SlideShare a Scribd company logo
1 of 68
KEGAWADARURATAN
GINJAL
Trauma
Epidemiologi dan Etiologi
Epidemiologi
- 5% dari semua kasus trauma
-Paling sering pada pria usia muda dan angka insiden 4,9 dari 100.000 populasi
Etiologi
-Trauma tumpul
-Trauma penetrasi/ tajam
Klasifikasi AAST Trauma Ren
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Mekanisme cedera : trauma pada regio flank atau deselerasi cepat
Riwayat penyakit ginjal sebelumnya : hidronefrosis, riwayat operasi ginjal atau solitary
kidney
Tanda vital : memastikan hemodinamik stabil
Pemeriksaan fisik : jejas pada flank, luka tusuk atau peluru, nyeri tekan abdomen
Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis, Hematokrit, Fungsi ginjal
Urine dipstick
Peningkatan serum kreatinin
Pemeriksaan Radiologi
Tujuan :
Untuk menentukan grading trauma ren
Indikasi :
-Visible hematuria
-Non visible hematuria dan riwayat satu kali episode hipotensi
-Riwayat trauma deselerasi cepat dan/atau trauma yang berkaitan
-Trauma penetrasi/ tajam
-Tanda-tanda klinis yang menunjukkan trauma ginjal, mis. nyeri pinggang, jejas, fracture
costae, distended abdomen dan/atau massa dan nyeri tekan.
USG FAST
Imaging
Lainnya
Radionucleide
Scan
CT Scan
IVP
MRI
Ultrasonography (USG)
Survei primer pada pasien trauma
FAST digunakan untuk mengidentifikasi cairan bebas/ hemoperitoneum sebagai
penyebab perdarahan dan hipovolemia.
Intraveous Pyelography (IVP)
Hanya dilakukan jika CT scan tidak tersedia
One-shot intra-operative IVP dapat digunakan untuk mengkonfirmasi fungsi ginjal
kontralateral pada pasien yang tidak stabil untuk menjalani imaging pra-operasi
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Keakuratan MRI pada trauma ginjal mirip dengan CT scan
Tidak praktis pada trauma akut
Manajemen Non Operative
Kriteria utama adalah Hemodinamik stabil
Bed rest total
Observasi ketat,
DL serial
Re-Imaging jika ada indikasi
Indikasi re-imaging :
Demam
Penurunan hematokrit
Nyeri flank yang menetap
2-4 hari setelah cedera penetrasi/ tajam
Seletive angioembolisation
Tidak ada kriteria valid, namun CT scan dapat ditemukan :
- Ekstravasasi kontras yang aktif
- Arteriovenous fistula (AVF)
- Pseudo-aneurysm
Pada trauma ren yang berat angka kesuksesan bisa sampai :
94,9% pada grade 3
52% pada grade 5
Surgical Manajemen
Pasien dengan hemodinamik tidak stabil atau transient respon terhadap resusitasi
cairan adalah indikasi absolut untuk pembedahan
Surgical Exploration
Non/transient respon
terhadap resusitasi
Lainnya
Trauma ren penetrating
/ Vascular grade 5
Peri-renal hematoma
yang expanding atau
pulsating
Eksplorasi pada
trauma abdomen
Follow Up
Pemeriksaan fisik
Pengukuran tekanan darah
Pemeriksaan lab (urinalisis, fungsi ginjal)
Pemeriksaan radiologi (tidak disaranakan pada low-grade, USG bisa digunakan untuk
evaluasi post trauma)
Non-Trauma
AcuteKidneyInjury
Definisi :
Penurunan akut fungsi ginjal yg ditandai dg kenaikan
serum kreatinin baik dg atau tanpa oliguria
Tanda cardinal dari Acute Kidney Injury adalah adanya
penurunan dari glomerular filtration rate (GFR)
Klasifikasi : pre-renal, intrinsik dan post-renal
Pre Renal
Ditandai oleh penurunan GFR akibat
penurunan perfusi renal tanpa
kerusakan pada parenkim
Respon baik dg penggantian cairan
ditandai dg kembalinya fungsi ginjal
(sesuai keadaan awal / previous
baseline) dalam 24 – 72 jam
Tatalaksana : Optimalisasi volume
cairan  meningkatkan volume
intravascular dan menormalkan perfusi
renal + tatalaksana dari underlying
disease
Campbell Urology, 12nd edition, chapter 46
IntrinsikRenalDisease
Glomerulonefritis Akut ( GNA ) : 4 %
Acute Intertitial Nephritis ( AIN ) : 2 %
Acute Tubuler Nephritis ( ATN ) : 45 %
GNA (Glomerulonefritis Akut ) :
 Tanda Patognomonis GNA
proteinuria + hematuria + silinder eritrosit ( dismorfik )
 GNA + penurunan fungsi ginjal  RPGN ( Rapidly Progressive
Glomerulonephritis )
 Tipe RPGN ( dx dg biopsi renal + serologi test )
- Tipe I : anti glomerular basement membrane
- Tipe II : immune complex
- Tipe III : pauci-immune
Post Renal
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UA, 2015
Batu Saluran Kemih
Prevalensi dan Epidemiologi
Indonesia BSK kasus tersering diantara seluruh kasus
urologi (data prevalensi BSK nasional belum ada)
Dunia 1-20%
• Laki-laki > Perempuan 3:1
• Puncak insiden : 40-50 tahun
Faktor Resiko
• BSK di usia muda
• faktor keturunan
• batu asam urat
• batu akibat infeksi
• hiperparatiroidisme
• sindrom metabolik
• obat-obatan
50 % pembentukan BSK dapat kambuh
setidaknya 1 kali dalam seumur hidup
Klasifikasi Batu
Ukuran : 5 mm, 5-10 mm, 10-20 mm, > 20 mm
Lokasi : kaliks ginjal (superior, medial, inferior), pelvis renal, ureter (proximal, distal), buli
Karakteristik pencitraan X ray
• Radioopak: ca-oksalat, ca- fosfat
• opasitas rendah: MAP, Apatit, sistin
• Radiolusen: As.urat, ammonium urat, xantin, obat-obatan
Etiologi
• Batu infeksi : MAP, Karbonat, ammonium urat
• Batu non infeksi : ca-oksalat, ca-fosfat, asam urat
• Kelainan genetic : sistin, xantin
• Obat
Komposisi: brushite, kalsium oksalat monohidrat, atau sistin memiliki karakteristik yang keras dengan densitas tinggi pada
CTScan non kontras
Resiko kekambuhan: >> pasien anak dengan batu saluran kemih
Diagnosis
Anamnesis
• sakit pinggang ringan-berat (kolik), disuria, hematuria, retensi urine, dan anuria
• Penyulit : demam, tanda gagal ginjal
• RPD: obese, hiperparatiroid primer, malabsorbsi gastrointestinal, penyakit usus
atau pancreas
• asupan kalsium, cairan yang sedikit, tinggi garam ,buah dan sayur kurang, tinggi
purin
• probenesid, inhibitor protease, inhibitor lipase, kemoterapi, vitamin C, vitamin
D, kalsium, dan inhibitor karbonik anhidrase.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan fisik umum : Hipertensi, demam, anemia, syok
Pemeriksaan fisik urologi
• - Sudut kostovertebra : Nyeri tekan, nyeri ketok, dan pembesaran ginjal
• - Supra simfisis : Nyeri tekan, teraba batu, buli kesan penuh
• - Genitalia eksterna : Teraba batu di uretra
• - Colok dubur : Teraba batu di buli-buli (palpasi bimanual)
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium sederhana  semua pasien BSK
• pemeriksaan darah
• - ureum, kreatinin, uji koagulasi, serum elektrolit, kalsium dan atau C-reactive protein
(CRP)
• Pemeriksaan urine rutin
• -eritrosuria, leukosuria, bakteriuria, nitrit, pH urine
• Pencitraan
• foto polos abdomen (KUB radiography) --> radiolusen/ radioopak, follow up
• USG  Primary diagnostic imaging tool
• CT scan non kontras (standar diagnostic): evaluasi anatomi tr.urinarius, densitas batu,
jarak antara kulit dan batu
• CT scan kontras penatalaksanaan BSK memerlukan anatomi dan fungsi ginjal
• MRI (2nd line modality pada ibu hamil setelah USG )
Terapi
Komposisi batu, Ukuran batu, Gejala
Terapi Umum: nyeri kolik akut NSAID (diclofenac, indometasin, ibuprofen),
paracetamol
Terapi Desobtruksi drainase/ decompression (pemasangan stent ureteral,
nefrostomi) : urgent bila batu obstruksi disertai sepsis/ Hidronefrosis terinfeksi
BPH
Diagnosis
Anamesis (LUTS)
Storage / irritative
symptoms
Voiding / obstructive
Symptoms
Post-micturition
symptoms
F Frequency W Weak
stream
Incomplete emptying
U Urgency I Intermitte
ncy
N Nocturia S Straining
D Dysuria H Hesistancy
International
Prostate Symptom
Score (IPSS)
Interpretasi Skor
Ringan 1-7
Sedang 8-19
Berat 20-35
Diagnosis
Catatan harian berkemih
• Pencatatan harian berkemih sangat
berguna pada pasien yang mengeluh
nokturia sebagai keluhan yang
menonjol.
• Rekomendasi FVC/bladder diary
dilakukan minimal 3 hari
Diagnostik
Pemeriksaan fisik
Status Urologis
Ginjal
Kandung kemih
Genitalia Eksterna
Rectal toucher (RT)
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang (Lab)
Urinalisis
Laboratorium
(BUN/SK) -> GFR
Prostate specific antigen (PSA)
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang (Lab)
Uroflowmetri + PVR
Tes urodinamik non-invasif yang banyak
digunakan dan direkomendasikan pada pasien
dengan LUTS yang akan menjalani terapi invasif
Parameter yang dinilai
Qmax
flow pattern.
Diagnosis
Pemeriksaan uroflowmetri
• Syarat agar akurat : minimal volume 150 cc
• Q max :
 >15 ml/detik : non obstruktif
 10-15 ml/detik : borderline
 <10ml/detik : obstruktif
Uroflowmetri normal
Memanjang, penurunan Qmax, BOO
Plateau, striktur uretra
Diagnostik
Pemeriksaan penunjang (Imaging)
Upper Urinary Tract Imaging
Prostate Imaging
Tatalaksana
pada pasien dengan BPH
Watchful waiting
Medikamentosa
Pembedahan
Tatalaksana
Watchful waiting
Perubahan gaya hidup
• Edukasi (tentang kondisi pasien)
• Reassurance bahwa kanker bukanlah penyebab gejala kencing);
• Edukasi terkait pola minum untuk menghindari gejala nokturia
• Edukasi untuk mengatur asupan kafein atau alkohol,
• Urethral milking untuk mencegah dribble pasca-miksi;
• Teknik distraksi: mengalihkan pikiran dari kandung kemih dan toilet;
• Edukasi terkait follow-up yang harus dilakukan untuk mengevaluasi gejala dan progresivitas
penyakit
Algoritma
Tatalaksana
Medikamentosa
Tatalaksana
Medikamentosa
Alpha-1
blocker
5 ARI
Anti
Muscarinic
PDE5i Phytotherapy Mirabegron Combination
Indikasi: LUTS Sedang-berat (IPSS 8-35)
Tatalaksana
Medikamentosa
α1-Adrenoceptor antagonists (α1-blockers)
Mechanism of
action
Menghambat efek noradrenalin yang dilepaskan secara endogen pada sel
otot polos di prostat  mengurangi tonus prostat dan BOO
Indikasi  Lini pertama medikamentosa untuk LUTS sedang-berat pria
Sediaan alfuzosin hidroklorida (alfuzosin); doxazosin mesylate (doxazosin);
silodosin; terazosin hidroklorida (terazosin); naftopidil, tamsulosin
hidroklorida (tamsulosin) 1 x 0,4 mg
Efek samping Retrograde ejaculation, ortostatic hypotension
Catatan Diminum malam hari  untuk mencegah ortostatic hypotension
Tatalaksana
Medikamentosa
5α-reductase inhibitors (5 ARI)
Mechanism of
action
Efek androgen pada prostat dimediasi oleh dihidrotestosteron (DHT),
yang diubah dari testosteron oleh enzim 5α-reductase 
Indikasi  LUTS Sedang-berat
 volume prostat yang membesar (> 40 mL)
 konsentrasi PSA yang meningkat (> 1,4-1,6 ng / mL)
Sediaan Dutasteride (1x0,5mg), Finasteride (1x5mg)
Efek samping Disfungsi seksual (ED), penurunan libido
Catatan Slow onset  tidak cocok untuk jangka pendek,
Dapat mencegah terjadi nya AUR
Tatalaksana
Medikamentosa
Anti muscarinic
Mechanism of
action
menghambat reseptor muskarinik untuk kontraksi  Detrusor
diinervasi oleh saraf parasimpatis yang neurotransmitter utamanya
adalah asetilkolin  stimulasi reseptor muskarinik pada sel otot polos.
Indikasi  LUTS sedang-berat
 Dominan keluhan storage,
 Dipertimbangkan jika α-blocker tidak mengurangi gejala storage.
Sediaan Solifenacin 1x5 mg, darifenacin, fesoterodine, oxybutynin, propiverine
Efek samping Mulut kering, gangguan ejakulasi, peningkatan PVR
Catatan Hindari pada pasien dengan PVR > 150 ml (weak recommendation)
Tatalaksana
Medikamentosa
PDE5 inhibitors
Mechanism of
action
meningkatkan kadar cGMP intraselular  relaksasi otot polos
Indikasi LUTS sedang berat
dengan atau tanpa disfungsi ereksi
Sediaan Tadalafil 1x5 mg
Catatan PDE5i dikontraindikasikan pada pasien yang menggunakan nitrat,
nicorandil, atau α1 blocker (doxazosin dan terazosin), pasien dengan
unstable angina pektoris, recent infark miokard dan stroke
Tatalaksana
Medikamentosa
Beta-3 Agonist
Mechanism of
action
Stimulasi reseptor B  relaksasi detrusor
Indikasi  LUTS sedang-berat
 Dominan keluhan storage,
Sediaan Mirabegron 1x50 mg
Efek samping hipertensi, ISK, nyeri kepala, dan nasopharyngitis
Catatan Hindari pada pasien dengan PVR > 150 ml (weak recommendation)
Tatalaksana
Terapi kombinasi
Alpha-1
blocker
Alpha-1
blocker
5 ARI
Anti
Muscarinic
Tatalaksana
Medikamentosa
α1 blocker + 5 ARI
Mechanism of
action
Efek sinergis  α1 menunjukkan efek klinis dalam beberapa jam atau
hari, sedangkan 5-ARI membutuhkan beberapa bulan untuk
mengembangkan efikasi klinis yang optimal
Indikasi LUTS sedang-berat
Risiko tinggi progression disease (vol prostat >40cc, PSA tinggi, umur
tua, PVR tinggi, Qmax rendah),
Pengobatan jangka lama (tahunan >1 tahun)
Catatan Terapi kombinasi menghasilkan perbaikan yang lebih besar pada LUTS,
peningkatan Qmax dan lebih tinggi dalam pencegahan perkembangan
penyakit.
Tatalaksana
Medikamentosa
α1 blocker + antimuscarinic
Mechanism of
action
Antagonist α1-adrenoseptor dan reseptor muskarinik, secara
bersamaan
Indikasi LUTS sedang-berat
Keluhan dominan storage
Mendapat monoterapi dari masing-masing jenis obat
Efek samping Mulut kering, gangguan ejakulasi, peningkatan PVR
Catatan Hindari pada pasien dengan PVR > 150 ml (weak recommendation),
Diperlukan follow-up PVR pada pasien yang menggunakan terapi ini
Algoritma
Tatalaksana
Medikamentosa
Tatalaksana
pada pasien dengan BPH
Watchful waiting
Medikamentosa
Pembedahan
Indikasi
Pembedahan
Kegagalan
Medikamentosa
Komplikasi
Urologi
Non Urologi
Tatalaksana
Pembedahan
Patosifisiologi
Komplikasi BPH
Komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat BPH
Urologi Non-urologi
Retensi urin akut Hernia
Trial without catheter (TWOC) yang gagal Hemorroid
Infeksi berulang
Hematuria berulang
Vesikolithiasis
AKI / Insufisiensi renal
Pathologic change (divertikel)
Tatalaksana
Pembedahan
Transurethral resection of the prostate (TURP) and transurethral incision of the
prostate (TUIP)
Mechanism of
action
TURP menghilangkan jaringan dari zona transisi kelenjar prostat.
TUIP dilakukan dengan insisi outlet kandung kemih tanpa pengangkatan
jaringan. Dapat digunakan pada BPH tanpa lobus medius.
Indikasi  LUTS sedang-berat
 Kegagalan medikamentosa / terdapat komplikasi akibat BPH
 Prostate volume <80 cc
Efek samping UTI, ED, Retrograde ejaculation, striktur uretra
Tatalaksana
Pembedahan
Open prostatectomy
Mechanism of
action
Prosedur digunakan untuk prostat yang membesar secara substansial (>
80-100 mL)  terutama saat tidak tersedianya mProstatektomi terbuka
adalah metode bedah yang paling invasif, tetapi merupakan prosedur
yang efektif dan tahan lama untuk pengobatan LUTS / BPO (Efikasi
mencapai 6 tahun)
Indikasi LUTS sedang-berat
Kegagalan medikamentosa / terdapat komplikasi akibat BPH
Prostate volume >80 cc
Efek samping UTI, ED, Bladder neck contracture, Retrograde ejaculation
Tatalaksana
Pembedahan
Laser vaporization / enucletion
Mechanism of
action
Dapat menggunakan laser KTP, diode, dan Thulium
Indikasi  LUTS sedang-berat
 Kegagalan medikamentosa / terdapat komplikasi akibat BPH
 Prostate volume >30 cc, 30-80cc, >80cc
 Pasien dengan antikoagulan
Catatan HoLEP memiliki waktu kateterisasi yang lebih pendek, rawat inap di rumah
sakit, berkurangnya kehilangan darah, dan lebih sedikit transfusi darah, tetapi
waktu operasi lebih lama dibandingkan dengan TURP dan Bedah Terbuka.
Algoritma
Tatalaksana
Pembedahan
Tatalaksana
Pembedahan
Volume prostat Modalitas yang dapat diberikan
<30cc TUIP: syarat tidak ada pembesaran lobus medius
TURP
30-80cc TURP
Bipolar enucleation
Laser vaporization
>80 cc Open prostatectomy
HoLEP
TURP
Pasien dengan pengobatan
antikoagulan
Laser vaporization
Laser enucleation
Pasien yang tidak bisa
dilakukan anestesi
Prosatic urethral lift
Follow-up
Paska pengobatan
Tatalaksana
Durasi
follow-up
Parameter yang dievaluasi
Watchful
waiting
6 bulan Keluhan dan IPSS
Uroflowmetry, dan PVR volume
Medikamentosa 4-6 minggu Keluhan dan IPSS
Uroflowmetry, dan PVR volume.
Efek samping pengobatan
Frequency volume charts/bladder diaries (pada
pasien predominan storage symptoms)
Pembedahan 4-6 minggu  Keluhan dan IPSS
Efek samping pembedahan
Uroflowmetry, dan PVR volume

More Related Content

Similar to KEGaWADARURATAN GINJAL.pptx

Benign prostat hiperplasia
Benign prostat hiperplasiaBenign prostat hiperplasia
Benign prostat hiperplasianelyz_fivdofa
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHKharima SD
 
3. AKUT ABDOMEN.pptx
3. AKUT ABDOMEN.pptx3. AKUT ABDOMEN.pptx
3. AKUT ABDOMEN.pptxsetiaji6
 
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptxBPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptxImanuelSoni
 
URINALISIS.ppt
URINALISIS.pptURINALISIS.ppt
URINALISIS.pptgoranpani
 
Askep klien dengan gangguan sistem perkemihan kmb ii-indri
Askep klien dengan gangguan sistem perkemihan kmb ii-indriAskep klien dengan gangguan sistem perkemihan kmb ii-indri
Askep klien dengan gangguan sistem perkemihan kmb ii-indriIndri Permanasari
 
PENYAKIT_GINJAL UNTUK KIMIA FARMA (2).pptx
PENYAKIT_GINJAL UNTUK KIMIA FARMA (2).pptxPENYAKIT_GINJAL UNTUK KIMIA FARMA (2).pptx
PENYAKIT_GINJAL UNTUK KIMIA FARMA (2).pptxKFDBengkulu
 
Benign Prostate Hipertrophy (BPH) .ppt
Benign Prostate Hipertrophy (BPH)   .pptBenign Prostate Hipertrophy (BPH)   .ppt
Benign Prostate Hipertrophy (BPH) .pptazwararifki1993
 
Urolithiasis s unnex
Urolithiasis s unnexUrolithiasis s unnex
Urolithiasis s unnexSun Siregar
 
all about batu ginjal dan definisi terapi
all about batu ginjal dan definisi terapiall about batu ginjal dan definisi terapi
all about batu ginjal dan definisi terapirizkiahmadsaleh
 
BSK- B1.pptx
BSK- B1.pptxBSK- B1.pptx
BSK- B1.pptxWooly2
 
askep-crf.ppt
askep-crf.pptaskep-crf.ppt
askep-crf.ppticurscb
 

Similar to KEGaWADARURATAN GINJAL.pptx (20)

Benign prostat hiperplasia
Benign prostat hiperplasiaBenign prostat hiperplasia
Benign prostat hiperplasia
 
BPH.pptx
BPH.pptxBPH.pptx
BPH.pptx
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
3. AKUT ABDOMEN.pptx
3. AKUT ABDOMEN.pptx3. AKUT ABDOMEN.pptx
3. AKUT ABDOMEN.pptx
 
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptxBPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
 
URINALISIS.ppt
URINALISIS.pptURINALISIS.ppt
URINALISIS.ppt
 
URINALISIS.ppt
URINALISIS.pptURINALISIS.ppt
URINALISIS.ppt
 
Askep klien dengan gangguan sistem perkemihan kmb ii-indri
Askep klien dengan gangguan sistem perkemihan kmb ii-indriAskep klien dengan gangguan sistem perkemihan kmb ii-indri
Askep klien dengan gangguan sistem perkemihan kmb ii-indri
 
Case Reflection BPH.pptx
Case Reflection BPH.pptxCase Reflection BPH.pptx
Case Reflection BPH.pptx
 
1. PPT BPH.pptx
1. PPT BPH.pptx1. PPT BPH.pptx
1. PPT BPH.pptx
 
PENYAKIT_GINJAL UNTUK KIMIA FARMA (2).pptx
PENYAKIT_GINJAL UNTUK KIMIA FARMA (2).pptxPENYAKIT_GINJAL UNTUK KIMIA FARMA (2).pptx
PENYAKIT_GINJAL UNTUK KIMIA FARMA (2).pptx
 
Benign Prostate Hipertrophy (BPH) .ppt
Benign Prostate Hipertrophy (BPH)   .pptBenign Prostate Hipertrophy (BPH)   .ppt
Benign Prostate Hipertrophy (BPH) .ppt
 
Aki
AkiAki
Aki
 
Tumor Ginjal
Tumor GinjalTumor Ginjal
Tumor Ginjal
 
Urolithiasis s unnex
Urolithiasis s unnexUrolithiasis s unnex
Urolithiasis s unnex
 
all about batu ginjal dan definisi terapi
all about batu ginjal dan definisi terapiall about batu ginjal dan definisi terapi
all about batu ginjal dan definisi terapi
 
BSK- B1.pptx
BSK- B1.pptxBSK- B1.pptx
BSK- B1.pptx
 
Diagnosis fungsi ginjal
Diagnosis fungsi ginjalDiagnosis fungsi ginjal
Diagnosis fungsi ginjal
 
CAPD.ppt
CAPD.pptCAPD.ppt
CAPD.ppt
 
askep-crf.ppt
askep-crf.pptaskep-crf.ppt
askep-crf.ppt
 

Recently uploaded

obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 

Recently uploaded (19)

obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 

KEGaWADARURATAN GINJAL.pptx

  • 3. Epidemiologi dan Etiologi Epidemiologi - 5% dari semua kasus trauma -Paling sering pada pria usia muda dan angka insiden 4,9 dari 100.000 populasi Etiologi -Trauma tumpul -Trauma penetrasi/ tajam
  • 5. Anamnesis dan pemeriksaan fisik Mekanisme cedera : trauma pada regio flank atau deselerasi cepat Riwayat penyakit ginjal sebelumnya : hidronefrosis, riwayat operasi ginjal atau solitary kidney Tanda vital : memastikan hemodinamik stabil Pemeriksaan fisik : jejas pada flank, luka tusuk atau peluru, nyeri tekan abdomen
  • 6. Pemeriksaan Laboratorium Urinalisis, Hematokrit, Fungsi ginjal Urine dipstick Peningkatan serum kreatinin
  • 7. Pemeriksaan Radiologi Tujuan : Untuk menentukan grading trauma ren Indikasi : -Visible hematuria -Non visible hematuria dan riwayat satu kali episode hipotensi -Riwayat trauma deselerasi cepat dan/atau trauma yang berkaitan -Trauma penetrasi/ tajam -Tanda-tanda klinis yang menunjukkan trauma ginjal, mis. nyeri pinggang, jejas, fracture costae, distended abdomen dan/atau massa dan nyeri tekan.
  • 9.
  • 10. Ultrasonography (USG) Survei primer pada pasien trauma FAST digunakan untuk mengidentifikasi cairan bebas/ hemoperitoneum sebagai penyebab perdarahan dan hipovolemia.
  • 11. Intraveous Pyelography (IVP) Hanya dilakukan jika CT scan tidak tersedia One-shot intra-operative IVP dapat digunakan untuk mengkonfirmasi fungsi ginjal kontralateral pada pasien yang tidak stabil untuk menjalani imaging pra-operasi
  • 12. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Keakuratan MRI pada trauma ginjal mirip dengan CT scan Tidak praktis pada trauma akut
  • 13. Manajemen Non Operative Kriteria utama adalah Hemodinamik stabil Bed rest total Observasi ketat, DL serial Re-Imaging jika ada indikasi
  • 14. Indikasi re-imaging : Demam Penurunan hematokrit Nyeri flank yang menetap 2-4 hari setelah cedera penetrasi/ tajam
  • 15. Seletive angioembolisation Tidak ada kriteria valid, namun CT scan dapat ditemukan : - Ekstravasasi kontras yang aktif - Arteriovenous fistula (AVF) - Pseudo-aneurysm Pada trauma ren yang berat angka kesuksesan bisa sampai : 94,9% pada grade 3 52% pada grade 5
  • 16. Surgical Manajemen Pasien dengan hemodinamik tidak stabil atau transient respon terhadap resusitasi cairan adalah indikasi absolut untuk pembedahan
  • 17. Surgical Exploration Non/transient respon terhadap resusitasi Lainnya Trauma ren penetrating / Vascular grade 5 Peri-renal hematoma yang expanding atau pulsating Eksplorasi pada trauma abdomen
  • 18.
  • 19. Follow Up Pemeriksaan fisik Pengukuran tekanan darah Pemeriksaan lab (urinalisis, fungsi ginjal) Pemeriksaan radiologi (tidak disaranakan pada low-grade, USG bisa digunakan untuk evaluasi post trauma)
  • 21. AcuteKidneyInjury Definisi : Penurunan akut fungsi ginjal yg ditandai dg kenaikan serum kreatinin baik dg atau tanpa oliguria Tanda cardinal dari Acute Kidney Injury adalah adanya penurunan dari glomerular filtration rate (GFR) Klasifikasi : pre-renal, intrinsik dan post-renal
  • 22.
  • 23. Pre Renal Ditandai oleh penurunan GFR akibat penurunan perfusi renal tanpa kerusakan pada parenkim Respon baik dg penggantian cairan ditandai dg kembalinya fungsi ginjal (sesuai keadaan awal / previous baseline) dalam 24 – 72 jam Tatalaksana : Optimalisasi volume cairan  meningkatkan volume intravascular dan menormalkan perfusi renal + tatalaksana dari underlying disease Campbell Urology, 12nd edition, chapter 46
  • 24. IntrinsikRenalDisease Glomerulonefritis Akut ( GNA ) : 4 % Acute Intertitial Nephritis ( AIN ) : 2 % Acute Tubuler Nephritis ( ATN ) : 45 % GNA (Glomerulonefritis Akut ) :  Tanda Patognomonis GNA proteinuria + hematuria + silinder eritrosit ( dismorfik )  GNA + penurunan fungsi ginjal  RPGN ( Rapidly Progressive Glomerulonephritis )  Tipe RPGN ( dx dg biopsi renal + serologi test ) - Tipe I : anti glomerular basement membrane - Tipe II : immune complex - Tipe III : pauci-immune
  • 25. Post Renal Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UA, 2015
  • 27. Prevalensi dan Epidemiologi Indonesia BSK kasus tersering diantara seluruh kasus urologi (data prevalensi BSK nasional belum ada) Dunia 1-20% • Laki-laki > Perempuan 3:1 • Puncak insiden : 40-50 tahun
  • 28. Faktor Resiko • BSK di usia muda • faktor keturunan • batu asam urat • batu akibat infeksi • hiperparatiroidisme • sindrom metabolik • obat-obatan 50 % pembentukan BSK dapat kambuh setidaknya 1 kali dalam seumur hidup
  • 29. Klasifikasi Batu Ukuran : 5 mm, 5-10 mm, 10-20 mm, > 20 mm Lokasi : kaliks ginjal (superior, medial, inferior), pelvis renal, ureter (proximal, distal), buli Karakteristik pencitraan X ray • Radioopak: ca-oksalat, ca- fosfat • opasitas rendah: MAP, Apatit, sistin • Radiolusen: As.urat, ammonium urat, xantin, obat-obatan Etiologi • Batu infeksi : MAP, Karbonat, ammonium urat • Batu non infeksi : ca-oksalat, ca-fosfat, asam urat • Kelainan genetic : sistin, xantin • Obat Komposisi: brushite, kalsium oksalat monohidrat, atau sistin memiliki karakteristik yang keras dengan densitas tinggi pada CTScan non kontras Resiko kekambuhan: >> pasien anak dengan batu saluran kemih
  • 30. Diagnosis Anamnesis • sakit pinggang ringan-berat (kolik), disuria, hematuria, retensi urine, dan anuria • Penyulit : demam, tanda gagal ginjal • RPD: obese, hiperparatiroid primer, malabsorbsi gastrointestinal, penyakit usus atau pancreas • asupan kalsium, cairan yang sedikit, tinggi garam ,buah dan sayur kurang, tinggi purin • probenesid, inhibitor protease, inhibitor lipase, kemoterapi, vitamin C, vitamin D, kalsium, dan inhibitor karbonik anhidrase.
  • 31. Diagnosis Pemeriksaan Fisik • Pemeriksaan fisik umum : Hipertensi, demam, anemia, syok Pemeriksaan fisik urologi • - Sudut kostovertebra : Nyeri tekan, nyeri ketok, dan pembesaran ginjal • - Supra simfisis : Nyeri tekan, teraba batu, buli kesan penuh • - Genitalia eksterna : Teraba batu di uretra • - Colok dubur : Teraba batu di buli-buli (palpasi bimanual)
  • 32. Pemeriksaan Penunjang • Pemeriksaan laboratorium sederhana  semua pasien BSK • pemeriksaan darah • - ureum, kreatinin, uji koagulasi, serum elektrolit, kalsium dan atau C-reactive protein (CRP) • Pemeriksaan urine rutin • -eritrosuria, leukosuria, bakteriuria, nitrit, pH urine • Pencitraan • foto polos abdomen (KUB radiography) --> radiolusen/ radioopak, follow up • USG  Primary diagnostic imaging tool • CT scan non kontras (standar diagnostic): evaluasi anatomi tr.urinarius, densitas batu, jarak antara kulit dan batu • CT scan kontras penatalaksanaan BSK memerlukan anatomi dan fungsi ginjal • MRI (2nd line modality pada ibu hamil setelah USG )
  • 33. Terapi Komposisi batu, Ukuran batu, Gejala Terapi Umum: nyeri kolik akut NSAID (diclofenac, indometasin, ibuprofen), paracetamol Terapi Desobtruksi drainase/ decompression (pemasangan stent ureteral, nefrostomi) : urgent bila batu obstruksi disertai sepsis/ Hidronefrosis terinfeksi
  • 34.
  • 35.
  • 36.
  • 37. BPH
  • 38. Diagnosis Anamesis (LUTS) Storage / irritative symptoms Voiding / obstructive Symptoms Post-micturition symptoms F Frequency W Weak stream Incomplete emptying U Urgency I Intermitte ncy N Nocturia S Straining D Dysuria H Hesistancy
  • 39. International Prostate Symptom Score (IPSS) Interpretasi Skor Ringan 1-7 Sedang 8-19 Berat 20-35
  • 40. Diagnosis Catatan harian berkemih • Pencatatan harian berkemih sangat berguna pada pasien yang mengeluh nokturia sebagai keluhan yang menonjol. • Rekomendasi FVC/bladder diary dilakukan minimal 3 hari
  • 41. Diagnostik Pemeriksaan fisik Status Urologis Ginjal Kandung kemih Genitalia Eksterna Rectal toucher (RT)
  • 43. Diagnosis Pemeriksaan penunjang (Lab) Uroflowmetri + PVR Tes urodinamik non-invasif yang banyak digunakan dan direkomendasikan pada pasien dengan LUTS yang akan menjalani terapi invasif Parameter yang dinilai Qmax flow pattern.
  • 44. Diagnosis Pemeriksaan uroflowmetri • Syarat agar akurat : minimal volume 150 cc • Q max :  >15 ml/detik : non obstruktif  10-15 ml/detik : borderline  <10ml/detik : obstruktif Uroflowmetri normal Memanjang, penurunan Qmax, BOO Plateau, striktur uretra
  • 45. Diagnostik Pemeriksaan penunjang (Imaging) Upper Urinary Tract Imaging Prostate Imaging
  • 46. Tatalaksana pada pasien dengan BPH Watchful waiting Medikamentosa Pembedahan
  • 47. Tatalaksana Watchful waiting Perubahan gaya hidup • Edukasi (tentang kondisi pasien) • Reassurance bahwa kanker bukanlah penyebab gejala kencing); • Edukasi terkait pola minum untuk menghindari gejala nokturia • Edukasi untuk mengatur asupan kafein atau alkohol, • Urethral milking untuk mencegah dribble pasca-miksi; • Teknik distraksi: mengalihkan pikiran dari kandung kemih dan toilet; • Edukasi terkait follow-up yang harus dilakukan untuk mengevaluasi gejala dan progresivitas penyakit
  • 49. Tatalaksana Medikamentosa Alpha-1 blocker 5 ARI Anti Muscarinic PDE5i Phytotherapy Mirabegron Combination Indikasi: LUTS Sedang-berat (IPSS 8-35)
  • 50. Tatalaksana Medikamentosa α1-Adrenoceptor antagonists (α1-blockers) Mechanism of action Menghambat efek noradrenalin yang dilepaskan secara endogen pada sel otot polos di prostat  mengurangi tonus prostat dan BOO Indikasi  Lini pertama medikamentosa untuk LUTS sedang-berat pria Sediaan alfuzosin hidroklorida (alfuzosin); doxazosin mesylate (doxazosin); silodosin; terazosin hidroklorida (terazosin); naftopidil, tamsulosin hidroklorida (tamsulosin) 1 x 0,4 mg Efek samping Retrograde ejaculation, ortostatic hypotension Catatan Diminum malam hari  untuk mencegah ortostatic hypotension
  • 51. Tatalaksana Medikamentosa 5α-reductase inhibitors (5 ARI) Mechanism of action Efek androgen pada prostat dimediasi oleh dihidrotestosteron (DHT), yang diubah dari testosteron oleh enzim 5α-reductase  Indikasi  LUTS Sedang-berat  volume prostat yang membesar (> 40 mL)  konsentrasi PSA yang meningkat (> 1,4-1,6 ng / mL) Sediaan Dutasteride (1x0,5mg), Finasteride (1x5mg) Efek samping Disfungsi seksual (ED), penurunan libido Catatan Slow onset  tidak cocok untuk jangka pendek, Dapat mencegah terjadi nya AUR
  • 52. Tatalaksana Medikamentosa Anti muscarinic Mechanism of action menghambat reseptor muskarinik untuk kontraksi  Detrusor diinervasi oleh saraf parasimpatis yang neurotransmitter utamanya adalah asetilkolin  stimulasi reseptor muskarinik pada sel otot polos. Indikasi  LUTS sedang-berat  Dominan keluhan storage,  Dipertimbangkan jika α-blocker tidak mengurangi gejala storage. Sediaan Solifenacin 1x5 mg, darifenacin, fesoterodine, oxybutynin, propiverine Efek samping Mulut kering, gangguan ejakulasi, peningkatan PVR Catatan Hindari pada pasien dengan PVR > 150 ml (weak recommendation)
  • 53. Tatalaksana Medikamentosa PDE5 inhibitors Mechanism of action meningkatkan kadar cGMP intraselular  relaksasi otot polos Indikasi LUTS sedang berat dengan atau tanpa disfungsi ereksi Sediaan Tadalafil 1x5 mg Catatan PDE5i dikontraindikasikan pada pasien yang menggunakan nitrat, nicorandil, atau α1 blocker (doxazosin dan terazosin), pasien dengan unstable angina pektoris, recent infark miokard dan stroke
  • 54. Tatalaksana Medikamentosa Beta-3 Agonist Mechanism of action Stimulasi reseptor B  relaksasi detrusor Indikasi  LUTS sedang-berat  Dominan keluhan storage, Sediaan Mirabegron 1x50 mg Efek samping hipertensi, ISK, nyeri kepala, dan nasopharyngitis Catatan Hindari pada pasien dengan PVR > 150 ml (weak recommendation)
  • 56. Tatalaksana Medikamentosa α1 blocker + 5 ARI Mechanism of action Efek sinergis  α1 menunjukkan efek klinis dalam beberapa jam atau hari, sedangkan 5-ARI membutuhkan beberapa bulan untuk mengembangkan efikasi klinis yang optimal Indikasi LUTS sedang-berat Risiko tinggi progression disease (vol prostat >40cc, PSA tinggi, umur tua, PVR tinggi, Qmax rendah), Pengobatan jangka lama (tahunan >1 tahun) Catatan Terapi kombinasi menghasilkan perbaikan yang lebih besar pada LUTS, peningkatan Qmax dan lebih tinggi dalam pencegahan perkembangan penyakit.
  • 57. Tatalaksana Medikamentosa α1 blocker + antimuscarinic Mechanism of action Antagonist α1-adrenoseptor dan reseptor muskarinik, secara bersamaan Indikasi LUTS sedang-berat Keluhan dominan storage Mendapat monoterapi dari masing-masing jenis obat Efek samping Mulut kering, gangguan ejakulasi, peningkatan PVR Catatan Hindari pada pasien dengan PVR > 150 ml (weak recommendation), Diperlukan follow-up PVR pada pasien yang menggunakan terapi ini
  • 59. Tatalaksana pada pasien dengan BPH Watchful waiting Medikamentosa Pembedahan
  • 62. Komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat BPH Urologi Non-urologi Retensi urin akut Hernia Trial without catheter (TWOC) yang gagal Hemorroid Infeksi berulang Hematuria berulang Vesikolithiasis AKI / Insufisiensi renal Pathologic change (divertikel)
  • 63. Tatalaksana Pembedahan Transurethral resection of the prostate (TURP) and transurethral incision of the prostate (TUIP) Mechanism of action TURP menghilangkan jaringan dari zona transisi kelenjar prostat. TUIP dilakukan dengan insisi outlet kandung kemih tanpa pengangkatan jaringan. Dapat digunakan pada BPH tanpa lobus medius. Indikasi  LUTS sedang-berat  Kegagalan medikamentosa / terdapat komplikasi akibat BPH  Prostate volume <80 cc Efek samping UTI, ED, Retrograde ejaculation, striktur uretra
  • 64. Tatalaksana Pembedahan Open prostatectomy Mechanism of action Prosedur digunakan untuk prostat yang membesar secara substansial (> 80-100 mL)  terutama saat tidak tersedianya mProstatektomi terbuka adalah metode bedah yang paling invasif, tetapi merupakan prosedur yang efektif dan tahan lama untuk pengobatan LUTS / BPO (Efikasi mencapai 6 tahun) Indikasi LUTS sedang-berat Kegagalan medikamentosa / terdapat komplikasi akibat BPH Prostate volume >80 cc Efek samping UTI, ED, Bladder neck contracture, Retrograde ejaculation
  • 65. Tatalaksana Pembedahan Laser vaporization / enucletion Mechanism of action Dapat menggunakan laser KTP, diode, dan Thulium Indikasi  LUTS sedang-berat  Kegagalan medikamentosa / terdapat komplikasi akibat BPH  Prostate volume >30 cc, 30-80cc, >80cc  Pasien dengan antikoagulan Catatan HoLEP memiliki waktu kateterisasi yang lebih pendek, rawat inap di rumah sakit, berkurangnya kehilangan darah, dan lebih sedikit transfusi darah, tetapi waktu operasi lebih lama dibandingkan dengan TURP dan Bedah Terbuka.
  • 67. Tatalaksana Pembedahan Volume prostat Modalitas yang dapat diberikan <30cc TUIP: syarat tidak ada pembesaran lobus medius TURP 30-80cc TURP Bipolar enucleation Laser vaporization >80 cc Open prostatectomy HoLEP TURP Pasien dengan pengobatan antikoagulan Laser vaporization Laser enucleation Pasien yang tidak bisa dilakukan anestesi Prosatic urethral lift
  • 68. Follow-up Paska pengobatan Tatalaksana Durasi follow-up Parameter yang dievaluasi Watchful waiting 6 bulan Keluhan dan IPSS Uroflowmetry, dan PVR volume Medikamentosa 4-6 minggu Keluhan dan IPSS Uroflowmetry, dan PVR volume. Efek samping pengobatan Frequency volume charts/bladder diaries (pada pasien predominan storage symptoms) Pembedahan 4-6 minggu  Keluhan dan IPSS Efek samping pembedahan Uroflowmetry, dan PVR volume

Editor's Notes

  1. Urinalisis, Hematokrit, Fungsi ginjal merupakan pemeriksaan yang penting Tes untuk hematuria sangat penting pada kasus curiga cedera ginjal, meskipun visible atau non visible hematuria, meskipun bisa juga disebabkan karena riwayat penyakit ginjal sebelumnya Urine dipstick merupakan pilihan cepat Peningkatan serum kreatinin biasanya disebabkan riwayat penyakit ginjal sebelumnya
  2. Idealnya dilakukan tiga fase studi: Fase arteri : menilai cedera vaskular dan adanya ekstravasasi aktif kontras Fase nefrografi : secara optimal menunjukkan kontusio dan laserasi parenkim ginjal Fase delayed (5 menit) : mengidentifikasi collecting system/cedera ureter.
  3. Dengan mencatat kapan dan berapa jumlah asupan cairan yang dikonsumsi serta kapan dan berapa jumlah urine yang dikemihkan, dapat diketahui seorang pasien menderita nokturia idiopatik, instabilitas detrusor akibat obstruksi infravesika, atau karena poliuria akibat asupan air yang berlebih.
  4. Ginjal: Pemeriksaan fisik ginjal pada kasus BPH untuk mengevaluasi adanya obstruksi atau tanda infeksi. -> HN bisa nyeri ketok Kandung kemih: Palpasi dan perkusi untuk menilai isi kandung kemih, ada tidaknya tanda infeksi ataupun retensi, -> Retensi urin akut / retensi urin kronis Genitalia Eksterna -> Batu uretra, RT -> Ca Prostat, BPH, Neurogenic bladder Untuk menyingkirkan keganasan dan kelainan neurologis -Untuk menilai konsistensi prostat - Kenyal, tidak ada nodul, simetris, -Semakin tidak sensitif jika volume prostat >50 mL
  5. DD -> Adakah hematuria ? Infeksi saluran kemih (ISK) Mikrohaematuria Diabetes mellitus. Jika temuan abnormal terdeteksi, tes lebih lanjut direkomendasikan sesuai dengan temuan terkait GFR Gagal ginjal akibat BPH terjadi sebanyak 0,3-30% dengan rata-rata 13,6%, dapat digunakan untuk menilai perlu tidaknya pemeriksaan imaging pada saluran kemih bagian atas Jika kadar PSA tinggi menandakan: pertumbuhan volume prostat lebih cepat, keluhan akibat BPH/ laju pancaran urine lebih buruk, dan lebih mudah terjadi retensi urine akut Apabila kadar PSA >4 ng/ml, biopsi prostat dipertimbangkan PSA dapat memprediksi volume prostat. Nilai PSA >1,5 ng/dl dengan baik memprediksikan volume prostat >30ml, dengan PPV 78% Laju pertumbuhan volume prostat rata-rata setiap tahun pada kadar PSA 0,2-1,3 ng/dl adalah 0,7 mL/tahun, sedangkan pada kadar PSA 1,4-3,2 ng/dl adalah 2,1 mL/tahun, dan kadar PSA 3,3-9,9 ng/dl adalah 3,3 mL/tahun. Serum PSA dapat meningkat pada saat terjadi retensi urine akut dan kadarnya perlahan-lahan menurun terutama setelah 72 jam dilakukan kateterisasi.
  6. Pada batas nilai Qmax sebesar 10 mL/detik memiliki spesifisitas sebesar 70%, positive predictive value (PPV) sebesar 70 %, dan sensitivitas sebesar 47% untuk mendiagnosis BOO. Pemeriksaan uroflowmetry bermakna jika volume urine >150 mL. Uroflowmetri dapat digunakan untuk menilai PVR dilakukan dengan menggunakan USG transabdominal, bladder scan, atau kateterisasi. PVR tidak selalu terkait dengan BOO, karena volume PVR yang tinggi dapat menjadi konsekuensi dari obstruksi dan / atau detrusor underactivity. PVR yang besar bukan merupakan kontraindikasi untuk watchful waiting (WW), atau terapi medis, meskipun mungkin menunjukkan respon yang buruk terhadap pengobatan dan terutama untuk WW. PVR awal yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko progresivitas gejala. Pemantauan perubahan PVR dari waktu ke waktu memungkinkan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko Acute Urinary Retention.
  7. Normal, Bell Shape
  8. Dilakukan pada LUTS disertai Hematuria, UTI Renal insufficiency (ultrasound recommended) Riwayat urolithiasis Riwayat pembedahan di saluran kemih, dan PVR yang tinggi. Ultrasonografi dapat digunakan untuk evaluasi pasien dengan PVR tinggi, hematuria, atau riwayat urolitiasis. Imaging prostat dapat dilakukan dengan US transabdominal, TRUS, computed tomography (CT), dan magnetic resonance imaging (MRI). Pada praktek sehari-hari, imaging prostat lebih sering dilakukan dengan USG transabdominal (suprapubik) atau TRUS. Penilaian ukuran prostat penting untuk pemilihan terapi intervensi Imaging juga penting dilakukan sebelum pengobatan dengan 5α-reductase inhibitor Volume prostat memprediksi progresivitas gejala dan risiko komplikasi Voiding cysto-urethrogram (VCUG) tidak direkomendasikan dalam pemeriksaan diagnostik rutin pasien dengan LUTS Pasien dengan riwayat hematuria mikroskopis atau hematuria berat, striktur uretra, atau kanker kandung kemih, yang datang dengan LUTS, harus menjalani uretrokistoskopi selama evaluasi diagnostik. Namun perlu dicatat, bahwa BOO dapat ditemukan pada 15% pasien dengan temuan sistoskopi normal, sementara 8% pasien tidak mengalami obstruksi, bahkan dengan adanya trabekulasi yang parah.
  9. Direkomendasikan pada pria dengan LUTS tanpa komplikasi, atau dengan komplikasi ringan-sedang yang tidak terlalu merasa bermasalah (IPSS 1-7) Pria dengan LUTS yang tidak mengganggu hanya sedikit yang berkembang menjadi AUR dan komplikasi (misalnya insufisiensi ginjal atau batu). Teknik distraksi penile squeeze, latihan pernapasan, perineal pressure, dan trik mental untuk Memberikan bantuan yang diperlukan bila ada gangguan mobilitas atau kondisi mental; Menangani konstipasi.
  10. α1 blockers lebih efektif pada pasien dengan prostat yang lebih kecil (<40 mL) Onset kerjanya yang cepat, kemanjuran yang baik, dan tingkat dan keparahan efek samping yang rendah  Lini pertama untuk LUTS pria
  11. Slow onset  tidak cocok untuk jangka pendek Berefek minimal dalam 1 bulan -- Tipe 1: ekstraprostatik: liver & kulit; dan Tipe II: prostat
  12. Tipe 1: ekstraprostatik: liver & kulit; dan Tipe II: prostat
  13.  Adrenoseptor beta-3 adalah reseptor beta utama yang diekspresikan dalam sel otot polos detrusor dan rangsangannya diperkirakan menyebabkan relaksasi detrusor
  14. Laser Kalium-Titanyl-Phospate (KTP) dan lithium triborate (LBO) bekerja pada panjang gelombang 532 nm. Untuk operasi prostat, laser dioda digunakan dengan panjang gelombang 940, 980, 1.318, dan 1.470 nm Pada Tm:YAG laser  Thulium , panjang gelombang yang digunakan antara 1,940 dan 2,013 nm, yang dipancarkan secara continuous wave mode.