1. TANDA DAN GEJALA PSIKIATRI
Tilikan ada 6 :
1. Denial / tidak merasa sakit
2. Ambivalensi
3. Menyalahkan faktor lain
4. Tahu sakit dan butuh bantuan, tp tidak tahu penyebabnya
(sakit tidak berobat)
5. Tahu sakit, penyebab, dan cara pengobatannya; tapi tidak tahu
cara aplikasinya
6. Tahu sakit, penyebab, cara pengaplikasian pengobatannya
Gejala : (+) gejala yang tidak ada pada orang normal tp ada pada
pasien (waham, halusinasi, disorganized)
(-) gejala yang ada pada orang normal tapi tdak ada pada
pasien (afek tumpul, anhedon, avoid, abulia, anenergi) Æ 5A
Status psikiatri :
1. Kesan umum
2. Kesadaran
3. Mood afek
4. Proses pikir : bentuk, arus, isi
5. Persepsi
6. Dorongan instingtual
7. Perilaku psikomotor selama wawancara
Kesan Umum : melihat pasien secara keseluruhan
(penampilan, perilaku & aktivitas psikomotor, sikap thdp pemeriksa)
- Penampilan wajar/tidak (dinilai berdasar keadaan umum
pada suatu tempat berdasar tingkat pendidikan, adat istiadat,
norma, aturan)
- Roman muka (sedih/bahagia)
- Kontak verbal (cukup/kurang)
- Kontak visual (cukup/kurang)
Kesadaran : identik dengan orientasi waktu, tempat orang
- Bila ada yang mengalami kelainan/kegagalan disebut
disorientasi W/T/O
- Bila ada disorientasi, selalu curiga mengarah ke gangguan
mental organik
- Kesadaran bisa fluktuatif : naik turun
Mood afek : mood adalah perasaan yang ada dan menetap dalam diri
pasien, afek adalah yang dinilai oleh pemeriksa
Mood dibagi menjadi 3 : diatas normal (marah dan senang), normal,
di bawah normal (sedih)
Irritable
Labil
Ekstasia
Elasi
Euphoria
Hipertimik
Eutimik
Distimik
Disforia
Depresif
Psikotik
Fungsional : identik dengan gangguan
mental murni
(Skizofrenia, skizoafektif, bipolar)
Non fungsional : identik berhubungan
dengan gangguan organik
(Dementia, alzeimer, delirium)
Trias
Psikotik
Hendaya berat dalam menilai realita (RTA)
(awareness, insight/tilikan, judgement)
Gangguan fungsi mental yang
dipresentasikan dalam gejala + dan -
Hendaya fungsi keseharian dan sosial
(distress : bisa melakukan kegiatan tapi tidak
tuntas
disability : benar-benar tidak bisa melakukan
kegiatan)
Æ Marah, ada rangsangan
Æ Marah, Tidak ada rangsangan
Æ Tk. kesenangan paling tinggi,
Æ Banyak bicara identik dg. Bipolar
Æ Senang ditunjukkan dg tindakan
Æ Senang sedikit tanpa tindakan
Æ Normal
Æ Sedikit sedih
Æ Perasaan jenuh & tidak nyaman
Æ Identik membentuk koma (alis, mata, bibir)
2. Di luar mood yang ada di atas, ada mood aleksitimia : tidak
meningkat/normal/menurun, tidak mampu mengungkapkan emosi
dan perasaanya
Afek bila diurutkan dari paling bawah :
- Datar : lebih parah dari afek tumpul, kehilangan kemampuan
ekspresi
- Tumpul : penurunan intensitias tonus perasan yang
diungkapkan (ada ekspresi sedikit di ujung bibir)
- Menyempit : ekspresi terbatas, senang sebentar lalu diam lagi
- Meluas : afek pada rentang normal, ekspresi emosi luas
- Sesuai mood dan afek
Kesesuaian :
- Appropriate : mood dan afek selaras
- Inappropriate : mood dan afek tidak selaras
- Adequate : appropriate / inappropriate dan yakin seyakinnya
- Inadequate : tidak yakin pada mood dan afek
Proses pikir
Bentuk pikir : kesimpulan dari arus dan isi pikir
- Logis realis : apa yang disampaikan masuk akal dan mungkin
terjadi
- Logis non realis : masuk akal dan tidak mungkin terjadi
- Non logis non realis : tidak masuk akal dan tidak mungkin
terjadi
- Autistic : tidak bisa dipahamai (skizofrenia heberfenik)
Arus pikir : cara pasien mengungkapkan
- Cluster berdasar suku kata dan katanya
a. Irrelevan : apa yang disampaikan tidak nyambung dengan
pertanyaan
b. Inkoherensia : kata-katanya tidak membentuk kalimat
(spok)
c. Asosiasi longgar : antar kalimat tidak bisa membentuk
paragraph
d. Flight of ideas : paragraph sudah terbentuk tapi
merupakan 2 ide berbeda (pikiran yang sangat cepat,
mudah berpindah dari 1 ide ke ide lainnya)
e. Tangensial : kata-kata muter-muter tanpa menjawab
pertanyaan
f. Sirkumstansial : kata-kata muter-muter dulu baru
menjawab pertanyaan
- Cluster bunyi
a. Clang association : kalimatnya membentuk rima
b. Verbigerasi : kata-katanya diulang
c. Preservasi : kalimatnya diulang (spok)
d. Neologisme : membuat kata baru
- Psikomotor
a. Blocking : bicara lalu tiba-tiba diam
b. Mutism : tidak mau bicara
c. Logore : banyak bicara
Isi pikir : apa yang dipikirkan
- Waham : keyakinan yang salah, diyakini kebenarannya, tidak
bisa terpatahkan
- Ide : keyakinan yang salah dan bisa dipatahkan
- Preokupasi : keinginan yang terpusat di dalam kepala tapi
tidak ingin dilakukan
- Obsesi : pikiran berulang yang menetap dan benar-benar
diinginkan
Miskin isi pikir : pikiran yang hanya menghasilkan sedikit
informasi karena ketidakjelasan pengulangan yang kosong, atau
frasa yang tidak dikenal
Persepsi : proses perubahan rangsang yang didapat menjadi
informasi psikologis
- Halusinasi : tidak ada impuls eksternal yang nyata,
dikhayalkan sebagai hal yang nyata (tidak ada impuls, tapi
sensoriknya bekerja)
- Ilusi : persepsi yang keliru dari impuls eksternal yang nyata
(ada impuls tapi ditangkapnya salah atau menyimpang)
- Depersonalisasi : perasaan subyektif dengan gambaran
seseorang mengalami atau merasa dirinya tidak nyata Æ
merasa salah terhadap dirinya, dirinya bukanlah dirinya
(bedanya dengan waham adalah kalo depeersonalisasi
menyebut nama, waham menyebut pekerjaan)
- Derealisasi : perasaan subyektif bahwa lingkungannya tidak
nyata Æ lingkungan yang dirasa salah
- Pseudohalusinasi : halusinasi yang terbatas pada perasaan
tanpa melibatkan panca indera
3. Dorongan instingtual : identik dengan keseharian
- Insomnia : gangguan tidur
a. Tidak bisa memulai tidur/early : orang cemas
b. Sulit mempertahankan tidur/middle : campuran cemas
dan depresi
c. Bangun terlalu cepat dan tidak bisa tidur lagi/late :
depresi
d. Campuran : psikotik
- Hipobulia : gangguan merawat diri termasuk sandang,
pangan, papan
- Raptus : dorongan untuk mengungkapkan marahnya
Psikomotor
- Menurun
a. Hipokinesia : aktivitas motoric menurun
b. Stupor katatonik : penurunan aktivitas motorik tanpa
menyadari lingkungan sekitar
c. Katalepsi : tidak bergerak lama
d. Fleksibilitas cerea : mempertahankan posisi yang dibuat
orang lain, seperti lilin
e. Bradikinesia : keterlambatan gerak anggota tubuh
f. Akinesia : gerakan sangat terbatas
g. Katapleksia : tonus otot menghilang mendadak sejenak
- Meningkat
a. Hyperkinesia
b. Gaduh gelisah katatonik
c. Stereotype : gerakan salah satu anggota badan berulang
tanpa tujuan
d. Mannerism : stereotype terarah
e. Kompulsi : dorongan mendesak berulang untuk berbuat
sesuatu
f. Ekopraksia : meniru gerakan seseorang oleh orang lain
secara patologis
g. Otomatisme : tindakan secara otomatis yang
melambangkan aktivitas simbolik bawah sadar
4. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL DAN POLA ASUH
Menurut Eric Erickson ada 8 tahap yang saling berurutan sepanjang
hidup :
Tahap 1 : Trust vs Mistrust (0-1 tahun)
- Bayi berusaha mendapat pengasuhan dan kehangatan
- Ibu berhasil Æ anak mampu mempercayai dan
mengembangkan asa
- Tidak terselesaikan Æ kesulitan percaya orang lain
Tahap 2 : Autonomy vs Shame and Doubt (1-3 tahun)
- Anak belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas tubuhnya
- Diajarkan untuk mengkontrol keinginannya untuk melatih
otonomi dan menyesuaikan diri dengan aturan sosial
Tahap 3 : Initiative vs Guilt (3-6 tahun)
- Anak belajar merencanakan dan melakukan tindakan
- Berhasil Æ anak memiliki tujuan hidup
- Gagal Æ anak takut mengambil inisiatif atau keputusan
karena takut berbuat salah, rasa percaya diri rendah, tidak
mau mengebangkan harapan
Tahap 4 : Industry vs Inferiority (6-12 tahun)
- Belajar memperoleh kesenangan dan kepuasan dari
menyelesaikan tugas
- Berhasil Æ dapat memecahkan masalah, bangga terhadap
diri sendiri, kompetisi
- Gagal Æ tidak dapat menemukan solusi positif, tidak mampu
mencapai yang diraih temannya, merasa inferior
Tahap 5 : Identity vs Role Confusion (12-18 tahun)
- Perubahan fisik dan jiwa seperti orang dewasa
- Masa standardisasi diri untuk mencapai identitas seksual,
umur, kegiatan
- Peran orang tua sebagai perlindungan dan nilai utama akan
menurun, teman sebaya yang memiliki peran penting
Tahap 6 : Intimately vs Isolation (masa muda dewasa 20-30 tahun)
- Mempelajari cara berinteraksi secara lebih mendalam
- Berhasil Æ keterampilan ego yang diperoleh yaitu cinta
- Gagal Æ tidak mampu membentuk ikatan sosial yang kuat
Tahap 7 : Generativity vs Stagnation (masa dewasa menengah 45-50
tahun)
- Memberikan balasan kepada dunia
- Melakukan sesuatu untuk memastikan generasi penerus di
masa depan
- Berhasil Æ keterampilan ego yang diperoleh yaitu perhatian
- Gagal Æ memiliki pandangan generative yaitu perasaan hidup
tidak berharga dan bosan
Tahap 8 : Ego Integrity vs Desire (masa dewasa akhir >60 tahun)
- Mengingat masa lalu, melihat makna, ketentraman, integritas
- Keberhasilan masa lalu Æ menyenangkan
- Kegagalan masa lalu Æ muncul rasa putus asa
Pola asuh dalam perkembangan psikososial :
Pola asuh otoriter
- Membatasi dan menuntut mengikuti perintah orang tua tanpa
menjelaskan alasannya
- Sifat anak : cenderung curiga pada orang lain, tidak bahagia
dengan dirinya, canggung berhubungan dengan teman
sebaya, prestasi belajar rendah
- Agresif, impulsive, pemurung, kurang mampu konsentrasi
Pola asuh demokratis
- Memperlakukan anak sesuai tingkat perkembangan dan
mempertimbangkan keinginan anak
- Paling baik
- Anak mengetahui alasan aturan tersebut dan boleh
mengutarakan perasaannya
- Sifat anak : mampu bergaul dengan teman sebaya, memiliki
moral standar, kematangan psikologis, rasa harga diri tinggi
Pola asuh permisif
- Anak dituntut sedikit sekali tanggung jawab, tapi memiliki hak
yang sama seperti orang dewasa
- Anak dibebaskan untuk melakukan apa saja yang diinginkan
sehingga mengharapkan semua keingannya dituruti
- Acceptance orang tua tinggi namun kontrolnya rendah
- Sifat anak : kurang percaya diri, pengendalian diri buruk, rasa
harga diri rendah
5. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Tujuan :
- Mencakup informasi yang komprehensif sehingga dapat
membantu dalam pencapaian terapi dan meramalkan
outcome atau prognosis
- Format yang “mudah” dan “sistematis” sehingga membantu
dalam :
a. Menata dan mengkomunikasikan informasi klinis
b. Menangkap kompleksitas situasi klinis
c. Menggambarkan heterogenitas individu dengan diagnosis
klinis somatic
- Memacu penggunaan model biopsikososial
Aksis I : Gangguan klinis dan kondisi lain yang menjadi fokus
perhatian klinis
Aksis II : Gangguan kepribadian dan retardasi mental
Aksis III : Kondisi medis umum dan penggunaan NAPZA
Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan
Aksis V : Penilaian fungsi secara global
Ciri Kepribadian
- Cluster A (mad)
a. Paranoid : curiga dan tidak mudah percaya pada orang
lain, ketakutan tidak berdasar
b. Schizoid : suka menyendiri, tidak merasa senang
beraktivitas, sikap dingiin atau afek datar
c. Skizotipal : waham, berpikir magis, pemikiran dan bicara
aneh
- Cluster B (bad)
a. Anti sosial : gagal atau tidak mampu bergaul dengan
sekitar, mudah marah, agresif
b. BPD : gangguan identitas, perilaku membahayakan diri,
mood tidak stabil, usaha menghindari kenyataan
c. Histrionik : senang menjadi pusat perhatian, penampilan
mudah berubah, ekspresi berlebih, mendramatisasi diri
d. Narsistik : merasa dirinya “special”, butuh pujian berlebih,
empati rendah, arogan
- Cluster C (sad)
a. Avoidan : menghindari kegiatan yang melibatkan kontak
interpersonal, takut ditolak pada situasi sosial
b. Dependen : susah membuat keputusan tanpa saran orang
lain, kesulitan mengekspresikan
c. Obsesif kompulsif : detail, tertata, rapih, perfeksionis
Mekanisme Pertahanan Ego
- Mature
a. Altruism : mengorbankan diri sendiri untuk kepentingan
orang lain tanpa merugikan diri sendiri
b. Antisipasi : mampu menghadapi kecemasan dengan
membuat rencana yang positif
c. Asceticism : mampu mengendalikan diri bila mendapat
musibah atau kegembiraan
d. Humor : bentuk pengalihan yang mengalihkan perhatian
dari masalah afektif (membuat humor agar orang lain
tertawa tanpa menyinggung dan menyakiti hati orang lain)
e. Sublimasi : nafsu yang tidak terpenuhi disalutkan pada
kegiatan lain yang diterima oleh masyarakat (olahraga,
pendidikan, kesenian)
f. Supresi : melupakan kekecewaan atau kegagalan yang
dihadapi dengan penuh kesadaran (menerima realita dan
ikhlas)
g. Kompensasi : menutupi kelemahan dengan menonjolkan
sifat yang baik
- Immature :
a. Acting out : mengurangi kecemasan yang dibangkitkan
oleh berbagai keinginan terlarang dengan membiarkan
ekspresinya dan melakukannya (membanting piring,
membanting pintu, dll)
b. Blocking : emosinya dihadang (berdiam diri atau
mematung)
c. Hipokondriasis : mengalihkan pada keluhan fisik
d. Introyeksi : menyalahkan diri sendiri
e. Pasif agresif : melakukan permusuhan diam-diam atau
menyerang secara pasif
6. f. Regresi : sikapnya tidak sesuai dengan keadaan sekarang
dengan kembali seperti pada fase anak-anak
(mengompol, menghisap jari, berbicara seperti bayi)
g. Fantasi : memuaskan keinginan dalam bentuk imajinasi
h. Somatisasi : mengalihkan situasi pada keluhan fisik
i. Identifikasi : menyamakan dirinya dengan orang atau hal
yang dikagumi
j. Proyeksi : menyalahkan hal atau orang lain
- Narsistik :
a. Denial : menolak atau tidak mau menerima kenyataan
yang dihadapi
b. Distorsi : realitas dikaburkan untuk memenuhi keinginan
internal sehingga timbul waham / halusinasi / ilusi
c. Idealisasi primitive : objek eksternal memilki kekuatan
besar
d. Identifikasi proyektif : aspek yang tidak diinginkan dari diri
sendiri diendapkan pada orang lain
e. Pembelaan : objek eksternal dapat menjadi “baik” atau
“jahat”
- Neurotic :
a. Controlling : tingkah laku suka mengawasi atau
mengkontrol orang lain dan lingkungan untuk
kepentingan diri sendiri
b. Penyekatan emosional : mengurangi keterlibatan
emosional dalam berbagai macam bentuk
c. Isolasi : mengasingkan diri
d. Intelektualisasi : proses intelektual berlebihan
e. Disosiasi : modifikasi sementara yang drastic
f. Displacement : memindahkan obyek emosi pada orang
lain (e.g. anak dimarahi ibunya lalu memukul adiknya)
g. Represi : penekanan ke alam tak sadar karena
mengancam keamanan ego (e.g. melupakan kejadian
traumatis)
h. Simpatisme : berusaha mendaat simpati dengan
menceritakan kesusahannya
i. Eksternalisasi : merasakan kepribadian sendiri pada
dunia luar
j. Inhibisi : pembatasan atau penolakan fungsi ego
k. Rasionalisasi : membuat lebih masuk akal dan dapat
diterima
l. Reaksi formasi : bertahan dengan mengganti impuls yang
menimbulkan kecemasan
m. Seksualisasi : obyek atau fungsi ditempel dengan
kepentingan seksual yang tidak dimiliki sebelumnya
n. Pelepasan : meniadakan pikiran / kecenderungan /
tindakan yang disetujui (e.g. suami berselingkung
membeli banyak hadiah untuk istrinya)
Global Assessment of Functioning (GAF) Scale
- 100-91 : gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada
masalah yang tak tertanggulangi
- 90-81 : gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih
dari masalah harian yang biasa
- 80-71 : gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan
dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll
- 70-61 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik
- 60-51 : gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
- 50-41 : gejala berat (serious), disabilitas berat
- 40-31 : beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita
dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi
- 30-21 : disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai,
tidak mampu berfungsi hampir semua bidang
- 20-11 : bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat
berat dalam komunikasi dan mengurus diri
- 10-01 : seperti di atas Æ persisten dan lebih serius
- 0 : informasi tidak adekuat
Axis I : Diagnosis psikiatri (F . . .)
Axis II : Ciri Kepribadian dan MPE
Axis III : Penyakit fisik dan penggunaan napza
Axis IV : Stressor
Axis V : GAF saat ini dan GAF 1 tahun terakhir
7. GANGGUAN MENTAL ORGANIK
Merupakan gangguan mental yang berkaitan dengan
penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis
tersendiri.
Gambaran utama :
- Gangguan fungsi kognitif : daya ingat (memory), daya pikir
(intellect), daya belajar (learning)
- Gangguan sensorium : gangguan kesadaran (consciousness),
gangguan perhatian (attention)
- Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang :
persepsi (halusinasi), isi pikiran (Waham/delusi), suasana
perasaan dan emosi (depresi, gembira, cemas)
Gangguan mental organik :
a. Demensia : pada penyakit Alzheimer, vascular, pada peyakit
lain, YTT
b. Sindrom amnesik
c. Delirium : tidak bertumpang tindih dengan demensia,
bertumpang tindih dengan demensia
Demensia : sindrom akibat penyakit otak yang bersifat progresif,
terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang multipel, termasuk
didalamnya daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap, berhitung,
kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai, diawali kemerosotan
pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup
Pedoman diagnostik :
- Penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir hingga
mengganggu kegiatan harian seseorang (e.g. mandi,
berpakaian, makan, kebersihan diri, bab, bak)
- Tidak ada gangguan kesadaran
- Paling sedikit selama 6 bulan
Demensia Pada Penyakit Alzheimer
- Gejala demensia
- Onset bertahap (insidious) dengan deteriorasi lambat
- Tidak ada bukti klinis, atau temuan dari pemeriksaan khusus,
yang menyatakan bahwa kondisi mental itu dapat disebabkan
oleh penyakit otak atau sistemik lain yang menyebabkan
demensia (e.g. hipotiroidisme, hiperkalsemia, def. vit B12)
- Tidak ada serangan apoplektik mendadak, atau gejala
neurologic kerusakan otak fokal seperti hemiparesis,
hilangnya daya sendorik, defek lapang pandang mata,
inkoordinasi yang terjadi dalam masa dini dari gangguan itu
Demensia pada penyakit Alzheimer onset dini
- Demensia yang onsetnya sebelum usia 65 tahun
- Perkembangan gejala cepat dan progresif
- Riwayat keluarga yang berpenyakit Alzheimer (faktor yang
menyokong tp tidak harus dipenuhi)
Demensia pada penyakit Alzheimer onset lambat : sama seperti di
atas, namun onset sesudah usia 65 tahun dan perjalanan penyakit
lambat disertai gangguan daya ingat
Demensia pd penyakit Alzheimer tipe tak khas atau tipe campuran :
tidak cocok untuk F00.0 atau F0.1, tipe campuran adalah dementia
Alzheimer + vaskuler
Demensia pada penyakit Alzheimer ytt
Demensia Vascular
- Gejala demensia
- Hendaya fungsi kognitif tidak merata, daya tilik diri (insight)
dan daya nilai (judgement) yang relative baik
- Onset mendadak atau deteriorasi yang bertahap disertai
gejala neurologis fokal. Pada beberapa kasus, penetapan
hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan ct-scan atau
pemeriksaan neuropatologis
Demensia vascular onset akut : terjadi secara cepat setelah
serangkaian stroke akibat thrombosis serebrovaskuler, embolisme,
perdarahan, satu infark besar
Demensia multi-infark : onset lambat, setelah serangkaian episode
iskemik minor yang menimbulkan akumulasi infark pada parenkim
otak
8. Demensia vascular subkortikal : focus kerusakan akibat iskemia
pada substansia alba di hemisferi serebral, korteks serebri tetap
baik
Demensia vascular campuran kortikal dan subkortikal : dilihat dari
klinis, hasil autopsi, atau keduanya
Demensia Pada Penyakit Lain
Demensia pada penyakit Pick
- Gejala demensia progresif
- Gambaran neuropatologis berupa atrofi selektif dari lobus
frontalis yang menonjol disertai euphoria, emosi tumpul,
perilaku sosial yang kasar, disinhibisi dan apatis atau gelisah
Demensia pada penyakit Creutzfedlt-Jakob
- Demensia progresif yang merusak
- Penyakit pyramidal dan ekstrapiramidal dengan mioklonus
- Elektroensefalogram yang khas (trifasik)
Demensia pada penyakit Huntington
- Ada kaitan antara gangguan gerakan koreiform, demensia,
riwayat keluarga dengan penyakit Huntington
- Gerakan koreiform involunter, terutama pada wajah, tangan,
bahun, cara berjalan khas
- Gejala demensia ditandai gangguan fungsi lobus frontalis
pada tahap dini dengan daya ingat relative masih terpelihara
sampai saat selanjutnya
Demensia pada penyakit Parkinson : demensia yang berkembang
pada orang dengan penyakit Parkinson yang sudah parah
Demensia pada penyakit HIV : demensia yang berkembang pada
seseorang dengan penyakit HIV
Demensia pada penyakit lain YDT YDK : demensia sebagai manifestasi
atau konsekuensi beberapa macam kondisi somatic dan serebral
lainnya
Sindrom amnesik organik, bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif
lainnya
- Hendaya daya ingat (berkurangnya daya ingat jangka pendek),
amnesia antegrade dan retrograde, menurunnya kemampuan
untuk mengingat dan mengungkapkan pengalaman telah lalu
dalam urutan terbalik menurut kejadiannya
- Riwayat atau bukti nyata cedera atau penyakit pada otak
- Tidak berkurangnya daya ingat segera, tidak ada gangguan
perhatian dan kesadaran, tidak ada hendaya intelektual
secara umum
Delirium, bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
- Gangguan kesadaran dan perhatian
a. Taraf kesadaran berkabut hingga koma
b. Menurunnya kemampuan untuk mengarahkan,
memusatkan, mempertahankan, mengalihkan perhatian
- Gangguan kognitif secara umum
a. Distorsi persepsi, ilusi, halusinasi (seringkali visual)
b. Hendaya daya pikir dan pengertian abstrak, dengan atau
tanpa waham yang bersifat sementara
c. Hendaya daya ingat segera dan jangka pendek, namun
daya ingat jangka panjang relative masih utuh
d. Disorientasi W/T/O
- Gangguan psikomotor
a. Hipo atau hiperaktivitas dan pengalihan aktivitas yang
tidak terduga
b. Waktu bereaksi lebih panjang
c. Arus pembicaraan bertambah atau berkurang
d. Reaksi terperanjat meningkat
- Gangguan siklus tidur-bangun
a. Insomnia atau tidak tidur sama sekali atau terbaliknya
siklus tidur bangun (tidur di siang hari, terjaga di malam
hari)
b. Gejala memburuk di malam hari
c. Mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk yang dapat
berlanjut menjadi halusinasi setelah bangun tidur
- Gangguan emosional : depresi, ansietas atau takut, lekas
marah, euphoria, apatis, rasa kehilangan akal
9. - Onset cepat, perjalanan penyakit hilang timbul sepanjang hari
berlangsung <6 bulan
Delirium, tak bertumpang tindih dengan demensia : delirium yang
tidak bertumpang tindih dengan demensia yang sudah ada
sebelumnya
Delirium, bertumpang tindih dengan demensia : kondisi yang
memenuhi kriteria delirium tetapi terjadi saat sudah ada demensia
Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan
penyakit fisik
- Ada penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit
fisik sistemik yang berhubungan dengan salah satu sindrom
mental
- Ada hubungan waktu antara perkembangan penyakit yang
mendasari dengan timbulnya sindrom mental
- Kesembuhan dari ganguan mental setelah perbaikan atau
dihilangkannya penyebab yang mendasari
- Tidak ada bukti yang mengarah pada penyebab alternative
dari sindrom mental
Gangguan kepribadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan, dan
disfungsi otak
- Riwayat yang jelas atau hasil pemeriksaan yang mantap
menunjukkan adanya penyakit, kerusakan, atau disfungsi
otak
- Disertai dua atau lebih gambaran berikut
a. Penurunan konsisten dalam kemampuan untuk
mempertahankan aktivitas yang bertujuan
b. Perubahan perilaku emosional, ditandai labilitas
emosional, kegembiraan dangkal dan tak beralasan,
mudah berubah menjadi iritabilitas atau cetusan amarah
dan agresi sejenak
c. Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa
mempertimbangkan konsekuensi atau kelaziman sosial
d. Gangguan proses pikir, dalam bentuk curiga atau pikiran
paranoid, dan/atau preokupasi berlebihan pada satu tema
yang biasanya abstrak
e. Kecepatan dan arus pembicaraan berubah dengan nyata,
dengan gambaran berputar-putar, banyak bicara, dan
hipergrafia
f. Perilaku seksual yang berubah
DEMENSIA DELIRIUM
ONSET Lambat (≥6 bulan) Cepat (<6 bulan)
DURASI Bulan s.d tahun Jam s.d minggu
ATENSI Dipertahankan/persisten Fluktuatif
DAYA INGAT Kelemahan daya ingat
jangka pendek
Kelemahan daya ingat
semua
PEMBICARAAN Sulit menemukan kata2 Inkoheren
SIKLUS TIDUR Tidur terpecah Sering ada gangguan
PIKIRAN Miskin Disorganisasi
KESADARAN Tidak berubah Menurun
KEWASPADAAN Normal Hipervigilensi/menurun
DISARTRIA - Cepat
HALUSINASI VISUAL - Ada
TREMOR - Ada
EEG Perubahan ringan Abnormalitas yang
menonjol sehingga
muncul hiperaktivitas
fokal
PENUNJANG MMSE CAM
MMSE Æ cut off <24 maka abnormal
a. Mild : 20-25
b. Moderate : 10-20
c. Severe : 0-10
Skor MMSE : Range Æ <21 (nn odds dementia), >25 (pp odds dementia)
Education Æ 21 (abnormal for 8th
grade), <23 (abnormal for
high school), <24 (abnormal for collage)
Severity Æ 24-30 (no cognitive impairment), 18-23 (mild
cognitive impairment), 0-17 (severe cognitive impairment)
10. GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT
Narkotika
- Golongan I: hanya dipergunakan untuk kepentingan
pengetahuan karena berpotensi tinggi menyebabkan
ketergantungan. Contohnya: Heroin (depresan), kokain
(stimulan), dan cannabis/ganja.
- Golongan II: dapat digunakan untuk terapi dan untuk
pengetahuan, namun tetap memiliki potensi tinggi
menyebabkan ketergantungan. Contohnya: Morphine
(analgetik untuk pasien pasca-op) dan pethidine (analgetik).
- Golongan III: dapat digunakan untuk pengobatan dan
pengetahuan, berpotensi rendah menyebabkan
ketergantungan. Contohnya: kodein (obat batuk).
Psikotropika
a. Golongan I: tidak digunakan untuk pengobatan, hanya untuk
ilmu pengetahuan karena berpotensi tinggi menyebabkan
ketergantungan dan menyebabkan halusinasi (halusinogen).
Contohnya: mescaline, psilobycin pada jamur tahi sapi, LSD
(lysergic acid diethylamide), dan MDMA/ecstasy (4-methylen
dioxyamphetamine).
b. Golongan II: dapat digunakan untuk terapi, berpotensi tinggi
menyebabkan ketergantungan, merupakan stimulant.
Contohnya: amphetamine, methamphetamine, phencyclidine,
secobarbital, dan methylphenidate (untuk ADHD).
c. Golongan III: digunakan untuk terapi, bersifat sedatif-
hipnotik. Contohnya: amobarbital, flunitrazepam,
buprenorphine, glutetimid, pentazosin.
d. Golongan IV: digunakan untuk terapi, bersifat anxiolytic
(menghilangkan rasa cemas). Contohnya: diazepam (juga
bisa untuk anastesi), nitrazepam, phenobarbital, alprazolam.
e. Golongan V: digunakan untuk terapi dengan efek antipsikotik,
antidepresan, antimania, dan neurotropic/neurotonic
(meningkatkan kerja nerve). Contohnya : Antipsikotik
(haloperidol, risperidon), Antidepresan (amytriptilin,
sertraline), Antimania (Lithium), Neurotonic (piracetam)
Jika pasien harus pakai obat-obatan ini, harus di KIE bahwa
obat ini diperlukan, dan tidak menyebabkan ketergantungan.
Zat adiktif
- Alkohol: menurut peraturan di Indonesia, golongan alkohol
ada 3:
A: kadar alkohol 1-5%, contohnya bir
B: kadar alkohol 5-20%, contohnya wine dan martini
C: kadar alkohol 20-55%, contohnya whiskey, brandy, dan
tequila.
- Kafein, pada kopi dan minuman berenergi (kratingdaeng,
redbull)
- Nikotin
- Inhalant, seperti toluena, bensin, dan gas nitro oksida.
Istilah-istilah pada penyalahgunaan obat :
- Dependensi (ketergantungan) : pemakaian obat atau zat
secara berulang, baik dengan atau tanpa ketergantungan fisik
(physical dependence)
- Penyalahgunaan (abuse) : penggunaan obat secara mandiri,
tanpa resep dokter, yang menyimpang dari aturan sosial dan
medis yang berlaku
- Salah pemakaian (misuse) : penggunaan obat yang tidak
sesuai resep dokter. misalnya harusnya minum 2 kali sehari,
malah diminum 4 kali sehari
- Adiksi (kecanduan) : penggunaan obat/zat secara kompulsif
(berulang) dan dosisnya semakin meningkat
- Intoksikasi : karena penggunaan dengan dosis berlebihan
menimbulkan sindrom reversible yang mempengaruhi satu
atau lebih fungsi mental (memori, orientasi, mood, penilaian,
perilaku, sosial, pekerjaan)
- Gejala putus obat (sakaw) : sindrom spesifik obat yang terjadi
karena dosis obat diturunkan/dihentikan secara tiba-tiba
setelah digunakan secara teratur dalam jangka waktu cukup
lama
- Toleransi : peningkatan dosis obat agar dapat menimbulkan
efek yang sama
Tingkat pengguna NAPZA :
- I : Pengguna coba-coba
11. - II : Pengguna karena budaya sosial atau untuk rekreasi atau
hiburan
- III : Situasional (misalnya pada nightclub)
- IV : Abuse (penyalahgunaan sendiri tanpa ada pengaruh dari
luar)
- V : Ketergantungan/toleransi dan putus obat
Intoksikasi akut (F1X.0)
- Kondisi peralihan akibat penggunaan alkohol atau zat
psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi
kognitif, persepsi, afek atau perilaku
- Berhubungan dg tingkat dosis yang digunakan, individu
dengan kondisi organik yang mendasari yang dalam dosis
kecil dapat menyebabkan efek intoksikasi
Penggunaan yang merugikan (F1X.1)
- Penggunaan zat psikoaktif merugikan kesehatan (fisik dan
mental)
- Dikecam oleh pihak lain dan disertai konsekuensi sosial
Sindrom ketergantungan (F1X.2)
- 3 atau lebih gejala dalam masa 1 tahun sebelumnya :
a. Keinginan kuat atau dorongan memaksa untuk memakai
zat psikoaktif
b. Kesulitan mengendalikan perilaku menggunakan zat
c. Keadaan putus zat secara fisiologis
d. Terbukti adanya toleransi
e. Mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain
f. Tetap menggunakan zat meski tahu bahwa merugikan
Keadaan putus zat (F1X.3)
- Gejala fisik bervariasi sesuai zat yang digunakan
Keadaan putus zat dengan delirium (F1X.4)
- Termasuk delirium tremens (akibat putus alkohol) berupa
keadaan gaduh gelisah yang dapat membahayakan diri
- Gejala prodromal khas : insomnia, gemetar, ketakutan
- Trias klasik gejala : kesadaran berkabut dan kebingungan;
halusinasi dan ilusi salah satu panca indera; tremor berat
Gangguan psikotik (F1X.5)
- Terjadi selama atau segera setelah penggunaan zat (dalam
48 jam) dan bukan merupakan manifestasi keadaan putus zat
- Gangguan psikotik pada penggunaan obat stimulant (kokain
dan amfetamin), distorsi persepsi atau halusinasi pada
penggunaan halusinogenika primer (lisergide, meskalin,
kanabis dosis tinggi)
Sindrom amnesik (F1X.6)
- Syarat utama :
a. Gangguan daya ingat jangka pendek (recent memories :
dalam mempelajari hal baru), gangguan sensasi waktu
(time sense : menyusun kembali urutan kronologis
meninjau kejadian yang berulang menjadi satu peristiwa)
b. Tidak ada gangguan daya ingat segera, tidak ada
gangguan kesadaran, tidak ada gangguan kognitif
c. Riwayat atau bukti objektif penggunaan alkohol atau zat
yang kronis
Gangguan psikotik residual atau onset lambat (F1X.7)
- Gangguan fungsi kognitif, afek, kepribadian, perilaku yang
disebabkan alkohol atau zat psikoaktif yang terjadi
melampaui jangka waktu khasiatnya
12. SKIZOFRENIA
Gangguan psikotik
- Hendaya berat dalam menilai realita (RTA terganggu)
- Ketidakmampuan dalam fungsi mental (status psikiari) :
disorientasi, waham, depresi, halusinasi, dll
- Tidak mampu dalam kehidupan sehari-hari (ADL terganggu) :
cara bertanya mulai dari menanyakan pekerjaannya apa
- Waktu <2 minggu
- Bila waktu >2 minggu dan <1 bulan namanya psikotik lir
skizofrenia akut (dengan semua gejala diatas juga muncul)
Jenis-jenis gangguan jiwa
- Psikotik
a. Organik :
1. Akut : delirium, gangguan mental dan perilaku akibat
zat
2. Kronik : dementia
b. Non organik : skizofrenia, gangguan skizotipal, gangguan
waham menetap, psikotik akut, skizoafektif, gangguan
mood
- Non psikotik/nerosa
Skizofrenia (F20) : gangguan psikotik fungsional dengan terpecahnya
unsur-unsur kepribadian (mood/afek, proses pikir, kemauan,
psikomotor)
- Pedoman diagnostic
a. Minimal satu gejala berikut
1. Thought echo (isi pikir tentang dirinya sendiri
berulang-ulang), thought insertion or withdrawal (isi
pikir dari luar masuk ke dalam), thought broadcasting
(isi pikir tersiar ke luar)
2. Delusion of control (waham dirinya dikendalikan
kekuatan dari luar), delusion of influence (waham
dirinya dipengaruhi kekuatan dari luar), delusion of
passivity (waham dirinya tidak berdaya dan pasrah
thdp kekuatan dari luar), delusion of perception
(waham inderawi yang tidak wajar Æ mistik atau
mukjizat)
3. Halusinasi auditorik
4. Waham-waham menetap jenis lainnya
b. Atau paling sedikit gejala
1. Halusinasi yang menetap pada panca indera apa saja
(visual, olfaktori, gustatori, auditori, taktil)
2. Arus pikir yang terputus atau mengalami sisipan Æ
inkoherensi
3. Perilaku katatonik : gaduh, gelisah, fleksibilitas cerea,
negativism, stupor
4. Gejala-gejala negatif : apatis, jarang bicara,
afek/emosi tumpul
c. Gejala berlangsung ≥ 1 bulan
d. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan
bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek
perilaku pribadi dengan manifestasi sebagai hilangnya
minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap
larut dalam diri sendiri, penarikan diri secara sosial
- Macam-macam skizofrenia
a. Skizofrenia paranoid : waham kejar, waham curiga
b. Skizofrenia hebefrenik : waham bizarre, giggling (kalo di
ajak bicara ketawa sendiri)
c. Skizofrenia katatonik : psikomotor
d. Skizofrenia simplek : dorongan instingtual
e. Skizofrenia residual : ada gejala sisa dari skizofrenia yang
pertama (skizofrenia pernah terapi tapi tidak sembuh
sempurna)
f. Skizofrenia tak terinci
- Kepribadian prepsikotik : asien skizofrenia ditandai dengan
penarikan diri, terlalu kaku secara sosial, sangat pemalu,
sering mengalami kesulitan di sekolah meski IQ normal
Skizofrenia Paranoid (F20.0)
- Halusinasi/waham harus menonjol
a. Halusinasi auditorik
b. Halusinasi pembauan
c. Waham kejar, waham curiga, delusion of control, delusion
of influence, delusion of passivity
13. Skizofrenia hebefrenik (F20.1)
- Usia remaja atau dewasa muda (onset mulai 15-25 tahun)
- Perlu pengamatan kontinyu 2-3 bulan untuk melihat
gambaran khas :
a. Perilaku tidak bertanggung jawab dan tidak dapat
diramalkan; pemalu dan senang menyendiri (solitary)
b. Afek dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate),
disertai cekikikan (giggling), perasaan puas diri (self-
satisfied), tertawa menyeringai (grimaces)
c. Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan
tak menentu (rambling) serta inkoheren
Skizofrenia katatonik (F20.2)
- Satu atau lebih perilaku ini harus mendominasi :
a. Stupor atau mutism
b. Gaduh gelisah
c. Menampilkan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau
aneh
d. Negativism
e. Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk
melawan upaya menggerakkan dirinya)
f. Fleksibilitas cerea
g. Command automatism dan pengulangan kata-kalimat
Skizofrenia Tak Terinci (F20.3)
- Tidak memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia paranoid,
hebefrenik, katatonik
- Tidak memenuhi kriteria skizofrenia residual atau depresi
pasca skizofrenia
Skizofrenia residual (F20.5)
- Harus dipenuhi semua :
a. Gejala negatif menonjol
b. Riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau
yang memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia
c. Sudah 1 tahun dengan intensitas dan frekuensi nyata
seperti waham dan halusinasi sudah berkurang
d. Tidak ada demensia, GMO, depresi yang menyebabkan
gejala negatif
Skizofrenia simpleks (F20.6)
- Gejala negatif tanpa didahului riwayat halusinasi, waham atau
manifestasi lain dari episode psikotik
- Disertai perubahan perilaku bermakna
Gangguan skizotipal (F21) : tidak dianjurkan digunakan secara umum
(daerah abu-abu skizofrenia simplek atau dengan gangguan
kepribadian schizoid atau paranoid) Æ gangguan yang tidak sengaja
ada/ditemukan
- 3 atau 4 gejala terus menerus atau episodik paling sedikit 2
th :
a. Afek menyempit
b. Perilaku / penampilan aneh
c. Hubungan sosial buruk (menarik diri)
d. Kepercayaan / pikiran magic
e. Curiga / ide-ide paranoid
f. Pikiran obsesif
g. Adanya persepsi yang aneh
Gangguan waham menetap (F22) : gangguan yang mempunyai isi
pikir yang tidak dapat dipatahkan / digoyahkan serta bersifat
sistematis
- Waham merupakan satu-satunya ciri khas setidaknya
selama 3 bulan
- Gejala depresif muungkin terjadi
- Tidak boleh ada penyakit otak, halusinasi auditorik, riwayat
gejala skizofrenia
Gangguan psikotik akut dan sementara (F23)
- Ciri-ciri utama
a. Onset waktu (2 minggu/kurang)
b. Sindrom yang khas polimorfik atau schizophrenia-like
c. Stress akut atau kesulitas berkepanjangan
d. Tanpa diketahui berapa lama gangguan berlangsung
- Tidak ada gangguan yg memenuhi kelompok gangguan mood
- Tidak ada penyebab organik Æ axis 3
Gangguan psikotik polimorfik akut (tanpa/dengan) gejala skizofrenia
14. - Halusinasi atau waham yang berubah jenis dan intensitasinya
dari hari ke hari atau dalam hari yang sama
- Memenuhi atau tidak memenuhi gejala skizofrenia
Gangguan psikotik lir skizofrenia (schizophrenia-like) akut (F23.2)
- Memenuhi gejala skizofrenia
- Onset 2 minggu atau kurang
Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham (F23.3)
- Waham atau halusinasi sebagian besar ada sejak muncul
gejala psikotik
- Tidak memenuhi kriteria skizofrenia atau polimorfik akut
Gangguan waham induksi (F24)
- Terjadi minimal 2 orang atau lebih dan mempunyai hubungan
emosional yang erat
- Ada bukti bahwa waham tersebut diinduksi Æ folie a deux
Gangguan skizoafektif (skizofrenia + gangguan afektif) (F25)
- Gangguan yang bersifat episodik dengan gejala afektif (manik,
depresi, campuran) dan skizofrenia yang sama menonjol
secara bersamaan ada dalam episode yang sama (mood/afek,
proses pikir, kemauan, psikomotor)
- Ada 3 tipe :
a. Skizoafektif tipe manik Æ 4 gejala naik
b. Skizoafektif tipe depresi Æ 4 gejala turun
c. Skizoafektif tipe campuran Æ dilihat dari waktunya
- Waham bizzare : keyakinan yang keliru, mustahil, aneh
- e.g. mahluk luar angkasa menanamkan elektroda di otak
manusia
- Waham sistematik : keyakinan yang keliru atau keyakinan
yang tergabung dalam satu tema/kejadian
- Waham nihilistic : perasaan yang keliru bahwa dirinya dan
lingkungannya atau dunia tidak ada atau menuju kiamat
- Waham cemburu : keyakinan yang keliru yang berasal dari
cemburu patologis tentang pasangan yang tidak setia
- Waham paranoid :
a. Waham kebesaran : keyakinan/kepercayaan dirinya
orang yang berkuasa/sangat kuat
e.g. pasien merasa dirinya adalah jelmaan nabi
b. Waham kejar/persekutorik : keyakinan bahwa dirinya
adalah korban dari usaha untuk
melukainya/mendorong agar ia gagal
e.g. pasien meyakini anaknya berusaha membunuhnya
untuk mendapat warina
c. Waham rujukan : kepercayaan bahwa tingkah laku
orang lain akan memfitnah atau menjahati dirinya
d. Waham dikendalikan : keyakinan bahwa keinginan,
pikiran, atau perasaannya dikendalikan oleh kekuatan
dari luar. Termasuk di dalamnya thought of
withdrawal, thought of insertion, thought of
broadcasting, thought of control
15. GANGGUAN SUASANA PERASAAN
Unipolar :
- Episode mania : hipomanik, manik tanpa gejala psikotik,
manik dengan gejala psikotik
- Episode depresi :
a. Episode depresi ringan : dengan dan tanpa gejala somatik
b. Episode depresi sedang : dengan dan tanpa gejala
somatik
c. Episode depresi berat : dengan dan tanpa gejala psikotik
Bipolar :
- Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
- Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala
psikotik
- Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala
psikotik
- Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi ringan/sedang
(dengan atau tanpa gejala somatik)
- Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi berat tanpa
gejala psikotik
- Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi berat dengan
gejala psikotik
- Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
Episode mania
- Sekurang-kurangnya 1 minggu
- Batasan : suasana perasaan meningkat dan disertai
peningkatan dalam aktivitas, percepatan dan kebanyakan
bicara, kebutuhan tidur berkurang, ide kebesaran, terlalu
optimistik
Biasanya pasien banyak bicara, saking banyaknya bicara
sampai mengganggu lingkungan
- Satu episode manik tunggal
- Bila ada episode sebelum atau sesudah berupa depresi,
manik, atau hipomanik Æ gangguan afektif bipolar
Hipomanik (F30.0)
- Sekurang-kurangnya erjadi beberapa hari berturut-turut (4
hari)
- Derajat lebih ringan dari manik
- Tidak ada halusinasi; peningkatan mood, energi, aktivitas
ringan, seksual; pengurangan kebutuhan tidur
- Tidak menimbulkan kekacauan berat dalam pekerjaan dan
pergaulan sosial
Episode depresi (F32) : sekurang-kurangnya 2 minggu atau kadang-
kadang periode lebih pendek dg. gejala luar biasa berat
- Gejala utama : afek depresi, anhedonia (kehilangan minat dan
kegembiraan), anenergi (berkurangnya energy, mudah lelah,
hipoaktivitas)
- Gejala tambahan :
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan suram dan pesimistis
e. Pikiran atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh
diri
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan terganggu
- Depresi ringan : 2 gejala utama + 2 gejala lainnya
Depresi sedang : 2 gejala utama + 3-4 gejala lainnya
Depresi berat : 3 gejala utama + 4/lebih gejala lainnya
Gangguan afektif bipolar (F31)
- Bersifat episodik berulang (sekurang-kurangnya 2 episode)
Gejala tambahan menghapalnya : konsentrasi dan perhatian
berkurang, sehingga menyebabkan harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, sehingga merasa bersalah dan tidak berguna, muncul
pandangan madesu dan pesimistis, akhirnya muncul pikiran atau
tindakan membahayakan diri atau bunuh diri, kalau mau bunuh diri
paling mudah dengan tidak tidur dan tidak makan
16. - Peningkatan afek disertai penambahan energi/aktivitas
(mania/hipomania) dan pada waktu tertentu penurunan afek
disertai pengurangan energy dan aktivitas (depresi)
- Adanya penyembuhan sempurna antar episode
- Episode mania mulai 2 minggu sampai 4-5 bulan
- Episode depresi berlangsung sekitar 6 bulan namun jarang
melebihi 1 tahun
- Klasifikasi bipolar menurut DSM V :
a. Bipolar I disorder : mania/episode campuran ± depresi
b. Bipolar II disorder : hipomania + depresi
c. Cyclothymic disorder : hipomania + depresi ringan
d. Substance/medication induced bipolar : mania/ episode
campuran ± depresi + selama/segera setelah
penggunaan zat/ obat
e. Bipolar due to another medical condition : mania/
hipomania karena kondisi medis (misalnya adalah
hipertiroidisme)
f. Other specified bipolar : belum ditemukan bipolar dengan
kriteria yang spesifik (misalnya adalah siklotimia durasi
pendek)
g. Unspecified bipolar : kriteria tidak terpenuhi/ kurang
informasi (misalnya saat di Emergency room)
Gangguan suasana perasaan menetap
- Siklotimia
a. Ketidakstabilan menetap (depresi ringan dan hipomania)
sangat lama
b. Tidak memenuhi kriteria gangguan mood unipolar
- Distimia
a. Afek depresi sangat lama dan jarang sekali parah
b. Mulai usia dini dan dari masa dewasa
Dievaluasi selama 2 tahun. Mirip skizotipal. Misalnya ada suatu
keadaan yang membuat tidak nyaman, tapi dipaksakan karena satu
dan lain hal dan membuat dia menahan diri terlalu lama (beberapa
tahun)
17. GANGGUAN KECEMASAN
Gangguan cemas adalah gangguan mental yang paling sering terjadi
dibandingkan seluruh gangguan mental yang ada. Prevalensi dalam
praktek rawat jalan psikiatri umum sebesar 40%. Dalam mahasiswa
kedokteran sebesar 50%. Wanita memiliki risiko dua kali lipat
dibandingkan pria, sehingga wanita lebih banyak yang mengalami
cemas dibandingkan pria
Cemas dan gangguan cemas adalah suatu kondisi yang berbeda.
Dimana cemas merupakan suatu kondisi biasa yang terjadi.
Sedangkan gangguan cemas itu sudah mulai menganggu sehingga
kita berantisipasi
4 gejala tersering dari gangguan kecemasan :
- Jantung berdebar kencang, tidak teratur dan merasa tidak
tenang Æ cek ke dokter kok saya sperti sakit jantung Æ
khawatir
- Nyeri/tegang/sakit otot Æ paseien datang dengan
bermacam-macam keluhan seperti gejala stroke, gejala
darah tinggi dan berbagai macam ketegangan
- Banyak berkeringat Æ padahal tidak ada apa2 dia berkeringat
- Merasa dalam bahaya atau terancam
Perbedaan takut (fear) dan cemas (anxiety)
- Ketakutan adalah respon terhadap ancaman eksternal. Takut
itu adalah sebuah perilaku yang lumrah, wajar dan manusiawi
sekali
- Kecemasan/ anxiety adalah emosi manusia yang umum yang
berasal dari dalam/internal, fokus yang berlebihan dalam
upaya antisipasi terhadap bahaya. Respon kecemasan ini
tidak ada objeknya (timbul dalam diri), merupakan emosi
yang banyak pada manusia yang bisa karena internal kita dan
ancamannya bisa berasal dari luar dan dari dalam, tapi lebih
banyak dari dalam.
Agoraphobia (F40.0) : takut pada sebuah tempat atau situasi
- Timbul pada setidaknya 2 atau lebih situasi berikut :
a. Menggunakan transportasi umum
b. Berada di ruang terbuka
c. Berdiri di tempat tertutup
d. Berdiri di barisan atau berada di tengah keramaian
e. Berada di luar rumah sendiri
Social Phobia (F40.1)
- Social anxiety disorder (SAD), takut berada di lingkungan atau
situasi sosial
- Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala
menonjol, anxietas mendominasi atau terbatas pada situasi
sosial tertentu, gejala psikologi/perilaku/otonomik yang
timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya
- Kecemasan pada penilaian orang lain terhadap dirinya (tidak
berani tampil di dpn umum)
Specific Phobia (F40.2)
- Hanya satu saja yang dikhawatirkan (terbatas pada objek
atau situasi tertentu), situasi fobik sebisa mungkin dihindari
- Ketakutan terjaga, terus-menerus, tidak beralasan,
berlebihan atau tidak masuk akal
Panic disorder (F41.0)
- Panik adalah serangan yang tidak diharapkan dan berulang
terus, tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik
- Onsetnya sekitar 1 bulan
- Gejala :
a. Palpitasi/ berdebar
b. Berkeringat
c. Gemetar/ bergetar
d. Nafas pendek
e. Nyeri dada/ tidak nyaman
f. Mual/ distress abdominal
g. Merasa pusing atau pingsan
h. Menggigil/ hot flashes
i. Mati rasa/ kesemutan
j. Derealisasi (ling. sekitar jadi aneh/ tidak nyata) atau
depersonalisasi (tubuhnya atau dirinya sendiri menjadi
aneh/ tidak nyata)
k. Takut kehilangan kendali atau “gila”
18. l. Takut mati
m. Persisten kekhawatiran serangan masa depan
n. Khawatir akan makna atau akibat dari serangan tersebut
o. Perubahan perilaku yang signifikan terkain serangan
(misalnya menghindari tempat terjadi serangan panik)
p. Kehadiran agoraphobia
- Perbedaan anxiety dan panic :
a. Anxiety : menonjol perasaan khawatir/ cemas dan
tension/ tegang
b. Panic : merasa tiba-tiba, intensitas tinggi. Orang panik
pasti cemas, orang cemas belum tentu panik.
Generalized Anxiety Disorder (F41.1)
- Anxietas merupakan gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu hingga beberapa bulan
sifatnya “free floating” atau “mengambang”
- Mencakup unsur-unsur :
a. Kecemasan (khawatir nasib buruk)
b. Ketegangan motoric (gelisah, sakit kepala, gemeteran,
tidak dapat santai)
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan,
berkeringat, jantung berdebar, sesak napas, keluhan
lambung, pusing kepala, mulut kering)
Gangguan campuran anxietas dan depresi (F41.2)
- Terdapat gejala anxietas maupun depresi yang masing-
masing tidak cukup berat untuk menegakkan diagnosis
tersendiri
- Harus ditemukan beberapa gejala otonomik
- Bila ditemukan anxietas berat dengan depresi lebih ringan,
pertimbangkan katergori gangguan anxietas lainnya atau
gangguan anxietas fobik
Obsessive Compulsive Disorder (F42.0)
- Obsesif : pikiran berulang, masih terbatas dipikiran dan
belum terjadi aksi
- Gejala-gejala obsesif :
a. Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
b. Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak
berhasil dilawan
c. Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut bukan
merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan
d. Gagasan, bayangan, pikiran, atau impuls tersebut harus
merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan
(unpleasantly repetitive)
- Kompulsif : perilaku repetitive atau tindakan mental yang
tujuannya adalah untuk mencegah atau mengurangi
kecemasan atau penderitaan.
- OCD : gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau
kedua-duanya harus ada
- Berlangsung hampir setiap hari selama minimal dua minggu
berturut-turut
19. GANGGUAN SOMATOFORM
Gangguan somatisasi
- Gangguan somatisasi sering dikaitkan dengan gangguan
mental lainnya, termasuk gangguan depresi mayor, gangguan
kepribadian, gangguan terkait zat, gangguan kecemasan
umum, dan fobia
- Kriteria diagnosis :
a. Banyaknya riwayat keluhan fisik yang terjadi selama
beberapa tahun dan mengakibatkan banyak perawatan
yang dicari atau penurunan berarti dalam fungsi mulai
sebelum usia 30 tahun
b. Masing-masing hal berikut harus dipenuhi, dengan gejala
individual yang terjadi sewaktu-waktu selama gangguan
berlangsung :
x 4 gejala nyeri : riwayat nyeri yang berhubungan
dengan setidaknya empat lokasi atau fungsi yang
berbeda (misalnya kepala, perut, punggung,
persendian, ekstremitas, dada, rektum, saat
menstruasi, saat hubungan seksual, saat buang air
kecil). Biasanya dia keluhannya dari ujung kepala
sampe ujung kaki
x 2 gejala GI : riwayat setidaknya dua gejala
gastrointestinal selain rasa sakit (misalnya mual,
kembung, muntah selain selama kehamilan, diare,
atau intoleransi beberapa makanan yang berbeda)
x 1 gejala seksual : riwayat setidaknya satu gejala
seksual atau reproduksi selain rasa sakit (misalnya
ketidakpedulian seksual, disfungsi ereksi atau
ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan
menstruasi yang berlebihan, muntah sepanjang
kehamilan)
x 1 gejala pseudoneurologis : riwayat setidaknya satu
gejala atau defisit yang menunjukkan kondisi
neurologis yang tidak terbatas pada rasa sakit (gejala
konversi seperti gangguan koordinasi atau
keseimbangan, kelumpuhan atau kelemahan lokal,
kesulitan menelan atau benjolan di tenggorokan,
aphonia, retensi urin, halusinasi, kehilangan sentuhan
atau sensasi nyeri, penglihatan ganda, kebutaan, tuli,
kejang, gejala disosiatif seperti amnesia, atau
kehilangan kesadaran selain pingsan)
c. Baik 1 atau 2 dari gejala :
x Setelah dilakukan pemeriksaan yang tepat, masing-
masing gejala pada kriteria (b) tidak dapat dijelaskan
secara lengkap oleh Medical General Condition (GMC)
atau zat yang dikenal
x Bila ada GMC terkait, keluhan fisik atau gangguan
sosial dan pekerjaan yang terjadi melebihi perkiraan
yang diharapkan dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau
temuan laboratorium.
d. Gejala yang dihasilkan tidak sengaja atau pura-pura
(seperti pada Factitious Disorder atau Malingering)
Body Dismorphic Disorder
- Kriteria diagnosis :
a. Pre-okupasi dengan cacat yang dibayangkan dalam
penampilan. Jika ada sedikit anomali fisik, perhatian
orang sangat berlebihan
b. Pre-okupasi tersebut menyebabkan gangguan atau
penurunan signifikan secara klinis di area kerja sosial,
pekerjaan, atau bidang penting lainnya
c. Pre-okupasi tidak diperhitungkan dengan gangguan
mental lain (misalnya ketidakpuasan dengan bentuk
tubuh dan ukuran anoreksia nervosa)
- Course dan prognosis :
a. Orang yang terkena mungkin mengalami kekhawatiran
yang meningkat terhadap bagian tubuh tertentu sampai
orang tersebut memperhatikan bahwa fungsi tersebut
sedang terpengaruh.
b. Kemudian orang tersebut dapat mencari bantuan medis
atau bedah untuk mengatasi masalah yang diduga terjadi.
c. Tingkat kekhawatiran tentang masalah bisa hilang dan
berkurang seiring berjalannya waktu, meski kelainan ini
biasanya kronis jika tidak diobati.
20. Hipokondriasis
- Kriteria diagnosis :
a. Pre-okupasi dengan ketakutan akan adanya, atau
gagasan bahwa seseorang memiliki penyakit serius,
namun merupakan pemiikiran salah tafsir terhadap gejala
tubuh
b. Pre-okupasi tetap ada meskipun ada evaluasi medis dan
kepastian yang tepat
c. Keyakinan pada kriteria 1 bukan intensitas delusional
(seperti pada gangguan delusional, tipe somatik) dan
tidak terbatas pada kekhawatiran terbatas tentang
penampilan (seperti pada kelainan tubuh dismorfik)
d. Pre-okupasi tersebut menyebabkan gangguan atau
penurunan signifikan secara klinis di area kerja sosial,
pekerjaan, atau bidang penting lainnya
e. Durasi gangguan minimal 6 bulan
f. Pre-okupasi tidak diperhitungkan dengan baik oleh
gangguan kecemasan umum, gangguan obsesif-
kompulsif, gangguan panik, episode depresi berat,
kecemasan pemisahan, atau gangguan somatoform
lainnya
Pain disorders
- Kriteria diagnosis :
a. Rasa sakit di satu atau lebih lokasi anatomis adalah fokus
utama dari presentasi klinis dan tingkat keparahan yang
cukup untuk menjamin perhatian klinis
b. Rasa sakit tersebut menyebabkan gangguan atau
penurunan signifikan secara klinis di area kerja sosial,
pekerjaan, atau bidang penting lainnya.
c. Faktor psikologis dinilai memiliki peran penting dalam
onset, tingkat keparahan, eksaserbasi, atau pemeliharaan
rasa sakit
d. Gejala atau defisit yang dihasilkan tidak sengaja atau
pura-pura (seperti pada gangguan atau malingering
factual)
e. Rasa sakit tidak diperhitungkan dengan baik karena
mood, kegelisahan, atau gangguan psikotik dan tidak
memenuhi kriteria dispareunia.
21. GANGGUAN SEKSUAL
Penyimpangan seksual/deviasi seksual/paraphilia adalah suatu
penyimpangan perilaku seksual yang tidak sesuai dengan perilaku
seksual normal dalam hal arah dan gaya dari seksual tersebut
Fase siklus respons seksual :
- Phase of Desire: dorongan keinginan (stimulus taktil, visual,
olfaktori, fantasi)
- Phase of Exitement: perasaan subyektif akan kenikmatan
seksual ereksi
- Phase of Orgasm: kenikmatan seksual mencapai puncaknya
(pelepasan)
- ketegangan, kontraksi otot perineal dan organ reproduksi
(koitus)
- Phase of Resolution: relaksasi otot
Teori perkembangan psikoseksual
- Phase oral (0-2 tahun) Æ apapun semua dimasukin ke mulut
(oral gratification), makanya keluhan paling sering pada bayi
adalah mencret
- Phase anal (2-3 tahun) Æ saraf otot sfingter anus telah
matang, nikmat saat menahan BAB, orang tua seharusnya
tidak merasa jijik/memarahi/mengatakan kotor jorok
- Phase phalik (3-6 tahun) Æ mengerti bahwa kelaminnya
berbeda Æ Phase oedipus – complex / conflict
- Phase laten (6-11 tahun) Æ perhatian lebih tertuju pada dunia
luar, perlu keterbukaan dengan orang tua
- Phase genital/ Psychosexual (11-20 tahun) Æ Organ seksual
mulai aktif, muncul birahi dan ketertarikan pada lawan jenis.
Disini akan terlihat apakah terganggu atau tidak deviasi
seksualnya. Kalo dia gak bisa menyelesaikan kasus oedipus
kompleknya maka pada fase genital akan muncul
penyimpangan seksual
Fase odipus kompleks
- Awalnya anak laki-laki sangat mencintai / menyayangi ibunya
namun sangat benci dengan ayahnya (karena persaingan).
Sedangkan sebaliknya anak perempuan sangat mencintai /
menyayangi ayahnya serta benci ibunya.
- Bila phase Oedipus Complex tidak terselesaikan dengan
normal maka muncul kasus homoseksual baik pada laki-laki
(gay) atau perempuan (lesbian)
- Kalo homo, diibaratkan ibunya sebagai idolanya dan dia
menganggap dirinya perempuan
- Kalo dia anaknya perempuan, dia bisa menjadi seorang laki-
laki karena dia sayang sama bapaknya. Jadi role model itu
bapaknya
Paraphilia : penyimpangan obyek yang disukai
- Pedophilia - Frotteurisme
- Eksibisionism - Homoseksual & lesbianism
- Voyeurism - Hiperseks
- Seksual sadism - Incest
- Seksual masochism - Necrophilia
- Fetisme - Gerontophilia
- Zoofilia - Transvetisme fethistik
Onsetnya bila dalam 6 bulan dikatakan ada suatu kondisi lingkungan
yang membuatnya stress sehingga mengalami deviasi seks
Paraphilia lainnya :
Tidak terpenuhi : gangguan seksual sadism, paranoid, zat
Berlebihan : sangat optimistic, narsistik, selalu menuntut
Hambatan : anak tidak konsisten, keras kepala, kikir
Kurang efektif : ambivalen, kurang rapi, suka menentang,
kasar, cenderung sodomsokistik (dorongan untuk menyakiti
dan disakiti)
Berhasil : mandiri, kebebasan, kerjasama baik
Anak laki-laki bila dilarang : takut penis dipotong Æ impoten
primer, homoseksual
Bila gagal akan menimbulkan kurangnya kontrol diri dan
dapat terjadi gangguan hubungan homoseksual
Bila gagal akan menimbulkan kekacauan identitas
22. - Telephone and computer scatologia : suara mendesah
- Partiaslism Æ cunnilingus : kontak oral dg vagina
- Fallatio : kontak oral dg penis
- Hypoxyphilia : memakai obat (nitosoxide, valatilenitrite) untuk
meningkatkan rasa percaya diri
- Klismaphilia : memasukkan cairan aneh ke alat vital
- Urophilia : seks melibatkan pipis
- Koprophilia : seks melibatkan kotoran manusia
Pedophilia : obyeknya adalah anak-anak sejenis atau berlainan jenis
Korban : 8-13 tahun (p), 10-12 tahun (l)
Pelaku : 35-45 tahun (CK : psikopat, alkoholik)
Etiologi : perkawinan tidak bahagia, cerai tidak punya anak, orang
yang takut gagal dalam berhubungan seksual
Eksibisionism : dorongan dan kepuasan seksual dengan
memperlihatkan alat genital di depan umum tanpa niat hubungan
lebih lanjut
Korban : perempuan (anak/dewasa)
Etiologi : rasa rendah diri
Voyeurism / skopofilia : dorongan dengan melihat / mengamati
tindakan seksual orang lain dengan cara mengintip
Etiologi : PTSD masa kanak karena melihat ortu senggama
Seksual sadism : kepuasan seksual diasosiasikan dengan
penderitaan, kesakitan dan hukuman pada partner seks
Etiologi : pendidikan yang salah, nafsu berkuasa yang ekstrim,
trauma dengan ibu atau perempuan (dendam)
Seksual masochism : memperoleh kepuasan seks lewat kesakitan
pada diri sendiri
Etiologi : rasa bersalah, pasif, pengibirian
Fetisme : kepuasan seksual dengan menggunakan benda (sepatu,
BH, celana dalam, kaus kaki, dll)
Masturbasi dengan memegang, memeras, mencium benda tersebut
atau meminta partner memakai benda tersebut
Etiologi : regresi (masa kanak) Æ infantile, agresif Æ asusila Æ
cemas Æ impoten
Zoofilia / bestiality : kepuasan seks dengan kontak seksual dengan
binatang
Etiologi : percaya diri rendah (hewan mudah dikuasai, derajat lebih
rendah)
Frotteurisme : dorongan untuk menyentuh/ menggesek/ meremas
organ seks orang tidak dikenal
Homoseksual dan lebisianisme : relasi seks dengan jenis kelamin
yang sama
3 jenis ekspresi : aktif (pria agresif), pasif (feminism), bergantian
peran
Etiologi : faktor herediter (ketidakseimbangan hormone seks),
lingkungan tidak baik (saat pubertas), pernah sebagai korban
sebelumnya, laki-laki trauma thdp ibunya / perempuan trauma thdp
bapaknya
Hiperseks : tingginya keinginan dan sulit untuk mengontrol seks
Etiologi : ciri kepribadian tertutup (seks adalah cara komunikasi),
pelepasan ketegangan (pekerjaan), obsesi “seks”, rendah diri
Incest : hubungan seks dengan sesam anggota keluarga sendiri
(selain suami istri)
Necrophilia : melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah
menjadi mayat atau orang mati
Etiologi : pengalaman pahit saat kecil Æ merasa bersalah Æ rendah
diri Æ coitus dengan mutilasi Æ obyek dibunuh
Gerontophilia : pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual
dengan orang yang sudah lanjut usia
Etiologi : impoten
Transvetisme fethistik : memakai pakaian lawan jenis untuk
membangkitkan keinginan dan pemuasan seksual
23. Disfungsi seksual
- Gangguan keinginan seksual : kurang/ tidak adanya hasrat
melakukan seks
- Gangguan gairah seksual : gagal mencapai/ mempertahankan
excitement
a. Perempuan : frigiditas (tidak tercapai dan membukanya
vagina)
b. Laki-laki : impotensi/ gangguan ereksi
- Ejakulasi dini : tidak mampu mengkontrol ejakulasi selama
aktivitas seks berlangsung
- Orgasme terhambat : tidak tercapai fase orgasme
- Dyspareunia : nyeri saat berhubungan
- Vaginismus : spasme/ kontraksi otot vagina (reaksi
ketakutan)
Gangguan identitas kelamin
- Transeksual : keinginan untuk hidup dan diterima sebagai
anggota jenis kelamin yang lain. Disertai rasa tidak nyaman
dan tidak pantas dengan kelamin anatomis yang dimiliki
- Transvetisme peran ganda : mengenakan pakaian lawan jenis
sebagai bagian eksistensi diri (menikmati sebagai lawan
jenisnya). Tidak ada hasrat mengubah jenis kelamin/ tindakan
bedah
- Gangguan identitas jenis masa anak : hasrat pervasive/
mendalam dan menetap menjadi lawan jenisnya disertai
penolakan atribut/ pakaian yang sesuai jenis kelaminnya.
Yang khas adalah muncul pada usia pra-sekolah dan jelas
sebelum pubertas, penyangkalan diri terganggu
24. PSIKOTERAPI
Suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional pasien yang
dilakukan oleh yang terlatih dalam hubungan professional secara
sukarela dengan tujuan menghilangkan, mengubah, atau
menghambat gejala yang ada.
Psikoterapi :
- Psikoterapi suportif
- Psikoterapi genetik dinamik
Psikoterapi suportif : teknik untuk memperbaiki atau menguatkan
“ego strength” pasien dengan membantu pasien mengontrol impuls
melalui berbagai cara
Mekanisme : pasien datang sekali atau lebih dalam seminggu selama
beberapa minggu atau bulan bahkan hingga tahunan. Terapis
berurusan dengan gejala pasien, bersikap aktif, menunjukkan minat,
berempati, hangat, mengerti hal-hal yang menjadi perhatian, dan
menolong untuk menentukan arah
Ventilasi atau katarsis : membiarkan pasien mengeluarkan isi hati
sesukanya. Setelahnya biasanya pasien merasa lega dan
kecemasannya (tentang penyakitnya berkurang), karena sudah dapat
melihat masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya
Sikap terapis : menjadi pendengar yang baik dan penuh pengertian
Topik pembahasan : permasalahan yang menjadi stressor utama
Persuasi atau bujukan : penerangan yang masuk akal tentang
timbulnya gejala-gejala serta baik-buruknya atau fungsinya gejala-
gejala itu.
Sikap terapis : berusaha membangun, mengubah, dan menguatkan
impuls tertentu; berusaha meyakinkan pasien dengan alasan yang
masuk akal bahwa gejalanya akan hilang
Topik pembahasan : ide dan kebiasaan pasien yang mengarah kepada
terjadinya gejala
Sugesti : secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada
pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa
gejalagejala akan hilang.
Sikap terapis : meyakinkan dengan tegas bahwa gejala penyakit
pasien akan menghilang
Topik pembahasan : gejala-gejala bukan karena kerusakan
organik/fisik dan timbulnya gejala-gejala tersebut adalah tidak logis
Penjaminan kembali (reassurance) : melalui komentar yang halus
atau sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, meyakinkan bahwa
pasien mmpu berfungsi secara adekuat
Sikap terapis : meyakinkan secara tegas dengan menunjukkan hasil-
hasil yang telah dicapai pasien
Topik pembahasan : pengalaman pasien yang berhasil nyata
Bimbingan : memberi nasihat-nasihat yang praktis dan khusus yang
berhubungan dengan masalah kesehatan pasien agar lebih sanggup
mengatasinya
Sikap terapis : menyampaikan nasihat dengan penuh wibawa dan
pengertian
Topik pembahasan : cara hubungan antar manusia, cara komunikasi,
cara bekerja dan belajar yang baik
Penyuluhan atau konseling : wawancara untuk membantu pasien
mengerti dirinya sendiri lebih baik
Sikap terapis : menyampaikan secara halus dan penuh kearifan
Topic pembahasan : masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan, dan
pribadi
Kerja kasus sosial (social casework) : focus pada masalah luar atau
keadaan sosial dan tidak pada gagguan dalam individu tersebut
Terapi kerja : memberi kesibukan kepadan pasien atau berupa
latihan kerja tertentu agar pasien terampil dan berguna bagi pasien
Psikoterapi wawasan / genetik dinamik / insight psychotherapy
dibagi menjadi psikoterapi reedukatif dan psikoterapi rekonstruktif
Psikoterapi reedukatif : untuk mencapai pengertian tentang konflik
dalam alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri
25. kembali, memodifikasi tujuan dan membangkitkan serta
mempergunakan potensi kreatif yang ada
Cara-cara psikoterapi reedukatif :
- Terapi hubungan antar manusia (relationship-therapy)
- Terapi sikap (attitude therapy)
- Terapi wawancara (interview therapy)
- Analisa dan sintesa yang distributive (terapi psikobiologik
Adolf meyer)
- Konseling terapetik
- Terapi case work
- Reconditioning
- Terapi kelompok yang reedukatif
- Terapi somatic
Psikoterapi rekonstruktif : untuk mencapai pengertian tentang
konflik dalam alam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan
perubahan yang luas daripada pertumbuhan kepribadian dengan
pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru
Cara-cara psikoterapi rekonstrukti :
- Psikoanalisa Freud
- Psikoanalisa non-Freud
- Psikoterapi yang berorientasi pada psikoanalisa
Cara : asosiasi bebas, analisa mimpi, hipoanalisa/sintesa,
narkoterapi, terapi main, terapi seni, terapi kelompok analitik
26. PEDIATRI
Retardasi Mental (F70)
- Perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap Æ
hendaya keterampilan selama masa perkembangan dan
berpengaruh pada kecerdasan
- Dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau
gangguan fisik lainnya
- Hendaya perilaku adaptif selalu ada
- RM ringan
a. IQ 50-65
b. Pemahaman penggunaan bahasa cenderung terlambat
dan masalah kemampuan berbicara (dapat menetap
sampai dewasa)
c. Etiologi organik hanya dapat diidentifikasi pada sebagian
kecil penderita
- RM sedang
a. IQ 35-49
b. Terdapat kesenjangan kemampuan, keterampilan
visuospasial lebih baik dari berbahasa, ada yang dapat
mengikuti percakapan sederhana, ada yang hanya dapat
berkomunikasi seadanya
c. Etiologi organik dapat diidentifikasi pada sebagian besar
penderita
- RM berat
a. IQ 20-34
b. Terdapat kesenjangan kemampuan, keterampilan
visuospasial lebih baik dari berbahasa, ada yang dapat
mengikuti percakapan sederhana, ada yang hanya dapat
berkomunikasi seadanya
c. Etiologi organik dapat diidentifikasi pada sebagian besar
penderita
d. Sebagian besar menderita gangguan motori mencolok
atau defisit lain yangmenyertai
- RM sangat berat
a. IQ <20
b. Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas (mengerti
perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana)
c. Keterampilan visuospasial paling dasar
d. Etiologi organik dapat diidentifikasi pada sebagian besar
kasus
e. Biasanya ada disabilitas neurologic dan fisik lain yang
berat dan mempengaruhi mobilitas (epilepsy, hendaya
daya lihat, hendaya daya dengar)
- Normal : IQ 90-100
Border-line : IQ 70-90
Gangguan Perkembangan Pervasif (F84)
- Kelainan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik
dan dalam pola komunikasi, perilaku (terbatas, stereotipik,
berulang), minat, aktivitas
- Diantaranya yaitu :
a. Autism spectrum disorder : gangguan perkembangan
pervasive yang ditandai oleh kelainan dan/atau hendaya
perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun yang
ditandai dengan kelainann fungsi dalam 3 bidang yaitu
interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku terbatas dna
berulang
o Biasanya tidak jelas ada periode perkembangan
yang normal sebelumnya, bila ada, kelainan
perkembangan sudah menjadi jelas sebelum usia
3 tahun
o Hendaya kualitatif dalam interaksi sosial yang
timbal balik (apresiasi yang tidak adekuat
terhadap isyarat sosio-emosional, kurang
respons terhadap emosi orang lain dan/atau
kurang modulasi terhadap perilaku dalam konteks
sosial, buruk menggunakan isyarat sosial)
o Hendaya kualitatif komunikasi (kurang
penggunaan keterampilan bahasa yang dimiliki,
hendaya dalam permainan imaginative dan imitasi
sosial, keserasian buruk)
o Pola perilaku, minat, kegiatan yang terbatas,
berulang, stereotipik. Kecenderungan untuk
bersikap kaku dan rutin dalam berbagai asepk
27. o Semua tingkatan IQ dapat ditemukan dalam
autism, ¾ kasus terdapat retardasi mental
b. Autism tidak khas : gangguan perkembangan pervasive
yang berbeda dari autism dalam hal usia onset maupun
tidak terpenuhinya ketiga kriteria diagnosis. Kelainan
dan/atau hendaya perkembangan jelas untuk pertama
kalinya setelah usia 3 tahun; dan/atau tidak cukup
menunjukkan kelainan dalam satu atau dua dari tiga
bidang psikopatologi yang dibutuhkan untuk diagnosis
autism
c. Sindrom RETT (hanya pada wanita) : sebagian besar kasus
onset gangguan pada usia 7-24 bulan. Pola
perkembangan awal normal atau mendekati normal,
diikuti kehilangan sebagian atau seluruh keterampilan
tangan dan berbocara, kemunduran/perlambatan
pertumbuhan kepala, gangguan bersifat “progressive
motor deterioration”
o Gejala khas paling menonjol : kehilangan
kemampuan gerakan tangan yang bertujuan dan
keterampilan manipulative dari motoik halus yang
telah terlatih
o Anak tetap dapat “senyum sosial”, menatap
seseorang dengan kosong, tetapi tidak terjadi
interaksi sosial
o Cara berdiri dan berjalan cenderung melebar, otot
hipotonik, koordinasi gerak tubuh memburuk,
scoliosis/kifoskoliosis
d. Sindrom Asperger : tidak ada hambatan/keterlambatan
umum dalam perkembangan berbahasa atau
perkembangan kognitif yang secara klinis jelas seperti
pada autism; defisiensi kualitatif dalam fungsi interaksi
sosial yang timbal balik; pola perilaku, perhatian dan
aktivitas, yang terbatas, berulang stereotipik
e. Gangguan disintegrative masa kanak : ditegakkan
berdasar suatu perkembangan normal yang jelas sampai
usia minimal 2 tahun, diikuti kehilangan nyata
keterampilan yang sudah diperoleh sebelumnya, disertai
kelainan kualitatif fungsi sosial
o Regresi berat atau kehilangan kemampuan
berbahasa, regresi dalam kemampuan bermain,
keterampilan sosial, dan perilaku adaptif, hilang
pengendalian buang air besar atau kecil
o Yang khas, kehilangan minat/perhatian terhadap
lingkungan, adanya manerisme motoric yang
stereotipik dan berulang, hendaya interaksi sosial
dan komunikasi yang mirip autisme
ADHD (F90)
- Ciri utama : berkurangnya perhatain dan aktivitas berlebihan
di lebih dari 1 situasi (e.g. rumah, sekolah). Dimana keduanya
berdasarkan tolak ukur dari perilaku anak lain dengan umur
dan IQ sama
a. Berkurangnya perhatian : cepat menghentikan tugas
sebelum tuntas dan beralih ke kegiatan lain
b. Hiperaktivitas : kegelisahan yang berlebihan terutama
pada situasi yang menuntut keadaan relative tenang
- Gejala tambahan :
a. Gambaran penyerta tidaklah cukup bahkan tidak
diperlukan bagi suatu diagnosis, namun dapat mendukung
(kecerdasan hubungan sosial, kesembronoan, perilaku
impulsive, melanggar aturan)
b. Gangguan belajar dan kekakuan motorik sangat sering
terjadi (CATAT SECARA TERPISAH)
ADHD AUTISM RM
>7 th <3 th <18 th
Inatensi dan hiperaktif Gangguan sosial,
gangguan komunikasi,
perilaku stereotipik
IQ <70