SlideShare a Scribd company logo
1 of 98
HUBUNGAN MOTIVASI PENDERITADIABETES MELLITUS
DENGAN PERILAKU (MENGONTROL) KADAR GULA
DARAH DI PUSKESMAS PANONGAN
KAB. MAJALENGKA TAHUN 2012
Oleh :
SUJANA
4201.0111.B.036
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
CIREBON
2012
HUBUNGAN MOTIVASI PENDERITADIABETES MELLITUS
DENGAN PERILAKU (MENGONTROL) KADAR GULA
DARAH DI PUSKESMAS PANONGAN
KAB. MAJALENGKA TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
SUJANA
4201.0111.B.036
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
CIREBON
2012
PERNYATAAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan
Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon
Cirebon, September 2012
Menyetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,
Uus Husni M., S.Kp., M.Si Healty S.S., S.Kep, Ners
PENGESAHAN
Skripsi ini telah diperiksa dan disahkan Tim Penguji
Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Cirebon
guna memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada tanggal 1 Oktober 2012
Mengesahkan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon
Ketua Sidang
(Uus Husni M., S.Kp., M.Si)
Anggota
(Ucu Supriatna, M.Epid)
(Supriatin, S.Kep, Ners)
PERNYATAAN
1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (diploma dan sarjana), baik dari STIKes
Cirebon maupun Perguruan Tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan arang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan naskah pengarang dan di
cantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku diperguruan tinggi ini.
Cirebon, September 2012
Yang membuat pernyataan,
Materai
Rp.6000
(SUJANA)
NIM.4201.0111.B.036
SekolahTinggiIlmu KesehatanCirebon
ProgramStudi Ilmu Keperawatan
Tahun 2012
ABSTRAK
Sujana
4201.0111.B.036
HUBUNGAN MOTIVASI PENDERITA DIABETES MELLITUS
DENGAN PERILAKU (MENGONTROL) KADAR GULA DARAH
DI PUSKESMAS PANONGAN KABUPATEN MAJALENGKA
TAHUN 2012
Xiii+81 halaman, 2 tabel, 8 gambar, 8 lampiran
Diabetes mellitus merupakan penyakit progresif kronis yang dapat
menimbulkan komplikasi pada berbagai organ vital. Diabetes melitus tidak bisa
disembuhkan, tetapi bisa dikurangi atau dikontrol kadar gula darahnya.
Pengontrolan kadar gula darah secara teratur harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan agar dapat hidup secara normal. Angka penderita
diabetes mellitus terus meningkat setiap tahunya, namun hanya 30% saja yang
berobat secara teratur, salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah motivasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi penderita
diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah.
Jenis penelitian ini adalah korelasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah
sampel 36 orang yang diambil 25% dari populasi dimana penentuan sampelnya
dengan menggunakan teknik systematic sampling. Data diperoleh dengan
menggunakan metode dan instrumen kuesioner dan dianalisis secara statistika
menggunakan uji chi square. Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan
perilaku (mengontrol) kadar gula darah dengan nilai sig p (0,000).
Sehubungan dengan hasil penelitian ini, untuk meningkatkan motivasi dan
perilaku penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah maka
perawat di Puskesmas Panongan dapat meningkatkan peranya sebagai edukator
dan motivator pada konseling dalam pengelolaan diabetes secara mandiri
(diabetes self management education).
Kata kunci : Kadar Gula Darah, Perilaku, Motivasi
Daftar bacaan : 28 (2002 - 2011)
College ofHealth Science of Cirebon
ProgramStudy of Nursing Science
Year 2012
ABSTRACT
Sujana
4201.0111.B.036
THE RELATIONSHIP MOTIVATE PATIENT DIABETES MELLITUS
BEHAVIORALLY (CONTROL) BLOOD SUGAR RATE IN PUSKESMAS
PANONGAN REGENCY MAJALENGKA YEAR 2012
Xiii+81 Pages, 2 tables, 8 picture, 8 enclosure
Diabetes Mellitus represent chronic progressive disease which can generate
complication at various vital organ. Diabetes Melitus cannot be healed, but can be
lessened or controlled its blood sugar rate. Activity control rate of sugar of blood
regularly must be done to prevent the happening of complication and in order to
earn life normally. Patient diabetes mellitus number increasing every year, but
only 30% which medicinize regularly, one of factor influencing is motivation. this
Research target is to know relationship motivate patient diabetes mellitus
behaviorally (control) blood sugar rate.
This research type is correlation with approach cross sectional. Sum up
sample 36 one who is taken by 25% from population of where determination its
sample by using technique systematic sampling. Data obtained by using
instrument kuesioner and method and analysed by statistika use test chi square.
From statistical test result got by that there is relationship having a meaning
between patient diabetes mellitus motivation behaviorally (control) blood sugar
rate with value sig p ( 0,000).
Refering to this research result, to increase motivate and the patient diabetes
mellitus behavior in controlling blood sugar rate hence nurse in Puskesmas
Panongan can improve its role as edukator and motivator at conseling in
management diabetes self-supportingly (diabetes self management education).
Keyword : Blood Sugar Rate, Behavioral, Motivate
Reading List : 28 ( 2002 – 2011)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
dengan judul ’’Hubungan Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Dengan
Perilaku (Mengontrol) Kadar Gula Darah Di Puskesmas Panongan
Kabupaten Majalengka Tahun 2012’’.
Adapun tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh pendidikan S1 Keperawatan STIKes Cirebon.
Penulis telah berupaya seoptimal mungkin untuk dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih pada yang terhormat :
1. Drs. H. E. Djumhana Cholil, MM, selaku Ketua Yayasan RISE Cirebon.
2. Mohammad Sadli, SKM, M.M.Kes, selaku Ketua STIKes Cirebon.
3. H. Alimudin, S.Sos, M.M, M.M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Majalengka.
4. Awaludin Jahid Abdilah, S.Kp, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Cirebon.
5. Akhmad Hidayat, SKM, selaku Kepala UPTD Puskesmas Panongan
Kabupaten Majalengka
6. Uus Husni M., S.Kp., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Utama skripsi yang
selalu memberikan arahan dan bimbinganya
7. Healty S.S., S.Kep, Ners, selaku Dosen Pembimbing Pendamping skripsi yang
selalu memberikan arahan dan bimbinganya
8. Keluargaku tercinta yang selalu memberikan dukungan baik secara moril
maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
Mudah-mudahan bantuan, bimbingan dan budi baik yang telah diberikan
pada penulis mendapat balasan dengan limpahan berkat dan anugrah dari Allah
SWT. Amin...
Majalengka, September 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM...................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................ iii
PERNYATAAN TERTULIS ............................................................ iv
ABSTRAK.......................................................................................... v
KATA PENGANTAR......................................................................... vii
DAFTAR ISI....................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah....................................................... 5
1.3 Tujuan............................................................................ 5
1.3.1 Tujuan Umum............................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................ 5
1.4 Ruang Lingkup Penelitian............................................. 6
1.5 Kegunaan Penelitian...................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................... 8
2.1 Konsep Diabetes Mellitus.............................................. 8
2.2 Konsep Motivasi............................................................ 25
2.3 Konsep Perilaku............................................................. 30
2.4 Konsep Hubungan Motivasi dan Perilaku...................... 36
2.5 Perilaku Mengontrol Kadar Gula Darah........................ 38
2.6 Kerangka Teori............................................................... 38
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL.................................................................. 41
3.1 Kerangka Konsep.......................................................... 41
3.2 Hipotesis........................................................................ 41
3.3 Definisi Operasional, Variabel dan Cara Pengukuran... 42
BAB IV METODE PENELITIAN..................................................... 43
4.1 Rancangan Penelitian.................................................... 43
4.2 Variabel Penelitian........................................................ 43
4.3 Populasi dan Sampel...................................................... 43
4.3.1 Populasi....................................................................... 43
4.3.2 Sampel........................................................................ 44
4.4 Instrumen Penelitian...................................................... 45
4.5 Metode Pengumpulan Data........................................... 46
4.6 Uji Coba Kuesioner....................................................... 46
4.7 Pengolahan Data............................................................ 48
4.8 Analisa Data.................................................................. 49
4.9 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................... 51
4.10 Etika Penelitian............................................................ 51
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................. 53
5.1 Hasil Penelitian.............................................................. 53
5.2 Pembahasan................................................................... 55
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ................................................ 62
6.1 Simpulan........................................................................ 62
6.2 Saran.............................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 64
LAMPIRAN....................................................................................... 66
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
2.1
5.1
Kadar Glukosa Sewaktu dan Puasa
Hasil Analisis Hubungan Motivasi Penderita Diabetes
Mellitus dengan Perilaku Mengontrol Kadar Gula
Darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka
Tahun 2012
13
55
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
2.1
2.2
3.1
5.1
5.2
5.3
Determinan Perilaku Manusia
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Kerangka Konsep
Distribusi Motivasi Penderita Diabetes Mellitus
Mengontrol Kadar Gula darah di Puskesmas
Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012
Distribusi Perilaku Penderita Diabetes Mellitus
Mengontrol Kadar Gula darah di Puskesmas
Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012
Hubungan Motivasi Penderita Diabetes Mellitus
dengan Perilaku Mengontrol Kadar Gula darah di
Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka
Tahun 2012
39
40
41
53
54
54
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Gambar Halaman
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Jadwal Kegiatan Skripsi
Informed consent
Kisi – Kisi Instrumen Penelitian
Instrumen / Kuesioner Penelitian
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Kuesioner
Hasil Uji Statistik
Surat Ijin Penelitian
Daftar Riwayat Hidup
66
67
68
70
73
77
83
84
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang berlangsung kronik
progesif, dengan manifestasi gangguan metabolik glukosa dan lipid, disertai
komplikasi kronik sampai dengan kerusakan organ tubuh(1). Diabetes melitus
tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikurangi atau dikontrol kadar gula
darahnya(2).
Ancaman diabetes mellitus kini semakin meluas, berdasarkan data dari
Federasi Diabetes Dunia (IDF) tahun 2011, pada tahun 2030 mendatang sebanyak
552 juta orang akan terkena diabetes mellitus. Terjadi peningkatan sekitar 200 juta
orang dari jumlah penderita tahun 2011, yang mencapai 346 juta orang.
Sementara data tahun 2010 lalu, jumlah pengidap diabetes mellitus mencapai 285
juta orang(3).
Indonesia menempati urutan ke 4 dalam jumlah penderita diabetes mellitus
setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Rikesda) tahun 2008, menunjukan prevalensi pengidap diabetes mellitus
sekitar 5,7 persen dan pradiabetes mellitus 11,4 persen, dengan angka prevalensi
tersebut dapat diperkirakan penderita diabetes mellitus saat ini mencapai sekitar
13,56 juta orang dan penderita pradiabetes mellitus sekitar 27,13 juta. Pradiabetes
mellitus yaitu mereka yang hasil pengujian kadar gula darahnya relatif lebih tinggi
dari angka normal, namun belum masuk angka kategori pengidap diabetes
mellitus(3). Survey Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010, menyebutkan
jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia naik dari 8,4 juta pada tahun 2000
menjadi 21,3 juta tahun 2010, dan diantara mereka baru sekitar 30% yang berobat
teratur(4).
Di Puskesmas Panongan jumlah penderita diabetes mellitus yang sudah
terdiagnosis dan tercatat pada tahun 2009 sebanyak 116 kasus, tahun 2010
sebanyak 132 kasus, dan pada tahun 2011 sebanyak 142 kasus atau meningkat
7,6 % dari tahun 2010, dari angka tersebut hanya 36 orang (25,3%) yang tercatat
berkunjung ke Puskesmas secara teratur untuk cek kadar gula darah(5).
Banyaknya penderita diabetes mellitus di Indonesia disinyalir sebagai akibat
dari faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan,
berlemak, kurang aktivitas fisik atau olahraga dan stress berperan besar sebagai
pemicu diabetes mellitus. Tapi diabetes mellitus juga bisa muncul karena faktor
keturunan. Faktor keturunan memang tidak dapat dicegah, namun gaya hidup
dapat diubah(4).
Peningkatan angka pasien diabetes mellitus berdampak signifikan bagi
kesehatan secara keseluruhan, sebab penyakit diabetes mellitus merupakan
penyakit kronis yang bersifat progresif. Diabetes mellitus dapat menimbulkan
berbagai komplikasi kronis pada berbagai organ vital seperti stroke, gagal ginjal,
jantung, kebutaan dan bahkan harus menjalani amputasi jika anggota badan
menderita luka yang tidak bisa mengering. Apalagi jika penderita diabetes
mellitus tidak mampu mengontrol kadar gula dalam darahnya(2).
Pengontrolan kadar gula darah secara teratur harus dilakukan untuk
mencegah terjadinya komplikasi kronis, dan dengan pengontrolan yang teratur
penderita diabetes mellitus dapat hidup secara normal(6). Pengontrolan diabetes
mellitus yang baik dapat mengurangi komplikasi 20 sampai 30 %(7).
Ada empat cara pengelolaan diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula
darah yang dikenal dengan empat serangkai pengelolaan diabetes mellitus, yaitu
edukasi, perencanaan makanan, latihan jasmani dan intervensi medis. Bila
penderita diabetes mellitus taat dan disiplin serta mau berperilaku sehari-hari
dengan baik dan mengikuti empat serangkai dalam pengelolaan diabetes mellitus,
maka kualitas kesehatan penderita diabetes mellitus juga akan baik(8).
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman serta lingkungan(9). Perilaku penderita diabetes mellitus
dalam mengontrol kadar gula darahnya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan,
motivasi, kepercayaan dan sikap positif, tersedianya sarana dan prasarana yang
diperlukan dan terdapat dorongan yang dilandasi kebutuhan yang dirasakan(9).
Untuk terwujudnya sebuah perilaku pengontrolan kadar gula darah yang
baik dari penderita diabetes mellitus dibutuhkan sebuah motivasi.
Motivasi adalah suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau kebutuhan
pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya
dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah,
dan membuat persisten (berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk memenuhi
kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri(10).
Motivasi penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah
terdiri dari dua jenis, yaitu motivasi intrinsik yang datangnya dari dalam diri
individu itu sendiri, seperti kedisiplinan dalam diet, kepatuhan dan keteraturan
dalam latihan fisik, teratur dalam berobat atau terapi medis dan keinginan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang penyakitnya dan motivasi ekstrinsik yang
datangnya dari luar diri sendiri seperti dukungan keluarga, teman dekat, tokoh
masyarakat, dukungan ekonomi dan dukungan petugas kesehatan(11).
Penulis melakukan studi pendahuluan pada tanggal 12-14 Juni 2012 di
Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka, hasil wawancara terhadap 10 orang
penderita diabetes mellitus, 7 orang diantara mereka mangaku enggan datang ke
Puskesmas untuk kontrol (cek) gula darah, hal tersebut disebabkan belum adanya
keluhan terkait dengan gejala penyakit diabetes mellitus, mahalnya biaya
pemeriksaan gula darah, lokasi yang jauh dan infrastruktur jalan yang rusak,
malas pergi berobat karena sibuk dengan pekerjaan rutin dan tanpa gejala pasien
merasa sembuh.
Berdasarkan uraian di atas, angka penderita diabetes mellitus di wilayah
kerja Puskesmas Panongan cenderung meningkat tiap tahunnya, dan angka
kunjungan penderita diabetes mellitus ke Puskesmas untuk kontrol (cek) kadar
gula darah secara teratur sangat rendah (25,3%), maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai hubungan motivasi penderita diabetes mellitus
dengan perilaku (mongontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan
Kabupaten Majalengka.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Apakah ada
hubungan antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku
(mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka
tahun 2012 ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan motivasi penderita diabetes mellitus
dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan,
Kabupaten Majalengka tahun 2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui motivasi penderita diabetes mellitus mengontrol
kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka
tahun 2012
2. Untuk mengetahui perilaku penderita diabetes mellitus mengontrol
kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka
tahun 2012
3. Untuk menganalisis hubungan motivasi penderita diabetes mellitus
dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas
Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Karena keterbatasan waktu pada penelitian ini, variabel yang diteliti hanya
motivasi penderita diabetes mellitus dan variabel perilaku (mengontrol) kadar
gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012, dengan
sasaran 142 penderita diabetes mellitus tipe 2 yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Panongan tahun 2011. Jenis penelitian korelasi dengan menggunakan
metode cross sectional.
1.5 Kegunaan Penelitian
1.5.1 Guna Teoritis
1. Bagi ilmu keperawatan
Dapat digunakan oleh perawat komunitas khususnya di Puskesmas
sebagai bahan acuan dalam memberikan penyuluhan atau konseling
kepada masyarakat khususnya penderita diabetes mellitus agar tetap
memiliki motivasi yang tinggi untuk menjalani program pengendalian
kadar gula darah secara teratur.
2. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian bermanfaat sebagai sumber informasi dan
pengembangan literatur bagi mahasiswa dan dapat menjadi bahan acuan
untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi peneliti lain
Memberikan dasar pijakan untuk penelitian selanjutnya dalam
meneliti motivasi dan perilaku penderita diabetes mellitus dalam
mengontrol kadar gula darah.
1.5.2 Guna Praktis
1. Bagi puskesmas
Memberikan informasi faktual kepada Puskesmas Panongan
tentang pentingnya motivasi bagi penderita diabetes mellitus dalam
mengontrol kadar gula darah, sehingga dapat dijadikan acuan dalam
memberikan konseling kepada penderita diabetes mellitus yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kunjungan penderita diabetes mellitus ke
Puskesmas Panongan untuk kontrol (cek) kadar gula darah.
2. Bagi responden
Dapat memberikan informasi tentang pentingnya mengontrol kadar
gula darah bagi penderita diabetes mellitus, dan dapat dijadikan bahan
instrospeksi diri untuk meningkatkan motivasi dalam mengendalikan
kadar gula darah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Diabetes Mellitus
2.1.1 Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes melitus merupakan suatu sindrom klinik yang khas ditandai oleh
adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi atau penurunan efektifitas
insulin. Gangguan metabolik ini mempengaruhi metabolisme dari karbohidrat,
protein, lemak, air dan elektrolit. Gangguan metabolisme tergantung pada adanya
kehilangan aktivitas insulin dalam tubuh dan pada banyak kasus akhirnya
menimbulkan kerusakan selular, khususnya sel endotelial vaskular pada mata,
ginjal dan susunan saraf(12).
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang berlangsung kronik
progesif, dengan manifestasi gangguan metabolik glukosa dan lipid, disertai
komplikasi kronik sampai dengan kerusakan organ tubuh. Diabetes melitus tidak
bisa disembuhkan, tetapi bisa dikurangi dan dikontrol kadar gula darahnya(1).
Diabetes melitus merupakan penyakit kelainan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein yang disebabkan kurangnya produksi hormon insulin oleh sel
beta prankreas sehingga glukosa menumpuk di dalam darah kemudian
menyebabkan kadar gula darah meningkat diatas normal.
2.1.2 Etiologi dan Patofisiologi
Etiologi dan patofisiologi dari diabetes mellitus dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Etiologi
Penyebab diabetes mellitus adalah kurangnya produksi dan ketersediaan
insulin dalam tubuh yang mencukupi maka tidak dapat bekerja secara normal
atau terjadinya gangguan fungsi insulin. Insulin berperan utama dalam
mengatur kadar glukosa dalam darah, yaitu 60-120 mg/dl waktu puasa dan
dibawah 140 mg/dl pada dua jam sesudah makan (orang normal)(13).
Kekurangan Insulin disebabkan karena terjadinya kerusakan sebagian
kecil atau sebagian besar dari sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar
penkreas yang berfungsi menghasilkan insulin. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan diabetes mellitus sebagai berikut :
1) Genetik atau Faktor Keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan
ditularkan. Anggota keluarga penderita diabetes mellitus memiliki
kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan
anggota keluarga yang tidak menderita diabetes mellitus. Para ahli
kesehatan juga menyebutkan diabetes mellitus merupakan penyakit yang
terpaut kromosom seks. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita
sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang
membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya(12).
2) Virus dan Bakteri
Virus yang menyebabkan diabetes mellitus adalah rubella, mumps,
dan human coxsackievirus B4. Diabetes mellitus akibat bakteri masih
belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup
berperan menyebabkan diabetes mellitus(12).
3) Bahan Toksin atau Beracun
Ada beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel betasecara
langsung, yakni allixan, pyrinuron (rodentisida), streptozotocin (produk
dari sejenis jamur)(12).
4) Asupan Makanan
Diabetes mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan
dengan asupan makanan, baik sebagai faktor penyebab maupun
pengobatan. Asupan makanan yang berlebihan merupakan faktor risiko
pertama yang diketahui menyebabkan diabetes mellitus. Salah satu
asupan makanan tersebut yaitu asupan karbohidrat. Semakin berlebihan
asupan makanan semakin besar kemungkinan terjangkitnya diabetes
mellitus(12).
5) Obesitas
Retensi insulin paling sering dihubungkan dengan kegemukan atau
obesitas. Pada kegemukan atau obesitas, sel-sel lemak juga ikut gemuk
dan sel seperti ini akan menghasilkan beberapa zat yang digolongkan
sebagai adipositokin yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan pada
waktu tidak gemuk. Zat-zat itulah yang menyebabkan resistensi terhadap
insulin(12).
2. Patofisiologi
Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan di pecah
menjadi bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein
menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makan itu
akan diserap oleh usus dan kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan
diedarkan keseluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ didalam
tubuh sebagai bahan bakar.
Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus
masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makan
terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang hasil
akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam
proses metabolisme itu insulin memegang peran yang sangat penting yaitu
bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat
dipergunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau hormon
yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas(12).
Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih
banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu
masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi lubang kuncinya yang kurang, hingga
meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya
(reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel
akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh
darah meningkat(12).
Efek samping insulin adalah penambahan berat badan yang mungkin
diduga karena tiga penyebab(12) :
1) Insulin diketahui memiliki efek anabolik (pembentukan tubuh).
2) Ketika kontrol terdapat glisemia yang baik mulai dicapai karena adanya
terapi insulin, sedikit gula yang hilang didalam urin.
3) Pengobatan insulin membuat orang merasa lebih baik.
2.1.3 Glukosa Darah
1. Pengertian
Glukosa merupakan bentuk paling sederhana dari molekul gula,
yang merupakan produk akhir dari pencernaan karbohidrat dan bentuk
dimana karbohidrat diserap dari usus ke dalam aliran darah. Terkadang
orang menyebutnya gula anggur ataupun dekstrosa. Banyak dijumpai di
alam, terutama pada buah-buahan, sayur-sayuran, madu, sirup jagung dan
tetes tebu. Di dalam tubuh glukosa didapat dari hasil akhir pencernaan
amilum, sukrosa, maltosa dan laktosa(6).
2. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa
Kriteria diagnostik diabetes mellitus menurut Perkeni atau yang
dianjurkan ADA (American Diabetes Association), yaitu bila terdapat
salah satu atau lebih hasil pemeriksaan gula darah dengan kriteria sebagai
berikut(14):
1) Kadar gula darah sewaktu (plasma vena) lebih atau sama dengan 200
mg/dl
2) Kadar gula darah puasa (plasma vena) lebih atau sama dengan 126
mg/dl
3) Kadar glukosa plasma lebih atau sama dengan 200 mg/dl pada 2 jam
sesudah beban glukosa 75 gram pada tes toleransi glukosa oral
(TTGO).
Tabel 2.1 Kadar Glukosa Sewaktu dan Puasa
Kadar Glukosa Darah Sewaktu Bukan DM Belum Pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena
Darah kapiler
< 100
< 90
< 110
< 90
110-199
90-199
110-125
90-109
> 200
> 200
> 126
> 110
Sumber : (14)
3. Faktor risiko diabetes mellitus
Faktor yang menyebabkan seseorang memiliki resiko terkena
diabetes melitus lebih tinggi, yaitu(13) :
1) Kurangnya olah raga
2) Rendahnya berat badan bayi yang lahir karena tidak memadainya
asupan gizi pada janin selama tahap perkembangan, terutama jika ibu
bayi memiliki kelebihan berat badan dalam hidupnya.
3) Kurang mengkonsumsi serat
4) Kegemukan
5) Pola makan yang salah
6) Minum obat yang dapat menaikkan kadar glukosa darah
7) Stres
4. Gejala diabetes mellitus
Gejala dan tanda diabetes mellitus dapat dikelompokkan menjadi
gejala akut dan kronik, yaitu(13):
1) Gejala akut
Gejala diabetes mellitus dari penderita satu dengan lainnya tidak
selalu sama. Gejala tersebut dibawah ini adalah gejala yang pada
umumnya timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya
variasi gejala yang lain, bahkan ada penderita diabetes mellitus yang
tidak menunjukkan apapun sampai pada saat tertentu.
Pada permulaan gejala yang timbul sering disebut 3P yaitu
polifagia (banyak makan), polidipsi (banyak minum) dan poliuria
(sering kencing). Dalam fase ini biasanya penderita menujukkan berat
badan yang terus bertambah (gemuk) karena pada saat ini jumlah
insulin masih mencukupi.
2) Gejala kronik
Penderita diabetes mellitus tidak menunjukkan gejala akut
(mendadak) tapi penderita menunjukkan gejala sesudah beberapa
bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes mellitus.
Gejala kronik yang sering timbul antara lain kesemutan, kulit terasa
panas, tebal dikulit, kram, mudah mengantuk, pada wanita akan gatal
disekitar kemaluan, kemampuan seksual menurun dan bisa impoten
sedangkan untuk ibu hamil sering mengalami keguguran atau
kematian janin dalam kandungan dengan bayi berat lahir lebih
dari 4 kg.
5. Komplikasai diabetes mellitus
Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut maupun
kronik, yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun setelah
mengidap penyakit diabetes mellitus(13).
Komplikasi akut yang sering timbul adalah hipoglikemia dan koma
diabetik. Hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh
kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda : rasa lapar, gemetar, keringat
dingin, pusing. Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik
ini timbul karena kadar gula darah dalam tubuh semakin tinggi, dan
biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik adalah nafsu makan
menurun, banyak minum, banyak kencing, mual dan muntah, napas
menjadi cepat dan berbau aseton, sering disertai panas karena terjadi
infeksi(13).
Komplikasi kronik yang sering timbul adalah bila penderita lengah,
komplikasi diabetes mellitus dapat menyerang seluruh alat tubuh, mulai
rambut sampai ujung kaki termasuk semua alat tubuh di dalamnya.
Sebaliknya, komplikasi tersebut tidak akan muncul jika perawatan
diabetes mellitus dilaksanakan dengan tertib dan teratur(13).
6. Pencegahan penyakit diabetes mellitus
Ada 10 cara untuk mencegah atau memerangi komplikasi diabetes
mellitus, yang dikenal SINDROM 10 = GULOH-SISAR(13), yaitu :
1) G (gula)
Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman yang terlalu manis.
2) U (Urat = asam urat)
Batasi makanan yang banyak mengandung Purin, karena purin
dapat menimbulkan hiperurisemia dengan efek samping antara lain
mudah timbul agresi trombosit (penggumpalan darah) yang dapat
memacu timbulnya ateroklerosis atau penyempitan pembuluh darah,
misalnya : jeroan, alkohol, sarden, burung dara, unggas, kaldu dan
emping
3) L (lemak atau Lipid)
Usahakan mencapai desirable lipid triad (kolesterol total,
trigliserida, kolesterol-HDL), atau cegah untuk terjadinya dislipidemia
(Kadar lemak darah yang tidak normal) dengan cara menghindari
makanan yang banyak mengandung lemak dan budayakan untuk
makan sayur dan buah-buahan setiap hari
4) 0 (obesitas)
Cegah kegemukan atau gizi yang berlebih atau obesitas, termasuk
penurunan 5 hingga 7 persen dari berat badan total dapat menurunkan
resiko terkena diabetes tipe 2 sebesar 60 %.
5) S (Sigaret)
Hindari atau berhenti merokok
6) H (Hipertensi)
Cegahlah konsumsi garam yang berlebihan
7) I (Inaktifitas)
Lakukan olahraga teratur setiap hari untuk menghilangkan kalori
sekitar 300kkl atau 2000 kkal/minggu, atau jalan kaki sekitar 30 menit
dalam sehari, lima hari dalam seminggu.
8) S (Stress)
Usahakan tidur nyenyak minimal 6 jam sehari agar dapat
meredam stress.
9) A (alkohol)
Hindari atau berhenti minum alkohol
10) R (Reguler Check Up)
Lakukan check up secara teratur tanpa menunggu timbulnya
gejala, baik yang sakit atau yang normal, terutama dilakukan untuk
umur diatas 40 tahun.
7. Klasifikasi diabetes mellitus
1) Kelompok berdasarkan pola makan
(1) Jenis DM yang menjangkit wilayah dengan penduduk yang
berpola makan dan berpola hidup modern dan tradisional.
(2) Jenis DM yang disebabkan kekurangan makan (malnutrition) ada
di daerah yang kekurangan pangan(13).
2) Kelompok berdasarkan klinis atau medis
(1) Diabetes mellitus (DM)
 DM tipe I atau DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin)
 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin)
 DMTM (Diabetes Mellitus Terkait Malnutrisi)
 Diabetes Mellitus yang behubungan atau sindrom tertentu.
(2) Gangguan toleransi glukosa
Gangguan ini terjadi pada kelompok tidak gemuk, gemuk
dan berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu.
(3) Diabetes mellitus pada kehamilan (Gestional/DM)
Ganggun ini baru terjadi pada seseorang setelah hamil.
Sebelumnya kadar glukosa darah dalam keadaan normal(13).
3) Kelompok berdasarkan resiko tinggi
(1) Toleransi glukosa pernah abnormal.
(2) Kedua orang tua mengidap DM.
(3) Pernah melahirkan bayi dengan berat badan 4 kg(13).
8. Penatalaksanaan diet diabetes mellitus
1) Tujuan diet
Tujuan diet diabetes mellitus adalah membantu pasien agar
memperbaiki kebiasaan makan untuk mendapatkan kontrol metabolik
yang lebih baik dengan cara(6) :
(1) Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal
dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin dengan
obat penurunan glukosa oral dan aktifitas fisik.
(2) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai
berat badan yang normal.
(3) Menghindari atau menanganin komplikasi atau pasien yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia
(4) Meningkatkan derajat kesehatan sacara keseluruhan melalui gizi
yang optimal.
Sedangkan tujuan diet lainya(13):
(1) Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati normal
(2) Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati normal
(3) Mencapai dan mempertahankan berat badan agar selalu dalam
batas-batas yang memadai atau berat badan idaman 10%
(4) Mencegah komplikasi angkut dan kronik
(5) Meningkatkan kualitas hidup
2) Cara pengaturan diet
Pengaturan makan (diet) merupakan kunci pengendalian
diabetes mellitus, khususnya yang tergolong NIDDM yang harus
diupayakan seterusnya. Suatu pendapat yang keliru yang menganggap
bahwa kalau sudah mendapat obat anti diabetes mellitus berarti makan
boleh bebas.
Dengan pengaturan makan dapat diupayakan sedemikian rupa
sehingga kegemukan dapat dikurangi. Dengan demikian kepekaan sel
terhadap kerja insulin meningkat, kadar gula darah dapat menurun.
Dalam waktu singkat saja sudah dapat mengurangi gejala-gejala
meskipun berat badan belum terpengaruh. Disamping itu dengan
berkurangnya kegemukan akan mengurangi faktor resiko komplikasi
menahun. Dalam menyusun pengaturan makan ada beberapa hal yang
harus diperhatikan antara lain :
(1) Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal. Komposisi energi adalah 60 –
70 % dari karbohidrat, 10 – 15 % dari protein dan 20 – 25 % dari
lemak.
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang
dibutuhkan penderita diabetes mellitus. Diantaranya adalah
dengan memperhitungkan berdasar kebutuhan kalori basal yang
besarnya 25-30 kalori / kg BB ideal, ditambah atau dikurangi
tergantung dari beberapa faktor yaitu :
 Jenis kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil dari pada pria,
untuk itu dapat dipakai angka 25 kal / kg BB untuk wanita dan
angka 30 kal / kg BB untuk pria.
 Umur
Penurunan kebutuhan kalori diatas 40 tahun harus dikurangi
5 % untuk tiap dekade antara 40 – 59 tahun, sedangkan antara
60-69 tahun dikurangi 10 % dan diatas 70 tahun dikurangi 20 %.
 Aktifitas fisik
Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang
berbeda pula.
 Kehamilan atau laktasi
Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori
per hari dan pada trimester 2 dan 3 diperlukan tambahan 350
kalori per hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak
550 kalori per hari.
 Adanya komplikasi
Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan
suhu memerlukan tambahan kalori sebesar 13 % untuk tiap
kenaikan 1 derajat celcius.
 Berat badan
Bila kegemukan atau terlalu kurus, dikurangi atau ditambah
sekitar 20-30 % tergantung kepada tingkat kegemukan atau
kekurusan.
(2) Daftar bahan makanan penukar
Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama
bahan makanan dengan ukuran tertentu dan dikelompokkan
berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan hidrat arang.
Setiap kelompok bahan makanan dianggap mempunyai nilai gizi
yang kurang lebih sama. Dikelompokkan menjadi 7 kelompok
bahan makanan yaitu :
 Golongan 1 : bahan makanan sumber karbohidrat
 Golongan 2 : bahan makanan sumber protein hewani
 Golongan 3 : bahan makanan sumber protein nabati
 Golongan 4 : sayuran
 Golongan 5 : buah – buahan
 Golongan 6 : minyak
 Golongan 7 : makanan tanpa kalori
(3) Pola diet
Pola diet pada pasien diabetes mellitus yaitu :
 Kurang energi
Jumlah energi disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi,
umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal.
 Kurangi lemak
Makanan lemak tinggi dapat meningkatkan kadar kolesterol
dan membuat kerja insulin menjadi tidak efisien. Menurut ADA
atau EASD bahwa asupan makanan lemak jangan lebih dari 30 %
dan kolesterol kurang dari 300 mg/hari.
 Karbohidrat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diabetes mellitus
makin meningkat sesuai dengan cara hidup modern yang memicu
cara hidup kebarat-baratan yaitu dengan meningkatnya refined
carbohydrate terutama dikota besar, karbohidrat jenis itu terdapat
pada bakeri seperti cake, roti halus cepat sekali diserap dan akan
meningkatkan kadar glukosa darah.
 Pemanis
Makanan yang manis tidak seluruhnya dari gula pasir atau
gula buah yang sederhana, kombinasinya dengan protein, lemak
dan karbohidrat dapat memperlambat penyerapan gula sederhana.
 Serat
Menurut ADA pasien diabetes mellitus untuk konsumsi
seratnya 30-40 gr/hari dan serat pada diabetes mellitus lebih
banyak berasal dari sayur-sayuran yang mengandung lebih
banyak serat tak larut dibanding serat yang berasal dari buah –
buahan.
(4) Olah raga
Manfaat olah raga bagi diabetes adalah penurunan kadar
glukosa darah karena terjadi peningkatan penggunaan glukosa
oleh otot yang aktif, mencegah kegemukan, berperan dalam
mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi. Keadaan-keadaan
ini dapat mengurangi resiko penyakit jantung koroner (PJK) dan
meningkatkan kualitas hidup diabetesi serta memberikan
keuntungan secara psikologis(15).
(5) Obat antidiabetika oral
Ada tiga jenis obat anti diabetes yang ada di Indonesia(13),
yaitu :
 Tipe 1 (Short Acting)
Jenis ini memiliki paruh waktu sekitar 4 jam, daya
kerjanya cepat, diberikan 1-3 kali sehari (pagi – siang – sore).
Yang termasuk kelompok ini adalah restinon, orinase, nadisan,
dymelors.
 Tipe 2 (Intermediate Acting)
Memilih paruh waktu antara 5-8 jam, diberikan 1-2 kali
sehari (pagi dan siang jangan pagi dan sore) apabila diberikan
cukup sekali sehari, berikanlah pada pagi hari saja. Termasuk
golongan ini adalah golongan glibenclamid (euglukon, daonil),
golongan gliclazide (diamicron), golongan gliquidone
(glurenorm) dan golongan glipizide (minidiab).
 Tipe 3 (Long Acting)
Mempunyai paruh waktu antara 24-36 jam, diberikan
sekali saja setiap pagi jangan diberikan dalam dosis terbaru.
9. Pemeriksaan
Pemeriksaan atau check up yang harus dilakukan oleh penderita
diabetes mellitus ada 3, yaitu(13) :
1) Pemeriksaan fisik lengkap yang meliputi kesehatan umum seperti
berat badan, tekanan darah dan sebagainya.
2) Pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan gula darah
puasa, pemeriksaan gula darah 2 jam setelah makan, urine lengkap,
lemak (kolesterol HDL, LDL dan trigliserida), ureum dan kreatinin.
3) Pemeriksaan spesialisasi antara lain pemeriksaan mata, syaraf dan
jantung.
2.2 Konsep Motivasi
2.2.1 Pengertian
Motivasi adalah suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau
kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan
timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan,
memberi arah, dan membuat persisten (berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk
memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri(10).
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Motivasi juga dapat diartikan sebagai perasaan atau pikiran yang
mendorong seseorang melakukan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam
berperilaku(16).
2.2.2 Teori-teori motivasi
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang motivasi yang dapat
dikelompokan sebagai berikut(10) :
1. Teori kepuasan (content theory)
Yaitu pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan
individu yang menyebabkan bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu.
Teori yang memusatkan pada faktor dalam diri orang yang menguatkan,
mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilakunya, yang memotivasi
semangat seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan.
2. Teori motivasi proses (process theory)
Yaitu merupakan proses sebab akibat bagaimana seseorang bekerja
serta hasil apa yang diperolehnya. Jika bekerja baik saat ini, maka hasilnya
akan diperoleh baik di hari esok. Jadi hasi yang diperolehnya tercermin dalam
bagaimana proses kegiatan yang dilakukan seseorang, hasil hari ini
merupakan kegiatan hari kemarin. Teori motivasi proses ini meliputi teori
harapan, teori keadilan dan teori pengukuhan.
2.2.3 Faktor motivasi
Orang-orang tidak hanya berbeda dalam kemampuan untuk berbuat, akan
tetapi juga berbeda dalam kemauan untuk berbuat atau motivasi. Motivasi
seseorang tergantung kepada kekuatan motif mereka. Motif kadang-kadang
didefinisikan sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan atau gerak hati dalam
individu(17).
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi manusia untuk berperilaku
adalah sebagai berikut(18).
1. Jenis kelamin
Tingkah laku antara pria dan wanita mempunyai perbedaan, hal ini
terjadi karena pengaruh hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian
tugas. Oleh karena itu pria cenderung lebih termotivasi melakukan sesuatu
karena fisik yang kuat(18). Jenis kelamin merupakan aspek identitas yang
sangat berarti, wanita dan pria mempunyai pengalaman yag berbeda tentang
pembentukan identitas jenis kelamin. Identitas jenis kelamin terbentuk sekitar
usia tiga tahun. Anak laki-laki dan perempuan mulai mengenal tingkah laku
dan ciri-ciri kepribadian yaang sesuai bagi masing-masing jenis
kelaminnya(19).
Wanita dan pria mempunyai perbedaan secara psikologis dimana wanita
lebih emosional daripada pria karena wanita lebih mudah tersinggung, mudah
terpengaruh, sangat peka, menonjolkan perasaan, dan mudah meluapkan
perasaan. Sementara pria tidak emosional, sangat objektif, tidak mudah
terpengaruh, mudah memisahkan antara pikiran dan perasaan sehingga
terkadang kurang peka dan mampu memendam perasaannya(19).
2. Lingkungan
Lingkungan adalah sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun lingkungan sosial. Lingkungan sangat berpengaruh
terhadap tingkah laku manusia.
3. Pendidikan
Pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan dan segala bentuk
interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun
informal. Hasil dari proses belajar adalah seperangkat perubahan tingkah
laku. Seseorang yang berpendidikan tinggi tingkah lakunya akan berbeda.
4. Pengetahuan
Besar kecilnya pengetahuan yang dimiliki seseorang akan berpengaruh
pada tingkah lakunya.
5. Kebudayaan
Kebudayaan antar daerah berbeda-beda dan ini sangat berpengaruh pada
tingkah lakunya.
6. Sosial ekonomi
Lingkungan sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap tingkah laku
seseorang. Keadaaan ekonomi keluarga yang relatif mencukupi akan mampu
manyediakan fasilitas dan kebutuhan untuk keluarganya. Sehingga pasien
yang mempunyai tingkat sosial ekonomi tinggi akan mempunyai motivasi
yang berbeda dengan pasien yang tingkat sosial ekonominya rendah.
Pernyataan lain tentang faktor yang mempengaruhi motivasi adalah
kepribadian, sikap, pengalaman, cita-cita atau harapan, dorongan orang tua,
saudara dan lingkungan sekitar. Sebenaarnya kedua pernyataan diatas saling
mendukung hanya saja pernyataan yang pertama tadi sudah diklasifikasikan untuk
pengaruh internal dan eksternal. Dari kedua pernyataan tersebut ada komponen
yang belum dijelaskan yaitu sikap, harapan, dan dorongan keluarga sebagai
berikut(9) :
1. Sikap
Sikap merupakan penilaian terhadap stimulus atau obyek, sehingga
seseorang tersebut akan menilai atau bersikap enggan terhadap stimulus
tersebut. Sikap sering diperoleh dari pengalaman diri sendiri maupun orang
lain.
2. Harapan
Harapan merupakan kemungkinan yang dilihat untuk memenuhi
kebutuhan tertentu dari seorang individu yang di dasarkan atas pengalaman
yang telah lampau, baik pengalaman dari sendiri maupun dari orang lain.
3. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga itu merupakan dukungan-dukungan sosial yang
dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses untuk
keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan).
2.2.3 Motivasi dalam penyakit DM
Dalam penyembuhan penyakit DM dibutuhkan motivasi dan pemberdayaan
diri agar menghasilkan rasa percaya diri, berpikir positif dan bijak sehingga dapat
terwujud sebuah perilaku aktif terhadap pengelolaan penyakit diabetes mellitus.
Ada 4 kategori motivasi dalam hal mengontrol kadar gula darah (11):
1. Kategori pertama
Keadaan yang ideal, mengetahui motivasi kita yang sebenarnya dan
tindakan/perilaku kita sesuai dengan motivasi kita (Saya tahu apa yang saya
mau dalam mengontrol kadar gula darah).
2. Kategori kedua
Kita tahu motivasi kita yang sebenarnya namun oleh karena berbagai
macam hal, tindakan atau perilaku kita tidak sesuai (saya tahu tetapi sulit
untuk mengontrol kadar gula darah).
3. Kategori ketiga
Kita tidak tahu motivasi kita yang sebenarnya, yang kita pikirkan hanya
proses tindakannya saja, yang penting tindakanya tidak negatif. (saya dapat
bertindak apa saja dalam mengontrol kadar gula darah asalkan benar dan
tidak negatif).
4. Kategori keempat
Kita tidak tahu motivasi kita sebenarnya sehingga tindakan atau perilaku
kita pasti salah (saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam
mengontrol gula darah).
2.3 Konsep Perilaku
2.3.1 Pengertian
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah
suatu aktivitas pada manusia itu sendiri. Perilaku adalah semua kegiatan atau
aktifitas organisme tersebut, baik yang dapat diamati secara langsung atau tidak
langsung(20).
Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya
stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka
teori skiner disebut teori “S - O - R”atau Stimulus Organisme Respon. Skiner
membedakan adanya dua respons, yaitu(20) :
1. Respondent respons atau reflexsive
Yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus)
tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena
menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Misalnya : makanan yang
lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata
tertutup, dan sebagainya. Respondent respons ini juga mencakup perilaku
emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis,
lulus ujian meluapkan kegembiraannya ddengan mengadakan pesta, dan
sebagainya.
2. Operant respons atau instrumental respons
Yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh
stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing
stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila
seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon
terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh
penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut
akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
2.3.2 Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua :
1. Bentuk pasif
Adalah respons internal, yaitu respon yang terjadi didalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain (Covert behaviour),
respons atau reaksi terhadap stimulus masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran dan sikap. Misalnya seorang ibu tahu bahwa
imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut
tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.
2. Bentuk aktif
Yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain (Overt behaviour). Misalnya pada contoh di atas, si ibu sudah
membawa anaknya ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk
imunisasi.
2.3.3 Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok(20) :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintanance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana
sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek, yaitu :
1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
(health promotion behavior), misalnya makan makanan yang bergizi, olah
raga, dan sebagainya.
2) Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) adalah respons
untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya : tidur memakai kelambu
untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasai, dan sebagainya.
Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang
lain.
3) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health
seekingbehavior) yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari
pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya, atau
mencari pengobatan ke fasilitas-fasikitas kesehatan modern
(puskesmas, mantri, dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas
kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya)
4) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation
behavior) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan
kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet,
mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatan.
2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan
Adalah respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik
sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini
menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas
kesehatan, dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi,
sikap dan penggunaan fasilitas, petugas, dan obat-obatan.
3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior)
Yakni respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi
kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik kita
terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi),
pengelolaan makanan, dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita.
4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behavior)
Adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan
kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan
itu sendiri. Perilaku ini antara lain mencakup :
1) Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen,
manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.
2) Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut
segi-segi higiene, pemeliharaan, teknik, dan penggunaannya.
3) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah
cair, termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah
yang sehat, serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik.
4) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi,
pencahayaan, lantai, dan sebagainya.
5) Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk
(vektor), dan sebagainya.
2.3.4 Determinan Perilaku
Perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal
ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda
dari setiap orang. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus
disebut determinan perilaku(20).
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaku manusia merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal (lingkungan). Perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari
berbagai gejala kejiwaan, yaitu pengetahuan, keinginan, kehendak, minat,
motivasi, persepsi dan sikap(20).
Sedangkan gejala kejiwaan tersebut juga ditentukan atau dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial
budaya masyarakat(20).
2.3.5 Strategi Perubahan Perilaku
Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO
dikelompokan menjadi tiga(18) :
1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan
Perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga
ia mau berperilaku seperti yang diharapkan. Cara ini dapat ditempuh misalnya
degan adanya peraturan/undang-undang yg harus dipatuhi masyarakat. Cara ini
menghasilkan perilaku yang cepat, tetapi belum tentu berlangsung lama, karena
belum/tidak didasari kesadaran sendiri.
2. Pemberian informasi
Pemberian informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara
pemeliharaan kesehatan, dan lain-lain akan meningkatkan pengetahuan
masyarakat. Perubahan perilaku degan cara ini memakan waktu lama, tetapi
perubahan yang dicapai bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran
mereka sendiri (bukan karena paksaan).
3. Diskusi partisipasi
Sebagai peningkatan cara yang kedua di atas. Masyarakat tidak hanya
pasif, tapi harus aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi
yang diterimanya. Cara ini membutuhkan waktu lebih lama dari cara kedua.
2.4 Konsep Hubungan Motivasi dan Perilaku
Motivasi merupakan suatu tenaga yang terdapat dalam diri manusia yang
menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasi tingkah laku (Perilaku). Perilaku
ini timbul karena adanya dorongan faktor internal dan faktor eksternal. Perilaku
dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu stimulus.
Woodhworth, mengungkapkan bahwa perilaku terjadi karena adanya
motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai
dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa dorongan tadi
tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme
timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam
arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya
mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku(21).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa motivasi sebagai penyebab dari timbulnya
perilaku menurut Woodworth mempunyai 3 (tiga) karakteristik, yaitu(21) :
1. Intensitas, menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga menyebabkan
individu berperilaku tertentu
2. Pemberi arah, mengarahkan individu dalam menghindari atau melakukan
suatu perilaku tertentu
3. Persistensi atau kecenderungan untuk mengulang perilaku secara terus
menerus.
Dengan kata lain, jika ketiga hal tersebut lemah, maka motivasi tak akan
mampu menimbulkan perilaku. Pandangan lain dikemukakan oleh Hull yang
menegaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan
oleh kepentingan mengadakan pemenuhan atau pemuasan terhadap kebutuhan
yang ada pada diri individu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perilaku muncul tidak
semata-mata karena dorongan yang bermula dari kebutuhan individu saja, tetapi
juga karena adanya faktor belajar. Faktor dorongan ini dikonsepsikan sebagai
kumpulan energi yang dapat mengaktifkan tingkah laku atau sebagai motivasional
faktor, dimana timbulnya perilaku menurut Hull adalah fungsi dari tiga hal yaitu :
kekuatan dari dorongan yang ada pada individu, kebiasaan yang didapat dari hasil
belajar, serta interaksi antara keduanya(21).
Berdasarkan uraian di atas, baik konsep yang dikemukakan Woodhworth
maupun Hull, keduanya menjelaskan bahwa motivasi berkaitan erat dengan
perilaku.
2.5 Perilaku Mengontrol Kadar Gula darah
Ada empat cara pengelolaan diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula
darah yang dikenal dengan empat serangkai pengelolaan diabetes mellitus(8), yaitu
sebagai berikut :
1. Edukasi
2. Perencanaan makanan (diet)
3. Latihan jasmani atau olahraga
4. Intervensi medis.
2.6 Kerangka Teori
Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang bersifat
progresif. Diabetes melitus tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikurangi atau
dikontrol kadar gula darahnya(2). Pengontrolan kadar gula darah secara teratur
harus dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi kronis, dan dengan
pengontrolan yang teratur penderita diabetes mellitus dapat hidup secara
normal(6). Pengontrolan diabetes mellitus yang baik dapat mengurangi komplikasi
20 sampai 30 %(7).
Ada empat cara pengelolaan diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula
darah yang dikenal dengan empat serangkai pengelolaan diabetes mellitus, yaitu
edukasi, perencanaan makanan, latihan jasmani dan intervensi medis. Bila
penderita diabetes mellitus taat dan disiplin serta mau berperilaku sehari-hari
dengan baik dan mengikuti empat serangkai dalam pengelolaan diabetes mellitus,
maka kualitas kesehatan penderita diabetes mellitus juga akan baik(8).
Perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala
kejiwaan, yaitu pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi dan
sikap. Sedangkan gejala kejiwaan tersebut juga ditentukan atau dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial
budaya masyarakat(20).
Gambar 2. 1 Determinan Perilaku Manusia
Sumber (20)
Perilaku penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah
salah satunya dipengaruhi oleh faktor motivasi atau dorongan yang dilandasi
kebutuhan yang dirasakan(9).
Pengetahuan
Persepsi
Sikap
Keinginan
Kehendak
Motivasi
Niat
Perilaku
Pengalaman
Keyakinan
Fasilitas
Sosial - Budaya
Motivasi adalah suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau
kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan
timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan,
memberi arah, dan membuat persisten (berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk
memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri(10).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang untuk
berperilaku, yaitu(18) :
1. Faktor Internal : Jenis kelamin, sikap, kepribadian, pengalaman, harapan.
2. Faktor eksternal : Lingkungan, pendidikan, pengetahuan, kebudayaan dan
sosial ekonomi.
Gambar 2.2 Faktor–faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Perilaku
Faktor Eksternal :
 Lingkungan
 Pendidikan
 Pengetahuan
 Kebudayaan
 Sosial ekonomi
Faktor Internal :
 Jenis kelamin
 Sikap
 Kepribadian
 Cita-cita/harapan
 Pengalaman
Motivasi
Sumber (18)
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN
DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang
mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan
yang ingin dicapai, karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan
yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan
diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan
dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan
mekanisme perilaku(21).
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
(Variabel independent) (Variabel dependent)
3.2 Hipotesis
3.2.1 Hipotesis Nol (Ho)
Tidak ada hubungan antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan
perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten
Majalengka tahun 2012.
Motivasi
Perilaku
(mengontrol) kadar
gula darah
3.2.2 Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada hubungan antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku
(mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka
tahun 2012.
3.3 Definisi Operasional, Variabel, dan Cara Pengukuran
Variabel
Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur
Hasil
Ukur
Skala
Motivasi
penderita
diabetes
mellitus
Dorongan dari
dalam diri
individu dan
dorongan dari
luar individu yang
menyebabkan
penderita diabetes
mellitus
melakukan
kegiatan untuk
mengontrol kadar
gula darah
Kuesioner Kuesioner Tinggi :
jika skor
total ≥
mean
Rendah :
jika skor
total <
mean
Ordinal
Perilaku
(mengontrol)
kadar gula
darah
Tindakan nyata
yang dilakukan
oleh penderita
diabetes mellitus
dalam upaya
mengendalikan
kadar gula darah.
Kuesioner Kuesioner Aktif :
jika skor
total ≥
mean
Pasif :
jika skor
total <
mean
Ordinal
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasi yaitu suatu penelitian yang
bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara gejala yang satu
dengan gejala lainya atau variabel satu dengan variabel lainya(23). Menggunakan
metode cross sectional atau potong silang yang dicirikan dengan variabel
independent (bebas) dan variabel dependent (terikat) diukur pada waktu yang
bersamaan(24).
4.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian
tertentu(23).
Variabel independent (bebas) dalam penelitian ini adalah motivasi penderita
diabetes mellitus, sedangkan variabel dependent (terikat) adalah perilaku
(mengontrol) kadar gula darah.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu
yang akan diteliti(23).
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus tipe 2 yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2011
berjumlah 142 orang.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila populasi
kurang dari 100 maka populasi yang ada semua dijadikan sampel (total sampling),
tetapi jika jumlah populasinya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%
atau lebih dari populasi(24).
Maka jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 36 orang atau 25% dari
populasi. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Penderita diabetes mellitus tipe 2 yang terdiagnosis dan tercatat di Puskesmas
Panongan tahun 2011
2. Berada atau bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Panongan
3. Tidak menjadi responden pada saat dilakukan studi pendahuluan
4. Bersedia menjadi responden
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak sistematis (systematic
sampling), yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak sistematik
karena anggota populasi bersifat homogen, artinya setiap anggota populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Dilakukan
dengan cara sebagi berikut(23) :
1. Membuat daftar seluruh penderita diabetes mellitus tipe 2 yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Panongan tahun 2012 dan diberi nomor urut.
2. Menentukan interval dengan cara membagi jumlah populasi dengan jumlah
sampel yang dibutuhkan.
3. Menentukan sampel pertama dengan cara melotre sesuai dengan nomor urut
interval.
4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam
mengumpulkan data(24).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen yang
dibuat sendiri berdasarkan kisi-kisi instrumen yang disusun menurut indikator dari
variabel motivasi penderita diabetes mellitus dan variabel perilaku (mengontrol)
kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka.
Instrumen untuk mengukur tingkat motivasi penderita diabetes mellitus dan
perilaku (mengontrol) kadar gula darah dengan mengunakan kuesioner berupa
pertanyaan tertutup (closed ended) yang terdiri dari 20 pertanyaan (10 pertanyaan
tentang motivasi penderita diabetes mellitus dan 10 pertanyaan tentang perilaku
mengontrol kadar gula darah) yang disusun dalam sebuah deret
pertanyaan/pernyataan, dimana responden tinggal memilih jawaban yang sudah
disediakan.
Instrumen ini menggunanakan model scala likert yaitu suatu bentuk
kuesioner yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial(25). Dengan skala likert,
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item
instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi (berjenjang),
seperti : selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), jarang (JR), dan tidak
pernah (TP)(25).
4.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dilakukan
dengan cara peneliti berkunjung ke rumah penderita (home visite). Data yang
diambil adalah primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden
dengan menggunakan instrumen alat pengambilan data berupa kuesioner dan data
sekunder yang diperoleh dari dokumentasi puskesmas.
Responden diminta untuk menjawab pertanyaan dengan cara memberikan
tanda check list (✓) pada lembar pertanyaan yang telah disediakan. Adapun
kategori interpretasi data yang digunakan adalah sebagai berikut : Selalu (4),
sering (3), kadang-kadang (2), jarang (1), dan tidak pernah (0).
4.6 Uji Coba Kuesioner
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk memastikan instrumen
penelitian sebagai alat ukur yang akurat dan dapat dipercaya. Validitas
menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur.
Sedangkan reliabilitas menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif
konsisten apabila pengukuran terhadap aspek yang sama (internal consistency
reliability)(24).
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan korelasi pearson product
moment, yaitu menggunakan analisis butir (item) yakni mengkorelasikan skor tiap
butir (item) pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir
pertanyaan. Item mempunyai validitas tinggi jika koefisien korelasinya minimal
sebesar 0,3(25). Sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan metode internal
consistency yang diukur dengan menggunakan koefisien cronbach alpha, jika
koefisien cronbach alpha lebih besar dari pada 0,6 maka dinyatakan bahwa
instumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian adalah handal
(reliabel)(26).
Penafsiran valid atau tidaknya setiap butir soal dan reliabel tidaknya suatu
instrumen digunakan aturan sebagai berikut : untuk menginterpretasi hasil uji
validitas dan reliabilitas digunakan derajat kebebasan (db), yaitu jumlah sampel
dikurangi satu (n – 1), kemudian dicocokkan dengan tabel r produk moment pada
taraf signifikan (α) 0,05.
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan terhadap 20 penderita
diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Jatitujuh. Hasil uji validitas dengan nilai
korelasi berkisar (0,670 – 0,899), nilai tersebut lebih besar dari dari nilai
table r product moment adalah (0,456), sehingga instrumen penelitian dapat
dinyatakan valid. Sedangkan hasil uji reliabilitas didapatkan nilai alpha cronbach
(0,978), nilai yang didapat tersebut lebih besar dari nilai table r product moment
adalah (0,456), jadi instrumen penelitian dapat dinyatakan reliabel.
4.7 Pengolahan Data
Sebelum dilakukan pengolahan data, variabel motivasi dan perilaku diberi
skor sesuai dengan bobot jawaban dari pertanyaan yang disediakan, pengolahan
data dilakukan dengan tahapan sebaga berikut(27) :
1. Editing
Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kejelasan jawaban
kuesioner dan penyesuaian data yang diperoleh dengan kebutuhan penelitian.
Hal ini dilakukan dilapangan sehingga apabila terdapat data yang meragukan
ataupun salah maka dapat ditanyakan lagi kepada responden.
2. Coding
Kegiatan mengklasifikasikan data atau pemberian kode-kode pada
tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama, yang diperoleh dari
sumber data yang telah diperiksa kelengkapan. Kode adalah isyarat yang dibuat
dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada
suatu informasi atau data yang akan dianalisis.
3. Scoring
Tahap ini meliputi pemberian nilai untuk masing-masing pertanyaan dan
penjumlahan hasil scoring dari semua pertanyaan. Skoring dalam penelitian ini
menggunakan skala likert dengan kriteria penilaian selalu (4), sering (3),
kadang-kadang (2), jarang (1), dan tidak pernah (0).
4. Entry
Data yang sudah diberi kode kemudian dimasukan ke dalam komputer
dengan menggunakan program SPSS 16.
5. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan,
dilakukan bila terdapat kesalahan dalam memasukan data yaitu dengan melihat
distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti.
6. Tabulating
Tabulasi data yang telah lengkap disusun sesuai dengan variabel yang
dibutuhkan lalu dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi. Setelah
diperoleh hasil dengan cara perhitungan, kemudian nilai tersebut dimasukan ke
dalam kategori nilai yang telah dibuat.
4.8 Analisa Data
Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan program
SPSS 16, analisa data meliputi :
1. Analisis univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel
dari hasil penelitian, dan pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel tanpa membuat
kesimpulan yang berlaku secara umum (generalisasi)(23). Analisis univariat
dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan distribusi dan persentase
dari variabel motivasi penderita diabetes mellitus dan variabel perilaku
(mengontrol) kadar gula darah.
Analisis univariat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut(24) :
Keterangan : P = Persentase kategori
F = Frekuensi kategori
N = Jumlah responden
Hasil persentase setiap kategori tersebut dideskripsikan dengan
menggunakan kategori sebagai berikut(24):
0 % : Tidak seorangpun
1-25 % : Sebagian kecil
26-49 % : Hampir setengahnya
50 % : Setengahnya
51-74% : Sebagian besar
75-99 % : Hampir seluruhnya
100% : Seluruhnya
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkorelasi yang dapat dilakukan dengan
pengujian statistik(23). Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku
(mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka
tahun 2012.
P =
N
F
x 100%
Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square dengan
rumus sebagai berikut(26) :
Keterangan :
x² : chi square
O : frekuensi observasi
E : frekuensi harapan
Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis dengan tingkat
kepercayaan 95%, yaitu sebagai berikut(26) :
1) Jika nilai sig p ≤ α (0,05), maka Ho ditolak, yang artinya variabel tersebut
memiliki hubungan yang bermakna.
2) Jika nilai sig p > α (0,05), maka Ho gagal tolak, yang artinya variabel
tersebut tidak memiliki hubungan yang bermakna.
4.9 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2012 sampai dengan
4 Agustus 2012 bertempat di wilayah kerja Puskesmas Panongan Kabupaten
Majalengka.
4.10 Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etika
penelitian, yang meliputi(28) :
X2 = ∑ (O – E) ²
E
1. Informed Consent
Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan penjelasan kepada
responden tentang penelitian yang akan dilakukan untuk mengetahui tujuan
penelitian secara jelas. Jika responden setuju maka diminta untuk mengisi
lembar persetujuan dan menandatanganinya, dan sebaliknya jika responden
tidak bersedia, maka peneliti tetap menghormati hak-hak responden.
2. Anominity
Responden tidak perlu mengisi identitas diri (tidak mencantumkan nama
responden) dengan tujuan untuk menjaga kerahasiaan responden.
3. Privacy
Identitas responden tidak akan diketahui oleh orang lain dan mungkin
oleh peneliti sendiri sehingga responden dapat secara bebas untuk menentukan
pilihan jawaban dari kuesioner tanpa takut diintimidasi oleh pihak lain.
4. Confidentiality
Artinya bahwa informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin
kerahasiaanya oleh peneliti. Responden diberikan jaminan bahwa data yang
diberikan tidak akan berdampak terhadap kondite dan pekerjaan. Data yang
sudah diperoleh oleh peneliti disimpan dan dipergunakan hanya untuk
pelaporan penelitian ini serta selanjutnya dimusnahkan.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Pengumpulan data dilakukan pada tangal 30 Juli 2012 sampai dengan
4 Agustus 2012 terhadap 36 responden penderita diabetes mellitus tipe 2 di
wilayah kerja Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka.
Adapun hasil dari penelitian dapat dilihat pada bagian di bawah ini, sebagai
berikut :
1. Hasil penelitian motivasi penderita diabetes mellitus mengontrol kadar gula
darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012
Gambar 5.1 Distribusi Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Mengontrol Kadar Gula
Darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012
Berdasarkan gambar 5.1 di atas, sebagian besar responden (61,1%)
memiliki motivasi rendah dan 38,9% memiliki motivasi tinggi dalam
mengontrol kadar gula darah.
0
20
40
60
80
100
% 38,9 61,1 100
Jumlah 14 22 36
Motivasi
Tinggi
Motivasi
Rendah
Jumlah
2. Hasil penelitian perilaku penderita diabetes mellitus mengontrol kadar gula
darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012
Gambar 5.2 Distribusi Perilaku Penderita Diabetes Mellitus Mengotrol Kadar Gula
Darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012
Berdasarkan gambar 5.2 di atas, sebagian besar responden (63,9%)
memiliki perilaku pasif dan 36,1% memiliki perilaku aktif dalam mengontrol
kadar gula darah.
3. Hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku mengontrol
kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012
Gambar 5.3 Hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku
mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten
Majalengka tahun 2012
0
20
40
60
80
100
% 36,1 63,9 100
Jumlah 13 23 36
Perilaku
Aktif
Perilaku
Pasif
Jumlah
0
20
40
60
80
100
Persen
Perilaku Aktif 92,9 0
Perilaku Pasif 7,1 100
M otifasi Tinggi M otifasi Rendah
Berdasarkan gambar 5.3 di atas, 92,9% responden dengan motivasi tinggi
memiliki perilaku aktif sedangkan responden dengan motivasi rendah 100%
memiliki perilaku pasif dalam mengontrol kadar gula darah.
Hasil perhitungan dengan menggunakan uji statistik Chi Square yang
diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows
menghasilkan nilai sig p < α (0,05) dengan nilai signifikansi 0,000 yang berarti
Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara motivasi
penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di
Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012.
Tabel 5.1 Hasil analisis hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan
perilaku mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten
Majalengka tahun 2012
Perilaku Mengontrol
Kadar Gula Darah Total Sig p α
Aktif Pasif
Motivasi
Penderita
Diabetes
Mellitus
Tinggi Count
Expected Count
13
5.1
1
8.9
14
14.0
0.000 0.05
Rendah Count
Expected Count
0
7.9
22
14.1
22
22.0
Total Count
Expected Count
13
13.0
23
23.0
36
36.0
5.2 Pembahasan
5.2.1 Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Mengontrol Kadar Gula Darah di
Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (61,1%)
memiliki motivasi yang rendah dalam mengontrol kadar gula darah di Puskesmas
Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012.
Rendahnya motivasi penderita diabetes mellitus mengontrol kadar gula
darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain faktor intrinsik berupa keinginan dari dalam diri
penderita diabetes mellitus itu sendiri yang memiliki niat dan kesadaran yang
tinggi untuk mengontrol kadar gula darahnya, dan faktor ekstrinsik berupa daya
dukung dari lingkungan tempat penderita berada.
Motivasi intrinsik adalah dorongan berupa energi aktif yang timbul dari
dalam diri individu itu sendiri atas dasar kemauan sendiri yang menyebabkan
terjadinya suatu perubahan pada diri sesorang yang nampak pada gejala kejiwaan,
perasaan, dan emosi, sehingga mendorong seseorang untuk bertindak atau
melakukan sesuatu atas kesadaranya sendiri serta akan lebih banyak memiliki ide
dan kreatifitas dalam menjalankan sebuah perilaku untuk mencapai tujuan atau
kebutuhan yang harus terpuaskan. Kurangnya keinginan penderita diabetes
mellitus untuk mencari informasi tentang cara mengontrol kadar gula darah,
kurangnya keyakinan penderita diabetes mellitus kadar gula darahnya dapat
terkendali dengan kontrol teratur, mengakibatkan kurangnya keinginan penderita
diabetes mellitus untuk mengontrol (cek) kadar gula darah secara teratur dan tidak
adanya jadwal rutin dalam mengontrol kadar gula darah, merupakan beberapa
faktor intrinsik yang mempengaruhi rendahnya motivasi penderita diabetes
mellitus untuk mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan.
Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan dorongan berupa dukungan yang
berasal dari lingkungan tempat tinggal penderita diabetes mellitus. Kurangnya
dukungan aktif dari keluarga dalam kegiatan mengontrol kadar gula darah,
mahalnya biaya pemeriksaan kadar gula darah, kurangnya sosialisasi program
puskesmas terkait pengendalian kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus,
dan kurangnya kegiatan konseling tentang cara mengontrol kadar gula darah,
merupakan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi rendahnya motivasi penderita
diabetes mellitus untuk mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan
Kabupaten Majalengka.
Motivasi adalah suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau
kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan
timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan,
memberi arah, dan membuat persisten (berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk
memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri(10).
Motivasi penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah
dipengaruhi oleh motivasi intrinsik yang datangnya dari dalam diri individu itu
sendiri seperti keinginan untuk disiplin dalam diet, patuh dan teratur dalam latihan
fisik, teratur dalam berobat atau terapi medis dan keinginan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang penyakitnya dan motivasi ekstrinsik yang datangnya dari
luar diri sendiri seperti dukungan keluarga, teman dekat, tokoh masyarakat,
dukungan ekonomi dan dukungan petugas kesehatan(11).
Untuk meningkatkan motivasi penderita diabetes mellitus dalam mengontrol
kadar gula darah, perawat di Puskesmas Panongan dapat meningkatkan peranya
sebagai edukator dengan melakukan pendidikan kesehatan dalam pengelolaan
diabetes secara mandiri (diabetes self management education) dengan
menggunakan metode konseling untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan individu dan keluarga dalam mengelola penyakit diabetes mellitus.
Pengetahuan merupakan seluruh kemampuan individu untuk berpikir dan
bertindak secara terarah dan efektif, sehingga orang yang mempunyai
pengetahuan tinggi akan mudah menyerap informasi, saran, dan nasihat.
Meningkatnya pengetahuan penderita diabetes mellitus tentang penyakitnya akan
mampu meningkatkan motivasi penderita diabetes mellitus dalam mengontrol
kadar gula darah.
Sikap merupakan perasaan mendukung atau tidak mendukung pada suatu
objek, dimana seseorang akan melakukan kegiatan jika sikapnya mendukung
terhadap obyek tersebut, sebaliknya seseorang tidak melakukan kegiatan jika
sikapnya tidak mendukung. Berubahnya sikap penderita diabetes mellitus akan
pentingnya mengontrol kadar gula darah akan meningkatkan motivasi penderita
diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah.
Keterampilan merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh penderita
diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah yang meliputi kemampuan
dalam pengaturan diet, pola hidup dan olahraga. Meningktanya keterampilan
penderita diabetes mellitus dan keluarganya akan mampu meningkatkan motivasi
penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah.
5.2.2 Perilaku Penderita Diabetes Mellitus Mengontrol Kadar Gula Darah di
Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (63,9%)
memiliki perilaku yang pasif dalam mengontrol kadar gula darah di Puskesmas
Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012.
Pasifnya perilaku penderita diabetes mellitus mengontrol kadar gula darah
di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satu faktor dominan yang mempengaruhinya adalah rendahnya motivasi
penderita diabetes mellitus untuk mengontrol kadar gula darah.
Perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang
mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan
yang ingin dicapai, karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan
yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan
diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan
dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan
mekanisme perilaku(21).
Ada 4 kategori motivasi yang mempengaruhi perilaku penderita diabetes
mellitus dalam mengontrol kadar gula darah (11):
5. Kategori pertama
Keadaan yang ideal, mengetahui motivasi yang sebenarnya sehingga
tindakan/perilaku sesuai dengan motivasi.
6. Kategori kedua
Tahu motivasi yang sebenarnya, namun oleh karena berbagai macam hal
tindakan atau perilaku tidak sesuai.
7. Kategori ketiga
Tidak tahu motivasi sebenarnya, yang dipikirkan hanya proses
tindakannya saja, yang penting tindakanya tidak negatif.
8. Kategori keempat
Tidak tahu motivasi sebenarnya sehingga tindakan atau perilakunya tidak
sesuai/salah.
Untuk merubah perilaku pasif penderita diabetes mellitus dalam mengontrol
kadar gula darah, perawat di Puskesmas Panongan harus meningkatkan perannya
dalam perberdayaan kesehatan keluarga dan melakukan pendidikan kesehatan
dalam pengelolaan diabetes secara mandiri (diabetes self management education)
dengan menggunakan metode konseling dan intervensi perilaku untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan individu dan keluarga dalam
mengelola penyakit diabetes mellitus secara mandiri.
5.2.3 Hubungan Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Dengan Perilaku
(Mengontrol) Kadar Gula Darah di Puskesmas Panongan Kabupaten
Majalengka Tahun 2012
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi Square
menghasilkan nilai sig p < α (0,05) dengan nilai signifikansi (0,000) yang berarti
ada hubungan yang bermakna antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan
perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten
Majalengka tahun 2012.
Motivasi merupakan suatu tenaga yang terdapat dalam diri manusia yang
menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasi tingkah laku (Perilaku). Perilaku
ini timbul karena adanya dorongan faktor internal dan faktor eksternal. Perilaku
dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu stimulus.
Perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang
mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan
yang ingin dicapai, karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan
yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan
diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan
dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan
mekanisme perilaku(21).
Motivasi sebagai penyebab dari timbulnya perilaku menurut Woodworth
mempunyai 3 (tiga) karakteristik, yaitu(21) :
4. Intensitas, menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga menyebabkan
individu berperilaku tertentu
5. Pemberi arah, mengarahkan individu dalam menghindari atau melakukan
suatu perilaku tertentu
6. Persistensi atau kecenderungan untuk mengulang perilaku secara terus
menerus.
Dengan kata lain, jika ketiga hal atau karakteristik tersebut rendah, maka
motivasi hanya akan mampu menimbulkan perilaku yang pasif. Pandangan lain
dikemukakan oleh Hull yang menegaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi
oleh motivasi atau dorongan oleh kepentingan mengadakan pemenuhan atau
pemuasan terhadap kebutuhan yang ada pada diri individu(21).
Berdasarkan uraian di atas, baik konsep yang dikemukakan Woodhworth
maupun Hull, keduanya menjelaskan bahwa motivasi berkaitan erat dengan
perilaku. Kedua konsep tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012, bahwa
ada hubungan yang bermakna anatara motivasi penderita diabetes mellitus dengan
perilaku (mengontrol) kadar gula darah.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 36 responden
penderita diabetes mellitus tentang hubungan motivasi penderita diabetes mellitus
dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan
Kabupaten Majalengka tahun 2012, penulis mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Sebagian besar responden (61,1%) memiliki motivasi yang rendah dalam
mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka
tahun 2012.
2. Sebagian besar responden (63,9%) memiliki perilaku yang pasif dalam
mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka
tahun 2012.
3. Ada hubungan yang bermakna antara motivasi penderita diabetes mellitus
dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan
Kabupaten Majalengka tahun 2012 dengan nilai p (0,000) < α (0,05).
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Puskesmas Panongan
Memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan secara
menyeluruh dengan mengadakan program-program yang membantu
meningkatkan motivasi dan perilaku masyarakat khususnya penderita diabetes
mellitus melalui peningkatan kegiatan perberdayaan kesehatan keluarga dan
melakukan pendidikan kesehatan dalam pengelolaan diabetes secara mandiri
(diabetes self management education) dengan menggunakan metode konseling
dan intervensi perilaku untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
individu dan keluarga dalam mengelola penyakit diabetes mellitusi.
6.2.2 Bagi STIKes Cirebon
STIKes Cirebon sebagai institusi pendidikan bidang kesehatan dapat
menjalin kerjasama, baik dengan institusi pelayanan kesehatan (puskesmas)
maupun dengan masyarakat, dalam meningkatkan dan memfasilitasi tercapainya
kesehatan masyarakat yang optimal, khususnya bagi penderita diabetes mellitus
melalui upaya peningkatan penyebaran informasi tentang penyakit diabetes
mellitus.
6.2.3 Bagi Profesi Perawat
Perawat komunitas di Puskesmas mempunyai peran yang sangat penting
dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya keperawatan keluarga dan
komunitas sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan.
Dalam hal ini perawat dalam menjalankan tugasnya sebagai pelaksana pemberi
layanan kesehatan mampu menjadi edukator yang baik, khususnya bagi penderita
diabetes mellitus sehingga perilaku penderita diabetes mellitus terhadap
pemenuhan kebutuhan kesehatanya makin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Batis, Krisnawati. Epidemiologi Penyakit Diabetes Mellitus. Depok: FKM
UI; 2004
2. FK Unair. Diabetes merupakan penyakit global yang serius; (diunduh tanggal
12 Juni 2012). Tersedia dari : http://www.fk.unair.ac.id/
3. Atepafia. Ancaman Diabetes Mellitus; (diunduh tanggal 12 Juni 2012).
Tersedia dari : http://pantonanews.com/707-wekipedia-diabetes-
mellitus
4. WHO. Diabetes Mellitus Ancaman global; (diunduh tanggal 12 Juni 2012).
Tersedia dari : http://www.who.int/topic/diabetesmellitus/en/
5. Puskesmas Panongan. Profil Puskesmas Panongan Tahun 2011. Majalengka:
Puskesmas Panongan; 2011
6. Sarwono. Pedoman Diet Diabetes Mellitus. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2002
7. Misnadiarly. Diabetes Mellitus : Gangren, Ulcer, Infeksi. Jakarta: Pustaka
Populer Obor; 2006
8. Mangoenprasodjo, AS. Hidup Sehat dan Normal Dengan DM. Yogyakarta:
Penerbit Think Fresh; 2005
9. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rhineka Cipta;
2003
10. Winardi J. Motivasi dan Pemotivasian. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo
Persada; 2007
11. Nugroho. Motivasi Dalam Penyebuhan Penyakit; (diunduh tanggal 12 Juni
2012). Tersedia dari : http://www.nsknugroho.com
12. Soegondo. Diabetes Melitus, Penatalaksanaan Terpadu. Jakarta: Balai
Penerbitan FKUI; 2004
13. Tjokroprawiro, A. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama DM. Jakarta: PT
Gramedia; 2002
14. Perkeni. Consensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka FKUI; 2006
15. Lutan, R. Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB; 2003
16. Suchri Suarli dan Yanyan Bachtiar. Manajemen Keperawatan Dengan
Pendekatan Praktis. Bandung: Balatin Pratama; 2007
17. Moekijat. Dasar – Dasar Motivasi. Bandung: Vioner Jaya; 2002
18. Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta; 2003
19. Nungki. Pengembangan Kawasan Pinggiran Kota Melalui Pendekatan City
Marketing. Surabaya: FTSP ITS; 2007
20. Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka
Cipta; 2007
21. Marioteguh. Hubungan Motivasi Dengan Perilaku; (diunduh tanggal 12 Juni
2012). Tersedia dari : http://artikel-duniapsikologi-blogspot.com
22. Nina Rahmadiliani. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit dan
Komplikasi Pada Diabetes Mellitus Dengan Tindakan mengontrol
Kadar Gula Darah di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Gatak Sukoharjo.
Skripsi S1 keperawatan FIK UMS Sukoharjo; 2005
23. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi.
Jakarta: PT Rineka Cipta; 2005
24. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi.
Jakarta: PT Rineka Cipta; 2007
25. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
ALFABETA; 2004
26. Imam Ghozali. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2002
27. M. Sopiyudin Dahlan. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika; 2009
28. Jacob, T. Etika Penelitian Ilmiah. Jogyakarta: Warta Penelitian Universitas
Gadjah Mada; 2004n
LAMPIRAN 2
INFORMED CONSENT
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : _________________________________________________________
Alamat : _________________________________________________________
_________________________________________________________
Dalam hal ini bersedia memberikan informasi tentang diri saya dan apa
yang saya ketahui pada penelitian yang berjudul “Hubungan Motivasi Penderita
Diabetes Mellitus Dengan Perilaku Mengontrol Kadar Gula Darah Di
Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012 ”.
Kepada mahasiswa S1 Keperawatan STIKes Cirebon :
Nama : Sujana
Alamat : Desa Beber Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka
Dalam memberikan informasi ini saya tidak merasa dipaksa oleh pihak
manapun. Informasi yang saya berikan agar digunakan sebagaimana mestinya dan
dijaga kerahasiaannya.
Majalengka, Juli 2012
Hormat saya,
( __________________)
LAMPIRAN 4
KUESIONER PENELITIAN
IDENTITAS RESPONDEN
 Nama / Umur : ……………………….. /………… Thn
 Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan.
 Agama : ………………………
 Tempat Tinggal : ………………………
PETUNJUK PENGISIAN
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti.
2. Setiap pertanyaan harus diisi dengan satu jawaban, yang sesuai dengan apa
yang anda rasakan dan anda alami yang sesungguhnya dalam mengontrol
kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka, yaitu :
 SL (selalu) : Apabila hal pernyataan selalu dilakukan
 SR (sering) : Apabila hal pernyataan lebih banyak dilakukan
dari pada tidak dilakukan.
 KD (kadang-kadang) : Apabila hal pernyataan seimbang antara
dilakukan dan tidak dilakukan
 JR (jarang) : Apabila hal pernyataan lebih sering tidak
dilakukan daripada dilakukan.
 TP (tidak pernah) : Apabila hal pernyataan tidak pernah dilakukan.
3. Berilah tanda check list (✓) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan
yang saudara rasakan.
4. Bila ada hal-hal yang kurang jelas bisa langsung ditanyakan.
A. Motivasi Responden Dalam Mengontrol Kadar Gula Darah
NO PERNYATAAN SL SR KD JR TP
1 Saya mempunyai keinginan yang kuat
untuk mencari informasi tentang cara
mengontrol kadar gula darah
2 Saya merasa mempunyai keinginan
kuat untuk memeriksa (cek) kadar
gula darah sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
3 Saya mempunyai keyakinan kadar
gula darah dapat turun/normal dengan
kontrol teratur
4 Saya mempunyai jadwal rutin untuk
mengontrol kadar gula darah
5 Saya mengontrol kadar gula darah
atas kemauan sendiri
6 Saya merasa mempunyai keinginan
kuat untuk mengatur diet karena ada
perhatian dari orang terdekat/keluarga
7 Saya merasa mempunyai semangat
berolahraga karena ada orang
terdekat/keluarga yang menemani
8 Saya merasa mempunyai semangat
untuk minum obat penurun gula darah
karena ada perhatian dari orang
terdekat/keluarga
9 Saya mempunyai keinginan yang kuat
untuk mengontrol kadar gula darah
karena ada anjuran/konseling dari
petugas kesehatan
10 Saya mempunyai semangat untuk
memeriksa (cek) kadar gula darah ke
puskesmas atau sarana kesehatan
lainya karena ada dukungan dari
orang terdekat/keluarga
B. Perilaku Responden Mengontrol Kadar Gula Darah
NO PERNYATAAN SL SR KD JR TP
11 Melakukan diet dengan mengurangi
karbohidrat
12 Melakukan diet dengan mengurangi
lemak
13 Melakukan diet dengan mengurangi
protein
14 Melakukan diet dengan mengurangi
pemanis
15 Melakukan diet dengan meningkatkan
konsumsi serat larut air
16 Minum obat penurun kadar gula darah
17 Melakukan olahraga
18 Berkunjung ke puskesmas atau sarana
kesehatan lain untuk memeriksa (cek)
kadar gula darah
19 Mengikuti penyuluhan atau konseling
tentang diet DM
20 Memeriksa (cek) kadar gula darah
pada jadwal yang telah ditentukan
oleh petugas kesehatan
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASINYA
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
(OUTPUT SPSS 16)
Scale: Reliabilitas soal
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables
in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.978 20
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Soal 1 2.15 .933 20
Soal 2 2.05 .826 20
Soal 3 2.90 .912 20
Soal 4 1.75 .967 20
Soal 5 2.50 .688 20
Soal 6 1.75 .716 20
Soal 7 1.45 .759 20
Soal 8 1.70 .657 20
Soal 9 1.55 .759 20
Soal 10 2.35 .988 20
Soal 11 1.60 .821 20
Soal 12 1.60 .821 20
Soal 13 1.60 .821 20
Soal 14 2.85 .875 20
Soal 15 1.70 .733 20
Soal 16 3.20 .768 20
Soal 17 1.35 .933 20
Soal 18 1.80 .951 20
Soal 19 1.40 .598 20
Soal 20 1.55 .686 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Soal 1 36.65 166.976 .825 .976
Soal 2 36.75 169.987 .793 .977
Soal 3 35.90 170.937 .670 .978
Soal 4 37.05 166.050 .834 .976
Soal 5 36.30 172.326 .827 .976
Soal 6 37.05 172.050 .808 .977
Soal 7 37.35 171.924 .766 .977
Soal 8 37.10 173.779 .782 .977
Soal 9 37.25 171.882 .768 .977
Soal 10 36.45 165.103 .853 .976
Soal 11 37.20 167.958 .899 .976
Soal 12 37.20 167.958 .899 .976
Soal 13 37.20 167.958 .899 .976
Soal 14 35.95 168.261 .825 .976
Soal 15 37.10 171.989 .792 .977
Soal 16 35.60 170.253 .844 .976
Soal 17 37.45 168.261 .769 .977
Soal 18 37.00 163.895 .942 .975
Soal 19 37.40 173.200 .901 .976
Soal 20 37.25 172.092 .843 .976
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
38.80 187.747 13.702 20
INTERPRETASI HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
KUESIONER PENELITIAN
1. Hasil uji validitas
Nomor Item Corrected Item-Total
Correlation
r Tabel
Product Moment
Kesimpulan
1 Soal 1 0.825 0.456 Valid
2 Soal 2 0.793 Valid
3 Soal 3 0.670 Valid
4 Soal 4 0.834 Valid
5 Soal 5 0.827 Valid
6 Soal 6 0.808 Valid
7 Soal 7 0.766 Valid
8 Soal 8 0.782 Valid
9 Soal 9 0.768 Valid
10 Soal 10 0.853 Valid
11 Soal 11 0.899 Valid
12 Soal 12 0.899 Valid
13 Soal 13 0.899 Valid
14 Soal 14 0.825 Valid
15 Soal 15 0.792 Valid
16 Soal 16 0.844 Valid
17 Soal 17 0.769 Valid
18 Soal 18 0.942 Valid
19 Soal 19 0.901 Valid
20 Soal 20 0.843 Valid
2. Hasil uji reliabilitas
Nomor Jumlah Item Cronbach’s Alpha
r Tabel
Product Moment
Kesimpulan
1 20 0.978 0.456 Reliabel
Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar
Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar
Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar
Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar
Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar
Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar
Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar
Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar
Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar
Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar
Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar

More Related Content

What's hot

Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)
Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)
Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)sehatnegeriku
 
POWERPOINT GERMAS (PPT GERMAS)
POWERPOINT GERMAS (PPT GERMAS)POWERPOINT GERMAS (PPT GERMAS)
POWERPOINT GERMAS (PPT GERMAS)Lutfi Imansari
 
Kak dbd dan survailens
Kak dbd dan survailensKak dbd dan survailens
Kak dbd dan survailensSri Mega
 
Diseminasi data surveilans epiemiologi
Diseminasi data surveilans epiemiologiDiseminasi data surveilans epiemiologi
Diseminasi data surveilans epiemiologiAfina Permatasari
 
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologiBahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologiHMRojali
 
PENERAPAN PROGRAM PERKESMAS DI UPT KESMAS TAMPAKSIRING II GIANYAR - BALI TAHU...
PENERAPAN PROGRAM PERKESMAS DI UPT KESMAS TAMPAKSIRING II GIANYAR - BALI TAHU...PENERAPAN PROGRAM PERKESMAS DI UPT KESMAS TAMPAKSIRING II GIANYAR - BALI TAHU...
PENERAPAN PROGRAM PERKESMAS DI UPT KESMAS TAMPAKSIRING II GIANYAR - BALI TAHU...Dayu Agung Dewi Sawitri
 
Materi Kesehatan Lingkungan untuk Dokter Kecil
Materi Kesehatan Lingkungan untuk Dokter KecilMateri Kesehatan Lingkungan untuk Dokter Kecil
Materi Kesehatan Lingkungan untuk Dokter KecilAnik Purwa
 
Indikator nasional penanggulangan tb
Indikator nasional penanggulangan tbIndikator nasional penanggulangan tb
Indikator nasional penanggulangan tbNurul Atika
 
MFK Puskesmas-pptx.pptx
MFK Puskesmas-pptx.pptxMFK Puskesmas-pptx.pptx
MFK Puskesmas-pptx.pptxEKOBUDIARJO1
 
Kak pembinaan desa siaga.docx
Kak pembinaan desa siaga.docxKak pembinaan desa siaga.docx
Kak pembinaan desa siaga.docxRobySubekti1
 
[Pdf] program kerja cssd 2019 compress
[Pdf] program kerja cssd 2019 compress[Pdf] program kerja cssd 2019 compress
[Pdf] program kerja cssd 2019 compressBocahpenggalang
 
KUMPULAN FORM PROMOSI KESEHATAN PROMKES
KUMPULAN FORM PROMOSI KESEHATAN PROMKESKUMPULAN FORM PROMOSI KESEHATAN PROMKES
KUMPULAN FORM PROMOSI KESEHATAN PROMKESuning wikandari
 
PPT SURVEI MAWAS DIRI PKM CISIMEUT.pptx
PPT SURVEI MAWAS DIRI PKM CISIMEUT.pptxPPT SURVEI MAWAS DIRI PKM CISIMEUT.pptx
PPT SURVEI MAWAS DIRI PKM CISIMEUT.pptxShin Vectra
 
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)Rini Wulandari
 
Pilihan uji statistik
Pilihan uji statistikPilihan uji statistik
Pilihan uji statistikAnwar Hidayat
 

What's hot (20)

Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)
Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)
Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)
 
POWERPOINT GERMAS (PPT GERMAS)
POWERPOINT GERMAS (PPT GERMAS)POWERPOINT GERMAS (PPT GERMAS)
POWERPOINT GERMAS (PPT GERMAS)
 
297177799 sop-promkes
297177799 sop-promkes297177799 sop-promkes
297177799 sop-promkes
 
Kak dbd dan survailens
Kak dbd dan survailensKak dbd dan survailens
Kak dbd dan survailens
 
Diseminasi data surveilans epiemiologi
Diseminasi data surveilans epiemiologiDiseminasi data surveilans epiemiologi
Diseminasi data surveilans epiemiologi
 
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologiBahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
 
Komunikasi risiko
Komunikasi risikoKomunikasi risiko
Komunikasi risiko
 
PENERAPAN PROGRAM PERKESMAS DI UPT KESMAS TAMPAKSIRING II GIANYAR - BALI TAHU...
PENERAPAN PROGRAM PERKESMAS DI UPT KESMAS TAMPAKSIRING II GIANYAR - BALI TAHU...PENERAPAN PROGRAM PERKESMAS DI UPT KESMAS TAMPAKSIRING II GIANYAR - BALI TAHU...
PENERAPAN PROGRAM PERKESMAS DI UPT KESMAS TAMPAKSIRING II GIANYAR - BALI TAHU...
 
Materi Kesehatan Lingkungan untuk Dokter Kecil
Materi Kesehatan Lingkungan untuk Dokter KecilMateri Kesehatan Lingkungan untuk Dokter Kecil
Materi Kesehatan Lingkungan untuk Dokter Kecil
 
Indikator nasional penanggulangan tb
Indikator nasional penanggulangan tbIndikator nasional penanggulangan tb
Indikator nasional penanggulangan tb
 
MFK Puskesmas-pptx.pptx
MFK Puskesmas-pptx.pptxMFK Puskesmas-pptx.pptx
MFK Puskesmas-pptx.pptx
 
Kak pembinaan desa siaga.docx
Kak pembinaan desa siaga.docxKak pembinaan desa siaga.docx
Kak pembinaan desa siaga.docx
 
[Pdf] program kerja cssd 2019 compress
[Pdf] program kerja cssd 2019 compress[Pdf] program kerja cssd 2019 compress
[Pdf] program kerja cssd 2019 compress
 
PIS-PK
PIS-PKPIS-PK
PIS-PK
 
KUMPULAN FORM PROMOSI KESEHATAN PROMKES
KUMPULAN FORM PROMOSI KESEHATAN PROMKESKUMPULAN FORM PROMOSI KESEHATAN PROMKES
KUMPULAN FORM PROMOSI KESEHATAN PROMKES
 
PPT SURVEI MAWAS DIRI PKM CISIMEUT.pptx
PPT SURVEI MAWAS DIRI PKM CISIMEUT.pptxPPT SURVEI MAWAS DIRI PKM CISIMEUT.pptx
PPT SURVEI MAWAS DIRI PKM CISIMEUT.pptx
 
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
 
Pilihan uji statistik
Pilihan uji statistikPilihan uji statistik
Pilihan uji statistik
 
GERMAS 2022.pptx
GERMAS 2022.pptxGERMAS 2022.pptx
GERMAS 2022.pptx
 
Sop promkes
Sop promkesSop promkes
Sop promkes
 

Similar to Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar

Jurnal Hery Wismono
Jurnal Hery WismonoJurnal Hery Wismono
Jurnal Hery Wismonosapakademik
 
Jurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensiJurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensinrukmana rukmana
 
Jurnal deni asnawi
Jurnal deni asnawiJurnal deni asnawi
Jurnal deni asnawisapakademik
 
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...Sii AQyuu
 
EFEKTIVITAS DIET RENDAH GARAM TERHADAP PASIEN HIPERTENSI DIDAERAH.pptx
EFEKTIVITAS DIET RENDAH GARAM TERHADAP PASIEN HIPERTENSI DIDAERAH.pptxEFEKTIVITAS DIET RENDAH GARAM TERHADAP PASIEN HIPERTENSI DIDAERAH.pptx
EFEKTIVITAS DIET RENDAH GARAM TERHADAP PASIEN HIPERTENSI DIDAERAH.pptxMuhammadAsriSKepNs1
 
PPT Sempro kian ARYA.pptx
PPT Sempro kian ARYA.pptxPPT Sempro kian ARYA.pptx
PPT Sempro kian ARYA.pptxTriGunawan17
 
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...Sii AQyuu
 
Blood Donation Behavior in Hasanuddin University Students
Blood Donation Behavior in Hasanuddin University StudentsBlood Donation Behavior in Hasanuddin University Students
Blood Donation Behavior in Hasanuddin University StudentsSuci Hasairin
 
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...Aji Wibowo
 
PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI HARGA DIRI RENDAH TERHADAP PERUBAHAN...
PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI HARGA DIRI RENDAH TERHADAP PERUBAHAN...PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI HARGA DIRI RENDAH TERHADAP PERUBAHAN...
PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI HARGA DIRI RENDAH TERHADAP PERUBAHAN...Nanang Soleh
 
PPT SEMPRO SAMSURI DIABETES MELLITUS.pptx
PPT SEMPRO SAMSURI DIABETES MELLITUS.pptxPPT SEMPRO SAMSURI DIABETES MELLITUS.pptx
PPT SEMPRO SAMSURI DIABETES MELLITUS.pptxridiputra
 
Jurnal buk dewi 1
Jurnal buk dewi 1Jurnal buk dewi 1
Jurnal buk dewi 1EggaRafika
 
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docxPOPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docxNiyaCimut
 
EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT INSULIN PENbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb.docx
EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT INSULIN PENbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb.docxEVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT INSULIN PENbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb.docx
EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT INSULIN PENbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb.docxBETTERMAN9
 

Similar to Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar (20)

Jurnal Hery Wismono
Jurnal Hery WismonoJurnal Hery Wismono
Jurnal Hery Wismono
 
2159 3918-1-sm
2159 3918-1-sm2159 3918-1-sm
2159 3918-1-sm
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Jurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensiJurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensi
 
Novi.ppt
Novi.pptNovi.ppt
Novi.ppt
 
Jurnal deni asnawi
Jurnal deni asnawiJurnal deni asnawi
Jurnal deni asnawi
 
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
 
EFEKTIVITAS DIET RENDAH GARAM TERHADAP PASIEN HIPERTENSI DIDAERAH.pptx
EFEKTIVITAS DIET RENDAH GARAM TERHADAP PASIEN HIPERTENSI DIDAERAH.pptxEFEKTIVITAS DIET RENDAH GARAM TERHADAP PASIEN HIPERTENSI DIDAERAH.pptx
EFEKTIVITAS DIET RENDAH GARAM TERHADAP PASIEN HIPERTENSI DIDAERAH.pptx
 
Jurper1 1-nas
Jurper1 1-nasJurper1 1-nas
Jurper1 1-nas
 
Jurper1 1-nas 2
Jurper1 1-nas 2Jurper1 1-nas 2
Jurper1 1-nas 2
 
Jurper1 1-nas 3
Jurper1 1-nas 3Jurper1 1-nas 3
Jurper1 1-nas 3
 
PPT Sempro kian ARYA.pptx
PPT Sempro kian ARYA.pptxPPT Sempro kian ARYA.pptx
PPT Sempro kian ARYA.pptx
 
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
 
Blood Donation Behavior in Hasanuddin University Students
Blood Donation Behavior in Hasanuddin University StudentsBlood Donation Behavior in Hasanuddin University Students
Blood Donation Behavior in Hasanuddin University Students
 
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...
 
PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI HARGA DIRI RENDAH TERHADAP PERUBAHAN...
PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI HARGA DIRI RENDAH TERHADAP PERUBAHAN...PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI HARGA DIRI RENDAH TERHADAP PERUBAHAN...
PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI HARGA DIRI RENDAH TERHADAP PERUBAHAN...
 
PPT SEMPRO SAMSURI DIABETES MELLITUS.pptx
PPT SEMPRO SAMSURI DIABETES MELLITUS.pptxPPT SEMPRO SAMSURI DIABETES MELLITUS.pptx
PPT SEMPRO SAMSURI DIABETES MELLITUS.pptx
 
Jurnal buk dewi 1
Jurnal buk dewi 1Jurnal buk dewi 1
Jurnal buk dewi 1
 
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docxPOPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
 
EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT INSULIN PENbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb.docx
EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT INSULIN PENbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb.docxEVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT INSULIN PENbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb.docx
EVALUASI PELAYANAN INFORMASI OBAT INSULIN PENbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb.docx
 

More from Sujana Pkm

Laporan pendahuluan stroke
Laporan pendahuluan strokeLaporan pendahuluan stroke
Laporan pendahuluan strokeSujana Pkm
 
Laporan pendahuluan ileus
Laporan pendahuluan ileusLaporan pendahuluan ileus
Laporan pendahuluan ileusSujana Pkm
 
Laporan pendahuluan asma
Laporan pendahuluan asmaLaporan pendahuluan asma
Laporan pendahuluan asmaSujana Pkm
 
Laporan pendahuluan mioma uteri
Laporan pendahuluan mioma uteriLaporan pendahuluan mioma uteri
Laporan pendahuluan mioma uteriSujana Pkm
 
Laporan pendahuluan askep abses
Laporan pendahuluan askep absesLaporan pendahuluan askep abses
Laporan pendahuluan askep absesSujana Pkm
 
Osteo artritis
Osteo artritisOsteo artritis
Osteo artritisSujana Pkm
 
Anatomimuskuloskeletal
AnatomimuskuloskeletalAnatomimuskuloskeletal
AnatomimuskuloskeletalSujana Pkm
 
Diabetes insipidus
Diabetes insipidusDiabetes insipidus
Diabetes insipidusSujana Pkm
 
Asuhan keperawatan pada sistem endokrin
Asuhan keperawatan pada sistem endokrinAsuhan keperawatan pada sistem endokrin
Asuhan keperawatan pada sistem endokrinSujana Pkm
 

More from Sujana Pkm (9)

Laporan pendahuluan stroke
Laporan pendahuluan strokeLaporan pendahuluan stroke
Laporan pendahuluan stroke
 
Laporan pendahuluan ileus
Laporan pendahuluan ileusLaporan pendahuluan ileus
Laporan pendahuluan ileus
 
Laporan pendahuluan asma
Laporan pendahuluan asmaLaporan pendahuluan asma
Laporan pendahuluan asma
 
Laporan pendahuluan mioma uteri
Laporan pendahuluan mioma uteriLaporan pendahuluan mioma uteri
Laporan pendahuluan mioma uteri
 
Laporan pendahuluan askep abses
Laporan pendahuluan askep absesLaporan pendahuluan askep abses
Laporan pendahuluan askep abses
 
Osteo artritis
Osteo artritisOsteo artritis
Osteo artritis
 
Anatomimuskuloskeletal
AnatomimuskuloskeletalAnatomimuskuloskeletal
Anatomimuskuloskeletal
 
Diabetes insipidus
Diabetes insipidusDiabetes insipidus
Diabetes insipidus
 
Asuhan keperawatan pada sistem endokrin
Asuhan keperawatan pada sistem endokrinAsuhan keperawatan pada sistem endokrin
Asuhan keperawatan pada sistem endokrin
 

Recently uploaded

MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfestidiyah35
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.pptTrifenaFebriantisitu
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Codajongshopp
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptmutupkmbulu
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxNadiraShafa1
 
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxPENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxandibtv
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRJessieArini1
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxsiampurnomo90
 
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxMETODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxika291990
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptssuser940815
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxunityfarmasis
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfMeiRianitaElfridaSin
 
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptx
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptxpertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptx
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptxSagitaDarmasari1
 

Recently uploaded (14)

MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
 
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxPENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxMETODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
 
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptx
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptxpertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptx
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptx
 

Skripsi hubungngan motivasi dengan perilaku mengontrol kadar

  • 1. HUBUNGAN MOTIVASI PENDERITADIABETES MELLITUS DENGAN PERILAKU (MENGONTROL) KADAR GULA DARAH DI PUSKESMAS PANONGAN KAB. MAJALENGKA TAHUN 2012 Oleh : SUJANA 4201.0111.B.036 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON CIREBON 2012
  • 2. HUBUNGAN MOTIVASI PENDERITADIABETES MELLITUS DENGAN PERILAKU (MENGONTROL) KADAR GULA DARAH DI PUSKESMAS PANONGAN KAB. MAJALENGKA TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh : SUJANA 4201.0111.B.036 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON CIREBON 2012
  • 3. PERNYATAAN PERSETUJUAN SKRIPSI Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon Cirebon, September 2012 Menyetujui, Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping, Uus Husni M., S.Kp., M.Si Healty S.S., S.Kep, Ners
  • 4. PENGESAHAN Skripsi ini telah diperiksa dan disahkan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Cirebon guna memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada tanggal 1 Oktober 2012 Mengesahkan Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon Ketua Sidang (Uus Husni M., S.Kp., M.Si) Anggota (Ucu Supriatna, M.Epid) (Supriatin, S.Kep, Ners)
  • 5. PERNYATAAN 1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (diploma dan sarjana), baik dari STIKes Cirebon maupun Perguruan Tinggi lain. 2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing. 3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan arang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan naskah pengarang dan di cantumkan dalam daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku diperguruan tinggi ini. Cirebon, September 2012 Yang membuat pernyataan, Materai Rp.6000 (SUJANA) NIM.4201.0111.B.036
  • 6. SekolahTinggiIlmu KesehatanCirebon ProgramStudi Ilmu Keperawatan Tahun 2012 ABSTRAK Sujana 4201.0111.B.036 HUBUNGAN MOTIVASI PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN PERILAKU (MENGONTROL) KADAR GULA DARAH DI PUSKESMAS PANONGAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012 Xiii+81 halaman, 2 tabel, 8 gambar, 8 lampiran Diabetes mellitus merupakan penyakit progresif kronis yang dapat menimbulkan komplikasi pada berbagai organ vital. Diabetes melitus tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikurangi atau dikontrol kadar gula darahnya. Pengontrolan kadar gula darah secara teratur harus dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan agar dapat hidup secara normal. Angka penderita diabetes mellitus terus meningkat setiap tahunya, namun hanya 30% saja yang berobat secara teratur, salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah motivasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah. Jenis penelitian ini adalah korelasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 36 orang yang diambil 25% dari populasi dimana penentuan sampelnya dengan menggunakan teknik systematic sampling. Data diperoleh dengan menggunakan metode dan instrumen kuesioner dan dianalisis secara statistika menggunakan uji chi square. Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah dengan nilai sig p (0,000). Sehubungan dengan hasil penelitian ini, untuk meningkatkan motivasi dan perilaku penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah maka perawat di Puskesmas Panongan dapat meningkatkan peranya sebagai edukator dan motivator pada konseling dalam pengelolaan diabetes secara mandiri (diabetes self management education). Kata kunci : Kadar Gula Darah, Perilaku, Motivasi Daftar bacaan : 28 (2002 - 2011)
  • 7. College ofHealth Science of Cirebon ProgramStudy of Nursing Science Year 2012 ABSTRACT Sujana 4201.0111.B.036 THE RELATIONSHIP MOTIVATE PATIENT DIABETES MELLITUS BEHAVIORALLY (CONTROL) BLOOD SUGAR RATE IN PUSKESMAS PANONGAN REGENCY MAJALENGKA YEAR 2012 Xiii+81 Pages, 2 tables, 8 picture, 8 enclosure Diabetes Mellitus represent chronic progressive disease which can generate complication at various vital organ. Diabetes Melitus cannot be healed, but can be lessened or controlled its blood sugar rate. Activity control rate of sugar of blood regularly must be done to prevent the happening of complication and in order to earn life normally. Patient diabetes mellitus number increasing every year, but only 30% which medicinize regularly, one of factor influencing is motivation. this Research target is to know relationship motivate patient diabetes mellitus behaviorally (control) blood sugar rate. This research type is correlation with approach cross sectional. Sum up sample 36 one who is taken by 25% from population of where determination its sample by using technique systematic sampling. Data obtained by using instrument kuesioner and method and analysed by statistika use test chi square. From statistical test result got by that there is relationship having a meaning between patient diabetes mellitus motivation behaviorally (control) blood sugar rate with value sig p ( 0,000). Refering to this research result, to increase motivate and the patient diabetes mellitus behavior in controlling blood sugar rate hence nurse in Puskesmas Panongan can improve its role as edukator and motivator at conseling in management diabetes self-supportingly (diabetes self management education). Keyword : Blood Sugar Rate, Behavioral, Motivate Reading List : 28 ( 2002 – 2011)
  • 8. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul ’’Hubungan Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Dengan Perilaku (Mengontrol) Kadar Gula Darah Di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012’’. Adapun tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh pendidikan S1 Keperawatan STIKes Cirebon. Penulis telah berupaya seoptimal mungkin untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh dari sempurna untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih pada yang terhormat : 1. Drs. H. E. Djumhana Cholil, MM, selaku Ketua Yayasan RISE Cirebon. 2. Mohammad Sadli, SKM, M.M.Kes, selaku Ketua STIKes Cirebon. 3. H. Alimudin, S.Sos, M.M, M.M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka.
  • 9. 4. Awaludin Jahid Abdilah, S.Kp, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Cirebon. 5. Akhmad Hidayat, SKM, selaku Kepala UPTD Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka 6. Uus Husni M., S.Kp., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Utama skripsi yang selalu memberikan arahan dan bimbinganya 7. Healty S.S., S.Kep, Ners, selaku Dosen Pembimbing Pendamping skripsi yang selalu memberikan arahan dan bimbinganya 8. Keluargaku tercinta yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Mudah-mudahan bantuan, bimbingan dan budi baik yang telah diberikan pada penulis mendapat balasan dengan limpahan berkat dan anugrah dari Allah SWT. Amin... Majalengka, September 2012 Penulis
  • 10. DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM...................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN........................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................ iii PERNYATAAN TERTULIS ............................................................ iv ABSTRAK.......................................................................................... v KATA PENGANTAR......................................................................... vii DAFTAR ISI....................................................................................... ix DAFTAR TABEL............................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1 1.1 Latar Belakang............................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah....................................................... 5 1.3 Tujuan............................................................................ 5 1.3.1 Tujuan Umum............................................................. 5 1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................ 5 1.4 Ruang Lingkup Penelitian............................................. 6 1.5 Kegunaan Penelitian...................................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................... 8 2.1 Konsep Diabetes Mellitus.............................................. 8 2.2 Konsep Motivasi............................................................ 25 2.3 Konsep Perilaku............................................................. 30 2.4 Konsep Hubungan Motivasi dan Perilaku...................... 36 2.5 Perilaku Mengontrol Kadar Gula Darah........................ 38 2.6 Kerangka Teori............................................................... 38
  • 11. BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL.................................................................. 41 3.1 Kerangka Konsep.......................................................... 41 3.2 Hipotesis........................................................................ 41 3.3 Definisi Operasional, Variabel dan Cara Pengukuran... 42 BAB IV METODE PENELITIAN..................................................... 43 4.1 Rancangan Penelitian.................................................... 43 4.2 Variabel Penelitian........................................................ 43 4.3 Populasi dan Sampel...................................................... 43 4.3.1 Populasi....................................................................... 43 4.3.2 Sampel........................................................................ 44 4.4 Instrumen Penelitian...................................................... 45 4.5 Metode Pengumpulan Data........................................... 46 4.6 Uji Coba Kuesioner....................................................... 46 4.7 Pengolahan Data............................................................ 48 4.8 Analisa Data.................................................................. 49 4.9 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................... 51 4.10 Etika Penelitian............................................................ 51 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................. 53 5.1 Hasil Penelitian.............................................................. 53 5.2 Pembahasan................................................................... 55 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ................................................ 62 6.1 Simpulan........................................................................ 62 6.2 Saran.............................................................................. 62 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 64 LAMPIRAN....................................................................................... 66
  • 12. DAFTAR TABEL Nomor Judul Tabel Halaman 2.1 5.1 Kadar Glukosa Sewaktu dan Puasa Hasil Analisis Hubungan Motivasi Penderita Diabetes Mellitus dengan Perilaku Mengontrol Kadar Gula Darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012 13 55
  • 13. DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Gambar Halaman 2.1 2.2 3.1 5.1 5.2 5.3 Determinan Perilaku Manusia Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerangka Konsep Distribusi Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Mengontrol Kadar Gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012 Distribusi Perilaku Penderita Diabetes Mellitus Mengontrol Kadar Gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012 Hubungan Motivasi Penderita Diabetes Mellitus dengan Perilaku Mengontrol Kadar Gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012 39 40 41 53 54 54
  • 14. DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Gambar Halaman Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Jadwal Kegiatan Skripsi Informed consent Kisi – Kisi Instrumen Penelitian Instrumen / Kuesioner Penelitian Rekapitulasi Hasil Uji Coba Kuesioner Hasil Uji Statistik Surat Ijin Penelitian Daftar Riwayat Hidup 66 67 68 70 73 77 83 84
  • 15. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang berlangsung kronik progesif, dengan manifestasi gangguan metabolik glukosa dan lipid, disertai komplikasi kronik sampai dengan kerusakan organ tubuh(1). Diabetes melitus tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikurangi atau dikontrol kadar gula darahnya(2). Ancaman diabetes mellitus kini semakin meluas, berdasarkan data dari Federasi Diabetes Dunia (IDF) tahun 2011, pada tahun 2030 mendatang sebanyak 552 juta orang akan terkena diabetes mellitus. Terjadi peningkatan sekitar 200 juta orang dari jumlah penderita tahun 2011, yang mencapai 346 juta orang. Sementara data tahun 2010 lalu, jumlah pengidap diabetes mellitus mencapai 285 juta orang(3). Indonesia menempati urutan ke 4 dalam jumlah penderita diabetes mellitus setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesda) tahun 2008, menunjukan prevalensi pengidap diabetes mellitus sekitar 5,7 persen dan pradiabetes mellitus 11,4 persen, dengan angka prevalensi tersebut dapat diperkirakan penderita diabetes mellitus saat ini mencapai sekitar 13,56 juta orang dan penderita pradiabetes mellitus sekitar 27,13 juta. Pradiabetes mellitus yaitu mereka yang hasil pengujian kadar gula darahnya relatif lebih tinggi dari angka normal, namun belum masuk angka kategori pengidap diabetes
  • 16. mellitus(3). Survey Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010, menyebutkan jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia naik dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta tahun 2010, dan diantara mereka baru sekitar 30% yang berobat teratur(4). Di Puskesmas Panongan jumlah penderita diabetes mellitus yang sudah terdiagnosis dan tercatat pada tahun 2009 sebanyak 116 kasus, tahun 2010 sebanyak 132 kasus, dan pada tahun 2011 sebanyak 142 kasus atau meningkat 7,6 % dari tahun 2010, dari angka tersebut hanya 36 orang (25,3%) yang tercatat berkunjung ke Puskesmas secara teratur untuk cek kadar gula darah(5). Banyaknya penderita diabetes mellitus di Indonesia disinyalir sebagai akibat dari faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik atau olahraga dan stress berperan besar sebagai pemicu diabetes mellitus. Tapi diabetes mellitus juga bisa muncul karena faktor keturunan. Faktor keturunan memang tidak dapat dicegah, namun gaya hidup dapat diubah(4). Peningkatan angka pasien diabetes mellitus berdampak signifikan bagi kesehatan secara keseluruhan, sebab penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang bersifat progresif. Diabetes mellitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronis pada berbagai organ vital seperti stroke, gagal ginjal, jantung, kebutaan dan bahkan harus menjalani amputasi jika anggota badan menderita luka yang tidak bisa mengering. Apalagi jika penderita diabetes mellitus tidak mampu mengontrol kadar gula dalam darahnya(2).
  • 17. Pengontrolan kadar gula darah secara teratur harus dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi kronis, dan dengan pengontrolan yang teratur penderita diabetes mellitus dapat hidup secara normal(6). Pengontrolan diabetes mellitus yang baik dapat mengurangi komplikasi 20 sampai 30 %(7). Ada empat cara pengelolaan diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah yang dikenal dengan empat serangkai pengelolaan diabetes mellitus, yaitu edukasi, perencanaan makanan, latihan jasmani dan intervensi medis. Bila penderita diabetes mellitus taat dan disiplin serta mau berperilaku sehari-hari dengan baik dan mengikuti empat serangkai dalam pengelolaan diabetes mellitus, maka kualitas kesehatan penderita diabetes mellitus juga akan baik(8). Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan(9). Perilaku penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darahnya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, motivasi, kepercayaan dan sikap positif, tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan dan terdapat dorongan yang dilandasi kebutuhan yang dirasakan(9). Untuk terwujudnya sebuah perilaku pengontrolan kadar gula darah yang baik dari penderita diabetes mellitus dibutuhkan sebuah motivasi. Motivasi adalah suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah, dan membuat persisten (berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri(10).
  • 18. Motivasi penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah terdiri dari dua jenis, yaitu motivasi intrinsik yang datangnya dari dalam diri individu itu sendiri, seperti kedisiplinan dalam diet, kepatuhan dan keteraturan dalam latihan fisik, teratur dalam berobat atau terapi medis dan keinginan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakitnya dan motivasi ekstrinsik yang datangnya dari luar diri sendiri seperti dukungan keluarga, teman dekat, tokoh masyarakat, dukungan ekonomi dan dukungan petugas kesehatan(11). Penulis melakukan studi pendahuluan pada tanggal 12-14 Juni 2012 di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka, hasil wawancara terhadap 10 orang penderita diabetes mellitus, 7 orang diantara mereka mangaku enggan datang ke Puskesmas untuk kontrol (cek) gula darah, hal tersebut disebabkan belum adanya keluhan terkait dengan gejala penyakit diabetes mellitus, mahalnya biaya pemeriksaan gula darah, lokasi yang jauh dan infrastruktur jalan yang rusak, malas pergi berobat karena sibuk dengan pekerjaan rutin dan tanpa gejala pasien merasa sembuh. Berdasarkan uraian di atas, angka penderita diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Panongan cenderung meningkat tiap tahunnya, dan angka kunjungan penderita diabetes mellitus ke Puskesmas untuk kontrol (cek) kadar gula darah secara teratur sangat rendah (25,3%), maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mongontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka.
  • 19. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012 ? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan, Kabupaten Majalengka tahun 2012. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui motivasi penderita diabetes mellitus mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012 2. Untuk mengetahui perilaku penderita diabetes mellitus mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012 3. Untuk menganalisis hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012
  • 20. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Karena keterbatasan waktu pada penelitian ini, variabel yang diteliti hanya motivasi penderita diabetes mellitus dan variabel perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012, dengan sasaran 142 penderita diabetes mellitus tipe 2 yang berada di wilayah kerja Puskesmas Panongan tahun 2011. Jenis penelitian korelasi dengan menggunakan metode cross sectional. 1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Guna Teoritis 1. Bagi ilmu keperawatan Dapat digunakan oleh perawat komunitas khususnya di Puskesmas sebagai bahan acuan dalam memberikan penyuluhan atau konseling kepada masyarakat khususnya penderita diabetes mellitus agar tetap memiliki motivasi yang tinggi untuk menjalani program pengendalian kadar gula darah secara teratur. 2. Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian bermanfaat sebagai sumber informasi dan pengembangan literatur bagi mahasiswa dan dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
  • 21. 3. Bagi peneliti lain Memberikan dasar pijakan untuk penelitian selanjutnya dalam meneliti motivasi dan perilaku penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah. 1.5.2 Guna Praktis 1. Bagi puskesmas Memberikan informasi faktual kepada Puskesmas Panongan tentang pentingnya motivasi bagi penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah, sehingga dapat dijadikan acuan dalam memberikan konseling kepada penderita diabetes mellitus yang pada akhirnya dapat meningkatkan kunjungan penderita diabetes mellitus ke Puskesmas Panongan untuk kontrol (cek) kadar gula darah. 2. Bagi responden Dapat memberikan informasi tentang pentingnya mengontrol kadar gula darah bagi penderita diabetes mellitus, dan dapat dijadikan bahan instrospeksi diri untuk meningkatkan motivasi dalam mengendalikan kadar gula darah.
  • 22. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Mellitus 2.1.1 Pengertian Diabetes Mellitus Diabetes melitus merupakan suatu sindrom klinik yang khas ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi atau penurunan efektifitas insulin. Gangguan metabolik ini mempengaruhi metabolisme dari karbohidrat, protein, lemak, air dan elektrolit. Gangguan metabolisme tergantung pada adanya kehilangan aktivitas insulin dalam tubuh dan pada banyak kasus akhirnya menimbulkan kerusakan selular, khususnya sel endotelial vaskular pada mata, ginjal dan susunan saraf(12). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang berlangsung kronik progesif, dengan manifestasi gangguan metabolik glukosa dan lipid, disertai komplikasi kronik sampai dengan kerusakan organ tubuh. Diabetes melitus tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikurangi dan dikontrol kadar gula darahnya(1). Diabetes melitus merupakan penyakit kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan kurangnya produksi hormon insulin oleh sel beta prankreas sehingga glukosa menumpuk di dalam darah kemudian menyebabkan kadar gula darah meningkat diatas normal.
  • 23. 2.1.2 Etiologi dan Patofisiologi Etiologi dan patofisiologi dari diabetes mellitus dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Etiologi Penyebab diabetes mellitus adalah kurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam tubuh yang mencukupi maka tidak dapat bekerja secara normal atau terjadinya gangguan fungsi insulin. Insulin berperan utama dalam mengatur kadar glukosa dalam darah, yaitu 60-120 mg/dl waktu puasa dan dibawah 140 mg/dl pada dua jam sesudah makan (orang normal)(13). Kekurangan Insulin disebabkan karena terjadinya kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar penkreas yang berfungsi menghasilkan insulin. Ada beberapa faktor yang menyebabkan diabetes mellitus sebagai berikut : 1) Genetik atau Faktor Keturunan Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita diabetes mellitus memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita diabetes mellitus. Para ahli kesehatan juga menyebutkan diabetes mellitus merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya(12).
  • 24. 2) Virus dan Bakteri Virus yang menyebabkan diabetes mellitus adalah rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan diabetes mellitus(12). 3) Bahan Toksin atau Beracun Ada beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel betasecara langsung, yakni allixan, pyrinuron (rodentisida), streptozotocin (produk dari sejenis jamur)(12). 4) Asupan Makanan Diabetes mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan asupan makanan, baik sebagai faktor penyebab maupun pengobatan. Asupan makanan yang berlebihan merupakan faktor risiko pertama yang diketahui menyebabkan diabetes mellitus. Salah satu asupan makanan tersebut yaitu asupan karbohidrat. Semakin berlebihan asupan makanan semakin besar kemungkinan terjangkitnya diabetes mellitus(12). 5) Obesitas Retensi insulin paling sering dihubungkan dengan kegemukan atau obesitas. Pada kegemukan atau obesitas, sel-sel lemak juga ikut gemuk dan sel seperti ini akan menghasilkan beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan pada
  • 25. waktu tidak gemuk. Zat-zat itulah yang menyebabkan resistensi terhadap insulin(12). 2. Patofisiologi Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan di pecah menjadi bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makan itu akan diserap oleh usus dan kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan keseluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ didalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas(12). Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya
  • 26. (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat(12). Efek samping insulin adalah penambahan berat badan yang mungkin diduga karena tiga penyebab(12) : 1) Insulin diketahui memiliki efek anabolik (pembentukan tubuh). 2) Ketika kontrol terdapat glisemia yang baik mulai dicapai karena adanya terapi insulin, sedikit gula yang hilang didalam urin. 3) Pengobatan insulin membuat orang merasa lebih baik. 2.1.3 Glukosa Darah 1. Pengertian Glukosa merupakan bentuk paling sederhana dari molekul gula, yang merupakan produk akhir dari pencernaan karbohidrat dan bentuk dimana karbohidrat diserap dari usus ke dalam aliran darah. Terkadang orang menyebutnya gula anggur ataupun dekstrosa. Banyak dijumpai di alam, terutama pada buah-buahan, sayur-sayuran, madu, sirup jagung dan tetes tebu. Di dalam tubuh glukosa didapat dari hasil akhir pencernaan amilum, sukrosa, maltosa dan laktosa(6). 2. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa Kriteria diagnostik diabetes mellitus menurut Perkeni atau yang dianjurkan ADA (American Diabetes Association), yaitu bila terdapat
  • 27. salah satu atau lebih hasil pemeriksaan gula darah dengan kriteria sebagai berikut(14): 1) Kadar gula darah sewaktu (plasma vena) lebih atau sama dengan 200 mg/dl 2) Kadar gula darah puasa (plasma vena) lebih atau sama dengan 126 mg/dl 3) Kadar glukosa plasma lebih atau sama dengan 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada tes toleransi glukosa oral (TTGO). Tabel 2.1 Kadar Glukosa Sewaktu dan Puasa Kadar Glukosa Darah Sewaktu Bukan DM Belum Pasti DM DM Kadar glukosa darah sewaktu Plasma vena Kadar glukosa darah puasa Plasma vena Darah kapiler < 100 < 90 < 110 < 90 110-199 90-199 110-125 90-109 > 200 > 200 > 126 > 110 Sumber : (14) 3. Faktor risiko diabetes mellitus Faktor yang menyebabkan seseorang memiliki resiko terkena diabetes melitus lebih tinggi, yaitu(13) : 1) Kurangnya olah raga 2) Rendahnya berat badan bayi yang lahir karena tidak memadainya asupan gizi pada janin selama tahap perkembangan, terutama jika ibu bayi memiliki kelebihan berat badan dalam hidupnya. 3) Kurang mengkonsumsi serat
  • 28. 4) Kegemukan 5) Pola makan yang salah 6) Minum obat yang dapat menaikkan kadar glukosa darah 7) Stres 4. Gejala diabetes mellitus Gejala dan tanda diabetes mellitus dapat dikelompokkan menjadi gejala akut dan kronik, yaitu(13): 1) Gejala akut Gejala diabetes mellitus dari penderita satu dengan lainnya tidak selalu sama. Gejala tersebut dibawah ini adalah gejala yang pada umumnya timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala yang lain, bahkan ada penderita diabetes mellitus yang tidak menunjukkan apapun sampai pada saat tertentu. Pada permulaan gejala yang timbul sering disebut 3P yaitu polifagia (banyak makan), polidipsi (banyak minum) dan poliuria (sering kencing). Dalam fase ini biasanya penderita menujukkan berat badan yang terus bertambah (gemuk) karena pada saat ini jumlah insulin masih mencukupi. 2) Gejala kronik Penderita diabetes mellitus tidak menunjukkan gejala akut (mendadak) tapi penderita menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes mellitus. Gejala kronik yang sering timbul antara lain kesemutan, kulit terasa
  • 29. panas, tebal dikulit, kram, mudah mengantuk, pada wanita akan gatal disekitar kemaluan, kemampuan seksual menurun dan bisa impoten sedangkan untuk ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg. 5. Komplikasai diabetes mellitus Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut maupun kronik, yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun setelah mengidap penyakit diabetes mellitus(13). Komplikasi akut yang sering timbul adalah hipoglikemia dan koma diabetik. Hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda : rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing. Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik ini timbul karena kadar gula darah dalam tubuh semakin tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik adalah nafsu makan menurun, banyak minum, banyak kencing, mual dan muntah, napas menjadi cepat dan berbau aseton, sering disertai panas karena terjadi infeksi(13). Komplikasi kronik yang sering timbul adalah bila penderita lengah, komplikasi diabetes mellitus dapat menyerang seluruh alat tubuh, mulai rambut sampai ujung kaki termasuk semua alat tubuh di dalamnya. Sebaliknya, komplikasi tersebut tidak akan muncul jika perawatan diabetes mellitus dilaksanakan dengan tertib dan teratur(13).
  • 30. 6. Pencegahan penyakit diabetes mellitus Ada 10 cara untuk mencegah atau memerangi komplikasi diabetes mellitus, yang dikenal SINDROM 10 = GULOH-SISAR(13), yaitu : 1) G (gula) Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman yang terlalu manis. 2) U (Urat = asam urat) Batasi makanan yang banyak mengandung Purin, karena purin dapat menimbulkan hiperurisemia dengan efek samping antara lain mudah timbul agresi trombosit (penggumpalan darah) yang dapat memacu timbulnya ateroklerosis atau penyempitan pembuluh darah, misalnya : jeroan, alkohol, sarden, burung dara, unggas, kaldu dan emping 3) L (lemak atau Lipid) Usahakan mencapai desirable lipid triad (kolesterol total, trigliserida, kolesterol-HDL), atau cegah untuk terjadinya dislipidemia (Kadar lemak darah yang tidak normal) dengan cara menghindari makanan yang banyak mengandung lemak dan budayakan untuk makan sayur dan buah-buahan setiap hari 4) 0 (obesitas) Cegah kegemukan atau gizi yang berlebih atau obesitas, termasuk penurunan 5 hingga 7 persen dari berat badan total dapat menurunkan resiko terkena diabetes tipe 2 sebesar 60 %.
  • 31. 5) S (Sigaret) Hindari atau berhenti merokok 6) H (Hipertensi) Cegahlah konsumsi garam yang berlebihan 7) I (Inaktifitas) Lakukan olahraga teratur setiap hari untuk menghilangkan kalori sekitar 300kkl atau 2000 kkal/minggu, atau jalan kaki sekitar 30 menit dalam sehari, lima hari dalam seminggu. 8) S (Stress) Usahakan tidur nyenyak minimal 6 jam sehari agar dapat meredam stress. 9) A (alkohol) Hindari atau berhenti minum alkohol 10) R (Reguler Check Up) Lakukan check up secara teratur tanpa menunggu timbulnya gejala, baik yang sakit atau yang normal, terutama dilakukan untuk umur diatas 40 tahun. 7. Klasifikasi diabetes mellitus 1) Kelompok berdasarkan pola makan (1) Jenis DM yang menjangkit wilayah dengan penduduk yang berpola makan dan berpola hidup modern dan tradisional.
  • 32. (2) Jenis DM yang disebabkan kekurangan makan (malnutrition) ada di daerah yang kekurangan pangan(13). 2) Kelompok berdasarkan klinis atau medis (1) Diabetes mellitus (DM)  DM tipe I atau DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin)  DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin)  DMTM (Diabetes Mellitus Terkait Malnutrisi)  Diabetes Mellitus yang behubungan atau sindrom tertentu. (2) Gangguan toleransi glukosa Gangguan ini terjadi pada kelompok tidak gemuk, gemuk dan berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu. (3) Diabetes mellitus pada kehamilan (Gestional/DM) Ganggun ini baru terjadi pada seseorang setelah hamil. Sebelumnya kadar glukosa darah dalam keadaan normal(13). 3) Kelompok berdasarkan resiko tinggi (1) Toleransi glukosa pernah abnormal. (2) Kedua orang tua mengidap DM. (3) Pernah melahirkan bayi dengan berat badan 4 kg(13). 8. Penatalaksanaan diet diabetes mellitus 1) Tujuan diet Tujuan diet diabetes mellitus adalah membantu pasien agar memperbaiki kebiasaan makan untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik dengan cara(6) :
  • 33. (1) Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin dengan obat penurunan glukosa oral dan aktifitas fisik. (2) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan yang normal. (3) Menghindari atau menanganin komplikasi atau pasien yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia (4) Meningkatkan derajat kesehatan sacara keseluruhan melalui gizi yang optimal. Sedangkan tujuan diet lainya(13): (1) Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal (2) Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati normal (3) Mencapai dan mempertahankan berat badan agar selalu dalam batas-batas yang memadai atau berat badan idaman 10% (4) Mencegah komplikasi angkut dan kronik (5) Meningkatkan kualitas hidup 2) Cara pengaturan diet Pengaturan makan (diet) merupakan kunci pengendalian diabetes mellitus, khususnya yang tergolong NIDDM yang harus diupayakan seterusnya. Suatu pendapat yang keliru yang menganggap bahwa kalau sudah mendapat obat anti diabetes mellitus berarti makan boleh bebas.
  • 34. Dengan pengaturan makan dapat diupayakan sedemikian rupa sehingga kegemukan dapat dikurangi. Dengan demikian kepekaan sel terhadap kerja insulin meningkat, kadar gula darah dapat menurun. Dalam waktu singkat saja sudah dapat mengurangi gejala-gejala meskipun berat badan belum terpengaruh. Disamping itu dengan berkurangnya kegemukan akan mengurangi faktor resiko komplikasi menahun. Dalam menyusun pengaturan makan ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain : (1) Kebutuhan kalori Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Komposisi energi adalah 60 – 70 % dari karbohidrat, 10 – 15 % dari protein dan 20 – 25 % dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penderita diabetes mellitus. Diantaranya adalah dengan memperhitungkan berdasar kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori / kg BB ideal, ditambah atau dikurangi tergantung dari beberapa faktor yaitu :  Jenis kelamin Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil dari pada pria, untuk itu dapat dipakai angka 25 kal / kg BB untuk wanita dan angka 30 kal / kg BB untuk pria.
  • 35.  Umur Penurunan kebutuhan kalori diatas 40 tahun harus dikurangi 5 % untuk tiap dekade antara 40 – 59 tahun, sedangkan antara 60-69 tahun dikurangi 10 % dan diatas 70 tahun dikurangi 20 %.  Aktifitas fisik Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula.  Kehamilan atau laktasi Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori per hari dan pada trimester 2 dan 3 diperlukan tambahan 350 kalori per hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550 kalori per hari.  Adanya komplikasi Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan kalori sebesar 13 % untuk tiap kenaikan 1 derajat celcius.  Berat badan Bila kegemukan atau terlalu kurus, dikurangi atau ditambah sekitar 20-30 % tergantung kepada tingkat kegemukan atau kekurusan. (2) Daftar bahan makanan penukar Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan dengan ukuran tertentu dan dikelompokkan
  • 36. berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan dianggap mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama. Dikelompokkan menjadi 7 kelompok bahan makanan yaitu :  Golongan 1 : bahan makanan sumber karbohidrat  Golongan 2 : bahan makanan sumber protein hewani  Golongan 3 : bahan makanan sumber protein nabati  Golongan 4 : sayuran  Golongan 5 : buah – buahan  Golongan 6 : minyak  Golongan 7 : makanan tanpa kalori (3) Pola diet Pola diet pada pasien diabetes mellitus yaitu :  Kurang energi Jumlah energi disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.  Kurangi lemak Makanan lemak tinggi dapat meningkatkan kadar kolesterol dan membuat kerja insulin menjadi tidak efisien. Menurut ADA atau EASD bahwa asupan makanan lemak jangan lebih dari 30 % dan kolesterol kurang dari 300 mg/hari.
  • 37.  Karbohidrat Hasil penelitian menunjukkan bahwa diabetes mellitus makin meningkat sesuai dengan cara hidup modern yang memicu cara hidup kebarat-baratan yaitu dengan meningkatnya refined carbohydrate terutama dikota besar, karbohidrat jenis itu terdapat pada bakeri seperti cake, roti halus cepat sekali diserap dan akan meningkatkan kadar glukosa darah.  Pemanis Makanan yang manis tidak seluruhnya dari gula pasir atau gula buah yang sederhana, kombinasinya dengan protein, lemak dan karbohidrat dapat memperlambat penyerapan gula sederhana.  Serat Menurut ADA pasien diabetes mellitus untuk konsumsi seratnya 30-40 gr/hari dan serat pada diabetes mellitus lebih banyak berasal dari sayur-sayuran yang mengandung lebih banyak serat tak larut dibanding serat yang berasal dari buah – buahan. (4) Olah raga Manfaat olah raga bagi diabetes adalah penurunan kadar glukosa darah karena terjadi peningkatan penggunaan glukosa oleh otot yang aktif, mencegah kegemukan, berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi. Keadaan-keadaan ini dapat mengurangi resiko penyakit jantung koroner (PJK) dan
  • 38. meningkatkan kualitas hidup diabetesi serta memberikan keuntungan secara psikologis(15). (5) Obat antidiabetika oral Ada tiga jenis obat anti diabetes yang ada di Indonesia(13), yaitu :  Tipe 1 (Short Acting) Jenis ini memiliki paruh waktu sekitar 4 jam, daya kerjanya cepat, diberikan 1-3 kali sehari (pagi – siang – sore). Yang termasuk kelompok ini adalah restinon, orinase, nadisan, dymelors.  Tipe 2 (Intermediate Acting) Memilih paruh waktu antara 5-8 jam, diberikan 1-2 kali sehari (pagi dan siang jangan pagi dan sore) apabila diberikan cukup sekali sehari, berikanlah pada pagi hari saja. Termasuk golongan ini adalah golongan glibenclamid (euglukon, daonil), golongan gliclazide (diamicron), golongan gliquidone (glurenorm) dan golongan glipizide (minidiab).  Tipe 3 (Long Acting) Mempunyai paruh waktu antara 24-36 jam, diberikan sekali saja setiap pagi jangan diberikan dalam dosis terbaru. 9. Pemeriksaan Pemeriksaan atau check up yang harus dilakukan oleh penderita diabetes mellitus ada 3, yaitu(13) :
  • 39. 1) Pemeriksaan fisik lengkap yang meliputi kesehatan umum seperti berat badan, tekanan darah dan sebagainya. 2) Pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan gula darah puasa, pemeriksaan gula darah 2 jam setelah makan, urine lengkap, lemak (kolesterol HDL, LDL dan trigliserida), ureum dan kreatinin. 3) Pemeriksaan spesialisasi antara lain pemeriksaan mata, syaraf dan jantung. 2.2 Konsep Motivasi 2.2.1 Pengertian Motivasi adalah suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah, dan membuat persisten (berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri(10). Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi juga dapat diartikan sebagai perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku(16). 2.2.2 Teori-teori motivasi Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang motivasi yang dapat dikelompokan sebagai berikut(10) :
  • 40. 1. Teori kepuasan (content theory) Yaitu pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkan bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. Teori yang memusatkan pada faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilakunya, yang memotivasi semangat seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan. 2. Teori motivasi proses (process theory) Yaitu merupakan proses sebab akibat bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang diperolehnya. Jika bekerja baik saat ini, maka hasilnya akan diperoleh baik di hari esok. Jadi hasi yang diperolehnya tercermin dalam bagaimana proses kegiatan yang dilakukan seseorang, hasil hari ini merupakan kegiatan hari kemarin. Teori motivasi proses ini meliputi teori harapan, teori keadilan dan teori pengukuhan. 2.2.3 Faktor motivasi Orang-orang tidak hanya berbeda dalam kemampuan untuk berbuat, akan tetapi juga berbeda dalam kemauan untuk berbuat atau motivasi. Motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan motif mereka. Motif kadang-kadang didefinisikan sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan atau gerak hati dalam individu(17). Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi manusia untuk berperilaku adalah sebagai berikut(18).
  • 41. 1. Jenis kelamin Tingkah laku antara pria dan wanita mempunyai perbedaan, hal ini terjadi karena pengaruh hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Oleh karena itu pria cenderung lebih termotivasi melakukan sesuatu karena fisik yang kuat(18). Jenis kelamin merupakan aspek identitas yang sangat berarti, wanita dan pria mempunyai pengalaman yag berbeda tentang pembentukan identitas jenis kelamin. Identitas jenis kelamin terbentuk sekitar usia tiga tahun. Anak laki-laki dan perempuan mulai mengenal tingkah laku dan ciri-ciri kepribadian yaang sesuai bagi masing-masing jenis kelaminnya(19). Wanita dan pria mempunyai perbedaan secara psikologis dimana wanita lebih emosional daripada pria karena wanita lebih mudah tersinggung, mudah terpengaruh, sangat peka, menonjolkan perasaan, dan mudah meluapkan perasaan. Sementara pria tidak emosional, sangat objektif, tidak mudah terpengaruh, mudah memisahkan antara pikiran dan perasaan sehingga terkadang kurang peka dan mampu memendam perasaannya(19). 2. Lingkungan Lingkungan adalah sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan sosial. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap tingkah laku manusia. 3. Pendidikan Pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan dan segala bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun
  • 42. informal. Hasil dari proses belajar adalah seperangkat perubahan tingkah laku. Seseorang yang berpendidikan tinggi tingkah lakunya akan berbeda. 4. Pengetahuan Besar kecilnya pengetahuan yang dimiliki seseorang akan berpengaruh pada tingkah lakunya. 5. Kebudayaan Kebudayaan antar daerah berbeda-beda dan ini sangat berpengaruh pada tingkah lakunya. 6. Sosial ekonomi Lingkungan sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Keadaaan ekonomi keluarga yang relatif mencukupi akan mampu manyediakan fasilitas dan kebutuhan untuk keluarganya. Sehingga pasien yang mempunyai tingkat sosial ekonomi tinggi akan mempunyai motivasi yang berbeda dengan pasien yang tingkat sosial ekonominya rendah. Pernyataan lain tentang faktor yang mempengaruhi motivasi adalah kepribadian, sikap, pengalaman, cita-cita atau harapan, dorongan orang tua, saudara dan lingkungan sekitar. Sebenaarnya kedua pernyataan diatas saling mendukung hanya saja pernyataan yang pertama tadi sudah diklasifikasikan untuk pengaruh internal dan eksternal. Dari kedua pernyataan tersebut ada komponen yang belum dijelaskan yaitu sikap, harapan, dan dorongan keluarga sebagai berikut(9) :
  • 43. 1. Sikap Sikap merupakan penilaian terhadap stimulus atau obyek, sehingga seseorang tersebut akan menilai atau bersikap enggan terhadap stimulus tersebut. Sikap sering diperoleh dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. 2. Harapan Harapan merupakan kemungkinan yang dilihat untuk memenuhi kebutuhan tertentu dari seorang individu yang di dasarkan atas pengalaman yang telah lampau, baik pengalaman dari sendiri maupun dari orang lain. 3. Dukungan keluarga Dukungan keluarga itu merupakan dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). 2.2.3 Motivasi dalam penyakit DM Dalam penyembuhan penyakit DM dibutuhkan motivasi dan pemberdayaan diri agar menghasilkan rasa percaya diri, berpikir positif dan bijak sehingga dapat terwujud sebuah perilaku aktif terhadap pengelolaan penyakit diabetes mellitus. Ada 4 kategori motivasi dalam hal mengontrol kadar gula darah (11):
  • 44. 1. Kategori pertama Keadaan yang ideal, mengetahui motivasi kita yang sebenarnya dan tindakan/perilaku kita sesuai dengan motivasi kita (Saya tahu apa yang saya mau dalam mengontrol kadar gula darah). 2. Kategori kedua Kita tahu motivasi kita yang sebenarnya namun oleh karena berbagai macam hal, tindakan atau perilaku kita tidak sesuai (saya tahu tetapi sulit untuk mengontrol kadar gula darah). 3. Kategori ketiga Kita tidak tahu motivasi kita yang sebenarnya, yang kita pikirkan hanya proses tindakannya saja, yang penting tindakanya tidak negatif. (saya dapat bertindak apa saja dalam mengontrol kadar gula darah asalkan benar dan tidak negatif). 4. Kategori keempat Kita tidak tahu motivasi kita sebenarnya sehingga tindakan atau perilaku kita pasti salah (saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam mengontrol gula darah). 2.3 Konsep Perilaku 2.3.1 Pengertian Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah
  • 45. suatu aktivitas pada manusia itu sendiri. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas organisme tersebut, baik yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung(20). Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S - O - R”atau Stimulus Organisme Respon. Skiner membedakan adanya dua respons, yaitu(20) : 1. Respondent respons atau reflexsive Yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya ddengan mengadakan pesta, dan sebagainya. 2. Operant respons atau instrumental respons Yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh
  • 46. penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya. 2.3.2 Bentuk Perilaku Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua : 1. Bentuk pasif Adalah respons internal, yaitu respon yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain (Covert behaviour), respons atau reaksi terhadap stimulus masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. 2. Bentuk aktif Yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Overt behaviour). Misalnya pada contoh di atas, si ibu sudah membawa anaknya ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi.
  • 47. 2.3.3 Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok(20) : 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintanance) Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek, yaitu : 1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior), misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga, dan sebagainya. 2) Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) adalah respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya : tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasai, dan sebagainya. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain. 3) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seekingbehavior) yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya, atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasikitas kesehatan modern (puskesmas, mantri, dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya)
  • 48. 4) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatan. 2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan Adalah respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas, dan obat-obatan. 3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior) Yakni respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan, dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita. 4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behavior) Adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri. Perilaku ini antara lain mencakup : 1) Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan. 2) Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi higiene, pemeliharaan, teknik, dan penggunaannya.
  • 49. 3) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair, termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat, serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik. 4) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya. 5) Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor), dan sebagainya. 2.3.4 Determinan Perilaku Perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku(20). Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku manusia merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, yaitu pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi dan sikap(20). Sedangkan gejala kejiwaan tersebut juga ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat(20).
  • 50. 2.3.5 Strategi Perubahan Perilaku Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO dikelompokan menjadi tiga(18) : 1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan Perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau berperilaku seperti yang diharapkan. Cara ini dapat ditempuh misalnya degan adanya peraturan/undang-undang yg harus dipatuhi masyarakat. Cara ini menghasilkan perilaku yang cepat, tetapi belum tentu berlangsung lama, karena belum/tidak didasari kesadaran sendiri. 2. Pemberian informasi Pemberian informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, dan lain-lain akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Perubahan perilaku degan cara ini memakan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan). 3. Diskusi partisipasi Sebagai peningkatan cara yang kedua di atas. Masyarakat tidak hanya pasif, tapi harus aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini membutuhkan waktu lebih lama dari cara kedua. 2.4 Konsep Hubungan Motivasi dan Perilaku Motivasi merupakan suatu tenaga yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasi tingkah laku (Perilaku). Perilaku
  • 51. ini timbul karena adanya dorongan faktor internal dan faktor eksternal. Perilaku dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu stimulus. Woodhworth, mengungkapkan bahwa perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku(21). Lebih lanjut dijelaskan bahwa motivasi sebagai penyebab dari timbulnya perilaku menurut Woodworth mempunyai 3 (tiga) karakteristik, yaitu(21) : 1. Intensitas, menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga menyebabkan individu berperilaku tertentu 2. Pemberi arah, mengarahkan individu dalam menghindari atau melakukan suatu perilaku tertentu 3. Persistensi atau kecenderungan untuk mengulang perilaku secara terus menerus. Dengan kata lain, jika ketiga hal tersebut lemah, maka motivasi tak akan mampu menimbulkan perilaku. Pandangan lain dikemukakan oleh Hull yang menegaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan oleh kepentingan mengadakan pemenuhan atau pemuasan terhadap kebutuhan yang ada pada diri individu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perilaku muncul tidak semata-mata karena dorongan yang bermula dari kebutuhan individu saja, tetapi
  • 52. juga karena adanya faktor belajar. Faktor dorongan ini dikonsepsikan sebagai kumpulan energi yang dapat mengaktifkan tingkah laku atau sebagai motivasional faktor, dimana timbulnya perilaku menurut Hull adalah fungsi dari tiga hal yaitu : kekuatan dari dorongan yang ada pada individu, kebiasaan yang didapat dari hasil belajar, serta interaksi antara keduanya(21). Berdasarkan uraian di atas, baik konsep yang dikemukakan Woodhworth maupun Hull, keduanya menjelaskan bahwa motivasi berkaitan erat dengan perilaku. 2.5 Perilaku Mengontrol Kadar Gula darah Ada empat cara pengelolaan diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah yang dikenal dengan empat serangkai pengelolaan diabetes mellitus(8), yaitu sebagai berikut : 1. Edukasi 2. Perencanaan makanan (diet) 3. Latihan jasmani atau olahraga 4. Intervensi medis. 2.6 Kerangka Teori Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang bersifat progresif. Diabetes melitus tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikurangi atau dikontrol kadar gula darahnya(2). Pengontrolan kadar gula darah secara teratur harus dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi kronis, dan dengan
  • 53. pengontrolan yang teratur penderita diabetes mellitus dapat hidup secara normal(6). Pengontrolan diabetes mellitus yang baik dapat mengurangi komplikasi 20 sampai 30 %(7). Ada empat cara pengelolaan diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah yang dikenal dengan empat serangkai pengelolaan diabetes mellitus, yaitu edukasi, perencanaan makanan, latihan jasmani dan intervensi medis. Bila penderita diabetes mellitus taat dan disiplin serta mau berperilaku sehari-hari dengan baik dan mengikuti empat serangkai dalam pengelolaan diabetes mellitus, maka kualitas kesehatan penderita diabetes mellitus juga akan baik(8). Perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, yaitu pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi dan sikap. Sedangkan gejala kejiwaan tersebut juga ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat(20). Gambar 2. 1 Determinan Perilaku Manusia Sumber (20) Perilaku penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah salah satunya dipengaruhi oleh faktor motivasi atau dorongan yang dilandasi kebutuhan yang dirasakan(9). Pengetahuan Persepsi Sikap Keinginan Kehendak Motivasi Niat Perilaku Pengalaman Keyakinan Fasilitas Sosial - Budaya
  • 54. Motivasi adalah suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah, dan membuat persisten (berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri(10). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang untuk berperilaku, yaitu(18) : 1. Faktor Internal : Jenis kelamin, sikap, kepribadian, pengalaman, harapan. 2. Faktor eksternal : Lingkungan, pendidikan, pengetahuan, kebudayaan dan sosial ekonomi. Gambar 2.2 Faktor–faktor yang Mempengaruhi Motivasi Perilaku Faktor Eksternal :  Lingkungan  Pendidikan  Pengetahuan  Kebudayaan  Sosial ekonomi Faktor Internal :  Jenis kelamin  Sikap  Kepribadian  Cita-cita/harapan  Pengalaman Motivasi Sumber (18)
  • 55. BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai, karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku(21). Gambar 3.1 Kerangka Konsep (Variabel independent) (Variabel dependent) 3.2 Hipotesis 3.2.1 Hipotesis Nol (Ho) Tidak ada hubungan antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012. Motivasi Perilaku (mengontrol) kadar gula darah
  • 56. 3.2.2 Hipotesis Alternatif (Ha) Ada hubungan antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012. 3.3 Definisi Operasional, Variabel, dan Cara Pengukuran Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Motivasi penderita diabetes mellitus Dorongan dari dalam diri individu dan dorongan dari luar individu yang menyebabkan penderita diabetes mellitus melakukan kegiatan untuk mengontrol kadar gula darah Kuesioner Kuesioner Tinggi : jika skor total ≥ mean Rendah : jika skor total < mean Ordinal Perilaku (mengontrol) kadar gula darah Tindakan nyata yang dilakukan oleh penderita diabetes mellitus dalam upaya mengendalikan kadar gula darah. Kuesioner Kuesioner Aktif : jika skor total ≥ mean Pasif : jika skor total < mean Ordinal
  • 57. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasi yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara gejala yang satu dengan gejala lainya atau variabel satu dengan variabel lainya(23). Menggunakan metode cross sectional atau potong silang yang dicirikan dengan variabel independent (bebas) dan variabel dependent (terikat) diukur pada waktu yang bersamaan(24). 4.2 Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu(23). Variabel independent (bebas) dalam penelitian ini adalah motivasi penderita diabetes mellitus, sedangkan variabel dependent (terikat) adalah perilaku (mengontrol) kadar gula darah. 4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti(23).
  • 58. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus tipe 2 yang berada di wilayah kerja Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2011 berjumlah 142 orang. 4.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila populasi kurang dari 100 maka populasi yang ada semua dijadikan sampel (total sampling), tetapi jika jumlah populasinya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih dari populasi(24). Maka jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 36 orang atau 25% dari populasi. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah : 1. Penderita diabetes mellitus tipe 2 yang terdiagnosis dan tercatat di Puskesmas Panongan tahun 2011 2. Berada atau bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Panongan 3. Tidak menjadi responden pada saat dilakukan studi pendahuluan 4. Bersedia menjadi responden Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak sistematis (systematic sampling), yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak sistematik karena anggota populasi bersifat homogen, artinya setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Dilakukan dengan cara sebagi berikut(23) : 1. Membuat daftar seluruh penderita diabetes mellitus tipe 2 yang ada di wilayah kerja Puskesmas Panongan tahun 2012 dan diberi nomor urut.
  • 59. 2. Menentukan interval dengan cara membagi jumlah populasi dengan jumlah sampel yang dibutuhkan. 3. Menentukan sampel pertama dengan cara melotre sesuai dengan nomor urut interval. 4.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data(24). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen yang dibuat sendiri berdasarkan kisi-kisi instrumen yang disusun menurut indikator dari variabel motivasi penderita diabetes mellitus dan variabel perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka. Instrumen untuk mengukur tingkat motivasi penderita diabetes mellitus dan perilaku (mengontrol) kadar gula darah dengan mengunakan kuesioner berupa pertanyaan tertutup (closed ended) yang terdiri dari 20 pertanyaan (10 pertanyaan tentang motivasi penderita diabetes mellitus dan 10 pertanyaan tentang perilaku mengontrol kadar gula darah) yang disusun dalam sebuah deret pertanyaan/pernyataan, dimana responden tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan. Instrumen ini menggunanakan model scala likert yaitu suatu bentuk kuesioner yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial(25). Dengan skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian
  • 60. indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi (berjenjang), seperti : selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), jarang (JR), dan tidak pernah (TP)(25). 4.5 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dilakukan dengan cara peneliti berkunjung ke rumah penderita (home visite). Data yang diambil adalah primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan instrumen alat pengambilan data berupa kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari dokumentasi puskesmas. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan dengan cara memberikan tanda check list (✓) pada lembar pertanyaan yang telah disediakan. Adapun kategori interpretasi data yang digunakan adalah sebagai berikut : Selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), jarang (1), dan tidak pernah (0). 4.6 Uji Coba Kuesioner Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk memastikan instrumen penelitian sebagai alat ukur yang akurat dan dapat dipercaya. Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif
  • 61. konsisten apabila pengukuran terhadap aspek yang sama (internal consistency reliability)(24). Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan korelasi pearson product moment, yaitu menggunakan analisis butir (item) yakni mengkorelasikan skor tiap butir (item) pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir pertanyaan. Item mempunyai validitas tinggi jika koefisien korelasinya minimal sebesar 0,3(25). Sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan metode internal consistency yang diukur dengan menggunakan koefisien cronbach alpha, jika koefisien cronbach alpha lebih besar dari pada 0,6 maka dinyatakan bahwa instumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian adalah handal (reliabel)(26). Penafsiran valid atau tidaknya setiap butir soal dan reliabel tidaknya suatu instrumen digunakan aturan sebagai berikut : untuk menginterpretasi hasil uji validitas dan reliabilitas digunakan derajat kebebasan (db), yaitu jumlah sampel dikurangi satu (n – 1), kemudian dicocokkan dengan tabel r produk moment pada taraf signifikan (α) 0,05. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan terhadap 20 penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Jatitujuh. Hasil uji validitas dengan nilai korelasi berkisar (0,670 – 0,899), nilai tersebut lebih besar dari dari nilai table r product moment adalah (0,456), sehingga instrumen penelitian dapat dinyatakan valid. Sedangkan hasil uji reliabilitas didapatkan nilai alpha cronbach (0,978), nilai yang didapat tersebut lebih besar dari nilai table r product moment adalah (0,456), jadi instrumen penelitian dapat dinyatakan reliabel.
  • 62. 4.7 Pengolahan Data Sebelum dilakukan pengolahan data, variabel motivasi dan perilaku diberi skor sesuai dengan bobot jawaban dari pertanyaan yang disediakan, pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebaga berikut(27) : 1. Editing Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kejelasan jawaban kuesioner dan penyesuaian data yang diperoleh dengan kebutuhan penelitian. Hal ini dilakukan dilapangan sehingga apabila terdapat data yang meragukan ataupun salah maka dapat ditanyakan lagi kepada responden. 2. Coding Kegiatan mengklasifikasikan data atau pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama, yang diperoleh dari sumber data yang telah diperiksa kelengkapan. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis. 3. Scoring Tahap ini meliputi pemberian nilai untuk masing-masing pertanyaan dan penjumlahan hasil scoring dari semua pertanyaan. Skoring dalam penelitian ini menggunakan skala likert dengan kriteria penilaian selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), jarang (1), dan tidak pernah (0). 4. Entry Data yang sudah diberi kode kemudian dimasukan ke dalam komputer dengan menggunakan program SPSS 16.
  • 63. 5. Cleaning Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan, dilakukan bila terdapat kesalahan dalam memasukan data yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti. 6. Tabulating Tabulasi data yang telah lengkap disusun sesuai dengan variabel yang dibutuhkan lalu dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi. Setelah diperoleh hasil dengan cara perhitungan, kemudian nilai tersebut dimasukan ke dalam kategori nilai yang telah dibuat. 4.8 Analisa Data Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan program SPSS 16, analisa data meliputi : 1. Analisis univariat Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, dan pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel tanpa membuat kesimpulan yang berlaku secara umum (generalisasi)(23). Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan distribusi dan persentase dari variabel motivasi penderita diabetes mellitus dan variabel perilaku (mengontrol) kadar gula darah.
  • 64. Analisis univariat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut(24) : Keterangan : P = Persentase kategori F = Frekuensi kategori N = Jumlah responden Hasil persentase setiap kategori tersebut dideskripsikan dengan menggunakan kategori sebagai berikut(24): 0 % : Tidak seorangpun 1-25 % : Sebagian kecil 26-49 % : Hampir setengahnya 50 % : Setengahnya 51-74% : Sebagian besar 75-99 % : Hampir seluruhnya 100% : Seluruhnya 2. Analisis bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi yang dapat dilakukan dengan pengujian statistik(23). Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012. P = N F x 100%
  • 65. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square dengan rumus sebagai berikut(26) : Keterangan : x² : chi square O : frekuensi observasi E : frekuensi harapan Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis dengan tingkat kepercayaan 95%, yaitu sebagai berikut(26) : 1) Jika nilai sig p ≤ α (0,05), maka Ho ditolak, yang artinya variabel tersebut memiliki hubungan yang bermakna. 2) Jika nilai sig p > α (0,05), maka Ho gagal tolak, yang artinya variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang bermakna. 4.9 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2012 sampai dengan 4 Agustus 2012 bertempat di wilayah kerja Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka. 4.10 Etika Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etika penelitian, yang meliputi(28) : X2 = ∑ (O – E) ² E
  • 66. 1. Informed Consent Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang penelitian yang akan dilakukan untuk mengetahui tujuan penelitian secara jelas. Jika responden setuju maka diminta untuk mengisi lembar persetujuan dan menandatanganinya, dan sebaliknya jika responden tidak bersedia, maka peneliti tetap menghormati hak-hak responden. 2. Anominity Responden tidak perlu mengisi identitas diri (tidak mencantumkan nama responden) dengan tujuan untuk menjaga kerahasiaan responden. 3. Privacy Identitas responden tidak akan diketahui oleh orang lain dan mungkin oleh peneliti sendiri sehingga responden dapat secara bebas untuk menentukan pilihan jawaban dari kuesioner tanpa takut diintimidasi oleh pihak lain. 4. Confidentiality Artinya bahwa informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin kerahasiaanya oleh peneliti. Responden diberikan jaminan bahwa data yang diberikan tidak akan berdampak terhadap kondite dan pekerjaan. Data yang sudah diperoleh oleh peneliti disimpan dan dipergunakan hanya untuk pelaporan penelitian ini serta selanjutnya dimusnahkan.
  • 67. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pengumpulan data dilakukan pada tangal 30 Juli 2012 sampai dengan 4 Agustus 2012 terhadap 36 responden penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka. Adapun hasil dari penelitian dapat dilihat pada bagian di bawah ini, sebagai berikut : 1. Hasil penelitian motivasi penderita diabetes mellitus mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012 Gambar 5.1 Distribusi Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Mengontrol Kadar Gula Darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012 Berdasarkan gambar 5.1 di atas, sebagian besar responden (61,1%) memiliki motivasi rendah dan 38,9% memiliki motivasi tinggi dalam mengontrol kadar gula darah. 0 20 40 60 80 100 % 38,9 61,1 100 Jumlah 14 22 36 Motivasi Tinggi Motivasi Rendah Jumlah
  • 68. 2. Hasil penelitian perilaku penderita diabetes mellitus mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012 Gambar 5.2 Distribusi Perilaku Penderita Diabetes Mellitus Mengotrol Kadar Gula Darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012 Berdasarkan gambar 5.2 di atas, sebagian besar responden (63,9%) memiliki perilaku pasif dan 36,1% memiliki perilaku aktif dalam mengontrol kadar gula darah. 3. Hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012 Gambar 5.3 Hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012 0 20 40 60 80 100 % 36,1 63,9 100 Jumlah 13 23 36 Perilaku Aktif Perilaku Pasif Jumlah 0 20 40 60 80 100 Persen Perilaku Aktif 92,9 0 Perilaku Pasif 7,1 100 M otifasi Tinggi M otifasi Rendah
  • 69. Berdasarkan gambar 5.3 di atas, 92,9% responden dengan motivasi tinggi memiliki perilaku aktif sedangkan responden dengan motivasi rendah 100% memiliki perilaku pasif dalam mengontrol kadar gula darah. Hasil perhitungan dengan menggunakan uji statistik Chi Square yang diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows menghasilkan nilai sig p < α (0,05) dengan nilai signifikansi 0,000 yang berarti Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012. Tabel 5.1 Hasil analisis hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012 Perilaku Mengontrol Kadar Gula Darah Total Sig p α Aktif Pasif Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Tinggi Count Expected Count 13 5.1 1 8.9 14 14.0 0.000 0.05 Rendah Count Expected Count 0 7.9 22 14.1 22 22.0 Total Count Expected Count 13 13.0 23 23.0 36 36.0 5.2 Pembahasan 5.2.1 Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Mengontrol Kadar Gula Darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012 Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (61,1%) memiliki motivasi yang rendah dalam mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012.
  • 70. Rendahnya motivasi penderita diabetes mellitus mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor intrinsik berupa keinginan dari dalam diri penderita diabetes mellitus itu sendiri yang memiliki niat dan kesadaran yang tinggi untuk mengontrol kadar gula darahnya, dan faktor ekstrinsik berupa daya dukung dari lingkungan tempat penderita berada. Motivasi intrinsik adalah dorongan berupa energi aktif yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri atas dasar kemauan sendiri yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri sesorang yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan emosi, sehingga mendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu atas kesadaranya sendiri serta akan lebih banyak memiliki ide dan kreatifitas dalam menjalankan sebuah perilaku untuk mencapai tujuan atau kebutuhan yang harus terpuaskan. Kurangnya keinginan penderita diabetes mellitus untuk mencari informasi tentang cara mengontrol kadar gula darah, kurangnya keyakinan penderita diabetes mellitus kadar gula darahnya dapat terkendali dengan kontrol teratur, mengakibatkan kurangnya keinginan penderita diabetes mellitus untuk mengontrol (cek) kadar gula darah secara teratur dan tidak adanya jadwal rutin dalam mengontrol kadar gula darah, merupakan beberapa faktor intrinsik yang mempengaruhi rendahnya motivasi penderita diabetes mellitus untuk mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan dorongan berupa dukungan yang berasal dari lingkungan tempat tinggal penderita diabetes mellitus. Kurangnya dukungan aktif dari keluarga dalam kegiatan mengontrol kadar gula darah,
  • 71. mahalnya biaya pemeriksaan kadar gula darah, kurangnya sosialisasi program puskesmas terkait pengendalian kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus, dan kurangnya kegiatan konseling tentang cara mengontrol kadar gula darah, merupakan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi rendahnya motivasi penderita diabetes mellitus untuk mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka. Motivasi adalah suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah, dan membuat persisten (berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri(10). Motivasi penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah dipengaruhi oleh motivasi intrinsik yang datangnya dari dalam diri individu itu sendiri seperti keinginan untuk disiplin dalam diet, patuh dan teratur dalam latihan fisik, teratur dalam berobat atau terapi medis dan keinginan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakitnya dan motivasi ekstrinsik yang datangnya dari luar diri sendiri seperti dukungan keluarga, teman dekat, tokoh masyarakat, dukungan ekonomi dan dukungan petugas kesehatan(11). Untuk meningkatkan motivasi penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah, perawat di Puskesmas Panongan dapat meningkatkan peranya sebagai edukator dengan melakukan pendidikan kesehatan dalam pengelolaan diabetes secara mandiri (diabetes self management education) dengan
  • 72. menggunakan metode konseling untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan individu dan keluarga dalam mengelola penyakit diabetes mellitus. Pengetahuan merupakan seluruh kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif, sehingga orang yang mempunyai pengetahuan tinggi akan mudah menyerap informasi, saran, dan nasihat. Meningkatnya pengetahuan penderita diabetes mellitus tentang penyakitnya akan mampu meningkatkan motivasi penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah. Sikap merupakan perasaan mendukung atau tidak mendukung pada suatu objek, dimana seseorang akan melakukan kegiatan jika sikapnya mendukung terhadap obyek tersebut, sebaliknya seseorang tidak melakukan kegiatan jika sikapnya tidak mendukung. Berubahnya sikap penderita diabetes mellitus akan pentingnya mengontrol kadar gula darah akan meningkatkan motivasi penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah. Keterampilan merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah yang meliputi kemampuan dalam pengaturan diet, pola hidup dan olahraga. Meningktanya keterampilan penderita diabetes mellitus dan keluarganya akan mampu meningkatkan motivasi penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah.
  • 73. 5.2.2 Perilaku Penderita Diabetes Mellitus Mengontrol Kadar Gula Darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012 Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (63,9%) memiliki perilaku yang pasif dalam mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012. Pasifnya perilaku penderita diabetes mellitus mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor dominan yang mempengaruhinya adalah rendahnya motivasi penderita diabetes mellitus untuk mengontrol kadar gula darah. Perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai, karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku(21). Ada 4 kategori motivasi yang mempengaruhi perilaku penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah (11): 5. Kategori pertama Keadaan yang ideal, mengetahui motivasi yang sebenarnya sehingga tindakan/perilaku sesuai dengan motivasi.
  • 74. 6. Kategori kedua Tahu motivasi yang sebenarnya, namun oleh karena berbagai macam hal tindakan atau perilaku tidak sesuai. 7. Kategori ketiga Tidak tahu motivasi sebenarnya, yang dipikirkan hanya proses tindakannya saja, yang penting tindakanya tidak negatif. 8. Kategori keempat Tidak tahu motivasi sebenarnya sehingga tindakan atau perilakunya tidak sesuai/salah. Untuk merubah perilaku pasif penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah, perawat di Puskesmas Panongan harus meningkatkan perannya dalam perberdayaan kesehatan keluarga dan melakukan pendidikan kesehatan dalam pengelolaan diabetes secara mandiri (diabetes self management education) dengan menggunakan metode konseling dan intervensi perilaku untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan individu dan keluarga dalam mengelola penyakit diabetes mellitus secara mandiri. 5.2.3 Hubungan Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Dengan Perilaku (Mengontrol) Kadar Gula Darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012 Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi Square menghasilkan nilai sig p < α (0,05) dengan nilai signifikansi (0,000) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan
  • 75. perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012. Motivasi merupakan suatu tenaga yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasi tingkah laku (Perilaku). Perilaku ini timbul karena adanya dorongan faktor internal dan faktor eksternal. Perilaku dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu stimulus. Perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai, karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku(21). Motivasi sebagai penyebab dari timbulnya perilaku menurut Woodworth mempunyai 3 (tiga) karakteristik, yaitu(21) : 4. Intensitas, menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga menyebabkan individu berperilaku tertentu 5. Pemberi arah, mengarahkan individu dalam menghindari atau melakukan suatu perilaku tertentu 6. Persistensi atau kecenderungan untuk mengulang perilaku secara terus menerus. Dengan kata lain, jika ketiga hal atau karakteristik tersebut rendah, maka motivasi hanya akan mampu menimbulkan perilaku yang pasif. Pandangan lain
  • 76. dikemukakan oleh Hull yang menegaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan oleh kepentingan mengadakan pemenuhan atau pemuasan terhadap kebutuhan yang ada pada diri individu(21). Berdasarkan uraian di atas, baik konsep yang dikemukakan Woodhworth maupun Hull, keduanya menjelaskan bahwa motivasi berkaitan erat dengan perilaku. Kedua konsep tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012, bahwa ada hubungan yang bermakna anatara motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah.
  • 77. BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 36 responden penderita diabetes mellitus tentang hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian besar responden (61,1%) memiliki motivasi yang rendah dalam mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012. 2. Sebagian besar responden (63,9%) memiliki perilaku yang pasif dalam mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012. 3. Ada hubungan yang bermakna antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012 dengan nilai p (0,000) < α (0,05). 6.2 Saran 6.2.1 Bagi Puskesmas Panongan Memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan secara menyeluruh dengan mengadakan program-program yang membantu
  • 78. meningkatkan motivasi dan perilaku masyarakat khususnya penderita diabetes mellitus melalui peningkatan kegiatan perberdayaan kesehatan keluarga dan melakukan pendidikan kesehatan dalam pengelolaan diabetes secara mandiri (diabetes self management education) dengan menggunakan metode konseling dan intervensi perilaku untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan individu dan keluarga dalam mengelola penyakit diabetes mellitusi. 6.2.2 Bagi STIKes Cirebon STIKes Cirebon sebagai institusi pendidikan bidang kesehatan dapat menjalin kerjasama, baik dengan institusi pelayanan kesehatan (puskesmas) maupun dengan masyarakat, dalam meningkatkan dan memfasilitasi tercapainya kesehatan masyarakat yang optimal, khususnya bagi penderita diabetes mellitus melalui upaya peningkatan penyebaran informasi tentang penyakit diabetes mellitus. 6.2.3 Bagi Profesi Perawat Perawat komunitas di Puskesmas mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya keperawatan keluarga dan komunitas sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan. Dalam hal ini perawat dalam menjalankan tugasnya sebagai pelaksana pemberi layanan kesehatan mampu menjadi edukator yang baik, khususnya bagi penderita diabetes mellitus sehingga perilaku penderita diabetes mellitus terhadap pemenuhan kebutuhan kesehatanya makin meningkat.
  • 79. DAFTAR PUSTAKA 1. Batis, Krisnawati. Epidemiologi Penyakit Diabetes Mellitus. Depok: FKM UI; 2004 2. FK Unair. Diabetes merupakan penyakit global yang serius; (diunduh tanggal 12 Juni 2012). Tersedia dari : http://www.fk.unair.ac.id/ 3. Atepafia. Ancaman Diabetes Mellitus; (diunduh tanggal 12 Juni 2012). Tersedia dari : http://pantonanews.com/707-wekipedia-diabetes- mellitus 4. WHO. Diabetes Mellitus Ancaman global; (diunduh tanggal 12 Juni 2012). Tersedia dari : http://www.who.int/topic/diabetesmellitus/en/ 5. Puskesmas Panongan. Profil Puskesmas Panongan Tahun 2011. Majalengka: Puskesmas Panongan; 2011 6. Sarwono. Pedoman Diet Diabetes Mellitus. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002 7. Misnadiarly. Diabetes Mellitus : Gangren, Ulcer, Infeksi. Jakarta: Pustaka Populer Obor; 2006 8. Mangoenprasodjo, AS. Hidup Sehat dan Normal Dengan DM. Yogyakarta: Penerbit Think Fresh; 2005 9. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rhineka Cipta; 2003 10. Winardi J. Motivasi dan Pemotivasian. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada; 2007 11. Nugroho. Motivasi Dalam Penyebuhan Penyakit; (diunduh tanggal 12 Juni 2012). Tersedia dari : http://www.nsknugroho.com 12. Soegondo. Diabetes Melitus, Penatalaksanaan Terpadu. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI; 2004 13. Tjokroprawiro, A. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama DM. Jakarta: PT Gramedia; 2002
  • 80. 14. Perkeni. Consensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka FKUI; 2006 15. Lutan, R. Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB; 2003 16. Suchri Suarli dan Yanyan Bachtiar. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. Bandung: Balatin Pratama; 2007 17. Moekijat. Dasar – Dasar Motivasi. Bandung: Vioner Jaya; 2002 18. Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta; 2003 19. Nungki. Pengembangan Kawasan Pinggiran Kota Melalui Pendekatan City Marketing. Surabaya: FTSP ITS; 2007 20. Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2007 21. Marioteguh. Hubungan Motivasi Dengan Perilaku; (diunduh tanggal 12 Juni 2012). Tersedia dari : http://artikel-duniapsikologi-blogspot.com 22. Nina Rahmadiliani. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit dan Komplikasi Pada Diabetes Mellitus Dengan Tindakan mengontrol Kadar Gula Darah di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Gatak Sukoharjo. Skripsi S1 keperawatan FIK UMS Sukoharjo; 2005 23. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2005 24. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2007 25. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: ALFABETA; 2004 26. Imam Ghozali. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2002 27. M. Sopiyudin Dahlan. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009 28. Jacob, T. Etika Penelitian Ilmiah. Jogyakarta: Warta Penelitian Universitas Gadjah Mada; 2004n
  • 81. LAMPIRAN 2 INFORMED CONSENT Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : _________________________________________________________ Alamat : _________________________________________________________ _________________________________________________________ Dalam hal ini bersedia memberikan informasi tentang diri saya dan apa yang saya ketahui pada penelitian yang berjudul “Hubungan Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Dengan Perilaku Mengontrol Kadar Gula Darah Di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012 ”. Kepada mahasiswa S1 Keperawatan STIKes Cirebon : Nama : Sujana Alamat : Desa Beber Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka Dalam memberikan informasi ini saya tidak merasa dipaksa oleh pihak manapun. Informasi yang saya berikan agar digunakan sebagaimana mestinya dan dijaga kerahasiaannya. Majalengka, Juli 2012 Hormat saya, ( __________________)
  • 82. LAMPIRAN 4 KUESIONER PENELITIAN IDENTITAS RESPONDEN  Nama / Umur : ……………………….. /………… Thn  Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan.  Agama : ………………………  Tempat Tinggal : ……………………… PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti. 2. Setiap pertanyaan harus diisi dengan satu jawaban, yang sesuai dengan apa yang anda rasakan dan anda alami yang sesungguhnya dalam mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka, yaitu :  SL (selalu) : Apabila hal pernyataan selalu dilakukan  SR (sering) : Apabila hal pernyataan lebih banyak dilakukan dari pada tidak dilakukan.  KD (kadang-kadang) : Apabila hal pernyataan seimbang antara dilakukan dan tidak dilakukan  JR (jarang) : Apabila hal pernyataan lebih sering tidak dilakukan daripada dilakukan.  TP (tidak pernah) : Apabila hal pernyataan tidak pernah dilakukan. 3. Berilah tanda check list (✓) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan yang saudara rasakan. 4. Bila ada hal-hal yang kurang jelas bisa langsung ditanyakan. A. Motivasi Responden Dalam Mengontrol Kadar Gula Darah
  • 83. NO PERNYATAAN SL SR KD JR TP 1 Saya mempunyai keinginan yang kuat untuk mencari informasi tentang cara mengontrol kadar gula darah 2 Saya merasa mempunyai keinginan kuat untuk memeriksa (cek) kadar gula darah sesuai jadwal yang telah ditentukan. 3 Saya mempunyai keyakinan kadar gula darah dapat turun/normal dengan kontrol teratur 4 Saya mempunyai jadwal rutin untuk mengontrol kadar gula darah 5 Saya mengontrol kadar gula darah atas kemauan sendiri 6 Saya merasa mempunyai keinginan kuat untuk mengatur diet karena ada perhatian dari orang terdekat/keluarga 7 Saya merasa mempunyai semangat berolahraga karena ada orang terdekat/keluarga yang menemani 8 Saya merasa mempunyai semangat untuk minum obat penurun gula darah karena ada perhatian dari orang terdekat/keluarga 9 Saya mempunyai keinginan yang kuat untuk mengontrol kadar gula darah karena ada anjuran/konseling dari petugas kesehatan 10 Saya mempunyai semangat untuk memeriksa (cek) kadar gula darah ke puskesmas atau sarana kesehatan lainya karena ada dukungan dari orang terdekat/keluarga
  • 84. B. Perilaku Responden Mengontrol Kadar Gula Darah NO PERNYATAAN SL SR KD JR TP 11 Melakukan diet dengan mengurangi karbohidrat 12 Melakukan diet dengan mengurangi lemak 13 Melakukan diet dengan mengurangi protein 14 Melakukan diet dengan mengurangi pemanis 15 Melakukan diet dengan meningkatkan konsumsi serat larut air 16 Minum obat penurun kadar gula darah 17 Melakukan olahraga 18 Berkunjung ke puskesmas atau sarana kesehatan lain untuk memeriksa (cek) kadar gula darah 19 Mengikuti penyuluhan atau konseling tentang diet DM 20 Memeriksa (cek) kadar gula darah pada jadwal yang telah ditentukan oleh petugas kesehatan TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASINYA
  • 85. HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS (OUTPUT SPSS 16) Scale: Reliabilitas soal Case Processing Summary N % Cases Valid 20 100.0 Excludeda 0 .0 Total 20 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .978 20 Item Statistics Mean Std. Deviation N Soal 1 2.15 .933 20 Soal 2 2.05 .826 20 Soal 3 2.90 .912 20 Soal 4 1.75 .967 20 Soal 5 2.50 .688 20 Soal 6 1.75 .716 20 Soal 7 1.45 .759 20 Soal 8 1.70 .657 20 Soal 9 1.55 .759 20 Soal 10 2.35 .988 20 Soal 11 1.60 .821 20 Soal 12 1.60 .821 20 Soal 13 1.60 .821 20 Soal 14 2.85 .875 20 Soal 15 1.70 .733 20 Soal 16 3.20 .768 20 Soal 17 1.35 .933 20 Soal 18 1.80 .951 20 Soal 19 1.40 .598 20 Soal 20 1.55 .686 20
  • 86. Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Soal 1 36.65 166.976 .825 .976 Soal 2 36.75 169.987 .793 .977 Soal 3 35.90 170.937 .670 .978 Soal 4 37.05 166.050 .834 .976 Soal 5 36.30 172.326 .827 .976 Soal 6 37.05 172.050 .808 .977 Soal 7 37.35 171.924 .766 .977 Soal 8 37.10 173.779 .782 .977 Soal 9 37.25 171.882 .768 .977 Soal 10 36.45 165.103 .853 .976 Soal 11 37.20 167.958 .899 .976 Soal 12 37.20 167.958 .899 .976 Soal 13 37.20 167.958 .899 .976 Soal 14 35.95 168.261 .825 .976 Soal 15 37.10 171.989 .792 .977 Soal 16 35.60 170.253 .844 .976 Soal 17 37.45 168.261 .769 .977 Soal 18 37.00 163.895 .942 .975 Soal 19 37.40 173.200 .901 .976 Soal 20 37.25 172.092 .843 .976 Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items 38.80 187.747 13.702 20
  • 87. INTERPRETASI HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER PENELITIAN 1. Hasil uji validitas Nomor Item Corrected Item-Total Correlation r Tabel Product Moment Kesimpulan 1 Soal 1 0.825 0.456 Valid 2 Soal 2 0.793 Valid 3 Soal 3 0.670 Valid 4 Soal 4 0.834 Valid 5 Soal 5 0.827 Valid 6 Soal 6 0.808 Valid 7 Soal 7 0.766 Valid 8 Soal 8 0.782 Valid 9 Soal 9 0.768 Valid 10 Soal 10 0.853 Valid 11 Soal 11 0.899 Valid 12 Soal 12 0.899 Valid 13 Soal 13 0.899 Valid 14 Soal 14 0.825 Valid 15 Soal 15 0.792 Valid 16 Soal 16 0.844 Valid 17 Soal 17 0.769 Valid 18 Soal 18 0.942 Valid 19 Soal 19 0.901 Valid 20 Soal 20 0.843 Valid 2. Hasil uji reliabilitas Nomor Jumlah Item Cronbach’s Alpha r Tabel Product Moment Kesimpulan 1 20 0.978 0.456 Reliabel