Dokumen tersebut membahas tentang trauma ginjal dan penyakit ginjal kronis seperti batu ginjal dan BPH. Ringkasannya adalah:
1) Trauma ginjal umumnya disebabkan oleh trauma tumpul dan tajam yang dapat menyebabkan perdarahan dan kerusakan ginjal.
2) Batu ginjal dan BPH merupakan penyakit ginjal kronis yang umum dengan gejala nyeri pinggang, hematuria, dan gangguan buang air kecil.
3. Epidemiologi dan Etiologi
Epidemiologi
- 5% dari semua kasus trauma
-Paling sering pada pria usia muda dan angka insiden 4,9 dari 100.000 populasi
Etiologi
-Trauma tumpul
-Trauma penetrasi/ tajam
5. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Mekanisme cedera : trauma pada regio flank atau deselerasi cepat
Riwayat penyakit ginjal sebelumnya : hidronefrosis, riwayat operasi ginjal atau solitary
kidney
Tanda vital : memastikan hemodinamik stabil
Pemeriksaan fisik : jejas pada flank, luka tusuk atau peluru, nyeri tekan abdomen
7. Pemeriksaan Radiologi
Tujuan :
Untuk menentukan grading trauma ren
Indikasi :
-Visible hematuria
-Non visible hematuria dan riwayat satu kali episode hipotensi
-Riwayat trauma deselerasi cepat dan/atau trauma yang berkaitan
-Trauma penetrasi/ tajam
-Tanda-tanda klinis yang menunjukkan trauma ginjal, mis. nyeri pinggang, jejas, fracture
costae, distended abdomen dan/atau massa dan nyeri tekan.
10. Ultrasonography (USG)
Survei primer pada pasien trauma
FAST digunakan untuk mengidentifikasi cairan bebas/ hemoperitoneum sebagai
penyebab perdarahan dan hipovolemia.
11. Intraveous Pyelography (IVP)
Hanya dilakukan jika CT scan tidak tersedia
One-shot intra-operative IVP dapat digunakan untuk mengkonfirmasi fungsi ginjal
kontralateral pada pasien yang tidak stabil untuk menjalani imaging pra-operasi
12. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Keakuratan MRI pada trauma ginjal mirip dengan CT scan
Tidak praktis pada trauma akut
13. Manajemen Non Operative
Kriteria utama adalah Hemodinamik stabil
Bed rest total
Observasi ketat,
DL serial
Re-Imaging jika ada indikasi
15. Seletive angioembolisation
Tidak ada kriteria valid, namun CT scan dapat ditemukan :
- Ekstravasasi kontras yang aktif
- Arteriovenous fistula (AVF)
- Pseudo-aneurysm
Pada trauma ren yang berat angka kesuksesan bisa sampai :
94,9% pada grade 3
52% pada grade 5
16. Surgical Manajemen
Pasien dengan hemodinamik tidak stabil atau transient respon terhadap resusitasi
cairan adalah indikasi absolut untuk pembedahan
19. Follow Up
Pemeriksaan fisik
Pengukuran tekanan darah
Pemeriksaan lab (urinalisis, fungsi ginjal)
Pemeriksaan radiologi (tidak disaranakan pada low-grade, USG bisa digunakan untuk
evaluasi post trauma)
21. AcuteKidneyInjury
Definisi :
Penurunan akut fungsi ginjal yg ditandai dg kenaikan
serum kreatinin baik dg atau tanpa oliguria
Tanda cardinal dari Acute Kidney Injury adalah adanya
penurunan dari glomerular filtration rate (GFR)
Klasifikasi : pre-renal, intrinsik dan post-renal
22.
23. Pre Renal
Ditandai oleh penurunan GFR akibat
penurunan perfusi renal tanpa
kerusakan pada parenkim
Respon baik dg penggantian cairan
ditandai dg kembalinya fungsi ginjal
(sesuai keadaan awal / previous
baseline) dalam 24 – 72 jam
Tatalaksana : Optimalisasi volume
cairan meningkatkan volume
intravascular dan menormalkan perfusi
renal + tatalaksana dari underlying
disease
Campbell Urology, 12nd edition, chapter 46
24. IntrinsikRenalDisease
Glomerulonefritis Akut ( GNA ) : 4 %
Acute Intertitial Nephritis ( AIN ) : 2 %
Acute Tubuler Nephritis ( ATN ) : 45 %
GNA (Glomerulonefritis Akut ) :
Tanda Patognomonis GNA
proteinuria + hematuria + silinder eritrosit ( dismorfik )
GNA + penurunan fungsi ginjal RPGN ( Rapidly Progressive
Glomerulonephritis )
Tipe RPGN ( dx dg biopsi renal + serologi test )
- Tipe I : anti glomerular basement membrane
- Tipe II : immune complex
- Tipe III : pauci-immune
27. Prevalensi dan Epidemiologi
Indonesia BSK kasus tersering diantara seluruh kasus
urologi (data prevalensi BSK nasional belum ada)
Dunia 1-20%
• Laki-laki > Perempuan 3:1
• Puncak insiden : 40-50 tahun
28. Faktor Resiko
• BSK di usia muda
• faktor keturunan
• batu asam urat
• batu akibat infeksi
• hiperparatiroidisme
• sindrom metabolik
• obat-obatan
50 % pembentukan BSK dapat kambuh
setidaknya 1 kali dalam seumur hidup
29. Klasifikasi Batu
Ukuran : 5 mm, 5-10 mm, 10-20 mm, > 20 mm
Lokasi : kaliks ginjal (superior, medial, inferior), pelvis renal, ureter (proximal, distal), buli
Karakteristik pencitraan X ray
• Radioopak: ca-oksalat, ca- fosfat
• opasitas rendah: MAP, Apatit, sistin
• Radiolusen: As.urat, ammonium urat, xantin, obat-obatan
Etiologi
• Batu infeksi : MAP, Karbonat, ammonium urat
• Batu non infeksi : ca-oksalat, ca-fosfat, asam urat
• Kelainan genetic : sistin, xantin
• Obat
Komposisi: brushite, kalsium oksalat monohidrat, atau sistin memiliki karakteristik yang keras dengan densitas tinggi pada
CTScan non kontras
Resiko kekambuhan: >> pasien anak dengan batu saluran kemih
30. Diagnosis
Anamnesis
• sakit pinggang ringan-berat (kolik), disuria, hematuria, retensi urine, dan anuria
• Penyulit : demam, tanda gagal ginjal
• RPD: obese, hiperparatiroid primer, malabsorbsi gastrointestinal, penyakit usus
atau pancreas
• asupan kalsium, cairan yang sedikit, tinggi garam ,buah dan sayur kurang, tinggi
purin
• probenesid, inhibitor protease, inhibitor lipase, kemoterapi, vitamin C, vitamin
D, kalsium, dan inhibitor karbonik anhidrase.
31. Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan fisik umum : Hipertensi, demam, anemia, syok
Pemeriksaan fisik urologi
• - Sudut kostovertebra : Nyeri tekan, nyeri ketok, dan pembesaran ginjal
• - Supra simfisis : Nyeri tekan, teraba batu, buli kesan penuh
• - Genitalia eksterna : Teraba batu di uretra
• - Colok dubur : Teraba batu di buli-buli (palpasi bimanual)
32. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium sederhana semua pasien BSK
• pemeriksaan darah
• - ureum, kreatinin, uji koagulasi, serum elektrolit, kalsium dan atau C-reactive protein
(CRP)
• Pemeriksaan urine rutin
• -eritrosuria, leukosuria, bakteriuria, nitrit, pH urine
• Pencitraan
• foto polos abdomen (KUB radiography) --> radiolusen/ radioopak, follow up
• USG Primary diagnostic imaging tool
• CT scan non kontras (standar diagnostic): evaluasi anatomi tr.urinarius, densitas batu,
jarak antara kulit dan batu
• CT scan kontras penatalaksanaan BSK memerlukan anatomi dan fungsi ginjal
• MRI (2nd line modality pada ibu hamil setelah USG )
38. Diagnosis
Anamesis (LUTS)
Storage / irritative
symptoms
Voiding / obstructive
Symptoms
Post-micturition
symptoms
F Frequency W Weak
stream
Incomplete emptying
U Urgency I Intermitte
ncy
N Nocturia S Straining
D Dysuria H Hesistancy
40. Diagnosis
Catatan harian berkemih
• Pencatatan harian berkemih sangat
berguna pada pasien yang mengeluh
nokturia sebagai keluhan yang
menonjol.
• Rekomendasi FVC/bladder diary
dilakukan minimal 3 hari
43. Diagnosis
Pemeriksaan penunjang (Lab)
Uroflowmetri + PVR
Tes urodinamik non-invasif yang banyak
digunakan dan direkomendasikan pada pasien
dengan LUTS yang akan menjalani terapi invasif
Parameter yang dinilai
Qmax
flow pattern.
44. Diagnosis
Pemeriksaan uroflowmetri
• Syarat agar akurat : minimal volume 150 cc
• Q max :
>15 ml/detik : non obstruktif
10-15 ml/detik : borderline
<10ml/detik : obstruktif
Uroflowmetri normal
Memanjang, penurunan Qmax, BOO
Plateau, striktur uretra
47. Tatalaksana
Watchful waiting
Perubahan gaya hidup
• Edukasi (tentang kondisi pasien)
• Reassurance bahwa kanker bukanlah penyebab gejala kencing);
• Edukasi terkait pola minum untuk menghindari gejala nokturia
• Edukasi untuk mengatur asupan kafein atau alkohol,
• Urethral milking untuk mencegah dribble pasca-miksi;
• Teknik distraksi: mengalihkan pikiran dari kandung kemih dan toilet;
• Edukasi terkait follow-up yang harus dilakukan untuk mengevaluasi gejala dan progresivitas
penyakit
50. Tatalaksana
Medikamentosa
α1-Adrenoceptor antagonists (α1-blockers)
Mechanism of
action
Menghambat efek noradrenalin yang dilepaskan secara endogen pada sel
otot polos di prostat mengurangi tonus prostat dan BOO
Indikasi Lini pertama medikamentosa untuk LUTS sedang-berat pria
Sediaan alfuzosin hidroklorida (alfuzosin); doxazosin mesylate (doxazosin);
silodosin; terazosin hidroklorida (terazosin); naftopidil, tamsulosin
hidroklorida (tamsulosin) 1 x 0,4 mg
Efek samping Retrograde ejaculation, ortostatic hypotension
Catatan Diminum malam hari untuk mencegah ortostatic hypotension
51. Tatalaksana
Medikamentosa
5α-reductase inhibitors (5 ARI)
Mechanism of
action
Efek androgen pada prostat dimediasi oleh dihidrotestosteron (DHT),
yang diubah dari testosteron oleh enzim 5α-reductase
Indikasi LUTS Sedang-berat
volume prostat yang membesar (> 40 mL)
konsentrasi PSA yang meningkat (> 1,4-1,6 ng / mL)
Sediaan Dutasteride (1x0,5mg), Finasteride (1x5mg)
Efek samping Disfungsi seksual (ED), penurunan libido
Catatan Slow onset tidak cocok untuk jangka pendek,
Dapat mencegah terjadi nya AUR
52. Tatalaksana
Medikamentosa
Anti muscarinic
Mechanism of
action
menghambat reseptor muskarinik untuk kontraksi Detrusor
diinervasi oleh saraf parasimpatis yang neurotransmitter utamanya
adalah asetilkolin stimulasi reseptor muskarinik pada sel otot polos.
Indikasi LUTS sedang-berat
Dominan keluhan storage,
Dipertimbangkan jika α-blocker tidak mengurangi gejala storage.
Sediaan Solifenacin 1x5 mg, darifenacin, fesoterodine, oxybutynin, propiverine
Efek samping Mulut kering, gangguan ejakulasi, peningkatan PVR
Catatan Hindari pada pasien dengan PVR > 150 ml (weak recommendation)
53. Tatalaksana
Medikamentosa
PDE5 inhibitors
Mechanism of
action
meningkatkan kadar cGMP intraselular relaksasi otot polos
Indikasi LUTS sedang berat
dengan atau tanpa disfungsi ereksi
Sediaan Tadalafil 1x5 mg
Catatan PDE5i dikontraindikasikan pada pasien yang menggunakan nitrat,
nicorandil, atau α1 blocker (doxazosin dan terazosin), pasien dengan
unstable angina pektoris, recent infark miokard dan stroke
54. Tatalaksana
Medikamentosa
Beta-3 Agonist
Mechanism of
action
Stimulasi reseptor B relaksasi detrusor
Indikasi LUTS sedang-berat
Dominan keluhan storage,
Sediaan Mirabegron 1x50 mg
Efek samping hipertensi, ISK, nyeri kepala, dan nasopharyngitis
Catatan Hindari pada pasien dengan PVR > 150 ml (weak recommendation)
56. Tatalaksana
Medikamentosa
α1 blocker + 5 ARI
Mechanism of
action
Efek sinergis α1 menunjukkan efek klinis dalam beberapa jam atau
hari, sedangkan 5-ARI membutuhkan beberapa bulan untuk
mengembangkan efikasi klinis yang optimal
Indikasi LUTS sedang-berat
Risiko tinggi progression disease (vol prostat >40cc, PSA tinggi, umur
tua, PVR tinggi, Qmax rendah),
Pengobatan jangka lama (tahunan >1 tahun)
Catatan Terapi kombinasi menghasilkan perbaikan yang lebih besar pada LUTS,
peningkatan Qmax dan lebih tinggi dalam pencegahan perkembangan
penyakit.
57. Tatalaksana
Medikamentosa
α1 blocker + antimuscarinic
Mechanism of
action
Antagonist α1-adrenoseptor dan reseptor muskarinik, secara
bersamaan
Indikasi LUTS sedang-berat
Keluhan dominan storage
Mendapat monoterapi dari masing-masing jenis obat
Efek samping Mulut kering, gangguan ejakulasi, peningkatan PVR
Catatan Hindari pada pasien dengan PVR > 150 ml (weak recommendation),
Diperlukan follow-up PVR pada pasien yang menggunakan terapi ini
62. Komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat BPH
Urologi Non-urologi
Retensi urin akut Hernia
Trial without catheter (TWOC) yang gagal Hemorroid
Infeksi berulang
Hematuria berulang
Vesikolithiasis
AKI / Insufisiensi renal
Pathologic change (divertikel)
63. Tatalaksana
Pembedahan
Transurethral resection of the prostate (TURP) and transurethral incision of the
prostate (TUIP)
Mechanism of
action
TURP menghilangkan jaringan dari zona transisi kelenjar prostat.
TUIP dilakukan dengan insisi outlet kandung kemih tanpa pengangkatan
jaringan. Dapat digunakan pada BPH tanpa lobus medius.
Indikasi LUTS sedang-berat
Kegagalan medikamentosa / terdapat komplikasi akibat BPH
Prostate volume <80 cc
Efek samping UTI, ED, Retrograde ejaculation, striktur uretra
64. Tatalaksana
Pembedahan
Open prostatectomy
Mechanism of
action
Prosedur digunakan untuk prostat yang membesar secara substansial (>
80-100 mL) terutama saat tidak tersedianya mProstatektomi terbuka
adalah metode bedah yang paling invasif, tetapi merupakan prosedur
yang efektif dan tahan lama untuk pengobatan LUTS / BPO (Efikasi
mencapai 6 tahun)
Indikasi LUTS sedang-berat
Kegagalan medikamentosa / terdapat komplikasi akibat BPH
Prostate volume >80 cc
Efek samping UTI, ED, Bladder neck contracture, Retrograde ejaculation
65. Tatalaksana
Pembedahan
Laser vaporization / enucletion
Mechanism of
action
Dapat menggunakan laser KTP, diode, dan Thulium
Indikasi LUTS sedang-berat
Kegagalan medikamentosa / terdapat komplikasi akibat BPH
Prostate volume >30 cc, 30-80cc, >80cc
Pasien dengan antikoagulan
Catatan HoLEP memiliki waktu kateterisasi yang lebih pendek, rawat inap di rumah
sakit, berkurangnya kehilangan darah, dan lebih sedikit transfusi darah, tetapi
waktu operasi lebih lama dibandingkan dengan TURP dan Bedah Terbuka.
67. Tatalaksana
Pembedahan
Volume prostat Modalitas yang dapat diberikan
<30cc TUIP: syarat tidak ada pembesaran lobus medius
TURP
30-80cc TURP
Bipolar enucleation
Laser vaporization
>80 cc Open prostatectomy
HoLEP
TURP
Pasien dengan pengobatan
antikoagulan
Laser vaporization
Laser enucleation
Pasien yang tidak bisa
dilakukan anestesi
Prosatic urethral lift
68. Follow-up
Paska pengobatan
Tatalaksana
Durasi
follow-up
Parameter yang dievaluasi
Watchful
waiting
6 bulan Keluhan dan IPSS
Uroflowmetry, dan PVR volume
Medikamentosa 4-6 minggu Keluhan dan IPSS
Uroflowmetry, dan PVR volume.
Efek samping pengobatan
Frequency volume charts/bladder diaries (pada
pasien predominan storage symptoms)
Pembedahan 4-6 minggu Keluhan dan IPSS
Efek samping pembedahan
Uroflowmetry, dan PVR volume
Editor's Notes
Urinalisis, Hematokrit, Fungsi ginjal merupakan pemeriksaan yang penting
Tes untuk hematuria sangat penting pada kasus curiga cedera ginjal, meskipun visible atau non visible hematuria, meskipun bisa juga disebabkan karena riwayat penyakit ginjal sebelumnya
Urine dipstick merupakan pilihan cepat
Peningkatan serum kreatinin biasanya disebabkan riwayat penyakit ginjal sebelumnya
Idealnya dilakukan tiga fase studi:
Fase arteri : menilai cedera vaskular dan adanya ekstravasasi aktif kontras
Fase nefrografi : secara optimal menunjukkan kontusio dan laserasi parenkim ginjal
Fase delayed (5 menit) : mengidentifikasi collecting system/cedera ureter.
Dengan mencatat kapan dan berapa jumlah asupan cairan yang dikonsumsi serta kapan dan berapa jumlah urine yang dikemihkan, dapat diketahui seorang pasien menderita nokturia idiopatik, instabilitas detrusor akibat obstruksi infravesika, atau karena poliuria akibat asupan air yang berlebih.
Ginjal: Pemeriksaan fisik ginjal pada kasus BPH untuk mengevaluasi adanya obstruksi atau tanda infeksi. -> HN bisa nyeri ketok
Kandung kemih: Palpasi dan perkusi untuk menilai isi kandung kemih, ada tidaknya tanda infeksi ataupun retensi, -> Retensi urin akut / retensi urin kronis
Genitalia Eksterna -> Batu uretra,
RT -> Ca Prostat, BPH, Neurogenic bladder
Untuk menyingkirkan keganasan dan kelainan neurologis
-Untuk menilai konsistensi prostat
- Kenyal, tidak ada nodul, simetris,
-Semakin tidak sensitif jika volume prostat >50 mL
DD -> Adakah hematuria ?
Infeksi saluran kemih (ISK)
Mikrohaematuria
Diabetes mellitus.
Jika temuan abnormal terdeteksi, tes lebih lanjut direkomendasikan sesuai dengan temuan terkait
GFR
Gagal ginjal akibat BPH terjadi sebanyak 0,3-30% dengan rata-rata 13,6%, dapat digunakan untuk menilai perlu tidaknya pemeriksaan imaging pada saluran kemih bagian atas
Jika kadar PSA tinggi menandakan:
pertumbuhan volume prostat lebih cepat,
keluhan akibat BPH/ laju pancaran urine lebih buruk, dan
lebih mudah terjadi retensi urine akut
Apabila kadar PSA >4 ng/ml, biopsi prostat dipertimbangkan
PSA dapat memprediksi volume prostat.
Nilai PSA >1,5 ng/dl dengan baik memprediksikan volume prostat >30ml, dengan PPV 78%
Laju pertumbuhan volume prostat rata-rata setiap tahun pada kadar PSA 0,2-1,3 ng/dl adalah 0,7 mL/tahun, sedangkan pada kadar PSA 1,4-3,2 ng/dl adalah 2,1 mL/tahun, dan kadar PSA 3,3-9,9 ng/dl adalah 3,3 mL/tahun.
Serum PSA dapat meningkat pada saat terjadi retensi urine akut dan kadarnya perlahan-lahan menurun terutama setelah 72 jam dilakukan kateterisasi.
Pada batas nilai Qmax sebesar 10 mL/detik memiliki spesifisitas sebesar 70%, positive predictive value (PPV) sebesar 70 %, dan sensitivitas sebesar 47% untuk mendiagnosis BOO.
Pemeriksaan uroflowmetry bermakna jika volume urine >150 mL.
Uroflowmetri dapat digunakan untuk menilai
PVR dilakukan dengan menggunakan USG transabdominal, bladder scan, atau kateterisasi.
PVR tidak selalu terkait dengan BOO, karena volume PVR yang tinggi dapat menjadi konsekuensi dari obstruksi dan / atau detrusor underactivity.
PVR yang besar bukan merupakan kontraindikasi untuk watchful waiting (WW), atau terapi medis, meskipun mungkin menunjukkan respon yang buruk terhadap pengobatan dan terutama untuk WW.
PVR awal yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko progresivitas gejala.
Pemantauan perubahan PVR dari waktu ke waktu memungkinkan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko Acute Urinary Retention.
Normal, Bell Shape
Dilakukan pada LUTS disertai
Hematuria,
UTI
Renal insufficiency (ultrasound recommended)
Riwayat urolithiasis
Riwayat pembedahan di saluran kemih, dan PVR yang tinggi.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk evaluasi pasien dengan PVR tinggi, hematuria, atau riwayat urolitiasis.
Imaging prostat dapat dilakukan dengan US transabdominal, TRUS, computed tomography (CT), dan magnetic resonance imaging (MRI).
Pada praktek sehari-hari, imaging prostat lebih sering dilakukan dengan USG transabdominal (suprapubik) atau TRUS.
Penilaian ukuran prostat penting untuk pemilihan terapi intervensi
Imaging juga penting dilakukan sebelum pengobatan dengan 5α-reductase inhibitor
Volume prostat memprediksi progresivitas gejala dan risiko komplikasi
Voiding cysto-urethrogram (VCUG) tidak direkomendasikan dalam pemeriksaan diagnostik rutin pasien dengan LUTS
Pasien dengan riwayat hematuria mikroskopis atau hematuria berat, striktur uretra, atau kanker kandung kemih, yang datang dengan LUTS, harus menjalani uretrokistoskopi selama evaluasi diagnostik.
Namun perlu dicatat, bahwa BOO dapat ditemukan pada 15% pasien dengan temuan sistoskopi normal, sementara 8% pasien tidak mengalami obstruksi, bahkan dengan adanya trabekulasi yang parah.
Direkomendasikan pada pria dengan LUTS tanpa komplikasi, atau dengan komplikasi ringan-sedang yang tidak terlalu merasa bermasalah (IPSS 1-7)
Pria dengan LUTS yang tidak mengganggu hanya sedikit yang berkembang menjadi AUR dan komplikasi (misalnya insufisiensi ginjal atau batu).
Teknik distraksi penile squeeze, latihan pernapasan, perineal pressure, dan trik mental untuk
Memberikan bantuan yang diperlukan bila ada gangguan mobilitas atau kondisi mental;
Menangani konstipasi.
α1 blockers lebih efektif pada pasien dengan prostat yang lebih kecil (<40 mL)
Onset kerjanya yang cepat, kemanjuran yang baik, dan tingkat dan keparahan efek samping yang rendah Lini pertama untuk LUTS pria
Slow onset tidak cocok untuk jangka pendek
Berefek minimal dalam 1 bulan --
Tipe 1: ekstraprostatik: liver & kulit; dan
Tipe II: prostat
Tipe 1: ekstraprostatik: liver & kulit; dan
Tipe II: prostat
Adrenoseptor beta-3 adalah reseptor beta utama yang diekspresikan dalam sel otot polos detrusor dan rangsangannya diperkirakan menyebabkan relaksasi detrusor
Laser Kalium-Titanyl-Phospate (KTP) dan lithium triborate (LBO) bekerja pada panjang gelombang 532 nm.
Untuk operasi prostat, laser dioda digunakan dengan panjang gelombang 940, 980, 1.318, dan 1.470 nm
Pada Tm:YAG laser Thulium , panjang gelombang yang digunakan antara 1,940 dan 2,013 nm, yang dipancarkan secara continuous wave mode.