SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
BAHRUR ROSYIDI | IDENTIFYING INSTRUCTIONAL GOAL 1
LANGKAH PERTAMA
MENGEVALUASI KEBUTUHAN-KEBUTUHAN
UNTUK MENGIDENTIFIKASI TUJUAN PEMBELAJARAN
https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/
Latar Belakang
Mungkin hal yang paling penting dalam proses desain pembelajaran adalah mengidentifikasi
tujuan pembelajaran. Jika dilakukan dengan tidak tepat, bahkan suatu model pengajaran yang
bagus sekali pun tidak dapat memenuhi tujuan si perancang. Dua metode dasar digunakan
untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan pengejaran: pendekatan ahli terhadap subyek masalah
dan pendekatan teknologi kinerja.
Setiap pembaca buku ini diasumsikan sebagai pakar subyek-masalah (SME, dibaca S-
M-E atau SMEE) di beberapa bidang. Anda telah atau akan mengajar seorang mahasiswa
tingkat akhir di bidang tertentu. Pengetahuan Anda terhadap bidang tersebut telah melebihi
pengetahuan publik umumnya, sehingga Anda termasuk seorang SME.
Ketika seorang SME diminta mengembangkan pembelajaran di bidang yang mereka
kuasai, mereka akan cenderung mempertimbangkan ilmu yang diajarkan kepada mereka di
masa lalu. Berdasarkan evaluasi pengalaman belajar mereka, SME akan mencoba untuk
menerapkan pembelajaran persis dengan apa yang mereka peroleh atau mencoba
mengembangkannya. Tujuan-tujuan pembelajaran yang disusun oleh para SME selalu
berisikan kata-kata seperti tahu dan memahami dengan acuan pada informasi daftar isi.
Pendekatan terhadap proses belajar-mengajar memperluas komunikasi informasi antara
pengajar dan mahasiswa dalam proses pembelajaran.
Penyusun pembelajaran lebih menyukai pendekatan denga teknologi kinerja, di mana
tujuan-tujuan pembelajaran dibuat berdasarkan tanggapan atas permasalahan-permasalahan
atau kesempatan-kesempatan. Perlu dicatat bahwa tidak ada yang tertinggal mengenai hal
apa yang akan dimasukkan ke dalam sebuah paket pembelajaran, karena, pada
kenyataannya semua orang memang membutuhkan pendidikan. Tim penyusun berusaha
bekerja dengan orang-orang yang bertanggungjawab dalam memastikan bahwa perusahaan
tersebut akan mencapai kualitas dan produktivitas tujuan-tujuannya. Hal ini berlaku di semua
badan, publik atau swasta. Perusahaan-perusahaan secara konstan bergantung pada
keahlian mereka untuk memenuhi kebutuhan klien dan pelanggan mereka. Jika mereka tidak
mampu memenuhinya, perubahan harus dilakukan.
Namun perubahan apa? Tim penyusun bergabung karena adanya kebutuhan akan
proses penilaian dan analisis untuk secara khusus mengidentifikasi masalahnya, di mana
bukan selalu perkara mudah. Karena permasalahan yang sebenarnya tidak melulu berupa hal
yang tampaknya jelas kelihatan. Setelah masalah-masalah teridentifikasi, tim penyusun
mecoba untuk mengidentifikasi penyebab masalah, kemudian megidentifikasi rangkaian solusi
yang kiranya dapat diimplemntasikan untuk menyelesaikan masalah. Jarang sekali satu model
pembelajaran mampu menjadi solusi terhadap sebuah masalah. Biasanya, sebuah kombinasi
perubahan diperlukan untuk menyelesaikan masalah secara efektif.
Tim pendesain memperoleh tujuan-tujuan pembelajaran dengan menggunakan
beberapa tipe proses penilaian kebutuhan. Tujuan biasanya ditetapkan sebagai keterampilan,
pengetahuan, dan perilaku yang harus dikuasai kelompok pelajar untuk memenuhi kebutuhan
yang telah teridentifikasi. Tipe penetapan tujuan ini biasanya memasukkan kata kerja seperti
memecahkan, menerapkan, dan mengolah. Tipe ini fokus pada hal apa yang akan pelajar
mampu lakukan setelah mereka selesai belajar, dan konteks di dunia nyata ketika mereka
BAHRUR ROSYIDI | IDENTIFYING INSTRUCTIONAL GOAL 2
dituntut untuk mengaplikasikan keterampilan baru miliknya. Perhatikan dua contoh tersebut
dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
Sebuah perusahaan memiliki banyak sekali perangkat komputer dalam 2 tahun
terakhir, mengindikasikan bahwa keputusan manajemen dibuat untuk mengakhiri penggunaan
layanan jasa dari pihak luar, dan sebagai gantinya menyediakan 25 posisi internal sebagai
teknisi komputer. Dilihat dari sudut pandang teknologi kinerja dapat disimpulkan dari kejadian
tersebut bahwa perlengkapan perusahaan mengalami malfungsi luar biasa, sehingga
“kebutuhan” akan tenaga teknisi kelihatannya amat mendesak. (Sementara solusi lain
mungkin dengan membeli perangkat komputer yang lebih berkualitas dari pabrikan lainnya,
meleasing perlengkapan yang dimiliki, atau memasukkan kerjasama kontrak jangka panjang
sebagai bagian dari pembelian). Keputusan mengenai 25 orang teknisi hanyalah bagian awal
dari berjalannya proses solusi. Bila keputusannya adalah menyewa teknisi yang sudah ahli
“dari luar”, departemen pelatihan SDM jadi kehilangan peranannya dalam menyelesaikan
masalah. Bila, sebaliknya, keputusan yang diambil adalah mengisi ke 25 posisi tadi dengan
karyawan dalam sendiri, maka sepertinya semcam pelatihan akan diperlukan. Jika mereka
sebelumnya telah terbiasa sebagai teknisi perlengkapan perusahaan yang lain, maka mungkin
hanya sedikit pelatihan tambahan diperlukan. Jika mereka sama sekali tidak memiliki
pengalaman di bidang tersebut, maka sebaiknya seluruh kurikulum materi diajarkan oleh
lembaga pendidikan, atau bisa juga karyawan dikirim ke lembaga-lembaga pendidikan terkait.
Tujuan dari penjelasan di atas adalah untuk menunjukkan bahwa semua orang
berhasil ketika pendidikan dan pelatihan menyediakan materi ketrampilan bagi pelajar sesuai
yang diperlukan untuk kebutuhan menyelesaikan masalah perusahaan atau sekadar
menambah ilmu pada kesempatan yang ditawarkan. Menjabarkan permasalahan atau
kesempatan secara tepat dan menentukan bagaimana kedua hal tersebut diselesaikan secara
efektif dan efisien adalah hal yang penting. Sebuah pendidikan dan pelatihan merupakan
solusi yang memakan biaya, dipilih hanya ketika alternatif solusi lain tidak memuaskan.
Berpikir bahwa pendidikan sebagai solusi yang mahal mungkin tidak masuk akal, namun bagi
perusahaan-perusahaan besar, pendidikan dan pelatihan menjadi teramat mahal
dibandingkan solusi yang lain.
Contoh lain, jajaran direksi sebuah sekolah menginginkan 95 persen mahasiswa lulus
ujian fungsional pelajaran sastra; namun, catatan menunjukkan bahwa sebelumnya hanya 81
persen mahasiswa yang lulus pada ujian serupa. Terdapat selisih 14 persen antara fakta
dengan targetan. Sehingga, dengan demikian, penyesuaian target sebaiknya dilakukan dalam
situasi ini, yakni, agar persentase mahasiswa yang lulus bertambah sebesar 14 persen, paling
tidak 95 persen peserta ujian mampu mendekati batas aman kelulusan.
Perlu dicatat bahwa sebuah tujuan fokus pada apa yang pelajar mampu lakukan.
Walaupun belum jelas sepenuhnya keterampilan apa yang membuat seseorang “berguna”,
paling tidak kita memiliki beberapa gagasan mengenai bagaimana kita akan memproses
pendidikan keterampilan spesifik yang akan, bersama-sama, mencerminkan tujuan
pembelajaran ini. Ingat juga bahwa tujuan mendeskripsikan hasil pendidikan dan bukan
prosesnya. Pernyataan mengenai kebutuhan bukan seperti “kita butuh perangkat komputer
baru dalam pengajaran kita”, atau, “kita perlu dosen lulusan S3” Pernyataan-pernyataan
tersebut adalah bagian dalam proses mencapai tujuan, namun sama sekali tidak
mencerminkan apa yang kita perlukan, yakni, penetapan tujuan desain pembelajaran.
Penggunaan komputer dan lebih banyak pengajar di sebuah sekolah adalah langkah terakhir
dan bukan satu-satunya pilihan terakhir bagi kita.
Secara khusus, tujuan-tujuan yang digunakan seorang penyusun materi pendidikan,
berangkat dari beberapa tipe penilaian kebutuhan, baik formal maupun informal, dan telah
lebih jauh dikembangkan oleh analis bidang atau kurikulum lain. Jika saat ini kita
mempertimbangkan tujuan menumbuhkan skor fungsional literatur, satu set informasi yang
harus diperoleh adalah penjabaran keterampilan yang terlah diuji. Dengan daftar ini, menjadi
mungkin bagi kita untuk menentukan keterampilan mana yang diajarkan sekarang dalam
BAHRUR ROSYIDI | IDENTIFYING INSTRUCTIONAL GOAL 3
kurikulum, karena tidak semua keterampilan diajarkan. Sementara keterampilan yang lain
sifatnya sangat dasar sekali, atau bahkan terlupakan. Dalam contoh ujian mahasiswa tadi,
bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan 14 persen kelulusan peserta ujian, bentuk
pengajaran baru perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan mengembangkan potensi para
mahasiswa yang masih rendah nilainya.
Tujuan daripada model baru pendidikan akan mungkin diperlukan di bidang
matematika dan bahasa. Hal ini secara lebih jauh akan menurun ke pokok bahasan, unit-unit
pembelajaran, dan akhirnya menuju ke bab-bab. Proses mengidentifikasi topik bahasan yang
disertakan, selalu dipandang untuk memastikan bahwa sebanyak mungkin daftar isi dapat
terpenuhi, lebih baik daripada menentukan hal apa yang perlu diketahui oleh para pelajar.
Data terkait performa siswa di setiap keterampilan dalam ujian dapat berguna untuk
mengidentifikasi ketrampilan mana yang memerlukan perhatian khusus dalam pengajaran.
Kesimpulannya, tujuan pembelajaran idealnya berangkat dari proses penilaian
kebutuhan yang menampilkan daftar indikasi terkait permasalahan-permasalahan yang dapat
diselesaikan lewat penyediaan pengajaran yang tepat. Kemudian analisis tujuan tersebut
dilakukan, baik dalam konteks bidang pelajaran maupun kurikulumnya. Hasilnya, lebih banyak
kesimpulan spesifik muncul yang fokus pada apa yang pelajar mampu lakukan dalam konteks
di bidang apa mereka mampu lakukan itu.
Konsep
Lembaga, baik publik maupun swasta, menghadapi permasalahan-permasalahan terus
menerus yang harus diidentifikasi dan diselesaikan oleh para karyawan senior dan manajer.
Permasalahan adalah cerminan kegagalan pencapaian tujuan tertentu sebuah lembaga atau
kegagalan pemanfaaatan peluang dan kesempatan. Seringkali kegagalan-kegagalan tersebut
dipandang disebabkan oleh penggunaan keterampilan yang tidak tepat atau kurangnya skill.
Namun, hal yang tidak biasa bagi seorang karyawan untuk mengidentifikasi sebuah masalah
dan mengasumsikan pelatihan adalah solusinya. Beberapa masalah sering dibahas di
departemen pelatihan dengan harapan bahwa mereka akan mengembangkan beberapa diklat
untuk menyelesaikan masalahnya. Dalam situasi ini, departemen pelatihan harus melakukan
analisis kinerja.
Analisis kinerja adalah studi menentukan penyebab sesungguhnya sebuah masalah
kinerja perusahaan dan bagaimana masalah tersebut ditemukan solusinya. Seringkali
masalah sesungguhnya hanyalah gejala daripada permasalahan yang lebih besar atau
bahkan sama sekali bukan masalah. Robinson dan Robinson (1995) telah mengembangkan
model umum analisis kinerja yang saat ini digunakan secara luas. Model tersebut akan
dijelaskan secara lebih mendetail di paragraf berikutnya.
Model Robinson memiliki beberapa komponen utama, dan komponen tersebut adalah
tanggung jawab analis kinerja atau tim analis untuk mengumpulkan informasi setiap
komponen. Model ini mengindikasikan permasalahan penting kinerja paling baik
diidentifikasikan ke bentuk perbedaan antara tujuan yang diharapkan dan misi perusahaan
dan kondisi terkini mereka. Di sisi lain, jika ada perbedaan signifikan antara status yang harus
pada tujuan dan status saat ini, maka analisis mendalam harus dilakukan.
Untuk setiap tujuan dalam perusahaan, harus terdapat deskripsi terkait perilaku yang
diperlukan para karyawan untuk memenuhi target mereka. Contoh, untuk mencapai target
tertentu penjualan, perilaku-perilaku bersyarat mungkin termasuk seperti membuat paling tidak
50 panggilan telepon kepada para pelanggan setiap bulan. Panggilan-panggilan ini akan
mencerminkan tingkat yang harus pada kinerja dalam model Robinson. Sebuah studi kinerja
aktual terhadap para salesman berdasarkan tanggapan telepon para pelanggan akan
mewakili status saat ini terkait kinerja mereka.
Kemudian analis akan membandingkan perbedaan antara kinerja yang harus dan saat
ini, dan berusaha untuk menentukan penyebab-penyebabnya. Mungkin akan ditemukan
BAHRUR ROSYIDI | IDENTIFYING INSTRUCTIONAL GOAL 4
penyebab eksternal perusahaan, seperti misalnya perubahan dalam ekonomi atau
kemunculan produk baru dari para kompetitor, dan mungkin juga penyebab internal seperti
misalnya kesalahan teknis dalam sistem telepon atau kegagalan memperkerjakan salesman
yang tepat. Atau, mungkin penyebab dari gap tersbut adalah karyawan tidak tahu bagaimana
berkerja sesuai perilaku yang diinginkan manajemen. Ketika hal yang terakhir ini terjadi, diklat
bisa menjadi solusi permasalahan.
Tujuan studi analisis kinerja adalah untuk memperoleh informasi dari setiap komponen
dalam model untuk memverivikasi permasalahan dan mengidentifikasi solusi yang mungkin.
Jika bagian dari solusi adalah pelatihan keterampilan baru atau memberikan nilai tambah bagi
skill yang lama, maka rencana mengenai proyek desain pembelajaran disusun. Pengalaman
telah menunjukkan bahwa di bawah analisis yang hati-hati, banyak permasalahan perusahaan
yang sebelumnya diatasi dengan diklat, saat ini diselesaikan lewat solusi multikomponen yang
mungkin atau tidak menyertakan diklat.
Telah menjadi catatan tersendiri bagi para manajer atau eksekutif untuk terbiasa selalu
mendeskripsikan permasalahan berdasarkan situasi sekarang, atau saat ini. Contoh
ungkapannya seperti, “Pengiriman kita terlambat hari ini,” “Tidak ada siswa kita yang
mendapat ujian pengejaan bahasa nasional,” “ Penjualan kita menurun,” dan “Terlalu banyak
siswa kita yang gagal dalam ujian keterampilan dasar.” Dalam mempelajari hasil-hasil terkini
dan kinerja, tim penyusun akan mengidentifikasi dengan tepat bagaimana pengiriman
berlangsung dan berapa persentase siswa yang gagal dalam ujian keterampilan dasar.
Yang harus, berlawanan dengan yang saat ini, adalah kumpulan deskripsi bagaimana
situasi idealnya akan terjadi. Kata yang harus tidak digunakan untuk pengungkapan optimistik
“yang terbaik bagi seluruh dunia,” namun lebih mengacu pada pengungkapan yang diwajibkan
atau yang diamanahkan pada tingkatan kinerja, atau tingkatan serupa yang menjadi targetan
suatu perusahaan.
Gap didefinisikan sebagai selisih antara status yang harus terhadap status yang saat
ini. Gap yang menuntut konsekuensi yang lebih besar ada dalam hasil yang dicapai
perusahaan. Gap ini lalu dibandingkan dengan gap pada kinerja perusahaan (misalnya,
perilaku orang-orang yang berhubungan dengan perusahaan). Jika gap ini tidak ada, maka
tidak ada perubahan yang diperlukan, dan dengan jelas tidak ada keharusan akan diklat baru.
Ini adalah situasi di manapun anggota sebuah lembaga (termasuk jajaran direksi ataupun
anggota) menelaah situasi dan menemukan bahwa kondisi baik-baik saja – yang harus dan
yang saat ini sama, maka perubahan tidak perlu dilakukan.
Ketika yang harus dan yang saat ini berbeda, seperti biasanya kondisi ini terjadi, gap
yang terjadi di antara kedua hal tersebut sering disebut sebagai yang dibutuhkan/kebutuhan.
Dalam rangka pemahaman kebutuhan ini, sangat berguna untuk menentukan bagaimana
masyarakat merasakan gap itu dan bagaimana pengaruh gap terhadap mereka. Tambahan
lagi, pandangan mereka terhadap penyebab yang mungkin dan solusi kebutuhan dapat
menjadi jelas. Pembaca yang familiar dengan topic manajemen total kualitas (TQM) akan
mengenali kemiripan di antara proses analisis kinerja dan teknik yang sering digunakan oleh
kelompok karyawan yang mengidentifikasi permasalahan dan kerja dalam sebuah tim untuk
mengidentifikasi dan mengimplementasikan solusi.
Hasil dari studi analisis kinerja adalah sebuah deskripsi jelas dari sebuah masalah
dalam konteks kegagalan mencapai hasil organisasi yang diharapkan dan hal-hal lain terkait
serta perilaku kinerja karyawan aktual, bukti penyebab permasalahan, dan saran solusi yang
hemat biaya. Perlu dicatat bahwa sementara penyusun pembelajaran mungkin turut serta
dalam studi analisis kinerja, tidak terdapat asumsi bahwa pembelajaran akan menjadi
komponen solusi. Studi-studi ini sering sebagai usaha tim, dan hasilnya merefleksikan hal apa
yang mungkin di dalam organisasi. Pertimbangan yang penting dalam memilih solusi adalah
biaya, dan pembelajaran sering menjadi satu alternatif yang lebih mahal.
Ketika tim penyusun menggunakan model Robinson dan Robinson dalam menjalankan
analisis kinerja, mereka mengkaji ulang data dan dokumentasi yang telah ada terkait
BAHRUR ROSYIDI | IDENTIFYING INSTRUCTIONAL GOAL 5
permasalahan dan bagaimana “itu akan terjadi.” Mereka mengumpulkan data tambahan lewat
wawancara, survey, penelitian, dan diskusi kelompok kecil. Proses empiris ini mengakar pada
realita organisasi dalam menjalankan studi. Pembelajaran apapun yang dihasilkan dari studi
tersebut harus ditargetkan sebagai kebutuhan teridentifikasi dan harus berkontribusi terhadap
pemenuhan kebutuhan.
Kaufman (1988, 1992, 1998) telah menyediakan banyak pemahaman ke dalam proses
penilaian kebutuhan, termasuk (1) perbedaan di antara makna dan akhir dalam konteks apa
yang dilakukan sebuah organisasi, dan (2) wilayah di mana organisasi menemui masalah.
Perhatikan contoh sebuah sekolah umum di paragraf berikut ini.
Hal yang tidak biasa mendengar kepala sekolah menyatakan bahwa tenaga
pengajarnya “butuh” pengetahuan lebih mengenai komputer. Ujung-ujungnya, workshop
diselenggarakan sehingga pengajar semuanya dapat menjadi lebih kompeten. Dalam situasi
ini, skill pengajar perlu dipandang sebagai sebuah makna daripada akhir, yakni, untuk
menghasilkan pelajar yang lebih kompeten. Kebutuhan sebenarnya akan penilaian hal-hal
terkait adalah skill komputer apa yang optimal dan aktual yang dimiliki pelajar, dan, jika
ditemui kebutuhan, apa saja ragam solusi yang diperlukan untuk mengembangkan skill-skill
pelajar tersebut? Penyelenggaran workshop untuk semua pengajar mungkin menjadi solusi
terbaik atau bahkan sebaliknya. Kaufman mendesak kita untuk terlebih dulu menguji gap
dalam hasil akhir organisasi daripada proses internal ketika kita akan memulai identifikasi
kebutuhan dan menyusun rencana dalam menggunakan sumber daya organisasi yang ada
untuk pemenuhan kebutuhan.
Penilaian kebutuhan adalah komponen penting dari total proses perancangan. Trainer
dan pendidik harus menyadari bahwa biaya yang dibutuhkan akan sangat besar dalam
mengadakan pendidikan ketika sebenarnya tidak dibutuhkan; oleh karena itu, perluasan
analisis “awal-akhir” dilakukan, analisis kinerja dilakukan, dan pendekatan lain untuk
mengidentifikasi kebutuhan secara lebih akurat. Di masa lalu, mensurvei instrument-instrumen
adalah langkah yang umum dan utama dilakukan dalam mengidentifikasi dan
mendokumentasikan kebutuhan pelatihan. Saat ini, langkah survey lebih sebagai langkah
pendukung atau dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi langsung terhadap
para subyek. “Subyek” bisa seorang audiens dengan permasalahan potensial atau seorang
ahli dalam mendemonstrasikan bagaimana pekerjaan tertentu diselesaikan dengan
menggunakan alat bantu yang baru.
Buku ini tidak akan menjelaskan atau mendemonstrasikan bagaimana membuat
penilaian kebutuhan secara lengkap, karena buku karangan Rosset (1987) dan Kaufman
(1988) telah menyediakan latar belakang konseptual dan detail prosedur cara melakukannya.
Oleh karena itu di buku ini kita akan memulai proses desain pembelajaran pada poin
identifikasi tujuan. Kita tidak mungkin mengesampingkan pentingnya proses dalam
mengidentifikasi tujuan yang tepat. Tidak peduli prosedur apa yang digunakan untuk
menghasilkan tujuan, hampir kebanyakan tim penyusun memperjelas dan terkadang
mengembangkan tujuan supaya tujuan tersebut sesuai dengan titik awal proses penyusunan
desain pembelajaran. Banyak tujuan yang terdistorsi, dan tim penyusun harus mempelajari
bagaimana mengatasinya.
Memperjelas Tujuan Pembelajaran
Mager (1972) telah menjelaskan prosedur yang dapat digunakan tim penyusun ketika
menemukan distorsi tujuan atau tujuan yang kurang spesifik. Pengaburan tujuan umumnya
merupakan beberapa pernyataan abstrak tentang kondisi internal pelajar, seperti misalnya
“menghargai,” “telah menyadari akan,” “merasakan,” dan seterusnya. Istilah-istilah jenis ini
sering terlihat dalam pernyataan tujuan, namun tim penyusun tidak mengerti maksudnya apa
karena kurang jelas apa yang akan dilakukan pelajar untuk memenuhinya. Tim penyusun
berasumsi bahwa pada penyerapan pendidikan yang mereka berikan, pelajar seharusnya
BAHRUR ROSYIDI | IDENTIFYING INSTRUCTIONAL GOAL 6
mampu mendemonstrasikan tujuan yang telah mereka capai. Namun, jika tujuannya sangat
tidak jelas mengenai proses pendidikan seperti apa yang harus dilakukan, maka analisis lebih
mendalam harus dilakukan.
Untuk menganalisis tujuan yang masih kabur, pertama-tama tulis dahulu berurutan.
Lalu pilihlah hal-hal yang seseorang mungkin tunjukkan bahwa ia telah mencapai tujuannya
atau hal apa yang akan mereka lakukan setelah mereka mencapai tujuannya. Jangan terlalu
terburu-buru; tulis saja semua hal yang terjadi pada Anda. Kemudian, seleksilah pernyataan-
pernyataan yang paling mewakili makna dari daftar tujuan Anda yang belum spesifik tadi.
Sekarang, kombinasikan tiap indikator (mungkin hanya satu atau beberapa kombinasi) dan
konversikan menjadi pernyataan yang menginformasikan hal apa yang akan dilakukan oleh
pelajar. Langkah terkahir, ujilah pernyataan tuujuan dan tanyakan kepada diri Anda hal ini:
Jika pelajar berhasil mencapai atau mendemonstrasikan tiap pendidikan yang mereka terima,
apakah Anda setuju bahwa tujuan pribadi Anda terpenuhi? Jika jawabannya adalah ya, maka
Anda telah memperjelas tujuannya; Anda telah mengembangkan satu atau lebih pernyataan
tujuan yang secara kolektif mewakili pemenuhan suatu tujuan penting. Di bagian Contoh
dalam bab ini, kita akan menunjukkan bagaimana proses ini dapat diterapkan untuk
memperjelas tujuan yang terdistorsi.
Tim penyusun harus menyadari prosedur analisis tujuan jenis ini karena tidak banyak
tujuan penting pendidikan dan pelatihan dinyatakan dengan jelas sesuai deskripsi lngkah apa
yang harus dilakukan oleh pelajar. Tujuan-tujuan tersebut sering dinyatakan dalam istilah yang
dapat dimengerti (secara umum) hanya oleh si pembuatnya, namun tidak memiliki arti spesifik
bagi tim penyusun untuk tujuan pengembangan pendidikan lebih lanjut. Beberapa tujuan tidak
bias begitu saja dieliminasi dan dianggap tidak berguna. Seorang analis harus menguasai
materi untuk mengidentifikasi hasil pembelajaran spesifik yang diimpilkasikan oleh tujuan.
Seringnya meminta bantuan orang-orang yang memahami proses analisa akan membantu
Anda, sehingga Anda akan dapat melihat batasan jarak gagasan yang muncul dari tujuan dan
kebutuhan konsensus akan tindakan spesifik jika pendidikan yang benar-benar berhasil akan
dikembangkan.
Pelajar, Konteks, dan Alat Bantu
Di mana pun proses pendidikan berlangsung, aspek paling penting daripada tujuan
pembelajaran adalah penjabaran mengenai apa yang dapat dilakukan oleh pelajar, bahwa
penjabaran tersebut tidak lengkap tanpa indikasi mengenai (1) jati diri pelajar, (2) konteks di
bidang apa mereka akan menerapkan skill mereka, dan (3) alat bantu yang tersedia. Pra
penjabaran terhadap aspek-aspek ini penting karena dua alasan. Pertama, deskripsi tujuan
mewajibkan tim penyusun paham mengenai menjadi siapa nanti pelajarnya, daripada
membuat pernyataan-pernyataan tidak jelas atau pengaburan kelompok pelajar. Proyek
penyusunan pembelajaran akan mandeg ketika di tengah proses ditemukan bahwa tidak ada
pelajar yang mampu menyerap materi pendidikan. Dengan kata lain, materi pendidikan
tersebut tidak ada peminatnya.
Oleh karena itu, dari awal proses seorang penyusun materi harus paham mengenai
konteks skill apa yang akan digunakan dan apakah terdapat alat bantu terkait. Selanjutnya kita
akan membahas dalam konteks kinerja pendidikan. Sebagai contoh, jika pelajar akan belajar
skill menghitung, apakah mereka akan memiliki akses ke alat bantu kalkulator atau komputer?
Dalam konteks kinerja, apakah mereka akan bekerja di bangku atau berdiri? Haruskah
informasi terekam dalam memori ingatan saja, atau sistem informasi berbasis komputer yang
digunakan? Informasi mengenai konteks kinerja dan karakteristik orang-orang yang akan
menerima pendidikan sangat penting sekali karena tim penyusun menbutuhkannya untuk
memulai analisa dengan tepat skill-skill apa yang akan dimasukkan ke dalam pembelajaran.
Kesimpulannya, informasi digunakan untuk menyeleksi strategi pembelajaran untuk memilih
BAHRUR ROSYIDI | IDENTIFYING INSTRUCTIONAL GOAL 7
suatu kegunaan skill-skill, tidak hanya dalam konteks bahasan pendidikan, tetapi juga dalam
konteks bahasan di saat ilmu pendidikan tersebut pada akhirnya diterapkan.
Sebuah kalimat pernyataan tujuan pembelajaran paling tidak menjelaskan hal-hal
sebagai berikut:
 Para pelajar
 Hal apa yang mampu pelajar lakukan dalam konteks praktek
 Konteks bahasan praktek di mana keterampilan akan diaplikasikan
 Alat bantu yang akan disediakan untuk para pelajar dalam konteks praktek
Sebuah contoh kalimat pernyataan tujuan pembelajaran, misalnya, seperti berikut ini:
“Operator pusat layanan Acme akan mampu menggunakan alat bantu Client Helper dalam
menyediakan informasi kepada para pelanggan yang menghubungi pusat layanan.” Keempat
komponen kalimat tujuan pembelajaran kesemuanya tercakup dalam pernyataan di atas.
Kriteria Dalam Menyusun Tujuan Pembelajaran
Terkadang proses mengatur tujuan tidak seluruhnya rasional; oleh karena itu, langkah-
langkahnya tidak selalu mengikuti sistematika proses penilaian kebutuhan. Tm penyusun
pembelajaran harus menyadari bahwa desain pembelajaran memiliki arti di konteks spesifik
yang mencakup sejumlah pertimbangan politik dan ekonomi, dan juga pertimbangan teknikal
dan akademis. Dengan kata lain, orang-orang yang memiliki kuasa selalu menentukan
prioritas, dan bagian keuangan selalu menentukan batasan-batasan mengenai hal apa yang
dapat dilakukan dalam proyek penyusunan pembelajaran. Setiap pilihan tujuan pembelajaran
harus dilakukan paling tidak memenuhi pertimbangan sebagai berikut:
1. Akankah perkembangan pada pembelajaran ini akan menyelesaikan masalah yang
mengarah pada kebutuhan akan perkembangan tersebut?
2. Apakah tujuan-tujuan ini dapat diterima oleh mereka yang akan menyetujui usaha
pengembangan pendidikan ini?
3. Adakah orang-orang yang kompeten dan cukupkah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pengembangan pendidikan untuk tujuan ini?
Pertanyaan-pertanyaan di atas sangat penting bagi institusi atau organisasi yang akan
mengambil langkah pengembangan.
Kita tidak bisa secara berlebihan mampu memperluas kepentingan antara hubungan
secara logis dan secara persuasif terhadap tujuan pendidikan dan pendokumentasian gap
dalam praktek di dalam suatu organisasi. Ketika pembelajaran dikembangkan untuk seorang
klien, klien tersebut harus yakin bahwa jika para pelajar menerima tujuan pembelajaran, maka
permasalahan penting dalam organisasi akan terselesaikan atau peluang dapat direalisasikan
dengan menggunakan skill-skill baru. Tipe rasionalisasi ini umum diaplikasikan pada
pengembangan pendidikan di sekolah umum dan juga lembaga bisnis, militer dan agensi
publik.
Rasionalisasi sebuah tujuan pendidikan memang dapat membantu pengumpulan
dukungan bagi penentu keputusan, namun pendesain (dan manajer) harus yakin bahwa
terdapat waktu yang cukup dan sumber daya memadai bagi baik pengembangan pendidikan
dan pendistribusiannya. Kebanyakan penyusun akan setuju bahwa kekurangan waktu sering
terjadi. Alasannya, karena memprediksi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
proyek itu sukar. Alasan lain, bahwa organisasi/lembaga sering menginginkan hal-hal yang
terjadi “di masa lalu”!
Tidak hanya sulit untuk memprediksi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
pengembangan pendidikan, tetapi juga sulit untuk memprediksi berapa lama waktu yang
dibutuhkan pelajar untuk menguasai tujuan pembelajaran (dengan kata lain, berapa lama
masa pendidikannya?). Belum ada peraturan baku yang berhubungan dengan lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk menguasai pendidikan (atau pembelajaran). Banyak sekali faktor yang
terlibat sehingga membuat estimasi waktu menjadi hal yang sukar.
BAHRUR ROSYIDI | IDENTIFYING INSTRUCTIONAL GOAL 8
Skenario yang umum terjadi adalah bahwa tim penyusun diamanahkan, “Anda memiliki
waktu tiga minggu untuk mengembangkan workshop 4 jam kami.” Jika perusahaan telah
sampai memutuskan hal ini, keputusan mereka dibuat berdasarkan kondisi umum pengaturan
kerja. Pastinya seorang penyusun mampu memperpendek atau memperpanjang lama waktu
pendidikan hingga sesuai dengan waktu yang tersedia, tetapi pertimbangan utama pendidikan
adalah untuk memilih kemungkinan strategi pembelajaran terbaik untuk mengajar skill yang
harus dikuasai, kemudian menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan. Dengan jelas,
kita dapat menentukan estimasi lama waktu pendidikan lebih akurat setelah menjalani
beberapa uji coba model pendidikan (try out) tersebut.
Penyusun harus menguji pertanyaan-pertanyaan tambahan saat mengkontemplasi
sebuah proyek individu. Dengan asumsi bahwa kebutuhan telah diperoleh dan waktu serta
sumber daya tersedia, lalu penyusun harus menentukan apakah isi telah cukup stabil
menjamin biaya yang harus dikeluarkan selama pengembangannya. Jika pada akhirnya,
misalnya, setelah 6 bulan, pendidikan berjalan tidak semestinya, maka pengembangan lebih
lanjut tidak disarankan.
Pembahasan lebih lanjut, proses penyusunan pembelajaran sangat bergantung pada
kemampuan pelajar untuk menyerap pengajaran yang diberikan. Jika penyusun tidak memiliki
akses ke pelajar yang tepat, menjadi mustahil untuk mengimplementasikan keseluruhan
proses pendesainan. Sekelompok kecil pelajar harus hadir untuk menerima uji coba
pendidikan. Jika tidak, maka tim penyusun dapat mempertimbangkan keberadaan validitas
kebutuhan.
Hal penting lain yang harus dipertimbangkan adalah pengalaman pribadi penyusun
dalam bidang apa pendidikan akan dikembangkan. Penyusun profesional berpengalaman
sering bekerja dalam tim di mana, paling tidak, bidang yang mereka kerjakan benar-benar
berbeda bagi mereka. Kemampuan dan keinginan untuk bekerja dalam tim adalah salah satu
karakteristik seorang perancang yang sukses.
Mempelajari isi pokok bahasan suatu bidang pendidikan yang akan dikembangkan
harus dilakukan supaya penyusun mampu bekerja secara efektif. Bagi penyusun yang hanya
mempelajari proses penyusunan, lebih baik penyusun memulainya dengan materi bahasan
bidang di mana mereka telah berpengalaman dalam subyek tersebut. Menjadi lebih mudah
ketika mempelajari satu rangkaian materi keterampilan baru, disebut, keterampilan menyusun
pembelajaran, daripada mempelajari dua rangkaian materi – yakni, baik isi maupun prosesnya
– dalam waktu yang bersamaan.
Jika Anda ditunjuk (atau ditugaskan) untuk menyusun sebuah paket materi pendidikan,
seperti halnya Anda mempelajari satu demi satu bab dalam buku ini, proses tersebut akan
memakan berjam-jam dari waktu Anda. Sebelum Anda memilih atau mengidentifikasi sebuah
tujuan pembelajaran, kaji ulang criteria yang terdaftar dalam bab ini. Kaji ulang merupakan hal
yang penting, karena (1) Anda harus menguasai subyek materi, (2) bahwa pelajar ada untuk
membantu Anda mengevaluasi dan merevisi material pengajaran, dan (3) bahwa Anda telah
memilih tujuan yang dapat diajrkan dalam waktu yang cukup masuk akal.
BAHRUR ROSYIDI | IDENTIFYING INSTRUCTIONAL GOAL 9
Contoh kasus
Dua contoh prosedur uang digunakan untuk mengembangkan tujuan pembelajaran mungkin
dapat membantu Anda menformulasikan atau mengevaluasi tujuan Anda sendiri. Kedua
contoh berdasarkan problem teridentifikasi, kegiatan penilaian kebutuhan, dan formulasi solusi
terhadap masalah. Setiap contoh memiliki skenarionya sendiri-sendiri untuk membantu
memperjelas konteks permasalahan dan proses yang digunakan untuk mengidentifikasi
tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Dick Walter, Carey Lou dan Carey James. 2001. The Systematic Design Of Instruction.
Addison-Wesley Educational Publishers. New York.

More Related Content

What's hot

penelitian ex post facto
penelitian ex post factopenelitian ex post facto
penelitian ex post factoRauza Tunnur
 
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) B.Inggris kelas 8 semester ganjil
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) B.Inggris kelas 8 semester ganjilRancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) B.Inggris kelas 8 semester ganjil
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) B.Inggris kelas 8 semester ganjilRaima Amari
 
PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.
PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.
PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.Grace Ginting
 
LKS MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
LKS MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)LKS MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
LKS MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)DianAnggreiniLestari
 
RPP cHAPTER 4 COME TO MY BIRTHDAY, PLEASE!
RPP cHAPTER 4 COME TO MY BIRTHDAY, PLEASE!RPP cHAPTER 4 COME TO MY BIRTHDAY, PLEASE!
RPP cHAPTER 4 COME TO MY BIRTHDAY, PLEASE!anisa lia
 
Resume hakikat penelitian menurut pendapat para ahli
Resume hakikat penelitian menurut pendapat para ahliResume hakikat penelitian menurut pendapat para ahli
Resume hakikat penelitian menurut pendapat para ahliDesy Purlianti
 
LK. 2.1 REVISI_Eksplorasi Alternatif Solusi (Masita).docx
LK. 2.1 REVISI_Eksplorasi Alternatif Solusi (Masita).docxLK. 2.1 REVISI_Eksplorasi Alternatif Solusi (Masita).docx
LK. 2.1 REVISI_Eksplorasi Alternatif Solusi (Masita).docxMasitaMasita16
 
Contoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaianContoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaianAgus Zuhri
 
Rumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajarRumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajarAdelaide Australia
 
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdf
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdfLK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdf
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdfKarnilaSustrayeni
 
Analyzing change gain hake
Analyzing change gain hakeAnalyzing change gain hake
Analyzing change gain hakearvinda lalang
 
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah Kognitif
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah KognitifKisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah Kognitif
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah KognitifAni Mahisarani
 

What's hot (20)

penelitian ex post facto
penelitian ex post factopenelitian ex post facto
penelitian ex post facto
 
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) B.Inggris kelas 8 semester ganjil
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) B.Inggris kelas 8 semester ganjilRancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) B.Inggris kelas 8 semester ganjil
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) B.Inggris kelas 8 semester ganjil
 
PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.
PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.
PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.
 
Assessment
AssessmentAssessment
Assessment
 
Bing dayli activity
Bing dayli activityBing dayli activity
Bing dayli activity
 
LKS MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
LKS MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)LKS MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
LKS MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
 
RPP cHAPTER 4 COME TO MY BIRTHDAY, PLEASE!
RPP cHAPTER 4 COME TO MY BIRTHDAY, PLEASE!RPP cHAPTER 4 COME TO MY BIRTHDAY, PLEASE!
RPP cHAPTER 4 COME TO MY BIRTHDAY, PLEASE!
 
Resume hakikat penelitian menurut pendapat para ahli
Resume hakikat penelitian menurut pendapat para ahliResume hakikat penelitian menurut pendapat para ahli
Resume hakikat penelitian menurut pendapat para ahli
 
LK. 2.1 REVISI_Eksplorasi Alternatif Solusi (Masita).docx
LK. 2.1 REVISI_Eksplorasi Alternatif Solusi (Masita).docxLK. 2.1 REVISI_Eksplorasi Alternatif Solusi (Masita).docx
LK. 2.1 REVISI_Eksplorasi Alternatif Solusi (Masita).docx
 
Angket minat belajar
Angket minat belajarAngket minat belajar
Angket minat belajar
 
Effective questioning
Effective questioningEffective questioning
Effective questioning
 
Volume Tabung Sama Dengan 3 kali Volume Kerucut
Volume Tabung Sama Dengan 3 kali Volume KerucutVolume Tabung Sama Dengan 3 kali Volume Kerucut
Volume Tabung Sama Dengan 3 kali Volume Kerucut
 
Contoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaianContoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaian
 
Questioning techniques: The heart of Higher Order Thinking
Questioning techniques: The heart of Higher Order ThinkingQuestioning techniques: The heart of Higher Order Thinking
Questioning techniques: The heart of Higher Order Thinking
 
RPP asking and giving opinion
RPP asking and giving opinionRPP asking and giving opinion
RPP asking and giving opinion
 
Rumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajarRumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajar
 
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdf
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdfLK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdf
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdf
 
Analyzing change gain hake
Analyzing change gain hakeAnalyzing change gain hake
Analyzing change gain hake
 
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah Kognitif
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah KognitifKisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah Kognitif
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah Kognitif
 
Rpp pertemuan 1
Rpp pertemuan 1Rpp pertemuan 1
Rpp pertemuan 1
 

Viewers also liked (12)

Instructional Design: Identifying Instructional Goals
Instructional Design: Identifying Instructional Goals Instructional Design: Identifying Instructional Goals
Instructional Design: Identifying Instructional Goals
 
Langkah 6 developing assessment instruments
Langkah 6  developing assessment instrumentsLangkah 6  developing assessment instruments
Langkah 6 developing assessment instruments
 
Evaluasiprogrampengajaran
EvaluasiprogrampengajaranEvaluasiprogrampengajaran
Evaluasiprogrampengajaran
 
Kumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibranKumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibran
 
Paket pembelajaran tik
Paket pembelajaran tikPaket pembelajaran tik
Paket pembelajaran tik
 
Awareness
AwarenessAwareness
Awareness
 
Prinsip visual
Prinsip visualPrinsip visual
Prinsip visual
 
Manajemen waktu
Manajemen waktuManajemen waktu
Manajemen waktu
 
epilepsy in IEM
epilepsy in IEMepilepsy in IEM
epilepsy in IEM
 
Manajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasiManajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasi
 
Teamwork dalam organisasi
Teamwork dalam  organisasiTeamwork dalam  organisasi
Teamwork dalam organisasi
 
The roles of technology in delivering the curriculum
The roles of technology in delivering the curriculumThe roles of technology in delivering the curriculum
The roles of technology in delivering the curriculum
 

Similar to Langkah 1 identifying instructional goal

Copyofchap 5slide-111019090122-phpapp02(2)
Copyofchap 5slide-111019090122-phpapp02(2)Copyofchap 5slide-111019090122-phpapp02(2)
Copyofchap 5slide-111019090122-phpapp02(2)Abdul Azisbtw
 
Tugas kurikulum review lisbeth
Tugas kurikulum review lisbethTugas kurikulum review lisbeth
Tugas kurikulum review lisbethlavanter simamora
 
Makalah model addie
Makalah model addieMakalah model addie
Makalah model addieEvi Masyur
 
220202454 kemp-dan-addie
220202454 kemp-dan-addie220202454 kemp-dan-addie
220202454 kemp-dan-addieambarpingki
 
Menentukan bahan pengajaran dan pengetahuan sedia ada J.K
Menentukan bahan pengajaran dan pengetahuan sedia ada J.KMenentukan bahan pengajaran dan pengetahuan sedia ada J.K
Menentukan bahan pengajaran dan pengetahuan sedia ada J.Ksmpusy13
 
LAPORAN TUGAS TAP 3.docx
LAPORAN TUGAS TAP 3.docxLAPORAN TUGAS TAP 3.docx
LAPORAN TUGAS TAP 3.docxAhmadBadri14
 
LAPORAN TUGAS TAP 3.docx
LAPORAN TUGAS TAP 3.docxLAPORAN TUGAS TAP 3.docx
LAPORAN TUGAS TAP 3.docxAhmadBadri14
 
TRAINING AND DEVELOPMENT
TRAINING AND DEVELOPMENTTRAINING AND DEVELOPMENT
TRAINING AND DEVELOPMENTNaura Seulanga
 
Artikel jurnal pendidikan bagi isu
Artikel jurnal pendidikan bagi isuArtikel jurnal pendidikan bagi isu
Artikel jurnal pendidikan bagi isuCik BaCo
 
Managing human resources By Luis R. Gomez Mejia
Managing human resources By Luis R. Gomez MejiaManaging human resources By Luis R. Gomez Mejia
Managing human resources By Luis R. Gomez MejiaDewi Rahmawati
 
Langkah 9 designing and conducting formative evaluations
Langkah 9  designing and conducting formative evaluationsLangkah 9  designing and conducting formative evaluations
Langkah 9 designing and conducting formative evaluationsEDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
M6 kb4 kesesuaian hasil produk
M6 kb4 kesesuaian hasil produkM6 kb4 kesesuaian hasil produk
M6 kb4 kesesuaian hasil produkPPGHybrid2
 
M6 kb3 fungsi produk barang dan jasa.
M6 kb3 fungsi produk barang dan jasa.M6 kb3 fungsi produk barang dan jasa.
M6 kb3 fungsi produk barang dan jasa.PPGHybrid2
 
Model pembelajaran
Model pembelajaranModel pembelajaran
Model pembelajaranUNIMED
 

Similar to Langkah 1 identifying instructional goal (20)

chap.5- Training Design slide
chap.5- Training Design slidechap.5- Training Design slide
chap.5- Training Design slide
 
Copyofchap 5slide-111019090122-phpapp02(2)
Copyofchap 5slide-111019090122-phpapp02(2)Copyofchap 5slide-111019090122-phpapp02(2)
Copyofchap 5slide-111019090122-phpapp02(2)
 
Resume buku finch
Resume buku finchResume buku finch
Resume buku finch
 
Tugas kurikulum review lisbeth
Tugas kurikulum review lisbethTugas kurikulum review lisbeth
Tugas kurikulum review lisbeth
 
Makalah model addie
Makalah model addieMakalah model addie
Makalah model addie
 
220202454 kemp-dan-addie
220202454 kemp-dan-addie220202454 kemp-dan-addie
220202454 kemp-dan-addie
 
Menentukan bahan pengajaran dan pengetahuan sedia ada J.K
Menentukan bahan pengajaran dan pengetahuan sedia ada J.KMenentukan bahan pengajaran dan pengetahuan sedia ada J.K
Menentukan bahan pengajaran dan pengetahuan sedia ada J.K
 
Ujian final prof sahat 2013
Ujian final prof sahat 2013Ujian final prof sahat 2013
Ujian final prof sahat 2013
 
Mengenal Asesmen
Mengenal AsesmenMengenal Asesmen
Mengenal Asesmen
 
LAPORAN TUGAS TAP 3.docx
LAPORAN TUGAS TAP 3.docxLAPORAN TUGAS TAP 3.docx
LAPORAN TUGAS TAP 3.docx
 
LAPORAN TUGAS TAP 3.docx
LAPORAN TUGAS TAP 3.docxLAPORAN TUGAS TAP 3.docx
LAPORAN TUGAS TAP 3.docx
 
Penelitian tindakan kelas
Penelitian tindakan kelas Penelitian tindakan kelas
Penelitian tindakan kelas
 
TRAINING AND DEVELOPMENT
TRAINING AND DEVELOPMENTTRAINING AND DEVELOPMENT
TRAINING AND DEVELOPMENT
 
Artikel jurnal pendidikan bagi isu
Artikel jurnal pendidikan bagi isuArtikel jurnal pendidikan bagi isu
Artikel jurnal pendidikan bagi isu
 
Managing human resources By Luis R. Gomez Mejia
Managing human resources By Luis R. Gomez MejiaManaging human resources By Luis R. Gomez Mejia
Managing human resources By Luis R. Gomez Mejia
 
Langkah 9 designing and conducting formative evaluations
Langkah 9  designing and conducting formative evaluationsLangkah 9  designing and conducting formative evaluations
Langkah 9 designing and conducting formative evaluations
 
M6 kb4 kesesuaian hasil produk
M6 kb4 kesesuaian hasil produkM6 kb4 kesesuaian hasil produk
M6 kb4 kesesuaian hasil produk
 
M6 kb4 kesesuaian hasil produk.
M6 kb4 kesesuaian hasil produk.M6 kb4 kesesuaian hasil produk.
M6 kb4 kesesuaian hasil produk.
 
M6 kb3 fungsi produk barang dan jasa.
M6 kb3 fungsi produk barang dan jasa.M6 kb3 fungsi produk barang dan jasa.
M6 kb3 fungsi produk barang dan jasa.
 
Model pembelajaran
Model pembelajaranModel pembelajaran
Model pembelajaran
 

More from EDUCATIONAL TECHNOLOGY (20)

Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3
 
Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9
 
Kamus istilah komputer
Kamus istilah komputerKamus istilah komputer
Kamus istilah komputer
 
Bahan ajar TIK
Bahan ajar TIKBahan ajar TIK
Bahan ajar TIK
 
Artikel henry
Artikel henryArtikel henry
Artikel henry
 
Artikel paulina jd
Artikel paulina jdArtikel paulina jd
Artikel paulina jd
 
Pengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan OrganisasiPengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan Organisasi
 
Manajemen pembaharuan
Manajemen pembaharuanManajemen pembaharuan
Manajemen pembaharuan
 
Manajemen organisasi
Manajemen organisasiManajemen organisasi
Manajemen organisasi
 
Manajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasiManajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasi
 
Manajemen forum
Manajemen forumManajemen forum
Manajemen forum
 
Manajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasiManajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasi
 
Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasiKomunikasi organisasi
Komunikasi organisasi
 
Kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasionalKepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional
 
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
Kepemimpinan dan perilaku  organisasiKepemimpinan dan perilaku  organisasi
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
 
Iklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasiIklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasi
 
Efektivitas organisasi
Efektivitas organisasiEfektivitas organisasi
Efektivitas organisasi
 
Dinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasiDinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasi
 
5 pilar manajemen organisasi
5 pilar manajemen organisasi5 pilar manajemen organisasi
5 pilar manajemen organisasi
 
Personal blog
Personal blogPersonal blog
Personal blog
 

Recently uploaded

JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 

Recently uploaded (20)

JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 

Langkah 1 identifying instructional goal

  • 1. BAHRUR ROSYIDI | IDENTIFYING INSTRUCTIONAL GOAL 1 LANGKAH PERTAMA MENGEVALUASI KEBUTUHAN-KEBUTUHAN UNTUK MENGIDENTIFIKASI TUJUAN PEMBELAJARAN https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/ Latar Belakang Mungkin hal yang paling penting dalam proses desain pembelajaran adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Jika dilakukan dengan tidak tepat, bahkan suatu model pengajaran yang bagus sekali pun tidak dapat memenuhi tujuan si perancang. Dua metode dasar digunakan untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan pengejaran: pendekatan ahli terhadap subyek masalah dan pendekatan teknologi kinerja. Setiap pembaca buku ini diasumsikan sebagai pakar subyek-masalah (SME, dibaca S- M-E atau SMEE) di beberapa bidang. Anda telah atau akan mengajar seorang mahasiswa tingkat akhir di bidang tertentu. Pengetahuan Anda terhadap bidang tersebut telah melebihi pengetahuan publik umumnya, sehingga Anda termasuk seorang SME. Ketika seorang SME diminta mengembangkan pembelajaran di bidang yang mereka kuasai, mereka akan cenderung mempertimbangkan ilmu yang diajarkan kepada mereka di masa lalu. Berdasarkan evaluasi pengalaman belajar mereka, SME akan mencoba untuk menerapkan pembelajaran persis dengan apa yang mereka peroleh atau mencoba mengembangkannya. Tujuan-tujuan pembelajaran yang disusun oleh para SME selalu berisikan kata-kata seperti tahu dan memahami dengan acuan pada informasi daftar isi. Pendekatan terhadap proses belajar-mengajar memperluas komunikasi informasi antara pengajar dan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Penyusun pembelajaran lebih menyukai pendekatan denga teknologi kinerja, di mana tujuan-tujuan pembelajaran dibuat berdasarkan tanggapan atas permasalahan-permasalahan atau kesempatan-kesempatan. Perlu dicatat bahwa tidak ada yang tertinggal mengenai hal apa yang akan dimasukkan ke dalam sebuah paket pembelajaran, karena, pada kenyataannya semua orang memang membutuhkan pendidikan. Tim penyusun berusaha bekerja dengan orang-orang yang bertanggungjawab dalam memastikan bahwa perusahaan tersebut akan mencapai kualitas dan produktivitas tujuan-tujuannya. Hal ini berlaku di semua badan, publik atau swasta. Perusahaan-perusahaan secara konstan bergantung pada keahlian mereka untuk memenuhi kebutuhan klien dan pelanggan mereka. Jika mereka tidak mampu memenuhinya, perubahan harus dilakukan. Namun perubahan apa? Tim penyusun bergabung karena adanya kebutuhan akan proses penilaian dan analisis untuk secara khusus mengidentifikasi masalahnya, di mana bukan selalu perkara mudah. Karena permasalahan yang sebenarnya tidak melulu berupa hal yang tampaknya jelas kelihatan. Setelah masalah-masalah teridentifikasi, tim penyusun mecoba untuk mengidentifikasi penyebab masalah, kemudian megidentifikasi rangkaian solusi yang kiranya dapat diimplemntasikan untuk menyelesaikan masalah. Jarang sekali satu model pembelajaran mampu menjadi solusi terhadap sebuah masalah. Biasanya, sebuah kombinasi perubahan diperlukan untuk menyelesaikan masalah secara efektif. Tim pendesain memperoleh tujuan-tujuan pembelajaran dengan menggunakan beberapa tipe proses penilaian kebutuhan. Tujuan biasanya ditetapkan sebagai keterampilan, pengetahuan, dan perilaku yang harus dikuasai kelompok pelajar untuk memenuhi kebutuhan yang telah teridentifikasi. Tipe penetapan tujuan ini biasanya memasukkan kata kerja seperti memecahkan, menerapkan, dan mengolah. Tipe ini fokus pada hal apa yang akan pelajar mampu lakukan setelah mereka selesai belajar, dan konteks di dunia nyata ketika mereka
  • 2. BAHRUR ROSYIDI | IDENTIFYING INSTRUCTIONAL GOAL 2 dituntut untuk mengaplikasikan keterampilan baru miliknya. Perhatikan dua contoh tersebut dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Sebuah perusahaan memiliki banyak sekali perangkat komputer dalam 2 tahun terakhir, mengindikasikan bahwa keputusan manajemen dibuat untuk mengakhiri penggunaan layanan jasa dari pihak luar, dan sebagai gantinya menyediakan 25 posisi internal sebagai teknisi komputer. Dilihat dari sudut pandang teknologi kinerja dapat disimpulkan dari kejadian tersebut bahwa perlengkapan perusahaan mengalami malfungsi luar biasa, sehingga “kebutuhan” akan tenaga teknisi kelihatannya amat mendesak. (Sementara solusi lain mungkin dengan membeli perangkat komputer yang lebih berkualitas dari pabrikan lainnya, meleasing perlengkapan yang dimiliki, atau memasukkan kerjasama kontrak jangka panjang sebagai bagian dari pembelian). Keputusan mengenai 25 orang teknisi hanyalah bagian awal dari berjalannya proses solusi. Bila keputusannya adalah menyewa teknisi yang sudah ahli “dari luar”, departemen pelatihan SDM jadi kehilangan peranannya dalam menyelesaikan masalah. Bila, sebaliknya, keputusan yang diambil adalah mengisi ke 25 posisi tadi dengan karyawan dalam sendiri, maka sepertinya semcam pelatihan akan diperlukan. Jika mereka sebelumnya telah terbiasa sebagai teknisi perlengkapan perusahaan yang lain, maka mungkin hanya sedikit pelatihan tambahan diperlukan. Jika mereka sama sekali tidak memiliki pengalaman di bidang tersebut, maka sebaiknya seluruh kurikulum materi diajarkan oleh lembaga pendidikan, atau bisa juga karyawan dikirim ke lembaga-lembaga pendidikan terkait. Tujuan dari penjelasan di atas adalah untuk menunjukkan bahwa semua orang berhasil ketika pendidikan dan pelatihan menyediakan materi ketrampilan bagi pelajar sesuai yang diperlukan untuk kebutuhan menyelesaikan masalah perusahaan atau sekadar menambah ilmu pada kesempatan yang ditawarkan. Menjabarkan permasalahan atau kesempatan secara tepat dan menentukan bagaimana kedua hal tersebut diselesaikan secara efektif dan efisien adalah hal yang penting. Sebuah pendidikan dan pelatihan merupakan solusi yang memakan biaya, dipilih hanya ketika alternatif solusi lain tidak memuaskan. Berpikir bahwa pendidikan sebagai solusi yang mahal mungkin tidak masuk akal, namun bagi perusahaan-perusahaan besar, pendidikan dan pelatihan menjadi teramat mahal dibandingkan solusi yang lain. Contoh lain, jajaran direksi sebuah sekolah menginginkan 95 persen mahasiswa lulus ujian fungsional pelajaran sastra; namun, catatan menunjukkan bahwa sebelumnya hanya 81 persen mahasiswa yang lulus pada ujian serupa. Terdapat selisih 14 persen antara fakta dengan targetan. Sehingga, dengan demikian, penyesuaian target sebaiknya dilakukan dalam situasi ini, yakni, agar persentase mahasiswa yang lulus bertambah sebesar 14 persen, paling tidak 95 persen peserta ujian mampu mendekati batas aman kelulusan. Perlu dicatat bahwa sebuah tujuan fokus pada apa yang pelajar mampu lakukan. Walaupun belum jelas sepenuhnya keterampilan apa yang membuat seseorang “berguna”, paling tidak kita memiliki beberapa gagasan mengenai bagaimana kita akan memproses pendidikan keterampilan spesifik yang akan, bersama-sama, mencerminkan tujuan pembelajaran ini. Ingat juga bahwa tujuan mendeskripsikan hasil pendidikan dan bukan prosesnya. Pernyataan mengenai kebutuhan bukan seperti “kita butuh perangkat komputer baru dalam pengajaran kita”, atau, “kita perlu dosen lulusan S3” Pernyataan-pernyataan tersebut adalah bagian dalam proses mencapai tujuan, namun sama sekali tidak mencerminkan apa yang kita perlukan, yakni, penetapan tujuan desain pembelajaran. Penggunaan komputer dan lebih banyak pengajar di sebuah sekolah adalah langkah terakhir dan bukan satu-satunya pilihan terakhir bagi kita. Secara khusus, tujuan-tujuan yang digunakan seorang penyusun materi pendidikan, berangkat dari beberapa tipe penilaian kebutuhan, baik formal maupun informal, dan telah lebih jauh dikembangkan oleh analis bidang atau kurikulum lain. Jika saat ini kita mempertimbangkan tujuan menumbuhkan skor fungsional literatur, satu set informasi yang harus diperoleh adalah penjabaran keterampilan yang terlah diuji. Dengan daftar ini, menjadi mungkin bagi kita untuk menentukan keterampilan mana yang diajarkan sekarang dalam
  • 3. BAHRUR ROSYIDI | IDENTIFYING INSTRUCTIONAL GOAL 3 kurikulum, karena tidak semua keterampilan diajarkan. Sementara keterampilan yang lain sifatnya sangat dasar sekali, atau bahkan terlupakan. Dalam contoh ujian mahasiswa tadi, bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan 14 persen kelulusan peserta ujian, bentuk pengajaran baru perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan mengembangkan potensi para mahasiswa yang masih rendah nilainya. Tujuan daripada model baru pendidikan akan mungkin diperlukan di bidang matematika dan bahasa. Hal ini secara lebih jauh akan menurun ke pokok bahasan, unit-unit pembelajaran, dan akhirnya menuju ke bab-bab. Proses mengidentifikasi topik bahasan yang disertakan, selalu dipandang untuk memastikan bahwa sebanyak mungkin daftar isi dapat terpenuhi, lebih baik daripada menentukan hal apa yang perlu diketahui oleh para pelajar. Data terkait performa siswa di setiap keterampilan dalam ujian dapat berguna untuk mengidentifikasi ketrampilan mana yang memerlukan perhatian khusus dalam pengajaran. Kesimpulannya, tujuan pembelajaran idealnya berangkat dari proses penilaian kebutuhan yang menampilkan daftar indikasi terkait permasalahan-permasalahan yang dapat diselesaikan lewat penyediaan pengajaran yang tepat. Kemudian analisis tujuan tersebut dilakukan, baik dalam konteks bidang pelajaran maupun kurikulumnya. Hasilnya, lebih banyak kesimpulan spesifik muncul yang fokus pada apa yang pelajar mampu lakukan dalam konteks di bidang apa mereka mampu lakukan itu. Konsep Lembaga, baik publik maupun swasta, menghadapi permasalahan-permasalahan terus menerus yang harus diidentifikasi dan diselesaikan oleh para karyawan senior dan manajer. Permasalahan adalah cerminan kegagalan pencapaian tujuan tertentu sebuah lembaga atau kegagalan pemanfaaatan peluang dan kesempatan. Seringkali kegagalan-kegagalan tersebut dipandang disebabkan oleh penggunaan keterampilan yang tidak tepat atau kurangnya skill. Namun, hal yang tidak biasa bagi seorang karyawan untuk mengidentifikasi sebuah masalah dan mengasumsikan pelatihan adalah solusinya. Beberapa masalah sering dibahas di departemen pelatihan dengan harapan bahwa mereka akan mengembangkan beberapa diklat untuk menyelesaikan masalahnya. Dalam situasi ini, departemen pelatihan harus melakukan analisis kinerja. Analisis kinerja adalah studi menentukan penyebab sesungguhnya sebuah masalah kinerja perusahaan dan bagaimana masalah tersebut ditemukan solusinya. Seringkali masalah sesungguhnya hanyalah gejala daripada permasalahan yang lebih besar atau bahkan sama sekali bukan masalah. Robinson dan Robinson (1995) telah mengembangkan model umum analisis kinerja yang saat ini digunakan secara luas. Model tersebut akan dijelaskan secara lebih mendetail di paragraf berikutnya. Model Robinson memiliki beberapa komponen utama, dan komponen tersebut adalah tanggung jawab analis kinerja atau tim analis untuk mengumpulkan informasi setiap komponen. Model ini mengindikasikan permasalahan penting kinerja paling baik diidentifikasikan ke bentuk perbedaan antara tujuan yang diharapkan dan misi perusahaan dan kondisi terkini mereka. Di sisi lain, jika ada perbedaan signifikan antara status yang harus pada tujuan dan status saat ini, maka analisis mendalam harus dilakukan. Untuk setiap tujuan dalam perusahaan, harus terdapat deskripsi terkait perilaku yang diperlukan para karyawan untuk memenuhi target mereka. Contoh, untuk mencapai target tertentu penjualan, perilaku-perilaku bersyarat mungkin termasuk seperti membuat paling tidak 50 panggilan telepon kepada para pelanggan setiap bulan. Panggilan-panggilan ini akan mencerminkan tingkat yang harus pada kinerja dalam model Robinson. Sebuah studi kinerja aktual terhadap para salesman berdasarkan tanggapan telepon para pelanggan akan mewakili status saat ini terkait kinerja mereka. Kemudian analis akan membandingkan perbedaan antara kinerja yang harus dan saat ini, dan berusaha untuk menentukan penyebab-penyebabnya. Mungkin akan ditemukan
  • 4. BAHRUR ROSYIDI | IDENTIFYING INSTRUCTIONAL GOAL 4 penyebab eksternal perusahaan, seperti misalnya perubahan dalam ekonomi atau kemunculan produk baru dari para kompetitor, dan mungkin juga penyebab internal seperti misalnya kesalahan teknis dalam sistem telepon atau kegagalan memperkerjakan salesman yang tepat. Atau, mungkin penyebab dari gap tersbut adalah karyawan tidak tahu bagaimana berkerja sesuai perilaku yang diinginkan manajemen. Ketika hal yang terakhir ini terjadi, diklat bisa menjadi solusi permasalahan. Tujuan studi analisis kinerja adalah untuk memperoleh informasi dari setiap komponen dalam model untuk memverivikasi permasalahan dan mengidentifikasi solusi yang mungkin. Jika bagian dari solusi adalah pelatihan keterampilan baru atau memberikan nilai tambah bagi skill yang lama, maka rencana mengenai proyek desain pembelajaran disusun. Pengalaman telah menunjukkan bahwa di bawah analisis yang hati-hati, banyak permasalahan perusahaan yang sebelumnya diatasi dengan diklat, saat ini diselesaikan lewat solusi multikomponen yang mungkin atau tidak menyertakan diklat. Telah menjadi catatan tersendiri bagi para manajer atau eksekutif untuk terbiasa selalu mendeskripsikan permasalahan berdasarkan situasi sekarang, atau saat ini. Contoh ungkapannya seperti, “Pengiriman kita terlambat hari ini,” “Tidak ada siswa kita yang mendapat ujian pengejaan bahasa nasional,” “ Penjualan kita menurun,” dan “Terlalu banyak siswa kita yang gagal dalam ujian keterampilan dasar.” Dalam mempelajari hasil-hasil terkini dan kinerja, tim penyusun akan mengidentifikasi dengan tepat bagaimana pengiriman berlangsung dan berapa persentase siswa yang gagal dalam ujian keterampilan dasar. Yang harus, berlawanan dengan yang saat ini, adalah kumpulan deskripsi bagaimana situasi idealnya akan terjadi. Kata yang harus tidak digunakan untuk pengungkapan optimistik “yang terbaik bagi seluruh dunia,” namun lebih mengacu pada pengungkapan yang diwajibkan atau yang diamanahkan pada tingkatan kinerja, atau tingkatan serupa yang menjadi targetan suatu perusahaan. Gap didefinisikan sebagai selisih antara status yang harus terhadap status yang saat ini. Gap yang menuntut konsekuensi yang lebih besar ada dalam hasil yang dicapai perusahaan. Gap ini lalu dibandingkan dengan gap pada kinerja perusahaan (misalnya, perilaku orang-orang yang berhubungan dengan perusahaan). Jika gap ini tidak ada, maka tidak ada perubahan yang diperlukan, dan dengan jelas tidak ada keharusan akan diklat baru. Ini adalah situasi di manapun anggota sebuah lembaga (termasuk jajaran direksi ataupun anggota) menelaah situasi dan menemukan bahwa kondisi baik-baik saja – yang harus dan yang saat ini sama, maka perubahan tidak perlu dilakukan. Ketika yang harus dan yang saat ini berbeda, seperti biasanya kondisi ini terjadi, gap yang terjadi di antara kedua hal tersebut sering disebut sebagai yang dibutuhkan/kebutuhan. Dalam rangka pemahaman kebutuhan ini, sangat berguna untuk menentukan bagaimana masyarakat merasakan gap itu dan bagaimana pengaruh gap terhadap mereka. Tambahan lagi, pandangan mereka terhadap penyebab yang mungkin dan solusi kebutuhan dapat menjadi jelas. Pembaca yang familiar dengan topic manajemen total kualitas (TQM) akan mengenali kemiripan di antara proses analisis kinerja dan teknik yang sering digunakan oleh kelompok karyawan yang mengidentifikasi permasalahan dan kerja dalam sebuah tim untuk mengidentifikasi dan mengimplementasikan solusi. Hasil dari studi analisis kinerja adalah sebuah deskripsi jelas dari sebuah masalah dalam konteks kegagalan mencapai hasil organisasi yang diharapkan dan hal-hal lain terkait serta perilaku kinerja karyawan aktual, bukti penyebab permasalahan, dan saran solusi yang hemat biaya. Perlu dicatat bahwa sementara penyusun pembelajaran mungkin turut serta dalam studi analisis kinerja, tidak terdapat asumsi bahwa pembelajaran akan menjadi komponen solusi. Studi-studi ini sering sebagai usaha tim, dan hasilnya merefleksikan hal apa yang mungkin di dalam organisasi. Pertimbangan yang penting dalam memilih solusi adalah biaya, dan pembelajaran sering menjadi satu alternatif yang lebih mahal. Ketika tim penyusun menggunakan model Robinson dan Robinson dalam menjalankan analisis kinerja, mereka mengkaji ulang data dan dokumentasi yang telah ada terkait
  • 5. BAHRUR ROSYIDI | IDENTIFYING INSTRUCTIONAL GOAL 5 permasalahan dan bagaimana “itu akan terjadi.” Mereka mengumpulkan data tambahan lewat wawancara, survey, penelitian, dan diskusi kelompok kecil. Proses empiris ini mengakar pada realita organisasi dalam menjalankan studi. Pembelajaran apapun yang dihasilkan dari studi tersebut harus ditargetkan sebagai kebutuhan teridentifikasi dan harus berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan. Kaufman (1988, 1992, 1998) telah menyediakan banyak pemahaman ke dalam proses penilaian kebutuhan, termasuk (1) perbedaan di antara makna dan akhir dalam konteks apa yang dilakukan sebuah organisasi, dan (2) wilayah di mana organisasi menemui masalah. Perhatikan contoh sebuah sekolah umum di paragraf berikut ini. Hal yang tidak biasa mendengar kepala sekolah menyatakan bahwa tenaga pengajarnya “butuh” pengetahuan lebih mengenai komputer. Ujung-ujungnya, workshop diselenggarakan sehingga pengajar semuanya dapat menjadi lebih kompeten. Dalam situasi ini, skill pengajar perlu dipandang sebagai sebuah makna daripada akhir, yakni, untuk menghasilkan pelajar yang lebih kompeten. Kebutuhan sebenarnya akan penilaian hal-hal terkait adalah skill komputer apa yang optimal dan aktual yang dimiliki pelajar, dan, jika ditemui kebutuhan, apa saja ragam solusi yang diperlukan untuk mengembangkan skill-skill pelajar tersebut? Penyelenggaran workshop untuk semua pengajar mungkin menjadi solusi terbaik atau bahkan sebaliknya. Kaufman mendesak kita untuk terlebih dulu menguji gap dalam hasil akhir organisasi daripada proses internal ketika kita akan memulai identifikasi kebutuhan dan menyusun rencana dalam menggunakan sumber daya organisasi yang ada untuk pemenuhan kebutuhan. Penilaian kebutuhan adalah komponen penting dari total proses perancangan. Trainer dan pendidik harus menyadari bahwa biaya yang dibutuhkan akan sangat besar dalam mengadakan pendidikan ketika sebenarnya tidak dibutuhkan; oleh karena itu, perluasan analisis “awal-akhir” dilakukan, analisis kinerja dilakukan, dan pendekatan lain untuk mengidentifikasi kebutuhan secara lebih akurat. Di masa lalu, mensurvei instrument-instrumen adalah langkah yang umum dan utama dilakukan dalam mengidentifikasi dan mendokumentasikan kebutuhan pelatihan. Saat ini, langkah survey lebih sebagai langkah pendukung atau dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi langsung terhadap para subyek. “Subyek” bisa seorang audiens dengan permasalahan potensial atau seorang ahli dalam mendemonstrasikan bagaimana pekerjaan tertentu diselesaikan dengan menggunakan alat bantu yang baru. Buku ini tidak akan menjelaskan atau mendemonstrasikan bagaimana membuat penilaian kebutuhan secara lengkap, karena buku karangan Rosset (1987) dan Kaufman (1988) telah menyediakan latar belakang konseptual dan detail prosedur cara melakukannya. Oleh karena itu di buku ini kita akan memulai proses desain pembelajaran pada poin identifikasi tujuan. Kita tidak mungkin mengesampingkan pentingnya proses dalam mengidentifikasi tujuan yang tepat. Tidak peduli prosedur apa yang digunakan untuk menghasilkan tujuan, hampir kebanyakan tim penyusun memperjelas dan terkadang mengembangkan tujuan supaya tujuan tersebut sesuai dengan titik awal proses penyusunan desain pembelajaran. Banyak tujuan yang terdistorsi, dan tim penyusun harus mempelajari bagaimana mengatasinya. Memperjelas Tujuan Pembelajaran Mager (1972) telah menjelaskan prosedur yang dapat digunakan tim penyusun ketika menemukan distorsi tujuan atau tujuan yang kurang spesifik. Pengaburan tujuan umumnya merupakan beberapa pernyataan abstrak tentang kondisi internal pelajar, seperti misalnya “menghargai,” “telah menyadari akan,” “merasakan,” dan seterusnya. Istilah-istilah jenis ini sering terlihat dalam pernyataan tujuan, namun tim penyusun tidak mengerti maksudnya apa karena kurang jelas apa yang akan dilakukan pelajar untuk memenuhinya. Tim penyusun berasumsi bahwa pada penyerapan pendidikan yang mereka berikan, pelajar seharusnya
  • 6. BAHRUR ROSYIDI | IDENTIFYING INSTRUCTIONAL GOAL 6 mampu mendemonstrasikan tujuan yang telah mereka capai. Namun, jika tujuannya sangat tidak jelas mengenai proses pendidikan seperti apa yang harus dilakukan, maka analisis lebih mendalam harus dilakukan. Untuk menganalisis tujuan yang masih kabur, pertama-tama tulis dahulu berurutan. Lalu pilihlah hal-hal yang seseorang mungkin tunjukkan bahwa ia telah mencapai tujuannya atau hal apa yang akan mereka lakukan setelah mereka mencapai tujuannya. Jangan terlalu terburu-buru; tulis saja semua hal yang terjadi pada Anda. Kemudian, seleksilah pernyataan- pernyataan yang paling mewakili makna dari daftar tujuan Anda yang belum spesifik tadi. Sekarang, kombinasikan tiap indikator (mungkin hanya satu atau beberapa kombinasi) dan konversikan menjadi pernyataan yang menginformasikan hal apa yang akan dilakukan oleh pelajar. Langkah terkahir, ujilah pernyataan tuujuan dan tanyakan kepada diri Anda hal ini: Jika pelajar berhasil mencapai atau mendemonstrasikan tiap pendidikan yang mereka terima, apakah Anda setuju bahwa tujuan pribadi Anda terpenuhi? Jika jawabannya adalah ya, maka Anda telah memperjelas tujuannya; Anda telah mengembangkan satu atau lebih pernyataan tujuan yang secara kolektif mewakili pemenuhan suatu tujuan penting. Di bagian Contoh dalam bab ini, kita akan menunjukkan bagaimana proses ini dapat diterapkan untuk memperjelas tujuan yang terdistorsi. Tim penyusun harus menyadari prosedur analisis tujuan jenis ini karena tidak banyak tujuan penting pendidikan dan pelatihan dinyatakan dengan jelas sesuai deskripsi lngkah apa yang harus dilakukan oleh pelajar. Tujuan-tujuan tersebut sering dinyatakan dalam istilah yang dapat dimengerti (secara umum) hanya oleh si pembuatnya, namun tidak memiliki arti spesifik bagi tim penyusun untuk tujuan pengembangan pendidikan lebih lanjut. Beberapa tujuan tidak bias begitu saja dieliminasi dan dianggap tidak berguna. Seorang analis harus menguasai materi untuk mengidentifikasi hasil pembelajaran spesifik yang diimpilkasikan oleh tujuan. Seringnya meminta bantuan orang-orang yang memahami proses analisa akan membantu Anda, sehingga Anda akan dapat melihat batasan jarak gagasan yang muncul dari tujuan dan kebutuhan konsensus akan tindakan spesifik jika pendidikan yang benar-benar berhasil akan dikembangkan. Pelajar, Konteks, dan Alat Bantu Di mana pun proses pendidikan berlangsung, aspek paling penting daripada tujuan pembelajaran adalah penjabaran mengenai apa yang dapat dilakukan oleh pelajar, bahwa penjabaran tersebut tidak lengkap tanpa indikasi mengenai (1) jati diri pelajar, (2) konteks di bidang apa mereka akan menerapkan skill mereka, dan (3) alat bantu yang tersedia. Pra penjabaran terhadap aspek-aspek ini penting karena dua alasan. Pertama, deskripsi tujuan mewajibkan tim penyusun paham mengenai menjadi siapa nanti pelajarnya, daripada membuat pernyataan-pernyataan tidak jelas atau pengaburan kelompok pelajar. Proyek penyusunan pembelajaran akan mandeg ketika di tengah proses ditemukan bahwa tidak ada pelajar yang mampu menyerap materi pendidikan. Dengan kata lain, materi pendidikan tersebut tidak ada peminatnya. Oleh karena itu, dari awal proses seorang penyusun materi harus paham mengenai konteks skill apa yang akan digunakan dan apakah terdapat alat bantu terkait. Selanjutnya kita akan membahas dalam konteks kinerja pendidikan. Sebagai contoh, jika pelajar akan belajar skill menghitung, apakah mereka akan memiliki akses ke alat bantu kalkulator atau komputer? Dalam konteks kinerja, apakah mereka akan bekerja di bangku atau berdiri? Haruskah informasi terekam dalam memori ingatan saja, atau sistem informasi berbasis komputer yang digunakan? Informasi mengenai konteks kinerja dan karakteristik orang-orang yang akan menerima pendidikan sangat penting sekali karena tim penyusun menbutuhkannya untuk memulai analisa dengan tepat skill-skill apa yang akan dimasukkan ke dalam pembelajaran. Kesimpulannya, informasi digunakan untuk menyeleksi strategi pembelajaran untuk memilih
  • 7. BAHRUR ROSYIDI | IDENTIFYING INSTRUCTIONAL GOAL 7 suatu kegunaan skill-skill, tidak hanya dalam konteks bahasan pendidikan, tetapi juga dalam konteks bahasan di saat ilmu pendidikan tersebut pada akhirnya diterapkan. Sebuah kalimat pernyataan tujuan pembelajaran paling tidak menjelaskan hal-hal sebagai berikut:  Para pelajar  Hal apa yang mampu pelajar lakukan dalam konteks praktek  Konteks bahasan praktek di mana keterampilan akan diaplikasikan  Alat bantu yang akan disediakan untuk para pelajar dalam konteks praktek Sebuah contoh kalimat pernyataan tujuan pembelajaran, misalnya, seperti berikut ini: “Operator pusat layanan Acme akan mampu menggunakan alat bantu Client Helper dalam menyediakan informasi kepada para pelanggan yang menghubungi pusat layanan.” Keempat komponen kalimat tujuan pembelajaran kesemuanya tercakup dalam pernyataan di atas. Kriteria Dalam Menyusun Tujuan Pembelajaran Terkadang proses mengatur tujuan tidak seluruhnya rasional; oleh karena itu, langkah- langkahnya tidak selalu mengikuti sistematika proses penilaian kebutuhan. Tm penyusun pembelajaran harus menyadari bahwa desain pembelajaran memiliki arti di konteks spesifik yang mencakup sejumlah pertimbangan politik dan ekonomi, dan juga pertimbangan teknikal dan akademis. Dengan kata lain, orang-orang yang memiliki kuasa selalu menentukan prioritas, dan bagian keuangan selalu menentukan batasan-batasan mengenai hal apa yang dapat dilakukan dalam proyek penyusunan pembelajaran. Setiap pilihan tujuan pembelajaran harus dilakukan paling tidak memenuhi pertimbangan sebagai berikut: 1. Akankah perkembangan pada pembelajaran ini akan menyelesaikan masalah yang mengarah pada kebutuhan akan perkembangan tersebut? 2. Apakah tujuan-tujuan ini dapat diterima oleh mereka yang akan menyetujui usaha pengembangan pendidikan ini? 3. Adakah orang-orang yang kompeten dan cukupkah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pengembangan pendidikan untuk tujuan ini? Pertanyaan-pertanyaan di atas sangat penting bagi institusi atau organisasi yang akan mengambil langkah pengembangan. Kita tidak bisa secara berlebihan mampu memperluas kepentingan antara hubungan secara logis dan secara persuasif terhadap tujuan pendidikan dan pendokumentasian gap dalam praktek di dalam suatu organisasi. Ketika pembelajaran dikembangkan untuk seorang klien, klien tersebut harus yakin bahwa jika para pelajar menerima tujuan pembelajaran, maka permasalahan penting dalam organisasi akan terselesaikan atau peluang dapat direalisasikan dengan menggunakan skill-skill baru. Tipe rasionalisasi ini umum diaplikasikan pada pengembangan pendidikan di sekolah umum dan juga lembaga bisnis, militer dan agensi publik. Rasionalisasi sebuah tujuan pendidikan memang dapat membantu pengumpulan dukungan bagi penentu keputusan, namun pendesain (dan manajer) harus yakin bahwa terdapat waktu yang cukup dan sumber daya memadai bagi baik pengembangan pendidikan dan pendistribusiannya. Kebanyakan penyusun akan setuju bahwa kekurangan waktu sering terjadi. Alasannya, karena memprediksi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek itu sukar. Alasan lain, bahwa organisasi/lembaga sering menginginkan hal-hal yang terjadi “di masa lalu”! Tidak hanya sulit untuk memprediksi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan pendidikan, tetapi juga sulit untuk memprediksi berapa lama waktu yang dibutuhkan pelajar untuk menguasai tujuan pembelajaran (dengan kata lain, berapa lama masa pendidikannya?). Belum ada peraturan baku yang berhubungan dengan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menguasai pendidikan (atau pembelajaran). Banyak sekali faktor yang terlibat sehingga membuat estimasi waktu menjadi hal yang sukar.
  • 8. BAHRUR ROSYIDI | IDENTIFYING INSTRUCTIONAL GOAL 8 Skenario yang umum terjadi adalah bahwa tim penyusun diamanahkan, “Anda memiliki waktu tiga minggu untuk mengembangkan workshop 4 jam kami.” Jika perusahaan telah sampai memutuskan hal ini, keputusan mereka dibuat berdasarkan kondisi umum pengaturan kerja. Pastinya seorang penyusun mampu memperpendek atau memperpanjang lama waktu pendidikan hingga sesuai dengan waktu yang tersedia, tetapi pertimbangan utama pendidikan adalah untuk memilih kemungkinan strategi pembelajaran terbaik untuk mengajar skill yang harus dikuasai, kemudian menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan. Dengan jelas, kita dapat menentukan estimasi lama waktu pendidikan lebih akurat setelah menjalani beberapa uji coba model pendidikan (try out) tersebut. Penyusun harus menguji pertanyaan-pertanyaan tambahan saat mengkontemplasi sebuah proyek individu. Dengan asumsi bahwa kebutuhan telah diperoleh dan waktu serta sumber daya tersedia, lalu penyusun harus menentukan apakah isi telah cukup stabil menjamin biaya yang harus dikeluarkan selama pengembangannya. Jika pada akhirnya, misalnya, setelah 6 bulan, pendidikan berjalan tidak semestinya, maka pengembangan lebih lanjut tidak disarankan. Pembahasan lebih lanjut, proses penyusunan pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan pelajar untuk menyerap pengajaran yang diberikan. Jika penyusun tidak memiliki akses ke pelajar yang tepat, menjadi mustahil untuk mengimplementasikan keseluruhan proses pendesainan. Sekelompok kecil pelajar harus hadir untuk menerima uji coba pendidikan. Jika tidak, maka tim penyusun dapat mempertimbangkan keberadaan validitas kebutuhan. Hal penting lain yang harus dipertimbangkan adalah pengalaman pribadi penyusun dalam bidang apa pendidikan akan dikembangkan. Penyusun profesional berpengalaman sering bekerja dalam tim di mana, paling tidak, bidang yang mereka kerjakan benar-benar berbeda bagi mereka. Kemampuan dan keinginan untuk bekerja dalam tim adalah salah satu karakteristik seorang perancang yang sukses. Mempelajari isi pokok bahasan suatu bidang pendidikan yang akan dikembangkan harus dilakukan supaya penyusun mampu bekerja secara efektif. Bagi penyusun yang hanya mempelajari proses penyusunan, lebih baik penyusun memulainya dengan materi bahasan bidang di mana mereka telah berpengalaman dalam subyek tersebut. Menjadi lebih mudah ketika mempelajari satu rangkaian materi keterampilan baru, disebut, keterampilan menyusun pembelajaran, daripada mempelajari dua rangkaian materi – yakni, baik isi maupun prosesnya – dalam waktu yang bersamaan. Jika Anda ditunjuk (atau ditugaskan) untuk menyusun sebuah paket materi pendidikan, seperti halnya Anda mempelajari satu demi satu bab dalam buku ini, proses tersebut akan memakan berjam-jam dari waktu Anda. Sebelum Anda memilih atau mengidentifikasi sebuah tujuan pembelajaran, kaji ulang criteria yang terdaftar dalam bab ini. Kaji ulang merupakan hal yang penting, karena (1) Anda harus menguasai subyek materi, (2) bahwa pelajar ada untuk membantu Anda mengevaluasi dan merevisi material pengajaran, dan (3) bahwa Anda telah memilih tujuan yang dapat diajrkan dalam waktu yang cukup masuk akal.
  • 9. BAHRUR ROSYIDI | IDENTIFYING INSTRUCTIONAL GOAL 9 Contoh kasus Dua contoh prosedur uang digunakan untuk mengembangkan tujuan pembelajaran mungkin dapat membantu Anda menformulasikan atau mengevaluasi tujuan Anda sendiri. Kedua contoh berdasarkan problem teridentifikasi, kegiatan penilaian kebutuhan, dan formulasi solusi terhadap masalah. Setiap contoh memiliki skenarionya sendiri-sendiri untuk membantu memperjelas konteks permasalahan dan proses yang digunakan untuk mengidentifikasi tujuan. DAFTAR PUSTAKA Dick Walter, Carey Lou dan Carey James. 2001. The Systematic Design Of Instruction. Addison-Wesley Educational Publishers. New York.