BPH (benign prostatic hyperplasia) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat yang menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius. BPH biasanya terjadi pada pria lebih tua dari 50 tahun dan menyebabkan gejala obstruktif dan iritasi seperti kesulitan dan rasa sakit saat buang air kecil, sering buang air kecil terutama di malam hari, serta aliran urine yang lemah. Diagn
1. BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA)
Oleh :
Nerie Windi Monica Nur Pratiwi
Anwar Zain
Mukhammad Syehnawafil
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
STIKES HUSADA JOMBANG
2022
2. Pengertian
BPH (benign prostatic hyperplasia) adalah
pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara
umum pada pria lebih tua dari 50 tahun)
menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan
pembatasan aliran urinarius (Nuari, 2017)
3. Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria
yang terletak di sebelah inferior buli-buli dan
membungkus uretra posterior
ANATOMI
4. Menurut Sjamsuhidajat 2011,
derajat BPH dibedakan menjadi
empat, yaitu:
Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine
sampai habis.
Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan
urine sampai habis, masih terasa kira-kira 60- 150 cc, ada rasa tidak
enak BAK atau dysuria dan menjadi nocturia.
Staudium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh paisen tampak kesakitan, urine
menetes secara periodic ontinen.
Klasifikasi
5. Etiologi
Menurut Nuari (2017) & Duarsa (2020), penyebab
BPH belum diketahui, namun beberapa hipotesis
menyebutkan bahwa hyperplasia prostat erat
kaitannya dengan kadar dihidrotestoteron (DHT) dan
proses penuaan
6. Patofisiologi
Kelenjar prostat akan mengalami hiperplasi, sejalan dengan
pertambahan usia. Jika prostat membesar, maka akan meluas ke
atas kandung kemih sehingga pada bagian dalam akan
mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran
urine. Keadaan tersebut dapat meningkatkan tekanan intravesikal.
Dimana tekanan intravesikel yang tinggi diteruskan ke seluruh
bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan
pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine
dari buli-buli ke ureter. Keadaan tersebut jika berlangsung terus
akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya
dapat jatuh ke dalam gagal ginjal
7.
8.
9.
10.
11. Manifestasi Klinis
1) Gejala obstruktif
a. Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai
dengan mengejan
b. Intermittency yaitu terputus-putusnya aliran kencing
c. Terminal dribbling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing
d. Pancaran lemah
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa
belum puas
2) Gejala iritasi
a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan
b. Frequency yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat
terjadi pada malam hari (nocturia) dan pada siang hari
c. Dysuria yaitu nyeri pada waktu kencing
12. Pemeriksaan Penunjang
Sedimen urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi slauran kemih.
Kultur urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus menentukan
sensitifitas kuman terhadap beberapa anti mikroba yang diujikan.
Foto polos abdomen
Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat dan
kadang menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urin yang merupakan
tanda dari retensi urine.
IVP (Intra Vena Pielografi)
Mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa hidroureter atau
hidronefrosis, memperkirakan besarnya kelenjar prostat, penyakit pada buli- buli.
Ultrasonografi (Trans abdominal dan trans rektal)
Untuk mengetahui pembesaran prostat, volume buli-buli atau mengukur sisa urin
dan keadaan patologi lainnya seperti difertikel, tumor.
Systocopy
Untuk mengukur besar prostat dengan megukur panjang uretra parsprostatika dan
melihat prostat ke dalam rectum
13. Komplikasi
komplikasi pembesaran prostat meliputi:
a. Ketidakmampuan untuk buang air kecil
mendadak (retensi urine).
b. Infeksi saluran kemih (ISK).
c. Batu empedu.
d. Kerusakan kandung kemih.
e. Kerusakan ginjal.
14. Penatalaksanaan
Berikut beberapa penatalaksanaan BPH antara lain:
a) Observasi (watchfull waiting)
Biasa dilakukan untuk pasien dengan keluhan ringan dan
biasanya pasien dianjurkan untuk mengurangi minum, setelah makan
malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat- obatan
dekongestan, mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan
minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Setiap 3 bulan
dilakukan kontrol keluhan, sisa kencing, dan pemeriksaan colok dubur.
b) Terapi medikamentosa
a. Penghambat adrenergika (prazosin, tetrazosin): menghambat
reseptor pada otot polos di leher vesika, prostat sehingga terjadi
relaksasi.
b. Penghambat enzim 5-a-reduktase, menghambat pembentukan
DHT sehingga prostat yang membesar akan mengecil
15. c) Terapi bedah
Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi
absolut untuk terapi bedah yaitu:
a. Retensi urine berulang
b. Hematuria
c. Tanda penurunan fungsi ginjal
d. Infeksi saluran kemih berulang
e. Tanda obstruksi berat seperti hidrokel
f. Ada batu saluran kemih
Menurut Brunner (2013), beberapa tindakan bedah yang dilakukan antara lain sebagai
berikut:
a. Terapi invasif secara minimal yang meliputi terapi panas
mikro-gelombang transuretra (Transurethral Microwave
Heat Treatment /TUMT), kompres panas ke jaringan
prostat, ablasi jarum transuretra (Transurethral Needle
Ablation/TUNA)
b. Reseksi bedah antara lain reseksi prostat transuretra/
TURP (Transurethral Resection of The Prostate) yang
merupakan standar terapi bedah, insisi prostat
transuretra/ TUIP (Transurethral Incision of The Prostate),
elektrovaporisasi transuretra, terapi laser, dan
prostatektomi terbuka.
d) Kateterisasi urine
16. Konsep Asuhan Keperawatan Benign
Prostatic Hyperplasia (BPH)
Pengkajian
Identitas
Pengkajian keperawatan meliputi antara lain:
1) Identitas
BPH (benigna prostat hyperplasia) biasanya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun, hanya dialami
oleh laki-laki, pada semua suku bangsa . (Prabowo & Pranata, 2014)
2) Keluhan utama
Biasanya client mengeluh nyeri pada saaat miksi, client juga mengeluh sering bak berulang
ulang (anyang-anyangan), terbangun untuk miksi pada malam hari, perasaan ingin miksi yang
sangat mendesak, kalau mau miksi harus menunggu lama, harus mengedan, kencing terputus-
putus. (Wijaya, 2013)
Alasan masuk Rumah sakit :
a. Pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu lama dan harus
mengedan.
b. Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual
c. Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.
d. Pasien mengeluh sering BAK berulang-ulang
e. Pasien mengeluh sering terbangun untuk miksi pada malam hari.(Wijaya, 2013)
17. • 3) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
• 1. Tanda – tanda Vital
• Sirkulasi terdapat peninggian tekanan darah (efek pembesaran
ginjal).Adanyapeningkatan nadi. Hal ini merupakan bentuk
kompensasi dari nyeri yang timbul akibat obstruksi meatus uretralis
dan adanya distensi bladder.Terjadi peningkatan akibat retensi urin
berlangsung lama sering ditemukan adanya tanda gejala
urosepsis.Terjadi peningkatan frekuensi nafas akibat nyeri yang
dirasakan pasien. (Prabowo & Pranata, 2014)
• b. Pemeriksaan body sistem
• 1. Sistem pernapasan
• - Inspeksi : biasanya klien terjadi sesak nafas, frekuensi
pernapasan meningkat.
• - Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada sinetris, getaran
tactil fremitus normal.
• - Perkusi : perkusi paru normal (resonan)
• - Auskultasi : biasanya terdengar suara nafas tambahan seperti
ronchi, wheezing, suara nafas mnurun, dan perubahan bunyi nafas.
(Prabowo & Pranata, 2014)
18. 2. Sistem kardiovaskuler
-Inspeksi : Tidak terdapat sianosis, tidak terdapat tanda–tanda perubahan
letak maupun kelainan pada pemeriksaan inspeksi
-Palpasi : Biasanya denyut nadi meningkat akral hangat CRT detik
-Perkusi : Pada manusia normal pemeriksaan perkusi yang didapatkan
pada thorax adalah redup. (Prabowo & Pranata, 2014)
3. Sistem persyarafan
-Inspeksi : Klien menggigil, kesadaran menurun dengan adanya infeksi
dapat terjadi urosepsis berat (Prabowo & Pranata, 2014)
4. Sistem perkemihan
-Inspeksi : terdapat masssa padat dibawah abdomen bawah (distensi
kandung kemih)
-Palpasi : pada palpasi bimanual ditemukan adanya rabaan pada ginjal
dan pada palpasi supra simfisis akan teraba distensi bladder dan terdapat
nyeri tekan (Prabowo & Pranata, 2014)
19. 5. Sistem pencernaan
Mulut dan tenggorokan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
Abdomen
-Inspeksi : bentuk abdomen datar (simetris), tidak terdapat masa dan
benjolan
-Auskultasi : biasanya bising usus normal ( 5-35)
-Palpasi : tidak terdapat nyeri, tekan dan tidak terdapat pembesaran,
permukaan halus.
-Perkusi : tympani. (Wijaya, 2013)
6. Sistem integument
-Palpasi : Kulit terasa panas, peningkatan suhu tubuh karena adanya
tanda gejala urosepsis, klien menggigil, kesadaran menurun. (Prabowo &
Pranata, 2014)
7. Sistem Muskuluskeletal
Traksi kateter direkatkan dibagian paha klien. Pada paha yang direkatkan
kateter tidak boleh fleksi selama traksi masih diperlukan. (Wijaya, 2013)
8. Sistem endokrin
-Inspeksi:adanyaperubahan keseimbangan hormone testosterone dan
estrogen pada usia lanjut. (Prabowo & Pranata, 2014)
20. 9. Sistem reproduksi
Laki – laki : Pada pemeriksaan penis, uretra dan skrotum tidak ditemukan adanya
kelainan, kecuali adanya penyakit penyerta seperti stenosis meatus. Pemeriksaan RC
(rectal toucher) adalah pemeriksaan sederhana yang paling mudah untuk
menegakkan BPH.Tujuannya adalah untuk menentukan konsistensi system
persyarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat. (Prabowo & Pranata, 2014)
10. Sistem penginderaan
- Inspeksi : pada pasien BPH biasanya pada sistem ini tidak mengalami gangguan
pada penglihatan. (Wijaya A. S., 2013)
11. Sistem imun
Tidak terjadi kelainan imunitas pada penderita BPH. (Wijaya A. S., 2013)
12. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Pranata, 2014) Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran
urin. Secara obyektif pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan
penilaian :
- Flow rate maksimal > 15 ml / dtk= non obstruktif.
- Flow rate maksimal 10 – 15 ml / dtk = border line.
- Flow rate maksimal < 10 ml / dtk= obstruktif.
Urinalisa untuk melihat adanya infeksi, hematuria. Ureum, creatinin, elektrolit untuk
melihat gambaran fungsi ginjal.
13. Program terapi
Kelola dengan baik program operasi, pemasangan kateter, monitoring laboratorium,
dan sebagainya.
21. Diagnosis Keperawatan
Pre Operasi:
Ansietas b.d. krisis situasional, kurang terpapar informasi
Retensi urine b.d. peingkatan tekanan uretra
Nyeri akut b.d. agen pencedera fisiologis
Post Operasi
Nyeri akut b.d. agen pencedera fisik (prosedur operasi)
Resiko infeksi d.d. efek prosedur invasif
Resiko perdarahan d.d tindakan pembedahan