SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
Systemic lupus
erythematosus
PENDAHULUAN
 SLE : penyakit autoimun sistemik kronik
 Ditandai dengan terbentuknya berbagai macam antibodi yang membentuk kompleks
imun dan menimbulkan reaksi inflamasi
 Manifestasi klinik SLE ditandai dengan multi organ failure dengan variasi yang sangat luas
 Gejalanya mulai dari yang ringan hanya berupa rash dan artritis atau berat yang
menyerang organ-organ vital, misalnya lupus nefritis, lupus cerebral (neuropsikiatrik
lupus), pneumonitis dan perdarahan paru
 Etiopatologi SLE diduga melibatkan interaksi yang kompleks dan multifaktorial antara
variasi genetik dan faktor lingkungan
 Perjalanan penyakit bersifat fluktuatif yang sangat tergantung dengan faktor gen penentu
aktivitas penyakit dan stresor sehingga masa tenang dan flare up berbeda-beda pada
setiap orang
EPIDEMIOLOGI
 Banyak menyerang wanita usia muda dengan umur antara 13-40 tahun, jarang dijumpai
pada lanjut usia.
 Perbandingan jumlah pasien antara wanita dan pria adalah 9:1
 Angka kejadian diperkirakan antara 15-50 kasus per 100.000 penduduk
 Di USA, Afrika dan Hispanik insiden SLE sangat tinggi bila dibandingkan dengan
Caucasians
 Pada daerah etnis Asian, etnis China, Jepang dan Filipina lebih tinggi dibanding India dan
Pakistan
IMUNOPATOGENESIS
 Gen-gen penting yang berhubungan dengan respon imun dan sistem
inflamasi pada SLE adalah HLA-DR, PTPN22, STAT4, IRF5, BLK, OX40L,
FCGR2A, BANK1, SPP1, IRAK1, TNFAIP3, C2, C4, CIq, PXK), DNA repairs
(TREX1), adherence of inflammatory cells to the endothelium (ITGAM),
and tissue response to injury (KLK1, KLK3).
 Beberapa lokus gen tidak hanya menjelaskan kerentanan penyakit, tapi
juga beratnya penyakit.
 STAT4 faktor resiko genetik untuk reumatoid artritis dan SLE yang berat
 Komponen yang paling penting adalah TNFAIP3 yang
mengimplikasikan setidaknya 6 penyakit autoimun dan SLE
Abnormalitas imun pada SLE
Profil antibodi pada SLE
• Correlations between autoantibodies and clinical features
-------------------------------------------------------------
• Autoantibody Clinical features
• dsDNA ? Nephritis
SLE activity
• Ro photosensitivity
• La sicca syndrome subacute
cutaneous lupus
neonatal lupus
congenital heart block
• Sm specific for SLE
• U1RNP Raynaud's lYmphadenopathy
erosive arthritis?
protection against nephritis
• ANTIPHOSPHOLIPID
thrombosis (venous and
arterial)recurrent pregnancy loss
thrombocytopenia pre-eclampsia
MANIFESTASI KLINIK SLE
 Manifestasi klinik SLE sangat bervariasi tergantung sistem organ
mana yang terlibat misalnya dari kulit, membrana mukosa, sendi,
ginjal, otak, paru, jantung, gastrointestinal, hematologi dan lain-
lainnya.
 Pada awal penyakit ditandai dengan gejala klinik yang tidak spesifik
antara lain: lemah, lesu, panas, mual, nafsu makan menurun dan
berat badan menurun.
Manifestasi pada kulit
Lesi spesifik pada SLE
1. Lesi kulit akut (acute cutaneus LE)
- Lokal
- General
2. Lesi kulit sub akut (subacute cutaneus LE)
- Anuler
- Papulo – skuamosa (psoriasiform)
3. Lesi kulit kronik (chronic cutaneus LE)
Lesi diskoid klasik (clasic discoid LE)
- Lokal
- General
lesi diskoid hipertropik
lupus panikulitis
lupus mukosa
lupus tumid
lupus Chiblain
Lesi Kulit Akut
 Timbul rash atau ruam setelah terpapar sinar matahari
dan rash akan berkurang sampai menghilang setelah
paparan sinar matahari dihindari
 Kelainan yang paling ringan berupa fotosensitive
Lesi kulit subakut
 Ditandai dengan ruam kemerahan dan ditutupi kerak yang bersisik dengan
batas yang tegas seperti bentukan ruam psoriasis pada kulit.
 Umum terkena pada daerah bahu, leher, punggung dan wajah.
 Diduga ada kaitannya dengan antibodi Ro
 Sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut
Lesi Kulit kronik
 Ruam berbentuk bulat sebesar mata uang logam berupa bercak
kemerahan dengan kerak keratotik pada permukaannya
 Tidak gatal
 Kronik dan recurrent
 Ditandai dengan pembentukan jaringan parut pada proses
penyembuhannya.
 Dijumpai pada daerah daun telinga, leher, lengan, wajah serta
kulit kepala yang sering menimbulkan kebotakan yang
irreversibel.
Lesi non spesifik pada SLE
Manifestasi yang paling sering dijumpai adalah kutaneus vaskulitis dan
ditemukan hampir pada 70 % pasien. Manifestasi vaskulitis tergantung
pembuluh darah yang terkena sehingga mempunyai bentuk yang
bermacam-macam.
Macam dari vaskulitis yang dijumpai antara lain:
 Urtikaria vaskulitis
 Purpura
 Splinter hemorrhage
 Nailfold infark
 Ulkus
 Bulosa
 Periungual eritema
 Eritema pada tenar dan hpotenar
Manifestasi pada paru
 Pleuritis merupakan manifestasi yang tersering, berkisar
45-60%
 Pneumonitis paru didapatkan pada 3-13 % pasien. Bisa
akut maupun kronik
 Perdarahan paru meskipun angka kejadiannya sangat
jarang tapi sangat fatal mortalitasnya sekitar 50-90 %
 Acute reversible hypoxemia syndrome
 Hipertensi pulmonal
 Emboli paru
 Disfungsi diafragma “shrinking lung syndrome”
Manifestasi pada jantung
1. Perikarditis
2. Efusi perikardium
3. Miokarditis
4. Endokarditis
5. Kelainan katup
6. Penyakiut koroner
7. Hipertensi
8. Gagal jantung
9. Kelainan konduksi
Manifestasi neuropsikiatrik dari ACR (The American
College of Rheumatology) 1999
Gangguan sistem saraf pusat
 Bingung
 Psikosis
 Gangguan mood
 Cemas
 Sakit kepala
 Cerebro-vascular accident
 Mielopati
 Gangguan gerak
 Sindrome demielinisasi
 Kejang meningitis aseptik
Gangguan sistem saraf perifer
 Neuropati kranial
 Poli-neuropati
 Piexopati
 Mono-neuropati
 Sindrome Guillen Barre
 Miastenia gravis
 Gangguan saraf otonom
Manifestasi gastrointestinal
 Oral ulcer biasanya tidak nyeri, lokasi paling sering dijumpai pada palatum durum,
mukosa pipi
 Vaskulitis merupakan manifestasi paling berbahaya yang dapat menimbulkan iskemik
enteritis bahkan nekrosis intestin dan akhirnya perforasi atau perdarahan bahkan
peritonitis
 Manifestasi pada duodenum akibat efek samping obat-obatan NSAID, steroid
 Kolitis ulseratif
 Chron’s disease
 Kelainan disfagia yang dihubungkan dengan fenomena Raynaud
Manifestasi hematologi
 Anemia : anemia kronis, akibat pemakaian NSAID atau steroid, anemia hemolitik, insufisiensi ginjal,
anemia aplastik, infeksi dan mielodisplasia, def. Fe
 Leukopenia: <4500/ µL
 Limfopenia: <1500/ µL
 Trombositopenia : <100.000
Manifestasi pada ginjal
 Dikenal lupus nefritis
 Gambaran klinisnya bervariasi tergantung derajat kerusakan pada
glomerulus dapat berupa hematuria, proteinuria, selular cast. Pada
keadaan yang lanjut dapat terjadi kenaikan serum ureum kreatinin
dan hipertensi
 Proteinuria menetap > 0,5 gram per hari atau > 3+ bila tidak
dilakukan pemeriksaan kuantitatif
 Titer ds DNA yg tinggi dan rendahnya komplemen ( C3 dan C4)
dapat sebagai prediktor lupus nepritis
 lupus nepritis aktif : ditentukan sec klinis dan patologis
Klasifikasi lupus nefritis
DIAGNOSIS
 Sampai saat ini merupakan problem yang besar karena manifestasinya yang luas dan
awal perjalanan penyakit sering tidak spesifik
 Kriteria diagnosis ditetapkan oleh American Rheumatism Association sejak tahun 1982
dan terakhir direvisi tahun 1997.
THE 1997 REVISED CRITERIA FOR THE CLASSIFICATION SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS ( SLE )
1.Malar Rash: Fixed malar erythema, flat or raised
2. Diskoid rash: Erythematous-raised patches with keratotic scalling and follicular plugging : atrophic scaring may
occur in older lesion
3. Fotosensitif :skin rash an usual reaction reaction to sunlight by patient history or physician observation
4. Oral ulcers : Oral or nasalpharyngeal ulcers, usually painless, observed by phisician
5. Arthritis: nonerosive arthritis involving two or more peripheral joint, charaterized by tendernes, sweeling or
effusion
6. Serositis
- pleuritis (convicting history of pleuritic pain, rub heard by physician or evidende of pleural effusion OR
- pericarditis (documented by ECG, rub evidence of pericardial effusion
7. Renal disorder
- persistent proteinuria (> 0,5 g/d or > 3+) OR
- cellluler cast of type
8. Neurological disorder
- Seizures ( in the absence of other causes)
- Psycosis (in the absence of other causes )
9. hematological disorder
- Hemolitic Anemia
- lekopenia < 4000/ml on two or more occasion )
- Limphopenia<1500/ml on two or more occasio
- Trombocytopenia < 100.000 /ml in the absence of offending drugs )
10. Imunological disorder
a. anti-double standerd DNA
b. anti-Sm
c. Positip finding of antiphospolipid antibodies based on
- an abnormal serum level of Ig G or Ig M anticardiolipin antiboies
- positive test result for lupus anticoagulant using a standard method
- false-positive serologic test for syphilis known to be positive for at least 6 month and confirmed by
treponema pallidum immobilization or flourescent treponemal antibody absorption test
11 .ANA positip : an abnormal titer of antinuclear antibody (ANA) by immunoflourescen or an equivalent assay at
any time and in the absence or drugs known to be associated with drug induced lupus syndromes
KETERANGAN
 Bila ditemukan minimal 4 dari 11 kriteria
 Bila dijumpai 4 atau lebih kriteria diagnosis SLE memiliki sensitifitas 85% dan spesifitas 95%.
 Sedangkan bila hanya 3 kriteria dan salah satunya ANA tes positif maka sangat mungkin SLE dan
diagnosis bergantung pada pengamatan klinis
 Bila hasil ANA tes negatif, maka kemungkina bukan SLE
 Bila hanya ANA tes positif dan manifestasi klinis lain tidak ada, maka belum tentu SLE, observasi
jangka panjang diperlukan
a. Diagnosis SLE di Indonesia mengacu pada kriteria diagnosis ACR 1997 revisi. Diagnosis dapat
ditegakkan jika memenuhi minimal 4 dari 11 kriteria ACR untuk SLE
b. Pemeriksaan serologi untuk SLE
tes imunologi awal yang diperlukan adalah ANA generik (ANA IF dengan Hep 2 cell) jika
menemukan pasien dengan tanda dan gejala mengarah SLE. Jika hasil ANA tes negatif,
pengulangan dilakukan pada waktu yang akan datang jika didapatkan gambaran klinis yang
mencurigakan. Tes ANA yang positif bisa juga didapatkan pada beberapa penyakit autoimun lain
seperti sklerosis sistemik, poliomiositis, dermatomiositis, artritis reumatoid, tiroiditis autoimun,
keganasan.
Beberapa tes lain yang perlu dikerjakan setelah ANA tes positif adalah ANA profil/ ENA seperti
tes antibodi terhadap nuklear spesifik, termasuk anti-ds DNA, Sm, nRNP, Ro(SSA), La (SSB), Scl-70
dan anti-Jo.
Antibodi anti-ds DNA merupakan tes spesifik untuk SLE, spesifitasnya hampir 100%.
KESIMPULAN
Pada kondisi klinik anti ds-DNA positif menunjang diagnosis SLE, sementara bila anti ds-DNA
negatif tidak menyingkirkan SLE. Meskipun anti-Sm didapatkan pada 15%-30% pasien SLE, tes
ini jarang dijumpai pada penyakit lain atau orang normal. Tes anti-Sm relatif spesifik untuk SLE
dan dapat digunakan untuk diagnosis SLE. Titer anti-Sm yang tinggi lebih spesifik untuk SLE .
Seperti anti-ds DNA, anti-Sm yang negatif tidak menyingkirkan diagnosis
DIAGNOSIS BANDING
Beberapa penyakit atau kondisi di bawah ini seringkali mengacaukan diagnosis akibat gambaran
klinis yang mirip atau beberapa tes laboratorium yang serupa, yaitu:
 Undifferented connective tissue disease
 Sindrom sjogren
 Sindrome antibodi antifosfolipid (APS)
 Fibromialgia
 Purpura trombositopenik idiopatik
 Lupus imbas obat
 Artritis reumatoid dini
 Vaskulitis
TATALAKSANA
Pilar pengobatan SLE
1. Edukasi dan konseling
2. Program rehabilitasi
3. Pengobatan medikamentosa
- OAINS
- Antimalaria
- Steroid
- Imunosupresan / sitotoksik
Indikasi pemberian steroid
Dosis rendah -> SLE relatif tenang
Dosis sedang-tinggi -> SLE yang aktif
Dosis sangat tinggi dan terapi pulse -> keadaan krisis akut yang berat (vaskulitis luas,
nefritis lupus, lupus serebral)
Terminologi pembagian dosis
kortikosteroid
Dosis rendah : ≤7,5 mg prednison atau setara perhari
Dosis sedang : > 7,5 mg, tetapi ≤ 30 mg prednison atau setara perhari
Dosis tinggi: > 30 mg, tetapi ≤ 100 mg prednison atau setara perhari
Dosis sangat tinggi: > 100 mg predinson atau setara perhari
Dosis pulse: ≥250 prednison atau setara perhari untuk 1 hari atau beberapa hari
PROGNOSIS
• Mortalitas lupus sangat tergantung pada organ yang terlibat, bila organ vital yang terlibat maka
mortalitasnya sangat tinggi
• Dengan kemajuan pengobatan lupus, mortalitasnya jauh lebih baik dibanding pada 2-3 dekade y
lalu.
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Askep lupus
Askep lupusAskep lupus
Askep lupus
 
Lupus eritematosus sistemik d&t gunadi
Lupus eritematosus sistemik d&t gunadiLupus eritematosus sistemik d&t gunadi
Lupus eritematosus sistemik d&t gunadi
 
Makalah Multiple sklerosis
Makalah Multiple sklerosisMakalah Multiple sklerosis
Makalah Multiple sklerosis
 
Aterosclerosis
AterosclerosisAterosclerosis
Aterosclerosis
 
guillain barre sindrom
guillain barre sindromguillain barre sindrom
guillain barre sindrom
 
Guillain barré syndrome
Guillain barré syndromeGuillain barré syndrome
Guillain barré syndrome
 
Lupus eritematosus
Lupus eritematosusLupus eritematosus
Lupus eritematosus
 
Apa yang perlu dokter ketahui mengenai Lupus ?
Apa yang perlu dokter ketahui mengenai Lupus ?Apa yang perlu dokter ketahui mengenai Lupus ?
Apa yang perlu dokter ketahui mengenai Lupus ?
 
Gbs makalah
Gbs makalahGbs makalah
Gbs makalah
 
PPT lupus eritematosus systemic
PPT lupus eritematosus systemicPPT lupus eritematosus systemic
PPT lupus eritematosus systemic
 
Systemic lupus erythematosus
Systemic lupus erythematosusSystemic lupus erythematosus
Systemic lupus erythematosus
 
Asuhan Keperawatan Leukimia-Power Point
Asuhan Keperawatan Leukimia-Power PointAsuhan Keperawatan Leukimia-Power Point
Asuhan Keperawatan Leukimia-Power Point
 
Karya tulis penyakit lupus
Karya tulis penyakit lupusKarya tulis penyakit lupus
Karya tulis penyakit lupus
 
Patofiologi SLE
Patofiologi SLE Patofiologi SLE
Patofiologi SLE
 
LEUKEMIA
LEUKEMIALEUKEMIA
LEUKEMIA
 
case
casecase
case
 
Kanker darah ppt fix
Kanker darah ppt fixKanker darah ppt fix
Kanker darah ppt fix
 
Ig a nefropati
Ig a nefropatiIg a nefropati
Ig a nefropati
 
Leukimia Kanker yang Menyerang Sel Darah
Leukimia Kanker yang Menyerang Sel DarahLeukimia Kanker yang Menyerang Sel Darah
Leukimia Kanker yang Menyerang Sel Darah
 
Konsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan LeukemiaKonsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan Leukemia
 

Similar to Ppt sle trisula

Nefritis lupus
Nefritis    lupusNefritis    lupus
Nefritis lupusfauzil
 
Autoimmune diseases clinical spectrum and diagnosis approach
Autoimmune diseases clinical spectrum and diagnosis approachAutoimmune diseases clinical spectrum and diagnosis approach
Autoimmune diseases clinical spectrum and diagnosis approachRachmat Gunadi Wachjudi
 
PPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptx
PPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptxPPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptx
PPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptxAhmadFahrozi7
 
Blok 24 (limfoma hodgkin)
Blok 24 (limfoma hodgkin)Blok 24 (limfoma hodgkin)
Blok 24 (limfoma hodgkin)novaliakhoe
 
Makalah nefrotik syndrom
Makalah nefrotik syndromMakalah nefrotik syndrom
Makalah nefrotik syndromNida Hidayati
 
REFERAT BAGIAN ANAK.pptx
REFERAT BAGIAN ANAK.pptxREFERAT BAGIAN ANAK.pptx
REFERAT BAGIAN ANAK.pptxMuhammadAfief5
 
Autoimunitas power point
Autoimunitas power pointAutoimunitas power point
Autoimunitas power pointtristyanto
 
APS tugas Yogi.pptx
APS tugas Yogi.pptxAPS tugas Yogi.pptx
APS tugas Yogi.pptxdwiakbarina
 
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)Asep Mulyaang
 

Similar to Ppt sle trisula (20)

Nefritis lupus
Nefritis    lupusNefritis    lupus
Nefritis lupus
 
Autoimmune diseases clinical spectrum and diagnosis approach
Autoimmune diseases clinical spectrum and diagnosis approachAutoimmune diseases clinical spectrum and diagnosis approach
Autoimmune diseases clinical spectrum and diagnosis approach
 
PPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptx
PPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptxPPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptx
PPT SLE laporan kasus ahmad fahrozi.pptx
 
Penyakit autoimun
Penyakit autoimunPenyakit autoimun
Penyakit autoimun
 
Askep sle
Askep sleAskep sle
Askep sle
 
PJBL SLE
PJBL SLEPJBL SLE
PJBL SLE
 
Blok 24 (limfoma hodgkin)
Blok 24 (limfoma hodgkin)Blok 24 (limfoma hodgkin)
Blok 24 (limfoma hodgkin)
 
Pengetahuan Lupus bagi masyarakat umum
Pengetahuan Lupus bagi masyarakat umumPengetahuan Lupus bagi masyarakat umum
Pengetahuan Lupus bagi masyarakat umum
 
Makalah nefrotik syndrom
Makalah nefrotik syndromMakalah nefrotik syndrom
Makalah nefrotik syndrom
 
REFERAT BAGIAN ANAK.pptx
REFERAT BAGIAN ANAK.pptxREFERAT BAGIAN ANAK.pptx
REFERAT BAGIAN ANAK.pptx
 
Peran anti C1q pada penderita SLE
Peran anti C1q pada penderita SLEPeran anti C1q pada penderita SLE
Peran anti C1q pada penderita SLE
 
Multiple sclerosis
Multiple sclerosisMultiple sclerosis
Multiple sclerosis
 
Autoimunitas power point
Autoimunitas power pointAutoimunitas power point
Autoimunitas power point
 
142286579 case
142286579 case142286579 case
142286579 case
 
153075631 case-sn
153075631 case-sn153075631 case-sn
153075631 case-sn
 
APS tugas Yogi.pptx
APS tugas Yogi.pptxAPS tugas Yogi.pptx
APS tugas Yogi.pptx
 
encephalitis
encephalitisencephalitis
encephalitis
 
Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )
Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )
Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )
 
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
 
PPT LEUKEMIA.pptx
PPT LEUKEMIA.pptxPPT LEUKEMIA.pptx
PPT LEUKEMIA.pptx
 

Recently uploaded

Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 

Recently uploaded (20)

Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 

Ppt sle trisula

  • 2. PENDAHULUAN  SLE : penyakit autoimun sistemik kronik  Ditandai dengan terbentuknya berbagai macam antibodi yang membentuk kompleks imun dan menimbulkan reaksi inflamasi  Manifestasi klinik SLE ditandai dengan multi organ failure dengan variasi yang sangat luas  Gejalanya mulai dari yang ringan hanya berupa rash dan artritis atau berat yang menyerang organ-organ vital, misalnya lupus nefritis, lupus cerebral (neuropsikiatrik lupus), pneumonitis dan perdarahan paru  Etiopatologi SLE diduga melibatkan interaksi yang kompleks dan multifaktorial antara variasi genetik dan faktor lingkungan  Perjalanan penyakit bersifat fluktuatif yang sangat tergantung dengan faktor gen penentu aktivitas penyakit dan stresor sehingga masa tenang dan flare up berbeda-beda pada setiap orang
  • 3. EPIDEMIOLOGI  Banyak menyerang wanita usia muda dengan umur antara 13-40 tahun, jarang dijumpai pada lanjut usia.  Perbandingan jumlah pasien antara wanita dan pria adalah 9:1  Angka kejadian diperkirakan antara 15-50 kasus per 100.000 penduduk  Di USA, Afrika dan Hispanik insiden SLE sangat tinggi bila dibandingkan dengan Caucasians  Pada daerah etnis Asian, etnis China, Jepang dan Filipina lebih tinggi dibanding India dan Pakistan
  • 5.
  • 6.  Gen-gen penting yang berhubungan dengan respon imun dan sistem inflamasi pada SLE adalah HLA-DR, PTPN22, STAT4, IRF5, BLK, OX40L, FCGR2A, BANK1, SPP1, IRAK1, TNFAIP3, C2, C4, CIq, PXK), DNA repairs (TREX1), adherence of inflammatory cells to the endothelium (ITGAM), and tissue response to injury (KLK1, KLK3).  Beberapa lokus gen tidak hanya menjelaskan kerentanan penyakit, tapi juga beratnya penyakit.  STAT4 faktor resiko genetik untuk reumatoid artritis dan SLE yang berat  Komponen yang paling penting adalah TNFAIP3 yang mengimplikasikan setidaknya 6 penyakit autoimun dan SLE
  • 9. • Correlations between autoantibodies and clinical features ------------------------------------------------------------- • Autoantibody Clinical features • dsDNA ? Nephritis SLE activity • Ro photosensitivity • La sicca syndrome subacute cutaneous lupus neonatal lupus congenital heart block • Sm specific for SLE • U1RNP Raynaud's lYmphadenopathy erosive arthritis? protection against nephritis • ANTIPHOSPHOLIPID thrombosis (venous and arterial)recurrent pregnancy loss thrombocytopenia pre-eclampsia
  • 10. MANIFESTASI KLINIK SLE  Manifestasi klinik SLE sangat bervariasi tergantung sistem organ mana yang terlibat misalnya dari kulit, membrana mukosa, sendi, ginjal, otak, paru, jantung, gastrointestinal, hematologi dan lain- lainnya.  Pada awal penyakit ditandai dengan gejala klinik yang tidak spesifik antara lain: lemah, lesu, panas, mual, nafsu makan menurun dan berat badan menurun.
  • 11. Manifestasi pada kulit Lesi spesifik pada SLE 1. Lesi kulit akut (acute cutaneus LE) - Lokal - General 2. Lesi kulit sub akut (subacute cutaneus LE) - Anuler - Papulo – skuamosa (psoriasiform) 3. Lesi kulit kronik (chronic cutaneus LE) Lesi diskoid klasik (clasic discoid LE) - Lokal - General lesi diskoid hipertropik lupus panikulitis lupus mukosa lupus tumid lupus Chiblain
  • 12. Lesi Kulit Akut  Timbul rash atau ruam setelah terpapar sinar matahari dan rash akan berkurang sampai menghilang setelah paparan sinar matahari dihindari  Kelainan yang paling ringan berupa fotosensitive
  • 13. Lesi kulit subakut  Ditandai dengan ruam kemerahan dan ditutupi kerak yang bersisik dengan batas yang tegas seperti bentukan ruam psoriasis pada kulit.  Umum terkena pada daerah bahu, leher, punggung dan wajah.  Diduga ada kaitannya dengan antibodi Ro  Sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut
  • 14. Lesi Kulit kronik  Ruam berbentuk bulat sebesar mata uang logam berupa bercak kemerahan dengan kerak keratotik pada permukaannya  Tidak gatal  Kronik dan recurrent  Ditandai dengan pembentukan jaringan parut pada proses penyembuhannya.  Dijumpai pada daerah daun telinga, leher, lengan, wajah serta kulit kepala yang sering menimbulkan kebotakan yang irreversibel.
  • 15.
  • 16. Lesi non spesifik pada SLE Manifestasi yang paling sering dijumpai adalah kutaneus vaskulitis dan ditemukan hampir pada 70 % pasien. Manifestasi vaskulitis tergantung pembuluh darah yang terkena sehingga mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Macam dari vaskulitis yang dijumpai antara lain:  Urtikaria vaskulitis  Purpura  Splinter hemorrhage  Nailfold infark  Ulkus  Bulosa  Periungual eritema  Eritema pada tenar dan hpotenar
  • 17. Manifestasi pada paru  Pleuritis merupakan manifestasi yang tersering, berkisar 45-60%  Pneumonitis paru didapatkan pada 3-13 % pasien. Bisa akut maupun kronik  Perdarahan paru meskipun angka kejadiannya sangat jarang tapi sangat fatal mortalitasnya sekitar 50-90 %  Acute reversible hypoxemia syndrome  Hipertensi pulmonal  Emboli paru  Disfungsi diafragma “shrinking lung syndrome”
  • 18.
  • 19. Manifestasi pada jantung 1. Perikarditis 2. Efusi perikardium 3. Miokarditis 4. Endokarditis 5. Kelainan katup 6. Penyakiut koroner 7. Hipertensi 8. Gagal jantung 9. Kelainan konduksi
  • 20. Manifestasi neuropsikiatrik dari ACR (The American College of Rheumatology) 1999 Gangguan sistem saraf pusat  Bingung  Psikosis  Gangguan mood  Cemas  Sakit kepala  Cerebro-vascular accident  Mielopati  Gangguan gerak  Sindrome demielinisasi  Kejang meningitis aseptik Gangguan sistem saraf perifer  Neuropati kranial  Poli-neuropati  Piexopati  Mono-neuropati  Sindrome Guillen Barre  Miastenia gravis  Gangguan saraf otonom
  • 21. Manifestasi gastrointestinal  Oral ulcer biasanya tidak nyeri, lokasi paling sering dijumpai pada palatum durum, mukosa pipi  Vaskulitis merupakan manifestasi paling berbahaya yang dapat menimbulkan iskemik enteritis bahkan nekrosis intestin dan akhirnya perforasi atau perdarahan bahkan peritonitis  Manifestasi pada duodenum akibat efek samping obat-obatan NSAID, steroid  Kolitis ulseratif  Chron’s disease  Kelainan disfagia yang dihubungkan dengan fenomena Raynaud
  • 22. Manifestasi hematologi  Anemia : anemia kronis, akibat pemakaian NSAID atau steroid, anemia hemolitik, insufisiensi ginjal, anemia aplastik, infeksi dan mielodisplasia, def. Fe  Leukopenia: <4500/ µL  Limfopenia: <1500/ µL  Trombositopenia : <100.000
  • 23. Manifestasi pada ginjal  Dikenal lupus nefritis  Gambaran klinisnya bervariasi tergantung derajat kerusakan pada glomerulus dapat berupa hematuria, proteinuria, selular cast. Pada keadaan yang lanjut dapat terjadi kenaikan serum ureum kreatinin dan hipertensi  Proteinuria menetap > 0,5 gram per hari atau > 3+ bila tidak dilakukan pemeriksaan kuantitatif  Titer ds DNA yg tinggi dan rendahnya komplemen ( C3 dan C4) dapat sebagai prediktor lupus nepritis  lupus nepritis aktif : ditentukan sec klinis dan patologis
  • 25. DIAGNOSIS  Sampai saat ini merupakan problem yang besar karena manifestasinya yang luas dan awal perjalanan penyakit sering tidak spesifik  Kriteria diagnosis ditetapkan oleh American Rheumatism Association sejak tahun 1982 dan terakhir direvisi tahun 1997.
  • 26. THE 1997 REVISED CRITERIA FOR THE CLASSIFICATION SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS ( SLE ) 1.Malar Rash: Fixed malar erythema, flat or raised 2. Diskoid rash: Erythematous-raised patches with keratotic scalling and follicular plugging : atrophic scaring may occur in older lesion 3. Fotosensitif :skin rash an usual reaction reaction to sunlight by patient history or physician observation 4. Oral ulcers : Oral or nasalpharyngeal ulcers, usually painless, observed by phisician 5. Arthritis: nonerosive arthritis involving two or more peripheral joint, charaterized by tendernes, sweeling or effusion 6. Serositis - pleuritis (convicting history of pleuritic pain, rub heard by physician or evidende of pleural effusion OR - pericarditis (documented by ECG, rub evidence of pericardial effusion 7. Renal disorder - persistent proteinuria (> 0,5 g/d or > 3+) OR - cellluler cast of type 8. Neurological disorder - Seizures ( in the absence of other causes) - Psycosis (in the absence of other causes ) 9. hematological disorder - Hemolitic Anemia - lekopenia < 4000/ml on two or more occasion ) - Limphopenia<1500/ml on two or more occasio - Trombocytopenia < 100.000 /ml in the absence of offending drugs ) 10. Imunological disorder a. anti-double standerd DNA b. anti-Sm c. Positip finding of antiphospolipid antibodies based on - an abnormal serum level of Ig G or Ig M anticardiolipin antiboies - positive test result for lupus anticoagulant using a standard method - false-positive serologic test for syphilis known to be positive for at least 6 month and confirmed by treponema pallidum immobilization or flourescent treponemal antibody absorption test 11 .ANA positip : an abnormal titer of antinuclear antibody (ANA) by immunoflourescen or an equivalent assay at any time and in the absence or drugs known to be associated with drug induced lupus syndromes
  • 27. KETERANGAN  Bila ditemukan minimal 4 dari 11 kriteria  Bila dijumpai 4 atau lebih kriteria diagnosis SLE memiliki sensitifitas 85% dan spesifitas 95%.  Sedangkan bila hanya 3 kriteria dan salah satunya ANA tes positif maka sangat mungkin SLE dan diagnosis bergantung pada pengamatan klinis  Bila hasil ANA tes negatif, maka kemungkina bukan SLE  Bila hanya ANA tes positif dan manifestasi klinis lain tidak ada, maka belum tentu SLE, observasi jangka panjang diperlukan
  • 28. a. Diagnosis SLE di Indonesia mengacu pada kriteria diagnosis ACR 1997 revisi. Diagnosis dapat ditegakkan jika memenuhi minimal 4 dari 11 kriteria ACR untuk SLE b. Pemeriksaan serologi untuk SLE tes imunologi awal yang diperlukan adalah ANA generik (ANA IF dengan Hep 2 cell) jika menemukan pasien dengan tanda dan gejala mengarah SLE. Jika hasil ANA tes negatif, pengulangan dilakukan pada waktu yang akan datang jika didapatkan gambaran klinis yang mencurigakan. Tes ANA yang positif bisa juga didapatkan pada beberapa penyakit autoimun lain seperti sklerosis sistemik, poliomiositis, dermatomiositis, artritis reumatoid, tiroiditis autoimun, keganasan. Beberapa tes lain yang perlu dikerjakan setelah ANA tes positif adalah ANA profil/ ENA seperti tes antibodi terhadap nuklear spesifik, termasuk anti-ds DNA, Sm, nRNP, Ro(SSA), La (SSB), Scl-70 dan anti-Jo. Antibodi anti-ds DNA merupakan tes spesifik untuk SLE, spesifitasnya hampir 100%.
  • 29. KESIMPULAN Pada kondisi klinik anti ds-DNA positif menunjang diagnosis SLE, sementara bila anti ds-DNA negatif tidak menyingkirkan SLE. Meskipun anti-Sm didapatkan pada 15%-30% pasien SLE, tes ini jarang dijumpai pada penyakit lain atau orang normal. Tes anti-Sm relatif spesifik untuk SLE dan dapat digunakan untuk diagnosis SLE. Titer anti-Sm yang tinggi lebih spesifik untuk SLE . Seperti anti-ds DNA, anti-Sm yang negatif tidak menyingkirkan diagnosis
  • 30. DIAGNOSIS BANDING Beberapa penyakit atau kondisi di bawah ini seringkali mengacaukan diagnosis akibat gambaran klinis yang mirip atau beberapa tes laboratorium yang serupa, yaitu:  Undifferented connective tissue disease  Sindrom sjogren  Sindrome antibodi antifosfolipid (APS)  Fibromialgia  Purpura trombositopenik idiopatik  Lupus imbas obat  Artritis reumatoid dini  Vaskulitis
  • 31. TATALAKSANA Pilar pengobatan SLE 1. Edukasi dan konseling 2. Program rehabilitasi 3. Pengobatan medikamentosa - OAINS - Antimalaria - Steroid - Imunosupresan / sitotoksik
  • 32.
  • 33.
  • 34. Indikasi pemberian steroid Dosis rendah -> SLE relatif tenang Dosis sedang-tinggi -> SLE yang aktif Dosis sangat tinggi dan terapi pulse -> keadaan krisis akut yang berat (vaskulitis luas, nefritis lupus, lupus serebral)
  • 35. Terminologi pembagian dosis kortikosteroid Dosis rendah : ≤7,5 mg prednison atau setara perhari Dosis sedang : > 7,5 mg, tetapi ≤ 30 mg prednison atau setara perhari Dosis tinggi: > 30 mg, tetapi ≤ 100 mg prednison atau setara perhari Dosis sangat tinggi: > 100 mg predinson atau setara perhari Dosis pulse: ≥250 prednison atau setara perhari untuk 1 hari atau beberapa hari
  • 36. PROGNOSIS • Mortalitas lupus sangat tergantung pada organ yang terlibat, bila organ vital yang terlibat maka mortalitasnya sangat tinggi • Dengan kemajuan pengobatan lupus, mortalitasnya jauh lebih baik dibanding pada 2-3 dekade y lalu.