Dokumen tersebut membahas tentang pengukuran kerangka dasar vertikal dengan menjelaskan tujuan, prinsip dasar, volume pekerjaan, metode penulisan, studi lapangan, dan studi literatur yang dilakukan. Juga dibahas mengenai landasan teori pengukuran sipat datar, macam-macam alat ukur, penentuan beda tinggi antara dua titik, penyetelan instrumen, dan kesalahan yang mungkin terjadi."
1. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan pembangunan pada era globalisasi pada saat ini sangatlah
pesat. Dibutuhkan suatu metode yang praktis dengan bantuan alat untuk mempermudah
para ahli untuk menyelesaikan segala masalah dalam pengembangan pemanfaatan alam
dalam hal ini bidang terkait adalah bidang teknik sipil, dalam laporan ini menjabarkan dan
melaporkan hasil pengamatan yang mengenai pengukuran tanah tentang kerangka dasar
vertikal.
Oleh karena , perkembangan teknologi sangat pesat terutama dalam bidang teknik
sipil seperti pengukuran kerangka dasar vertikal untuk mendapatkan tinggi dari suatu titik
yang nantinya dapat dipergunakan untuk mengetahui kontur dari tanah tempat bangunan
akan didirikan dan segala perangkat untuk mempermudah dan mempercepat pengukuran
KDV serta pengolahan datanya telah tersedia di dalam laporan ini.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengerti secara teori dan praktek dalam pengukuran KDV.
2. Mengetahui segala peralatan yang digunakan untuk pengukuran KDV.
3. Dapat mengolah data hasil pengamatan KDV dengan benar.
1.3 Prinsip Dasar Pengukuran
Untuk menghindari kesalahan – kesalahan yang mungkin terjadi, maka
tugas mengukur harus didasarkan pada prinsip pengukuran yaitu:
1. Perlu adanya pengecekan yang terpisah
2. Tidak adanya kesalahan – kesalahan dalam pengukuran
1.4 Volume Perkejaan
Volume pekerjaan adalah urutan kegiatan saat praktikum dilaksanakan.
Berikut adalah hal-hal yang akan dilakukan selama praktikum di laksanakan :
a. Persiapan perlengkapan alat ukur.
b. Persiapan pengukuran
c. Perhitungan kesalahan koreksi garis bidik.
d. Pengukuran sipat datar profil melintang.
1
2. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
1.5 Metode Penulisan
Pencatatan data hasil pengukuran lapangan dan penyusunan laporan
praktikum survey dan pemetaan ini menggunakan metode penulisan berdasarkan
studi lapangan dan studi literatur.
1.6 Studi Lapangan
Metode penulisan yang digunakan untuk pengisian data pada tabel hasil
pengamatan praktikum sipat datar (Waterpass) adalah dengan studi lapangan atau
pengamatan langsung di lapangan.
1.7 Studi Literatur
Metode penulisan yang digunakan untuk menghitung data hasil
pengamatan lapangan serta penyusunan laporan adalah dengan metode literatur atau
berdasarkan rumusan-rumusan yang didapat dari berbagai macam sumber buku yang
berhubungan dengan ilmu ukur tanah.
2
3. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
BAB 1I
LANDASAN TEORI
2.1 PENDAHULUAN
Kerangka Dasar Vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titik-titik
yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap
bidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang rujukan ini biasanya berupa ketinggian muka air
laut rata-rata (Mean Sea Level-MSL) atau ditentukan lokal.
Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila
tinggi h diketahui antara dua titik A dan B, sedang tinggi titik A diketahui sama dengan Ha
dan titik B letak lebih tinggi daripada titik A, maka tinggi titik B, Hb = Ha + h.
Yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan titik B adalah jarak antara dua
bidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah bidang yang lengkung,
tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B kecil, maka kedua bidang nivo yang melalui titik-
titik A dan B dapat dianggap sebagai bidang yang mendatar.
Beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara:
a. Dengan cara Barometris, yaitu menentukan beda tinggi dengan cara mengamati
tekanan udara di suatu tempat dengan tempat lain yang dijadikan referensi dalam
hal ini misalnya elevasi ± 0.00 meter dari permukaan laut rata-rata.
b. Dengan cara Trigonometris, yaitu menentukan beda tinggi menggunakan alat ukur
yang cukup teliti yang dapat mengukur sudut vertikal dan horizontal yaitu alat ukur
Theodolit.
c. Dengan cara pengukuran sipat datar, yaitu dengan cara menghitung tinggi garis
bidik atau Benang Tengah (BT) dari suatu rambu dengan menggunakan alat ukur
sipat datar (waterpass).
Dari ketiga metode diatas, metode pengukuran sipat datar adalah metode pengukuran
yang paling teliti. Sehingga dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil
pengukuran sipat datar.
2.2 TUJUAN PENGUKURAN SIPAT DATAR
Pengukuran sipat datar KDV adalah untuk memperoleh informasi tinggi yang relatif
akurat dilapangan sedemikian rupa sehingga informasi tinggi pada daerah yang tercakup
layak untuk diolah sebagai informasi yang lebih kompleks.
2.3 METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR
Pengukuran Sipat Datar KDV adalah pembuatan serangkaian titik-titik dilapangan
yang diukur ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk pengikatan ketinggian
titik-titik lain yang lebih detail dan banyak.
3
4. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
Syarat-syarat alat Sipat Datar adalah:
1. syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo,
2. syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu,
3. syarat ketiga : garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka syarat-syarat diatas
harus dipenuhi terlebih dahulu atau dengan kata lain alat ukur penyipat datar harus diatur
terlebih dahulu, supaya ketiga syarat tersebut dapat terpenuhi.
Pengukuran dengan cara menyipat datar adalah dengan memahami bahwa beda
tinggi dua titik adalah jarak antara kedua bidang nivo yang melalui titik–titik itu. Selanjutnya
bidang nivo dianggap mendatar untuk jarak–jarak yang kecil antara titik–titik itu. Apabila
demikian, beda tiggi h dapat ditentukan dengan menggunakann garis mendatar yang
sembaranng dan dua mistar yang dipasang di atas kedua titik A dan B.
2.4 MACAM-MACAM ALAT UKUR SIPAT DATAR
Berdasarkan konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat dibagi menjadi empat macam
utama, yaitu:
a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap ditempatkan
diatas teropong, sedang teropong hanya dapat diputar dengan sumbu kesatu
sebagai sumbu putar,
Gambar 2.1. Arah Garis Nivo dan Bidik
b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi, dan ditempatkan pada
teropong. Dengan demikian teropong selain dapat diputar dengan sumbu kesatu
sebagai sumbu putar, dapat pula diputar dengan suatu sumbu yang letaknya searah
dengan garis bidik. Sumbu putar ini dinamakan sumbu mekanis teropong. Teropong
dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.
4
5. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
Gambar 2.2. Nivo Reversi Sumbu Mekanis
Gambar 2.3. Sekrup Penyetel
c. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yng mempunyi sumbu mekanis, tetpi
nivo tidk diletakkan pada teropong, melainkan ditempatkan dibawah, lepas dari
teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.
Gambar 2.4. Sumbu Mekanis dan Garis Bidik
5
6. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
Gambar 2.5. Sumbu Penggerak
d. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat diangkat dari bagian bawah
alat ukur penyipat datar dan dapat diletakkan dibagian bawah dengan landasan
yang berbentuk persegi, sedang nivo dapat diletakkan di teropong.
6
7. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
Gambar 2.6. Alat Sipat Datar dengan Teropong yang dapat diangkat
Penentuan Beda Tinggi Antara Dua Titik
Penentuan beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara
penempatan alat sipat datar tergantung pada keadaan di lapangan, adapun tiga
cara penempatan alat sipat datar, yaitu:
a. Dengan menempatkan alat sipat datar di atas titik B (salah satu titik yang akan diukur
beda tingginya), bidik pesawat ke titik lainnya (A) yang sebelumnya telah berdiri rambu
ukur. Sebagai contoh, hasil bidikan tadi kita beri nama a. Setelah di ketahui a, pindahkan
alat sipat datar ke titik A, lakukan bidikan yang sama terhadap titik B, maka di
ketahuilah hasil bidikan terhadap titik B yaitu b. Beda tinggi dari kedua titik tersebut
( h) dapat diperoleh dengan h = b-a. Perlu diketahui bahwa dalam setiap pengukuran,
letak gelembung nivou harus berada di tengah-tengah.
b. Alat ukur penyipat datar diletakkan diantara titik A dan titik B dan membentuk suatu
garis lurus, ukur jarak antara alat sipat datar terhadap titik A dan titik B, Arahkan garis
bidik dengan gelembung di tengah–tengah ke titik A (belakang) dan ke titik B (muka)
yang telah berdiri rambu ukur, dan misalkan pembacaaan pada dua mistar berturut–
turut ada b (belakang) dan m (muka). Bila selalu diingat, bahwa angka–angka pada
rambu selalu menyatakan jarak antara angka dan alas mistar, maka dengan mudahlah
dapat dimengerti, bahwa beda tinggi antara titik–titik A dan B ada h = b – m.
c. Alat ukur penyipat datar ditempatkan tdak diantara titik A dan B, tidak pula diatas salah
satu titik A atau titik B, tetapi di sebelah kiri titik A atau disebelah kanan titik B, jadi
diluar garis AB. Pembacaan yang dilakukan pada mistar yang diletakkan di atas titik A
dan B sekarang adalah berrturut-turut b dan m lagi, sehingga digambar didapat dengan
mudah, bahwa beda tinggi t = b – m.
7
8. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
2.5 PENYETELAN INSTRUMEN SIPAT DATAR
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyetelan instrument sipat datar
adalah :
- Penempatan nivo harus tegak lurus dengan sumbu garis vertikal.
- Penempatan nivo harus sejajar dengan garis holimasi.
- Penyetelan garis horizontal benang silang instrumen sifat datar.
Penyetelan instrument sipat datar wye adalah sebagai berikut :
- Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan garis – garis rangka teleskopnya.
- Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan sumbu nivau tabung dari
teleskopnya.
- Penyetelan agar garis holimasi tegak lurus sumbu garis vertical.
Gambar 2.7. Dumpy Level (type kekar)
Keterangan:
1. Teropong 11. Tombol fokus
2. Nivo Tabung
3. Pengatur nivo
4. Pengatur diafragma
5. Kunci horizontal
6. Skrup kiap
7. Tribrach
8. Trivet
9. Kiap (leveling head)
10. Sumbu ke-1
8
9. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
Penyetelan instrument Sipat Datar Tabung adalah sebagai berikut :
Gambar 2.8. Reversible Level (type reversi)
Keterangan:
1. Teropong. 9. Kiap.
2. Nivo reversi. 10. Sumbu kesatu (sumbu tegak).
3. Pengatur nivo. 11. Tombol Fokus.
4. Pengatur diafragma. 12. Pegas.
5. Skrup pengunci horizontal. 13. Skrup pengungkit teropong
6. Skrup kiap. 14. Skrup pemutar teropong.
7. Tribrach. 15. Sumbu mekanis.
8. Trivet.
Penyetelan instrumen Sipat Datar Jungkit adalah sebagai berikut :
- Penyetelan hubungan antar nivo bundar dengan sumbu vertical.
- Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan sumbu nivo.
Gambar 2.9. Titing Level (type jungkit)
2.6 KESALAHAN-KESALAHAN PADA SIPAT DATAR
Sesuai dengan karateristik, kesalahan dapat di bedakan dalam 3 klasifikasi sebagai
berikut :
1. kesalahan acak
2. kesalahan sistematis
3. kesalahan Blunder
9
10. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
2.7 PENGENALAN ALAT UKUR
Perlengkapan yang digunakan untuk melakukan pengukuran adalah alat penyipat datar
(waterpass), rambu ukur, statip, pita ukur 50 m, payung, tabel pengukuran, serta alat tulis dan
kalkulator. Berikut adalah penjelasan mengenai alat ukur serta bagian-bagiannya.
a. Waterpass
Bagian – bagian penting dari alat waterpass
Teropong jurusan
Teropong jurusan terbuat dari pipa logam, di dalamnya terdapat Susunan lensa-
lensa yang terdiri dari lensa objektif, lensa okuler, dan lensa penyetel pusat. Didalam
teropong terdapat pula pelat kaca yang dibalur dengan bingkai dari logam
(diafragma), sedang pada pelat kaca terdapat goresan benang silang.
Niveau
Niveau adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk membuat arah-arah
horizontal dan vertikal. Menurut bentuknya niveau dibagi menjadi dua macam yaitu
niveau kotak dan niveau tabung. Pada waterpass yang digunakan adalah niveau
kotak.
Niveau kotak, terdiri atas kotak dari gelas yang dimasukkan dalam montur dari
logam sedemikian hingga bagian atas tidak tertutup. Kotak tersebut diisi dengan
cairan atsiri (ether atau alkohol), bidang atas dari gelas diberi bentuk bidang
lengkung dengan jari-jari besar. Bagian kecil kotak itu tidak berisi zat cair, sehingga
bagian ini dari atas terlihat sebagai gelembung.
Titik teratas ditandai dengan lingkaran yang digambar di atas gelas. Garis singgung
pada titik tertinggi (tengah lingkaran) disebut garis arah niveau. Niveau kotak
dikatakan seimbang jika gelembung berada ditengah-tengah. Cara mengaturnya
dengan memutar tiga sekrup penyetel.
Sekrup-sekrup pada waterpass dan fungsinya :
Sekrup koreksi niveau, mengatur agar garis arah niveau berubah dari keadaan semula
terhadap garis bidik teropong dan sumbu tegak.
Sekrup koreksi diafragma, mengatur kedudukan garis bidik teropong agar berubah
terhadap garis arah niveau dan sumbu tegak.
Sekrup penyetel, mengatur kedudukan bagian atas seluruhnya berubah terhadap bagian
bawah.
Sekrup helling, mengatur kedudukan garis bidik dan garis arah niveau bersama-sama
berubah terhadap sumbu tegak.
b. Mistar / Rambu ukur
Umumnya terbuat dari kayu atau besi, panjangnya antara 3-4 meter, bahkan ada
yang 5 meter. Karena panjangnya, untuk pengangkutannya, maka mistar ini dapat dilipat
menjadi 1,5 m atau 2 meter. Skala mistar dibuat dengan cm; tiap-tiap cm ada blok
10
11. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
merah, putih atau hitam. Tiap-tiap meter diberi warna yang berlainan, merah-putih dan
hitam-putih untuk memudahkan pembacaan meter.
c. Statip
Statip adalah salah satu perlengkapan pengukuran yang berfungsi sebagai kaki
untuk meletakkan waterpass. Statip mempunyai 3 kaki yang berfungsi untuk
menyeimbangkan berdirinya statip. Saat mendirikan statip, meja statip harus rata
karena dapat mempengaruhi seimbangnya gelembung pada niveau.
d. Pita Ukur
Pita ukur terbuat dari kain diberi benang dari tembaga dimasukkan dalam minyak
cat yang masak. Panjang pita ukur ada yang 10, 15, 20, 30, sampai 50 meter. Pita ukur ini
di gulung dalam kotak bulat yang disebut rol.
e. Payung
Dalam pengukuran di lapangan, payung juga memiliki peran penting, yaitu sebagai
pelindung waterpass dari sinar matahari agar cairan niveau tidak menguap.
f. Tabel Pengukuran
Data hasil pembacaan benang dimasukkan ke dalam tabel pengukuran untuk
memudahkan analisa data.
g. Alat tulis dan Kalkulator
Alat tulis dan kalkulator, untuk mencatat data dan menghitung koreksi kesalahan
pembacaan benang.
h. Patok kayu dan paku
Berfungsi sebagai penandaan awal pengukuran dan hasil pengukuran, dimana
pada jarak tertentu setelah pengukuran dilakukan penandaan dengan menggunakan
patok/paku.
2.8 Pengukuran Sipat Datar Memanjang
Pengukuran menyipat datar dimaksudkan untuk menentukan beda tinggi antara dua
titik. Bila dua titik tentu itu terletak jauh dengan jarak yang lazimnya dibuat kira-kira 2 km,
maka beda tinggi antara dua titik itu ditentukan dengan mengukur beda tinggi titik-titik
penolong yang dibuat antara dua titik yang tentu itu.
Salah satu cara yang digunakan pada pengukuran sipat datar memanjang adalah
cara menyipat datar dari tengah-tengah. Maksudnya adalah, alat ukur penyipat datar
ditempatkan antara titik A dan B, sedang di titik A dan B ditempatkan dua mistar. Jarak
antara alat penyipat datar dan kedua mistar kira-kira diambil jarak yang sama. Cara ini
memberi hasil paling teliti, karena kesalahan yang mungkin masih ada pada pengukuran
dapat saling memperkecil.
11
12. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
Dengan cara ini dapat disimpulkan bahwa beda antara pembacaan mistar belakang dan
mistar muka akan menjadi beda tinggi.
2.9 Pengukuran Sipat Datar Profil Melintang
Profil melintang adalah irisan tegak lurus pada sumbu proyek dan pada tempat-
tempat penting yang didapatkan dari jarak dan beda tinggi titik-titik di atas permukaan
bumi. Jarak antara profil melintang pada garis proyek melengkung dibuat lebih kecil dari
garis proyek yang lurus. Profil melintang harus pula dibuat di titik-titik permulaan dan titik
akhir garis proyek melengkung. Profil melintang dibuat dengan lebar 50 m-100 m kiri kanan
garis proyek.
Pengukuran profil melintang adalah untuk menghitung banyaknya tanah, baik yang
digali maupun untuk menimbuni. Cara pengukuran profil melintang sama dengan cara
pengukuran profil memanjang, hanya jarak-jarak adalah pendek bila dibandingkan dengan
jarak-jarak pada profil memanjang. Untuk menghitung penggalian tanah atau penimbunan
tanah, cukup diambil jumlah rata-rata penggalian tanah atau penimbunan tanah yang
didapat dari dua profil melintang yang berdekatan diperbanyak jarak antara dua profil
melintang itu.
12
13. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
BAB III
TUJUAN DAN PROSEDUR PENGUKURAN SIPAT DATAR
3.1 Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat memahami, mendeskripsikan dan mengaplikasikan berbagai
metoda pengukuran beda tinggi dengan pesawat penyipat datar pada praktik pengukuran dan
pemetaan Ilmu Ukur Tanah.
3.2 Tujuan Instruksional Khusus Pengukuran Sipat Datar KDV
Dapat menyebutkan jenis – jenis alat yang digunakan pada pengukuran sipat
datar KDV.
Dapat menyebutkan tahapan – tahapan pengukuran sipat datar KDV.
Dapat menggambarkan bentuk formulir ukuran yang digunakan.
Dapat memberikan nilai kesalahan garis bidik alat sipat datar yang digunakan.
Dapat membuat tabel untuk pengolahan data sipat datar KDV.
Dapat memasukan angka – angka hasil survey ke dalam tabel.
Dapat memberikan nilai pengolahan data sipat datar KDV baik secara manual
maupun secara komputerisasi.
Dapat menggambarkan hasil pengolahan data pada jalur memanjang
pengukuran menggunakan metode manual / grafis digital.
3.3 Prosedur Persiapan Peralatan
o Alat sipat datar optis ( catat nomor serinya )
o Statif ( perhatiakan kecocokannya dengan alat )
o Unting – unting
o Rambu ukur 2 buah
o Alat tulis dan formulir ukuran
o Payung 1 buah ( untuk memayungi alat )
o Pita ukur 1 buah
o Meteran 1 buah
13
14. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
o Patok pengukuran ( disesuaikan dengan wilayah pengukuran )
o Peta wilayah situasi ( dengan bebas pengukuran )
o Bon peminjaman alat dan absensi kelompok
3.4 Prosedur Pengukuran
Adapun prosedur pengukuran dengan menggunakan alat theodolite untuk menentukan beda
tinggi tanah, diantaranya:
Para surveyor harus mengenakan kostum untuk survey lapangan,
Ketua tim mencatat semua peralatan yang dibutuhkan pada formulir peminjaman alat,
Para anggota tim mengisi kehadiran praktikum,
Ketua tim menyerahkan formulir peminjaman alat kepada laboran,
Ketua tim memeriksa kelengkapan alat dan mencatat no serinya,
Para anggota tim membawa peralatan ke lapangan,
Mempersiapkan pengukuran kesalahan garis bidik (cukup disekitar lab),
Dirikan statif pada posisi stand satu dan pasang alat di atas stand tsb,
Mengetengahkan gelembung nivo dengan prinsip dua putaran sekrup kaki kiap keluar
atau kedalam saja dan satu sekrup ke kanan dan ke kiri,
Memasang unting-unting dan dua rambu ukur di arah belakang dan muka,
Menghimpitkan gelembung nivo tabung,
Membidik rambu ukur belakang dan visir,
Memperjelas benang diafragma sekrup pada teropong,
Memperjelas obyek rambu ukur dengan memutar skrup focus di atas teropong,
Menggerak-gerakan skrup gerakan halus horizontal sehingga benang vertical
diafragma berhimpit dengan bagian tengah rambu,
Lakukan pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT), dan benang bawah (BB),
BA BB
Periksa syarat BT 0 . 001 , jika sesuai teruskan dengan langkah
2
berikutnya, jika tidak ulangi pembacaan,
Hitung jarak optis dari alat ke rambu ( B A B B ) x100 ,
Lakukan hal yang sama untuk rambu belakang,
Hitung koreksi garis bidik (Kgb),
Bawa semua peralatan ke titik awal pengukuran pertama (patok pertama),
14
15. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
Berdasarkan batas pengukuran dari peta wilayah studi, tentukan lokasi patok-patok
pada jalur ukuran,
Anggota regu melakukan pematokan di jalur pengukuran dengan patok yang telah
tersedia (buat slagnya genap),
Dirikan alat pada slag pertama, lakukan pembacaan benang atas (BA), benang bawah
(BB), dan benang tengah (BT) ke rambu belakang dan rambu muka,
Mengukur jarak belakang (db) dan muka (dm) (jarak mendatar) menggunakan pita
ukur,
Memindahkan alat ke slag dua, lakukan hal yang sama seperti pada slag satu, dan
.
NB : Pencatatan data formulir ukuran yang menggunakan pensil dan penghapus /
tipe – x. jika salah angka dicoret nilai yang benar ditulis diatas atau sebelahnya.
3.5 Prosedur Pengolahan Data
Menyiapkan tabel pengolahan data sipat datar KDV.
Masukan nilai kesalahan garis bidik kedalam tabel
Masukan nilai benang atas BT,BB, d belakang d muka kedalam tabel
Hitung BT koreksi disetiap slag
Hitung beda tinggi disetiap slag dari bacaan benang tengah koreksi belakang dan
muka
Hitung nilai kesalahan beda tinggi dengan menggunakan beda tinggi setiap slag
Hitung jarak pita ukur setiap slag dengan menjumlahkan jarak belakang dan jarak
muka
Menghitung total jarak jalur pengukuran dengan menggunakan semua jarak slag
Hitung bobot koreksi setiap slag dengan membagi jarak slag dengan total jarak
pengukuran
Menghitung beda tinggi koreksi dengan cara menjumlahkan beda tinggi awal (
BTbk – BTmk ) dengan perkalian
Control beda tinggi hasil koreksi
Menghitung tinggi titik – titik pengukuran dengan cara menjumlahkan tinggi titik
sebelumnya dengan beda tinggi koreksi.
3.6 Prosedur Penggambaran
15
16. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
Mengetahui jarak total pengukuran dan selisih beda tinggi terbesar
Prinsip skala vertical berbeda dengan skala horizontal ( skala horizontal kurang dari
skala vertical )
Tetapkan ukuran kertas ( lebih baik menggunakan kertas millimeter )
Contoh skala horizontal 1:100 dan skala vertical 1:2
Design / rancang tata letak penggambaran yang meliputi muka gambar, legenda,
notasi dan skala gambar ( sebaiknya di grafis )
3.7 Pengukuran Sipat Datar
Eliminasi kesalahan sistematis alat sipat datar dengan cara, mengoreksi KGB
(kesalahan garis bidik). Metode pengukuran rambu muka dan belakang dengan dua
stand (dua kali alat berdiri).
Arah pengukuran
BAb1 db1 dm1 BAm1
BTb1 BTm1
BBb1 BBb1
B
A
Stand I
Arah pengukuran
BAb|| BAmII
BTbII BTmII
BBbII BBbII
BT m
Stand II
Keterangan :
BT benang tengah yang dianggap benar
BT = benang tengah yang dibaca dari teropong
16
Slag
17. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
Koreksi = - kesalahan
I = kgb = sudut
Keterangan :
BT benang tengah yang dianggap benar
BT = benang tengah yang dibaca dari teropong
Koreksi = - kesalahan
I = kgb = sudut
BT BT
tan kgb
lim kgb 0 d
BT BT
kgb
d
( BTb I
BTm I ) ( BTb II
BTm II
)
kgb
( db I dm I ) ( db " II dmII )
koreksi kgb= (-kgb)
Eliminasi kesalahan sistematis karena kondisi alam
Eliminasi kesalahan sistematis karena kondisi alam dapat dikoreksi dengan membuat
jarak belakang dan jarak muka hampir sama.
a. Jumlah slag pengukuran harus genap.
Peluang untuk meng-koreksi kesalahan di slag ganjil dan genap lebih besar. Pembagian
kesalahan setiap slag lebih rata.
b. Cara meng-koreksi kesalahan acak (random error)
1. Dilapangan kita peroleh bacaan BA, BT, BB pada setiap slag (missal n) n= genap.
2. Dari lapangan kita peroleh jarak belakang x jarak muka
Setelah diketaui kgb, maka kita dapat menghitung kesalahan sistematis, langkah-langkah
dalam menghitung kesalahan sistematis adalah sebagai berikut:
1. kita koreksi bacaan BTb& BTm
BT BTb-kgb.db
BT m BTm-kgb.db
2. kita hitung beda tinggi yang telah dikoreksi kesalahan sistematis (-kgb)
17
18. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
Δh = BT b BT m
3. ∑ Δh = 0 (syarat untuk kurva tertutup)
kenyataan ∑ Δh≠0 ∑ Δh = k. Δh (kesalahan acak sipat datar)
k. Δh = Δhab+Δhbc+Δhcd+Δhda
d
dbIV dmIII
dmIV dbIII
a c
dbI dmII
dmI dbII
b
4. kita koreksi beda tinggi setiap slag yang sudah dieliminasi kesalahan acak.
d bI d mI
H ab BT bA BT mB k. H
dI d II d III d IV
*
kontrol = H ab H bc H cd H da 0
5. jika diketahui TA= +700.00 mMSL
TB= TA+ H AB
18
19. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
BAB IV
PELAKSANAAN TEORI
4.1 Lokasi Pengukuran
Jl. Jayengrana sekitar depan FPEB
Gambar 4.1. Lokasi Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
4.2 Waktu Pengukuran
1. Hari : Rabu
Tanggal : 5 September 2012
Kegiatan : Pengenalan alat sipat datar
Pukul : 14.40 s.d. Selesai
Lokasi : Helipad FPTK UPI
2. Hari : Rabu
Tanggal : 12 September 2012
Kegiatan : Pencarian nilai Koreksi Garis Bidik (KGB)
Pukul : 14.40 s.d. Selesai
Lokasi : Helipad FPTK UPI
3. Hari : Rabu
Tanggal : 3 Oktober 2012
19
20. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
Kegiatan : Pematokan
Pukul : 14.40 s.d. Selesai
Lokasi : Jl. Jayengrana sekitar depan FPEB UPI
4. Hari : Kamis
Tanggal : 4 Oktober 2012
Kegiatan : Pengukuran sipat datar
Pukul : 13.00 s.d. 17.00
Lokasi : Jl. Jayengrana sekitar depan FPEB UPI
4.3 Pelaksanaan Praktikum
Setelah mendapat pengarahan dan pengenalan alat tentang sipat datar, maka saya
bersama rekan dari kelompok 8 melaksankan praktikum pengukuran sipat datar di jalan
Jayengrana depan FPEB UPI.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan :
1. Membaca panduan dan prosedur pelaksanaan praktikum.
2. Meminjam alat sipat datar dan alat-alat lain yang diperlukan dalam kegiatan praktikum
pengukuran sipat datar.
3. Setelah ke lapangan buat sketsa untuk memberikan tanda buat penyimpanan rambu
ataupun alat sipat datar.
4. Dalam membuat seketsa pertimbangan jumlah slag jarak slag sesuai dengan kontur yang
ada di lapangan
5. Jumlah slag yang di buat 18 slag dengan keliling 334,7 m
6. Setelah di buat 18 slag, kasih tanda dengan paku dan cat.
7. Setelah di bidik catat data atau bacaan pada alat pada format data yang telah disediakan.
8. Hasil data di lapangan kami melakukan pengolahan data di komputer dengan program
excel dan menampilkan gambar dengan AutoCAD.
20
21. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
BAB V
PENGOLAHAN DATA
5.1 Data Hasil Pengukuran Koreksi Garis Bidik
Tabel 5.1 Data hasil pengukuran Koreksi Garis Bidik (KGB)
Bacaan Benang
Jarak (m)
Muka Belakang
Stand Nilai KGB
Atas Atas
Tengah Koreksi Tengah Koreksi Muka Belakang Total
Bawah Bawah
1.478 1.449
1 1.455 0.0010 1.415 0.0005 5 5 10
1.43 1.393 -
1.514 1.451 0.008000
2 1.481 0.0010 1.425 0.0000 6 6 12
1.446 1.385
Tabel 5.2 Data hasil pengukuran lapangan
Muka Belakang Penanggung
SLAG
BAm BTm BBm dm BAb BTb BBb db Jawab
1 1.705 1.655 1.606 10 0.887 0.837 0.787 10
Hamzah
2 1.765 1.715 1.665 10 0.985 0.935 0.885 10
Sabtian
3 1.708 1.658 1.608 10 0.731 0.681 0.631 10 Sitorus
4 1.342 1.298 1.254 10.5 1.1 1.075 1.05 5
5 0.892 0.842 0.792 10 1.873 1.824 1.775 10
6 0.905 0.856 0.805 10 1.971 1.923 1.875 10 Indra
7 0.88 0.835 0.79 10 2.015 1.963 1.913 10 Harfani S
8 1.016 0.959 0.904 10 1.919 1.87 1.821 10
9 0.748 0.698 0.647 10 1.953 1.904 1.855 10
Dina Widia
10 1.234 1.182 1.132 10 1.583 1.533 1.482 10
N
11 1.272 1.222 1.173 10 1.479 1.43 1.379 10
21
22. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
12 1.355 1.29 1.225 10 1.525 1.475 1.425 10
13 1.286 1.267 1.246 4 1.368 1.349 1.329 4
14 2.099 2.049 1.999 10 1.148 1.099 1.05 10 Saepul
15 1.809 1.758 1.707 10 0.875 0.825 0.775 10
16 1.709 1.659 1.609 10 1.112 1.06 1.01 10
17 1.591 1.552 1.513 7.5 1.218 1.179 1.142 7.5 Akmal Sidiq
18 1.627 1.592 1.557 8.24 1.168 1.134 1.099 8
5.2 Analisa Data Pengukuran
1. Mencari doptis
Mencari jarak muka dan jarak belakang di gunakan dengan rumus:
d ( BA BB ) 100
Keterangan:
d = jarak datar optis
BA = bacaan benang atas
BB = bacaan benang bawah
100 = konstanta pesawat
Maka doptis :
1) (0.887-0.787).100 =10 meter
(1.705-1.606).100 =9.9 meter
+
=19.9 meter
2) (0.985-0.88).100 =10 meter
(1.765-1.665).100 =10 meter
+
=20 meter
3) (0.731-0.631).100 =10 meter
(1.708-1.608).100 =10 meter
+
=20 meter
4) (1.100-1.050).100 =5 meter
(1.342-0.792).100 =8.8 meter
22
23. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
+
=19.9 meter
5) (0.887-0.787).100 =10 meter
(1.705-1.606).100 =9.9 meter
+
=19.9 meter
6) (1.971-1.775).100 =9.6 meter
(0.905-0.805).100 =10 meter
+
=19.6 meter
7) (2.015-1.913).100 =10.2 meter
(0.880-0790.).100 =9 meter
+
=19.2 meter
8) (1.919-1.821).100 =9.8 meter
(1.061-0.904).100 =11.2meter
+
=21 meter
9) (1.95-1.855).100 =9.8 meter
(1.705-1.606).100 =10.1 meter
+
=19.9 meter
10) (1.583-1.482).100 =10 meter
(1.234-1.132).100 =10.2 meter
+
=23 meter
11) (1.479-1.379).100 =10 meter
(1.272-1.173).100 =9.9 meter
+
=19.9 meter
12) (1.525-1.452).100 =10 meter
23
24. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
(1.355-1.255).100 =10 meter
+
=20 meter
13) (1.368-1.329).100 =3.9 meter
(1.286-1.246).100 =4 meter
+
=7.9 meter
14) (1.148-1.050).100 =9.8 meter
(2.099-1.999).100 =10meter
+
=19.8 meter
15) (0.875-0.775).100 =10 meter
(1.809-1.707).100 =10.2 meter
+
=20.2 meter
16) (1.112-1.010).100 =10.2 meter
(1.709-1.609).100 =10 meter
+
=20.2 meter
17) (1.218-1.142).100 =7.6 meter
(1.519-1.513).100 =7.8 meter
+
=15.4 meter
18) (1.768-1.099).100 =6.9 meter
(1.627-1.557).100 =7 meter
+
=13.9 meter
2. Menghitung kontrol muka
Menghitung kontrol muka dapat digunakan rumus :
24
25. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
) ≤ 0,001
Kontorol muka 1
≤ 0,001
=0,001 ≤ 0,001
Kontrol Muka 2
≤ 0,001
=0,001 ≤ 0,001
Kontorl Belakang 1
≤ 0,001
=0,0005 ≤ 0,001
Kontrol Belakang 2
≤ 0,001
=0,0000 ≤ 0,001
3. Mencari Benang Tengah Belakang Koreksi
Mencari benang tengah belakang koreksi dapat digunakan rumus:
BTbk BTb ( Kgb db )
Mencari Kgb =
Keterangan:
BTbk = Benang tengah belakang koreksi
BTb = Benang tengah belakang
Kgb = koreksi garis bidik (0.0008000)
db = jarak benang belakang
Nilai untuk Kgb didapat :
Kgb =
25
26. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
Kgb = = -0.0080000
Berikut perhitungan BTbk di tiap titik:
Titik A = 0,837 – (-0,008 x 10) = 0.917
Titik B = 0.935 – (-0,008 x 10 ) = 1,015
Titik C = 0.681 – (-0,008 x 10 ) = 0,76
Titik D = 1.075 – (-0,008x 5) = 1,115
Titik E = 1,824 – (-0,008 x 10) = 1,904
Titik F = 1,923 (-0,008x 10) = 2,003
Titik G = 1,97– (-0,008 x 10) = 2,05
Titik H = 1,87 – (-0,008 x 10) = 1,95
Titik I = 1,905 -(0,008 x 10) = 1,985
Titik J = 1,533– (-0,008 x 10) = 1,613
Titik K = 1,43 – (-0,008 x 10) = 1,51
Titik L = 1,475 – (-0,008 x 10) = 1,555
Titik M = 1,349– (-0,008 x 4) = 1,381
Titik N = 1,099 – (-0,008 x 10) = 1,179
Titik O = 0,825 – (-0,008 x 10) = 0,905
Titik P = 1,06 – (-0,008 x 10) = 1,14
Titik Q = 1,179 – (-0,008 x 7,5) = 1,239
Titik R = 1,137 – (-0,008 x 8) = 1,201
4. Mencari Benang Tengah Muka Koreksi
Mencari benang tengah belakang koreksi dapat digunakan rumus:
BTmk BTm ( Kgb dm )
Keterangan:
BTmk = benang tengah muka koreksi
BTm = benang tengah muka
Kgb = koreksi garis bidik (0,00089)
dm = jarak benang muka
Berikut perhitungan BTmk di tiap titik:
Titik A = 1,655 – (-0,008 x 10) = 1,735
Titik B = 1,715 – (-0,008 x 10 ) = 1,795
26
27. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
Titik C = 1,658 – (-0,008 x 10 ) = 1,738
Titik D = 1,298 – (-0,008x 10,5) = 1,382
Titik E = 0,842 – (-0,008 x 10) = 0,922
Titik F = 0,857 – (-0,008x 10) = 0,937
Titik G = 0,837– (-0,008 x 10) = 0,917
Titik H = 0,959 – (-0,008 x 10) = 1,039
Titik I = 0,698 – (0,008 x 10) = 0,778
Titik J = 1,182– (-0,008 x 10) = 1,262
Titik K = 1,222 – (-0,008 x 10) = 1,302
Titik L = 1,305 – (-0,008 x 10) = 1,385
Titik M = 1,267 – (-0,008 x 4) = 1,299
Titik N = 2,049 – (-0,008 x 10) = 2,129
Titik O = 1,758 – (-0,008 x 10) = 1,838
Titik P = 1,657 – (-0,008 x 10) = 1,737
Titik Q = 1,551 – (-0,008 x 7,5) = 1,611
Titik R = 1,592 – (-0,008 x 8,24) = 1,657
5. Mencari Beda Tinggi Antara Dua Titik
Mencari beda tinggi antara dua titik dapat dicari dengan rumus:
H BTbk BTmk
Keterangan:
H = beda tinggi antara dua titik
BTbk = benang tengah belakang koreksi
BTmk = benang tengah muka koreksi
Berikut perhitungan beda tinggi antara dua titik:
Ha = 0,917 – 1,735 = -0,818
Hb = 1,015 – 1,795 = -0,78
Hc = 0,761 – 1,738 = -0,977
Hd = 1,115 – 1,382 = -0,267
He = 1,904 – 0,922 = 0,982
Hf = 2,003 – 0,937 = 1,066
Hg = 2,05 – 0,917 = 1,133
27
28. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
Hh = 1,95 – 1,039 = 0,911
Hi = 1,985 – 0,778 = 1,207
Hj = 1,613 – 1,262 = 0,351
Hk = 1,51 – 1,302 = 0,208
Hl = 1,555 – 1,4385= 0,17
Hm = 1,381 – 1,299 = 0,082
Hn = 1,179 – 2,129 = -0,095
Ho = 0,905– 1,838 = -0,933
Hp = 1,14– 1,737 = -0,597
Hq = 1,239 – 1,611 = -0,372
Hr = 1,201 – 1,657 = -0,456
+
H = -0,04092
6. Mencari Bobot
Mencari bobot dapat digunakan rumus:
d
Bobot
( d)
Keterangan:
Bobot = hasil bagi dari jarak antara dua titik dengan jarak seluruhnya
d = jarak antara dua titik
( d) = jarak keseluruhan
Dalam perhitungan excell didapat ∑(∑d) =334,24
Berikut perhitungan bobot di tiap titik:
20
Titik A = 0,05974
334,74
20
Titik B = 0 , 05924
334,24
20
Titik C = 0 , 05974
334,24
15,5
Titik D = 0 , 04630
334,24
20
Titik E = 0 , 05974
334,24
28
29. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
20
Titik F = 0 , 05974
334,74
20
Titik G = 0 , 05974
334,74
20
Titik H = 0 , 05974
334,74
20
Titik I = 0 , 05974
334,74
20
Titik J = 0 , 05974
334,74
20
Titik K = 0 , 05974
334,74
20
Titik L = 0 , 05974
334,74
8
Titik M = 0 , 0238
334,74
20
Titik N = 0 , 05974
334,74
20
Titik O = 0 , 05974
334,74
20
Titik P = 0 , 05974
334,74
15
Titik Q = 0,0481
334,74
16,24
Titik R = 0,0485 +
334,74
bobot = 1
7. Mencari Beda Tinggi Koreksi
Mencari beda tinggi koreksi dapat digunakan rumus:
Hk H ( H Bobot )
Keterangan
Hk = beda tinggi koreksi
H = beda tinggi antara dua titik
H = jumlah dari beda tinggi antara dua titik
Bobot = hasil bagi dari jarak antara dua titik dengan jarak seluruhnya
Berikut perhitungan beda tinggi koreksi di tiap titik:
29
30. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
Hk A = -0,818– (-0,041 x 0,05974) = -0,8155
Hk B = -0,78– (-0,041 x 0,05974) = 0,77765
Hk C = -0,977– (-0,041 x 0,05974) = -0,9745
Hk D = -0,267 – (-0,041x 0,04630) = -0,2651
Hk E = 0,982– (-0,041 x 0,05974) = 0,98444
Hk F = 1,066 – (-0,041x 0,05974) = 1,06844
Hk G = 1,133 – (-0,041 x 0,05974) = 1,13544
Hk H = 0,911 – (-0,041 x 0,05974) = 0,91344
Hk I = 1,207– (-0,041 x 0,05974) = 1,20944
Hk J = 0,351 – (-0,041 x 0,05974) = 0,35344
Hk K = 0,208 – (-0,041x 0,05974) = 0,21044
Hk L = 0,17– (-0,041 x 0,05974) = 0,17211
Hk M = 0,007 – (-0,041 x 0,02389) = 0,08297
Hk N = -0,95– (-0,041 x 0,05974) = -0,94755
Hk O = -0,933– (-0,041 x 0,05974) = -0,93055
Hk P = -0,597 – (-0,041 x 0,0574) = 0,59455
Hk Q = -0,372 – (-0,041 x 0,448) = -0,37016
Hk R = -0,456– (-0,041 x 0,04851) = -0,0454 +
Hk = 0
8. Mencari Tinggi Titik, Dengan Titik Awal Adalah 918,48012
Mencari tinggi titik dapat digunakan rumus:
Ti Tisebelumn ya Hk
Keterangan:
Ti = tinggi titik
Hk = beda tinggi koreksi
Berikut adalah perhitungan titik pada tiap titik:
Tinggi Titik A = 918,48012(tinggi titil awal)
Tinggi Titik B = 918,48012+ (-0,8155) = 917,6646
Tinggi Titik C = 917,6646 + (0,777555) = 916,8870098
Tinggi Titik D =916,8870098 + (-0,971155) = 915,9124546
Tinggi Titik E = 915,9124546+ (-0,2651) = 915,6437
30
31. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
Tinggi Titik F =915,6437 + (0,98444) = 916,631
Tinggi Titik G = 916,631+ (1,0684) = 917,700
Tinggi Titik H = 917,700+ (1,13544) = 918,835
Tinggi Titik I =918,835 + (0,91344) = 919,749
Tinggi Titik J = 919,749+ (1 ,2094) = 920,958
Tinggi Titik K = 920,958+ (0,3544) = 921,312
Tinggi Titik L = 921,312+ (0,2104) = 921,522
Tinggi Titik M =921,522 + (0,17244) = 921,694
Tinggi Titik N = 921,694+ (0,0829) = 921,777
Tinggi Titik O =921,777+ (-0,94755) = 920,830
Tinggi Titik P = 920,830+ (-0,93055) = 919,899
Tinggi Titik Q = 919,899+ (-0,5945) = 910,305
Tinggi Titik R = 910,305+ (-0,370) = 918,935
9. Gambar Hasil Pengukuran
Langkah-langkah penggambaran adalah sebagai berikut:
a. Buat empat garis yang berjarak 2 cm pada kertas bagian bawah,
b. Tuliskan titik A s/d A’ pada garis pertama sesuai skala jaranya,
c. Tuliskan jarak antara kedua titik,
d. Tuliskan jumlah jarak dimulai 0,00 s/d. 334,74
e. Tuliskan tinggi masing-masing titik di antara garis kedua dan ketiga,
f. Tuliskan kemiringan di antara garis ketiga dan keempat yaitu:
- 0,81963
Kemiringan titik A = 100 % = -4,08463 % (Turun)
20
- 0,77893
Kemiringan titik B = 100 % = -3,89463 % (Turun)
31,8
- 0.97593
Kemiringan titik C = 100 % = -4,87963 % (Turun)
20
- 0,24417
Kemiringan titik D = 100 % = -1,57528 % (Turun)
15,5
0,98307
Kemiringan titik E = 100 % = 4,91537 % (Naik)
20
1,06707
Kemiringan titik F = 100 % = 5,33537 % (Naik)
20
31
32. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
1,13407
Kemiringan titik G = 100 % = 5,67073 % (Naik)
20
0,91207
Kemiringan titik H = 100 % = 4,56037 % (Naik)
20
1,20807
Kemiringan titik I = 100 % = 6,04037 % (Naik)
20
0,35207
Kemiringan titik J = 100 % = 1,76037 % (Naik)
20
0,20907
Kemiringan titik K = 100 % = 1,04537 % (Naik)
20
0,17107
Kemiringan titik L = 100 % = 0,85537 % (Naik)
20
0,08243
Kemiringan titik M = 100 % = 1,03037 % (Naik)
8
- 0,94893
Kemiringan titik N = 100 % = -4,74463 % (Turun)
20
- 0,93193
Kemiringan titik O = 100 % = -4,65963 % (Turun)
20
- 0,59748
Kemiringan titik P = 100 % = -2,97963 % (Turun)
20
- 0,37120
Kemiringan titik Q = 100 % = -2,47463 % (Turun)
15
- 0,45509
Kemiringan titik R = 100 % = -2,80277 % (Turun)
16,24
5.3 Penyajian Peta Penyipat Datar
Setelah pengolahan data selesai, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data
hasil pengukuran dengan menggunakan Microsoft Excel. Sedangkan untuk menyajikan hasil
pengukuran secara grafis dapat menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel, akan tetapi
proporsi gambar dengan menggunakan Microsoft Excel tidak memiliki keakuratan yang
tepat. Untuk itu dapat digunakan perangkat lunak lain seperti Autocad, Visio dll, yang
memang di khususkan untuk menyajikan data secara grafis khususnya dalam bidang
ketekniksipilan.
Sedangkan penyajian hasil pengukuran dapat disajikan dalam bentuk konvensional (manual)
dan modern (digital). Penyajian peta secara manual dan digital memiliki keuntungan dan
32
33. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
kekurangan masing-masing, keuntungan-keuntungan dari penyajian peta dalam bentuk digital
adalah :
1. Proses pembuatannya relative cepat
2. Murah dan akurasinya tinggi
3. Tidak dibatasi skala dalam penyajiannya
4. Jika perlu melakukan revisi mudah dilakukan dan tidak perlu mengeluarkan banyak biaya
5. Dapat melakukan analisis spasial (keruangan) secara mudah
Setelah data hasil pengukuran dihitung, maka kegiatan selanjutnya adalah mencetak (Print
out). Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mencetak hasil pengukuran adalah
kombinasi ukuran kertas yang digunakan, skala peta, jenis kertas, dll supaya lebih efektif dan
efisien.
Penyajian peta juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Ukuran kertas
Ukuran kertas yang digunakan untuk pencetakkan peta biasanya seri A.. Dasar ukuran
adalah A0 sebesar 841 x 189 mm, yang luasnya setara dengan 1 meter persegi. Setiap angka
setelah huruf A menyatakan setengah ukuran dari angka sebelumnya. Jadi, A1 adalah
setengah dari A0, A2 adalah seperempat dari A0 dan A3 adalah seperdelapan dari A0.
perhitungan yang lebih besar dari A0 adalah 2A0 atau dua kali ukuran A0.
Ukuran Kertas Panjang (mm) Lebar (mm)
A0 1189 841
A1 841 594
A2 594 420
A3 420 297
A4 297 210
A5 210 148
2. Legenda
Supaya peta jelas dan dapat dibaca, maka digunakan tanda-tanda atau symbol-simboll
untuk menyatakan elemen-elemen yang ada di atas permukaan bumi. Untuk dapat
membayangkan tinggi rendahnya permukaan bumi, maka digunakan garis-garis tinggi atau
kontur yang menghubungkan daerah-daerah yang memiliki ketinggian sama di atas
permukaan bumi.
33
34. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
3. Skala
Skala pada peta, dapat digunakan skala numeris dan grafis. Skala numeris yaitu skala
yang menyatakan perbandingan perkecilan yang ditulis dengan angka, misalnya skala 1 :
25000 atau skala 1 : 50000. Skala grafis adalah skala yang digunakan untuk menyatakan
panjang garis di peta dan jarak yang diwakilinya di lapangan melalui informasi grafis. Besar
kecilnya skala gambar disesuaikan dengan kebutuhan.
34
35. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
Akmal Sidiq
11o3o69
BAB VI
KESIMPULAN
Dengan kebutuhan para pengguna jasa semakin meningkat maka data-data yang
belum lengkap dikerjakan dengan lebih serius lagi maka, kerangka dasar vertikal merupakan
kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa
ketinggiannya terhadap suatu bidang ketinggian tertentu. Bidang ketinggian ini bisa berupa
ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level - MSL) atau ditentukan lokal. Umumnya
titik kerangka dasar vertikal dibuat menyatu pada satu pilar dengan titik kerangka dasar
horizontal
Maka Para mahasiswa mampu memahami, mendeskripsikan, dan mengaplikasikan
penentuan koordinat-koordinat beberapa titik dengan metoda pengukuran beda tinggi dengan
pesawat penyipat datar pada praktek pengukuran dan pemetaan Ilmu Ukur Tanah.
Selanjutnya perlu pembaca ketahui, bahwa dalam penyusunan laporan ini penyusun
menyadari masih banyak kekurangan. Melihat dari kenyataan tersebut penyusun berlapang
dada menerima saran dan kritik serta uluran pendapat dari para pembaca demi kesempurnaan
penyusunan laporan ini di kemudian hari.
Akhirnya tiada kata yang dapat penyusun sampaikan kepada segenap pembaca,
melainkan hanya ucapan terima kasih, semoga mereka selalu dalam lindungan Allah SWT ,
dengan harapan dapat ridho dan pengampunan-Nya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
segenap pembaca pada umumnya dan bagi penyusun khususnya.
35