtre Dense Clouds
Dalam Agisoft Metashape, kita juga bisa melakukan filter dense cloud dengan spasi
point tertentu. Adapun langkah-langlahnya adalah sebagai berikut :
137
138. ● Pada Workspace kita lakukan klik kanan pada Dense Cloud > Filter Dense Cloud.. ,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 6.26
Gambar 6.26 Filtre Dense Cloud
138
139. ● Selanjutnya kita tentukan nilai jarak spasi point nya, sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 6.27
Gambar 6.27 Point Spasi Dalam Satuan Meter
● Akan muncul jendela peringatan dimana kita bisa menghapus default dense cloud atau
tetap mempertahankan. Apabila kita pertahankan default dense cloud, maka akan ada
tambahan dense cloud baru dengan jumlah point yang berbeda, sesuai dengan
parameter yang diberikan.
Gambar 6.28 Point Spasi Dalam Satuan Meter
139
140. Gambar 6.29 Progress Filtering Dense Cloud
● Dan kini pada Workspace terdapat tambahan dense cloud baru dengan jumlah point
yang lebih sedikit, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.30
Gambar 6.30 Dense Cloud Baru Hasil Filtering
140
141. 6.8 Remove Dense Clouds
Dalam Agisoft Metashape, kita juga bisa menghapus dense cloud, adapun
langkah-langlahnya adalah sebagai berikut :
● Pada Workspace kita lakukan klik kanan pada Dense Cloud > Remove Dense Cloud.. ,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 6.31
Gambar 6.31 Remove Dense Cloud
141
142. ● Selanjutnya akan muncul jendela peringatan untuk konfirmasi tindakan. Jika ingin
meneruskan langkah maka kita tekan tombol “Yes”, sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 6.32
Gambar 6.32 Konfirmasi Remove Dense Cloud
142
143.
144. 7
BUILD MESH
7.1 Build Mesh
Berdasarkan informasi point cloud (Dense Cloud, Sparse Cloud, Point Cloud yang
diunggah dari sumber eksternal) Metashape dapat merekonstruksi model poligon - mesh. Model
3D atau mesh adalah salah satu keluaran utama dari pemrosesan foto udara di Agisoft. Model
3D nanti digunakan sebagai dasar pembuatan DEM baik DSM maupun DTM dan juga orthofoto.
Mesh yang dihasilkan juga dapat dieksport ke format lain untuk diproses lanjutan di software
lain seperti Google Sketchup, AutoCAD atau ArcGIS. Untuk membuat Mesh langkah-langkah
yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
● Kita akses menu pada toolbar “Workflow > Build Mesh”, sebagaimana diperlihatkan
pada Gambar 7.1
● Selanjutnya akan muncul pop up window baru Build Mesh Parameter dimana kita harus
melakukan beberapa pengaturan seperti : Surface Type; Source Data; Interpolation;
Point Classes dan lain-lain. Parameter-parameter ini sangat membantu kita di dalam
mengoptimalkan rekonstruksi dari data set yang telah diberikan, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 7.2
● Pada “surface type” kita diberikan 2 buah pilihan yaitu : Height Field (2.5D) dan
Arbitraty (3D).
Dimana type “Height Field (2.5D)” sangat optimal untuk pemodelan permukaan planar
seperti terrain atau basereliefs seperti untuk pemrosesan foto udara karena hanya
144
145. diperlukan lebih rendah memory komputer dan memungkinkan pemrosesan data set
yang lebih besar.
“Type Arbitrary (3D)” dapat dipergunakan untuk pemodelan segala jenis object seperti
object yang tertutup seperti patung, bangunan dan lain-lain. Pemilihan type ini
memerlukan pemakaian memori yang lebih tinggi.
● Untuk “Source Data” kita diberikan 3 buah pilihan yaitu : Sparse Cloud dan Dense
Cloud, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 7.2
Sumber data “Sparse cloud” kita pergunakan untuk pembuatan model 3D yang cepat
karena jumlah point yang lebih sedikit didalam pemrosesannya.
Sedangkan pemilihan “Dense Cloud” akan menghasilkan waktu yang lebih lama di
dalam pemrosesannya namun akan menghasilkan output yang berkualitas lebih tinggi.
Gambar 7.1 Akses Menu Build Mesh
145
146. Gambar 7.2 Build Mesh Surface Type Parameter
Gambar 7.3 Build Mesh Source Data Parameter
146
147. ● Face count menentukan jumlah maksimum polygon pada final Mesh. Pilihan yang
disediakan adalah : High, Medium, Low dan Custom, sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 7.4
Untuk rekonstruksi berdasarkan sumber data “Dense Cloud” perhitungan di dasarkan
pada jumlah point dengan ratio : 1/5 ; 1/15 ; dan 1/45.
Pengguna juga masih dimungkinkan untuk menentukan target jumlah polygon melalui
pilihan “Custom”.
Untuk catatan tambahan saja bahwa apabila kita terlalu sedikit memberikan nilai pada
jumlah polygon target maka cenderung akan menghasilkan Mesh yang kasar. Dan
apabila kita memberikan setting “Custom” yang terlalu besar (misal lebih dari 10 juta
polygon) maka cenderung akan menimbulkan masalah di visualisasi pada perangkat
lunak external nantinya.
Gambar 7.4 Build Mesh Face Count Parameter
147
148. ● Untuk setting Interpolattion kita diberikan 3 pilihan antara lain : Enabled (default);
Disabled dan Extrapolated, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 7.5
Apabila mode pilihan kita “Disabled” maka cenderung ke hasil rekonstruksi yang akurat
karena hanya area yang sesuai dengan point cloud yang di rekonstruksi, namun
pengguna perlu melakukan penutupan lubang-lubang pada langkah-langkah berikutnya.
Apabila mode pilihan kita “Enabled (default)”, maka Metashape akan menginterpolasi
beberapa area permukaan dalam lingkaran radius tertentu disekitar point clouds,
sehingga secara otomatis menutup lubang-lubang disekitar point clouds. Namun masih
memungkinkan hadirnya lubang-lubang yang perlu untuk di tutup secara manual
setelahnya.
Pilihan “Extrapolated” menghasilkan model yang tanpa lubang dengan geometri
extrapolasi. Area yang lebih besar mungkin akan dihasilkan dengan mode ini, namun
nantinya bisa dibuang dengan penggunaan tool seleksi dan cropping.
Gambar 7.5 Build Mesh Interpolation Parameter
148
149. ● Untuk “Point Classes” default program adalah “All” yang berarti seluruh point cloud
akan di proses di dalam pembuatan Mesh. Namun apabila hanya akan memilih class
tertentu maka kita pilih dengan cara menekan tombol “Select”, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 7.6
Gambar 7.6 Mengakses Point Class Selection
● Selanjutnya akan muncul pop up window “Select Point Classes” dimana kita bisa
memberikan check point pada class-class yang kita kehendaki, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 7.7
● Dan terakhir kita tekan tombol “OK” untuk melakukan konfirmasi akhir sekaligus
memerintahkan software untuk melakukan tahapan Build Mesh.
149
150. Gambar 7.7 Memilih Point Class
● Maka sesaat kemudian Metashape melakukan pemrosesan pembuatan mesh,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 7.8
Gambar 7.8 Proses Generating Mesh Berjalan
150
151. ● Lama pemrosesan bergantung dari setting beberapa parameter yang telah kita tentukan
dan kemampuan komputer. Apabila proses generating mesh telah selesai maka akan
muncul 3D Model pada workspace beserta jumlah informasi faces yang terbentuk,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 7.9
Gambar 7.9 : Hasil Pembuatan Mesh
151
152. 7.2 Mesh Editing
Editing mesh dilakukan untuk memperbaiki Model 3D Mesh yang diperoleh agar noise
dan error polygon yang dihasilkan dari pemrosesan dense point clouds dapat diperbaiki,
sehingga apabila nanti akan digunakan sebagai dasar pembuatan DEM, DEM yang dihasilkan
dapat mempunyai kualitas yang baik dan bisa dimanfaatkan.
Selain editing mesh, pembersihan noise juga dapat dilakukan pada tahap Dense points
classification (sebagaimana telah dibahas pada bab sebelumnya). Sebagai informasi tambahan,
noise biasanya muncul sebagai hasil dari overlap foto yang kurang sempurna atau kurang
banyak pertampalannya sehingga proses fotogrametri tidak bekerja maksimal. Selain karena
pengaruh overlap foto, noise juga disebabkan obyek air dimana pada obyek air biasanya proses
fotogrametri tidak dapat bekerja sama sekali.
1. Setelah tahap Dense Point Classification, lakukan proses pembangunan Mesh.
2. Setelah mesh terbentuk, identifikasi mesh polygon yang merupakan noise. Misalnya seperti
gambar di bawah ini.
Gambar 7.10 Identifikasi Noise Pada Mesh Polygon
152
153. 2. Gunakan Freeform selection tool untuk memilih area yang diidentifikasi sebagai noise,
kemudian lakukan pemilihan area, area terpilih akan berwarna pink. Setelah itu klik tombol
delete. Area noise akan terhapus.
Gambar 7.11 Menyeleksi Noise Pada Poligon Mesh
Gambar 7.12 Menghapus Noise Pada Polygon Mesh
3. Langkah selanjutnya, untuk memperbaiki lubang hasil penghapusan, gunakan tool Close
Holes. Atur level holes ke 100 persen untuk penutupan sempurna.
153
154. Gambar 7.13 Menutup Lubang Pada Polygon Mesh
4. Setelah mesh diperbaiki, anda dapat melanjutkan tahap pembuatan texture, DEM dan
orthofoto menggunakan mesh tersebut dengan kualitas dan akurasi yang lebih baik dari pada
menggunakan mesh yang masih mengandung noise dan error polygon.
Contoh Mesh Permukaan Air yang sebelumnya merupakan Noise telah diperbaiki.
Gambar 7.14 Noise Yang Sudah Diperbaiki
154
155. 7.3 Export 3D Model (Mesh)
Polygon mesh yang sudah terbentuk bisa kita lakukan export untuk berbagai keperluan.
Adapun langkah-langkah untuk meng export mesh adalah sebagai berikut :
● Kita pilih 3D Model pada workspace, dan kita klik kanan > Export Mesh, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 7.15
Gambar 7.15 Export Mesh
155
156. ● Selanjutnya kita pilih format yang kita kehendaki. Dan disini Metashape memberikan
pilihan berbagai macam dukungan format antara lain : Wavefront OBJ; 3DS Model;
Autodesk DXF Polyline, Google Earth KMZ dan lain sebagainya, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 7.16
Gambar 7.16 Beragam Format Export File Yang Di Dukung
156
157.
158. 8
BUILD TEXTURE
8.1 Kalibrasi Warna
Sebelum melanjutkan alur kerja “Build Texture” sebaiknya kita lakukan kalibrasi warna
untuk foto-foto yang diambil dari drone. Kalibrasi warna sangat bermanfaat terutama jika kondisi
pencahayaan berubah secara signifikan selama skenario pengambilan foto. Opsi ini akan
sangat membantu menyamakan kecerahan dan white balance gambar pada data set. Adapun
langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
● Kita klik menu “Tools > Calibrate Colors …,sebagaimana diperlihatkan pada Gambar
8.1
Gambar 8.1 Mengakses Menu Kalibrasi Warna
158
159. ● Selanjutnya akan muncul jendela baru “Calibrate Color”. Source Data atau sumber
data adalah menentukan data apa yang harus diambil sebagai dasar untuk area yang
overlaping.
Sumber data ini memberikan pilihan antara lain Sparse Cloud dan Model.
Sparse Cloud memberikan proses yang tercepat namun dengan hasil yang kasar.
Sedangkan pilihan Model memberikan hasil yang lebih tepat dengan syarat bahwa
surfacenya cukup detail. Dan parameter model inilah yang direkomendasikan untuk
meningkatkan kualitas model texture.
Pilihan “calibrate white balance”, juga perlu untuk diaktifkan apabila jika white balance
harus seimbang.
Terakhir kita tekan tombol “OK” untuk mengkonfirmasi sekaligus memerintahkan
software untuk melakukan proses kalibrasi warna, sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 8.2 dan Gambar 8.3
Gambar 8.2 Memilih Source Data
159
161. 8.2 Build Texture
Mode texture menentukan bagaimana texture object akan di tampilkan. Pemilihan mode
texture yang tepat membantu untuk mendapatkan kualitas visual yang lebih baik pada final
model. Untuk membuat model texture langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut :
● Kita akse menu pada toolbar “Workflow > Build Texture …”, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 8.4
Gambar 8.4 Mengakses Menu Build Texture
161
162. ● Selanjutnya akan muncul pop window “Build Texture” dimana terdapat beberapa
parameter yang perlu kita setting terlebih dahulu antara lain sebagai berikut :
Gambar 8.5 Setting Parameter Mapping Mode
Mapping Mode default dari program adalah “Generic”, dimana memungkinkan
menentukan parameter texture atlas untuk geometri yang berubah-ubah. Tidak ada
asumsi mengenai jenis scene yang akan di proses, program akan mencoba membuat
texture yang seragam sebisa mungkin.
Pada “Adaptive Orthophoto” object permukaan di bagi menjadi bagian datar dan
daerah vertikal. Dimana untuk bagian datar mempergunakan proyeksi orthografi,
sedangkan daerah vertikal bertexture terpisah untuk menjaga akurasi texture pada
daerah yang dimaksud.
Pada mode pemetaan “Orthophoto”, seluruh permukaan object di texture dalam
proyeksi orthografis. Mode ini menghasilkan representasi texture yang lebih ringkas dari
162
163. pada mode “Adaptive Orthophoto” dengan mengorbankan kualitas texture di wdaerah
vertikal.
Pada “Spherical” mode sangat cocok untuk mapping dengan bentuk bola. Dan untuk
mode mapping yang lain bisa di uji coba sampai menghasilkan hasil yang paling baik.
Gambar 8.5 Setting Parameter Blending Mode
Untuk pilihan blending mode, ada tiga pilihan, Mosaic, Average, Max In- tensity dan
Min Intensity.
Mosaic akan mempertimbangkan detail dalam setiap foto sehingga menghasilkan
orthofoto yang balance dari segi warna dan kedetilan.
Pilihan average akan menggunakan nilai piksel rata-rata dari setiap foto yang overlap.
Adapun untuk max dan min intensity menggunakan intensitas maksimum dan
minimum dari piksel yang bertampalan/overlap.
163
164. Demikian pula untuk parameter texture size/count dapat digunakan untuk mendetilkan
tekstur dengan konsekuensi file tekstur yang semakin besar ukurannya.
Anda juga dapat mencentang pilihan Enable Color Correction untuk melakukan
koreksi warna di setiap foto, namun waktu pemrosesan akan menjadi lebih lama.
● Setelah seluruh parameter kita tentukan maka kita tekan tombol “OK” untuk melakukan
konfirmasi dan sekaligus untuk memerintahkan softeware untuk melakukan proses
“Build Texture”, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 8.6
Gambar 8.6 Proses Texturing Berjalan
● Dan setelah proses selesai maka kini software telah berhasil melakukan “Build Texture,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 8.7
164
167. 9
BUILD TILED MODEL
9.1 Build Tiled Model
Format hierarki tile model adalah solusi yang baik untuk pemodelan skala perkotaan.
Hal ini memungkinkan untuk visualisasi responsif model 3D untuk area yang luas dalam
resolusi tinggi. Tiled model dapat di buka pada Metashape sendiri atau dengan Agisoft Viewer.
Tiled model dibuat berdasarkan Dense Point Cloud, Mesh atau Depth Map.
Pembuatan Tiled model hanya dapat dilakukan untuk project yang di simpan dalam
format .PSX. Untuk melakukan Build Tiled Model, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut :
● Pertama kita lakukan pengechekkan pada bounding box, dan kita pastikan bahwa area
yang akan kita generate untuk pembuatan Tiled Model berada di dalam bounding box.
Untuk mengatur bonding box bisa dilakukan dengan mempergunakan tool : Move
Region, Resize Region dan Rotate Region. Lakukan rotasi pada bonding box dan
kemudian drag sudut dari bonding box ke posisi yang di inginkan.
● Selanjutnya kita akses menu pada toolbar “Workflow > Build Tiled Model,
sebagaimana dperlihatkan pada Gambar 9.1
167
168. Gambar 9.1 Build Tiled Model
● Selanjutnya akan muncul pop up window baru Build Tiled Model dimana terdapat
beberapa parameter yang perlu kita berikan pengaturan, sebagaimana diperlihatkan
pada Gambar 9.2
Untuk “Source Data” penggunaan “Depth Map” di rekomendasikan untuk project yang
besar ketika Build Mesh tidak layak karena waktu pemrosesan dan masalah pada
manajemen hasil.
“Dense Cloud” dapat dipergunakan sebagai alternatif apabila sebelumnya memang
telah membuatnya untuk berbagai macam tujuan.
“Mesh” memungkinkan untuk dipergunakan apabila memang sebelumnya telah di
generate sebelumnya.
168
169. Gambar 9.2 Setting Parameter Source Data
● Untuk pixel size akan muncul secara otomatis nilainya dengan memperkirakan input dari
gambar, namun apabila pengguna menghendaki nilai yang berbeda dapat diatur oleh
pengguna dengan satuan meter.
Gambar 9.3 Setting Parameter Pixel Size
169
170. ● Untuk ukuran tile dapat diatur dalam pixel. Ukuran tile yang kecil akan semakin
mempercepat visualisasi.
Gambar 9.4 Setting Parameter Tile Size
● Face count adalah nilai yang disarankan dengan pilihan antara lain High, Medium, dan
Low yang menunjukkan jumlah poligon optimal untuk blok Tile Model nantinya terkait
level detail.
Gambar 9.5 Setting Face count
170
171. ● “Enable Ghosting Filter”, memungkinkan pengguna untuk menghindari efek hantu dari
hasil rekonstruksi. Efek tersebut bisa disebabkan oleh di dalam scene terdapat struktur
object yang tipis atau pun object yang bergerak yang akhirnya gagal untuk dilakukan
rekonstruksi.
Gambar 9.6 Setting Enable Ghosting Filter
● Setelah seluruh parameter selesai dilakukan pengaturan maka selanjutnya kita tekan
tombol “OK” untuk memerintahkan software melakukan “Build Tiled Model” dan
selanjutnya proses akan berjalan, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 9.7
171
172. Gambar 9.7 Proses Build Tiled Model Berjalan
● Dan apabila software selesai melakukan proses maka selanjutnya pada layar akan
menunjukkan hasil rekonstruksi “Build Tiled Model” pada bagian workspace,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 9.8
Gambar 9.8 Hasil Tiled Model
172
173.
174. 10
BUILD DEM
10.1 Build DEM
DEM (Digital Elevation Model) adalah grid raster yang mereferensikan titik awal dari
permukaan bumi. Sehingga dari pemodelan ini akan mengeliminasi object di permukaan tanah
seperti bangunan gedung, vegetasi, serta object-object yang lainnya. Model DEM sangat identik
dengan DTM (Digital Terrain Model). Sedangkan DSM (Digital Surface Model) adalah model
dari permukaan bumi dengan menggambarkan seluruh object yang terlihat. Dan berikut ilustrasi
perbedaan antara DEM dan DSM, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 10.1
liupurnomo.com
Gambar 10.1Perbedaan DSM dan DTM
174
175. Metashape memungkinkan pembentukan DEM berdasarkan Dense Cloud, Sparse
Cloud atau Mesh. Hasil yang paling baik adalah dengan mempergunakan dense point cloud.
Selain itu Metashape juga memungkinkan pengguna untuk melakukan pengukuran jarak,
menghitung luasan, menghitung volume dan membuat cross section atau potongan melintang
atau profile oleh pengguna serta meng generate garis contour.
Selanjutnya untuk melakukan Build DEM maka langkah-langkah yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut :
● Build DEM hanya bisa dilakukan apabila file sudah tersimpan dalam format .PSX, jadi
pastikan bahwa kita sudah melakukan penyimpanan file dengan format tersebut.
● Perhitungan DEM hanya dilakukan pada bounding box, jadi harus dipastikan seluruhnya
berada pada bounding box.
● Selanjutnya kita akses menu pada toolbar “Workflow > Build DEM”, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 10.2
Gambar 10.2 Build DEM
175
176. ● Untuk type proyeksi ada tiga pilihan yang bisa kita pilih dengan memencet radio button
dengan pilihan : Geographic ; Planar dan Cylindrical.
Geografis - memungkinkan untuk memilih sistem koordinat geografis dari menu
dropdown atau mengunggah parameter dari sistem koordinat geografis yang
disesuaikan. Sistem koordinat yang ditetapkan secara default adalah sistem koordinat
yang sebelumnya dipilih untuk model itu sendiri. Anda bisa beralih ke yang lain, asalkan
parameter transformasi datum yang sesuai tersedia.
Gambar 10.3 Type Proyeksi Geographic
176
178. Planar. Metashape memungkinkan untuk memproyeksikan DEM ke plane yang
ditetapkan oleh pengguna. Anda dapat memilih bidang proyeksi dan orientasi DEM yang
dihasilkan. Bidang dapat ditentukan oleh seperangkat penanda (jika tidak ada 3
penanda di bidang proyeksi yang di inginkan, bidang tersebut dapat ditentukan dengan
2 vektor, yaitu penanda 4). Jenis proyeksi planar mungkin berguna untuk pembuatan
DEM dalam proyek yang menyangkut fasad, misalnya.
Gambar 10.5 Type Proyeksi Planar
178
179. Cylindrical - memungkinkan memproyeksikan DEM pada permukaan silinder. Dalam
hal ini nilai ketinggian dihitung sebagai jarak dari permukaan model ke permukaan
silinder.
Gambar 10.6 Type Proyeksi Cylindrical
● Source Data - Disarankan untuk menghitung DEM berdasarkan data Dense Cloud.
Hasil data elevasi awal dapat dihasilkan dari Sparse Cloud, apabila melakukan
perhitungan dari Dense Cloud terlalu lama karena karena alasan keterbatasan waktu.
Opsi Mesh dan Tile Model dapat digunakan, jika DEM harus mengikuti model poligonal.
179
181. ● Interpolation - terdapat tiga plihan interpolasi yang bisa kita pilih antara lain Disabled ;
Enabled dan Extrapolation.
Disabled - Jika mode interpolasi dinonaktifkan, ini mengarah ke hasil rekonstruksi yang
akurat karena hanya area yang terkait dengan point cloud atau titik poligon yang
direkonstruksi. Biasanya metode ini direkomendasikan untuk sumber data Mesh dan
Tiled Model.
Enabled - Dengan mode interpolasi Enabled (default) Metashape akan menghitung
DEM untuk semua area scene yang terlihat pada setidaknya satu gambar. Pengaturan
yang Enabled (default) direkomendasikan untuk pembuatan DEM.
Extrapolation - Dalam mode Extrapolated, program menghasilkan model holeless
dengan beberapa data elevasi diekstrapolasi hingga batas bounding box.
Gambar 10.8 Interpolation
181
182. ● Point Classes - Parameter memungkinkan untuk memilih point class yang akan
digunakan untuk perhitungan DEM yang sebelumnya telah di pisahkan sesuai dengan
class nya masing-masing. Untuk menghasilkan digital terrain model (DTM), perlu untuk
mengklasifikasikan dense point cloud terlebih dahulu untuk membaginya dalam
setidaknya dua kelas: Ground dan Rest. Apabila sebelumnya belum dilakukan
pengklasifikasian dense point cloud, maka hanya ada satu check box saja yang aktif
yaitu “Created (never classified)”. Untuk mengklasifikasikan keduanya silahkan untuk
dibaca kembali pada bab sebelumnya yaitu “Mengklasifikasikan Dense Cloud”.
Apabila menghendaki hanya DTM saja yang akan kita bentuk maka pada seleksi point
class kita hanya memberikan check box pada “Ground” saja di dalam pembentukannya.
182
184. Gambar 10.10 Interpolation
● Resolution Value - Nilai resolusi menunjukkan resolusi ground yang efektif untuk DEM
yang diestimasi untuk sumber data. Ukuran DEM yang dihasilkan, dihitung sehubungan
dengan resolusi ground, disajikan dalam bidang bagian Total size.
● Selanjutnya apabila seluruh parameter sudah kita lakukan pengaturan, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan klik tombol “OK” untuk memberikan perintah software
untuk melakukan proses Build DEM.
184
185. ● Selanjutnya setelah proses Build Dense selesai, maka pada layar akan muncul DEM
pada workspace dengan tampilan DEM pallete seperti rainbow, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 10.11
Gambar 10.11 Output DEM
185
186. 10.2 Pembuatan Garis Kontur (Generate Contour)
Selain DEM, Agisoft juga dapat menghasilkan data kontur dari DEM. Tahapannya adalah
sebagai berikut :
● Kita pilih DEM pada workspace, lakukan klik kanan > Generate Contours. Muncul
pilihan kontur, tentukan ketinggian minimum dan maksimum yang dikehendaki beserta
interval kontur yang diinginkan, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 10.12 dan
Gambar 10.13
Gambar 10.12 Mengakses Menu Generate Contours
186
187. Gambar 10.13 Mengakses Menu Generate Contours
● Dan berikut ini adalah hasil pemrosesan kontur yang dilakukan oleh software Agisoft
Metashape, sebaaimana diperlihatkan pada Gambar 10.14 dan Gambar 10.15
Gambar 10.14 Hasil Generate Contour Metashape
187
188. Gambar 10.15 Hasil Generate Contour Metashape
10.3 Export DEM
Digital Elevation Model (DEM) yang sudah dihasilkan oleh Metashape, bisa kita lakukan
export. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
● Kita pilih DEM pada workspace selanjutnya kita lakukan klik kanan > Export DEM dan
tinggal kita pilih format apa yang kita kehendaki. Disini terdapat banyak pilihan format
188
189. antara lain : Export TIF/BIL/XYX; Sputnik KMZ; Google Map Tiles dan lain sebagainya,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 10.16
Gambar 10.16 Export DEM
189
190.
191. 11
BUILD ORTHOMOSAIC
11.1 Build Orthomosaic
Sebuah ortofoto, ortofotograf, atau ortoimage adalah foto udara yang dikoreksi secara
geometris ("orthorektifikasi") sehingga skalanya seragam, Tidak seperti foto udara yang tidak
dikoreksi, ortofotograf dapat digunakan untuk mengukur jarak sebenarnya, karena itu adalah
representasi akurat dari permukaan Bumi.
Metashape memungkinkan untuk melakukan pengeditan orthomosaic untuk hasil visual
yang lebih akurat. Untuk melakukan “Build Orthomosaic” langkah-langkah yang di tempuh
adalah sebagai berikut :
● Kalibrasi warna terlebih dahulu apabila kondisi pencahayaan saat pengambilan gambar
berubah secara signifikan. Namun apabila kondisi pencahayaan tidak terlalu berbeda
maka tidak memerlukan kalibrasi warna. Untuk lagkah-langkah kalibrasi warna, bisa di
baca kembali pada bab sebelumnya terkait dengan kalibrasi warna.
● Pastikan file sudah di simpan dengan format .PSX sebelum menjalankan “Build
Orthomosaic”
● Selanjutnya akses menu pada tool “Workflow > Build Orthophoto”, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 11.1
191
192. Gambar 11.1 Akses Menu Build Orthomosaic
● Selanjutnya akan muncul pop up window “Build Orthophoto” dimana kita bisa
memberikan beberapa pengaturan, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 11.2
● Pada Projection Type (type proyeksi) ada tiga pilihan yang bisa kita pilih dengan
memencet radio button dengan pilihan : Geographic ; Planar dan Cylindrical.
192
193. Gambar 11.2 Setting Parameter Build Orthomosaic
Geografis - memungkinkan untuk memilih sistem koordinat geografis dari daftar
dropdown atau mengunggah parameter dari sistem koordinat geografis yang
disesuaikan. Sistem koordinat yang ditetapkan secara default adalah sistem koordinat
yang sebelumnya dipilih untuk model itu sendiri. Anda bisa beralih ke yang lain, asalkan
parameter transformasi datum yang sesuai tersedia.
193
194. Planar. Metashape memungkinkan untuk memproyeksikan orthomosaic ke bidang yang
ditetapkan oleh pengguna, asalkan mesh dipilih sebagai jenis permukaan. Anda dapat
memilih bidang proyeksi dan orientasi orthomosaic. Bidang dapat ditentukan oleh
seperangkat penanda (jika tidak ada 3 penanda di bidang proyeksi yang diinginkan,
bidang tersebut dapat ditentukan dengan 2 vektor, yaitu penanda 4). Jenis proyeksi
planar mungkin berguna untuk pembuatan orthomosaic dalam proyek yang menyangkut
fasad atau permukaan vertikal lainnya..
Cylindrical - memungkinkan untuk memproyeksikan orthomosaic pada permukaan
silinder. Ini membantu untuk menghindari distorsi parah saat memproyeksikan objek
silinder, seperti tabung, menara bundar, terowongan, dll
● Surface - Pembuatan Orthomosaic berdasarkan data DEM sangat efisien untuk
skenario pemrosesan data survei udara memungkinkan penghematan waktu pada
langkah pembuatan mesh.
Mesh surface memungkinkan untuk membuat ortomosaic namun penggunaannya
kurang umum, seperti pembuatan ortomosaic untuk fasad bangunan atau model lain.
● Blending Mode - Pada blending mode terdapat 3 pilihan yaitu : Mosaic; Average; dan
Disabled
Mosaic - mengimplementasikan pendekatan dengan pembagian data ke dalam
beberapa domain frekuensi yang dicampur secara independen. Komponen frekuensi
tertinggi dicampur hanya di sepanjang seamline, setiap langkah lebih jauh dari seamline
menghasilkan lebih sedikit jumlah domain yang menjadi sasaran blending.
194
195. Average - menggunakan nilai rata-rata tertimbang semua piksel dari masing-masing
foto.
Disabled - nilai warna untuk piksel diambil dari foto dengan tampilan kamera hampir
sepanjang normal ke permukaan yang direkonstruksi di titik itu.
Gambar 11.3 Setting Parameter Blending Mode
195
196. ● Pixel Size - Nilai default untuk ukuran piksel dalam dialog Ekspor Orthomosaic
mengacu pada resolusi pengambilan sampel tanah, oleh karena itu, tidak berguna untuk
menetapkan nilai yang lebih kecil: jumlah piksel akan meningkat, tetapi resolusi efektif
tidak. Namun, jika bermakna untuk tujuan tersebut, nilai ukuran piksel dapat diubah oleh
pengguna dalam unit sistem koordinat atau dalam meter.
Gambar 11.4 Setting Parameter Pixel Size
196
197. ● Max Dimension Pix - Parameter memungkinkan untuk mengatur dimensi maksimal
untuk data raster yang dihasilkan.
Gambar 11.5 Setting Parameter Max Dimension Pixel
197
198. ● Dan terakhir kita tekan tombol “OK” untuk mengkonfirmasi setting yang telah kita berikan
dan sekaligus memerintahkan software untuk melakukan “Build Orthophoto”,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 11.6
Gambar 11.6 Proses Orthomosaic Berjalan
● Setelah proses berjalan maka Agisoft Metashape berhasil membuat Orthophoto,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 11.7
198
199. Gambar 11.7 Hasil Proses Orthomosaic
11.2 Export Orthomosaic
Hasil orthomosaic bisa juga kita export ke dalam format lain dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
● Kita pilih “Orthomosaic” pada workspace > Export Orthomosaic > dan terakhir kita pilih
format yang sesuai. Format yang di dukung antara lain : Export JPEG/TIFF/PNG; Export
Google KMZ; Export Google Maps Tiles dan lain-lain, sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 11.8
199
202. 12
PENGUKURAN (MEASUREMENT)
12.1 Pengukuran Pada 3D Model
Agisoft Metashape mendukung kemudahan di dalam pengukuran jarak pada model,
pengukuran luas permukaan, dan volume dari sebuah 3D model yang telah di rekonstruksi.
Seluruh instruksi pada sub bab ini berlaku baik untuk dense point cloud atau data mesh. Saat
bekerja dalam tampilan model semua pengukuran dilakukan dalam ruang 3D. Tidak seperti
pengukuran dalam tampilan ortho, yang merupakan pengukuran planar.
12.1.1 Pengukuran Jarak
Agisoft Metashape memungkinkan Kita untuk melakukan pengukuran jarak antar
titik-titik dalam sebuah rekonstruksi 3D scene. Untuk melakukan pengukuran jarak langkah
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
● Pilih “Ruller Instrument” dari toolbar Model View
● Lakukan klik posisi awal pada sebuah model 3D dan dilanjutkan dengan klik pada posisi
ke dua dan jarak antar kedua titik ditampilkan juga langsung pada Model View,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 12.1 dan Gambar 12.2
● Untuk memulai pengukuran yang baru kita tekan tombol “escape” pada keyboard dan
dilanjutkan ke pengukuran berikutnya apabila menghendaki.
202
203. Gambar 12.1 Menjalankan Software Agisoft Metashape
Gambar 12.2 Menjalankan Software Agisoft Metashape
203
204. 12.1.2 Pengukuran Polyline dan Polygon
Untuk melakukan pengukuran polyline dan polygon maka berikut langkah-langkah yang
perlu dilakukan :
● Misal pada model belum terdapat gambar polyline, kita akses menu “Draw Polyline”,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 12.3
Gambar 12.3 Draw Polyline
● Selanjutnya kita buat gambar polyline Misal pada model belum terdapat gambar
polyline, kita akses menu “Draw Polyline”, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar
12.4
204
205. Gambar 12.4 Draw Polyline
● Selanjutnya untuk melihat ukuran dari polyline, kita lakukan klik kanan dan kita pilih
“Measure”, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 12.5
Gambar 12.5 Memilih Menu Measure
205
206. ● Selanjutnya akan muncul pop up window “measure shape” yang berisi sejumlah Tab
antara lain : Planar; Profile dan Volume. Untuk tab Planar berisi informasi antara lain:
Point sekaligus dengan koordinatnya; Altitude atau ketinggian point-point tersebut;
Perimeter atau panjang lintasan dari polyline; Area atau luasannya, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 12.6
Gambar 12.6 Menjalankan Software Agisoft Metashape
Selanjutnya pada tab “Profile” apabila kita aktifkan maka akan muncul profile dari
surface yang dilewati oleh polyline tersebut, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 12.7
206
207. Gambar 12.7 PolylineProfile
Selanjutnya pada tab “Volume” maka akan kita dapati volume berdasarkan hitungan
dari software Agisoft Metashape, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 12.8
207
208. Gambar 12.8 Menjalankan Software Agisoft Metashape
● Untuk shape yang lain bisa dicoba sendiri yaitu Polygon; Dense Patch dan Point
dengan cara yang kurang lebih sama dengan Polyline
208
209.
210. 13
GENERATE REPORT
13.1 Memproses pembuatan laporan
Metashape mendukung pembuatan laporan pemrosesan otomatis dalam format PDF,
yang berisi parameter dasar proyek, hasil pemrosesan, dan evaluasi akurasi. Untuk
menghasilkan laporan pemrosesan maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut :
● Untuk menghasilkan laporan kita klik dari menu File > Export > Generate Report...,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 13.1
Gambar 13.1 Melakukan Generate Report
210
211. ● Selanjutnya akan muncul jendela baru “Generate Report” dimana kita bisa memberikan
nama judul laporan pada bagian Title dan juga keterangan pada bagian Description,
proyeksi laporan juga bisa kita atur sesuai dengan yang kita kehendaki dengan pilihan :
Top XY, Bottom XY, Front XZ, Back XZ, Right YZ, dan Left YZ, sebagaimana di
perlihatan pada Gambar 13.2 dan Gambar 13.3
Gambar 13.2 Parameter Generate Report
Gambar 13.3 Memilih Proyeksi
211
212. ● Selanjutnya kita tentukan folder dimana kita akan menyimpan file dan kita berikan juga
nama filenya. Terakhir kita tekan tombol “Save” untuk memberikan perintah software
untuk melanjutkan pembuatan report, sebagaimana di perlihatan pada Gambar 13.4
dan Gambar 13.5
Gambar 13.4 Menentukan Folder Penyimpanan Dan Pemberian Nama File
Gambar 13.5 Progress Pembuatan Report
212
213. ● Selanjutnya report atau laporan bisa kita buka dengan format *pdf. Untuk report lengkap
bisa di lihat pada halaman lampiran pada akhir buku dimana laporan tersebut
menyajikan data-data sebagai berikut :
- Lokasi kamera dan overlap gambar termasuk informasi tinggi terbang, jumlah
gambar, luas cakupan wilayah, ground resolution, camera model, focal length,
ukuran pixel, dan lain sebagainya.
- Kalibrasi kamera : gambar dan ilustrasi untuk setiap sensor yang terlibat dalam
project.
- Ground Controll Point (GCP)
- Digital Elevation Model (DEM)
- Parameter Pemrosesan
- Dan lain sebagainya.
Gambar 13.6 Report /Laporan Agisoft Metashape
213