SlideShare a Scribd company logo
1 of 119
Ns.Nurul Kartika Sari, M.Kep
1
Riwayat
Keperawatan
Pemeriksaan
Laboratorium
& Diagnostik
Pemeriksaan
Fisik
Review Anatomi
fisiologi Sistem
Persyarafan
 Tingkat kesadaran
* Kwantitative : GCS
* Kwalitative
 Mood dan tingkah laku
* Affectnya sesuai atau tidak
* Tampak depresi, konvulsive Agresive ..
 Memory
* Kemampuan mengingat
1. Tingkat kesadaran kualitatif
a. Kompos mentis = sadar penuh
b. Somnolen / letargi = mengantuk
c. Stupor / Sopor = kantuk yang dalam
d. Soporokoma / Semikoma = respons thd rangsang
nyeri
e. Koma = tidak ada respons sama sekali
Menggunakan 3 parameter
1. Respons membuka mata
2. Respons verbal
3. Respons motorik
Spontan : 4
Terhadap suara : 3
Terhadap nyeri : 2
Tidak ada respon : 1
Orientasi baik : 5
Bicara kacau (confused) : 4
Kata-kata tidak tepat : 3
Mengerang : 2
Tidak ada respon : 1
Mengikuti perintah : 6
Melokalisir nyeri : 5
Reaksi menghindar : 4
Fleksi abnormal (dekortikasi ) : 3
Ekstensi abnormal (deserebrasi) : 2
Tidak ada respon : 1
Rhinorea CSS
 Hematom Periorbital / Raccoon
eyes / Panda bear eyes / Brill
Hematom
Otorea
Ekimosis Retroaurikuler /
battle’s Sign
13
Menilai apakah
rhinorrea/otorhea
adalah CSS atau
Mucin
Dilakukan dengan
cara meneteskan
cairan tsb diatas
kertas tissue atau
koran, (+) darah akan
terkumpul dibagian
tengah & terjadi
rembesan CSS yang
berbentuk cincin
(halo-sign / double
ring sign)
14
 Intelektual
* Kemampuan untuk mengambil
keputusan, berfikir akurat, intepretasi …
 Bahasa dan bicara
* Mengerti
* Mampu mengekspresikan
* Dapat berbicara
- Apasia
- Disartria
 Kaku kuduk
 Tanda Kernig
 Tanda Laseque
 Tanda Brudzinski leher (I)
 Tanda brudzinski kontra lateral tungkai (II)
 Terjadi krn iritasi meningeal akibat radang atau
benda asing pada rongga subarachnoid
Pasien berbaring tanpa bantal, lakukan
anterofleksi leher. (+), ada tahanan &
kekakuan, dagu tidak dapat disentuh ke
dada
18
2. Tanda Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign)
Gerakan anterofleksi leher sampai dagu
menyentuh sternum akan disusul fleksi
involunter pada kedua tungkai. (+) bila terdapat
fleksi pada kedua tungkai
3. Tanda brudzinski II (Brudzinsi’s
contralateral leg sign)
gerakan fleksi pasif paha pada sendi panggul. (+)
bila terjadi fleksi involunter sendi panggul dan
lutut kontralateral
4. Tanda kernig
Pasien berbaring terlentang, fleksikan paha sampai sudut
90°. Lalu tungkai bawah diekstensikan pada persendian
lutut. (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135°
disertai nyeri
5. Tanda Laseque
Pasien baring telentang, lakukan fleksi pada sendi panggul
pada waktu tungkai dalam sikap lurus. (+) bila timbul nyeri
di lekuk iskhiadikus atau tahanan pada waktu fleksi < 60
derajat
Nervus 1 : olfaktorius
Test penciuman pasien dengan mata tertutup di
berkan bau yang sudah di kenal pasien: spt the,
minyak angin atau lainnya
Normal : normosmi
Berkurang : hiposmi
Tidak bisa sama sekali Anosmi
Sensorik khusus : penghidu, membaui
Px. test penciuman
Saraf kranial 2 : optikus
Lihat papil : funduskop
Refleks pupil : cahaya langsung
Reflek ancam : tangan pemeriksa menunjuk mata salah
satu pasien : mata pasien akan mengedip
Tajam penglihatan : kartu snelelen, baca dekat hitung jari
dan sebagainya
Lapang penglihatan
25
Fungsi : ketajaman penglihatan, lapang penglihatan,
reflek pupil langsung
Px. Menggunakan Snellen chart
26
Lapang penglihatan
27
Refleks Cahaya
28
Menggunakan opthalmoskope
 N. Okulomotorius, Troklearis
Abdusen (N. III, IV, VI
 M’persarati otot bola mata ext
* Celah kelopak mata
* Pupil
* Gerakan bola mata
1. N. okulomotor menggerakan bola mata keatas,
bawah atau medial, konstruksi dan dilatasi pupil,
serta otot kelopak mata atas
2. N. trochear menggerakan otot mata kebagian
bawah dan dalam
3. N. Abdusen menggerakan bola mata kearah luar
31
Kelainan :
- Ptosis, Enoftalmus, Exoftalmus
Pupil  Ukuran (N. 3 – 5 mm)
- midriasis, Miosis
 Kesamaan
- Isokor, Anisokor
 Refleks cahaya
- +/-
Kelainan - Nistagmus  gerakan involunter
- Diplopia
- Strabismus
N. Trigeminus (N V )
*) Otot mengunyah
*) Kekuatan mandibula/maksila
Kelainan : mulut miring kearah lesi
1. Sensorik wajah dalam 3 cabang optalmik,
maksilaris, mandibularis
2. Otot pengunyah Otot maseter dan
temporalis
3. Otot pterigoideus
4.Refleks kornea
5. Refleks maseter
35
36
 U/ rasa kecap 2/3 lidah bagian depan
 Mempersarati otot wajah
Muka simestris
Kelainan  Muka tidak simestris
• N. Akustikus (N VIII)
 Menentukan ketajaman pendengaran
 Menentukan keseimbangan
1. Serat motorik untuk otot wajah
2. Sensorik pengecapan  untuk lidah 2/3 depan
rasa manis, asam, asin
3.Sekresi kelenjer ludah sublingual, submaksilar dan
glandula lakrimalis
39
40
 
                               
                             
42
a. Koklearis :
Px. Test pendengaran ; gesekan tangan
pemeriksa, detik arloji
1. Tes Rinne, Weber, Schwabach
Dengan garpu tala 128, 256, 512
Membandingkan suara melalui hantaran udara dan
hantaran tulang. Garpu tala ditempel di prosesus
mastoideus, bila tidak mendengar lagi dipindahkan ke
depan liang telinga. Normalnya hantaran udara akan
lebih lama terdengar dari hantaran tulang.
44
45
•Menentukan gangguan
pendengaran sensorik atau
konduktif.
•Garpu tala diletakkan
dipuncak kepala atau dahi
pasien dan tanyakan adakah
suara terdengar disalah satu
telinga.
•Normal tidak ada lateralisasi
telinga kanan kiri
Tuli konduktif : lateralisasi
kesisi sakit
Tuli saraf :lateralisasi ke sisi
sehat
Membandingkan garpu
tala yang digetarkan
didepan telinga pasien
dengan telinga
pemeriksa
 Pengecap 1/3 belakang lidah
 ke meutus akustikus ext
 ke tuba austakius
N. Vagus (N.F)
* Persarafi palatum, farinx, laring dan rasa viseral
Paresis unilateral  Gangguan menelan blm terjadi
bilateral  terjadi ggn menelan
- Disfagia
- Regurgitasi
48
Mensarafi otot stilofaringeus dan serat sensorik telinga
tengah, tuba eustachius dan pengecapan lidah 1/3
belakang (rasa pahit)
Tes menelan bersama N IX
Tes artikulasi, suara serak
Denyut jantung
Reflek muntah
 Menengok kekiri /kekanan
Nilai otot trape sius
• N. Hipoglosies ( N XII )
 Nilai extrinsik & intrinsik otot lidah
Paresis : Bilateral : Lidah  lincah
Unilateral : Lidah akan membelok kearah lesi
1. Otot sternokleidomastoideus
2. Otot trapezius
52
Otot intrinsik dan ekstrinsik lidah
Pasien diminta untuk menjulurkan lidah  liat deviasi
Parese N. XII
Didlm mulut, tonus otot akan menarik lidah
kesisi yang sehat.
Diluar mulut, jika lidah dijulurkan, akan tertarik
kesisi yang sakit
 Rasa sentuhan/ raba
 Rasa nyeri
 Rasa suhu
 Rasa sentuhan/ raba
 Rasa nyeri
 Rasa suhu
Sensibilitas permukaaan : rasa raba, nyeri, suhu
Sensibilitas dalam ; rasa sikap, getar, nyeri dalam
(dari struktur otot, ligamen, fasia, tulang)
Fungsi kortikaluntuk sensibilitas : stereognosis,
pengenalan raba, pengenalan 2 titik, lakalisasi
strimulasi
55
Alat pemeriksa
Kapas yang digulung, jarum, rader, 2 botol berisi air
dingin (10 derajat) air panas (45 derajat)
Garpu tala
56
57
58
59
60
61
62
1. Bentuk otot
2. Tonus otot
3. Kekuatan otot
4. Cara berdiri / berjalan
5. Gerakan spontan abnormal
1. Bentuk otot
Hipotrofi lokal/seluruh
Atrofi
Hipertrofi lokal/seluruh
2. Tonus otot (ketegangan otot dalam keadaaan
istirahat)
Periksa saat relaksasi
Raba otot bandingkan kanan kiri.
Angkat tungkai lalu lepaskan, nilailah
 Hypotoni/flaxid
 Hypertoni
 Spastik : hipertoni mengenai hanya satu sistim saja,
ekstensor atau fleksor. Pada awal terasa ada tahanan, bila
dilawan terus mendadak tahanan hilang (phenomena
pisau lipat)
 Rigiditas: tahanan tersendat-sendat (fenomena roda gigi)
Pasien melakukan gerakan pemeriksaan menahan lalu
nilailah
Dinilai dalam derajat kekuatan:
1. Derajat 5 : Normal; seluruh gerakan dapat
dilakukan dengan tahanan maksimal
2. Derajat 4 : Dapat melawan gaya berat dan melawan
tahanan ringan dan sedang dari pemeriksa
3. Derajat 3 : dapat melawan gaya berat tetapi tidak
dapat melawan tahanan dari pemeriksa
4. Derajat 2 : otot hanya dapat bergerak bila gaya
berat dihilangkan
5. Derajat 1 : kontraksi otot minimal dapat terasa pada
otot berasngkutan tanpa mengakibatkan gerakan
6. Derajat 0 : tidak ada kontraksi otot sama sekali.
Paralisis total
67
68
69
Finger and foot tapping ( catat
kecepatan dan regularitasnya)
Skill aksi motorik tangan
(membuka / memasang
kancing baju)
71
Cara Berdiri/Berjalan
72
1. Jalan diatas tumit
2. Jalan diatas jari kaki
3. Jalan mundur
4. Jalan lurus lalu berputar
5. Berdiri 1 kaki
1. Tes hidung jari-hidung
2.Tes pronasi supinasi
3. Tes tumit lutut
4. Tes Romberg
• Bedakan ataxia vestibular/sensorik (jika pd mata tertutup
pasien cenderung jatuh ke satu sisi)
• Dgn ataxia cerebellar (jika pd mata terbuka pasien cenderung
jatuh ke satu sisi)
6. Tes steping (jalan ditempat) mata tertutup, lihat
deviasi atau maju kedepan
Abnormal deviasi > 30 derajat, maju 1 m
Tes hidung jari-hidung
Reflek Fisiologis
Reflek patologi
Persarafan segmental
1. Jaw reflek (N V)
2. Biceps, brachioradialis ( C 5 & C 6)
3. Tricep ( C 7 & C 8)
4. Finger fleksor (Hofman) C 8 & T 1
5. Platelar reflek ( L 3 & L 4)
6. Ankle reflek ( L 5,S 1-2 )
1. Reflek kulit perut : epigastrium T 6-9, abdomen
tengah T 9-11, Hiogastrium T 11-L1
Abdomen digores dari arah luar menuju umbilikus
--- kontraksi dinding perut
2. Kremaster ( L 1-2)
Paha bagian dalam digores—kontraksi kremaster
dan penarikan testis ke atas
3. Reflek anus ( S3-4-5)
Pakai sarung tangan ujung jari dimaasukkan
kedalam cincin anus terasa kontraksi spingter ani
4. Reflek bulbokavernosus
Kulit penis atau glan dicubit terlihat kontraksi
bulbokavernosus
5. Reflek Plantar ( L 5, S 1-5)
Telapak kaki dirangsang akan timbul fleksi jari kaki
seperti pemeriksaan Babinski
 Grasp di tangan dan kaki
Sentuh telapak tangan atau kaki timbul
reflek menggenggam
 Suck, snout, rooting, palmomental
Sentuh didepan mulut timbul reflek
mengisap, mencucu
Gores telapak tangan timbul reflek gerakan
wajah (palmomental)
 Glabelar
Ketok dahi dari belakang pasien timbul mata
berkedip
Alat  Reflex Hammer = Palu Reflex
Tehnik p’ketukan
Palu dipegang dgn ibu jari & telunjuk
Fleksibel  palu dpt diayun bebas
Bukan memotong/mamatuk  tapi menjatuhkan
kearah tendon
Gerakan  berpangkal pd SENDI PERGELANGAN
TANGAN
Rangs cepat&langsung, jangan terlalu keras
Posisi Pasien – relax
Jangan lupa
Bandingkan Kanan & Kiri !
81
82
0 : Tak ada respons sama
sekali
+ : Respon lemah
++ : Respon Normal
+++ : Respons Meningkat  area
pengetukan meluas
++++ : Respons berlebihan &
Klonus
83
84
R.Fisiologi Lengan
Reflex Biseps ( BPR )
Refles Triseps ( TPR )
Reflex Brakhioradialis
R.Fisiologi Tungkai
Reflex patela ( KPR )
Reflex Achilles ( APR )
85
Pt berbaring/duduk – santai
Posisi Lengan bawah antara fleksi & ekstensi
Siku pt diletakkan diantara lengan/tangan px
Px m’letakan ibu jari diatas tendo biseps
Pukulah ibu jari px tadi dgn palu reflex
Respons  kontraksi otot biseps & fleksi lengan
bawah
Ok biseps = supinator  grkan supinasi
BPR -- ketuk diklafikula tetap muncul
N.Musculocutaneus ( C5 – C6 )
86
87
1. Meminta pt utk duduk/baring rileks
2. Memfleksikan lengan bawah pt antara
fleksi & ekstensi
3. Meletakan siku pt pt pd lengan px
4. Meletakan ibu jari px diatas tendo m.biseps
& Memukul ibu jari px memakai palu reflex
dgn benar
5. Melaporkan respons
88
 Pt dlm posisi berbaring/duduk rilex
 Posisi lengan bawah = posisi BPR
 Lengan pt diletakan diatas lengan Px
 Pukulah tendon yg lewat fosa olekrani dgn palu
reflex
 Respons
 m,.Triseps berkontraksi ekstensi dgn sedikit menyentak
 Dpt dirasakan oleh lengan Px
 Diinervasi n.Radialis ( C6 – C8 )
89
90
1. Meminta pt duduk/baring dgn rilex
2. Meletakan lengan pt diatas lengan Px dlm
posisi antara fleksi & ekstensi
3. Meminta pt utk merilexkan lengan bawah
sepenuhnya
4. Memukul tendo m.triseps pd fosa olekrani
menggunakan palu reflex dgn benar
5. Melaporkan responsnya
91
Pt dlm posisi baring/duduk
Posisi lengan bawah antara fleksi & ekstensi
serta tengah tengah antara pronasi & supinasi
Pukulah tendo m.brachioradialis pd radius
distal dgn palu reflex yg datar
Timbul gerakan menyentak pd tangan
N.Radialis C 6
92
93
1. Meminta pt baring/duduk rilex
2. Meletakan lengan bawah diatas lengan Px
dlm posisi antara fleksi & ekstensi serta
antara pronasi & supinasi
3. Meminta pt merilexkan lengan bawahnya
4. Memukul tendon m.brachioradialis pd
radius bagian distal menggunakan palu
reflex dng benar
5. Melaporkan responsnya.
94
Pt dlm posisi baring/duduk rilex
Rabalah daerah ka & ki tendon patela utk
tttkan lokasi yg tepat
Tangan Px memegang bag distal paha pt
sdgkan yg satunya memukulkan palu reflex
pd tendon m.patela
Responnya =
kontraksi m.quadriceps femoris dan hentakan
ekstensi tungkai bawah
Responnya kecil – jendrassik manuever
95
96
1. Meminta pt berbaring / duduk dgn tungkai
menjuntai
2. Mempalpasi daerah Ka & Ki tendo patela
utk tttkan daerah yg tepat
3. Satu tangan Px memegang paha bag distal,
-- tangan lainnya memukul tendo patela
dgn menggunakan palu reflex dgn benar
4. Melaporkan responnya.
97
Pt dlm posisi baring / duduk / berlutut
Px sdkt m’regangkan tendon achilles –
dorsofleksi
Tendon Achilles dipukul dgn ringan tapi
cepat
Responsnya flepsi kaki yg m’sentak
Dpt direinforcement spt KPR
98
99
1. Meminta pt baring / duduk / berlutut
2. Meregangkan tendo Achilles dgn menahan
ujung kaki kedorsofleksi
3. Memukul tendo Achilles secara ringan &
cepat memakai palu reflex dgn benar
4. Melaporkan responsnya.
100
Rangs pd kulit / mukosa
Busur reflex segmental
Terdpt komponen supra spinal juga
Oki r.Superfisial menurun :
Lesi pd busur reflex yg segmental
Lesi pd komponen sypraspinalnya
101
Kulit dd perut digores dgn pensil, ujung gagang palu
reflex
Penggoresan dari samping menuju grs tengah pd
setiap segmen
Segmen epigastrik
Supraumbilik
Umbilik
Infra umbilik
BHR negatip pd
Lesi UMN
Multipara, usia lanjut, hamil, ascites
102
103
104
Rangs berupa goresan pd kulit bag medial paha dgn
gagang palu reflex
Responsnya :
 ELEVASI TESTIS ipsilateral
R.Kremaster pd :
Lesi L 1-2
Usia lanjut
Varicocel
Orchitis - epididimitis
105
106
Rangs goresan pd kulit bokong
Respons :
Grkan reflektorik otot gluteus ipsilateral
Respons hilang pd lesi sef L 4 – S1
Reflex anal eksterna
Rangs goresan pd kulit/mukosa perianal
Respons :
Grkan reflektorik otot sfingter anieksterna
107
Rangs : Penggoresan pd kulit telapak kaki
Respons :
Plantar fleksi kaki dan semua jari kaki
Respons abnormal –
Extensor plantar respons – R.Babinski positip
Ekstensi kaki & pengembangan jari kaki serta
elevasi ibu jari kaki
Tanda lesi di susunan piramidal
108
R.Patologik = reflex yg tak ada pd org sehat kecuali
bayi & anak kecil
Pd org dewasa sehat
Terkelola
Ditekan oleh susunan Piramidal
Anak kecil 4 – 6 th piramidal blm bermielin penuh –
piramidal blm sempurna
Kalau terdpt r.Patologis ( + )
Tanda lesi UMN !
109
R.Hoffman
 Sikap : tangan Pt dan Px terlukis pd Gambar
 Stimulus :
 Goresan pd kuku jari tengah Pt dgn ujung kuku ibu jari
Px
 Respons :
 Ibu jari, telunjuk serta jari jari yg lainnya bereflexi
sejenak setiap jari tengah Pt digores
R.Trommer
 Sikap : tangan Pt dan Px terlukis pd Gambar
 Stimulus :
 Mencolek ujung jari Pt
 Respons :
 Ibu jari, telunjuk serta jari jari yg lainnya bereflexi
sejenak setiap jari tengah Pt tercolek
110
111
Sikap :
pt berbaring dgn tungkai diluruskan
Stimulus
Dilakukan penggoresan telapak kaki bag lateral
Mulai dr tumit ke pangkal ibu jari
Goresan perlahan, tak boleh nyeri – menarik kaki
Respons :
Jika ( + ) , gerakan dorsofleksi ibu jari
Disertai mekarnya jari jari lainnya
112
113
114
Sikap :
pt berbaring dgn tungkai diluruskan
Stimulus
Dilakukan penggoresan bagian lateral maleolus
Goresan perlahan, tak boleh nyeri – menarik kaki
Respons :
Jika ( + ) , gerakan dorsofleksi ibu jari
Disertai mekarnya jari jari lainnya
115
116
117
Openheim
Mengurut tibia dengan ibu jari, jario telunjuk, jari tengah
dari lutut menyusur kebawah (+ = babinski)
Gordon
Otot gastroknemius ditekan (+ sama dengan Babinski)
Scahaefer
Tanda babinski timbul dengan memijit tendon Achiles
Pemfis neurologis

More Related Content

What's hot

Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasusaauyahilda
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerJafar Nyan
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisTenri Ashari Wanahari
 
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan NeurotikPerbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan NeurotikLena Setianingsih
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
 
Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1cokordawahyu
 
Toksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 aToksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 afikri asyura
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilAgus Gunardi
 
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahYohanita Tengku
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Novi Y'uZzman
 
Pendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiPendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiMerdy Prianda
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxAditAditya19
 

What's hot (20)

Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
 
Keratitis mata
Keratitis mataKeratitis mata
Keratitis mata
 
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan NeurotikPerbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
 
Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
 
12 nervus cranial
12 nervus cranial 12 nervus cranial
12 nervus cranial
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Manajemen Luka Bakar
Manajemen Luka BakarManajemen Luka Bakar
Manajemen Luka Bakar
 
Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1
 
Toksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 aToksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 a
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektil
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengah
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
 
7. fraktur
7. fraktur7. fraktur
7. fraktur
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Pendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiPendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopati
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
 

Similar to Pemfis neurologis

ASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.pptASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.pptNurulLaili35
 
Ruang 8- Kasus 1 Modul Penurunan Kesadaran
Ruang 8- Kasus 1 Modul Penurunan KesadaranRuang 8- Kasus 1 Modul Penurunan Kesadaran
Ruang 8- Kasus 1 Modul Penurunan KesadaranAmelia Manatar
 
Pemeriksaan-klinis-neurologis.pdf
Pemeriksaan-klinis-neurologis.pdfPemeriksaan-klinis-neurologis.pdf
Pemeriksaan-klinis-neurologis.pdfStevenDazzle
 
stroke-130711163114-phpapp01.pptx
stroke-130711163114-phpapp01.pptxstroke-130711163114-phpapp01.pptx
stroke-130711163114-phpapp01.pptxsardiantidwitirta
 
stroke-130711163114-phpapp01 (1).pdf
stroke-130711163114-phpapp01 (1).pdfstroke-130711163114-phpapp01 (1).pdf
stroke-130711163114-phpapp01 (1).pdfXIIDBerkahA
 
Pemeriksaan fisik gangguan sistem persarafan
Pemeriksaan fisik gangguan sistem persarafanPemeriksaan fisik gangguan sistem persarafan
Pemeriksaan fisik gangguan sistem persarafanyulvihardoni
 
Tingkat kesadaran & refleks
Tingkat kesadaran & refleksTingkat kesadaran & refleks
Tingkat kesadaran & refleksDedi Qtela
 
Pemeriksaan klinik neurologi
Pemeriksaan klinik neurologiPemeriksaan klinik neurologi
Pemeriksaan klinik neurologiNurul Sari
 
anamnesis persyarafanlllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
anamnesis persyarafanlllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllanamnesis persyarafanlllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
anamnesis persyarafanlllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllArifin Hidayat
 
Low back pain
Low back pain Low back pain
Low back pain cili htbrt
 
Pemeriksaan Fisik Neurologis.ppt
Pemeriksaan Fisik Neurologis.pptPemeriksaan Fisik Neurologis.ppt
Pemeriksaan Fisik Neurologis.pptssuserc20266
 

Similar to Pemfis neurologis (20)

ASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.pptASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
 
Ruang 8- Kasus 1 Modul Penurunan Kesadaran
Ruang 8- Kasus 1 Modul Penurunan KesadaranRuang 8- Kasus 1 Modul Penurunan Kesadaran
Ruang 8- Kasus 1 Modul Penurunan Kesadaran
 
Pemeriksaan-klinis-neurologis.pdf
Pemeriksaan-klinis-neurologis.pdfPemeriksaan-klinis-neurologis.pdf
Pemeriksaan-klinis-neurologis.pdf
 
Pemeriksaan-klinis-neurologis.pdf
Pemeriksaan-klinis-neurologis.pdfPemeriksaan-klinis-neurologis.pdf
Pemeriksaan-klinis-neurologis.pdf
 
stroke-130711163114-phpapp01.pptx
stroke-130711163114-phpapp01.pptxstroke-130711163114-phpapp01.pptx
stroke-130711163114-phpapp01.pptx
 
stroke-130711163114-phpapp01 (1).pdf
stroke-130711163114-phpapp01 (1).pdfstroke-130711163114-phpapp01 (1).pdf
stroke-130711163114-phpapp01 (1).pdf
 
Stroke
StrokeStroke
Stroke
 
Teori persyarafan
Teori persyarafanTeori persyarafan
Teori persyarafan
 
Pemeriksaan fisik gangguan sistem persarafan
Pemeriksaan fisik gangguan sistem persarafanPemeriksaan fisik gangguan sistem persarafan
Pemeriksaan fisik gangguan sistem persarafan
 
Tingkat kesadaran & refleks
Tingkat kesadaran & refleksTingkat kesadaran & refleks
Tingkat kesadaran & refleks
 
Pemeriksaan klinik neurologi
Pemeriksaan klinik neurologiPemeriksaan klinik neurologi
Pemeriksaan klinik neurologi
 
anamnesis persyarafanlllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
anamnesis persyarafanlllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllanamnesis persyarafanlllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
anamnesis persyarafanlllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
 
Low back pain
Low back pain Low back pain
Low back pain
 
EPILEPSI Jazmi.ppt
EPILEPSI Jazmi.pptEPILEPSI Jazmi.ppt
EPILEPSI Jazmi.ppt
 
Asma bronchial Akper pemkab muna
Asma bronchial Akper pemkab munaAsma bronchial Akper pemkab muna
Asma bronchial Akper pemkab muna
 
Pe adult
Pe adultPe adult
Pe adult
 
Indera manusia
Indera manusiaIndera manusia
Indera manusia
 
ANFIS PANCA INDERA.ppt
ANFIS PANCA INDERA.pptANFIS PANCA INDERA.ppt
ANFIS PANCA INDERA.ppt
 
Dokumentasi kebidanan AKPER PEMKAB MUNA
Dokumentasi kebidanan  AKPER PEMKAB MUNA Dokumentasi kebidanan  AKPER PEMKAB MUNA
Dokumentasi kebidanan AKPER PEMKAB MUNA
 
Pemeriksaan Fisik Neurologis.ppt
Pemeriksaan Fisik Neurologis.pptPemeriksaan Fisik Neurologis.ppt
Pemeriksaan Fisik Neurologis.ppt
 

More from Nurul Sari

Kelompok 4 lapas
Kelompok 4 lapasKelompok 4 lapas
Kelompok 4 lapasNurul Sari
 
Kegawatdaruratan respirasi
Kegawatdaruratan respirasiKegawatdaruratan respirasi
Kegawatdaruratan respirasiNurul Sari
 
Neurotransmiter dan komunikasi saraf
Neurotransmiter dan komunikasi sarafNeurotransmiter dan komunikasi saraf
Neurotransmiter dan komunikasi sarafNurul Sari
 
Neurofisiologi neuron
Neurofisiologi neuronNeurofisiologi neuron
Neurofisiologi neuronNurul Sari
 
Anatomi sistem saraf perifer
Anatomi sistem saraf periferAnatomi sistem saraf perifer
Anatomi sistem saraf periferNurul Sari
 
Anatomi sistem saraf pusat
Anatomi sistem saraf pusatAnatomi sistem saraf pusat
Anatomi sistem saraf pusatNurul Sari
 

More from Nurul Sari (7)

Kelompok 4 lapas
Kelompok 4 lapasKelompok 4 lapas
Kelompok 4 lapas
 
Ibd 2018
Ibd 2018Ibd 2018
Ibd 2018
 
Kegawatdaruratan respirasi
Kegawatdaruratan respirasiKegawatdaruratan respirasi
Kegawatdaruratan respirasi
 
Neurotransmiter dan komunikasi saraf
Neurotransmiter dan komunikasi sarafNeurotransmiter dan komunikasi saraf
Neurotransmiter dan komunikasi saraf
 
Neurofisiologi neuron
Neurofisiologi neuronNeurofisiologi neuron
Neurofisiologi neuron
 
Anatomi sistem saraf perifer
Anatomi sistem saraf periferAnatomi sistem saraf perifer
Anatomi sistem saraf perifer
 
Anatomi sistem saraf pusat
Anatomi sistem saraf pusatAnatomi sistem saraf pusat
Anatomi sistem saraf pusat
 

Recently uploaded

PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxPuskesmasTete
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptxAyu Rahayu
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 

Recently uploaded (20)

PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 

Pemfis neurologis

  • 3.
  • 4.
  • 5.
  • 6.  Tingkat kesadaran * Kwantitative : GCS * Kwalitative  Mood dan tingkah laku * Affectnya sesuai atau tidak * Tampak depresi, konvulsive Agresive ..  Memory * Kemampuan mengingat
  • 7. 1. Tingkat kesadaran kualitatif a. Kompos mentis = sadar penuh b. Somnolen / letargi = mengantuk c. Stupor / Sopor = kantuk yang dalam d. Soporokoma / Semikoma = respons thd rangsang nyeri e. Koma = tidak ada respons sama sekali
  • 8. Menggunakan 3 parameter 1. Respons membuka mata 2. Respons verbal 3. Respons motorik
  • 9. Spontan : 4 Terhadap suara : 3 Terhadap nyeri : 2 Tidak ada respon : 1
  • 10. Orientasi baik : 5 Bicara kacau (confused) : 4 Kata-kata tidak tepat : 3 Mengerang : 2 Tidak ada respon : 1
  • 11. Mengikuti perintah : 6 Melokalisir nyeri : 5 Reaksi menghindar : 4 Fleksi abnormal (dekortikasi ) : 3 Ekstensi abnormal (deserebrasi) : 2 Tidak ada respon : 1
  • 12. Rhinorea CSS  Hematom Periorbital / Raccoon eyes / Panda bear eyes / Brill Hematom
  • 14. Menilai apakah rhinorrea/otorhea adalah CSS atau Mucin Dilakukan dengan cara meneteskan cairan tsb diatas kertas tissue atau koran, (+) darah akan terkumpul dibagian tengah & terjadi rembesan CSS yang berbentuk cincin (halo-sign / double ring sign) 14
  • 15.  Intelektual * Kemampuan untuk mengambil keputusan, berfikir akurat, intepretasi …  Bahasa dan bicara * Mengerti * Mampu mengekspresikan * Dapat berbicara - Apasia - Disartria
  • 16.  Kaku kuduk  Tanda Kernig  Tanda Laseque  Tanda Brudzinski leher (I)  Tanda brudzinski kontra lateral tungkai (II)
  • 17.  Terjadi krn iritasi meningeal akibat radang atau benda asing pada rongga subarachnoid
  • 18. Pasien berbaring tanpa bantal, lakukan anterofleksi leher. (+), ada tahanan & kekakuan, dagu tidak dapat disentuh ke dada 18
  • 19. 2. Tanda Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign) Gerakan anterofleksi leher sampai dagu menyentuh sternum akan disusul fleksi involunter pada kedua tungkai. (+) bila terdapat fleksi pada kedua tungkai 3. Tanda brudzinski II (Brudzinsi’s contralateral leg sign) gerakan fleksi pasif paha pada sendi panggul. (+) bila terjadi fleksi involunter sendi panggul dan lutut kontralateral
  • 20. 4. Tanda kernig Pasien berbaring terlentang, fleksikan paha sampai sudut 90°. Lalu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut. (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135° disertai nyeri 5. Tanda Laseque Pasien baring telentang, lakukan fleksi pada sendi panggul pada waktu tungkai dalam sikap lurus. (+) bila timbul nyeri di lekuk iskhiadikus atau tahanan pada waktu fleksi < 60 derajat
  • 21.
  • 22. Nervus 1 : olfaktorius Test penciuman pasien dengan mata tertutup di berkan bau yang sudah di kenal pasien: spt the, minyak angin atau lainnya Normal : normosmi Berkurang : hiposmi Tidak bisa sama sekali Anosmi
  • 23. Sensorik khusus : penghidu, membaui Px. test penciuman
  • 24. Saraf kranial 2 : optikus Lihat papil : funduskop Refleks pupil : cahaya langsung Reflek ancam : tangan pemeriksa menunjuk mata salah satu pasien : mata pasien akan mengedip Tajam penglihatan : kartu snelelen, baca dekat hitung jari dan sebagainya Lapang penglihatan
  • 25. 25 Fungsi : ketajaman penglihatan, lapang penglihatan, reflek pupil langsung Px. Menggunakan Snellen chart
  • 29.  N. Okulomotorius, Troklearis Abdusen (N. III, IV, VI  M’persarati otot bola mata ext * Celah kelopak mata * Pupil * Gerakan bola mata
  • 30. 1. N. okulomotor menggerakan bola mata keatas, bawah atau medial, konstruksi dan dilatasi pupil, serta otot kelopak mata atas 2. N. trochear menggerakan otot mata kebagian bawah dan dalam 3. N. Abdusen menggerakan bola mata kearah luar
  • 31. 31
  • 32. Kelainan : - Ptosis, Enoftalmus, Exoftalmus Pupil  Ukuran (N. 3 – 5 mm) - midriasis, Miosis  Kesamaan - Isokor, Anisokor  Refleks cahaya - +/-
  • 33. Kelainan - Nistagmus  gerakan involunter - Diplopia - Strabismus N. Trigeminus (N V ) *) Otot mengunyah *) Kekuatan mandibula/maksila Kelainan : mulut miring kearah lesi
  • 34. 1. Sensorik wajah dalam 3 cabang optalmik, maksilaris, mandibularis 2. Otot pengunyah Otot maseter dan temporalis 3. Otot pterigoideus 4.Refleks kornea 5. Refleks maseter
  • 35. 35
  • 36. 36
  • 37.  U/ rasa kecap 2/3 lidah bagian depan  Mempersarati otot wajah Muka simestris Kelainan  Muka tidak simestris • N. Akustikus (N VIII)  Menentukan ketajaman pendengaran  Menentukan keseimbangan
  • 38. 1. Serat motorik untuk otot wajah 2. Sensorik pengecapan  untuk lidah 2/3 depan rasa manis, asam, asin 3.Sekresi kelenjer ludah sublingual, submaksilar dan glandula lakrimalis
  • 39. 39
  • 40. 40
  • 42. 42 a. Koklearis : Px. Test pendengaran ; gesekan tangan pemeriksa, detik arloji
  • 43. 1. Tes Rinne, Weber, Schwabach Dengan garpu tala 128, 256, 512
  • 44. Membandingkan suara melalui hantaran udara dan hantaran tulang. Garpu tala ditempel di prosesus mastoideus, bila tidak mendengar lagi dipindahkan ke depan liang telinga. Normalnya hantaran udara akan lebih lama terdengar dari hantaran tulang. 44
  • 45. 45 •Menentukan gangguan pendengaran sensorik atau konduktif. •Garpu tala diletakkan dipuncak kepala atau dahi pasien dan tanyakan adakah suara terdengar disalah satu telinga. •Normal tidak ada lateralisasi telinga kanan kiri Tuli konduktif : lateralisasi kesisi sakit Tuli saraf :lateralisasi ke sisi sehat
  • 46. Membandingkan garpu tala yang digetarkan didepan telinga pasien dengan telinga pemeriksa
  • 47.  Pengecap 1/3 belakang lidah  ke meutus akustikus ext  ke tuba austakius N. Vagus (N.F) * Persarafi palatum, farinx, laring dan rasa viseral Paresis unilateral  Gangguan menelan blm terjadi bilateral  terjadi ggn menelan - Disfagia - Regurgitasi
  • 48. 48 Mensarafi otot stilofaringeus dan serat sensorik telinga tengah, tuba eustachius dan pengecapan lidah 1/3 belakang (rasa pahit)
  • 49. Tes menelan bersama N IX Tes artikulasi, suara serak Denyut jantung Reflek muntah
  • 50.  Menengok kekiri /kekanan Nilai otot trape sius • N. Hipoglosies ( N XII )  Nilai extrinsik & intrinsik otot lidah Paresis : Bilateral : Lidah  lincah Unilateral : Lidah akan membelok kearah lesi
  • 52. 52 Otot intrinsik dan ekstrinsik lidah Pasien diminta untuk menjulurkan lidah  liat deviasi
  • 53. Parese N. XII Didlm mulut, tonus otot akan menarik lidah kesisi yang sehat. Diluar mulut, jika lidah dijulurkan, akan tertarik kesisi yang sakit
  • 54.  Rasa sentuhan/ raba  Rasa nyeri  Rasa suhu
  • 55.  Rasa sentuhan/ raba  Rasa nyeri  Rasa suhu Sensibilitas permukaaan : rasa raba, nyeri, suhu Sensibilitas dalam ; rasa sikap, getar, nyeri dalam (dari struktur otot, ligamen, fasia, tulang) Fungsi kortikaluntuk sensibilitas : stereognosis, pengenalan raba, pengenalan 2 titik, lakalisasi strimulasi 55
  • 56. Alat pemeriksa Kapas yang digulung, jarum, rader, 2 botol berisi air dingin (10 derajat) air panas (45 derajat) Garpu tala 56
  • 57. 57
  • 58. 58
  • 59. 59
  • 60. 60
  • 61. 61
  • 62. 62
  • 63. 1. Bentuk otot 2. Tonus otot 3. Kekuatan otot 4. Cara berdiri / berjalan 5. Gerakan spontan abnormal
  • 64. 1. Bentuk otot Hipotrofi lokal/seluruh Atrofi Hipertrofi lokal/seluruh 2. Tonus otot (ketegangan otot dalam keadaaan istirahat) Periksa saat relaksasi Raba otot bandingkan kanan kiri. Angkat tungkai lalu lepaskan, nilailah  Hypotoni/flaxid  Hypertoni  Spastik : hipertoni mengenai hanya satu sistim saja, ekstensor atau fleksor. Pada awal terasa ada tahanan, bila dilawan terus mendadak tahanan hilang (phenomena pisau lipat)  Rigiditas: tahanan tersendat-sendat (fenomena roda gigi)
  • 65.
  • 66. Pasien melakukan gerakan pemeriksaan menahan lalu nilailah Dinilai dalam derajat kekuatan: 1. Derajat 5 : Normal; seluruh gerakan dapat dilakukan dengan tahanan maksimal 2. Derajat 4 : Dapat melawan gaya berat dan melawan tahanan ringan dan sedang dari pemeriksa 3. Derajat 3 : dapat melawan gaya berat tetapi tidak dapat melawan tahanan dari pemeriksa 4. Derajat 2 : otot hanya dapat bergerak bila gaya berat dihilangkan 5. Derajat 1 : kontraksi otot minimal dapat terasa pada otot berasngkutan tanpa mengakibatkan gerakan 6. Derajat 0 : tidak ada kontraksi otot sama sekali. Paralisis total
  • 67. 67
  • 68. 68
  • 69. 69
  • 70. Finger and foot tapping ( catat kecepatan dan regularitasnya) Skill aksi motorik tangan (membuka / memasang kancing baju)
  • 72. 72
  • 73. 1. Jalan diatas tumit 2. Jalan diatas jari kaki 3. Jalan mundur 4. Jalan lurus lalu berputar 5. Berdiri 1 kaki
  • 74.
  • 75.
  • 76. 1. Tes hidung jari-hidung 2.Tes pronasi supinasi 3. Tes tumit lutut 4. Tes Romberg • Bedakan ataxia vestibular/sensorik (jika pd mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi) • Dgn ataxia cerebellar (jika pd mata terbuka pasien cenderung jatuh ke satu sisi) 6. Tes steping (jalan ditempat) mata tertutup, lihat deviasi atau maju kedepan Abnormal deviasi > 30 derajat, maju 1 m
  • 78. Reflek Fisiologis Reflek patologi Persarafan segmental 1. Jaw reflek (N V) 2. Biceps, brachioradialis ( C 5 & C 6) 3. Tricep ( C 7 & C 8) 4. Finger fleksor (Hofman) C 8 & T 1 5. Platelar reflek ( L 3 & L 4) 6. Ankle reflek ( L 5,S 1-2 )
  • 79. 1. Reflek kulit perut : epigastrium T 6-9, abdomen tengah T 9-11, Hiogastrium T 11-L1 Abdomen digores dari arah luar menuju umbilikus --- kontraksi dinding perut 2. Kremaster ( L 1-2) Paha bagian dalam digores—kontraksi kremaster dan penarikan testis ke atas 3. Reflek anus ( S3-4-5) Pakai sarung tangan ujung jari dimaasukkan kedalam cincin anus terasa kontraksi spingter ani 4. Reflek bulbokavernosus Kulit penis atau glan dicubit terlihat kontraksi bulbokavernosus 5. Reflek Plantar ( L 5, S 1-5) Telapak kaki dirangsang akan timbul fleksi jari kaki seperti pemeriksaan Babinski
  • 80.  Grasp di tangan dan kaki Sentuh telapak tangan atau kaki timbul reflek menggenggam  Suck, snout, rooting, palmomental Sentuh didepan mulut timbul reflek mengisap, mencucu Gores telapak tangan timbul reflek gerakan wajah (palmomental)  Glabelar Ketok dahi dari belakang pasien timbul mata berkedip
  • 81. Alat  Reflex Hammer = Palu Reflex Tehnik p’ketukan Palu dipegang dgn ibu jari & telunjuk Fleksibel  palu dpt diayun bebas Bukan memotong/mamatuk  tapi menjatuhkan kearah tendon Gerakan  berpangkal pd SENDI PERGELANGAN TANGAN Rangs cepat&langsung, jangan terlalu keras Posisi Pasien – relax Jangan lupa Bandingkan Kanan & Kiri ! 81
  • 82. 82
  • 83. 0 : Tak ada respons sama sekali + : Respon lemah ++ : Respon Normal +++ : Respons Meningkat  area pengetukan meluas ++++ : Respons berlebihan & Klonus 83
  • 84. 84
  • 85. R.Fisiologi Lengan Reflex Biseps ( BPR ) Refles Triseps ( TPR ) Reflex Brakhioradialis R.Fisiologi Tungkai Reflex patela ( KPR ) Reflex Achilles ( APR ) 85
  • 86. Pt berbaring/duduk – santai Posisi Lengan bawah antara fleksi & ekstensi Siku pt diletakkan diantara lengan/tangan px Px m’letakan ibu jari diatas tendo biseps Pukulah ibu jari px tadi dgn palu reflex Respons  kontraksi otot biseps & fleksi lengan bawah Ok biseps = supinator  grkan supinasi BPR -- ketuk diklafikula tetap muncul N.Musculocutaneus ( C5 – C6 ) 86
  • 87. 87
  • 88. 1. Meminta pt utk duduk/baring rileks 2. Memfleksikan lengan bawah pt antara fleksi & ekstensi 3. Meletakan siku pt pt pd lengan px 4. Meletakan ibu jari px diatas tendo m.biseps & Memukul ibu jari px memakai palu reflex dgn benar 5. Melaporkan respons 88
  • 89.  Pt dlm posisi berbaring/duduk rilex  Posisi lengan bawah = posisi BPR  Lengan pt diletakan diatas lengan Px  Pukulah tendon yg lewat fosa olekrani dgn palu reflex  Respons  m,.Triseps berkontraksi ekstensi dgn sedikit menyentak  Dpt dirasakan oleh lengan Px  Diinervasi n.Radialis ( C6 – C8 ) 89
  • 90. 90
  • 91. 1. Meminta pt duduk/baring dgn rilex 2. Meletakan lengan pt diatas lengan Px dlm posisi antara fleksi & ekstensi 3. Meminta pt utk merilexkan lengan bawah sepenuhnya 4. Memukul tendo m.triseps pd fosa olekrani menggunakan palu reflex dgn benar 5. Melaporkan responsnya 91
  • 92. Pt dlm posisi baring/duduk Posisi lengan bawah antara fleksi & ekstensi serta tengah tengah antara pronasi & supinasi Pukulah tendo m.brachioradialis pd radius distal dgn palu reflex yg datar Timbul gerakan menyentak pd tangan N.Radialis C 6 92
  • 93. 93
  • 94. 1. Meminta pt baring/duduk rilex 2. Meletakan lengan bawah diatas lengan Px dlm posisi antara fleksi & ekstensi serta antara pronasi & supinasi 3. Meminta pt merilexkan lengan bawahnya 4. Memukul tendon m.brachioradialis pd radius bagian distal menggunakan palu reflex dng benar 5. Melaporkan responsnya. 94
  • 95. Pt dlm posisi baring/duduk rilex Rabalah daerah ka & ki tendon patela utk tttkan lokasi yg tepat Tangan Px memegang bag distal paha pt sdgkan yg satunya memukulkan palu reflex pd tendon m.patela Responnya = kontraksi m.quadriceps femoris dan hentakan ekstensi tungkai bawah Responnya kecil – jendrassik manuever 95
  • 96. 96
  • 97. 1. Meminta pt berbaring / duduk dgn tungkai menjuntai 2. Mempalpasi daerah Ka & Ki tendo patela utk tttkan daerah yg tepat 3. Satu tangan Px memegang paha bag distal, -- tangan lainnya memukul tendo patela dgn menggunakan palu reflex dgn benar 4. Melaporkan responnya. 97
  • 98. Pt dlm posisi baring / duduk / berlutut Px sdkt m’regangkan tendon achilles – dorsofleksi Tendon Achilles dipukul dgn ringan tapi cepat Responsnya flepsi kaki yg m’sentak Dpt direinforcement spt KPR 98
  • 99. 99
  • 100. 1. Meminta pt baring / duduk / berlutut 2. Meregangkan tendo Achilles dgn menahan ujung kaki kedorsofleksi 3. Memukul tendo Achilles secara ringan & cepat memakai palu reflex dgn benar 4. Melaporkan responsnya. 100
  • 101. Rangs pd kulit / mukosa Busur reflex segmental Terdpt komponen supra spinal juga Oki r.Superfisial menurun : Lesi pd busur reflex yg segmental Lesi pd komponen sypraspinalnya 101
  • 102. Kulit dd perut digores dgn pensil, ujung gagang palu reflex Penggoresan dari samping menuju grs tengah pd setiap segmen Segmen epigastrik Supraumbilik Umbilik Infra umbilik BHR negatip pd Lesi UMN Multipara, usia lanjut, hamil, ascites 102
  • 103. 103
  • 104. 104
  • 105. Rangs berupa goresan pd kulit bag medial paha dgn gagang palu reflex Responsnya :  ELEVASI TESTIS ipsilateral R.Kremaster pd : Lesi L 1-2 Usia lanjut Varicocel Orchitis - epididimitis 105
  • 106. 106
  • 107. Rangs goresan pd kulit bokong Respons : Grkan reflektorik otot gluteus ipsilateral Respons hilang pd lesi sef L 4 – S1 Reflex anal eksterna Rangs goresan pd kulit/mukosa perianal Respons : Grkan reflektorik otot sfingter anieksterna 107
  • 108. Rangs : Penggoresan pd kulit telapak kaki Respons : Plantar fleksi kaki dan semua jari kaki Respons abnormal – Extensor plantar respons – R.Babinski positip Ekstensi kaki & pengembangan jari kaki serta elevasi ibu jari kaki Tanda lesi di susunan piramidal 108
  • 109. R.Patologik = reflex yg tak ada pd org sehat kecuali bayi & anak kecil Pd org dewasa sehat Terkelola Ditekan oleh susunan Piramidal Anak kecil 4 – 6 th piramidal blm bermielin penuh – piramidal blm sempurna Kalau terdpt r.Patologis ( + ) Tanda lesi UMN ! 109
  • 110. R.Hoffman  Sikap : tangan Pt dan Px terlukis pd Gambar  Stimulus :  Goresan pd kuku jari tengah Pt dgn ujung kuku ibu jari Px  Respons :  Ibu jari, telunjuk serta jari jari yg lainnya bereflexi sejenak setiap jari tengah Pt digores R.Trommer  Sikap : tangan Pt dan Px terlukis pd Gambar  Stimulus :  Mencolek ujung jari Pt  Respons :  Ibu jari, telunjuk serta jari jari yg lainnya bereflexi sejenak setiap jari tengah Pt tercolek 110
  • 111. 111
  • 112. Sikap : pt berbaring dgn tungkai diluruskan Stimulus Dilakukan penggoresan telapak kaki bag lateral Mulai dr tumit ke pangkal ibu jari Goresan perlahan, tak boleh nyeri – menarik kaki Respons : Jika ( + ) , gerakan dorsofleksi ibu jari Disertai mekarnya jari jari lainnya 112
  • 113. 113
  • 114. 114
  • 115. Sikap : pt berbaring dgn tungkai diluruskan Stimulus Dilakukan penggoresan bagian lateral maleolus Goresan perlahan, tak boleh nyeri – menarik kaki Respons : Jika ( + ) , gerakan dorsofleksi ibu jari Disertai mekarnya jari jari lainnya 115
  • 116. 116
  • 117. 117
  • 118. Openheim Mengurut tibia dengan ibu jari, jario telunjuk, jari tengah dari lutut menyusur kebawah (+ = babinski) Gordon Otot gastroknemius ditekan (+ sama dengan Babinski) Scahaefer Tanda babinski timbul dengan memijit tendon Achiles