Tes dan interpretasi cairan asites meliputi tes makroskopis, kimia, dan mikroskopis. Tes makroskopis menilai volume, warna, kejernihan, berat jenis, dan bekuan cairan. Tes kimia meliputi tes protein, glukosa, LDH, dan tes-tes tambahan untuk mendiagnosis penyebab asites. Tes mikroskopis menghitung jumlah sel untuk membedakan transudat dan eksudat. Hasil tes digunakan untuk mendiagn
2. PENDAHULUAN
Asites :
Akumulasi cairan yang berlebihan di ruang
intraperitoneal (rongga serosa) oleh berbagai
sebab.
Normal ruang intra peritoneal hanya berisi 1-
10 ml cairan untuk membasahi lapisan atau
tunika serosa.
Keseimbangan cairan intraperitoneal
tergantung tekanan koloid osmotik dalam
kapiler, permeabilitas dinding kapiler dan
tekanan hidrostatik.
3. Patogenesis terbentuknya asites :
Peninggian permeabilitas kapiler karena
inflamasi, yang disertai kenaikan kadar protein
darah lebih dari 3mg/dl.
Penurunan tekanan koloid osmotik, karena
gangguan sintesis albumin, penurunan kadar
protein darah kurang dari 2,5mg/dl.
Peninggian tekanan hidrostatik karena peninggian
tekanan vena misalnya pada payah jantung
kongestif atau pada sirosis hepatis.
Hambatan aliran limfe karena tumor, inflamasi,
fibrosis, dll
Perforasi organ atau ruptur pembuluh darah oleh
trauma, misalnya perforasi usus.
4. METODE :
Pengambilan sampel cairan asites dilakukan
dengan punksi abdominal/peritoneal :
Indikasi punksi abdominal :
Indikasi Terapeutik : Untuk mengurangi
tekanan intra abdominal.
Indikasi Diagnostik : Untuk menentukan
diagnosis dan penanganan.
5. Persiapan pasien :
– Jelaskan tujuan tes dan cara pengambilan
sampel. Penjelasan yang tepat mengenai tujuan
dan cara kerja membantu menimbulkan sikap
koperatif dari penderita dan memudahkan
dalam melakukan tindakan.
– Buat surat persetujuan tindakan.
– Monitor tanda vital (tensi,nadi) penderita
sebelum, selama dan sesudah pengambilan
sampel.
7. 1. Volume
Pra analitik :
Persiapan sampel : tidak ada persiapan
khusus
Prinsip tes : makin besar volume cairan
asites menunjukkan besarnya
penekan-an organ intraperitoneal
Alat : Gelas ukur .
8. Analitik :
Cara kerja : melihat besarnya
volume cairan asites pada gelas ukur
Pasca analitik :
Interpretasi :
Volume cairan menunjukkan
beratnya penyakit dan besarnya
penekanan intra abdominal
9. 2. Warna dan kejernihan
Pra analitik
Persiapan sampel : tidak ada persiapan
khusus
Prinsip tes : setiap kelainan memberi
warna dan kejernihan yang berbeda.
Alat : tabung yang jernih.
Analitik
Cara kerja : lihat warna dan kejernihan
sampel
10. Pasca analitik
Interpretasi :
– Warna transudat biasanya kekuning-
kuningan dan jernih sedang eksudat dapat
berbeda-beda
– Bilirubin memberi warna kuning
– Darah berwarna merah atau coklat
– Pus memberi warna putih-kuning dan
keruh
– Chylus putih seperti susu dan keruh
11. 3. Berat jenis (BJ)
Pra analitik
Persiapan sampel : tidak ada
persiapan khusus
Prinsip tes : menentukan jenis cairan
Alat : Urinometer bila cairannya
banyak, bila sedikit dipakai
refraktometer
12. Analitik
Cara kerja :
BJ yang diukur dengan menggunakan hidrometer
atau urinometer, hasil pembacaan pada
urinometer dikoreksi dengan temperatur ruangan
seperti pada urinalisa
Suhu kamar : Suhu ruangan saat pemeriksaan.
Suhu tera : suhu yang tertulis pada alat
~ Pengukuran BJ dengan refraktometer
Suhu kamar – suhu tera x 0,001 + BJ pd hidrometer
BJ = -------------------------------------------------------------
3
13. Cara Kerja :
Bersihkan permukaan prisma refraktometer
dengan kain yang lembab, kemudian dengan
kain kering. Tutup dengan penutupnya, pegang
secara horisontal. Teteskan 1 tetes cairan
asites pada lekukan penutup prisma. Arahkan
alat ke arah sumber sinar. Fokuskan eye piece,
langsung baca skala dimana terlihat batas
antara gelap dan terang .
Pasca analitik :
Interpretasi :
BJ cairan ascites (transudat) umumnya
1,018. Bila >1,018 menunjukkan adanya
proses inflamasi (eksudat) .
14. 4. Bekuan
Pra analitik
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus
Prinsip tes : fibrinogen menyebabkan sampel
membeku.
Alat : tabung yang jernih.
Analitik
Cara kerja : biarkan sampel selama 1 jam, kemudian
lihat apakah ada bekuan atau tidak.
Pasca analitik
Interpretasi :
Bekuan ( + ) : eksudat : ada proses peradangan
Bekuan ( - ) : transudat
15. B. TES KIMIA
Tujuan tes: Membedakan transudat dan eksudat
Pemeriksaan Kimia mencakup :
Tes Rivalta (Tes Seromusin/tes protein kualitatif)
Tes protein kuantitatif
Tes glukosa kuantitatif
Tes LDH (Laktat Dehidrogenase) kuantitatif
16. 1. Tes Rivalta (tes seromusin/tes
protein kualitatif)
Pra analitik
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes:
Penambahan asam asetat glacial pada
cairan akan menimbulkan terjadinya
penggumpalan protein, yang terlihat
sebagai kekeruhan .
17. Alat dan bahan :
gelas ukur
pipet tetes
asam asetat glacial
aquades.
Analitik
Cara kerja :
–Campurkan asam asetat glasial 2 tetes
dalam aquades 100 ml.
–Teteskan setetes cairan asites pada
permukaan larutan tersebut.
19. Tes Protein (Kuantitatif)
Pra analitik
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Metode semi otomatis
Prinsip tes : Protein dengan ion Cuprum (Cu)
dalam larutan alkalis akan
membentuk kompleks senyawa
yang berwarna ungu kebiruan.
Absorban warna yang dihasilkan
dibaca pada panjang gelombang 540
nm.
20. Alat dan bahan metode semiotomatik:
Fotometer
Pipet ukur 5 ml
Pipet mikro 50 ul,250ul
Inkubator 37C
Pipet volumetrik 50 ml
Reagen : NaOH 6 mol/liter
Reagen Biuret
Larutan NaCl-Na azide
Larutan standar Protein 100g/l
Reagen blanko biuret
21. Analitik
Cara kerja Semiotomatik
Pipetkan kedalam tabung-tabung sbb:
Larutan Blanko reagen Blanko standar standar sampel Blanko
sampel
Reagen biuret 2,5 ml - 2,5 ml 2,5 ml -
Reagen blanko - 2,5 ml - - 2,5 ml
Biuret
Protein Standar - 50 ul 50 ul - -
100g/l
Sampel pasien - - - 50ul 50 ul
Akuades 50 ul - - - -
22. Perhitungan Semiotomatik :
Kadar Protein : T x 100 g/l
S
T = Absorban sampel - absorban blanko
sampel – absorban blanko reagen
S = Absorban standar – absorban blanko
standar – absorban blanko reagen
23. b. Cara otomatis
Pra analitik
Persiapan sampel : tidak ada
persiapan khusus.
Prinsip tes:
Protein + Cu+ Cu-
Protein kompleks
Pembacaan dilakukan dengan
fotometer
24. Alat dan bahan cara otomatis :
Pipet mikro 500 ul
Tabung mikro
Rak tabung, rak reagen
Alat otomatis Cobas Mira
Reagen 1: Reagen Blank
Reagen 2 : Reagen Biuret
25. Analitik
Cara kerja :
Masukkan 500 ul sampel cairan asites
ke dalam tabung mikro.
Letakkan tabung mikro pada rak tabung.
Siapkan reagen pada rak reagen
masukkan dalam alat otomatis Cobas
Mira.
Buat program untuk pemeriksaan
protein. Selanjutnya pemeriksaan
berjalan secara otomatis.
27. 3. Tes glukosa kuantitatif
Pra analitik
– Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus
– Metode : Heksokinase.
Akibat penambahan reagen terhadap sampel
yang mengandung glukosa
28. Prinsip tes :
HK
Glukosa + ATP G-6-P + ADP
Heksokinase mengkatalisasi fosforilase glukosa
menjadi glukosa-6-fosfatase
G-6-PDH
G-6-P + NADP gluconate-6-P + NADPH
+ H
Konsentrasi glukosa diukur dengan fotometer.
29. Alat dan bahan:
Pipet mikro 500 ul
Tabung mikro
Rak tabung
Reagen 1 : Buffer/ATP/NADP
Reagen 2 : HK/G-6-PDH
Alat otomatis Cobas Mira.
30. Analitik
Cara Kerja :
Masukkan 500 ul sampel cairan asites ke
dalam tabung mikro.
Letakkan tabung mikro pada rak tabung.
Siapkan reagen pada rak reagen masukkan
dalam alat otomatis Cobas Mira.
Buat program untuk pemeriksaan.
Selanjutnya pemeriksaan berjalan secara
otomatis.
32. 4. Tes LDH kuantitatif
Pra Analitik
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes :
Kinetik UV Pyruvate + NADH + H+ LDH L-
Laktat + NAD+
NADH akan mengoksidasi secara langsung
dengan bantuan aktivasi LDH dan diukur
dengan fotometer.
33. Alat dan bahan:
– Pipet mikro 500l
– Tabung mikro
– Rak tabung
– Alat otomatis Cobas Mira
– Reagen 1 : Buffer/ATP/NADP
– Reagen 2 : HK/G-6-PDH
34. Analitik
Cara kerja :
Masukkan 500l sampel cairan asites ke
dalam tabung mikro.
Letakkan tabung mikro pada rak tabung.
Siapkan reagen pada rak reagen masukkan
dalam alat otomatis Cobas Mira.
Kalau terjadi kesukaran dalam membedakan
eksudat dan transudat maka biasanya
dilakukan tes LDH
35. Pasca analitik
Interpretasi :
Bila kadar LDH kurang dari 200IU/l
adalah transudat
Kadar LDH sama atau lebih dari 200IU/l
adalah eksudat.
36. TES KIMIA TAMBAHAN UNTUK
CAIRAN ASITES :
Enzim amilase
Alkali fosfatase
Laktat
Ureum kreatinin
Amonia
Bilirubin
37. 1. Tes enzim amilase
Pemeriksaan rutin
Dilakukan bila ada dugaan asites yang
disebabkan pankreatitis, pseudokistik
pankreas dan perforasi pankreas atau
gastroduodenal.
Nilai normal enzim amilase pada cairan
asites sama dengan nilai normal pada
plasma darah.
Bila terdapat peningkatan enzim amilase
lebih tiga kali enzim amilase plasma
menunjukkan adanya keadaan patologis
diatas.
38. 2. Tes Alkali fosfatase
Dilakukan bila ada dugaan ruptur gaster,
nilai alkali fosfatase >10 IU/l.
3. Tes Laktat
Dilakukan bila ada dugaan peritonitis
bakterial. Nilai laktat pada peritonitis
bakterial 4,44mmol/l.
4. Tes Ureum Kreatinin
Dilakukan bila ada dugaan asites yang
disebabkan oleh ruptur traktur urinarius,
misalnya pada ruptur buli-buli. Pada ruptur
buli-buli didapatkan nilai ureum kreatinin
cairan asites lebih dari ureum kreatinin
serum.
39. 5. Tes Amonia
Dilakukan bila ada dugaan asites yang
disebabkan oleh perforasi ulkus
peptik, ruptur appendiks, strangulasi
usus dan ruptur buli-buli. Nilai amonia
cairan asites pada keadaan tersebut
lebih dari amonia serum.
6. Tes Bilirubin
Dilakukan bila ada dugaan asites yang
disebabkan oleh oleh ruptur vesica
fellea, nilai bilirubin lebih dari 6,0mg/dl.
40. C. TES MIKROSKOPI
1. Hitung Jumlah sel
Tujuan : Membedakan transudat dan
eksudat.
Hitung jumlah lekosit dilakukan bila diduga
cairan asites tersebut bersifat eksudatif.
Pra Analitik :
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : menghitung jumlah sel lekosit pada
cairan asites
41. Alat dan bahan :
Larutan Turk
kamar hitung Improved New Bauer
pipet mikro ukuran 20ul, 200ul
mikroskop.
Analitik :
Cara kerja :
Encerkan cairan asites dengan larutan Turk
dengan pengenceran 10 kali.
Hasil pengenceran diteteskan pada kamar
hitung, kemudian dibaca di bawah mikroskop
pada empat kotak lekosit, hasil perhitungan
dikali 25/mm3 .
42. Pasca analitik :
Interpretasi :
Lebih dari 80% transudat dan kurang dari 20
% eksudat menunjukkan jumlah lekosit <
1000/mm 3
Jumlah lekosit > 10.000/mm 3 dijumpai
pada pankreatitis.
Jumlah lekosit 25-100.000/mm3 dijumpai
pada peritonitis bacterial
Jumlah lekosit 5-10.000/mm3 dijumpai pada
peritonitis TB
43. 2. Hitung Jumlah Eritrosit:
Pra analitik
– Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
– Prinsip:
Hitung jumlah eritrosit dilakukan bila cairan asites
berwarna kemerahan.Untuk membedakan darah
tersebut akibat punksi perco-baan, maka asites
yang diambil untuk pemeriksaan mikroskopik
terutama untuk pemeriksaan hitung eritrosit tidak
diambil dari cairan yang pertama kali keluar dari
drainase tetapi sebaiknya diambil saat
pertengahan drainase.
44. Alat dan bahan :
larutan Hayem
kamar hitung Improved New
Bauer
pipet mikro ukuran 20ul, 200ul
mikroskop.
45. Analitik
Cara kerja :
Encerkan cairan asites dengan larutan
Hayem dengan pengenceran 200 kali.
Hasil pengenceran diteteskan pada kamar
hitung, kemudian dibaca di bawah
mikroskop pada lima kotak eritrosit, hasil
perhitungan dikali 10.000/mm3.
46. Pasca analitik
Interpretasi :
~ jumlah eritrosit >100.000/mm3
menunjukkan adanya trauma atau
keganasan.
~ Bila jumlah eritrosit <100.000/mm3
kemungkinan eritrosit berasal akibat
punksi percobaan.
47. 3. Hitung Jenis
Pra analitik
Persiapan sampel : sampel disentrifus kemudian
yang diambil adalah sedimennya.
Prinsip tes: Perbedaan morfologi lekosit dan
daya serap masing-masing jenis lekosit
terhadap zat warna. Untuk membedakan jenis
inflamasi akut atau kronis maka dilakukan
pemeriksaan hitung jenis sel.
48. Alat dan bahan :
alat sentrifus
kaca objek,
metil alkohol (fiksasi),
pewarnaan Giemsa,
pengukur waktu.
49. Analitik
Cara kerja :
Sedimen cairan asites dibuat hapusan
kemudian biarkan kering.
Fiksasi dengan metil alkohol dan setelah
kering diwarnai dengan Giemsa selama 20
menit.
Kemudian bilas dengan air mengalir.
Hasilnya dibaca di bawah mikroskop.
51. D. TES MIKROBIOLOGI
a. Pewarnaan Gram
Pra analitik
Persiapan sampel : sampel ditempatkan dalam
tabung yang steril (tabung kaca dengan sterilisasi
autoklaf, tabung plastik dengan ultraviolet, dapat
diperoleh di bagian mikrobiologi) tanpa
antikoagulan.
Prinsip tes: bakteri akan menyerap zat warna
tertentu yaitu kristal violet. Dengan penguatan
lugol, bakteri Gram positif akan tetap mengikat
warna ungu meskipun ada penambahan alkohol
dan fuschin/safranin, sedangkan bakteri Gram
negatif akan melepaskan warna ungu dengan
adanya penam-bahan alkohol akan mengikat
safranin atau fuchsin menjadi warna merah.
52. Alat dan bahan :
– Gelas objek
– Minyak emersi
– Mikroskop
– Rak pewarnaan
– Bunsen
– Reagen
53. Cat Gram A :
Kristal violet (warna ungu) ……… 2 gram
Alkohol 96%………………… 20 cc
Amonium oxalat 1 % dalam aqua 80 cc
Cat Gram B:
Jodium (warna coklat) …………… 1 gram
Kalium jodida………………. …….. .2 gram
Aquades ……………………. …… 300 cc
Cat Gram C :
Aceton (tdk berwarna) ……………30 cc
Alkohol ……………………………70 cc
Cat Gram D :
Safranin ………………………….1 gram
Alkohol 96% ……………………10 cc
Aquades ………………………….90 cc
54. Analitik
Cara kerja :
Buatlah sediaan di atas kaca objek,
keringkan pada suhu kamar dan panaskan di
atas api 3 – 4 menit. Dinginkan.
Letakkan sediaan di atas rak pewarnaan.
Preparat yang telah siap dicat digenangi
dengan cat Gram A selama 1- 3 menit.
Kuman Gram (+) dan Gram (-) akan
berwarna ungu, kemudian cat dibuat dan
tanpa dicuci.
Kemudian digenangi cat Gram B selama ½ -
1 menit, kemudian dicuci dengan air
mengalir.
55. Tetesi / dicelup cat Gram C sampai warna
dilunturkan
Kemudian ditetesi dengan cat Gram D selama 1–2
menit.
Gram D merupakan warna kontras maka bakteri
Gram (+) yang telah mengikat cat gram A tidak
mampu mengikat Gram D, sehingga bakteri tetap
berwarna ungu, sedangkan bakteri Gram (-) yang
telah dilunturkan oleh cat Gram C (bakteri tidak
berwarna), akan mengikat warna cat Gram D
sehingga bakteri akan berwarna merah.
Cuci dengan air dan keringkan di udara. Setelah
kering lihat di bawah mikroskop pembesaran 100 x
menggunakan minyak emersi.
56. Pasca analitik
Interpretasi :
Gram positif (+) : bakteri akan berwarna
ungu, bentuknya jelas (batang atau kokus)
Gram negatif (-) : bakteri akan berwarna
merah, bentuknya jelas (batang atau
kokus )
57. b. Pewarnaan Ziehl Neelsen
Pra analitik
Persiapan sampel : sampel ditempatkan
dalam tabung yang steril (tabung kaca
dengan sterilisasi autoklaf, tabung
plastik dengan ultraviolet, dapat
diperoleh di bagian mikrobiologi) tanpa
antikoagulan.
Prinsip tes : bakteri akan mengikat
warna merah sesuai sifatnya.
58. Alat dan bahan :
Gelas objek
Minyak emersi
Mikroskop
Rak pewarnaan
Bunsen
Sengkelit
Kaca objek
Reagen :
- Ziehl Neelsen A
- Ziehl Neelsen B
- Ziehl Neelsen C
59. Analitik
Cara kerja :
Buatlah sediaan di atas kaca objek, keringkan pada
suhu kamar dan panaskan di atas api 3– 4 menit.
Dinginkan. Letakkan sediaan di atas rak pewarnaan.
Preparat yang telah siap, dicat dan digenangi dengan
cat ZN – A, kemudian dipanasi dengan lampu
sampai menguap tetapi tidak mendidih. Bakteri yang
tahan asam dan yang tidak tahan asam akan
berwarna merah. Tunggu selama 5 menit kemudian
dicuci dengan air
Kemudian preparat ditetesi dengan cat ZN – B.
Bakteri yang tahan asam akan tetap berwarna
merah, sedang yang tidak tahan asam menjadi tidak
berwarna.
60. Setelah itu preparat segera diangkat dan
dicuci dengan air.
Genangi preparat dengan ZN – C selama 2
menit, bakteri yang tahan asam tidak akan
mengikat warna ZN – C, tetapi yang tidak
tahan asam akan mengikat warna biru.
Cuci preparat dengan air dan dikeringkan
dalam temperatur kamar.
Keringkan dan lihat di bawah mikroskop
dengan pembesaran 100x meng-gunakan
minyak emersi.
62. Ciri transudat dan eksudat sbb :
Transudat Eksudat
Warna
Bau
Kejernihan
Berat jenis
Bekuan
Protein
Glukosa
LDH
Tes Rivalta
Sel-sel
Bakteriologik
(mikroskopik
/kultur)
kuning muda
Tidak berbau
encer, jernih
kurang dari 1,018 (1,005-
1015)
tidak ada
kurang dari 3mg/dl
+ sama dengan plasma
kurang dari 200IU/l
negatif
kurang dari1000/mm3
negatif
muda purulen,
mengandung darah
Chyloid (bervariasi).
lebih atau sama dengan 1,018
Bekuan spontan oleh adanya
Fibrinogen
sama atau lebih dari 3mg/dl
kurang dari glukosa plasma
sama atau lebih dari 200IU/l
Positif
>1000/mm3(netrofil pada infeksi
akut, limfosit pada infeksi kronik)
positif