3. TeoriBelajar
Sosial
Teori pembelajaran sosial merupakan
perluasan dari teori belajar perilaku
yang tradisional (behavioristik).
Teori pembelajaran sosial ini
dikembangkan oleh Albert Bandura
(1986). Teori ini menerima sebagian
besar dari prinsip-prinsip teori-teori
belajar perilaku, tetapi memberi lebih
banyak penekanan pada kesan dari
isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada
proses-proses mental internal.
4. Fenomena pemodelan yaitu meniru perilaku orang
lain dan pengalaman tidak langsung yaitu belajar dari
keberhasilan dan kegagalan orang lain. Bandura
merasa bahwa sebagian besar belajar yang dialami
manusia tidak dibentuk dari konsekuensi-
konsekuensi melainkan manusia itu belajar dari suatu
model.
Pemodelan (Modeling)
Bandura
Pemodelan dan Pembelajaran Pengamatan
5. Tahap Perhatian
Tahap Pengingatan
Pada umumnya, siswa memberikan perhatian pada model-model
yang menarik, berhasil, menarik, dan popular. itulah sebabnya
mengapa banyak siswa meniru pakaian, gaya rambut dan kelakuan
bintang budaya popular
Setelah guru mendapatkan perhatian siswa, sekarang saatnya
untuk meniru perilaku yang mereka inginkan ditiru dan kemudian
memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan atau
berlatih. Misalnya, guru dapat memperlihatkan cara menulis huruf A.
siswa akan meniru contoh guru dengan mencoba menuliskan
sendiri Huruf A
PembelajaranPengamatan
(ObservationalLearning)
6. Tahap Reproduksi
Tahap Motivasi
selama tahap reproduksi, siswa mencoba untuk mencocokkan perilaku
mereka dengan model. di kelas penilaian belajar siswa berlangsung selama
tahap ini. Misalnya, setelah melihat model huruf A dicontohkan dan
dipraktikkannya beberapa kali, apakah siswa dapat memproduksi huruf
tersebut sehingga terlihat seperti contoh guru)
Siswa akan meniru model karena mereka percaya bahwa hal itu akan
meningkatkan peluang mereka sendiri untuk diperkuat. Di dalam kelas, tahap
motivasional dari pembelajaran observasional seringkali memerlukan pujian atau
nilai yang diberikan untuk mencocokkan model guru. Siswa memperhatikan model,
mempraktekkannya, dan mereproduksinya karena mereka telah belajar bahwa
inilah yang disukai guru dan mereka ingin menyenangkan guru. Ketika anak
membuat A yang dapat dikenali, guru berkata, "kerja bagus!"
Lanjutan
7. PembelajarantidakLangsung
(VicariousLearning)
Meskipun sebagian besar pembelajaran
pengamatan dimotivasi oleh seseuatu yang
meniru dengan benar akan mengarah pada
penguatan, juga penting diperhatikan bahwa
orang belajar dengan melihat orang lain
dikuatkan atau dihukum karena terlibat ke dalam
perilaku tertentu (Bandura, 1986)
8. Lanjutan
Guru diruang kelas senantiasa menggunakan pembelajaran
tidak langsung (Vicarius learning). saat siswa bermain-main
guru sering memilih orang lain yang bekerja dengan baik
dan menguatkan mereka karena menyelesaikan pekerjaan
dengan baik. Siswa yang berprilaku buruk melihat bahwa
pekerjaan dipaksakan dan (diharapkan) untuk mengerjakan
kembali.
9. Lanjutan
Dalam studi klasik oleh Broden, Hall, Dunlap dan clasrk
(1970). Dua siswa kelas 2 yang senang menganggu. Edwin
dan Greg duduk berdampingan. Setelah periode garis dasar,
guru mulai memerhatikan dan memuji Edwin setiap kali dia
memberikan perhatian dan menyelesaikan pekerjaan
kelasnya. Perilaku Edwin meningkat secara mencolok dalam
kondisi ini. Namun yang lebih menarik ialah perilaku Greg
juga meningkat, walaupun tidak satu pun penguatan khusus
diarahkan kepada Greg. Rupanya Greg belajar dari
pengalaman Edwin.
10. Pembelajaran Mandiri
(Self-Regulated Learning )
Bandura (1997) berhipotesis bahwa orang mengamati
perilakunya sendiri, menilainya berdasarkan standarnya
sendiri, dan memperkuat atau menghukum diri sendiri,
Kita semua memiliki pengalaman mengetahui bahwa kita
telah melakukan pekerjaan kita dan secara mental
menepuk punggung kita sendiri, terlepas dari apa yang
orang lain katakan
11. Siswa dapat diajarkan untuk menggunakan strategi
kemandirian, dan mereka dapat diingatkan untuk
melakukannya dalam berbagai konteks sehingga
kemandirian menjadi kebiasaan.
Lanjutan
Misalnya siswa dapat diminta untuk menetapkan
tujuan untuk jumlah waktu yang mereka harapkan
untuk belajar setiap malam dan mencatat apakah
mereka memenuhi tujuan mereka atau tidak.
Siswa mungkin diminta untuk menilai esai mereka
sendiri dalam hal konten, mekanik, dan organisasi,
dan untuk melihat apakah mereka dapat
mencocokkan penilaian guru
12. Model Pembelajaran Mandiri dari Meichenbaum
( Meichenbaum’s model of self regulated learning )
Strategi Belajar Mandiri sering disebut Modifikasi
Perilaku Kognitif (Harris, Graham, & Pressley,
2001; Manning & Payne, 1996)
Meichenbaum (1977) menyatakan Siswa
diajarkan untuk memantau dan mengatur
perilakunya sendiri. Meichenbaum
mengembangkan strategi di mana siswa dilatih
untuk mengatakan kepada diri mereka sendiri,
"Apa masalah saya? Apa rencana saya? Apakah
saya menggunakan rencana saya? Bagaimana
saya melakukannya?"
13. Langkah-langkah yang terdapat dalam pembelajaran
mandiri diuraikan oleh Meichenbaum (1977) sebagai
berikut
1. Model orang dewasa melakukan tugas tertentu
sambil berbicara dengan keras (Modeling kognitif).
4. Anak membisikan instruksi kepada diri sendiri saat dia
menjalani tugas ( Panduan terbuka dan tidak terdengar)
3. Anak melakukan tugas sambil membelajarkan diri sendiri (Bimbingan diri
terbuka)
2. Anak melakukan tugas yang sama dibawah arahan
pembelajaran dari model (bimbingan eksternal)
5. Anak melakukan tugas untuk mencari kinerja tertentu dengan
melakukan percakapan pribadi (Instruksi tersembunyi kepada diri
sendiri).
14. Salah satu contoh cara untuk membantu anak-
anak terlibat dalam pembelajaran mandiri adalah
memberikan kepada siswa, ketika memberikan
tugas yang panjang atau kompleks, dengan
formulir untuk memantau kemajuan mereka.
Misalnya, guru dapat menugaskan siswa untuk
menulis laporan tentang kehidupan Martin Luther
King Jr. Siswa dapat diberikan daftar periksa
pemantauan diri sendiri berikut:
Lanjutan
16. BEKERJA SECARA EFISIEN
Gagasan di balik formulir ini adalah bahwa
membagi tugas yang kompleks menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil mendorong
siswa merasakan bahwa mereka melakukan
kemajuan kearah tujuan mereka yang lebih
besar. Memeriksa setiap langkah
memungkinkan mereka untuk memberikan
tepukan mental di punggung yang
memperkuat upaya mereka (Manning &
Payne, 1996).
Lanjutan
17. PenguatanDiriSendiri
(Self-Reinforcement)
Drabman, Spitalnik, dan O'Leary (1973) merancang dan
mengevaluasi prosedur klasik untuk mengajar siswa
mengatur perilaku mereka sendiri. Mereka meminta guru
untuk menilai perilaku siswa setiap hari dan memperkuat
siswa ketika mereka mendapatkan peringkat tinggi.
Kemudian mereka mengubah program. Mereka meminta
siswa untuk menebak peringkat apa yang diberikan guru
kepada mereka. Siswa diberi penguatan untuk menebak
dengan benar. Akhirnya, penguat secara bertahap dihapus.
18. Siswa yang merasa percaya diri dengan kemampuannya
menggunakan perilaku metakognitif dan motivasi diri
cenderung tinggi hasil pribadi (self-efficacy) keyakinan bahwa
usaha sendiri (bukan keberuntungan atau orang lain atau
faktor eksternal atau tak terkendali lainnya) menentukan
keberhasilan atau kegagalan seseorang. Keyakinan self-
efficacy mungkin merupakan faktor yang paling penting
(setelah kemampuan) dalam menentukan keberhasilan siswa
di sekolah (Bandura, 1997; Schunk & Zimmerman, 2003).
Lanjutan
19. KekuatandanKeterbatasanT
eoriPembelajaranPerilaku
Prinsip-prinsip yang melandasi teori-teori perilaku
kedudukannya kuat dalam psikologi, dan hal ini telah
ditunjukkan dalam berbagai situasi. Prinsip-prinsip ini
berguna untuk menjelaskan sebagian besar dari perilaku
manusia dan bahkan lebih berguna dalam mengubah
perilaku
Ahli teori pembelajaran perilaku terfokus pada perilaku
yang dapat diamati. Proses belajar yang kurang terlihat,
seperti pembentukan konsep, belajar dari teks,
pemecahan masalah, dan berpikir, sulit untuk diamati
secara langsung dan oleh karena itu jarang dipelajari
oleh ahli teori belajar perilaku.
20. Guru yang Intensional
1. Apa yang saya harapkan agar ketahui dan
dapat dilakukan siswa di akhir pelajaran
ini? Bagaimana hal ini berkontribusi pada
tujuan pengajaran dan kebutuhan siswa
untuk menjadi individu yang cakap?
2. Pengetahuan, keterampilan,
kebutuhan, dan minat apa yang
dimiliki siswa saya yang harus
diperhitungkan dalam pelajaran
saya?
3. Apa yang saya ketahui tentang isi pelajaran,
perkembangan anak, pembelajaran,
motivasi, dan strategi pengajaran efektif
yang dapat saya gunakan untuk mencapai
tujuan saya?
4. Materi instruksional, teknologi, bantuan, dan
sumber daya lain apa yang tersedia untuk
membantu mencapai tujuan saya?
5. Bagaimana saya akan
merencanakan untuk menilai
kemajuan siswa kearah tujuan
saya?
6. Bagaimana saya akan menanggapi jika
masing-masing anak atau kelas secara
keseluruhan tidak berada di jalur menuju
kesuksesan? Apa rencana cadangan saya?