Dokumen tersebut membahas tentang strategi manajemen perusahaan yang mencakup visi dan misi perusahaan, tata kelola perusahaan, teori keagenan, budaya perusahaan, dan tujuan jangka panjang. Secara khusus, dibahas mengenai pengertian dan perbedaan antara visi dan misi perusahaan, prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik, hubungan antara pemilik modal dan manajer menurut teori keagenan, serta pen
BE &; GG, Roni Nugroho, Hapzi Ali, Ethics and Business Implementasi GCG , Uni...Roni Nugroho
Similar to 2,sm,lusianasari,prof.dr.hapzi ali,cma,visimisilongtermobyectivecorporateculturecorporategovermancetheoryagency,universitasmercubuana,2018 (19)
1. Strategic Manajement Page 1
STRATEGIC MANAGEMENT
VISI & MISI PERUSAHAAN, CORPORATE GOVERNANCE, AGENCY THEORY,
CORPORATE CULTUR, LONGTERM OBYECTIVE
Lusiana Sari
55117120148
Mahasiswa Magister Management
Universitas Mercu Buana
Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA
Dosen Magister Manajement
Universitas Mercu Buana
2018
2. Strategic Manajement Page 2
VISI & MISI PERUSAHAAN
Visi adalah pandangan jauh tentang suatu perusahaan ataupun lembaga dan lain-lain, visi
juga dapat di artikan sebagai tujuan perusahaan atau lembaga dan apa yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuannya tersebut pada masa yang akan datang atau masa depan. Visi tidak
dapat dituliskan secara lebih jelas karena menerangkan mengenai detail gambaran sistem
yang di tujunya, ini disebabkan perubahan ilmu serta situasi yang sulit diprediksi selama
masa yang panjang.
Misi adalah suatu pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan atau
lembaga dalam usaha mewujudkan Visi tersebut. Misi perusahaan di artikan sebagai tujuan
dan alasan mengapa perusahaan atau lembaga itu dibuat. Misi juga akan memberikan arah
sekaligus batasan-batasan proses pencapaian tujuan.
Visi merupakan suatu gambaran tentang masa depan, mau jadi apa nanti perusahaan,
organisasi ataupun suatu lembaga. Menentukan visi berarti juga menentukan tujuan serta cita-
cita yang ingin diraih. Misi adalah apa saja yang dapat dilakukan untuk mencapai Visi tadi.
Seperti yang sudah di jelaskan tadi Misi merupakan langkah, cara ataupun strategi apa untuk
mencapai Visi.
Dapat disimpulkan dari pernyataan di atas perbedaan antara visi dan misi adalah Visi
gambaran dan tujuan suatu lembaga atau perusahaan di masa depan sedangkan Misi adalah
cara untuk mencapai tujuan itu. Kadangkala Misi perlu dirubah sedemikian rupa jika Visi
belum juga tercapai. Jadi bukan visinya yang diubah hanya cara atau strategi untuk mencapai
tujuannya saja yang diubah.
CORPORATE GOVERNANCE
Menurut OECD dalam Leo J. Susilo dan Karlen Simarmata, 2007:17, Corporate governance
merupakan seperangkat tata hubungan diantara manajemen perseroan, direksi, komisaris,
pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya.
3. Strategic Manajement Page 3
Menurut IICG dalam G. Suprayitno, et all, 2004:18, Corporate governance sebagai proses
dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama
meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholders yang lain.
Tata kelola perusahaan menunjukkan hubungan antara 3 pihak yaitu, pemegang saham,
dewan direksi, dan manajemen puncak dalam menentukan arah dan kinerja perusahaan.
Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Menurut KEPMEN BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 pada pasal 3, prinsip-prinsip Good
Corporate Governance, yaitu :
a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai perusahaan;
b. Kemandirian, yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa
benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
c. Akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif;
d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
e. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang
timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Menurut Christian Herdinata (2008), prinsip-prinsip GCG memegang peranan penting, antara
lain:
a. Pemenuhan informasi penting yang berkaitan dengan kinerja suatu perusahaan sebagai
bahan pertimbangan bagi para pemegang saham atau calon investor untuk menanamkan
modalnya;
b. Perlindungan terhadap kedudukan pemegang saham dari penyalahgunaan wewenang dan
penipuan yang dapat dilakukan oleh direksi atau komisaris perusahaan;
4. Strategic Manajement Page 4
c. Perwujudan tanggung jawab perusahaan untuk mematuhi dan menjalankan setiap aturan
yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan di negara asalnya atau tempatnya
berdomisili secara konsisten, termasuk peraturan dibidang lingkungan hidup, persaingan
usaha, ketenagakerjaan, perpajakan, perlindungan konsumen, dan sebagainya.
Manfaat Good Corporate Governance
Good Corporate Governance akan memberikan empat manfaat besar (Wilson Arafat,
2008:10), yaitu:
a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan
yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan
pelayanan kepada stakeholders.
b. Meningkatkan corporate value.
c. Meningkatkan kepercayaan investor.
d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan
meningkatkan shareholder’s value dan dividen.
Good Corporate Governance di Indonesia
Melihat pentingnya GCG, maka diperlukan adanya perangkat hukum atau pedoman dalam
mengimplementasikan Good Corporate Governance. Di Indonesia, pemerintah melalui
Keputusan Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan dan Industri No.
Kep/31/M.EKUIN/08/1999, telah membentuk suatu badan yang diberi nama Komite
Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG)). Komite Nasional ini bertugas untuk
merumuskan dan merekomendasikan kebijakan nasional mengenai pengelolaan perusahaan.
Komite Nasional ini telah merumuskan suatu Kerangka Kerja Good Corporate Governance
atau Pedoman Good Corporate Governance.
5. Strategic Manajement Page 5
AGENCY THEORY
Pengertian Agency Theory
Pihak principals adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk
melakukan semua kegiatan atas nama principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil
keputusan (Jensen dan Smith, 1984).
Anthony dan Govindarajan (2005), pengertian teori agensi adalah hubungan atau kontrak
antara principal dan agent. Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-
mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepentingan antara principal dan agent.
Suatu hubungan agency muncul ketika satu atau lebih individu yang disebut pelaku
(principals), memperkerjakan satu atau lebih individu lain, yang disebut agen, untuk
melakukan layanan tertentu dan kemudian mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan
kepada agen.
Efek Agensi
Ketika agency terjadi cenderung menimbulkan biaya agensi (agency cost), yaitu biaya yang
dikeluarkan dalam rangka untuk mempertahankan hubungan agency yang efektif (misalnya
menawarkan bonus kinerja manajemen untuk mendorong manajer bertindak untuk
kepentingan pemegang saham).
Asumsi Agensi
Menurut Siagian (2011) atau Eisenhardt (1989) dalam Suryani (2010), menyatakan bahwa
teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu:
1. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest);
2. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded
rationality); dan
3. Manusia selalu menghindari risiko (risk averse).
6. Strategic Manajement Page 6
Hubungan Keagenen Atau Hubungan Agensi
Sampai saat ini telah diketahui ada lima macam hubungan keagenen, yaitu:
1. Manajer vs pemegang saham yaitu pemegang saham menginginkan kenaikan
keuntungan, tetapi manajer memiliki kepentingannya sendiri.
2. Manajer vs pemegang utang, yaitu manajer mangutak-atik laporan keuangan agar
terlihat bagus sehingga diberi pinjaman.
3. Manajer vs pemerintah, yaitu perusahaan yang besar cenderung diawasi oleh
pemerintah.
4. Pemegang saham vs pemegang utang, yaitu manajer diasumsikan bertindak atas nama
pemegang saham sehingga manajer bertindak sebagai agen dan pemegang utang
sebagai prinsipal.
5. Pemegang saham mayoritas vs pemegang saham minoritas, yaitu pemengan saham
mayoritas cenderung mementingkan kepentingannya sendiri dengan mengorbankan
kepentingan pemengang saham minoritas.
Teori Keagenan Menurut Jensen dan Meckling
1. Teori keagenan (agency theory) dipopulerkan oleh Jensen dan Meckling (1996) dalam
Imanta (2011).
Teori ini muncul ketika ada hubungan kontrak kerja sama antara manager dan pemegang
saham yang digambarkan sebagai hubungan antara agent (manajemen), principal (pemegang
saham).
Hubungan kontrak kerja sama tersebut berupa pemberian wewenang oleh principal kepada
agent untuk bekerja demi pencapaian tujuan principal. Manager diangkat oleh pemilik untuk
menjalankan operasional perusahaan karena pemegang saham memiliki keterbatasan dalam
mengelola perusahaan. Pemisahan antara fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan inillah
yang nantinya memicu adanya konflik kepentingan (agency conflict).
2. Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Vidyantie dan Handayani
Menurut Vidyantie dan Handayani (2006) dalam Imanta (2011), teori keagenan atau agency
theory mengasumsikan bahwa setiap individu dalam perusahaan hanya bertindak atas dasar
7. Strategic Manajement Page 7
kepentingan mereka masing-masing. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya
tertarik pada pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepat-cepatnya atas investasi
mereka, yang salah satunya tercermin dengan kenaikan porsi dividen dari tiap saham yang
dimiliki. Sedangkan agen diasumsikan termotivasi untuk meningkatkan insentif atau
kompensasi yang diperoleh dari setiap kemampuan yang telah dikeluarkan. Pemegang saham
menilai kinerja berdasarkan kemampuan manajer dalam menghasilkan laba perusahaan.
Sebaliknya, manajer berusaha memenuhi tuntutan pemegang saham untuk menghasilkan laba
yang maksimal agar mendapatkan kompensasi atau insentif yang diinginakan. Namun,
manajer seringkali melakukan manipulasi saat melaporkan kondisi perusahaan kepada
pemegang saham agar tujuannya dapat tercapai.
Kondisi perusahaan yang dilaporkan oleh manajer tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya
terjadi atau tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan
karena perbedaan informasi yang dimiliki antara manajer dengan pemegang saham. Sebagai
pengelola, manajer lebih mengetahui keadaan yang ada dalam perusahaan dari pada
pemegang saham. Keadaan tersebut dikenal sebagai asimetri informasi.
Konflik Kepentingan Masalah Agensi
Macam Konflik Kepentingan
Menurut Smith (2011) dalam Fatmawati (2013) ada dua macam konflik kepentingan yaitu:
1. Moral hazard
Tindakan agen yang tidak sesuai etika dan mementingkan diri sendiri biasanya tidak
diketahui oleh prinsipal. Selain itu, kontrak keagenan didasarkan pada imperfect, yaitu
principal tidak mengetahui seluk-beluk informasi perusahaan yang berkaitan dengan tindakan
agen.
2. Adverse selection
Agen memiliki informasi yang lebih lengkap ketika kontrak dengan prinsipal belum dibuat
(pre-contracting Private information) dan informasi yang lengkap baru diungkapkan setelah
kontrak dijalankan sebelum keputusan dibuat (superior Post contracting but pre-decision
private information).
8. Strategic Manajement Page 8
Prinsipal tidak mampu mengontrol apakah agen bertindak untuk kepentingan prinsipal atau
kepentingan agen itu sendiri.
Macam Kos Keagenan
Adanya masalah keagenan menyebabkan munculnya agency cost atau kos keagenan.
Menurut Jensen & Meckling (1976) dalam Fatmawati (2013), terdapat 3 macam kos
keagenan yaitu:
1. Kos monitoring yang dikeluarkan oleh prinsipal, yaitu biaya-biaya untuk memonitor
perilaku para agen, contohnya adalah mengaudit laporan keuangan.
2. Kos bonding yang dikeluarkan oleh agen, yaitu biaya-biaya untuk menjamin bahwa
agen tidak akan melakukan tindakan tertentu yang akan merugikan prinsipal,
contohnya adalah mempersiapkan laporan keuangan.
3. Kerugian residual, yaitu jumlah kerugian yang dialami oleh prinsipal yang
dikarenakan penyimpangan perilaku dan terlalu mahal untuk menghilangkan semua
perilaku oportunistik
Corporate Cultur
Pengertian Corporate Culture
Corporate Culture merupakan kebutuhan dan aspirasi dari anggota kelompok yang berupa
aturan-aturan yang bisa mengakomodasi kebutuhan dan keinginan dari masing-masing
anggota kelompok dalam satu kesatuan organisasi.
Organizational culture atau corporate culture dideskripsikan sebagai kumpulan norma,
kepercayaan, prinsip dan cara berperilaku yang secara bersama – sama menciptakan perilaku
yang berbeda dari tiap – tiap organisasi (Willcoxson & Millett, 2000)
9. Strategic Manajement Page 9
Corporate Culture adalah "pola nilai-nilai dan keyakinan bersama yang membantu individu
memahami fungsi organisasi dan dengan demikian menyediakan mereka norma-norma
perilaku dalam organisasi "(Deshpande dan Webster 1989,ppp.4)
Dimensi Corporate Cultur
Terdapat banyak dimensi yang membedakan budaya. Dimensi ini mempengaruhi perilaku
yang dapat mengakibatkan kekeliruan pemahaman, ketidakepakatan, atau bahkan konflik.
Konsep budaya pada awalnya berasal dari lapangan antropologi dan mendapat tempat pada
awal perkembangan ilmu perilaku organisasi.
Hofsede (dalam Gibson, 1996) mengemukakan empat dimensi budaya, yaitu:
1) Penghindaran Atas Ketidakpastian, adalah tingkat dimana anggota masyarakat merasa
tidak nyaman dengan ketidakpastian dan ambiguitas. Perasaan ini mengarahkan mereka
untuk mempercayai kepastian yang menjanjikan dan untuk memelihara lembaga-lembaga
yang melindungi penyesuaian.
2) Maskulin VS Feminisme, Maskulinitas berarti kecenderungan dalam masyarakat akan
prestasi, kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan materil. Feminitas berarti
kecenderungan akan kesederhanaan, perhatian pada yang lemah, dan kualitas hidup.
3) Jarak Kekuasaan, adalah ukuran dimana anggota suatu masyarakat menerima bahwa
kekuasaan dalam lembaga atau organisasi tidak didistribusikan secara merata.
4) Individualisme/Kolektivitisme, Individualisme merupakan sifat kultur nasional yang
mendeskripsikan tingkatan dimana orang lebih suka bertindak sebagai individu daripada
sebagai kelompok. Kolektivitisme menunjukkan kerangka sosial yang kuat dimana individu
mengharap orang lain dalam kelompok mereka untuk menjaga dan melindungi mereka.
TIPE-TIPE BUDAYA PERUSAHAAN
Menurut Cameron dan Quinn, Handy (dalam Amstrong 2003) yang diterjemahkan oleh
Sudarmanto (2009), mengemukakan 4 (empat) tipe budaya perusahaan yaitu :
1. Budaya Kekuasaan (Power Culture)
10. Strategic Manajement Page 10
Merupakan sumber kekuatan inti yang menonjolkan kontrol. ada beberapa peraturan atau
prosedur dan atmosfer kompetitif, berorientasi pada kekuatan, dan politis.
2. Budaya Peran (Role Culture)
Pekerjaan dikontrol oleh prosedur dan peraturan. Peran atau deskripsi jabatan adalah lebih
penting daripada orang yang mengisi jabatan tersebut.
3. Budaya Pendukung (Support Culture)
Tujuannya bersama-sama membawa orang yang tepat dan membiarkan mereka melakukan
tugas. Pengaruhnya lebih didasarkan pada kekuatan ahli daripada kekuatan posisi atau
pribadi.
4. Budaya Orang (People Culture)
Individu adalah titik utama, perusahaan hanya ada untuk melayani individu yang ada
dalam perusahaan.
Longterm Obyective
Tujuan jangka panjang didefinisikan sebagai hasil yang dicoba untuk dicapai oleh perusahaan
selama periode waktu tertentu, biasanya lima tahun. tujuan jangka panjang lainnya,
seharusnya dapat diterima, fleksibel, terukur seiring berjalannya waktu , memotivasi, sesuai,
dapat dipahami, dan dapat dicapai.
Strategi utama didefinisikan sebagai pendekatan komprehensif yang mengarahkan tindakan-
tindakan utama yang dirancang untuk mencapai tujuan jangka panjang. Lima Belas pilihan
strategi utama yang dibahas : pertumbuhan terkonsentrasi, pengembangan pasar,
pengembangan produk, inovasi, integrasi horizontal, integrasi vartikal, diversifikasi
konsentris, diversifikasi konglomerasi, putar haluan, divestasi, likuidasi, kepailitan, usaha
patungan, aliansi strategis, dan konsorsium. Untuk mencapai kemakmuran jangka
panjang,para perencana strategis umumnya menetapkan tujuan jangka panjang dalam 7
bidang yaitu :
11. Strategic Manajement Page 11
a) Probabilitas
kemampuan dari suatu perusahaan untuk beroprasi dalam jangka panjang bergantung pada
perolehan tingkat laba yang memadai yang dimana umumnya memiliki tujuan laba
dinyatakan dalam bentuk laba perusahaan atau tingkat pengembalian atas ekuitas.
b) Produktivitas
Perusahaan yang dapat memperbaiki hubungan input-output pada umunya dapat
meningkatkan produktivitas. Oleh karenanya perusahaan menyatakan suatu tujuan
produktivitas. Tujuan produktivitas yang umum digunakan adalah jumlah barang yang
diproduksi atau jumlah jasa yang diberikan per unit input. Namun tujuan produktivitas
kadang kala dinyatakan dalam bentuk penurunan biaya yang diinginkan.
c) Posisi kompetitif
Salah satu ukuran keberhasilan perusahaan adalah dominasi relatifnya di pasar.Sering kali
penjualan total atau pangsa pasar dijadikan sebagai ukuran posisi kompetitif perusahaan.
Tujuan yang berkaitan dengan posisi kompetitif dapat mengindikasikan prioritas jangka
panjang perusahaan.
d) Pengembangan karyawan
Karyawan menghargai pendidikan dan pelatihan sebagian karena hal tersebut mengarah pada
kompensasi dan jaminan kerja yang lebih tinggi. Hal ini sering kali meningkatkan
produktivitas dan mengurangi perputaran karyawan. Oleh karena itu para pembuat keputusan
strategis sering kali memasukkan tujuan pengembangan karyawan dalam rencana jangka
panjangnya.
e) Hubungan dengan karyawan
Para manajer strategis yakin produktivitas berhubungan dengan loyalitas karyawan dan
apresiasi atas perhatian manajer terhadap kesejahteraan karyawan. Oleh karena itu mereka
menetapkan tujuan untuk memperbaiki hubungan dengan karyawan. Beberapa tujuan
mencakup program keselamatan kerja, perwakilan pekerja dalam komitmen dan rencana
kompensasi berbasis saham.
f) Kepemimpinan Teknologi
12. Strategic Manajement Page 12
Perusahaan harus memutuskan apakah akan menjadi pemimpin atau hanya pengikut di pasar.
Setiap pendekatan dapat berhasil, tetapi masing-masing membutuhkan postur strategi yang
berbeda. Oleh karena itu banyak perusahaan menyatakan suatu tujuan berkaitan dengan
kepemimpinan teknologi.
g) Tanggung jawab kepada masyarakat
Banyak perusahaan mencoba untuk memenuhi tanggung jawab sosialnya melampaui
persyaratan pemerintah.Perusahaan itu bukan hanya bekerja untuk mengembangkan reputasi
sebagai produsen dari produk dan jasa dengan harga yang layak melainkan juga menjadi
warga negara yang bertanggung jawab.