1. Kandungan pada daun tithonia
Tithonia diversifolia merupakan gulma tahunan yang tersebar di daerah tropis dan
subtropis. Tingginya bisa mencapai 2-3 m
eter. Walaupun termasuk tumbuhan liar, ternyata bunga ini dapat digunakan sebagai
sumber pupuk hijau.
Tithonia dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan su
mber bahan
organik tanah melalui teknik pertanaman lorong atau tanaman pembatas kebun.Tithonia
merupakan salah satu sumber pupuk hijau yang murah. Tanaman ini dapat memperbanyak
diri secara generatif dan vegetatif, yaitu dari akar dan stek batang atau tunas sehingga
dapat tumbuh cepat setelah dipangkas.
Daun Tithonia kering mengandung unsur N 3,5-4%; P 0,35-0,38%; K 3,5-4,1%; Ca 0,59%,
dan Mg 0,27%. Tanaman jagung yang dipupuk Tithoniasetara 60 kg N/ha menghasilkan
jagung pipilan kering 4 ton/ha, sedangkan bila dipupuk urea 60 kg hasilnya hanya 3,7
ton/ha. Pupuk hijau dariTithonia juga dapat menggantikan pupuk KCl.
2. Pemanfaatan Tithonia :
Hasil kajian menunjukkan aplikasi pangkasan titonia mampu meningkatkan hasil dari
tanaman uji yaitu jagung, jahe, tomat, okra, slada dan caisim. Berbagai cara pemanfaatan
paitan dalam pertanian berkelanjutan dengan input luar rendah diantaranya:
1. Pemanfaatan pangkasan paitan sebagai mulsa
Pangkasan paitan disebarkan di permukaan tanah untuk menutupi tanah (mulsa) diantara
tanaman yang diusahakan. Fungsi utama mulsa adalah mengurangi penguapan air tanah
dan mengurangi fluktuasi suhu tanah. Mulsa paitan pada gilirannya akan mengalami
dekomposisi daur ulang hara dan menambah kesuburan tanah.
2. Pemanfaatan pangkasan paitan sebagai bahan dasar kompos
Hasil pangkasan paitan dikomposkan terlebih dahulu sebelum diaplikasikan ke lahan
pertanian. Pemberian kompos bermakna sangat penting bagi perbaikan sifat fisik,
kesuburan (peningkatan kadar N, P, K dan Mg tanah) maupun kehidupan biota tanah
sebagai komponen peningkatan kualitas tanah.
3. Pemanfataan pangkasan paitan sebagai pupuk hijau dan substitusi input pupuk
dari luar.
Dengan pertumbuhan cepatnya, biomasa mencapai 5-8 ton/ha/tahun (dari 2x pangkasan),
pangkasan paitan potensial sebagai pupuk hijau di Negara Kenya. Hasil penelitian Purwani
(2010) paitan mengandung (2.7-3.59% N, 0.14-0.47% P, 0.25-4.10% K) sehingga
aplikasinya mampu mengurangi sebagian penggunaan pupuk dari luar.
4. Penanaman paitan sebagai tanaman pagar dalam budidaya lorong (alley cropping)
Paitan ditanam sebagai tanaman pagar menurut arah kontur, dan pangkasannya
dimanfaatkan sebagai mulsa maupun kompos pada tanaman utama yang dibudidayakan di
bagian lorong. Hasil penelitian Alfina (2010) penanaman titonia/paitan mampu
mengurangi tanah tererosi sebesar 0.1 ton/ha (16.67%) – 0.3 ton/ha (50%) dan
mengurangi aliran permukaan sebesar 109.65 m3/ha (46.59%) – 173.85 m3/ha (73.87%)
dan aplikasi pangkasannya mampu meningkatkan hasil pipilan kering jagung dengan hasil
mencapai 5.89 ton/ha.
3. 5. Paitan sebagai bioakumulator logam berat
Tanaman paitan ditengarai mampu mengakumulasi beberapa logam berat, data yang
didapat akumulasi Pb tertinggi pada akar, sedangkan akumulasi Zn tertinggi pada bagian
daun. Logam berat lain yang diserap dalam jumlah banyak adalah Cd, Cu, Ag. Hal ini
mengindikasikan potensi paitan sebagai materi remidiasi lahan tercemar.
6. Paitan sebagai penolak hama maupun insektisida nabati.
Belajar dari pengetahuan lokal (local knowledge) tanaman ini berasa pahit (disebut paitan)
tanaman ini jarang diserang hama. Sehingga dicoba digunakan sebagai repellent (penolak)
hama dengan cara penanaman pada beberapa spot di pinggir lahan budidaya. Beberapa
petani mempergunakan ekstrak daun paitan sebagai insektisida nabati. Daun paitan
mengandung asam palmirat yang bersifat sebagai repellent dan berpengaruh negatif
terhadap sistem saraf serta metabolism serangga. Konsentrasi 50 – 60 g/l sudah efektif
dalam mengendalikan serangga hama.