SlideShare a Scribd company logo
1 of 60
Tinjauan Pustaka Imunologi




  HIGH SENSITIVITY C-REACTIVE PROTEIN
    ASPEK LABORATORIS DAN KLINIS


                              Oleh:
                       dr.I Nyoman Wande

                          Pembimbing:
               dr. Endang Retnowati, MS., SpPK(K)



                                                    1
PENDAHULUAN

 Inflamasi     akut     dicetuskan oleh
  infeksi, alergen dan trauma
 Inflamasi kronik berasal dari hasil
  perkembangan respon inflamasi akut
  atau primer.
 Inflamasi     kronis berperan utama
  terjadinya aterosklerosis

                                       2
C- reactive protein (CRP):
 Reaktan fase akut yang konsentrasinya
  meningkat dalam respon berbagai
  stimulasi radang.
 Ditemukan dalam semua cairan tubuh
  (kadar di bawah atau sama dengan 1
  mg/L).



                                      3
 CRP dan hs-CRP keduanya adalah uji untuk
  mengukur molekul yang sama di dalam darah.
 High sensitive C-Reactive Protein (hs-CRP):
  uji   untuk    menentukan     risiko  penyakit
  kardiovaskuler pada orang sehat dengan kadar <
  10 mg/L.
 CRP     untuk pasien dengan infeksi/
  peradangan disebabkan virus, bakteri atau
  pasien dengan penyakit inflamasi dengan kadar
  CRP > 10 mg/L.


                                              4
Hs-CRP

   Hs-CRP  CRP ditemukan tahun 1930
    oleh Tillet dan Francis.
   Nama       tersebut    berdasarkan pada
    observasi serum dari pasien yang baru
    sembuh dari infeksi pneumococcal
   C-presipitin  C-reactive protein



                                          5
Struktur CRP

   Keluarga pentraksin
   protein pengikat berbagai molekul fosforilkolin
    dengan bantuan kalsium.
   BM 118-144 kD
   lima subunit polipeptida (masing-masing 23
    kD terdiri dari 206 residu asam amino)
   Gen yang bertanggung jawab terdapat pada
    kromosom 1.


                                                  6
Gambar 1. Struktur CRP (Anonim, 2003)
                                        7
Fisiologi dan biokimia CRP

   CRP disintesis t.u. oleh hepatosit dan
    sebagian kecil di ekstra hepatik
   Sintesis ekstrahepatik: neuron, otot polos
    arteri,    tubulus       ginjal,    jaringan
    adipose, makrofag alveolar, monosit dan
    limfosit.
   Rangsangan sitokin: interleukin-6 (IL-6), IL-
    1β dan Tumor necrosing factor-α (TNF-α).
    Kecepatan normal sintesis: 1-10 mg/hari.

                                                8
 Respon fase akut  produksi CRP > 100 kali
  lipat  dalam sirkulasi sebanyak 1000 kali
  lipat dari kadar base line
 Kembali ke konsentrasi awal dalam waktu 7
  sampai 12 hari.
 Waktu paruh biologis CRP dalam plasma
  kira-kira 19 jam.
 Peningkatan        sintesis  CRP      akan
  meningkatkan viskositas plasma laju endap
  darah meningkat.

                                           9
Fungsi biologis CRP:
 Mengikat bahan eksogen dan endogen 
  membuang dari darah dan jaringan dengan
  opsonisasi,
 Mengaktivasi jalur komplemen klasik,
 Mengaktivasi makrofag limpa, mengikat limfosit
  T, limfosit B dan null, membran sel neutrofil,
 peran penting dalam opsonisasi, fagositosis dan
  sitotoksisitas yang diperantarai sel.


                                              10
Inflamasi kronik dan aterosklerosis

   Inflamasi kronis berperan utama peristiwa
    aterosklerosis  berhubungan dengan
    seluruh tahapan aterosklerosis dan kejadian
    penyakit kardiovaskuler
   Awal aterogenesis adalah aktivasi endotel
    yang disebabkan oleh berbagai faktor risiko.
   Dasar proses aterosklerosis: inflamasi
    proliferatif  kerusakan jaringan.
                                              11
Tahap paling awal aterosklerosis:
 Monosit menempel pada sel endotel
 Sel inflamasi memproduksi sitokin: IL-1, TNF-α,
  IFN-γ, IL-2, IL-4, IL-6, IL-10, M-CSF.  CRP .
 Monosit berdiferensiasi menjadi makrofag 
  menangkap fosfolipid  sel foam (busa).
 Adanya sitokin, matrix metalloproteinase,
  reactive oxigen dan faktor jaringan 
  melemahkan kerja lapisan fibrous kolagen 
  ruptur plak  trombus  aterosklerosis.

                                              12
CRP sebagai mediator aterosklerosis
 Penurunan stabilitas CRP pentamer  CRP
  pentamer menjadi CRP monomer.
 CRP monomer berikatan dengan membran sel
  pembuluh darah  meningkatkan aktivasi sel
  endotel  endotelin-1 dan IL-6  meningkatkan
  regulasi molekul adesi seperti intracellular
  adhesion molecule-1, vascular cell adhesion
  molecule-1    dan     E-selectin,     monocyte
  chemotactic protein-1.
 CRP memfasilitasi apoptosis sel endotel dan
  menghambat angiogenesis.

                                             13
Gambar 2. Peran monomer CRP sebagai mediator aterosklerosis.
                                                         14
Gambar 3. CRP pada konsentrasi yang diketahui dapat memprediksi penyakit
        kardiovaskuler, secara langsung berinteraksi dengan sel otot polos pembuluh
        darah yang meningkatkan angiotensin type 1 receptors (AT1-Rs)

                                                                               15
Hubungan antara hs-CRP dan sindroma metabolik


   CRP > 3 mg/L: risiko diabetes melitus 4-6 kali
    lebih tinggi.
   Sindroma metabolik  peningkatan leptin,
    insulin, PAI-I dan penurunan adiponectin
   Hiperleptinemia  asam lemak bebas (FFA)
          glukoneogenesis     dan      peningkatan
    fibrinogen, LDL, Apo B, trigliserida dan CRP.



                                                 16
Protein fase akut sebagai petanda inflamasi

  Kadarnya meningkat: CRP, Glikoprotein,
   alpha 1 antitripsin, amiloid serum A,
   haptoglobin, fibrinogen dan MBL (Mannan
   Binding Lectin).
  Protein fase akut yang kadarnya menurun:
   properdin dan albumin.
  CRP lebih sensitif sebagai petanda inflamasi
   karena protein fase akut lain dibentuk jauh
   lebih lambat.

                                             17
Gambar 4. Protein fase akut yang diproduksi di hepar (Anonim, 2003)
                                                                 18
ASPEK LABORATORIUM hs-CRP

Spesimen pemeriksaan:
 Darah vena  serum, plasma heparin atau
  EDTA.
 Pengambilan sampel darah tidak perlu
  puasa.
 Hs-CRP mempunyai variasi biologis karena
  berhubungan dengan inflamasi.


                                        19
Tabel 1. Karakteristik dan kondisi pasien dihubungkan dengan
peningkatan atau penurunan kadar hs-CRP. (Pearson et al, 2003)


          Increased levels                       Decreased levels

  Elevated blood pressure                     Moderate alcohol consumption
  Elevated body mass index                    Increased activity/ endurance
  Cigarette smoking                           exercise
  Metabolic syndrome/ diabetes mellitus       Weight loss
  Low HDL/ high triglycerides                 Medications:
  Estrogen/progestogen hormone use                Statins
  Chronic        infections    (gingivitis,       Fibrates
  bronchitis)                                     Niacin
  Chronic     inflammation   (rheumatoid
  arthritis)


                                                                        20
Stabilitas penyimpanan

 Suhu 20-250C  stabil selama 3 hari
 suhu 2-80C  8 hari
 suhu –200C  3 tahun
 jangka waktu lebih lama disimpan pada
  suhu –700C




                                      21
Pemeriksaan hs-CRP

   Metode   awal   yang   dipakai   adalah
    ELISA

   Uji metode kuantitatif hs-CRP:
        imunonefelometri
        imunoturbidimetri

        luminescent immunoassay


                                          22
Imunonefelometri:
   Partikel polystyrene yang dilapisi antibodi
    monoklonal terhadap CRP
   sampel diencerkan 20 kali lipat secara otomatis
   Dicampur dengan sampel yang mengandung
    CRP  teraglutinasi.
   Intensitas cahaya diukur dengan nefelometer
   Distandarisasi dengan CRM 470.
   Uji hs-CRP yang disetujui oleh FDA adalah
    metode imunonefelometri dari Dade Behring
    (kepekaan tinggi yaitu 0,15 mg/dL)
                                                23
Interpretasi pemeriksaan hs-CRP

   CDC (Centers for Disease Control and
    Prevention): nilai rujukan untuk orang sehat
    adalah 0,08-3,1 mg/L

   Rifai dan Ridker mengajukan interpretasi
    hasil pemeriksaan hs-CRP berdasarkan pada
    kuintil risiko  menggunakan algoritma
    penilaian risiko berdasarkan pada serial lima
    titik potong klinis untuk hs-CRP.
                                               24
Kuantil yang direkomendasikan sebagai berikut:
                                    0.1-0.7 mg/L
Quintile 1           Lowest risk
                                    hs-CRP

Quintile 2           Low risk       0.7-1.1

                     Moderate
Quintile 3                          1.2-1.9
                     risk

Quintile 4           High risk      2.0-3.8

Quintile 5           Highest risk   3.9-15.0


                                                   25
Octene dan kawan-kawan mempergunakan
  kuartil:
 Kuartil 1: dengan nilai ≤ 0,5 mg/L
 Kuartil 2: dengan nilai 0,51-0,99 mg/L
 Kuartil 3: dengan nilai 1,00-1,99 mg/L
 Kuartil 4: dengan nilai 2,0-15,0 mg/L.




                                       26
   Maret 2002  workshop American Heart Association
        (AHA) dan Centers for Disease Control (CDC)  hs-
        CRP sebagai petanda inflamasi
Tabel 2. Classification of Recommendation and levels of Evidence. (Beibly, 2003)
    Classification of Recommendation              Levels of Evidence

    Class I                                       Levels of Evidence A
    The procedure should be performed             The data is derived from multiple
                                                  randomized clinical trials

    Class IIa                                     Levels of Evidence B
    There is conflicting evidence and or          The data is derived from single
    Opinion: weight in favor of usefulness        randomized trial or non-randomized
                                                  studies
    Class IIb                                     Levels of Evidence C
    There is conflicting evidence and or          The data derived from consensus
    Opinion: usefulness is less well estabished   Opinion of experts

    Class III
    The procedure should not be performed
                                                                                   27
Ada 3 rekomendasi yang dihasilkan pada
 pertemuan tersebut, yaitu:
    A. Rekomendasi      untuk    Population
       Science
    B. Rekomendasi untuk praktek klinisi

    C. Rekomendasi    untuk    pemeriksaan
       laboratorium



                                         28
Rekomendasi untuk pemeriksaan laboratorium:
 1.   Hs-CRP mempunyai karakteristik analit dan
      pemeriksaan yang baik
 2.   pengukuran hs-CRP harus dilakukan 2 kali.
      Jika kadar hs-CRP > 10 mg/L, pemeriksaan
      harus diulang
 3.   kadar hs-CRP, dikategorikan:
       hs-CRP (mg/L)   Kategori risiko relatif
       < 1,0           rendah
       1,0-3,0         rata-rata/sedang
       3,1-10,0                 tinggi
       > 10,0          keradangan non-kardiovaskuler
 4.   hasil hs-CRP harus dinyatakan dalam mg/L
                                                       29
ASPEK KLINIS hs-CRP

Nilai  hs-CRP pada laki-laki      dan
  perempuan sehat untuk memprediksi:
       risiko serangan jantung,
       stroke,
       kematian jantung mendadak,
       penyakit pembuluh darah perifer
       meramalkan serangan jantung ulang
       meramalkan pasien pada tahap akut dari suatu
        serangan jantung.

                                                  30
Studi yang mendukung hs-CRP  indikator
    prognostik sindroma koroner akut:

 Liuzzo et al: Angina berat tipe unstable tanpa
  nekrosis miokard, hs-CRP > 3 mg/L 
  peningkatan angka kejadian angina berulang,
  revaskularisasi koroner, infark miokard dan
  kematian kardiovaskuler, rawat inap ulang
  akibat unstable angina dan infark miokard.
 Winter: hs-CRP > 5 mg/L + elevasi non-ST
  pada sindroma koroner akut (SKA) 
  peningkatan kejadian penyakit jantung dalam
  waktu 6 bulan.
                                             31
Studi yang mendukung hs-CRP  prediktor
       penyakit koroner pada penderita yang
    sebelumnya terdiagnosis penyakit koroner:
 ECAT (European Concerted Action on Throbosis
  and Disabilities): pasien stable angina dan
  unstable angina  kenaikan hs-CRP dikaitkan
  dengan kenaikan risiko relatif sebesar 45% pada
  infark miokard dan kematian akibat penyakit
  jantung mendadak 95%.
 CARE (Cholesterol and Recurrent Events):
  Konsentrasi hs-CRP pada kuintil tertinggi  80%
  kemungkinan untuk terkena penyakit koroner
  kurun waktu 5 tahun.
                                              32
Studi yang mendukung hs-CRP prediktor
     penyakit koroner akut untuk pertama kali:
   MRFIT (Multiple Risk Factors Intervention Trial):
    hubungan positif antara CRP dan kematian akibat PJK.
   PHS (Physicians’ Health Study): hs-CRP kuartil tertinggi
    memiliki 2x risiko stroke, 3x risiko infark miokard, 4x risiko
    PVD.
   CHS (Cardiovascular Health Study) dan RHPP (Rural
    Health Promotion Project): hubungan positif antara hs-
    CRP dengan kematian penyakit jantung koroner
   WHS (Women Health Study): hs-CRP adalah prediktor
    terkuat penyakit kardiovaskuler wanita.
   Helsinki Heart Study: kuartil tertinggi hs-CRP  risiko 3x
    lebih tinggi akan serangan infark miokard

                                                             33
Hs-CRP dan petanda penyakit
             kardiovaskuler lain




Gambar 5. Hs- CRP meningkatkan prediksi risiko pada semua level kadar LDL-C.
                                                                        34
Gambar 6. Event-Free Survival Cardiovascular yang didasarkan pada hs-
CRP    dikombinasikan dengan LDL-C

                                                                    35
RINGKASAN
 Hs-CRP merupakan indikator inflamasi yang
  berperan dalam terjadinya aterogenesis.
 Beberapa studi telah memberikan bukti:
  peningkatan hs-CRP dalam kisaran normal
  adalah berkaitan dengan risiko penyakit
  kardiovaskuler
 AHA dan CDC  pemeriksaan hs-CRP
  dimasukkan dalam 3 kelompok: risiko rendah
  (< 1,0 mg/L) risiko sedang (1,0-3,0 mg/L) dan
  risiko tinggi (>3,0 mg/L).

                                             36
 Metode pemeriksaan hs-CRP yang disetujui
  oleh FDA adalah metode imunonefelometri
  dari Dade Behring.
 Pemeriksaan hs-CRP tidak menggantikan
  melainkan harus ditambahkan pada evaluasi
  terhadap profil lipid




                                         37
38
 Inflamasi: mekanisme proteksi yang
  terbatas terhadap trauma atau invasi
  mikroba
 Diperlukan tubuh untuk mempertahankan
  diri dari berbagai bahaya
 ditandai oleh perpindahan cairan, protein
  plasma dan lekosit dari sirkulasi ke jaringan
  sebagai respon terhadap bahaya


                                             39
Inflamasi akut

 Dicetuskan oleh trauma, infeksi, alergen
  dan otoimun.
 Ditandai oleh penglepasan mediator sel
  mast setempat, aktivasi komplemen, sistem
  koagulasi, sel-sel inflamasi dan sel endotel
   efek sistemik seperti panas, netrofilia
  dan protein fase akut seperti CRP

                                            40
   Tracy dan Campbell menyebutkan bahwa banyak
    individu yang akan dikelompokkan dalam kuintil
    risiko berbeda jika hs-CRP diukur beberapa kali




    Gambar 4. Rentang observasi masing-masing pasien pada
      skala konsentrasi yang sama dengan cutoffs kuantil
                                                            41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
Immunoturbidity assay
 Merupakan cara penentuan CRP
  secara kuantitatif
 Prinsip:
  antibodi anti CRP bereaksi dengan
  antigen pada sampel membentuk
  komplek Ag-Ab. Setelah terjadi
  aglutinasi (kekeruhan/turbidity) sampel
  diukur secara turbidometrik

                                            57
Luminescent Immunoassay
 Ab atau Ag diikatkan atau dikonjugasikan
  pada bahan luminescent
 Konjugat tersebut kemudian direaksikan
  dengan lawan imunnya yang tidak diketahui
 Hasil reaksi tersebut selanjutnya diukur
  dengan luminometer.


                                          58
 Pada fluorescens  energi
  pembangkitnya adalah cahaya
 Pada luminesens energi tersebut
  dibangkitkan oleh suatu reaksi kimiawi.
 Dibagi menjadi 2 kelompok;
         BIOLUMINESENS
         KEMILUMINESENS
   Prinsip dasar LIA maupun
    Immunoluminometric assay (ILMA)
    hampir sama dengan uji IFA atau RIA
    dan IRMA.
                                            59
   Matrik metaloprotein yaitu:
    protein yang memiliki satu atau lebih ion
    logam yang terikat erat membentuk
    bagian strukturnya.




                                            60

More Related Content

What's hot

pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.pptpemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.pptdryuby
 
Fajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysisFajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysispdspatklinsby
 
Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleurapdspatklinsby
 
Pemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesPemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesAmat Rajasa
 
Pemeriksaan laboratorium mikrobiologi
Pemeriksaan laboratorium mikrobiologiPemeriksaan laboratorium mikrobiologi
Pemeriksaan laboratorium mikrobiologiFina Fe
 
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4tristyanto
 
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPatriciaGitaNaully
 
Thalasemia Case Report
Thalasemia Case ReportThalasemia Case Report
Thalasemia Case ReportPhil Adit R
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKPhil Adit R
 
Alur diagnosis tb tb ro dan pemeriksaan lab tb ro
Alur diagnosis tb tb ro dan pemeriksaan lab tb roAlur diagnosis tb tb ro dan pemeriksaan lab tb ro
Alur diagnosis tb tb ro dan pemeriksaan lab tb royosef sugi
 
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampelPenanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampelAhmadPurnawarmanFais
 

What's hot (20)

Rkk26
Rkk26Rkk26
Rkk26
 
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.pptpemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
 
Fajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysisFajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysis
 
Aki
AkiAki
Aki
 
Th2
Th2Th2
Th2
 
Ti14
Ti14Ti14
Ti14
 
Eritropoiesis
EritropoiesisEritropoiesis
Eritropoiesis
 
Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleura
 
Pemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesPemeriksaan faeses
Pemeriksaan faeses
 
Sel darah merah
Sel darah merahSel darah merah
Sel darah merah
 
Pemeriksaan laboratorium mikrobiologi
Pemeriksaan laboratorium mikrobiologiPemeriksaan laboratorium mikrobiologi
Pemeriksaan laboratorium mikrobiologi
 
Tkik5
Tkik5Tkik5
Tkik5
 
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Tutor hema hotim
Tutor hema hotimTutor hema hotim
Tutor hema hotim
 
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
 
Thalasemia Case Report
Thalasemia Case ReportThalasemia Case Report
Thalasemia Case Report
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
 
Alur diagnosis tb tb ro dan pemeriksaan lab tb ro
Alur diagnosis tb tb ro dan pemeriksaan lab tb roAlur diagnosis tb tb ro dan pemeriksaan lab tb ro
Alur diagnosis tb tb ro dan pemeriksaan lab tb ro
 
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampelPenanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
 

Similar to Rim5

Pemeriksaan Lab sebagia indikator sepsis dan syok septik
Pemeriksaan Lab sebagia indikator sepsis dan syok septikPemeriksaan Lab sebagia indikator sepsis dan syok septik
Pemeriksaan Lab sebagia indikator sepsis dan syok septikMuhamadFandi
 
PPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptx
PPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptxPPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptx
PPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptxAhmadFahrozi7
 
BOOKREADING SEPSIS.pptx
BOOKREADING SEPSIS.pptxBOOKREADING SEPSIS.pptx
BOOKREADING SEPSIS.pptxRyanHendri
 
Autoimmune diseases clinical spectrum and diagnosis approach
Autoimmune diseases clinical spectrum and diagnosis approachAutoimmune diseases clinical spectrum and diagnosis approach
Autoimmune diseases clinical spectrum and diagnosis approachRachmat Gunadi Wachjudi
 
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptx
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptxNEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptx
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptxFadlyMuchtar2
 
Ppt sle trisula
Ppt sle trisulaPpt sle trisula
Ppt sle trisulakikin3007
 
Pemeriksaan (crp) xii tlm
Pemeriksaan (crp) xii tlmPemeriksaan (crp) xii tlm
Pemeriksaan (crp) xii tlmhenirahayu8
 
Pemeriksaan (crp) xi tlm
Pemeriksaan (crp) xi tlmPemeriksaan (crp) xi tlm
Pemeriksaan (crp) xi tlmmateripptgc
 
Nefritis lupus
Nefritis    lupusNefritis    lupus
Nefritis lupusfauzil
 
Pemeriksaan Laboratorium Pada Penyakit Jantung.pptx
Pemeriksaan Laboratorium Pada Penyakit Jantung.pptxPemeriksaan Laboratorium Pada Penyakit Jantung.pptx
Pemeriksaan Laboratorium Pada Penyakit Jantung.pptxLABKECE
 
Diabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarikDiabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarikPeter Giarso
 
Imunbaru
ImunbaruImunbaru
Imunbaruandreei
 
Immunologi rekam medik kelompok 2 ganjil
Immunologi rekam medik kelompok 2 ganjilImmunologi rekam medik kelompok 2 ganjil
Immunologi rekam medik kelompok 2 ganjilindaharya
 
JR- Kelompok 3-1.pptx
JR- Kelompok 3-1.pptxJR- Kelompok 3-1.pptx
JR- Kelompok 3-1.pptxCalystaCitra
 

Similar to Rim5 (20)

Rkk17
Rkk17Rkk17
Rkk17
 
Bedah emir jehan
Bedah emir jehanBedah emir jehan
Bedah emir jehan
 
Pemeriksaan Lab sebagia indikator sepsis dan syok septik
Pemeriksaan Lab sebagia indikator sepsis dan syok septikPemeriksaan Lab sebagia indikator sepsis dan syok septik
Pemeriksaan Lab sebagia indikator sepsis dan syok septik
 
PPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptx
PPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptxPPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptx
PPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptx
 
BOOKREADING SEPSIS.pptx
BOOKREADING SEPSIS.pptxBOOKREADING SEPSIS.pptx
BOOKREADING SEPSIS.pptx
 
Autoimmune diseases clinical spectrum and diagnosis approach
Autoimmune diseases clinical spectrum and diagnosis approachAutoimmune diseases clinical spectrum and diagnosis approach
Autoimmune diseases clinical spectrum and diagnosis approach
 
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptx
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptxNEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptx
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptx
 
Ppt sle trisula
Ppt sle trisulaPpt sle trisula
Ppt sle trisula
 
Pemeriksaan (crp) xii tlm
Pemeriksaan (crp) xii tlmPemeriksaan (crp) xii tlm
Pemeriksaan (crp) xii tlm
 
Pemeriksaan (crp) xi tlm
Pemeriksaan (crp) xi tlmPemeriksaan (crp) xi tlm
Pemeriksaan (crp) xi tlm
 
Nefritis lupus
Nefritis    lupusNefritis    lupus
Nefritis lupus
 
Pemeriksaan Laboratorium Pada Penyakit Jantung.pptx
Pemeriksaan Laboratorium Pada Penyakit Jantung.pptxPemeriksaan Laboratorium Pada Penyakit Jantung.pptx
Pemeriksaan Laboratorium Pada Penyakit Jantung.pptx
 
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
 
tugas sepsis.pptx
tugas sepsis.pptxtugas sepsis.pptx
tugas sepsis.pptx
 
Sepsis_Kuliah_S1_2023.pptx
Sepsis_Kuliah_S1_2023.pptxSepsis_Kuliah_S1_2023.pptx
Sepsis_Kuliah_S1_2023.pptx
 
Diabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarikDiabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarik
 
Imunbaru
ImunbaruImunbaru
Imunbaru
 
Immunologi rekam medik kelompok 2 ganjil
Immunologi rekam medik kelompok 2 ganjilImmunologi rekam medik kelompok 2 ganjil
Immunologi rekam medik kelompok 2 ganjil
 
JR- Kelompok 3-1.pptx
JR- Kelompok 3-1.pptxJR- Kelompok 3-1.pptx
JR- Kelompok 3-1.pptx
 
Lupus eritematosus sistemik d&t gunadi
Lupus eritematosus sistemik d&t gunadiLupus eritematosus sistemik d&t gunadi
Lupus eritematosus sistemik d&t gunadi
 

More from andreei

More from andreei (20)

Tibaru18
Tibaru18Tibaru18
Tibaru18
 
Tibaru17
Tibaru17Tibaru17
Tibaru17
 
Tibaru16
Tibaru16Tibaru16
Tibaru16
 
Tibaru15
Tibaru15Tibaru15
Tibaru15
 
Tibaru14
Tibaru14Tibaru14
Tibaru14
 
Tibaru13
Tibaru13Tibaru13
Tibaru13
 
Tibaru12
Tibaru12Tibaru12
Tibaru12
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11
 
Tibaru9
Tibaru9Tibaru9
Tibaru9
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11
 
Tibaru10
Tibaru10Tibaru10
Tibaru10
 
Tibaru8
Tibaru8Tibaru8
Tibaru8
 
Tibaru7
Tibaru7Tibaru7
Tibaru7
 
Refhemabaru8
Refhemabaru8Refhemabaru8
Refhemabaru8
 
Refhemabaru7
Refhemabaru7Refhemabaru7
Refhemabaru7
 
Refhemabaru6
Refhemabaru6Refhemabaru6
Refhemabaru6
 
Refhemabaru5
Refhemabaru5Refhemabaru5
Refhemabaru5
 
12
1212
12
 
12
1212
12
 
11
1111
11
 

Rim5

  • 1. Tinjauan Pustaka Imunologi HIGH SENSITIVITY C-REACTIVE PROTEIN ASPEK LABORATORIS DAN KLINIS Oleh: dr.I Nyoman Wande Pembimbing: dr. Endang Retnowati, MS., SpPK(K) 1
  • 2. PENDAHULUAN  Inflamasi akut dicetuskan oleh infeksi, alergen dan trauma  Inflamasi kronik berasal dari hasil perkembangan respon inflamasi akut atau primer.  Inflamasi kronis berperan utama terjadinya aterosklerosis 2
  • 3. C- reactive protein (CRP):  Reaktan fase akut yang konsentrasinya meningkat dalam respon berbagai stimulasi radang.  Ditemukan dalam semua cairan tubuh (kadar di bawah atau sama dengan 1 mg/L). 3
  • 4.  CRP dan hs-CRP keduanya adalah uji untuk mengukur molekul yang sama di dalam darah.  High sensitive C-Reactive Protein (hs-CRP): uji untuk menentukan risiko penyakit kardiovaskuler pada orang sehat dengan kadar < 10 mg/L.  CRP  untuk pasien dengan infeksi/ peradangan disebabkan virus, bakteri atau pasien dengan penyakit inflamasi dengan kadar CRP > 10 mg/L. 4
  • 5. Hs-CRP  Hs-CRP  CRP ditemukan tahun 1930 oleh Tillet dan Francis.  Nama tersebut berdasarkan pada observasi serum dari pasien yang baru sembuh dari infeksi pneumococcal  C-presipitin  C-reactive protein 5
  • 6. Struktur CRP  Keluarga pentraksin  protein pengikat berbagai molekul fosforilkolin dengan bantuan kalsium.  BM 118-144 kD  lima subunit polipeptida (masing-masing 23 kD terdiri dari 206 residu asam amino)  Gen yang bertanggung jawab terdapat pada kromosom 1. 6
  • 7. Gambar 1. Struktur CRP (Anonim, 2003) 7
  • 8. Fisiologi dan biokimia CRP  CRP disintesis t.u. oleh hepatosit dan sebagian kecil di ekstra hepatik  Sintesis ekstrahepatik: neuron, otot polos arteri, tubulus ginjal, jaringan adipose, makrofag alveolar, monosit dan limfosit.  Rangsangan sitokin: interleukin-6 (IL-6), IL- 1β dan Tumor necrosing factor-α (TNF-α). Kecepatan normal sintesis: 1-10 mg/hari. 8
  • 9.  Respon fase akut  produksi CRP > 100 kali lipat  dalam sirkulasi sebanyak 1000 kali lipat dari kadar base line  Kembali ke konsentrasi awal dalam waktu 7 sampai 12 hari.  Waktu paruh biologis CRP dalam plasma kira-kira 19 jam.  Peningkatan sintesis CRP akan meningkatkan viskositas plasma laju endap darah meningkat. 9
  • 10. Fungsi biologis CRP:  Mengikat bahan eksogen dan endogen  membuang dari darah dan jaringan dengan opsonisasi,  Mengaktivasi jalur komplemen klasik,  Mengaktivasi makrofag limpa, mengikat limfosit T, limfosit B dan null, membran sel neutrofil,  peran penting dalam opsonisasi, fagositosis dan sitotoksisitas yang diperantarai sel. 10
  • 11. Inflamasi kronik dan aterosklerosis  Inflamasi kronis berperan utama peristiwa aterosklerosis  berhubungan dengan seluruh tahapan aterosklerosis dan kejadian penyakit kardiovaskuler  Awal aterogenesis adalah aktivasi endotel yang disebabkan oleh berbagai faktor risiko.  Dasar proses aterosklerosis: inflamasi proliferatif  kerusakan jaringan. 11
  • 12. Tahap paling awal aterosklerosis:  Monosit menempel pada sel endotel  Sel inflamasi memproduksi sitokin: IL-1, TNF-α, IFN-γ, IL-2, IL-4, IL-6, IL-10, M-CSF.  CRP .  Monosit berdiferensiasi menjadi makrofag  menangkap fosfolipid  sel foam (busa).  Adanya sitokin, matrix metalloproteinase, reactive oxigen dan faktor jaringan  melemahkan kerja lapisan fibrous kolagen  ruptur plak  trombus  aterosklerosis. 12
  • 13. CRP sebagai mediator aterosklerosis  Penurunan stabilitas CRP pentamer  CRP pentamer menjadi CRP monomer.  CRP monomer berikatan dengan membran sel pembuluh darah  meningkatkan aktivasi sel endotel  endotelin-1 dan IL-6  meningkatkan regulasi molekul adesi seperti intracellular adhesion molecule-1, vascular cell adhesion molecule-1 dan E-selectin, monocyte chemotactic protein-1.  CRP memfasilitasi apoptosis sel endotel dan menghambat angiogenesis. 13
  • 14. Gambar 2. Peran monomer CRP sebagai mediator aterosklerosis. 14
  • 15. Gambar 3. CRP pada konsentrasi yang diketahui dapat memprediksi penyakit kardiovaskuler, secara langsung berinteraksi dengan sel otot polos pembuluh darah yang meningkatkan angiotensin type 1 receptors (AT1-Rs) 15
  • 16. Hubungan antara hs-CRP dan sindroma metabolik  CRP > 3 mg/L: risiko diabetes melitus 4-6 kali lebih tinggi.  Sindroma metabolik  peningkatan leptin, insulin, PAI-I dan penurunan adiponectin  Hiperleptinemia  asam lemak bebas (FFA)  glukoneogenesis dan peningkatan fibrinogen, LDL, Apo B, trigliserida dan CRP. 16
  • 17. Protein fase akut sebagai petanda inflamasi  Kadarnya meningkat: CRP, Glikoprotein, alpha 1 antitripsin, amiloid serum A, haptoglobin, fibrinogen dan MBL (Mannan Binding Lectin).  Protein fase akut yang kadarnya menurun: properdin dan albumin.  CRP lebih sensitif sebagai petanda inflamasi karena protein fase akut lain dibentuk jauh lebih lambat. 17
  • 18. Gambar 4. Protein fase akut yang diproduksi di hepar (Anonim, 2003) 18
  • 19. ASPEK LABORATORIUM hs-CRP Spesimen pemeriksaan:  Darah vena  serum, plasma heparin atau EDTA.  Pengambilan sampel darah tidak perlu puasa.  Hs-CRP mempunyai variasi biologis karena berhubungan dengan inflamasi. 19
  • 20. Tabel 1. Karakteristik dan kondisi pasien dihubungkan dengan peningkatan atau penurunan kadar hs-CRP. (Pearson et al, 2003) Increased levels Decreased levels Elevated blood pressure Moderate alcohol consumption Elevated body mass index Increased activity/ endurance Cigarette smoking exercise Metabolic syndrome/ diabetes mellitus Weight loss Low HDL/ high triglycerides Medications: Estrogen/progestogen hormone use Statins Chronic infections (gingivitis, Fibrates bronchitis) Niacin Chronic inflammation (rheumatoid arthritis) 20
  • 21. Stabilitas penyimpanan  Suhu 20-250C  stabil selama 3 hari  suhu 2-80C  8 hari  suhu –200C  3 tahun  jangka waktu lebih lama disimpan pada suhu –700C 21
  • 22. Pemeriksaan hs-CRP  Metode awal yang dipakai adalah ELISA  Uji metode kuantitatif hs-CRP:  imunonefelometri  imunoturbidimetri  luminescent immunoassay 22
  • 23. Imunonefelometri:  Partikel polystyrene yang dilapisi antibodi monoklonal terhadap CRP  sampel diencerkan 20 kali lipat secara otomatis  Dicampur dengan sampel yang mengandung CRP  teraglutinasi.  Intensitas cahaya diukur dengan nefelometer  Distandarisasi dengan CRM 470.  Uji hs-CRP yang disetujui oleh FDA adalah metode imunonefelometri dari Dade Behring (kepekaan tinggi yaitu 0,15 mg/dL) 23
  • 24. Interpretasi pemeriksaan hs-CRP  CDC (Centers for Disease Control and Prevention): nilai rujukan untuk orang sehat adalah 0,08-3,1 mg/L  Rifai dan Ridker mengajukan interpretasi hasil pemeriksaan hs-CRP berdasarkan pada kuintil risiko  menggunakan algoritma penilaian risiko berdasarkan pada serial lima titik potong klinis untuk hs-CRP. 24
  • 25. Kuantil yang direkomendasikan sebagai berikut: 0.1-0.7 mg/L Quintile 1 Lowest risk hs-CRP Quintile 2 Low risk 0.7-1.1 Moderate Quintile 3 1.2-1.9 risk Quintile 4 High risk 2.0-3.8 Quintile 5 Highest risk 3.9-15.0 25
  • 26. Octene dan kawan-kawan mempergunakan kuartil:  Kuartil 1: dengan nilai ≤ 0,5 mg/L  Kuartil 2: dengan nilai 0,51-0,99 mg/L  Kuartil 3: dengan nilai 1,00-1,99 mg/L  Kuartil 4: dengan nilai 2,0-15,0 mg/L. 26
  • 27. Maret 2002  workshop American Heart Association (AHA) dan Centers for Disease Control (CDC)  hs- CRP sebagai petanda inflamasi Tabel 2. Classification of Recommendation and levels of Evidence. (Beibly, 2003) Classification of Recommendation Levels of Evidence Class I Levels of Evidence A The procedure should be performed The data is derived from multiple randomized clinical trials Class IIa Levels of Evidence B There is conflicting evidence and or The data is derived from single Opinion: weight in favor of usefulness randomized trial or non-randomized studies Class IIb Levels of Evidence C There is conflicting evidence and or The data derived from consensus Opinion: usefulness is less well estabished Opinion of experts Class III The procedure should not be performed 27
  • 28. Ada 3 rekomendasi yang dihasilkan pada pertemuan tersebut, yaitu: A. Rekomendasi untuk Population Science B. Rekomendasi untuk praktek klinisi C. Rekomendasi untuk pemeriksaan laboratorium 28
  • 29. Rekomendasi untuk pemeriksaan laboratorium: 1. Hs-CRP mempunyai karakteristik analit dan pemeriksaan yang baik 2. pengukuran hs-CRP harus dilakukan 2 kali. Jika kadar hs-CRP > 10 mg/L, pemeriksaan harus diulang 3. kadar hs-CRP, dikategorikan: hs-CRP (mg/L) Kategori risiko relatif < 1,0 rendah 1,0-3,0 rata-rata/sedang 3,1-10,0 tinggi > 10,0 keradangan non-kardiovaskuler 4. hasil hs-CRP harus dinyatakan dalam mg/L 29
  • 30. ASPEK KLINIS hs-CRP Nilai hs-CRP pada laki-laki dan perempuan sehat untuk memprediksi:  risiko serangan jantung,  stroke,  kematian jantung mendadak,  penyakit pembuluh darah perifer  meramalkan serangan jantung ulang  meramalkan pasien pada tahap akut dari suatu serangan jantung. 30
  • 31. Studi yang mendukung hs-CRP  indikator prognostik sindroma koroner akut:  Liuzzo et al: Angina berat tipe unstable tanpa nekrosis miokard, hs-CRP > 3 mg/L  peningkatan angka kejadian angina berulang, revaskularisasi koroner, infark miokard dan kematian kardiovaskuler, rawat inap ulang akibat unstable angina dan infark miokard.  Winter: hs-CRP > 5 mg/L + elevasi non-ST pada sindroma koroner akut (SKA)  peningkatan kejadian penyakit jantung dalam waktu 6 bulan. 31
  • 32. Studi yang mendukung hs-CRP  prediktor penyakit koroner pada penderita yang sebelumnya terdiagnosis penyakit koroner:  ECAT (European Concerted Action on Throbosis and Disabilities): pasien stable angina dan unstable angina  kenaikan hs-CRP dikaitkan dengan kenaikan risiko relatif sebesar 45% pada infark miokard dan kematian akibat penyakit jantung mendadak 95%.  CARE (Cholesterol and Recurrent Events): Konsentrasi hs-CRP pada kuintil tertinggi  80% kemungkinan untuk terkena penyakit koroner kurun waktu 5 tahun. 32
  • 33. Studi yang mendukung hs-CRP prediktor penyakit koroner akut untuk pertama kali:  MRFIT (Multiple Risk Factors Intervention Trial): hubungan positif antara CRP dan kematian akibat PJK.  PHS (Physicians’ Health Study): hs-CRP kuartil tertinggi memiliki 2x risiko stroke, 3x risiko infark miokard, 4x risiko PVD.  CHS (Cardiovascular Health Study) dan RHPP (Rural Health Promotion Project): hubungan positif antara hs- CRP dengan kematian penyakit jantung koroner  WHS (Women Health Study): hs-CRP adalah prediktor terkuat penyakit kardiovaskuler wanita.  Helsinki Heart Study: kuartil tertinggi hs-CRP  risiko 3x lebih tinggi akan serangan infark miokard 33
  • 34. Hs-CRP dan petanda penyakit kardiovaskuler lain Gambar 5. Hs- CRP meningkatkan prediksi risiko pada semua level kadar LDL-C. 34
  • 35. Gambar 6. Event-Free Survival Cardiovascular yang didasarkan pada hs- CRP dikombinasikan dengan LDL-C 35
  • 36. RINGKASAN  Hs-CRP merupakan indikator inflamasi yang berperan dalam terjadinya aterogenesis.  Beberapa studi telah memberikan bukti: peningkatan hs-CRP dalam kisaran normal adalah berkaitan dengan risiko penyakit kardiovaskuler  AHA dan CDC  pemeriksaan hs-CRP dimasukkan dalam 3 kelompok: risiko rendah (< 1,0 mg/L) risiko sedang (1,0-3,0 mg/L) dan risiko tinggi (>3,0 mg/L). 36
  • 37.  Metode pemeriksaan hs-CRP yang disetujui oleh FDA adalah metode imunonefelometri dari Dade Behring.  Pemeriksaan hs-CRP tidak menggantikan melainkan harus ditambahkan pada evaluasi terhadap profil lipid 37
  • 38. 38
  • 39.  Inflamasi: mekanisme proteksi yang terbatas terhadap trauma atau invasi mikroba  Diperlukan tubuh untuk mempertahankan diri dari berbagai bahaya  ditandai oleh perpindahan cairan, protein plasma dan lekosit dari sirkulasi ke jaringan sebagai respon terhadap bahaya 39
  • 40. Inflamasi akut  Dicetuskan oleh trauma, infeksi, alergen dan otoimun.  Ditandai oleh penglepasan mediator sel mast setempat, aktivasi komplemen, sistem koagulasi, sel-sel inflamasi dan sel endotel  efek sistemik seperti panas, netrofilia dan protein fase akut seperti CRP 40
  • 41. Tracy dan Campbell menyebutkan bahwa banyak individu yang akan dikelompokkan dalam kuintil risiko berbeda jika hs-CRP diukur beberapa kali Gambar 4. Rentang observasi masing-masing pasien pada skala konsentrasi yang sama dengan cutoffs kuantil 41
  • 42. 42
  • 43. 43
  • 44. 44
  • 45. 45
  • 46. 46
  • 47. 47
  • 48. 48
  • 49. 49
  • 50. 50
  • 51. 51
  • 52. 52
  • 53. 53
  • 54. 54
  • 55. 55
  • 56. 56
  • 57. Immunoturbidity assay  Merupakan cara penentuan CRP secara kuantitatif  Prinsip: antibodi anti CRP bereaksi dengan antigen pada sampel membentuk komplek Ag-Ab. Setelah terjadi aglutinasi (kekeruhan/turbidity) sampel diukur secara turbidometrik 57
  • 58. Luminescent Immunoassay  Ab atau Ag diikatkan atau dikonjugasikan pada bahan luminescent  Konjugat tersebut kemudian direaksikan dengan lawan imunnya yang tidak diketahui  Hasil reaksi tersebut selanjutnya diukur dengan luminometer. 58
  • 59.  Pada fluorescens  energi pembangkitnya adalah cahaya  Pada luminesens energi tersebut dibangkitkan oleh suatu reaksi kimiawi.  Dibagi menjadi 2 kelompok;  BIOLUMINESENS  KEMILUMINESENS  Prinsip dasar LIA maupun Immunoluminometric assay (ILMA) hampir sama dengan uji IFA atau RIA dan IRMA. 59
  • 60. Matrik metaloprotein yaitu: protein yang memiliki satu atau lebih ion logam yang terikat erat membentuk bagian strukturnya. 60