SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
Download to read offline
ANALISIS PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD
CORPORATE GOVERNANCE PADA PT. AIA
FINANCIAL INDONESIA
TUGAS 2 – KELAS MAGISTER MANAGEMENT
Dosen : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
DISUSUN OLEH:
ADE CASWITO (55116120090)
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA 2017
DAFTAR ISI
ABSTRAK.......................................................................................................................1
BAB 1 .........................................................................................................................................2
I. PENDAHULUAN..............................................................................................2
1. Latar Belakang ...................................................................................................2
1. Tujuan.................................................................................................................5
2. Batasan Masalah.................................................................................................5
BAB II..............................................................................................................................6
LANDASAN TEORI.......................................................................................................6
1. Definisi Good Corporate Governance................................................................6
2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance.....................................................7
3. Penerapan Good Corporate Governance PT AIA FINANCIAL.......................8
5. Pedoman Good Corporate Governance............................................................12
6. Hubungan Agen Asuransi dan Perusahaan Asuransi .......................................16
7. Perjanjian keagenan asuransi ...........................................................................18
8. Skema Kerangka Pemikiran.............................................................................19
III. METODE PENULISAN..........................................................................................19
IV. ANALISA & PEMBAHASAN........................................................................20
4.1. Sejarah Perusahaan...............................................................................................20
4.2. Pernyataan Visi dan Misi Asuransi AIA Financial ...............................................21
4.4. Misi Asuransi AIA Financial: ...............................................................................22
4.5. Prinsip GCG Yang Diterapkan Agen Asuransi AIA Financial.............................22
4.6. Tanggung Jawab Direksi Agency AIA Financial dalam pengelolaan Perusahaan26
V. KESIMPULAN & SARAN ......................................................................................29
1. KESIMPULAN :..............................................................................................30
2. SARAN ............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................31
1
ABSTRAK
Good Corporate governance merupakan suatu proses dan struktur yang
digunakan perusahaan asuransi untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan dengan tetap memperhatikan kepentingan setiap
stakeholders berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika
yang mana harus dijalankan oleh setiap direksi agency mengingat agen
merupakan wali dari perusahaan asuransi.
Dalam penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaiamana Penerapan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada PT AIA Financial berdasarkan
Direksi Agency. Agen asuransi merupakan perantara dari perusahaan asuransi
dengan pihak tertanggung baik dalam penutupan pertanggungan maupun dalam
penyelesaian klaim asuransi. Agen bisa suatu badan hukum dan bisa juga orang
perorangan, yang melakukan tugasnya untuk dan atas nama penanggung
( principalnya). Perusahaan asuransi merupakan salah satu kekuatan ekonomi
nasional sehingga perlu menumbuhkan korporasi dan profesionalisme antara lain
melalui pembinaan pengurusan dan pengawasannya yang mana harus dilakukan
berdasarkan prinsipprinsip tata kelola perusahaan yang baik ( Good Corporate
Governance ) Dalam penerapannya Good Corporate Governance mempunyai
beberapa prinsip dasar, antara lain : transparency ( transparansi), independency
(kemandirian), accountability (akuntabilitas), responsibility (pertanggung
jawaban) dan fairness (kewajaran).
2
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia yang
bersumber dari keinginan untuk mengatasi ketidakpastian (uncertainty) yang
dapat menimbulkan ancaman bagi setiap pihak, baik sebagai pribadi maupun
sebagai pelaku bisnis. Kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan, baik
oleh perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Melihat dari banyaknya
kebutuhan usaha dan kegiatan dibidang perasuransian perlu terlebih dahulu
untuk diketahui bahwa asuransi memiliki beberapa pengertian baik dari sudut
pandang ekonomi, hukum, bisnis, sosial, itu berarti bisa empat defenisi bagi
asuransi.
1) Pandangan ekonomi, asuransi merupakan suatu metode untuk
mengurangi risiko dengan cara memindahkan dan mengkombinasikan
ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan (finansial). Jadi,
berdasarkan konsep ekonomi, asuransi berkenaan dengan pemindahan
dan mengkombinasikan risiko.
2) Sudut pandang hukum,asuransi merupakan suatu kontrak (perjanjian)
pertanggungan risiko antara tertanggung dengan penanggung.
Penanggung berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan risiko
yang dipertanggungkan kepada tertanggung. Sedangkan tertanggung
membayar premi secara periodik kepada penanggung. Jadi, tertanggung
mempertukarkan kerugian besar yang mungkin terjadi dengan
pembayaran tertentu yang relatif kecil.
3) Menurut pandangan bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang
usaha utamanya menerima/ menjual jasa, pemindahan risiko dari pihak
lain, dan memperoleh keuntungan dengan berbagi risiko (sharing of
risk) di antara sejumlah besar nasabahnya. Selain itu, asuransi juga
merupakan lembaga yang kegiatannya menghimpun dana (berupa
premi) dari masyarakat yang kemudian menginvestasikan dana itu
dalam berbagai kegiatan ekonomi (perusahaan).
4) Sudut pandang sosial, asuransi didefenisikan sebagai organisasi sosial yang
menerima pemindahan risiko dan mengumpulkan dana dari anggota-
anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada
3
masing-masing anggota tersebut. Karena kerugian tidak pasti akan
terjadi pada setiap anggota, maka anggota yang tidak pernah
mengalami kerugian dari sudut pandang sosial merupakan
penyumbang terhadap organisasi. Hal itu berarti kerugian anggota
dipikul bersama.
Lembaga Asuransi dikenal di Indonesia sejak masuknya Negara- Negara Eropa
ke Indonesia. Lembaga asuransi resmi masuk ke Indonesia sejak diberlakukan
KUHD yang berlaku untuk Indonesia atas dasar azas konkordansi yang dimuat
dalam Stb. 1943 No. 23 yang diundangkan pada tanggal 30 April 1947, dan mulai
berlaku pada tanggal 11 mei 1948. dengan dikenalnya Lembaga Asuransi di
Indonesia maka perkembangan selanjutnya berdirinya perusahaan-perusahaan
asuransi di Indonesia diantaranya adalah Asuransi AIA Financial.
PT. AIA Financial merupakan suatu perseroan yang bergerak dibidang asuransi.
Dalam menjalankan kegiatannya tersebut PT. AIA Financial sebagian besar
menjual asuransinya melalui agen. Agen menghubungi para konsumen atau
nasabah dan melaporkan secara langsung kepada pihak penanggung atau
perusahaan asuransi Untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu
mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang makin
terbuka dan kompetitif, perusahaan asuransi perlu menumbuhkan korporasi dan
profesionalisme antara lain melalui pembinaan pengurusan dan pengawasannya.
Pengurusan dan pengawasan perusahaan asuransi harus dilakukan berdasarkan
prinsip-prinsip efisiensi dan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik
(Good Corporate Governance). Korporasi-korporasi di Indonesia baik perusahaan-
perusahaan publik maupun terbuka di pasar modal harus mulai melihat Good
Corporate Governance bukan sebagai aksesoris belaka, tetapi suatu sistem nilai
dan praktek terbaik (best practice) yang sangat fundamental bagi peningkatan nilai
perusahaan dan menuntut pendekatan holistik dalam penerapannya. Mengapa
GCG? Secara teoritis, praktik Good Corporate Governance (GCG) dapat
meningkatkan nilai ( valuation ) perusahaan dengan meningkatkan kinerja.
Prinsip Good Corporate Governance (tata kelola perusahaan yang baik) adalah
sebagai perangkat aturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus ( pengelola perusahaan) misalnya direksi, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau suatu sistem yang mengatur
4
dan mengendalikan perusahaan. Penerapan prinsip GCG dalam perusahaan
asuransi melibatkan semua jajaran didalam perusahaan asuransi tersebut yang
salah satunya adalah agen asuransi. Yang mana pengelola perusahaan menduduki
jabatan sebagai direksi agency. Walaupun direksi agency hanya mewakili
perusahaan di setiap daerah,direksi agency juga mempunyai tugas dan tanggung
jawab dalam penerapan prinsip GCG ini yang apabila ditinjau lebih lanjut, tugas
dan tanggung jawab direksi agency tidak jauh berbeda dengan tugas dan tanggung
jawab direksi perusahaan pada umumnya yang tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT). Salah satu prinsip
yang diatur dalam Good Corporate Governance adalah keterbukaan. Dimana para
pemegang saham berhak atas penerimaan informasi dengan benar dan tepat pada
waktunya mengenai perusahaan dan dapat ikut berperan serta dalam
pengambilan keputusan mengenai perubahanperubahan yang mendasar atas
perusahaan serta turut serta memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.
Implementasi prinsip responsibilitas ( responsibility ) tercermin juga dari tugas
direksi yang menjamin aktivitas bisnisnya dijalankan berdasarkan prinsip
korporasi yang sehat, pemenuhan kewajiban terhadap pemerintah sesuai peraturan
berlaku, bekerjasama secara aktif bagi manfaat bersama, serta berupaya
berkontribusi nyata kepada masyarakat. Pengungkapan informasi materil dan
relevan mengenai kinerja, kondisi keuangan, dan informasi lainnya secara jelas,
memadai, dan tepat waktu, serta mudah diakses oleh stakeholders sesuai dengan
haknya merupakan implementasi prinsip keterbukaan (transparency) yang tidak
mengurangi kewajiban untuk melindungi informasi rahasia mengenai perusahaan
dan pelanggan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Dan
prinsip terakhir dalam penerapan GCG ini adalah Kemandirian (Independency).
Yang mana pengelolaan perusahaansecara profesional tanpa ada benturan
kepentingan atau pengaruh dan tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi
yang sehat.
5
1. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam pembahasan etika bisnis ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses penerapan prinsip Good Corporate Governance
(GCG) pada perusahaan asuransi.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah hubungan antara agen dengan
perusahaan asuransi dalam perjanjian keagenan asuransi..
2. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penulisan ini adalah hanya terbatas membahas proses
penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) pada perusahaan asuransi
yang dilakukan oleh PT. AIA Financial.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Definisi Good Corporate Governance
Good Corporate Governance (GCG) adalah prinsip yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta
kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para
shareholder khususnya, dan stakeholders pada umumnya. Tentu saja hal ini
dimaksudkan untuk mengatur kewenangan Direktur, manajer, pemegang saham
dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di lingkungan
tertentu Center for European Policy Studies (CEPS), punya formula lain. GCG,
papar pusat studi ini, merupakan seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak
(right), proses, serta pengendalian, baik yang ada didalam maupun diluar
manajemen perusahaan. Sebagai catatan, hak disini adalah hak seluruh
stakeholders, bukan terbatas kepada shareholders saja. Hak adalah berbagai
kekuatan yang dimiliki stakeholders secara individual untuk mempengaruhi
manajemen. Proses, maksudnya adalah mekanisme dari hak-hak tersebut. Adapun
pengendalian merupakan mekanisme yang memungkinkan stakeholders menerima
informasi yang diperlukan seputar aneka kegiatan perusahaan.
Sementara itu, ADB (Asian Development Bank) menjelaskan bahwa GCG
mengandung empat nilai utama yaitu: accountability, transparency, predictability
dan participation. Pengertian lain datang dari Finance Comitte on Corporate
Governance Malaysia. Menurut lembaga tersebut GCG merupakan suatu proses
serta struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus mengelola bisnis dan
urusan perusahaan kearah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas
perusahaan. Adapun tujuan akhirnya adalah menaikkan nilai saham dalam jangka
panjang tetapi tetap memerhatikan berbagai kepentingan para stakeholder lainnya.
Pengertian Good Corporate Governance Menurut Para Ahli Ada berbagai
pengertian Good Corporate Governance yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Corporate governance merupakan seperangkat tata hubungan diantara
manajemen perseroan, direksi, komisaris, pemegang saham dan para pemangku
kepentingan lainnya. (OECD dalam Leo J. Susilo dan Karlen Simarmata, 2007:17)
Corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam
menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang
saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan
7
stakeholders yang lain. (IICG dalam G. Suprayitno, et all, 2004:18)
Corporate governance adalah suatu konsep yang menyangkut struktur
perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan dan pembagian beban
tanggung jawab dari masing-masing unsur yang membentuk struktur perseroan,
dan mekanisme yang harus ditempuh oleh masing-masing unsur dari perseroan
tersebut, serta hubungan-hubungan antara unsur-unsur dari struktur perseroan itu
mulai dari RUPS, direksi, komisaris, juga mengatur hubungan-hubungan antara
unsur-unsur dari struktur perseroan dengan unsur-unsur di luar perseroan yang
pada hakekatnya merupakan stakeholders dari perseroan, yaitu negara yang sangat
berkepentingan akan perolehan pajak dari perseroan yang bersangkutan, dan
masyarakat luas yang meliputi para investor publik dari perseroan itu (dalam hal
perseroan merupakan perusahaan publik), calon investor, kreditor dan calon
kreditor perseroan. Corporate governance adalah suatu konsep yang luas. (Sutan
Remy Sjahdeini, 1999:1)
Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan
prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran
(fairness). (Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance Bagi Bank Umum). Berdasarkan uraian mengenai
corporate governance tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Good Corporate
Governance adalah suatu sistem pengelolaan perusahaan yang dirancang untuk
meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi kepentingan stakeholders dan
meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai
etika yang berlaku secara umum.
2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
Dalam praktik corporate governance berbeda disetiap negara dan perusahaan
karena berkaitan dengan sistem ekonomi, hukum, struktur kepemilikan, sosial dan
budaya. Perbedaan praktik ini menggambarkan perbedaan dalam kekuatan suatu
kontrak, sikap politik pemilik saham dan hutang. Dengan demikian beberapa
aturan, pedoman, atau prinsip yang digunakan dalam pelaksanaan corporate
governance juga akan berbeda (G. Suprayitno, et all, 2000:18). Konsentrasi
kepemilikan, ukuran perusahaan, dan jenis perusahaan akan mempengaruhi
kualitas implementasi Good Corporate Governance perusahaan (Deni Darmawati,
8
2006). Selain itu, pelaksanaan prinsip-prinsip dasar GCG harus
mempertimbangkan karakter setiap perusahaan seperti besarnya modal, pengaruh
dari kegiatannya terhadap masyarakat dan lain sebagainya. (Wilson Arafat,
2008:9). Prinsip-prinsip mengenai corporate governance memiliki banyak versi,
namun pada dasarnya mempunyai banyak kesamaan. Untuk penelitian ini prinsip-
prinsip Good Corporate Governance yang digunakan adalah prinsip-prinsip yang
dikenal sebagai “TARIF” (transparency, accountability, responsibility,
independency, fairness).
Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 bagian penjelasan umum
memberikan definisi prinsip-prinsip GCG sebagai berikut:
“Pertama transparansi (transparency) diartikan sebagai keterbukaan dalam
mengemukakan informasi yang materil dan relevan serta keterbukaan dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan. Kedua, akuntabilitas
(accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pertangungjawaban bank sehingga
pengelolaannya berjalan efektif. Ketiga, pertanggungjawaban (responsibility) yaitu
kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan prinsip pengelolaan bank yang sehat. Keempat, independensi (independency)
yaitu pengelolaan bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak
manapun. Kelima, kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam
memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”.
3. Penerapan Good Corporate Governance PT AIA FINANCIAL
PT AIA FINANCIAL (“Perusahaan”) senantiasa menerapkan prinsip Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada setiap aspek bisnisnya
dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya
sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 73/POJK.
05/2016 tentang Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan
Perasuransian serta peraturan pelaksanaannya serta peraturan pelaksanaannya.
Pelaksanaan tugas dan kewenangan organ Perusahaan yang terdiri dari Rapat
Umum Pemegang Saham (“RUPS”), Direksi dan Dewan Komisaris senantiasa
mengacu kepada prinsip-prinsip umum dan fungsional yang diatur dalam Undang-
undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perusahaan memiliki unit
bisnis syariah dan memiliki Dewan Pengawas Syariah (“DPS”) yang diangkat oleh
9
RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia. DPS mempunyai tugas dan
fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan kegiatan usaha unit bisnis syariah
Perusahaan.
Prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik meliputi keterbukaan (transparency),
akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian
(independency) dan kesetaraan dan kewajaran (fairness).
1. Keterbukaan (Transparency)
Dalam mewujudkan keterbukaan, Perusahaan menyediakan berbagai
informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu kepada para pemangku
kepentingan. Perusahaan mengkomunikasikan visi, sasaran dan strateginya
secara berkesinambungan dan berkelanjutan kepada manajemen, karyawan dan
pemangku kepentingan lainnya melalui berbagai aktivitas pertemuan dan
penyediaan informasi yang dapat diakses dengan mudah. Salah satu bentuk
komunikasi yang dilakukan oleh manajemen Perusahaan secara teratur kepada
karyawan adalah melalui pertemuan bersama karyawan (townhall) yang
diselenggarakan sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun. Dalam
townhall manajemen memaparkan, antara lain, pencapaian Perusahaan dan arah
strategi bisnis Perusahaan kepada karyawan.
Perusahaan secara teratur menyampaikan kepada Otoritas Jasa
Keuangan informasi keuangan serta informasi lainnya yang material dan
berdampak signifikan pada kinerja Perusahaan secara akurat dan tepat waktu.
Disamping itu, perusahaan juga menyediakan informasi mengenai laporan
keuangan dalam web site Perusahaan serta informasi penting lainnya yang
dapat diakses dengan mudah oleh para pemangku kepentingan.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Terdapat kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban
diantara organ-organ Perusahaan yaitu Direksi, Dewan Komisaris dan Rapat
Umum Pemegang Saham yang dalam pelaksanaan tugasnya didukung oleh
komite-komite yang memiliki tugas dan fungsi khusus. Perusahaan memiliki
komite-komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris maupun Direksi. Komite
yang dibentuk oleh Dewan Komisaris terdiri dari Komite Audit dan Komite
Pemantau Risiko yang bertujuan menunjang pelaksanaan tugas Dewan
Komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan.
10
Untuk menunjang pelaksanaan tugas Direksi terutama terkait dengan
pengendalian internal, Perusahaan membentuk Komite Investasi, Komite
Klaim, Komite Pengendalian Produk, Market Conduct Committee and Appeal
Board, Komite Kepatuhan dan Etik, Komite Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme dan Asset-Liability
Management Committee. Komite-komite tersebut bertujuan untuk menunjang
pelaksanaan tugas Direksi dalam menjalankan perusahaan sehingga kinerja
Perusahaan dapat berjalan secara transparan, wajar, efektif dan efisien.
Dewan Komisaris dan berbagai komite baik yang didirikan oleh Dewan
Komisaris maupun Direksi, melakukan pengawasan serta pemantauan atas
pengelolaan Perusahaan yang dilakukan oleh Direksi sebagai bentuk
pelaksanaan mekanisme check and balances.
Disamping itu Perusahaan juga memiliki berbagai pedoman terkait
kebijakan Perusahaan, Kode Etik, sistem deteksi dini, penerapan penghargaan
dan tindakan disiplin, serta struktur pengendalian internal yang tepat dan baik..
3. Tanggung Jawab (Responsibility)
Pengelolaan Perusahaan dilaksanakan dengan memperhatikan aspek
kepatuhan dan kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perusahaan telah menetapkan standard Kode Etik sebagai pedoman bagi
seluruh manajemen, karyawan dan agen Perusahaan dalam mengambil
keputusan yang tepat pada setiap keadaan serta menjunjung tinggi nilai-nilai
etika serta standar, prinsip dan praktek penyelenggaraan usaha perasuransian
yang sehat
Direksi wajib melakukan pengurusan Perseroan dengan itikad baik dan
penuh tanggung jawab. Itikad baik dalam hal ini mengandung pengertian bahwa
Direksi dalam menjalankan kepengurusan mengutamakan kepentingan
Perusahaan semata-mata, serta tidak memanfaatkan kedudukannya sebagai
Direksi untuk mengambil keuntungan secara pribadi baik langsung maupun
tidak langsung dari Perusahaan secara tidak adil. Direksi wajib untuk sebisa
mungkin menghindari terjadinya benturan kepentingan serta wajib untuk
mengungkapkan apabila terdapat benturan kepentingan ataupun potensi
benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugasnya.
Perusahaan juga senantiasa dan secara berkelanjutan melaksanakan
11
praktik penyelenggaraan usaha perasuransian yang sehat bagi para pemangku
kepentingan yang salah satunya diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab
sosial Perusahaan kepada masyarakat.
4. Independensi (Independency)
Perseroan dikelola secara mandiri dan profesional serta bebas dari
benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang perasuransian dan
nilai-nilai etika serta standar, prinsip, dan praktik penyelenggaraan usaha
perasuransian yang sehat.
Untuk meningkatkan independensi dalam pengambilan keputusan
bisnis, Perusahaan telah mengembangkan beberapa aturan, pedoman, dan
praktek terutama pada tingkat Dewan Komisaris dan Direksi demi
terlaksananya pengelolaan Perusahaan yang mandiri dan professional sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dibidang perasuransian dan nilai-nilai
etika serta standar, prinsip, dan praktik penyelenggaraan usaha perasuransian
yang sehat.
5. Kesetaraan dan Kewajaran (Fainess)
Perusahaan berkomitmen untuk menerapkan prinsip kesetaraan dan
kewajaran dalam hubungannya dengan Pemangku Kepentingan termasuk
tertanggung, pemegang polis, karyawan dan mitra bisnis. Untuk memastikan
prinsip ini berjalan dengan baik Perusahaan menetapkan kebijakan internal,
Standar Operasional Prosedur (SOP) dan prosedur terkait lainnya.
Perusahaan memberikan kesempatan kepada seluruh pemangku
kepentingan untuk memberikan masukkan dan menyampaikan pendapat bagi
kepentingan Perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai prinsip
keterbukaan. Salah satu bentuk pelaksanaan prinsip kesetaraan dan kewajaran
yaitu diwujudkan dalam pemberian kesempatan yang sama dalam penerimaan
karyawan, berkarir dan melaksanakan tugas secara professional tanpa
membedakan suku, agama, ras, golongan, gender dan kondisi fisik
Menurut Christian Herdinata (2008), prinsip-prinsip GCG memegang peranan
penting, antara lain:
1. Pemenuhan informasi penting yang berkaitan dengan kinerja suatu
perusahaan sebagai bahan pertimbangan bagi para pemegang saham atau
calon investor untuk menanamkan modalnya;
12
2. Perlindungan terhadap kedudukan pemegang saham dari penyalahgunaan
wewenang dan penipuan yang dapat dilakukan oleh direksi atau komisaris
perusahaan;
3. Perwujudan tanggung jawab perusahaan untuk mematuhi dan menjalankan
setiap aturan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan di
negara asalnya atau tempatnya berdomisili secara konsisten, termasuk
peraturan dibidang lingkungan hidup, persaingan usaha, ketenagakerjaan,
perpajakan, perlindungan konsumen, dan sebagainya.
Good Corporate Governance akan memberikan empat manfaat besar (Wilson
Arafat, 2008:10), yaitu:
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
2. Meningkatkan corporate value.
3. Meningkatkan kepercayaan investor.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholder‟s value dan dividen.
5. Pedoman Good Corporate Governance
Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), GCG diperlukan untuk
mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan
peraturan perundang-undangan. Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar
yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia
usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa
dunia usaha. Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar
adalah:
a. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan
yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan,
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum
secara konsisten (consistent law enforcement).
b. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman
dasar pelaksanaan usaha.
c. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak
13
yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan
kepedulian dan melakukan kontrol sosial (social control) secara obyektif
dan bertanggung jawab.
Stijn Claessen dan Charles P. Oman sebagaimana dikutip oleh Leo J. Susilo dan
Karlen Simarmata (2007:15) melihat bahwa corporate governance mempunyai dua
aspek:
1. Aspek pertama berkaitan dengan pola hubungan dan perilaku aktor dalam
perseroan. Perilaku manajemen dengan karyawan; perilaku perseroan
dengan pemasok, dengan kreditor, dan lain-lain. Indikator yang digunakan
untuk melihat bagaimana perilaku ini memberikan manfaat adalah
bagaimanakah tingkat efisiensi perusahaan, bagaimanakah kinerja
perusahaan, pertumbuhan, perlakuan kepada pemegang saham dan
pemangku kepentingan, dan lain-lain. Aspek ini disebut aspek perilaku
korporasi dan sasarannya adalah peningkatan kinerja (performance).
2. Aspek kedua berkaitan dengan seperangkat peraturan dan norma yang
membentuk perilaku di atas. Hal ini meliputi hukum perusahaan, peraturan
perundang-undangan lainnya, standar dan norma, seperti kode etik profesi,
pedoman etika korporasi, dan lain-lain. Semua ini disebut aspek normatif
dari corporate governance dan sasarannya adalah kepatuhan
(comformance).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka diperlukan adanya perangkat hukum atau
pedoman dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance. Di
Indonesia, pemerintah melalui Keputusan Menteri Koordinator Ekonomi,
Keuangan dan Industri No. Kep/31/M.EKUIN/08/1999, telah membentuk suatu
badan yang diberi nama Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance
(KNKCG)). Komite Nasional ini bertugas untuk merumuskan dan
merekomendasikan kebijakan nasional mengenai pengelolaan perusahaan. Komite
Nasional ini telah merumuskan suatu Kerangka Kerja Good Corporate Governance
atau Pedoman Good Corporate Governance.
Pedoman Good Corporate Governance yang dikeluarkan KNKCG telah beberapa
kali disempurnakan, yakni pada tahun 2001 dan 2006. Berdasarkan pemikiran
bahwa suatu sektor ekonomi tertentu cenderung memiliki karakteristik yang tidak
sama, maka pada awal tahun 2004 dikeluarkan Pedoman GCG Perbankan
Indonesia.
14
Untuk industri perbankan Indonesia saat ini terdapat tiga dokumen yang dapat
dijadikan acuan penerapan GCG pada bank umum. (Leo J. Susilo dan Karlen
Simarmata, 2007:76). Sesuai dengan tahun terbitnya, ketiga dokumen tersebut
adalah:
 “Enhanching Corporate Governance for Banking Organization” yang
diterbitkan pertama kali tahun 1999 oleh Basel Committee on Banking
Supervisoion, Bank for International Settlement, dan direvisi pada bulan
Februari 2006;
 “Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia” yang
diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance
(KNKCG) pada bulan Januari 2004;
 Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang perubahan PBI
No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi
Bank Umum, yang dikeluarkan pada tanggal 30 Januari dan 5 Oktober
2006.
Pedoman dari Basel Committee bersifat imperatif secara moral, karena anggota
Bank for International Settlement (BIS) adalah bank-bank sentral dari berbagai
negara, termasuk Bank Indonesia. Pedoman dari KNKCG bersifat sukarela dan
tidak mempunyai sifat mengikat maupun imperative bagi bank umum serta
berfungsi sebagai acuan saja. Sedangkan pedoman penerapan GCG yang
diterbitkan Bank Indonesia selaku otoritas pengawas bank di Indonesia
mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia tersebut maka Bank Umum
wajib melaksanakan GCG. Apabila tidak dipatuhi akan dikenakan sanksi. Namun,
sekiranya pedoman tersebut bukan dianggap sebagai tempelan saja, sekedar untuk
memenuhi persyaratan seperti yang diunggapkan oleh Wilson Arafat (2008:37)
bahwa perbankan masih memandang GCG sebatas beban yang merepotkan alias
regulation as barrier, sama sekali tidak menyambut GCG sebagai sebuah
keniscayaan. Padahal GCG bukan sekedar proses dan prosedur control ataupun
peraturan „mati‟ an sich. Lebih dari semua itu pelaksanaan GCG sejati adalah
merupakan sebuah produk budaya perusahaan.
Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah penyelarasan dari prinsip-
15
prinsip yang dituangkan dalam pedoman-pedoman GCG di atas dengan kebijakan
manajemen (management policy) dan pedoman operasional (standard operating
procedures) lain (Leo J. Susilo dan Karlen Simarmata, 2007:24). Selain itu,
perusahaan dapat membuat Code of Corporate and Business Conduct sebagai
pedoman bagi seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari (Muh. Arief Effendi, 2005). Wujudnya berupa kodifikasi
kebijakan perusahaan, peraturan pegawai, dan kesepakatan yang telah dibuat
bersama antara perusahaan dengan pegawai yang harus dijadikan pedoman
sewaktu menjalankan aktivitas perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.
(Wilson Arafat, 2008:36)
Leo J. Susilo dan Karlen Simarmata (2007:136) mengemukakan bahwa terdapat
tiga kelompok pelaku kegiatan dalam pelaksanaan GCG pada bank umum.
Kelompok pertama terdiri dari organ perseroan dan organ pendukung, atau secara
sederhana disebut boards. Kelompok ini terdiri dari RUPS, Direksi, Komisaris,
Komite Audit, Komite Nominasi dan Renumerasi, Komite Pemantau Risiko,
komite lainnya dari komisaris, bila ada dan Satuan Kerja Audit Intern atau Satuan
Pengawas Intern. Sedangkan kelompok kedua merupakan seluruh jajaran
karyawan atau disebut sebagai enterprise-wide, yang menjadi sarana Direksi untuk
melaksanakan tugas pengelolaan perusahaan. Kelompok ketiga adalah pihak luar
atau stakeholders, yaitu regulator, nasabah, dan lain sebagainya yang berinteraksi
dengan baik.
Ketiga kelompok pelaku di atas terlibat dalam berbagai aktivitas pelaksanaan
GCG untuk memastikan:
1. Kepatuhan (Compliance) terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Setiap kebijakan corporate governance atau kebijakan perusahaan
harus mengacu dan tunduk pada berbagai peraturan perundang-undangan
yang berlaku (regulatory driven).
2. Kesesuaian (Comformance) antara berbagai kebijakan corporate
governance termasuk pedoman etika usaha dan etika kerja dengan
kebijakan manajemen dan berbagai prosedur kerja yang diberlakukan
dalam rangka menggerakkan proses bisnis perusahaan. Dalam proses ini,
terjadi internalisasi prinsip-prinsip GCG dan nilai-nilai etika kedalam
proses bisnis maupun sikap kerja sehari-hari yang pada gilirannya akan
muncul suatu budaya GCG dalam perusahaan (ethics driven).
16
3. Pencapaian kinerja (Performance), baik itu kinerja perusahaan, unit bisnis,
departemen, seksi dan seluruh jajaran baik secara kolektif maupun
perorangan mulai dari level Komisaris, Direksi, sampai kepada karyawan
level paling terendah (market driven).
6. Hubungan Agen Asuransi dan Perusahaan Asuransi
Dalam suatu perusahaan asuransi, sifat dasar asuransi yaitu kerja sama.Kenyataan
bahwa perusahaan asuransi dan cabang-cabangnya dengan penuh
semangat bersaing dengan perusahaan lain. Di dalam beberapa hal keadaan ini
timbul dari kepentingan ekonomi. Banyak kerja sama organisasi dibentuk dan
didukung oleh kelompok perusahaan asuransi yang berarti melipatgandakan
kemampuan pertanggungan dibandingkan jika setiap perusahaan asuransi
melaksanakan secara sendiri-sendiri. Kerja sama seperti itu biasanya disebut
konsorsium. Agency system dapat timbul karena memberikan keuntungan bagi
perusahaan asuransi. Sebagian besar perusahaan asuransi berpendapat bahwa
tidaklah ekonomis mempunyai agen sendiri yang ditempatkan di wilayah tertentu
yang dilakukan dalam asuransi jiwa dengan harapan agar agen tersebut hanya
mewakili satu perusahaan saja. Ada sejumlah hal yang mendukung pernyataan
tersebut :
 Kapasitas financial perusahaan asuransi terbatas untuk menangani seluruh
aktivitas yang ditawarkan kepadanya dalam satu wilayah tertentu, karena
kekhawatiran terkonsentrasinya risiko. Dengan kekhawatiran itu,
perusahaan asuransi akan menolak tawaran tersebut dan para agen akan
kehilangan komisi. Disamping itu, konsumen akan mencari keuntungan
kesana kemari untuk menentukan perusahaan asuransi mana yang bersedia
memberikan penutupan kepadanya. Hal itu dapat disederhanakan apabila
agen mewakili beberapa asuransi. Dengan demikian, agen akan dapat
memasarkan produkproduk yang ditanganinya.
 Sekalipun perusahaan asuransi menerima seluruh transaksi yang
ditawarkan, tetapi masih diragukan apakah seorang agen akan dapat
memperoleh gaji yang memadai untuk menopang hidupnya seperti apabila
dia menangani beberapa perusahaan asuransi. Potensi konsumen yang
mencari pelayanan asuransi dalam suatu wilayah adalah terbatas dan akan
terbagi diantara beberapa perusahaan asuransi. Oleh karena itu, agen yang
17
mewakili satu perusahaan asuransi saja tidak akan dapat memperoleh
pendapatan yang memadai, dan karena itu tidak akan bersedia untuk
melakukan hal tersebut.
 Jika perusahaan asuransi memasuki wilayah baru, harus menyediakan
sejumlah servis minimal kepada konsumen, klaim-klaim harus ditangani,
pengumpulan premi, pemberian kredit dan emnjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh para konsumen. Perusahaan asuransi
diharapkan melakukan sejumlah hal secara mendetil yang sangat mungkin
tidak akan dilakukannya secara langsung. Perusahaan asuransi belum
mampu melaksanakan tugas itu melalui wakilnya yang digaji tetap
sehingga volume usaha diwilayah tersebut cukup besar untuk menutup
biaya-biaya yang diperlukan. Dengan demikian, untuk menangani hal-hal
tersebut diperlukan jasa agen.
Dalam perusahaan asuransi AIA Financial hubungan agen asuransi dengan
perusahaan asuransi adalah sebagai partner kerja. Hal itu tercantum dalam
syaratsyarat agen asuransi yaitu :
1. Agen hanya mewakili perusahaan
Seluruh surat permohonan asuransi yang diterima oleh agen, harus
diserahkan kepada Perusahaan dan seluruh surat permohonan asuransi
yang diterima oleh agen harus terlebih dahulu diserahakn kepada
perusahaan. Apabila perusahaan menolak atau tidak menyetujui
permohonan tersebut, maka permohonan tersebut akan diserahkan kepada
perusahaan lain yang merupakan anggota dari AIA GROUP. Selama
perjanjian ini berlaku, agen setuju untuk mengikatkan diri untuk tidak
memasarkan atau menjual, baik langsung maupun tidak langsung dan
dengan cara apapun, produk asuransi dari perusahaan lain atau
perseorangan kecuali dengan izin tertulis dari perusahaan.
2. Agen sebagai wali
Seluruh uang, barang-barang maupun jaminan yang diterima oleh agen
untuk dan atas nama perusahaan dikuasai oleh agen hanya sebagai wali.
Agen dilarang menggunakan, memanfaatkan atau menjual dengan cara
apapun uang, barang-barang atau jaminan tersebut, dan agen wajib
,melaporkan danmenyerahkan kepada perusahaan seluruh uang, barang-
barang atau jaminan yang berada dalam penguasaan agen tersebut, paling
18
lambat 1 ( satu ) hari kerja sejak uang, barang-barang atau jaminan tersebut
diterima.
7. Perjanjian keagenan asuransi
Dalam usaha perasuransian, kedudukan agen asuransi sangatlah penting
karena selain berperan memasarkan produk asuransi yang pada akhirnya akan
mening katkan penghasilan perusahaan, agen asuransi juga bertindak sebagai
mediator antara kepentingan tertanggung dan penanggung, baik ketika dalam
proses klaim ataupun jika terdapat permasalahan.
Secara hukum, berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun
1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian, agen asuransi dilarang terikat
lebih dari satu perjanjian keagenan dengan satu perusahaan asuransi. Oleh karena
itu, agen asuransi hanya diperkenankan terikat dengan satu perusahaan asuransi.
Meskipun terikat dengan suatu perusahaan asuransi dan mendapatkan penghasilan
dari satu perusahaan asuransi, agen bukanlah pekerja/ karyawan perusahaan
asuransi. Kedudukan agen asuransi tetap sebagai pihak diluar perusahaan asuransi
yang bertindak untuk dan atas nama perusaaan asuransi.
Satu hal yang menarik dari perjanjian keagenan asuransi, meskipun
kedudukannya adalah sebagai pihak diluar perusahaan asuransi (mitra
perusahaan), yang sekilas dapat disimpulkan memiliki hubungan sama tinggi atau
sederajat dengan perusahaan asuransi, pada umumnya, perjanjian keagenan
asuransi dibuat secara sepihak oleh perusahaan asuransi dalam suatu perjanjian
standar (perjanjian baku) Hukum memang tidak menegaskan larangan
diadakannya perjanjian baku atau perjanjian standar, namun karena isi atau klausul
perjanjian tersebut dibuat secara sepihak, tentunya kedudukan agen asuransi
berada dibawah kedudukan perusahaan asuransi. Dalam hal ini, kedudukan
perusahaan asuransi lebih bersifat apriori, berkuasa untuk menentukan isi klausul
perjanjian dan agen asuransi tertutup untuk melakukan negoisasi atas klausul-
klausul perjanjian tersebut sehingga dengan demikian perusahaan asuransi
cenderung lebih diuntungkan dalam banyak hal.
Contoh nyata, banyak ditemukan dalam perjanjian keagenan terdapat klausul yang
pada pokoknya perusahaan asuransi dapat melakukan pemutusan hubungan
keagenan secara sepihak tanpa harus membayar apa yang seharusnya menjadi hak-
hak seorang agen. Klausul ini, dalam hukum perjanjian disebut dengan klausul
19
eksenorasi yaitu klasula perjanjian yang memuat alasan salah satu pihak guna
menghindari diri dari kewajiban membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas
yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melanggar hukum. Dengan klausul
eksenorasi ini, dimunkinkan hanya dengan alasan kinerja agen tidak memuaskan,
perusahaan asuransi dapat melakukan pemutusan hubungan keagenan secara
sepihak tanpa membayar/ memberikan kompensasi yang seharusnya menjadi hak
seorang agen.
Lalu, apakah dengan dimuatnya klausul eksenorasi tersebut seorang agen asuransi
yang diputuskan secara sepihak masih dapat menuntut hak-haknya ?
Jawabnya, agen asuransi tersebut tetap dapat menuntut perusahaan asuransi selama
agen asuransi tersebut dapat membuktikan bahwasanya :
 Klausul pemutusan sepihak hubungan keagenan tersebut bertentangan
dengan kesusilaan, sehingga klausul tersebut batal menurut hukum
 Klausul pemutusan sepihak dibuat dengan menyalahgunakan keadaan
perjanjian, sehingga klausul tersebut secara hukum dapat dibatalkan.
 Pelaksanaan pemutusan sepihak hubungan keagenan tersebut tidak
diberitahukan secara patut dan pantas.
8. Skema Kerangka Pemikiran
III. METODE PENULISAN
PT AIA FINANCIAL
Good Corporate Governance
 Keterbukaam (Transparance)
 Akuntabilitas (Accountability)
 Pertanggung Jawaban (Responsibility)
 Independensi (Independency)
 Kewajaran (Fairness)
Metode Analisis
Hasil Analisis
Rekomendasi
Gambar 1 Kerangka
Berpikir
Sumber: Diolah oleh
Penulis (2017)
20
Pada penulisan ini, informasi yang didapatkan oleh penulis bersumber dari
internet yang berkaitan dengan Good Corporate Governance agar rumusan dan
tujuan penulisan ini dapat terjawab. Data dalam penulisan ini menggunakan data
sekunder. Dimana pengertian Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan penulis dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan
kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, laporan,
artikel dan lain-lain.
IV. ANALISA & PEMBAHASAN
4.1. Sejarah Perusahaan
PT. AIA FINANCIAL (AIA) merupakan salah satu perusahaan asuransi
jiwa terkemuka di Indonesia dan merupakan perusahaan asuransi jiwa yang
terdaftar di dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Pada tahun 2009, PT AIG Life berubah nama menjadi PT AIA Financial
Berdasarkan surat nomor 042/LGL-AIGL/Srt/V/2009 tanggal 27 Mei 2009. dan
sesuai Salinan Akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham PT AIG Life nomor
35 tanggal 29 April 2009 yang dibuat oleh notaris Merryana Suryana, SH dan
disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui Keputusan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU – 21773.AH.01.02 Tahun 2009
tanggal 19 Mei 2009 menyatakan bahwa surat Menteri Keunagan nomor S-
078/MK.5/2005 tanggal 1 Februari 2005 berlaku untuk nama baru PT. AIA
Financial yang sebelum nya PT AIG Life.
AIA di Indonesia merupakan anak perusahaan AIA Group. AIA
menawarkan berbagai produk asuransi, termasuk asuransi dengan prinsip Syariah,
yang meliputi asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan diri, asuransi
yang dikaitkan dengan investasi, program kesejahteraan karyawan, program
pesangon, dan program Dana Pensiun (DPLK). Produk-produk tersebut dipasarkan
oleh lebih dari 10.000 tenaga penjual berpengalaman dan profesional melalui
beragam jalur distribusi seperti keagenan, Bancassurance dan Corporate Solutions
(Pension & Employee Benefits).
Di era bisnis global dewasa ini, penerapan Good Corporate Governance
21
(GCG) telah menjadi satu kebutuhan. GCG berperan penting dalam membangun
citra perusahaan. Implementasi GCG adalah bukti perusahaan telah dikelola dan
diawasi dengan baik. Pengelolaan perusahaan ini haruslah sesuai dengan prinsip
GCG dan UU guna melindungi kepentingan stakeholders. Keberhasilan
implementasi GCG sangat ditentukan oleh komitmen seluruh jajaran perusahaan.
Kesiapan dan kelengkapan organ pendukung (infrastruktur GCG) serta kebijakan
GCG lainnya (soft structure) juga turut berperan dengan memerhatikan
kesesuaian, karakteristik bisnis, dan kebutuhan perusahaan.
Arti penting GCG dalam meningkatkan nilai dan pertumbuhan bisnis
jangka panjang sangat disadari oleh PT AIA Financial. Karenanya, Asuransi AIA
Financial berkomitmen mengimplementasikan GCG secara konsisten. Hal ini
diwujudkan melalui penyusunan Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja Asuransi
AIA Financial yang selanjutnya disebut Code of Conduct Asuransi AIA Financial.
Code of Conduct Asuransi AIA Financial adalah pernyataan tertulis Asuransi AIA
Financial mengenai GCG terhadap Manajemen, Karyawan, dan Stakeholders
lainnya. Pernyataan ini menjelaskan filsafat bisnis serta nilai-nilai dalam
mengelola perusahaan secara menyeluruh guna mencapai tujuan bisnis sesuai visi
dan misinya. Code of Conduct Asuransi AIA Financial adalah sekumpulan
komitmen berisi etika bisnis Asuransi AIA Financial dan etika kerja segenap
jajaran Manajemen dan Karyawan yang sifatnya sukarela. Etika bisnis dan etika
kerja ini disusun untuk memengaruhi, membentuk, mengatur, dan menciptakan
kesesuaian tingkah laku. Tujuannya adalah menghasilkan keluaran yang konsisten
dalam mencapai visi dan misi Asuransi AIA Financial. Asuransi AIA Financial
akan mengkomunikasikan kebijakan ini secara aktif kepada para pemegang saham,
tertanggung, agen asuransi, lembaga keuangan, mitra kerja, dan stakeholders
lainnya. Tujuannya adalah menciptakan sinergi yang sejalan dengan penerapan
Code of Conduct ini.
Dikarenakan sifat pedomannya yang dinamis, Code of Conduct
Asuransi AIA Financial akan dikaji secara berkala dan berkelanjutan sesuai
dinamika lingkungan usaha yang terjadi. Namun demikian, dalam setiap
perubahannya, Asuransi AIA Financial tidak akan mengorbankan nilai-nilai yang
ada demi keuntungan jangka pendek.
4.2. Pernyataan Visi dan Misi Asuransi AIA Financial
22
Code of Conduct ini diharapkan menjadi acuan dalam membentuk nilai, norma,
dan etika jajaran manajemen dan karyawan. Tujuannya adalah membangun
hubungan yang lebih sehat, harmonis, dan fair dengan para pemegang saham,
komisaris, pelanggan, agen asuransi, lembaga keuangan, mitra kerja, dan
masyarakat sehingga mendorong peningkatan kinerja dan produktivitas yang
signifikan.Hal lainnya akan terwujud jika terdapat hubungan erat antara aspek
dalam Code of Conduct Asuransi AIA Financial dengan visi dan misi perusahaan
yang dimiliki.
4.3.Visi Asuransi AIA Financial:
Menjadi penyedia jasa keuangan yang paling dibutuhkan dan terpercaya di
Indonesia. Kami akan menjadi pemimpin di setiap jalur usaha dengan menawarkan
beragam produk & layanan yang fleksibel, inovatif dan bernilai tinggi; melalui
berbagai jalur distribusi yang terbaik di Indonesia.
4.4. Misi Asuransi AIA Financial:
Untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia
dengan memenuhi kebutuhan finansial mereka yang senantiasa berubah sambil
memahami harapan para pemegang polis, mitra perusahaan, dan pemegang saham.
4.5. Prinsip GCG Yang Diterapkan Agen Asuransi AIA Financial
Agen Asuransi AIA Financial melakukan kegiatan usahanya dengan
cara yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini tercantum dalam surat perjanjian
agen. Prinsip GCG yang diterapkan oleh agen asuransi AIA Financial yang secara
jelas dijabarkan adalah prinsip transparansi ( transparency ). Agen, pada saat
diminta oleh perusahaan, wajib untuk memberikan laporan terperinci kepada
perusahaan mengenai polis-polis, surat permohonan asuransi, tanda terima, atau
catatan yang berada dalam penguasaannya untuk diserahkan kepada atau diambil
oleh pemegang polis, mengenai polis-polis, surat permohonan asuransi, tanda
terima yang dikembalikan oleh pemegang polis kepada agen untuk dibatalkan oleh
perusahaan, dan mengenai setiap transaksi yang dilakukan oleh agen. Agen, pada
saat diminta oleh perusahaan, juga harus memberikan secara terperinci atas
seluruh uang, barangbarang atau jaminan milik perusahaan yang berada dalam
penguasaan agen. Seluruh laporan dan pertanggung jawaban yang diberikan agen
kepada perusahaan wajib ditanda tangani sendiri oleh agen. Apabila laporan dan
pertanggung jawaban tersebut menunjukan bahwa agen telah menguasai uang,
23
barang-barang atau jaminan milik perusahaan, maka pada saat diminta oleh
perusahaan, agen wajib segera menyerahkan uang, barang-barang atau jaminan
tersebut kepadaperusahaan.Selain itu, Agen wajib untuk mengungkapkan secara
benar kepada perusahaan setiap fakta dan keadaan calon pemegang polis dan
tertanggung yang berkaitan dengan penerimaan risiko yang akan dilakukan oleh
perusahaan dan secara akurat memberitahu perusahaan mengenai semua fakta
yang diberikan kepadanya oleh calon pemegang polis atau tertanggung dan/ atau
orang lain yang berkaitan dengan penerimaan risiko tersebut oleh perusahaan.
Prinsip transparansi ( transparency ) yang diterapkan kepada agen
asuransi AIA Financial bukan hanya pada beberapa kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh agen asuransi AIA Financial. Tetapi juga pada beberapa
larangan yang dicantumkan dalam perjanjian agen tersebut seperti :
a. Larangan perubahan dokumen
 Agen dilarang mengubah, menambah dan/atau menghapus data-data
yang tercantum dalam dokumen milik perusahaan, atau surat
permohonan asuransi atau data pemegang polis dan tertanggung yang ,
dari waktu ke waktu, berada dalam penguasaan agen.
 Agen dilarang menggunakan atau menyediakan ilustrasi, surat
pemahaman, brosur, bahan pemasaran atau dokumen apapun baik
dalam bentuk tertulis ataupun elektronik kepada calon pemegang polis
atau pihak manapun selain ilustrasi, surat pemahaman, brosur, bahan
pemasaran atau dokumen lain yang telah disediakan atau diberikan oleh
perusahaan kepada agen untuk digunakan.
 Agen harus memastikan bahwa setiap perubahan yang dibuat/
dilakukan dalam asli surat permohonan asuransi ditandatangani oleh
pemegang polis dan agen. Ketentuan ini tidak berlaku apabila surat
permohonan asuransi dikirimkan dalam bentuk elektronik.
b. Batas kewenangan agen
 Agen dilarang untuk melakukan negosiasi, mengikatkan diri ke dalam
kontrak dan/atau perjanjian untuk dan atas nama perusahaan, dan oleh
karena itu perusahaan tidak akan terikat oleh kontrak dan atau
perjanjian apapun yang dibuat oleh agen. Namun demikian, ketentuan
dalam pasal ini tidak mempengaruhi atau mengurangi hak agen untuk
24
memasarkan atau menjual produk asuransi dan/atau anuitas dengan
tujuan untuk mewujudkan perjanjian asuransi antara perusahaan dengan
seseorang atau suatu badan usaha yang berbadan hukum maupun yang
tidak berbadan hukum.
 Agen tidak mempunyai kewenangan untuk membuat, mengubah atau
membatalkan perjanjian apapun, atau menghapuskan atau
menimbulkan kewajiban atau hutang atau piutang perusahaan; atau
menerima ung yang menjadi atau akan menjadi jatuh tempo kepada
perusahaan, kecuali atas dasar tanda terima premi yang telah
ditandatangani oleh petugas perusahaan yang berwenang yang hanya
diberikan kepada agen untuk ditagihkan apabila telah mematuhi syarat
dan ketentuan yang tercantum dalam tanda terima tersebut. Agen tidak
berwenang untuk mengkredit atau memotong premi yang belum secara
sah diterima menurut perjanjian dan instruksi perusahaan. Kewenangan
agen hanya sebatas yang telah dinyatakan secara tegas dalam perjanjian
ini.
 Agen wajib untuk segera melaporkan kepada perusahaan atas klaim
yang diajukan oleh pemegang polis atau yang ditunjuk untuk menerima
manfaat asuransi (beneficiary ), dan agen, dalam keadaan apapun,
dilarang untuk mengakui suatu kewajiban atau menawarkan jasa untuk
menyelesaikan klaim atas nama perusahaan.
 Agen dilarang untuk membuat dan atau menyampaikan pernyataan,
gambaran, perbandingan apapun baik secara tertulis maupun lisan, yang
menurut sepengetahuan agen tidak benar, palsu atau belum dibuktikan
kebenarannya, yang berkaitan dengan produk asuransi atau informasi
keuangan. Agen akan mematuhi atau tunduk pada setiap peraturan
dalam bentuk apapun baik yang dikeluarkan oleh perusahaan,
pemerintah maupun asosiasi perusahaan.
c. Larangan penerbitan atau pemasangan iklan oleh agen
Agen dilarang untuk menerbitkan atau menyebabkan diterbitkannya
iklan apapun mengenai perusahaan atau perusahaan asuransi yang lain
di surat kabar, majalah atau jenis media lainnya (baik tercetak, tertulis
maupun dalam bentuk elektronis) tanpa mendapatkan ijin tertulis
terlebih dahulu dari perusahaan. Agen juga dilarang untuk
25
membagikan, mendistribusikan atau menyebabkan diterbitkannya atau
didistribusikannya surat edaran atau tulisan, atau menyebabkan
dituliskannya suatu berita di surat kabar, majalah, publikasi, media lain
atau kepada pihak yang berwenang, tentang perusahaan atau
perusahaan asuransi lainnya tanpa mendapatkan izin tertulis terlebih
dahulu dari perusahaan. Dalam hal terjadi tuntutan hukum terhadap
perusahaan sebagai akibat tindakan atau pernyataan agen yang
melebihi batas kewenangannya, maka seluruh biaya dan kerugian yang
timbul akan menjadi tanggung jawab agen secara pribadi.
d. Larangan pemberian potongan harga atau bujukan
 Agen, selama perjanjian berlaku atau setelah perjanjian berakhir,
dilarang untuk membayarkan atau memberikan, atau menawarkan untuk
membayarkan atau memberikan potongan premi sebagai bujukan
terhadap seseorang untuk mengikuti asuransi. Agen dilarang untuk
berupaya atau mencoba untuk membujuk, baik secara lansung maupun
tidak langsung, agen lainnya atau wakil perusahaan untuk menghentikan
kerjasamanya dengan perusahaan atau mengakhiri perjanjian
keagenannya dengan perusahaan ( sebagaimana berlaku).
 Agen, selama perjanjian berlaku atau setelah perjanjian berakhir,
dilarang untuk turut serta dalam suatu rencana atau membujuk
pemegang polis atau siapapun, untuk membuat klaim asuransi apapun
yang tidak wajar dan tidak sah dan agen dilarang untuk menerima atau
berusaha untuk menerima pembayaran uang apapun baik sebagian atau
sepenuhnya, dari klaim yang dibayarkan oleh perusahaan yang terbukti
sah maupun dari hasil penyelesaian atas klaim.
 Tanpa mengesampingkan butir (a) dan (b), jika seorang agen sebelum
menjadi agen dari perusahaan adalah agen dari perusahaan asuransi lain,
maka agen dilarang secara sadar menyebabkan seorang pemegang polis
dari perusahaan asuransi lain untuk mengubah, menghentikan,
membatalkan atau mengganti polis yang dimilikinya.
 Selama jangka waktu 1 ( satu ) tahun sejak perjanjian ini berakhir, agen
dilarang untuk membujuk atau menerima atau berusaha membujuk, baik
secara langsung maupun tidak langsung, agen lainnya, agency leader,
26
karyawan atau wakil perusahaan untuk meninggalkan atau mengakhiri
perjanjiannya atau perjanjian lainnya dengan perusahaan ( apabila ada ).
Dengan adanya beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan oleh seorang agen
asuransi AIA Financial maka telah jelaslah bahwa penerapan prinsip
keterbukaan benar-benar dijalankan oleh seorang agen. Setiap kegiatan yang
dilakukan oleh agen asuransi AIA financial harus dilakukan secara terbuka dan
dengan sepengetahuan Perusahaan Asuransi AIA financial. Karena agen hanya
merupakan wali dari perusahaan.
4.6. Tanggung Jawab Direksi Agency AIA Financial dalam pengelolaan
Perusahaan
Perusahaan yang berbadan hukum baik yang berbentuk perseroan
terbuka maupun perusahaan tertutup mensyaratkan direksi merupakan pihak yang
paling memiliki peranan penting baik dalam mengatur perusahaan, mengelola
maupun untuk memajukannya. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik
didalam maupun diluar pengadilan ( persona standi in judicio). Setiap anggota
direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya
demi kepentingan dan usaha perseroan.
Setiap direksi bertanggung jawab penuh apabila yang bersangkutan bersalah dan
lalai menjalankan tugasnya. Dengan ketentuan mengenai tugas direksi seperti ini
maka direksi mempunyai tugas terhadap perseroan yaitu duty of loyalty dan duty
of care. Kerangka hukum perdata terhadap pertanggungjawaban direksi yang
bersalah atau lalai menjalankan tugasnya adalah ketentuan yang terdapat dalam
Pasal 1365 KUH Perdata dijadikan sebagai landasan hukum ganti rugi dan benteng
terakhir ( last resort ) bagi pihak yang dirugikan atas tindakan direksi, sehingga
direksi yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya dapat dianalogikan sebagai
perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad ). Oleh karena itu analogi terhadap
perbuatan melawan hukum harus diartikan secara luas yaitu perbuatan melawan
hukum bukan saja perbuatan melawan undang-undang akan tetapi juga harus
diartikan sebagai berbuat atau tidak berbuat yang memperkosa hak orang lain atau
bertentangan dengan kewajiban hukum si pembuat atau kesusilaan atau kepatutan
dalam mesyarakat baik terhadap diri maupun benda orang lain.
Prinsip duty of loyalty adalah prinsip tanggung jawab direksi yang lahir karena
27
tugas dan kedudukan yang dipercayakan kepadanya oleh perseroan (fiduciary
duty), sedangkan prinsip duty of care sebagai prinsip yang merujuk kepada
kemampuan serta kehati-hatian tindakan direksi ( duty of skill and care ). Kedua
prinsip ini menuntut direksi untuk bertindak secara hati-hati dan disertai dengan
itikad baik, semata-mata untuk kepentingan dan tujuan perseroan.
Tanggung jawab direksi agency pada perusahaan asuransi AIA Financial
berdasarkan prinsip fiduciary duty dan duty of loyalty yang mana dapat
dihubungkan dengan prinsip – prinsip dalam GCG dijelaskan sebagai berikut :
 Direksi agency asuransi AIA Financial menjamin pengungkapan informasi
materil dan relevan mengenai kinerja, kondisi keuangan, dan informasi
lainnya secara jelas, memadai, dan tepat waktu, serta mudah diakses oleh
stakeholders sesuai dengan haknya.
 Direksi agency asuransi AIA Financial menjamin pengelolaan perusahaan
secara profesional tanpa ada benturan kepentingan atau pengaruh dan
tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
 Direksi agency asuransi AIA Financial menjamin aktivitas bisnisnya
dijalankan berdasarkan prinsip korporasi yang sehat, pemenuhan kewajiban
terhadap pemerintah sesuai peraturan berlaku, bekerjasama secara aktif bagi
manfaat bersama, serta berupaya berkontribusi nyata kepada masyarakat.
 Direksi agency asuransi AIA Financial menjamin perlakuan yang adil dan
setara dalam memenuhi hak-hak stakeholders berdasarkan ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Direksi agency merupakan badan pengurus perseroan yang paling tinggi serta
yang berhak dan berwenang untuk menjalankan perusahaan agency yang
diwakilinya, bertindak untuk dan atas nama perseroan, baik di dalam maupun di
luar pengadilan. Setiap direksi agency wajib pula dengan itikad baik dan penuh
tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya untuk kepentingan dan usaha
perseroan. Untuk dapat menjadi direksi agency, seorang agen harus memenuhi
syarat- syarat yang telah ditetapkan oleh perseroan. Salah satu diantaranya harus
mencapai suatu target dalam penjualan polis asuransi.
Direksi agency bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan. Artinya
28
adalah secara “Fiduciary” harus melaksanakan “ standard of care”. Yang dimaksud
dengan fiduciary duty adalah tugas yang dijalankan oleh direksi agency yang
penuh tanggung jawab untuk kepentingan orang atau pihak lain (perseroan).
Direksi agency melakukan tugad dan kewajibannya atas tindakan hukum
berlandaskan kemampuan serta kehati-hatian (duty of skill and care) yang
diperlukan untuk mewujudkan kepentingan perseroan.
Agar direksi sebagai orang sehari-hari mengurus perseroan dapat mencapai
prestasi yang besar, maka ia harus diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan
sesuatu tugas yang tertentu yang telah diberikan kepadanya. Dengan demikian
seseorang dikatakan mempunyai tugas fiduciary duty manakala ia dipercayakan
untuk berbuat sesuatu untuk kepentingan seseorang lain atau untuk kepentingan
pihak ketiga, dimana seolah-olah berbuat untuk kepentingan dirinya sendiri atau
suatu derajat keperdulian dan kehati-hatian yang sama jika seseorang karena
kepentingan sendiri umumnya melakukan tindakan terhadap masalahnya sendiri.
Criteria tugas direksi agency perseroan dapat dibada-bedakan sebagai berikut :
o Fiduciary Duty, dalam hal ini yang dimaksud adalah tugas yang terbit dari
hubungan fiduciary antara direksi berkedudukan sebagai trust. Maka
seseorang dereksi agency haruslah mempunyai kepedulian dan kemampuan
(duty of care and skill), itikad baik dan loyalitas, kejujuran terhadap
perusahaannya dengan derajat yang tinggi (high degree).
o Tugas memperdulikan ( duty of care ), tugas memperdulikan ( duty of care)
yang diharapkan dari direksi agency adalah duty of care sebagai mana
dimaksud dalam hal mana terdapat conflict of interest, seorang direksi
agency dilarang atau setidak-tidaknya dibatasi atau diawasi dalam
menjalankan tugasnya. Pengawas tersebut misalnya dengan
memberlakukan prinsip keterbukaan informasi (disclosure) terhadap
transaksi yang ada.
Dengan demikian jelaslah bahwa hubungan fiduciary duty tersebut diatas
kepercayaan dan kerahasiaan ( trust and confidence) yang dalam peran ini
meliputi, ketelitian (scrupulous), itikad baik (good faith), keterusterangan
(candor).
Jika diambil intisari dari pengaturan tentang direksi dalam Undang- Undang
29
Perseroan Terbatas, maka pada prinsipnya UUPT memberlakukan tugas fiduciary
duties terhadap direksi.
Karena kedudukannya yang bersifat fiduciary, yang dalam UUPT sampai batas-
batas tertentu diakui, maka tanggung jawab dari direksi menjadi sangat tinggi
(high degree). Dalam melaksanakan kriteria tugas-tugas yang disebutkan tersebut,
direksi tidak hanya bertanggung jawab terhadap ketidakjujuran yang disengaja
(dishonesty) tetapi juga bertanggung jawab secara hukum terhadap tindakan
mismanagement, kelalaian, atau gagal atau tidak melakukan sesuatu yang penting
bagi perusahaan.
V. KESIMPULAN & SARAN
30
1. KESIMPULAN :
Dari uraian pada bab-bab terdahulu maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Good Corporate Governance merupakan seperangkat aturan yang dapat
dijadikan acuan manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan secara baik,
benar, dan penuh integritas, serta membina hubungan dengan para stakeholders,
guna mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan,
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penerapan prinsip GCG di
Indonesia difokuskan pada lingkungan perusahaan-perusahaan BUMN dan
perusahaan terbuka (public listed company), salah satunya adalah PT. AIA
Financial. AIA Financial menjadikan prinsip-prinsip GCG sebagai alat untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dan akuntabilitas kepada publik yang dilakukan
dengan cara mengembangkan dan mengimplementasikan sejumlah kebijakan yang
dituangkan dalam code of conduct.
2. Direksi agency AIA financial mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
sebagian besar sama dengan tugas dan tanggung jawab direksi pada umumnya
hanya Direksi agency mempunyai tanggung jawab terhadap perusahaan yang
diwakilinya. Karena agen hanya merupakan wali dari perusahaan asuransi,
sehingga untuk menjadi seorang direksi agency seseorang harus memenuhi syarat
yang telah ditentukan oleh perusahaan asuransi yang salah satunya target dalam
penjualan polis.
2. SARAN
31
Selama ini prinsip-prinsip Good Corporate Governance, cenderung hanya sekedar
sebagai acuan moral bagi para pengelola Perseroan Terbatas (PT). Itu karena
dalam pengaturannya tidak jelas diatur mengenai jaminan perlindungan hukum
bagi pelaku yang menjalankan prinsip corporate governance, atau tentang sanksi
bagi perseroan yang telah mengabaikan prinsip corporate governance, sehingga
berpotensi mengundang kontroversi dalam penerapannya. Oleh karena itu, untuk
mengatasinya, maka sebaiknya ketentuan tentang GCG diatur lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
32
http://www.aia-financial.co.id/id/about-aia/good-corporate-governance.html
https://id.123dok.com/document/download/4yr35xpy#_=_
http://globallavebookx.blogspot.co.id/2014/07/pengertian-good-corporate-
governance.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/66255/Chapter%20I.p

More Related Content

What's hot

12,1, be & gg, abdul latif., se, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, corpor...
12,1, be & gg, abdul latif., se, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, corpor...12,1, be & gg, abdul latif., se, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, corpor...
12,1, be & gg, abdul latif., se, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, corpor...Abdul Latif
 
7.be gg, salomo roy freddy hapzi ali-ethical issue in financial management,un...
7.be gg, salomo roy freddy hapzi ali-ethical issue in financial management,un...7.be gg, salomo roy freddy hapzi ali-ethical issue in financial management,un...
7.be gg, salomo roy freddy hapzi ali-ethical issue in financial management,un...salomoroyfreddy
 
12, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; impleme...
12, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; impleme...12, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; impleme...
12, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; impleme...petraaja
 
14, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali, implementasi cor...
14, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali, implementasi cor...14, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali, implementasi cor...
14, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali, implementasi cor...ciciliaeritawanti
 
15, be gg, ria safitri, hapzi ali, theory and practice of corporate governanc...
15, be gg, ria safitri, hapzi ali, theory and practice of corporate governanc...15, be gg, ria safitri, hapzi ali, theory and practice of corporate governanc...
15, be gg, ria safitri, hapzi ali, theory and practice of corporate governanc...Universitas Mercu Buana
 
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethics and Confl...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA,  Ethics and Confl...BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA,  Ethics and Confl...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethics and Confl...Melania Bastian
 
BE&GG, Eka Yuliani, Prof. Dr. Hapzi Ali,CMA., The Corporate Culture: Infact a...
BE&GG, Eka Yuliani, Prof. Dr. Hapzi Ali,CMA., The Corporate Culture: Infact a...BE&GG, Eka Yuliani, Prof. Dr. Hapzi Ali,CMA., The Corporate Culture: Infact a...
BE&GG, Eka Yuliani, Prof. Dr. Hapzi Ali,CMA., The Corporate Culture: Infact a...Eka Yuliani
 
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Director and Executive _Universitas Mercu Bu...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Director and Executive _Universitas Mercu Bu...BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Director and Executive _Universitas Mercu Bu...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Director and Executive _Universitas Mercu Bu...Muhammad Frayogi
 
Forum quiz be & gg minggu 6,waldy gagantika,hapzi ali,ethical decision ma...
Forum quiz be & gg minggu 6,waldy gagantika,hapzi ali,ethical decision ma...Forum quiz be & gg minggu 6,waldy gagantika,hapzi ali,ethical decision ma...
Forum quiz be & gg minggu 6,waldy gagantika,hapzi ali,ethical decision ma...gagantika
 
14, be & gg, rudi, hapzi ali, implementasi corporate governance, universitas ...
14, be & gg, rudi, hapzi ali, implementasi corporate governance, universitas ...14, be & gg, rudi, hapzi ali, implementasi corporate governance, universitas ...
14, be & gg, rudi, hapzi ali, implementasi corporate governance, universitas ...PT Kalbe Farma
 
2, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance Pa...
2, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance Pa...2, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance Pa...
2, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance Pa...AndreasFabianPramudi
 
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Tugas UAS GCG pada PT Timah Persero TBk
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Tugas UAS GCG pada PT Timah Persero TBkBE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Tugas UAS GCG pada PT Timah Persero TBk
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Tugas UAS GCG pada PT Timah Persero TBkmaya indrawati
 
9, be&gg, wahyudi, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges, probl...
9, be&gg, wahyudi, hapzi ali,  corporate ethics rights, privileges, probl...9, be&gg, wahyudi, hapzi ali,  corporate ethics rights, privileges, probl...
9, be&gg, wahyudi, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges, probl...Wahyudi SSi MM CPC CPHR
 
2 BE & GG, Wahyu Nor Maryono, Hapzi Ali Penerapan GCG pada PT Askrindo Perse...
2 BE & GG, Wahyu Nor Maryono, Hapzi Ali Penerapan GCG pada  PT Askrindo Perse...2 BE & GG, Wahyu Nor Maryono, Hapzi Ali Penerapan GCG pada  PT Askrindo Perse...
2 BE & GG, Wahyu Nor Maryono, Hapzi Ali Penerapan GCG pada PT Askrindo Perse...WahyuNorM
 
Ppt penerapan good corporate governance dalam pasar modal 3
Ppt penerapan good corporate governance dalam pasar modal 3Ppt penerapan good corporate governance dalam pasar modal 3
Ppt penerapan good corporate governance dalam pasar modal 3nova sabrina
 
Etika bisnis manajemen keuangan & etika profesi
Etika bisnis manajemen keuangan & etika profesiEtika bisnis manajemen keuangan & etika profesi
Etika bisnis manajemen keuangan & etika profesireidjen raden
 
8, BE & GG, Gunawan Adam, Hapzi Ali, Corporate Social Responsibilities, Unive...
8, BE & GG, Gunawan Adam, Hapzi Ali, Corporate Social Responsibilities, Unive...8, BE & GG, Gunawan Adam, Hapzi Ali, Corporate Social Responsibilities, Unive...
8, BE & GG, Gunawan Adam, Hapzi Ali, Corporate Social Responsibilities, Unive...Gunawan Adam
 
Be & gg, muhammad nur cholish, prof. dr. ir.hapzi ali, mm, cma, business ...
Be & gg, muhammad nur cholish, prof. dr. ir.hapzi ali, mm, cma, business ...Be & gg, muhammad nur cholish, prof. dr. ir.hapzi ali, mm, cma, business ...
Be & gg, muhammad nur cholish, prof. dr. ir.hapzi ali, mm, cma, business ...Muhammad Nur Cholish
 
BE & GG, Rimada D. Putri, Hapzi Ali, Good Coorporate Governance (gcg) pt. ast...
BE & GG, Rimada D. Putri, Hapzi Ali, Good Coorporate Governance (gcg) pt. ast...BE & GG, Rimada D. Putri, Hapzi Ali, Good Coorporate Governance (gcg) pt. ast...
BE & GG, Rimada D. Putri, Hapzi Ali, Good Coorporate Governance (gcg) pt. ast...Rimada Diamanta Putri
 

What's hot (20)

12,1, be & gg, abdul latif., se, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, corpor...
12,1, be & gg, abdul latif., se, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, corpor...12,1, be & gg, abdul latif., se, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, corpor...
12,1, be & gg, abdul latif., se, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, corpor...
 
7.be gg, salomo roy freddy hapzi ali-ethical issue in financial management,un...
7.be gg, salomo roy freddy hapzi ali-ethical issue in financial management,un...7.be gg, salomo roy freddy hapzi ali-ethical issue in financial management,un...
7.be gg, salomo roy freddy hapzi ali-ethical issue in financial management,un...
 
12, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; impleme...
12, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; impleme...12, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; impleme...
12, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; impleme...
 
14, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali, implementasi cor...
14, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali, implementasi cor...14, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali, implementasi cor...
14, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali, implementasi cor...
 
15, be gg, ria safitri, hapzi ali, theory and practice of corporate governanc...
15, be gg, ria safitri, hapzi ali, theory and practice of corporate governanc...15, be gg, ria safitri, hapzi ali, theory and practice of corporate governanc...
15, be gg, ria safitri, hapzi ali, theory and practice of corporate governanc...
 
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethics and Confl...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA,  Ethics and Confl...BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA,  Ethics and Confl...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethics and Confl...
 
BE&GG, Eka Yuliani, Prof. Dr. Hapzi Ali,CMA., The Corporate Culture: Infact a...
BE&GG, Eka Yuliani, Prof. Dr. Hapzi Ali,CMA., The Corporate Culture: Infact a...BE&GG, Eka Yuliani, Prof. Dr. Hapzi Ali,CMA., The Corporate Culture: Infact a...
BE&GG, Eka Yuliani, Prof. Dr. Hapzi Ali,CMA., The Corporate Culture: Infact a...
 
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Director and Executive _Universitas Mercu Bu...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Director and Executive _Universitas Mercu Bu...BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Director and Executive _Universitas Mercu Bu...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Director and Executive _Universitas Mercu Bu...
 
Forum quiz be & gg minggu 6,waldy gagantika,hapzi ali,ethical decision ma...
Forum quiz be & gg minggu 6,waldy gagantika,hapzi ali,ethical decision ma...Forum quiz be & gg minggu 6,waldy gagantika,hapzi ali,ethical decision ma...
Forum quiz be & gg minggu 6,waldy gagantika,hapzi ali,ethical decision ma...
 
14, be & gg, rudi, hapzi ali, implementasi corporate governance, universitas ...
14, be & gg, rudi, hapzi ali, implementasi corporate governance, universitas ...14, be & gg, rudi, hapzi ali, implementasi corporate governance, universitas ...
14, be & gg, rudi, hapzi ali, implementasi corporate governance, universitas ...
 
2, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance Pa...
2, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance Pa...2, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance Pa...
2, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance Pa...
 
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Tugas UAS GCG pada PT Timah Persero TBk
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Tugas UAS GCG pada PT Timah Persero TBkBE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Tugas UAS GCG pada PT Timah Persero TBk
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Tugas UAS GCG pada PT Timah Persero TBk
 
9, be&gg, wahyudi, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges, probl...
9, be&gg, wahyudi, hapzi ali,  corporate ethics rights, privileges, probl...9, be&gg, wahyudi, hapzi ali,  corporate ethics rights, privileges, probl...
9, be&gg, wahyudi, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges, probl...
 
2 BE & GG, Wahyu Nor Maryono, Hapzi Ali Penerapan GCG pada PT Askrindo Perse...
2 BE & GG, Wahyu Nor Maryono, Hapzi Ali Penerapan GCG pada  PT Askrindo Perse...2 BE & GG, Wahyu Nor Maryono, Hapzi Ali Penerapan GCG pada  PT Askrindo Perse...
2 BE & GG, Wahyu Nor Maryono, Hapzi Ali Penerapan GCG pada PT Askrindo Perse...
 
Ppt penerapan good corporate governance dalam pasar modal 3
Ppt penerapan good corporate governance dalam pasar modal 3Ppt penerapan good corporate governance dalam pasar modal 3
Ppt penerapan good corporate governance dalam pasar modal 3
 
Etika bisnis manajemen keuangan & etika profesi
Etika bisnis manajemen keuangan & etika profesiEtika bisnis manajemen keuangan & etika profesi
Etika bisnis manajemen keuangan & etika profesi
 
8, BE & GG, Gunawan Adam, Hapzi Ali, Corporate Social Responsibilities, Unive...
8, BE & GG, Gunawan Adam, Hapzi Ali, Corporate Social Responsibilities, Unive...8, BE & GG, Gunawan Adam, Hapzi Ali, Corporate Social Responsibilities, Unive...
8, BE & GG, Gunawan Adam, Hapzi Ali, Corporate Social Responsibilities, Unive...
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
 
Be & gg, muhammad nur cholish, prof. dr. ir.hapzi ali, mm, cma, business ...
Be & gg, muhammad nur cholish, prof. dr. ir.hapzi ali, mm, cma, business ...Be & gg, muhammad nur cholish, prof. dr. ir.hapzi ali, mm, cma, business ...
Be & gg, muhammad nur cholish, prof. dr. ir.hapzi ali, mm, cma, business ...
 
BE & GG, Rimada D. Putri, Hapzi Ali, Good Coorporate Governance (gcg) pt. ast...
BE & GG, Rimada D. Putri, Hapzi Ali, Good Coorporate Governance (gcg) pt. ast...BE & GG, Rimada D. Putri, Hapzi Ali, Good Coorporate Governance (gcg) pt. ast...
BE & GG, Rimada D. Putri, Hapzi Ali, Good Coorporate Governance (gcg) pt. ast...
 

Similar to GCG AIA

Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...
Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...
Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...Ririen Eka
 
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu buana...
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu buana...Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu buana...
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu buana...ramadhanti syifa
 
Sipi yenny farlina yoris hapzi ali_e_membandingkan coso ic, coso dan cobit _u...
Sipi yenny farlina yoris hapzi ali_e_membandingkan coso ic, coso dan cobit _u...Sipi yenny farlina yoris hapzi ali_e_membandingkan coso ic, coso dan cobit _u...
Sipi yenny farlina yoris hapzi ali_e_membandingkan coso ic, coso dan cobit _u...yenny yoris
 
14, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Corporate Governance, Universitas Mercu Bua...
14, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Corporate Governance, Universitas Mercu Bua...14, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Corporate Governance, Universitas Mercu Bua...
14, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Corporate Governance, Universitas Mercu Bua...SukrasnoSukrasno
 
HBL 4, ZAHRA KAMILA, HAPZI ALI, LEMBAGA PEMBIAYAAN DAN PERAN KEGIATAN BISNIS,...
HBL 4, ZAHRA KAMILA, HAPZI ALI, LEMBAGA PEMBIAYAAN DAN PERAN KEGIATAN BISNIS,...HBL 4, ZAHRA KAMILA, HAPZI ALI, LEMBAGA PEMBIAYAAN DAN PERAN KEGIATAN BISNIS,...
HBL 4, ZAHRA KAMILA, HAPZI ALI, LEMBAGA PEMBIAYAAN DAN PERAN KEGIATAN BISNIS,...ZahraKamila4
 
BE & GG, Duci, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA,Artikel Etika Bisnis, Universitas Mer...
BE & GG, Duci, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA,Artikel Etika Bisnis, Universitas Mer...BE & GG, Duci, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA,Artikel Etika Bisnis, Universitas Mer...
BE & GG, Duci, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA,Artikel Etika Bisnis, Universitas Mer...DUCI
 
Hbl, bella tri oktaviana, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu b...
Hbl, bella tri oktaviana, hapzi ali,  lembaga pembiayaan, universitas mercu b...Hbl, bella tri oktaviana, hapzi ali,  lembaga pembiayaan, universitas mercu b...
Hbl, bella tri oktaviana, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu b...Bella Tri Oktaviana
 
Sm, rinalto hutabarat, hapzi ali, vision and company mission, longterm object...
Sm, rinalto hutabarat, hapzi ali, vision and company mission, longterm object...Sm, rinalto hutabarat, hapzi ali, vision and company mission, longterm object...
Sm, rinalto hutabarat, hapzi ali, vision and company mission, longterm object...Universitas Mercu Buana
 
Tugas bussiness ethic and good governance untuk 25agustus2012
Tugas bussiness ethic and good governance untuk 25agustus2012Tugas bussiness ethic and good governance untuk 25agustus2012
Tugas bussiness ethic and good governance untuk 25agustus2012Kristine M H
 
2,sm, salam imam taifur, hapzi ali, vision and company mission, longterm obje...
2,sm, salam imam taifur, hapzi ali, vision and company mission, longterm obje...2,sm, salam imam taifur, hapzi ali, vision and company mission, longterm obje...
2,sm, salam imam taifur, hapzi ali, vision and company mission, longterm obje...salamthoyfoer
 
2, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, vision and company mission, longterm objec...
2, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, vision and company mission, longterm objec...2, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, vision and company mission, longterm objec...
2, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, vision and company mission, longterm objec...lia_auriga
 
2, SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Vision and Company Mission Longterm Objective Cor...
2, SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Vision and Company Mission Longterm Objective Cor...2, SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Vision and Company Mission Longterm Objective Cor...
2, SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Vision and Company Mission Longterm Objective Cor...SukrasnoSukrasno
 
10 si pi, jemmy esrom serang, hapzi ali, membandingkan kerangka pengendalian ...
10 si pi, jemmy esrom serang, hapzi ali, membandingkan kerangka pengendalian ...10 si pi, jemmy esrom serang, hapzi ali, membandingkan kerangka pengendalian ...
10 si pi, jemmy esrom serang, hapzi ali, membandingkan kerangka pengendalian ...JEMMY ESROM SERANG
 
Strategic management10
Strategic management10Strategic management10
Strategic management10Nurul ihsani
 
2, SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Vision and Company Mission Longterm Objective Cor...
2, SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Vision and Company Mission Longterm Objective Cor...2, SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Vision and Company Mission Longterm Objective Cor...
2, SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Vision and Company Mission Longterm Objective Cor...SukrasnoSukrasno
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...Rachmad Hidayat
 
1, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance, U...
1, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance, U...1, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance, U...
1, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance, U...AndreasFabianPramudi
 
BE & GG,Deny Dermawan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Governance Rating, Universit...
BE & GG,Deny Dermawan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Governance Rating, Universit...BE & GG,Deny Dermawan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Governance Rating, Universit...
BE & GG,Deny Dermawan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Governance Rating, Universit...Deny Dermawan
 

Similar to GCG AIA (20)

Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...
Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...
Be & gg, ririen eka dinyati, hapzi ali, ethics and business,implementasi ...
 
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu buana...
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu buana...Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu buana...
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu buana...
 
Sipi yenny farlina yoris hapzi ali_e_membandingkan coso ic, coso dan cobit _u...
Sipi yenny farlina yoris hapzi ali_e_membandingkan coso ic, coso dan cobit _u...Sipi yenny farlina yoris hapzi ali_e_membandingkan coso ic, coso dan cobit _u...
Sipi yenny farlina yoris hapzi ali_e_membandingkan coso ic, coso dan cobit _u...
 
14, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Corporate Governance, Universitas Mercu Bua...
14, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Corporate Governance, Universitas Mercu Bua...14, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Corporate Governance, Universitas Mercu Bua...
14, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Corporate Governance, Universitas Mercu Bua...
 
HBL 4, ZAHRA KAMILA, HAPZI ALI, LEMBAGA PEMBIAYAAN DAN PERAN KEGIATAN BISNIS,...
HBL 4, ZAHRA KAMILA, HAPZI ALI, LEMBAGA PEMBIAYAAN DAN PERAN KEGIATAN BISNIS,...HBL 4, ZAHRA KAMILA, HAPZI ALI, LEMBAGA PEMBIAYAAN DAN PERAN KEGIATAN BISNIS,...
HBL 4, ZAHRA KAMILA, HAPZI ALI, LEMBAGA PEMBIAYAAN DAN PERAN KEGIATAN BISNIS,...
 
BE & GG, Duci, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA,Artikel Etika Bisnis, Universitas Mer...
BE & GG, Duci, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA,Artikel Etika Bisnis, Universitas Mer...BE & GG, Duci, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA,Artikel Etika Bisnis, Universitas Mer...
BE & GG, Duci, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA,Artikel Etika Bisnis, Universitas Mer...
 
Hbl, bella tri oktaviana, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu b...
Hbl, bella tri oktaviana, hapzi ali,  lembaga pembiayaan, universitas mercu b...Hbl, bella tri oktaviana, hapzi ali,  lembaga pembiayaan, universitas mercu b...
Hbl, bella tri oktaviana, hapzi ali, lembaga pembiayaan, universitas mercu b...
 
Sm, rinalto hutabarat, hapzi ali, vision and company mission, longterm object...
Sm, rinalto hutabarat, hapzi ali, vision and company mission, longterm object...Sm, rinalto hutabarat, hapzi ali, vision and company mission, longterm object...
Sm, rinalto hutabarat, hapzi ali, vision and company mission, longterm object...
 
Tugas bussiness ethic and good governance untuk 25agustus2012
Tugas bussiness ethic and good governance untuk 25agustus2012Tugas bussiness ethic and good governance untuk 25agustus2012
Tugas bussiness ethic and good governance untuk 25agustus2012
 
2,sm, salam imam taifur, hapzi ali, vision and company mission, longterm obje...
2,sm, salam imam taifur, hapzi ali, vision and company mission, longterm obje...2,sm, salam imam taifur, hapzi ali, vision and company mission, longterm obje...
2,sm, salam imam taifur, hapzi ali, vision and company mission, longterm obje...
 
2, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, vision and company mission, longterm objec...
2, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, vision and company mission, longterm objec...2, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, vision and company mission, longterm objec...
2, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, vision and company mission, longterm objec...
 
2, SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Vision and Company Mission Longterm Objective Cor...
2, SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Vision and Company Mission Longterm Objective Cor...2, SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Vision and Company Mission Longterm Objective Cor...
2, SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Vision and Company Mission Longterm Objective Cor...
 
10 si pi, jemmy esrom serang, hapzi ali, membandingkan kerangka pengendalian ...
10 si pi, jemmy esrom serang, hapzi ali, membandingkan kerangka pengendalian ...10 si pi, jemmy esrom serang, hapzi ali, membandingkan kerangka pengendalian ...
10 si pi, jemmy esrom serang, hapzi ali, membandingkan kerangka pengendalian ...
 
Strategic management10
Strategic management10Strategic management10
Strategic management10
 
Materi app iii
Materi app iiiMateri app iii
Materi app iii
 
2, SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Vision and Company Mission Longterm Objective Cor...
2, SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Vision and Company Mission Longterm Objective Cor...2, SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Vision and Company Mission Longterm Objective Cor...
2, SM, Sukrasno, Hapzi Ali, Vision and Company Mission Longterm Objective Cor...
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...
 
1, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance, U...
1, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance, U...1, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance, U...
1, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance, U...
 
Makalah gcg
Makalah gcgMakalah gcg
Makalah gcg
 
BE & GG,Deny Dermawan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Governance Rating, Universit...
BE & GG,Deny Dermawan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Governance Rating, Universit...BE & GG,Deny Dermawan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Governance Rating, Universit...
BE & GG,Deny Dermawan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Governance Rating, Universit...
 

More from Ade Caswito

Jurnal ade caswito 43111120024. Universitas Mercu Buana 2016
Jurnal ade caswito 43111120024. Universitas Mercu Buana 2016Jurnal ade caswito 43111120024. Universitas Mercu Buana 2016
Jurnal ade caswito 43111120024. Universitas Mercu Buana 2016Ade Caswito
 
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, risk management tugas 10, u...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, risk management tugas 10, u...Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, risk management tugas 10, u...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, risk management tugas 10, u...Ade Caswito
 
Be & gg, ade caswito, hapzi ali, ethics and business, the corporate cultu...
Be & gg, ade caswito, hapzi ali, ethics and business, the corporate cultu...Be & gg, ade caswito, hapzi ali, ethics and business, the corporate cultu...
Be & gg, ade caswito, hapzi ali, ethics and business, the corporate cultu...Ade Caswito
 
Be & gg, ade caswito, hapzi ali, ethics and business, the corporate cultu...
Be & gg, ade caswito, hapzi ali, ethics and business, the corporate cultu...Be & gg, ade caswito, hapzi ali, ethics and business, the corporate cultu...
Be & gg, ade caswito, hapzi ali, ethics and business, the corporate cultu...Ade Caswito
 
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...Ade Caswito
 
Bb & gg, ade, hapzi ali, etika bisnsi studi kasus pt. lion air, mercu bua...
Bb & gg, ade, hapzi ali, etika bisnsi studi kasus pt. lion air, mercu bua...Bb & gg, ade, hapzi ali, etika bisnsi studi kasus pt. lion air, mercu bua...
Bb & gg, ade, hapzi ali, etika bisnsi studi kasus pt. lion air, mercu bua...Ade Caswito
 

More from Ade Caswito (6)

Jurnal ade caswito 43111120024. Universitas Mercu Buana 2016
Jurnal ade caswito 43111120024. Universitas Mercu Buana 2016Jurnal ade caswito 43111120024. Universitas Mercu Buana 2016
Jurnal ade caswito 43111120024. Universitas Mercu Buana 2016
 
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, risk management tugas 10, u...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, risk management tugas 10, u...Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, risk management tugas 10, u...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, risk management tugas 10, u...
 
Be & gg, ade caswito, hapzi ali, ethics and business, the corporate cultu...
Be & gg, ade caswito, hapzi ali, ethics and business, the corporate cultu...Be & gg, ade caswito, hapzi ali, ethics and business, the corporate cultu...
Be & gg, ade caswito, hapzi ali, ethics and business, the corporate cultu...
 
Be & gg, ade caswito, hapzi ali, ethics and business, the corporate cultu...
Be & gg, ade caswito, hapzi ali, ethics and business, the corporate cultu...Be & gg, ade caswito, hapzi ali, ethics and business, the corporate cultu...
Be & gg, ade caswito, hapzi ali, ethics and business, the corporate cultu...
 
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
 
Bb & gg, ade, hapzi ali, etika bisnsi studi kasus pt. lion air, mercu bua...
Bb & gg, ade, hapzi ali, etika bisnsi studi kasus pt. lion air, mercu bua...Bb & gg, ade, hapzi ali, etika bisnsi studi kasus pt. lion air, mercu bua...
Bb & gg, ade, hapzi ali, etika bisnsi studi kasus pt. lion air, mercu bua...
 

Recently uploaded

POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 

Recently uploaded (20)

POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 

GCG AIA

  • 1. ANALISIS PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PT. AIA FINANCIAL INDONESIA TUGAS 2 – KELAS MAGISTER MANAGEMENT Dosen : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA DISUSUN OLEH: ADE CASWITO (55116120090) PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017
  • 2. DAFTAR ISI ABSTRAK.......................................................................................................................1 BAB 1 .........................................................................................................................................2 I. PENDAHULUAN..............................................................................................2 1. Latar Belakang ...................................................................................................2 1. Tujuan.................................................................................................................5 2. Batasan Masalah.................................................................................................5 BAB II..............................................................................................................................6 LANDASAN TEORI.......................................................................................................6 1. Definisi Good Corporate Governance................................................................6 2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance.....................................................7 3. Penerapan Good Corporate Governance PT AIA FINANCIAL.......................8 5. Pedoman Good Corporate Governance............................................................12 6. Hubungan Agen Asuransi dan Perusahaan Asuransi .......................................16 7. Perjanjian keagenan asuransi ...........................................................................18 8. Skema Kerangka Pemikiran.............................................................................19 III. METODE PENULISAN..........................................................................................19 IV. ANALISA & PEMBAHASAN........................................................................20 4.1. Sejarah Perusahaan...............................................................................................20 4.2. Pernyataan Visi dan Misi Asuransi AIA Financial ...............................................21 4.4. Misi Asuransi AIA Financial: ...............................................................................22 4.5. Prinsip GCG Yang Diterapkan Agen Asuransi AIA Financial.............................22 4.6. Tanggung Jawab Direksi Agency AIA Financial dalam pengelolaan Perusahaan26 V. KESIMPULAN & SARAN ......................................................................................29 1. KESIMPULAN :..............................................................................................30 2. SARAN ............................................................................................................30 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................31
  • 3. 1 ABSTRAK Good Corporate governance merupakan suatu proses dan struktur yang digunakan perusahaan asuransi untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan dengan tetap memperhatikan kepentingan setiap stakeholders berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika yang mana harus dijalankan oleh setiap direksi agency mengingat agen merupakan wali dari perusahaan asuransi. Dalam penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaiamana Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada PT AIA Financial berdasarkan Direksi Agency. Agen asuransi merupakan perantara dari perusahaan asuransi dengan pihak tertanggung baik dalam penutupan pertanggungan maupun dalam penyelesaian klaim asuransi. Agen bisa suatu badan hukum dan bisa juga orang perorangan, yang melakukan tugasnya untuk dan atas nama penanggung ( principalnya). Perusahaan asuransi merupakan salah satu kekuatan ekonomi nasional sehingga perlu menumbuhkan korporasi dan profesionalisme antara lain melalui pembinaan pengurusan dan pengawasannya yang mana harus dilakukan berdasarkan prinsipprinsip tata kelola perusahaan yang baik ( Good Corporate Governance ) Dalam penerapannya Good Corporate Governance mempunyai beberapa prinsip dasar, antara lain : transparency ( transparansi), independency (kemandirian), accountability (akuntabilitas), responsibility (pertanggung jawaban) dan fairness (kewajaran).
  • 4. 2 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia yang bersumber dari keinginan untuk mengatasi ketidakpastian (uncertainty) yang dapat menimbulkan ancaman bagi setiap pihak, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaku bisnis. Kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan, baik oleh perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Melihat dari banyaknya kebutuhan usaha dan kegiatan dibidang perasuransian perlu terlebih dahulu untuk diketahui bahwa asuransi memiliki beberapa pengertian baik dari sudut pandang ekonomi, hukum, bisnis, sosial, itu berarti bisa empat defenisi bagi asuransi. 1) Pandangan ekonomi, asuransi merupakan suatu metode untuk mengurangi risiko dengan cara memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan (finansial). Jadi, berdasarkan konsep ekonomi, asuransi berkenaan dengan pemindahan dan mengkombinasikan risiko. 2) Sudut pandang hukum,asuransi merupakan suatu kontrak (perjanjian) pertanggungan risiko antara tertanggung dengan penanggung. Penanggung berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan risiko yang dipertanggungkan kepada tertanggung. Sedangkan tertanggung membayar premi secara periodik kepada penanggung. Jadi, tertanggung mempertukarkan kerugian besar yang mungkin terjadi dengan pembayaran tertentu yang relatif kecil. 3) Menurut pandangan bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang usaha utamanya menerima/ menjual jasa, pemindahan risiko dari pihak lain, dan memperoleh keuntungan dengan berbagi risiko (sharing of risk) di antara sejumlah besar nasabahnya. Selain itu, asuransi juga merupakan lembaga yang kegiatannya menghimpun dana (berupa premi) dari masyarakat yang kemudian menginvestasikan dana itu dalam berbagai kegiatan ekonomi (perusahaan). 4) Sudut pandang sosial, asuransi didefenisikan sebagai organisasi sosial yang menerima pemindahan risiko dan mengumpulkan dana dari anggota- anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada
  • 5. 3 masing-masing anggota tersebut. Karena kerugian tidak pasti akan terjadi pada setiap anggota, maka anggota yang tidak pernah mengalami kerugian dari sudut pandang sosial merupakan penyumbang terhadap organisasi. Hal itu berarti kerugian anggota dipikul bersama. Lembaga Asuransi dikenal di Indonesia sejak masuknya Negara- Negara Eropa ke Indonesia. Lembaga asuransi resmi masuk ke Indonesia sejak diberlakukan KUHD yang berlaku untuk Indonesia atas dasar azas konkordansi yang dimuat dalam Stb. 1943 No. 23 yang diundangkan pada tanggal 30 April 1947, dan mulai berlaku pada tanggal 11 mei 1948. dengan dikenalnya Lembaga Asuransi di Indonesia maka perkembangan selanjutnya berdirinya perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia diantaranya adalah Asuransi AIA Financial. PT. AIA Financial merupakan suatu perseroan yang bergerak dibidang asuransi. Dalam menjalankan kegiatannya tersebut PT. AIA Financial sebagian besar menjual asuransinya melalui agen. Agen menghubungi para konsumen atau nasabah dan melaporkan secara langsung kepada pihak penanggung atau perusahaan asuransi Untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang makin terbuka dan kompetitif, perusahaan asuransi perlu menumbuhkan korporasi dan profesionalisme antara lain melalui pembinaan pengurusan dan pengawasannya. Pengurusan dan pengawasan perusahaan asuransi harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip efisiensi dan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Korporasi-korporasi di Indonesia baik perusahaan- perusahaan publik maupun terbuka di pasar modal harus mulai melihat Good Corporate Governance bukan sebagai aksesoris belaka, tetapi suatu sistem nilai dan praktek terbaik (best practice) yang sangat fundamental bagi peningkatan nilai perusahaan dan menuntut pendekatan holistik dalam penerapannya. Mengapa GCG? Secara teoritis, praktik Good Corporate Governance (GCG) dapat meningkatkan nilai ( valuation ) perusahaan dengan meningkatkan kinerja. Prinsip Good Corporate Governance (tata kelola perusahaan yang baik) adalah sebagai perangkat aturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus ( pengelola perusahaan) misalnya direksi, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau suatu sistem yang mengatur
  • 6. 4 dan mengendalikan perusahaan. Penerapan prinsip GCG dalam perusahaan asuransi melibatkan semua jajaran didalam perusahaan asuransi tersebut yang salah satunya adalah agen asuransi. Yang mana pengelola perusahaan menduduki jabatan sebagai direksi agency. Walaupun direksi agency hanya mewakili perusahaan di setiap daerah,direksi agency juga mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam penerapan prinsip GCG ini yang apabila ditinjau lebih lanjut, tugas dan tanggung jawab direksi agency tidak jauh berbeda dengan tugas dan tanggung jawab direksi perusahaan pada umumnya yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT). Salah satu prinsip yang diatur dalam Good Corporate Governance adalah keterbukaan. Dimana para pemegang saham berhak atas penerimaan informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan dan dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahanperubahan yang mendasar atas perusahaan serta turut serta memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan. Implementasi prinsip responsibilitas ( responsibility ) tercermin juga dari tugas direksi yang menjamin aktivitas bisnisnya dijalankan berdasarkan prinsip korporasi yang sehat, pemenuhan kewajiban terhadap pemerintah sesuai peraturan berlaku, bekerjasama secara aktif bagi manfaat bersama, serta berupaya berkontribusi nyata kepada masyarakat. Pengungkapan informasi materil dan relevan mengenai kinerja, kondisi keuangan, dan informasi lainnya secara jelas, memadai, dan tepat waktu, serta mudah diakses oleh stakeholders sesuai dengan haknya merupakan implementasi prinsip keterbukaan (transparency) yang tidak mengurangi kewajiban untuk melindungi informasi rahasia mengenai perusahaan dan pelanggan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Dan prinsip terakhir dalam penerapan GCG ini adalah Kemandirian (Independency). Yang mana pengelolaan perusahaansecara profesional tanpa ada benturan kepentingan atau pengaruh dan tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
  • 7. 5 1. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam pembahasan etika bisnis ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui proses penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) pada perusahaan asuransi. 2. Untuk mengetahui bagaimanakah hubungan antara agen dengan perusahaan asuransi dalam perjanjian keagenan asuransi.. 2. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penulisan ini adalah hanya terbatas membahas proses penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) pada perusahaan asuransi yang dilakukan oleh PT. AIA Financial.
  • 8. 6 BAB II LANDASAN TEORI 1. Definisi Good Corporate Governance Good Corporate Governance (GCG) adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholder khususnya, dan stakeholders pada umumnya. Tentu saja hal ini dimaksudkan untuk mengatur kewenangan Direktur, manajer, pemegang saham dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu Center for European Policy Studies (CEPS), punya formula lain. GCG, papar pusat studi ini, merupakan seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses, serta pengendalian, baik yang ada didalam maupun diluar manajemen perusahaan. Sebagai catatan, hak disini adalah hak seluruh stakeholders, bukan terbatas kepada shareholders saja. Hak adalah berbagai kekuatan yang dimiliki stakeholders secara individual untuk mempengaruhi manajemen. Proses, maksudnya adalah mekanisme dari hak-hak tersebut. Adapun pengendalian merupakan mekanisme yang memungkinkan stakeholders menerima informasi yang diperlukan seputar aneka kegiatan perusahaan. Sementara itu, ADB (Asian Development Bank) menjelaskan bahwa GCG mengandung empat nilai utama yaitu: accountability, transparency, predictability dan participation. Pengertian lain datang dari Finance Comitte on Corporate Governance Malaysia. Menurut lembaga tersebut GCG merupakan suatu proses serta struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus mengelola bisnis dan urusan perusahaan kearah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan akhirnya adalah menaikkan nilai saham dalam jangka panjang tetapi tetap memerhatikan berbagai kepentingan para stakeholder lainnya. Pengertian Good Corporate Governance Menurut Para Ahli Ada berbagai pengertian Good Corporate Governance yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Corporate governance merupakan seperangkat tata hubungan diantara manajemen perseroan, direksi, komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya. (OECD dalam Leo J. Susilo dan Karlen Simarmata, 2007:17) Corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan
  • 9. 7 stakeholders yang lain. (IICG dalam G. Suprayitno, et all, 2004:18) Corporate governance adalah suatu konsep yang menyangkut struktur perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan dan pembagian beban tanggung jawab dari masing-masing unsur yang membentuk struktur perseroan, dan mekanisme yang harus ditempuh oleh masing-masing unsur dari perseroan tersebut, serta hubungan-hubungan antara unsur-unsur dari struktur perseroan itu mulai dari RUPS, direksi, komisaris, juga mengatur hubungan-hubungan antara unsur-unsur dari struktur perseroan dengan unsur-unsur di luar perseroan yang pada hakekatnya merupakan stakeholders dari perseroan, yaitu negara yang sangat berkepentingan akan perolehan pajak dari perseroan yang bersangkutan, dan masyarakat luas yang meliputi para investor publik dari perseroan itu (dalam hal perseroan merupakan perusahaan publik), calon investor, kreditor dan calon kreditor perseroan. Corporate governance adalah suatu konsep yang luas. (Sutan Remy Sjahdeini, 1999:1) Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness). (Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum). Berdasarkan uraian mengenai corporate governance tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance adalah suatu sistem pengelolaan perusahaan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum. 2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Dalam praktik corporate governance berbeda disetiap negara dan perusahaan karena berkaitan dengan sistem ekonomi, hukum, struktur kepemilikan, sosial dan budaya. Perbedaan praktik ini menggambarkan perbedaan dalam kekuatan suatu kontrak, sikap politik pemilik saham dan hutang. Dengan demikian beberapa aturan, pedoman, atau prinsip yang digunakan dalam pelaksanaan corporate governance juga akan berbeda (G. Suprayitno, et all, 2000:18). Konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, dan jenis perusahaan akan mempengaruhi kualitas implementasi Good Corporate Governance perusahaan (Deni Darmawati,
  • 10. 8 2006). Selain itu, pelaksanaan prinsip-prinsip dasar GCG harus mempertimbangkan karakter setiap perusahaan seperti besarnya modal, pengaruh dari kegiatannya terhadap masyarakat dan lain sebagainya. (Wilson Arafat, 2008:9). Prinsip-prinsip mengenai corporate governance memiliki banyak versi, namun pada dasarnya mempunyai banyak kesamaan. Untuk penelitian ini prinsip- prinsip Good Corporate Governance yang digunakan adalah prinsip-prinsip yang dikenal sebagai “TARIF” (transparency, accountability, responsibility, independency, fairness). Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 bagian penjelasan umum memberikan definisi prinsip-prinsip GCG sebagai berikut: “Pertama transparansi (transparency) diartikan sebagai keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang materil dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan. Kedua, akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pertangungjawaban bank sehingga pengelolaannya berjalan efektif. Ketiga, pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip pengelolaan bank yang sehat. Keempat, independensi (independency) yaitu pengelolaan bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun. Kelima, kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. 3. Penerapan Good Corporate Governance PT AIA FINANCIAL PT AIA FINANCIAL (“Perusahaan”) senantiasa menerapkan prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada setiap aspek bisnisnya dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 73/POJK. 05/2016 tentang Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian serta peraturan pelaksanaannya serta peraturan pelaksanaannya. Pelaksanaan tugas dan kewenangan organ Perusahaan yang terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”), Direksi dan Dewan Komisaris senantiasa mengacu kepada prinsip-prinsip umum dan fungsional yang diatur dalam Undang- undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perusahaan memiliki unit bisnis syariah dan memiliki Dewan Pengawas Syariah (“DPS”) yang diangkat oleh
  • 11. 9 RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia. DPS mempunyai tugas dan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan kegiatan usaha unit bisnis syariah Perusahaan. Prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik meliputi keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian (independency) dan kesetaraan dan kewajaran (fairness). 1. Keterbukaan (Transparency) Dalam mewujudkan keterbukaan, Perusahaan menyediakan berbagai informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu kepada para pemangku kepentingan. Perusahaan mengkomunikasikan visi, sasaran dan strateginya secara berkesinambungan dan berkelanjutan kepada manajemen, karyawan dan pemangku kepentingan lainnya melalui berbagai aktivitas pertemuan dan penyediaan informasi yang dapat diakses dengan mudah. Salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan oleh manajemen Perusahaan secara teratur kepada karyawan adalah melalui pertemuan bersama karyawan (townhall) yang diselenggarakan sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun. Dalam townhall manajemen memaparkan, antara lain, pencapaian Perusahaan dan arah strategi bisnis Perusahaan kepada karyawan. Perusahaan secara teratur menyampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan informasi keuangan serta informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan pada kinerja Perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Disamping itu, perusahaan juga menyediakan informasi mengenai laporan keuangan dalam web site Perusahaan serta informasi penting lainnya yang dapat diakses dengan mudah oleh para pemangku kepentingan. 2. Akuntabilitas (Accountability) Terdapat kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban diantara organ-organ Perusahaan yaitu Direksi, Dewan Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham yang dalam pelaksanaan tugasnya didukung oleh komite-komite yang memiliki tugas dan fungsi khusus. Perusahaan memiliki komite-komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris maupun Direksi. Komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris terdiri dari Komite Audit dan Komite Pemantau Risiko yang bertujuan menunjang pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan.
  • 12. 10 Untuk menunjang pelaksanaan tugas Direksi terutama terkait dengan pengendalian internal, Perusahaan membentuk Komite Investasi, Komite Klaim, Komite Pengendalian Produk, Market Conduct Committee and Appeal Board, Komite Kepatuhan dan Etik, Komite Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme dan Asset-Liability Management Committee. Komite-komite tersebut bertujuan untuk menunjang pelaksanaan tugas Direksi dalam menjalankan perusahaan sehingga kinerja Perusahaan dapat berjalan secara transparan, wajar, efektif dan efisien. Dewan Komisaris dan berbagai komite baik yang didirikan oleh Dewan Komisaris maupun Direksi, melakukan pengawasan serta pemantauan atas pengelolaan Perusahaan yang dilakukan oleh Direksi sebagai bentuk pelaksanaan mekanisme check and balances. Disamping itu Perusahaan juga memiliki berbagai pedoman terkait kebijakan Perusahaan, Kode Etik, sistem deteksi dini, penerapan penghargaan dan tindakan disiplin, serta struktur pengendalian internal yang tepat dan baik.. 3. Tanggung Jawab (Responsibility) Pengelolaan Perusahaan dilaksanakan dengan memperhatikan aspek kepatuhan dan kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perusahaan telah menetapkan standard Kode Etik sebagai pedoman bagi seluruh manajemen, karyawan dan agen Perusahaan dalam mengambil keputusan yang tepat pada setiap keadaan serta menjunjung tinggi nilai-nilai etika serta standar, prinsip dan praktek penyelenggaraan usaha perasuransian yang sehat Direksi wajib melakukan pengurusan Perseroan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Itikad baik dalam hal ini mengandung pengertian bahwa Direksi dalam menjalankan kepengurusan mengutamakan kepentingan Perusahaan semata-mata, serta tidak memanfaatkan kedudukannya sebagai Direksi untuk mengambil keuntungan secara pribadi baik langsung maupun tidak langsung dari Perusahaan secara tidak adil. Direksi wajib untuk sebisa mungkin menghindari terjadinya benturan kepentingan serta wajib untuk mengungkapkan apabila terdapat benturan kepentingan ataupun potensi benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugasnya. Perusahaan juga senantiasa dan secara berkelanjutan melaksanakan
  • 13. 11 praktik penyelenggaraan usaha perasuransian yang sehat bagi para pemangku kepentingan yang salah satunya diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab sosial Perusahaan kepada masyarakat. 4. Independensi (Independency) Perseroan dikelola secara mandiri dan profesional serta bebas dari benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang perasuransian dan nilai-nilai etika serta standar, prinsip, dan praktik penyelenggaraan usaha perasuransian yang sehat. Untuk meningkatkan independensi dalam pengambilan keputusan bisnis, Perusahaan telah mengembangkan beberapa aturan, pedoman, dan praktek terutama pada tingkat Dewan Komisaris dan Direksi demi terlaksananya pengelolaan Perusahaan yang mandiri dan professional sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang perasuransian dan nilai-nilai etika serta standar, prinsip, dan praktik penyelenggaraan usaha perasuransian yang sehat. 5. Kesetaraan dan Kewajaran (Fainess) Perusahaan berkomitmen untuk menerapkan prinsip kesetaraan dan kewajaran dalam hubungannya dengan Pemangku Kepentingan termasuk tertanggung, pemegang polis, karyawan dan mitra bisnis. Untuk memastikan prinsip ini berjalan dengan baik Perusahaan menetapkan kebijakan internal, Standar Operasional Prosedur (SOP) dan prosedur terkait lainnya. Perusahaan memberikan kesempatan kepada seluruh pemangku kepentingan untuk memberikan masukkan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan Perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai prinsip keterbukaan. Salah satu bentuk pelaksanaan prinsip kesetaraan dan kewajaran yaitu diwujudkan dalam pemberian kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugas secara professional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender dan kondisi fisik Menurut Christian Herdinata (2008), prinsip-prinsip GCG memegang peranan penting, antara lain: 1. Pemenuhan informasi penting yang berkaitan dengan kinerja suatu perusahaan sebagai bahan pertimbangan bagi para pemegang saham atau calon investor untuk menanamkan modalnya;
  • 14. 12 2. Perlindungan terhadap kedudukan pemegang saham dari penyalahgunaan wewenang dan penipuan yang dapat dilakukan oleh direksi atau komisaris perusahaan; 3. Perwujudan tanggung jawab perusahaan untuk mematuhi dan menjalankan setiap aturan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan di negara asalnya atau tempatnya berdomisili secara konsisten, termasuk peraturan dibidang lingkungan hidup, persaingan usaha, ketenagakerjaan, perpajakan, perlindungan konsumen, dan sebagainya. Good Corporate Governance akan memberikan empat manfaat besar (Wilson Arafat, 2008:10), yaitu: 1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. 2. Meningkatkan corporate value. 3. Meningkatkan kepercayaan investor. 4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholder‟s value dan dividen. 5. Pedoman Good Corporate Governance Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah: a. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten (consistent law enforcement). b. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar pelaksanaan usaha. c. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak
  • 15. 13 yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol sosial (social control) secara obyektif dan bertanggung jawab. Stijn Claessen dan Charles P. Oman sebagaimana dikutip oleh Leo J. Susilo dan Karlen Simarmata (2007:15) melihat bahwa corporate governance mempunyai dua aspek: 1. Aspek pertama berkaitan dengan pola hubungan dan perilaku aktor dalam perseroan. Perilaku manajemen dengan karyawan; perilaku perseroan dengan pemasok, dengan kreditor, dan lain-lain. Indikator yang digunakan untuk melihat bagaimana perilaku ini memberikan manfaat adalah bagaimanakah tingkat efisiensi perusahaan, bagaimanakah kinerja perusahaan, pertumbuhan, perlakuan kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan, dan lain-lain. Aspek ini disebut aspek perilaku korporasi dan sasarannya adalah peningkatan kinerja (performance). 2. Aspek kedua berkaitan dengan seperangkat peraturan dan norma yang membentuk perilaku di atas. Hal ini meliputi hukum perusahaan, peraturan perundang-undangan lainnya, standar dan norma, seperti kode etik profesi, pedoman etika korporasi, dan lain-lain. Semua ini disebut aspek normatif dari corporate governance dan sasarannya adalah kepatuhan (comformance). Berdasarkan penjelasan di atas, maka diperlukan adanya perangkat hukum atau pedoman dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance. Di Indonesia, pemerintah melalui Keputusan Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan dan Industri No. Kep/31/M.EKUIN/08/1999, telah membentuk suatu badan yang diberi nama Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG)). Komite Nasional ini bertugas untuk merumuskan dan merekomendasikan kebijakan nasional mengenai pengelolaan perusahaan. Komite Nasional ini telah merumuskan suatu Kerangka Kerja Good Corporate Governance atau Pedoman Good Corporate Governance. Pedoman Good Corporate Governance yang dikeluarkan KNKCG telah beberapa kali disempurnakan, yakni pada tahun 2001 dan 2006. Berdasarkan pemikiran bahwa suatu sektor ekonomi tertentu cenderung memiliki karakteristik yang tidak sama, maka pada awal tahun 2004 dikeluarkan Pedoman GCG Perbankan Indonesia.
  • 16. 14 Untuk industri perbankan Indonesia saat ini terdapat tiga dokumen yang dapat dijadikan acuan penerapan GCG pada bank umum. (Leo J. Susilo dan Karlen Simarmata, 2007:76). Sesuai dengan tahun terbitnya, ketiga dokumen tersebut adalah:  “Enhanching Corporate Governance for Banking Organization” yang diterbitkan pertama kali tahun 1999 oleh Basel Committee on Banking Supervisoion, Bank for International Settlement, dan direvisi pada bulan Februari 2006;  “Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia” yang diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) pada bulan Januari 2004;  Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang perubahan PBI No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, yang dikeluarkan pada tanggal 30 Januari dan 5 Oktober 2006. Pedoman dari Basel Committee bersifat imperatif secara moral, karena anggota Bank for International Settlement (BIS) adalah bank-bank sentral dari berbagai negara, termasuk Bank Indonesia. Pedoman dari KNKCG bersifat sukarela dan tidak mempunyai sifat mengikat maupun imperative bagi bank umum serta berfungsi sebagai acuan saja. Sedangkan pedoman penerapan GCG yang diterbitkan Bank Indonesia selaku otoritas pengawas bank di Indonesia mempunyai kekuatan mengikat secara hukum. Dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia tersebut maka Bank Umum wajib melaksanakan GCG. Apabila tidak dipatuhi akan dikenakan sanksi. Namun, sekiranya pedoman tersebut bukan dianggap sebagai tempelan saja, sekedar untuk memenuhi persyaratan seperti yang diunggapkan oleh Wilson Arafat (2008:37) bahwa perbankan masih memandang GCG sebatas beban yang merepotkan alias regulation as barrier, sama sekali tidak menyambut GCG sebagai sebuah keniscayaan. Padahal GCG bukan sekedar proses dan prosedur control ataupun peraturan „mati‟ an sich. Lebih dari semua itu pelaksanaan GCG sejati adalah merupakan sebuah produk budaya perusahaan. Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah penyelarasan dari prinsip-
  • 17. 15 prinsip yang dituangkan dalam pedoman-pedoman GCG di atas dengan kebijakan manajemen (management policy) dan pedoman operasional (standard operating procedures) lain (Leo J. Susilo dan Karlen Simarmata, 2007:24). Selain itu, perusahaan dapat membuat Code of Corporate and Business Conduct sebagai pedoman bagi seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari (Muh. Arief Effendi, 2005). Wujudnya berupa kodifikasi kebijakan perusahaan, peraturan pegawai, dan kesepakatan yang telah dibuat bersama antara perusahaan dengan pegawai yang harus dijadikan pedoman sewaktu menjalankan aktivitas perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip GCG. (Wilson Arafat, 2008:36) Leo J. Susilo dan Karlen Simarmata (2007:136) mengemukakan bahwa terdapat tiga kelompok pelaku kegiatan dalam pelaksanaan GCG pada bank umum. Kelompok pertama terdiri dari organ perseroan dan organ pendukung, atau secara sederhana disebut boards. Kelompok ini terdiri dari RUPS, Direksi, Komisaris, Komite Audit, Komite Nominasi dan Renumerasi, Komite Pemantau Risiko, komite lainnya dari komisaris, bila ada dan Satuan Kerja Audit Intern atau Satuan Pengawas Intern. Sedangkan kelompok kedua merupakan seluruh jajaran karyawan atau disebut sebagai enterprise-wide, yang menjadi sarana Direksi untuk melaksanakan tugas pengelolaan perusahaan. Kelompok ketiga adalah pihak luar atau stakeholders, yaitu regulator, nasabah, dan lain sebagainya yang berinteraksi dengan baik. Ketiga kelompok pelaku di atas terlibat dalam berbagai aktivitas pelaksanaan GCG untuk memastikan: 1. Kepatuhan (Compliance) terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap kebijakan corporate governance atau kebijakan perusahaan harus mengacu dan tunduk pada berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku (regulatory driven). 2. Kesesuaian (Comformance) antara berbagai kebijakan corporate governance termasuk pedoman etika usaha dan etika kerja dengan kebijakan manajemen dan berbagai prosedur kerja yang diberlakukan dalam rangka menggerakkan proses bisnis perusahaan. Dalam proses ini, terjadi internalisasi prinsip-prinsip GCG dan nilai-nilai etika kedalam proses bisnis maupun sikap kerja sehari-hari yang pada gilirannya akan muncul suatu budaya GCG dalam perusahaan (ethics driven).
  • 18. 16 3. Pencapaian kinerja (Performance), baik itu kinerja perusahaan, unit bisnis, departemen, seksi dan seluruh jajaran baik secara kolektif maupun perorangan mulai dari level Komisaris, Direksi, sampai kepada karyawan level paling terendah (market driven). 6. Hubungan Agen Asuransi dan Perusahaan Asuransi Dalam suatu perusahaan asuransi, sifat dasar asuransi yaitu kerja sama.Kenyataan bahwa perusahaan asuransi dan cabang-cabangnya dengan penuh semangat bersaing dengan perusahaan lain. Di dalam beberapa hal keadaan ini timbul dari kepentingan ekonomi. Banyak kerja sama organisasi dibentuk dan didukung oleh kelompok perusahaan asuransi yang berarti melipatgandakan kemampuan pertanggungan dibandingkan jika setiap perusahaan asuransi melaksanakan secara sendiri-sendiri. Kerja sama seperti itu biasanya disebut konsorsium. Agency system dapat timbul karena memberikan keuntungan bagi perusahaan asuransi. Sebagian besar perusahaan asuransi berpendapat bahwa tidaklah ekonomis mempunyai agen sendiri yang ditempatkan di wilayah tertentu yang dilakukan dalam asuransi jiwa dengan harapan agar agen tersebut hanya mewakili satu perusahaan saja. Ada sejumlah hal yang mendukung pernyataan tersebut :  Kapasitas financial perusahaan asuransi terbatas untuk menangani seluruh aktivitas yang ditawarkan kepadanya dalam satu wilayah tertentu, karena kekhawatiran terkonsentrasinya risiko. Dengan kekhawatiran itu, perusahaan asuransi akan menolak tawaran tersebut dan para agen akan kehilangan komisi. Disamping itu, konsumen akan mencari keuntungan kesana kemari untuk menentukan perusahaan asuransi mana yang bersedia memberikan penutupan kepadanya. Hal itu dapat disederhanakan apabila agen mewakili beberapa asuransi. Dengan demikian, agen akan dapat memasarkan produkproduk yang ditanganinya.  Sekalipun perusahaan asuransi menerima seluruh transaksi yang ditawarkan, tetapi masih diragukan apakah seorang agen akan dapat memperoleh gaji yang memadai untuk menopang hidupnya seperti apabila dia menangani beberapa perusahaan asuransi. Potensi konsumen yang mencari pelayanan asuransi dalam suatu wilayah adalah terbatas dan akan terbagi diantara beberapa perusahaan asuransi. Oleh karena itu, agen yang
  • 19. 17 mewakili satu perusahaan asuransi saja tidak akan dapat memperoleh pendapatan yang memadai, dan karena itu tidak akan bersedia untuk melakukan hal tersebut.  Jika perusahaan asuransi memasuki wilayah baru, harus menyediakan sejumlah servis minimal kepada konsumen, klaim-klaim harus ditangani, pengumpulan premi, pemberian kredit dan emnjawab pertanyaan- pertanyaan yang diajukan oleh para konsumen. Perusahaan asuransi diharapkan melakukan sejumlah hal secara mendetil yang sangat mungkin tidak akan dilakukannya secara langsung. Perusahaan asuransi belum mampu melaksanakan tugas itu melalui wakilnya yang digaji tetap sehingga volume usaha diwilayah tersebut cukup besar untuk menutup biaya-biaya yang diperlukan. Dengan demikian, untuk menangani hal-hal tersebut diperlukan jasa agen. Dalam perusahaan asuransi AIA Financial hubungan agen asuransi dengan perusahaan asuransi adalah sebagai partner kerja. Hal itu tercantum dalam syaratsyarat agen asuransi yaitu : 1. Agen hanya mewakili perusahaan Seluruh surat permohonan asuransi yang diterima oleh agen, harus diserahkan kepada Perusahaan dan seluruh surat permohonan asuransi yang diterima oleh agen harus terlebih dahulu diserahakn kepada perusahaan. Apabila perusahaan menolak atau tidak menyetujui permohonan tersebut, maka permohonan tersebut akan diserahkan kepada perusahaan lain yang merupakan anggota dari AIA GROUP. Selama perjanjian ini berlaku, agen setuju untuk mengikatkan diri untuk tidak memasarkan atau menjual, baik langsung maupun tidak langsung dan dengan cara apapun, produk asuransi dari perusahaan lain atau perseorangan kecuali dengan izin tertulis dari perusahaan. 2. Agen sebagai wali Seluruh uang, barang-barang maupun jaminan yang diterima oleh agen untuk dan atas nama perusahaan dikuasai oleh agen hanya sebagai wali. Agen dilarang menggunakan, memanfaatkan atau menjual dengan cara apapun uang, barang-barang atau jaminan tersebut, dan agen wajib ,melaporkan danmenyerahkan kepada perusahaan seluruh uang, barang- barang atau jaminan yang berada dalam penguasaan agen tersebut, paling
  • 20. 18 lambat 1 ( satu ) hari kerja sejak uang, barang-barang atau jaminan tersebut diterima. 7. Perjanjian keagenan asuransi Dalam usaha perasuransian, kedudukan agen asuransi sangatlah penting karena selain berperan memasarkan produk asuransi yang pada akhirnya akan mening katkan penghasilan perusahaan, agen asuransi juga bertindak sebagai mediator antara kepentingan tertanggung dan penanggung, baik ketika dalam proses klaim ataupun jika terdapat permasalahan. Secara hukum, berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian, agen asuransi dilarang terikat lebih dari satu perjanjian keagenan dengan satu perusahaan asuransi. Oleh karena itu, agen asuransi hanya diperkenankan terikat dengan satu perusahaan asuransi. Meskipun terikat dengan suatu perusahaan asuransi dan mendapatkan penghasilan dari satu perusahaan asuransi, agen bukanlah pekerja/ karyawan perusahaan asuransi. Kedudukan agen asuransi tetap sebagai pihak diluar perusahaan asuransi yang bertindak untuk dan atas nama perusaaan asuransi. Satu hal yang menarik dari perjanjian keagenan asuransi, meskipun kedudukannya adalah sebagai pihak diluar perusahaan asuransi (mitra perusahaan), yang sekilas dapat disimpulkan memiliki hubungan sama tinggi atau sederajat dengan perusahaan asuransi, pada umumnya, perjanjian keagenan asuransi dibuat secara sepihak oleh perusahaan asuransi dalam suatu perjanjian standar (perjanjian baku) Hukum memang tidak menegaskan larangan diadakannya perjanjian baku atau perjanjian standar, namun karena isi atau klausul perjanjian tersebut dibuat secara sepihak, tentunya kedudukan agen asuransi berada dibawah kedudukan perusahaan asuransi. Dalam hal ini, kedudukan perusahaan asuransi lebih bersifat apriori, berkuasa untuk menentukan isi klausul perjanjian dan agen asuransi tertutup untuk melakukan negoisasi atas klausul- klausul perjanjian tersebut sehingga dengan demikian perusahaan asuransi cenderung lebih diuntungkan dalam banyak hal. Contoh nyata, banyak ditemukan dalam perjanjian keagenan terdapat klausul yang pada pokoknya perusahaan asuransi dapat melakukan pemutusan hubungan keagenan secara sepihak tanpa harus membayar apa yang seharusnya menjadi hak- hak seorang agen. Klausul ini, dalam hukum perjanjian disebut dengan klausul
  • 21. 19 eksenorasi yaitu klasula perjanjian yang memuat alasan salah satu pihak guna menghindari diri dari kewajiban membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melanggar hukum. Dengan klausul eksenorasi ini, dimunkinkan hanya dengan alasan kinerja agen tidak memuaskan, perusahaan asuransi dapat melakukan pemutusan hubungan keagenan secara sepihak tanpa membayar/ memberikan kompensasi yang seharusnya menjadi hak seorang agen. Lalu, apakah dengan dimuatnya klausul eksenorasi tersebut seorang agen asuransi yang diputuskan secara sepihak masih dapat menuntut hak-haknya ? Jawabnya, agen asuransi tersebut tetap dapat menuntut perusahaan asuransi selama agen asuransi tersebut dapat membuktikan bahwasanya :  Klausul pemutusan sepihak hubungan keagenan tersebut bertentangan dengan kesusilaan, sehingga klausul tersebut batal menurut hukum  Klausul pemutusan sepihak dibuat dengan menyalahgunakan keadaan perjanjian, sehingga klausul tersebut secara hukum dapat dibatalkan.  Pelaksanaan pemutusan sepihak hubungan keagenan tersebut tidak diberitahukan secara patut dan pantas. 8. Skema Kerangka Pemikiran III. METODE PENULISAN PT AIA FINANCIAL Good Corporate Governance  Keterbukaam (Transparance)  Akuntabilitas (Accountability)  Pertanggung Jawaban (Responsibility)  Independensi (Independency)  Kewajaran (Fairness) Metode Analisis Hasil Analisis Rekomendasi Gambar 1 Kerangka Berpikir Sumber: Diolah oleh Penulis (2017)
  • 22. 20 Pada penulisan ini, informasi yang didapatkan oleh penulis bersumber dari internet yang berkaitan dengan Good Corporate Governance agar rumusan dan tujuan penulisan ini dapat terjawab. Data dalam penulisan ini menggunakan data sekunder. Dimana pengertian Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan penulis dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, laporan, artikel dan lain-lain. IV. ANALISA & PEMBAHASAN 4.1. Sejarah Perusahaan PT. AIA FINANCIAL (AIA) merupakan salah satu perusahaan asuransi jiwa terkemuka di Indonesia dan merupakan perusahaan asuransi jiwa yang terdaftar di dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pada tahun 2009, PT AIG Life berubah nama menjadi PT AIA Financial Berdasarkan surat nomor 042/LGL-AIGL/Srt/V/2009 tanggal 27 Mei 2009. dan sesuai Salinan Akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham PT AIG Life nomor 35 tanggal 29 April 2009 yang dibuat oleh notaris Merryana Suryana, SH dan disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU – 21773.AH.01.02 Tahun 2009 tanggal 19 Mei 2009 menyatakan bahwa surat Menteri Keunagan nomor S- 078/MK.5/2005 tanggal 1 Februari 2005 berlaku untuk nama baru PT. AIA Financial yang sebelum nya PT AIG Life. AIA di Indonesia merupakan anak perusahaan AIA Group. AIA menawarkan berbagai produk asuransi, termasuk asuransi dengan prinsip Syariah, yang meliputi asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan diri, asuransi yang dikaitkan dengan investasi, program kesejahteraan karyawan, program pesangon, dan program Dana Pensiun (DPLK). Produk-produk tersebut dipasarkan oleh lebih dari 10.000 tenaga penjual berpengalaman dan profesional melalui beragam jalur distribusi seperti keagenan, Bancassurance dan Corporate Solutions (Pension & Employee Benefits). Di era bisnis global dewasa ini, penerapan Good Corporate Governance
  • 23. 21 (GCG) telah menjadi satu kebutuhan. GCG berperan penting dalam membangun citra perusahaan. Implementasi GCG adalah bukti perusahaan telah dikelola dan diawasi dengan baik. Pengelolaan perusahaan ini haruslah sesuai dengan prinsip GCG dan UU guna melindungi kepentingan stakeholders. Keberhasilan implementasi GCG sangat ditentukan oleh komitmen seluruh jajaran perusahaan. Kesiapan dan kelengkapan organ pendukung (infrastruktur GCG) serta kebijakan GCG lainnya (soft structure) juga turut berperan dengan memerhatikan kesesuaian, karakteristik bisnis, dan kebutuhan perusahaan. Arti penting GCG dalam meningkatkan nilai dan pertumbuhan bisnis jangka panjang sangat disadari oleh PT AIA Financial. Karenanya, Asuransi AIA Financial berkomitmen mengimplementasikan GCG secara konsisten. Hal ini diwujudkan melalui penyusunan Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja Asuransi AIA Financial yang selanjutnya disebut Code of Conduct Asuransi AIA Financial. Code of Conduct Asuransi AIA Financial adalah pernyataan tertulis Asuransi AIA Financial mengenai GCG terhadap Manajemen, Karyawan, dan Stakeholders lainnya. Pernyataan ini menjelaskan filsafat bisnis serta nilai-nilai dalam mengelola perusahaan secara menyeluruh guna mencapai tujuan bisnis sesuai visi dan misinya. Code of Conduct Asuransi AIA Financial adalah sekumpulan komitmen berisi etika bisnis Asuransi AIA Financial dan etika kerja segenap jajaran Manajemen dan Karyawan yang sifatnya sukarela. Etika bisnis dan etika kerja ini disusun untuk memengaruhi, membentuk, mengatur, dan menciptakan kesesuaian tingkah laku. Tujuannya adalah menghasilkan keluaran yang konsisten dalam mencapai visi dan misi Asuransi AIA Financial. Asuransi AIA Financial akan mengkomunikasikan kebijakan ini secara aktif kepada para pemegang saham, tertanggung, agen asuransi, lembaga keuangan, mitra kerja, dan stakeholders lainnya. Tujuannya adalah menciptakan sinergi yang sejalan dengan penerapan Code of Conduct ini. Dikarenakan sifat pedomannya yang dinamis, Code of Conduct Asuransi AIA Financial akan dikaji secara berkala dan berkelanjutan sesuai dinamika lingkungan usaha yang terjadi. Namun demikian, dalam setiap perubahannya, Asuransi AIA Financial tidak akan mengorbankan nilai-nilai yang ada demi keuntungan jangka pendek. 4.2. Pernyataan Visi dan Misi Asuransi AIA Financial
  • 24. 22 Code of Conduct ini diharapkan menjadi acuan dalam membentuk nilai, norma, dan etika jajaran manajemen dan karyawan. Tujuannya adalah membangun hubungan yang lebih sehat, harmonis, dan fair dengan para pemegang saham, komisaris, pelanggan, agen asuransi, lembaga keuangan, mitra kerja, dan masyarakat sehingga mendorong peningkatan kinerja dan produktivitas yang signifikan.Hal lainnya akan terwujud jika terdapat hubungan erat antara aspek dalam Code of Conduct Asuransi AIA Financial dengan visi dan misi perusahaan yang dimiliki. 4.3.Visi Asuransi AIA Financial: Menjadi penyedia jasa keuangan yang paling dibutuhkan dan terpercaya di Indonesia. Kami akan menjadi pemimpin di setiap jalur usaha dengan menawarkan beragam produk & layanan yang fleksibel, inovatif dan bernilai tinggi; melalui berbagai jalur distribusi yang terbaik di Indonesia. 4.4. Misi Asuransi AIA Financial: Untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia dengan memenuhi kebutuhan finansial mereka yang senantiasa berubah sambil memahami harapan para pemegang polis, mitra perusahaan, dan pemegang saham. 4.5. Prinsip GCG Yang Diterapkan Agen Asuransi AIA Financial Agen Asuransi AIA Financial melakukan kegiatan usahanya dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini tercantum dalam surat perjanjian agen. Prinsip GCG yang diterapkan oleh agen asuransi AIA Financial yang secara jelas dijabarkan adalah prinsip transparansi ( transparency ). Agen, pada saat diminta oleh perusahaan, wajib untuk memberikan laporan terperinci kepada perusahaan mengenai polis-polis, surat permohonan asuransi, tanda terima, atau catatan yang berada dalam penguasaannya untuk diserahkan kepada atau diambil oleh pemegang polis, mengenai polis-polis, surat permohonan asuransi, tanda terima yang dikembalikan oleh pemegang polis kepada agen untuk dibatalkan oleh perusahaan, dan mengenai setiap transaksi yang dilakukan oleh agen. Agen, pada saat diminta oleh perusahaan, juga harus memberikan secara terperinci atas seluruh uang, barangbarang atau jaminan milik perusahaan yang berada dalam penguasaan agen. Seluruh laporan dan pertanggung jawaban yang diberikan agen kepada perusahaan wajib ditanda tangani sendiri oleh agen. Apabila laporan dan pertanggung jawaban tersebut menunjukan bahwa agen telah menguasai uang,
  • 25. 23 barang-barang atau jaminan milik perusahaan, maka pada saat diminta oleh perusahaan, agen wajib segera menyerahkan uang, barang-barang atau jaminan tersebut kepadaperusahaan.Selain itu, Agen wajib untuk mengungkapkan secara benar kepada perusahaan setiap fakta dan keadaan calon pemegang polis dan tertanggung yang berkaitan dengan penerimaan risiko yang akan dilakukan oleh perusahaan dan secara akurat memberitahu perusahaan mengenai semua fakta yang diberikan kepadanya oleh calon pemegang polis atau tertanggung dan/ atau orang lain yang berkaitan dengan penerimaan risiko tersebut oleh perusahaan. Prinsip transparansi ( transparency ) yang diterapkan kepada agen asuransi AIA Financial bukan hanya pada beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh agen asuransi AIA Financial. Tetapi juga pada beberapa larangan yang dicantumkan dalam perjanjian agen tersebut seperti : a. Larangan perubahan dokumen  Agen dilarang mengubah, menambah dan/atau menghapus data-data yang tercantum dalam dokumen milik perusahaan, atau surat permohonan asuransi atau data pemegang polis dan tertanggung yang , dari waktu ke waktu, berada dalam penguasaan agen.  Agen dilarang menggunakan atau menyediakan ilustrasi, surat pemahaman, brosur, bahan pemasaran atau dokumen apapun baik dalam bentuk tertulis ataupun elektronik kepada calon pemegang polis atau pihak manapun selain ilustrasi, surat pemahaman, brosur, bahan pemasaran atau dokumen lain yang telah disediakan atau diberikan oleh perusahaan kepada agen untuk digunakan.  Agen harus memastikan bahwa setiap perubahan yang dibuat/ dilakukan dalam asli surat permohonan asuransi ditandatangani oleh pemegang polis dan agen. Ketentuan ini tidak berlaku apabila surat permohonan asuransi dikirimkan dalam bentuk elektronik. b. Batas kewenangan agen  Agen dilarang untuk melakukan negosiasi, mengikatkan diri ke dalam kontrak dan/atau perjanjian untuk dan atas nama perusahaan, dan oleh karena itu perusahaan tidak akan terikat oleh kontrak dan atau perjanjian apapun yang dibuat oleh agen. Namun demikian, ketentuan dalam pasal ini tidak mempengaruhi atau mengurangi hak agen untuk
  • 26. 24 memasarkan atau menjual produk asuransi dan/atau anuitas dengan tujuan untuk mewujudkan perjanjian asuransi antara perusahaan dengan seseorang atau suatu badan usaha yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.  Agen tidak mempunyai kewenangan untuk membuat, mengubah atau membatalkan perjanjian apapun, atau menghapuskan atau menimbulkan kewajiban atau hutang atau piutang perusahaan; atau menerima ung yang menjadi atau akan menjadi jatuh tempo kepada perusahaan, kecuali atas dasar tanda terima premi yang telah ditandatangani oleh petugas perusahaan yang berwenang yang hanya diberikan kepada agen untuk ditagihkan apabila telah mematuhi syarat dan ketentuan yang tercantum dalam tanda terima tersebut. Agen tidak berwenang untuk mengkredit atau memotong premi yang belum secara sah diterima menurut perjanjian dan instruksi perusahaan. Kewenangan agen hanya sebatas yang telah dinyatakan secara tegas dalam perjanjian ini.  Agen wajib untuk segera melaporkan kepada perusahaan atas klaim yang diajukan oleh pemegang polis atau yang ditunjuk untuk menerima manfaat asuransi (beneficiary ), dan agen, dalam keadaan apapun, dilarang untuk mengakui suatu kewajiban atau menawarkan jasa untuk menyelesaikan klaim atas nama perusahaan.  Agen dilarang untuk membuat dan atau menyampaikan pernyataan, gambaran, perbandingan apapun baik secara tertulis maupun lisan, yang menurut sepengetahuan agen tidak benar, palsu atau belum dibuktikan kebenarannya, yang berkaitan dengan produk asuransi atau informasi keuangan. Agen akan mematuhi atau tunduk pada setiap peraturan dalam bentuk apapun baik yang dikeluarkan oleh perusahaan, pemerintah maupun asosiasi perusahaan. c. Larangan penerbitan atau pemasangan iklan oleh agen Agen dilarang untuk menerbitkan atau menyebabkan diterbitkannya iklan apapun mengenai perusahaan atau perusahaan asuransi yang lain di surat kabar, majalah atau jenis media lainnya (baik tercetak, tertulis maupun dalam bentuk elektronis) tanpa mendapatkan ijin tertulis terlebih dahulu dari perusahaan. Agen juga dilarang untuk
  • 27. 25 membagikan, mendistribusikan atau menyebabkan diterbitkannya atau didistribusikannya surat edaran atau tulisan, atau menyebabkan dituliskannya suatu berita di surat kabar, majalah, publikasi, media lain atau kepada pihak yang berwenang, tentang perusahaan atau perusahaan asuransi lainnya tanpa mendapatkan izin tertulis terlebih dahulu dari perusahaan. Dalam hal terjadi tuntutan hukum terhadap perusahaan sebagai akibat tindakan atau pernyataan agen yang melebihi batas kewenangannya, maka seluruh biaya dan kerugian yang timbul akan menjadi tanggung jawab agen secara pribadi. d. Larangan pemberian potongan harga atau bujukan  Agen, selama perjanjian berlaku atau setelah perjanjian berakhir, dilarang untuk membayarkan atau memberikan, atau menawarkan untuk membayarkan atau memberikan potongan premi sebagai bujukan terhadap seseorang untuk mengikuti asuransi. Agen dilarang untuk berupaya atau mencoba untuk membujuk, baik secara lansung maupun tidak langsung, agen lainnya atau wakil perusahaan untuk menghentikan kerjasamanya dengan perusahaan atau mengakhiri perjanjian keagenannya dengan perusahaan ( sebagaimana berlaku).  Agen, selama perjanjian berlaku atau setelah perjanjian berakhir, dilarang untuk turut serta dalam suatu rencana atau membujuk pemegang polis atau siapapun, untuk membuat klaim asuransi apapun yang tidak wajar dan tidak sah dan agen dilarang untuk menerima atau berusaha untuk menerima pembayaran uang apapun baik sebagian atau sepenuhnya, dari klaim yang dibayarkan oleh perusahaan yang terbukti sah maupun dari hasil penyelesaian atas klaim.  Tanpa mengesampingkan butir (a) dan (b), jika seorang agen sebelum menjadi agen dari perusahaan adalah agen dari perusahaan asuransi lain, maka agen dilarang secara sadar menyebabkan seorang pemegang polis dari perusahaan asuransi lain untuk mengubah, menghentikan, membatalkan atau mengganti polis yang dimilikinya.  Selama jangka waktu 1 ( satu ) tahun sejak perjanjian ini berakhir, agen dilarang untuk membujuk atau menerima atau berusaha membujuk, baik secara langsung maupun tidak langsung, agen lainnya, agency leader,
  • 28. 26 karyawan atau wakil perusahaan untuk meninggalkan atau mengakhiri perjanjiannya atau perjanjian lainnya dengan perusahaan ( apabila ada ). Dengan adanya beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan oleh seorang agen asuransi AIA Financial maka telah jelaslah bahwa penerapan prinsip keterbukaan benar-benar dijalankan oleh seorang agen. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh agen asuransi AIA financial harus dilakukan secara terbuka dan dengan sepengetahuan Perusahaan Asuransi AIA financial. Karena agen hanya merupakan wali dari perusahaan. 4.6. Tanggung Jawab Direksi Agency AIA Financial dalam pengelolaan Perusahaan Perusahaan yang berbadan hukum baik yang berbentuk perseroan terbuka maupun perusahaan tertutup mensyaratkan direksi merupakan pihak yang paling memiliki peranan penting baik dalam mengatur perusahaan, mengelola maupun untuk memajukannya. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik didalam maupun diluar pengadilan ( persona standi in judicio). Setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya demi kepentingan dan usaha perseroan. Setiap direksi bertanggung jawab penuh apabila yang bersangkutan bersalah dan lalai menjalankan tugasnya. Dengan ketentuan mengenai tugas direksi seperti ini maka direksi mempunyai tugas terhadap perseroan yaitu duty of loyalty dan duty of care. Kerangka hukum perdata terhadap pertanggungjawaban direksi yang bersalah atau lalai menjalankan tugasnya adalah ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1365 KUH Perdata dijadikan sebagai landasan hukum ganti rugi dan benteng terakhir ( last resort ) bagi pihak yang dirugikan atas tindakan direksi, sehingga direksi yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya dapat dianalogikan sebagai perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad ). Oleh karena itu analogi terhadap perbuatan melawan hukum harus diartikan secara luas yaitu perbuatan melawan hukum bukan saja perbuatan melawan undang-undang akan tetapi juga harus diartikan sebagai berbuat atau tidak berbuat yang memperkosa hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban hukum si pembuat atau kesusilaan atau kepatutan dalam mesyarakat baik terhadap diri maupun benda orang lain. Prinsip duty of loyalty adalah prinsip tanggung jawab direksi yang lahir karena
  • 29. 27 tugas dan kedudukan yang dipercayakan kepadanya oleh perseroan (fiduciary duty), sedangkan prinsip duty of care sebagai prinsip yang merujuk kepada kemampuan serta kehati-hatian tindakan direksi ( duty of skill and care ). Kedua prinsip ini menuntut direksi untuk bertindak secara hati-hati dan disertai dengan itikad baik, semata-mata untuk kepentingan dan tujuan perseroan. Tanggung jawab direksi agency pada perusahaan asuransi AIA Financial berdasarkan prinsip fiduciary duty dan duty of loyalty yang mana dapat dihubungkan dengan prinsip – prinsip dalam GCG dijelaskan sebagai berikut :  Direksi agency asuransi AIA Financial menjamin pengungkapan informasi materil dan relevan mengenai kinerja, kondisi keuangan, dan informasi lainnya secara jelas, memadai, dan tepat waktu, serta mudah diakses oleh stakeholders sesuai dengan haknya.  Direksi agency asuransi AIA Financial menjamin pengelolaan perusahaan secara profesional tanpa ada benturan kepentingan atau pengaruh dan tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.  Direksi agency asuransi AIA Financial menjamin aktivitas bisnisnya dijalankan berdasarkan prinsip korporasi yang sehat, pemenuhan kewajiban terhadap pemerintah sesuai peraturan berlaku, bekerjasama secara aktif bagi manfaat bersama, serta berupaya berkontribusi nyata kepada masyarakat.  Direksi agency asuransi AIA Financial menjamin perlakuan yang adil dan setara dalam memenuhi hak-hak stakeholders berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Direksi agency merupakan badan pengurus perseroan yang paling tinggi serta yang berhak dan berwenang untuk menjalankan perusahaan agency yang diwakilinya, bertindak untuk dan atas nama perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Setiap direksi agency wajib pula dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya untuk kepentingan dan usaha perseroan. Untuk dapat menjadi direksi agency, seorang agen harus memenuhi syarat- syarat yang telah ditetapkan oleh perseroan. Salah satu diantaranya harus mencapai suatu target dalam penjualan polis asuransi. Direksi agency bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan. Artinya
  • 30. 28 adalah secara “Fiduciary” harus melaksanakan “ standard of care”. Yang dimaksud dengan fiduciary duty adalah tugas yang dijalankan oleh direksi agency yang penuh tanggung jawab untuk kepentingan orang atau pihak lain (perseroan). Direksi agency melakukan tugad dan kewajibannya atas tindakan hukum berlandaskan kemampuan serta kehati-hatian (duty of skill and care) yang diperlukan untuk mewujudkan kepentingan perseroan. Agar direksi sebagai orang sehari-hari mengurus perseroan dapat mencapai prestasi yang besar, maka ia harus diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan sesuatu tugas yang tertentu yang telah diberikan kepadanya. Dengan demikian seseorang dikatakan mempunyai tugas fiduciary duty manakala ia dipercayakan untuk berbuat sesuatu untuk kepentingan seseorang lain atau untuk kepentingan pihak ketiga, dimana seolah-olah berbuat untuk kepentingan dirinya sendiri atau suatu derajat keperdulian dan kehati-hatian yang sama jika seseorang karena kepentingan sendiri umumnya melakukan tindakan terhadap masalahnya sendiri. Criteria tugas direksi agency perseroan dapat dibada-bedakan sebagai berikut : o Fiduciary Duty, dalam hal ini yang dimaksud adalah tugas yang terbit dari hubungan fiduciary antara direksi berkedudukan sebagai trust. Maka seseorang dereksi agency haruslah mempunyai kepedulian dan kemampuan (duty of care and skill), itikad baik dan loyalitas, kejujuran terhadap perusahaannya dengan derajat yang tinggi (high degree). o Tugas memperdulikan ( duty of care ), tugas memperdulikan ( duty of care) yang diharapkan dari direksi agency adalah duty of care sebagai mana dimaksud dalam hal mana terdapat conflict of interest, seorang direksi agency dilarang atau setidak-tidaknya dibatasi atau diawasi dalam menjalankan tugasnya. Pengawas tersebut misalnya dengan memberlakukan prinsip keterbukaan informasi (disclosure) terhadap transaksi yang ada. Dengan demikian jelaslah bahwa hubungan fiduciary duty tersebut diatas kepercayaan dan kerahasiaan ( trust and confidence) yang dalam peran ini meliputi, ketelitian (scrupulous), itikad baik (good faith), keterusterangan (candor). Jika diambil intisari dari pengaturan tentang direksi dalam Undang- Undang
  • 31. 29 Perseroan Terbatas, maka pada prinsipnya UUPT memberlakukan tugas fiduciary duties terhadap direksi. Karena kedudukannya yang bersifat fiduciary, yang dalam UUPT sampai batas- batas tertentu diakui, maka tanggung jawab dari direksi menjadi sangat tinggi (high degree). Dalam melaksanakan kriteria tugas-tugas yang disebutkan tersebut, direksi tidak hanya bertanggung jawab terhadap ketidakjujuran yang disengaja (dishonesty) tetapi juga bertanggung jawab secara hukum terhadap tindakan mismanagement, kelalaian, atau gagal atau tidak melakukan sesuatu yang penting bagi perusahaan. V. KESIMPULAN & SARAN
  • 32. 30 1. KESIMPULAN : Dari uraian pada bab-bab terdahulu maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Good Corporate Governance merupakan seperangkat aturan yang dapat dijadikan acuan manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan secara baik, benar, dan penuh integritas, serta membina hubungan dengan para stakeholders, guna mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penerapan prinsip GCG di Indonesia difokuskan pada lingkungan perusahaan-perusahaan BUMN dan perusahaan terbuka (public listed company), salah satunya adalah PT. AIA Financial. AIA Financial menjadikan prinsip-prinsip GCG sebagai alat untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan akuntabilitas kepada publik yang dilakukan dengan cara mengembangkan dan mengimplementasikan sejumlah kebijakan yang dituangkan dalam code of conduct. 2. Direksi agency AIA financial mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sebagian besar sama dengan tugas dan tanggung jawab direksi pada umumnya hanya Direksi agency mempunyai tanggung jawab terhadap perusahaan yang diwakilinya. Karena agen hanya merupakan wali dari perusahaan asuransi, sehingga untuk menjadi seorang direksi agency seseorang harus memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh perusahaan asuransi yang salah satunya target dalam penjualan polis. 2. SARAN
  • 33. 31 Selama ini prinsip-prinsip Good Corporate Governance, cenderung hanya sekedar sebagai acuan moral bagi para pengelola Perseroan Terbatas (PT). Itu karena dalam pengaturannya tidak jelas diatur mengenai jaminan perlindungan hukum bagi pelaku yang menjalankan prinsip corporate governance, atau tentang sanksi bagi perseroan yang telah mengabaikan prinsip corporate governance, sehingga berpotensi mengundang kontroversi dalam penerapannya. Oleh karena itu, untuk mengatasinya, maka sebaiknya ketentuan tentang GCG diatur lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA