SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP
      HASIL PEMERIKSAAN KIMIAWI URINALISIS PADA MASYARAKAT
        PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK, SLEMAN,
                                             YOGYAKARTA


Berta Trifina Mardani
                                                    ABSTRACT
            Provision of education healthy lifestyle can change the behavior of the subject. One healthy living
education is about drinking water. Drinking water can reduce the risk of dehydration and disorders of the
kidneys and urinary tract. This research was conducted to determine the effect of differences in the amount
given education regarding drinking water for chemical urinalysis test results on the subject.
            This study included type of Quasi-experimental research studies with non-randomized study design
pretest-posttest control group design. Inclusion criteria for the study subjects are men and women aged 30-70
years who lived in the hamlet Dayakan, Ngaglik, Sleman and willing to cooperate in this study. Education
given three times used speech method and home care.
            The results of Chi square test and Fisher's test showed that the effect of repeated treatment group
education as seen from the measurement of the beginning, middle, and end are not significantly different. The
results of the data showed no decrease in the treatment group the percentage of subjects from each category of
abnormal urinalysis chemical profiles, but statistically using Cochran's test did not differ significantly (p>
0.05). In the control group there was no decrease in the percentage of subjects in the category is not normal
and not significantly different statistically. Providing education drinking water recurrent give not significantly
different for chemical urinalysis test results of subject.
Keywords: chemical examination urinalysis, education, drinking water

                                                  INTISARI
           Pemberian edukasi hidup sehat dapat mengubah perilaku subjek. Salah satu edukasi hidup sehat
yaitu tentang kebiasaan minum air putih. Kebiasaan minum air putih dapat mengurangi risiko terhadap
dehidrasi dan gangguan pada organ ginjal serta saluran kemih. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada
subjek.
           Penelitian ini termasuk jenis penelitian quasi-experimental research dengan rancangan penelitian
non-randomized pretest-posttest control group design. Kriteria inklusi subjek penelitian yaitu laki-laki dan
perempuan berusia 30-70 tahun yang bertempat tinggal di Pedukuhan Dayakan, Ngaglik, Sleman serta
bersedia bekerja sama dalam penelitian ini. Edukasi diberikan sebanyak 3 kali dengan menggunakan metode
ceramah dan home care.
           Hasil uji Chi square dan uji Fisher menunjukkan bahwa pengaruh pemberian edukasi berulang
kelompok perlakuan yang dilihat dari pengukuran awal, tengah, dan akhir berbeda tidak bermakna. Hasil data
penelitian menunjukkan kelompok perlakuan ada penurunan persentase jumlah subjek kategori tidak normal
dari profil kimiawi urinalisis, namun secara statistik menggunakan uji Cochran’s berbeda tidak bermakna
(p>0,05). Pada kelompok kontrol tidak ada penurunan persentase jumlah subjek pada kategori tidak normal
dan secara statistik berbeda tidak bermakna. Pemberian edukasi berulang tentang kebiasaan minum air putih
memberikan pengaruh berbeda tidak bermakna terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada subjek.
Kata kunci : pemeriksaan kimiawi urinalisis, edukasi, kebiasaan minum air putih
PENDAHULUAN
       Air merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh
manusia. Air memiliki banyak fungsi antara lain sebagai pelarut, penyusun struktur sel,
katalisator proses enzimatis, pengisi ruang antar sendi, pengatur suhu tubuh, berperan
dalam peredaran darah, dan ekskresi sisa metabolism (Briawan, Sedayu, dan Ekayati,
2011). Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air, namun total air
dalam tubuh manusia bergantung kepada kandungan lemak dan otot. Rata-rata tubuh orang
dewasa akan kehilangan 2,5 L cairan per harinya, sehingga diperlukan sekitar 2,5 L untuk
memenuhi kebutuhan cairan tubuh (Irawan, 2007).
       Secara normal, tubuh akan kehilangan cairan melalui urin, keringat, maupun feses.
Jika tubuh tidak cukup mendapatkan air atau terjadi kehilangan air sekitar 5% dari berat
badan maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Selain itu, kebutuhan air dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti jenis kelamin, tingkat aktivitas, serta faktor lingkungan (Briawan
dkk, 2011).
       Salah satu cara untuk mengetahui status hidrasi yaitu dengan pemeriksaan urin.
Selain untuk mengetahui status hidrasi tubuh, pemeriksaan urin juga dapat digunakan untuk
mengetahui kelainan ginjal dan salurannya yang bertujuan untuk mengetahui kelainan-
kelainan di berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal,
uterus dan lain-lain. Tubuh manusia sendiri sebagian besar mengandung air, apabila
kurangnya asupan air maka dapat mempengaruhi organ-organ dalam tubuh. Pemeriksaan
urin yang dilakukan salah satunya yaitu pemeriksaan kimiawi urinalisis, dimana dapat
digunakan untuk memeriksa pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan
nitrit (Guslina, 2011).
       Penelitian yang dilakukan oleh The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST)
2009 menunjukkan bahwa sebanyak 46,1 % dari 1200 sampel urin penduduk di 6 wilayah
di Indonesia mengalami kekurangan minum air (dehidrasi) ringan. Hal ini disebabkan
karena rendahnya pengetahuan tentang manfaat air bagi tubuh (Hardinsyah, 2011),
sehingga diperlukannya edukasi tentang manfaat air putih.
       Dari penelitian ini diharapkan jumlah edukasi berulang dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan kimiawi urinalisis sehingga dapat digunakan sebagai salah satu metode yang
aplikatif pada subjek. Subjek sebagai model dalam penelitian ini berlokasi di Pedukuhan
Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman.

METODE PENELITIAN
      Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental semu (quasi-experimental
research) dengan rancangan penelitian eksperimental ulang non-random (non-randomized
pretest-posttest control group design). Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi
yaitu antara lain warga di Dukuh Dayakan, Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kab.
Sleman, baik laki-laki maupun perempuan, rentang usia 30-70 tahun, bersedia diambil
urinnya (inform consent), mengisi formulir data penelitian, dan mengikuti ceramah khusus
untuk kelompok perlakuan dan bersedia untuk diajak bekerja sama dalam penelitian ini.
Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan, masing-masing
kelompok terdiri dari 30 subjek penelitian. Edukasi diberikan kepada subjek kelompok
perlakuan selama 3 bulan, dimana dalam 1 bulan dilakukan satu kali edukasi. Secara
keseluruhan kelompok perlakuan mendapat 3 kali pemberian edukasi. Selain pemberian
edukasi, dilakukan home care yang dilakukan di antara edukasi kedua dan ketiga.
      Pemeriksaan kimiawi urinalisis meliputi pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton,
bilirubin, darah, urobilinogen, nitrit, lekosit esterase dan berat jenis. Pemeriksaan kimiawi
urinalisis dilakukan pada tahap awal, tengah, dan akhir. Tahap awal dimana sebelum
dilakukan pemberian edukasi pertama. Tahap tengah yaitu pengambilan sampel setelah
pemberian edukasi pertama, dan tahap akhir yaitu setelah pemberian edukasi ketiga. Profil
karakteristik subjek penelitian meliputi demografi dan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis.
Karakteristik demografi meliputi usia dan jenis kelamin. Usia dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu rentang umur 30-59 tahun (middle age) dan 60-70 tahun (elderly).
      Uji normalitas dilakukan dengan program statistik menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov. Suatu data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p>0,05. Uji normalitas profil
kimiawi urinalisis dilakukan pada kelompok kontrol dan perlakuan, sebelum dan sesudah
pemberian edukasi. Uji Chi Square digunakan untuk mengetahui karakteristik dan
pengaruh edukasi terhadap perubahan profil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Uji Fisher digunakan apabila data tidak memenuhi syarat
uji Chi Square. Uji Cochran’s digunakan untuk uji signifikansi pemberian edukasi pertama,
kedua dan ketiga pada kelompok kontrol dan perlakuan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis setelah pemberian edukasi. Analisis Post
Hoc dengan menggunakan uji McNemar dilakukan apabila ada perbedaan hasil
pemeriksaan setelah pemberian edukasi dan untuk mengetahui edukasi ke berapa ada
perbedaan hasil pemeriksaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Karakteristik Awal Subjek Terkait dengan Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis
            Profil karakteristik populasi warga pedukuhan Dayakan, Desa Sardonoharjo,
   Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman dicantumkan dalam tabel I dan digunakan
   sebagai data dasar (baseline) dalam penelitian. Setiap kriteria menggambarkan
   karakteristik subjek yang diuji secara statistik. Uji statistik yang digunakan adalah Chi
   Square untuk skala pengukuran kategorik dan data yang tidak memenuhi syarat uji Chi
   Square dilakukan dengan menggunakan uji Fisher. Uji statistik ini dilakukan untuk
   mengetahui apakah ada hubungan antar variabel pada karakteristik awal kelompok
   perlakuan dan kontrol.
Tabel I. Profil Karakteristik Awal Subjek
              Kriteria            Kelompok Perlakuan                        Kelompok Kontrol            p
                             n                       %                 n               %
                Usia         30            30-59 th: 76,7              30   30-59 th: 83,3            0,619*
                                           60-70 th: 23,3                   60-70 th:16,7
           Jenis kelamin     30                 Laki-laki: 50          30         Laki-laki: 50       1,000*
                                               Perempuan: 50                    Perempuan: 50
              Kriteria       n                 Kategori (%)            n         Kategori (%)            p
              Protein        30            Normal: 90                  30   Normal: 96,7              0,612**
                                           Tidak normal: 10                 Tidak normal: 3,3
              Glukosa        30            Normal: 86,7                30   Normal: 90                1,000**
                                           Tidak normal: 13,3               Tidak normal: 10
               Keton         30            Normal: 96,7                30   Normal: 100               1,000**
                                           Tidak normal: 3,3                Tidak normal: 0
               Nitrit        30            Normal: 96,7                30   Normal: 96,7              1,000**
                                           Tidak normal: 3,3                Tidak normal: 3,3
              Lekosit        30            Normal: 90                  30   Normal: 93,3              1,000**
              Esterase                     Tidak normal: 10                 Tidak normal: 6,7
               Darah         30            Normal: 86,7                30   Normal: 90                1,000**
                                           Tidak normal: 13,3               Tidak normal: 10
   Keterangan:
   n = jumlah subjek penelitian
   *) Uji statistik Chi Square
   **) Uji statistik Fisher


B. Pengaruh Pemberian Edukasi Pertama, Kedua, dan Edukasi Ketiga tentang Kebiasaan
   Minum Air Putih terhadap Profil Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis Awal, Tengah, dan
   Akhir
        Perbedaan hasil pengukuran awal, tengah dengan pengukuran akhir untuk pemeriksaan
   kimiawi urinalisis dari setiap kelompok dibandingkan untuk mengetahui pengaruh pemberian
   edukasi tentang kebiasaan minum air putih terhadap profil kimiawi urinalisis.
                                                   12.0%   10.0%
                              persentase jumlah




                                                   10.0%
                               subjek penelitian




                                                    8.0%
                                                    6.0%
                                                           3.3%    3.3%     3.3%
                                                    4.0%                                  kontrol
                                                    2.0%           0.0%                   perlakuan
                                                    0.0%
                                                           awal    tengah akhir
                                                              pemeriksaan


       Gambar 1. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Proteinuria Kelompok Kontrol dan
                                                 Perlakuan
Adanya protein di dalam urin dapat menandakan adanya penyakit ginjal karena ginjal tidak
mampu menyaring protein yang berukuran besar. Proteinuria juga dapat ditemukan pada individu
sehat karena perubahan fisiologis terutama olahraga, stress/diet yang tidak seimbang, dan pra-
menstruasi. Perubahan persentase jumlah subjek penelitian pada kelompok perlakuan sesuai
dengan hipotesis penelitian. Pada pemeriksaan awal muncul proteinuria 10% dari subjek
kelompok perlakuan. Setelah pemberian edukasi pertama ada penurunan 6,7% yang dapat
diartikan terdapat 2 orang yang tidak terdeteksi protein di pemeriksaan tengah dan akhir.
Penurunan persentase ini merupakan akibat dari pemberian edukasi yang pertama.
       Pada kelompok kontrol juga terjadi perubahan persentase jumlah subjek, namun perubahan
tersebut tidak tetap. Proteinuria dideteksi pada individu yang berbeda yang terlihat dalam
pemeriksaan awal dan akhir. Hal ini dikarenakan kelompok kontrol tidak diberi edukasi sehingga
proteinuria dapat muncul di pemeriksaan akhir.
                                            14.0%   13.3%   13.3%
                                            12.0%   10.0%            10.0%
                       persentase jumlah
                        subjek penelitian




                                            10.0%
                                             8.0%
                                             6.0%
                                                                             kontrol
                                             4.0%
                                             2.0%                            perlakuan
                                             0.0%
                                                    awal    tengah   akhir
                                                        pemeriksaan


    Gambar 2. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Glukosuria Kelompok Kontrol dan
                                              Perlakuan

      Adanya glukosa pada kelompok perlakuan disebabkan riwayat penyakit dari subjek
penelitian. Sepuluh persen dari 30 subjek kelompok perlakuan diketahui mengidap penyakit
diabetes mellitus. Pada pemeriksaan awal dan tengah terdapat 13,3% mengandung glukosa pada
urin. Sedangkan 3,3% diketahui tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus atau
dikarenakan gaya hidup yang salah. Pada pemeriksaan akhir terdapat penurunan 3,3% yang
berarti ada perubahan perilaku subjek penelitian setelah diberi edukasi pertama, kedua, ketiga
dan home care.
      Pada kelompok kontrol juga terjadi perubahan persentase jumlah subjek yang mengandung
glukosa. Pada kelompok kontrol diketahui ada 10% subjek yang mengidap penyakit diabetes
mellitus. Peningkatan persentase 3,3% pada pemeriksaan tengah diakibatkan adanya perilaku
yang kurang benar dari subjek dimana pengkonsumsian glukosa berlebih sehingga dapat
terdeteksi dalam urin. Hal ini kemungkinan diakibatkan karena pemberian edukasi kedua
bertepatan dengan bulan puasa sehingga subjek tidak mengontrol konsumsi makanan dan
minuman. Hal ini menjadi alasan bahwa adanya peningkatan persentase jumlah subjek pada
pemeriksaan tengah.
                                              3.5%   3.3%   3.3%
                                              3.0%




                        persentase jumlah
                         subjek penelitian
                                              2.5%
                                              2.0%
                                              1.5%
                                                                             kontrol
                                              1.0%
                                              0.5%   0.0%   0.0%     0.0%    perlakuan
                                              0.0%
                                                     awal   tengah   akhir
                                                        pemeriksaan


     Gambar 3. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Ketonuria Kelompok Perlakuan

      Ketonuria dapat muncul dikarenakan diabetes yang tidak terkendali, kehamilan dan
kelaparan karena kurangnya masukan karbohidrat sehingga tubuh mengambil energi dari
lemak/protein. Pada gambar 15 menunjukkan bahwa ada perubahan profil keton dari
pemeriksaan awal, tengah, dan akhir. Perubahan ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Ketonuria
pada kelompok perlakuan terjadi pada 1 individu dan setelah pemberian edukasi pertama, kedua,
ketiga, serta home care terjadi keton tidak lagi terdeteksi pada pemeriksaan terakhir. Hal ini
berarti pemberian edukasi berulang menurunkan persentase subjek penelitian yang mengalami
ketonuria.
                                              3.5%   3.3%   3.3%     3.3%
                                              3.0%
                         persentase jumlah
                          subjek penelitian




                                              2.5%
                                              2.0%
                                              1.5%
                                                                             kontrol
                                              1.0%
                                              0.5%          0.0%     0.0%    perlakuan
                                              0.0%
                                                     awal   tengah   akhir
                                                        pemeriksaan


   Gambar 4. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Nitrit Positif Kelompok Kontrol dan
                                              Perlakuan

      Nitrit positif dapat terjadi karena adanya bakteri pereduksi nitrat yang secara normal
terdapat di urin. Hal ini terjadi bila urin berada di kandung kemih lebih dari 4 jam dan dapat
mengindikasikan adanya infeksi saluran kemih. Hasil negatif bukan berarti tidak terdapat
bakteriuria karena tidak semua bakteri dapat membentuk nitrit, selain itu bisa dikarenakan enzim
bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun nitrit diubah menjadi nitrogen.
      Perubahan persentase jumlah subjek penelitian yang mengandung nitrit pada kelompok
perlakuan sesuai dengan hipotesis penelitian. Penurunan persentase terjadi setelah pemberian
edukasi pertama yang menunjukkan bahwa ada perubahan kebiasaan minum air putih subjek
yang mempengaruhi profil nitrit pemeriksaan kimiawi urinalisis. Pada kelompok kontrol tidak
terjadi perubahan persentase jumlah subjek yang mengandung nitrit pada urin. Edukasi yang
tidak diberikan pada kelompok kontrol mengakibatkan subjek tidak merubah gaya hidupnya
sehingga tidak mempengaruhi profil nitrit.
                                            12.0%   10.0%
                       peresntase jumlah




                                            10.0%
                        subjek penelitian




                                             8.0%   6.7%      6.7%       6.7%
                                             6.0%
                                                              3.3%
                                             4.0%                               kontrol
                                             2.0%                        0.0%   perlakuan
                                             0.0%
                                                    awal     tengah   akhir
                                                           pemeriksaan


Gambar 5. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Lekosit Esterase Positif Kelompok Kontrol
                                            dan Perlakuan

      Lekosit esterase positif dapat terjadi karena adanya piuria yang terkait dengan infeksi
saluran kemih. Negatif palsu dapat terjadi karena adanya kadar glukosa urin tinggi (>500
mg/dL), protein tinggi (>300 mg/dL), berat jenis tinggi, dan oksalat tinggi. Perubahan persentase
jumlah subjek penelitian lekosit esterase positif pada kelompok perlakuan sesuai dengan
hipotesis penelitian. Penurunan persentase terjadi setelah pemberian edukasi pertama yang
menunjukkan adanya perubahan perilaku subjek dengan memulai membiasakan minum air putih
dan dapat ditunjukkan dengan perubahan profil lekosit esterase pada pemeriksaan kimiawi
urinalisis. Perubahan persentase juga terjadi pada kelompok kontrol.
25.0%
                                                               20.0%




                         persentase jumlah
                                              20.0%




                          subjek penelitian
                                                      13.3%
                                              15.0%
                                                      10.0%    10.0%
                                              10.0%                        6.7%    kontrol
                                                                           3.3%
                                               5.0%                                perlakuan
                                               0.0%
                                                      awal     tengah      akhir
                                                             pemeriksaan


       Gambar 6. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Hematuria Kelompok Kontrol dan
                                                Perlakuan

         Adanya darah dalam urin dapat dikaitkan dengan infeksi saluran kemih. Positif palsu dapat
   terjadi karena menstruasi, sedangkan negatif palsu dapat dideteksi apabila urin mengandung
   vitamin C dosis tinggi, nitrit dan protein konsentrasi tinggi. Pada kelompok perlakuan, terdapat
   13.3% subjek yang mengalami hematuria pada pemeriksaan awal, setelah pemberian edukasi
   pertama ada penurunan 3,3%. Hal ini berarti ada pengaruh penurunan hematuria karena
   pemberian edukasi pertama. Penurunan 3.3% juga terjadi antara pemeriksaan tengah dan akhir,
   hal ini menunjukkan adanya pengaruh edukasi pertama, kedua, ketiga, dan home care. Perubahan
   persentase jumlah subjek pada profil hematuria kelompok perlakuan sesuai dengan hipotesis
   penelitian. Hal ini menunjukkan ada perubahan perilaku subjek terkait kebiasaan minum air
   putih Pada kelompok kontrol juga ada perubahan persentase, namun perubahan ini tidak tetap
   atau tidak menurun. Adanya hematuria juga dapat dikarenakan adanya subjek yang mengalami
   menstruasi sehingga dapat muncul positif palsu dalam hasil pemeriksaan.


C. Pengaruh Pemberian Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih pada Kelompok Perlakuan
   Dibandingkan dengan Kelompok Kontrol pada Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis Awal,
   Tengah dan Akhir
         Pengaruh pemberian edukasi tentang kebiasaan minum air putih pada kelompok perlakuan
   dapat dilihat dengan cara membandingkan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis awal, tengah,
   dan akhir subjek penelitian kelompok perlakuan dan kontrol. Perbandingan kelompok perlakuan
   dengan kelompok kontrol pada setiap pemeriksaan berfungsi untuk mengoreksi kelompok yang
   diberi intervensi dengan kelompok yang tidak diberi intervensi dalam penelitian, sehingga
   diharapkan adanya perubahan profil kimiawi urinalisis adalah akibat intervensi yang diberikan.
   Adanya hal-hal dari luar penelitian yang dapat mempengaruhi profil kimiawi urinalisis tidak
   dapat dikontrol oleh peneliti, misalnya kebiasaan konsumsi makanan atau gaya hidup, keadaan
   patologi dan fisiologi subjek penelitian serta interaksi antara kelompok perlakuan dan kontrol.
Pada pemeriksaan awal telah diketahui bahwa kedua kelompok subjek penelitian memiliki
karakteristik yang sama. Pada pemeriksaan tengah dan akhir kedua kelompok tersebut
diharapkan memberikan perubahan yang bermakna, khususnya terhadap profil kimiawi
urinalisis. Karakteristik akhir subjek penelitian terkait profil kimiawi urinalisis terdapat pada
tabel II dan III. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada pengukuran akhir antara kelompok
perlakuan dan kontrol memiliki karakteristik berbeda tetapi tidak bermakna. Kesamaan antara
karakteristik awal, tengah dan akhir penelitian menunjukkan edukasi yang diberikan selama tiga
kali terkait kebiasaan minum air putih memberikan pengaruh tidak signifikan pada subjek
penelitian kelompok perlakuan. Profil karakteristik awal, tengah, dan akhir berdasarkan
persentase jumlah subjek penelitian kategori tidak normal disajikan pada tabel IV.

                            Tabel II. Profil Karakteristik Tengah Subjek
         Kriteria       Kelompok Perlakuan             Kelompok Kontrol                p
                      n        kategori            n           kategori
         Protein     30    Normal: 96,7%              30    Normal: 100%             1,000**
                           Tidak normal: 3,3%               Tidak normal: 0%
         Glukosa     30    Normal: 86,7%              30    Normal: 86,7%            0,488*
                           Tidak normal: 13,3%              Tidak normal:13,3%
          Keton      30    Normal: 96,7%              30    Normal: 100%             1,000**
                           Tidak normal: 3,3%               Tidak normal: 0%
          Nitrit     30    Normal: 100%               30    Normal: 96,7%            1,000**
                           Tidak normal: 0%                 Tidak normal: 3,3%
         Lekosit     30    Normal: 93,3%              30    Normal:96,7%             1,000**
         Esterase          Tidak normal: 6,7%               Tidak normal: 3,3%
          Darah      30    Normal: 90%                30    Normal: 80%              0,472**
                           Tidak normal: 10%                Tidak normal: 20%

                             Tabel III. Profil Karakteristik Akhir Subjek
         Kriteria       Kelompok Perlakuan              Kelompok Kontrol               p
                      n        kategori             n          kategori
         Protein     30    Normal: 96,7%              30    Normal: 96,7%            1,000**
                           Tidak normal: 3,3%               Tidak normal: 3,3%
         Glukosa     30    Normal: 90%                30    Normal: 90%              1,000**
                           Tidak normal: 10%                Tidak normal: 10%
          Keton      30    Normal: 100%               30    Normal: 100%                -
                           Tidak normal: 0%                 Tidak normal: 0%
          Nitrit     30    Normal: 100%               30    Normal: 100%             1,000**
                           Tidak normal: 0%                 Tidak normal: 0%
         Lekosit     30    Normal: 93,3%              30    Normal: 100%             0,492**
         Esterase          Tidak normal: 6,7%               Tidak normal: 0%
          Darah      30    Normal: 93,3%              30    Normal: 96,7%            1,000**
                           Tidak normal: 6,7%               Tidak normal: 3,3%
Keterangan:
*) Uji Chi Square
**) Uji Fisher
- : tidak dilakukan uji statistik karena keseluruhan data termasuk kategori normal
Tabel IV. Profil Karakteristik Awal, Tengah, dan Akhir Subjek
          Kriteria             Kelompok Perlakuan                    Kelompok Kontrol
                           P1          P2          P3          P1          P2          P3
          Proteinuria       10%      3,3%       3,3%        3,3%         0%          3,3%
          Glukosuria       13,3%    13,3%       10%         10%         13,3%        10%
           Ketonuria        3,3%     3,3%        0%          0%          0%           0%
         Nitrit positif     3,3%      0%         0%         3,3%        3,3%         3,3%
            Lekosit         10%      6,7%       6,7%        6,7%        3,3%          0%
        esterase positif
          Hematuria        13,3%     10%        6,7%        10%         20%          3,3%
-   Keterangan:
-   P1 : pemeriksaan awal
-   P2 : pemeriksaan tengah
-   P3 : pemeriksaan akhir


       Hasil dari uji signifikansi menunjukkan bahwa perbedaan profil kimiawi urinalisis tidak
signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi berulang
3 kali memberikan pengaruh secara tidak signifikan terhadap profil kimiawi urinalisis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis tengah dan akhir yang
dibandingkan dengan pengukuran awal menunjukkan ada perbedaan tidak bermakna secara
statistik. Pengaruh pemberian edukasi berulang pada kelompok perlakuan dibanding kelompok
kontrol berbeda tidak bermakna.
       Beberapa faktor dapat menyebabkan pengaruh pemberian edukasi berulang menjadi tidak
bermakna. Konsumsi makanan dan minuman dari subjek sebelum dilakukan pemeriksaan
kimiawi urinalisis dapat menjadi salah satu penyebab ada perubahan yang tidak signifikan pada
ketiga pemeriksaan. Pemeriksaan urinalisis bersifat sesaat sehingga intake makanan dan
minuman dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Kesadaran subjek penelitian kelompok
kontrol untuk minum air putih sebelum pemeriksaan dilakukan juga dapat mempengaruhi hasil.
Subjek menginginkan hasil pemeriksaan urinalisis yang baik dan mengetahui apabila minum air
putih sebelumnya akan mempengaruhi hasil pemeriksaan sehingga pada kelompok kontrol ada
perubahan hasil pemeriksaan.
       Pada hasil pemeriksaan awal menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki profil
kimiawi urinalisis yang sudah baik. Dari pemberian edukasi diharapkan subjek yang memiliki
profil kimiawi urinalisis yang sudah baik dapat mempertahankannya. Hal ini dapat
mempengaruhi uji statistik tidak bermakna dari pemberian edukasi berulang.
       Proses belajar dapat dipengaruhi oleh lama pemberian edukasi dan kemampuan diri.
Pemberian edukasi berulang seharusnya mampu membantu subjek penelitian untuk mengingat
pentingnya membiasakan air putih jika dibandingkan dengan pemberian edukasi sekali dan tanpa
diberi edukasi. Usia yang semakin tua menyebabkan penurunan fungsi organ yang digunakan
untuk menerima informasi seperti indra penglihatan dan indra pendengaran dari edukasi yang
diberikan. Kemampuan diri masing-masing subjek juga mempengaruhi penerimaan informasi
dari setiap edukasi yang diberikan pada kelompok perlakuan.
Untuk dapat menjadi perilaku, yang diperlukan yaitu pengetahuan selanjutnya timbul
    respon dalam bentuk sikap. Jika subjek mampu mengolah respon, maka akan timbul respon yang
    lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan. Pemberian pengetahuan tanpa adanya sikap dan tindakan
    yang berubah dari subjek dapat mempengaruhi tidak adanya perubahan kebiasaan minum air
    putih sehingga diperlukan pula pengukuran pengetahuan, sikap, dan tindakan pada subjek.

KESIMPULAN DAN SARAN
       Profil karakteristik masyarakat Pedukuhan Dayakan, Kel. Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab.
Sleman, Yogyakarta kelompok perlakuan dan kontrol sebagian besar berusia 30-59 tahun dengan
perbandingan jenis kelamin sama dan memiliki profil berat jenis, pH, bilirubin, dan urobilinogen
yang normal. Nilai p pada setiap profil kimiawi urinalisis kelompok kontrol dan perlakuan memiliki
nilai p>0,05 yang berarti bahwa hubungan antara jumlah pemberian edukasi dengan hasil
pemeriksaan kimiawi urinalisis berbeda tidak bermakna. Berdasarkan perubahan persentase jumlah
subjek penelitian terdapat penurunan persentase subjek kategori tidak normal pada kelompok
perlakuan yang diberikan edukasi berulang. Pemberian edukasi berulang pada kelompok perlakuan
memberikan perbedaan tidak bermakna (p>0,05) terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis
dibandingkan pemberian edukasi sekali dan tidak diberi edukasi. Pengaruh pemberian edukasi pada
kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol memberikan hasil berbeda tidak
bermakna (p>0,05) pada pemeriksaan awal, tengah, maupun akhir.
       Penelitian sejenis dapat dilakukan dengan mengubah sasaran subjek penelitian yang memiliki
penyakit infeksi saluran kemih sehingga perubahan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis dapat
terlihat. Penelitian sejenis dapat dilanjutkan dengan melakukan pengukuran pengetahuan, sikap dan
tindakan subjek penelitian sebelum dan setelah pemberian edukasi tentang kebiasaan minum air
putih sehingga dapat mengetahui apakah ada perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga
memunculkan kebiasaan.


REFERENSI
Almatsier, S., 2009, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, pp. 220-226.
Asian Food Information Centre (AFIC), 1998, Fluid for Kids, http://AFIC.org, diakses tanggal 25 November
         2011.
Asian    Food    Information    Centre    (AFIC),   1999,   Singapore Drinking     Habits Survey,
         http://www.afic.org/hydration.php?news_id=91&start=0&category_id=29&parent_id=29&arcyear
         =&arcmonth=, diakses tanggal 25 November 2011.
Asian    Food     Information    Centre    (AFIC),   2000,   Fluid   -    The  Forgotten   Factor,
         http://www.afic.org/hydration.php?news_id=131&start=0&category_id=29&parent_id=29&arcyear
         =&arcmonth=, diakses tanggal 25 November 2011.
Azwar, S., 2006, Reliabilitas dan Validitas, Edisi 3, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp. 33.
Batmanghelidj F., 2007, Air untuk Menjaga Kesehatan dan Menyembuhkan Penyakit, Gramedia Pustaka
        Utama, Jakarta, pp. 22.
Briawan, D., Sedayu, dan Ekayati, 2011, Kebiasaan Minum dan Asupan cairan Remaja di Perkotaan, Jurnal
         Gizi Klinik Indonesia, (8) 1: 36-41.
Departemen Kesehatan, 2002, Pembangunan Kesehatan Masyarakat Indonesia, Depkes RI, Jakarta.
Departemen Kesehatan, 2005, Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), Depkes RI, Jakarta.
Fajar,        S.,        2010,     Manfaat         Minum       Air      Putih        bagi       Kesehatan,
           http://saufa.student.umm.ac.id/2010/07/28/manfaat-minum-air-putih-bagi-kesehatan/,      diakses
           tanggal 3 Desember 2011.
Grandjean, A.C, Reimers, Haven, and Kurtis, 2003, The Effect on Hydration of two diets, one with and one
         without plain water, Jour of Am Coll of Nutrition, (22) 2: 165-173.
Guslina,       N.,      2011,      Air;     Zat     Gizi     Esensial    yang    Sering    Terlupakan,
           http://www.jurnalmedan.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=68609:air-zat-
           gizi-esensial-yang-sering-terlupakan-&catid=58:kesehatan&Itemid=66, diakses tanggal 3 Mei
           2012.
Hardinsyah, 2011, Hydration assessment in Indonesia, http://www.h4hinitiative.com/hydration-for-health-
         hub/efsa-opinion/hydration-assessment-in-indonesia/, diakses tanggal 3 Mei 2012.
Hasan, M.I., 2002, Pokok 2 Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghaloa Indonesia, Bogor, pp. 60.
Irawan, M.A., 2007, Cairan Tubuh, Elektrolit, dan Mineral, Polton Sports Science & Performance Lab.
Notoatmodjo, 2003, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta, pp. 44.
Notoatmodjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta, pp. 12-13.
Pagunsan, Cummings, and Monica, P.R., 2007, Ginjal si Penyaring Ajaib – Memiliki Kreasi Hidup Sehat,
         Indonesia Publishing House, Bandung, pp. 63-66.
Pahira, Maxted, and Simerville, 2005, Urinalysis: A Comprehensive Review, American Academy of Family
         Physicians, (2) 2: 334-350.
Patel, 2006, The Abnormal Urinalysis, Pediatric Clinics of North America, (10) 2: 1-5.
Pratiknya, 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, RajaGrafindo Persada,
          Jakarta, pp. 134.
Sacher, Ronald A. and McPherson Richard A., 2002, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, 11th
         ed, Penerbit EGC, Jakarta, pp. 589-598.
Setiawan    N., 2005, Teknik Sampling, Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan Nasional,
           http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/tekniksampling1.pdf, diakses tanggal 25
           September 2011.
Soebroto, J.B., Ghozali, A., dan Yuliati, E., 2001, Rancang Bangun Alat Pembuat Model Peraga Periksa
          Payudara Sendiri (SADARI) Untuk Meningkatkan Jangkauan/Kuantitas dan Efektivitas
Penyuluhan Deteksi Dini Kanker Payudara di Masyarakat, Jurnal Asosiasi Politeknik Indonesia,
          Vol. II, No. 3.
Sugiyono, 2008, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, pp. 33.
Tahir, W., 2011, Urinalisis, http://www.scribd.com/rahmatun_sahra/d/51301025/6-II-3-Analisis-Dipstick,
        diakses tanggal 20 Maret 2012.
Tjale, M.C., 2009, The Prevalence of Abnormal Urine Components As Detected By Routine Dipstick
         Urinalysis : A Survey At a Primary Health Care Clinic in Mankweng Hospital, Tesis, 39, University
         of Limpopo, Polokwane.
Vivanti, A., 2009, Screening and Identification of Dehydration in Older People Admitted to a Geriatric and
          Rehabilitation Unit, Tesis, 259, Queensland University, Australia.
Yuniastuti A., 2008, Gizi dan Kesehatan, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp. 44.
Zamanzad, B., 2009, Accuracy of Dipstick Urinalysis As A Screening Method for Detection of Glucose,
        Protein, Nitrites and Blood, Eastern Mediterranean Health Journal, (15) 5:1323-1328.

More Related Content

What's hot

Laporan akhir
Laporan akhirLaporan akhir
Laporan akhirraycha26
 
Laporan akhir perilaku gaya hidup sehat terhadap pencapaian prestasi akademik...
Laporan akhir perilaku gaya hidup sehat terhadap pencapaian prestasi akademik...Laporan akhir perilaku gaya hidup sehat terhadap pencapaian prestasi akademik...
Laporan akhir perilaku gaya hidup sehat terhadap pencapaian prestasi akademik...belleswan
 
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...Sii AQyuu
 
06 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
06 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...06 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
06 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...Bondan Palestin
 
Hubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasi
Hubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasiHubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasi
Hubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasirsd kol abundjani
 
Blood Donation Behavior in Hasanuddin University Students
Blood Donation Behavior in Hasanuddin University StudentsBlood Donation Behavior in Hasanuddin University Students
Blood Donation Behavior in Hasanuddin University StudentsSuci Hasairin
 
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...Sii AQyuu
 
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...deddy sagala
 
Laporan akhir.
Laporan akhir.Laporan akhir.
Laporan akhir.raycha26
 
Jurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasi
Jurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasiJurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasi
Jurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasinrukmana rukmana
 
PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...
PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...
PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...Bondan Palestin
 
Penyakit gastritis
Penyakit gastritisPenyakit gastritis
Penyakit gastritistiwhy
 
Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar
Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadarSkripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar
Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadarSujana Pkm
 
Proposal Tugas Akhir Hubungan Pola Makan Yang Tidak Teratur Terhadap Penyakit...
Proposal Tugas Akhir Hubungan Pola Makan Yang Tidak Teratur Terhadap Penyakit...Proposal Tugas Akhir Hubungan Pola Makan Yang Tidak Teratur Terhadap Penyakit...
Proposal Tugas Akhir Hubungan Pola Makan Yang Tidak Teratur Terhadap Penyakit...retnotrpjutmi
 
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...Operator Warnet Vast Raha
 

What's hot (20)

Gastritis remaja
Gastritis remajaGastritis remaja
Gastritis remaja
 
Laporan akhir
Laporan akhirLaporan akhir
Laporan akhir
 
Jurnal firnando
Jurnal firnandoJurnal firnando
Jurnal firnando
 
Laporan akhir perilaku gaya hidup sehat terhadap pencapaian prestasi akademik...
Laporan akhir perilaku gaya hidup sehat terhadap pencapaian prestasi akademik...Laporan akhir perilaku gaya hidup sehat terhadap pencapaian prestasi akademik...
Laporan akhir perilaku gaya hidup sehat terhadap pencapaian prestasi akademik...
 
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
 
06 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
06 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...06 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
06 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
 
Hubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasi
Hubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasiHubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasi
Hubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasi
 
Blood Donation Behavior in Hasanuddin University Students
Blood Donation Behavior in Hasanuddin University StudentsBlood Donation Behavior in Hasanuddin University Students
Blood Donation Behavior in Hasanuddin University Students
 
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
 
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
 
Laporan akhir.
Laporan akhir.Laporan akhir.
Laporan akhir.
 
Jurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasi
Jurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasiJurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasi
Jurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasi
 
Presentasi epid. studi deskriptif
Presentasi epid. studi deskriptifPresentasi epid. studi deskriptif
Presentasi epid. studi deskriptif
 
Jurnal elyasari
Jurnal elyasariJurnal elyasari
Jurnal elyasari
 
PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...
PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...
PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...
 
Penyakit gastritis
Penyakit gastritisPenyakit gastritis
Penyakit gastritis
 
Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar
Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadarSkripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar
Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar
 
Proposal Tugas Akhir Hubungan Pola Makan Yang Tidak Teratur Terhadap Penyakit...
Proposal Tugas Akhir Hubungan Pola Makan Yang Tidak Teratur Terhadap Penyakit...Proposal Tugas Akhir Hubungan Pola Makan Yang Tidak Teratur Terhadap Penyakit...
Proposal Tugas Akhir Hubungan Pola Makan Yang Tidak Teratur Terhadap Penyakit...
 
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
 
Gastritis
GastritisGastritis
Gastritis
 

Similar to PENGARUH EDUKASI MINUM AIR TERHADAP HASIL URINALISIS

18455 id-faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-buang-air-besar-di-jamban-di-d...
18455 id-faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-buang-air-besar-di-jamban-di-d...18455 id-faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-buang-air-besar-di-jamban-di-d...
18455 id-faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-buang-air-besar-di-jamban-di-d...Goes Zamizar
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...Sii AQyuu
 
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASii AQyuu
 
234024-pengaruh-pendidikan-kesehatan-dalam-meni-0bdd569d.pdf
234024-pengaruh-pendidikan-kesehatan-dalam-meni-0bdd569d.pdf234024-pengaruh-pendidikan-kesehatan-dalam-meni-0bdd569d.pdf
234024-pengaruh-pendidikan-kesehatan-dalam-meni-0bdd569d.pdfrbang4555
 
Kaedah penyelidikan (kajian tinjauan)
Kaedah penyelidikan (kajian tinjauan)Kaedah penyelidikan (kajian tinjauan)
Kaedah penyelidikan (kajian tinjauan)Asa E. Shalizah Asmin
 
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK USIA S...
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK USIA S...FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK USIA S...
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK USIA S...Nanang Soleh
 
PPT_STUNTING_PRESENTASI.pptx
PPT_STUNTING_PRESENTASI.pptxPPT_STUNTING_PRESENTASI.pptx
PPT_STUNTING_PRESENTASI.pptxAnggiNovitaSari6
 
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...Adil Athilshipate
 
PPT bab 3-5.pptx
PPT bab 3-5.pptxPPT bab 3-5.pptx
PPT bab 3-5.pptxrikasilang
 
Jurnal medias imroni. perilaku merokok
Jurnal medias imroni. perilaku merokokJurnal medias imroni. perilaku merokok
Jurnal medias imroni. perilaku merokokMedias Imroni
 
119-Article Text-197-2-10-20191022.pdf
119-Article Text-197-2-10-20191022.pdf119-Article Text-197-2-10-20191022.pdf
119-Article Text-197-2-10-20191022.pdfSkorGaruda
 
Pertemuan 2.pptx
Pertemuan 2.pptxPertemuan 2.pptx
Pertemuan 2.pptxIreclever
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...Sii AQyuu
 

Similar to PENGARUH EDUKASI MINUM AIR TERHADAP HASIL URINALISIS (20)

18455 id-faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-buang-air-besar-di-jamban-di-d...
18455 id-faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-buang-air-besar-di-jamban-di-d...18455 id-faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-buang-air-besar-di-jamban-di-d...
18455 id-faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-buang-air-besar-di-jamban-di-d...
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
 
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
 
234024-pengaruh-pendidikan-kesehatan-dalam-meni-0bdd569d.pdf
234024-pengaruh-pendidikan-kesehatan-dalam-meni-0bdd569d.pdf234024-pengaruh-pendidikan-kesehatan-dalam-meni-0bdd569d.pdf
234024-pengaruh-pendidikan-kesehatan-dalam-meni-0bdd569d.pdf
 
6113
61136113
6113
 
Kedokteran
KedokteranKedokteran
Kedokteran
 
yakkk
yakkkyakkk
yakkk
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Novi.ppt
Novi.pptNovi.ppt
Novi.ppt
 
Kaedah penyelidikan (kajian tinjauan)
Kaedah penyelidikan (kajian tinjauan)Kaedah penyelidikan (kajian tinjauan)
Kaedah penyelidikan (kajian tinjauan)
 
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK USIA S...
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK USIA S...FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK USIA S...
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK USIA S...
 
PPT Promosi Gizi
PPT Promosi GiziPPT Promosi Gizi
PPT Promosi Gizi
 
PPT_STUNTING_PRESENTASI.pptx
PPT_STUNTING_PRESENTASI.pptxPPT_STUNTING_PRESENTASI.pptx
PPT_STUNTING_PRESENTASI.pptx
 
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
 
PPT bab 3-5.pptx
PPT bab 3-5.pptxPPT bab 3-5.pptx
PPT bab 3-5.pptx
 
Jurnal medias imroni. perilaku merokok
Jurnal medias imroni. perilaku merokokJurnal medias imroni. perilaku merokok
Jurnal medias imroni. perilaku merokok
 
119-Article Text-197-2-10-20191022.pdf
119-Article Text-197-2-10-20191022.pdf119-Article Text-197-2-10-20191022.pdf
119-Article Text-197-2-10-20191022.pdf
 
Pertemuan 2.pptx
Pertemuan 2.pptxPertemuan 2.pptx
Pertemuan 2.pptx
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
 

Recently uploaded

PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxDesiNatalia68
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 

Recently uploaded (20)

PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 

PENGARUH EDUKASI MINUM AIR TERHADAP HASIL URINALISIS

  • 1. PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN KIMIAWI URINALISIS PADA MASYARAKAT PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA Berta Trifina Mardani ABSTRACT Provision of education healthy lifestyle can change the behavior of the subject. One healthy living education is about drinking water. Drinking water can reduce the risk of dehydration and disorders of the kidneys and urinary tract. This research was conducted to determine the effect of differences in the amount given education regarding drinking water for chemical urinalysis test results on the subject. This study included type of Quasi-experimental research studies with non-randomized study design pretest-posttest control group design. Inclusion criteria for the study subjects are men and women aged 30-70 years who lived in the hamlet Dayakan, Ngaglik, Sleman and willing to cooperate in this study. Education given three times used speech method and home care. The results of Chi square test and Fisher's test showed that the effect of repeated treatment group education as seen from the measurement of the beginning, middle, and end are not significantly different. The results of the data showed no decrease in the treatment group the percentage of subjects from each category of abnormal urinalysis chemical profiles, but statistically using Cochran's test did not differ significantly (p> 0.05). In the control group there was no decrease in the percentage of subjects in the category is not normal and not significantly different statistically. Providing education drinking water recurrent give not significantly different for chemical urinalysis test results of subject. Keywords: chemical examination urinalysis, education, drinking water INTISARI Pemberian edukasi hidup sehat dapat mengubah perilaku subjek. Salah satu edukasi hidup sehat yaitu tentang kebiasaan minum air putih. Kebiasaan minum air putih dapat mengurangi risiko terhadap dehidrasi dan gangguan pada organ ginjal serta saluran kemih. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada subjek. Penelitian ini termasuk jenis penelitian quasi-experimental research dengan rancangan penelitian non-randomized pretest-posttest control group design. Kriteria inklusi subjek penelitian yaitu laki-laki dan perempuan berusia 30-70 tahun yang bertempat tinggal di Pedukuhan Dayakan, Ngaglik, Sleman serta bersedia bekerja sama dalam penelitian ini. Edukasi diberikan sebanyak 3 kali dengan menggunakan metode ceramah dan home care. Hasil uji Chi square dan uji Fisher menunjukkan bahwa pengaruh pemberian edukasi berulang kelompok perlakuan yang dilihat dari pengukuran awal, tengah, dan akhir berbeda tidak bermakna. Hasil data penelitian menunjukkan kelompok perlakuan ada penurunan persentase jumlah subjek kategori tidak normal dari profil kimiawi urinalisis, namun secara statistik menggunakan uji Cochran’s berbeda tidak bermakna (p>0,05). Pada kelompok kontrol tidak ada penurunan persentase jumlah subjek pada kategori tidak normal dan secara statistik berbeda tidak bermakna. Pemberian edukasi berulang tentang kebiasaan minum air putih memberikan pengaruh berbeda tidak bermakna terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada subjek. Kata kunci : pemeriksaan kimiawi urinalisis, edukasi, kebiasaan minum air putih
  • 2. PENDAHULUAN Air merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia. Air memiliki banyak fungsi antara lain sebagai pelarut, penyusun struktur sel, katalisator proses enzimatis, pengisi ruang antar sendi, pengatur suhu tubuh, berperan dalam peredaran darah, dan ekskresi sisa metabolism (Briawan, Sedayu, dan Ekayati, 2011). Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air, namun total air dalam tubuh manusia bergantung kepada kandungan lemak dan otot. Rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2,5 L cairan per harinya, sehingga diperlukan sekitar 2,5 L untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh (Irawan, 2007). Secara normal, tubuh akan kehilangan cairan melalui urin, keringat, maupun feses. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan air atau terjadi kehilangan air sekitar 5% dari berat badan maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Selain itu, kebutuhan air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis kelamin, tingkat aktivitas, serta faktor lingkungan (Briawan dkk, 2011). Salah satu cara untuk mengetahui status hidrasi yaitu dengan pemeriksaan urin. Selain untuk mengetahui status hidrasi tubuh, pemeriksaan urin juga dapat digunakan untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya yang bertujuan untuk mengetahui kelainan- kelainan di berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain. Tubuh manusia sendiri sebagian besar mengandung air, apabila kurangnya asupan air maka dapat mempengaruhi organ-organ dalam tubuh. Pemeriksaan urin yang dilakukan salah satunya yaitu pemeriksaan kimiawi urinalisis, dimana dapat digunakan untuk memeriksa pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit (Guslina, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) 2009 menunjukkan bahwa sebanyak 46,1 % dari 1200 sampel urin penduduk di 6 wilayah di Indonesia mengalami kekurangan minum air (dehidrasi) ringan. Hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan tentang manfaat air bagi tubuh (Hardinsyah, 2011), sehingga diperlukannya edukasi tentang manfaat air putih. Dari penelitian ini diharapkan jumlah edukasi berulang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis sehingga dapat digunakan sebagai salah satu metode yang aplikatif pada subjek. Subjek sebagai model dalam penelitian ini berlokasi di Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental semu (quasi-experimental research) dengan rancangan penelitian eksperimental ulang non-random (non-randomized pretest-posttest control group design). Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi yaitu antara lain warga di Dukuh Dayakan, Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kab. Sleman, baik laki-laki maupun perempuan, rentang usia 30-70 tahun, bersedia diambil
  • 3. urinnya (inform consent), mengisi formulir data penelitian, dan mengikuti ceramah khusus untuk kelompok perlakuan dan bersedia untuk diajak bekerja sama dalam penelitian ini. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 30 subjek penelitian. Edukasi diberikan kepada subjek kelompok perlakuan selama 3 bulan, dimana dalam 1 bulan dilakukan satu kali edukasi. Secara keseluruhan kelompok perlakuan mendapat 3 kali pemberian edukasi. Selain pemberian edukasi, dilakukan home care yang dilakukan di antara edukasi kedua dan ketiga. Pemeriksaan kimiawi urinalisis meliputi pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen, nitrit, lekosit esterase dan berat jenis. Pemeriksaan kimiawi urinalisis dilakukan pada tahap awal, tengah, dan akhir. Tahap awal dimana sebelum dilakukan pemberian edukasi pertama. Tahap tengah yaitu pengambilan sampel setelah pemberian edukasi pertama, dan tahap akhir yaitu setelah pemberian edukasi ketiga. Profil karakteristik subjek penelitian meliputi demografi dan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis. Karakteristik demografi meliputi usia dan jenis kelamin. Usia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu rentang umur 30-59 tahun (middle age) dan 60-70 tahun (elderly). Uji normalitas dilakukan dengan program statistik menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov. Suatu data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p>0,05. Uji normalitas profil kimiawi urinalisis dilakukan pada kelompok kontrol dan perlakuan, sebelum dan sesudah pemberian edukasi. Uji Chi Square digunakan untuk mengetahui karakteristik dan pengaruh edukasi terhadap perubahan profil pemeriksaan kimiawi urinalisis pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Uji Fisher digunakan apabila data tidak memenuhi syarat uji Chi Square. Uji Cochran’s digunakan untuk uji signifikansi pemberian edukasi pertama, kedua dan ketiga pada kelompok kontrol dan perlakuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis setelah pemberian edukasi. Analisis Post Hoc dengan menggunakan uji McNemar dilakukan apabila ada perbedaan hasil pemeriksaan setelah pemberian edukasi dan untuk mengetahui edukasi ke berapa ada perbedaan hasil pemeriksaan. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Karakteristik Awal Subjek Terkait dengan Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis Profil karakteristik populasi warga pedukuhan Dayakan, Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman dicantumkan dalam tabel I dan digunakan sebagai data dasar (baseline) dalam penelitian. Setiap kriteria menggambarkan karakteristik subjek yang diuji secara statistik. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square untuk skala pengukuran kategorik dan data yang tidak memenuhi syarat uji Chi Square dilakukan dengan menggunakan uji Fisher. Uji statistik ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antar variabel pada karakteristik awal kelompok perlakuan dan kontrol.
  • 4. Tabel I. Profil Karakteristik Awal Subjek Kriteria Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol p n % n % Usia 30 30-59 th: 76,7 30 30-59 th: 83,3 0,619* 60-70 th: 23,3 60-70 th:16,7 Jenis kelamin 30 Laki-laki: 50 30 Laki-laki: 50 1,000* Perempuan: 50 Perempuan: 50 Kriteria n Kategori (%) n Kategori (%) p Protein 30 Normal: 90 30 Normal: 96,7 0,612** Tidak normal: 10 Tidak normal: 3,3 Glukosa 30 Normal: 86,7 30 Normal: 90 1,000** Tidak normal: 13,3 Tidak normal: 10 Keton 30 Normal: 96,7 30 Normal: 100 1,000** Tidak normal: 3,3 Tidak normal: 0 Nitrit 30 Normal: 96,7 30 Normal: 96,7 1,000** Tidak normal: 3,3 Tidak normal: 3,3 Lekosit 30 Normal: 90 30 Normal: 93,3 1,000** Esterase Tidak normal: 10 Tidak normal: 6,7 Darah 30 Normal: 86,7 30 Normal: 90 1,000** Tidak normal: 13,3 Tidak normal: 10 Keterangan: n = jumlah subjek penelitian *) Uji statistik Chi Square **) Uji statistik Fisher B. Pengaruh Pemberian Edukasi Pertama, Kedua, dan Edukasi Ketiga tentang Kebiasaan Minum Air Putih terhadap Profil Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis Awal, Tengah, dan Akhir Perbedaan hasil pengukuran awal, tengah dengan pengukuran akhir untuk pemeriksaan kimiawi urinalisis dari setiap kelompok dibandingkan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang kebiasaan minum air putih terhadap profil kimiawi urinalisis. 12.0% 10.0% persentase jumlah 10.0% subjek penelitian 8.0% 6.0% 3.3% 3.3% 3.3% 4.0% kontrol 2.0% 0.0% perlakuan 0.0% awal tengah akhir pemeriksaan Gambar 1. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Proteinuria Kelompok Kontrol dan Perlakuan
  • 5. Adanya protein di dalam urin dapat menandakan adanya penyakit ginjal karena ginjal tidak mampu menyaring protein yang berukuran besar. Proteinuria juga dapat ditemukan pada individu sehat karena perubahan fisiologis terutama olahraga, stress/diet yang tidak seimbang, dan pra- menstruasi. Perubahan persentase jumlah subjek penelitian pada kelompok perlakuan sesuai dengan hipotesis penelitian. Pada pemeriksaan awal muncul proteinuria 10% dari subjek kelompok perlakuan. Setelah pemberian edukasi pertama ada penurunan 6,7% yang dapat diartikan terdapat 2 orang yang tidak terdeteksi protein di pemeriksaan tengah dan akhir. Penurunan persentase ini merupakan akibat dari pemberian edukasi yang pertama. Pada kelompok kontrol juga terjadi perubahan persentase jumlah subjek, namun perubahan tersebut tidak tetap. Proteinuria dideteksi pada individu yang berbeda yang terlihat dalam pemeriksaan awal dan akhir. Hal ini dikarenakan kelompok kontrol tidak diberi edukasi sehingga proteinuria dapat muncul di pemeriksaan akhir. 14.0% 13.3% 13.3% 12.0% 10.0% 10.0% persentase jumlah subjek penelitian 10.0% 8.0% 6.0% kontrol 4.0% 2.0% perlakuan 0.0% awal tengah akhir pemeriksaan Gambar 2. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Glukosuria Kelompok Kontrol dan Perlakuan Adanya glukosa pada kelompok perlakuan disebabkan riwayat penyakit dari subjek penelitian. Sepuluh persen dari 30 subjek kelompok perlakuan diketahui mengidap penyakit diabetes mellitus. Pada pemeriksaan awal dan tengah terdapat 13,3% mengandung glukosa pada urin. Sedangkan 3,3% diketahui tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus atau dikarenakan gaya hidup yang salah. Pada pemeriksaan akhir terdapat penurunan 3,3% yang berarti ada perubahan perilaku subjek penelitian setelah diberi edukasi pertama, kedua, ketiga dan home care. Pada kelompok kontrol juga terjadi perubahan persentase jumlah subjek yang mengandung glukosa. Pada kelompok kontrol diketahui ada 10% subjek yang mengidap penyakit diabetes mellitus. Peningkatan persentase 3,3% pada pemeriksaan tengah diakibatkan adanya perilaku yang kurang benar dari subjek dimana pengkonsumsian glukosa berlebih sehingga dapat terdeteksi dalam urin. Hal ini kemungkinan diakibatkan karena pemberian edukasi kedua bertepatan dengan bulan puasa sehingga subjek tidak mengontrol konsumsi makanan dan
  • 6. minuman. Hal ini menjadi alasan bahwa adanya peningkatan persentase jumlah subjek pada pemeriksaan tengah. 3.5% 3.3% 3.3% 3.0% persentase jumlah subjek penelitian 2.5% 2.0% 1.5% kontrol 1.0% 0.5% 0.0% 0.0% 0.0% perlakuan 0.0% awal tengah akhir pemeriksaan Gambar 3. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Ketonuria Kelompok Perlakuan Ketonuria dapat muncul dikarenakan diabetes yang tidak terkendali, kehamilan dan kelaparan karena kurangnya masukan karbohidrat sehingga tubuh mengambil energi dari lemak/protein. Pada gambar 15 menunjukkan bahwa ada perubahan profil keton dari pemeriksaan awal, tengah, dan akhir. Perubahan ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Ketonuria pada kelompok perlakuan terjadi pada 1 individu dan setelah pemberian edukasi pertama, kedua, ketiga, serta home care terjadi keton tidak lagi terdeteksi pada pemeriksaan terakhir. Hal ini berarti pemberian edukasi berulang menurunkan persentase subjek penelitian yang mengalami ketonuria. 3.5% 3.3% 3.3% 3.3% 3.0% persentase jumlah subjek penelitian 2.5% 2.0% 1.5% kontrol 1.0% 0.5% 0.0% 0.0% perlakuan 0.0% awal tengah akhir pemeriksaan Gambar 4. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Nitrit Positif Kelompok Kontrol dan Perlakuan Nitrit positif dapat terjadi karena adanya bakteri pereduksi nitrat yang secara normal terdapat di urin. Hal ini terjadi bila urin berada di kandung kemih lebih dari 4 jam dan dapat mengindikasikan adanya infeksi saluran kemih. Hasil negatif bukan berarti tidak terdapat
  • 7. bakteriuria karena tidak semua bakteri dapat membentuk nitrit, selain itu bisa dikarenakan enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun nitrit diubah menjadi nitrogen. Perubahan persentase jumlah subjek penelitian yang mengandung nitrit pada kelompok perlakuan sesuai dengan hipotesis penelitian. Penurunan persentase terjadi setelah pemberian edukasi pertama yang menunjukkan bahwa ada perubahan kebiasaan minum air putih subjek yang mempengaruhi profil nitrit pemeriksaan kimiawi urinalisis. Pada kelompok kontrol tidak terjadi perubahan persentase jumlah subjek yang mengandung nitrit pada urin. Edukasi yang tidak diberikan pada kelompok kontrol mengakibatkan subjek tidak merubah gaya hidupnya sehingga tidak mempengaruhi profil nitrit. 12.0% 10.0% peresntase jumlah 10.0% subjek penelitian 8.0% 6.7% 6.7% 6.7% 6.0% 3.3% 4.0% kontrol 2.0% 0.0% perlakuan 0.0% awal tengah akhir pemeriksaan Gambar 5. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Lekosit Esterase Positif Kelompok Kontrol dan Perlakuan Lekosit esterase positif dapat terjadi karena adanya piuria yang terkait dengan infeksi saluran kemih. Negatif palsu dapat terjadi karena adanya kadar glukosa urin tinggi (>500 mg/dL), protein tinggi (>300 mg/dL), berat jenis tinggi, dan oksalat tinggi. Perubahan persentase jumlah subjek penelitian lekosit esterase positif pada kelompok perlakuan sesuai dengan hipotesis penelitian. Penurunan persentase terjadi setelah pemberian edukasi pertama yang menunjukkan adanya perubahan perilaku subjek dengan memulai membiasakan minum air putih dan dapat ditunjukkan dengan perubahan profil lekosit esterase pada pemeriksaan kimiawi urinalisis. Perubahan persentase juga terjadi pada kelompok kontrol.
  • 8. 25.0% 20.0% persentase jumlah 20.0% subjek penelitian 13.3% 15.0% 10.0% 10.0% 10.0% 6.7% kontrol 3.3% 5.0% perlakuan 0.0% awal tengah akhir pemeriksaan Gambar 6. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Berdasar Profil Hematuria Kelompok Kontrol dan Perlakuan Adanya darah dalam urin dapat dikaitkan dengan infeksi saluran kemih. Positif palsu dapat terjadi karena menstruasi, sedangkan negatif palsu dapat dideteksi apabila urin mengandung vitamin C dosis tinggi, nitrit dan protein konsentrasi tinggi. Pada kelompok perlakuan, terdapat 13.3% subjek yang mengalami hematuria pada pemeriksaan awal, setelah pemberian edukasi pertama ada penurunan 3,3%. Hal ini berarti ada pengaruh penurunan hematuria karena pemberian edukasi pertama. Penurunan 3.3% juga terjadi antara pemeriksaan tengah dan akhir, hal ini menunjukkan adanya pengaruh edukasi pertama, kedua, ketiga, dan home care. Perubahan persentase jumlah subjek pada profil hematuria kelompok perlakuan sesuai dengan hipotesis penelitian. Hal ini menunjukkan ada perubahan perilaku subjek terkait kebiasaan minum air putih Pada kelompok kontrol juga ada perubahan persentase, namun perubahan ini tidak tetap atau tidak menurun. Adanya hematuria juga dapat dikarenakan adanya subjek yang mengalami menstruasi sehingga dapat muncul positif palsu dalam hasil pemeriksaan. C. Pengaruh Pemberian Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih pada Kelompok Perlakuan Dibandingkan dengan Kelompok Kontrol pada Pemeriksaan Kimiawi Urinalisis Awal, Tengah dan Akhir Pengaruh pemberian edukasi tentang kebiasaan minum air putih pada kelompok perlakuan dapat dilihat dengan cara membandingkan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis awal, tengah, dan akhir subjek penelitian kelompok perlakuan dan kontrol. Perbandingan kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol pada setiap pemeriksaan berfungsi untuk mengoreksi kelompok yang diberi intervensi dengan kelompok yang tidak diberi intervensi dalam penelitian, sehingga diharapkan adanya perubahan profil kimiawi urinalisis adalah akibat intervensi yang diberikan. Adanya hal-hal dari luar penelitian yang dapat mempengaruhi profil kimiawi urinalisis tidak dapat dikontrol oleh peneliti, misalnya kebiasaan konsumsi makanan atau gaya hidup, keadaan patologi dan fisiologi subjek penelitian serta interaksi antara kelompok perlakuan dan kontrol.
  • 9. Pada pemeriksaan awal telah diketahui bahwa kedua kelompok subjek penelitian memiliki karakteristik yang sama. Pada pemeriksaan tengah dan akhir kedua kelompok tersebut diharapkan memberikan perubahan yang bermakna, khususnya terhadap profil kimiawi urinalisis. Karakteristik akhir subjek penelitian terkait profil kimiawi urinalisis terdapat pada tabel II dan III. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada pengukuran akhir antara kelompok perlakuan dan kontrol memiliki karakteristik berbeda tetapi tidak bermakna. Kesamaan antara karakteristik awal, tengah dan akhir penelitian menunjukkan edukasi yang diberikan selama tiga kali terkait kebiasaan minum air putih memberikan pengaruh tidak signifikan pada subjek penelitian kelompok perlakuan. Profil karakteristik awal, tengah, dan akhir berdasarkan persentase jumlah subjek penelitian kategori tidak normal disajikan pada tabel IV. Tabel II. Profil Karakteristik Tengah Subjek Kriteria Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol p n kategori n kategori Protein 30 Normal: 96,7% 30 Normal: 100% 1,000** Tidak normal: 3,3% Tidak normal: 0% Glukosa 30 Normal: 86,7% 30 Normal: 86,7% 0,488* Tidak normal: 13,3% Tidak normal:13,3% Keton 30 Normal: 96,7% 30 Normal: 100% 1,000** Tidak normal: 3,3% Tidak normal: 0% Nitrit 30 Normal: 100% 30 Normal: 96,7% 1,000** Tidak normal: 0% Tidak normal: 3,3% Lekosit 30 Normal: 93,3% 30 Normal:96,7% 1,000** Esterase Tidak normal: 6,7% Tidak normal: 3,3% Darah 30 Normal: 90% 30 Normal: 80% 0,472** Tidak normal: 10% Tidak normal: 20% Tabel III. Profil Karakteristik Akhir Subjek Kriteria Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol p n kategori n kategori Protein 30 Normal: 96,7% 30 Normal: 96,7% 1,000** Tidak normal: 3,3% Tidak normal: 3,3% Glukosa 30 Normal: 90% 30 Normal: 90% 1,000** Tidak normal: 10% Tidak normal: 10% Keton 30 Normal: 100% 30 Normal: 100% - Tidak normal: 0% Tidak normal: 0% Nitrit 30 Normal: 100% 30 Normal: 100% 1,000** Tidak normal: 0% Tidak normal: 0% Lekosit 30 Normal: 93,3% 30 Normal: 100% 0,492** Esterase Tidak normal: 6,7% Tidak normal: 0% Darah 30 Normal: 93,3% 30 Normal: 96,7% 1,000** Tidak normal: 6,7% Tidak normal: 3,3% Keterangan: *) Uji Chi Square **) Uji Fisher - : tidak dilakukan uji statistik karena keseluruhan data termasuk kategori normal
  • 10. Tabel IV. Profil Karakteristik Awal, Tengah, dan Akhir Subjek Kriteria Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol P1 P2 P3 P1 P2 P3 Proteinuria 10% 3,3% 3,3% 3,3% 0% 3,3% Glukosuria 13,3% 13,3% 10% 10% 13,3% 10% Ketonuria 3,3% 3,3% 0% 0% 0% 0% Nitrit positif 3,3% 0% 0% 3,3% 3,3% 3,3% Lekosit 10% 6,7% 6,7% 6,7% 3,3% 0% esterase positif Hematuria 13,3% 10% 6,7% 10% 20% 3,3% - Keterangan: - P1 : pemeriksaan awal - P2 : pemeriksaan tengah - P3 : pemeriksaan akhir Hasil dari uji signifikansi menunjukkan bahwa perbedaan profil kimiawi urinalisis tidak signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi berulang 3 kali memberikan pengaruh secara tidak signifikan terhadap profil kimiawi urinalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis tengah dan akhir yang dibandingkan dengan pengukuran awal menunjukkan ada perbedaan tidak bermakna secara statistik. Pengaruh pemberian edukasi berulang pada kelompok perlakuan dibanding kelompok kontrol berbeda tidak bermakna. Beberapa faktor dapat menyebabkan pengaruh pemberian edukasi berulang menjadi tidak bermakna. Konsumsi makanan dan minuman dari subjek sebelum dilakukan pemeriksaan kimiawi urinalisis dapat menjadi salah satu penyebab ada perubahan yang tidak signifikan pada ketiga pemeriksaan. Pemeriksaan urinalisis bersifat sesaat sehingga intake makanan dan minuman dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Kesadaran subjek penelitian kelompok kontrol untuk minum air putih sebelum pemeriksaan dilakukan juga dapat mempengaruhi hasil. Subjek menginginkan hasil pemeriksaan urinalisis yang baik dan mengetahui apabila minum air putih sebelumnya akan mempengaruhi hasil pemeriksaan sehingga pada kelompok kontrol ada perubahan hasil pemeriksaan. Pada hasil pemeriksaan awal menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki profil kimiawi urinalisis yang sudah baik. Dari pemberian edukasi diharapkan subjek yang memiliki profil kimiawi urinalisis yang sudah baik dapat mempertahankannya. Hal ini dapat mempengaruhi uji statistik tidak bermakna dari pemberian edukasi berulang. Proses belajar dapat dipengaruhi oleh lama pemberian edukasi dan kemampuan diri. Pemberian edukasi berulang seharusnya mampu membantu subjek penelitian untuk mengingat pentingnya membiasakan air putih jika dibandingkan dengan pemberian edukasi sekali dan tanpa diberi edukasi. Usia yang semakin tua menyebabkan penurunan fungsi organ yang digunakan untuk menerima informasi seperti indra penglihatan dan indra pendengaran dari edukasi yang diberikan. Kemampuan diri masing-masing subjek juga mempengaruhi penerimaan informasi dari setiap edukasi yang diberikan pada kelompok perlakuan.
  • 11. Untuk dapat menjadi perilaku, yang diperlukan yaitu pengetahuan selanjutnya timbul respon dalam bentuk sikap. Jika subjek mampu mengolah respon, maka akan timbul respon yang lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan. Pemberian pengetahuan tanpa adanya sikap dan tindakan yang berubah dari subjek dapat mempengaruhi tidak adanya perubahan kebiasaan minum air putih sehingga diperlukan pula pengukuran pengetahuan, sikap, dan tindakan pada subjek. KESIMPULAN DAN SARAN Profil karakteristik masyarakat Pedukuhan Dayakan, Kel. Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, Yogyakarta kelompok perlakuan dan kontrol sebagian besar berusia 30-59 tahun dengan perbandingan jenis kelamin sama dan memiliki profil berat jenis, pH, bilirubin, dan urobilinogen yang normal. Nilai p pada setiap profil kimiawi urinalisis kelompok kontrol dan perlakuan memiliki nilai p>0,05 yang berarti bahwa hubungan antara jumlah pemberian edukasi dengan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis berbeda tidak bermakna. Berdasarkan perubahan persentase jumlah subjek penelitian terdapat penurunan persentase subjek kategori tidak normal pada kelompok perlakuan yang diberikan edukasi berulang. Pemberian edukasi berulang pada kelompok perlakuan memberikan perbedaan tidak bermakna (p>0,05) terhadap hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis dibandingkan pemberian edukasi sekali dan tidak diberi edukasi. Pengaruh pemberian edukasi pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol memberikan hasil berbeda tidak bermakna (p>0,05) pada pemeriksaan awal, tengah, maupun akhir. Penelitian sejenis dapat dilakukan dengan mengubah sasaran subjek penelitian yang memiliki penyakit infeksi saluran kemih sehingga perubahan hasil pemeriksaan kimiawi urinalisis dapat terlihat. Penelitian sejenis dapat dilanjutkan dengan melakukan pengukuran pengetahuan, sikap dan tindakan subjek penelitian sebelum dan setelah pemberian edukasi tentang kebiasaan minum air putih sehingga dapat mengetahui apakah ada perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga memunculkan kebiasaan. REFERENSI Almatsier, S., 2009, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, pp. 220-226. Asian Food Information Centre (AFIC), 1998, Fluid for Kids, http://AFIC.org, diakses tanggal 25 November 2011. Asian Food Information Centre (AFIC), 1999, Singapore Drinking Habits Survey, http://www.afic.org/hydration.php?news_id=91&start=0&category_id=29&parent_id=29&arcyear =&arcmonth=, diakses tanggal 25 November 2011. Asian Food Information Centre (AFIC), 2000, Fluid - The Forgotten Factor, http://www.afic.org/hydration.php?news_id=131&start=0&category_id=29&parent_id=29&arcyear =&arcmonth=, diakses tanggal 25 November 2011. Azwar, S., 2006, Reliabilitas dan Validitas, Edisi 3, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp. 33.
  • 12. Batmanghelidj F., 2007, Air untuk Menjaga Kesehatan dan Menyembuhkan Penyakit, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, pp. 22. Briawan, D., Sedayu, dan Ekayati, 2011, Kebiasaan Minum dan Asupan cairan Remaja di Perkotaan, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, (8) 1: 36-41. Departemen Kesehatan, 2002, Pembangunan Kesehatan Masyarakat Indonesia, Depkes RI, Jakarta. Departemen Kesehatan, 2005, Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), Depkes RI, Jakarta. Fajar, S., 2010, Manfaat Minum Air Putih bagi Kesehatan, http://saufa.student.umm.ac.id/2010/07/28/manfaat-minum-air-putih-bagi-kesehatan/, diakses tanggal 3 Desember 2011. Grandjean, A.C, Reimers, Haven, and Kurtis, 2003, The Effect on Hydration of two diets, one with and one without plain water, Jour of Am Coll of Nutrition, (22) 2: 165-173. Guslina, N., 2011, Air; Zat Gizi Esensial yang Sering Terlupakan, http://www.jurnalmedan.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=68609:air-zat- gizi-esensial-yang-sering-terlupakan-&catid=58:kesehatan&Itemid=66, diakses tanggal 3 Mei 2012. Hardinsyah, 2011, Hydration assessment in Indonesia, http://www.h4hinitiative.com/hydration-for-health- hub/efsa-opinion/hydration-assessment-in-indonesia/, diakses tanggal 3 Mei 2012. Hasan, M.I., 2002, Pokok 2 Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghaloa Indonesia, Bogor, pp. 60. Irawan, M.A., 2007, Cairan Tubuh, Elektrolit, dan Mineral, Polton Sports Science & Performance Lab. Notoatmodjo, 2003, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta, pp. 44. Notoatmodjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta, pp. 12-13. Pagunsan, Cummings, and Monica, P.R., 2007, Ginjal si Penyaring Ajaib – Memiliki Kreasi Hidup Sehat, Indonesia Publishing House, Bandung, pp. 63-66. Pahira, Maxted, and Simerville, 2005, Urinalysis: A Comprehensive Review, American Academy of Family Physicians, (2) 2: 334-350. Patel, 2006, The Abnormal Urinalysis, Pediatric Clinics of North America, (10) 2: 1-5. Pratiknya, 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, pp. 134. Sacher, Ronald A. and McPherson Richard A., 2002, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, 11th ed, Penerbit EGC, Jakarta, pp. 589-598. Setiawan N., 2005, Teknik Sampling, Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan Nasional, http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/tekniksampling1.pdf, diakses tanggal 25 September 2011. Soebroto, J.B., Ghozali, A., dan Yuliati, E., 2001, Rancang Bangun Alat Pembuat Model Peraga Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Untuk Meningkatkan Jangkauan/Kuantitas dan Efektivitas
  • 13. Penyuluhan Deteksi Dini Kanker Payudara di Masyarakat, Jurnal Asosiasi Politeknik Indonesia, Vol. II, No. 3. Sugiyono, 2008, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, pp. 33. Tahir, W., 2011, Urinalisis, http://www.scribd.com/rahmatun_sahra/d/51301025/6-II-3-Analisis-Dipstick, diakses tanggal 20 Maret 2012. Tjale, M.C., 2009, The Prevalence of Abnormal Urine Components As Detected By Routine Dipstick Urinalysis : A Survey At a Primary Health Care Clinic in Mankweng Hospital, Tesis, 39, University of Limpopo, Polokwane. Vivanti, A., 2009, Screening and Identification of Dehydration in Older People Admitted to a Geriatric and Rehabilitation Unit, Tesis, 259, Queensland University, Australia. Yuniastuti A., 2008, Gizi dan Kesehatan, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp. 44. Zamanzad, B., 2009, Accuracy of Dipstick Urinalysis As A Screening Method for Detection of Glucose, Protein, Nitrites and Blood, Eastern Mediterranean Health Journal, (15) 5:1323-1328.