SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
I. TUJUAN
1. Mengetahui sifat organoleptis urine praktikan dilihat dari warna urine, bau urine,
volume urine, buih, serta kekeruhan urine.
2. Megetahui sifat organoleptis urine dari praktikan dengan menggunakan metode carik
celup.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Urine
Ekskresi urin dilakukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal untuk menjaga homeostasis cairan tubuh (Ismail, 2012). Urin merupakan
suatu larutan kompleks dan mengandung bermacam- masam bahan organik maupun anorganik.
Komposisi urin tergantung pada makanan yang dikonsumsi, penggunaan obat, keadaan
metabolisme tubuh, kondisi ginjal, dan masalah anatomi maupun fisiologi lainnya (Tarigan,
2018). Pembentukan urin melalui tiga tahap yaitu filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi. Darah
akan mengalami filtrasi melewati membran glomerulus melalui pori kapiler. Filtrasi adalah
proses penyaringan darah yang terjadi di glomerulus dan menghasilkan urin primer. Komposisi
urin primer mirip seperti darah, tetapi tidak mengandung protein. Dalam urin primer ditemukan
asam amino, glukosa, natrium, kalium, ion-ion, dan garam-garam lainnya. Reabsorbsi adalah
proses penyerapan kembali zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh seperti glukosa, asam
amino, dan sejumlah besar ion-ion anorganik. Proses reabsorbsi ini terjadi di tubulus kontortus
proksimal dan menghasilkan urin sekunder yang tidak lagi mengandung zat-zat yang masih
dibutuhkan oleh tubuh. Pada proses augmentasi terjadi penambahan zat-zat sisa yang sudah
tidak bermanfaat dan terjadi tubulus kontortus distal. Urin yang dihasilkan dari proses
augmentasi ini disebut dengan urin sesungguhnya yang mengandung urea, asam urin, amonia,
dan sisa-sisa pembongkaran protein (Lauralee, 2011).
2.2 Urinalisis
Urinalisis merupakan pemeriksaan yang paling umum dilakukan dalam praktek urologi
yang terdiri dari pemeriksaan fisik, mikroskopik dan kimia (Jamil dkk., 2018). Pemeriksaan
urinalisis dapat digunakan untuk membantu para dokter menegakkan diagnosis, mendapatkan
informasi mengenai fungsi organ dan metabolisme tubuh, dapat mendeteksi kelainan
asimptomatik, mengikuti perjalanan penyakit dan pengobatan dari pasien. Umumnya,
pemeriksaan urinalisis diindikasikan bagi pasien yang mengalami gangguan endokrin,
gangguan pada ginjal atau traktus urinarius, monitoring pada pasien dengan diabetes,
kehamilan, kasus toksikologi seperti overdosis penggunaan obat (Naid dkk., 2014). Sampel
urin yang baik untuk digunakan dalam pemeriksaan urinalisis yaitu urine pagi dan urine segar
atau baru. Urin yang dibiarkan terlalu lama pada suhu kamar akan mengakibatkan terjadinya
lisis pada sel, seperti leukosit, eritrosit serta torak atau silinder (Haryanto dkk., 2015). Maka
dari itu, apabila dilakukan penundaan tes urinalisis dalam 4 jam, urin dapat disimpan dalam
lemari es pada suhu 2 - 4°C. 2 Pemeriksaan urinalisis dapat dilakukan secara makroskopik,
mikroskopik atau sedimen dan pemeriksaan kimia urin (Naid dkk., 2014).
2.3 Metode Uji Organoleptis
Uji organoleptis merupakan penilaian dan mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma,
rasa dari suatu produk, makanan, minuman, maupun obat-obatan. Pengujian organoleptis
disebut penilaian indera atau penilaian sensorik yang merupakan suatu cara penilaian dengan
memanfaatkan panca indera manusia untuk mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa
suatu produk makanan, minuman ataupun obat. Tujuan pengujian organoleptis adalah untuk
mengetahui kondisi atau sifat sensorik tertentu dari suatu produk (Ayustaningwarno, 2014).
Uji organoleptis urin dilakukan melalui pengamatan panca indera tubuh sehingga tidak
memerlukan persiapan pemeriksaan yang banyak, melainkan dengan memperhatikan tampilan
visual urin tersebut. Uji organoleptis urin meliputi pemeriksaan volume, warna, kejernihan dan
bau pada urin (Mustikawangi dkk., 2016). Kelainan pada warna urin dapat mengindikasikan
kemungkinan terjadinya infeksi, dehidrasi, penyakit liver, kerusakan otot atau eritrosit dalam
tubuh, serta gangguan ginjal dan gangguan saluran kencing. Kekeruhan pada urin dapat
disebabkan karena terjadinya kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urin asam) atau fosfat
(dalam urin basa). Selain itu, kekeruhan juga dapat disebabkan oleh bahan selular berlebihan
atau protein dalam urin (Andrizala dkk., 2018). Bau pada urin normal disebut urinoid. Bau ini
dapat menjadi lebih tajam pada sampel urin yang pekat namun bukan berarti menunjukkan
adanya infeksi pada urin tersebut. Bau urin juga dapat dipengaruhi oleh obat-obatan tertentu
(Mustikawangi dkk., 2016).
2.4 Metode Uji Carik Celup
Metode carik celup merupakan metode analisis kimiawi urin yang umumnya dilakukan
dengan cara uji dipstick. Uji dipstick merupakan tes urin yang menggunakan strip reagen
berupa strip plastik tipis yang ditempeli dengan kertas seluloid dan digunakan untuk
mendeteksi glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan
leukosit. Keuntungan dari metode carik celup (dipstick) yaitu tidak memerlukan keterampilan
khusus dan hasilnya bisa didapat hanya dalam waktu beberapa menit. Metode carik celup dapat
dilakukan dengan cara mencelupkan dipstick ke dalam sampel urin selama 0,5 sampai 1 menit,
hingga seluruh bagian warna pada strip terendam semua dalam urin. Dipstick kemudian
diangkat dan didiamkan selama 1 menit, lalu akan terjadi perubahan 3 warna pada dipstick dan
segera dibandingkan dengan warna standar yang ada (Utama dkk., 2011). Penggunaan dipstick
dapat digunakan untuk berbagai kondisi seperti pada ibu hamil, wanita, pria, anak-anak,
maupun pada bayi (Arditta dan Kautsar, 2016).
 Glukosa
Untuk pengukuran glukosa urin, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD),
peroksidase (POD) dan zat warna.
 Protein
Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna bromphenol biru, yang sensitif
terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan
mukoprotein.
 Bilirubin
Berdasarkan reaksi diazo antara bilirubin dengan garam diazonium dalam suasana asam
membentuk warna azobilirubin.
 Urobilinogen
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan
oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil
urobilinogen.
 pH
Berdasarkan prinsip double indikator yang mengandung metal merah, PP, dan BTB
sehingga memungkinkan perubahan warna dari jingga, hijau sampai biru pada daerah
5-9.
 Berat Jenis
Berdasarkan pada perubahan warna reagen dari biru hijau ke hijau kekuningan
tergantung pada konsentrasi ion dalam urin.
 Darah
Berdasarkan aktivitas pseudoperoxidatif hemoglobin yang mana katalisis reaksi dari
disopropil benzene dihidroperoksid dan 33’55’-tetrametilbenzidin, hasilnya mulai dari
orange sampai hijau.
 Keton
Pemeriksaan keton dengan pereaksi nitroprussida berdasarkan prinsip tes lugol, yaitu
dalam suasana basa, asam asetoasetat akan bereaksi dengan Na. nitroprussida
menghasilkan warna ungu.
 Nitrit
Berdasarkan reaksi griess, nitrit bereaksi dengan sulfonamide aromatic membentuk
garam diazonium membentuk zat warna azo.
 Leukosit
Berdasarkan prinsip leukosit esterase dalam urin yang dapat menghidrolisa suatu ester
(indoxyl ester) menjadi alkohol dan asam.
(Santhi, 2019)
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
- Pot urine/beaker glass 50 mL
- Tabung reaksi
- Indikator carik celup
- Rak tabung
- Api Bunsen
- Pipet ukur
- Ball filler
- Penjepit tabung rekasi
3.2 Bahan
- Sampel urine
- Reagen carik celup
DAFTAR PUSTAKA
Ayustaningwarno, F. 2014. Teknologi Pangan Teori Praktis dan Aplikasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Andrizala, A. Hidayata, T. Angrainia, Yefriadia, Rusfandia, dan R. Chadry. 2018. Pembuatan
Histogram Dan Pola Data Warna Urin Berdasarkan Urinalisis Menggunakan Mini PC.
Jurnal Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi. 2(3): 722-727.
Arditta, D. dan A.P. Kautsar. 2016. Artikel Kupasan: Penggunaan Dipstick Sebagat Alat
Diagnosis Infeksi Saluran Kemih Pada Kondisi Tertentu. Farmaka. 14(1): 1-7.
Haryanto, E., Pestariati, A. Handayati, dan S.S.E. Astut. 2015. Pengaruh Penyimpanan Urine
Terhadap Jumlah Leukosit dan Eritrosit Pada Penderita Infeksi Saluran Kemih dengan
Metode Sy (Standard Yield). Jurnal Penelitian Kesehatan. 13(1): 39-44.
Ismail, G. 2012. Sehat Tanpa Obat. Jakarta: Grasindo.
Jamil, A.P.A., D. Pertiwi, dan D. Elvira. 2018. Gambaran Hasil Pemeriksaan Urine pada Pasien
dengan Pembesaran Prostat Jinak di RSUP DR. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas. 7(1): 137-141.
Lauralee, S. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 16. Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran.
Naid, F., F. Mangerangi dan H. Almahdaly. 2014. Pengaruh Penundaan Waktu Terhadap Hasil
Urinalisis Sedimen Urin. As-Syifaa. 6(02):212-219.
Santhi, D. 2018. Diktat Praktikum Kimia Klinik Farmasi. Denpasar: Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Tarigan, O. N. 2018. Perbedaan Hasil Urinalisis Metode Dipstik Pada Urin Segar, Urin Simpan
4 Jam Suhu Ruangan, dan Urin Simpan 4 Jam Suhu 20C-80C. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.
Utama, I. H., E. M. Hutagalung, I. W. P. A. Laxmi, I. G. M. K. Erawan, S. K. Widyastuti, L.
E. Setiasih, dan K. Berata. 2011. Urinalisis Menggunakan Dua Jenis Dipstick (Batang
Celup) pada Sapi Bali. Jurnal Veteriner. 12(1): 107- 112.

More Related Content

What's hot

Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)
Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)
Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)Bella Kriwangko
 
Uji sifat fisik urine dan kandungan zat dalam urine
Uji sifat fisik urine dan kandungan zat dalam urineUji sifat fisik urine dan kandungan zat dalam urine
Uji sifat fisik urine dan kandungan zat dalam urineLaksmi_Perwira
 
Biokim urin glukosa
Biokim urin glukosaBiokim urin glukosa
Biokim urin glukosaselvindianda
 
Laporan Praktikum Biologi (pH Urine)
Laporan Praktikum Biologi (pH Urine)Laporan Praktikum Biologi (pH Urine)
Laporan Praktikum Biologi (pH Urine)Nurul Afdal Haris
 
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)PRAMITHA GALUH
 
Laporan pemeriksaan urine
Laporan pemeriksaan urineLaporan pemeriksaan urine
Laporan pemeriksaan urineSantos Tos
 
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisiAsuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisiSulistia Rini
 
makalah toksikologi
makalah toksikologimakalah toksikologi
makalah toksikologiHani Ani
 
Bakteriologi (sistem Alimentari)
Bakteriologi (sistem Alimentari)Bakteriologi (sistem Alimentari)
Bakteriologi (sistem Alimentari)Muhammad Nasrullah
 

What's hot (15)

Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)
Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)
Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)
 
Uji sifat fisik urine dan kandungan zat dalam urine
Uji sifat fisik urine dan kandungan zat dalam urineUji sifat fisik urine dan kandungan zat dalam urine
Uji sifat fisik urine dan kandungan zat dalam urine
 
Biokim urin glukosa
Biokim urin glukosaBiokim urin glukosa
Biokim urin glukosa
 
Tes Urine (Biologi)
Tes Urine (Biologi)Tes Urine (Biologi)
Tes Urine (Biologi)
 
Percobaan benedict
Percobaan benedictPercobaan benedict
Percobaan benedict
 
Laporan Praktikum Biologi (pH Urine)
Laporan Praktikum Biologi (pH Urine)Laporan Praktikum Biologi (pH Urine)
Laporan Praktikum Biologi (pH Urine)
 
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
 
Urin
UrinUrin
Urin
 
Makalah tentang pemeriksaan laboratorium klinik
Makalah tentang pemeriksaan laboratorium klinikMakalah tentang pemeriksaan laboratorium klinik
Makalah tentang pemeriksaan laboratorium klinik
 
Tes urin
Tes urinTes urin
Tes urin
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Laporan pemeriksaan urine
Laporan pemeriksaan urineLaporan pemeriksaan urine
Laporan pemeriksaan urine
 
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisiAsuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
 
makalah toksikologi
makalah toksikologimakalah toksikologi
makalah toksikologi
 
Bakteriologi (sistem Alimentari)
Bakteriologi (sistem Alimentari)Bakteriologi (sistem Alimentari)
Bakteriologi (sistem Alimentari)
 

Similar to yakkk

Deni lp eliminasi
Deni lp eliminasiDeni lp eliminasi
Deni lp eliminasinissaicha2
 
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdfLAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdfMYUSUP7
 
Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan DiagnostikPemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan DiagnostikSulistia Rini
 
PPT-UEU-Keperawatan-Dasar-II-5.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Dasar-II-5.pptPPT-UEU-Keperawatan-Dasar-II-5.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Dasar-II-5.pptaisyahkamalah1
 
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdfAlazizSetiawan1
 
PPT FAISOL ROHMAN.pptx
PPT FAISOL ROHMAN.pptxPPT FAISOL ROHMAN.pptx
PPT FAISOL ROHMAN.pptxRosihanBahtiar
 
Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan DiagnostikPemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan DiagnostikSulistia Rini
 
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTAOBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTANindi Yulianti
 
126996728 darah-samar-frida
126996728 darah-samar-frida126996728 darah-samar-frida
126996728 darah-samar-fridaEka Selvina
 
Menelan sekresi urine respirasi
Menelan sekresi urine respirasiMenelan sekresi urine respirasi
Menelan sekresi urine respirasiAsfar Syafar
 
pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih
pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putihpengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih
pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putihBerta Trifina
 
PBL 3b Kulit Kuning
PBL 3b Kulit KuningPBL 3b Kulit Kuning
PBL 3b Kulit KuningAi Coryde
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxnurfitrilandu
 
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
249456048 makalah-6-kimia-klinik-fesesEka Selvina
 
Ppt uji darah
Ppt uji darahPpt uji darah
Ppt uji darahtantri_ta
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxBahirahHabibah
 

Similar to yakkk (20)

Deni lp eliminasi
Deni lp eliminasiDeni lp eliminasi
Deni lp eliminasi
 
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdfLAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdf
 
HELMIN KEL 7.pptx
HELMIN KEL 7.pptxHELMIN KEL 7.pptx
HELMIN KEL 7.pptx
 
Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan DiagnostikPemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
 
PPT-UEU-Keperawatan-Dasar-II-5.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Dasar-II-5.pptPPT-UEU-Keperawatan-Dasar-II-5.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Dasar-II-5.ppt
 
Diagnosis fungsi ginjal
Diagnosis fungsi ginjalDiagnosis fungsi ginjal
Diagnosis fungsi ginjal
 
64 193-1-pb
64 193-1-pb64 193-1-pb
64 193-1-pb
 
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
 
PPT FAISOL ROHMAN.pptx
PPT FAISOL ROHMAN.pptxPPT FAISOL ROHMAN.pptx
PPT FAISOL ROHMAN.pptx
 
Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan DiagnostikPemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
 
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTAOBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
 
126996728 darah-samar-frida
126996728 darah-samar-frida126996728 darah-samar-frida
126996728 darah-samar-frida
 
Percobaan IV
Percobaan IVPercobaan IV
Percobaan IV
 
Menelan sekresi urine respirasi
Menelan sekresi urine respirasiMenelan sekresi urine respirasi
Menelan sekresi urine respirasi
 
pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih
pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putihpengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih
pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih
 
PBL 3b Kulit Kuning
PBL 3b Kulit KuningPBL 3b Kulit Kuning
PBL 3b Kulit Kuning
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
 
Ppt uji darah
Ppt uji darahPpt uji darah
Ppt uji darah
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 

Recently uploaded

sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...NenkRiniRosmHz
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptssuserbb0b09
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxindah849420
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiRizalMalik9
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatZuheri
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxYudiatma1
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAkompilasikuliahd3TLM
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxDwiHmHsb1
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxIrfanNersMaulana
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdfbendaharadakpkmbajay
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxPoliJantung
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfBangKoko
 

Recently uploaded (20)

sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 

yakkk

  • 1. I. TUJUAN 1. Mengetahui sifat organoleptis urine praktikan dilihat dari warna urine, bau urine, volume urine, buih, serta kekeruhan urine. 2. Megetahui sifat organoleptis urine dari praktikan dengan menggunakan metode carik celup. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Urine Ekskresi urin dilakukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal untuk menjaga homeostasis cairan tubuh (Ismail, 2012). Urin merupakan suatu larutan kompleks dan mengandung bermacam- masam bahan organik maupun anorganik. Komposisi urin tergantung pada makanan yang dikonsumsi, penggunaan obat, keadaan metabolisme tubuh, kondisi ginjal, dan masalah anatomi maupun fisiologi lainnya (Tarigan, 2018). Pembentukan urin melalui tiga tahap yaitu filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi. Darah akan mengalami filtrasi melewati membran glomerulus melalui pori kapiler. Filtrasi adalah proses penyaringan darah yang terjadi di glomerulus dan menghasilkan urin primer. Komposisi urin primer mirip seperti darah, tetapi tidak mengandung protein. Dalam urin primer ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, ion-ion, dan garam-garam lainnya. Reabsorbsi adalah proses penyerapan kembali zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh seperti glukosa, asam amino, dan sejumlah besar ion-ion anorganik. Proses reabsorbsi ini terjadi di tubulus kontortus proksimal dan menghasilkan urin sekunder yang tidak lagi mengandung zat-zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh. Pada proses augmentasi terjadi penambahan zat-zat sisa yang sudah tidak bermanfaat dan terjadi tubulus kontortus distal. Urin yang dihasilkan dari proses augmentasi ini disebut dengan urin sesungguhnya yang mengandung urea, asam urin, amonia, dan sisa-sisa pembongkaran protein (Lauralee, 2011). 2.2 Urinalisis Urinalisis merupakan pemeriksaan yang paling umum dilakukan dalam praktek urologi yang terdiri dari pemeriksaan fisik, mikroskopik dan kimia (Jamil dkk., 2018). Pemeriksaan urinalisis dapat digunakan untuk membantu para dokter menegakkan diagnosis, mendapatkan informasi mengenai fungsi organ dan metabolisme tubuh, dapat mendeteksi kelainan asimptomatik, mengikuti perjalanan penyakit dan pengobatan dari pasien. Umumnya, pemeriksaan urinalisis diindikasikan bagi pasien yang mengalami gangguan endokrin, gangguan pada ginjal atau traktus urinarius, monitoring pada pasien dengan diabetes, kehamilan, kasus toksikologi seperti overdosis penggunaan obat (Naid dkk., 2014). Sampel urin yang baik untuk digunakan dalam pemeriksaan urinalisis yaitu urine pagi dan urine segar
  • 2. atau baru. Urin yang dibiarkan terlalu lama pada suhu kamar akan mengakibatkan terjadinya lisis pada sel, seperti leukosit, eritrosit serta torak atau silinder (Haryanto dkk., 2015). Maka dari itu, apabila dilakukan penundaan tes urinalisis dalam 4 jam, urin dapat disimpan dalam lemari es pada suhu 2 - 4°C. 2 Pemeriksaan urinalisis dapat dilakukan secara makroskopik, mikroskopik atau sedimen dan pemeriksaan kimia urin (Naid dkk., 2014). 2.3 Metode Uji Organoleptis Uji organoleptis merupakan penilaian dan mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa dari suatu produk, makanan, minuman, maupun obat-obatan. Pengujian organoleptis disebut penilaian indera atau penilaian sensorik yang merupakan suatu cara penilaian dengan memanfaatkan panca indera manusia untuk mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa suatu produk makanan, minuman ataupun obat. Tujuan pengujian organoleptis adalah untuk mengetahui kondisi atau sifat sensorik tertentu dari suatu produk (Ayustaningwarno, 2014). Uji organoleptis urin dilakukan melalui pengamatan panca indera tubuh sehingga tidak memerlukan persiapan pemeriksaan yang banyak, melainkan dengan memperhatikan tampilan visual urin tersebut. Uji organoleptis urin meliputi pemeriksaan volume, warna, kejernihan dan bau pada urin (Mustikawangi dkk., 2016). Kelainan pada warna urin dapat mengindikasikan kemungkinan terjadinya infeksi, dehidrasi, penyakit liver, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh, serta gangguan ginjal dan gangguan saluran kencing. Kekeruhan pada urin dapat disebabkan karena terjadinya kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urin asam) atau fosfat (dalam urin basa). Selain itu, kekeruhan juga dapat disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin (Andrizala dkk., 2018). Bau pada urin normal disebut urinoid. Bau ini dapat menjadi lebih tajam pada sampel urin yang pekat namun bukan berarti menunjukkan adanya infeksi pada urin tersebut. Bau urin juga dapat dipengaruhi oleh obat-obatan tertentu (Mustikawangi dkk., 2016). 2.4 Metode Uji Carik Celup Metode carik celup merupakan metode analisis kimiawi urin yang umumnya dilakukan dengan cara uji dipstick. Uji dipstick merupakan tes urin yang menggunakan strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli dengan kertas seluloid dan digunakan untuk mendeteksi glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan leukosit. Keuntungan dari metode carik celup (dipstick) yaitu tidak memerlukan keterampilan khusus dan hasilnya bisa didapat hanya dalam waktu beberapa menit. Metode carik celup dapat dilakukan dengan cara mencelupkan dipstick ke dalam sampel urin selama 0,5 sampai 1 menit, hingga seluruh bagian warna pada strip terendam semua dalam urin. Dipstick kemudian diangkat dan didiamkan selama 1 menit, lalu akan terjadi perubahan 3 warna pada dipstick dan
  • 3. segera dibandingkan dengan warna standar yang ada (Utama dkk., 2011). Penggunaan dipstick dapat digunakan untuk berbagai kondisi seperti pada ibu hamil, wanita, pria, anak-anak, maupun pada bayi (Arditta dan Kautsar, 2016).  Glukosa Untuk pengukuran glukosa urin, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.  Protein Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.  Bilirubin Berdasarkan reaksi diazo antara bilirubin dengan garam diazonium dalam suasana asam membentuk warna azobilirubin.  Urobilinogen Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.  pH Berdasarkan prinsip double indikator yang mengandung metal merah, PP, dan BTB sehingga memungkinkan perubahan warna dari jingga, hijau sampai biru pada daerah 5-9.  Berat Jenis Berdasarkan pada perubahan warna reagen dari biru hijau ke hijau kekuningan tergantung pada konsentrasi ion dalam urin.  Darah Berdasarkan aktivitas pseudoperoxidatif hemoglobin yang mana katalisis reaksi dari disopropil benzene dihidroperoksid dan 33’55’-tetrametilbenzidin, hasilnya mulai dari orange sampai hijau.  Keton Pemeriksaan keton dengan pereaksi nitroprussida berdasarkan prinsip tes lugol, yaitu dalam suasana basa, asam asetoasetat akan bereaksi dengan Na. nitroprussida menghasilkan warna ungu.  Nitrit
  • 4. Berdasarkan reaksi griess, nitrit bereaksi dengan sulfonamide aromatic membentuk garam diazonium membentuk zat warna azo.  Leukosit Berdasarkan prinsip leukosit esterase dalam urin yang dapat menghidrolisa suatu ester (indoxyl ester) menjadi alkohol dan asam. (Santhi, 2019) III. ALAT DAN BAHAN 3.1 Alat - Pot urine/beaker glass 50 mL - Tabung reaksi - Indikator carik celup - Rak tabung - Api Bunsen - Pipet ukur - Ball filler - Penjepit tabung rekasi 3.2 Bahan - Sampel urine - Reagen carik celup
  • 5. DAFTAR PUSTAKA Ayustaningwarno, F. 2014. Teknologi Pangan Teori Praktis dan Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Andrizala, A. Hidayata, T. Angrainia, Yefriadia, Rusfandia, dan R. Chadry. 2018. Pembuatan Histogram Dan Pola Data Warna Urin Berdasarkan Urinalisis Menggunakan Mini PC. Jurnal Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi. 2(3): 722-727. Arditta, D. dan A.P. Kautsar. 2016. Artikel Kupasan: Penggunaan Dipstick Sebagat Alat Diagnosis Infeksi Saluran Kemih Pada Kondisi Tertentu. Farmaka. 14(1): 1-7. Haryanto, E., Pestariati, A. Handayati, dan S.S.E. Astut. 2015. Pengaruh Penyimpanan Urine Terhadap Jumlah Leukosit dan Eritrosit Pada Penderita Infeksi Saluran Kemih dengan Metode Sy (Standard Yield). Jurnal Penelitian Kesehatan. 13(1): 39-44. Ismail, G. 2012. Sehat Tanpa Obat. Jakarta: Grasindo. Jamil, A.P.A., D. Pertiwi, dan D. Elvira. 2018. Gambaran Hasil Pemeriksaan Urine pada Pasien dengan Pembesaran Prostat Jinak di RSUP DR. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 7(1): 137-141. Lauralee, S. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 16. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. Naid, F., F. Mangerangi dan H. Almahdaly. 2014. Pengaruh Penundaan Waktu Terhadap Hasil Urinalisis Sedimen Urin. As-Syifaa. 6(02):212-219. Santhi, D. 2018. Diktat Praktikum Kimia Klinik Farmasi. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Tarigan, O. N. 2018. Perbedaan Hasil Urinalisis Metode Dipstik Pada Urin Segar, Urin Simpan 4 Jam Suhu Ruangan, dan Urin Simpan 4 Jam Suhu 20C-80C. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. Utama, I. H., E. M. Hutagalung, I. W. P. A. Laxmi, I. G. M. K. Erawan, S. K. Widyastuti, L. E. Setiasih, dan K. Berata. 2011. Urinalisis Menggunakan Dua Jenis Dipstick (Batang Celup) pada Sapi Bali. Jurnal Veteriner. 12(1): 107- 112.