PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PENGARUH EDUKASI MINUM AIR TERHADAP HASIL URINALISIS
1. PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP
HASIL PEMERIKSAAN KIMIAWI URINALISIS PADA MASYARAKAT
PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK, SLEMAN,
YOGYAKARTA
Berta Trifina Mardani
ABSTRACT
Provision of education healthy lifestyle can change the behavior of the subject. One healthy living
education is about drinking water. Drinking water can reduce the risk of dehydration and disorders of the
kidneys and urinary tract. This research was conducted to determine the effect of differences in the amount
given education regarding drinking water for chemical urinalysis test results on the subject.
This study included type of Quasi-experimental research studies with non-randomized study design
pretest-posttest control group design. Inclusion criteria for the study subjects are men and women aged 30-70
years who lived in the hamlet Dayakan, Ngaglik, Sleman and willing to cooperate in this study. Education
given three times used speech method and home care.
The results of Chi square test and Fisher's test showed that the effect of repeated treatment group
education as seen from the measurement of the beginning, middle, and end are not significantly different. The
results of the data showed no decrease in the treatment group the percentage of subjects from each category of
abnormal urinalysis chemical profiles, but statistically using Cochran's test did not differ significantly (p>
0.05). In the control group there was no decrease in the percentage of subjects in the category is not normal
and not significantly different statistically. Providing education drinking water recurrent give not significantly
different for chemical urinalysis test results of subject.
Keywords: chemical examination urinalysis, education, drinking water
INTISARI
Pemberian edukasi hidup sehat dapat mengubah perilaku subjek. Salah satu edukasi hidup sehat
yaitu tentang kebiasaan minum air putih. Kebiasaan minum air putih dapat mengurangi risiko terhadap
dehidrasi dan gangguan pada organ ginjal serta saluran kemih. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada
subjek.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian quasi-experimental research dengan rancangan penelitian
non-randomized pretest-posttest control group design. Kriteria inklusi subjek penelitian yaitu laki-laki dan
perempuan berusia 30-70 tahun yang bertempat tinggal di Pedukuhan Dayakan, Ngaglik, Sleman serta
bersedia bekerja sama dalam penelitian ini. Edukasi diberikan sebanyak 3 kali dengan menggunakan metode
ceramah dan home care.
Hasil uji Chi square dan uji Fisher menunjukkan bahwa pengaruh pemberian edukasi berulang
kelompok perlakuan yang dilihat dari pengukuran awal, tengah, dan akhir berbeda tidak bermakna. Hasil data
penelitian menunjukkan kelompok perlakuan ada penurunan persentase jumlah subjek kategori tidak normal
dari profil kimiawi urinalisis, namun secara statistik menggunakan uji Cochran’s berbeda tidak bermakna
(p>0,05). Pada kelompok kontrol tidak ada penurunan persentase jumlah subjek pada kategori tidak normal
dan secara statistik berbeda tidak bermakna. Pemberian edukasi berulang tentang kebiasaan minum air putih
memberikan pengaruh berbeda tidak bermakna terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada subjek.
Kata kunci : pemeriksaan kimiawi urinalisis, edukasi, kebiasaan minum air putih
2. PENDAHULUAN
Air merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh
manusia. Air memiliki banyak fungsi antara lain sebagai pelarut, penyusun struktur sel,
katalisator proses enzimatis, pengisi ruang antar sendi, pengatur suhu tubuh, berperan
dalam peredaran darah, dan ekskresi sisa metabolism (Briawan, Sedayu, dan Ekayati,
2011). Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air, namun total air
dalam tubuh manusia bergantung kepada kandungan lemak dan otot. Rata-rata tubuh orang
dewasa akan kehilangan 2,5 L cairan per harinya, sehingga diperlukan sekitar 2,5 L untuk
memenuhi kebutuhan cairan tubuh (Irawan, 2007).
Secara normal, tubuh akan kehilangan cairan melalui urin, keringat, maupun feses.
Jika tubuh tidak cukup mendapatkan air atau terjadi kehilangan air sekitar 5% dari berat
badan maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Selain itu, kebutuhan air dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti jenis kelamin, tingkat aktivitas, serta faktor lingkungan (Briawan
dkk, 2011).
Salah satu cara untuk mengetahui status hidrasi yaitu dengan pemeriksaan urin.
Selain untuk mengetahui status hidrasi tubuh, pemeriksaan urin juga dapat digunakan untuk
mengetahui kelainan ginjal dan salurannya yang bertujuan untuk mengetahui kelainan-
kelainan di berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal,
uterus dan lain-lain. Tubuh manusia sendiri sebagian besar mengandung air, apabila
kurangnya asupan air maka dapat mempengaruhi organ-organ dalam tubuh. Pemeriksaan
urin yang dilakukan salah satunya yaitu pemeriksaan kimiawi urinalisis, dimana dapat
digunakan untuk memeriksa pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan
nitrit (Guslina, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST)
2009 menunjukkan bahwa sebanyak 46,1 % dari 1200 sampel urin penduduk di 6 wilayah
di Indonesia mengalami kekurangan minum air (dehidrasi) ringan. Hal ini disebabkan
karena rendahnya pengetahuan tentang manfaat air bagi tubuh (Hardinsyah, 2011),
sehingga diperlukannya edukasi tentang manfaat air putih.
Dari penelitian ini diharapkan jumlah edukasi berulang dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan kimiawi urinalisis sehingga dapat digunakan sebagai salah satu metode yang
aplikatif pada subjek. Subjek sebagai model dalam penelitian ini berlokasi di Pedukuhan
Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental semu (quasi-experimental
research) dengan rancangan penelitian eksperimental ulang non-random (non-randomized
pretest-posttest control group design). Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi
yaitu antara lain warga di Dukuh Dayakan, Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kab.
Sleman, baik laki-laki maupun perempuan, rentang usia 30-70 tahun, bersedia diambil
3. urinnya (inform consent), mengisi formulir data penelitian, dan mengikuti ceramah khusus
untuk kelompok perlakuan dan bersedia untuk diajak bekerja sama dalam penelitian ini.
Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan, masing-masing
kelompok terdiri dari 30 subjek penelitian. Edukasi diberikan kepada subjek kelompok
perlakuan selama 3 bulan, dimana dalam 1 bulan dilakukan satu kali edukasi. Secara
keseluruhan kelompok perlakuan mendapat 3 kali pemberian edukasi. Selain pemberian
edukasi, dilakukan home care yang dilakukan di antara edukasi kedua dan ketiga.
Pemeriksaan kimiawi urinalisis meliputi pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton,
bilirubin, darah, urobilinogen, nitrit, lekosit esterase dan berat jenis. Pemeriksaan kimiawi
urinalisis dilakukan pada tahap awal, tengah, dan akhir. Tahap awal dimana sebelum
dilakukan pemberian edukasi pertama. Tahap tengah yaitu pengambilan sampel setelah
pemberian edukasi pertama, dan tahap akhir yaitu setelah pemberian edukasi ketiga. Profil
karakteristik subjek penelitian meliputi demografi dan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis.
Karakteristik demografi meliputi usia dan jenis kelamin. Usia dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu rentang umur 30-59 tahun (middle age) dan 60-70 tahun (elderly).
Uji normalitas dilakukan dengan program statistik menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov. Suatu data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p>0,05. Uji normalitas profil
kimiawi urinalisis dilakukan pada kelompok kontrol dan perlakuan, sebelum dan sesudah
pemberian edukasi. Uji Chi Square digunakan untuk mengetahui karakteristik dan
pengaruh edukasi terhadap perubahan profil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Uji Fisher digunakan apabila data tidak memenuhi syarat
uji Chi Square. Uji Cochran’s digunakan untuk uji signifikansi pemberian edukasi pertama,
kedua dan ketiga pada kelompok kontrol dan perlakuan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis setelah pemberian edukasi. Analisis Post
Hoc dengan menggunakan uji McNemar dilakukan apabila ada perbedaan hasil
pemeriksaan setelah pemberian edukasi dan untuk mengetahui edukasi ke berapa ada
perbedaan hasil pemeriksaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Karakteristik Awal Subjek Terkait dengan Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis
Profil karakteristik populasi warga pedukuhan Dayakan, Desa Sardonoharjo,
Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman dicantumkan dalam tabel I dan digunakan
sebagai data dasar (baseline) dalam penelitian. Setiap kriteria menggambarkan
karakteristik subjek yang diuji secara statistik. Uji statistik yang digunakan adalah Chi
Square untuk skala pengukuran kategorik dan data yang tidak memenuhi syarat uji Chi
Square dilakukan dengan menggunakan uji Fisher. Uji statistik ini dilakukan untuk
mengetahui apakah ada hubungan antar variabel pada karakteristik awal kelompok
perlakuan dan kontrol.
4. Tabel I. Profil Karakteristik Awal Subjek
Kriteria Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol p
n % n %
Usia 30 30-59 th: 76,7 30 30-59 th: 83,3 0,619*
60-70 th: 23,3 60-70 th:16,7
Jenis kelamin 30 Laki-laki: 50 30 Laki-laki: 50 1,000*
Perempuan: 50 Perempuan: 50
Kriteria n Kategori (%) n Kategori (%) p
Protein 30 Normal: 90 30 Normal: 96,7 0,612**
Tidak normal: 10 Tidak normal: 3,3
Glukosa 30 Normal: 86,7 30 Normal: 90 1,000**
Tidak normal: 13,3 Tidak normal: 10
Keton 30 Normal: 96,7 30 Normal: 100 1,000**
Tidak normal: 3,3 Tidak normal: 0
Nitrit 30 Normal: 96,7 30 Normal: 96,7 1,000**
Tidak normal: 3,3 Tidak normal: 3,3
Lekosit 30 Normal: 90 30 Normal: 93,3 1,000**
Esterase Tidak normal: 10 Tidak normal: 6,7
Darah 30 Normal: 86,7 30 Normal: 90 1,000**
Tidak normal: 13,3 Tidak normal: 10
Keterangan:
n = jumlah subjek penelitian
*) Uji statistik Chi Square
**) Uji statistik Fisher
B. Pengaruh Pemberian Edukasi Pertama, Kedua, dan Edukasi Ketiga tentang Kebiasaan
Minum Air Putih terhadap Profil Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis Awal, Tengah, dan
Akhir
Perbedaan hasil pengukuran awal, tengah dengan pengukuran akhir untuk pemeriksaan
kimiawi urinalisis dari setiap kelompok dibandingkan untuk mengetahui pengaruh pemberian
edukasi tentang kebiasaan minum air putih terhadap profil kimiawi urinalisis.
12.0% 10.0%
persentase jumlah
10.0%
subjek penelitian
8.0%
6.0%
3.3% 3.3% 3.3%
4.0% kontrol
2.0% 0.0% perlakuan
0.0%
awal tengah akhir
pemeriksaan
Gambar 1. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Proteinuria Kelompok Kontrol dan
Perlakuan
5. Adanya protein di dalam urin dapat menandakan adanya penyakit ginjal karena ginjal tidak
mampu menyaring protein yang berukuran besar. Proteinuria juga dapat ditemukan pada individu
sehat karena perubahan fisiologis terutama olahraga, stress/diet yang tidak seimbang, dan pra-
menstruasi. Perubahan persentase jumlah subjek penelitian pada kelompok perlakuan sesuai
dengan hipotesis penelitian. Pada pemeriksaan awal muncul proteinuria 10% dari subjek
kelompok perlakuan. Setelah pemberian edukasi pertama ada penurunan 6,7% yang dapat
diartikan terdapat 2 orang yang tidak terdeteksi protein di pemeriksaan tengah dan akhir.
Penurunan persentase ini merupakan akibat dari pemberian edukasi yang pertama.
Pada kelompok kontrol juga terjadi perubahan persentase jumlah subjek, namun perubahan
tersebut tidak tetap. Proteinuria dideteksi pada individu yang berbeda yang terlihat dalam
pemeriksaan awal dan akhir. Hal ini dikarenakan kelompok kontrol tidak diberi edukasi sehingga
proteinuria dapat muncul di pemeriksaan akhir.
14.0% 13.3% 13.3%
12.0% 10.0% 10.0%
persentase jumlah
subjek penelitian
10.0%
8.0%
6.0%
kontrol
4.0%
2.0% perlakuan
0.0%
awal tengah akhir
pemeriksaan
Gambar 2. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Glukosuria Kelompok Kontrol dan
Perlakuan
Adanya glukosa pada kelompok perlakuan disebabkan riwayat penyakit dari subjek
penelitian. Sepuluh persen dari 30 subjek kelompok perlakuan diketahui mengidap penyakit
diabetes mellitus. Pada pemeriksaan awal dan tengah terdapat 13,3% mengandung glukosa pada
urin. Sedangkan 3,3% diketahui tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus atau
dikarenakan gaya hidup yang salah. Pada pemeriksaan akhir terdapat penurunan 3,3% yang
berarti ada perubahan perilaku subjek penelitian setelah diberi edukasi pertama, kedua, ketiga
dan home care.
Pada kelompok kontrol juga terjadi perubahan persentase jumlah subjek yang mengandung
glukosa. Pada kelompok kontrol diketahui ada 10% subjek yang mengidap penyakit diabetes
mellitus. Peningkatan persentase 3,3% pada pemeriksaan tengah diakibatkan adanya perilaku
yang kurang benar dari subjek dimana pengkonsumsian glukosa berlebih sehingga dapat
terdeteksi dalam urin. Hal ini kemungkinan diakibatkan karena pemberian edukasi kedua
bertepatan dengan bulan puasa sehingga subjek tidak mengontrol konsumsi makanan dan
6. minuman. Hal ini menjadi alasan bahwa adanya peningkatan persentase jumlah subjek pada
pemeriksaan tengah.
3.5% 3.3% 3.3%
3.0%
persentase jumlah
subjek penelitian
2.5%
2.0%
1.5%
kontrol
1.0%
0.5% 0.0% 0.0% 0.0% perlakuan
0.0%
awal tengah akhir
pemeriksaan
Gambar 3. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Ketonuria Kelompok Perlakuan
Ketonuria dapat muncul dikarenakan diabetes yang tidak terkendali, kehamilan dan
kelaparan karena kurangnya masukan karbohidrat sehingga tubuh mengambil energi dari
lemak/protein. Pada gambar 15 menunjukkan bahwa ada perubahan profil keton dari
pemeriksaan awal, tengah, dan akhir. Perubahan ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Ketonuria
pada kelompok perlakuan terjadi pada 1 individu dan setelah pemberian edukasi pertama, kedua,
ketiga, serta home care terjadi keton tidak lagi terdeteksi pada pemeriksaan terakhir. Hal ini
berarti pemberian edukasi berulang menurunkan persentase subjek penelitian yang mengalami
ketonuria.
3.5% 3.3% 3.3% 3.3%
3.0%
persentase jumlah
subjek penelitian
2.5%
2.0%
1.5%
kontrol
1.0%
0.5% 0.0% 0.0% perlakuan
0.0%
awal tengah akhir
pemeriksaan
Gambar 4. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Nitrit Positif Kelompok Kontrol dan
Perlakuan
Nitrit positif dapat terjadi karena adanya bakteri pereduksi nitrat yang secara normal
terdapat di urin. Hal ini terjadi bila urin berada di kandung kemih lebih dari 4 jam dan dapat
mengindikasikan adanya infeksi saluran kemih. Hasil negatif bukan berarti tidak terdapat
7. bakteriuria karena tidak semua bakteri dapat membentuk nitrit, selain itu bisa dikarenakan enzim
bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun nitrit diubah menjadi nitrogen.
Perubahan persentase jumlah subjek penelitian yang mengandung nitrit pada kelompok
perlakuan sesuai dengan hipotesis penelitian. Penurunan persentase terjadi setelah pemberian
edukasi pertama yang menunjukkan bahwa ada perubahan kebiasaan minum air putih subjek
yang mempengaruhi profil nitrit pemeriksaan kimiawi urinalisis. Pada kelompok kontrol tidak
terjadi perubahan persentase jumlah subjek yang mengandung nitrit pada urin. Edukasi yang
tidak diberikan pada kelompok kontrol mengakibatkan subjek tidak merubah gaya hidupnya
sehingga tidak mempengaruhi profil nitrit.
12.0% 10.0%
peresntase jumlah
10.0%
subjek penelitian
8.0% 6.7% 6.7% 6.7%
6.0%
3.3%
4.0% kontrol
2.0% 0.0% perlakuan
0.0%
awal tengah akhir
pemeriksaan
Gambar 5. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Lekosit Esterase Positif Kelompok Kontrol
dan Perlakuan
Lekosit esterase positif dapat terjadi karena adanya piuria yang terkait dengan infeksi
saluran kemih. Negatif palsu dapat terjadi karena adanya kadar glukosa urin tinggi (>500
mg/dL), protein tinggi (>300 mg/dL), berat jenis tinggi, dan oksalat tinggi. Perubahan persentase
jumlah subjek penelitian lekosit esterase positif pada kelompok perlakuan sesuai dengan
hipotesis penelitian. Penurunan persentase terjadi setelah pemberian edukasi pertama yang
menunjukkan adanya perubahan perilaku subjek dengan memulai membiasakan minum air putih
dan dapat ditunjukkan dengan perubahan profil lekosit esterase pada pemeriksaan kimiawi
urinalisis. Perubahan persentase juga terjadi pada kelompok kontrol.
8. 25.0%
20.0%
persentase jumlah
20.0%
subjek penelitian
13.3%
15.0%
10.0% 10.0%
10.0% 6.7% kontrol
3.3%
5.0% perlakuan
0.0%
awal tengah akhir
pemeriksaan
Gambar 6. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Hematuria Kelompok Kontrol dan
Perlakuan
Adanya darah dalam urin dapat dikaitkan dengan infeksi saluran kemih. Positif palsu dapat
terjadi karena menstruasi, sedangkan negatif palsu dapat dideteksi apabila urin mengandung
vitamin C dosis tinggi, nitrit dan protein konsentrasi tinggi. Pada kelompok perlakuan, terdapat
13.3% subjek yang mengalami hematuria pada pemeriksaan awal, setelah pemberian edukasi
pertama ada penurunan 3,3%. Hal ini berarti ada pengaruh penurunan hematuria karena
pemberian edukasi pertama. Penurunan 3.3% juga terjadi antara pemeriksaan tengah dan akhir,
hal ini menunjukkan adanya pengaruh edukasi pertama, kedua, ketiga, dan home care. Perubahan
persentase jumlah subjek pada profil hematuria kelompok perlakuan sesuai dengan hipotesis
penelitian. Hal ini menunjukkan ada perubahan perilaku subjek terkait kebiasaan minum air
putih Pada kelompok kontrol juga ada perubahan persentase, namun perubahan ini tidak tetap
atau tidak menurun. Adanya hematuria juga dapat dikarenakan adanya subjek yang mengalami
menstruasi sehingga dapat muncul positif palsu dalam hasil pemeriksaan.
C. Pengaruh Pemberian Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih pada Kelompok Perlakuan
Dibandingkan dengan Kelompok Kontrol pada Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis Awal,
Tengah dan Akhir
Pengaruh pemberian edukasi tentang kebiasaan minum air putih pada kelompok perlakuan
dapat dilihat dengan cara membandingkan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis awal, tengah,
dan akhir subjek penelitian kelompok perlakuan dan kontrol. Perbandingan kelompok perlakuan
dengan kelompok kontrol pada setiap pemeriksaan berfungsi untuk mengoreksi kelompok yang
diberi intervensi dengan kelompok yang tidak diberi intervensi dalam penelitian, sehingga
diharapkan adanya perubahan profil kimiawi urinalisis adalah akibat intervensi yang diberikan.
Adanya hal-hal dari luar penelitian yang dapat mempengaruhi profil kimiawi urinalisis tidak
dapat dikontrol oleh peneliti, misalnya kebiasaan konsumsi makanan atau gaya hidup, keadaan
patologi dan fisiologi subjek penelitian serta interaksi antara kelompok perlakuan dan kontrol.
9. Pada pemeriksaan awal telah diketahui bahwa kedua kelompok subjek penelitian memiliki
karakteristik yang sama. Pada pemeriksaan tengah dan akhir kedua kelompok tersebut
diharapkan memberikan perubahan yang bermakna, khususnya terhadap profil kimiawi
urinalisis. Karakteristik akhir subjek penelitian terkait profil kimiawi urinalisis terdapat pada
tabel II dan III. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada pengukuran akhir antara kelompok
perlakuan dan kontrol memiliki karakteristik berbeda tetapi tidak bermakna. Kesamaan antara
karakteristik awal, tengah dan akhir penelitian menunjukkan edukasi yang diberikan selama tiga
kali terkait kebiasaan minum air putih memberikan pengaruh tidak signifikan pada subjek
penelitian kelompok perlakuan. Profil karakteristik awal, tengah, dan akhir berdasarkan
persentase jumlah subjek penelitian kategori tidak normal disajikan pada tabel IV.
Tabel II. Profil Karakteristik Tengah Subjek
Kriteria Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol p
n kategori n kategori
Protein 30 Normal: 96,7% 30 Normal: 100% 1,000**
Tidak normal: 3,3% Tidak normal: 0%
Glukosa 30 Normal: 86,7% 30 Normal: 86,7% 0,488*
Tidak normal: 13,3% Tidak normal:13,3%
Keton 30 Normal: 96,7% 30 Normal: 100% 1,000**
Tidak normal: 3,3% Tidak normal: 0%
Nitrit 30 Normal: 100% 30 Normal: 96,7% 1,000**
Tidak normal: 0% Tidak normal: 3,3%
Lekosit 30 Normal: 93,3% 30 Normal:96,7% 1,000**
Esterase Tidak normal: 6,7% Tidak normal: 3,3%
Darah 30 Normal: 90% 30 Normal: 80% 0,472**
Tidak normal: 10% Tidak normal: 20%
Tabel III. Profil Karakteristik Akhir Subjek
Kriteria Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol p
n kategori n kategori
Protein 30 Normal: 96,7% 30 Normal: 96,7% 1,000**
Tidak normal: 3,3% Tidak normal: 3,3%
Glukosa 30 Normal: 90% 30 Normal: 90% 1,000**
Tidak normal: 10% Tidak normal: 10%
Keton 30 Normal: 100% 30 Normal: 100% -
Tidak normal: 0% Tidak normal: 0%
Nitrit 30 Normal: 100% 30 Normal: 100% 1,000**
Tidak normal: 0% Tidak normal: 0%
Lekosit 30 Normal: 93,3% 30 Normal: 100% 0,492**
Esterase Tidak normal: 6,7% Tidak normal: 0%
Darah 30 Normal: 93,3% 30 Normal: 96,7% 1,000**
Tidak normal: 6,7% Tidak normal: 3,3%
Keterangan:
*) Uji Chi Square
**) Uji Fisher
- : tidak dilakukan uji statistik karena keseluruhan data termasuk kategori normal
10. Tabel IV. Profil Karakteristik Awal, Tengah, dan Akhir Subjek
Kriteria Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
P1 P2 P3 P1 P2 P3
Proteinuria 10% 3,3% 3,3% 3,3% 0% 3,3%
Glukosuria 13,3% 13,3% 10% 10% 13,3% 10%
Ketonuria 3,3% 3,3% 0% 0% 0% 0%
Nitrit positif 3,3% 0% 0% 3,3% 3,3% 3,3%
Lekosit 10% 6,7% 6,7% 6,7% 3,3% 0%
esterase positif
Hematuria 13,3% 10% 6,7% 10% 20% 3,3%
- Keterangan:
- P1 : pemeriksaan awal
- P2 : pemeriksaan tengah
- P3 : pemeriksaan akhir
Hasil dari uji signifikansi menunjukkan bahwa perbedaan profil kimiawi urinalisis tidak
signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi berulang
3 kali memberikan pengaruh secara tidak signifikan terhadap profil kimiawi urinalisis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis tengah dan akhir yang
dibandingkan dengan pengukuran awal menunjukkan ada perbedaan tidak bermakna secara
statistik. Pengaruh pemberian edukasi berulang pada kelompok perlakuan dibanding kelompok
kontrol berbeda tidak bermakna.
Beberapa faktor dapat menyebabkan pengaruh pemberian edukasi berulang menjadi tidak
bermakna. Konsumsi makanan dan minuman dari subjek sebelum dilakukan pemeriksaan
kimiawi urinalisis dapat menjadi salah satu penyebab ada perubahan yang tidak signifikan pada
ketiga pemeriksaan. Pemeriksaan urinalisis bersifat sesaat sehingga intake makanan dan
minuman dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Kesadaran subjek penelitian kelompok
kontrol untuk minum air putih sebelum pemeriksaan dilakukan juga dapat mempengaruhi hasil.
Subjek menginginkan hasil pemeriksaan urinalisis yang baik dan mengetahui apabila minum air
putih sebelumnya akan mempengaruhi hasil pemeriksaan sehingga pada kelompok kontrol ada
perubahan hasil pemeriksaan.
Pada hasil pemeriksaan awal menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki profil
kimiawi urinalisis yang sudah baik. Dari pemberian edukasi diharapkan subjek yang memiliki
profil kimiawi urinalisis yang sudah baik dapat mempertahankannya. Hal ini dapat
mempengaruhi uji statistik tidak bermakna dari pemberian edukasi berulang.
Proses belajar dapat dipengaruhi oleh lama pemberian edukasi dan kemampuan diri.
Pemberian edukasi berulang seharusnya mampu membantu subjek penelitian untuk mengingat
pentingnya membiasakan air putih jika dibandingkan dengan pemberian edukasi sekali dan tanpa
diberi edukasi. Usia yang semakin tua menyebabkan penurunan fungsi organ yang digunakan
untuk menerima informasi seperti indra penglihatan dan indra pendengaran dari edukasi yang
diberikan. Kemampuan diri masing-masing subjek juga mempengaruhi penerimaan informasi
dari setiap edukasi yang diberikan pada kelompok perlakuan.
11. Untuk dapat menjadi perilaku, yang diperlukan yaitu pengetahuan selanjutnya timbul
respon dalam bentuk sikap. Jika subjek mampu mengolah respon, maka akan timbul respon yang
lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan. Pemberian pengetahuan tanpa adanya sikap dan tindakan
yang berubah dari subjek dapat mempengaruhi tidak adanya perubahan kebiasaan minum air
putih sehingga diperlukan pula pengukuran pengetahuan, sikap, dan tindakan pada subjek.
KESIMPULAN DAN SARAN
Profil karakteristik masyarakat Pedukuhan Dayakan, Kel. Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab.
Sleman, Yogyakarta kelompok perlakuan dan kontrol sebagian besar berusia 30-59 tahun dengan
perbandingan jenis kelamin sama dan memiliki profil berat jenis, pH, bilirubin, dan urobilinogen
yang normal. Nilai p pada setiap profil kimiawi urinalisis kelompok kontrol dan perlakuan memiliki
nilai p>0,05 yang berarti bahwa hubungan antara jumlah pemberian edukasi dengan hasil
pemeriksaan kimiawi urinalisis berbeda tidak bermakna. Berdasarkan perubahan persentase jumlah
subjek penelitian terdapat penurunan persentase subjek kategori tidak normal pada kelompok
perlakuan yang diberikan edukasi berulang. Pemberian edukasi berulang pada kelompok perlakuan
memberikan perbedaan tidak bermakna (p>0,05) terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis
dibandingkan pemberian edukasi sekali dan tidak diberi edukasi. Pengaruh pemberian edukasi pada
kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol memberikan hasil berbeda tidak
bermakna (p>0,05) pada pemeriksaan awal, tengah, maupun akhir.
Penelitian sejenis dapat dilakukan dengan mengubah sasaran subjek penelitian yang memiliki
penyakit infeksi saluran kemih sehingga perubahan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis dapat
terlihat. Penelitian sejenis dapat dilanjutkan dengan melakukan pengukuran pengetahuan, sikap dan
tindakan subjek penelitian sebelum dan setelah pemberian edukasi tentang kebiasaan minum air
putih sehingga dapat mengetahui apakah ada perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga
memunculkan kebiasaan.
REFERENSI
Almatsier, S., 2009, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, pp. 220-226.
Asian Food Information Centre (AFIC), 1998, Fluid for Kids, http://AFIC.org, diakses tanggal 25 November
2011.
Asian Food Information Centre (AFIC), 1999, Singapore Drinking Habits Survey,
http://www.afic.org/hydration.php?news_id=91&start=0&category_id=29&parent_id=29&arcyear
=&arcmonth=, diakses tanggal 25 November 2011.
Asian Food Information Centre (AFIC), 2000, Fluid - The Forgotten Factor,
http://www.afic.org/hydration.php?news_id=131&start=0&category_id=29&parent_id=29&arcyear
=&arcmonth=, diakses tanggal 25 November 2011.
Azwar, S., 2006, Reliabilitas dan Validitas, Edisi 3, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp. 33.
12. Batmanghelidj F., 2007, Air untuk Menjaga Kesehatan dan Menyembuhkan Penyakit, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, pp. 22.
Briawan, D., Sedayu, dan Ekayati, 2011, Kebiasaan Minum dan Asupan cairan Remaja di Perkotaan, Jurnal
Gizi Klinik Indonesia, (8) 1: 36-41.
Departemen Kesehatan, 2002, Pembangunan Kesehatan Masyarakat Indonesia, Depkes RI, Jakarta.
Departemen Kesehatan, 2005, Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), Depkes RI, Jakarta.
Fajar, S., 2010, Manfaat Minum Air Putih bagi Kesehatan,
http://saufa.student.umm.ac.id/2010/07/28/manfaat-minum-air-putih-bagi-kesehatan/, diakses
tanggal 3 Desember 2011.
Grandjean, A.C, Reimers, Haven, and Kurtis, 2003, The Effect on Hydration of two diets, one with and one
without plain water, Jour of Am Coll of Nutrition, (22) 2: 165-173.
Guslina, N., 2011, Air; Zat Gizi Esensial yang Sering Terlupakan,
http://www.jurnalmedan.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=68609:air-zat-
gizi-esensial-yang-sering-terlupakan-&catid=58:kesehatan&Itemid=66, diakses tanggal 3 Mei
2012.
Hardinsyah, 2011, Hydration assessment in Indonesia, http://www.h4hinitiative.com/hydration-for-health-
hub/efsa-opinion/hydration-assessment-in-indonesia/, diakses tanggal 3 Mei 2012.
Hasan, M.I., 2002, Pokok 2 Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghaloa Indonesia, Bogor, pp. 60.
Irawan, M.A., 2007, Cairan Tubuh, Elektrolit, dan Mineral, Polton Sports Science & Performance Lab.
Notoatmodjo, 2003, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta, pp. 44.
Notoatmodjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta, pp. 12-13.
Pagunsan, Cummings, and Monica, P.R., 2007, Ginjal si Penyaring Ajaib – Memiliki Kreasi Hidup Sehat,
Indonesia Publishing House, Bandung, pp. 63-66.
Pahira, Maxted, and Simerville, 2005, Urinalysis: A Comprehensive Review, American Academy of Family
Physicians, (2) 2: 334-350.
Patel, 2006, The Abnormal Urinalysis, Pediatric Clinics of North America, (10) 2: 1-5.
Pratiknya, 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, pp. 134.
Sacher, Ronald A. and McPherson Richard A., 2002, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, 11th
ed, Penerbit EGC, Jakarta, pp. 589-598.
Setiawan N., 2005, Teknik Sampling, Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan Nasional,
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/tekniksampling1.pdf, diakses tanggal 25
September 2011.
Soebroto, J.B., Ghozali, A., dan Yuliati, E., 2001, Rancang Bangun Alat Pembuat Model Peraga Periksa
Payudara Sendiri (SADARI) Untuk Meningkatkan Jangkauan/Kuantitas dan Efektivitas
13. Penyuluhan Deteksi Dini Kanker Payudara di Masyarakat, Jurnal Asosiasi Politeknik Indonesia,
Vol. II, No. 3.
Sugiyono, 2008, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, pp. 33.
Tahir, W., 2011, Urinalisis, http://www.scribd.com/rahmatun_sahra/d/51301025/6-II-3-Analisis-Dipstick,
diakses tanggal 20 Maret 2012.
Tjale, M.C., 2009, The Prevalence of Abnormal Urine Components As Detected By Routine Dipstick
Urinalysis : A Survey At a Primary Health Care Clinic in Mankweng Hospital, Tesis, 39, University
of Limpopo, Polokwane.
Vivanti, A., 2009, Screening and Identification of Dehydration in Older People Admitted to a Geriatric and
Rehabilitation Unit, Tesis, 259, Queensland University, Australia.
Yuniastuti A., 2008, Gizi dan Kesehatan, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp. 44.
Zamanzad, B., 2009, Accuracy of Dipstick Urinalysis As A Screening Method for Detection of Glucose,
Protein, Nitrites and Blood, Eastern Mediterranean Health Journal, (15) 5:1323-1328.