2. Teori Pembelajaran
Tero Gestalt
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Pembelajaran
Dosen Pengampu : Wahidin
Disusun Oleh
Zhendy Kusumawardani
Maria Evi Kiswah
(115-12-025)
(115-12)
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA 2013
3. A. Prinsip umum teori Gestalt
Tokoh tokoh yang menggunakan teori Gestalt diantaranya Max Wertheimer,
Wolfgang kohler dan Kurt Koffka. Max Wertheimer adalah seorang psikolog
Jerman yang merupakan penemu teori gestalt. Gestalt merupakan keseluruhan
yang penuh arti, keseluruhan itu melebihi jumlah bagian bagiannnya.Prinsip
umum gestalt adalah:
Seluruhnya adalah primer,dan bagian lainnya termasuk sekunder atau bukan
hal pokok.
Keseluruhan bukan sekedar penjumlahan dari bagian.
Bagian tidak mempunyai makna apabila tidak ada konteks dalam keseluruhan.
Ketika para ahli psikologi gestalt beralih dari masalah pengamatan ke masalah
belajar, hasil yang telah sukses dalam penelitian mengenai pengamatan itu
dibawanya dalam studi mengenai belajar. Tokoh utama yang merumuskan
transfer dari pengamatan ke belajar ialah Koffka. Titik tolak yang digunakan
Koffka dalam mempersoalkan belajar adalah asumsi hukum pengamatan itu
berlaku bagi belajar. Hal ini berdasarkan pada kenyataan bahwa belajar itu
yang terpenting adalah penyesuaian pertama dan mendapat respon yang tepat.
Lilik Sriyanti,Psikologi Belajar,Stain Salatiga,hal.54.
4. Karena asumsi hukum-hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku
pada proses pengamatan dapat di transfer ke belajar, maka untuk
memahami proses belajar orang perlu memahami hukumhukum yang menguasai pengamatan itu. Hukum-hukum
pengamatan tersebut menurut Gestalt diantaranya:
Hukum Pragnanz
Menurut hukum pragnanz, apabila individu mengamati suatu objek,
maka individu tersebut cenderung memberikan kesan terhadap objek
yang diamati. Kesan itu berupa bentuk, warna, ukuran objek tersebut.
Hukum Figure-Ground Relationship
Prinsip dari hukum ini adalah suatu kenyataan bidang persepsi dapat
dibagi menjadi suatu objek perhatian dan bidang diffusi yang
merupakan latar belakang. Antara figur dengan latar belakang itu saling
berhubungan dan bisa berganti-ganti sesuai perhatian kita.
5. Hukum Similarity
Menurut hukum similarity,apabila kita melakukan pengamatan
pengamatan terhadap objek-objek yang mempunyai kemiripan,
maka akan diorganisir ke dalam satu persepsi
Hukum Proximity / Keterdekatan
Dalam mengamati suatu objek,kita akan lebih cenderung kearah
yang berdekatan sebagai satu kesatuan.
Prinsip inclusiveness
Prinsip ini lebih cenderung merespon objek dalam lingkungan yang
mempunyai jumlah stimulus yang terbanyak
Prinsip Commonfate / Kesamaan Arah
Prinsip kesamaan arah lebih cenderung melihat gerakan-gerakan objek
dalam arah yang sama sebagai satu unit persepsi.
6. Prinsip continuity ( Kesinambungan )
Prinsip ini menyatakan bahwa sesuatu yang lebih cenderung
membentuk sebuah kesinambungan, maka akan dipersepsikan manjadi
sebuah satu kesatuan.
Prinsip Closure ( Ketertutupan )
Prinsip ini menyatakan hal hal yang tertutup dan membentuk Gestalt.
7. B. Konsep belajar menurut teori
Gestalt
Teori gestalt sering juga disebut field theory atau insight full
learning. Menurut para ahli psikologi ini,manusia itu bukanlah hanya sekedar
makhluk reaksi yang hanya berbuat atau bereaksi jika ada perangsang yang
mempengaruhinya. Sebagai individu manusia berinteraksi dengan dunia luar
dengan kepribadiannya dan dengan caranya yang unik pula. Manusia tidak
secara langsung bereaksi dengan suatu perangsang,reaksinya itu tidak pula
dilakukan dengan membabi buta atau trial and error. Reaksi manusia dengan
dunia luar tergantung dengan bagaimana ia bisa menerima stimuli dan
bagaimana motif-motif yang ada pada dirinya.Dengan demikian belajar
menurut teori gestalt bukan hanya sekedar proses asosiasi antara stimulus
respons yang makin lama makin kuat karena adanya latihan-latihan atau
ulangan-ulangan.
Dalam proses belajar teori Gestalt tidak sependapat dengan kaum
behavioristik. Kaum behavioristik memandang bahwa belajar merupakan
proses stimulus yang bersifat mekanistik. Sementara menurut teori gestalt
belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman (insight). Teori gestalt
menyatakan bahwa yang paling penting dalam belajar adalah dipahaminya apa
yang dipelajari.
8. Untuk mengetahui fungsi insight dalam belajar, Kohler melakukan
percobaan terhadap simpanse yang diberi nama sultan. Kohler ingin membuktikan
bahwa simpanse dalam memecahkan masalah tidak hanya didasarkan pada
stimulus respon/trial and error saja,tetapi juga disebabkan oleh adanya pemahaman
terhadap masalah dan bagaimana cara memecahkan masalah tersebut.
Penelitian yang dilakukan Kohler telah melahirkan konsep belajar yang
menggunakan insight,dan sering disebut insightfuul learning. Menurut Sumadi
Suryabrata dalam Baharuddin dan Esa NW ( 2007 ), insightfuul learning
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Insight itu tergantung oleh kemampuan yang dimiliki individu,
kemampuan individu itu berbeda-beda.
Insight tergantung oleh pengalaman yang dimiliki individu. Latar belakang
pengalaman yang dimiliki individu ikut mempengaruhi terbentuknya
insight, tetapi juga tidak menjamin terbentuknya insight..
Insight tergantung oleh situasi yang melingkupinya. Belajar insight
mungkin terjadi apabila situasi belajar diatur sehingga semua aspek dapat
diobservasi.
Jika insight telah terbentuk, masalah pada situasi lain dapat terpecahkan.
9. Dengan singkat, menurut psikologi Gestalt dapat diterangkan sebagai berikut:
Dalam belajar faktor pemahaman atau insight merupakan faktor
terpenting, dengan belajar kita dapat memahami atau mengerti hubungan
antara pengetahuan dengan pengalaman.
Dalam belajar pribadi atau organisme memegang peranan yang
sentral,karena belajar tidak hanya dilakukan secara reaktifitas-mekanistis
belaka, tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan.
10. C. Penerapan Teori Gestalt Dalam
Kegiatan Belajar Mengajar
Teori gestalt dapat diterapkan dengan metode global, dalam metodeini
guru menyampaikan pokok-pokok materi secara umum terlebih
dahulu,kemudian baru diterangkan bagian bagian itu secara terperinci dan
mendalam. Metode global pada secara resmi digunakan dengan istilah S.A.S =>
Structural Analitis Sintetis.
Pada saat ini, metode global yang bersumber dari teori gestalt dijadikan
dasar dalam belajar membaca. Metode tersebut sering disebut metode
membaca global. Metode ini dirintis oleh Dr. Ovide De Croly. Metode
membaca global juga diterapkan dalam belajar membaca Al Qur’an yang sering
disebut model Iqra’. Seseorang dilatih membaca bacaan tanpa harus mengenal
huruf dan syakalnya. Metode gestalt juga dapat digunakan dalam menghafal
lagu dan syairnya,puisi,dan untuk menghafal surat-surat pendek dalam Al
Qur’an. Prinsip pelaksanaannya sama dengan model Iqra
Menurut Sri Surmini (1994), proses belajar membaca global dapat di
jelaskan sebagai berikut:
Pada permulaan sekali, anak telah di hadapkan pada cerita pendek yang
telah di kenal anak dalam kehidupan keluarga. Cerita ini jelas merupakan
satu kesatuan yang telah di kenal anak. Maka dengan mudah anak itu
segera dapat membaca seluruhnya secara hafalan. Biarakan murid
membaca sambil menunjuk kalimat yang tidak cocok dengan yang di
ucapkan.
11. Menguraikan cerita pendek tersebut menjadi kalimat-kalimat. Guru secara
alamiah (nature) menunjukkan bahwa cerita pendek itu terdiri dari
kalimat-kalimat. Misalnya dengan cara:
a.
Kalimat satu dengan lain di tulis dengan warana berbeda.
b.
Kalimat satu dengan lain di tulis dengan dengan jarak yang cukup
renggang. Biasanya setelah 2/3 minggu murid telah dapat
membedakan kalimat satu dengan yang lain. Murid telah niteni
kalimat-kalimat.
Memisahkan kalimat-kalimat menjadi kata-kata. Dapat dengan berbagai
cara, misal:
Tiap-tiap kata di tulis dengan warana yang berbeda-beda.
Tiap-tiap kata di tulis agak berjauhan.
Di tulis dengan susunan tiap kata semakin turun.
Di baca pelan-pelan sambil menunjuk tiap kata.
12. Memisahkan kata-kata menjadi suku kata dengan cara:
Tiap suku kata dengan warna berbeda.
Tiap suku kata di putus dengan batas strip.
Tiap suku kata di tulis agak jauh.
Tiap suku kata di tulis semakin menurun.
Tiap suku kata di tunjuk.
Tiap suku kata di baca dengan tekanan.
Memisahkan suku kata menjadi huruf. Dapat dengan cara:
Tiap huruf di tulis dengan warna berbeda.
Tiap huruf di tulis berpisah.
Tiap huruf di tulis semakin menurun.
Dalam fase ini, barulah murid mengajarkan bunyi tiap-tiap huruf (pertengahan tahun).
Setelah murid mengenal huruf, di ajarkan menyusun huruf menjadi suku kata.
Menyusun suku kata menjadi kata.
Menyusun kata menjadi kalimat.
13. D. Penerapan Teori Gestalt dalam penggunaan
metode pembelajaran
Teori gestalt telah banyak di jadikan dasar dalam penggunaan metode
pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan concept map (peta konsep)
merupakan salah satu metode pembelajaran yang di dasarkan pada teori
gestalt. Pembelajaran melalui concet map, guru sebelum menyampaikan
materi secara rinci, guru menyampaikan peta konsep yang menunjukkan
hubungan antar pokok materi yang satu dengan yang lainnya, sehingga
hubungan antar pokok materi tersebut membentuk sebuah satu kesatuan