SlideShare a Scribd company logo
1 of 79
TRAUMA MEDULA SPINALIS
DEFINISI
• Trauma langsung atau tidak langsung terhadap
medula spinalis yang menyebabkan kerusakan
medula spinalis, meliputi masukan sensoris,
gerakan dari bagian tertentu dari tubuh dan fungsi
involunter seperti pernapasan dapat terganggu
atau hilang sama sekali.
EPIDEMIOLOGI
• Insidens : 30-40 per satu juta penduduk per
tahun. Angka mortalitas diperkirakan 48%
dalam 24 jam pertama dan ±80% meninggal
ditempat kejadian
• Vertebra servikalis memiliki resiko paling
besar dgn level tersering C5, diikuti C4, C6
kemudian T12, L1 dan T10
ANATOMI
1. Collumna vertebralis : cervicalis 7
thoracalis 12
Lumbalis 5
sacralis / sacrum 5
coccygeus 4
Discus intervertebralis
Ligamentum longitudinalis anterior & posterior
Pediculus, lamina
2. Medulla spinalis :
foramen magnum s/d Vertebra L 1
substantia alba & substantia gricea
3. Dermatom
4. Myotom
5. Saraf autonom
PATOFISIOLOGI
• Medula Spinalis dan Radiks dapat rusak
melalui 4 Mekanisme:
1. Kompresi oleh tulang, ligamentum, herniasi
diskus intervertebralis dan hematoma
2. Regangan Jaringan yang berlebihan
3. Edema medula spinalis pasca trauma
4. Gangguan sirkulasi akibat kompresi tulang
• Mekanisme trauma  transfer energi ke korda
spinal, kompresi korda paska trauma yang
persisten.
• Terjadi dalam hitungan detik dan menit setelah
cedera, menyebabkan kematian sel yang
segera, disrupsi aksonal dan vaskuler yang
mempunyai efek yang berkelanjutan.
• Peningkatan produksi radikal bebas dan opioid
endogen, pelepasan yang berlebihan dari
neurotransmittereksitatori dan reaksi inflamasi
sangat berperan penting.
• Defisit neurologis  proses cedera primer dan
sekunder. Sejalan dengan kaskade cedera
berlanjut, kemungkinan penyembuhan
fungsional semakin menurun.
• Intervensi terapeutik sebaiknya tidak ditunda,
pada kebanyakan kasus, window period untuk
intervensi terapeutik dipercaya berkisar dalam
8 jam setelah cedera.
ETIOLOGI
1. Fraktur vertebra/dislokasi
2. Perdarahan epidural/subdural
3. Trauma tembus / Gunshot
4. Trauma tidak langsung
5. Trauma intramedular/kontusio
Mekanisme trauma
1. Hiperekstensi
2. Fleksi
3. Kompresi Aksial
4. Fleksi – Kompresi dan Distraksi Posterior
5. Fleksi Rotasi
6. Translasi Horizontal
DIAGNOSIS
Anamnesa :
- Mekanisme trauma dan onset
- Organ tubuh yang dicurigai terkena trauma
- Gejala yg muncul
- Penatalaksanaan yang dilakukan
Pemeriksaan Fisik :
Types of incomplete injuries
i) Central Cord Syndrome
ii) Anterior Cord Syndrome
iii) Posterior Cord Syndrome
iv) Brown – Sequard Syndrome
v) Cauda Equina Syndrome
i) Central Cord Syndrome :
• Typically in older patients
• Hyperextension injury
• Compression of the cord anteriorly by
osteophytes and posteriorly by ligamentum
flavum
• Also associated with fracture dislocation and
compression fractures
• More centrally situated cervical tracts tend to
be more involved hence
flaccid weakness of arms > legs
• Perianal sensation & some lower extremity
movement and sensation may be preserved
ii) Anterior cord Syndrome:
• Due to flexion / rotation
• Anterior dislocation / compression fracture of
a vertebral body encroaching the ventral canal
• Corticospinal and spinothalamic tracts are
damaged either by direct trauma or ischemia
of blood supply (anterior spinal arteries)
Clinically:
• Loss of power
• Decrease in pain and sensation below lesion
• Dorsal columns remain intact
ii) Posterior Cord Syndrome:
Hyperextension injuries with fractures of
the posterior elements of the vertebrae
Clinically:
• Proprioception affected – ataxia and
faltering gait
• Usually good power and sensation
iv) Brown – Sequard Syndrome:
• Hemi-section of the cord
• Either due to penetrating injuries:
i) stab wounds
ii) gunshot wounds
• Fractures of lateral mass of vertebrae
Clinically:
• Paralysis on affected side (corticospinal)
• Loss of proprioception and fine discrimination
(dorsal columns)
• Pain and temperature loss on the opposite side
below the lesion (spinothalamic)
v) Cauda Equina Syndrome:
• Due to bony compression or disc protrusions
in lumbar or sacral region
Clinically
• Non specific symptoms – back pain
- bowel and bladder dysfunction
- leg numbness and weakness
- saddle parasthesia
High cervical injuries (C3 and above)
• Motor and sensory deficits involve the entire
arms and legs
• Dependent on mechanical ventilation for
breathing (diaphragm is innervated by C3-C5
levels)
Midcervical injuries (C3-C5)
• Varying degrees of diaphragm dysfunction
• Usually need ventilatory assistance in the
acute phase
• Shock
Low cervical injuries (C6-T1)
• Usually able to breathe, although occasionally
cord swelling can lead to temporary C3-C5
involvement (need mechanical ventilation)
• The level can be determined by physical exam
Thoracic injuries (T2-L1)
• Paraparesis or paraplegia
• UMN (upper motor neuron) signs
Difference between spinal shock and
neurogenic shock
• Spinal shock is mainly a loss of reflexes
(flaccid paralysis)
• Neurogenic shock is mainly hypotension and
bradycardia due to loss of sympathetic tone
Neurogenic shock
• Seen in cervical injuries
• Due to interruption of the sympathetic input
from hypothalamus to the cardiovascular
centers
• Hallmark: hypotension (due to vasodilation,
due to loss of sympathetic tonic input) is
associated with bradycardia (not tachycardia,
the usual response), due to inability to convey
the information to the vasomotor centers in the
spinal cord
RADIOLOGY
Spine plain foto
Cervical spine
• Sensitivity and specificity < 90%
• Include skull base and T1  swimmer’s view
attention to three lines :
- posterior vertebral body line
- anterior vertebral body line
- spinolaminar line
narrower canal  represent injury
Thoracolumbar spine
• Commonly injured T12 – L1 level
• Distance between pedicle  evaluated transverse processes and ribs
for fracture
• AP / Lateral
• Defisit neurologic finding  MRI
Lumbar spine
• Injuries forces in fall
• Spinal cord ends at the L1 to L2 level 
Injuries to conus medularis and cauda equina
• Canal spinalis compression, conus medularis
and cauda equina syndrome  MRI +
myelografi
MRI
• Hampir tidak pernah digunakan pada kasus
trauma
Kecuali : cauda equina syndrome
• Sensitifitas tinggi untuk tumor dan jaringan
lunak (misal : HNP)
PENATALAKSANAAN
• Mayoritas pasien dengan cedera medula
spinalis disertai dengan cedera bersamaan pada
kepala, dada, abdomen, pelvis dan ekstremitas
–hanya sekitar 40% cedera medula spinalis
yang terisolasi.
• Penatalaksanaan awal berlangsung seperti
pasien trauma pada umumnya yang meliputi
survei primer dan survei sekunder
Protokol terapi yang direkomendasikan
berdasarkan pada 3 hal yang penting :
• Pertama hipoksia dan iskemia di lokasi lesi
medula spinalis sebaiknya diminimalisir
dengan mengendalikan status hemodinamik
dan oksigenasi.
Maintain hemodinamik dengan cairan intravena
2L dan beri oksigen dengan masker non-rebreathing.
Neurogenik shock  resusitasi + sulfas atropin
Spinal shock  methyl prednisolon
• Kedua pencegahan cedera sekunder dengan
intervensi farmakologis seperti pemberian
metilprednisolon dalam 8 jam setelah kejadian
– Pasien sebaiknya diberikan metilprednisolon
dengan dosis bolus 30mg/kg berat badan diikuti
dengan dosis pemeliharaan 5,4mg/kg berat badan
per jam selama 23 jam atau 48 jam secara
intravena
• Ketiga, begitu cedera medula spinalis dicurigai,
tulang belakang harus diimobilisasi untuk
mencegah cedera neurologis yang lebih lanjut.
> Guideline: screening pasien dengan kecurigaan spinal injury
1. Didapatkannya paraplegia atau quadriplegia diasumsikan adanya
spinal instability.
2. Pasien yang sadar, alert dan neurologis normal posisi supine,
lepaskan cervical collar dan palpasi spine, jika tidak ada nyeri
tekan yang signifikan, pasien diminta menggerakkan leher ke kiri
dan ke kanan. Never force the patient neck
if there is no pain,c-spine film not necessary
3. Pasien yang sadar, alert dan neurologis normal, kooperatif, tetapi
terdapat nyeri tekan pada midline dan nyeri leher  cervical x-ray
4. Pasien dengan penurunan kesadaran atau terlalu muda untuk
menggambarkan keluahannya
5. Jika ragu, biarkan collar tetap terpasang
6. Pasien dengan defisit neurologis harus dievaluasi secepatnya dan
segera dipindahkan dari backboard  bahaya decubitus
Initial Management
Airway and c-spine control
• Jaw thrust
• Immobilization
– Rigid collar neck
• Maintain oxygenation
– O2 non rebreathing mask
– If intubation is needed, do NOT move the neck
Breathing and ventilation
– Chest physical examination : inspection, palpation, percusion,
auskultation
– Oxygen saturation
Circulation and control haemorrage
• Prevent hypotension
- Fluids to replace losses; do not overhydrate
– Pressors: Dopamine, norephynephrin
• Foley kateter
- Urinary retention is common
Disability
– GCS
– Light reflek both eyes and diameter of pupil
Exposure
- injury mark from head to toe
– Long Spine board
– Log-roll to turn
• Methylprednisolone
Only if started within 8 hours of injury
- Onset trauma < 3 jam
methylprednisolon 30 mg/kgbb IV bolus ( 15
menit) tunggu 45 menit setelah itu lanjutkan
dengan infus methylprednisolon selama 23 jam
dengan dosis 5,4 mg/kgbb/jam
- Onset trauma 3-8 jam
methylprednisolon 30 mg/kgbb IV bolus ( 15
menit) tunggu 45 menit setelah itu lanjutkan
dengan infus methylprednisolon selama 47 jam
dengan dosis 5,4 mg/kgbb/jam
Rujuk
• Indikasi : bila tak stabil / defisit neurologik
• Jangan menunda
• Immobilisasi yang baik
• Resusitasi pernafasan bila perlu
• Medical record / Pencatatan
REFERENSI
• Brian T jankowitz, william c. welch, and william F. donaldson.injuries to the spinal
cord spinal column. The trauma manual : trauma and acute care surgery. Printed in
philadelphia, USA. 2008 (18): 145 – 164
• Bracken MB, Holford TR. Effect of timing of methylprednisolone or naloxone
administration on recoveryof segmental and long tract neurologic function in
NASCIS 2. J. neurosurg 1993;79;500-507
• Daniel H kim, steven c. ludwig, alexander R. vaccaro, jae-chil chang. Physical
examination in spinal trauma. Atlas of Spine Trauma adult and pediatric. Printed in
china 2008 (4): 28-37
• American college of surgeons committee on trauma. Advanced trauma life support.
Chicago III: american college of surgeons;2007
Early versus Delayed Decompression for
Traumatic
Cervical Spinal Cord Injury: Results of the
Surgical Timing
in Acute Spinal Cord Injury Study (STASCIS)
Michael G. Fehlings1*, Alexander Vaccaro2, Jefferson R. Wilson1, Anoushka Singh1, David W.
Cadotte1,
James S. Harrop2, Bizhan Aarabi3, Christopher Shaffrey4, Marcel Dvorak5, Charles Fisher5, Paul
Arnold6,
Eric M. Massicotte1, Stephen Lewis1, Raja Rampersaud1
PENDAHULUAN
• Prevalensi cedera traumatis sumsum tulang belakang di
berbagai belahan dunia sebesar 750 per 1.000.000 dimana
insidensinya tampak mulai tejadi peningkatan
• Mengingat besarnya dampak cedera sumsum tulang belakang
ini pada masyarakat, jelas bahwa dibutuhkan terapi yang
efektif yang bertujuan untuk mengurangi kerusakan jaringan
yang lebih luas dan menunjukkan perbaikan hasil neurologis
setelah trauma sumsum tulang belakang
• Dari konsep patofisiologi cedera sumsum tulang belakang,
menunjukkan bahwa ada mekanisme cedera primer dan
sekunder yang menyebabkan cedera neurologis
• Bukti laboratorium mendukung teori yang ada bahwa operasi
dekompresi sumsum tulang post SCI menunjukkan
mekanisme cedera sekunder dan perbaikan neurologis
• Selanjutnya efek neuroprotektif berbanding terbalik
bervariasi dengan waktu terjadinya cedera dekompresi
• Studi ini telah dituangkan kedalam hipotesis klinis bahwa
mereka yang menjalani operasi pada beberapa waktu setelah
terjadinya cedera akan mengalami kerusakan neurologis yang
lebih sedikit dan menunjukkan hasil klinis yang baik sebagai
perbandingan terhadap pasien yang dilakukan terapi
konservatif atau penundaan operasi
METODE
• Kami melakukan studi multicenter, Kohort prospektif yang
melibatkan 6 lembaga rumah sakit di seluruh Amerika Utara:
1) University of Toronto, Toronto, Ontario, Kanada 2)
Universitas Thomas Jefferson, Philadelphia, PN, USA 3)
Universitas Virginia, Charlottesville, VA, USA 4) University of
Maryland, Baltimore, MD, USA 5) University of British
Columbia, Vancouver, British Columbia, Kanada; 6) University
of Kansas, Kansas City, KS, USA
• Pendataan pasien dimulai pada bulan Agustus 2002 dan
berakhir pada September 2009
• Penilaian ASIA dilakukan dalam 24 jam pada semua subyek
• Hasil perhitungan primer yang menarik adalah adanya perubahan
grade AIS pada follow-up yang dilakukan selama 6 bulan. Follow-up
yang dilakukan selama 6 bulan ini merupakan rekomendasi yang
digunakan dalam NASCIS dan Uji Sygen serta penelitian alam
sebelumnya yang menunjukkan bahwa mayoritas pemulihan
neurologis terjadi selama periode ini
• Setelah dilakukan pendataan, pasien yang dipisahkan dalam
kategori operasi dekompresi dini (<24 jam setelah cedera) atau
lambat (>24 jam setelah cedera)
• Pada keseluruhan kasus, dekompresi ini dilakukan dengan
instrumented fusion procedure
• Terpisah dari manajemen operasi, semua pasien menerima
terapi medis penunjang berdasarkan guidelines 2002 dari
American Association of Neurological Surgeons cervical SCI.
dimana membolehkan terapi permisif atau induksi hipertensi
(tekanan darah rata-rata >85mmHg)
• Metilprednisolon digunakan oleh tim berdasarkan
rekomendasi studi NASCIS-2
HASIL
• Skrining dilakukan pada 470 pasien dimana sejumlah 313
pasien termasuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi
• Dari 313 peserta studi, 182 pasien menjalani operasi kurang
dari 24 jam post SCI dan termasuk studi Kohort operasi dini
• Sisanya 131 pasien menjalani operasi pada atau setelah 24
jam post SCI dan termasuk studi Kohort operasi lambat
• Pada kedua kelompok ini dilakukan follow-up secara
prospektif selama 6 bulan post terjadinya cedera
• Selama masa penelitian, 5 pasien meninggal dan 86 pasien
yang tidak terfollow-up, tersisa 222 populasi penelitian
• Dalam kelompok operasi dini, 4 pasien meninggal dan 47 tidak
ter-followup, sehingga tersisa 131 pasien yang dilakukan
follow up
• Pada kelompok operasi lambat 1 pasien meninggal dan 39
tidak terfollow-up, sehingga tersisa 91 pasien
• Pada kelompok operasi dini, rata-rata waktu operasi sekitar
14,2 (±5,4) jam dan kelompok bedah lambat sekitar 48,3
(±29,3) jam (p, 0,01)
DISKUSI
• STASCIS merupakan studi prospektif multicenter terbesar yang
membandingkan operasi dekompresi dini vs operasi dekompresi
lambat dalam kasus cedera akut traumatis sumsum tulang belakang
• Hasil analisis menunjukkan perbedaan yang signifikan, pada
kelompok operasi dini, ditemukan adanya pemulihan pasien
sedikitnya 2 grade AIS selama 6 bulan follow-up
• Analisis regresi multivariat, dikondisikan untuk status neurologis
preoperatif dan pemberian steroid, menunjukkan pasien yang
dilakukan operasi bedah dini lebih banyak terjadi peningkatan
sedikitnya 2 grade AIS selama follow-up
KESIMPULAN
• Dalam penelitian ini, operasi dekompresi sebelum 24 jam post
SCI dilakukan dengan aman dan tampak adanya perbaikan
hasil neurologis, setidaknya ada perbaikan AIS sebanyak 2
grade selama 6 bulan follow-up

More Related Content

Similar to Trauma Medula Spinalis dan Penatalaksanaannya

Bab 8 kecederaan bahagian atas tubuh
Bab 8 kecederaan bahagian atas tubuhBab 8 kecederaan bahagian atas tubuh
Bab 8 kecederaan bahagian atas tubuhkhairul azlan taib
 
Manajemen pasien stupor dan koma
Manajemen pasien stupor dan komaManajemen pasien stupor dan koma
Manajemen pasien stupor dan komaJuin Siswanto
 
Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1FadhilAulia7
 
STROKE1.pptx
STROKE1.pptxSTROKE1.pptx
STROKE1.pptxcasn20211
 
Trauma leher dan tulang belakang
Trauma leher dan tulang belakangTrauma leher dan tulang belakang
Trauma leher dan tulang belakangIrfan Hakim
 
Aspek elektroneurofisiologis erb dan klumpke palsy
Aspek elektroneurofisiologis erb dan klumpke palsyAspek elektroneurofisiologis erb dan klumpke palsy
Aspek elektroneurofisiologis erb dan klumpke palsyDenis Siregar
 
ppt stroke pekerti.pptx
ppt stroke pekerti.pptxppt stroke pekerti.pptx
ppt stroke pekerti.pptxdyahuntari1
 
Laporan Kasus EDH Anggi.pptx
Laporan Kasus EDH Anggi.pptxLaporan Kasus EDH Anggi.pptx
Laporan Kasus EDH Anggi.pptxAnggiOsvianty
 
Penanganan cedera_tumpul_abdomen
Penanganan  cedera_tumpul_abdomenPenanganan  cedera_tumpul_abdomen
Penanganan cedera_tumpul_abdomenQumairy Lutfiyah
 
Asuhan keperawatan pada trauma medula spinalis
Asuhan keperawatan pada trauma medula spinalisAsuhan keperawatan pada trauma medula spinalis
Asuhan keperawatan pada trauma medula spinalisardiners
 

Similar to Trauma Medula Spinalis dan Penatalaksanaannya (20)

Bab 8 kecederaan bahagian atas tubuh
Bab 8 kecederaan bahagian atas tubuhBab 8 kecederaan bahagian atas tubuh
Bab 8 kecederaan bahagian atas tubuh
 
Stroke hemoragik
Stroke hemoragikStroke hemoragik
Stroke hemoragik
 
Manajemen pasien stupor dan koma
Manajemen pasien stupor dan komaManajemen pasien stupor dan koma
Manajemen pasien stupor dan koma
 
Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1
 
Kgd trauma spinal
Kgd trauma spinalKgd trauma spinal
Kgd trauma spinal
 
Gadar ''trauma spinal'' AKPER PEMKAB MUNA
Gadar ''trauma spinal'' AKPER PEMKAB MUNA Gadar ''trauma spinal'' AKPER PEMKAB MUNA
Gadar ''trauma spinal'' AKPER PEMKAB MUNA
 
Herniasi Otak
Herniasi OtakHerniasi Otak
Herniasi Otak
 
STROKE1.pptx
STROKE1.pptxSTROKE1.pptx
STROKE1.pptx
 
Trauma leher dan tulang belakang
Trauma leher dan tulang belakangTrauma leher dan tulang belakang
Trauma leher dan tulang belakang
 
Aspek elektroneurofisiologis erb dan klumpke palsy
Aspek elektroneurofisiologis erb dan klumpke palsyAspek elektroneurofisiologis erb dan klumpke palsy
Aspek elektroneurofisiologis erb dan klumpke palsy
 
TBI.pptx
TBI.pptxTBI.pptx
TBI.pptx
 
ppt stroke pekerti.pptx
ppt stroke pekerti.pptxppt stroke pekerti.pptx
ppt stroke pekerti.pptx
 
6.trauma tulang belakang
6.trauma tulang belakang6.trauma tulang belakang
6.trauma tulang belakang
 
Laporan Kasus EDH Anggi.pptx
Laporan Kasus EDH Anggi.pptxLaporan Kasus EDH Anggi.pptx
Laporan Kasus EDH Anggi.pptx
 
Trauma kepala
Trauma kepalaTrauma kepala
Trauma kepala
 
KECEDERAAN SPINAL
KECEDERAAN SPINALKECEDERAAN SPINAL
KECEDERAAN SPINAL
 
Ppt sci
Ppt sciPpt sci
Ppt sci
 
Penanganan cedera_tumpul_abdomen
Penanganan  cedera_tumpul_abdomenPenanganan  cedera_tumpul_abdomen
Penanganan cedera_tumpul_abdomen
 
Asuhan keperawatan pada trauma medula spinalis
Asuhan keperawatan pada trauma medula spinalisAsuhan keperawatan pada trauma medula spinalis
Asuhan keperawatan pada trauma medula spinalis
 
Kejang Demam
Kejang DemamKejang Demam
Kejang Demam
 

Recently uploaded

Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 

Recently uploaded (20)

Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 

Trauma Medula Spinalis dan Penatalaksanaannya

  • 2. DEFINISI • Trauma langsung atau tidak langsung terhadap medula spinalis yang menyebabkan kerusakan medula spinalis, meliputi masukan sensoris, gerakan dari bagian tertentu dari tubuh dan fungsi involunter seperti pernapasan dapat terganggu atau hilang sama sekali.
  • 3. EPIDEMIOLOGI • Insidens : 30-40 per satu juta penduduk per tahun. Angka mortalitas diperkirakan 48% dalam 24 jam pertama dan ±80% meninggal ditempat kejadian • Vertebra servikalis memiliki resiko paling besar dgn level tersering C5, diikuti C4, C6 kemudian T12, L1 dan T10
  • 4. ANATOMI 1. Collumna vertebralis : cervicalis 7 thoracalis 12 Lumbalis 5 sacralis / sacrum 5 coccygeus 4 Discus intervertebralis Ligamentum longitudinalis anterior & posterior Pediculus, lamina
  • 5. 2. Medulla spinalis : foramen magnum s/d Vertebra L 1 substantia alba & substantia gricea 3. Dermatom 4. Myotom 5. Saraf autonom
  • 6.
  • 7.
  • 8.
  • 9.
  • 10.
  • 11. PATOFISIOLOGI • Medula Spinalis dan Radiks dapat rusak melalui 4 Mekanisme: 1. Kompresi oleh tulang, ligamentum, herniasi diskus intervertebralis dan hematoma 2. Regangan Jaringan yang berlebihan 3. Edema medula spinalis pasca trauma 4. Gangguan sirkulasi akibat kompresi tulang
  • 12. • Mekanisme trauma  transfer energi ke korda spinal, kompresi korda paska trauma yang persisten. • Terjadi dalam hitungan detik dan menit setelah cedera, menyebabkan kematian sel yang segera, disrupsi aksonal dan vaskuler yang mempunyai efek yang berkelanjutan.
  • 13. • Peningkatan produksi radikal bebas dan opioid endogen, pelepasan yang berlebihan dari neurotransmittereksitatori dan reaksi inflamasi sangat berperan penting. • Defisit neurologis  proses cedera primer dan sekunder. Sejalan dengan kaskade cedera berlanjut, kemungkinan penyembuhan fungsional semakin menurun.
  • 14. • Intervensi terapeutik sebaiknya tidak ditunda, pada kebanyakan kasus, window period untuk intervensi terapeutik dipercaya berkisar dalam 8 jam setelah cedera.
  • 15. ETIOLOGI 1. Fraktur vertebra/dislokasi 2. Perdarahan epidural/subdural 3. Trauma tembus / Gunshot 4. Trauma tidak langsung 5. Trauma intramedular/kontusio
  • 16. Mekanisme trauma 1. Hiperekstensi 2. Fleksi 3. Kompresi Aksial 4. Fleksi – Kompresi dan Distraksi Posterior 5. Fleksi Rotasi 6. Translasi Horizontal
  • 17.
  • 18. DIAGNOSIS Anamnesa : - Mekanisme trauma dan onset - Organ tubuh yang dicurigai terkena trauma - Gejala yg muncul - Penatalaksanaan yang dilakukan Pemeriksaan Fisik :
  • 19.
  • 20.
  • 21.
  • 22.
  • 23.
  • 24. Types of incomplete injuries i) Central Cord Syndrome ii) Anterior Cord Syndrome iii) Posterior Cord Syndrome iv) Brown – Sequard Syndrome v) Cauda Equina Syndrome
  • 25. i) Central Cord Syndrome : • Typically in older patients • Hyperextension injury • Compression of the cord anteriorly by osteophytes and posteriorly by ligamentum flavum
  • 26. • Also associated with fracture dislocation and compression fractures • More centrally situated cervical tracts tend to be more involved hence flaccid weakness of arms > legs • Perianal sensation & some lower extremity movement and sensation may be preserved
  • 27.
  • 28. ii) Anterior cord Syndrome: • Due to flexion / rotation • Anterior dislocation / compression fracture of a vertebral body encroaching the ventral canal • Corticospinal and spinothalamic tracts are damaged either by direct trauma or ischemia of blood supply (anterior spinal arteries)
  • 29. Clinically: • Loss of power • Decrease in pain and sensation below lesion • Dorsal columns remain intact
  • 30.
  • 31. ii) Posterior Cord Syndrome: Hyperextension injuries with fractures of the posterior elements of the vertebrae Clinically: • Proprioception affected – ataxia and faltering gait • Usually good power and sensation
  • 32.
  • 33. iv) Brown – Sequard Syndrome: • Hemi-section of the cord • Either due to penetrating injuries: i) stab wounds ii) gunshot wounds • Fractures of lateral mass of vertebrae
  • 34. Clinically: • Paralysis on affected side (corticospinal) • Loss of proprioception and fine discrimination (dorsal columns) • Pain and temperature loss on the opposite side below the lesion (spinothalamic)
  • 35.
  • 36. v) Cauda Equina Syndrome: • Due to bony compression or disc protrusions in lumbar or sacral region Clinically • Non specific symptoms – back pain - bowel and bladder dysfunction - leg numbness and weakness - saddle parasthesia
  • 37. High cervical injuries (C3 and above) • Motor and sensory deficits involve the entire arms and legs • Dependent on mechanical ventilation for breathing (diaphragm is innervated by C3-C5 levels)
  • 38. Midcervical injuries (C3-C5) • Varying degrees of diaphragm dysfunction • Usually need ventilatory assistance in the acute phase • Shock
  • 39. Low cervical injuries (C6-T1) • Usually able to breathe, although occasionally cord swelling can lead to temporary C3-C5 involvement (need mechanical ventilation) • The level can be determined by physical exam
  • 40. Thoracic injuries (T2-L1) • Paraparesis or paraplegia • UMN (upper motor neuron) signs
  • 41. Difference between spinal shock and neurogenic shock • Spinal shock is mainly a loss of reflexes (flaccid paralysis) • Neurogenic shock is mainly hypotension and bradycardia due to loss of sympathetic tone
  • 42. Neurogenic shock • Seen in cervical injuries • Due to interruption of the sympathetic input from hypothalamus to the cardiovascular centers • Hallmark: hypotension (due to vasodilation, due to loss of sympathetic tonic input) is associated with bradycardia (not tachycardia, the usual response), due to inability to convey the information to the vasomotor centers in the spinal cord
  • 43. RADIOLOGY Spine plain foto Cervical spine • Sensitivity and specificity < 90% • Include skull base and T1  swimmer’s view attention to three lines : - posterior vertebral body line - anterior vertebral body line - spinolaminar line narrower canal  represent injury Thoracolumbar spine • Commonly injured T12 – L1 level • Distance between pedicle  evaluated transverse processes and ribs for fracture • AP / Lateral • Defisit neurologic finding  MRI
  • 44. Lumbar spine • Injuries forces in fall • Spinal cord ends at the L1 to L2 level  Injuries to conus medularis and cauda equina • Canal spinalis compression, conus medularis and cauda equina syndrome  MRI + myelografi
  • 45. MRI • Hampir tidak pernah digunakan pada kasus trauma Kecuali : cauda equina syndrome • Sensitifitas tinggi untuk tumor dan jaringan lunak (misal : HNP)
  • 46. PENATALAKSANAAN • Mayoritas pasien dengan cedera medula spinalis disertai dengan cedera bersamaan pada kepala, dada, abdomen, pelvis dan ekstremitas –hanya sekitar 40% cedera medula spinalis yang terisolasi. • Penatalaksanaan awal berlangsung seperti pasien trauma pada umumnya yang meliputi survei primer dan survei sekunder
  • 47. Protokol terapi yang direkomendasikan berdasarkan pada 3 hal yang penting : • Pertama hipoksia dan iskemia di lokasi lesi medula spinalis sebaiknya diminimalisir dengan mengendalikan status hemodinamik dan oksigenasi. Maintain hemodinamik dengan cairan intravena 2L dan beri oksigen dengan masker non-rebreathing. Neurogenik shock  resusitasi + sulfas atropin Spinal shock  methyl prednisolon
  • 48. • Kedua pencegahan cedera sekunder dengan intervensi farmakologis seperti pemberian metilprednisolon dalam 8 jam setelah kejadian – Pasien sebaiknya diberikan metilprednisolon dengan dosis bolus 30mg/kg berat badan diikuti dengan dosis pemeliharaan 5,4mg/kg berat badan per jam selama 23 jam atau 48 jam secara intravena
  • 49. • Ketiga, begitu cedera medula spinalis dicurigai, tulang belakang harus diimobilisasi untuk mencegah cedera neurologis yang lebih lanjut.
  • 50. > Guideline: screening pasien dengan kecurigaan spinal injury 1. Didapatkannya paraplegia atau quadriplegia diasumsikan adanya spinal instability. 2. Pasien yang sadar, alert dan neurologis normal posisi supine, lepaskan cervical collar dan palpasi spine, jika tidak ada nyeri tekan yang signifikan, pasien diminta menggerakkan leher ke kiri dan ke kanan. Never force the patient neck if there is no pain,c-spine film not necessary 3. Pasien yang sadar, alert dan neurologis normal, kooperatif, tetapi terdapat nyeri tekan pada midline dan nyeri leher  cervical x-ray 4. Pasien dengan penurunan kesadaran atau terlalu muda untuk menggambarkan keluahannya 5. Jika ragu, biarkan collar tetap terpasang 6. Pasien dengan defisit neurologis harus dievaluasi secepatnya dan segera dipindahkan dari backboard  bahaya decubitus
  • 51. Initial Management Airway and c-spine control • Jaw thrust • Immobilization – Rigid collar neck • Maintain oxygenation – O2 non rebreathing mask – If intubation is needed, do NOT move the neck
  • 52. Breathing and ventilation – Chest physical examination : inspection, palpation, percusion, auskultation – Oxygen saturation Circulation and control haemorrage • Prevent hypotension - Fluids to replace losses; do not overhydrate – Pressors: Dopamine, norephynephrin • Foley kateter - Urinary retention is common
  • 53. Disability – GCS – Light reflek both eyes and diameter of pupil Exposure - injury mark from head to toe – Long Spine board – Log-roll to turn
  • 54.
  • 55. • Methylprednisolone Only if started within 8 hours of injury - Onset trauma < 3 jam methylprednisolon 30 mg/kgbb IV bolus ( 15 menit) tunggu 45 menit setelah itu lanjutkan dengan infus methylprednisolon selama 23 jam dengan dosis 5,4 mg/kgbb/jam - Onset trauma 3-8 jam methylprednisolon 30 mg/kgbb IV bolus ( 15 menit) tunggu 45 menit setelah itu lanjutkan dengan infus methylprednisolon selama 47 jam dengan dosis 5,4 mg/kgbb/jam
  • 56. Rujuk • Indikasi : bila tak stabil / defisit neurologik • Jangan menunda • Immobilisasi yang baik • Resusitasi pernafasan bila perlu • Medical record / Pencatatan
  • 57.
  • 58. REFERENSI • Brian T jankowitz, william c. welch, and william F. donaldson.injuries to the spinal cord spinal column. The trauma manual : trauma and acute care surgery. Printed in philadelphia, USA. 2008 (18): 145 – 164 • Bracken MB, Holford TR. Effect of timing of methylprednisolone or naloxone administration on recoveryof segmental and long tract neurologic function in NASCIS 2. J. neurosurg 1993;79;500-507 • Daniel H kim, steven c. ludwig, alexander R. vaccaro, jae-chil chang. Physical examination in spinal trauma. Atlas of Spine Trauma adult and pediatric. Printed in china 2008 (4): 28-37 • American college of surgeons committee on trauma. Advanced trauma life support. Chicago III: american college of surgeons;2007
  • 59. Early versus Delayed Decompression for Traumatic Cervical Spinal Cord Injury: Results of the Surgical Timing in Acute Spinal Cord Injury Study (STASCIS) Michael G. Fehlings1*, Alexander Vaccaro2, Jefferson R. Wilson1, Anoushka Singh1, David W. Cadotte1, James S. Harrop2, Bizhan Aarabi3, Christopher Shaffrey4, Marcel Dvorak5, Charles Fisher5, Paul Arnold6, Eric M. Massicotte1, Stephen Lewis1, Raja Rampersaud1
  • 60. PENDAHULUAN • Prevalensi cedera traumatis sumsum tulang belakang di berbagai belahan dunia sebesar 750 per 1.000.000 dimana insidensinya tampak mulai tejadi peningkatan • Mengingat besarnya dampak cedera sumsum tulang belakang ini pada masyarakat, jelas bahwa dibutuhkan terapi yang efektif yang bertujuan untuk mengurangi kerusakan jaringan yang lebih luas dan menunjukkan perbaikan hasil neurologis setelah trauma sumsum tulang belakang
  • 61. • Dari konsep patofisiologi cedera sumsum tulang belakang, menunjukkan bahwa ada mekanisme cedera primer dan sekunder yang menyebabkan cedera neurologis • Bukti laboratorium mendukung teori yang ada bahwa operasi dekompresi sumsum tulang post SCI menunjukkan mekanisme cedera sekunder dan perbaikan neurologis • Selanjutnya efek neuroprotektif berbanding terbalik bervariasi dengan waktu terjadinya cedera dekompresi
  • 62. • Studi ini telah dituangkan kedalam hipotesis klinis bahwa mereka yang menjalani operasi pada beberapa waktu setelah terjadinya cedera akan mengalami kerusakan neurologis yang lebih sedikit dan menunjukkan hasil klinis yang baik sebagai perbandingan terhadap pasien yang dilakukan terapi konservatif atau penundaan operasi
  • 63. METODE • Kami melakukan studi multicenter, Kohort prospektif yang melibatkan 6 lembaga rumah sakit di seluruh Amerika Utara: 1) University of Toronto, Toronto, Ontario, Kanada 2) Universitas Thomas Jefferson, Philadelphia, PN, USA 3) Universitas Virginia, Charlottesville, VA, USA 4) University of Maryland, Baltimore, MD, USA 5) University of British Columbia, Vancouver, British Columbia, Kanada; 6) University of Kansas, Kansas City, KS, USA • Pendataan pasien dimulai pada bulan Agustus 2002 dan berakhir pada September 2009
  • 64.
  • 65. • Penilaian ASIA dilakukan dalam 24 jam pada semua subyek • Hasil perhitungan primer yang menarik adalah adanya perubahan grade AIS pada follow-up yang dilakukan selama 6 bulan. Follow-up yang dilakukan selama 6 bulan ini merupakan rekomendasi yang digunakan dalam NASCIS dan Uji Sygen serta penelitian alam sebelumnya yang menunjukkan bahwa mayoritas pemulihan neurologis terjadi selama periode ini • Setelah dilakukan pendataan, pasien yang dipisahkan dalam kategori operasi dekompresi dini (<24 jam setelah cedera) atau lambat (>24 jam setelah cedera)
  • 66. • Pada keseluruhan kasus, dekompresi ini dilakukan dengan instrumented fusion procedure • Terpisah dari manajemen operasi, semua pasien menerima terapi medis penunjang berdasarkan guidelines 2002 dari American Association of Neurological Surgeons cervical SCI. dimana membolehkan terapi permisif atau induksi hipertensi (tekanan darah rata-rata >85mmHg) • Metilprednisolon digunakan oleh tim berdasarkan rekomendasi studi NASCIS-2
  • 67. HASIL • Skrining dilakukan pada 470 pasien dimana sejumlah 313 pasien termasuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi • Dari 313 peserta studi, 182 pasien menjalani operasi kurang dari 24 jam post SCI dan termasuk studi Kohort operasi dini • Sisanya 131 pasien menjalani operasi pada atau setelah 24 jam post SCI dan termasuk studi Kohort operasi lambat
  • 68. • Pada kedua kelompok ini dilakukan follow-up secara prospektif selama 6 bulan post terjadinya cedera • Selama masa penelitian, 5 pasien meninggal dan 86 pasien yang tidak terfollow-up, tersisa 222 populasi penelitian • Dalam kelompok operasi dini, 4 pasien meninggal dan 47 tidak ter-followup, sehingga tersisa 131 pasien yang dilakukan follow up • Pada kelompok operasi lambat 1 pasien meninggal dan 39 tidak terfollow-up, sehingga tersisa 91 pasien • Pada kelompok operasi dini, rata-rata waktu operasi sekitar 14,2 (±5,4) jam dan kelompok bedah lambat sekitar 48,3 (±29,3) jam (p, 0,01)
  • 69.
  • 70.
  • 71.
  • 72.
  • 73.
  • 74.
  • 75.
  • 76.
  • 77.
  • 78. DISKUSI • STASCIS merupakan studi prospektif multicenter terbesar yang membandingkan operasi dekompresi dini vs operasi dekompresi lambat dalam kasus cedera akut traumatis sumsum tulang belakang • Hasil analisis menunjukkan perbedaan yang signifikan, pada kelompok operasi dini, ditemukan adanya pemulihan pasien sedikitnya 2 grade AIS selama 6 bulan follow-up • Analisis regresi multivariat, dikondisikan untuk status neurologis preoperatif dan pemberian steroid, menunjukkan pasien yang dilakukan operasi bedah dini lebih banyak terjadi peningkatan sedikitnya 2 grade AIS selama follow-up
  • 79. KESIMPULAN • Dalam penelitian ini, operasi dekompresi sebelum 24 jam post SCI dilakukan dengan aman dan tampak adanya perbaikan hasil neurologis, setidaknya ada perbaikan AIS sebanyak 2 grade selama 6 bulan follow-up