2. Latar Belakang Pentingnya
Pengukuran Kerja
Manajemen operasional yang efektif membutuhkan
standar yang dapat membantu perusahaan untuk
menentukan:
1. Proporsi dari setiap barang yang diproduksi (biaya
pekerja).
2. Kebutuhan staf (berapa banyak orang dibutuhkan
untuk memproduksi barang yang dibutuhkan).
3. Perkiraan biaya dan waktu sebelum produksi
dilaksanakan (untuk membantu mengambil
baragam keputusan, dari perkiraan biaya hingga
ke keputusan untuk membuat sendiri atau
membeli).
3. Latar Belakang Pentingnya
Pengukuran Kerja (lanjutan)
4. Jumlah kru dan keseimbangan pekerjaan (siapa
mengerjakan apa dalam satu aktivitas kelompok
atau pada satu lini produksi).
5. Tingkat produksi yang diharapkan (sehingga baik
manajer dan pekerja tahu apa saja yang
termasuk dalam satu hari kerja normal).
6. Dasar perencanaan insentif pekerja (apa yang
menjadi acuan untuk memberikan insentif yang
tepat).
7. Efisiensi karyawan dan pengawasan (sebuah
standar diperlukan untuk mengetahui apa yang
digunakan dalam penentuan efisiensi).
4. Definisi Pengukuran Kerja
Adalah penetapan waktu yang
diperkirakan diperlukan untuk
melaksanakan sebuah pekerjaan.
Adalah tindakan pengukuran yang
dilakukan terhadap berbagai
aktivitas dalam rantai nilai yang
ada pada suatu perusahaan.
5. Dalam pengukuran kerja, efisien atau tidaknya proses
operasi dalam perusahaan biasanya didasarkan atas
lama waktu untuk membuat suatu produk atau
melaksanakan suatu pelayanan (jasa).
Jumlah waktu yang harus digunakan untuk melaksanakan
kegiatan tertentu dibawah kondisi kerja normal disebut
standar pekerja (labor standards).
Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai
umpan balik yang akan memberikan informasi tentang
prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana
perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas
6. Metode Pengukuran Kerja Dalam
Manajemen Operasional
Manajer operasional yang dapat menetapkan standar
pekerja yang benar yaitu adalah yang secara tepat dapat
menentukan rata-rata waktu yang dibutuhkan seorang
karyawan untuk melaksanakan aktivitas tertentu dalam
kondisi kerja normal.
Penetapan standar pekerja dapat menggunakan empat cara
yaitu:
Pengalaman Masa Lalu (Historical Experience)
Studi Waktu (Time Study)
Standar Waktu Yang Telah Ditentukan (Predetermined
Time Study)
Pengambilan Sampel Kerja (Work Sampling)
7. 1. Pengalaman Masa Lalu
(Historical Experience)
Standar pekerja dapat diestimasi berdasarkan apa
yang telah terjadi di masa lalu, yaitu berapa jam kerja
yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan.
Kelebihan metode ini adalah karena relatif mudah
dan murah didapatkan.
Kelemahan metode ini adalah tidak obyektif dan tidak
dapat diketahui keakuratannya, apakah kecepatan
kerjanya layak atau tidak, dan apakah kejadian yang
tidak biasa sudah diperhitungkan atau belum.
Data pengalaman masa lalu diperoleh dari kartu
waktu pekerja atau dari data produksi.
8. 2. Studi Waktu dan Gerakan
(Time and Motion Study)
Studi waktu menunjukkan ukuran kerja, yang menetapkan
waktu baku untuk sebuah tugas serta cara yang tepat untuk
melakukan pekerjaan tersebut, dengan memperhatikan
faktor kelelahan pekerja dan kelambatan yang tidak dapat
dihindarkan.
Analisis studi dan gerakan waktu dapat dilakukan melalui
beberapa cara:
menggunakan stopwatch,
pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi,
data standar,
dasar mengenai data gerakan,
pengambilan contoh kerja,
9. 2. Studi Waktu dan Gerakan
(Time and Motion Study)
Standar waktu dari hasil studi waktu digunakan untuk:
menentukan tenaga kerja dan peralatan yang
dibutuhkan;
membantu dalam pengembangan metode kerja yang
efektif;
mengatur pekerja dalam melakukan pekerjaannya;
membantu dalam membandingkan performansi kerja
dari suatu rencana yang sudah ditetapkan dengan
beban kerja dan sumberdaya yang digunakan; dan
melaksanakan pengukuran produktivitas secara
total.
10. 2. Studi Waktu dan Gerakan
(Time and Motion Study)
Studi waktu diperkenalkan pertama kali untuk tujuan
penyelesaian kerja.
Standar waktu dari hasil studi waktu dapat
mendorong sistem pengaturan upah atau insentif
menjadi dibuat berdasarkan “a fair day’s pay for a fair
day’s work”.
Standar waktu dapat digunakan untuk mengestimasi
keluaran kerja.
Standar waktu dapat membuat jadwal perencanaan
kerja menjadi lebih akurat.
11. 2. Studi Waktu dan Gerakan
(Time and Motion Study)
Merupakan pencatatan waktu sebuah sampel kinerja
pekerja dan menggunakannya sebagai dasar untuk
menetapkan waktu standar.
Seorang pekerja yang terlatih dan berpengalaman
dapat menerapkan standar dengan delapan langkah
berikut :
Definisikan pekerjaan yang akan diamati (setelah
analisis metode dilakukan).
Bagi pekerjaan menjadi elemen yang tepat
(bagian dari pekerjaan yang sering membutuhkan
tidak lebih dari beberapa detik).
12. 3. Standar Waktu Yang Telah Ditentukan
(Predetermined Time Study)
Suatu pembagian pekerjaan manual menjadi elemen dasar kecil
yang waktunya telah ditetapkan dan dapat diterima secara luas.
Caranya dengan menjumlahkan faktor waktu bagi setiap
elemen dasar dari pekerjaan.
Cara ini membutuhkan biaya yang besar.
Metode yang paling umum adalah metode pengukuran waktu
(MTM = Methods Time Measurement).
Standar waktu yang telah ditetapkan merupakan perkembangan
dari gerakan dasar yang disebut sebagai Therblig yang
ditemukan oleh Frank Gilbreth, yang mencakup aktifitas seperti
memilih, mengambil, mengarahkan, merakit, menjangkau,
memegang, beristirahat, meneliti.
13. 3. Standar Waktu Yang Telah Ditentukan
(Predetermined Time Study)
Standar waktu yang telah ditetapkan memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan studi waktu yaitu:
dapat dibuat di laboratorium sehingga prosedur ini tidak
mengganggu aktifitas sesungguhnya,
karena standar dapat ditentukan sebelum pekerjaan benar-
benar dilakukan maka dapat digunakan untuk membuat
rencana,
tidak ada pemeringkatan kinerja yang dibutuhkan,
serikat pekerja cenderung menerima metode ini sebagai
cara yang wajar untuk menetapkan standar,
standar waktu yang telah ditentukan biasanya efektif pada
perusahaan yang melakukan sejumlah besar penelitian
pada tugas yang sama.
14. 4. Pengambilan Kerja (Work Sampling)
Metode ini dikembangkan di Inggris oleh L. Tipper pada
tahun 1930.
Pengambilan sampel kerja memperkirakan persentase
waktu yang dihabiskan oleh seorang pekerja pada
beragam pekerjaan.
Hasilnya digunakan untuk menentukan bagaimana
karyawan mengalokasikan waktu mereka di antara
aktivitas yang beragam.
Hal ini akan mendorong adanya perubahan karyawan,
penugasan ulang, perkiraan biaya aktivitas dan
kelonggaran keterlambatan bagi standar pekerja.
15. 4. Pengambilan Kerja (Work Sampling)
Apabila pengambilan sampel ini untuk
menetapkan kelonggaran
keterlambatan, maka sering disebut
penelitian rasio keterlambatan (ratio
delay study).
16. 4. Pengambilan Kerja (Work Sampling)
Prosedur dalam metode ini ada lima langkah sebagai
berikut:
1. Mengambil sampel awal untuk mendapatkan sebuah
perkiraan nilai parameter seperti persentase waktu sibuk
seorang pekerja,
2. Hitung ukuran sampel yang dibutuhkan,
3. Buat jadwal pengamatan pada waktu yang layak. Konsep
angka acak digunakan untuk menapatkan pengamatan
yang benar-benar acak,
4. Lakukan pengamatan dan catat aktivitas pekerja,
5. Tentukan bagaimana pekerja menghabiskan waktu
mereka biasanya dalam persentase.
17. 4. Pengambilan Kerja (Work Sampling)
Fokus pada pengambilan sampel kerja
adalah untuk menentukan bagaimana para
pekerja mengalokasikan waktu mereka di
antara beragam aktivitas yang dilakukannya.
Hal ini dapat dicapai dengan menetapkan
persentase waktu yang dihabiskan oleh
seorang pekerja pada aktifitas yang ada pada
sejumlah waktu tertentu.
Seorang analis hanya mencatat aktivitas
yang dilakukan secara acak.