SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                           Akmal Sidiq
                                             11o3o69



                                            BAB 1

                                   PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang
                 Perkembangan pembangunan pada era globalisasi pada saat ini sangatlah
pesat. Dibutuhkan suatu metode yang praktis dengan bantuan alat untuk mempermudah
para ahli untuk menyelesaikan segala masalah dalam pengembangan pemanfaatan alam
dalam hal ini bidang terkait adalah bidang teknik sipil, dalam laporan ini menjabarkan dan
melaporkan hasil pengamatan yang mengenai pengukuran tanah tentang kerangka dasar
vertikal.
         Oleh karena , perkembangan teknologi sangat pesat terutama dalam bidang teknik
sipil seperti pengukuran kerangka dasar vertikal untuk mendapatkan tinggi dari suatu titik
yang nantinya dapat dipergunakan untuk mengetahui kontur dari tanah tempat bangunan
akan didirikan dan segala perangkat untuk mempermudah dan mempercepat pengukuran
KDV serta pengolahan datanya telah tersedia di dalam laporan ini.

1.2    Tujuan Praktikum
       1. Mahasiswa mengerti secara teori dan praktek dalam pengukuran KDV.
       2. Mengetahui segala peralatan yang digunakan untuk pengukuran KDV.
       3. Dapat mengolah data hasil pengamatan KDV dengan benar.

1.3    Prinsip Dasar Pengukuran
                Untuk menghindari kesalahan – kesalahan yang mungkin terjadi, maka
       tugas mengukur harus didasarkan pada prinsip pengukuran yaitu:
       1. Perlu adanya pengecekan yang terpisah
       2. Tidak adanya kesalahan – kesalahan dalam pengukuran

1.4    Volume Perkejaan
                Volume pekerjaan adalah urutan kegiatan saat praktikum dilaksanakan.
       Berikut adalah hal-hal yang akan dilakukan selama praktikum di laksanakan :
       a. Persiapan perlengkapan alat ukur.
       b. Persiapan pengukuran
       c. Perhitungan kesalahan koreksi garis bidik.
       d. Pengukuran sipat datar profil melintang.




                                                 1
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                       Akmal Sidiq
                                         11o3o69



1.5   Metode Penulisan
               Pencatatan data hasil pengukuran lapangan dan penyusunan laporan
      praktikum survey dan pemetaan ini menggunakan metode penulisan berdasarkan
      studi lapangan dan studi literatur.

1.6   Studi Lapangan
              Metode penulisan yang digunakan untuk pengisian data pada tabel hasil
      pengamatan praktikum sipat datar (Waterpass) adalah dengan studi lapangan atau
      pengamatan langsung di lapangan.

1.7    Studi Literatur
                Metode penulisan yang digunakan untuk menghitung data hasil
pengamatan lapangan serta penyusunan laporan adalah dengan metode literatur atau
berdasarkan rumusan-rumusan yang didapat dari berbagai macam sumber buku yang
berhubungan dengan ilmu ukur tanah.




                                             2
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                            Akmal Sidiq
                                              11o3o69




                                            BAB 1I

                                  LANDASAN TEORI

2.1      PENDAHULUAN
         Kerangka Dasar Vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titik-titik
yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap
bidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang rujukan ini biasanya berupa ketinggian muka air
laut rata-rata (Mean Sea Level-MSL) atau ditentukan lokal.
         Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila
tinggi h diketahui antara dua titik A dan B, sedang tinggi titik A diketahui sama dengan Ha
dan titik B letak lebih tinggi daripada titik A, maka tinggi titik B, Hb = Ha + h.
         Yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan titik B adalah jarak antara dua
bidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah bidang yang lengkung,
tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B kecil, maka kedua bidang nivo yang melalui titik-
titik A dan B dapat dianggap sebagai bidang yang mendatar.
         Beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara:
     a. Dengan cara Barometris, yaitu menentukan beda tinggi dengan cara mengamati
         tekanan udara di suatu tempat dengan tempat lain yang dijadikan referensi dalam
         hal ini misalnya elevasi ± 0.00 meter dari permukaan laut rata-rata.
     b. Dengan cara Trigonometris, yaitu menentukan beda tinggi menggunakan alat ukur
         yang cukup teliti yang dapat mengukur sudut vertikal dan horizontal yaitu alat ukur
         Theodolit.
     c. Dengan cara pengukuran sipat datar, yaitu dengan cara menghitung tinggi garis
         bidik atau Benang Tengah (BT) dari suatu rambu dengan menggunakan alat ukur
         sipat datar (waterpass).
     Dari ketiga metode diatas, metode pengukuran sipat datar adalah metode pengukuran
yang paling teliti. Sehingga dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil
pengukuran sipat datar.

2.2        TUJUAN PENGUKURAN SIPAT DATAR
           Pengukuran sipat datar KDV adalah untuk memperoleh informasi tinggi yang relatif
akurat dilapangan sedemikian rupa sehingga informasi tinggi pada daerah yang tercakup
layak untuk diolah sebagai informasi yang lebih kompleks.
2.3        METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR
           Pengukuran Sipat Datar KDV adalah pembuatan serangkaian titik-titik dilapangan
yang diukur ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk pengikatan ketinggian
titik-titik lain yang lebih detail dan banyak.


                                                  3
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                             Akmal Sidiq
                                               11o3o69



Syarat-syarat alat Sipat Datar adalah:
    1. syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo,
    2. syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu,
    3. syarat ketiga : garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
    Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka syarat-syarat diatas
harus dipenuhi terlebih dahulu atau dengan kata lain alat ukur penyipat datar harus diatur
terlebih dahulu, supaya ketiga syarat tersebut dapat terpenuhi.
        Pengukuran dengan cara menyipat datar adalah dengan memahami bahwa beda
tinggi dua titik adalah jarak antara kedua bidang nivo yang melalui titik–titik itu. Selanjutnya
bidang nivo dianggap mendatar untuk jarak–jarak yang kecil antara titik–titik itu. Apabila
demikian, beda tiggi h dapat ditentukan dengan menggunakann garis mendatar yang
sembaranng dan dua mistar yang dipasang di atas kedua titik A dan B.

2.4    MACAM-MACAM ALAT UKUR SIPAT DATAR
Berdasarkan konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat dibagi menjadi empat macam
utama, yaitu:
    a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap ditempatkan
       diatas teropong, sedang teropong hanya dapat diputar dengan sumbu kesatu
       sebagai sumbu putar,




                             Gambar 2.1. Arah Garis Nivo dan Bidik

    b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi, dan ditempatkan pada
       teropong. Dengan demikian teropong selain dapat diputar dengan sumbu kesatu
       sebagai sumbu putar, dapat pula diputar dengan suatu sumbu yang letaknya searah
       dengan garis bidik. Sumbu putar ini dinamakan sumbu mekanis teropong. Teropong
       dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.




                                                   4
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                     Akmal Sidiq
                                       11o3o69




                      Gambar 2.2. Nivo Reversi Sumbu Mekanis




                            Gambar 2.3. Sekrup Penyetel


c. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yng mempunyi sumbu mekanis, tetpi
   nivo tidk diletakkan pada teropong, melainkan ditempatkan dibawah, lepas dari
   teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.




                     Gambar 2.4. Sumbu Mekanis dan Garis Bidik




                                           5
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                     Akmal Sidiq
                                       11o3o69




                           Gambar 2.5. Sumbu Penggerak


d. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat diangkat dari bagian bawah
   alat ukur penyipat datar dan dapat diletakkan dibagian bawah dengan landasan
   yang berbentuk persegi, sedang nivo dapat diletakkan di teropong.




                                           6
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                            Akmal Sidiq
                                              11o3o69




                 Gambar 2.6. Alat Sipat Datar dengan Teropong yang dapat diangkat


     Penentuan Beda Tinggi Antara Dua Titik
    Penentuan beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara
    penempatan alat sipat datar tergantung pada keadaan di lapangan, adapun tiga
    cara penempatan alat sipat datar, yaitu:
a. Dengan menempatkan alat sipat datar di atas titik B (salah satu titik yang akan diukur
   beda tingginya), bidik pesawat ke titik lainnya (A) yang sebelumnya telah berdiri rambu
   ukur. Sebagai contoh, hasil bidikan tadi kita beri nama a. Setelah di ketahui a, pindahkan
   alat sipat datar ke titik A, lakukan bidikan yang sama terhadap titik B, maka di
   ketahuilah hasil bidikan terhadap titik B yaitu b. Beda tinggi dari kedua titik tersebut
   ( h) dapat diperoleh dengan h = b-a. Perlu diketahui bahwa dalam setiap pengukuran,
   letak gelembung nivou harus berada di tengah-tengah.
b. Alat ukur penyipat datar diletakkan diantara titik A dan titik B dan membentuk suatu
   garis lurus, ukur jarak antara alat sipat datar terhadap titik A dan titik B, Arahkan garis
   bidik dengan gelembung di tengah–tengah ke titik A (belakang) dan ke titik B (muka)
   yang telah berdiri rambu ukur, dan misalkan pembacaaan pada dua mistar berturut–
   turut ada b (belakang) dan m (muka). Bila selalu diingat, bahwa angka–angka pada
   rambu selalu menyatakan jarak antara angka dan alas mistar, maka dengan mudahlah
   dapat dimengerti, bahwa beda tinggi antara titik–titik A dan B ada h = b – m.
c. Alat ukur penyipat datar ditempatkan tdak diantara titik A dan B, tidak pula diatas salah
   satu titik A atau titik B, tetapi di sebelah kiri titik A atau disebelah kanan titik B, jadi
   diluar garis AB. Pembacaan yang dilakukan pada mistar yang diletakkan di atas titik A
   dan B sekarang adalah berrturut-turut b dan m lagi, sehingga digambar didapat dengan
   mudah, bahwa beda tinggi t = b – m.




                                                  7
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                              Akmal Sidiq
                                                11o3o69



2.5   PENYETELAN INSTRUMEN SIPAT DATAR
      Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyetelan instrument sipat datar
      adalah :
      -     Penempatan nivo harus tegak lurus dengan sumbu garis vertikal.
      -     Penempatan nivo harus sejajar dengan garis holimasi.
      -     Penyetelan garis horizontal benang silang instrumen sifat datar.

      Penyetelan instrument sipat datar wye adalah sebagai berikut :
      - Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan garis – garis rangka teleskopnya.
      - Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan sumbu nivau tabung dari
         teleskopnya.
      - Penyetelan agar garis holimasi tegak lurus sumbu garis vertical.




                                Gambar 2.7. Dumpy Level (type kekar)


          Keterangan:
           1. Teropong                                                  11. Tombol fokus
           2. Nivo Tabung
           3. Pengatur nivo
           4. Pengatur diafragma
           5. Kunci horizontal
           6. Skrup kiap
           7. Tribrach
           8. Trivet
           9. Kiap (leveling head)
           10. Sumbu ke-1


                                                    8
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                                Akmal Sidiq
                                                  11o3o69



         Penyetelan instrument Sipat Datar Tabung adalah sebagai berikut :




                                   Gambar 2.8. Reversible Level (type reversi)


         Keterangan:
          1. Teropong.                          9. Kiap.
          2. Nivo reversi.                      10. Sumbu kesatu (sumbu tegak).
          3. Pengatur nivo.                     11. Tombol Fokus.
          4. Pengatur diafragma.                12. Pegas.
          5. Skrup pengunci horizontal. 13. Skrup pengungkit teropong
          6. Skrup kiap.                14. Skrup pemutar teropong.
          7. Tribrach.                          15. Sumbu mekanis.
          8. Trivet.


        Penyetelan instrumen Sipat Datar Jungkit adalah sebagai berikut :
        - Penyetelan hubungan antar nivo bundar dengan sumbu vertical.
        - Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan sumbu nivo.




                                     Gambar 2.9. Titing Level (type jungkit)
2.6     KESALAHAN-KESALAHAN PADA SIPAT DATAR
        Sesuai dengan karateristik, kesalahan dapat di bedakan dalam 3 klasifikasi   sebagai
berikut :
        1. kesalahan acak
        2. kesalahan sistematis
        3. kesalahan Blunder



                                                      9
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                                 Akmal Sidiq
                                                   11o3o69


2.7     PENGENALAN ALAT UKUR
        Perlengkapan yang digunakan untuk melakukan pengukuran adalah alat penyipat                 datar
(waterpass), rambu ukur, statip, pita ukur 50 m, payung, tabel pengukuran, serta alat tulis dan
kalkulator. Berikut adalah penjelasan mengenai alat ukur serta bagian-bagiannya.
        a. Waterpass
             Bagian – bagian penting dari alat waterpass
                 Teropong jurusan
                 Teropong jurusan terbuat dari pipa logam, di dalamnya terdapat Susunan lensa-
                 lensa yang terdiri dari lensa objektif, lensa okuler, dan lensa penyetel pusat. Didalam
                 teropong terdapat pula pelat kaca yang dibalur dengan bingkai dari         logam
                 (diafragma), sedang pada pelat kaca terdapat goresan benang silang.
                 Niveau
                 Niveau adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk membuat arah-arah
                 horizontal dan vertikal. Menurut bentuknya niveau dibagi menjadi dua macam yaitu
                 niveau kotak dan niveau tabung. Pada waterpass yang digunakan adalah niveau
                 kotak.
                 Niveau kotak, terdiri atas kotak dari gelas yang dimasukkan dalam montur dari
                 logam sedemikian hingga bagian atas tidak tertutup. Kotak tersebut diisi dengan
                 cairan atsiri (ether atau alkohol), bidang atas dari gelas diberi bentuk bidang
                 lengkung dengan jari-jari besar. Bagian kecil kotak itu tidak berisi zat cair, sehingga
                 bagian ini dari atas terlihat sebagai gelembung.
                 Titik teratas ditandai dengan lingkaran yang digambar di atas gelas. Garis singgung
                 pada titik tertinggi (tengah lingkaran) disebut garis arah niveau. Niveau kotak
                 dikatakan seimbang jika gelembung berada ditengah-tengah. Cara mengaturnya
                 dengan memutar tiga sekrup penyetel.

        Sekrup-sekrup pada waterpass dan fungsinya :
           Sekrup koreksi niveau, mengatur agar garis arah niveau berubah dari keadaan semula
           terhadap garis bidik teropong dan sumbu tegak.
           Sekrup koreksi diafragma, mengatur kedudukan garis bidik teropong agar berubah
           terhadap garis arah niveau dan sumbu tegak.

           Sekrup penyetel, mengatur kedudukan bagian atas seluruhnya berubah terhadap bagian
           bawah.

           Sekrup helling, mengatur kedudukan garis bidik dan garis arah niveau bersama-sama
           berubah terhadap sumbu tegak.

        b. Mistar / Rambu ukur
                 Umumnya terbuat dari kayu atau besi, panjangnya antara 3-4 meter, bahkan ada
           yang 5 meter. Karena panjangnya, untuk pengangkutannya, maka mistar ini dapat dilipat
           menjadi 1,5 m atau 2 meter. Skala mistar dibuat dengan cm; tiap-tiap cm ada blok


                                                      10
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                               Akmal Sidiq
                                                 11o3o69

           merah, putih atau hitam. Tiap-tiap meter diberi warna yang berlainan, merah-putih dan
           hitam-putih untuk memudahkan pembacaan meter.



      c.    Statip
                Statip adalah salah satu perlengkapan pengukuran yang berfungsi sebagai kaki
           untuk meletakkan waterpass. Statip mempunyai 3 kaki yang berfungsi untuk
           menyeimbangkan berdirinya statip. Saat mendirikan statip, meja statip harus rata
           karena dapat mempengaruhi seimbangnya gelembung pada niveau.

      d. Pita Ukur
                  Pita ukur terbuat dari kain diberi benang dari tembaga dimasukkan dalam minyak
           cat yang masak. Panjang pita ukur ada yang 10, 15, 20, 30, sampai 50 meter. Pita ukur ini
           di gulung dalam kotak bulat yang disebut rol.

      e.    Payung
                 Dalam pengukuran di lapangan, payung juga memiliki peran penting, yaitu sebagai
           pelindung waterpass dari sinar matahari agar cairan niveau tidak menguap.

      f. Tabel Pengukuran
               Data hasil pembacaan benang dimasukkan ke dalam tabel pengukuran untuk
           memudahkan analisa data.

      g. Alat tulis dan Kalkulator
                 Alat tulis dan kalkulator, untuk mencatat data dan menghitung koreksi kesalahan
         pembacaan benang.

      h. Patok kayu dan paku
                Berfungsi sebagai penandaan awal pengukuran dan hasil pengukuran, dimana
         pada jarak tertentu setelah pengukuran dilakukan penandaan dengan menggunakan
         patok/paku.

2.8   Pengukuran Sipat Datar Memanjang
                Pengukuran menyipat datar dimaksudkan untuk menentukan beda tinggi antara dua
      titik. Bila dua titik tentu itu terletak jauh dengan jarak yang lazimnya dibuat kira-kira 2 km,
      maka beda tinggi antara dua titik itu ditentukan dengan mengukur beda tinggi titik-titik
      penolong yang dibuat antara dua titik yang tentu itu.
                Salah satu cara yang digunakan pada pengukuran sipat datar memanjang adalah
      cara menyipat datar dari tengah-tengah. Maksudnya adalah, alat ukur penyipat datar
      ditempatkan antara titik A dan B, sedang di titik A dan B ditempatkan dua mistar. Jarak
      antara alat penyipat datar dan kedua mistar kira-kira diambil jarak yang sama. Cara ini
      memberi hasil paling teliti, karena kesalahan yang mungkin masih ada pada pengukuran
      dapat saling memperkecil.



                                                    11
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                              Akmal Sidiq
                                                11o3o69

      Dengan cara ini dapat disimpulkan bahwa beda antara pembacaan mistar belakang dan
      mistar muka akan menjadi beda tinggi.

2.9   Pengukuran Sipat Datar Profil Melintang
               Profil melintang adalah irisan tegak lurus pada sumbu proyek dan pada tempat-
      tempat penting yang didapatkan dari jarak dan beda tinggi titik-titik di atas permukaan
      bumi. Jarak antara profil melintang pada garis proyek melengkung dibuat lebih kecil dari
      garis proyek yang lurus. Profil melintang harus pula dibuat di titik-titik permulaan dan titik
      akhir garis proyek melengkung. Profil melintang dibuat dengan lebar 50 m-100 m kiri kanan
      garis proyek.
               Pengukuran profil melintang adalah untuk menghitung banyaknya tanah, baik yang
      digali maupun untuk menimbuni. Cara pengukuran profil melintang sama dengan cara
      pengukuran profil memanjang, hanya jarak-jarak adalah pendek bila dibandingkan dengan
      jarak-jarak pada profil memanjang. Untuk menghitung penggalian tanah atau penimbunan
      tanah, cukup diambil jumlah rata-rata penggalian tanah atau penimbunan tanah yang
      didapat dari dua profil melintang yang berdekatan diperbanyak jarak antara dua profil
      melintang itu.




                                                   12
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                            Akmal Sidiq
                                              11o3o69




                                            BAB III

            TUJUAN DAN PROSEDUR PENGUKURAN SIPAT DATAR

3.1 Tujuan Instruksional Umum
      Mahasiswa dapat memahami, mendeskripsikan dan mengaplikasikan berbagai
metoda pengukuran beda tinggi dengan pesawat penyipat datar pada praktik pengukuran dan
pemetaan Ilmu Ukur Tanah.

           3.2 Tujuan Instruksional Khusus Pengukuran Sipat Datar KDV
             Dapat menyebutkan jenis – jenis alat yang digunakan pada pengukuran sipat
             datar KDV.
             Dapat menyebutkan tahapan – tahapan pengukuran sipat datar KDV.
             Dapat menggambarkan bentuk formulir ukuran yang digunakan.
             Dapat memberikan nilai kesalahan garis bidik alat sipat datar yang digunakan.
             Dapat membuat tabel untuk pengolahan data sipat datar KDV.
             Dapat memasukan angka – angka hasil survey ke dalam tabel.
             Dapat memberikan nilai pengolahan data sipat datar KDV baik secara manual
             maupun secara komputerisasi.
             Dapat menggambarkan hasil pengolahan data pada jalur memanjang
             pengukuran menggunakan metode manual / grafis digital.

3.3 Prosedur Persiapan Peralatan
          o Alat sipat datar optis ( catat nomor serinya )
          o Statif ( perhatiakan kecocokannya dengan alat )
          o Unting – unting
          o Rambu ukur 2 buah
          o Alat tulis dan formulir ukuran
          o Payung 1 buah ( untuk memayungi alat )
          o Pita ukur 1 buah
          o Meteran 1 buah

                                                 13
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                                  Akmal Sidiq
                                                    11o3o69

          o Patok pengukuran ( disesuaikan dengan wilayah pengukuran )
          o Peta wilayah situasi ( dengan bebas pengukuran )
          o Bon peminjaman alat dan absensi kelompok


3.4 Prosedur Pengukuran
 Adapun prosedur pengukuran dengan menggunakan alat theodolite untuk menentukan beda
                                     tinggi tanah, diantaranya:
      Para surveyor harus mengenakan kostum untuk survey lapangan,
      Ketua tim mencatat semua peralatan yang dibutuhkan pada formulir peminjaman alat,
      Para anggota tim mengisi kehadiran praktikum,
      Ketua tim menyerahkan formulir peminjaman alat kepada laboran,
      Ketua tim memeriksa kelengkapan alat dan mencatat no serinya,
      Para anggota tim membawa peralatan ke lapangan,
      Mempersiapkan pengukuran kesalahan garis bidik (cukup disekitar lab),
      Dirikan statif pada posisi stand satu dan pasang alat di atas stand tsb,
      Mengetengahkan gelembung nivo dengan prinsip dua putaran sekrup kaki kiap keluar
       atau kedalam saja dan satu sekrup ke kanan dan ke kiri,
      Memasang unting-unting dan dua rambu ukur di arah belakang dan muka,
      Menghimpitkan gelembung nivo tabung,
      Membidik rambu ukur belakang dan visir,
      Memperjelas benang diafragma sekrup pada teropong,
      Memperjelas obyek rambu ukur dengan memutar skrup focus di atas teropong,
      Menggerak-gerakan skrup gerakan halus horizontal sehingga benang vertical
       diafragma berhimpit dengan bagian tengah rambu,
      Lakukan pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT), dan benang bawah (BB),
                           BA       BB
      Periksa syarat                       BT      0 . 001 , jika sesuai teruskan dengan langkah
                                2

       berikutnya, jika tidak ulangi pembacaan,
      Hitung jarak optis dari alat ke rambu ( B A              B B ) x100 ,

      Lakukan hal yang sama untuk rambu belakang,
      Hitung koreksi garis bidik (Kgb),
      Bawa semua peralatan ke titik awal pengukuran pertama (patok pertama),



                                                       14
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                               Akmal Sidiq
                                                 11o3o69

       Berdasarkan batas pengukuran dari peta wilayah studi, tentukan lokasi patok-patok
        pada jalur ukuran,
       Anggota regu melakukan pematokan di jalur pengukuran dengan patok yang telah
        tersedia (buat slagnya genap),
       Dirikan alat pada slag pertama, lakukan pembacaan benang atas (BA), benang bawah
        (BB), dan benang tengah (BT) ke rambu belakang dan rambu muka,
       Mengukur jarak belakang (db) dan muka (dm) (jarak mendatar) menggunakan pita
        ukur,
       Memindahkan alat ke slag dua, lakukan hal yang sama seperti pada slag satu, dan
.
NB :    Pencatatan data formulir ukuran yang menggunakan pensil dan penghapus /
tipe – x. jika salah angka dicoret nilai yang benar ditulis diatas atau sebelahnya.


3.5 Prosedur Pengolahan Data
           Menyiapkan tabel pengolahan data sipat datar KDV.
           Masukan nilai kesalahan garis bidik kedalam tabel
           Masukan nilai benang atas BT,BB, d belakang d muka kedalam tabel
           Hitung BT koreksi disetiap slag
           Hitung beda tinggi disetiap slag dari bacaan benang tengah koreksi belakang dan
           muka
           Hitung nilai kesalahan beda tinggi dengan menggunakan beda tinggi setiap slag
           Hitung jarak pita ukur setiap slag dengan menjumlahkan jarak belakang dan jarak
           muka
           Menghitung total jarak jalur pengukuran dengan menggunakan semua jarak slag
           Hitung bobot koreksi setiap slag dengan membagi jarak slag dengan total jarak
           pengukuran
           Menghitung beda tinggi koreksi dengan cara menjumlahkan beda tinggi awal (
           BTbk – BTmk ) dengan perkalian
           Control beda tinggi hasil koreksi
           Menghitung tinggi titik – titik pengukuran dengan cara menjumlahkan tinggi titik
           sebelumnya dengan beda tinggi koreksi.
3.6 Prosedur Penggambaran


                                                    15
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                                    Akmal Sidiq
                                                      11o3o69

      Mengetahui jarak total pengukuran dan selisih beda tinggi terbesar
      Prinsip skala vertical berbeda dengan skala horizontal ( skala horizontal kurang dari
          skala vertical )
      Tetapkan ukuran kertas ( lebih baik menggunakan kertas millimeter )
      Contoh skala horizontal 1:100 dan skala vertical 1:2
      Design / rancang tata letak penggambaran yang meliputi muka gambar, legenda,
          notasi dan skala gambar ( sebaiknya di grafis )




3.7 Pengukuran Sipat Datar
         Eliminasi kesalahan sistematis alat sipat datar dengan cara, mengoreksi KGB
          (kesalahan garis bidik). Metode pengukuran rambu muka dan belakang dengan dua
          stand (dua kali alat berdiri).


                                             Arah pengukuran


           BAb1                        db1                                dm1            BAm1
           BTb1                                                                          BTm1
           BBb1                                                                          BBb1

                                                                                   B
                  A
                                     Stand I


                               Arah pengukuran

         BAb||                                                                         BAmII
         BTbII                                                                         BTmII
         BBbII                                                                         BBbII

                                                                                       BT m

                                                                              Stand II


Keterangan :

BT       benang tengah yang dianggap benar
BT = benang tengah yang dibaca dari teropong

                                                         16


                                      Slag
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                                                          Akmal Sidiq
                                                                            11o3o69

Koreksi = - kesalahan
I = kgb = sudut


Keterangan :

BT        benang tengah yang dianggap benar
BT = benang tengah yang dibaca dari teropong
Koreksi = - kesalahan
I = kgb = sudut


                              BT        BT
   tan        kgb
lim kgb   0                         d



              BT             BT
kgb
                     d


              ( BTb      I
                                  BTm I )    ( BTb       II
                                                               BTm     II
                                                                            )
kgb
                    ( db I         dm I )    ( db " II        dmII )

koreksi kgb= (-kgb)
             Eliminasi kesalahan sistematis karena kondisi alam
              Eliminasi kesalahan sistematis karena kondisi alam dapat dikoreksi dengan membuat
jarak belakang dan jarak muka hampir sama.
a. Jumlah slag pengukuran harus genap.
   Peluang untuk meng-koreksi kesalahan di slag ganjil dan genap lebih besar. Pembagian
kesalahan setiap slag lebih rata.
b. Cara meng-koreksi kesalahan acak (random error)
   1. Dilapangan kita peroleh bacaan BA, BT, BB pada setiap slag (missal n) n= genap.
   2. Dari lapangan kita peroleh jarak belakang x jarak muka
   Setelah diketaui kgb, maka kita dapat menghitung kesalahan sistematis, langkah-langkah
dalam menghitung kesalahan sistematis adalah sebagai berikut:
1. kita koreksi bacaan BTb& BTm

              BT             BTb-kgb.db

              BT    m         BTm-kgb.db
2. kita hitung beda tinggi yang telah dikoreksi kesalahan sistematis (-kgb)

                                                                                17
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                                                         Akmal Sidiq
                                                                           11o3o69


          Δh = BT           b        BT    m


3. ∑ Δh = 0 (syarat untuk kurva tertutup)
          kenyataan ∑ Δh≠0                         ∑ Δh = k. Δh (kesalahan acak sipat datar)
          k. Δh = Δhab+Δhbc+Δhcd+Δhda



                                                                        d
                                                          dbIV                      dmIII
                                                   dmIV                                       dbIII

                                               a                                                   c
                                                    dbI                                            dmII

                                                          dmI                        dbII

                                                                            b

4. kita koreksi beda tinggi setiap slag yang sudah dieliminasi kesalahan acak.
                                                                    d bI        d mI
 H   ab       BT   bA       BT       mB        k. H
                                                          dI       d II         d III       d IV

          *
          kontrol =                  H    ab    H   bc         H   cd           H   da       0


5. jika diketahui TA= +700.00 mMSL

     TB= TA+            H       AB




                                                                                    18
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                             Akmal Sidiq
                                               11o3o69




                                             BAB IV

                                 PELAKSANAAN TEORI

4.1 Lokasi Pengukuran
    Jl. Jayengrana sekitar depan FPEB




                      Gambar 4.1. Lokasi Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal


4.2 Waktu Pengukuran
    1. Hari       : Rabu
       Tanggal    : 5 September 2012
       Kegiatan   : Pengenalan alat sipat datar
       Pukul      : 14.40 s.d. Selesai
       Lokasi     : Helipad FPTK UPI

   2. Hari           : Rabu
      Tanggal        : 12 September 2012
      Kegiatan       : Pencarian nilai Koreksi Garis Bidik (KGB)
      Pukul          : 14.40 s.d. Selesai
      Lokasi         : Helipad FPTK UPI

   3. Hari           : Rabu
      Tanggal        : 3 Oktober 2012

                                                  19
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                              Akmal Sidiq
                                                11o3o69

      Kegiatan        : Pematokan
      Pukul           : 14.40 s.d. Selesai
      Lokasi          : Jl. Jayengrana sekitar depan FPEB UPI

   4. Hari            : Kamis
      Tanggal         : 4 Oktober 2012
      Kegiatan        : Pengukuran sipat datar
      Pukul           : 13.00 s.d. 17.00
      Lokasi          : Jl. Jayengrana sekitar depan FPEB UPI

4.3 Pelaksanaan Praktikum
          Setelah mendapat pengarahan dan pengenalan alat tentang sipat datar, maka saya
   bersama rekan dari kelompok 8 melaksankan praktikum pengukuran sipat datar di jalan
   Jayengrana depan FPEB UPI.
   Adapun langkah-langkah yang dilakukan :
     1. Membaca panduan dan prosedur pelaksanaan praktikum.
     2. Meminjam alat sipat datar dan alat-alat lain yang diperlukan dalam kegiatan praktikum
        pengukuran sipat datar.
     3. Setelah ke lapangan buat sketsa untuk memberikan tanda buat penyimpanan rambu
        ataupun alat sipat datar.
     4. Dalam membuat seketsa pertimbangan jumlah slag jarak slag sesuai dengan kontur yang
        ada di lapangan
     5. Jumlah slag yang di buat 18 slag dengan keliling 334,7 m
     6. Setelah di buat 18 slag, kasih tanda dengan paku dan cat.
     7. Setelah di bidik catat data atau bacaan pada alat pada format data yang telah disediakan.
     8. Hasil data di lapangan kami melakukan pengolahan data di komputer dengan program
        excel dan menampilkan gambar dengan AutoCAD.




                                                   20
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                                   Akmal Sidiq
                                                     11o3o69




                                                    BAB V

                                      PENGOLAHAN DATA

5.1 Data Hasil Pengukuran Koreksi Garis Bidik

                 Tabel 5.1 Data hasil pengukuran Koreksi Garis Bidik (KGB)

                             Bacaan Benang
                                                                                     Jarak (m)
                  Muka                             Belakang
Stand                                                                                                        Nilai KGB
                   Atas                               Atas
        Tengah              Koreksi   Tengah                      Koreksi    Muka        Belakang    Total
                  Bawah                              Bawah
                  1.478                              1.449
  1     1.455               0.0010    1.415                       0.0005      5             5         10
                   1.43                              1.393                                                       -
                  1.514                              1.451                                                   0.008000
  2     1.481               0.0010    1.425                       0.0000      6             6         12
                  1.446                              1.385

                              Tabel 5.2 Data hasil pengukuran lapangan

                            Muka                                  Belakang                 Penanggung
        SLAG
                 BAm BTm BBm                dm        BAb   BTb   BBb               db       Jawab
          1      1.705 1.655 1.606          10       0.887 0.837 0.787              10
                                                                                                Hamzah
          2      1.765 1.715 1.665          10       0.985 0.935 0.885              10
                                                                                                Sabtian
          3      1.708 1.658 1.608          10       0.731 0.681 0.631              10          Sitorus
          4      1.342    1.298 1.254 10.5 1.1 1.075 1.05                            5
          5      0.892    0.842 0.792 10 1.873 1.824 1.775                          10
          6      0.905    0.856 0.805 10 1.971 1.923 1.875                          10        Indra
          7      0.88     0.835 0.79   10 2.015 1.963 1.913                         10       Harfani S
         8       1.016    0.959   0.904      10      1.919 1.87 1.821               10
         9       0.748    0.698   0.647      10      1.953 1.904 1.855              10
                                                                                            Dina Widia
         10      1.234    1.182   1.132      10      1.583 1.533 1.482              10
                                                                                                N
         11      1.272    1.222   1.173      10      1.479 1.43 1.379               10


                                                        21
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                                    Akmal Sidiq
                                                      11o3o69

              12    1.355 1.29 1.225            10    1.525 1.475 1.425           10
              13    1.286 1.267 1.246           4     1.368 1.349 1.329            4
              14    2.099 2.049 1.999           10    1.148 1.099 1.05            10     Saepul
              15    1.809 1.758 1.707           10    0.875 0.825 0.775 10
              16    1.709 1.659 1.609           10    1.112 1.06 1.01 10
              17    1.591 1.552 1.513           7.5   1.218 1.179 1.142 7.5            Akmal Sidiq
              18    1.627 1.592 1.557 8.24 1.168 1.134 1.099                      8




5.2         Analisa Data Pengukuran

      1. Mencari doptis

      Mencari jarak muka dan jarak belakang di gunakan dengan rumus:
      d     ( BA   BB ) 100

            Keterangan:
      d                   = jarak datar optis
      BA                  = bacaan benang atas
      BB                  = bacaan benang bawah
      100                 = konstanta pesawat
            Maka doptis    :

          1) (0.887-0.787).100                                =10 meter
             (1.705-1.606).100                                =9.9 meter
                                                                              +
                                                              =19.9 meter

          2) (0.985-0.88).100                                 =10 meter
             (1.765-1.665).100                                =10 meter
                                                                              +
                                                              =20 meter

          3) (0.731-0.631).100                                =10 meter
             (1.708-1.608).100                                =10 meter
                                                                              +
                                                              =20 meter

          4) (1.100-1.050).100                                =5 meter
             (1.342-0.792).100                                =8.8 meter

                                                         22
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                 Akmal Sidiq
                                   11o3o69

                                                           +
                                           =19.9 meter

5) (0.887-0.787).100                       =10 meter
   (1.705-1.606).100                       =9.9 meter
                                                           +
                                           =19.9 meter




6) (1.971-1.775).100                       =9.6 meter
   (0.905-0.805).100                       =10 meter
                                                           +
                                           =19.6 meter

7) (2.015-1.913).100                       =10.2 meter
   (0.880-0790.).100                       =9 meter
                                                           +
                                           =19.2 meter

8) (1.919-1.821).100                       =9.8 meter
   (1.061-0.904).100                       =11.2meter
                                                           +
                                           =21 meter

9) (1.95-1.855).100                        =9.8 meter
   (1.705-1.606).100                       =10.1 meter
                                                           +
                                           =19.9 meter

10) (1.583-1.482).100                      =10 meter
    (1.234-1.132).100                      =10.2 meter
                                                           +
                                           =23 meter

11) (1.479-1.379).100                      =10 meter
    (1.272-1.173).100                      =9.9 meter
                                                           +
                                           =19.9 meter

12) (1.525-1.452).100                      =10 meter


                                      23
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                      Akmal Sidiq
                                        11o3o69

     (1.355-1.255).100                          =10 meter
                                                                +
                                                =20 meter

 13) (1.368-1.329).100                          =3.9 meter
     (1.286-1.246).100                          =4 meter
                                                                +
                                                =7.9 meter




 14) (1.148-1.050).100                          =9.8 meter
     (2.099-1.999).100                          =10meter
                                                                +
                                                =19.8 meter


 15) (0.875-0.775).100                          =10 meter
     (1.809-1.707).100                          =10.2 meter
                                                                +
                                                =20.2 meter


 16) (1.112-1.010).100                          =10.2 meter
     (1.709-1.609).100                          =10 meter
                                                                +
                                                =20.2 meter

 17) (1.218-1.142).100                          =7.6 meter
     (1.519-1.513).100                          =7.8 meter
                                                                +
                                                =15.4 meter

 18) (1.768-1.099).100                          =6.9 meter
     (1.627-1.557).100                          =7 meter
                                                                +
                                                =13.9 meter
2. Menghitung kontrol muka

Menghitung kontrol muka dapat digunakan rumus                       :



                                           24
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                            Akmal Sidiq
                                              11o3o69

                ) ≤ 0,001


          Kontorol muka 1

                        ≤ 0,001
   =0,001 ≤ 0,001

          Kontrol Muka 2

                         ≤ 0,001
   =0,001 ≤ 0,001



          Kontorl Belakang 1

                         ≤ 0,001
   =0,0005 ≤ 0,001

          Kontrol Belakang 2

                         ≤ 0,001
   =0,0000 ≤ 0,001
  3. Mencari Benang Tengah Belakang Koreksi

  Mencari benang tengah belakang koreksi dapat digunakan rumus:
   BTbk   BTb     ( Kgb db )


  Mencari Kgb =


  Keterangan:
             BTbk = Benang tengah belakang koreksi
             BTb     = Benang tengah belakang
             Kgb     = koreksi garis bidik (0.0008000)
             db      = jarak benang belakang
  Nilai untuk Kgb didapat :

Kgb =



                                                 25
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                             Akmal Sidiq
                                               11o3o69

Kgb =                               = -0.0080000

Berikut perhitungan BTbk di tiap titik:
        Titik A =     0,837 – (-0,008 x 10)                 = 0.917
        Titik B =     0.935 – (-0,008 x 10 )                = 1,015
        Titik C =     0.681 – (-0,008 x 10 )                = 0,76
        Titik D =     1.075 – (-0,008x 5)                   = 1,115
        Titik E =     1,824 – (-0,008 x 10)                 = 1,904
        Titik F =     1,923 (-0,008x 10)                    = 2,003
        Titik G =     1,97– (-0,008 x 10)                   = 2,05
        Titik H =     1,87 – (-0,008 x 10)                  = 1,95
        Titik I =     1,905 -(0,008 x 10)                   = 1,985
        Titik J =     1,533– (-0,008 x 10)                  = 1,613
        Titik K =     1,43 – (-0,008 x 10)                  = 1,51
        Titik L =     1,475 – (-0,008 x 10)                 = 1,555
        Titik M =     1,349– (-0,008 x 4)                   = 1,381
        Titik N =     1,099 – (-0,008 x 10)                 = 1,179
        Titik O =     0,825 – (-0,008 x 10)                 = 0,905
        Titik P =     1,06 – (-0,008 x 10)                  = 1,14
        Titik Q =     1,179 – (-0,008 x 7,5)                = 1,239
        Titik R =     1,137 – (-0,008 x 8)                  = 1,201

   4. Mencari Benang Tengah Muka Koreksi

Mencari benang tengah belakang koreksi dapat digunakan rumus:
BTmk     BTm    ( Kgb dm )

                Keterangan:
                BTmk = benang tengah muka koreksi
                BTm    = benang tengah muka
                Kgb    = koreksi garis bidik (0,00089)
                dm     = jarak benang muka
Berikut perhitungan BTmk di tiap titik:
        Titik A =     1,655 – (-0,008 x 10)                 = 1,735
        Titik B =     1,715 – (-0,008 x 10 )                = 1,795


                                                  26
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                                Akmal Sidiq
                                                  11o3o69

        Titik C =       1,658 – (-0,008 x 10 )                 = 1,738
        Titik D =       1,298 – (-0,008x 10,5)                 = 1,382
        Titik E =       0,842 – (-0,008 x 10)                  = 0,922
        Titik F =       0,857 – (-0,008x 10)                   = 0,937
        Titik G =       0,837– (-0,008 x 10)                   = 0,917
        Titik H =       0,959 – (-0,008 x 10)                  = 1,039
        Titik I =       0,698 – (0,008 x 10)                   = 0,778
        Titik J =       1,182– (-0,008 x 10)                   = 1,262
        Titik K =       1,222 – (-0,008 x 10)                  = 1,302
        Titik L =       1,305 – (-0,008 x 10)                  = 1,385
        Titik M =       1,267 – (-0,008 x 4)                   = 1,299
        Titik N =       2,049 – (-0,008 x 10)                  = 2,129
        Titik O =       1,758 – (-0,008 x 10)                  = 1,838
        Titik P =       1,657 – (-0,008 x 10)                  = 1,737
        Titik Q =       1,551 – (-0,008 x 7,5)                 = 1,611
        Titik R =       1,592 – (-0,008 x 8,24)                = 1,657

     5. Mencari Beda Tinggi Antara Dua Titik

Mencari beda tinggi antara dua titik dapat dicari dengan rumus:
 H     BTbk    BTmk

                Keterangan:
                    H   = beda tinggi antara dua titik
                BTbk = benang tengah belakang koreksi
                BTmk = benang tengah muka koreksi
        Berikut perhitungan beda tinggi antara dua titik:


         Ha     =       0,917 – 1,735 = -0,818
         Hb    =        1,015 – 1,795 = -0,78
         Hc    =        0,761 – 1,738 = -0,977
         Hd    =        1,115 – 1,382 = -0,267
         He    =        1,904 – 0,922 = 0,982
         Hf    =        2,003 – 0,937 = 1,066
         Hg    =        2,05 – 0,917    = 1,133

                                                     27
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                                       Akmal Sidiq
                                                         11o3o69

          Hh       =          1,95 – 1,039      = 0,911
          Hi       =          1,985 – 0,778 = 1,207
          Hj       =          1,613 – 1,262 = 0,351
          Hk       =          1,51 – 1,302      = 0,208
          Hl       =          1,555 – 1,4385= 0,17
          Hm       =          1,381 – 1,299 = 0,082
          Hn       =          1,179 – 2,129 = -0,095
          Ho       =          0,905– 1,838 = -0,933
          Hp       =          1,14– 1,737       = -0,597
          Hq       =          1,239 – 1,611 = -0,372
          Hr       =          1,201 – 1,657 = -0,456
                                                                   +
     H                                          = -0,04092


     6. Mencari Bobot

Mencari bobot dapat digunakan rumus:
                        d
         Bobot
                       ( d)

                   Keterangan:
Bobot                              = hasil bagi dari jarak antara dua titik dengan jarak seluruhnya
 d                                 = jarak antara dua titik
 ( d)                              = jarak keseluruhan
                 Dalam perhitungan excell didapat ∑(∑d) =334,24
                   Berikut perhitungan bobot di tiap titik:
                                      20
         Titik A               =              0,05974
                                   334,74

                                      20
         Titik B               =              0 , 05924
                                   334,24

                                      20
         Titik C               =              0 , 05974
                                   334,24
                                     15,5
         Titik D               =              0 , 04630
                                   334,24
                                      20
         Titik E               =              0 , 05974
                                   334,24


                                                            28
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                                 Akmal Sidiq
                                                   11o3o69

                               20
        Titik F          =             0 , 05974
                             334,74
                               20
        Titik G          =             0 , 05974
                             334,74
                               20
        Titik H          =             0 , 05974
                             334,74
                               20
        Titik I          =             0 , 05974
                             334,74
                               20
        Titik J          =             0 , 05974
                             334,74
                               20
        Titik K          =             0 , 05974
                             334,74
                               20
        Titik L          =             0 , 05974
                             334,74
                                8
        Titik M          =             0 , 0238
                             334,74
                               20
        Titik N          =             0 , 05974
                             334,74
                               20
        Titik O          =             0 , 05974
                             334,74
                               20
        Titik P          =             0 , 05974
                             334,74
                               15
        Titik Q          =             0,0481
                             334,74
                             16,24
        Titik R          =             0,0485                    +
                             334,74



          bobot                       = 1

   7.    Mencari Beda Tinggi Koreksi

Mencari beda tinggi koreksi dapat digunakan rumus:
 Hk      H    (    H Bobot )

                  Keterangan
                   Hk    = beda tinggi koreksi
                   H     = beda tinggi antara dua titik
                    H    = jumlah dari beda tinggi antara dua titik
                  Bobot = hasil bagi dari jarak antara dua titik dengan jarak seluruhnya
        Berikut perhitungan beda tinggi koreksi di tiap titik:

                                                      29
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                               Akmal Sidiq
                                                 11o3o69

         Hk A          = -0,818– (-0,041 x 0,05974)                           = -0,8155
          Hk B         = -0,78– (-0,041 x 0,05974)                             = 0,77765
          Hk C         = -0,977– (-0,041 x 0,05974)                            = -0,9745
         Hk D          = -0,267 – (-0,041x 0,04630)                            = -0,2651
          Hk E         = 0,982– (-0,041 x 0,05974)                             = 0,98444
          Hk F         = 1,066 – (-0,041x 0,05974)                             = 1,06844
          Hk G         = 1,133 – (-0,041 x 0,05974)                            = 1,13544
          Hk H         = 0,911 – (-0,041 x 0,05974)                            = 0,91344
          Hk I         = 1,207– (-0,041 x 0,05974)                             = 1,20944
          Hk J         = 0,351 – (-0,041 x 0,05974)                            = 0,35344
          Hk K         = 0,208 – (-0,041x 0,05974)                             = 0,21044
          Hk L         = 0,17– (-0,041 x 0,05974)                              = 0,17211
          Hk M         = 0,007 – (-0,041 x 0,02389)                            = 0,08297
          Hk N         = -0,95– (-0,041 x 0,05974)                             = -0,94755
          Hk O         = -0,933– (-0,041 x 0,05974)                            = -0,93055
          Hk P         = -0,597 – (-0,041 x 0,0574)                            = 0,59455
          Hk Q         = -0,372 – (-0,041 x 0,448)                             = -0,37016
          Hk R         = -0,456– (-0,041 x 0,04851)                            = -0,0454    +


                                                       Hk                      = 0
     8. Mencari Tinggi Titik, Dengan Titik Awal Adalah 918,48012
Mencari tinggi titik dapat digunakan rumus:
Ti    Tisebelumn ya     Hk

        Keterangan:
        Ti    = tinggi titik
          Hk = beda tinggi koreksi
        Berikut adalah perhitungan titik pada tiap titik:
        Tinggi Titik A = 918,48012(tinggi titil awal)
        Tinggi Titik B = 918,48012+ (-0,8155)                            = 917,6646
        Tinggi Titik C = 917,6646 + (0,777555)                           = 916,8870098
        Tinggi Titik D =916,8870098 + (-0,971155)                        = 915,9124546
        Tinggi Titik E = 915,9124546+ (-0,2651)                          = 915,6437

                                                    30
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                            Akmal Sidiq
                                              11o3o69

       Tinggi Titik F =915,6437 + (0,98444)                            = 916,631
       Tinggi Titik G = 916,631+ (1,0684)                              = 917,700
       Tinggi Titik H = 917,700+ (1,13544)                             = 918,835
       Tinggi Titik I =918,835 + (0,91344)                             = 919,749
       Tinggi Titik J = 919,749+ (1 ,2094)                             = 920,958
       Tinggi Titik K = 920,958+ (0,3544)                              = 921,312
       Tinggi Titik L = 921,312+ (0,2104)                              = 921,522
       Tinggi Titik M =921,522 + (0,17244)                             = 921,694
       Tinggi Titik N = 921,694+ (0,0829)                              = 921,777
       Tinggi Titik O =921,777+ (-0,94755)                             = 920,830
       Tinggi Titik P = 920,830+ (-0,93055)                            = 919,899
       Tinggi Titik Q = 919,899+ (-0,5945)                             = 910,305
       Tinggi Titik R = 910,305+ (-0,370)                              = 918,935

   9. Gambar Hasil Pengukuran

Langkah-langkah penggambaran adalah sebagai berikut:
       a. Buat empat garis yang berjarak 2 cm pada kertas bagian bawah,
       b. Tuliskan titik A s/d A’ pada garis pertama sesuai skala jaranya,
       c. Tuliskan jarak antara kedua titik,
       d. Tuliskan jumlah jarak dimulai 0,00 s/d. 334,74
       e. Tuliskan tinggi masing-masing titik di antara garis kedua dan ketiga,
       f. Tuliskan kemiringan di antara garis ketiga dan keempat yaitu:
                                          - 0,81963
             Kemiringan titik A       =                   100 %       = -4,08463 % (Turun)
                                              20

                                          - 0,77893
              Kemiringan titik B      =                   100 %       = -3,89463 % (Turun)
                                              31,8

                                          - 0.97593
              Kemiringan titik C      =                    100 %      = -4,87963 % (Turun)
                                               20

                                          - 0,24417
              Kemiringan titik D      =                    100 %      = -1,57528 % (Turun)
                                              15,5

                                          0,98307
              Kemiringan titik E      =                 100 %     = 4,91537 % (Naik)
                                              20

                                          1,06707
              Kemiringan titik F      =                 100 % = 5,33537 % (Naik)
                                              20



                                                 31
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                             Akmal Sidiq
                                               11o3o69

                                           1,13407
              Kemiringan titik G       =                 100 %     = 5,67073 % (Naik)
                                               20

                                           0,91207
              Kemiringan titik H       =                 100 % = 4,56037 % (Naik)
                                               20
                                           1,20807
               Kemiringan titik I      =                 100 %     = 6,04037 % (Naik)
                                               20

                                           0,35207
               Kemiringan titik J      =                 100 % = 1,76037 % (Naik)
                                               20
                                           0,20907
               Kemiringan titik K      =                 100 %     = 1,04537 % (Naik)
                                               20

                                           0,17107
               Kemiringan titik L      =                 100 % = 0,85537 % (Naik)
                                               20
                                           0,08243
               Kemiringan titik M      =                 100 %     = 1,03037 % (Naik)
                                                8

                                           - 0,94893
               Kemiringan titik N      =                    100 % = -4,74463 % (Turun)
                                                20

                                           - 0,93193
               Kemiringan titik O      =                    100 % = -4,65963 % (Turun)
                                                20

                                           - 0,59748
               Kemiringan titik P      =                    100 % = -2,97963 % (Turun)
                                                20

                                           - 0,37120
               Kemiringan titik Q      =                   100 % = -2,47463 % (Turun)
                                               15
                                           - 0,45509
               Kemiringan titik R      =                    100 %      = -2,80277 % (Turun)
                                              16,24



5.3 Penyajian Peta Penyipat Datar
       Setelah pengolahan data selesai, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data
hasil pengukuran dengan menggunakan Microsoft Excel. Sedangkan untuk menyajikan hasil
pengukuran secara grafis dapat menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel, akan tetapi
proporsi gambar dengan menggunakan Microsoft Excel tidak memiliki keakuratan yang
tepat. Untuk itu dapat digunakan perangkat lunak lain seperti Autocad, Visio dll, yang
memang di khususkan untuk menyajikan data secara grafis khususnya dalam bidang
ketekniksipilan.
Sedangkan penyajian hasil pengukuran dapat disajikan dalam bentuk konvensional (manual)
dan modern (digital). Penyajian peta secara manual dan digital memiliki keuntungan dan

                                                  32
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                               Akmal Sidiq
                                                 11o3o69

kekurangan masing-masing, keuntungan-keuntungan dari penyajian peta dalam bentuk digital
adalah :
1. Proses pembuatannya relative cepat
2. Murah dan akurasinya tinggi
3. Tidak dibatasi skala dalam penyajiannya
4. Jika perlu melakukan revisi mudah dilakukan dan tidak perlu mengeluarkan banyak biaya
5. Dapat melakukan analisis spasial (keruangan) secara mudah
Setelah data hasil pengukuran dihitung, maka kegiatan selanjutnya adalah mencetak (Print
out). Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mencetak hasil pengukuran adalah
kombinasi ukuran kertas yang digunakan, skala peta, jenis kertas, dll supaya lebih efektif dan
efisien.


Penyajian peta juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.         Ukuran kertas
           Ukuran kertas yang digunakan untuk pencetakkan peta biasanya seri A.. Dasar ukuran
adalah A0 sebesar 841 x 189 mm, yang luasnya setara dengan 1 meter persegi. Setiap angka
setelah huruf A menyatakan setengah ukuran dari angka sebelumnya. Jadi, A1 adalah
setengah dari A0, A2 adalah seperempat dari A0 dan A3 adalah seperdelapan dari A0.
perhitungan yang lebih besar dari A0 adalah 2A0 atau dua kali ukuran A0.
       Ukuran Kertas            Panjang (mm)                             Lebar (mm)
               A0                    1189                                   841
               A1                    841                                    594
               A2                    594                                    420
               A3                    420                                    297
               A4                    297                                    210
               A5                    210                                    148


2.         Legenda
           Supaya peta jelas dan dapat dibaca, maka digunakan tanda-tanda atau symbol-simboll
untuk menyatakan elemen-elemen yang ada di atas permukaan bumi. Untuk dapat
membayangkan tinggi rendahnya permukaan bumi, maka digunakan garis-garis tinggi atau
kontur yang menghubungkan daerah-daerah yang memiliki ketinggian sama di atas
permukaan bumi.

                                                    33
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                            Akmal Sidiq
                                              11o3o69



3.     Skala
       Skala pada peta, dapat digunakan skala numeris dan grafis. Skala numeris yaitu skala
yang menyatakan perbandingan perkecilan yang ditulis dengan angka, misalnya skala 1 :
25000 atau skala 1 : 50000. Skala grafis adalah skala yang digunakan untuk menyatakan
panjang garis di peta dan jarak yang diwakilinya di lapangan melalui informasi grafis. Besar
kecilnya skala gambar disesuaikan dengan kebutuhan.




                                                 34
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
                                            Akmal Sidiq
                                              11o3o69



                                            BAB VI
                                      KESIMPULAN



       Dengan kebutuhan para pengguna jasa semakin meningkat maka data-data yang

belum lengkap dikerjakan dengan lebih serius lagi maka, kerangka dasar vertikal merupakan

kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa

ketinggiannya terhadap suatu bidang ketinggian tertentu. Bidang ketinggian ini bisa berupa

ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level - MSL) atau ditentukan lokal. Umumnya

titik kerangka dasar vertikal dibuat menyatu pada satu pilar dengan titik kerangka dasar

horizontal

       Maka Para mahasiswa mampu memahami, mendeskripsikan, dan mengaplikasikan

penentuan koordinat-koordinat beberapa titik dengan metoda pengukuran beda tinggi dengan

pesawat penyipat datar pada praktek pengukuran dan pemetaan Ilmu Ukur Tanah.

       Selanjutnya perlu pembaca ketahui, bahwa dalam penyusunan laporan ini penyusun

menyadari masih banyak kekurangan. Melihat dari kenyataan tersebut penyusun berlapang

dada menerima saran dan kritik serta uluran pendapat dari para pembaca demi kesempurnaan

penyusunan laporan ini di kemudian hari.

       Akhirnya tiada kata yang dapat penyusun sampaikan kepada segenap pembaca,

melainkan hanya ucapan terima kasih, semoga mereka selalu dalam lindungan Allah SWT ,

dengan harapan dapat ridho dan pengampunan-Nya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi

segenap pembaca pada umumnya dan bagi penyusun khususnya.




                                                 35
Laporan Kerangka Dasaar Vertikal
         Akmal Sidiq
           11o3o69




              36

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatLaporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatAndi Azizah
 
Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station Edho Wiranata
 
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhanaBab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhanaHendra Supriyanto
 
Pengikatan ke muka & belakang
Pengikatan ke muka & belakangPengikatan ke muka & belakang
Pengikatan ke muka & belakangTutus Kusuma
 
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonBab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonHendra Supriyanto
 
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli KusumawatiIlmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawatiyulika usman
 
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)pasbond
 
Laporan poligon kel. 7
Laporan poligon kel. 7Laporan poligon kel. 7
Laporan poligon kel. 7Agus Saputra
 
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum GeodesiMakalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum GeodesiMega Yasma Adha
 
Modul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjangModul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjangafadliansyah
 
Pengenalan alat ukur tanah sederhana
Pengenalan alat ukur tanah sederhanaPengenalan alat ukur tanah sederhana
Pengenalan alat ukur tanah sederhanainka -chan
 
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2Gian Adiwinata
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiAnindya N. Rafitricia
 
Contoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutupContoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutupEqi Arzaqi
 

What's hot (20)

Laporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatLaporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
 
Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station
 
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhanaBab 3 pemetaan planimetrik sederhana
Bab 3 pemetaan planimetrik sederhana
 
Pengikatan ke muka & belakang
Pengikatan ke muka & belakangPengikatan ke muka & belakang
Pengikatan ke muka & belakang
 
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligonBab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
Bab 8 kerangka dasar pemetaan poligon
 
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli KusumawatiIlmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
 
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
 
Laporan poligon kel. 7
Laporan poligon kel. 7Laporan poligon kel. 7
Laporan poligon kel. 7
 
006 elips kesalahan
006 elips kesalahan006 elips kesalahan
006 elips kesalahan
 
Teori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolithTeori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolith
 
Garis kontur
Garis konturGaris kontur
Garis kontur
 
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum GeodesiMakalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
 
SNI-JARING KONTROL VERTIKAL (JKV)
SNI-JARING KONTROL VERTIKAL (JKV)SNI-JARING KONTROL VERTIKAL (JKV)
SNI-JARING KONTROL VERTIKAL (JKV)
 
Modul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjangModul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjang
 
Double stand
Double standDouble stand
Double stand
 
Pengenalan alat ukur tanah sederhana
Pengenalan alat ukur tanah sederhanaPengenalan alat ukur tanah sederhana
Pengenalan alat ukur tanah sederhana
 
Iuw 7v beda tinggi
Iuw   7v beda tinggiIuw   7v beda tinggi
Iuw 7v beda tinggi
 
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
 
Contoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutupContoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutup
 

Similar to Laporan kdv akmal

Piyuut tralala www
Piyuut  tralala wwwPiyuut  tralala www
Piyuut tralala wwwRendi Myung
 
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanahBab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanahyonolino
 
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.pptPertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.pptArvinThamsir1
 
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.pptPertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.pptArvinThamsir1
 
Perhitungan_KDV.pptx
Perhitungan_KDV.pptxPerhitungan_KDV.pptx
Perhitungan_KDV.pptxNanaPkun
 
Precentation of ilmu ukur tanah
Precentation of ilmu ukur tanahPrecentation of ilmu ukur tanah
Precentation of ilmu ukur tanahDevita Anjani
 
Laporan technician surveying/surveyor
Laporan technician surveying/surveyorLaporan technician surveying/surveyor
Laporan technician surveying/surveyorWahyuHafid
 
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docxKelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docxAltaEiSultan
 
Bab iii metodologi penelitian
Bab iii metodologi penelitianBab iii metodologi penelitian
Bab iii metodologi penelitianahmadahmad237
 
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tolPaparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tolErwangga1
 
Ppt dmp brema firdaus ginting
Ppt dmp brema firdaus gintingPpt dmp brema firdaus ginting
Ppt dmp brema firdaus gintingBremaFirdaus
 
62265668 laporan-iu tqqq
62265668 laporan-iu tqqq62265668 laporan-iu tqqq
62265668 laporan-iu tqqqAgus Supriyanto
 
Pertemuan ke 8 alat ukur tanah untuk semster
Pertemuan ke 8 alat ukur tanah untuk semsterPertemuan ke 8 alat ukur tanah untuk semster
Pertemuan ke 8 alat ukur tanah untuk semsterAfridwiirawanTbi
 

Similar to Laporan kdv akmal (20)

Piyuut tralala www
Piyuut  tralala wwwPiyuut  tralala www
Piyuut tralala www
 
Laporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUTLaporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUT
 
Laporan edit
Laporan editLaporan edit
Laporan edit
 
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanahBab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
 
9 5-teorisipatdatar
9 5-teorisipatdatar9 5-teorisipatdatar
9 5-teorisipatdatar
 
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.pptPertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
 
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.pptPertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
 
Pig
PigPig
Pig
 
Perhitungan_KDV.pptx
Perhitungan_KDV.pptxPerhitungan_KDV.pptx
Perhitungan_KDV.pptx
 
Bab2
Bab2Bab2
Bab2
 
Precentation of ilmu ukur tanah
Precentation of ilmu ukur tanahPrecentation of ilmu ukur tanah
Precentation of ilmu ukur tanah
 
Laporan technician surveying/surveyor
Laporan technician surveying/surveyorLaporan technician surveying/surveyor
Laporan technician surveying/surveyor
 
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docxKelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
 
Laporan Kartografi Dasar
Laporan Kartografi DasarLaporan Kartografi Dasar
Laporan Kartografi Dasar
 
Bab iii metodologi penelitian
Bab iii metodologi penelitianBab iii metodologi penelitian
Bab iii metodologi penelitian
 
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tolPaparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
 
Ppt dmp brema firdaus ginting
Ppt dmp brema firdaus gintingPpt dmp brema firdaus ginting
Ppt dmp brema firdaus ginting
 
Bahan presentasi Ukur Tanah
Bahan presentasi Ukur TanahBahan presentasi Ukur Tanah
Bahan presentasi Ukur Tanah
 
62265668 laporan-iu tqqq
62265668 laporan-iu tqqq62265668 laporan-iu tqqq
62265668 laporan-iu tqqq
 
Pertemuan ke 8 alat ukur tanah untuk semster
Pertemuan ke 8 alat ukur tanah untuk semsterPertemuan ke 8 alat ukur tanah untuk semster
Pertemuan ke 8 alat ukur tanah untuk semster
 

Laporan kdv akmal

  • 1. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan pada era globalisasi pada saat ini sangatlah pesat. Dibutuhkan suatu metode yang praktis dengan bantuan alat untuk mempermudah para ahli untuk menyelesaikan segala masalah dalam pengembangan pemanfaatan alam dalam hal ini bidang terkait adalah bidang teknik sipil, dalam laporan ini menjabarkan dan melaporkan hasil pengamatan yang mengenai pengukuran tanah tentang kerangka dasar vertikal. Oleh karena , perkembangan teknologi sangat pesat terutama dalam bidang teknik sipil seperti pengukuran kerangka dasar vertikal untuk mendapatkan tinggi dari suatu titik yang nantinya dapat dipergunakan untuk mengetahui kontur dari tanah tempat bangunan akan didirikan dan segala perangkat untuk mempermudah dan mempercepat pengukuran KDV serta pengolahan datanya telah tersedia di dalam laporan ini. 1.2 Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa mengerti secara teori dan praktek dalam pengukuran KDV. 2. Mengetahui segala peralatan yang digunakan untuk pengukuran KDV. 3. Dapat mengolah data hasil pengamatan KDV dengan benar. 1.3 Prinsip Dasar Pengukuran Untuk menghindari kesalahan – kesalahan yang mungkin terjadi, maka tugas mengukur harus didasarkan pada prinsip pengukuran yaitu: 1. Perlu adanya pengecekan yang terpisah 2. Tidak adanya kesalahan – kesalahan dalam pengukuran 1.4 Volume Perkejaan Volume pekerjaan adalah urutan kegiatan saat praktikum dilaksanakan. Berikut adalah hal-hal yang akan dilakukan selama praktikum di laksanakan : a. Persiapan perlengkapan alat ukur. b. Persiapan pengukuran c. Perhitungan kesalahan koreksi garis bidik. d. Pengukuran sipat datar profil melintang. 1
  • 2. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 1.5 Metode Penulisan Pencatatan data hasil pengukuran lapangan dan penyusunan laporan praktikum survey dan pemetaan ini menggunakan metode penulisan berdasarkan studi lapangan dan studi literatur. 1.6 Studi Lapangan Metode penulisan yang digunakan untuk pengisian data pada tabel hasil pengamatan praktikum sipat datar (Waterpass) adalah dengan studi lapangan atau pengamatan langsung di lapangan. 1.7 Studi Literatur Metode penulisan yang digunakan untuk menghitung data hasil pengamatan lapangan serta penyusunan laporan adalah dengan metode literatur atau berdasarkan rumusan-rumusan yang didapat dari berbagai macam sumber buku yang berhubungan dengan ilmu ukur tanah. 2
  • 3. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 BAB 1I LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Kerangka Dasar Vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang rujukan ini biasanya berupa ketinggian muka air laut rata-rata (Mean Sea Level-MSL) atau ditentukan lokal. Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila tinggi h diketahui antara dua titik A dan B, sedang tinggi titik A diketahui sama dengan Ha dan titik B letak lebih tinggi daripada titik A, maka tinggi titik B, Hb = Ha + h. Yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan titik B adalah jarak antara dua bidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah bidang yang lengkung, tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B kecil, maka kedua bidang nivo yang melalui titik- titik A dan B dapat dianggap sebagai bidang yang mendatar. Beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara: a. Dengan cara Barometris, yaitu menentukan beda tinggi dengan cara mengamati tekanan udara di suatu tempat dengan tempat lain yang dijadikan referensi dalam hal ini misalnya elevasi ± 0.00 meter dari permukaan laut rata-rata. b. Dengan cara Trigonometris, yaitu menentukan beda tinggi menggunakan alat ukur yang cukup teliti yang dapat mengukur sudut vertikal dan horizontal yaitu alat ukur Theodolit. c. Dengan cara pengukuran sipat datar, yaitu dengan cara menghitung tinggi garis bidik atau Benang Tengah (BT) dari suatu rambu dengan menggunakan alat ukur sipat datar (waterpass). Dari ketiga metode diatas, metode pengukuran sipat datar adalah metode pengukuran yang paling teliti. Sehingga dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat datar. 2.2 TUJUAN PENGUKURAN SIPAT DATAR Pengukuran sipat datar KDV adalah untuk memperoleh informasi tinggi yang relatif akurat dilapangan sedemikian rupa sehingga informasi tinggi pada daerah yang tercakup layak untuk diolah sebagai informasi yang lebih kompleks. 2.3 METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR Pengukuran Sipat Datar KDV adalah pembuatan serangkaian titik-titik dilapangan yang diukur ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk pengikatan ketinggian titik-titik lain yang lebih detail dan banyak. 3
  • 4. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 Syarat-syarat alat Sipat Datar adalah: 1. syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo, 2. syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu, 3. syarat ketiga : garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu. Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka syarat-syarat diatas harus dipenuhi terlebih dahulu atau dengan kata lain alat ukur penyipat datar harus diatur terlebih dahulu, supaya ketiga syarat tersebut dapat terpenuhi. Pengukuran dengan cara menyipat datar adalah dengan memahami bahwa beda tinggi dua titik adalah jarak antara kedua bidang nivo yang melalui titik–titik itu. Selanjutnya bidang nivo dianggap mendatar untuk jarak–jarak yang kecil antara titik–titik itu. Apabila demikian, beda tiggi h dapat ditentukan dengan menggunakann garis mendatar yang sembaranng dan dua mistar yang dipasang di atas kedua titik A dan B. 2.4 MACAM-MACAM ALAT UKUR SIPAT DATAR Berdasarkan konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat dibagi menjadi empat macam utama, yaitu: a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap ditempatkan diatas teropong, sedang teropong hanya dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar, Gambar 2.1. Arah Garis Nivo dan Bidik b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi, dan ditempatkan pada teropong. Dengan demikian teropong selain dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar, dapat pula diputar dengan suatu sumbu yang letaknya searah dengan garis bidik. Sumbu putar ini dinamakan sumbu mekanis teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar. 4
  • 5. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 Gambar 2.2. Nivo Reversi Sumbu Mekanis Gambar 2.3. Sekrup Penyetel c. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yng mempunyi sumbu mekanis, tetpi nivo tidk diletakkan pada teropong, melainkan ditempatkan dibawah, lepas dari teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar. Gambar 2.4. Sumbu Mekanis dan Garis Bidik 5
  • 6. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 Gambar 2.5. Sumbu Penggerak d. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar dan dapat diletakkan dibagian bawah dengan landasan yang berbentuk persegi, sedang nivo dapat diletakkan di teropong. 6
  • 7. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 Gambar 2.6. Alat Sipat Datar dengan Teropong yang dapat diangkat  Penentuan Beda Tinggi Antara Dua Titik Penentuan beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara penempatan alat sipat datar tergantung pada keadaan di lapangan, adapun tiga cara penempatan alat sipat datar, yaitu: a. Dengan menempatkan alat sipat datar di atas titik B (salah satu titik yang akan diukur beda tingginya), bidik pesawat ke titik lainnya (A) yang sebelumnya telah berdiri rambu ukur. Sebagai contoh, hasil bidikan tadi kita beri nama a. Setelah di ketahui a, pindahkan alat sipat datar ke titik A, lakukan bidikan yang sama terhadap titik B, maka di ketahuilah hasil bidikan terhadap titik B yaitu b. Beda tinggi dari kedua titik tersebut ( h) dapat diperoleh dengan h = b-a. Perlu diketahui bahwa dalam setiap pengukuran, letak gelembung nivou harus berada di tengah-tengah. b. Alat ukur penyipat datar diletakkan diantara titik A dan titik B dan membentuk suatu garis lurus, ukur jarak antara alat sipat datar terhadap titik A dan titik B, Arahkan garis bidik dengan gelembung di tengah–tengah ke titik A (belakang) dan ke titik B (muka) yang telah berdiri rambu ukur, dan misalkan pembacaaan pada dua mistar berturut– turut ada b (belakang) dan m (muka). Bila selalu diingat, bahwa angka–angka pada rambu selalu menyatakan jarak antara angka dan alas mistar, maka dengan mudahlah dapat dimengerti, bahwa beda tinggi antara titik–titik A dan B ada h = b – m. c. Alat ukur penyipat datar ditempatkan tdak diantara titik A dan B, tidak pula diatas salah satu titik A atau titik B, tetapi di sebelah kiri titik A atau disebelah kanan titik B, jadi diluar garis AB. Pembacaan yang dilakukan pada mistar yang diletakkan di atas titik A dan B sekarang adalah berrturut-turut b dan m lagi, sehingga digambar didapat dengan mudah, bahwa beda tinggi t = b – m. 7
  • 8. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 2.5 PENYETELAN INSTRUMEN SIPAT DATAR Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyetelan instrument sipat datar adalah : - Penempatan nivo harus tegak lurus dengan sumbu garis vertikal. - Penempatan nivo harus sejajar dengan garis holimasi. - Penyetelan garis horizontal benang silang instrumen sifat datar. Penyetelan instrument sipat datar wye adalah sebagai berikut : - Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan garis – garis rangka teleskopnya. - Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan sumbu nivau tabung dari teleskopnya. - Penyetelan agar garis holimasi tegak lurus sumbu garis vertical. Gambar 2.7. Dumpy Level (type kekar) Keterangan: 1. Teropong 11. Tombol fokus 2. Nivo Tabung 3. Pengatur nivo 4. Pengatur diafragma 5. Kunci horizontal 6. Skrup kiap 7. Tribrach 8. Trivet 9. Kiap (leveling head) 10. Sumbu ke-1 8
  • 9. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 Penyetelan instrument Sipat Datar Tabung adalah sebagai berikut : Gambar 2.8. Reversible Level (type reversi) Keterangan: 1. Teropong. 9. Kiap. 2. Nivo reversi. 10. Sumbu kesatu (sumbu tegak). 3. Pengatur nivo. 11. Tombol Fokus. 4. Pengatur diafragma. 12. Pegas. 5. Skrup pengunci horizontal. 13. Skrup pengungkit teropong 6. Skrup kiap. 14. Skrup pemutar teropong. 7. Tribrach. 15. Sumbu mekanis. 8. Trivet. Penyetelan instrumen Sipat Datar Jungkit adalah sebagai berikut : - Penyetelan hubungan antar nivo bundar dengan sumbu vertical. - Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan sumbu nivo. Gambar 2.9. Titing Level (type jungkit) 2.6 KESALAHAN-KESALAHAN PADA SIPAT DATAR Sesuai dengan karateristik, kesalahan dapat di bedakan dalam 3 klasifikasi sebagai berikut : 1. kesalahan acak 2. kesalahan sistematis 3. kesalahan Blunder 9
  • 10. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 2.7 PENGENALAN ALAT UKUR Perlengkapan yang digunakan untuk melakukan pengukuran adalah alat penyipat datar (waterpass), rambu ukur, statip, pita ukur 50 m, payung, tabel pengukuran, serta alat tulis dan kalkulator. Berikut adalah penjelasan mengenai alat ukur serta bagian-bagiannya. a. Waterpass Bagian – bagian penting dari alat waterpass Teropong jurusan Teropong jurusan terbuat dari pipa logam, di dalamnya terdapat Susunan lensa- lensa yang terdiri dari lensa objektif, lensa okuler, dan lensa penyetel pusat. Didalam teropong terdapat pula pelat kaca yang dibalur dengan bingkai dari logam (diafragma), sedang pada pelat kaca terdapat goresan benang silang. Niveau Niveau adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk membuat arah-arah horizontal dan vertikal. Menurut bentuknya niveau dibagi menjadi dua macam yaitu niveau kotak dan niveau tabung. Pada waterpass yang digunakan adalah niveau kotak. Niveau kotak, terdiri atas kotak dari gelas yang dimasukkan dalam montur dari logam sedemikian hingga bagian atas tidak tertutup. Kotak tersebut diisi dengan cairan atsiri (ether atau alkohol), bidang atas dari gelas diberi bentuk bidang lengkung dengan jari-jari besar. Bagian kecil kotak itu tidak berisi zat cair, sehingga bagian ini dari atas terlihat sebagai gelembung. Titik teratas ditandai dengan lingkaran yang digambar di atas gelas. Garis singgung pada titik tertinggi (tengah lingkaran) disebut garis arah niveau. Niveau kotak dikatakan seimbang jika gelembung berada ditengah-tengah. Cara mengaturnya dengan memutar tiga sekrup penyetel. Sekrup-sekrup pada waterpass dan fungsinya : Sekrup koreksi niveau, mengatur agar garis arah niveau berubah dari keadaan semula terhadap garis bidik teropong dan sumbu tegak. Sekrup koreksi diafragma, mengatur kedudukan garis bidik teropong agar berubah terhadap garis arah niveau dan sumbu tegak. Sekrup penyetel, mengatur kedudukan bagian atas seluruhnya berubah terhadap bagian bawah. Sekrup helling, mengatur kedudukan garis bidik dan garis arah niveau bersama-sama berubah terhadap sumbu tegak. b. Mistar / Rambu ukur Umumnya terbuat dari kayu atau besi, panjangnya antara 3-4 meter, bahkan ada yang 5 meter. Karena panjangnya, untuk pengangkutannya, maka mistar ini dapat dilipat menjadi 1,5 m atau 2 meter. Skala mistar dibuat dengan cm; tiap-tiap cm ada blok 10
  • 11. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 merah, putih atau hitam. Tiap-tiap meter diberi warna yang berlainan, merah-putih dan hitam-putih untuk memudahkan pembacaan meter. c. Statip Statip adalah salah satu perlengkapan pengukuran yang berfungsi sebagai kaki untuk meletakkan waterpass. Statip mempunyai 3 kaki yang berfungsi untuk menyeimbangkan berdirinya statip. Saat mendirikan statip, meja statip harus rata karena dapat mempengaruhi seimbangnya gelembung pada niveau. d. Pita Ukur Pita ukur terbuat dari kain diberi benang dari tembaga dimasukkan dalam minyak cat yang masak. Panjang pita ukur ada yang 10, 15, 20, 30, sampai 50 meter. Pita ukur ini di gulung dalam kotak bulat yang disebut rol. e. Payung Dalam pengukuran di lapangan, payung juga memiliki peran penting, yaitu sebagai pelindung waterpass dari sinar matahari agar cairan niveau tidak menguap. f. Tabel Pengukuran Data hasil pembacaan benang dimasukkan ke dalam tabel pengukuran untuk memudahkan analisa data. g. Alat tulis dan Kalkulator Alat tulis dan kalkulator, untuk mencatat data dan menghitung koreksi kesalahan pembacaan benang. h. Patok kayu dan paku Berfungsi sebagai penandaan awal pengukuran dan hasil pengukuran, dimana pada jarak tertentu setelah pengukuran dilakukan penandaan dengan menggunakan patok/paku. 2.8 Pengukuran Sipat Datar Memanjang Pengukuran menyipat datar dimaksudkan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila dua titik tentu itu terletak jauh dengan jarak yang lazimnya dibuat kira-kira 2 km, maka beda tinggi antara dua titik itu ditentukan dengan mengukur beda tinggi titik-titik penolong yang dibuat antara dua titik yang tentu itu. Salah satu cara yang digunakan pada pengukuran sipat datar memanjang adalah cara menyipat datar dari tengah-tengah. Maksudnya adalah, alat ukur penyipat datar ditempatkan antara titik A dan B, sedang di titik A dan B ditempatkan dua mistar. Jarak antara alat penyipat datar dan kedua mistar kira-kira diambil jarak yang sama. Cara ini memberi hasil paling teliti, karena kesalahan yang mungkin masih ada pada pengukuran dapat saling memperkecil. 11
  • 12. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 Dengan cara ini dapat disimpulkan bahwa beda antara pembacaan mistar belakang dan mistar muka akan menjadi beda tinggi. 2.9 Pengukuran Sipat Datar Profil Melintang Profil melintang adalah irisan tegak lurus pada sumbu proyek dan pada tempat- tempat penting yang didapatkan dari jarak dan beda tinggi titik-titik di atas permukaan bumi. Jarak antara profil melintang pada garis proyek melengkung dibuat lebih kecil dari garis proyek yang lurus. Profil melintang harus pula dibuat di titik-titik permulaan dan titik akhir garis proyek melengkung. Profil melintang dibuat dengan lebar 50 m-100 m kiri kanan garis proyek. Pengukuran profil melintang adalah untuk menghitung banyaknya tanah, baik yang digali maupun untuk menimbuni. Cara pengukuran profil melintang sama dengan cara pengukuran profil memanjang, hanya jarak-jarak adalah pendek bila dibandingkan dengan jarak-jarak pada profil memanjang. Untuk menghitung penggalian tanah atau penimbunan tanah, cukup diambil jumlah rata-rata penggalian tanah atau penimbunan tanah yang didapat dari dua profil melintang yang berdekatan diperbanyak jarak antara dua profil melintang itu. 12
  • 13. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 BAB III TUJUAN DAN PROSEDUR PENGUKURAN SIPAT DATAR 3.1 Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa dapat memahami, mendeskripsikan dan mengaplikasikan berbagai metoda pengukuran beda tinggi dengan pesawat penyipat datar pada praktik pengukuran dan pemetaan Ilmu Ukur Tanah. 3.2 Tujuan Instruksional Khusus Pengukuran Sipat Datar KDV Dapat menyebutkan jenis – jenis alat yang digunakan pada pengukuran sipat datar KDV. Dapat menyebutkan tahapan – tahapan pengukuran sipat datar KDV. Dapat menggambarkan bentuk formulir ukuran yang digunakan. Dapat memberikan nilai kesalahan garis bidik alat sipat datar yang digunakan. Dapat membuat tabel untuk pengolahan data sipat datar KDV. Dapat memasukan angka – angka hasil survey ke dalam tabel. Dapat memberikan nilai pengolahan data sipat datar KDV baik secara manual maupun secara komputerisasi. Dapat menggambarkan hasil pengolahan data pada jalur memanjang pengukuran menggunakan metode manual / grafis digital. 3.3 Prosedur Persiapan Peralatan o Alat sipat datar optis ( catat nomor serinya ) o Statif ( perhatiakan kecocokannya dengan alat ) o Unting – unting o Rambu ukur 2 buah o Alat tulis dan formulir ukuran o Payung 1 buah ( untuk memayungi alat ) o Pita ukur 1 buah o Meteran 1 buah 13
  • 14. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 o Patok pengukuran ( disesuaikan dengan wilayah pengukuran ) o Peta wilayah situasi ( dengan bebas pengukuran ) o Bon peminjaman alat dan absensi kelompok 3.4 Prosedur Pengukuran Adapun prosedur pengukuran dengan menggunakan alat theodolite untuk menentukan beda tinggi tanah, diantaranya:  Para surveyor harus mengenakan kostum untuk survey lapangan,  Ketua tim mencatat semua peralatan yang dibutuhkan pada formulir peminjaman alat,  Para anggota tim mengisi kehadiran praktikum,  Ketua tim menyerahkan formulir peminjaman alat kepada laboran,  Ketua tim memeriksa kelengkapan alat dan mencatat no serinya,  Para anggota tim membawa peralatan ke lapangan,  Mempersiapkan pengukuran kesalahan garis bidik (cukup disekitar lab),  Dirikan statif pada posisi stand satu dan pasang alat di atas stand tsb,  Mengetengahkan gelembung nivo dengan prinsip dua putaran sekrup kaki kiap keluar atau kedalam saja dan satu sekrup ke kanan dan ke kiri,  Memasang unting-unting dan dua rambu ukur di arah belakang dan muka,  Menghimpitkan gelembung nivo tabung,  Membidik rambu ukur belakang dan visir,  Memperjelas benang diafragma sekrup pada teropong,  Memperjelas obyek rambu ukur dengan memutar skrup focus di atas teropong,  Menggerak-gerakan skrup gerakan halus horizontal sehingga benang vertical diafragma berhimpit dengan bagian tengah rambu,  Lakukan pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT), dan benang bawah (BB), BA BB  Periksa syarat BT 0 . 001 , jika sesuai teruskan dengan langkah 2 berikutnya, jika tidak ulangi pembacaan,  Hitung jarak optis dari alat ke rambu ( B A B B ) x100 ,  Lakukan hal yang sama untuk rambu belakang,  Hitung koreksi garis bidik (Kgb),  Bawa semua peralatan ke titik awal pengukuran pertama (patok pertama), 14
  • 15. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69  Berdasarkan batas pengukuran dari peta wilayah studi, tentukan lokasi patok-patok pada jalur ukuran,  Anggota regu melakukan pematokan di jalur pengukuran dengan patok yang telah tersedia (buat slagnya genap),  Dirikan alat pada slag pertama, lakukan pembacaan benang atas (BA), benang bawah (BB), dan benang tengah (BT) ke rambu belakang dan rambu muka,  Mengukur jarak belakang (db) dan muka (dm) (jarak mendatar) menggunakan pita ukur,  Memindahkan alat ke slag dua, lakukan hal yang sama seperti pada slag satu, dan . NB : Pencatatan data formulir ukuran yang menggunakan pensil dan penghapus / tipe – x. jika salah angka dicoret nilai yang benar ditulis diatas atau sebelahnya. 3.5 Prosedur Pengolahan Data Menyiapkan tabel pengolahan data sipat datar KDV. Masukan nilai kesalahan garis bidik kedalam tabel Masukan nilai benang atas BT,BB, d belakang d muka kedalam tabel Hitung BT koreksi disetiap slag Hitung beda tinggi disetiap slag dari bacaan benang tengah koreksi belakang dan muka Hitung nilai kesalahan beda tinggi dengan menggunakan beda tinggi setiap slag Hitung jarak pita ukur setiap slag dengan menjumlahkan jarak belakang dan jarak muka Menghitung total jarak jalur pengukuran dengan menggunakan semua jarak slag Hitung bobot koreksi setiap slag dengan membagi jarak slag dengan total jarak pengukuran Menghitung beda tinggi koreksi dengan cara menjumlahkan beda tinggi awal ( BTbk – BTmk ) dengan perkalian Control beda tinggi hasil koreksi Menghitung tinggi titik – titik pengukuran dengan cara menjumlahkan tinggi titik sebelumnya dengan beda tinggi koreksi. 3.6 Prosedur Penggambaran 15
  • 16. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69  Mengetahui jarak total pengukuran dan selisih beda tinggi terbesar  Prinsip skala vertical berbeda dengan skala horizontal ( skala horizontal kurang dari skala vertical )  Tetapkan ukuran kertas ( lebih baik menggunakan kertas millimeter )  Contoh skala horizontal 1:100 dan skala vertical 1:2  Design / rancang tata letak penggambaran yang meliputi muka gambar, legenda, notasi dan skala gambar ( sebaiknya di grafis ) 3.7 Pengukuran Sipat Datar  Eliminasi kesalahan sistematis alat sipat datar dengan cara, mengoreksi KGB (kesalahan garis bidik). Metode pengukuran rambu muka dan belakang dengan dua stand (dua kali alat berdiri). Arah pengukuran BAb1 db1 dm1 BAm1 BTb1 BTm1 BBb1 BBb1 B A Stand I Arah pengukuran BAb|| BAmII BTbII BTmII BBbII BBbII BT m Stand II Keterangan : BT benang tengah yang dianggap benar BT = benang tengah yang dibaca dari teropong 16 Slag
  • 17. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 Koreksi = - kesalahan I = kgb = sudut Keterangan : BT benang tengah yang dianggap benar BT = benang tengah yang dibaca dari teropong Koreksi = - kesalahan I = kgb = sudut BT BT tan kgb lim kgb 0 d BT BT kgb d ( BTb I BTm I ) ( BTb II BTm II ) kgb ( db I dm I ) ( db " II dmII ) koreksi kgb= (-kgb)  Eliminasi kesalahan sistematis karena kondisi alam Eliminasi kesalahan sistematis karena kondisi alam dapat dikoreksi dengan membuat jarak belakang dan jarak muka hampir sama. a. Jumlah slag pengukuran harus genap. Peluang untuk meng-koreksi kesalahan di slag ganjil dan genap lebih besar. Pembagian kesalahan setiap slag lebih rata. b. Cara meng-koreksi kesalahan acak (random error) 1. Dilapangan kita peroleh bacaan BA, BT, BB pada setiap slag (missal n) n= genap. 2. Dari lapangan kita peroleh jarak belakang x jarak muka Setelah diketaui kgb, maka kita dapat menghitung kesalahan sistematis, langkah-langkah dalam menghitung kesalahan sistematis adalah sebagai berikut: 1. kita koreksi bacaan BTb& BTm BT BTb-kgb.db BT m BTm-kgb.db 2. kita hitung beda tinggi yang telah dikoreksi kesalahan sistematis (-kgb) 17
  • 18. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 Δh = BT b BT m 3. ∑ Δh = 0 (syarat untuk kurva tertutup) kenyataan ∑ Δh≠0 ∑ Δh = k. Δh (kesalahan acak sipat datar) k. Δh = Δhab+Δhbc+Δhcd+Δhda d dbIV dmIII dmIV dbIII a c dbI dmII dmI dbII b 4. kita koreksi beda tinggi setiap slag yang sudah dieliminasi kesalahan acak. d bI d mI H ab BT bA BT mB k. H dI d II d III d IV * kontrol = H ab H bc H cd H da 0 5. jika diketahui TA= +700.00 mMSL TB= TA+ H AB 18
  • 19. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 BAB IV PELAKSANAAN TEORI 4.1 Lokasi Pengukuran Jl. Jayengrana sekitar depan FPEB Gambar 4.1. Lokasi Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal 4.2 Waktu Pengukuran 1. Hari : Rabu Tanggal : 5 September 2012 Kegiatan : Pengenalan alat sipat datar Pukul : 14.40 s.d. Selesai Lokasi : Helipad FPTK UPI 2. Hari : Rabu Tanggal : 12 September 2012 Kegiatan : Pencarian nilai Koreksi Garis Bidik (KGB) Pukul : 14.40 s.d. Selesai Lokasi : Helipad FPTK UPI 3. Hari : Rabu Tanggal : 3 Oktober 2012 19
  • 20. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 Kegiatan : Pematokan Pukul : 14.40 s.d. Selesai Lokasi : Jl. Jayengrana sekitar depan FPEB UPI 4. Hari : Kamis Tanggal : 4 Oktober 2012 Kegiatan : Pengukuran sipat datar Pukul : 13.00 s.d. 17.00 Lokasi : Jl. Jayengrana sekitar depan FPEB UPI 4.3 Pelaksanaan Praktikum Setelah mendapat pengarahan dan pengenalan alat tentang sipat datar, maka saya bersama rekan dari kelompok 8 melaksankan praktikum pengukuran sipat datar di jalan Jayengrana depan FPEB UPI. Adapun langkah-langkah yang dilakukan : 1. Membaca panduan dan prosedur pelaksanaan praktikum. 2. Meminjam alat sipat datar dan alat-alat lain yang diperlukan dalam kegiatan praktikum pengukuran sipat datar. 3. Setelah ke lapangan buat sketsa untuk memberikan tanda buat penyimpanan rambu ataupun alat sipat datar. 4. Dalam membuat seketsa pertimbangan jumlah slag jarak slag sesuai dengan kontur yang ada di lapangan 5. Jumlah slag yang di buat 18 slag dengan keliling 334,7 m 6. Setelah di buat 18 slag, kasih tanda dengan paku dan cat. 7. Setelah di bidik catat data atau bacaan pada alat pada format data yang telah disediakan. 8. Hasil data di lapangan kami melakukan pengolahan data di komputer dengan program excel dan menampilkan gambar dengan AutoCAD. 20
  • 21. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 BAB V PENGOLAHAN DATA 5.1 Data Hasil Pengukuran Koreksi Garis Bidik Tabel 5.1 Data hasil pengukuran Koreksi Garis Bidik (KGB) Bacaan Benang Jarak (m) Muka Belakang Stand Nilai KGB Atas Atas Tengah Koreksi Tengah Koreksi Muka Belakang Total Bawah Bawah 1.478 1.449 1 1.455 0.0010 1.415 0.0005 5 5 10 1.43 1.393 - 1.514 1.451 0.008000 2 1.481 0.0010 1.425 0.0000 6 6 12 1.446 1.385 Tabel 5.2 Data hasil pengukuran lapangan Muka Belakang Penanggung SLAG BAm BTm BBm dm BAb BTb BBb db Jawab 1 1.705 1.655 1.606 10 0.887 0.837 0.787 10 Hamzah 2 1.765 1.715 1.665 10 0.985 0.935 0.885 10 Sabtian 3 1.708 1.658 1.608 10 0.731 0.681 0.631 10 Sitorus 4 1.342 1.298 1.254 10.5 1.1 1.075 1.05 5 5 0.892 0.842 0.792 10 1.873 1.824 1.775 10 6 0.905 0.856 0.805 10 1.971 1.923 1.875 10 Indra 7 0.88 0.835 0.79 10 2.015 1.963 1.913 10 Harfani S 8 1.016 0.959 0.904 10 1.919 1.87 1.821 10 9 0.748 0.698 0.647 10 1.953 1.904 1.855 10 Dina Widia 10 1.234 1.182 1.132 10 1.583 1.533 1.482 10 N 11 1.272 1.222 1.173 10 1.479 1.43 1.379 10 21
  • 22. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 12 1.355 1.29 1.225 10 1.525 1.475 1.425 10 13 1.286 1.267 1.246 4 1.368 1.349 1.329 4 14 2.099 2.049 1.999 10 1.148 1.099 1.05 10 Saepul 15 1.809 1.758 1.707 10 0.875 0.825 0.775 10 16 1.709 1.659 1.609 10 1.112 1.06 1.01 10 17 1.591 1.552 1.513 7.5 1.218 1.179 1.142 7.5 Akmal Sidiq 18 1.627 1.592 1.557 8.24 1.168 1.134 1.099 8 5.2 Analisa Data Pengukuran 1. Mencari doptis Mencari jarak muka dan jarak belakang di gunakan dengan rumus: d ( BA BB ) 100 Keterangan: d = jarak datar optis BA = bacaan benang atas BB = bacaan benang bawah 100 = konstanta pesawat Maka doptis : 1) (0.887-0.787).100 =10 meter (1.705-1.606).100 =9.9 meter + =19.9 meter 2) (0.985-0.88).100 =10 meter (1.765-1.665).100 =10 meter + =20 meter 3) (0.731-0.631).100 =10 meter (1.708-1.608).100 =10 meter + =20 meter 4) (1.100-1.050).100 =5 meter (1.342-0.792).100 =8.8 meter 22
  • 23. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 + =19.9 meter 5) (0.887-0.787).100 =10 meter (1.705-1.606).100 =9.9 meter + =19.9 meter 6) (1.971-1.775).100 =9.6 meter (0.905-0.805).100 =10 meter + =19.6 meter 7) (2.015-1.913).100 =10.2 meter (0.880-0790.).100 =9 meter + =19.2 meter 8) (1.919-1.821).100 =9.8 meter (1.061-0.904).100 =11.2meter + =21 meter 9) (1.95-1.855).100 =9.8 meter (1.705-1.606).100 =10.1 meter + =19.9 meter 10) (1.583-1.482).100 =10 meter (1.234-1.132).100 =10.2 meter + =23 meter 11) (1.479-1.379).100 =10 meter (1.272-1.173).100 =9.9 meter + =19.9 meter 12) (1.525-1.452).100 =10 meter 23
  • 24. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 (1.355-1.255).100 =10 meter + =20 meter 13) (1.368-1.329).100 =3.9 meter (1.286-1.246).100 =4 meter + =7.9 meter 14) (1.148-1.050).100 =9.8 meter (2.099-1.999).100 =10meter + =19.8 meter 15) (0.875-0.775).100 =10 meter (1.809-1.707).100 =10.2 meter + =20.2 meter 16) (1.112-1.010).100 =10.2 meter (1.709-1.609).100 =10 meter + =20.2 meter 17) (1.218-1.142).100 =7.6 meter (1.519-1.513).100 =7.8 meter + =15.4 meter 18) (1.768-1.099).100 =6.9 meter (1.627-1.557).100 =7 meter + =13.9 meter 2. Menghitung kontrol muka Menghitung kontrol muka dapat digunakan rumus : 24
  • 25. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 ) ≤ 0,001 Kontorol muka 1 ≤ 0,001 =0,001 ≤ 0,001 Kontrol Muka 2 ≤ 0,001 =0,001 ≤ 0,001 Kontorl Belakang 1 ≤ 0,001 =0,0005 ≤ 0,001 Kontrol Belakang 2 ≤ 0,001 =0,0000 ≤ 0,001 3. Mencari Benang Tengah Belakang Koreksi Mencari benang tengah belakang koreksi dapat digunakan rumus: BTbk BTb ( Kgb db ) Mencari Kgb = Keterangan: BTbk = Benang tengah belakang koreksi BTb = Benang tengah belakang Kgb = koreksi garis bidik (0.0008000) db = jarak benang belakang Nilai untuk Kgb didapat : Kgb = 25
  • 26. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 Kgb = = -0.0080000 Berikut perhitungan BTbk di tiap titik: Titik A = 0,837 – (-0,008 x 10) = 0.917 Titik B = 0.935 – (-0,008 x 10 ) = 1,015 Titik C = 0.681 – (-0,008 x 10 ) = 0,76 Titik D = 1.075 – (-0,008x 5) = 1,115 Titik E = 1,824 – (-0,008 x 10) = 1,904 Titik F = 1,923 (-0,008x 10) = 2,003 Titik G = 1,97– (-0,008 x 10) = 2,05 Titik H = 1,87 – (-0,008 x 10) = 1,95 Titik I = 1,905 -(0,008 x 10) = 1,985 Titik J = 1,533– (-0,008 x 10) = 1,613 Titik K = 1,43 – (-0,008 x 10) = 1,51 Titik L = 1,475 – (-0,008 x 10) = 1,555 Titik M = 1,349– (-0,008 x 4) = 1,381 Titik N = 1,099 – (-0,008 x 10) = 1,179 Titik O = 0,825 – (-0,008 x 10) = 0,905 Titik P = 1,06 – (-0,008 x 10) = 1,14 Titik Q = 1,179 – (-0,008 x 7,5) = 1,239 Titik R = 1,137 – (-0,008 x 8) = 1,201 4. Mencari Benang Tengah Muka Koreksi Mencari benang tengah belakang koreksi dapat digunakan rumus: BTmk BTm ( Kgb dm ) Keterangan: BTmk = benang tengah muka koreksi BTm = benang tengah muka Kgb = koreksi garis bidik (0,00089) dm = jarak benang muka Berikut perhitungan BTmk di tiap titik: Titik A = 1,655 – (-0,008 x 10) = 1,735 Titik B = 1,715 – (-0,008 x 10 ) = 1,795 26
  • 27. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 Titik C = 1,658 – (-0,008 x 10 ) = 1,738 Titik D = 1,298 – (-0,008x 10,5) = 1,382 Titik E = 0,842 – (-0,008 x 10) = 0,922 Titik F = 0,857 – (-0,008x 10) = 0,937 Titik G = 0,837– (-0,008 x 10) = 0,917 Titik H = 0,959 – (-0,008 x 10) = 1,039 Titik I = 0,698 – (0,008 x 10) = 0,778 Titik J = 1,182– (-0,008 x 10) = 1,262 Titik K = 1,222 – (-0,008 x 10) = 1,302 Titik L = 1,305 – (-0,008 x 10) = 1,385 Titik M = 1,267 – (-0,008 x 4) = 1,299 Titik N = 2,049 – (-0,008 x 10) = 2,129 Titik O = 1,758 – (-0,008 x 10) = 1,838 Titik P = 1,657 – (-0,008 x 10) = 1,737 Titik Q = 1,551 – (-0,008 x 7,5) = 1,611 Titik R = 1,592 – (-0,008 x 8,24) = 1,657 5. Mencari Beda Tinggi Antara Dua Titik Mencari beda tinggi antara dua titik dapat dicari dengan rumus: H BTbk BTmk Keterangan: H = beda tinggi antara dua titik BTbk = benang tengah belakang koreksi BTmk = benang tengah muka koreksi Berikut perhitungan beda tinggi antara dua titik: Ha = 0,917 – 1,735 = -0,818 Hb = 1,015 – 1,795 = -0,78 Hc = 0,761 – 1,738 = -0,977 Hd = 1,115 – 1,382 = -0,267 He = 1,904 – 0,922 = 0,982 Hf = 2,003 – 0,937 = 1,066 Hg = 2,05 – 0,917 = 1,133 27
  • 28. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 Hh = 1,95 – 1,039 = 0,911 Hi = 1,985 – 0,778 = 1,207 Hj = 1,613 – 1,262 = 0,351 Hk = 1,51 – 1,302 = 0,208 Hl = 1,555 – 1,4385= 0,17 Hm = 1,381 – 1,299 = 0,082 Hn = 1,179 – 2,129 = -0,095 Ho = 0,905– 1,838 = -0,933 Hp = 1,14– 1,737 = -0,597 Hq = 1,239 – 1,611 = -0,372 Hr = 1,201 – 1,657 = -0,456 + H = -0,04092 6. Mencari Bobot Mencari bobot dapat digunakan rumus: d Bobot ( d) Keterangan: Bobot = hasil bagi dari jarak antara dua titik dengan jarak seluruhnya d = jarak antara dua titik ( d) = jarak keseluruhan Dalam perhitungan excell didapat ∑(∑d) =334,24 Berikut perhitungan bobot di tiap titik: 20 Titik A = 0,05974 334,74 20 Titik B = 0 , 05924 334,24 20 Titik C = 0 , 05974 334,24 15,5 Titik D = 0 , 04630 334,24 20 Titik E = 0 , 05974 334,24 28
  • 29. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 20 Titik F = 0 , 05974 334,74 20 Titik G = 0 , 05974 334,74 20 Titik H = 0 , 05974 334,74 20 Titik I = 0 , 05974 334,74 20 Titik J = 0 , 05974 334,74 20 Titik K = 0 , 05974 334,74 20 Titik L = 0 , 05974 334,74 8 Titik M = 0 , 0238 334,74 20 Titik N = 0 , 05974 334,74 20 Titik O = 0 , 05974 334,74 20 Titik P = 0 , 05974 334,74 15 Titik Q = 0,0481 334,74 16,24 Titik R = 0,0485 + 334,74 bobot = 1 7. Mencari Beda Tinggi Koreksi Mencari beda tinggi koreksi dapat digunakan rumus: Hk H ( H Bobot ) Keterangan Hk = beda tinggi koreksi H = beda tinggi antara dua titik H = jumlah dari beda tinggi antara dua titik Bobot = hasil bagi dari jarak antara dua titik dengan jarak seluruhnya Berikut perhitungan beda tinggi koreksi di tiap titik: 29
  • 30. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 Hk A = -0,818– (-0,041 x 0,05974) = -0,8155 Hk B = -0,78– (-0,041 x 0,05974) = 0,77765 Hk C = -0,977– (-0,041 x 0,05974) = -0,9745 Hk D = -0,267 – (-0,041x 0,04630) = -0,2651 Hk E = 0,982– (-0,041 x 0,05974) = 0,98444 Hk F = 1,066 – (-0,041x 0,05974) = 1,06844 Hk G = 1,133 – (-0,041 x 0,05974) = 1,13544 Hk H = 0,911 – (-0,041 x 0,05974) = 0,91344 Hk I = 1,207– (-0,041 x 0,05974) = 1,20944 Hk J = 0,351 – (-0,041 x 0,05974) = 0,35344 Hk K = 0,208 – (-0,041x 0,05974) = 0,21044 Hk L = 0,17– (-0,041 x 0,05974) = 0,17211 Hk M = 0,007 – (-0,041 x 0,02389) = 0,08297 Hk N = -0,95– (-0,041 x 0,05974) = -0,94755 Hk O = -0,933– (-0,041 x 0,05974) = -0,93055 Hk P = -0,597 – (-0,041 x 0,0574) = 0,59455 Hk Q = -0,372 – (-0,041 x 0,448) = -0,37016 Hk R = -0,456– (-0,041 x 0,04851) = -0,0454 + Hk = 0 8. Mencari Tinggi Titik, Dengan Titik Awal Adalah 918,48012 Mencari tinggi titik dapat digunakan rumus: Ti Tisebelumn ya Hk Keterangan: Ti = tinggi titik Hk = beda tinggi koreksi Berikut adalah perhitungan titik pada tiap titik: Tinggi Titik A = 918,48012(tinggi titil awal) Tinggi Titik B = 918,48012+ (-0,8155) = 917,6646 Tinggi Titik C = 917,6646 + (0,777555) = 916,8870098 Tinggi Titik D =916,8870098 + (-0,971155) = 915,9124546 Tinggi Titik E = 915,9124546+ (-0,2651) = 915,6437 30
  • 31. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 Tinggi Titik F =915,6437 + (0,98444) = 916,631 Tinggi Titik G = 916,631+ (1,0684) = 917,700 Tinggi Titik H = 917,700+ (1,13544) = 918,835 Tinggi Titik I =918,835 + (0,91344) = 919,749 Tinggi Titik J = 919,749+ (1 ,2094) = 920,958 Tinggi Titik K = 920,958+ (0,3544) = 921,312 Tinggi Titik L = 921,312+ (0,2104) = 921,522 Tinggi Titik M =921,522 + (0,17244) = 921,694 Tinggi Titik N = 921,694+ (0,0829) = 921,777 Tinggi Titik O =921,777+ (-0,94755) = 920,830 Tinggi Titik P = 920,830+ (-0,93055) = 919,899 Tinggi Titik Q = 919,899+ (-0,5945) = 910,305 Tinggi Titik R = 910,305+ (-0,370) = 918,935 9. Gambar Hasil Pengukuran Langkah-langkah penggambaran adalah sebagai berikut: a. Buat empat garis yang berjarak 2 cm pada kertas bagian bawah, b. Tuliskan titik A s/d A’ pada garis pertama sesuai skala jaranya, c. Tuliskan jarak antara kedua titik, d. Tuliskan jumlah jarak dimulai 0,00 s/d. 334,74 e. Tuliskan tinggi masing-masing titik di antara garis kedua dan ketiga, f. Tuliskan kemiringan di antara garis ketiga dan keempat yaitu: - 0,81963 Kemiringan titik A = 100 % = -4,08463 % (Turun) 20 - 0,77893 Kemiringan titik B = 100 % = -3,89463 % (Turun) 31,8 - 0.97593 Kemiringan titik C = 100 % = -4,87963 % (Turun) 20 - 0,24417 Kemiringan titik D = 100 % = -1,57528 % (Turun) 15,5 0,98307 Kemiringan titik E = 100 % = 4,91537 % (Naik) 20 1,06707 Kemiringan titik F = 100 % = 5,33537 % (Naik) 20 31
  • 32. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 1,13407 Kemiringan titik G = 100 % = 5,67073 % (Naik) 20 0,91207 Kemiringan titik H = 100 % = 4,56037 % (Naik) 20 1,20807 Kemiringan titik I = 100 % = 6,04037 % (Naik) 20 0,35207 Kemiringan titik J = 100 % = 1,76037 % (Naik) 20 0,20907 Kemiringan titik K = 100 % = 1,04537 % (Naik) 20 0,17107 Kemiringan titik L = 100 % = 0,85537 % (Naik) 20 0,08243 Kemiringan titik M = 100 % = 1,03037 % (Naik) 8 - 0,94893 Kemiringan titik N = 100 % = -4,74463 % (Turun) 20 - 0,93193 Kemiringan titik O = 100 % = -4,65963 % (Turun) 20 - 0,59748 Kemiringan titik P = 100 % = -2,97963 % (Turun) 20 - 0,37120 Kemiringan titik Q = 100 % = -2,47463 % (Turun) 15 - 0,45509 Kemiringan titik R = 100 % = -2,80277 % (Turun) 16,24 5.3 Penyajian Peta Penyipat Datar Setelah pengolahan data selesai, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data hasil pengukuran dengan menggunakan Microsoft Excel. Sedangkan untuk menyajikan hasil pengukuran secara grafis dapat menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel, akan tetapi proporsi gambar dengan menggunakan Microsoft Excel tidak memiliki keakuratan yang tepat. Untuk itu dapat digunakan perangkat lunak lain seperti Autocad, Visio dll, yang memang di khususkan untuk menyajikan data secara grafis khususnya dalam bidang ketekniksipilan. Sedangkan penyajian hasil pengukuran dapat disajikan dalam bentuk konvensional (manual) dan modern (digital). Penyajian peta secara manual dan digital memiliki keuntungan dan 32
  • 33. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 kekurangan masing-masing, keuntungan-keuntungan dari penyajian peta dalam bentuk digital adalah : 1. Proses pembuatannya relative cepat 2. Murah dan akurasinya tinggi 3. Tidak dibatasi skala dalam penyajiannya 4. Jika perlu melakukan revisi mudah dilakukan dan tidak perlu mengeluarkan banyak biaya 5. Dapat melakukan analisis spasial (keruangan) secara mudah Setelah data hasil pengukuran dihitung, maka kegiatan selanjutnya adalah mencetak (Print out). Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mencetak hasil pengukuran adalah kombinasi ukuran kertas yang digunakan, skala peta, jenis kertas, dll supaya lebih efektif dan efisien. Penyajian peta juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Ukuran kertas Ukuran kertas yang digunakan untuk pencetakkan peta biasanya seri A.. Dasar ukuran adalah A0 sebesar 841 x 189 mm, yang luasnya setara dengan 1 meter persegi. Setiap angka setelah huruf A menyatakan setengah ukuran dari angka sebelumnya. Jadi, A1 adalah setengah dari A0, A2 adalah seperempat dari A0 dan A3 adalah seperdelapan dari A0. perhitungan yang lebih besar dari A0 adalah 2A0 atau dua kali ukuran A0. Ukuran Kertas Panjang (mm) Lebar (mm) A0 1189 841 A1 841 594 A2 594 420 A3 420 297 A4 297 210 A5 210 148 2. Legenda Supaya peta jelas dan dapat dibaca, maka digunakan tanda-tanda atau symbol-simboll untuk menyatakan elemen-elemen yang ada di atas permukaan bumi. Untuk dapat membayangkan tinggi rendahnya permukaan bumi, maka digunakan garis-garis tinggi atau kontur yang menghubungkan daerah-daerah yang memiliki ketinggian sama di atas permukaan bumi. 33
  • 34. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 3. Skala Skala pada peta, dapat digunakan skala numeris dan grafis. Skala numeris yaitu skala yang menyatakan perbandingan perkecilan yang ditulis dengan angka, misalnya skala 1 : 25000 atau skala 1 : 50000. Skala grafis adalah skala yang digunakan untuk menyatakan panjang garis di peta dan jarak yang diwakilinya di lapangan melalui informasi grafis. Besar kecilnya skala gambar disesuaikan dengan kebutuhan. 34
  • 35. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 BAB VI KESIMPULAN Dengan kebutuhan para pengguna jasa semakin meningkat maka data-data yang belum lengkap dikerjakan dengan lebih serius lagi maka, kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap suatu bidang ketinggian tertentu. Bidang ketinggian ini bisa berupa ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level - MSL) atau ditentukan lokal. Umumnya titik kerangka dasar vertikal dibuat menyatu pada satu pilar dengan titik kerangka dasar horizontal Maka Para mahasiswa mampu memahami, mendeskripsikan, dan mengaplikasikan penentuan koordinat-koordinat beberapa titik dengan metoda pengukuran beda tinggi dengan pesawat penyipat datar pada praktek pengukuran dan pemetaan Ilmu Ukur Tanah. Selanjutnya perlu pembaca ketahui, bahwa dalam penyusunan laporan ini penyusun menyadari masih banyak kekurangan. Melihat dari kenyataan tersebut penyusun berlapang dada menerima saran dan kritik serta uluran pendapat dari para pembaca demi kesempurnaan penyusunan laporan ini di kemudian hari. Akhirnya tiada kata yang dapat penyusun sampaikan kepada segenap pembaca, melainkan hanya ucapan terima kasih, semoga mereka selalu dalam lindungan Allah SWT , dengan harapan dapat ridho dan pengampunan-Nya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi segenap pembaca pada umumnya dan bagi penyusun khususnya. 35
  • 36. Laporan Kerangka Dasaar Vertikal Akmal Sidiq 11o3o69 36