Dokumen tersebut membahas tentang kegawatdaruratan pada sistem persarafan trauma kepala dan cedera spinal, termasuk gejala, penyebab, diagnostik, dan penatalaksanaannya.
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
TRAUMASPI
1. K E L O M P O K 1
Kegawatdaruratan pada Sistem
Persyarafan Trauma Kepala &
Cedera Spinal
2. keadaan gawat darurat adalah suatu kondisi
dimana berdasarkan respondari pasien, keluarga
pasien, atau siapapun yang berpendapat pentingnya
membawa pasien ke rumah sakit untuk diberi
perhatian/tindakan medis dengan segera. Penderita
gawat darurat adalah penderita oleh karena suatu
penyebab (penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan
anestesi) yang bila tidak segera ditolong akan
mengalami cacat, kehilangan organ tubuh atau
meninggal (Sudjito, 2007).
3. Kegawatdaruratan pada Trauma Kepala
Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu
ruda paksa (trauma) yang menimpa struktur kepala
sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan
atau gangguan fungsional jaringan otak
(Sastrodiningrat, 2009).
4. Cedera kepala
Untuk rujukan penderita cedera kepala, perlu dicatat
informasi penting berikut ini :
penderita, waktu dan mekanisme cedera ( MIST )
Status Respiratorik dan Kardiovaskular ( Trauma Tekanan
Darah )
Pemeriksaan Mini Neurologis ( GCS ) dan reaksi cahaya
pupil mata.
Adanya cedera penyerta serta jenis cedera penyerta
5. Cedera kepala
Jenis Trauma
1) Fraktur
2) Luka memar (kontosio)
3) Cedera kepala ringan (Komosio)
4) Laserasi (luka robek atau koyak
5) Abrasi
6) Avulsi
6. Cedera kepala
Cedera kepala diklarifikasi menjadi 3 hal yaitu:
a. mekanisme cedera kepala,
b. Berat ringannya cedera kepala,
c. Morfologi cedera kepala
10. Cedera kepala
Penatalaksanaan
1) Angkat klien dengan papan datar untuk
mempertahankan posisi kepala dan leher sejajar.
2) Traksi ringan pada kepala
3) Kolar servikal
4) Terapi untuk mempertahankan homeostasis otak dan
mencehag kerusakan ota
5) Tindakan terhadappeningkatan TIK
6) Tindakan pendukung yang lain,yaitu:
Pemantauan ventilasi
Pencegahan kejang
Pemantauan cairan dan elektrolit
Keseimbangan nutrisi
12. Kegawatdaruratan pada cedera spinal
Trauma spinal adalah cedera pada sumsum
tulang belakang (medulla spinalis), dengan atau tanpa
kerusakan tulang belakang. Kerusakan medulla
spinalis dapat mengganggu fungsi pergerakan
(motoric), perasaan (sensorik) dan fungsi alat dalam
(otonom).
13. Cedera spinal
Trauma medula spinalis adalah suatu kerusakan
fungsi neurologis yang disesbabkan oleh benturan
pada daerah medula spinalis (brunner & suddrath,
2001). Trauma medula spinalis adalah kerusakan
tulang dan sum sum yang mengakibatkan gangguan
sistem persyarafan didalam tubuh manusia yang di
klasifikasikan:
Komplet (kehilangan sensasi & fungsi motorik total)
Tidak komplet (campuran kehilangan motori dan
sensori)
14. Cedera spinal
Faktor – faktor yang mempengaruhi trauma
cedera spinal
Usia
Pada usia 45 an fraktur bayak terjadi pada pria
dibandingkan wanita karena olahraga, pekerjaan, dan
kecelakaan bermotor.
Jenis kelamin
Belakngan ini wanita lebih banyak dibandingkan
pria karena faktor osteoporosis yang diasosiasikan dengan
perubahan hormonal ( menapause)
Status nutrisi
15. Cedera spinal
Menurut Arief Mutaqim (2005) jenis jenis trauma pada
sumsum tulang belakang dan saraf tulang belakang adalah:
Transeksi tidak total
Transeksi tidak total disebabkan oleh trauma fleksi
atau ekstensi karena terjadipergerseran lamina di atap dan
pinggir vetebra yang mengalami fraktur disebelah bawah.
Selain itu, dapat terjadi perdarahan pada sum sum tulag
yang disebut hematomiellah
Transeksi total
Terjadi akibat trauma yang menyebabkan fraktur
dislokasi. Fraktur tersebut disebabkan oleh fleksi atau
rotasi yang dapat meyebabkan hilangnya fungsi segmen
dibawah trauma
16. Cedera spinal
Gejala cedera spinal tergantung lokasi cedera
1) Nyeri:
Bila penderita sadar, pasti ada nyeri pada bagian tulang belakang yang
terkena. Misalnya adalah bahwa cukup sering ada cedera kepala
(penderita tidak sadar). Atau ada cedera yang lain seperti misalnya
patah tulang paha, yang jauh lebih nyeri dibandingkan nyeri pada
tulang belakangnya.
Lalai untuk memeriksa dengan teliti, mungkin mengakibatkan kita
tidak tahu bahwa penderita lumpuh.
Kesemutan: dapat terjadi pada lengan ataupun tungkai, tergantung
tingginya cedera spinal
Kelumpuhan: telah diterangkan sebelumnya
Penderita mengompol atau tidak dapat kencing sama sekali. Biasanya
yang timbul adalah bahwa penderita tidak dapat buang air kecil, namun
ini tidak dirasakan penderita karena gangguan perasaan (sensorik)
17. Cedera spinal
Penderita tidak dapat menahan buang air besar.
Penderita ereksi terus-menerus (ini disebut priamismus)
Gangguan pernafasan: timbul pada cedera spinal daerah
servikal. Kadang-kadang terjadi bahwa penderita masih
dapat bernafas dengan perut, namun tidak lagi bernafas
dengan dada.
Syok: kerusakan pada medulla spinalis, mungkin
menyebabkan bahwa pembuluh darah tidak lagi dapat
menyempit, namun melebar terus. Dengan demikian
darah akan pergi ke tungkai, dan jantung serta otak akan
kekurangan darah. Akan timbul syok yang dikenal
sebagai ‘neurogenic shock’. Untuk jenis syok ini tidak
banyak yang dapat dilakukan di pra-RS
18. Penanganan Cedera Spinal
Proteksi diri dan lingkunagn, selalu utamakan ABC
Sedapat mungkin tentukan penyebab cedera (tabrakan mobil frontal
tanpa sabuk pengaman)
Lakukan stabilitas dengan tangan untuk menjaga kesegarisan tulang
belakang
Kepala dijaga agar tetap netral, tidak tertekuk ataupun mendongak
Kepala dijaga agar tetap segaris, tidak menegok ke kiri atau kanan
Posisi netral segaris ini harus selalu dan tetap diperthanakan, walaupun
belum yakin bahwa ini cedera spinal. Anggap saja ada cedera spinal
Posisi netral: kepala tidak menekuk (fleksi) ataupun mendongkak
(ekstensi)
Posisi segaris: kepala tidak menegok kekiri ataupun kanan
Pasang kolar servikal, dan penderita dipasang di atas Long Spine Board
Periksa dan perbaiki ABC
Periksa akan adanya kemungkinan cedera spinal
Rujuk ke RS
20. Ebp Trauma Kepala
Judul : Pengaruh Stimulasi Sensori Terhadap Nilai Glaslow Coma Scale
Pada Pasien Cedera Kepala Di Ruang Neurosurgical Critical Care Unit
Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung
Oleh : Valentina B. M. Lumbantobing1, Anastasia Anna2 Universitas
Padjadjaran
Tahun : 2015
Hasil :
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa Stimulasi sensori dapat mempengaruhi nilai GCS pada pasien
cedera kepala di ruang Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU) RSUP
dr. Hasan Sadikin Bandung.
21. EBP Cedera Spinal
Judul : Efektivitas Pemberian Dosis Tinggi Methylprednisolone Pada
Trauma Spinal Cord Akut
Oleh : Abdul Qodir
Tahun: 2013
Hasil : Permberian dosis tinggi metilprednisolon merupakan pilihan
terapi pada pasien dengan trauma spinal. Pemberian dosis tinggi
metilprednisolon dalam waktu 8 jam setelah cedera pada pasien dengan
trauma spinal dapat memberikan manfaat dalam menigkatkan fungsi
motorik dan sensorik. Pasien yang mendapatkan terapi dosis tinggi
metilprednisolon harus diobservasi dengan intensive agar dapat
mengurangi komplikasi akibat terapi tersebut.. Pemberian cairan harus
adekuat, pencegahan komplikasi gastointestinal dengan pemberian
profilaksis, dan mencegah terjadinya hiperglikemia agar pasien terhidar
dari sepsis.