SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA)
Oleh :
Nerie Windi Monica Nur Pratiwi
Anwar Zain
Mukhammad Syehnawafil
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
STIKES HUSADA JOMBANG
2022
Pengertian
 BPH (benign prostatic hyperplasia) adalah
pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara
umum pada pria lebih tua dari 50 tahun)
menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan
pembatasan aliran urinarius (Nuari, 2017)
 Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria
yang terletak di sebelah inferior buli-buli dan
membungkus uretra posterior
 ANATOMI
Menurut Sjamsuhidajat 2011,
derajat BPH dibedakan menjadi
empat, yaitu:
 Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine
sampai habis.
 Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan
urine sampai habis, masih terasa kira-kira 60- 150 cc, ada rasa tidak
enak BAK atau dysuria dan menjadi nocturia.
 Staudium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
 Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh paisen tampak kesakitan, urine
menetes secara periodic ontinen.
Klasifikasi
Etiologi
 Menurut Nuari (2017) & Duarsa (2020), penyebab
BPH belum diketahui, namun beberapa hipotesis
menyebutkan bahwa hyperplasia prostat erat
kaitannya dengan kadar dihidrotestoteron (DHT) dan
proses penuaan
Patofisiologi
 Kelenjar prostat akan mengalami hiperplasi, sejalan dengan
pertambahan usia. Jika prostat membesar, maka akan meluas ke
atas kandung kemih sehingga pada bagian dalam akan
mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran
urine. Keadaan tersebut dapat meningkatkan tekanan intravesikal.
Dimana tekanan intravesikel yang tinggi diteruskan ke seluruh
bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan
pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine
dari buli-buli ke ureter. Keadaan tersebut jika berlangsung terus
akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya
dapat jatuh ke dalam gagal ginjal
Manifestasi Klinis
 1) Gejala obstruktif
 a. Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai
dengan mengejan
 b. Intermittency yaitu terputus-putusnya aliran kencing
 c. Terminal dribbling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing
 d. Pancaran lemah
 e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa
belum puas
 2) Gejala iritasi
 a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan
 b. Frequency yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat
terjadi pada malam hari (nocturia) dan pada siang hari
 c. Dysuria yaitu nyeri pada waktu kencing
Pemeriksaan Penunjang
 Sedimen urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi slauran kemih.
 Kultur urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus menentukan
sensitifitas kuman terhadap beberapa anti mikroba yang diujikan.
 Foto polos abdomen
Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat dan
kadang menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urin yang merupakan
tanda dari retensi urine.
 IVP (Intra Vena Pielografi)
Mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa hidroureter atau
hidronefrosis, memperkirakan besarnya kelenjar prostat, penyakit pada buli- buli.
 Ultrasonografi (Trans abdominal dan trans rektal)
Untuk mengetahui pembesaran prostat, volume buli-buli atau mengukur sisa urin
dan keadaan patologi lainnya seperti difertikel, tumor.
 Systocopy
Untuk mengukur besar prostat dengan megukur panjang uretra parsprostatika dan
melihat prostat ke dalam rectum
Komplikasi
 komplikasi pembesaran prostat meliputi:
a. Ketidakmampuan untuk buang air kecil
mendadak (retensi urine).
b. Infeksi saluran kemih (ISK).
c. Batu empedu.
d. Kerusakan kandung kemih.
e. Kerusakan ginjal.
Penatalaksanaan
 Berikut beberapa penatalaksanaan BPH antara lain:
 a) Observasi (watchfull waiting)
Biasa dilakukan untuk pasien dengan keluhan ringan dan
biasanya pasien dianjurkan untuk mengurangi minum, setelah makan
malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat- obatan
dekongestan, mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan
minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Setiap 3 bulan
dilakukan kontrol keluhan, sisa kencing, dan pemeriksaan colok dubur.
 b) Terapi medikamentosa
a. Penghambat adrenergika (prazosin, tetrazosin): menghambat
reseptor pada otot polos di leher vesika, prostat sehingga terjadi
relaksasi.
b. Penghambat enzim 5-a-reduktase, menghambat pembentukan
DHT sehingga prostat yang membesar akan mengecil
 c) Terapi bedah
Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi
absolut untuk terapi bedah yaitu:
a. Retensi urine berulang
b. Hematuria
c. Tanda penurunan fungsi ginjal
d. Infeksi saluran kemih berulang
e. Tanda obstruksi berat seperti hidrokel
f. Ada batu saluran kemih
Menurut Brunner (2013), beberapa tindakan bedah yang dilakukan antara lain sebagai
berikut:
a. Terapi invasif secara minimal yang meliputi terapi panas
mikro-gelombang transuretra (Transurethral Microwave
Heat Treatment /TUMT), kompres panas ke jaringan
prostat, ablasi jarum transuretra (Transurethral Needle
Ablation/TUNA)
b. Reseksi bedah antara lain reseksi prostat transuretra/
TURP (Transurethral Resection of The Prostate) yang
merupakan standar terapi bedah, insisi prostat
transuretra/ TUIP (Transurethral Incision of The Prostate),
elektrovaporisasi transuretra, terapi laser, dan
prostatektomi terbuka.
 d) Kateterisasi urine
Konsep Asuhan Keperawatan Benign
Prostatic Hyperplasia (BPH)
 Pengkajian
 Identitas
Pengkajian keperawatan meliputi antara lain:
1) Identitas
BPH (benigna prostat hyperplasia) biasanya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun, hanya dialami
oleh laki-laki, pada semua suku bangsa . (Prabowo & Pranata, 2014)
2) Keluhan utama
Biasanya client mengeluh nyeri pada saaat miksi, client juga mengeluh sering bak berulang
ulang (anyang-anyangan), terbangun untuk miksi pada malam hari, perasaan ingin miksi yang
sangat mendesak, kalau mau miksi harus menunggu lama, harus mengedan, kencing terputus-
putus. (Wijaya, 2013)
Alasan masuk Rumah sakit :
a. Pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu lama dan harus
mengedan.
b. Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual
c. Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.
d. Pasien mengeluh sering BAK berulang-ulang
e. Pasien mengeluh sering terbangun untuk miksi pada malam hari.(Wijaya, 2013)
• 3) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
• 1. Tanda – tanda Vital
• Sirkulasi terdapat peninggian tekanan darah (efek pembesaran
ginjal).Adanyapeningkatan nadi. Hal ini merupakan bentuk
kompensasi dari nyeri yang timbul akibat obstruksi meatus uretralis
dan adanya distensi bladder.Terjadi peningkatan akibat retensi urin
berlangsung lama sering ditemukan adanya tanda gejala
urosepsis.Terjadi peningkatan frekuensi nafas akibat nyeri yang
dirasakan pasien. (Prabowo & Pranata, 2014)
• b. Pemeriksaan body sistem
• 1. Sistem pernapasan
• - Inspeksi : biasanya klien terjadi sesak nafas, frekuensi
pernapasan meningkat.
• - Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada sinetris, getaran
tactil fremitus normal.
• - Perkusi : perkusi paru normal (resonan)
• - Auskultasi : biasanya terdengar suara nafas tambahan seperti
ronchi, wheezing, suara nafas mnurun, dan perubahan bunyi nafas.
(Prabowo & Pranata, 2014)
 2. Sistem kardiovaskuler
 -Inspeksi : Tidak terdapat sianosis, tidak terdapat tanda–tanda perubahan
letak maupun kelainan pada pemeriksaan inspeksi
 -Palpasi : Biasanya denyut nadi meningkat akral hangat CRT detik
 -Perkusi : Pada manusia normal pemeriksaan perkusi yang didapatkan
pada thorax adalah redup. (Prabowo & Pranata, 2014)
 3. Sistem persyarafan
 -Inspeksi : Klien menggigil, kesadaran menurun dengan adanya infeksi
dapat terjadi urosepsis berat (Prabowo & Pranata, 2014)
 4. Sistem perkemihan
 -Inspeksi : terdapat masssa padat dibawah abdomen bawah (distensi
kandung kemih)
 -Palpasi : pada palpasi bimanual ditemukan adanya rabaan pada ginjal
dan pada palpasi supra simfisis akan teraba distensi bladder dan terdapat
nyeri tekan (Prabowo & Pranata, 2014)
 5. Sistem pencernaan
Mulut dan tenggorokan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
Abdomen
 -Inspeksi : bentuk abdomen datar (simetris), tidak terdapat masa dan
benjolan
 -Auskultasi : biasanya bising usus normal ( 5-35)
 -Palpasi : tidak terdapat nyeri, tekan dan tidak terdapat pembesaran,
permukaan halus.
 -Perkusi : tympani. (Wijaya, 2013)
 6. Sistem integument
 -Palpasi : Kulit terasa panas, peningkatan suhu tubuh karena adanya
tanda gejala urosepsis, klien menggigil, kesadaran menurun. (Prabowo &
Pranata, 2014)
 7. Sistem Muskuluskeletal
 Traksi kateter direkatkan dibagian paha klien. Pada paha yang direkatkan
kateter tidak boleh fleksi selama traksi masih diperlukan. (Wijaya, 2013)
 8. Sistem endokrin
 -Inspeksi:adanyaperubahan keseimbangan hormone testosterone dan
estrogen pada usia lanjut. (Prabowo & Pranata, 2014)
 9. Sistem reproduksi
 Laki – laki : Pada pemeriksaan penis, uretra dan skrotum tidak ditemukan adanya
kelainan, kecuali adanya penyakit penyerta seperti stenosis meatus. Pemeriksaan RC
(rectal toucher) adalah pemeriksaan sederhana yang paling mudah untuk
menegakkan BPH.Tujuannya adalah untuk menentukan konsistensi system
persyarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat. (Prabowo & Pranata, 2014)
 10. Sistem penginderaan
 - Inspeksi : pada pasien BPH biasanya pada sistem ini tidak mengalami gangguan
pada penglihatan. (Wijaya A. S., 2013)
 11. Sistem imun
 Tidak terjadi kelainan imunitas pada penderita BPH. (Wijaya A. S., 2013)
 12. Pemeriksaan penunjang
 Menurut (Pranata, 2014) Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran
urin. Secara obyektif pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan
penilaian :
 - Flow rate maksimal > 15 ml / dtk= non obstruktif.
 - Flow rate maksimal 10 – 15 ml / dtk = border line.
 - Flow rate maksimal < 10 ml / dtk= obstruktif.
 Urinalisa untuk melihat adanya infeksi, hematuria. Ureum, creatinin, elektrolit untuk
melihat gambaran fungsi ginjal.
 13. Program terapi
 Kelola dengan baik program operasi, pemasangan kateter, monitoring laboratorium,
dan sebagainya.
Diagnosis Keperawatan
 Pre Operasi:
 Ansietas b.d. krisis situasional, kurang terpapar informasi
 Retensi urine b.d. peingkatan tekanan uretra
 Nyeri akut b.d. agen pencedera fisiologis
 Post Operasi
 Nyeri akut b.d. agen pencedera fisik (prosedur operasi)
 Resiko infeksi d.d. efek prosedur invasif
 Resiko perdarahan d.d tindakan pembedahan
MATUR SUWON
ANY
QUESTION?

More Related Content

Similar to 1. PPT BPH.pptx

Askep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptx
Askep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptxAskep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptx
Askep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptxJoniSiahaan
 
Rangkuman Materi Urologi
Rangkuman Materi UrologiRangkuman Materi Urologi
Rangkuman Materi UrologiEvan Permana
 
GADAR dan KEKRITISAN KEMIH.ppt
GADAR dan KEKRITISAN KEMIH.pptGADAR dan KEKRITISAN KEMIH.ppt
GADAR dan KEKRITISAN KEMIH.pptDeni Wahyudi
 
PPT BPH KEL 4.pptx
PPT BPH KEL 4.pptxPPT BPH KEL 4.pptx
PPT BPH KEL 4.pptxNurulIklima1
 
Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Askep Benigna Prostat Hiperplasia Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Askep Benigna Prostat Hiperplasia Fransiska Oktafiani
 
358484597 ureterolithiasis
358484597 ureterolithiasis358484597 ureterolithiasis
358484597 ureterolithiasisElvira Cesarena
 
Askep isk fitri fix
Askep isk fitri fixAskep isk fitri fix
Askep isk fitri fixFirtie Cielo
 
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTAOBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTANindi Yulianti
 
Benign Prostate Hipertrophy (BPH) .ppt
Benign Prostate Hipertrophy (BPH)   .pptBenign Prostate Hipertrophy (BPH)   .ppt
Benign Prostate Hipertrophy (BPH) .pptazwararifki1993
 
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptxBPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptxImanuelSoni
 
1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...
1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...
1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...bianestesi
 
Soal ileus
Soal ileusSoal ileus
Soal ileusrakkas
 

Similar to 1. PPT BPH.pptx (20)

Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptx
Askep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptxAskep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptx
Askep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptx
 
Case Reflection BPH.pptx
Case Reflection BPH.pptxCase Reflection BPH.pptx
Case Reflection BPH.pptx
 
Rangkuman Materi Urologi
Rangkuman Materi UrologiRangkuman Materi Urologi
Rangkuman Materi Urologi
 
GADAR dan KEKRITISAN KEMIH.ppt
GADAR dan KEKRITISAN KEMIH.pptGADAR dan KEKRITISAN KEMIH.ppt
GADAR dan KEKRITISAN KEMIH.ppt
 
Satpel bph
Satpel bphSatpel bph
Satpel bph
 
PPT BPH KEL 4.pptx
PPT BPH KEL 4.pptxPPT BPH KEL 4.pptx
PPT BPH KEL 4.pptx
 
Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Askep Benigna Prostat Hiperplasia Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Askep Benigna Prostat Hiperplasia
 
358484597 ureterolithiasis
358484597 ureterolithiasis358484597 ureterolithiasis
358484597 ureterolithiasis
 
Askep isk fitri fix
Askep isk fitri fixAskep isk fitri fix
Askep isk fitri fix
 
Eliminasi Urine.ppt
Eliminasi Urine.pptEliminasi Urine.ppt
Eliminasi Urine.ppt
 
Rentensi urine
Rentensi urineRentensi urine
Rentensi urine
 
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTAOBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
 
Retensi urine
Retensi  urineRetensi  urine
Retensi urine
 
Benign prostate hyperplasia
Benign prostate hyperplasiaBenign prostate hyperplasia
Benign prostate hyperplasia
 
Benign Prostate Hipertrophy (BPH) .ppt
Benign Prostate Hipertrophy (BPH)   .pptBenign Prostate Hipertrophy (BPH)   .ppt
Benign Prostate Hipertrophy (BPH) .ppt
 
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptxBPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
 
1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...
1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...
1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...
 
104250978 case-bph
104250978 case-bph104250978 case-bph
104250978 case-bph
 
Soal ileus
Soal ileusSoal ileus
Soal ileus
 

Recently uploaded

RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RambuIntanKondi
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptssuser551745
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptxNezaPurna
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdfbendaharadakpkmbajay
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxDwiHmHsb1
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALBagasTriNugroho5
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxhellokarin81
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024PyrecticWilliams1
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanB117IsnurJannah
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...nadyahermawan
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiRizalMalik9
 

Recently uploaded (20)

RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 

1. PPT BPH.pptx

  • 1. BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA) Oleh : Nerie Windi Monica Nur Pratiwi Anwar Zain Mukhammad Syehnawafil PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN STIKES HUSADA JOMBANG 2022
  • 2. Pengertian  BPH (benign prostatic hyperplasia) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius (Nuari, 2017)
  • 3.  Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior  ANATOMI
  • 4. Menurut Sjamsuhidajat 2011, derajat BPH dibedakan menjadi empat, yaitu:  Stadium I Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis.  Stadium II Ada retensi urine tetapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis, masih terasa kira-kira 60- 150 cc, ada rasa tidak enak BAK atau dysuria dan menjadi nocturia.  Staudium III Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.  Stadium IV Retensi urine total, buli-buli penuh paisen tampak kesakitan, urine menetes secara periodic ontinen. Klasifikasi
  • 5. Etiologi  Menurut Nuari (2017) & Duarsa (2020), penyebab BPH belum diketahui, namun beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hyperplasia prostat erat kaitannya dengan kadar dihidrotestoteron (DHT) dan proses penuaan
  • 6. Patofisiologi  Kelenjar prostat akan mengalami hiperplasi, sejalan dengan pertambahan usia. Jika prostat membesar, maka akan meluas ke atas kandung kemih sehingga pada bagian dalam akan mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan tersebut dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Dimana tekanan intravesikel yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter. Keadaan tersebut jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal
  • 7.
  • 8.
  • 9.
  • 10.
  • 11. Manifestasi Klinis  1) Gejala obstruktif  a. Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan  b. Intermittency yaitu terputus-putusnya aliran kencing  c. Terminal dribbling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing  d. Pancaran lemah  e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas  2) Gejala iritasi  a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan  b. Frequency yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari (nocturia) dan pada siang hari  c. Dysuria yaitu nyeri pada waktu kencing
  • 12. Pemeriksaan Penunjang  Sedimen urin Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi slauran kemih.  Kultur urin Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa anti mikroba yang diujikan.  Foto polos abdomen Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat dan kadang menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urin yang merupakan tanda dari retensi urine.  IVP (Intra Vena Pielografi) Mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis, memperkirakan besarnya kelenjar prostat, penyakit pada buli- buli.  Ultrasonografi (Trans abdominal dan trans rektal) Untuk mengetahui pembesaran prostat, volume buli-buli atau mengukur sisa urin dan keadaan patologi lainnya seperti difertikel, tumor.  Systocopy Untuk mengukur besar prostat dengan megukur panjang uretra parsprostatika dan melihat prostat ke dalam rectum
  • 13. Komplikasi  komplikasi pembesaran prostat meliputi: a. Ketidakmampuan untuk buang air kecil mendadak (retensi urine). b. Infeksi saluran kemih (ISK). c. Batu empedu. d. Kerusakan kandung kemih. e. Kerusakan ginjal.
  • 14. Penatalaksanaan  Berikut beberapa penatalaksanaan BPH antara lain:  a) Observasi (watchfull waiting) Biasa dilakukan untuk pasien dengan keluhan ringan dan biasanya pasien dianjurkan untuk mengurangi minum, setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat- obatan dekongestan, mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Setiap 3 bulan dilakukan kontrol keluhan, sisa kencing, dan pemeriksaan colok dubur.  b) Terapi medikamentosa a. Penghambat adrenergika (prazosin, tetrazosin): menghambat reseptor pada otot polos di leher vesika, prostat sehingga terjadi relaksasi. b. Penghambat enzim 5-a-reduktase, menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan mengecil
  • 15.  c) Terapi bedah Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu: a. Retensi urine berulang b. Hematuria c. Tanda penurunan fungsi ginjal d. Infeksi saluran kemih berulang e. Tanda obstruksi berat seperti hidrokel f. Ada batu saluran kemih Menurut Brunner (2013), beberapa tindakan bedah yang dilakukan antara lain sebagai berikut: a. Terapi invasif secara minimal yang meliputi terapi panas mikro-gelombang transuretra (Transurethral Microwave Heat Treatment /TUMT), kompres panas ke jaringan prostat, ablasi jarum transuretra (Transurethral Needle Ablation/TUNA) b. Reseksi bedah antara lain reseksi prostat transuretra/ TURP (Transurethral Resection of The Prostate) yang merupakan standar terapi bedah, insisi prostat transuretra/ TUIP (Transurethral Incision of The Prostate), elektrovaporisasi transuretra, terapi laser, dan prostatektomi terbuka.  d) Kateterisasi urine
  • 16. Konsep Asuhan Keperawatan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)  Pengkajian  Identitas Pengkajian keperawatan meliputi antara lain: 1) Identitas BPH (benigna prostat hyperplasia) biasanya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun, hanya dialami oleh laki-laki, pada semua suku bangsa . (Prabowo & Pranata, 2014) 2) Keluhan utama Biasanya client mengeluh nyeri pada saaat miksi, client juga mengeluh sering bak berulang ulang (anyang-anyangan), terbangun untuk miksi pada malam hari, perasaan ingin miksi yang sangat mendesak, kalau mau miksi harus menunggu lama, harus mengedan, kencing terputus- putus. (Wijaya, 2013) Alasan masuk Rumah sakit : a. Pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu lama dan harus mengedan. b. Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual c. Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa. d. Pasien mengeluh sering BAK berulang-ulang e. Pasien mengeluh sering terbangun untuk miksi pada malam hari.(Wijaya, 2013)
  • 17. • 3) Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum • 1. Tanda – tanda Vital • Sirkulasi terdapat peninggian tekanan darah (efek pembesaran ginjal).Adanyapeningkatan nadi. Hal ini merupakan bentuk kompensasi dari nyeri yang timbul akibat obstruksi meatus uretralis dan adanya distensi bladder.Terjadi peningkatan akibat retensi urin berlangsung lama sering ditemukan adanya tanda gejala urosepsis.Terjadi peningkatan frekuensi nafas akibat nyeri yang dirasakan pasien. (Prabowo & Pranata, 2014) • b. Pemeriksaan body sistem • 1. Sistem pernapasan • - Inspeksi : biasanya klien terjadi sesak nafas, frekuensi pernapasan meningkat. • - Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada sinetris, getaran tactil fremitus normal. • - Perkusi : perkusi paru normal (resonan) • - Auskultasi : biasanya terdengar suara nafas tambahan seperti ronchi, wheezing, suara nafas mnurun, dan perubahan bunyi nafas. (Prabowo & Pranata, 2014)
  • 18.  2. Sistem kardiovaskuler  -Inspeksi : Tidak terdapat sianosis, tidak terdapat tanda–tanda perubahan letak maupun kelainan pada pemeriksaan inspeksi  -Palpasi : Biasanya denyut nadi meningkat akral hangat CRT detik  -Perkusi : Pada manusia normal pemeriksaan perkusi yang didapatkan pada thorax adalah redup. (Prabowo & Pranata, 2014)  3. Sistem persyarafan  -Inspeksi : Klien menggigil, kesadaran menurun dengan adanya infeksi dapat terjadi urosepsis berat (Prabowo & Pranata, 2014)  4. Sistem perkemihan  -Inspeksi : terdapat masssa padat dibawah abdomen bawah (distensi kandung kemih)  -Palpasi : pada palpasi bimanual ditemukan adanya rabaan pada ginjal dan pada palpasi supra simfisis akan teraba distensi bladder dan terdapat nyeri tekan (Prabowo & Pranata, 2014)
  • 19.  5. Sistem pencernaan Mulut dan tenggorokan : hilang nafsu makan, mual dan muntah. Abdomen  -Inspeksi : bentuk abdomen datar (simetris), tidak terdapat masa dan benjolan  -Auskultasi : biasanya bising usus normal ( 5-35)  -Palpasi : tidak terdapat nyeri, tekan dan tidak terdapat pembesaran, permukaan halus.  -Perkusi : tympani. (Wijaya, 2013)  6. Sistem integument  -Palpasi : Kulit terasa panas, peningkatan suhu tubuh karena adanya tanda gejala urosepsis, klien menggigil, kesadaran menurun. (Prabowo & Pranata, 2014)  7. Sistem Muskuluskeletal  Traksi kateter direkatkan dibagian paha klien. Pada paha yang direkatkan kateter tidak boleh fleksi selama traksi masih diperlukan. (Wijaya, 2013)  8. Sistem endokrin  -Inspeksi:adanyaperubahan keseimbangan hormone testosterone dan estrogen pada usia lanjut. (Prabowo & Pranata, 2014)
  • 20.  9. Sistem reproduksi  Laki – laki : Pada pemeriksaan penis, uretra dan skrotum tidak ditemukan adanya kelainan, kecuali adanya penyakit penyerta seperti stenosis meatus. Pemeriksaan RC (rectal toucher) adalah pemeriksaan sederhana yang paling mudah untuk menegakkan BPH.Tujuannya adalah untuk menentukan konsistensi system persyarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat. (Prabowo & Pranata, 2014)  10. Sistem penginderaan  - Inspeksi : pada pasien BPH biasanya pada sistem ini tidak mengalami gangguan pada penglihatan. (Wijaya A. S., 2013)  11. Sistem imun  Tidak terjadi kelainan imunitas pada penderita BPH. (Wijaya A. S., 2013)  12. Pemeriksaan penunjang  Menurut (Pranata, 2014) Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin. Secara obyektif pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan penilaian :  - Flow rate maksimal > 15 ml / dtk= non obstruktif.  - Flow rate maksimal 10 – 15 ml / dtk = border line.  - Flow rate maksimal < 10 ml / dtk= obstruktif.  Urinalisa untuk melihat adanya infeksi, hematuria. Ureum, creatinin, elektrolit untuk melihat gambaran fungsi ginjal.  13. Program terapi  Kelola dengan baik program operasi, pemasangan kateter, monitoring laboratorium, dan sebagainya.
  • 21. Diagnosis Keperawatan  Pre Operasi:  Ansietas b.d. krisis situasional, kurang terpapar informasi  Retensi urine b.d. peingkatan tekanan uretra  Nyeri akut b.d. agen pencedera fisiologis  Post Operasi  Nyeri akut b.d. agen pencedera fisik (prosedur operasi)  Resiko infeksi d.d. efek prosedur invasif  Resiko perdarahan d.d tindakan pembedahan
  • 22.
  • 23.
  • 24.
  • 25.
  • 26.