1. MAKALAH FILSAFAT MANUSIA
KONSEP MANUSIA MENURUT
RENE DESCARTES
RM NGABEI CHONDRO WIRYOTIKTO EDI PRANOTO
JOYOSENTIKO MANGUNDIRJO KUSUMO
101515923
2 PA 38
FAKULTAS PSIKOLOGI
Mata kuliah : Filsafat Manusia
Dosen : Oncak Kantep
2. Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME, karena berkat dan
rahmatn-NYA makalah yang berjudul “ KONSEP MANUSIA
MENURUT RENE DESCARTES ” dapat terselesaikan
dengan baik. Terima kasih kepada dosen,teman-teman,serta
semua pihak yang telah membantu baik secara materi,fisik
maupun mental dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga masalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
demikianlah makalah ini dapat disusun segala kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Depok, Maret 2018
Penulis
3. DAFTAR ISI
KataPengantar ……………………………………… ii
Daftar isi……………………………………………… iii
BAB I Pendahuluan …………………............................
1. Latar Belakang………………………………… 1
2. Rumusan Masalah………………………………. 2
3. Tujuan Penulisan……………………………… 2
BAB II Pembahasan…………………………………3
1. Riwayat Hidup Rene descartes………………… 3
2. Karya – karya Rene descartes……………... 5
3. Asumsi yang mendasari teori Rene Descartes………………
6
4. Pemikiran Rene descartes…………………………………. 7
5. Perkembangan Teori Rene Descartes……………………14
BAB III
Analisis………………………………………………………… 15
1. Analisa Terhadap Rene Descartes………………………15
2. Epistemologi Pemikiran Rene Descartes ……………… 15
3. Ontology Pemikiran Rene Descartes………………….. 16
BAB IV
PENUTUP ………………………………………17
1. Kesimpulan …………………………….. 17
2. Saran – saran……………………………19
Daftar pustaka ………………………………….20
4. BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Masa setelah Abad Pertengahan adalah masa Modern, meskipun tidak jelas kapan
berakhirnya abad pertengahan itu, tetapi ada hal-hal yang jelas menandai masa modern ini,
yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan manusiaBarat, khususnya dalam bidang
kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi.
Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern. Pada masa
ini rasionalisme semakin kuat. Tidak gampang untuk menentukan mulai dari kapan Abad
Pertengahan berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu berakhir pada
abad 15 dan 16 atau pada akhir masa Renaissance. Usaha untuk menghidupkan kembali
kebudayaan klasik Yunani–Romawi. Kebudayaan ini pulalah yang diresapi oleh suasana
kristiani. Di bidang Filsafat, terdapat aliran yang terus mempertahankan masa Klasik. Aliran-
aliran dari Plato dan mazhab Stoa menjadi aliran-aliran yang terus dipertahankan. Pada masa
Renaissance ini tidak menghasilkan karya-karya yang penting.
Satu hal yang menjadi perhatian pada masa Renaissance ini adalah perkembangannya.
Perkembangan pada masa ini menimbulkan sebuah masa yang amat berperan di dalam dunia
filsafat. Inilah yang menjadi awal dari masa modern Timbulnya ilmu pengetahuan yang
modern, berdasarkan metode eksperimental dan matematis. Segala sesuatunya, khususnya di
dalam bidang ilmu pengetahuan mengutamakan logika dan empirisme. Aristotelian
menguasai seluruh Abad Pertengahan ini melalui hal-hal tersebut.
. Seorang ahli matematika,
ilmuwan, dan filsuf terkenal dari Perancis yang dikenal sebagai filsuf pertama dan terkemuka
di era moderen adalah Rene Descartes.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang teori yang
dengan serius melawan skeptism (keragu-raguan) yaitu tokoh rasionalisme abad modern :
“Rene descartes.”
Rene Descartes dinggap sebagai Bapak aliran filsafat pada zaman modern. Disamping
seorang tokoh rasionalime, Descartes pun merupakan seorang filsuf yang ajaran filsafatnya
sangat populer, karena pandangannya yang tidak pernah goyah, tentang kebenaran tertinggi
berada pada akal atau rasio manusia. Rene Descartes seorang filsuf yang tidak puas dengan
filsafat Skolastik yang pandangan-pandangannya saling bertentangan, dan tidak ada kepastian
disebabkan oleh miskinya metode berfikir yang tepat. Descartes mengemukakan metode baru
yaitu metode keragu-raguan. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, dalam keragu-raguan
itu, jelas ia sedang berfikir. Sebab, yang sedang berfikir itu tentu ada dan jelas terang-
benderang. Cogito ergo sum (saya berfikir, maka saya ada).
Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang pada
kebenaran. Yang benar hanyalah tindakan akal yang terang benderang yang disebutnya Ideas
Claires el Distinces (pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah). Idea terang benderang
ini pemberian tuhan sebelum orang dilahirkan (ida inate : ide bawaan). Sebagai pemberian
Tuhan, maka tak mungkin tak benar.
5. Kerasionalan dalam berfikir Descartes membuat saya tertarik untuk mengkaji tokoh ini
(Descartes). Begitu juga tentang metode cara menemukan kepastian yang ia kemukakan
dalam ungkapan Cogito ergo sum ( saya berfikir, maka saya ada). Selain itu juga tentang
pendapat Descares yang mengatakan bahwa roh pada jiwa pada hakikatnya berbeda dengan
benda. Sifat asasi roh adalah pemikiran, sedang asasi benda adalah keluasan.
Rene Descartes adalah seorang filosof yang juga sangat terkenal di eranya. Pendapatnya
amengenai manusia sangat unik dan berbeda dari yang lain yakni Descrates Berpendapat
bahwa kebenaran terletak pada diri subyek. Mencari titik pangkal pasti dalam pikiran dan
pengetahuan manusia, khusus dalam ilmu alam. Metode untuk memperoleh kepastian ialah
menyangsikan segala sesuatu. Hanya satu kenyataan tak dapat disangsikan, yakni aku
berpikir, jadi aku ada. Dalam mencari proses kebenaran hendaknya kita pergunakan ide-ide
yang jelas dan tajam. Setiap orang, sejak ia dilahirkan, dilengkapi dengan ide-ide tertentu,
khusus mengenai adanya Tuhan dan dalil-dalil matematika.
Pandangannya tentang alam bersifat mekanistik dan kuantitatif. Kenyataan dibaginya menjadi
dua yaitu: “res extensadan res copgitans”. Descartes mengatakan bahwa kemampuan berpikir
manusia yang sekarang tidak lagi semurni dan sekokoh sebagaimana jika manusia
menggunakan nalarnya sendiri sejak dilahirkan karena sejak kecil cara berpikir manusia
sudah dipengaruhi oleh cara berpikir orang lain yang ditanamkan melalui pendidikan.
1. B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan di bahas tentang Rene Descartes , yaitu :
1. Bagaimana riwayat hidup Rene Descartes?
2. Bagaimana karya-karya Rene Descartes?
3. Bagaimana pemikiran Rene Descartes?
1. C. Tujuan Masalah
1. Agar bisa mengetahui riwayat hidup Rene Descartes.
2. Agar bisa mengetahui karya-karya Rene Descartes
3. Agar dapat mengetahui pemikiran Rene Descartes
1. D. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan dan pemahaman secara menyeluruh tengtang riwayat hidup,
ajaran, dan pemikiran Rene Descartes maka sistematika penulisan dan pembahasannya di
susun sebagai berikut :
BAB I :
Pendahuluan “latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, sistematika penulisan”.
BAB II :
Pembahasan “riwayat hidup, karya-karya, asumsi yang mendasari teori, pemikiran,
perkembangan teori”.
BAB III :
Analisis “analisa, epistimologi, ontology”.
BAB IV :
6. Penutup “kesimpulan, dan saran-saran”.
BAB II
PEMBAHASAN
1. A. Riwayat Hidup
Rene Descartes lahir di kota La Haye Totiraine, Perancis pada tanggal 31 Maret tahun 1596
M. Dalam literatur berbahasa latin dia dikenal dengan Renatus Cartesius. Rene Descartes
selain merupakan seorang filosof, dia juga seorang matematikawan Perancis. Beliau
meninggal pada tanggal 11 februari 1650 M di Swedia di usia 54 tahun. Kemudian
jenazahnya dipindah ke Perancis pada tahun 1667 M dan tengkoraknya disimpan di Museum
D’historie Naturelle di Paris.
Matematikawan Perancis ( pendiri geometri analitis ) , fisiologi, fisika ( pusaran teori asal tata
surya ) dan filsuf , dalam filsafat ” dualis ” – tubuh dan jiwa berinteraksi melalui ” organ ”
khusus sehingga menjelaskan bagaimana pikiran yang bisa ” mencerminkan ” materi realitas,
menegaskan bahwa pengetahuan harus didasarkan (melalui pengurangan ) pada kepastian ,
mengarah untuk mencari awal rasional pengetahuan yang ia diselesaikan dengan “aku
berpikir, maka saya ada” -kepastian dasar otentik, pendiri mazhab rasionalis yang menentang
Alasan untuk dominasi teologis memikirkan waktu dan merupakan pelengkap historis penting
untuk Empirisme. Descartes adalah seorang kontemporer Galileo Galiliei (1564 – 1642) dan
Kardinal Richlieu , absolut penguasa Perancis dari 1631 sampai 1642. Perang Tiga Puluh
Tahun , yang melanda hampir seluruh Eropa , dimulai ketika Descartes adalah 22 tahun .
Inkuisisi Romawi membakar astronom Giodarno Bruno pada tahun 1600 dan menyatakan
Copernicus dan Galileo bidah tahun 1616 dan 1632 masing-masing. Republic A ada di
Belanda hingga 1648 dan Charles I dari Inggris yang deheaded oleh Oliver Cromwell pada
1649.
Ini saat-saat berbahaya bagi pemikir. Reformasi dan Renaissance tentu telah mengubah
lanskap, tapi siapa pun yang mengangkat pertanyaan doktrinal pada hari-hari yang
dibutuhkan, dan mungkin memiliki, tentara untuk membuat poin mereka .
Tentara adalah Descartes ” hobi ” pada kenyataannya , ia akan melakukan perjalanan liga
untuk menonton parade militer , tapi ia realistis, dan perjalanan terus menerus , terus profile
serendah mungkin dan berbicara tentang investigasi hanya untuk teman-teman dekat .
Ada alomost ada ilmu alam di Descartes . Bermain terkenal Brecht , Galileo , memberikan
gambaran tentang lingkungan intelektual : ketika Penyelidik melihat ke bawah teleskop
Galileo ia melihat ” apa-apa” Orang bisa menduga bahwa itu berkata: . . ” Rasa ingin tahu
membunuh kucing ” tanggal dari periode ini Saat Galileo dipaksa untuk bertobat tahun 1632 ,
Descartes menghancurkan naskah Cosmos karya pertamanya .
Discourse on Method pertama kali diterbitkan secara anonim di Leiden , Belanda pada tahun
1637 . Descartes ‘teman , Mersenne , telah mengumumkan Descartes kepenulisan , dan
Descartes dipaksa untuk mengaku sebagai penulis Wacana .
Wacana ini ditulis dengan bahasa Prancis-nya ” dengan harapan bahwa mereka yang
menyediakan sendiri alasan alami mereka sendiri , mungkin hakim baik dari pendapat saya
daripada mereka yang mengindahkan hanya tulisan-tulisan ” kuno ” . Dan itu adalah
7. bagaimana perdebatan atas ” ilmiah ” pertanyaan-pertanyaan ini dilakukan di hari-hari: satu
kitab suci dibandingkan atau dikontraskan dengan yang lain , tetapi tidak pernah (terlepas
dari dalam batas-batas istimewa matematika ) adalah Alasan atau observasi diterima sebagai
pembuktian.
Itu dengan alasan yang sangat baik bahwa Descartes menyatakan bahwa tidak ada dari tubuh
pengetahuan masyarakat pada zamannya bahwa ia bisa menegaskan dengan tingkat
kepercayaan . ” Pengetahuan ” didominasi oleh mitos , prasangka , doktrin , double -talk dan
di atas semua agama , yang didukung oleh ancaman eksekusi dan penyiksaan.
Hal ini karena umumnya menduga bahwa Descartes seharusnya bukti keberadaan Tuhan bisa
dilihat sebagai taktik transparan untuk menghindari deklarasi sebagai orang yang sesat.
Demikian juga , peribahasa moralnya dari ” mengikuti terus-menerus untuk agama di mana
kasih karunia Allah aku telah diinstruksikan sejak kecil saya, … dll “.
Di sisi lain, perlu dicatat bahwa Descartes tidak hanya ” philosophise ” mengenai kapasitas
pikiran untuk secara akurat mencerminkan sifat-sifat ruang, waktu dan materi : penemuan ,
Geometri Cartesian , merupakan hal mendasar untuk setiap cabang ilmu ini sangat hari ,
membangun korespondensi antara rumus aljabar dan bentuk spasial yang harus mengejutkan
setiap orang yang baru diperkenalkan kepada para heran.
Descartes juga meneliti optik ( pusaran gagasan tentang partikel cahaya dalam beberapa hal
prefigured teori gelombang – partikel modern ) , fisiologi ( tindakan refleks ) dan kosmologi (
pembentukan benda-benda langit dari vortisitas materi ).
Francis Bacon dan Galileo adalah pendahulu Descartes dalam mencari kebenaran ilmiah .
Keduanya pendukung eksperimen dan observasi Alam dan keduanya disarankan bahwa
mekanika ditawarkan langkah pertama yang terbaik dalam membangun pengetahuan Alam ,
Galileo membuat penemuan zaman pembuatan dalam domain ini . Namun Descartes
mendambakan setelah kepastian , dan itu , tampaknya , tak bisa ditemukan , hanya dugaan ,
spekulasi , kebenaran perkiraan , kemungkinan dan tipis langsung dan jelas ketidakbenaran.
Seperti kebanyakan para pemikir zaman ini , Descartes bercita-cita untuk jenis ketepatan dan
kepastian bahwa Matematika saja telah dicapai. Sementara bentuk paling sederhana dari
ukuran geometris dan gerakan mekanis muncul setuju untuk presisi matematis , Semesta kaya
seluruh fenomena alam , sosial dan spiritual benar-benar keluar dari jangkauan analisis
tersebut . Terlepas dari pendapat pedagang , penjelasan teoretis Alam sebagian besar
didominasi oleh takhayul dan dogma tak berdasar.
Rene Descartes dikenal sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut Bertnand Russel, memang
benar. Gelar itu diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama pada zaman modern
yang membangun filsafat yang berdiri atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh
pengetahuan rasional. Dialah orang pertama pada akhir abad pertengahan yang menyusun
argumentasi yang kuat, yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat adalah akal, bukan
perasaan, bukan iman, bukan ayat, serta bukan yang lainnya.
Corak pemikiran yang rasional merupakan sebuah kontribusi pemikiran yang ia berikan
kepada dunia. Selain itu, ada beberapa kontribusi berupa karya-karya buku. Karya-karyanya
yang terpenting dalam bidang filsafat murni dintaranya Dicours de la Methode (1637) yang
menguraikan tentang metode. Selain itu juga ada Meditations de Prima Philosophia (1642),
sebuah buku yang menguraikan tentang meditasi-meditasi tentang filsafat pertama. Di dalam
8. kedua buku inilah Descartes menuangan metodenya yang terknal itu, metode Cogito ero sum,
metode keraguan Descartes.
Rene Descates merupakan anak ketiga dari seorang anggota Parlemen Inggris yang memiliki
tanah yang cukup luas. Ketika beliau mewarisinya setelah ayahnya meninggal, beliau
menjual tanah warian tersebut dan menginvestasikan uangnya dengan pendapatan enam atau
tujuh ribu franc per tahun. Pada tahun 1612 M, beliau pidah ke Perancis. Beliau merupakan
orang yang taat mengerjakan ibadah menurut ajaran Katholik, tetapi beliau juga menganut
bid’ah-bid’ah Galileo yang pada waktu itu masih ditentang oleh tokoh-tokoh gereja. Terbukti
dalam bukunya La Monde yang mana beliau memaparkan di dalamnya dua pemikiran
bid’ah : Rotasi bumi dan keterhinggaan alam semesta. Dari tahun 1629 M sampai 1649 M,
beliau menetap di Belanda.
Pendidikan pertama Descartes diperoleh dari College Des Jesuites La Fleche dari tahun 1604
– 1612 M. Beliau memperoleh pengetahuan dasar tentang karya ilmiah Latin dan Yunani,
bahasa Perancis, musik dan akting. Disamping beliau juga belajar tentang filsafat,
matematika, fisika, dan logika. Bahkan, beliau mendapat pengetahuan tentang logika
Aristoteles, etika Nichomacus, astronomi, dan ajaran metafisika dari filsafat Thomas
Aquinas. Dalam pendidikannya Descartes merasakan beberapa kebingungan dalam
memahami berbagai aliran dalam filafat yang saling berlawanan.
Pada tahun 1612 M, Descartes pergi ke Paris dan di sana beliau mendapatkan kehidupan
sosial yang menjemukan yang akhirnya beliau mengasingkan diri ke Faobourg Sain German
untuk mengerjakan ilmu ukur. Kemudian pada tahun 1617 M, Descartes masuk ke dalam
tentara Belanda. Selama dua tahun, beliau mengalami suasana damai dan tentram di negeri
kincir angin ini, sehingga beliau dapat menjalani renungan fisafatnya. Pada tahun 1619 M,
Descartes bergabung dengan tentata Bavaria. Selama musim dingin antara tahun 1619 – 1620
M, di kota ini, beliau mendapatkan pengalaman, yang kemudian dituangkan dalam buku
pertamanya Discours de la Methode. Salah satu pengalaman yang unik adalah tentang mimpi
yang dialami sebanyak tiga kali dalam satu malam, yang dilukiskan oleh sebagian penulis
bagaikan ilham dari Tuhan.
Pada tahun 1621 M, Descartes berhenti dari medan perang dan setelah berkelana ke Italia,
lalu beliau menetap di Paris (1625 M.). Tiga tahun kemudian, beliu kembali masuk tentara,
tetapi tidak lama beliau keluar lagi. Dan akhirnya beliau memutuskan untuk menetap di
Belanda. Di sinilah Descartes menetap selama 20 tahun (1629 – 1649 M.) dalam iklim
kebebasan berfikir. Di negeri sinilah beliau dengan leluasa menyusun karya-karyanya di
bidang ilmu dan filsafat.
Descartes menghabiskan masa hidupnya di Swedia tatkala beliau memenuhi undangan Ratu
Christine yang menginginkan pelajaan-pelajaran dari Descartes. Salah satunya Ratu Christine
ingin mempelajari filsafat Decartes. Pelajaran-pelajaran yang diharusakn diajarkan setiap jam
lima pagi menyebabkan Descartes jatuh sakit radang paru-paru yang menjemput ajalnya pada
tahun 1650 M, sebelum sempat beliau menikah. Tetapi Descartes mempunyai seorang anak
perempuan kandung yang meninggal pada umur lima tahun; ini, katanya, merupakan
kesedihan yang paling mendalam selama hidupnya.
1. B. Karya-karya
Karya-karya Rene Descartes cukup banyak. Beberapa karyanya, antara lain adalah Discours
de la method (1637) yang berarti Uraian tentang metode yang isinya melukiskan
9. perkembangan intelektualnya. Di dalam karyanya yang menjadi bahan penyelidikannya.
Dalam bidang ilmiah tidak ada satupun yang dianggap pasti. Semuanya dapat di persoalkan
dan pada kenyataannya memang dipersoalkan juga. Satu-satunya kekecualian adalah ilmu
pasti. Demikian menurut Rene Descartes.
Dalam karyanya yang termashur, Discaurse on Method, diajukan enam bagian penting
berikut:
1) Menjelaskan masalah ilmu-ilmu yang diawali dengan menyebutkan akal sehat
(common-sense) yang pada umumnya dimiliki semua orang. Menurut Descartes, akal sehat
ada yang kurang, ada pula yang lebih bnyak memilikinya, namun yang terpenting adalah
penerapannya dalam aktivitas ilmiah. Metode yang ia coba temukan itu merupakan upaya
untuk mengarahkan nalarnya sendiri secara optimal. Descartes menandaskan bahwa
pengetahuan budaya itu tetap kabur, pengetahuan bahasa memang beguna, puisi itu memang
indah tetapi memerlukan bakat. Ia lebih tertarik kepada bidang matematika yang di anggap
belum dimanfaatkan secara optimal kemungkinannya yang cemerlang. Filsafat bagi Descartes
rancu dengan gagasan yang acap kali bertentangan, oleh karena itu perlu di benahi.
2) Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam
aktivitas ilmiah. Bagi Descartes, sesuatu yang dikerjakan oleh satu orang lebih sempurna dari
pada yang dikerjakan oleh kelompok orang secara patungan dalam hal ini Descartes
menajukan empat langkah atau aturan yang mendukung metode yang dimaksud sebagai
berikut:
Pertama, jangan pernah menerima pengetahuan dan informasi sebagai kebenaran jika anda
tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai pengetahuannya.maksudnya, hindari
kesimpulan yang tergesa-gesa sampai anda meneliti sendiri dan dapat menemukan kebenaran
yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya.
Kedua, pilah-pilah setiap kesulitan yang anda rasakan menjadi bagian-bagian sebanyak
mungkin. Kemudian kelompokkan tingkat kesulitan tersebut mulai teringan sampai yang
terberat.
Ketiga, pecahkan tingkat kesulitan tersebut dimulai dari tingkat yang paling ringan,
sederhana dan mudah diketahui, lalu meningkat sedikit lebih sedikit kesulitan yang paling
berat dan komplek.
Keempat, buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin dan tinjau
ulang secara menyeluruh sehingga Anda dapat merasa pasti tidak satupun yang ketinggalan.
Langkah-langkah yang dikemukakan tersebut mengambarkan suatu sikap skepti-metodis
dalam upaya memperoleh kebenaran yang pasti. Karena itulah metode filsafat Descartes
sering juga di sebut dengan metode skeptis, artinya meragukan segala sesuatu sebelum
ditemukan kebenaran yang pasti.
3) Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode
sebagai berikut:
1. Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada agama
yang diajarkan sejak masa kanak-kanak.
2. Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan maupun
yang paling meragukan.
10. 3. Berusaha lebih mengubah diri sendiri daripada merombak tatanang dunia.
4) Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap terkecoh oleh indera. Kita memang
dapat membayangkan diri kita tidak bertubuh, namun kita tidak dapat membayangkan diri
kita tidak bereksistensi, karena terbukti kita dapat menyangsikan kebenaran pendapat orang
lain. Oleh karena itu, tutur Descartes, kita dapat meragukan segala sesuatu, namun kita tidak
mungkin meragukan diri sendiri yang sedang dalam keadaan ragu-ragu, cogito ergo sum.
5) Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua subtansi,
yaitu res cogitans (jiwa bernalar) dan res extensa (jasmani yang meluas). Tubuh (res extensa)
diibaratkan dengan mesin, yang tentunya karena ciptaan tuhan maka tertata lebih baik.
Ketergantungan antara dua kodrat ialah bahwa jiwa bernalar dan kodrat jasmani, jiwa secara
kodrati tidak mungkin mati bersama dengan tubuh. Jiwa manusia itu abadi.
6) Dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan spekulatif dan pengetahuan praktis.
Pengetahuan praktis terkait dengan objek-objek konkret seperti api, air, udara, planet, dan
lain-lain; sedang pengetahuan spekulatif menyangkut hal-hal yang bersifat filosofis. Berkat
kedua pengetahuan inilah manusia menjadi penguasa alam.
Karya lainnya ialah Dioptrique; La Ghometrie; Les Meteores Meditationes de Prima
PHlosophia, Principia PlulasopHa, Le Monde, L’Homme, Regular ad Drisctione De ia
Formation dufoetus, dan sebagainya. Buku-buku yang berbahasa prancis ini pada umumnya
diterjemahkan kedalam bahas-bahasa asing, khususnya bahasa Inggris.
1. C. Asumsi yang mendasari teori Rene Descrtes
Pengaruh yang paling penting bagi Descrates pada saat itu adalah ahli matematika Issac
Beeckman. Issac Beeckman mendorong Descartes dengan memberikan sejumlah masalah dan
mendiskusikan masalah-masalah fisika dan matematika. Karya penting pertama Descartes
adalah “Regulae or Rules for the Direction of Mind” yang ditulis pada tahun 1628-9 tetapi
tidak diterbitkan hingga 1701. Karya ini menunjukkan minat Descartes pada metode yang dia
bagikan kepada beberapa ilmuwan, ahli matematika dan filsuf abad 16 dan 17.
Salah satu sumber metode ini adalah matematika kuno. Tiga belas buku “Euclid’s Elements”
merupakan contoh dari pengetahuan dan metode deduktif. Tetapi bagaimana semuanya itu
bisa dicapai? Archimedes telah membuat berbagai penemuan yang terkenal. Bagaimana dia
bisa membuat penemuan-penemuan itu? Metode yang hasilnya diumumkan ini (kadang-
kadang disebut metode sintesis) benar-benar bukan metode yang hasilnya telah ditemukan.
Jadi, penelitian ditujukan untuk metode yang digunakan oleh para ahli matematika kuno
untuk penemuan mereka (metode analisa).
Pada November 1628 Descartes berada di Paris, dimana dia menjadikan dirinya terkenal saat
bertentangan dengan Chandoux. Chandoux mengaku bahwa ilmu hanya bisa didasarkan pada
kemungkinan. Pandangan ini mencerminkan dominasi skeptisisme lingkaran intelektual
Renaissance di Perancis. (This view reflected the dominance in French intellectual circles of
Renaissance skepticism.) Pandangan skeptis ini berasal dari krisis religius di Eropa yang
merupakan akibat dari Reformasi Protestan dan diperparah dengan penerbitan “Sextus
Empiricus” dan pencerminan ketidak setujuan antar penulis klasik. Keadaan ini diperparan
lagi dengan pertimbangan-pertimbangan tentang perbedaan budaya antara budaya,Dunia
Baru dan Eropa, dan oleh perdebatan tentang sistem Copernican baru. Semuanya ini telah
disusun sedemikian rupa oleh Montaigne dalam karyanya, “Apology for Raymond Sebond”,
dan dikembangkan oleh para pengikutnya. Descartes diserang dengan pandangan ini, hanya
11. mengakui bahwa kepastian bisa dijadikan sebagai dasar pengetahuan dan bahwa dia sendiri
memiliki suatu metode untuk mendapatkan kepastian itu.
Di Holland, Descartes menghasilkan karya ilmiah yang disebut “Le Monde” atau “The
World” yang diterbitkan pada 1634. Namun, pada akhirnya dia belajar bahwa Galileo telah
dipersalahkan oleh gereja karena mengajarkan Copernicanism. Buku yang ditulis Descarte
berpusat pada Copernican, sehingga buku itu dikecam. Pada 1638 Descartes menerbitkan
sebuah buku yang berisi tiga esai di bidang matematika dan ilmu ilmiah dan “Discourse on
Method”. Karya ini ditulis di Perancis (daripada di Latin) dan ditujukan untuk dunia
pendidikan daripada hanya untuk bidang akademis. Pada 1641 Descartes kembali menulis
buku “Meditationes de Prima Philosophia” (Meditations on First Philosophy). Karya pendek
ini bersifat lebih metafisika daripada ilmiah, dan bertujuan untuk mendirikan dasar- dasar
tertentu untuk ilmu pengetahuan yang telah diumumkan Descartes pada perdebatannya
dengan Chandoux pada tahun 1628. (Untuk mengetahui lebih jelas tentang buku ini baca
“Structure of the Meditations”. Buku ini diterbitkan bersama-sama dengan “Objections and
Replies” dari enam (dan kemudian tujuh) filsuf dan teolog, termasuk Thomas Hobbes, Pierre
Gassendi dan Antoine Arnauld.
Setelah buku Meditations, Descartes menghasilkan “The Principles of Philosophy” pada
1644, pernyataan terlengkap atas filosofinya yang matang dan atas sistem Cartesian secara
umum. Bab 1 menjelaskan pandangan metafisika Descartes. Bab 2 memberikan penjelasan
rinci tentang prinsip-prinsip fisika Catesian. Bab III menerapkan prinsip- prinsip fisika untuk
memberikan penjelasan rinci tentang bumi, dan Bab IV tentang berbagai fenomena di bumi.
Dua bagian lagi, direncanakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan tanaman dan binatang
dan manusia, tetapi tidak lengkap. Pada 1648 Descartes menerbitkan “Notes Against a
Program”– suatu respon terhadap suatu selebaran yang diterbitkan tanpa nama oleh Henricus
Regius, Professor of Medecine (Profesor kesehatan) di University of Utrecht (Universitas
Utrecht). Regius sejak awal sudah mendukung dan antusias terhadap Descartes. Tetapi ketika
Regius menerbitkan “Foundations of Physics” karyanya, Descartes memprotesnya karena
Regius telah tanpa malu menggunakan makalah Descartes yang tidak diterbitkan yang telah
dia dapatkan dan Regius juga telah menyimpang dari ide-ide Descartes.
1. D. Pemikiran Rene Descartes.
1. 1. Teori Utama Rene Decartes
Menurut Rene Descartes, dia merasa akan dapat berpikir lebih luas bilamana ia berpikir
berdasarkan metode yang rasionalistis untuk menganalisis gejala alam. Dengan pemikiran
yang rasionalistis itu, orang mampu menghasilkan ilmu-ilmu pengetahuan yang berguna
seperti ilmu dan teknologi.
Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu, baik logika deduktif maupun logika induktif, dalam
proses penalarannya, mempergunakan premis-premis yang berupa pengetahuan yang
dianggapnya benar. Kenyataan ini membawa kita kepada pertanyaan; bagaimana kita
mendapatkan pengetahuan yang benar tersebut.
Pada dasarnya terdapat dua cara pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang
benar.:
– Pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio.
– kedua mendasarkan diri kepada pengalaman.
12. Kaum rasionalis mendasarkan diri kepada rasio dan kaum empirisme mendasarkan diri
kepada pengalaman. Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusun
pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide yang
dianggapnya jelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka bukanlah ciptaan pikiran
manusia. Prinsip itu sendiri sudah ada jauh sebelum manusia memikirkannya. Paham ini
dikenal dengan nama idealisme. Fungsi pikiran manusia hanyalah mengenali prinsip tersebut
yang lalu menjadi pengetahuannya. Prinsip itu sendiri sudah ada dan bersifat apriori dan
dapat diketahui manusia lewat kemampuan berpikir rasionalnya. Pengalaman tidaklah
membuahkan prinsip justru sebaliknya, hanya dengan mengetahui prinsip yang didapat lewat
penalaran rasionil itulah maka kita dapat mengerti kejadian-kejadian yang berlaku dalam
alam sekitar kita. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ide bagi kaum rasionalis adalah
bersifat apriori dan pengalaman yang didapatkan manusia lewat penalaran rasional.
Descartes meneliti suatu metode berpikir yang umum yang akan memberikan pertalian dan
pengetahuan dan menuju kebenaran dalam ilmu-ilmu. Penelitian itu mengantarnya ke
matematika, yang ia simpulkan sebagai sarana pengembangan kebenaran di segala bidang.
Karya matematikanya yang paling berpengaruh ialah La Geometrie, yang diterbitkan pada
tahun 1637. Pengembangan kalkulus tidak mungkin tercapai tanpa dia.
Didalamnya ia mencoba suatu penggabungan dari geometri tua dan patut dimuliakan dengan
aljabar yang masih belm berkembang pada waktu itu. Bersama dengan seorang Perancis
lainnya, Pierre Fermat (1601-1665), ia diberi penghargaan dengan gabungan tersebut yang
saat ini kita sebut sebagai geomtri analitik, atau geometri koordinat. Pengembangan lengkap
kalkulus tidak mungkin ada tanpa teorinya terlebih dahulu. Descartes benar-benar yakin
bahwa penemuan metode yang tepat adalah kunci dari meningkatnya pengetahuan. Untuk
diskusi yang lebih luas dan rinci tentang metode ini, bisa dilihat di buku “The Rationalists,”
Oxford University Press, Oxford, 1982, Chapter 2 yang ditulis oleh
John Cottingham.Meski paling dikenal karena karya-karya filosofinya, dia juga telah terkenal
sebagai pencipta sistem koordinat Kartesius, yang memengaruhi
perkembangan kalkulus modern.
Ia juga pernah menulis buku Sekitar tahun 1629 yang berjudul Rules for the Direction of the
Mind yang memberikan garis-garis besar metodenya. Tetapi, buku ini tidak komplit dan
tampaknya ia tidak berniat menerbitkannya. Diterbitkan untuk pertama kalinya lebih dari
lima puluh tahun sesudah Descartes tiada. Dari tahun 1630 sampai 1634, Descartes
menggunakan metodenya dalam penelitian ilmiah. Untuk mempelajari lebih mendalam
tentang anatomi dan fisiologi, dia melakukan penjajagan secara terpisah-pisah. Dia bergumul
dalam bidang-bidang yang berdiri sendiri seperti optik, meteorologi, matematik dan pelbagai
cabang ilmu lainnya.
Ada lima ide Descartes yang punya pengaruh penting terhadap jalan pikiran Eropa:
1. Pandangan mekanisnya mengenai alam semesta.
2. Sikapnya yang positif terhadap penjajagan ilmiah.
3. Tekanan yang diletakkannya pada penggunaan matematika dalam ilmu pengetahuan.
4. Pembelaannya terhadap dasar awal sikap skeptic.
5. Penitik pusatan perhatian terhadap epistemology.
1. 2. Teori tentang etika Descartes.
13. Rene Descartes merupakan salah satu filsuf yang tidak memfokuskan diri pada etika, dia
cenderung mendasarkan pemikirannya pada hal yang berbau epistemologi dan metafisika,
mungkin hal ini terpengaruh oleh latar belakang pemikiran Descartes yang bersifat rasionalis
atau cenderung berpikir kepada sesuatu hal yang dapat dibuktikan untuk memperoleh sebuah
kebenaran, sehingga inilah yang diduga oleh beberapa orang sebagai kelemahan dari filsafat
Descartes yang justru mengesampingkan filsafat moral dan politik. Di dalam bukunya yang
berjudul Discourse on the Method and Meditations on First Philosophy, Descartes
menjelaskan tentang pandangan etikanya, tetapi tidak menjelaskan dimana posisinya, apa
yang dia percayai secara detail. Meskipun Descartes tidak membahas terlalu luas etika di
dalam filsafatnya, tetapi dalam tulisan-tulisannya Descartes menyatakan tujuan dari filsafat
adalah untuk merealisasikan hidup yang bahagia, dimana manusia dapat menikmati suatu
kebahagian yang sudah dapat dicapainya dalam hidup. “For Descartes, ethics is the science of
the end of man, and this end must be determined by reason” (The Philosophy of René
Descartes – 2, 2002). Dengan kata lain akhir hidup manusia dapat ditinjau oleh rasio
manusia. Jika manusia ingin mendapatkan kehidupan yang tenang dan bahagia di akhir
hidupnya, maka dia juga harus melakukan sesuatu yang benar. Hal ini dijelaskan dalam
bukunya yang berjudul Rules for the Direction of the Mind, dia mengatakan : “The aim of
our studies should be to direct the mind with a view to forming true and sound judgements
about whatever comes before it” (Descartes’ Ethics, 2008) . Ini berarti dia mendorong setiap
orang untuk menganalisis segala sesuatu dengan menggunakan “view” yang dikendalikan
oleh perasaan bahwa sesuatu itu baik untuk dilakukan yang artinya memang ada yang
namanya “kebenaran universal” itu.
Dari pemikiran Descartes, ada hal yang masih perlu dipertanyakan kembali. Pertama, akhir
hidup manusia itu dapat ditentukan oleh apa yang manusia itu lakukan (suatu bentuk
kepercayaan akan akhir hidup manusia). Ini bertentangan dengan prinsip rasionalismenya
yang memerlukan bukti dari segala sesuatu. Bagaimana Descartes bisa menjelaskan bahwa
akhir hidup seseorang akan mencapai ketenangan dan kebahagiaan jika perilakunya baik
sedangkan dia belum melihat akhir hidup seseorang itu secara langsung. Ini berarti dia
memakai iman, bukan hanya rasio.
1. 3. Cogito ergo sum.
Segala sesuatu perlu dipelajari, tetapi diperluakn metode yang tepat untuk mempelajarinya.
Rene Descartes pun berfikir demikian, ia mengatakan bahwa mempelari filsafat
membutuhkan metode tersendiri agr hasilnya benar- benar logis. Ia sendiri mendapatkan
metode yang di carinya itu, yaitu dengan menyaksikan segala-galanya atau menerapkan
metode keragu-raguan, artinya kesangsian keradu-raguan ini harus meliputi seluruh
pengetahuan yang dimiliki, termasuk juga kebenaran-kebenaran yang sampai saat ini di
anggap sudah final atau pasti. Misalnya, bahwa ada suatu dunia material bahwa saya
mempunyai tubuh, kalau terdapat suatu kebenaran yang tahan dalam kesangsian yang radikal
itulah kebenaran yang sama sekali pasti dan harus dijadikan dasar bagi seluruh ilmu
pengetahuan.cogito ergo sum : saya sedang menyaksikan, ada. Cogito ergo sum ini berasal
dari kata latin ini berarti: “saya berfikir, jadi saya ada”. Akan tetapi, yang dimaksud Rene
Descartes dengan berfikir disini ialah menyadari. Jika saya sangsikan, saya menyadari bahwa
saya sangsikan. Kesangsian secara langsung menyatakan adanya saya dalam filsafat modern,
kata”cogito” seringkali digunakan dalam arti kesadaran. Cogito ergo sum itulah menurut
Rene Descartes suatu kebenara yang tidak dapat di sangkal, betapapun besar usahaku.
Mengapa kebenaran ini bersifat pasti? Karena saya mengerti itu dengan jelas dan terpilah-
14. pilah (clearly and distinctly). Jadi hanya yang saya mengerti dengan jelas dan terpilah pilah
saja yang harus diterima sebagai benar. itulah norma untuk menetukan kebenaran.
Menurut Descartes, satu-satunya hal yang tidak dapat diragukan adalah eksistensi dirinya
sendiri; dia tidak meragukan lagi bahwa dia sedang ragu-ragu. Bahkan jika kemudian dia
disesatkan dalam berpikir bahwa dia ada; dia berdalih bahwa penyesatan itu pun merupakan
bukti bahwa ada seseorang yang sedang disesatkan. Aku yang ragu-ragu adalah kenyataan
yang tidak dapat disangkal karena apabila kita menyangkalnya berarti kita melakukan apa
yang disebut kontradiksi performatis. Dengan kata lain, kesangsian secara langsung
menyatakan adanya aku, pikiranku yang kebenarannya bersifat pasti dan tidak tergoyahkan.
Kebenaran tersebut bersifat pasti karena aku mengerti itu secara jernih dan terpilah-pilah atau
dengan kata lain tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya. Kristalisasi dari kepastian
Descartes diekspresikan dengan diktumnya yang cukup terkenal, “cogito, ergo sum”, aku
berpikir maka aku ada.
Beberapa catatan ditambahkan oleh Gallagher dan Hadi tentang maksud dari cogito ergo sum
ini. Pertama, isi dari cogito yakni apa yang dinyatakan kepadanya adalah melulu dirinya yang
berpikir. Yang termaktub di dalamnya adalah cogito, ergo sum cogitans. Saya berpikir, maka
saya adalah pengada yang berpikir, yaitu eksistensi dari akal, sebuah substansi dasar. Kedua,
cogito bukanlah sesuatu yang dicapai melalui proses penyimpulan, dan ergo bukanlah ergo
silogisme. Yang dimaksud Descartes adalah bahwa eksistensi personal saya yang penuh
diberikan kepada saya di dalam kegiatan meragukan.
Cogito Ergo Sum atau yang lebih dikenal dengan “aku berfikir maka aku ada” merupakan
sebuah pemikiran yang ia hasilkan melalui sebuah meditasi keraguan yang mana pada
awalnya Descartes digelisahkan oleh ketidakpastian pemikiran Skolastik dalam menghadapi
hasil-hasil ilmu positif renaissance. Oleh karena itu untuk memperoleh kebenaran pasti
Descartes memepunyai metode sendiri. Itu terjadi karena Descartes berpendapat bahwa
dalam mempelajari filsafat diperlukan metode tersendiri agar hasil-hasilnya benar-benar
logis.
Ini merupakan inti dari teori pengetahuan Rene Descartes dan memuat hal terpenting dalam
filsfatnya. Kebanyakan filsof sejak Descartes memandang penting teori pengetahuan ini, dan
sikap mereka ini disebabkan oleh Rene Descartes. “Aku befikir maka aku ada” membuat
pikiran lebih penting dari pada materi, dan pikiran saya (bagi saya sendiri) lebih pasti
daripada pikiran-pikiran orang lain. Makanya semua filsafat yang diturunkan dari Rene
Descartes cenderung pada subjektivime dan cenderung untuk menganggap materi sebagai
sesuatu hanya bisa diketahui dengan cara menarik kesimpulan dari apa yang diketahui
pikiran. Dua kecenderungan ini ada dalam idealisme continental dan empirisme Inggris –
berjaya pada yang pertama dan di sesali pada yang kedua. Pada waktu belakangan ini, telah
ada upaya untuk menjauh darisubjektivisme tersebut melalui filsafat yang disebut
instumentalisme, filsafat modern telah banyak sekali menerima perumusan masalah-
masalahnya dari Descartes, tetapi tidak menerima solusi-solusinya.
Setelah meletakkan sebuah dasar yang kuat, Descartes mulai mendirikan kembali sebuah
bangunan ilmu pengetahuan. “Aku” yang terbukti ada disimpulkan dari fakta yang aku
pikirkan, maka aku ada ketika aku berfikir, dan hanya saat itu. Jika aku berhenti berfikir,
tidak ada bukti tentang eksistensiku. Aku adalah sesuatu yang berfikir, sebuah zat yang
seluruh sifat atau esensinya berupa pikiran. Karenanya, jiwa seluruhnya berbeda dari tubuh
dan lebih mudah mengetahui daripada tubuh, sehingga seolah-olah tidak ada tubuh.
15. Selanjutnya Descartes bertanya pada diri sendiri: mengapa cogito begitu nyata? Dia
menjawabnya sendiri bahwa ini hanya disebabkan oleh cogito itu jelas dan nyata. Kemudian
kemudian dia mengadopsi prinsip berikut sebagai aturan umun : Semuanya yang aku pahami
secara sangat jelas dan nyata adalah benar. Namun dia mengakui bahwa kadang-kadang ada
kesulitan dalam memahami hal-hal mana yang sebenarnya.
Konsep “berfikir” digunakan Descartes dalam pengertian yang sangat luas. Sesuatu yang
berpikir, menurutnya, adalah sesuatu yang meragukan , memahami, menegaskan, menolak,
berkehendak, membayangkan, dan merasakan –karena perasaan, ketika muncul dalam mimpi,
adalah sebuah bentuk berpikir. Karena berpikir adalah esensi dari pikiran, pikiran pasti selalu
berpikir, bahkan ketika sedang tertidur nyenyak.
1. 4. Ide terang benderang.
Cagito Ergo Sum, inilah sebuah metode yang dihasilkan oleh Descartes dengan menjunjung
tinggi suatu keraguan untuk mengungkap sebuah kebenaran. Ia menyatakan bahwa ketika
seseorang bermimpi, dia pun akan mengalami hal yang sama ketika ia dalam keadaan terjaga
dari tidurnya (seolah-olah nyata). Jelaslah dalam hal ini, antara bermimpi dengan apa yang
dilakukan dikehidupan nyata tidak ada batasan yang jelas dan tegas. Dari hal semacam inilah
keraguan Descartes muncul. Dia pun meragukan atas keberadaan dirinya, akan tetapi satu hal
yang ia tidak dapat ragukan adalah rasa ragu itu sendiri. Inilah yang menjadi basis filsafat
Descartes, yaitu saya ragu maka saya berfikir dan saya berfikir adalah ada. Selain Cagito
Ergo Sum (aku berfikir, maka aku ada), karya yang terkenal dari Descartes lainnya adalah
Discourse de la Methode dan Meditationes de prima philosophia. Descartes membedakan
adanya tiga ide dalam diri manusia, antara lain:
1. Innate ideas adalah ide atau pemikiran bawaan sejak manusia tersebut dilahirkan.
2. Adventitious idea adalah ide yang berasal dari luar diri manusia.
3. Factitious idea adalah ide yang dilahirkan oleh fikiran itu sendiri. (Surajiyo.2008:33)
Dengan metode Descartes itulah akhirnya memunculkan kembali bahwa segala sesuatu
haruslah dipecahkan dengan rasio (rasionalisme). Melalui pembuktian, logika dan analisis
berdasarkan fakta-fakta, dari pada melalui dogma, iman maupun ajaran agama. Dengan kata
lain, semua permasalahan dapat dilihat dari sudut pandang realistis, bukan dari sebuah
kepercayaan ato takhayul. Dari sinilah Descartes memulai era Renaissance dimana akal lebih
berpotensi digunakan dari pada hati. Hal itu sama halnya seperti era keemasan Yunani kuno
yang sangat mendewakan akal sebelum pengaruh gereja di abad pertengahan muncul.
Keragu-raguan Descartes hanyalah sebuah metode, sesungguhnya ia bukan ragu-ragu seperti
skepsis. Ia ragu-ragu bukan untuk ragu-ragu, melainkan untuk mencapai kepastian. Dan
tercapailah kepastian itu menurut dia. Kepastian yang terdapat pada kesadaran inilah yang
dipakai menjadi pangkal pikiran dan filsafatnya. Karena kesadaran ini, nampaklah rasio yang
menentukan pangkal untuk bertindak seterusnya dan mengadakan sistem filsafat. Hanya rasio
yang dapat membawa orang kepada kebenaran. Rasio pulalah yang dapat memberikan
pimpinan dalam segala pikiran. Adapun yangbenar itu hanya tindakan yang terang-benderang
yang disebut dengan idees claires et distinctes. Yang dapat diutarakan dengan ide yang
demikian itu tidak masuk ke dalam wilayah filsafat. Akan tetapi apa dan siapa yang
menjamin, bahwa ide terang-benderang itu benar? Yang menjadi jaminan ialah Tuhan
sendiri. Ide yang terang-benderang ini pemberian Tuhan sebelum orang dilahirkan. Ide itu
disebutnya ideae innatae (ide bawaan). Karena itu haruslah ide itu benar, karena pemberian
16. yang maha benar. Jadi menurut Descartes itu bukanlah hasil pengabstrakan yang diambil dari
yang kongkrit, melainkan sudah dimiliki orang orang waktu dilahirkan. Ide terang-benderang
itu bekal hidup, hadiah dari kebenaran sejati. Tuhan yang sungguh-sungguh ada tak
membiarkan ide-ide itu akan tak benar, sebab tak mungkin juga Tuhan memberi pedoman
yang salah.
Oleh karena itu, menurut Descartes rasiolah yang menjadi sumber dan pangkal dari segala
pengertian dan budilah yang memegang pimpinan dalam segala pengertian. Pikiranlah yang
menjadi landasan filsafat, dengan begitu filsafat berpangkal pada kebenaran yang
fundamental dan asasi. Itu sebabnya mengapa aliran ini disebut rasionalisme. Kedaulatan
rasio diakui sepenuhnya bahkan dilebih-lebihkan oleh Descartes dengan mengabaikan nilai
pengetahuan indera, yang menurutnya kerap kali menyesatkan manusia.
Descartes mulai mempertanyakan pengetahuan kita tentang benda-benda. Dia mengambil
contok sebuah malam dari sarang lebah. Benda-benda tertentu jelas di tangkap indera: malam
itu terasa madu, malam itu terasa bau bunga, malam itu memiliki warna, ukuran dan bentuk
tertentu, malam itu keras dan dingin, dan jika di sentil malam itu menimbulkan bunyi. Namun
jika anda mendekatkannya pada api, sifat-sifat tersebut berubah meskipun malam itu masih
tetap ada, sehingga yang di tangkap oleh indera bukanlah malam itu sendiri. Malam itu
dinyatakan oleh pengembangan, fleksibilitas dan gerak, yang di pahami oleh pikiran, bukan
oleh imajinasi. Sesuatu yang di sebut malam tidak bisa ada dengan sendirinya karena terkait
dengan penampakannya yang di tangkap oleh indera. Persepsi atas malam “bukanlah sebuah
penglihatan atau sentuhan atau imajinasi, tetapi pemeriksaan oleh akal.” Aku tidak melihat
malam lebih dari aku melihat orang-orang dijalan ketika aku melihat topi dan mantel. “Aku
memahami dengan kekuatan penilaian semata, yang bersemayam di dalam pikiranku, apa
yang aku pikirkan aku melihat dengan mataku.” Pengetahuan yang diperoleh melalui indera
keliru, dan sama dengan pengetahuan binatang; tetapi sekarang aku telah melepaskan malam
dari kulitnya dan secara mental memahamin ya telanjang. Dari penglihatanku atas malam,
esistensiku menjadi pasti tetapi tidak dengan esitensi malam. Pengetahuan tentang sesuatu
sesuatu eksternal harus dengan pikiran, bukan dengan indera.
Ini mengundang perhatian terhadap bermacam-macam ide yang berbeda. Kesalahan yang
paling sering terjadi, kata Descartes, adalah bahwa ide-ideku seperti hal-hal diluar. (kata
“ide” meliputi persepsi indera, sebagaimana yang di pakai Descartes.) ide-ide tampaknya
dibedakan menjadi tiga: (1) ide-ide yang dibawa sejak lahir, (2)ide-ide yang asing dan berasal
dari luar, (3) ide-ide yang aku ciptakan. Ide jenis kedua yang biasanya kita anggap, seperti
objek-objek luar. Kita menduganya demikian, sebagian karena alam mengajarkan kita untuk
berfikir demikian, sebagian lagi karena ide-ide semacam itu secara independen berasal dari
kehendak (yakni melalui perasaan), dan karena itu beralasan jika aku beranggapan bawha
sesuatu yang asing menanamkan keserupaannya pada diriku. Tetapi apakan penjelasan ini
benar? Ketika aku mengatakan “di ajari oleh alam” dalam kontek ini, maksudku hanyalah
bahwa aku mempunyai suatu kecenderungan untuk memprcayainya, bukannya aku
melihatnya dengan sebuah cahaya alami. Apa yang telah terlihat oleh cahaya alami tidak bisa
ditolak, tetapi hanyalah sebuah kecenderungan yang bisa mengarah pada kesalahan.
Mengenai ide-ide yang diperoleh dari indera secara tidak sengaja meskipun berasal dari
dalam. Alasan-alasan untuk menduga bahwa ide-ide dari indera berasal dari luar makanya
tidak meyakinkan.
17. Selain itu, kadangkala ada dua ide berada tentang objek eksternal yang sama, yakni matahari
yang ditangkap oleh indera dan matahari yang di percaya oleh para ahli astronomi. Kedua ide
ini tidak sama dengan matahari, dan akal menunjukkan bahwa ide langsung berasal dari
pengalaman pasti kurang menyerupai matahari menurut kedua ide tersebut.
Lebih jauh, menurut Descartes, apa yang jernih dan terpilah-pilah itu tidak mungkin berasal
dari luar diri kita. Descartes memberi contoh lilin yang apabila dipanaskan mencair dan
berubah bentuknya. Apa yang membuat pemahaman kita bahwa apa yang nampak sebelum
dan sesudah mencair adalah lilin yang sama? Mengapa setelah penampakan berubah kita
tetap mengatakan bahwa itu lilin? Jawaban Descartes adalah karena akal kita yang mampu
menangkap ide secara jernih dan gamblang tanpa terpengaruh oleh gejala-gejala yang
ditampilkan lilin. Oleh karena penampakan dari luar tidak dapat dipercaya maka seseorang
mesti mencari kebenaran-kebenaran dalam dirinya sendiri yang bersifat pasti. Ide-ide yang
bersifat pasti dipertentangkan dengan ide-ide yang berasal dari luar yang bersifat
menyesatkan.
Yang paling fundamental dalam mencari kebenaran adalah senen tiasa merujuk kepada
prinsip cogito ergo sum. Hal tersebut disebabkan oleh keyakinan bahwa dalam diri sendiri,
kebenaran lebih terjamin dan terjaga. Karena kesaksian apapun dari luar tidak dapar
dipercayai, maka menurut Descartes saya mesti mencari kebenaran-kebenaran dalam diri
saya dangan menggunakan norma tadi. Kalau metode dilangsungkan demikian, apakah
hasilnya? Descartes berpendapat bahwa dalam diri saya terutama dapat ditemukan tiga “ide
bawaan” (Inggris: innate ideas). Ketiga ini yang sudah ada dalam diri saya sejak saya lahir
msing-masing ialah pemikiran, Tuhan, dan keluasan.
1. Pemikiran.
Sebab saya memahami diri saya sebagai makhluk yang berfikir, harus diterima juga bahwa
pemikiran merupakan hakikat saya.
1. Tuhan sebagai wujud yang sama sekali sempurna.
Karena saya mempunyai ide sempurna, mesti ada suatu penyebab sempuna untuk ide itu
karena akibat tidak bisa melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu tidak lain daripada
Tuhan.
1. Keluasan.
Materi sebagai keluasan atau ekstensi (extension), sebagaimana hal itu dilukiskan dan
dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.
1. 5. Substansi.
Descartes menerima 3 realitas atau subtansi bawaan yang sudah ada sejak kita lahir, yaitu (1)
realitas pikiran (res cogitan), (2) realitas perluasan(res extensa, “extention”) atau materi, dan
(3) tuhan (sebagai wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kudua realitas
itu). Pikiran sesungguhnya adalah kesadaran, tidak menambil ruang dan tak dapat di bagi-
bagi menjadi bagian yang lebih kecil. Materi adalah keluasan, mengambil tempat dan dapat
dibagi-bagi, dan tak memiliki kesadaran. Kedua subtansi berasal dari tuhan, sebab hanya
Tuhan sajalah yang ada tanpa tergantung apa pun. Descartes adalah seorang dualis, yang
menerapkan pembagian tegas antara realitas pikiran dan realitas yang meluas. Manusia
memiliki realitas keduanya sedangkan binatang hanya memiliki realitas keluasan: manusia
memiliki badan sebagaimana binatang, dan memiliki pikiran sebagaimana malaikat. Binatang
18. adalah mesin otomat, bekerja mekanistik, sedang manusia adalah mesin otomat yang
sempurna karena dari pikirannya ia memiliki kecerdasan.
Descartes menyimpulkan bahwa selain Tuhan, ada dua subtansi: Pertama, jiwa yang
hakikatnya adalah pemikiran. Kedua, materi yang hakikatnya adalah keluasan. Akan tetapi,
karena Descartes telah menyangsikan adanya dunia di luar aku, ia mengalami banyak
kesulitan untuk memebuktikan keberadaannya. Bagi Descartes, satu-satunya alasan untuk
menerima adanya dunia materiil ialah bahwa Tuhan akan menipu saya kalau sekiranya ia
memberi saya ide keluasan, sedangkan di luar tidak ada sesuatu pun yang sesuai dengannya.
Dengan dmikian, keberadaan yang sempurna yang ada di luar saya tidak akan menemui saya,
artinya ada dunia materiil lain yang keberadaannya tidak diragukan, bahkan sempurna.
(Juhaya S. Pradja, 2000 : 67)
Berbeda dengan para rasionalis-ateis seperti Voltaire, Diderot dan D’Alembert, Descartes
masih memberi tempat bagi Tuhan. Descartes masih dalam koridor semangat skolastik yaitu
penyelarasan iman dan akal. Descartes mempertanyakan bagaimana ide tentang Tuhan
sebagai tak terbatas dapat dihasilkan oleh manusia yang terbatas. Jawabannya jelas. Tuhanlah
yang meletakkan ide tentang-Nya di benak manusia karena kalau tidak keberadaan ide
tersebut tidak bisa dijelaskan.
Descartes merupakan bagian dari kaum rasionalis yang tidak ingin menafikan Tuhan begitu
saja sebagai konsekuensi pemikiran mereka. Kaum rasionalis pada umumnya
“menyelamatkan” ide tentang keberadaan Tuhan dengan berasumsi bahwa Tuhanlah yang
menciptakan akal kita juga Tuhan yang menciptakan dunia.
Tuhan menurut kaum rasionalis adalah seorang “Matematikawan Agung”. Matematikawan
agung tersebut dalam menciptakan dunia ini meletakkan dasardasar rasional, ratio, berupa
struktur matematis yang wajib ditemukan oleh akal pikiran manusia itu sendiri.
1. 6. Konsep tentang nature Manusia.
Descartes memandang manusia sebagai makhluk dualitas. Manusia terdiri dari dua substansi:
jiwa dan tubuh. Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan. Sebenarnya, tubuh tidak
lain dari suatu mesin yang dijalankan oleh jiwa. Karena setiap substansi yang satu sama
sekali terpisah dari substansi yang lain, sudah nyata bahwa Descartes menganut suatu
dualisme tentang manusia. Itulah sebabnya, Descartes mempunyai banyak kesulitan untuk
mengartikan pengaruh tubuh atas jiwa dan sebaliknya, pengaruh jiwa atas tubuh. Satu kali ia
mengatakan bahwa kontak antara tubuh dan jiwa berlangsung dalam grandula pinealis
( sebuah kelenjar kecil yang letaknya di bawah otak kecil). Akan tetapi, akhirnya pemecahn
ini tidak memadai bagi Descartes sendiri. (Juhaya S. Pradja, 2000 : 67)
Rene Descartes merupakan seorang filsuf rasionalis. Oleh sebab itu, semua hal yang dapat
dipikirkan dan dianggap benar oleh filsuf ini berada dalam ranah rasional. Ketika sesuatu
berada diluar rasional dan tidak dapat diinderai, maka hal itu tidaklah benar-benar ada. Indera
dan pikiran menjadi indikator untuk mengukur kebenaransuatuhal.
Rene Descartes mengemukakan ide tentang soul-body, melahirkan Cartesian dualism yang
sangat populer dan digunakan oleh para filsuf lainnya juga :
1. Soul (dinyatakan dalam mind): sebuah entitas yang berbeda dan terpisah dari body,
lebih mudah dipahami oleh manusia karena ada proses self reflection/self awareness yang
diasumsikan inherent pada manusia.
19. 1. Body : entitas fisik pada manusia yang tunduk pada prinsip mekanisme fisiologis,
sama seperti yang terjadi pada hewan. Namun pada manusia, aktivitas fisik tunduk pada
perintah mind.
Dengan demikian faktor mind-lah (kemampuan untuk self-reflection) yang membedakan
manusia dari binatang dan menjadikannya makhluk yang secara intelektual lebih unggul.
Menurut Descartes, satu-satunya hal yang tidak dapat diragukan adalah eksistensi dirinya
sendiri; dia tidak meragukan lagi bahwa dia sedang ragu-ragu. Bahkan jika kemudian dia
disesatkan dalam berpikir bahwa dia ada; dia berdalih bahwa penyesatan itu pun merupakan
bukti bahwa ada seseorang yang sedang disesatkan. Aku yang ragu-ragu adalah kenyataan
yang tidak dapat disangkal karena apabila kita menyangkalnya berarti kita melakukan apa
yang disebut kontradiksi performatis. Dengan kata lain, kesangsian secara langsung
menyatakan adanya aku, pikiranku yang kebenarannya bersifat pasti dan tidak tergoyahkan.
Kebenaran tersebut bersifat pasti karena aku mengerti itu secara jernih dan terpilah-pilah atau
dengan kata lain tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya. Kristalisasi dari kepastian
Descartes diekspresikan dengan diktumnya yang cukup terkenal, cogito ergo sum, aku
berpikir maka aku ada.
Dari pernyataan Descartes di atas, sangat jelas bahwa Descartes selalu berupaya mencari
kebenaran yang rasionalis dan sistematis, tidak mau dengan hanya sekedar yakin. Lalu dia
memulai filsafatnya dengan terlebih dahulu meragukan segala sesuatu. Segala sesuatu diawali
dengan rasio, karena iman ragu-ragu. Gejala-gejala atau kejadian apapun yang nampak semua
diragukannya, karena ia tidak memercayai semua yang dapat ditangkap oleh inderawi.
Apapun yang dipikirkan, itulah yang dia anggap benar. Descartes meragukan segala sesuatu,
bahkan eksistensinya sekalipun. Dia meragukan apakah yang sedang dilakukan adalah benar-
benar sedang dilakukan atau hanya halusinasinya saja. Dia meragukan apakah yang dilihat itu
benar seperti apa yang dilihat atau hanya interpretasi semu saja yang pada kenyataannya
tidaklah demikian. Pada intinya, keruguan dan keraguan sajalah yang selalu timbul. Hingga
akhirnya untuk menepis keragu-raguan akan keberadaannya sendiri ia mengemukakan
teorinya “I think therefore I am”. Ia berpikir ini merupakan suatu jawaban baginya. Sekarang
timbul pertanyaan, bagaimana ia bisa yakin bahwa yang ia pikirkan itu benar? Mengapa ia
tidak meragukan teori “I think therefore I am” yang ia kemukakan sebagai jawaban dari
keragu-raguannya. Jika memang semua harus diragukan, maka ia juga perlu meragukan
kebenaran dari teorinya tersebut. Ketika Descartes mengutarakan bahwa senses dan idea
menjadi sumber informasi yang dapat diterima kebenarannya, maka kita perlu tahu sumber
dari senses dan idea itu sendiri, sehingga keduanya dapat begitu hebat untuk menjadi 2
validator yang dianggap absolut.
1. E. Perkembangan Teori rene Descartes.
Sejarah filsafat pada masa modern ini dibagi ke dalam tiga zaman atau periode, yaitu: zaman
Renaissans(Renaissance), zaman Pencerahan Budi (Aufklarung), dan zaman Romantik,
khususnya periode Idealisme Jerman.
Ada beberapa tokoh yang menjadi perintis yang membuka jalan baru menuju perkembangan
ilmiah yang modern. Mereka adalah Leonardo da Vinci (1452-1519), Nicolaus
Copernicus (1473-1543), Johannes Kepler (1571-1630) danGalileo Galilei (1564-1643).
Sedangkan Francis Bacon (1561-1623) merupakan filsuf yang meletakkan dasar filosofisnya
untuk perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Dia merupakan
20. bangsawan Inggris yang terkenal dengan karyanya yang bermaksud untuk menggantikan
teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru.
Sekalipun demikian, Rene Descartes merupakan filsuf yang paling terkenal pada masa filsafat
modern ini. Rene Descartes (1596-1650) diberikan gelar sebagai bapa filsafat modern. Dia
adalah seorang filsuf Perancis. Descartes belajar filsafat pada Kolese yang dipimpin Pater-
pater Yesuit di desa La Fleche. Descartes menulis sebuah buku yang terkenal, yaitu Discours
de la method pada tahun 1637. Bukunya tersebut berisi tentang uraian tentang metode
perkembangan intelektuilnya. Dia dengan lantang menyatakan bahwa tidak merasa puas
dengan filsafat dan ilmu pengetahuan yang menjadi bahan pendidikannya. Dia juga
menjelaskan bahwa di dalam dunia ilmiah tidak ada sesuatu pun yang dianggapnya pasti.
Rene Decartes dikenal sebagai ahli filsafat modern pertama yang besar. Ia juga penemu
biologi modern, ahli fisika, dan matematika. bahkan dipanggil “Penemu Filsafat Modern” dan
“Bapak Matematika Modern”, Rene Descartes sebagai salah satu pemikir paling penting dan
berpengaruh dalam sejarah barat modern. Dia menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan
setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang kita kenal sebagai
rasionalisme kontinental, sebuah posisi filosofikal pada Eropa abad ke-17 dan 18.
Descartes adalah salah satu representasi dari semangat manusia modern yang telah
mengalami kelahiran kembali. sebuah semangat yang telah demikian tua sekarang semakin
tampak mulai lelah. Sebab,kita semakin bisa maklum akan apa yang dimaksud Descartes
dengan (ilmu) pengetahuan. Dengan pengetahuan jenis ini , ia menawari kita menjadi le
maitres et pressure de la nature, pangeran yang gilang gemilang dengan cahaya ilmu dan
menjadi penguasa dunia.
BAB III
ANALISIS
1. A. Analisa terhadap Rene Descartes.
1. Pujian atau dukungan terhadap Rene Descartes
Bertrand Russell dalam bukunya Sejarah Filsafat Barat mengatakan bahwasannya Descartes
pantas menyandang gelar The Founder of Modern Philosophy atau Bapak Filsafat Modern.
Gelar itu diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama pada zaman modern yang
membangun filsafat yang berdiri atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh
pengetahuan rasional. Dialah orang pertama pada akhir abad pertengahan yang menyusun
argumentasi yang kuat yang dictinct, yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat adalah akal,
bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat, serta bukan yang lainnya.
Bertnand Russell juga mengatakan bahwa Descartes adalah orang pertama yang memiliki
kapasitas filosofis tinggi dan sangat dipengaruhi oleh fisika dan astronomi baru. Ada sebuah
kesegaran dalam pemikirannya yang tidak ditemukan dalam pemikiran filsuf ternama
sebelumnya semenjak Plato. Wataknya baik dan tidak suka menonjolkan keilmuannya,
layaknya orang-orang pintar di dunia, bukannya seperti seorang murid. Wataknya ini luar
biasa sempurna. Sangat beruntunglah filsafat modern karena pionirnya mempunyai cita rasa
sastra yang mengagumkan.
21. Pengaruh keimanan yang begitu kuat pada abad pertengahan, yang tergambar dalam
ungkapan credo ut intelligam dari Anselmus itu, telah membuat para pemikir takut
mengemukakan pemikiran yang berbeda dari pendapat tokoh gereja. Apakah ada filsuf yang
mampu dan berani menyelamatkan filsafat yang dicengkram oleh iman abad pertengahan itu?
Tokoh itu adalah Rene Descartes.
1. Kritik terhadap Rene Descartes
Penganut empirisme begitu kecewa dengan rasionalisme, karena telah menghinakan
empirisme, sementara rasionalisme meyakini bahwa kebenaran itu berpusat pada kepastian
tentang pikiran diri sendiri, sementara salah satu diri sendiri adalah fungsi-fungdi
indrawi,yang berhubungan juga dengan empirisme. Dalam kasus ini, Immanuel Kant
mengkritik habis-habisan, karena semuanya menunjukkan bahwa rasionalisme murni berpijak
atas dasar-dasar dan prinsip-prinsip yang goyah sehingga Cogito ergo sum tidak lagi
dianggap titik tolak yang memadai.
1. Analisa penulis terhadap Rene Descartes
Rene Descartes menurut penulis, merupakan seorang filsuf zaman modern yang memberikan
trobosan, alternatif, dan logika baru dalam bidang filsafat. Descartes telah berhasil
memberikan fondasi kepastian bagi pengembangan ilmu pengetahuan, sebuah dasar yang
belum pernah ditemukan oleh para pendahulunya. Salah satunya yaitu bahwa filsafat pada
masa lampau teerlalu mudah memasukkan penalaran yang bisa-jadi-benar (belum tentu
benar) ke dalam khazanah penalaran yang sebenarnya dikhususkan bagi penalaran yang pasti.
Oleh karena itu Descartes menyatakan aturan umum dalam logika dalam bukunya Discourse
bahwasanya tidak boleh menerima hal apa saja sebagai hal yang benar jika tidak mempunyai
pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya.
Oleh karena itu semua, penulis mengatakan bahwa Descartes pantas menyandang gelar The
Founder of the Modern Philosophy karena dialah pencetus rasionalisme yang lebih
mengunakan akal yang mana sebelumnya mereka masih takut akan dogma-dogma gereja.
1. B. Epistemologi Pemikiran Rene Descartes.
Epistemologi merupakan pembicaraan mengenai bagaimana sebuah ilmu pengetahuan
diperoleh. Dalam perjalanannya mencari kepastian, Descartes telah menemukan metode
tersendiri. Yaitu dengan cara meragukan semua yang dapat diragukan. Kesangsian ini
dijalankan seradikal mungkin. Ia meragukan segala ilmu dan hasil-hasilnya seperti adanya
kosmos fisik, termasuk badannya, dan bahkan adanya Tuhan. Beberapa alasan yang
dikemukakan untuk mendukung keragu-raguannya ini adalah kemungkinan kekeliruan panca
indra, kemungkinan ia sedang mimpi, dan adanya demon jahat penipu. Ia seolah-olah
bersikap sebagai seoarang skeptikus. Dan, memang pada saat itu, ajaran skeptisisme,
sebagaimana dikenal dalam karya Sextus Empirious, agak menjadi populer. Menurut
Descartes, untuk dapat memulai sesuatu yang baru, ia harus memiliki suatu pangkal
pemikiran yang pasti. Pangkal yang pasti itu dapat ditemukan lewat keragu-raguan.
Ciri utama dari filsafatnya adalah penekanan yang ia sangat menggarisbawahi pada
kenyataan bahwa satu hal kita sebagai manusia seluruhnya dapat merasa seyakin-yakinnya, –
bahkan oleh orang yang mengalami keraguan yang amat sekalipun—adalah “keberadaan
dirinya sendiri”. Cogito, Ergo sum ( I think, therfore I am ). Seluruh sistem filsafatnya
disusun untuk menghindarkan atau menjauhkan diri dari sifat ragu-ragu yang ditimbulkan
dari dirinya sendiri. Sistem filsafatnya dipersembahkan untuk menguji bagaimana
22. sesungguhnya seseorang dapat memahami segala apa yang ada di luar dirinya (outside);
bagaimana membangun kembali fondasi yang kokoh untuk sebuah keyakinann yang dapat
dipertanggungjawabkan tentang hal-hal yang ada pada dunia di luar fondasi yang kokoh
untuk kepercayaan terhadap adanya Tuhan. Dia juga menunut bahwa kepercayaan kita
sesungguhnya dimulai dari –seperti yang biasa berjaln dalam sistem berfikir deduktif dalam
wilayah matematika—dari premis-premis aksiomatik tertentu, yang secara intuitif bersifat
“pasti”, dan dari sana secara perlahan-lahan –lewat pengambilan kesimpulan deduktif– ke
arah kesimpulan-kesimpuln yang dapat dibuktikan secara meyakinkan dan kokoh.
1. C. Ontologi Rene Descartes ( substansi-atribut-modus).
Descartes telah mencari hakikat sesuatu, akan tetapi agar hakikat segala sesuatu dapat
ditentukan dipergunakan pengertian-pengertian tertentu, yaitu substansi, atribu atau sifat
dasar, dan modus.
Yang disebut substansi adalah apa yang berada sedemikian rupa, sehingga tidak memerlukan
sesuatu yang lain untuk berada. Substansi yang dipkirkan seperti itusebenarnya hanya ada
satu yaitu Tuhan. Segala sesuatu yang lain hanay dapat dipikirkan sebagai berada dengan
pertolongan tuhan. Jadi sebutan substansi sebenarnya tidak dapat dngan cara yang sama
diberikan Tuhan dan kepada hal-hal lain. Hal-hal bendawi dan rohani yang diciptakan
memang dapat juga dimasukkan ke dalam pengertian substansi itu, dan dalam prakteknya
Descartes memasukkan jiwa dan materi dalam pengertian substansi juga.
Yang disebut atribut adalah sifat asasi. Tiap substansi memiliki sifat asasinya sendiri, yang
menentukan hakikat substansi itu. Sifat asasi ini mutlak perludan tidak dapat ditiadakan. Sifat
asasi ini adanya diadakan oleh segala sifat yang lain.
Yang diebut modus (jamak dari modi) adalah segala sifat substansi yang tidak mutlak perlu
dan yang dapat berubah.
Jelas dan teranglah sekarang bahwa segala substansi bendawi memiliki sebagai atribut atau
sifat asasi; keluasan, dan memiliki sebagai modi; bentuk dan besarnya yang lahiriyah serta
gerak dan perhentiannya. Dengan demikian segala benda tidk memiliki ketentuanyng
kualitatif, yang menunjukkan kualitas atau mutunya. Seluruh realitas bendawi dihisabkan
kedalam kuantitas atau bilangan. Oleh karena itu segala hal yang bersifat bendawi pada
hakikatnya adalah sama. Perbedaan-perbedaannya bukan mewujudkan hal yang asai,
melainkan hanya tambahan saja.
Jelas juga bahwa roh dan jiwa memiliki sebagai sifat asasi; pemikiran, dam memiliki sebagai
modinya; pikiran-pikiran individual,gagasan-gagasan dan gejala-gejala kesadaran yang lain.
Roh pada jiwa pada hakikatnya berbeda dengan benda. Sifat asasi roh adalah pemikiran,
sedang asasi benda adalah keluasan. Roh dapat dipikirkan dengan jelasdan terpilah-
pilah,tanpa memerlukan sifat asasi benda. Oleh karena itu secara apriori tiada kemungkinan
yang satu mepengaruhi yang lain, sekalipun dalam praktek tamak ada pengaruhnya
BAB IV
PENUTUP
23. 1. A. Kesimpulan.
Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Descartes menganggap benar bahwa
segala pengetahuan bersumber dari rasio manusia. Bahwa tidak ada satupun hal yang tidak
dapat diketahui oleh manusia asalkan manusia mau menggunakan nalarnya. Descartes ingin
mendapatkan kebenaran yang benar-benar benar sehingga kebenaran tersebut tidak dapat lagi
dibantahkan ataupun diragukan. Oleh karena itu, Descartes memulainya dengan meragukan
segala sesuatu yang diterimanya dari luar melalui indera karena menurutnya ada kalanya
indera menipu kita. Bahkan keberadaan dirinya sendiri pun diragukannya juga karena
menurutnya terkadang semua pemikiran yang muncul pada waktu kita sadar dapat juga
datang ketika sedang tidur sehingga dia tidak dapat mengetahui dengan pasti apakah dia
sedang bermimpi atau tidak. (Descartes, 1995, hal 34).
Pada akhirnya Descartes menemukan bahwa meskipun segala sesuatu dapat diragukannya,
satu hal yang tidak dapat diragukannya adalah fakta bahwa dia sedang ragu-ragu. Descartes
menemukan fakta bahwa dia sedang ragu-ragu adalah fakta yang tidak dapat dibantah oleh
siapapun atau apapun juga. Jika dia sedang ragu-ragu, maka hal itu berarti membuktikan
bahwa dia sedang berpikir. Jika dia tahu bahwa dia sedang berpikir, maka haruslah ada sang
pemikir, yaitu dirinya sendiri. Jika pemikir harus ada, maka dirinya pun harus ada. Bahkan
ketika dia membayangkan seolah-olah dirinya sama sekali tidak memiliki badan dan tidak
ada dunia ataupun ruang tempat dia berada, hal itu justru membuktikan dengan jelas dan pasti
bahwa dia ada. Hal ini kemudian menjadi aksiomanya yang paling terkenal, “cogito ergo
sum” yang artinya “saya berpikir, maka saya ada”. Akhirnya, hal ini menjadi prinsip pertama
dari filsafatnya. Hal ini dijelaskannya dalam bukunya Risalah tentang Metode.
René Descartes mengajukan argumentasi yang kukuh untuk pendekatan rasional terhadap
pengetahuan. Hidup dalam keadaan yang penuh dengan pertentangan ideologis, Descartes
berkeinginan untuk mendasarkan keyakinannya kepada sebuah landasan yang memiliki
kepastian yang mutlak. Untuk itu, ia melakukan berbagai pengujian yang mendalam terhadap
segenap yang diketahuinya.
Dia memutuskan bahwa jika ia menemukan suatu alasan yang meragukan suatu kategori atau
prinsip pengetahuan, maka ketegori itu akan dikesampingkan. Dia hanya akan menerima
sesuatu yang tidak memiliki keraguan apa-apa. Apapun yang masih dapat diragukan maka hal
tersebut wajib diragukan. Seluruh pengetahuan yang dimiliki manusia harus diragukan
termasuk pengetahuan yang dianggap paling pasti dan sederhana. Keraguan Descartes inilah
yang kemudian dikenal sebagai keraguan metodis universal.
Pengetahuan-pengetahuan yang harus diragukan dalam hal ini adalah berupa: segala sesuatu
yang kita didapatkan di dalam kesadaran kita sendiri, karena semuanya mungkin adalah hasil
khayalan atau tipuan; dan segala sesuatu yang hingga kini kita anggap sebagai benar dan
pasti, misalnya pengetahuan yang telah didapatkan dari pendidikan atau pengajaran,
pengetahuan yang didapatkan melalui penginderaan, pengetahuan tentang adanya benda-
benda dan adanya tubuh kita, pengetahuan tentang Tuhan, bahkan juga pengetahuan tentang
ilmu pasti yang paling sederhana.
Menurut Descartes, satu-satunya hal yang tidak dapat diragukan adalah eksistensi dirinya
sendiri; dia tidak meragukan lagi bahwa dia sedang ragu-ragu. Bahkan jika kemudian dia
disesatkan dalam berpikir bahwa dia ada; dia berdalih bahwa penyesatan itu pun merupakan
24. bukti bahwa ada seseorang yang sedang disesatkan. Aku yang ragu-ragu adalah kenyataan
yang tidak dapat disangkal karena apabila kita menyangkalnya berarti kita melakukan apa
yang disebut kontradiksi performatis. Dengan kata lain, kesangsian secara langsung
menyatakan adanya aku, pikiranku yang kebenarannya bersifat pasti dan tidak tergoyahkan.
Kebenaran tersebut bersifat pasti karena aku mengerti itu secara jernih dan terpilah-pilah atau
dengan kata lain tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya. Kristalisasi dari kepastian
Descartes diekspresikan dengan diktumnya yang cukup terkenal, “cogito, ergo sum”, aku
berpikir maka aku ada.
Beberapa catatan ditambahkan oleh Gallagher dan Hadi tentang maksud dari cogito ergo sum
ini. Pertama, isi dari cogito yakni apa yang dinyatakan kepadanya adalah melulu dirinya yang
berpikir. Yang termaktub di dalamnya adalah cogito, ergo sum cogitans. Saya berpikir, maka
saya adalah pengada yang berpikir, yaitu eksistensi dari akal, sebuah substansi dasar. Kedua,
cogito bukanlah sesuatu yang dicapai melalui proses penyimpulan, dan ergo bukanlah ergo
silogisme. Yang dimaksud Descartes adalah bahwa eksistensi personal saya yang penuh
diberikan kepada saya di dalam kegiatan meragukan.
Lebih jauh, menurut Descartes, apa yang jernih dan terpilah-pilah itu tidak mungkin berasal
dari luar diri kita. Descartes memberi contoh lilin yang apabila dipanaskan mencair dan
berubah bentuknya. Apa yang membuat pemahaman kita bahwa apa yang nampak sebelum
dan sesudah mencair adalah lilin yang sama? Mengapa setelah penampakan berubah kita
tetap mengatakan bahwa itu lilin? Jawaban Descartes adalah karena akal kita yang mampu
menangkap ide secara jernih dan gamblang tanpa terpengaruh oleh gejala-gejala yang
ditampilkan lilin. Oleh karena penampakan dari luar tidak dapat dipercaya maka seseorang
mesti mencari kebenaran-kebenaran dalam dirinya sendiri yang bersifat pasti. Ide-ide yang
bersifat pasti dipertentangkan dengan ide-ide yang berasal dari luar yang bersifat
menyesatkan.
Berbeda dengan para rasionalis-ateis seperti Voltaire, Diderot dan D’Alembert, Descartes
masih memberi tempat bagi Tuhan. Descartes masih dalam koridor semangat skolastik yaitu
penyelarasan iman dan akal. Descartes mempertanyakan bagaimana ide tentang Tuhan
sebagai tak terbatas dapat dihasilkan oleh manusia yang terbatas. Jawabannya jelas. Tuhanlah
yang meletakkan ide tentang-Nya di benak manusia karena kalau tidak keberadaan ide
tersebut tidak bisa dijelaskan.
Descartes merupakan bagian dari kaum rasionalis yang tidak ingin menafikan Tuhan begitu
saja sebagai konsekuensi pemikiran mereka. Kaum rasionalis pada umumnya
“menyelamatkan” ide tentang keberadaan Tuhan dengan berasumsi bahwa Tuhanlah yang
menciptakan akal kita juga Tuhan yang menciptakan dunia.
Tuhan menurut kaum rasionalis adalah seorang “Matematikawan Agung”. Matematikawan
agung tersebut dalam menciptakan dunia ini meletakkan dasardasar rasional, ratio, berupa
struktur matematis yang wajib ditemukan oleh akal pikiran manusia itu sendiri.
Rene Decartes merupakan tokoh filsafat yang menganut paham rasinalisme yang
menganggap bahwa akal adalah alat terpenting untuk memeperoleh pengetahuan. Dan
menganggap bahwa pengetahuan indra dianggap sering menyesatkan. Lahir tahun 1596 M
dan meninggal tahun 1650 M. Ia adalah anak ketiga dari seorang anggota parlemen inggris.
Merupakan orang yang taat mengerjakan ibadah menurut ajaran Katholik, tetapi beliau juga
menganut bid’ah-bid’ah Galileo yang pada waktu itu masih ditentang oleh tokoh-tokoh
gereja. Belajar di College Des Jesuites La Fleche dari tahun 1604 – 1612 M. Beliau
25. memperoleh pengetahuan dasar tentang karya ilmiah Latin dan Yunani, bahasa Perancis,
musik dan akting. Disamping beliau juga belajar tentang filsafat, matematika, fisika, dan
logika. Bahkan, beliau mendapat pengetahuan tentang logika Aristoteles, etika Nichomacus,
astronomi, dan ajaran metafisika dari filsafat Thomas Aquinas. Dalam pendidikannya
Descartes merasakan beberapa kebingungan dalam memahami berbagai aliran dalam filafat
yang saling berlawanan. Dan pernah masuk tantara Belanda dan Bavaria. Dan akhirnya ia
meninggal di Swedia tahun 1650 M setelah menerima panggilan Ratu Christine yang ingin
belajar kepada dirinya.
Dalam pernyataanyang ia katakan Cogito ergo sum, ia menyatakan bahwa sumber keyakinan
itu berasal dari keragu-raguan. Maka dari itu dalam epistemologinya Descartes dengan
menggunakan metode analitis dan dengan pendekatan filsafat rasional yang mendahulukan
akal ia mengatakan bahwa “ aku berfikir maka aku ada”. Dimulai dengan meragukan apa
yang ada, segalanya, akan tetapi ia tidak dapat memungkiri bahwa dirinya yag sedang
berfikitr tidak dapat diragukan. Maka dia mengatakan aku berfikir, maka aku ada.
Dalam ontologinya Descartes juga mengatakan bahwa agar hakikat segala sesuatu dapat
ditentukan dipergunakan pengertian-pengertian tertentu, yaitu substansi, atribut atau sifat
dasar, dan modus. Subtansi merupakan apa yang berada sedemikian rupa sehingga tidak
memerlukan sesuatu yang lain untuk berada ,yaitu Tuhan. Atribut adalah sifat asasi mutlak
perlu dan tidak dapat ditiadakan,yaitu pemikiran. Pemikiran adalah perbuatan jiwa
berdasarkan hakekatnya sendiri, bebas dari pada tubuh. Sedangkan modus adalah sifat-sifat
substansi yang tidak mutlak perlu dan yang dapat diubah-ubah,yaitu pikiran- pikiran
individual. Dengan itu ia mengatak jelas bahwa roh dan jiwa memiliki sebagai sifat asasi;
pemikiran, dam memiliki sebagai modinya; pikiran-pikiran individual,gagasan-gagasan dan
gejala-gejala kesadaran yang lain. Roh pada jiwa pada hakikatnya berbeda dengan benda.
Sifat asasi roh adalah pemikiran, sedang asasi benda adalah keluasan.
1. Rene Descartes dikenal sebagai ahli filsafat pertama yang namanya begitu besar. ia
juga penemu biologi modern, ahli fisika, dan matematikawan.
2. Tokoh rasionalisme abad modern ini berpendapat bahwa “filsafat merupakan
kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok
penyelidikan” .
3. Rene Descartes adalah Pandangannya tentang pengetahuan dan kepastian, dan
pandangannya tentang hubungan antara pikiran dan tubuh telah memberi pengaruh yang
besar selama tiga abad terakhir.
4. Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya yang
revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa
berpikir.
1. B. Saran-saran.
1. Ajaran filsafat harus dimodifikasi sedemikian rupa dalam penafsiran dan
penerapannya sebagai dalih pembenaran atas tindakan atau kebijakan yang berdasar pada
ambisi, dan aspirasi pribadi, bahkan bisa terdorong oleh motivasi-motivasi yang sulit
sehingga harus dibarengi kekuatan spiritual, karena kebenaran hakiki hanya yang maha
kuasa.
26. 1. 2. Matematika merupakan ilmu deduktif. Yang diperoleh karena penyelesaian
masalah-masalah. Namun penerapan teori ini tetap meyakini adanya tuhan
1. 3. Segala yang ada dalam hidup ini dimulai dengan meragukan sesuatu, sehingga
keragu-raguan membuat manusia harus bertanya/mencari jawaban untuk memperoleh
kebenaran yang pasti (manusia harus berpikir rasional untuk mencapai kebenaran).
DAFTAR PUSTAKA
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum; dari Metodologi sampai
Teofilosofi. . 2008. Bandung: Pustaka Setia.
Bertebs , K. ,. Ringkasan Sejarah Filsafat, 1975. Yogyakarta: Kanisius.
Bakker, Anton., Metode-Metode Filsafat. 1986. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sudarsono. Ilmu Filsafat; suatu pengantar. 2008. Jakarta: Rineka Cipta.
Zubaedi. Filsafat Barat; Dari logika baru Rene Descartes hingga Revolusi Sains ala Thomas
Khun. 2010. Yogyakarta: Arruzz Media.
Russell, Bertnand. Sejarah Filsafat Barat. 2002. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum.1990. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ali Maksum, Pengantar Filsafat,
http//www.marxist.org.com