SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Oleh :
Monika Tessalonika H. M. P.
(G992108044)
Hana Ayu Shafira
(G992102029)⁩
Syahidah Nabila M. S.
(G992102115)
Rahmah Hasanah Putri
(G992102104)
Periode:
22 - 28 November 2021
Ilmiah Urologi
Pembimbing:
dr. Syaeful Agung Wibowo, Sp. U
2
KATETER
KATETERISASI
Merupakan prosedur drainase
atau aspirasi kandung kemih
atau reservoir urin
menggunakan selang kateter.
3
(PERKINA, 2019)
DEFINISI
4
01
05
06
02
03
Meringankan retensi urin akut
maupun kronis.
Mendapatkan sampel urin.
Drainase urin pada bayi dengan
neurogenik/disfungsi/retensi
pada kandung kemih.
Menentukan jumlah post void
residual urine.
Mendapatkan pengukuran urin
output yang akurat.
04
Mengevaluasi atau
menyingkirkan adanya obstruksi
TUJUAN KATETERISASI
Berdasarkan metode insersinya, kateter dibagi menjadi 3:
1. Kateter Eksternal = menempel pada genitalia eksterna pada pria, atau
daerah pubis pada wanita. Berguna untuk manajemen inkontinensia urin.
2. Kateter Uretral = kateter yang masuk melalui uretra, dengan ujung
kateter berada di dasar buli.
3. Kateter Suprapubik = kateter yang dimasukkan ke buli melalui prosedur
pembedahan dari suprapubik.
5
JENIS-JENIS KATETER
Berdasarkan bahannya, kateter dibagi menjadi:
a. Latex Catheter
b. Silicone Catheter = digunakan pada pasien dengan alergi latex. Kateter ini
memiliki lumen drainase dengan diameter yang lebih besar.
c. Polyvinylchloride (PVC) Catheter = digunakan dalam kateter Nelaton.
Kateter ini dapat keras, tetapi melunak pada suhu tubuh.
6
JENIS-JENIS KATETER
STRAIGHT NELATON CATHETER / ONE WAY
CATHETER
● Hanya memiliki 1 lumen dan tidak ada balon.
● Digunakan untuk kateterisasi intermiten.
● Tidak dimaksudkan untuk penggunaan jangka
panjang.
● Dapat juga digunakan untuk dilatasi striktur
uretra, studi urodinamik dan untuk memasukkan
obat-obatan intravesikal.
7
TIPE
KATETER
TWO-WAY FOLEY CATHETER
● Digunakan untuk kateterisasi indwelling.
● Memiliki lumen ganda = 1 untuk mengeluarkan
urin, dan yang lainnya untuk mengembangkan
balon air untuk memfiksasi kateter di buli.
THREE-WAY FOLEY CATHETER
● Memiliki 3 lumen
● Dapat digunakan untuk pengeluaran urin dari
buli dan medikasi.
● Digunakan biasanya pasca operasi urologi atau
pada pasien dengan hematuria.
8
TIPE
KATETER
UKURAN KATETER
01 Kateter memiliki ukuran dengan
satuan Charriere (Ch) atau French
gauge ( Fg atau Fr) dan
menunjukkan diameter eksternal 1
mm= 3Ch
02 Panduan Umum:
● 6-10 Fg : Pediatri
● 12-14 Fg : Wanita
● 14-18 Fg : Laki-laki
● 14-20 Fg : Suprapubik
● 18-22 Fg : Hematuria
(The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013)
Ukuran kateter harus disesuaikan per individu dan dipilih
ukuran terkecil yang dapat men-drainage dengan baik
PANJANG KATETER
01 Terdapat tiga ukuran panjang kateter:
Standard :41-45cm
Female :20-25cm
Paediatric: 30cm
02 Kateter ukuran panjang standard dapat digunakan baik
oleh laki-laki maupun perempuan
Kateter ukuran panjang female menyediakan
keleluasaan dan kenyamanan untuk kateterisasi jangka
panjang pada wanita, namun tidak tepat digunakan pada
pasien wanita yang bedridden atau obese
Kateter dengan ukuran panjang female tidak boleh
digunakan pada kateterisasi pria karena risiko trauma
uretra
(The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013)
11
Retensi Urin Akut
Retensi urin kronis pada
pasien yang bergejala
Monitoring urine output
pada gagal ginjal akut dan
pasien sakit kritis
drainage bladder pre dan
post operative
Kebutuhan untuk
monitoring intra-
operative selama operasi
INDIKASI PEMASANGAN KATETER URETRA
(The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013)
12
Alat bantu diagnostik
(pengambilan sampel
urinalisis, studi
urodinamik)
Irigasi bladder pada
pasien dengan gross
hematuria
Pasien dengan gangguan
neurologis yang
menyebabkan paralisis
atau hilangnya sensasi
untuk berkemih
INDIKASI PEMASANGAN KATETER URETRA
(The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013)
1. Prostatitis Akut
2. Suspek Trauma
Uretra ( biasanya
pada kondisi
fraktur pelvis)
13
KONTRAINDIKASI PEMASANGAN KATETER URETRA
3. Infeksi uretra
(The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013)
4. Penolakan pasien
Haider MZ, Annamaraju P. Bladder Catheterization. [Updated 2021 Aug 22]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
1. Retensi urin akut atau kronis
yang gagal dengan katerisasi
uretral
2. Pilihan sesuai dengan
kebutuhan pasien
(seperti pasien dengan
kursi roda)
7. Kenyamanan
pasien
14
INDIKASI PEMASANGAN KATETER SUPRAPUBIK
3. Drainase bladder
jangka panjang untuk
pasien dengan penyakit
neurologis
4. Masalah anatomi pada
uretra seperti striktur,
obstruksi, trauma
5. Suspek trauma pelvis
atau uretra
6. Prostatitis Akut
(The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013)
15
1.Riwayat operasi abdomen
bagian bawah dengan jaringan
parut/adhesi
2. Hematuria yang tidak
ketahui penyebabnya
(unexplained hematuria)
3. Kanker pelvis dengan
atau tanpa radiasi dengan
peningkatan risiko adhesi
4. Obesitas
5. Kehamilan
6. Suspek kista ovrii
7. Ascites
8. Terapi anti koagulan
atau gangguan
pembekuan darah
(The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013)
KONTRAINDIKASI PEMASANGAN KATETER SUPRAPUBIK
Prosedur
Pemasangan
16
Peralatan
● Sarung tangan steril
● Sarung tangan non steril
● Sterile water 10-30cc
● Xylocaine jelly
● Kateter dengan ukuran yang sesuai
● Urine bag
● Underpad
● Larutan antiseptik
● Spuit 10 cc (2)
● Duk steril
● Plester untuk fiksasi
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan dan
mendapatkan persetujuan inform consent dari pasien
1. Memastikan tempat pemasangan kateter memiliki
pencahayaan yang baik dan tertutup, sehingga privasi
pasien terjaga.
1. Memposisikan pasien dengan posisi terlentang (bagi pria) &
posisi litotomi (pada wanita) diatas underpad yang telah
diletakkan dibawah bokong pasien.
1. Siapkan seluruh peralatan yang akan digunakan untuk
menunjang prosedur pemasangan kateter.
1. Setelah melakukan tindakan aseptik, Buka kateter set
dengan teknik aseptik. Siapkan larutan pembersih serta
spuit berisi Aquades untuk mengembangkan balon.
1. Lakukan hand hygiene serta gunakan sarung tangan steril
sebelum melaksanakan tindakan.
Persiapan
(The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013)
Pemasangan Kateter Uretra Pria
(The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013)
19
Melakukan hand hygiene
dan gunakan sarung
tangan non-steril.Tarik
preputium lakukan
disinfeksi glans penis
dengan gerakan melingkar
dari meatus ke luar hingga
pangkal penis.
Lepas sarung
tangan non-steril,
cuci tangan dan
gunakan sarung
tangan steril.
Kemudian pasang
duk steril.
Masukkan xylocaine
jelly ke dalam OUE.
Pegang penis dengan
tangan yang tidak
dominan, dibagian
bawah glans penis,
dan diposisikan
membentuk sudut 90º
terhadap tubuh
Masukkan kateter
sampai terasa tahanan
(pada sfingter uretra
eksterna), perintahkan
pasien untuk
mengambil napas
dalam supaya sfingter
uretra eksterna relaks
Kateter terus didorong
masuk ke buli sampai
percabangan kateter
menyentuh meatus
uretra eksterna
Kembangkan balon
kateter dengan spuit
berisi aquades 10-30
cc.
Tarik kateter secara
perlahan sampai
terasa adanya
resistensi
Fiksasi kateter
menggunakan plester
di daerah inguinal
atau paha bagian
proksimal
Kateter Uretra Wanita
Lepas sarung tangan non-
steril, cuci tangan, pasang
sarung tangan steril.
Kemudian lubrikasi
kateter dan meatus uretra
dengan gel,
1
Setelah melakukan hand
hygiene (mencuci tangan
dan menggunakan sarung
tangan non-steril), lakukan
disinfeksi pada daerah
labia dan uretra, daerah
genitalia dipersempit
dengan duk steril.
2 3
Masukkan kateter ke
Orifisium Uretera Eksterna
secara perlahan, kateter
didorong hingga sampai ke
buli-buli yang ditandai
dengan keluarnya urin dari
lubang kateter (sebaiknya
didorong lagi kurang lebih
2 inchi)
Perlahan kembangkan
balon kateter dengan
menggunakan sebanyak
kurang lebih 5-10 cc air
steril. Pastikan sudah
terasa tahanan saat
kateter terpasang.
4 5
Kateter difiksasi di daerah
inguinal atau di paha
bagian proksimal. Pastikan
bahwa kateter tidak
menjadi kencang saat
pasien melakukan
mobilisasi.
(The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013)
● Posisi pemasangan kateter yang salah → ruptur
uretra, pendarahan
● Catheter-Associated Urinary Tract Infections →
pada pemakaian kateter jangka panjang
● Luka kronis yang terjadi pada pemasangan
kateter → Striktur uretra
● Masalah pada kateter → alergi terhadap bahan
kateter, kebocoran urin, obstruksi kateter
● Kegagalan kulit preputium kembali ke posisi
awal setelah pemasangan kateter
→ parafimosis
● Berkemih disertai nyeri dan kebocoran urin
diluar kateter → Spasme Vesica Urinaria
21
Risiko Komplikasi
(Shlamovitz, 2021; Cravens, 2000)
- Australia and New Zealand Urological Nurses Society Catheterisation Guideline Working Party. 2013. Catheterisation
Clinical Guidelines. ANZUNS: Victoria
- Cravens, D. 2000. Urinary Catheter Management. Dapat diakses di https://www.aafp.org/afp/2000/0115/p369.html.
Diakses pada 26 November 2021.
- Shlamovitz, GZ. 2021. Urethral Catheterization in Men. Dapat diakses di https://emedicine.medscape.com/article/80716-
oveview. Diakses pada 26 November 2021.
- Haider MZ, Annamaraju P. Bladder Catheterization. [Updated 2021 Aug 22]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560748/.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
THANKS

More Related Content

Similar to Ilmiah Urologi 22-28 November 2021d.pptx

Batu vesica urinaria + TO
Batu vesica urinaria + TOBatu vesica urinaria + TO
Batu vesica urinaria + TOHospital
 
Retensi urin
Retensi urinRetensi urin
Retensi urinankdutgha
 
SIMULASI KASUS EMERGENSI OBSTETRI PKM.pptx
SIMULASI KASUS EMERGENSI OBSTETRI PKM.pptxSIMULASI KASUS EMERGENSI OBSTETRI PKM.pptx
SIMULASI KASUS EMERGENSI OBSTETRI PKM.pptxAsnayaTirewa
 
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdfadoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdfAuraAndini2
 
Pengantar ginekologi-obstetri-papsmear-rumahsakit-klinik ginekolog
Pengantar ginekologi-obstetri-papsmear-rumahsakit-klinik ginekologPengantar ginekologi-obstetri-papsmear-rumahsakit-klinik ginekolog
Pengantar ginekologi-obstetri-papsmear-rumahsakit-klinik ginekologDokter Ginekologi
 
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptx
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptxKLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptx
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptxangelmanurip
 
Penatalaksanaan medis hidronefrosis
Penatalaksanaan medis hidronefrosisPenatalaksanaan medis hidronefrosis
Penatalaksanaan medis hidronefrosisMiranti Nur Fitriana
 
2a. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim AKDR.pptx
2a. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim AKDR.pptx2a. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim AKDR.pptx
2a. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim AKDR.pptxHikayatWahyu
 
Jourding 01 progesterone
Jourding 01 progesteroneJourding 01 progesterone
Jourding 01 progesteronePutri Intan
 
Kasus Pemasangan NGT pada Ny.R .pptx
Kasus Pemasangan NGT pada Ny.R .pptxKasus Pemasangan NGT pada Ny.R .pptx
Kasus Pemasangan NGT pada Ny.R .pptxanisaslstia
 
PPT USG DAN CTG BESTIE edit.pptx
PPT USG DAN CTG BESTIE edit.pptxPPT USG DAN CTG BESTIE edit.pptx
PPT USG DAN CTG BESTIE edit.pptxHildaRahayu3
 
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urin
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi UrinPemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urin
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urinpjj_kemenkes
 
Pemasangan ngt
Pemasangan ngtPemasangan ngt
Pemasangan ngtChiyapuri
 
Makalah pemberian obat sc iv
Makalah pemberian obat sc ivMakalah pemberian obat sc iv
Makalah pemberian obat sc ivImas Nufazah
 
Modul gastrostomy dho
Modul gastrostomy dhoModul gastrostomy dho
Modul gastrostomy dhoDewaHerryOka
 

Similar to Ilmiah Urologi 22-28 November 2021d.pptx (20)

Batu vesica urinaria + TO
Batu vesica urinaria + TOBatu vesica urinaria + TO
Batu vesica urinaria + TO
 
Retensi urin
Retensi urinRetensi urin
Retensi urin
 
SIMULASI KASUS EMERGENSI OBSTETRI PKM.pptx
SIMULASI KASUS EMERGENSI OBSTETRI PKM.pptxSIMULASI KASUS EMERGENSI OBSTETRI PKM.pptx
SIMULASI KASUS EMERGENSI OBSTETRI PKM.pptx
 
Http akdr
Http akdrHttp akdr
Http akdr
 
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdfadoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
 
Pengantar ginekologi-obstetri-papsmear-rumahsakit-klinik ginekolog
Pengantar ginekologi-obstetri-papsmear-rumahsakit-klinik ginekologPengantar ginekologi-obstetri-papsmear-rumahsakit-klinik ginekolog
Pengantar ginekologi-obstetri-papsmear-rumahsakit-klinik ginekolog
 
Tata cara akdr
Tata cara akdrTata cara akdr
Tata cara akdr
 
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptx
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptxKLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptx
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptx
 
Penatalaksanaan medis hidronefrosis
Penatalaksanaan medis hidronefrosisPenatalaksanaan medis hidronefrosis
Penatalaksanaan medis hidronefrosis
 
striktur uretra
striktur uretrastriktur uretra
striktur uretra
 
2a. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim AKDR.pptx
2a. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim AKDR.pptx2a. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim AKDR.pptx
2a. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim AKDR.pptx
 
Jourding 01 progesterone
Jourding 01 progesteroneJourding 01 progesterone
Jourding 01 progesterone
 
Kasus Pemasangan NGT pada Ny.R .pptx
Kasus Pemasangan NGT pada Ny.R .pptxKasus Pemasangan NGT pada Ny.R .pptx
Kasus Pemasangan NGT pada Ny.R .pptx
 
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASIPEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
 
PPT USG DAN CTG BESTIE edit.pptx
PPT USG DAN CTG BESTIE edit.pptxPPT USG DAN CTG BESTIE edit.pptx
PPT USG DAN CTG BESTIE edit.pptx
 
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urin
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi UrinPemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urin
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urin
 
Pemasangan ngt
Pemasangan ngtPemasangan ngt
Pemasangan ngt
 
Sistem eliminasi kdm pp akbid paramata muna
Sistem eliminasi kdm pp akbid paramata muna Sistem eliminasi kdm pp akbid paramata muna
Sistem eliminasi kdm pp akbid paramata muna
 
Makalah pemberian obat sc iv
Makalah pemberian obat sc ivMakalah pemberian obat sc iv
Makalah pemberian obat sc iv
 
Modul gastrostomy dho
Modul gastrostomy dhoModul gastrostomy dho
Modul gastrostomy dho
 

Recently uploaded

Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 

Recently uploaded (20)

Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 

Ilmiah Urologi 22-28 November 2021d.pptx

  • 1. Oleh : Monika Tessalonika H. M. P. (G992108044) Hana Ayu Shafira (G992102029)⁩ Syahidah Nabila M. S. (G992102115) Rahmah Hasanah Putri (G992102104) Periode: 22 - 28 November 2021 Ilmiah Urologi Pembimbing: dr. Syaeful Agung Wibowo, Sp. U
  • 3. KATETERISASI Merupakan prosedur drainase atau aspirasi kandung kemih atau reservoir urin menggunakan selang kateter. 3 (PERKINA, 2019) DEFINISI
  • 4. 4 01 05 06 02 03 Meringankan retensi urin akut maupun kronis. Mendapatkan sampel urin. Drainase urin pada bayi dengan neurogenik/disfungsi/retensi pada kandung kemih. Menentukan jumlah post void residual urine. Mendapatkan pengukuran urin output yang akurat. 04 Mengevaluasi atau menyingkirkan adanya obstruksi TUJUAN KATETERISASI
  • 5. Berdasarkan metode insersinya, kateter dibagi menjadi 3: 1. Kateter Eksternal = menempel pada genitalia eksterna pada pria, atau daerah pubis pada wanita. Berguna untuk manajemen inkontinensia urin. 2. Kateter Uretral = kateter yang masuk melalui uretra, dengan ujung kateter berada di dasar buli. 3. Kateter Suprapubik = kateter yang dimasukkan ke buli melalui prosedur pembedahan dari suprapubik. 5 JENIS-JENIS KATETER
  • 6. Berdasarkan bahannya, kateter dibagi menjadi: a. Latex Catheter b. Silicone Catheter = digunakan pada pasien dengan alergi latex. Kateter ini memiliki lumen drainase dengan diameter yang lebih besar. c. Polyvinylchloride (PVC) Catheter = digunakan dalam kateter Nelaton. Kateter ini dapat keras, tetapi melunak pada suhu tubuh. 6 JENIS-JENIS KATETER
  • 7. STRAIGHT NELATON CATHETER / ONE WAY CATHETER ● Hanya memiliki 1 lumen dan tidak ada balon. ● Digunakan untuk kateterisasi intermiten. ● Tidak dimaksudkan untuk penggunaan jangka panjang. ● Dapat juga digunakan untuk dilatasi striktur uretra, studi urodinamik dan untuk memasukkan obat-obatan intravesikal. 7 TIPE KATETER
  • 8. TWO-WAY FOLEY CATHETER ● Digunakan untuk kateterisasi indwelling. ● Memiliki lumen ganda = 1 untuk mengeluarkan urin, dan yang lainnya untuk mengembangkan balon air untuk memfiksasi kateter di buli. THREE-WAY FOLEY CATHETER ● Memiliki 3 lumen ● Dapat digunakan untuk pengeluaran urin dari buli dan medikasi. ● Digunakan biasanya pasca operasi urologi atau pada pasien dengan hematuria. 8 TIPE KATETER
  • 9. UKURAN KATETER 01 Kateter memiliki ukuran dengan satuan Charriere (Ch) atau French gauge ( Fg atau Fr) dan menunjukkan diameter eksternal 1 mm= 3Ch 02 Panduan Umum: ● 6-10 Fg : Pediatri ● 12-14 Fg : Wanita ● 14-18 Fg : Laki-laki ● 14-20 Fg : Suprapubik ● 18-22 Fg : Hematuria (The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013) Ukuran kateter harus disesuaikan per individu dan dipilih ukuran terkecil yang dapat men-drainage dengan baik
  • 10. PANJANG KATETER 01 Terdapat tiga ukuran panjang kateter: Standard :41-45cm Female :20-25cm Paediatric: 30cm 02 Kateter ukuran panjang standard dapat digunakan baik oleh laki-laki maupun perempuan Kateter ukuran panjang female menyediakan keleluasaan dan kenyamanan untuk kateterisasi jangka panjang pada wanita, namun tidak tepat digunakan pada pasien wanita yang bedridden atau obese Kateter dengan ukuran panjang female tidak boleh digunakan pada kateterisasi pria karena risiko trauma uretra (The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013)
  • 11. 11 Retensi Urin Akut Retensi urin kronis pada pasien yang bergejala Monitoring urine output pada gagal ginjal akut dan pasien sakit kritis drainage bladder pre dan post operative Kebutuhan untuk monitoring intra- operative selama operasi INDIKASI PEMASANGAN KATETER URETRA (The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013)
  • 12. 12 Alat bantu diagnostik (pengambilan sampel urinalisis, studi urodinamik) Irigasi bladder pada pasien dengan gross hematuria Pasien dengan gangguan neurologis yang menyebabkan paralisis atau hilangnya sensasi untuk berkemih INDIKASI PEMASANGAN KATETER URETRA (The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013)
  • 13. 1. Prostatitis Akut 2. Suspek Trauma Uretra ( biasanya pada kondisi fraktur pelvis) 13 KONTRAINDIKASI PEMASANGAN KATETER URETRA 3. Infeksi uretra (The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013) 4. Penolakan pasien Haider MZ, Annamaraju P. Bladder Catheterization. [Updated 2021 Aug 22]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
  • 14. 1. Retensi urin akut atau kronis yang gagal dengan katerisasi uretral 2. Pilihan sesuai dengan kebutuhan pasien (seperti pasien dengan kursi roda) 7. Kenyamanan pasien 14 INDIKASI PEMASANGAN KATETER SUPRAPUBIK 3. Drainase bladder jangka panjang untuk pasien dengan penyakit neurologis 4. Masalah anatomi pada uretra seperti striktur, obstruksi, trauma 5. Suspek trauma pelvis atau uretra 6. Prostatitis Akut (The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013)
  • 15. 15 1.Riwayat operasi abdomen bagian bawah dengan jaringan parut/adhesi 2. Hematuria yang tidak ketahui penyebabnya (unexplained hematuria) 3. Kanker pelvis dengan atau tanpa radiasi dengan peningkatan risiko adhesi 4. Obesitas 5. Kehamilan 6. Suspek kista ovrii 7. Ascites 8. Terapi anti koagulan atau gangguan pembekuan darah (The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013) KONTRAINDIKASI PEMASANGAN KATETER SUPRAPUBIK
  • 17. Peralatan ● Sarung tangan steril ● Sarung tangan non steril ● Sterile water 10-30cc ● Xylocaine jelly ● Kateter dengan ukuran yang sesuai ● Urine bag ● Underpad ● Larutan antiseptik ● Spuit 10 cc (2) ● Duk steril ● Plester untuk fiksasi
  • 18. 1. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan dan mendapatkan persetujuan inform consent dari pasien 1. Memastikan tempat pemasangan kateter memiliki pencahayaan yang baik dan tertutup, sehingga privasi pasien terjaga. 1. Memposisikan pasien dengan posisi terlentang (bagi pria) & posisi litotomi (pada wanita) diatas underpad yang telah diletakkan dibawah bokong pasien. 1. Siapkan seluruh peralatan yang akan digunakan untuk menunjang prosedur pemasangan kateter. 1. Setelah melakukan tindakan aseptik, Buka kateter set dengan teknik aseptik. Siapkan larutan pembersih serta spuit berisi Aquades untuk mengembangkan balon. 1. Lakukan hand hygiene serta gunakan sarung tangan steril sebelum melaksanakan tindakan. Persiapan (The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013)
  • 19. Pemasangan Kateter Uretra Pria (The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013) 19 Melakukan hand hygiene dan gunakan sarung tangan non-steril.Tarik preputium lakukan disinfeksi glans penis dengan gerakan melingkar dari meatus ke luar hingga pangkal penis. Lepas sarung tangan non-steril, cuci tangan dan gunakan sarung tangan steril. Kemudian pasang duk steril. Masukkan xylocaine jelly ke dalam OUE. Pegang penis dengan tangan yang tidak dominan, dibagian bawah glans penis, dan diposisikan membentuk sudut 90º terhadap tubuh Masukkan kateter sampai terasa tahanan (pada sfingter uretra eksterna), perintahkan pasien untuk mengambil napas dalam supaya sfingter uretra eksterna relaks Kateter terus didorong masuk ke buli sampai percabangan kateter menyentuh meatus uretra eksterna Kembangkan balon kateter dengan spuit berisi aquades 10-30 cc. Tarik kateter secara perlahan sampai terasa adanya resistensi Fiksasi kateter menggunakan plester di daerah inguinal atau paha bagian proksimal
  • 20. Kateter Uretra Wanita Lepas sarung tangan non- steril, cuci tangan, pasang sarung tangan steril. Kemudian lubrikasi kateter dan meatus uretra dengan gel, 1 Setelah melakukan hand hygiene (mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan non-steril), lakukan disinfeksi pada daerah labia dan uretra, daerah genitalia dipersempit dengan duk steril. 2 3 Masukkan kateter ke Orifisium Uretera Eksterna secara perlahan, kateter didorong hingga sampai ke buli-buli yang ditandai dengan keluarnya urin dari lubang kateter (sebaiknya didorong lagi kurang lebih 2 inchi) Perlahan kembangkan balon kateter dengan menggunakan sebanyak kurang lebih 5-10 cc air steril. Pastikan sudah terasa tahanan saat kateter terpasang. 4 5 Kateter difiksasi di daerah inguinal atau di paha bagian proksimal. Pastikan bahwa kateter tidak menjadi kencang saat pasien melakukan mobilisasi. (The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013)
  • 21. ● Posisi pemasangan kateter yang salah → ruptur uretra, pendarahan ● Catheter-Associated Urinary Tract Infections → pada pemakaian kateter jangka panjang ● Luka kronis yang terjadi pada pemasangan kateter → Striktur uretra ● Masalah pada kateter → alergi terhadap bahan kateter, kebocoran urin, obstruksi kateter ● Kegagalan kulit preputium kembali ke posisi awal setelah pemasangan kateter → parafimosis ● Berkemih disertai nyeri dan kebocoran urin diluar kateter → Spasme Vesica Urinaria 21 Risiko Komplikasi (Shlamovitz, 2021; Cravens, 2000)
  • 22. - Australia and New Zealand Urological Nurses Society Catheterisation Guideline Working Party. 2013. Catheterisation Clinical Guidelines. ANZUNS: Victoria - Cravens, D. 2000. Urinary Catheter Management. Dapat diakses di https://www.aafp.org/afp/2000/0115/p369.html. Diakses pada 26 November 2021. - Shlamovitz, GZ. 2021. Urethral Catheterization in Men. Dapat diakses di https://emedicine.medscape.com/article/80716- oveview. Diakses pada 26 November 2021. - Haider MZ, Annamaraju P. Bladder Catheterization. [Updated 2021 Aug 22]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560748/. 22 DAFTAR PUSTAKA

Editor's Notes

  1. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560748/
  2. (The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013) https://www.anzuns.org/wp-content/uploads/2015/03/ANZUNS-Guidelines_Catheterisation-Clinical-Guidelines.pdf
  3. (The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013) https://www.anzuns.org/wp-content/uploads/2015/03/ANZUNS-Guidelines_Catheterisation-Clinical-Guidelines.pdf
  4. (The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc [ANZUNS], 2013) https://www.anzuns.org/wp-content/uploads/2015/03/ANZUNS-Guidelines_Catheterisation-Clinical-Guidelines.pdf
  5. The standard length is for both male and female use. The female length provides more discretion and comfort for the ambulant, long term catheterised female. They are not appropriate if the female is bedridden or obese as they can pull on the bladder neck and also cause skin irritations. Female length catheters MUST NEVER BE USED IN MALE CATHETERISATION as the risk of trauma to the urethra due to inappropriately positioned balloon inflation is high [4,7].
  6. Chronic urinary retention in the symptomatic patient (e.g. renal impairment or urinary tract infection) when intermittent self-catheterisation (ISC) is not an option and retention cannot be corrected medically or surgically
  7. Chronic urinary retention in the symptomatic patient (e.g. renal impairment or urinary tract infection) when intermittent self-catheterisation (ISC) is not an option and retention cannot be corrected medically or surgically
  8. If resistance is felt at the external sphincter: - Consider second tube of lubricant - Apply gentle steady pressure on the catheter - Ask the patient to take a deep breath - Ask the patient to cough or bear down - Ask the patient to try to pass urine - Gently rotate the catheter
  9. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560748/