SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
RASIONALISME
Makalah Ini Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu Dr. Sumedi, M.Ag
Disusun oleh:
Rahmad Fitriyanto 1420410061
MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM
MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan itu diperoleh dengan manusia melalui berbagai cara dan
menggunakan berbagai alat. Perkembangan filsafat banyak sekali memiliki cabang-
cabang aliran dalam perkembangannya. Aliran filsafat terdapat aliran rasionalisme
yang berlandasakan pada unsur rasional dalam menerima pengetahuannya.
Filsafat Rasionalisme satu aliran filsafat modern, yaitu empirisme.
Rasionalisme sangat bertentangan dengan empirisme. Rasionalisme mengatakan
bahwa pengenalan yang sangat sejati berasal dari rasio, sehingga pengenalan inderawi
merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur. Lebih detail, Rasionalisme adalah
merupakan faham atau aliran yang berdasarkan rasio, ide-ide yang masuk akal. Selain
itu tidak ada sumber kebenaran yang hakiki.
Zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke XVII sampai akhir
abad ke XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah
penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran.
Ternyata, penggunaan akal budi yang demikian tidak sia-sia, melihat tambahan ilmu
pengetahuan yang besar sekali akibat perkembangan yang pesat dari ilmu-ilmu alam.
Filsafat sebagai suatu ilmu yang berusaha mencari kebenaran telah
memberikan banyak pelajaran, misalnya tentang kesadaran, kemauan dan kemampuan
manusia dengan posisinya sebagai mahkluk individu, mahluk sosial dan mahluk
Tuhan untuk diaplikasikan dalam kehidupan. Filsafat diharapkan manusia mampu
memahami sesuatu yang belum ada dan memberikan pengetahuan dalam kehidupan
manusia.
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang diatas, penting bagi penulis membahas sebuah
permasalahn dan perlu pengangkatan suatu rumusan masalah seperti berikut :
1. Apa pengertian aliran Rasionalisme ?
2. Apa pemikiran Spinoza dan corak pemikirannya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aliran Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakana bahwa akal (reason) adalah
terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme, sesuatu
pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir.1 Rasio adalah sumber kebenaran. Hanya rasio
sajalah yang dapat membawa orang pada kebenaran. Yang benar adalah tindakan akal yang
terang benderang yang disebutnya Ideas Claires el Distintes (pikiran yang terang benderang
dan terpilah-pilah). Idea terang benderangini pemberian Tuhan sebelum orang dilahirkan
(idea innatae : ide bawaan). Sebagai pemberian Tuhan tidak mungkin tidak benar.
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan,
pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang
enyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi, untuk sampainya manusia kepada kebenarann
adalah semata-mata dengan akal. Laporan indera menurut rasionalisme merupakan bahan
yang belum jelas, kacau. Bahan ini kemudian dipertimbagkan oleh akal dalam pengalaman
berfikir. Akal mengatur bahan itu sehingga dapatlah terbentuk pengetahuan yang banar. Jadi
akal bekerja karena ada bahan dari indera. Akan tetapi, akal dapat juga menghasilkan
pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan inderawi sama sekali, kadi akal dapat juga
menghasilkan pengetahuan tentang objek yang betul-betul abstrak.2
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat
terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan3. Jika empirisme
mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris, maka
rasionalisme mangajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Alat dalam
berpikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika.3
1 Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Metodologi sampai Teofilosofi,
(Bandung, Pustaka Setia, 2008), hal.247
2 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra,(Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2010), hal. 25
3 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 127
Para tokoh aliran rasionalisme adalah Descartes (1596- 1650 M), Spinoza (1632-677
M), dan leibnis (1646-1716 M). Aliran rasionalisme terbagi menjadi dua macam dalam
bidangnya, yaitu :
a. Dalam bidang agama
Dalam bidang agama, aliran rasionalisme adalah lawan dari otoritas dan biasanya
digunakan untuk mengkritik ajaran agama.
b. Dalam bidang filsafat
Dalam bidang filsafat, aliran rasionalisme adalah lawan empirisme dan sering berguna
dalam menyusun teori pengetahuan. Hanya saja empirisme mengatakan bahwa
pengetahuan diperoleh dengan jalan mengetahui objek empirisme, sedangkan
rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh denga cara berfikir, pengetahuan
dari empirisme di anggap sering menyesatkan karena dianggap tidak rasionalis. Dalam
palat berfikir aliran rasionalisme adalah dengan akidah-akidah yang bersifat logis.4
Sebagai lawan empirisme, rasionalisme berpendapat bahwa sebagian dan bagian penting
pengetahuan datang dari penemuan akal. Contoh yang paling jelas ialah pemahaman kita
tentang logika dan matematika.
Aliran rasioanlisme menegaskan bahwa untuk sampainya manusia kepada kebenaran
adalah semata-mata dengan akal. Namun demikian,aliran rasionalisme juga tidak
mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, pengetahuan indera
diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal
dapat bekerja.5
Penemuan-penemuan logika dan matematika begitu pasti. Kita tidak hanya
melihatnya sebagai benar, tetapi lebih dari itu kita melihatnya sebagai kebenaran yang tidak
mungkin salah, kebenarannya universal. Pada zaman modern filsafat, tokoh pertama
rasionalisme ialah Descartes, lalu menyusul Baruch spinoza dan Leibniz.6 Latar belakang
munculnya Rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran
tradisional (skolatik), yang perna diterima, tetapi ternyata tidak mampu menangani hasil-hasil
4 Ibid., hal. 247
5 A. Susanto,Filsafat Ilmu, (Jakarta, Bumi Aksara, 2011), hal. 141
6 Ahmad Tafsir, filsafat umum, (Bandung,,PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 127
ilmu pengetahuan yang dihadapi. Apa yang ditanam Aristoteles dalam pemikiran saat itu juga
masih dipengaruhi oleh khayalan-khayalan.7
Zaman modern dalam sejarah filsafat biasanya dimulai oleh filsafat Descartes. Kata
modern disini hanya digunakan untuk menunjukkan suatu filsafat yang mempunyai corak
yang amat berbeda, bahkan berlawanan dengan corak filsafat pada abad pertengahan
Kristen.8Descartes dianggap sebagai bapak filsafat modern. Menurut Bertrand Russel,
anggapan itu memang benar. Kata “Bapak” diberikan kepada Descartes karena dialah orang
pertama pada zaman modern itu yang membangun filsafat yang berdiri atas kenyakinan diri
sendiri yang dihasilkan itu menyusun argumen yang kuat, yang distinct, yang iman, bukan
ayat suci, bukan yang lainnya.9
B. Spinoza (1632- 1677 M)
Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 dan meninggal dunia pada tahun 1677. Nama
aslinya Baruch Spinoza. Setelah ia mengucilkan diri dari agama Yahudi, ia mengubah nama
menjadi Benedictus de Spinoza. Ia hidup dipinggiran kota Amsterdam. Spinoza mencoba
menjawab tentang pertayaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kebenaran tentang sesuatu,
sebagaimana pertanyaan, apa subtansi dari sesuatu, bagaimana kebenaran itu bisa benar-benar
yang terbenar. Spinoza menjawabnya dengan pendekatan yang juga dilakukan sebelumnya
oleh rene descarkes, yakni dengan pendekatan deduktsi matematis, yang dimulai dengan
meletakkan defenisi, aksioma, proposisi, kemudian barulah membuat pembuktian
(penyimpulan) berdasarkan defenisi, aksioma, atau proposisi itu.10
Selain Spinoza ada tokoh filofof lain yang mengikuti pemikiran Rene Descartes, yaitu
Leibniz. Dua tokoh terakhir ini juga menjadikan substansi sebagai tema pokok dalam
metafisika mereka, dan mereka berdua juga mengikuti metode Descartes. Tiga filosofi ini,
Descartes, Spinoza, dan Leibniz, biasanya dikelompokkan ke dalam satu mazhab, yaitu
rasionalisme. De Spinoza memiliki cara berfikir yang sama dengan Rene Descartes, ia
mengatakan bahwa kebenaran itu terpusat pada pemikiran dan keluasan. Pemikiran adalah
jiwa, sedangkan keluasan adalah tubuh, yang eksistensinya berbarengan.11
7 Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2009), hal. 116.
8 Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum..., hal.128
9 Ibid., hal. 128
10 Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum .... hal.259
11 Atang Abdul hakim, Filsafat Umum Dari Metodologi Sampai Teolosofi,Cet I(Bandung:Pustaka
Setia), hal. 259
De Spinoza memiliki pemikiran bahwa kebenaran itu berpusat pada pemikiran dan
keluasan. Pemikiran adalah jiwa, sedangkan keluasan adalah tubuh, yang eksistensinya
berbarengan antara jiwa dan tubuh pada setiap individu.12
Dalam pemikiran Spinoza tentang rasionalisme dapat dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu :
a. Ajaran tentang subtansi Tunggal: Tuhan atau Alam (Deus sive Natura)
Bagaimanakah Tuhan, jiwa dan dunia material bisa dipikirkan sebagai satu kesatuan
utuh? Inilah permasalahan utama dari filsafat Descartes. Dalam bukunya yang berjudul
Ethica, ordine geometrico demonstrata (Etika yang dibuktikan secara geometris, 1677),
Spinoza menjawab persoalan ini. Ia memulai filsafatnya dari pengertian “subtansi”. Spinoza
mendefinisikan subtansi sebagai “sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri dan dipikirkan oleh
dirinya sendiri. Artinya, sesuatu yang konsepnya tidak membutuhkan konsep lain untuk
membentuknya”. Jadi subtansi adalah apa yang beridiri sendiri dan ada oleh dirinya sendiri.
Spinoza membedakan subtansi dengan atribut, yautu sifat atau ciri khas yang melekat pada
subtansi. Sifat subtansi bersifat abadi, tidak terbatas, mutlak dan tunggal. Menurut Spinoza,
hanya satu yang memenuhi semua defenisi ini, yaitu Tuhan! Ya, hanya Tuhan yang
mempunyai sifat abadi, tidak terbatas, mutlak, tunggal dan utuh. Implikasinya jelas, spinoza
menolak Tuhan yang bersifat personal, atau dengan kata lain Tuhan yang bisa disapa
manusia dengan kata “Engkau” atau “Bapak”, sepertinya yang dinyakini agama monoteisme,
khusunya agama Yahudi atau Kristen. Sebab, hal tersebut adalah sifat atau ciri untuk
manusia, padahal manusia sendiri bersifat fana, relatif dan terbatas, yang dalam hal ini
sesungguhnya merupakan kebalikan sifat Tuhan.13
Kata kunci ajaran Spinoza yang terkenal adalah Deus sive natur (Tuhan atau alam).
Yang berbeda hanyalah istilah atau sudut pandangnya saja. Sebagai Tuhan, alam adalah
natura naturans (alam yang melahirkan). Namun subtansinya adalah satu dan sama, yaitu
Tuhan atau (juga) alam. Dengan demikian , Spinoza menolak ajaran Descartes bahwa realitas
terdiri dari tiga subtansi (Tuhan, jiwa, dan materi). Bagi Spinoza hanya ada satu subtansi,
yakni Tuhan atau alam. Menurut Spinoza, Descartes salah dalam memandang pemikiran (res
cogitans, hakikat jiwa) dan keleluasaan (res extensa, hakikat tubuh) sebagai dua subtansi
yang berbeda pada manusia. Yang benar menurut Spinoza, jiwa atau pikiran dan tubuh atau
12 Ibid., hal. 259
13 Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual, (yogyakarta,Kanisius, 2004), hal. 212
keleluasaan bukanlah dua subtansi, melainkan dua atribut ilahi, yakni dua dari sekian banyak
sifat Tuhan atau alam yang bisa ditangkap manusia. Dau atribut ini membentuk manusia dan
menjadikannya modus atau cara keberadaan Tuhan atau alam. 14 Descartes, moyangnya yang
amat dekat, membagi substansi menjadi tiga, yaitu tubuh (bodies), jiwa, dan Tuhan. Spinoza
berpendapat tentang substansi, Ia menyatakan bahwa hanya ada satu substansi, dan satu
substansi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dirusak, ia tidak mempunyai permulaan dan
tidak mempunyai akhir.15 Tubuh dan jiwa menurutnya adalah atribut (sifat asasi) yang satu .
Tubuh dan jiwa bukan substansi yang berdiri sendiri.
Menurut ajaran-ajaran monoteis, kususnya filsafat Kristiani, setiap orang secara
individual bersifat mutlak. Artinya, Tuhan mencintai individu-individu secara pribadi dan
menghendaki mereka tampa kenal batas waktu. Namun, manusia dapat menjawab cinta
Tuhan secara positif (menerimanya) atau secara negatif (menolaknya). Kenyataan bahwa
manusia menerimanya atau menolak Tuhan menunjukkan bahwa manusia mempunyai
kebebasan. Dengan demikian, kalau manusia wafat, ia tidak larut dalam alam semesta,
melainkan secara individual datang kepada Tuhan untuk memperoleh cinta-Nya (surga) atau
binasa selamanya (neraka). Jadi, ada kehidupan lagi setelah kehidupan ini, dan kepercayaan
akan adanya kehidupan sesudah kematian juga menimplikasikan bahwa jiwa adalah abadi.
Orang Yahudi, Kriten dan Islam mengharapkan bahwa sesudah kematian bertemu dengan
mereka yang sudah meninggal.16
Namun bagi Spinoza, individualitas, jiwa dan kebebasan manusia yang diajarkan oleh
agama-agama monoteis tidak ada dasarnya. Alasannya, manusia hanyalah modus Tuhan dan
oleh karena itu ia tidak abadi dan tidak mutlak pada dirinya sendiri (manusia). Ia tergantung
sepenuhnya kepada Tuhan, subtansinya, sehingga tidak ada kebebasan dan hidup individual
sesudah kebangkitan. Surga dan neraka tidak ada dalam rangka pemikiran Spinoza.17
Maka, dapat dimengerti mengapa Spinoza dituduh ateis: Spinoza mengakui Tuhan
sebagai Pencipta alam semesta, yang bisa ada dan berdiri diluar alam ciptaan-Nya. Namun,
lebih tepat ia disebut penganut panteisme-monistik. Sebab ia menyakini Tuhan dan alam
bersatu sedemikian rupa sehingga antara pencipta (Khalik) dan ciptaanNya (mahluk) tidak
mungkin diadakan pemisahan sedikitpun.18 Spinoza percaya kepada Tuhan, tetapi Tuhan
14 Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual...., hal. 213
15 Ahmad Tafsir,Filsafat Umum ...., hal.127
16 Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual...., hal. 214
17 Ibid.,
18 Ibid.,
yang dimaksudkannya adalah alam semesta ini. Tuhan Spinoza itu tidak berkemauan, tidak
melakukan sesuatu, tidak terbatas (ultimate). Tuhan itu tidak memperhatikan sesuatu, juga
tidak mempedulikan manusia.
Di sini kesatuan antara Tuhan dan alam semesta untuk pertama kali diberi rumusan
secara modern. Substansi ini memiliki sebabnya dalam dirinya sendiri. Hakikat (essential)
nya mencakup juga keberadaan (existential) nya. Hakekatnya ditentukan oleh atribut-atribut
atau sifat-sifat asasinya yang tiada batasnya. Tiap sifat asasi dengan cara yang sempurna
mengungkapkan hakekat atau esensinya yang kekal dan tak terbatas itu. Akan tetapi segala
hal yang konkrit, yaitu dunia yang berane raga ini, adalah modi atau cara berada satu
substansi yang satu itu.19
Demikianlah, Pemikiran Spinoza tentang Tuhan, jiwa dan manusia yang
merupakan satu kesatuan. Berbeda dengan Descartes yang berpendapat bahwa antara Tuhan,
jiwa dan manusia merupakan sesuatu yang terpisah dan berdiri sendiri. Rasionalisme Spinoza
lebih luas dan lebih konsekuen dibanding dengan rasionalisme Descartes. Baginya di dalam
dunia tiada hal yang bersifat rahasia, karena akal atau rasio manusia telah mencakup segala
sesuatu, begitu juga Tuhan.
b. Ajaran tentang Etika
Dengan latar belakang pemikiran Spinoza yang menyangkal kebebasan dan
individaulitas, namun menekankan detrminisme Tuhan atau alam atas manusia, dia tidak
mempertimbangkan tentang suatu etka yang menganjurkan perubahan hidup. Pertanyaan
yang ingin dijawab Spinoza dalam etika adalah bagaimanakah orang yang bijaksana bisa
hidup dengan lebih tenang dan lebih mantap? Yang dicari bukanlah tentang pertanyaan
“Apakah kewajibanku?” melainkan “Apakah kebahagiaanku”. “Bagaimana aku bisa
memperolehnya?”.20
Spinoza menyusun etikanya dengan mengutip “prinsip ilmu ukur” (ordine
geometrico), atau dengan kata lain, ia mengawalinya dengan menetapkan suatu dalil umum
dan selanjutnya menarik dengan konsekuensi logis lainnya secara deduktif. Menurut Spinoza,
dalil umum yang bisa ditemukan dari semua pengada adalah “usaha untuk mempertahankan
diri”(conotus):” setiap mahluk berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan
keberadaannya” (conotus seseconservandi). Pada manusia, mahluk yang berakal budi, usaha
19 Harun Hadiwijono , Sari Sejarah Filsafat Barat, Cet 19(Yogyakarta:Kanisius,2005), hal. 19
20 Ibid., hal. 214
tersebut muncul sebagai “keinginan” atau dorongan yang disadari secara intelektual. Apabila
keinginan ini beralih ke keadaan yang lebih kuat, lebih hidup, lebih penuh, maka keinginan
tersebut akan menjadi “nikmat”. Apabila sebaliknya (misal keinginan itu padam, tidak
bergairah, terhambat), maka akan menjadi “kesedihan” atau “rasa sakit”. Dengan demika rasa
nikmat dan rasa sakit, beserta keinginan adalah tiga emosi dasar manusia. Selajutnya,
Spinoza bisa menentukan mana yang baik atau buruk bagi manusia. Yang baik adalah yang
mendukung dan memenuhi keinginan kita untuk memperoleh kenikmatan, sedangkan yang
buruk adalah yang menghambat dan membuat kita sedih. Kebahagiaan akan terwujud jika
kita tidak merasa sedih, tetapi nikmat.21
Spinoza bahwa pemahaman paling tinggi yang bisa dicapai manusai adalah mengenal
Tuhan. Tuhan adalah keseluruhan realitas. Semakinkita mengerti Tuhan, kita semakin
mencintai-Nya. Cinta yang didasarkan pada pemahaman intelektual tentang Tuhan (amor Dei
intellectualis) adalah puncak etika dan kebahagiaan manusia. Kalau kita sudah mencapai
pemahaman tertinggi ini (mengenal dan mencintai Tuhan), maka kita bisa menerima segala
sesuatu yang ada di alam sebagi kehendak-Nya dan nsanggup menyerahkan diri kepad-Nya.
Disini ada dua hal penting dalam pemikiran yang berkaitan dengan kebebasan dan
kebahagiaan manusia: Pertama, menurut spinoza kebebasan tidak bersifat pasif, melainkan
aktif. Kita secar intelektual mengenal da mencintai Tuhan, lalu menyerahkan diri kepada-
Nya. Kedua, cinta kepada Tuhan juga bersifat intelektual lkarena didasarkan pada pengertian
atau pemahaman belaka,bukan merupakan suatu hubungan antar pribadi yang menggadaikan
adanya “keterkaitan” dalam mencintai.22
c. Pandangan Spinoza tentang Metafisika
Dalam pandangan Spinoza tentang metafisika modern tetap sama dengan
permasalahan metafisika pada masa pra-Socrates, yaitu beberapa subtansi yang ada? Apa itu”
Apa yang satu dengan yang lain? Bagaimana setiap subtansi (atau sesuatu) itu berinteraksi?
Bagaimana subtansi itu muncul? Apakah alam semesta mempunyai permulaan?. Spinoza
mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Sebenarnya dapat diduga, ia pasti
menggunakan cara yang digunakan oleh Descartes, orang yang memang diikutinya.23
21 Ibid., hal. 214-215
22 Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual...., hal. 216-217
23 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum....., hal.134
Dengan adanya sains, sudah umum adanya anggapan bahwa alam semesta ini, adalah
sebuah mesin raksasa, mungkin disiptakan oleh Tuhan, tetapi ternyata dalam kasus tertentu
mekanismenya itu dapat dikoordinasi dan diperhitungkan. 24 Kristen dan pengaruh sains
terhadap penyelesaian persoalan-persoalan itu. Dalam pendapat Spinoza dalam metafisika,
beliau meletakkan defenisi-defenisi geometri dalam membuat kesimpulan-kesimpulan
metafisika :
a. Suatu yang sebabnya pada dirinya, yang dimaksudkan adalah esensinya mengandung
eksistensi atau sesuatu yang hanya dipahami sebagai ada.
b. Suatu dikatakan terbatas bila ia dapat dibatasi oleh sesuatu yang lain, misalnya tubuh
kita terbats, yang membatasinya ialah besarnya tubuh kita itu.
c. Subtansi ialah sesuatu yang ada dalam dirinya, dipahami melalui dirinya, konsep
dapat dibentuk tentang bebas dari orang lain.
d. Yang dimaksud dengan atribut (sifat) ialah apa yang dapat dipahami sebagai melekat
pada esensi subtansial.
e. Yang dimasud dengan mode ialah perubahan-perubahan pada subtansi.
f. Suatu yang disebut bebas ialah suatu yang tak terbatas secara absolut (mutlak).
g. Yang dimasksud dengan kekekalan (eternity) ialah sifat pada eksistensi itu tadi.25
jikalau perhatikan apa perbedaan defenisi-defenisi itu dari apa yang telah diajukan
oleh Aristoteles? Misalnya defenisi subtansi sebagai dasar stuff. Begitu juga mengenai atribut
dan mode; atribut adalah karakteristik subtansi dan mode adalah perubahan-perubahan pada
atribut. Sebab pada dirinya sendiri sama denga penggerak pertama pada Aristoteles. Akan
tetapi, ada perbedaan yang amat prinsip: “penggerak” pada Spinoza identik denga alam
semesta dan Tuhan pada Spinoza kira-kira sama dengan “memikirkan dirinya sendiri” pada
Aristoteles. Akan tetapi, dasar pijak permulaan seluruh sistemnya (Spinoza), sebagaimana
tergambar didalam defenisi dan aksioma, sama dengan pengertian subtansi pada Aristoteles.26
24 Ibid., hal. 135
25 Ibid., hal. 136
26 Ibid.
BAB III
PENUTUP
Rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat penting
dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Aliran rasioanlisme
menjelaskan bahwa untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata dengan
akal atau rasio. Aliran rasionalisme juga tidak mengingkari kegunaan indera dalam
memperoleh pengetahuan, pengetahuan indera diperlukan untuk merangsang akal dan
memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. akal dan indera digunakan
dalam aliran rasionalisme, dapat diketahui bahwa aliran rasionalisme dapat menerima
pengetahuan dan subtansinya dari ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan oleh akal. Ada
tiga tokoh dari aliran rasionalisme yaitu Descartes, Spinoza dan Leibnis.
Spinoza mempunyai pemikiran bahwa hanya ada satu substansi, yaitu Tuhan. Dan
satu substansi ini meliputi baik dunia maupun manusia. Itulah sebabnya pendirian Spinoza
disebut penteisme, Tuhan disamakan dengan segala sesuatu yang ada. Spinoza juga
beranggapan bahwa satu substansi itu mempunyai ciri-ciri yang tak terhingga jumlahnya.
Namun demikian kita hanya mengenal dua ciri saja, pemikiran dan keluasan. Pada
manusialah kedua ciri tersebut terdapat bersama-sama pemikiran (jiwa) dan serentak juga
keluasan tubuh. Pandangan Spinoza bahwa Tuhan dan alam, Spinoza membedakan subtansi
dengan atribut, yaitu sifat atau ciri khas yang melekat pada subtansi. Sifat subtansi bersifat
abadi, tidak terbatas, mutlak dan tunggal. Spinoza menyusun etikanya dengan mengutip
“prinsip ilmu ukur” (ordine geometrico ia mengawalinya dengan menetapkan suatu dalil
umum dan selanjutnya menarik dengan konsekuensi logis lainnya secara deduktif.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim, Atang, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Metodologi sampai
Teofilosofi, 2008, Bandung, Pustaka Setia
Achmadi, Asmoro, Filsafat Umum,2009, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada.
Hadiwijono, Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat, Cet 19, 2005, Yogyakarta, Kanisius
Hakim, Atang Abdul, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Metodologi sampai
Teofilosofi, (Bandung, Pustaka Setia, 2008
Petrus L., Simon, Tjahjadi, Petualangan Intelektual, 2004, Yogyakarta, Kanisius,
Susanto, A. , Filsafat Ilmu, 2011, Jakarta, Bumi Aksara
Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra, 2010,
Bandung, Remaja Rosdakarya

More Related Content

What's hot

problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiproblematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
Ltfltf
 
Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)
Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)
Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)
Ria Widia
 
Biografi, karya dan pemikiran Ibnu Bajjah
Biografi, karya dan pemikiran Ibnu BajjahBiografi, karya dan pemikiran Ibnu Bajjah
Biografi, karya dan pemikiran Ibnu Bajjah
mugnisulaeman
 

What's hot (20)

Power point filsafat tp
Power point filsafat tpPower point filsafat tp
Power point filsafat tp
 
Aliran realisme
Aliran realismeAliran realisme
Aliran realisme
 
SUMBER ILMU DALAM FILSAFAT ILMU
SUMBER ILMU DALAM FILSAFAT ILMUSUMBER ILMU DALAM FILSAFAT ILMU
SUMBER ILMU DALAM FILSAFAT ILMU
 
filsafat ilmu
filsafat ilmufilsafat ilmu
filsafat ilmu
 
Pemahaman Rasionalisme Klasik
Pemahaman Rasionalisme KlasikPemahaman Rasionalisme Klasik
Pemahaman Rasionalisme Klasik
 
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUANSEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
 
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuan
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuanpowerpoint tentang ilmu dan pengetahuan
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuan
 
Makalahku filsafat modern
Makalahku filsafat modernMakalahku filsafat modern
Makalahku filsafat modern
 
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiproblematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
 
Sejarah Filsafat Timur (India dan Cina)
Sejarah Filsafat Timur (India dan Cina)Sejarah Filsafat Timur (India dan Cina)
Sejarah Filsafat Timur (India dan Cina)
 
Makalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmuMakalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmu
 
HUBUNGAN ISLAM DAN SAINS
HUBUNGAN ISLAM DAN SAINSHUBUNGAN ISLAM DAN SAINS
HUBUNGAN ISLAM DAN SAINS
 
FILSAFAT PRA-SOCRATES
FILSAFAT PRA-SOCRATESFILSAFAT PRA-SOCRATES
FILSAFAT PRA-SOCRATES
 
Filsafat Ketuhanan .pptx
Filsafat Ketuhanan .pptxFilsafat Ketuhanan .pptx
Filsafat Ketuhanan .pptx
 
Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)
Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)
Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)
 
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra KurniaSoal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
 
Rene descartes
Rene descartesRene descartes
Rene descartes
 
Makalah Aliran-aliran Dalam Pendidikan
Makalah Aliran-aliran Dalam PendidikanMakalah Aliran-aliran Dalam Pendidikan
Makalah Aliran-aliran Dalam Pendidikan
 
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
 
Biografi, karya dan pemikiran Ibnu Bajjah
Biografi, karya dan pemikiran Ibnu BajjahBiografi, karya dan pemikiran Ibnu Bajjah
Biografi, karya dan pemikiran Ibnu Bajjah
 

Similar to Rasionalisme

Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
Pahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
Pahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
Pahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
Pahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
Pahlepy2013
 
Epistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran okEpistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran ok
Rizal Fahmi
 
Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikan
noviyanty
 
Filsafat ilmu-mohammad-muslih
Filsafat ilmu-mohammad-muslihFilsafat ilmu-mohammad-muslih
Filsafat ilmu-mohammad-muslih
Wiwin Prehati
 

Similar to Rasionalisme (20)

Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Rasionalisme
RasionalismeRasionalisme
Rasionalisme
 
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
 
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
 
Filsafat Ilmu.ppt
Filsafat Ilmu.pptFilsafat Ilmu.ppt
Filsafat Ilmu.ppt
 
Epistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran okEpistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran ok
 
Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikan
 
Filsafat Moderen
Filsafat Moderen  Filsafat Moderen
Filsafat Moderen
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat PendidikanFilsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
 
E p i s t e m o l o g i
E p i s t e m o l o g i E p i s t e m o l o g i
E p i s t e m o l o g i
 
Filsafat zaman modern
Filsafat zaman modernFilsafat zaman modern
Filsafat zaman modern
 
Metodologi berfikir - adri 2022.pptx
Metodologi berfikir - adri 2022.pptxMetodologi berfikir - adri 2022.pptx
Metodologi berfikir - adri 2022.pptx
 
Filsafat pancasila
Filsafat pancasilaFilsafat pancasila
Filsafat pancasila
 
Filsafat ilmu rasionalisme empiris dan metode keilmuan (andrie)
Filsafat ilmu rasionalisme empiris dan metode keilmuan (andrie)Filsafat ilmu rasionalisme empiris dan metode keilmuan (andrie)
Filsafat ilmu rasionalisme empiris dan metode keilmuan (andrie)
 
Filsafat ilmu-mohammad-muslih
Filsafat ilmu-mohammad-muslihFilsafat ilmu-mohammad-muslih
Filsafat ilmu-mohammad-muslih
 

Recently uploaded

Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 

Recently uploaded (20)

7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 

Rasionalisme

  • 1. RASIONALISME Makalah Ini Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Dosen Pengampu Dr. Sumedi, M.Ag Disusun oleh: Rahmad Fitriyanto 1420410061 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan itu diperoleh dengan manusia melalui berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Perkembangan filsafat banyak sekali memiliki cabang- cabang aliran dalam perkembangannya. Aliran filsafat terdapat aliran rasionalisme yang berlandasakan pada unsur rasional dalam menerima pengetahuannya. Filsafat Rasionalisme satu aliran filsafat modern, yaitu empirisme. Rasionalisme sangat bertentangan dengan empirisme. Rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan yang sangat sejati berasal dari rasio, sehingga pengenalan inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur. Lebih detail, Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran yang berdasarkan rasio, ide-ide yang masuk akal. Selain itu tidak ada sumber kebenaran yang hakiki. Zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke XVII sampai akhir abad ke XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran. Ternyata, penggunaan akal budi yang demikian tidak sia-sia, melihat tambahan ilmu pengetahuan yang besar sekali akibat perkembangan yang pesat dari ilmu-ilmu alam. Filsafat sebagai suatu ilmu yang berusaha mencari kebenaran telah memberikan banyak pelajaran, misalnya tentang kesadaran, kemauan dan kemampuan manusia dengan posisinya sebagai mahkluk individu, mahluk sosial dan mahluk Tuhan untuk diaplikasikan dalam kehidupan. Filsafat diharapkan manusia mampu memahami sesuatu yang belum ada dan memberikan pengetahuan dalam kehidupan manusia. B. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang diatas, penting bagi penulis membahas sebuah permasalahn dan perlu pengangkatan suatu rumusan masalah seperti berikut : 1. Apa pengertian aliran Rasionalisme ? 2. Apa pemikiran Spinoza dan corak pemikirannya ?
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Aliran Rasionalisme Rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakana bahwa akal (reason) adalah terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme, sesuatu pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir.1 Rasio adalah sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang pada kebenaran. Yang benar adalah tindakan akal yang terang benderang yang disebutnya Ideas Claires el Distintes (pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah). Idea terang benderangini pemberian Tuhan sebelum orang dilahirkan (idea innatae : ide bawaan). Sebagai pemberian Tuhan tidak mungkin tidak benar. Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang enyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi, untuk sampainya manusia kepada kebenarann adalah semata-mata dengan akal. Laporan indera menurut rasionalisme merupakan bahan yang belum jelas, kacau. Bahan ini kemudian dipertimbagkan oleh akal dalam pengalaman berfikir. Akal mengatur bahan itu sehingga dapatlah terbentuk pengetahuan yang banar. Jadi akal bekerja karena ada bahan dari indera. Akan tetapi, akal dapat juga menghasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan inderawi sama sekali, kadi akal dapat juga menghasilkan pengetahuan tentang objek yang betul-betul abstrak.2 Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan3. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme mangajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Alat dalam berpikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika.3 1 Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Metodologi sampai Teofilosofi, (Bandung, Pustaka Setia, 2008), hal.247 2 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra,(Bandung, Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 25 3 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 127
  • 4. Para tokoh aliran rasionalisme adalah Descartes (1596- 1650 M), Spinoza (1632-677 M), dan leibnis (1646-1716 M). Aliran rasionalisme terbagi menjadi dua macam dalam bidangnya, yaitu : a. Dalam bidang agama Dalam bidang agama, aliran rasionalisme adalah lawan dari otoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama. b. Dalam bidang filsafat Dalam bidang filsafat, aliran rasionalisme adalah lawan empirisme dan sering berguna dalam menyusun teori pengetahuan. Hanya saja empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan jalan mengetahui objek empirisme, sedangkan rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh denga cara berfikir, pengetahuan dari empirisme di anggap sering menyesatkan karena dianggap tidak rasionalis. Dalam palat berfikir aliran rasionalisme adalah dengan akidah-akidah yang bersifat logis.4 Sebagai lawan empirisme, rasionalisme berpendapat bahwa sebagian dan bagian penting pengetahuan datang dari penemuan akal. Contoh yang paling jelas ialah pemahaman kita tentang logika dan matematika. Aliran rasioanlisme menegaskan bahwa untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata dengan akal. Namun demikian,aliran rasionalisme juga tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, pengetahuan indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja.5 Penemuan-penemuan logika dan matematika begitu pasti. Kita tidak hanya melihatnya sebagai benar, tetapi lebih dari itu kita melihatnya sebagai kebenaran yang tidak mungkin salah, kebenarannya universal. Pada zaman modern filsafat, tokoh pertama rasionalisme ialah Descartes, lalu menyusul Baruch spinoza dan Leibniz.6 Latar belakang munculnya Rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (skolatik), yang perna diterima, tetapi ternyata tidak mampu menangani hasil-hasil 4 Ibid., hal. 247 5 A. Susanto,Filsafat Ilmu, (Jakarta, Bumi Aksara, 2011), hal. 141 6 Ahmad Tafsir, filsafat umum, (Bandung,,PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 127
  • 5. ilmu pengetahuan yang dihadapi. Apa yang ditanam Aristoteles dalam pemikiran saat itu juga masih dipengaruhi oleh khayalan-khayalan.7 Zaman modern dalam sejarah filsafat biasanya dimulai oleh filsafat Descartes. Kata modern disini hanya digunakan untuk menunjukkan suatu filsafat yang mempunyai corak yang amat berbeda, bahkan berlawanan dengan corak filsafat pada abad pertengahan Kristen.8Descartes dianggap sebagai bapak filsafat modern. Menurut Bertrand Russel, anggapan itu memang benar. Kata “Bapak” diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama pada zaman modern itu yang membangun filsafat yang berdiri atas kenyakinan diri sendiri yang dihasilkan itu menyusun argumen yang kuat, yang distinct, yang iman, bukan ayat suci, bukan yang lainnya.9 B. Spinoza (1632- 1677 M) Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 dan meninggal dunia pada tahun 1677. Nama aslinya Baruch Spinoza. Setelah ia mengucilkan diri dari agama Yahudi, ia mengubah nama menjadi Benedictus de Spinoza. Ia hidup dipinggiran kota Amsterdam. Spinoza mencoba menjawab tentang pertayaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kebenaran tentang sesuatu, sebagaimana pertanyaan, apa subtansi dari sesuatu, bagaimana kebenaran itu bisa benar-benar yang terbenar. Spinoza menjawabnya dengan pendekatan yang juga dilakukan sebelumnya oleh rene descarkes, yakni dengan pendekatan deduktsi matematis, yang dimulai dengan meletakkan defenisi, aksioma, proposisi, kemudian barulah membuat pembuktian (penyimpulan) berdasarkan defenisi, aksioma, atau proposisi itu.10 Selain Spinoza ada tokoh filofof lain yang mengikuti pemikiran Rene Descartes, yaitu Leibniz. Dua tokoh terakhir ini juga menjadikan substansi sebagai tema pokok dalam metafisika mereka, dan mereka berdua juga mengikuti metode Descartes. Tiga filosofi ini, Descartes, Spinoza, dan Leibniz, biasanya dikelompokkan ke dalam satu mazhab, yaitu rasionalisme. De Spinoza memiliki cara berfikir yang sama dengan Rene Descartes, ia mengatakan bahwa kebenaran itu terpusat pada pemikiran dan keluasan. Pemikiran adalah jiwa, sedangkan keluasan adalah tubuh, yang eksistensinya berbarengan.11 7 Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2009), hal. 116. 8 Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum..., hal.128 9 Ibid., hal. 128 10 Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum .... hal.259 11 Atang Abdul hakim, Filsafat Umum Dari Metodologi Sampai Teolosofi,Cet I(Bandung:Pustaka Setia), hal. 259
  • 6. De Spinoza memiliki pemikiran bahwa kebenaran itu berpusat pada pemikiran dan keluasan. Pemikiran adalah jiwa, sedangkan keluasan adalah tubuh, yang eksistensinya berbarengan antara jiwa dan tubuh pada setiap individu.12 Dalam pemikiran Spinoza tentang rasionalisme dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu : a. Ajaran tentang subtansi Tunggal: Tuhan atau Alam (Deus sive Natura) Bagaimanakah Tuhan, jiwa dan dunia material bisa dipikirkan sebagai satu kesatuan utuh? Inilah permasalahan utama dari filsafat Descartes. Dalam bukunya yang berjudul Ethica, ordine geometrico demonstrata (Etika yang dibuktikan secara geometris, 1677), Spinoza menjawab persoalan ini. Ia memulai filsafatnya dari pengertian “subtansi”. Spinoza mendefinisikan subtansi sebagai “sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri dan dipikirkan oleh dirinya sendiri. Artinya, sesuatu yang konsepnya tidak membutuhkan konsep lain untuk membentuknya”. Jadi subtansi adalah apa yang beridiri sendiri dan ada oleh dirinya sendiri. Spinoza membedakan subtansi dengan atribut, yautu sifat atau ciri khas yang melekat pada subtansi. Sifat subtansi bersifat abadi, tidak terbatas, mutlak dan tunggal. Menurut Spinoza, hanya satu yang memenuhi semua defenisi ini, yaitu Tuhan! Ya, hanya Tuhan yang mempunyai sifat abadi, tidak terbatas, mutlak, tunggal dan utuh. Implikasinya jelas, spinoza menolak Tuhan yang bersifat personal, atau dengan kata lain Tuhan yang bisa disapa manusia dengan kata “Engkau” atau “Bapak”, sepertinya yang dinyakini agama monoteisme, khusunya agama Yahudi atau Kristen. Sebab, hal tersebut adalah sifat atau ciri untuk manusia, padahal manusia sendiri bersifat fana, relatif dan terbatas, yang dalam hal ini sesungguhnya merupakan kebalikan sifat Tuhan.13 Kata kunci ajaran Spinoza yang terkenal adalah Deus sive natur (Tuhan atau alam). Yang berbeda hanyalah istilah atau sudut pandangnya saja. Sebagai Tuhan, alam adalah natura naturans (alam yang melahirkan). Namun subtansinya adalah satu dan sama, yaitu Tuhan atau (juga) alam. Dengan demikian , Spinoza menolak ajaran Descartes bahwa realitas terdiri dari tiga subtansi (Tuhan, jiwa, dan materi). Bagi Spinoza hanya ada satu subtansi, yakni Tuhan atau alam. Menurut Spinoza, Descartes salah dalam memandang pemikiran (res cogitans, hakikat jiwa) dan keleluasaan (res extensa, hakikat tubuh) sebagai dua subtansi yang berbeda pada manusia. Yang benar menurut Spinoza, jiwa atau pikiran dan tubuh atau 12 Ibid., hal. 259 13 Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual, (yogyakarta,Kanisius, 2004), hal. 212
  • 7. keleluasaan bukanlah dua subtansi, melainkan dua atribut ilahi, yakni dua dari sekian banyak sifat Tuhan atau alam yang bisa ditangkap manusia. Dau atribut ini membentuk manusia dan menjadikannya modus atau cara keberadaan Tuhan atau alam. 14 Descartes, moyangnya yang amat dekat, membagi substansi menjadi tiga, yaitu tubuh (bodies), jiwa, dan Tuhan. Spinoza berpendapat tentang substansi, Ia menyatakan bahwa hanya ada satu substansi, dan satu substansi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dirusak, ia tidak mempunyai permulaan dan tidak mempunyai akhir.15 Tubuh dan jiwa menurutnya adalah atribut (sifat asasi) yang satu . Tubuh dan jiwa bukan substansi yang berdiri sendiri. Menurut ajaran-ajaran monoteis, kususnya filsafat Kristiani, setiap orang secara individual bersifat mutlak. Artinya, Tuhan mencintai individu-individu secara pribadi dan menghendaki mereka tampa kenal batas waktu. Namun, manusia dapat menjawab cinta Tuhan secara positif (menerimanya) atau secara negatif (menolaknya). Kenyataan bahwa manusia menerimanya atau menolak Tuhan menunjukkan bahwa manusia mempunyai kebebasan. Dengan demikian, kalau manusia wafat, ia tidak larut dalam alam semesta, melainkan secara individual datang kepada Tuhan untuk memperoleh cinta-Nya (surga) atau binasa selamanya (neraka). Jadi, ada kehidupan lagi setelah kehidupan ini, dan kepercayaan akan adanya kehidupan sesudah kematian juga menimplikasikan bahwa jiwa adalah abadi. Orang Yahudi, Kriten dan Islam mengharapkan bahwa sesudah kematian bertemu dengan mereka yang sudah meninggal.16 Namun bagi Spinoza, individualitas, jiwa dan kebebasan manusia yang diajarkan oleh agama-agama monoteis tidak ada dasarnya. Alasannya, manusia hanyalah modus Tuhan dan oleh karena itu ia tidak abadi dan tidak mutlak pada dirinya sendiri (manusia). Ia tergantung sepenuhnya kepada Tuhan, subtansinya, sehingga tidak ada kebebasan dan hidup individual sesudah kebangkitan. Surga dan neraka tidak ada dalam rangka pemikiran Spinoza.17 Maka, dapat dimengerti mengapa Spinoza dituduh ateis: Spinoza mengakui Tuhan sebagai Pencipta alam semesta, yang bisa ada dan berdiri diluar alam ciptaan-Nya. Namun, lebih tepat ia disebut penganut panteisme-monistik. Sebab ia menyakini Tuhan dan alam bersatu sedemikian rupa sehingga antara pencipta (Khalik) dan ciptaanNya (mahluk) tidak mungkin diadakan pemisahan sedikitpun.18 Spinoza percaya kepada Tuhan, tetapi Tuhan 14 Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual...., hal. 213 15 Ahmad Tafsir,Filsafat Umum ...., hal.127 16 Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual...., hal. 214 17 Ibid., 18 Ibid.,
  • 8. yang dimaksudkannya adalah alam semesta ini. Tuhan Spinoza itu tidak berkemauan, tidak melakukan sesuatu, tidak terbatas (ultimate). Tuhan itu tidak memperhatikan sesuatu, juga tidak mempedulikan manusia. Di sini kesatuan antara Tuhan dan alam semesta untuk pertama kali diberi rumusan secara modern. Substansi ini memiliki sebabnya dalam dirinya sendiri. Hakikat (essential) nya mencakup juga keberadaan (existential) nya. Hakekatnya ditentukan oleh atribut-atribut atau sifat-sifat asasinya yang tiada batasnya. Tiap sifat asasi dengan cara yang sempurna mengungkapkan hakekat atau esensinya yang kekal dan tak terbatas itu. Akan tetapi segala hal yang konkrit, yaitu dunia yang berane raga ini, adalah modi atau cara berada satu substansi yang satu itu.19 Demikianlah, Pemikiran Spinoza tentang Tuhan, jiwa dan manusia yang merupakan satu kesatuan. Berbeda dengan Descartes yang berpendapat bahwa antara Tuhan, jiwa dan manusia merupakan sesuatu yang terpisah dan berdiri sendiri. Rasionalisme Spinoza lebih luas dan lebih konsekuen dibanding dengan rasionalisme Descartes. Baginya di dalam dunia tiada hal yang bersifat rahasia, karena akal atau rasio manusia telah mencakup segala sesuatu, begitu juga Tuhan. b. Ajaran tentang Etika Dengan latar belakang pemikiran Spinoza yang menyangkal kebebasan dan individaulitas, namun menekankan detrminisme Tuhan atau alam atas manusia, dia tidak mempertimbangkan tentang suatu etka yang menganjurkan perubahan hidup. Pertanyaan yang ingin dijawab Spinoza dalam etika adalah bagaimanakah orang yang bijaksana bisa hidup dengan lebih tenang dan lebih mantap? Yang dicari bukanlah tentang pertanyaan “Apakah kewajibanku?” melainkan “Apakah kebahagiaanku”. “Bagaimana aku bisa memperolehnya?”.20 Spinoza menyusun etikanya dengan mengutip “prinsip ilmu ukur” (ordine geometrico), atau dengan kata lain, ia mengawalinya dengan menetapkan suatu dalil umum dan selanjutnya menarik dengan konsekuensi logis lainnya secara deduktif. Menurut Spinoza, dalil umum yang bisa ditemukan dari semua pengada adalah “usaha untuk mempertahankan diri”(conotus):” setiap mahluk berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan keberadaannya” (conotus seseconservandi). Pada manusia, mahluk yang berakal budi, usaha 19 Harun Hadiwijono , Sari Sejarah Filsafat Barat, Cet 19(Yogyakarta:Kanisius,2005), hal. 19 20 Ibid., hal. 214
  • 9. tersebut muncul sebagai “keinginan” atau dorongan yang disadari secara intelektual. Apabila keinginan ini beralih ke keadaan yang lebih kuat, lebih hidup, lebih penuh, maka keinginan tersebut akan menjadi “nikmat”. Apabila sebaliknya (misal keinginan itu padam, tidak bergairah, terhambat), maka akan menjadi “kesedihan” atau “rasa sakit”. Dengan demika rasa nikmat dan rasa sakit, beserta keinginan adalah tiga emosi dasar manusia. Selajutnya, Spinoza bisa menentukan mana yang baik atau buruk bagi manusia. Yang baik adalah yang mendukung dan memenuhi keinginan kita untuk memperoleh kenikmatan, sedangkan yang buruk adalah yang menghambat dan membuat kita sedih. Kebahagiaan akan terwujud jika kita tidak merasa sedih, tetapi nikmat.21 Spinoza bahwa pemahaman paling tinggi yang bisa dicapai manusai adalah mengenal Tuhan. Tuhan adalah keseluruhan realitas. Semakinkita mengerti Tuhan, kita semakin mencintai-Nya. Cinta yang didasarkan pada pemahaman intelektual tentang Tuhan (amor Dei intellectualis) adalah puncak etika dan kebahagiaan manusia. Kalau kita sudah mencapai pemahaman tertinggi ini (mengenal dan mencintai Tuhan), maka kita bisa menerima segala sesuatu yang ada di alam sebagi kehendak-Nya dan nsanggup menyerahkan diri kepad-Nya. Disini ada dua hal penting dalam pemikiran yang berkaitan dengan kebebasan dan kebahagiaan manusia: Pertama, menurut spinoza kebebasan tidak bersifat pasif, melainkan aktif. Kita secar intelektual mengenal da mencintai Tuhan, lalu menyerahkan diri kepada- Nya. Kedua, cinta kepada Tuhan juga bersifat intelektual lkarena didasarkan pada pengertian atau pemahaman belaka,bukan merupakan suatu hubungan antar pribadi yang menggadaikan adanya “keterkaitan” dalam mencintai.22 c. Pandangan Spinoza tentang Metafisika Dalam pandangan Spinoza tentang metafisika modern tetap sama dengan permasalahan metafisika pada masa pra-Socrates, yaitu beberapa subtansi yang ada? Apa itu” Apa yang satu dengan yang lain? Bagaimana setiap subtansi (atau sesuatu) itu berinteraksi? Bagaimana subtansi itu muncul? Apakah alam semesta mempunyai permulaan?. Spinoza mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Sebenarnya dapat diduga, ia pasti menggunakan cara yang digunakan oleh Descartes, orang yang memang diikutinya.23 21 Ibid., hal. 214-215 22 Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual...., hal. 216-217 23 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum....., hal.134
  • 10. Dengan adanya sains, sudah umum adanya anggapan bahwa alam semesta ini, adalah sebuah mesin raksasa, mungkin disiptakan oleh Tuhan, tetapi ternyata dalam kasus tertentu mekanismenya itu dapat dikoordinasi dan diperhitungkan. 24 Kristen dan pengaruh sains terhadap penyelesaian persoalan-persoalan itu. Dalam pendapat Spinoza dalam metafisika, beliau meletakkan defenisi-defenisi geometri dalam membuat kesimpulan-kesimpulan metafisika : a. Suatu yang sebabnya pada dirinya, yang dimaksudkan adalah esensinya mengandung eksistensi atau sesuatu yang hanya dipahami sebagai ada. b. Suatu dikatakan terbatas bila ia dapat dibatasi oleh sesuatu yang lain, misalnya tubuh kita terbats, yang membatasinya ialah besarnya tubuh kita itu. c. Subtansi ialah sesuatu yang ada dalam dirinya, dipahami melalui dirinya, konsep dapat dibentuk tentang bebas dari orang lain. d. Yang dimaksud dengan atribut (sifat) ialah apa yang dapat dipahami sebagai melekat pada esensi subtansial. e. Yang dimasud dengan mode ialah perubahan-perubahan pada subtansi. f. Suatu yang disebut bebas ialah suatu yang tak terbatas secara absolut (mutlak). g. Yang dimasksud dengan kekekalan (eternity) ialah sifat pada eksistensi itu tadi.25 jikalau perhatikan apa perbedaan defenisi-defenisi itu dari apa yang telah diajukan oleh Aristoteles? Misalnya defenisi subtansi sebagai dasar stuff. Begitu juga mengenai atribut dan mode; atribut adalah karakteristik subtansi dan mode adalah perubahan-perubahan pada atribut. Sebab pada dirinya sendiri sama denga penggerak pertama pada Aristoteles. Akan tetapi, ada perbedaan yang amat prinsip: “penggerak” pada Spinoza identik denga alam semesta dan Tuhan pada Spinoza kira-kira sama dengan “memikirkan dirinya sendiri” pada Aristoteles. Akan tetapi, dasar pijak permulaan seluruh sistemnya (Spinoza), sebagaimana tergambar didalam defenisi dan aksioma, sama dengan pengertian subtansi pada Aristoteles.26 24 Ibid., hal. 135 25 Ibid., hal. 136 26 Ibid.
  • 11. BAB III PENUTUP Rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat penting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Aliran rasioanlisme menjelaskan bahwa untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata dengan akal atau rasio. Aliran rasionalisme juga tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, pengetahuan indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. akal dan indera digunakan dalam aliran rasionalisme, dapat diketahui bahwa aliran rasionalisme dapat menerima pengetahuan dan subtansinya dari ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan oleh akal. Ada tiga tokoh dari aliran rasionalisme yaitu Descartes, Spinoza dan Leibnis. Spinoza mempunyai pemikiran bahwa hanya ada satu substansi, yaitu Tuhan. Dan satu substansi ini meliputi baik dunia maupun manusia. Itulah sebabnya pendirian Spinoza disebut penteisme, Tuhan disamakan dengan segala sesuatu yang ada. Spinoza juga beranggapan bahwa satu substansi itu mempunyai ciri-ciri yang tak terhingga jumlahnya. Namun demikian kita hanya mengenal dua ciri saja, pemikiran dan keluasan. Pada manusialah kedua ciri tersebut terdapat bersama-sama pemikiran (jiwa) dan serentak juga keluasan tubuh. Pandangan Spinoza bahwa Tuhan dan alam, Spinoza membedakan subtansi dengan atribut, yaitu sifat atau ciri khas yang melekat pada subtansi. Sifat subtansi bersifat abadi, tidak terbatas, mutlak dan tunggal. Spinoza menyusun etikanya dengan mengutip “prinsip ilmu ukur” (ordine geometrico ia mengawalinya dengan menetapkan suatu dalil umum dan selanjutnya menarik dengan konsekuensi logis lainnya secara deduktif.
  • 12. DAFTAR PUSTAKA Abdul Hakim, Atang, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Metodologi sampai Teofilosofi, 2008, Bandung, Pustaka Setia Achmadi, Asmoro, Filsafat Umum,2009, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada. Hadiwijono, Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat, Cet 19, 2005, Yogyakarta, Kanisius Hakim, Atang Abdul, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Metodologi sampai Teofilosofi, (Bandung, Pustaka Setia, 2008 Petrus L., Simon, Tjahjadi, Petualangan Intelektual, 2004, Yogyakarta, Kanisius, Susanto, A. , Filsafat Ilmu, 2011, Jakarta, Bumi Aksara Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra, 2010, Bandung, Remaja Rosdakarya