Sistemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun sistemik kronik yang ditandai dengan terbentuknya berbagai antibodi yang menimbulkan kerusakan organ melalui reaksi inflamasi. Gejala SLE sangat bervariasi mulai dari ringan hingga berat yang menyerang organ vital seperti ginjal, otak, dan paru. Diagnosis SLE mengacu pada kriteria ACR 1997 dengan keharusan memenuhi minimal 4 dari 11 kriteria klinis dan labor
2. PENDAHULUAN
SLE : penyakit autoimun sistemik kronik
Ditandai dengan terbentuknya berbagai macam antibodi yang membentuk kompleks
imun dan menimbulkan reaksi inflamasi
Manifestasi klinik SLE ditandai dengan multi organ failure dengan variasi yang sangat luas
Gejalanya mulai dari yang ringan hanya berupa rash dan artritis atau berat yang
menyerang organ-organ vital, misalnya lupus nefritis, lupus cerebral (neuropsikiatrik
lupus), pneumonitis dan perdarahan paru
Etiopatologi SLE diduga melibatkan interaksi yang kompleks dan multifaktorial antara
variasi genetik dan faktor lingkungan
Perjalanan penyakit bersifat fluktuatif yang sangat tergantung dengan faktor gen penentu
aktivitas penyakit dan stresor sehingga masa tenang dan flare up berbeda-beda pada
setiap orang
3. EPIDEMIOLOGI
Banyak menyerang wanita usia muda dengan umur antara 13-40 tahun, jarang dijumpai
pada lanjut usia.
Perbandingan jumlah pasien antara wanita dan pria adalah 9:1
Angka kejadian diperkirakan antara 15-50 kasus per 100.000 penduduk
Di USA, Afrika dan Hispanik insiden SLE sangat tinggi bila dibandingkan dengan
Caucasians
Pada daerah etnis Asian, etnis China, Jepang dan Filipina lebih tinggi dibanding India dan
Pakistan
6. Gen-gen penting yang berhubungan dengan respon imun dan sistem
inflamasi pada SLE adalah HLA-DR, PTPN22, STAT4, IRF5, BLK, OX40L,
FCGR2A, BANK1, SPP1, IRAK1, TNFAIP3, C2, C4, CIq, PXK), DNA repairs
(TREX1), adherence of inflammatory cells to the endothelium (ITGAM),
and tissue response to injury (KLK1, KLK3).
Beberapa lokus gen tidak hanya menjelaskan kerentanan penyakit, tapi
juga beratnya penyakit.
STAT4 faktor resiko genetik untuk reumatoid artritis dan SLE yang berat
Komponen yang paling penting adalah TNFAIP3 yang
mengimplikasikan setidaknya 6 penyakit autoimun dan SLE
9. • Correlations between autoantibodies and clinical features
-------------------------------------------------------------
• Autoantibody Clinical features
• dsDNA ? Nephritis
SLE activity
• Ro photosensitivity
• La sicca syndrome subacute
cutaneous lupus
neonatal lupus
congenital heart block
• Sm specific for SLE
• U1RNP Raynaud's lYmphadenopathy
erosive arthritis?
protection against nephritis
• ANTIPHOSPHOLIPID
thrombosis (venous and
arterial)recurrent pregnancy loss
thrombocytopenia pre-eclampsia
10. MANIFESTASI KLINIK SLE
Manifestasi klinik SLE sangat bervariasi tergantung sistem organ
mana yang terlibat misalnya dari kulit, membrana mukosa, sendi,
ginjal, otak, paru, jantung, gastrointestinal, hematologi dan lain-
lainnya.
Pada awal penyakit ditandai dengan gejala klinik yang tidak spesifik
antara lain: lemah, lesu, panas, mual, nafsu makan menurun dan
berat badan menurun.
11. Manifestasi pada kulit
Lesi spesifik pada SLE
1. Lesi kulit akut (acute cutaneus LE)
- Lokal
- General
2. Lesi kulit sub akut (subacute cutaneus LE)
- Anuler
- Papulo – skuamosa (psoriasiform)
3. Lesi kulit kronik (chronic cutaneus LE)
Lesi diskoid klasik (clasic discoid LE)
- Lokal
- General
lesi diskoid hipertropik
lupus panikulitis
lupus mukosa
lupus tumid
lupus Chiblain
12. Lesi Kulit Akut
Timbul rash atau ruam setelah terpapar sinar matahari
dan rash akan berkurang sampai menghilang setelah
paparan sinar matahari dihindari
Kelainan yang paling ringan berupa fotosensitive
13. Lesi kulit subakut
Ditandai dengan ruam kemerahan dan ditutupi kerak yang bersisik dengan
batas yang tegas seperti bentukan ruam psoriasis pada kulit.
Umum terkena pada daerah bahu, leher, punggung dan wajah.
Diduga ada kaitannya dengan antibodi Ro
Sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut
14. Lesi Kulit kronik
Ruam berbentuk bulat sebesar mata uang logam berupa bercak
kemerahan dengan kerak keratotik pada permukaannya
Tidak gatal
Kronik dan recurrent
Ditandai dengan pembentukan jaringan parut pada proses
penyembuhannya.
Dijumpai pada daerah daun telinga, leher, lengan, wajah serta
kulit kepala yang sering menimbulkan kebotakan yang
irreversibel.
15.
16. Lesi non spesifik pada SLE
Manifestasi yang paling sering dijumpai adalah kutaneus vaskulitis dan
ditemukan hampir pada 70 % pasien. Manifestasi vaskulitis tergantung
pembuluh darah yang terkena sehingga mempunyai bentuk yang
bermacam-macam.
Macam dari vaskulitis yang dijumpai antara lain:
Urtikaria vaskulitis
Purpura
Splinter hemorrhage
Nailfold infark
Ulkus
Bulosa
Periungual eritema
Eritema pada tenar dan hpotenar
17. Manifestasi pada paru
Pleuritis merupakan manifestasi yang tersering, berkisar
45-60%
Pneumonitis paru didapatkan pada 3-13 % pasien. Bisa
akut maupun kronik
Perdarahan paru meskipun angka kejadiannya sangat
jarang tapi sangat fatal mortalitasnya sekitar 50-90 %
Acute reversible hypoxemia syndrome
Hipertensi pulmonal
Emboli paru
Disfungsi diafragma “shrinking lung syndrome”
20. Manifestasi neuropsikiatrik dari ACR (The American
College of Rheumatology) 1999
Gangguan sistem saraf pusat
Bingung
Psikosis
Gangguan mood
Cemas
Sakit kepala
Cerebro-vascular accident
Mielopati
Gangguan gerak
Sindrome demielinisasi
Kejang meningitis aseptik
Gangguan sistem saraf perifer
Neuropati kranial
Poli-neuropati
Piexopati
Mono-neuropati
Sindrome Guillen Barre
Miastenia gravis
Gangguan saraf otonom
21. Manifestasi gastrointestinal
Oral ulcer biasanya tidak nyeri, lokasi paling sering dijumpai pada palatum durum,
mukosa pipi
Vaskulitis merupakan manifestasi paling berbahaya yang dapat menimbulkan iskemik
enteritis bahkan nekrosis intestin dan akhirnya perforasi atau perdarahan bahkan
peritonitis
Manifestasi pada duodenum akibat efek samping obat-obatan NSAID, steroid
Kolitis ulseratif
Chron’s disease
Kelainan disfagia yang dihubungkan dengan fenomena Raynaud
22. Manifestasi hematologi
Anemia : anemia kronis, akibat pemakaian NSAID atau steroid, anemia hemolitik, insufisiensi ginjal,
anemia aplastik, infeksi dan mielodisplasia, def. Fe
Leukopenia: <4500/ µL
Limfopenia: <1500/ µL
Trombositopenia : <100.000
23. Manifestasi pada ginjal
Dikenal lupus nefritis
Gambaran klinisnya bervariasi tergantung derajat kerusakan pada
glomerulus dapat berupa hematuria, proteinuria, selular cast. Pada
keadaan yang lanjut dapat terjadi kenaikan serum ureum kreatinin
dan hipertensi
Proteinuria menetap > 0,5 gram per hari atau > 3+ bila tidak
dilakukan pemeriksaan kuantitatif
Titer ds DNA yg tinggi dan rendahnya komplemen ( C3 dan C4)
dapat sebagai prediktor lupus nepritis
lupus nepritis aktif : ditentukan sec klinis dan patologis
25. DIAGNOSIS
Sampai saat ini merupakan problem yang besar karena manifestasinya yang luas dan
awal perjalanan penyakit sering tidak spesifik
Kriteria diagnosis ditetapkan oleh American Rheumatism Association sejak tahun 1982
dan terakhir direvisi tahun 1997.
26. THE 1997 REVISED CRITERIA FOR THE CLASSIFICATION SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS ( SLE )
1.Malar Rash: Fixed malar erythema, flat or raised
2. Diskoid rash: Erythematous-raised patches with keratotic scalling and follicular plugging : atrophic scaring may
occur in older lesion
3. Fotosensitif :skin rash an usual reaction reaction to sunlight by patient history or physician observation
4. Oral ulcers : Oral or nasalpharyngeal ulcers, usually painless, observed by phisician
5. Arthritis: nonerosive arthritis involving two or more peripheral joint, charaterized by tendernes, sweeling or
effusion
6. Serositis
- pleuritis (convicting history of pleuritic pain, rub heard by physician or evidende of pleural effusion OR
- pericarditis (documented by ECG, rub evidence of pericardial effusion
7. Renal disorder
- persistent proteinuria (> 0,5 g/d or > 3+) OR
- cellluler cast of type
8. Neurological disorder
- Seizures ( in the absence of other causes)
- Psycosis (in the absence of other causes )
9. hematological disorder
- Hemolitic Anemia
- lekopenia < 4000/ml on two or more occasion )
- Limphopenia<1500/ml on two or more occasio
- Trombocytopenia < 100.000 /ml in the absence of offending drugs )
10. Imunological disorder
a. anti-double standerd DNA
b. anti-Sm
c. Positip finding of antiphospolipid antibodies based on
- an abnormal serum level of Ig G or Ig M anticardiolipin antiboies
- positive test result for lupus anticoagulant using a standard method
- false-positive serologic test for syphilis known to be positive for at least 6 month and confirmed by
treponema pallidum immobilization or flourescent treponemal antibody absorption test
11 .ANA positip : an abnormal titer of antinuclear antibody (ANA) by immunoflourescen or an equivalent assay at
any time and in the absence or drugs known to be associated with drug induced lupus syndromes
27. KETERANGAN
Bila ditemukan minimal 4 dari 11 kriteria
Bila dijumpai 4 atau lebih kriteria diagnosis SLE memiliki sensitifitas 85% dan spesifitas 95%.
Sedangkan bila hanya 3 kriteria dan salah satunya ANA tes positif maka sangat mungkin SLE dan
diagnosis bergantung pada pengamatan klinis
Bila hasil ANA tes negatif, maka kemungkina bukan SLE
Bila hanya ANA tes positif dan manifestasi klinis lain tidak ada, maka belum tentu SLE, observasi
jangka panjang diperlukan
28. a. Diagnosis SLE di Indonesia mengacu pada kriteria diagnosis ACR 1997 revisi. Diagnosis dapat
ditegakkan jika memenuhi minimal 4 dari 11 kriteria ACR untuk SLE
b. Pemeriksaan serologi untuk SLE
tes imunologi awal yang diperlukan adalah ANA generik (ANA IF dengan Hep 2 cell) jika
menemukan pasien dengan tanda dan gejala mengarah SLE. Jika hasil ANA tes negatif,
pengulangan dilakukan pada waktu yang akan datang jika didapatkan gambaran klinis yang
mencurigakan. Tes ANA yang positif bisa juga didapatkan pada beberapa penyakit autoimun lain
seperti sklerosis sistemik, poliomiositis, dermatomiositis, artritis reumatoid, tiroiditis autoimun,
keganasan.
Beberapa tes lain yang perlu dikerjakan setelah ANA tes positif adalah ANA profil/ ENA seperti
tes antibodi terhadap nuklear spesifik, termasuk anti-ds DNA, Sm, nRNP, Ro(SSA), La (SSB), Scl-70
dan anti-Jo.
Antibodi anti-ds DNA merupakan tes spesifik untuk SLE, spesifitasnya hampir 100%.
29. KESIMPULAN
Pada kondisi klinik anti ds-DNA positif menunjang diagnosis SLE, sementara bila anti ds-DNA
negatif tidak menyingkirkan SLE. Meskipun anti-Sm didapatkan pada 15%-30% pasien SLE, tes
ini jarang dijumpai pada penyakit lain atau orang normal. Tes anti-Sm relatif spesifik untuk SLE
dan dapat digunakan untuk diagnosis SLE. Titer anti-Sm yang tinggi lebih spesifik untuk SLE .
Seperti anti-ds DNA, anti-Sm yang negatif tidak menyingkirkan diagnosis
30. DIAGNOSIS BANDING
Beberapa penyakit atau kondisi di bawah ini seringkali mengacaukan diagnosis akibat gambaran
klinis yang mirip atau beberapa tes laboratorium yang serupa, yaitu:
Undifferented connective tissue disease
Sindrom sjogren
Sindrome antibodi antifosfolipid (APS)
Fibromialgia
Purpura trombositopenik idiopatik
Lupus imbas obat
Artritis reumatoid dini
Vaskulitis
34. Indikasi pemberian steroid
Dosis rendah -> SLE relatif tenang
Dosis sedang-tinggi -> SLE yang aktif
Dosis sangat tinggi dan terapi pulse -> keadaan krisis akut yang berat (vaskulitis luas,
nefritis lupus, lupus serebral)
35. Terminologi pembagian dosis
kortikosteroid
Dosis rendah : ≤7,5 mg prednison atau setara perhari
Dosis sedang : > 7,5 mg, tetapi ≤ 30 mg prednison atau setara perhari
Dosis tinggi: > 30 mg, tetapi ≤ 100 mg prednison atau setara perhari
Dosis sangat tinggi: > 100 mg predinson atau setara perhari
Dosis pulse: ≥250 prednison atau setara perhari untuk 1 hari atau beberapa hari
36. PROGNOSIS
• Mortalitas lupus sangat tergantung pada organ yang terlibat, bila organ vital yang terlibat maka
mortalitasnya sangat tinggi
• Dengan kemajuan pengobatan lupus, mortalitasnya jauh lebih baik dibanding pada 2-3 dekade y
lalu.