Central Post Stroke Pain (CPSP) adalah sindroma nyeri neuropatik yang terjadi setelah serangan stroke akibat lesi pada thalamus dan posterior limb internal capsule. Nyeri CPSP berupa rasa terbakar, tertusuk, dan kesetrum yang dapat muncul secara spontan atau dengan stimulus dan sulit dihilangkan. Diagnosa CPSP didasarkan pada karakteristik klinis seperti nyeri, allodynia, dan hipersensitivitas terhadap stimulus dingin. Terapi utama CPS
2. Pendahulua
n
Pada studi patologi didapatkan lesi pada thalamus dan posterior limb internal
capsule
Nyeri susah dihilangkan, intolerable pada salah satu sisi tubuh dan tidak
merespon baik terhadap obat analgesic
Karakteristik CPSP adalah nyeri dan abnormal sensoris berkaitan dengan area
otak yang mengalami gangguan
Central Post Stroke Pain (CPSP) merupakan sindroma nyeri neuropatik yang
terjadi setelah serangan stroke
3. Post Stroke
Pain
Nyeri muskuloskleletal sering dilaporkan pada punggung, ekstremitas bawah khususnya
pada hip dan knee
Nyeri bahu pada 30-40% pasien stroke berkaitan oleh adanya gangguan sensoris dan
motoris, subluksasi bahu dan keterbatasan LGS
Bentuk nyeri kronis meliputi, nyeri bahu, CPSP, nyeri spastisitas dan nyeri kepala
Nyeri kronis didapatkan pada pasien stroke sekitar 11-55%
Insiden stroke di eropa pada tahun 2000 sekitar 1.1 juta/tahun dan diprediksikan
meningkat menjadi 1.5 juta/tahun pada tahun 2025
4. Definisi &
Penyebab
Beberapa peneliti
mendiskripsikan CPSP adalah
sindroma nyeri neuropatik
setelah kejadian stroke pada
area tubuh yang berkaitan
dengan area lesi di otak
Pada umumnya CPSP dapat
disebabkan oleh
.
5. Epidemiolo
gi
Hanya sedikit studi epidemiologi
terkait dengan CPSP, didapatkan
prevalensi kejadian CPSP sekitar
1-12% pasien stroke
Pada salah satu studi didapatkan
lebih besar yakni 18%
Sehingga diperlukan pemeriksaan
sensori pada pasien stroke
meskipun gangguan motorik
terlihat lebih nyata
Khususnya pada pasien stroke
dengan usia lanjut dan stroke yang
disertai dengan afasia
6. Tipe nyeri kronis pada
stroke
Pada umumnya
setiap pasien
stroke
mengalami tipe
nyeri yang
kompleks yakni
kombinasi dari
beberapa tipe
nyeri
7% nyeri akibat
sapstisitas. 10%
nyeri kepala,
10% CPSP, 20%
nyeri bahu dan
40% nyeri
muskuloskeletal
7. Karakteristik gejala klinis
CPSP
Nyeri spontan sering dirasakan sebagai rasa terbakar, tertusuk, kaku, seperti diremas dan
kadang dirasakan sebagai nyeri kesetrum
Pada dasarnya nyeri merupakan penghambat aktivitas fungsional pasien meskipun
intensitasnya rendah
Pada beberapa studi dilaporkan kualitas nyeri lebih tinggi pada pasien yang terdapat lesi
pada brainstem dan thalamus
Rerata skala nyeri 3-6
85% dysaesthesia muncul dengan sendirinya
Nyeri CPSP dapat muncul dengan sendirinya ataupun dengan stimulus
Karakteristik klinis seperti halnya tanda gejala yang didapatkan pada nyeri neuropatik baik
tepi ataupun pusat
8. Nyeri disebabkan oleh stimulus seperti
stimulus mekanik dan thermal
(khususnya dingin)
Pada 16 pasien CPSP didapatkan
allodynia pada stimulus dingin 20
derajat
CPSP dapat terjadi pada stroke
haemorrhage ataupun ischemic
Pada salah satu studi didapatkan 13
pasien CPSP setelah intracerebral
haemorrhage
Disimpulkan oleh para peneliti bahwa
potensi terbesar terjadinya CPSP
akibat adanya lesi pada thalamus
10. Patofisiolo
gi
Patofsiologi terjadinya multiple
sclerosis, traumatic brain injury dan
stroke sangat berbeda, namun
mekanisme nyeri yang menyertai tidak
jauh berbeda
Proses transmisi sensoris terhadap
perbedaan suhu ataupun pinprick
melewati traktus spinothalamic
(tubuh) dan traktus trigeminothalamic
Ventro-postero lateral thalamus
merupakan lateral pain system
Memproyeksikan nyeri dari thalamus
ke korteks somatosensory (primer dan
skunder) dan insular
11. Cingulate cortex berkaitan dengan emosi (prilaku)
Medial dan intralaminar thalamus memproyeksikan nyeri ke cingulate cortex
Informasi perbedaan suhu dan nyeri nosiseptif juga diproses pada insular
Korteks somatosensory primer berfungsi sebagai fungsi diskriminatif sensoris nyeri dan
korteks skunder berfungsi merasakan intensitas nyeri
12. Hipersensitisasi
Pusat
Kerusakan pada CNS mengakibatkan
perubahan neurochemical, excitotoxic
dan inflamasi yang dapat
meningkatkan eksitabilitas saraf
Hilangnya saraf inhibitor (GABA) pada
thalamus meng aktivasi microglial
merupakan latar belakang terjadinya
CPSP
Hilangnya inhibisi sehingga
meningkatkan fasilitasi saraf nyeri
menuntun kepada hipersensitisasi
pusat
Banyak ditemukan pada kondisi kronis
13. Terapi
Farmasi
Pendekatan pada CPSP
diberikan beberapa macam
obat memiliki efek samping
yang tidak diinginkan
Tricyclic antidepressant
(amitriptyline) dan anti
convulsan (gabapentine atau
pregabalin) Opoid kadang
juga digunakan sebagai
pendekatan farmasi awal
14. Terapi
Neurostimulation
Terapi neurostimulasi seperti motor cortex
stimulation, deep brain stimulation, transcranial
magnetic stimulation dapat digunakan dalam
terapi CPSP
Latar belakang motor cortex stimulation dalam
menurunkan keluhan CPSP belum sepenuhnya
diketahui, namun beberapa penelitian meng
indikasikan adanya perbaikan aliran darah pada
thalamus
Pada penelitian terbaru didapatkan keberhasilan
terapi selama 1 tahun sebesar 45-50%
Deep brain stimulation dilakukan pada thalamus
(ventral posterior) dan periventricular grey matter
didapatkan efektivitas 25-67%
Repetitive transcranial magnetic stimulation juga
memperlihatkan penurunan keluhan nyeri CPSP
dalam waktu yang relatif lama