1. HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEAKTIFAN PASIEN
DIABETES MELITUS DALAM MELAKUKAN PEMERIKSAAN
GLUKOSA DARAH DI RSUD PRINGSEWU TAHUN 2014
Elyasari
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu Lampung
ABSTRAK
Menurut data dari WHO, Indonesia menempati urutan ke enam di dunia
sebagai Negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak setelah India,
China, Uni Soviet, Jepang dan Brazil (Suiroka, 2012). Bila penderita DM tidak
rutin memeriksakan kadar glukosa darah maka ada kemungkinan akan menjadi
dasar dari komplikasi penyakit. Komplikasi akut antara lain hipoglikemia,
ketoasidosis, koma hiperosmoral non ketotik, terjadi stroke dan di mata
menimbulkan katarak. Berdasarkan data RSUD pringsewu tahun 2014 dari 170
penderita DM didapat 31 orang mengalami komplikasi penyakit pembuluh darah
tungkai, 27 orang mengalami komplikasi gangguan pada mata dan 10 orang
mengalami komplikasi pada ginjal. Dukungan keluarga sangat penting untuk
memotivasi pasien dalam menjalankan pengobatan ataupun diet. Diabetes melitus
jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mengakibatkan terjadinya berbagai
penyakit penyerta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan
keluarga dengan keaktifan pasien diabetes melitus dalam melakukan pemeriksaan
glukosa darah di RSUD Pringsewu tahun 2014.
Jenis penelitan ini adalah kuantitatif dengan cross sectional. Penelitin ini di
lakukan di RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu pada tanggal 1-30 Juni 2014.
Subjek pada penelitian ini adalah seluruh penderita DM yang berkunjung pada
saat penelitian dilakukan RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu pada tanggal 1-
30 Juni 2014, sebanyak 43 orang. Alat pengumpul data untuk mengukur
dukungan keluarga dan keaktifan melakukan pemeriksaan glukosa darah dalam
penelitian ini berupa kuesioner. Analisa data bivariat menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian diperoleh Pasien diabetes mellitus di RSUD Pringsewu tahun
2014, sebagian besar memiliki keluarga yang tidak mendukung yaitu sebesar 26
pasien (60,5%), Pasien diabetes mellitus di RSUD Pringsewu tahun 2014,
sebagian besar sebesar tidak aktif dalam pemeriksaan glukosa darah, yaitu 30
pasien (69,8%). Hasil uji statistik chi square didapat p value = 0,003, dapat
disimpulkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan keaktifan pasien
diabetes melitus dalam melakukan pemeriksaan glukosa darah di RSUD
Pringsewu tahun 2014.
Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Keaktifan Pemeriksaan Glukosa Darah
Kepustakaan : 32 (2003-2012)
i
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
2. PENDAHULUAN
ii
Remaja perlu mendapat informasi
Penyakit tidak menular (PTM)
menjadi penyebab utama kematian
secara global. Data WHO
menunjukkan bahwa dari 57 juta
kematian yang terjadi di dunia pada
tahun 2008, sebanyak 36 juta atau
hampir dua pertiganya disebabkan
oleh Penyakit Tidak Menular.
Proporsi penyebab kematian PTM
pada orang-orang berusia kurang dari
70 tahun, penyakit cardiovaskular
merupakan penyebab terbesar (39%),
diikuti kanker (27%), sedangkan
penyakit pernafasan kronis, penyakit
pencernaan dan PTM yang lain
bersama-sama menyebabkan sekitar
30% kematian, serta 4% kematian
disebabkan diabetes (Kemenkes,
2012).
WHO memperkirakan bahwa
lebih dari 346 juta orang diseluruh
dunia mengidap diabetes mellitus
jumlah ini akan meningkat dua kali
lipat pada tahun 2020 jika tidak
ditanggani. Menurut data dari WHO,
Indonesia menempati urutan ke 6 di
dunia sebagai Negara dengan jumlah
penderita diabetes melitus terbanyak
setelah India, China, Uni Soviet,
Jepang dan Brazil (Suiroka, 2012).
Secara epidemiologi,
diperkirakan bahwa pada tahun 2030
prevalensi Diabetes Melitus (DM) di
Indonesia mencapai 21,3 juta orang
(Diabetes Care, 2004). Hasil
Riskesdas 2007 prevalensi nasional
DM berdasarkan pemeriksaan
glukosa darah pada penduduk usia
>15 tahun diperkotaan 5,7%.
Prevalensi pola makan tidak sehat
sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang
aktifitas fisik pada penduduk >10
tahun sebesar 48,2%. Dari data
tersebut risiko bertambahnya
penderita DM kemungkinan besar
akan terus meningkat hal ini di
sebabkan pola makan yang tidak
teratur menyebabkan penyembuhan
DM akan lama (Kemenkes, 2012).
Berdasarkan hasil Riset
kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Prevalensi Diabetes Melitus di
provinsi Lampung pada tahun 2007
mencapai 6,2% melebihi dari
prevalensi nasional yaitu 5,7%.
Sedangkan hasil Riset Kesehatan
Dasar pada tahun 2013, menunjukan
prevalensi diabetes militus di propinsi
lampung sudah mengalami penurunan
menjadi 0,7% dan prevalensi secara
nasional mencapai 1,5%. Provinsi
Lampung menunjukkan keberhasilan
dalam menekan kejadian Diabetes
Melius, akan tetapi penangulangan
diabetes militus harus tetap
ditangulangi karena masih banyak
kejadian DM di masyarakat yang
tidak terpantau karena tidak
melakukan pemeriksaan kepada
petugas kesehatan (Riskesdas, 2013).
Untuk mencegah terjadinya
komplikasi dari diabetes melitus,
maka diperlukan pengontrolan yang
terapeutik dan teratur melalui
perubahan gaya hidup pasien DM
yang tepat, tegas dan permanen.
Pengontrolan diabetes melitus
diantaranya adalah pembatasan diet,
peningkatan aktivitas fisik, regimen,
pengobatan yang tepat, kontrol medis
teratur dan pengontrolan metabolik
secara teratur melalui pemeriksaan
laboratorium (Waspaji, 2007).
Kebanyakan penderita DM tidak
memeriksakan kadar glukosa darah
bila tidak ada keluhan. Mereka akan
memeriksakan kesehatan bila merasa
ada gangguan. Semakin buruk kontrol
seseorang terhadap kadar glukosa
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
3. iii
darah, maka semakin mudah
seseorang terkena komplikasi
(Tandra, 2008). Bila penderita DM
tidak patuh terhadap apa yang
menjadi pantangan dan jika tidak
rajin memeriksakan kadar glukosa
darah maka ada kemungkinan akan
menjadi dasar dari komplikasi
penyakit. Komplikasi akut antara lain
hipoglikemia, ketoasidosis, koma
hiperosmoral non ketotik, terjadi
stroke dan di mata menimbulkan
katarak. Komplikasi kronik DM
antara lain adalah kerusakan saraf,
penyakit jantung, penyakit hati,
penyakit ginjal, gangguan saluran
pencernaan, penyakit kulit dan rentan
terhadap bakteri dan virus. Kaki
penderita akan mudah kesemutan,
bila ada luka proses sembuhnya akan
lama dan bisa menimbulkan infeksi,
bahkan bisa berdampak amputasi.
Bedasarkan penelitian Sugiarto
(2012) di Rumah sakit Beptis Kediri,
didapatkan hasil bahwa terdapat 65%
pasien DM yang mengalami
komplikasi disebabkan karena tidak
pernah melakukan kontrol gula darah
secara rutin, komplikasi yang aling
banyak adalah 34% mengalami
penyakit kulit, 25% mengalami
infeksi pada bagian tubuuh, dan 5%
mengalami aputasi.
Hasil penelitian Senuk, Et Al,
(2013) tentang hubungan antara
pengetahuan dan dukungan keluarga
dengan kepatuhan menjalani diet DM
di Poliklinik Rawat Jalan RSUD Kota
Tidore Kepulauan Provinsi Maluku
Utara. Menunjukkan bahwa dari 61
responden dengan dukungan keluarga
baik dan patuh dalam menjalani diet
diabetes mellitus berjumlah 36 orang
(59%). Responden dengan dukungan
keluarga kurang baik dan tidak patuh
dalam menjalani diet diabetes
mellitus berjumlah 7 orang (87,5%)
dari 8 responden. Hasil uji statistic
menunjukkan dukungan keluarga
mempunyai hubungan dengan
kepatuhan menjalani diet diabetes
melitus dengan uji chi square didapat
kan nilai = 0,021 < á = 0,05 yang
berarti H0 ditolak.
Meurut Suiroka (2012) dalam
melakukan pengobatan pada pasien
Diebetes Melitus sangat dipengaruhi
oleh anggota keluarga untuk selalu
mengingatkan pasien dalam
keteraturan pola makan, keteraturan
mengontrol gula darah dan
melakukan olahraga, karena keluarga
merupakan orang terdekat pada
pasien. Dukungan keluarga sangat
penting untuk memotivasi pasien
dalam menjalankan pengobatan
ataupun diet. Diabetes melitus jika
tidak dikelola dengan baik akan dapat
mengakibatkan terjadinya berbagai
penyakit menahun, seperti penyakit
serebro-vaskuler, penyakit jantung
koroner, penyakit pembuluh darah
tungkai, penyakit pada mata, ginjal
dan syaraf. Jika kadar glukosa darah
dapat selalu dikendalikan dengan baik
akan menghindari komplikasi akibat
diabetes melitus (Waspadji, 2007).
Terdapat lima dimensi dalam
dukungan keluarga yaitu dimensi
emosional, dimensi penghargaan,
dimensi instrumental, dimensi
informasi dan jaringan sosial (Smet,
2004). Masing-masing dimensi ini
penting dipahami bagi individu yang
ingin memberikan dukungan keluarga
karena menyangkut persepsi tentang
keberadaan dan ketepatan bagi
seseorang. Dukungan keluarga bukan
sekedar memberikan bantuan, tetapi
yang penting adalah bagaimana
persepsi penerima terhadap makna
bantuan tersebut. Persepsi erat
hubungannya dengan ketepatan
dukungan yang diberikan, dalam arti
seseorang yang menerima yang
menerima sangat merasakan manfaat
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
4. iv
bantuan bagi dirinya (Friedman,
2007).
Keluarga mempunyai pengaruh
kepada sikap dan kebutuhan belajar
baik penderita DM dengan cara
menolak atau memberikan dukungan
baik secara fisik, psikologis, dan
emosional. Pasien DM akan memiliki
sikap lebih positif untuk mempelajari
diabetes militus apabila keluarga
memberikan dukungan dan
berpartisipasi dalam pendidikan
kesehatan mengenai diabetes militus.
Sebaliknya pasien DM akan bersifat
negaitif apabila terjadi penolakan
terhadap pasien dan tanpa adanya
dukungan dari keluarga selama
menjalani pengobatan (Soegondo,
2006). Sikap negatif terhadap
penyakit dan pengobatan akan
mengakibatkan kegagalan
penatalaksanaan diabetes militus. Hal
ini dapat mempengaruhi kualitas
hidup dan kemampuan sosial pasien.
Rumah sakit Umum Darah
(RSUD) Pringgsewu merupakan salah
satu rumah sakit yang memberikan
pelayanan pada pasien diabetes
melitus. Berdasarkan survey awal
yang dilakukan pada bulan januari
2014 jumlah pasien DM mencapai
1525 pasien rawat jalan dan rawat
inap. Jumlah kunjungan pasien DM
ke poliklinik penyakit dalam Rumah
Sakit Umum Daerah Pringsewu
hingga Juli tahun 2014 terdapat
Pasien DM dengan komplikasi
sebanyak 170 orang terdiri dari 24
Pasien ruang HD (Hemo Delia), 18
pasien di ruang Berdah dan 26 Pasien
ruang RPD (Ruang Penyakit Dalam)
dan poli Penyakit Dalam 102.
Didapat 31 orang mengalami
komplikasi penyakit pembuluh darah
tungkai, 27 orang mengalami
komplikasi gangguan pada mata dan
10 orang mengalami komplikasi pada
ginjal (Rekammedik RPD RSU
Pringsewu, 2014).
Hasil wawancara terhadap 10
pederita DM yang peneliti temui di
ruang penyakit dalam, 7 (70%)
diantaranya tidak aktif untuk
melakukan kontrol glukosa darah
secara teratur, dengan alasan tidak
adanya biaya untuk melakukan
kontrol secara rutin, tidak ada yang
mengantar menuju rumah sakit atau
fasilitas kesehatan, dan keluarga
tidak pernah memberi tahu tentang
jadwal rutin melakukan kontrol gula
darah bila pasien lupa.
Rendahnya dukungan keluarga
akan berdampak terhadap keaktifan
pasien DM dalam pengontrolan kadar
glukosa darah yang berisiko terhadap
peningkatan kadar gula darah diatas
normal yaitu 200 mg/dl, sehingga
dapat menuurunkan kualitas hidup
pasien. Oleh karena itu penelliti
tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “hubungan dukungan
keluarga dengan keaktifan pasien
diabetes melitus dalam melakukan
pemeriksaan glukosa darah di RSUD
Pringsewu tahun 2014.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional
yaitu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antar faktor-faktor
dengan cara pendekatan, observasi
atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat (Notoadmodjo, 2010)
Penelitian ini dilaksanakan pada
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD
Pringsewu Kabupaten Pringsewu
pada tanggal 1-30 Juni 2014.
Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh penderita DM yang
berkunjung pada saat penelitian
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
5. v
dilakukan RSUD Pringsewu
Kabupaten Pringsewu pada tanggal 1-
30 Juni 2014.
Variabel independent pada
penelitian ini adalah dukungan
keluarga pasien diabetes miilitus di
RSUD Pringsewu Kabupaten
Pringsewu sedangkan variabel
dependent yang diteliti pada
penelitian ini adalah prilaku keaktifan
pasien diabetes millitus dalam
melakukan pemeriksaan glukosa
darah.
Analisa data pada penelitia ini
menggunakan analisa univariat
dengan rumus persentase bertujuan
untuk mengetahui distribusi frekuensi
masing-masing variablel sedangan
untuk mengetahui hubungan antar
variabel dalam penelitian ini
menggunakan analisa bivariat
menggunakan uji chi square. Taraf
kesalahan yang digunakan adalah 5%,
untuk melihat hasil kemaknaan
perhitungan statistik digunakan batas
kemaknaan 0,05. Berarti jika p value
< 0,05 maka hasilnya bermakna yang
artinya Ho ditolak dan Ha diterima.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Dukungan Keluarga.
Berdasarkan hasil penellitian pada
tabel 4.3distribusi frekuensi
Dukungan Keluarga pasien Diabetes
Mellitus di RSUD Pringsewu tahun
2014,dapat diketahui sebesar 26
pasien Diabetes Mellitus (60,5%)
memiliki keluarga yang tidak
mendukung dan sebesar 17 pasien
Diabetes Mellitus (39,5%) memiliki
keluarga yang mendukung dalam
penyembuhan Diabetes Mellitus.
Dukungan keluarga diartikan sebagai
bantuan yang diberikan oleh anggota
keluarga yang lain sehingga akan
memberikan kenyamanan fisik dan
psikologis pada orang yang
dihadapkan pada situasi stres
(Taylor, 2006). Dukungan sosial
keluarga adalah proses yang terjadi
selama masa hidup, dengan sifat dan
tipe dukungan sosial bervariasi pada
masing-masing tahap siklus
kehidupan keluarga. Walaupun
demikian, dalam semua tahap siklus
kehidupan, dukungan, sosial keluarga
memungkinkan keluarga berfungsi
secara penuh dan dapat meningkatkan
adaptasi dalam kesehatan keluarga
(Friedmen, 2010).
Hasil ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Aini Yusra
(2011) dengan judul hubungan antara
dukungan keluarga dengan kualitas
hidup pasien Diabetes Mellitus tipe 2
di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
Hasil penelitian didapat fariabel yang
berhungan dengan kualitas hidup
yaitu umur (p value: 0,034 < 0,05),
pendidikan (p value: 0,001 < 0,05),
dan komplikasi (p value: 0,034 <
0,05). Peningkatan satu satuan
dukungan keluarga, akan
meningkatkan kualitas hidup pasien
DM tipe 2 sebesar 35% setelah
dikontrol dengan pendidikan dan
komplikasi DM.
Dari hasil penelitian diatas menurut
peneliti tingginya proporsi dukungan
keluarga terhadap penderita DM di
RSUD Pringsewu tahun 2014, dalam
kategori tidak mendukung disebabkan
karena pengetahuan anggota keluarga
dalam merawat Penderita DM kurang
baik, hasil kuesioner sebagian besar
keluarga kurang memenuhi
kebutuhan pasien sehari-hari, tidak
mengingatkan pasien untuk mentaati
aturan makan dan jarang
mendampinggi pasien dalam
melakukan pengobatan atau
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
6. vi
melakukan pemeriksaan glukosa
darah dan kurangnya partisipasi
keluarga dalam membantu
pembiayaan pengobatan pasien.
Dalam hal ini teori kesehatan baik
klien atau rumah sakit selayaknya
member pada klien dan keluarga
berkaitan dengan rutin untuk
memulihkan KGD.
Menurut peneliti kurangnya informasi
yang disampaikan oelh petugas
kesehatan pada keluaraga pasien
diabetes mellitus tentang cara
melakukan perawatan pasien dan
memberikan dukungan pada pasien
baik melalui dukungan emosional,
dukungan instrumental dan dukungan
materi. Selama ini pendidikan
mengenai diabetes mellitus di RSUD
Pringsewu hanya diberikan kepada
pasien DM saja dan tidak
menyertakan keluarganya.
Dukungan keluarga sangat penting
untuk memotivasi pasien dalam
menjalankan pengobatan ataupun
diet. Diabetes mellitus jika tidak
dikelola dengan baik akan dapat
mengakibatkan terjadinya berbagai
penyakit menahun, seperti penyakit
serebro-vaskuler, penyakit jantung
koroner, penyakit pembuluh darah
tungkai, penyakit pada mata, ginjal
dan syaraf. Jika kadar glukosa darah
dapat selalu dikendalikan dengan
baik, diharapkan semua penyakit
menahun tersebut dapat dicegah,
paling sedikit dihambat. Untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan
keikutsertaan para pengelola
kesehatan ditingkat pelayanan
kesehatan primer (Waspadji, 2005).
Begitu pentingnya peran keluarga
dalam memberikan dukungan
keluarga kepada penderita DM dalam
melakukan pemeriksaan glukosa
darah, peran petugas kesehatan sangat
signifikan untuk bekerja sama dengan
anggota keluarga dengan memberikan
informasi secara terperinci melalui
penyuluhan maupun bimbingan
konseling tentang hal-hal yang harus
dilakukan anggota keluarga dalam
memberikan dukungan kepada
penderita DM seperti memberikan
dukungan keluarga dalam bentuk
dukungan emosional, dukungan fisik,
dukungan informasionaldan
dukungan penghargaan/ komunikasi.
2. Keaktifan Pasien dalam
Melakukan pemeriksaan
Glukosa Darah.
Berdasarkan hasil penelitian pada
tabel 4.4distribusi frekuensi keaktifan
pasien diabetes melitus dalam
melakukan pemeriksaan glukosadarah
di RSUD Pringsewu tahun 2014,
dapat diketahui sebesar 30pasien
Diabetes Mellitus (69,8%) tidak aktif
dalam pemeriksaan glukosa darah dan
sebesar 13 pasien Diabetes Mellitus
(30,2%) aktif melakukan pemeriksaan
glukosa darah.
Diabetes Melitus (DM) merupakan
penyakit yang sangat kompleks,
seringkali sudah disertai dengan
komplikasi mikro maupun
makrovaskular.Dalam pengelolaan
diabetes melitus, kontrol gula darah
secara intensif merupakan langkah
fundamental. UK Prospective
Diabetes Study (UKPDS)
menyatakan bahwa kontrol glikemik
dengan obat anti diabetes (OAD)
akan menurunkan komplikasi
mikrovaskular. Dari beberapa
rekomendasi terapi menyatakan
bahwa penurunan kadar gula darah
secara baik dan tepat mendekati nilai
normal dapat menurunkan komplikasi
mikrovaskular maupun
makrovaskular (PERKENI, 2008)
Hasil ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Endang Setyani
(2006) tentang Hubungan
pengetahuan dan sikap tentang
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
7. vii
Diabetes Mellitus dengan keaktifan
dalam melaksanakan diet pada pasien
Diabetes Mellitus di BRSD RAA
Soewondo Kabupaten Pati. Hasil
penelitian diperoleh Dari 30
responden diperoleh pengetahuan
baik 60%, pengetahuan kurang
sebanyak 40%. Sikap positif 33,33%
dan negatif sebesar 66,67%
sedangkan keaktifan dalam
melaksanakan diet sebesar 56,67%
aktif dan 43,33% tidak aktif. Dari
hasil Uji Statistik Pearson Product
Moment Ada hubungan antara
pengetahuan dengan keaktifan dengan
arah hubungan negatif karena nilai r :
0,370 dan p : 0,044. Ada hubungan
yang bermakna antara sikap dengan
keaktifan karena nilai r:0,454 dan p:
0,012.
Dari hasil penelitian diatas menurut
peneliti tingginya proporsi pasien DM
yang tidak teratur melakukan
pemeriksaan gllukosa darah
disebabkan karena penderita diabetes
tidak mendapatkan informasi tentang
cara menagendalikan kadar gula
darah dari keluarga meskipun telah
dingatkan oleh petugas kesehatan di
Rumah Sakit. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap pasien yang
tidak teratur melakukan pemeriksaan
glukosa darah mengatakan mereka
kurang mendapatkan dukungan yang
baik dari pihak keluarga, “saya tidak
pernah diingatkan untuk melakukan
pemeriksaan glukosa darah oleh
keluarga, saya melakukan
pemeriksaan bila ada gejala
komplikasi yang saya rasakan tanpa
didampingi oleh keluarga”. Selain itu
faktor-faktor lain yang menyebabkan
adalah jarak antar rumah klien dengan
fasilitas kesehatan kemudian karena
ketidakmampuan untuk biaya
transportasi yang tidak mampu.
Saran oleh peneliti, pasien untuk
menggunakan BPJS untuk dapat
memeriksakan KGD sesuai jadawal
yang telah ditentukan agar dapat
terkontrol dan tidak terjadi
komplikasi.
Kemampuan penderita DM untuk
mengontrol kehidupannya dapat
mempengaruhi tingkat kepatuhan.
Seseorang yang berorientasi pada
kesehatan cenderung mengadopsi
semua kebiasaan yang dapat
meningkatkan kesehatan dan
menerima peraturan yang akan
memulihkan kesehatannya. Orang
yang melihat penyakit sebagai
kelemahan akan menyangkal penyakit
atau hadirnya penyakit itu (Almatsier,
2007).
Oleh karena itu diharapkan pada
anggota keluarga untuk memberikan
dukungan yang baikterhadap pasien
diabetes mellitus dalam melakukan
pemeriksaanglukosa darah.
3. Hubungan Antara Dukungan
Keluarga dengan Keaktifan
Pasien Diabetes Melitus dalam
Melakukan Pemeriksaan
Glukosa Darah.
Berdasarkan hasil penelitian pada
tabel 4.5 diatas tentang hubungan
antara dukungan keluarga dengan
keaktifan pasien diabetes melitus
dalam melakukan pemeriksaan
glukosa darah di RSUD Pringsewu
tahun 2014,dapat diketahui bahwa
88,5% pasien DM yang memiliki
dukungan keluarga tidak mendukung,
tidak aktif melakukan pemeriksaan
glukosa darah, sedangkan 41,2%
pasien DM yang memiliki dukungan
keluarga mendukung, tidak aktif
melakukan kontrol glukosa darah.
Hasil uji statistik chi square didapat
nilai p value = 0,003 (0,003< 0,05),
maka dapat disimpulkan ada
hubungan antara dukungan keluarga
dengan keaktifan pasien diabetes
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
8. viii
melitus dalam melakukan
pemeriksaan glukosa darah di RSUD
Pringsewu tahun 2014. OR didapat
10,952 artinya pasien DM dengan
dukungan keluarga tidak mendukung
memiliki peluang tidak aktif
melakukan pemeriksaan glukosa
darah sebesar 10,952 kali
dibandingkan dengan pasien DM
yang memiliki dukungan keluarga
mendukung.
Meurut Suiroka (2012) dalam
melakukan pengobatan pada pasien
Diebetes Melitus sangat dipengaruhi
oleh anggota keluarga untuk selalu
mengingatkan pasien dalam
keteraturan pola makan, keteraturan
mengontrol gula darah dan
melakukan olahraga, karena keluarga
merupakan orang terdekat pada
pasien. Dukungan keluarga sangat
penting untuk memotivasi pasien
dalam menjalankan pengobatan
ataupun diet.
Pemantauan kadar glukosa darah
sendiri atau self-monitoring blood
glucose (SMBG) memungkinkan
untuk deteksi dan mencegah
hiperglikemia atau hipoglekemia,
serta berperan dalam memelihara
glukosa darah dalam rentang normal
sehingga akan mengurangi
komplikasi diabetik jangka panjang.
Pemeriksaan ini sangat dianjurkan
bagi pasien dengan penyakit diabetes
yang tidak stabill.
Hasil penelitian Senuk, Et Al, (2013)
tentang hubungan antara pengetahuan
dan dukungan keluarga dengan
kepatuhan menjalani diet DM di
Poliklinik Rawat Jalan RSUD Kota
Tidore Kepulauan Provinsi Maluku
Utara. Menunjukkan bahwa dari 61
responden dengan dukungan keluarga
baik dan patuh dalam menjalani diet
diabetes mellitus berjumlah 36 orang
(59%). Responden dengan dukungan
keluarga kurang baik dan tidak patuh
dalam menjalani diet diabetes
mellitus berjumlah 7 orang (87,5%)
dari 8 responden. Hasil uji statistic
menunjukkan dukungan keluarga
mempunyai hubungan dengan
kepatuhan menjalani diet diabetes
melitus dengan uji chi square didapat
kan nilai = 0,021 < á = 0,05.
Berdasarkan teori diatas menurut
peneliti adanya hubungan antara
dukungan keluarga dengan keaktifan
pasien diabetes melitus dalam
melakukan pemeriksaan glukosa
darah di RSUD Pringsewu tahun
2014, kemungkinan disebabkan
karena sebagian besar pasien DM
tidak medapatkan dukungan keluarga
yang baik seperti tidak mendapatkan
informasi tentang pemeriksaan
glukosa darah, dan tidak
mendampinggi pasien untuk berobat
dan serta tidak menyediakan makanan
sesuai dengan yang dianjurkan
dokter.
Adanya pasien dengan dukungan
keluarga dalam katagori baik akan
tetapi aktif dalam melakukan
pemeriksaan glukosadarah menurut
peneliti hal ini disebabkan karena
pasien mendapatkan inftmasi dari
petugas kesehatan.Menurut responden
mereka diberikan fasilitas
penyuluhan, pemeriksaan gratis dan
pemberian obat gratis di rumah sakit
umum Pringsewu setiap 2 minggu
sekali.Akan tetapi kendala para
pasien adalah kurangnya dukungan
keluarga untuk mendapingi pasien
dalam mengikti kegiatan tersebut
sehingga mereka tidak selalu hadir
dalam pertemuan tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan penelitian yang berjudul
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
9. ix
hubungan antara dukungan keluarga
dengan keaktifan pasien diabetes
melitus dalam melakukan
pemeriksaan glukosa darah di RSUD
Pringsewu tahun 2014, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Pasien diabetes mellitus di RSUD
Pringsewu tahun 2014, sebagian
besar memiliki keluarga yang
tidak mendukung dalam
penyembuhan diabetes mellitus,
yaitu sebesar 26 pasien (60,5%).
b. Pasien diabetes mellitusdi RSUD
Pringsewu tahun 2014, sebagian
besarsebesar tidak aktif dalam
pemeriksaan glukosa darah, yaitu
30pasien (69,8%).
c. Terdapathubungan antara
dukungan keluarga dengan
keaktifan pasien diabetes melitus
dalam melakukan pemeriksaan
glukosa darah di RSUD
Pringsewu tahun 2014 denganP
value= 0,003.
B. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
Bagi perawat RSUD
PringsewuLebih meningkatkan
kualitas pelayanan kepada penderita
DM khususnya dalam pelaksanaan
keperawatan gerontik, dengan
mengadakan pemeriksaan kesehatan
yang menyeluruh dan mengadakan
kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan kesehatan khususnya
kesehatan keluarga dan peningkatan
penatalaksanaan perawatan mandiri
keluarga dengan diabetes mellitus.
Meningkatkan motivasi keluarga
secara optimal dengan cara
memberikan arahan atau informasi
melalui liflet dilengkapi dengan
gambar-gambar yang menarik tentang
pengendalian kadar gula darah dan
pemeriksaan glukosa darah.Serta
memberikan penjelasan mengenai
koplikasi bila tidak teratur melakukan
pemeriksaan glukosa darah.
2 . Bagi Keluarga.
Bagi keluarga pasien penderita
DM untuk dapat mendukung pasien
dalam pemeriksaan glukosa darah
secara rutin. Dukungan keluarga pada
pasien DM dapat dilakukan dengan
cara mengingatkan pasien untuk
mengkonsumsi obat yang di berikan
oleh dokter, mengingatkan pasien
untuk tidak mengkonsumsi makanan
atau minuman yang mengandung
kadar gula tinggi, dan mengingatkan
pasien untuk teratur melakukan olah
raga.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan
dapat menindaklanjuti dari hasil
penelitian ini dengan mencari faktor-faktor
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
pendukung pasien DM untuk
dapat rutin memeriksakan glukosa
darah.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, 2003. Epidemiologi,
Program Penanggulangan dan
Isu Mutakhir Diabetes Mellitus.
Makasar: Jurusan Epidemiologi,
Fakultas Kesehatan Masyarakat,
UnHas.
Aini Yusra, 2011. Hubungan antara
dukungan keluarga dengan
kualitas hidup pasien Diabetes
Mellitus tipe 2 di Poliklinik
Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
Jakarta : Thesis FKP UI.
Arisman, 2007. Gizi dalam daur
Kehidupan. Jakarta : Gramedia
Pustaka
10. x
Alamatsier, Sunita, 2007. Penuntun
Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka
Badawi, 2009. Belajar dan Faktor –
Faktor Yang Mempengaruhinya.
Jakarta : Rineka Cipta.
Boedisantoso, A. dan Imam, S. 2005.
Komplikasi Akut Diabetes
Mellitus. Jakarta : Rajawali.
Budi, Reta Hubungan antara
dukungan keluarga dengan
kecemasan ibu hamil
menghadapi Kelahiran anak
pertama pada masa triwulan
ketiga di yogyakarta tahun 2007.
www.scribd.com Diakses tanggal
1 Maret 2014
Friedmen, 2010. Buku Ajar
Keperawatan Keluarga. Jakarta :
EGC.
Hans. 2008. Jumlah Penderita DM di
Indonesia Meningkat. Diakses
pada 1 Maret 2014
Hardinsyah, DKK. 2004. Analisis
Kebutuhan Konsumsi Pangan.
Bogor : Pusat Studi Kebijakan
Pangan dan Gizi Lembaga
Penelitian dan Pemberdayaan
Masyarakat Institut Pertanian
Bogor.
Herlina, Novi, 2011. Hubungan
antara pribadi optimis dengan
kepatuhan menjalankan terapi
pada penderita diabetes melitus
tipe 2 di Puskesmas Pucang
Sewu Surabaya .Dalam
alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/.
Diakses tanggal 10 Januari, 2014
Indrajit, 2007. Dukungan keluarga
dalam www.infoku.com. Diakses
tanggal 1 Maret 2013
Kariadi, S. 2009. Diabetes? Siapa
Takut!! Panduan Lengkap untuk
Diabetes, Keluarganya dan
Professional Medis. Bandung :
Qanita.
Karyadi, E. 2002. Kiat Mengatasi
Diabetes, Hiperkolesterolemia,
Stroke. Jakarta : Intisari.
Khomsan, A. dkk. 2006. Pengantar
Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Maulana, dkk. 2009. Ilmu
Keperawatan Komunitas 2.
Sagung Seto. Jakarta
Muchid, A. dkk. 2005. Pharmautical
Care untuk Penyakit Diabetes
Mellitus. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Notoatmojo, S. 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rieneka
Cipta.
Notoatmojo, S. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rieneka Cipta.
Potter, P.A, Perry, A.G 2005 .Buku
Ajar Fundamental Keperawatan
:Konsep, Proses,ndan
Praktik.Edisi
4:Renataomalasari,dkk. Jakarta:
EGC.
Qohirin Amir, R., 2012. hubungan
antara dukungan sosial keluarga
dengan stress emosilonal pada
penderita diabetes mellitus di
poliklinik penyakit dalam RSUD
Panembahan Senopati Bantul
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
11. xi
Yogjakarta. Dalam
www.library.unriyo.co.id diakse
tanggal 1 Maret 2014.
Sarafino, E. P. 2000 dalam Reta Budi,
2007 Health Psychology 2nd
edition. New York. John Willey
& Sons. Inc
Setyo Adika , 2011. Persepsi dan
Kepatuhan Pengelolaan Diabetes
Mellitus Type 2 Pada Pasien
Rawat Jalan Di Puskesmas
Purwoyoso . Dalam
http://eprints.undip.ac.id/29236/.
Diakses tanggal 10 Januari 2014.
Setyani, Endang, 2006. Hubungan
pengetahuan dan sikap tentang
Diabetes Mellitus dengan
kepatuhan dalam melaksanakan
diet pada pasien Diabetes
Mellitus di BRSD RAA Soewondo
Kabupaten Pati. Dalam
digilib.unimus.ac.id/download.ph
p. diakses tanggal 10 Januari
2014.
Setiawati,. 2005. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta :
FKUI.
Smeltzer, S. 2010. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah
Brunner Suddarth. Volume 2
Edisi 8. Jakarta : EGC
Soegondo, 2009, Penatalaksanaan
Diabetes Militus Terpadu,
cetakan 4. Jakarta: FKUI.
Suiroka. IP. 2012. Penyakit
Degeneratif (Mengenal,
Mencegah dan Mengurangi 9
Penyakit Degeneratif). Yoyakarta
: Nuha Medika.
Syahbudin, S. 2004. Diabetes Melitus
dan Pengelolaannya. Cetakan 2.
Jakarta : FKUI.
Tedjapranata, 2009. Diabetes Di Usia
Lanjut Memang Berbahaya, Namun
Dapat
Dijinakkan. dalam:
http://www.gbimawarsaron.com/
kesehatan/27diabetes-mellitus.
Diakses tanggal 27 Juli 2014.
Waspadji, S. 2007. Diabetes Mellitus
: Mekanisme Dasar dan
Pengelolaannya yang Rasional.
Dalam Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus Terpadu.
Jakarta: FKUI.
WHO, 2007 dalam Basuki, E.
2008. Penyuluhan Diabetes
Mellitus. Dalam
Penatalaksanaan Diabetes
Mellitus Terpadu. Jakarta:
FKUI.
.
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu