SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
BAHRUR ROSYIDI | CONTIGENCY MANAGEMENT 1
MODEL PEMBELAJARAN
CONTIGENCY MANAGEMENT : RECOGNIZING CAUSE AND EFFECT
Initiators : B. F .Skinner https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/
SKENARIO
John adalah anak kelas dua yang mungkin sedikit hiperaktif. Dia populer dengan
teman-teman sekelasnya dan menghibur mereka dengan kisah-kisah tak berujung,
beberapa benar dan beberapa yang sedikit berlebihan. John tidak cukup baik dalam studi:
dia adalah pembaca yang baik namun memiliki kesulitan dengan matematika. Untuk
beberapa bulan terakhir Jean Meades, guru John, telah berjuang untuk mendorong Yohanes
untuk terus berada di sekolahnya. John selalu berkeliaran di sekitar ruangan atau sibuk
meraut pensil, melihat akuarium, atau hamster kandang. Lebih sering, ia mengganggu siswa
lain. Masalahnya adalah bahwa ketika Yohanes datang untuk soal matematika dia tidak
mengerti dia mengeluh dengan suara keras: ". Ini tidak masuk akal" "Saya tidak mengerti,"
atau Lalu ia memanggil untuk Jean, "Ms Meades, saya tidak mendapatkan ini." Jika Jean
tidak di sisinya segera, menunjukkan John bagaimana melakukan masalah, ia membalik
pensil di udara, peluit, dan menatap langit-langit untuk sementara waktu, datang untuk
beristirahat dengan melibatkan temanya dalam percakapan. Jika itu tidak berhasil, dia
kembali melihat akuarium.
jean ingin John untuk berusaha untuk menyelesaikan tugas matematikanya sebelum
ia meminta bantuan. Meskipun John melompat dan meminta bantuan yang terjadi sepanjang
hari, Jean memutuskan untuk berkonsentrasi pada situasi matematika.
Selama matematika siswa dikelompokkan secara acak sesuai dengan kemampuan mereka.
Setiap anak memiliki satu set lembar kerja. Umumnya anak-anak bekerja sendiri lebih atau
kurang sesuai dengan kemampuan mereka. Beberapa kali setiap minggu Ms Meades atau
guru menginstruksikan kelompok tersebut dalam sebuah konsep baru atau prinsip. Ketika
siswa telah selesai dengan segmen yang diberikan, pekerjaan mereka akan diperiksa.
Selama beberapa hari Ms Meades mencermati perilaku Yohanes selama pelajaran
matematika. Dia mengamati bahwa rata-rata john meminta bantuan kepadanya sekitar
sepuluh kali selama masa kerja empat puluh menit. Dia hanya mencurahkan sekitar sepuluh
menit untuk pekerjaan yang diselesaikanya sendiri. Mengetahui bahwa John adalah sisa
yang memiliki kebutuhan dan keinginan yang banyak, maka Jean membuat kesepakatan
dengan john.
Dia menjelaskan pengamatannya kepada Yohanes dan berkata ia mempunyai
sebuah sistem baru. Dia meminta Yohanes untuk mencoba setidaknya tiga masalah
sebelum meminta bantuan. Ketika ia perlu bantuan ia harus mengangkat tangan, Jean akan
memberikan bantuan atau akan datang secepat dia bisa. Sementara itu, John dapat
menggambar (dia adalah seniman yang sangat baik dan menikmati mencoret-coret) ..
Setiap kali Yohanes mengikuti prosedur ia mendapatkan poin. Jika dia benar-benar
menyelesaikan tiga masalah benar ia mendapat dua poin. Pada akhir minggu poin Yohanes
dijumlahkan. Tergantung pada jumlah akumulasi dia bisa memilih aktivitas pilihannya..
Dengan berjalannya waktu ia menyesuaikan jadwal reward untuk meningkatkan waktu kerja
dan prestasi.
sebelum memulai program Jean bekerja dengan John mengenai cara menyelesaikan
masalah yang sulit . Dia memberinya, tiga langkah umum untuk mengikuti urutan untuk
setiap masalah matematika. Salah satu kesulitan Yohanes adalah bahwa ia melihat
masalah, berjalan kosong, dan menyerah. Jean berusaha meningkatkan kapasitasnya untuk
BAHRUR ROSYIDI | CONTIGENCY MANAGEMENT 2
berpikir reflektif dengan memberinya pendekatan pemecahan masalah umum. Selain itu,
setiap langkah dalam urutan memiliki warna blok bernomor yang sesuai. Untuk sementara
Yohanes menggunakan ini untuk mengingatkan dia untuk melakukan langkah-langkah. Ia
dimulai dengan blok di sisi kanan, dan saat ia mengambil setiap langkah ia bergerak blok ke
kiri. Kegiatan manipulatif membantu meringankan kecemasan yang dihasilkan oleh "pikiran
kosong"; secara harfiah mengambil pikirannya dari perasaan dan ke matematika dan
mengerjakanya.
Jean melakukan satu hal lagi. Dia memastikan bahwa pada awalnya baik dia
memberikan bantuan dengan sering melewati meja Yohanes untuk memberikan pujian.
Program manajemen contingenty dipakai . Butuh beberapa hari untuk John untuk mengikuti
prosedur yang disepakati, tetapi Jean dan bantuan sangat konsisten dalam mengingatkan
dia tentang aturan. Kemampuan Yohanes untuk mencoba masalah dan terus bekerja pada
menyelesaikanya secara baik, begitu banyak fakta bahwa dalam beberapa minggu jumlah
masalah diselesaikan sebelum John perlu meminta bantuan . Selain itu, ketika John tidak
membutuhkan bantuan dia tidak begitu tak berdaya. Dia dapat memberitahu Jean langkah
apa yang harus dia lakukan disaat dia terjebak dengan sebuah masalah. Jean juga member
tahu kepada bahwa john harus memberikan perhatianya kepada semua pelajaran dan
kegiatan lain bukan hanya pada pelajaran matematika saja. Setiap akhir minggu jean akan
melaporkan hasil dan point yang sudah dikumpulkan oleh john kepada orang tuanya.
Program ini memberikana orang tua john cara yang baik untuk mengikuti perkembangan
anaknya disekolah.
ORIENTASI MODEL
1. Konsep
Teori perilaku memandang perilaku manusia sebagai fungsi dari lingkungan terdekat
secara khusus, stimulus dan stimulus memunculkan reinforcement (peguatan). Fitur penting
adalah antara respon dan rangsangan saling memperkuat. Jika penguat disajikan ketika dan
hanya ketika respon muncul maka kita mengatakanya adalah kontingen. Manajemen
kontigensi adalah control sistematis rangsangan seperti memeperkuat bahwa rangsangan
disajikan pada waktu yang dipilih dan hanya setelah respon yang diinginkan telah diberikan.
Orang yang menyiapkan program kontigensi manajemen harus menyadari tanggapan yang
diinginkan serta tanggapan yang tidak diinginkan. Mereka juga harus memperhitungkan
rangsangan yang muncul, hati-hati mengamati apa yang memicu respon maladaptive
karena seringkali lingkungan dapat diatur sedemikian rupa sehingga syarat yang tidak
diinginkan dapat diminimalkan, dan isyarat yang memfasilitasi perilaku yang ingin
ditingkatkan. Misalnya: guru tahu bahwa memberikan rangsangan bermain dapat
mengganggu beberapa siswa yang sedang menyelesaikan tugasnya di kelas sehingga
mereka menghapus rangsangan langsung dari sekitarnya.
Manajemen kontigensi didasarkan pada prinsip operant bahwa perilaku dipengaruhi
oleh konsekuensi yang mengikuti. Untuk hubungan instrumental atau kontingen yang akan
didirikan, konsekuensi yang memperkuat harus mengikuti. Jika perilaku tidak diperkuat
maka akan punah atau hilang. Reinforcement adalah konsekuensi yang meningkatkan
probabilitas respon tertentu. Tanggapan yang yang diinginkan dapat diperkuat dengan
melalui bantuan baik positif maupun negative. Reinforcement dikatakan positif seperti
senyuman, pelukan, deadline yang menghasilkan respon adaptif. Sedangkan reinforcement
dikatakan negative jika penghapusan dari situasi itu mengikuti respon yang menghasilkan
perilaku yang diinginkan contohnya : berteriak, mengancam, dan mengomel. Setelah
beberapa saat kebanyakan dari kita akan merespon permintaan jika hanya untuk
menghentikan rangsangan yang tidak menyenangkan. Masalah dengan motif reinforcement
negative atau hukuman mempunyai efek yang kurang dapat diprediksi daripada
reinforcement yang positif. Dan hasil dari sebuah hukuman adalah sebuah efek samping
BAHRUR ROSYIDI | CONTIGENCY MANAGEMENT 3
yang sering tidak diinginkan seperti membenci sekolah, tidak menyukai guru atau
mengembangkan konsep diri yang buruk.
Ada beberapa jenis reinforcement yang meliputi social, material, dan aktivitas.
Peristiwa memperkuat kebanyakan social senyum, pelukan, pujian, perhatian, persetujuan
atau kontak fisik. Reinforcer social sangat berpengaruh baik terhadap anak-anak. Tetapi ada
juga sebagian anak-anak tidak responsive terhadap rangsangan social. Lovaas dalam
penelitianya menggunakan contingency management terhadap anak autis, individu social
tersebut secara bertahap akan menjadi lebih responsive social yang mana menunjukan
pasangan reinforce social dan reinforce materi. Tidak semua reinforcers social adalah pujian
lisan. ekspresi wajah seperti mengedipkan mata atau melihat tertarik. Dengan percakapan
dan kontak fisik seperti bergandengan tangan atau duduk dipangkuan guru. Reinforce
materi sesuatu yang habis pakai, seperti permen dan makanan, mainan gambar, atau
music. Selanjutnya adalah Reinforce aktivitas prinsip ini ditemukan oleh Prernack 1965 yang
disebut juga sebagai prinsip formal. Ia mengatakan bahwa “ pada dasarnya anda dapat
membuat orang terlibat dalam satu kegiatan jika anda menjanjikan mereka sebuah hak
istimewa ketika mereka telah menyelesaikan pekerjaan tersebut”. Guru menggunakan
prinsip tersebut sepanjang waktu dengan memberikan siswa waktu luang setelah
menyelesaikan tugas yang sulit. Misalkan : istirahat, permainan, atau mengijinkan mereka
menonton televisi.
Reinforce dapat disampaikan pada beberapa basis tergantung pada tujuan beberapa
penguatan yang lebih menguntungkan. Reinforcement berkelanjutan adalah penerapan
penguatan setelah mendapatkan respon yang diinginkan.
2. Contigency Management Procedurs
Contigency management, digunakan baik sebagai dasar untuk mengatur lingkungan
belajar atau untuk mengubah perilaku individu, terdiri umumnya dari prosedur yang
sama: (1) menentukan kinerja akhir, (2) menilai perilaku memasuki ( menetapkan
data dasar), (30 merumuskan program manajemen kontigensi, (4) melembagakan
program; dan 95) mengevaluasi program.
1) Tahap Satu
Menentukan kinerja akhir, yang mana memerlukan pengakuan umum bahwa
perilaku perlu diubah atau dicapai. Perilaku dapat melibatkan kebiasaan
deskriptif atau maladaptif atau tindakan, atau memperoleh keterampilan
khusus dan pengetahuan. Sebelum program manajemen dikembangkan
perlu untu (1) menetukan secara tepat perilaku yang akan diubah dan
tanggapan yang akan didapat atau tujuan perilaku, (2) megembangkan
prosedur untuk mengukur perilaku. Ruang kelas yang digunakan pada model
analysis perilaku biasanya sangat terstruktur, yang jelas program pendidikan
dimana perkembanganya dimonitor secara terus-menerus. Perilaku dapat
diukur oleh laporan pengamatan langsung 9deskripsi spesimen0 dimana
pengamat mencatat waktu dan terjadinya perilaku masing-masing atau
dengan waktu sampling. Mengamati setiap kali periode mungkin lima menit
mencatat apakah perilaku telah terjadi.
2) Tahap dua
Penilaian dari perilaku masuk, setelah perilaku sasaran telah diidentifikasi
dan didefinisikan dan kemudian diukur dan dikembangkan. Fase ini disebut
juga sebagai menetapkan data dasar. Fase ini juga adalah rekaman
sebenarnya dari frekuensi prilaku, yang tujuanya adalah untuk
mengkonfirmasi diagnosis awal dan memberikan informs tentang kondisi dan
mempertahankan rangsangan.
BAHRUR ROSYIDI | CONTIGENCY MANAGEMENT 4
3) Tahap tiga
Merumuskan program manajemen kontigensi untuk perilaku tertentu atau
rangkaian perilaku. Hal ini melibatkan (1) penataan situasi;(2) memilih
reinforcers, (3) perilaku membentuk rencana. Dalam ruang kelas perhatian
harus diberikan kepada lingungan fisik, bahan belajar dan fitur interaktif.
4) Tahap keempat
Adalah untuk melembagakan program kontigensi manajemen termasuk
mengatur lingkungan, membuat pegumuman yang kntigensi, dan
memperkuat respon siswa sesuai dengan jadal penguatan dan program
pembentukan yang dipilih. Dengan menyadari perilaku sasaran dan
reinforcement. Dengan bentuk yang lebih halus yaitu dengan pujian dan
perhatian. Dengan program-program kontigensi manajemen angat diperlukan
untuk membuat siswa sadar akan memberikan respon yang diinginkan.
Misalnya : guru berkata „saya suka cara susan telah membersihkan mejanya
dan siap mendengarkan”.
5) Tahap lima
Dalam manajemen kontigensimengevaluasi program. Sebagian behavioris
menganggap sebagai memvaliditasi keberhasilan program. Evaluasi serigkali
dibangun dalam sebuah program, misalny: ketika seorang siswa telah
mempertahankan tingkat kemajuan dan tingkat kinerja dalam program
matematika yang mempunyai langkah-langkah evaluasi yang terus menerus.
Salah satu karakteristik utama dari lingkungan analisis perilaku adalah
penataan yang disengaja untuk kesadaran evaluasi yang mana evaluasi
difasilitasi oleh awalnya denga menetukan perilaku yang diinginkan dalam hal
tepat dan dengan merancang atau mengidentifikasi prosedur pengukuran.
Dalam beberapa kasus, terutama dalam penelitian perilaku, penguatan
dihentikan untuk sementara dan kemudian dilakukan kembali. Perilaku dicatat
dalam kedua kondisi.
3. Tujuan dan Asumsi
Tujuan utama dari setiap program manajemen kontigensi adalah pengalihan dari
perilaku dengan situasi baru yang serupa. Yang tersirat dalam tujuan ini adalah daya tahan:
peilaku adaptif baru yang akan menjadi intrinsic dan di bawah control diri individu dan
pemantauan diri.
Manajemen kontigensi mempunyai banyak kegunaan, termasuk mengurangi perilaku
yang tidak diinginkan seperti yang terkait dengan hyperdependency, agresif, pasif, depresi,
penarikan, dan tugas kegiatan. Manajemen kontigensi juga dapat digunakan untuk
mengurangi perilaku maladaptive, dan model ini juga berharga dalam mengembangkan
perilaku baru, seperti keterampilan akademis, keterampilan social, dan pengelolaan
keterampilan diri, dan sebagai alat yang berharga untuk meggubah tanggapan emosional,
seperti mengurangi ketakutan atau menghilangkan kecemasan. Dan manajemen kontigensi
pada akhirnya diharapkan efektif dalam memperkuat dan mempertahankan perilaku yang
diinginkan sudah ada.
MODEL PEMBELAJARAN
a. Syntax
Tujuan dari tahap pertama adalah untuk menentukan perilaku sasaran, hasil perilaku
akhir yang diinginkan. Dua kegiatan harus diselesaikan pada saat ini; (1) menetukan hasil
actual dan perilaku (2) megembangkan rencana untuk mengukur perilaku. Dua cara yang
relative sederhana untuk mengukur dan merekam perilaku adalah behaviori specimen dan
sampel baris. Cara lain untuk rekaman adalah hanya untuk mengamati siswa sekali setiap
BAHRUR ROSYIDI | CONTIGENCY MANAGEMENT 5
sepuluh menit dan mencatat adanya perilaku yang ditargetkan, misalnya:nailbiting.
Modifikasi pada sampel waktu mungkin termasuk mencatat kegiatan selama periode waktu
dan mencatat jumlah kejadian dari perilaku dalam segmen waktu tertentu.
Tahap kedua yaitu merekam frekuensi prilaku menciptakan dasar untuk perbandingn
nanti setelah program kontigensi manajemen dikembangkan.hal ini juga dapat memberikan
informasi tambahan tentang sifat dan konteks perilaku.
Tahap keempat dimana dalam tahap ini program kontigensi manajemen dapat
dilembagakan (diterapkan). Hal ini melibatkan dengan mengatur lingkungan,
menginformasikan siswa dan menjaga reinforcement (penguatan) dalam bentuk jadwal.
Tahap lima atau tahap akhir yaitu mengevaluasi program. Dimana pada tahap ini
melibatkan sekali lagi mengukur respon yang diinginkan. Untuk melihat apakah hasil
perilaku asli dan kemudian kembali ke program kontigensi.
TABLE SYNTAX:
Tahap pertama : menentukan kinerja
akhir
Tahap kedua : menentukan status
perilaku
- mengidentifikasi dan
mendefinisikan perilaku sasaran
- menentukan hasil perilaku yang
diinginkan
- mengembangkan rencana untuk
mengukur dan merekam perilaku
mengamati, mencatat frekuensi perilaku dan,
jika perlu, alami dan konteks perilaku
Tahap ketiga : merumuskan kontigensi Tahap keempat: melembagakan program
- membuat keputusan tentang
lingkungan
- pilih motif penguat dan jadwal
penguatan
- menyelesaikan rencana
membentuk perilaku (amati, catat
frekuensi dan, jika perlu, alam dan
konteks perilaku).
- Aturlah ingkungan
- Menginformasikan siswa
- Menjaga penguatan dan membentuk
jadwal perilaku
Tahap kelima : evaluasi program
- Mengukur respon yang diinginkan
- Mengukur dan kemudian kembali
ke program kontigensi (optional)
b. System social
System social untuk perilaku tertentu dalam model ini sangat terstruktur. Guru
mengendalikan system penghargaan (reward) dan lingkungan. Dan terkadang aspek
dari system social dapat dinegoisasikan, terutma dikarenakan model bergerak
menuju kontigensi manajemen untuk pengendalian diri (self control). Dalam berbagai
kasus apapun, motivasi penguat dan jadwal penguatan dapat dinegoisasikan dengan
siswa.
c. Prinsip reaksi
Prinsip-prinsip yang bereaksi terhadap pelajar didasarkan pada prinsip-prinsip
pengkodisian operant dan manajemen kontigensi khusus yang telah dikembangkan.
Secara umum, perilaku tidak pantas diabaikan dan yang secara tepat adalah
diperkuat. Jika perlu time-out digunakan
d. System pendukung
Dukungan bervariasi dengan jenis program, dari tidak ada dukungan khusus untuk
dukungan rumit. Bahan reinforcers, jadwal penataan ulang, kegiatan, tempat duduk,
BAHRUR ROSYIDI | CONTIGENCY MANAGEMENT 6
dan material dalam program ini sangat diperlukan. Dukungan terbesar manusia
adalah akurasi dan konsistensi dalam menerapkan manajemen kontigensi.
e. Aplikasi (penerapan)
Manajemen kontigensi menemukan aplikasi pendidikan dalam bentuk istruksi yang
diprogramkan, program modifikasi individu, dan desain lingkungan. Dan aplikasi
yang paling umum adalah penggunaan informal prinsip penguatan untuk manajemen
kelas.
DAMPAK PEMBELAJARAN DAN PENGIRING
Manajemn kontigensi sangat fleksibel dan dapat diarahkan kearah tujuan dalam
setiap domain yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan pegembangan bahan ajar.
Gambar instructional and nurturant effect.
SIMPULAN
1. Sruktur
a. Tahap pertama : menentukan kinerja akhir
 mengidentifikasi dan mendefinisikan perilaku sasaran
 menentukan hasil perilaku yang diinginkan
 mengembangkan rencana untuk mengukur dan merekam perilaku
b. Tahap kedua : menentukan status perilaku
 mengamati, mencatat frekuensi perilaku dan, jika perlu, alami dan konteks
perilaku
c. Tahap ketiga : merumuskan kontigensi
 membuat keputusan tentang lingkungan
 pilih motif penguat dan jadwal penguatan
 menyelesaikan rencana membentuk perilaku (amati, catat frekuensi dan,
jika perlu, alam dan konteks perilaku).
d. Tahap keempat: melembagakan program
BAHRUR ROSYIDI | CONTIGENCY MANAGEMENT 7
 Aturlah ingkungan
 Menginformasikan siswa
 Menjaga penguatan dan membentuk jadwal perilaku
e. Tahap kelima : evaluasi program
 Mengukur respon yang diinginkan
 Mengukur dan kemudian kembali ke program kontigensi (optional)
2. Sistem sosial
Guru mengendalikan system penghargaan (reward) dan lingkungan. Dan terkadang
aspek dari system social dapat dinegoisasikan, terutma dikarenakan model bergerak
menuju kontigensi manajemen untuk pengendalian diri (self control).
3. Prinsip reaksi
Prinsip-prinsip yang bereaksi terhadap pelajar didasarkan pada prinsip-prinsip
pengkodisian operant dan manajemen kontigensi khusus yang telah dikembangkan
4. System pendukung
Bahan reinforcers, jadwal penataan ulang, kegiatan, tempat duduk, dan material
dalam program ini sangat diperlukan. Dukungan terbesar manusia adalah akurasi
dan konsistensi dalam menerapkan manajemen kontigensi.
DAFTAR PUSTAKA
Joyce, B. & Weil, M. 1980. Models of Teaching. USA : Prentice-Hall, Inc.
Joyce, B. dkk. 2009. Models of Teaching (edisi kedelapan). Yogyakarta : Pustaka belajar.

More Related Content

What's hot

Pendekatan konseling trait & factor
Pendekatan konseling trait & factorPendekatan konseling trait & factor
Pendekatan konseling trait & factorIndra Yudha Wijaya
 
Pengembangan kurikulum paud
Pengembangan kurikulum paudPengembangan kurikulum paud
Pengembangan kurikulum paudkarinaarisutha
 
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianPsikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianAfra Balqis
 
Belajar Menurut Classical Conditioning
Belajar Menurut Classical ConditioningBelajar Menurut Classical Conditioning
Belajar Menurut Classical ConditioningWulandari Rima Kumari
 
Definisi kognitif
Definisi kognitifDefinisi kognitif
Definisi kognitifsujiadisss
 
Tokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan TeorinyaTokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan TeorinyaIkhsan Muhammad
 
Teori Albert Bandura
Teori Albert BanduraTeori Albert Bandura
Teori Albert BanduraAlbert Aris
 
Konsep albert bandura (Belajar Sosial)
Konsep albert bandura (Belajar Sosial)Konsep albert bandura (Belajar Sosial)
Konsep albert bandura (Belajar Sosial)virginsmag
 
KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING
KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELINGKEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING
KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELINGAna Onana
 
Metode penelitian dan etika dalam psikologi sosial
Metode penelitian dan etika dalam psikologi sosialMetode penelitian dan etika dalam psikologi sosial
Metode penelitian dan etika dalam psikologi sosialAnis Qurli
 
Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung
Makalah Psikoanalisis Carl Gustav JungMakalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung
Makalah Psikoanalisis Carl Gustav JungRoyNal Rois Al-Khalim
 
Psikoanalisa
PsikoanalisaPsikoanalisa
Psikoanalisapsepti17
 
Stres dan Keselamatan Kerja
Stres dan Keselamatan KerjaStres dan Keselamatan Kerja
Stres dan Keselamatan KerjaLunahasyim
 
Psikologi sosial i sikap kelompok 9
Psikologi sosial i sikap kelompok 9Psikologi sosial i sikap kelompok 9
Psikologi sosial i sikap kelompok 9novyaindri29
 
Trait and Factor
Trait and FactorTrait and Factor
Trait and Factorheraagnita
 
Persepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - docPersepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - docNofrida Atika
 
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-KanakPermasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-KanakAn Rachma
 
Presentasi kepribadian walter mischel
Presentasi kepribadian walter mischelPresentasi kepribadian walter mischel
Presentasi kepribadian walter mischelyohana purwa c
 

What's hot (20)

Pendekatan konseling trait & factor
Pendekatan konseling trait & factorPendekatan konseling trait & factor
Pendekatan konseling trait & factor
 
Pengembangan kurikulum paud
Pengembangan kurikulum paudPengembangan kurikulum paud
Pengembangan kurikulum paud
 
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianPsikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
 
Belajar Menurut Classical Conditioning
Belajar Menurut Classical ConditioningBelajar Menurut Classical Conditioning
Belajar Menurut Classical Conditioning
 
ALBERT BANDURA
ALBERT BANDURAALBERT BANDURA
ALBERT BANDURA
 
Definisi kognitif
Definisi kognitifDefinisi kognitif
Definisi kognitif
 
Tokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan TeorinyaTokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
 
Gordon Allport
Gordon AllportGordon Allport
Gordon Allport
 
Teori Albert Bandura
Teori Albert BanduraTeori Albert Bandura
Teori Albert Bandura
 
Konsep albert bandura (Belajar Sosial)
Konsep albert bandura (Belajar Sosial)Konsep albert bandura (Belajar Sosial)
Konsep albert bandura (Belajar Sosial)
 
KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING
KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELINGKEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING
KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING
 
Metode penelitian dan etika dalam psikologi sosial
Metode penelitian dan etika dalam psikologi sosialMetode penelitian dan etika dalam psikologi sosial
Metode penelitian dan etika dalam psikologi sosial
 
Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung
Makalah Psikoanalisis Carl Gustav JungMakalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung
Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung
 
Psikoanalisa
PsikoanalisaPsikoanalisa
Psikoanalisa
 
Stres dan Keselamatan Kerja
Stres dan Keselamatan KerjaStres dan Keselamatan Kerja
Stres dan Keselamatan Kerja
 
Psikologi sosial i sikap kelompok 9
Psikologi sosial i sikap kelompok 9Psikologi sosial i sikap kelompok 9
Psikologi sosial i sikap kelompok 9
 
Trait and Factor
Trait and FactorTrait and Factor
Trait and Factor
 
Persepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - docPersepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - doc
 
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-KanakPermasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
 
Presentasi kepribadian walter mischel
Presentasi kepribadian walter mischelPresentasi kepribadian walter mischel
Presentasi kepribadian walter mischel
 

Viewers also liked (20)

Laboratory training
Laboratory trainingLaboratory training
Laboratory training
 
Langkah 11 revising introduction
Langkah 11 revising introductionLangkah 11 revising introduction
Langkah 11 revising introduction
 
Sosial inquiry
Sosial inquirySosial inquiry
Sosial inquiry
 
Social simulation
Social simulationSocial simulation
Social simulation
 
5 pilar manajemen organisasi
5 pilar manajemen organisasi5 pilar manajemen organisasi
5 pilar manajemen organisasi
 
Evaluasi peogram psg
Evaluasi peogram psgEvaluasi peogram psg
Evaluasi peogram psg
 
Kamus istilah komputer
Kamus istilah komputerKamus istilah komputer
Kamus istilah komputer
 
Manajemen pembaharuan
Manajemen pembaharuanManajemen pembaharuan
Manajemen pembaharuan
 
Copywriting
CopywritingCopywriting
Copywriting
 
Manajemen forum
Manajemen forumManajemen forum
Manajemen forum
 
Kepemimpinan pendidikan
Kepemimpinan pendidikanKepemimpinan pendidikan
Kepemimpinan pendidikan
 
Makalah ict
Makalah ictMakalah ict
Makalah ict
 
Memory Principles I & II
Memory Principles I & IIMemory Principles I & II
Memory Principles I & II
 
Scientific inquiry
Scientific inquiryScientific inquiry
Scientific inquiry
 
HAK CIPTA & DESAIN INDUSTRI
HAK CIPTA & DESAIN INDUSTRIHAK CIPTA & DESAIN INDUSTRI
HAK CIPTA & DESAIN INDUSTRI
 
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
HAK KEKAYAAN INTELEKTUALHAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
 
Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Made Wena)
Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Made Wena)Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Made Wena)
Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Made Wena)
 
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
Kepemimpinan dan perilaku  organisasiKepemimpinan dan perilaku  organisasi
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
 
Bahan ajar TIK
Bahan ajar TIKBahan ajar TIK
Bahan ajar TIK
 
Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3
 

Similar to MENYELESAIKAN MASALAH

instrumental conditioning
instrumental conditioninginstrumental conditioning
instrumental conditioningWiyan Purbatin
 
PPT Landasan.pptx
PPT Landasan.pptxPPT Landasan.pptx
PPT Landasan.pptxSaharia5
 
Slide Obseravasi Pendidikan
Slide Obseravasi PendidikanSlide Obseravasi Pendidikan
Slide Obseravasi Pendidikanciivana
 
Slide obseravasi pendidikan
Slide obseravasi pendidikanSlide obseravasi pendidikan
Slide obseravasi pendidikankikiregar
 
Slide obseravasi pendidikan
Slide obseravasi pendidikanSlide obseravasi pendidikan
Slide obseravasi pendidikanLabellaela
 
Artikel anak super sibuk
Artikel anak super sibukArtikel anak super sibuk
Artikel anak super sibukP Wijayanto
 
Teori operant conditioning
Teori operant conditioningTeori operant conditioning
Teori operant conditioningKacong'ngah Ebok
 
Laporan observasi kelompok 1
Laporan observasi kelompok 1Laporan observasi kelompok 1
Laporan observasi kelompok 1agitanova
 
BEHAVIORISTIK - TEORI BELAJAR PERLAKU
BEHAVIORISTIK - TEORI BELAJAR PERLAKUBEHAVIORISTIK - TEORI BELAJAR PERLAKU
BEHAVIORISTIK - TEORI BELAJAR PERLAKUzulfi nasirotul
 
Laporan observasi kelompok 1
Laporan observasi kelompok 1Laporan observasi kelompok 1
Laporan observasi kelompok 1IceTohang
 
Laporan observasi kelompok 1
Laporan observasi kelompok 1Laporan observasi kelompok 1
Laporan observasi kelompok 1shasyuni
 
Pembelajaran Sosial Emosional (KSE).pptx
Pembelajaran Sosial Emosional (KSE).pptxPembelajaran Sosial Emosional (KSE).pptx
Pembelajaran Sosial Emosional (KSE).pptxArmanDino4
 
1.4.a.5.1 Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Presentasi dan Diskusi.pptx
1.4.a.5.1 Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Presentasi dan Diskusi.pptx1.4.a.5.1 Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Presentasi dan Diskusi.pptx
1.4.a.5.1 Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Presentasi dan Diskusi.pptxAriIrawanPratama1
 
Slide obseravasi pendidikan l
Slide obseravasi pendidikan lSlide obseravasi pendidikan l
Slide obseravasi pendidikan lyusuflbs12
 
Slide obseravasi pendidikan
Slide obseravasi pendidikanSlide obseravasi pendidikan
Slide obseravasi pendidikanyusuflbs12
 
Slide obseravasi pendidikan
Slide obseravasi pendidikanSlide obseravasi pendidikan
Slide obseravasi pendidikanyusuflbs12
 

Similar to MENYELESAIKAN MASALAH (20)

Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
instrumental conditioning
instrumental conditioninginstrumental conditioning
instrumental conditioning
 
PPT Landasan.pptx
PPT Landasan.pptxPPT Landasan.pptx
PPT Landasan.pptx
 
Slide Obseravasi Pendidikan
Slide Obseravasi PendidikanSlide Obseravasi Pendidikan
Slide Obseravasi Pendidikan
 
Slide obseravasi pendidikan
Slide obseravasi pendidikanSlide obseravasi pendidikan
Slide obseravasi pendidikan
 
Slide obseravasi pendidikan
Slide obseravasi pendidikanSlide obseravasi pendidikan
Slide obseravasi pendidikan
 
Teori teori pedagogi
Teori   teori pedagogiTeori   teori pedagogi
Teori teori pedagogi
 
Artikel anak super sibuk
Artikel anak super sibukArtikel anak super sibuk
Artikel anak super sibuk
 
Relaxation
RelaxationRelaxation
Relaxation
 
Teori operant conditioning
Teori operant conditioningTeori operant conditioning
Teori operant conditioning
 
Pertemuan ke 2 infant-toddler education. pwt
Pertemuan ke 2  infant-toddler education. pwtPertemuan ke 2  infant-toddler education. pwt
Pertemuan ke 2 infant-toddler education. pwt
 
Laporan observasi kelompok 1
Laporan observasi kelompok 1Laporan observasi kelompok 1
Laporan observasi kelompok 1
 
BEHAVIORISTIK - TEORI BELAJAR PERLAKU
BEHAVIORISTIK - TEORI BELAJAR PERLAKUBEHAVIORISTIK - TEORI BELAJAR PERLAKU
BEHAVIORISTIK - TEORI BELAJAR PERLAKU
 
Laporan observasi kelompok 1
Laporan observasi kelompok 1Laporan observasi kelompok 1
Laporan observasi kelompok 1
 
Laporan observasi kelompok 1
Laporan observasi kelompok 1Laporan observasi kelompok 1
Laporan observasi kelompok 1
 
Pembelajaran Sosial Emosional (KSE).pptx
Pembelajaran Sosial Emosional (KSE).pptxPembelajaran Sosial Emosional (KSE).pptx
Pembelajaran Sosial Emosional (KSE).pptx
 
1.4.a.5.1 Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Presentasi dan Diskusi.pptx
1.4.a.5.1 Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Presentasi dan Diskusi.pptx1.4.a.5.1 Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Presentasi dan Diskusi.pptx
1.4.a.5.1 Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Presentasi dan Diskusi.pptx
 
Slide obseravasi pendidikan l
Slide obseravasi pendidikan lSlide obseravasi pendidikan l
Slide obseravasi pendidikan l
 
Slide obseravasi pendidikan
Slide obseravasi pendidikanSlide obseravasi pendidikan
Slide obseravasi pendidikan
 
Slide obseravasi pendidikan
Slide obseravasi pendidikanSlide obseravasi pendidikan
Slide obseravasi pendidikan
 

More from EDUCATIONAL TECHNOLOGY (20)

Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9
 
Artikel henry
Artikel henryArtikel henry
Artikel henry
 
Artikel paulina jd
Artikel paulina jdArtikel paulina jd
Artikel paulina jd
 
Kumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibranKumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibran
 
Teamwork dalam organisasi
Teamwork dalam  organisasiTeamwork dalam  organisasi
Teamwork dalam organisasi
 
Pengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan OrganisasiPengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan Organisasi
 
Manajemen waktu
Manajemen waktuManajemen waktu
Manajemen waktu
 
Manajemen organisasi
Manajemen organisasiManajemen organisasi
Manajemen organisasi
 
Manajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasiManajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasi
 
Manajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasiManajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasi
 
Manajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasiManajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasi
 
Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasiKomunikasi organisasi
Komunikasi organisasi
 
Kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasionalKepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional
 
Iklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasiIklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasi
 
Efektivitas organisasi
Efektivitas organisasiEfektivitas organisasi
Efektivitas organisasi
 
Dinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasiDinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasi
 
Personal blog
Personal blogPersonal blog
Personal blog
 
Model pembelajaran
Model pembelajaranModel pembelajaran
Model pembelajaran
 
Gaya belajar visual
Gaya belajar visualGaya belajar visual
Gaya belajar visual
 
Model assure
Model assureModel assure
Model assure
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 

MENYELESAIKAN MASALAH

  • 1. BAHRUR ROSYIDI | CONTIGENCY MANAGEMENT 1 MODEL PEMBELAJARAN CONTIGENCY MANAGEMENT : RECOGNIZING CAUSE AND EFFECT Initiators : B. F .Skinner https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/ SKENARIO John adalah anak kelas dua yang mungkin sedikit hiperaktif. Dia populer dengan teman-teman sekelasnya dan menghibur mereka dengan kisah-kisah tak berujung, beberapa benar dan beberapa yang sedikit berlebihan. John tidak cukup baik dalam studi: dia adalah pembaca yang baik namun memiliki kesulitan dengan matematika. Untuk beberapa bulan terakhir Jean Meades, guru John, telah berjuang untuk mendorong Yohanes untuk terus berada di sekolahnya. John selalu berkeliaran di sekitar ruangan atau sibuk meraut pensil, melihat akuarium, atau hamster kandang. Lebih sering, ia mengganggu siswa lain. Masalahnya adalah bahwa ketika Yohanes datang untuk soal matematika dia tidak mengerti dia mengeluh dengan suara keras: ". Ini tidak masuk akal" "Saya tidak mengerti," atau Lalu ia memanggil untuk Jean, "Ms Meades, saya tidak mendapatkan ini." Jika Jean tidak di sisinya segera, menunjukkan John bagaimana melakukan masalah, ia membalik pensil di udara, peluit, dan menatap langit-langit untuk sementara waktu, datang untuk beristirahat dengan melibatkan temanya dalam percakapan. Jika itu tidak berhasil, dia kembali melihat akuarium. jean ingin John untuk berusaha untuk menyelesaikan tugas matematikanya sebelum ia meminta bantuan. Meskipun John melompat dan meminta bantuan yang terjadi sepanjang hari, Jean memutuskan untuk berkonsentrasi pada situasi matematika. Selama matematika siswa dikelompokkan secara acak sesuai dengan kemampuan mereka. Setiap anak memiliki satu set lembar kerja. Umumnya anak-anak bekerja sendiri lebih atau kurang sesuai dengan kemampuan mereka. Beberapa kali setiap minggu Ms Meades atau guru menginstruksikan kelompok tersebut dalam sebuah konsep baru atau prinsip. Ketika siswa telah selesai dengan segmen yang diberikan, pekerjaan mereka akan diperiksa. Selama beberapa hari Ms Meades mencermati perilaku Yohanes selama pelajaran matematika. Dia mengamati bahwa rata-rata john meminta bantuan kepadanya sekitar sepuluh kali selama masa kerja empat puluh menit. Dia hanya mencurahkan sekitar sepuluh menit untuk pekerjaan yang diselesaikanya sendiri. Mengetahui bahwa John adalah sisa yang memiliki kebutuhan dan keinginan yang banyak, maka Jean membuat kesepakatan dengan john. Dia menjelaskan pengamatannya kepada Yohanes dan berkata ia mempunyai sebuah sistem baru. Dia meminta Yohanes untuk mencoba setidaknya tiga masalah sebelum meminta bantuan. Ketika ia perlu bantuan ia harus mengangkat tangan, Jean akan memberikan bantuan atau akan datang secepat dia bisa. Sementara itu, John dapat menggambar (dia adalah seniman yang sangat baik dan menikmati mencoret-coret) .. Setiap kali Yohanes mengikuti prosedur ia mendapatkan poin. Jika dia benar-benar menyelesaikan tiga masalah benar ia mendapat dua poin. Pada akhir minggu poin Yohanes dijumlahkan. Tergantung pada jumlah akumulasi dia bisa memilih aktivitas pilihannya.. Dengan berjalannya waktu ia menyesuaikan jadwal reward untuk meningkatkan waktu kerja dan prestasi. sebelum memulai program Jean bekerja dengan John mengenai cara menyelesaikan masalah yang sulit . Dia memberinya, tiga langkah umum untuk mengikuti urutan untuk setiap masalah matematika. Salah satu kesulitan Yohanes adalah bahwa ia melihat masalah, berjalan kosong, dan menyerah. Jean berusaha meningkatkan kapasitasnya untuk
  • 2. BAHRUR ROSYIDI | CONTIGENCY MANAGEMENT 2 berpikir reflektif dengan memberinya pendekatan pemecahan masalah umum. Selain itu, setiap langkah dalam urutan memiliki warna blok bernomor yang sesuai. Untuk sementara Yohanes menggunakan ini untuk mengingatkan dia untuk melakukan langkah-langkah. Ia dimulai dengan blok di sisi kanan, dan saat ia mengambil setiap langkah ia bergerak blok ke kiri. Kegiatan manipulatif membantu meringankan kecemasan yang dihasilkan oleh "pikiran kosong"; secara harfiah mengambil pikirannya dari perasaan dan ke matematika dan mengerjakanya. Jean melakukan satu hal lagi. Dia memastikan bahwa pada awalnya baik dia memberikan bantuan dengan sering melewati meja Yohanes untuk memberikan pujian. Program manajemen contingenty dipakai . Butuh beberapa hari untuk John untuk mengikuti prosedur yang disepakati, tetapi Jean dan bantuan sangat konsisten dalam mengingatkan dia tentang aturan. Kemampuan Yohanes untuk mencoba masalah dan terus bekerja pada menyelesaikanya secara baik, begitu banyak fakta bahwa dalam beberapa minggu jumlah masalah diselesaikan sebelum John perlu meminta bantuan . Selain itu, ketika John tidak membutuhkan bantuan dia tidak begitu tak berdaya. Dia dapat memberitahu Jean langkah apa yang harus dia lakukan disaat dia terjebak dengan sebuah masalah. Jean juga member tahu kepada bahwa john harus memberikan perhatianya kepada semua pelajaran dan kegiatan lain bukan hanya pada pelajaran matematika saja. Setiap akhir minggu jean akan melaporkan hasil dan point yang sudah dikumpulkan oleh john kepada orang tuanya. Program ini memberikana orang tua john cara yang baik untuk mengikuti perkembangan anaknya disekolah. ORIENTASI MODEL 1. Konsep Teori perilaku memandang perilaku manusia sebagai fungsi dari lingkungan terdekat secara khusus, stimulus dan stimulus memunculkan reinforcement (peguatan). Fitur penting adalah antara respon dan rangsangan saling memperkuat. Jika penguat disajikan ketika dan hanya ketika respon muncul maka kita mengatakanya adalah kontingen. Manajemen kontigensi adalah control sistematis rangsangan seperti memeperkuat bahwa rangsangan disajikan pada waktu yang dipilih dan hanya setelah respon yang diinginkan telah diberikan. Orang yang menyiapkan program kontigensi manajemen harus menyadari tanggapan yang diinginkan serta tanggapan yang tidak diinginkan. Mereka juga harus memperhitungkan rangsangan yang muncul, hati-hati mengamati apa yang memicu respon maladaptive karena seringkali lingkungan dapat diatur sedemikian rupa sehingga syarat yang tidak diinginkan dapat diminimalkan, dan isyarat yang memfasilitasi perilaku yang ingin ditingkatkan. Misalnya: guru tahu bahwa memberikan rangsangan bermain dapat mengganggu beberapa siswa yang sedang menyelesaikan tugasnya di kelas sehingga mereka menghapus rangsangan langsung dari sekitarnya. Manajemen kontigensi didasarkan pada prinsip operant bahwa perilaku dipengaruhi oleh konsekuensi yang mengikuti. Untuk hubungan instrumental atau kontingen yang akan didirikan, konsekuensi yang memperkuat harus mengikuti. Jika perilaku tidak diperkuat maka akan punah atau hilang. Reinforcement adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas respon tertentu. Tanggapan yang yang diinginkan dapat diperkuat dengan melalui bantuan baik positif maupun negative. Reinforcement dikatakan positif seperti senyuman, pelukan, deadline yang menghasilkan respon adaptif. Sedangkan reinforcement dikatakan negative jika penghapusan dari situasi itu mengikuti respon yang menghasilkan perilaku yang diinginkan contohnya : berteriak, mengancam, dan mengomel. Setelah beberapa saat kebanyakan dari kita akan merespon permintaan jika hanya untuk menghentikan rangsangan yang tidak menyenangkan. Masalah dengan motif reinforcement negative atau hukuman mempunyai efek yang kurang dapat diprediksi daripada reinforcement yang positif. Dan hasil dari sebuah hukuman adalah sebuah efek samping
  • 3. BAHRUR ROSYIDI | CONTIGENCY MANAGEMENT 3 yang sering tidak diinginkan seperti membenci sekolah, tidak menyukai guru atau mengembangkan konsep diri yang buruk. Ada beberapa jenis reinforcement yang meliputi social, material, dan aktivitas. Peristiwa memperkuat kebanyakan social senyum, pelukan, pujian, perhatian, persetujuan atau kontak fisik. Reinforcer social sangat berpengaruh baik terhadap anak-anak. Tetapi ada juga sebagian anak-anak tidak responsive terhadap rangsangan social. Lovaas dalam penelitianya menggunakan contingency management terhadap anak autis, individu social tersebut secara bertahap akan menjadi lebih responsive social yang mana menunjukan pasangan reinforce social dan reinforce materi. Tidak semua reinforcers social adalah pujian lisan. ekspresi wajah seperti mengedipkan mata atau melihat tertarik. Dengan percakapan dan kontak fisik seperti bergandengan tangan atau duduk dipangkuan guru. Reinforce materi sesuatu yang habis pakai, seperti permen dan makanan, mainan gambar, atau music. Selanjutnya adalah Reinforce aktivitas prinsip ini ditemukan oleh Prernack 1965 yang disebut juga sebagai prinsip formal. Ia mengatakan bahwa “ pada dasarnya anda dapat membuat orang terlibat dalam satu kegiatan jika anda menjanjikan mereka sebuah hak istimewa ketika mereka telah menyelesaikan pekerjaan tersebut”. Guru menggunakan prinsip tersebut sepanjang waktu dengan memberikan siswa waktu luang setelah menyelesaikan tugas yang sulit. Misalkan : istirahat, permainan, atau mengijinkan mereka menonton televisi. Reinforce dapat disampaikan pada beberapa basis tergantung pada tujuan beberapa penguatan yang lebih menguntungkan. Reinforcement berkelanjutan adalah penerapan penguatan setelah mendapatkan respon yang diinginkan. 2. Contigency Management Procedurs Contigency management, digunakan baik sebagai dasar untuk mengatur lingkungan belajar atau untuk mengubah perilaku individu, terdiri umumnya dari prosedur yang sama: (1) menentukan kinerja akhir, (2) menilai perilaku memasuki ( menetapkan data dasar), (30 merumuskan program manajemen kontigensi, (4) melembagakan program; dan 95) mengevaluasi program. 1) Tahap Satu Menentukan kinerja akhir, yang mana memerlukan pengakuan umum bahwa perilaku perlu diubah atau dicapai. Perilaku dapat melibatkan kebiasaan deskriptif atau maladaptif atau tindakan, atau memperoleh keterampilan khusus dan pengetahuan. Sebelum program manajemen dikembangkan perlu untu (1) menetukan secara tepat perilaku yang akan diubah dan tanggapan yang akan didapat atau tujuan perilaku, (2) megembangkan prosedur untuk mengukur perilaku. Ruang kelas yang digunakan pada model analysis perilaku biasanya sangat terstruktur, yang jelas program pendidikan dimana perkembanganya dimonitor secara terus-menerus. Perilaku dapat diukur oleh laporan pengamatan langsung 9deskripsi spesimen0 dimana pengamat mencatat waktu dan terjadinya perilaku masing-masing atau dengan waktu sampling. Mengamati setiap kali periode mungkin lima menit mencatat apakah perilaku telah terjadi. 2) Tahap dua Penilaian dari perilaku masuk, setelah perilaku sasaran telah diidentifikasi dan didefinisikan dan kemudian diukur dan dikembangkan. Fase ini disebut juga sebagai menetapkan data dasar. Fase ini juga adalah rekaman sebenarnya dari frekuensi prilaku, yang tujuanya adalah untuk mengkonfirmasi diagnosis awal dan memberikan informs tentang kondisi dan mempertahankan rangsangan.
  • 4. BAHRUR ROSYIDI | CONTIGENCY MANAGEMENT 4 3) Tahap tiga Merumuskan program manajemen kontigensi untuk perilaku tertentu atau rangkaian perilaku. Hal ini melibatkan (1) penataan situasi;(2) memilih reinforcers, (3) perilaku membentuk rencana. Dalam ruang kelas perhatian harus diberikan kepada lingungan fisik, bahan belajar dan fitur interaktif. 4) Tahap keempat Adalah untuk melembagakan program kontigensi manajemen termasuk mengatur lingkungan, membuat pegumuman yang kntigensi, dan memperkuat respon siswa sesuai dengan jadal penguatan dan program pembentukan yang dipilih. Dengan menyadari perilaku sasaran dan reinforcement. Dengan bentuk yang lebih halus yaitu dengan pujian dan perhatian. Dengan program-program kontigensi manajemen angat diperlukan untuk membuat siswa sadar akan memberikan respon yang diinginkan. Misalnya : guru berkata „saya suka cara susan telah membersihkan mejanya dan siap mendengarkan”. 5) Tahap lima Dalam manajemen kontigensimengevaluasi program. Sebagian behavioris menganggap sebagai memvaliditasi keberhasilan program. Evaluasi serigkali dibangun dalam sebuah program, misalny: ketika seorang siswa telah mempertahankan tingkat kemajuan dan tingkat kinerja dalam program matematika yang mempunyai langkah-langkah evaluasi yang terus menerus. Salah satu karakteristik utama dari lingkungan analisis perilaku adalah penataan yang disengaja untuk kesadaran evaluasi yang mana evaluasi difasilitasi oleh awalnya denga menetukan perilaku yang diinginkan dalam hal tepat dan dengan merancang atau mengidentifikasi prosedur pengukuran. Dalam beberapa kasus, terutama dalam penelitian perilaku, penguatan dihentikan untuk sementara dan kemudian dilakukan kembali. Perilaku dicatat dalam kedua kondisi. 3. Tujuan dan Asumsi Tujuan utama dari setiap program manajemen kontigensi adalah pengalihan dari perilaku dengan situasi baru yang serupa. Yang tersirat dalam tujuan ini adalah daya tahan: peilaku adaptif baru yang akan menjadi intrinsic dan di bawah control diri individu dan pemantauan diri. Manajemen kontigensi mempunyai banyak kegunaan, termasuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan seperti yang terkait dengan hyperdependency, agresif, pasif, depresi, penarikan, dan tugas kegiatan. Manajemen kontigensi juga dapat digunakan untuk mengurangi perilaku maladaptive, dan model ini juga berharga dalam mengembangkan perilaku baru, seperti keterampilan akademis, keterampilan social, dan pengelolaan keterampilan diri, dan sebagai alat yang berharga untuk meggubah tanggapan emosional, seperti mengurangi ketakutan atau menghilangkan kecemasan. Dan manajemen kontigensi pada akhirnya diharapkan efektif dalam memperkuat dan mempertahankan perilaku yang diinginkan sudah ada. MODEL PEMBELAJARAN a. Syntax Tujuan dari tahap pertama adalah untuk menentukan perilaku sasaran, hasil perilaku akhir yang diinginkan. Dua kegiatan harus diselesaikan pada saat ini; (1) menetukan hasil actual dan perilaku (2) megembangkan rencana untuk mengukur perilaku. Dua cara yang relative sederhana untuk mengukur dan merekam perilaku adalah behaviori specimen dan sampel baris. Cara lain untuk rekaman adalah hanya untuk mengamati siswa sekali setiap
  • 5. BAHRUR ROSYIDI | CONTIGENCY MANAGEMENT 5 sepuluh menit dan mencatat adanya perilaku yang ditargetkan, misalnya:nailbiting. Modifikasi pada sampel waktu mungkin termasuk mencatat kegiatan selama periode waktu dan mencatat jumlah kejadian dari perilaku dalam segmen waktu tertentu. Tahap kedua yaitu merekam frekuensi prilaku menciptakan dasar untuk perbandingn nanti setelah program kontigensi manajemen dikembangkan.hal ini juga dapat memberikan informasi tambahan tentang sifat dan konteks perilaku. Tahap keempat dimana dalam tahap ini program kontigensi manajemen dapat dilembagakan (diterapkan). Hal ini melibatkan dengan mengatur lingkungan, menginformasikan siswa dan menjaga reinforcement (penguatan) dalam bentuk jadwal. Tahap lima atau tahap akhir yaitu mengevaluasi program. Dimana pada tahap ini melibatkan sekali lagi mengukur respon yang diinginkan. Untuk melihat apakah hasil perilaku asli dan kemudian kembali ke program kontigensi. TABLE SYNTAX: Tahap pertama : menentukan kinerja akhir Tahap kedua : menentukan status perilaku - mengidentifikasi dan mendefinisikan perilaku sasaran - menentukan hasil perilaku yang diinginkan - mengembangkan rencana untuk mengukur dan merekam perilaku mengamati, mencatat frekuensi perilaku dan, jika perlu, alami dan konteks perilaku Tahap ketiga : merumuskan kontigensi Tahap keempat: melembagakan program - membuat keputusan tentang lingkungan - pilih motif penguat dan jadwal penguatan - menyelesaikan rencana membentuk perilaku (amati, catat frekuensi dan, jika perlu, alam dan konteks perilaku). - Aturlah ingkungan - Menginformasikan siswa - Menjaga penguatan dan membentuk jadwal perilaku Tahap kelima : evaluasi program - Mengukur respon yang diinginkan - Mengukur dan kemudian kembali ke program kontigensi (optional) b. System social System social untuk perilaku tertentu dalam model ini sangat terstruktur. Guru mengendalikan system penghargaan (reward) dan lingkungan. Dan terkadang aspek dari system social dapat dinegoisasikan, terutma dikarenakan model bergerak menuju kontigensi manajemen untuk pengendalian diri (self control). Dalam berbagai kasus apapun, motivasi penguat dan jadwal penguatan dapat dinegoisasikan dengan siswa. c. Prinsip reaksi Prinsip-prinsip yang bereaksi terhadap pelajar didasarkan pada prinsip-prinsip pengkodisian operant dan manajemen kontigensi khusus yang telah dikembangkan. Secara umum, perilaku tidak pantas diabaikan dan yang secara tepat adalah diperkuat. Jika perlu time-out digunakan d. System pendukung Dukungan bervariasi dengan jenis program, dari tidak ada dukungan khusus untuk dukungan rumit. Bahan reinforcers, jadwal penataan ulang, kegiatan, tempat duduk,
  • 6. BAHRUR ROSYIDI | CONTIGENCY MANAGEMENT 6 dan material dalam program ini sangat diperlukan. Dukungan terbesar manusia adalah akurasi dan konsistensi dalam menerapkan manajemen kontigensi. e. Aplikasi (penerapan) Manajemen kontigensi menemukan aplikasi pendidikan dalam bentuk istruksi yang diprogramkan, program modifikasi individu, dan desain lingkungan. Dan aplikasi yang paling umum adalah penggunaan informal prinsip penguatan untuk manajemen kelas. DAMPAK PEMBELAJARAN DAN PENGIRING Manajemn kontigensi sangat fleksibel dan dapat diarahkan kearah tujuan dalam setiap domain yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan pegembangan bahan ajar. Gambar instructional and nurturant effect. SIMPULAN 1. Sruktur a. Tahap pertama : menentukan kinerja akhir  mengidentifikasi dan mendefinisikan perilaku sasaran  menentukan hasil perilaku yang diinginkan  mengembangkan rencana untuk mengukur dan merekam perilaku b. Tahap kedua : menentukan status perilaku  mengamati, mencatat frekuensi perilaku dan, jika perlu, alami dan konteks perilaku c. Tahap ketiga : merumuskan kontigensi  membuat keputusan tentang lingkungan  pilih motif penguat dan jadwal penguatan  menyelesaikan rencana membentuk perilaku (amati, catat frekuensi dan, jika perlu, alam dan konteks perilaku). d. Tahap keempat: melembagakan program
  • 7. BAHRUR ROSYIDI | CONTIGENCY MANAGEMENT 7  Aturlah ingkungan  Menginformasikan siswa  Menjaga penguatan dan membentuk jadwal perilaku e. Tahap kelima : evaluasi program  Mengukur respon yang diinginkan  Mengukur dan kemudian kembali ke program kontigensi (optional) 2. Sistem sosial Guru mengendalikan system penghargaan (reward) dan lingkungan. Dan terkadang aspek dari system social dapat dinegoisasikan, terutma dikarenakan model bergerak menuju kontigensi manajemen untuk pengendalian diri (self control). 3. Prinsip reaksi Prinsip-prinsip yang bereaksi terhadap pelajar didasarkan pada prinsip-prinsip pengkodisian operant dan manajemen kontigensi khusus yang telah dikembangkan 4. System pendukung Bahan reinforcers, jadwal penataan ulang, kegiatan, tempat duduk, dan material dalam program ini sangat diperlukan. Dukungan terbesar manusia adalah akurasi dan konsistensi dalam menerapkan manajemen kontigensi. DAFTAR PUSTAKA Joyce, B. & Weil, M. 1980. Models of Teaching. USA : Prentice-Hall, Inc. Joyce, B. dkk. 2009. Models of Teaching (edisi kedelapan). Yogyakarta : Pustaka belajar.