4. Reaksi langsung pupil saat
disinari cahaya secara langsung
Ruang redup
Fiksasi pada objek jauh
Sumber cahaya harus relatif
terang
Terlalu terang spastic miosis
Sumber cahaya tepat ke arah mata ke
bagian bawah menjauhi mata (dapat diulang)
Respon normal konstriksi (pupillary
capture / phasic response)
Respon tidak normal konstriksi lalu
perlahan dilatasi ke ukuran semula
(pupillary escape)
5. Saat mata disinari cahaya, pupil kontralateral akan konstriksi
Menggunakan 2 sumber cahaya
Terang
Redup
Normal respon kecepatan dan ukuran sama pada kedua mata
6. Near response merupakan salah satu dari near triad
(miosis, convergence, accommodation)
Ruangan dengan cahaya yang adekuat tapi tidak terlalu
terang
Fixasi pada accommodative target
Dokumentasi foto, pupillometri
Pasien tidak kooperatif lid closure reflex
7. Dilatasi dipengaruhi oleh banyak hal
Dilatasi setelah konstriksi (respon cahaya)
Paradoxical pupillary responses
Sudden noise
Ciliospinal reflex
Pupil normal
Mulai dilatasi dalam 5 detik
Dilatasi ke ukuran maksimal dalam 12-15 detik Dilation lag terdapat anisocoria dalam 5
detik setelah stimulus dihilangkan kemudian
perlahan berdilatasi menjadi isokor (defek
pada persarafan simpatik pupil)
8. Dilatasi dipengaruhi oleh banyak hal
Dilatasi setelah konstriksi (respon cahaya)
Paradoxical pupillary responses
Sudden noise
Ciliospinal reflex
Pupil normal
Mulai dilatasi dalam 5 detik
Dilatasi ke ukuran maksimal dalam 12-15 detik Dilation lag terdapat anisocoria dalam 5
detik setelah stimulus dihilangkan kemudian
perlahan berdilatasi menjadi isokor (defek
pada persarafan simpatik pupil)
9. Dilatasi dipengaruhi oleh banyak hal
Dilatasi setelah konstriksi (respon cahaya)
Paradoxical pupillary responses
Sudden noise
Ciliospinal reflex
Pupil normal
Mulai dilatasi dalam 5 detik
Dilatasi ke ukuran maksimal dalam 12-15 detik Dilation lag terdapat anisocoria dalam 5
detik setelah stimulus dihilangkan kemudian
perlahan berdilatasi menjadi isokor (defek
pada persarafan simpatik pupil)
11. “Marcus Gunn” atau “Gun” phenomenon
Pupil yang abnormal Marcus Gunn Pupil
12. Sumber cahaya yang terang dan ruangan yang redup
Pasien berfiksasi pada objek yang jauh
Stimulasi 1 mata selama 2-3 detik, kemudian dengan cepat pindah ke mata
lain selama 2-3 detik (ulangi beberapa kali)
Observasi konstriksi pupil awal dan ada tidaknya dilatasi
RAPD berat lebih gampang dilihat
RAPD moderate/mild sulit dilihat
Jika 1 pupil tidak bereaksi (trauma iris, sinekia) evaluasi respon cahaya
langsung dan konsensual.
Grading RAPD 1-4+, dapat menggunakan neutral-density filters.
13.
14. Gunakan filter dengan densitas paling rendah (0.3 log unit)
ulangi swinging test
Jika RAPD masih terdeteksi gunakan filter dengan densitas
yang lebih tinggi pada mata yang normal hingga RAPD
menghilang
Pada keadaan ini (titik keseimbangan), input cahaya dari mata
normal sama dengan input cahaya dari mata yang abnormal
Tentukan derajat RAPD berdasarkan densitas dari filter yang
digunakan untuk mencapai titik keseimbangan.
15.
16.
17.
18. Primary posisi mata saat seseorang melihat lurus ke depan dengan badan dan
kepala yang lurus
Secondary posisi bola mata adduksi, abduksi, elevasi atau depresi
Tertiary posisi oblique mata
19. Pemeriksaan mata rutin
Pasien diarahkan untuk melihat ke 6 atau 9 posisi
diagnostik
Pemeriksaan melibatkan kedua mata, dinilai
kesesuaian dan kesimetrisan kedua mata Letakkan target ±30cm di depan mata pasien dan pasien
fokus ke target lihat mata pasien pada posisi primer
(deviasi/ gerakan abnormal)
Meminta pasien untuk mengikuti target tanpa menggerakkan
kepala
(tanyakan apakah pasien mengalami penglihatan ganda
pada posisi tertentu)
Gerakkan target ke beberapa posisi (“H” pattern)
Nilai jika ada gerakan abnormal atau nistagmus
30. Gerakan bola mata dinilai pada 9 posisi dengan skala – 4 hingga +4
Tanda (-) underaction
Tanda (+) overaction
Nol menunjukkan gerakan normal
Gerakan horizontal sklera harusnya tertutup oleh kantus
Jika sklera sedikit terlihat (-1)
Ketidak mampuan mata untuk abduksi/adduksi lebih dari setengah field of action (-2)
Ketidak mampuan mata untuk abduksi/adduksi lebih dari ¾ field of action (-3)
Tidak ada gerakan (-4)
Overaction gerakan horizontal dilihat dari seberapa luas kornea yang tertutup kantus
Jika Sebagian besar terututp grade +4
Gerakan oblique dinilai perbandingan tinggi limbus kedua mata
31.
32. Saraf sensoris penciuman
Tidak ada komponen motoric
Tanyakan pada pasien jika terjadi perubahan penciuman
Tes menggunakan bahan-bahan seperti lemon, peppermint, kopi
39. Metode ini bergantung pada perbandingan antara lapang pandang pasien dengan pemeriksa,
sehingga harus diperhatikan:
Posisi pemerisa
Pemeriksa harus memiliki lapang pandang dan blindspot yang normal
40. Mengantarkan informasi motoric ke otot ekstraokuler pergerakan bola mata dan
fungsi kelopak mata
Juga mengantarkan respon parasimpatik konstriksi pupil
Pergerakan bola mata
Pemeriksaan strabismus
43. Mengantarkan sensoris (sensasi wajah) dan motorik ke otot pengunyah
Terdapat 3 sub divisi
Ophthalmic (V1): membawa informasi sesorik dari scalp dan dahi, hidung, kelopak mata
atas, konjungtiva dan kornea
Maxillary (V2): membawa informasi sensorik dari kelopak mata bawah, pipi, lubang hidung,
bibir atas, gigi dan gusi bagian atas
Mandibular (V3): membawa informasi sensorik dari dagu, rahang, bibir bawah, mulut, gigi
dan gusi bagian bawah. Informasi motorik ke otot-otot pengunyah (masseter, otot temporal,
dan otot pterygoid medial/lateral) juga ke tensor tympani, tensor veli palatini, mylohyoid, dan
otot digastrik.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50. Involuntary blinking dari kedua kelopak mata respon dari stimulasi kornea unilateral (direct and consensual blinking)
Saraf afferen V1
Saraf efferen N. Facial cabang temporal dan zygomatic
51. Motorik otot-otot fasial dan otot stapedius
Sensorik pengecap dari 2/3 anterior lidah
Menanyakan apakah pasien merasakan gangguan pada pengecapannya
58. Saraf sensorik
Suara dan keseimbangan tubuh
Tidak tedapat komponen motoric
Tes yang dilakukan:
Gross hearing assessment
Rinne’s test
Weber’s test
Unterberger / Turning test
59. Glossopharyngeal
Membawa informasi motoric ke otot stylopharyngeus mengangkat faring saat menelan
dan berbicara
Membawa stimulasi sensorik pengecap dari 1/3 posterior lidah
Saraf sensorik visceral refleks muntah (afferent)
Vagus
Membawa informasi motoric ke otot-otot mulut berperan saat berbicara dan refleks
muntah (efferent)
Tes yang dilakukan
Menelan
Batuk
Berbicara
Refleks muntah
60. Membawa infomasi motoric ke otot sternocleidomastoid dan trapezius
Tidak memiliki komponen sensorik
61. Membawa informasi motoric ke otot-otot ekstrinsik lidah (kecuali yang dipersarafi oleh
n. vagus)
Tidak memiliki komponen sensoris
Pemeriksaan:
Inspeksi lidah pasien wasing, fasikulasi, deviasi (saat menjulurkan lidah)
Meminta pasien untuk melawan tangan pemeriksa yang diletakkan di pipi pasien dengan
lidah pasien
Editor's Notes
Pemeriksaan segmen anterior:
Kornea abrasi terjadi perubahan pupil
Coa inflamasi spasme siliar pupil kecil
Iris dapat melihat segmental defek
Simple handheld pupil gauge: Gambar lingkaran/setengah lingkaran dengan peningkatan diameter 0.2mm tiap gambar
Diameter pupil diukur di tempat terang, menggunakan cahaya ruangan atau alat lain dan juga saat gelap, cahaya ruangan diredupkan, pemeriksa masih dapat melihat pinggir pupil. Selain itu diperiksa juga saat keadaan konstriksi maksimum saat dilakukan near stimulation menggunakan target akomodatif
Pemeriksaan pupil pada saat terang dan gelap harus dibandingkan untuk melihat ada tidaknya anisocoria
Sumber cahaya redup membantu untuk melihat pupil kontra lateral, diarahkan oblik dari samping mata
Lid closur reflex/orbicularis reflex: reaksi normal yang terdiri dari konstriksi pupil yang berhubungan dengan kontraksi orbicularis okuli dan Gerakan mata ke arah superior
Paradoxical pupillary responses : pasien dengan gangguan retina dan nervus optic (jarang) dilatasi pupil saat disinari cahaya
Ciliospinal reflex: mencubit bagian belakang leher
Semua pasien dengan gangguan reaksi cahaya pupil, harus dicurigai adanya gangguan light-near dissociation
Terjadi pada beberapa kondisi seperti Blindness, neuroyphilis, tonic pupil, hydrocephalus, pineal region tumors
Jaras eferen sama pada kedua reaksi sehingga tidak dapat dipisahkan, paling sering gangguan di jaras afferen
Pada contoh gambar mata yang abnormal adalah mata kiri, mata dengan fixed pupil. Pupil pada mata yang normal (kanan) akan berkonstriksi saat disinari cahaya, dan akan berdilatasi jika mata lain (kiri) disinari cahaya.
Jika mata yang abnormal adalah mata dengan pupil yang reaktif (kanan), pupil akan berkonstriksi saat cahaya disinari ke mata dengan fixed pupil (kiri), dan akan berdilatasi saat disinari cahaya langsung ke mata kanan.
Pemeriksaan ini sangat membantu dalam usaha menentukan pasien dengan parese n. oculomotor atau traumatic iridoplegia juga mengalami neuropati optic atau disfungsi retina
Otot ekstraokuler: terdiri dari 6 otot yang mengontrol pergerakan mata dan 1 otot pembukaan kelopak mata
Tiap mata memiliki 6 otot, 4 otot rektus dan 2 oblik yang jika bekerja dengan baik kedua mata dapat melihat ke segala arah
Tiap otot-otot ekstraokuler dipersarafi oleh saraf kranial 4SO, 6LR, 3 yang lain
Dextrocycloversion – Top of the Eye Rotates to the Right
Levocycloversion - Top of the Eye Rotates to the Left
Saat mata dalam posisi abduksi otot rektus otot penggerak primer
Saat mata dalam posisi adduksi otot oblique otot penggerak primer
Dextrocycloversion – Top of the Eye Rotates to the Right
Levocycloversion - Top of the Eye Rotates to the Left
Penyebab anosmia:
Mucous blockage
Head trauma: kerusakan saraf olfaktori
Genetik
Parkinson: gejala awal
Covid 19
Dicatat dan dilaporkan berdasarkan jarak chart (numerator) dibandingkan dengan garis terkecil yang terbaca (denominator)
Jika pasien dapat membaca garis 6/6 tetapi terdapat 2 kesalahan 6/6 (-2)
Jika terjadi kesalahan > 2 gunakan garis sebelumnya
Catat visus pasien saat visus tanpa bantuan (UA), saat menggunakan pinhole (PH) atau kacamata
Jika pasien tidak dapat membaca garis paling atas dari Snellen chart dengan jarak 6 meter (menggunakan pihnole)
Minta pasien menghitung jari pemeriksa dari jarak 5 -1 meter (counting fingers)
Menanyakan pasien apakah dapat melihat gerakan tangan (hand movement)
Memeriksa jika pasien dapat mendeteksi cahaya yang disinarkan pada kedua mata (light perception/ no light perception)
Dicatat dan dilaporkan berdasarkan jarak chart (numerator) dibandingkan dengan garis terkecil yang terbaca (denominator)
Jika pasien dapat membaca garis 6/6 tetapi terdapat 2 kesalahan 6/6 (-2)
Jika terjadi kesalahan > 2 gunakan garis sebelumnya
Catat visus pasien saat visus tanpa bantuan (UA), saat menggunakan pinhole (PH) atau kacamata
Jika pasien tidak dapat membaca garis paling atas dari Snellen chart dengan jarak 6 meter (menggunakan pihnole)
Minta pasien menghitung jari pemeriksa dari jarak 5 -1 meter (counting fingers)
Menanyakan pasien apakah dapat melihat gerakan tangan (hand movement)
Memeriksa jika pasien dapat mendeteksi cahaya yang disinarkan pada kedua mata (light perception/ no light perception)
Dicatat dan dilaporkan berdasarkan jarak chart (numerator) dibandingkan dengan garis terkecil yang terbaca (denominator)
Jika pasien dapat membaca garis 6/6 tetapi terdapat 2 kesalahan 6/6 (-2)
Jika terjadi kesalahan > 2 gunakan garis sebelumnya
Catat visus pasien saat visus tanpa bantuan (UA), saat menggunakan pinhole (PH) atau kacamata
Jika pasien tidak dapat membaca garis paling atas dari Snellen chart dengan jarak 6 meter (menggunakan pihnole)
Minta pasien menghitung jari pemeriksa dari jarak 5 -1 meter (counting fingers)
Menanyakan pasien apakah dapat melihat gerakan tangan (hand movement)
Memeriksa jika pasien dapat mendeteksi cahaya yang disinarkan pada kedua mata (light perception/ no light perception)
Dicatat dan dilaporkan berdasarkan jarak chart (numerator) dibandingkan dengan garis terkecil yang terbaca (denominator)
Jika pasien dapat membaca garis 6/6 tetapi terdapat 2 kesalahan 6/6 (-2)
Jika terjadi kesalahan > 2 gunakan garis sebelumnya
Catat visus pasien saat visus tanpa bantuan (UA), saat menggunakan pinhole (PH) atau kacamata
Jika pasien tidak dapat membaca garis paling atas dari Snellen chart dengan jarak 6 meter (menggunakan pihnole)
Minta pasien menghitung jari pemeriksa dari jarak 5 -1 meter (counting fingers)
Menanyakan pasien apakah dapat melihat gerakan tangan (hand movement)
Memeriksa jika pasien dapat mendeteksi cahaya yang disinarkan pada kedua mata (light perception/ no light perception)
Menggunakan Ishihara
Jika pasien menggunakan kacamata baca gunakan
Minta pasien untuk menutup satu mata
Minta pasien untuk membaca angka yang ada pada Ishihara plate, plate pertama (test plate) digunakan untuk memeriksa sensitivitas kontras. Jika pasien tidak dapat membaca test plate dicatat
Dokumentasikan hasil yang didapatkan, disesuaikan dengan plate yang diperiksa termasuk test plate (cth 21/21)
Ulangi pemeriksaan untuk mata yang lain
Pemeriksa duduk di depan pasien (± 1 Meter)
Meminta pasien untuk menutup salah satu mata dengan tangannya
Jika pasien menutup mata kanan, pemeriksa harus menututp mata kiri (mirroring)
Meminta pasien untuk focus ke wajah pemeriksa (cth hidung) dan tidak diperbolehkan menggerakkan wajah atau mata
Untuk screening gangguan penglihatan sentral, minta pasien untuk menyebutkan bagian wajah pemeriksa yang dilihat pasien (formal Amsler chart)
Posisikan target pada posisi yang sama antara pasien dengan pemeriksa
Nilai lapang pandang perifer pasien dengan membandingkan dengan lapang pandang pemeriksa
Mulai dari perifer tengah
Meminta pasien mengatakan jika pertama kali melihat target
Jika pemeriksa melihat target tp pasien tidak sugestif terdapat gangguan lapang pandang
Ulangi pemeriksaan di setiap kuadran dan juga pada mata yang lain
Dokumentasi hasil pemerisaan
Hirschberg test
Meminta pasien fokus jauh, sinarkan penlight ke kedua mata pasien
Nilai refleks kornea pada kedua mata
Normal pantulan cahaya akan terposisi di tengah pupil dan simetris
Abnormal pantulan cahaya tidak simetris dan tidak di tengah pupil
Cover test
Meminta pasien untuk fokus ke suatu target
Tutup satu mata pasien lalu observasi mata kontralateral jika terjadi shift in fixation
Jika tidak ada shift in fixation saat menutup mata kontralateral orhotropic
Jika terdapat shift in fixation heterotropia
Ulangi pemeriksaan pada mata yang lain
Jelaskan modalitas sensasi yang akan diperiksa (cth sentuhan halus, pinprick) kepada pasien dengan mencontohkan pada tangan/sternum
Meminta pasien untuk menutup mata dan mengatakan “ya” tiap mereka merasakan sentuhan pada daerah wajah
Nilai komponen sensorik V1, V2, dan V3 dengan sentuhan tersebut pada regio yang dipersarafi tiap cabang nervus
Dahi (lateral aspect): ophthalmic (V1)
Cheeck: maxillary (V2)
Rahang bawah (kecuali sudut C2,C3): mandibular (V3)
Jelaskan modalitas sensasi yang akan diperiksa (cth sentuhan halus, pinprick) kepada pasien dengan mencontohkan pada tangan/sternum
Meminta pasien untuk menutup mata dan mengatakan “ya” tiap mereka merasakan sentuhan pada daerah wajah
Nilai komponen sensorik V1, V2, dan V3 dengan sentuhan tersebut pada regio yang dipersarafi tiap cabang nervus
Dahi (lateral aspect): ophthalmic (V1)
Cheeck: maxillary (V2)
Rahang bawah (kecuali sudut C2,C3): mandibular (V3)
Jelaskan modalitas sensasi yang akan diperiksa (cth sentuhan halus, pinprick) kepada pasien dengan mencontohkan pada tangan/sternum
Meminta pasien untuk menutup mata dan mengatakan “ya” tiap mereka merasakan sentuhan pada daerah wajah
Nilai komponen sensorik V1, V2, dan V3 dengan sentuhan tersebut pada regio yang dipersarafi tiap cabang nervus
Dahi (lateral aspect): ophthalmic (V1)
Cheeck: maxillary (V2)
Rahang bawah (kecuali sudut C2,C3): mandibular (V3)
Jelaskan modalitas sensasi yang akan diperiksa (cth sentuhan halus, pinprick) kepada pasien dengan mencontohkan pada tangan/sternum
Meminta pasien untuk menutup mata dan mengatakan “ya” tiap mereka merasakan sentuhan pada daerah wajah
Nilai komponen sensorik V1, V2, dan V3 dengan sentuhan tersebut pada regio yang dipersarafi tiap cabang nervus
Dahi (lateral aspect): ophthalmic (V1)
Cheeck: maxillary (V2)
Rahang bawah (kecuali sudut C2,C3): mandibular (V3)
Gunakan otot pengunyah untuk menilai komponen motoric dari V3
Inspeksi otot temporal dan masseter untuk menilai wasting
Lebih terlihat pada otot temporal terdapat hollowing effect pada bagian termporal
Palpasi otot masseter bilateral dan meminta pasien untuk menutup mulut rapat-rapat nilai tonus kedua otot
Meminta pasien untuk membuka mulut berikan tahanan di bawah rahang untuk menilai otot pterygoid
Tidak bisa membuka mulut/deviasi rahang trigeminal nerve palsy
Penilaian refleks kornea
Menjelaskan prosedur ke pasien
Lakukan sentuhan halus pada ujung kornea dengan menggunakan kapas
Pada orang normal direct and consensual blinking.
jika tidak ada refleks berkedip sugestif gangguan nervus trigeminal atau facial
Inspeksi
Perhatikan wajah pasien untuk melihat kesimetrisan wajah
Gerakan otot-otot wajah
Meminta pasien untuk menggerakkan beberapa otot jawah sekaligus pemeriksa menilai kesimetrisan; meminta pasien untuk:
Mengangkat alis – frontalis
Menutup mata – orbitalis okuli
Kembungkan pipi – orbicularis oris
Mencucukan bibir – orbicularis oris dan buccinator
Senyum – levator anguli oris dan zygomaticus major
Inspeksi
Perhatikan wajah pasien untuk melihat kesimetrisan wajah
Gerakan otot-otot wajah
Meminta pasien untuk menggerakkan beberapa otot jawah sekaligus pemeriksa menilai kesimetrisan; meminta pasien untuk:
Mengangkat alis – frontalis
Menutup mata – orbitalis okuli
Kembungkan pipi – orbicularis oris
Mencucukan bibir – orbicularis oris dan buccinator
Senyum – levator anguli oris dan zygomaticus major
Inspeksi
Perhatikan wajah pasien untuk melihat kesimetrisan wajah
Gerakan otot-otot wajah
Meminta pasien untuk menggerakkan beberapa otot jawah sekaligus pemeriksa menilai kesimetrisan; meminta pasien untuk:
Mengangkat alis – frontalis
Menutup mata – orbitalis okuli
Kembungkan pipi – orbicularis oris
Mencucukan bibir – orbicularis oris dan buccinator
Senyum – levator anguli oris dan zygomaticus major
Inspeksi
Perhatikan wajah pasien untuk melihat kesimetrisan wajah
Gerakan otot-otot wajah
Meminta pasien untuk menggerakkan beberapa otot jawah sekaligus pemeriksa menilai kesimetrisan; meminta pasien untuk:
Mengangkat alis – frontalis
Menutup mata – orbitalis okuli
Kembungkan pipi – orbicularis oris
Mencucukan bibir – orbicularis oris dan buccinator
Senyum – levator anguli oris dan zygomaticus major
Inspeksi
Perhatikan wajah pasien untuk melihat kesimetrisan wajah
Gerakan otot-otot wajah
Meminta pasien untuk menggerakkan beberapa otot jawah sekaligus pemeriksa menilai kesimetrisan; meminta pasien untuk:
Mengangkat alis – frontalis
Menutup mata – orbitalis okuli
Kembungkan pipi – orbicularis oris
Mencucukan bibir – orbicularis oris dan buccinator
Senyum – levator anguli oris dan zygomaticus major
Facial nerve palsy: kelemahan unilateral otot-otot fasialis, dapat disebabkan oleh upper dan lower motor neuron lesion
Lower motor neuron: kelemahan seluruh otot fasialis ipsilateral (kehilangan seluruh persarafan pada otot yang terkena) bell’s palsy
Upper motor neuron: kelemahan otot fasialis unilateral, tapi otot-otot bagian atas wajah masih dapat bergerak karena persarafan dari bilateral cortical (fungsi frontalis masih dapat dipertahankan) stroke
Gross hearing assessment
1. Position yourself approximately 60cm from the ear and then whisper a number or word.
2. Mask the ear not being tested by rubbing the tragus. Do not place your arm across the face of the patient when rubbing the tragus, it is far nicer to occlude the ear from behind the head. If possible shield the patient’s eyes to prevent any visual stimulus.
3. Ask the patient to repeat the number or word back to you. If they get two-thirds or more correct then their hearing level is 12db or better. If there is no response use a conversational voice (48db or worse) or loud voice (76db or worse).
4. If there is no response you can move closer and repeat the test at 15cm. Here the thresholds are 34db for a whisper and 56db for a conversational voice.
5. Assess the other ear in the same way.
Rinne’s test
1. Place a vibrating 512 Hz tuning fork firmly on the mastoid process (apply pressure to the opposite side of the head to make sure the contact is firm). This tests bone conduction.
2. Confirm the patient can hear the sound of the tuning fork and then ask them to tell you when they can no longer hear it.
3. When the patient can no longer hear the sound, move the tuning fork in front of the external auditory meatus to test air conduction.
4. Ask the patient if they can now hear the sound again. If they can hear the sound, it suggests air conduction is better than bone conduction, which is what would be expected in a healthy individual (this is often confusingly referred to as a “Rinne’s positive” result).
Summary of Rinne’s test results
These results should be assessed in context with the results of Weber’s test before any diagnostic assumptions are made:
Normal result: air conduction > bone conduction (Rinne’s positive)
Sensorineural deafness: air conduction > bone conduction (Rinne’s positive) – due to both air and bone conduction being reduced equally
Conductive deafness: bone conduction > air conduction (Rinne’s negative)
Weber’s test
1. Tap a 512Hz tuning fork and place in the midline of the forehead. The tuning fork should be set in motion by striking it on your knee (not the patient’s knee or a table).
2. Ask the patient “Where do you hear the sound?”
These results should be assessed in context with the results of Rinne’s test before any diagnostic assumptions are made:
Normal: sound is heard equally in both ears.
Sensorineural deafness: sound is heard louder on the side of the intact ear.
Conductive deafness: sound is heard louder on the side of the affected ear.
Vestibular testing – “Unterberger” or “Turning test”
Ask the patient to march on the spot with their arms outstretched and their eyes closed:
Normal result: the patient remains in the same position.
Vestibular lesion: the patient will turn towards the side of the lesion
Inspection
Ask the patient to open their mouth and inspect the soft palate and uvula:
Note the position of the uvula. Vagus nerve lesions result in deviation of the uvula towards the unaffected side.
Ask the patient to say “ahh“:
Inspect the palate and uvula which should elevate symmetrically, with the uvula remaining in the midline. A vagus nerve lesion will cause asymmetrical elevation of the palate and uvula deviation away from the lesion.
Ask the patient to cough:
Vagus nerve lesions can result in the presence of a weak, non-explosive sounding bovine cough caused by an inability to close the glottis.
Swallow assessment
Ask the patient to take a small sip of water (approximately 3 teaspoons) and observe the patient swallow. The presence of a cough or a change to the quality of their voice suggests an ineffective swallow which can be caused by both glossopharyngeal (afferent) and vagus (efferent) nerve pathology.
Gag reflex
The gag reflex involves both the glossopharyngeal nerve (afferent) and the vagus nerve (efferent). This test is highly unpleasant for patients and therefore the swallow test mentioned previously is preferred as an alternative. You should not perform this test in an OSCE, although you may be expected to have an understanding of what cranial nerves are involved in the reflex.
To perform the gag reflex:
1. Stimulate the posterior aspect of the tongue and oropharynx which in healthy individuals should trigger a gag reflex. The absence of a gag reflex can be caused by both glossopharyngeal and vagus nerve pathology.
Assessment
To assess the accessory nerve:
1. First, inspect for evidence sternocleidomastoid or trapezius muscle wasting.
2. Ask the patient to raise their shoulders and resist you pushing them downwards: this assesses the trapezius muscle (accessory nerve palsy will result in weakness).
3. Ask the patient to turn their head left whilst you resist the movement and then repeat with the patient turning their head to the right: this assesses the sternocleidomastoid muscle (accessory nerve palsy will result in weakness).