SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
PEMERIKSAAN
NEUROMUSKULAR
1
PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE
(GCS)
TAMPAKAN SKALA NILAI
EYE OPENING SPONTAN
Spontan membuka mata sendiri
4
DIPANGGIL
Membuka mata setelah diberi
ucapan atau dipanggil
3
RANGSANG NYERI
Membuka mata setelah diberi
rangsang nyeri
2
TIDAK ADA RESPONSE
(DIAM)
Tdk dpt membuka mata setelah
diberi rangsang apapun
1
2
3
PENILAIAN GLASSGOW COMA
SCALE (GCS)
TAMPAKAN SKALA NILAI
VERBAL RESPONSE ORIENTASI BAIK 5
JAWABAN KACAU 4
BERKATA TIDAK SESUAI 3
BUNYI TAK BERARTI
INCOMPREHENSIBLE
(mengerang)
2
TIDAK BERSUARA 1
4
PENILAIAN GLASSGOW COMA
SCALE (GCS)
MOTOR RESPONSE SESUAI PERINTAH
Dapat menuruti perintah, misal :
tunjukan 2 jari anda
6
GERAKAN NORMAL 5
REAKSI PADA NYERI
Dapat menarik tangan/ fleksi
setelah jarinya ditusuk (withdrawl)
4
FLEKSI (DEKORTIKASI)
Adanya abnormal flexion
3
EKSTENSI (DESEREBRASI)
Adanya ekstensor response
2
TIDAK ADA GERAKAN 1
5
6
7
 Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran
berdasarkan GCS disajikan dalam simbol
E…V…M… Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan.
 Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu
E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu
E1V1M1.
 SOMNOLEN :
Keadaan mengantuk . Kesadaran dapat pulih penuh
bila dirangsang . Somnolen disebut juga sebagai:
letargi.
Tingkat kesadaran ini ditandai oleh mudahnya pasien
dibangungkan, mampu memberi jawaban verbal dan
menangkis rangsang nyeri.
10
SARAF KRANIAL
13
CARA PEMERIKSAAN SARAF
KRANIALIS.
14
SARAF OTAK I ( NERVUS OLFAKTORIUS ).
 Tujuan pemeriksaan : untuk mendeteksi adanya
gangguan menghidu, selain itu untuk mengetahui
apakah gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan
saraf atau penyakit hidung lokal.
CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.
15
SARAF OTAK I ( NERVUS OLFAKTORIUS ).
 Cara pemeriksaan.
Salah satu hidung pasien ditutup, dan pasien diminta untuk
mencium bau-bauan tertentu yang tidak merangsang .
Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan
menutup lubang hidung yang lainnya dengan tangan.
Sebelumnya periksa lubang hidung apakah ada sumbatan
atau kelainan setempat, misalnya ingus atau polip.
Contoh bahan yang sebaiknya dipakai adalah : teh, kopi,
tembakau, sabun, jeruk.
CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.
16
SARAF OTAK I ( NERVUS OLFAKTORIUS ).
 Anosmia adalah hilangnya daya penghiduan.
 Hiposmia adalah bila daya ini kurang tajam
 Hiperosmia adalah daya penghiduan yang terlalu peka.
 Parosmia adalah gangguan penghiduan bilamana
tercium bau yang tidak sesuai misalnya minyak kayu
putih tercium sebagai bau bawang goreng.
17
CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.
18
SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).
Tujuan pemeriksaan :
Untuk mengukur ketajaman penglihatan ( visus) dan
menentukan apakah kelainan pada penglihatan
disebabkan oleh kelainan okuler lokal atau oleh kelainan
saraf.
Untuk mempelajari lapang pandang.
CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.
19
SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).
 Cara pemeriksaan.
1. Pemeriksaan penglihatan ( visus )
Ketajaman penglihatan diperiksa dengan :
 membandingkan ketajaman penglihatan pemeriksa
dengan jalan pasien disuruh melihat benda yang
letaknya jauh misal jam didinding, membaca huruf di
buku atau koran.
Nervus II (Optikus)
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)
21
Fungsi N III,IV,VI saling berkaitan dan diperiksa bersama
sama .
Fungsinya ialah menggerakkan otot mata ekstraokuler dan
mengangkat kelopak mata. Serabut otonom N III mengatur
otot pupil.
Cara pemeriksaan.
Terdiri dari:
 pemeriksaan gerakan bola mata.
 pemeriksaan kelopak mata.
 pemeriksaan pupil.
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)
22
1.Pemeriksaan gerakan bola mata.
 Lihat ada/tidaknya nystagmus ( gerakan bola mata diluar kemauan
pasien).
 Pasien diminta untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa yang
digerakkan kesegala jurusan. Lihat apakah ada hambatan pada
pergerakan matanya. Hambatan yang terjadi dapat pada satu atau
dua bola mata.
 Pasien diminta untuk menggerakan sendiri bola matanya.
2.Pemeriksaan kelopak mata:
 Membandingkan celah mata/fissura palpebralis kiri dan kanan.
Ptosis adalah kelopak mata yang menutup.
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)
23
3. Pemeriksaan pupil
 Lihat diameter pupil, normal besarnya 3 mm.
 Bandingkan kiri dengan kanan ( isokor atau anisokor ).
 Lihat bentuk bulatan pupil teratur atau tidak.
Pemeriksaan refleks pupil:
refleks cahaya.
 Direk/langsung : cahaya ditujukan seluruhnya kearah pupil.
 Normal , akibat adanya cahaya maka pupil akan mengecil ( miosis ).
 Perhatikan juga apakah pupil segera miosis, dan apakah ada
pelebaran kembali yang tidak terjadi dengan segera.
 Indirek/tidak langsung: refleks cahaya konsensuil. Cahaya ditujukan
pada satu pupil, dan perhatikan pupil sisi yang lain.
24
SARAF OTAK V ( NERVUS TRIGEMINUS ).
25
Cara pemeriksaan.
 Pemeriksaan motorik.
 pasien diminta merapatkan gigi sekuatnya, kemudian
meraba m . masseter dan m. Temporalis. Normalnya kiri
dan kanan kekuatan, besar dan tonus nya sama .
SARAF OTAK VII ( NERVUS FASIALIS ).
26
Pemeriksaan fungsi motorik.
 Pasien diperiksa dalam keadaan istirahat. Perhatikan wajah pasien
kiri dan kanan apakah simetris atau tidak. Perhatikan juga lipatan
dahi, tinggi alis, lebarnya celah mata, lipatan kulit nasolabial dan
sudut mulut. Kemudian pasien diminta untuk menggerakan wajahnya
antara lain:
 Mengerutkan dahi, dibagian yang lumpuh lipatannya tidak dalam.
 Mengangkat alis
 Menutup mata dengan rapat dan dicoba buka dengan tangan
pemeriksa.
 Moncongkan bibir atau menyengir.
 Suruh pasien bersiul, dalam keadaan pipi mengembung tekan kiri
27
SARAF OTAK VII ( NERVUS
FASIALIS ).
28
Pemeriksaan fungsi sensorik.
 Dilakukan pada 2/3 bagian lidah depan. Pasien
disuruh untuk menjulurkan lidah , kemudian pada sisi
kanan dan kiri diletakkan gula, asam,garam atau
sesuatu yang pahit. Pasien cukup menuliskan apa
yang terasa diatas secarik kertas.
 Kelumpuhan nervus facialis, ada 2 :
 1. Tipe central
Salah satu gejala sindrom hemiplegia
Kelumpuhan otot wajah, namun masih mampu
mengangkat alis, menutup mata karena otot frontalis
dan orbicularis oculi mempunyai persarafan
supranukelar secara bilateral
 2. Tipe perifer
Kelumpuhan otot wajah
29
 SKALA UGO FISCH
 Dinilai kondisi simetris atau asimetris antara
sisi sehat dan sisi sakit pada 5 posisi :
30
Posisi Nilai
Persentase (%)
0, 30, 70, 100
Skor
Istirahat 20
Mengerutkan
dahi
10
Menutup mata 30
Tersenyum 30
Bersiul 10
Total
 Penilaian persentase :
 0 % : asimetris komplit, tidak ada gerakan
volunter
 30 % : simetris, poor/jelek, kesembuhan yang
ada lebih dekat ke asimetris komplit daripada
simetris normal.
 70 % : simetris, fair/cukup, kesembuhan
parsial yang cenderung ke arah normal
 100% : simetris, normal/komplit
31
SARAF OTAK VIII VESTIBULOKOKHLEARIS ( NERVUS
KOKHLEARIS, NERVUS VESTIBULARIS
32
Pemeriksaan N. Kokhlearis.
Fungsi N. Kokhlearis adalah untuk pendengaran.
a. Pemeriksaan Schwabach.
Pada test ini pendengaran pasien dibandingkan dengan
pendengaran pemeriksa yang dianggap normal. Garpu tala
dibunyikan dan kemudian ditempatkan didekat telinga pasien.
33
Pemeriksaan N. Vestibularis.
A. Pemeriksaan “past pointing test”.
 Pasien diminta menyentuh ujung jari pemeriksa
dengan jari telunjuknya, kemudian dengan mata
tertutup pasien diminta untuk mengulangi.
Normalnya pasien harus dapat melakukannya.
34
Pemeriksaan N. Vestibularis.
B. Test Romberg .
 Pada pemeriksaan ini pasien berdiri dengan kaki yang satu didepan kaki
yang lainnya. Tumit kaki yang satu berada didepan jari kaki yang lainnya,
lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang yang normal
mampu berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam selama 30 detik
atau lebih.
C. Test melangkah ditempat ( Stepping test ).
 Pasien disuruh berjalan ditempat, dengan mata tertutup , sebanyak 50
langkah dengan kecepatan seperti jalan biasa. Selama test ini pasien
diminta untuk berusaha agar tetap ditempat dan tidak beranjak dari
tempatnya selama test berlangsung.
 Dikatakan abnormal bila kedudukan akhir pasien beranjak lebih dari 1
meter dari tempatnya semula, atau badan terputar lebih dari 30 derajat.
SARAF OTAK IX & X( NERVUS GLOSOFARINGEUS &
NERVUS VAGUS)
35
 Cara pemeriksaan:
 Pasien diminta untuk membuka mulut dan mengatakan
huruf “ a” . Jika ada gangguan, maka otot stylopharyngeus
tak dapat terangkat dan menyempit dan akibatnya rongga
hidung dan rongga mulut masih berhubungan sehingga
bocor.
 Pemeriksa menggoreskan atau menyentuh dinding pharynx
kanan dan kiri dan bila ada gangguan sensibilitas maka
tidak terjadi refleks muntah.
SARAF OTAK XI ( NERVUS
AKSESORIUS ).
36
Cara pemeriksaan.
 Memeriksa tonus dari m. Trapezius. Dengan menekan
pundak pasien dan pasien diminta untuk mengangkat
pundaknya.
 Memeriksa m. Sternocleidomastoideus. Pasien diminta
untuk menoleh kekanan dan kekiri dan ditahan oleh
pemeriksa , kemudian dilihat dan diraba tonus dari m.
Sternocleidomastoideus.
SARAF OTAK XII ( NERVUS
HIPOGLOSUS ).
37
Cara pemeriksaan.
 Dengan adanya gangguan pergerakan lidah, maka kata-kata tidak
dapat diucapkan dengan baik hal demikian disebut: dysarthria.
 Dalam keadaan diam lidah tidak simetris, biasanya tergeser
kedaerah lumpuh karena tonus disini menurun.
 Bila lidah dijulurkan maka lidah akan membelok kesisi yang sakit.
 Melihat apakah ada atrofi atau fasikulasi pada otot lidah .
 Kekuatan otot lidah dapat diperiksa dengan menekan lidah
kesamping pada pipi dan dibandingkan kekuatannya pada kedua
sisi pipi.
TERIMA KASIH
38

More Related Content

Similar to GCS-Pemeriksaan

Similar to GCS-Pemeriksaan (20)

Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptxPemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
 
BED SIDE TEACHING chalazion.pptx
BED SIDE TEACHING chalazion.pptxBED SIDE TEACHING chalazion.pptx
BED SIDE TEACHING chalazion.pptx
 
Neuroped
NeuropedNeuroped
Neuroped
 
Ebook saku ukom
Ebook saku ukomEbook saku ukom
Ebook saku ukom
 
Pemeriksaan fisik gangguan sistem persarafan
Pemeriksaan fisik gangguan sistem persarafanPemeriksaan fisik gangguan sistem persarafan
Pemeriksaan fisik gangguan sistem persarafan
 
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.pptASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
 
Pemeriksaan lapangan pandang (tes konfrontasi dan amsler
Pemeriksaan lapangan pandang (tes konfrontasi dan amslerPemeriksaan lapangan pandang (tes konfrontasi dan amsler
Pemeriksaan lapangan pandang (tes konfrontasi dan amsler
 
Glukoma
GlukomaGlukoma
Glukoma
 
CRS PPT Pemeriksaan dan kelainan refraksi.pdf
CRS PPT Pemeriksaan dan kelainan refraksi.pdfCRS PPT Pemeriksaan dan kelainan refraksi.pdf
CRS PPT Pemeriksaan dan kelainan refraksi.pdf
 
Pegkjian tk
Pegkjian tkPegkjian tk
Pegkjian tk
 
NIHSS - Bahasa Indo.pptx
NIHSS - Bahasa Indo.pptxNIHSS - Bahasa Indo.pptx
NIHSS - Bahasa Indo.pptx
 
Px neurologi fix
Px neurologi fixPx neurologi fix
Px neurologi fix
 
Pemfis neurologi@dons
Pemfis neurologi@donsPemfis neurologi@dons
Pemfis neurologi@dons
 
Strabismus kelompok
Strabismus kelompokStrabismus kelompok
Strabismus kelompok
 
Strabismus 2019
Strabismus 2019Strabismus 2019
Strabismus 2019
 
Teori persyarafan
Teori persyarafanTeori persyarafan
Teori persyarafan
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
scribfree.com_head-to-toe.pptx
scribfree.com_head-to-toe.pptxscribfree.com_head-to-toe.pptx
scribfree.com_head-to-toe.pptx
 
BBL & PENJAHITAN PERINEUM DERAJAT II.pptx
BBL & PENJAHITAN PERINEUM DERAJAT II.pptxBBL & PENJAHITAN PERINEUM DERAJAT II.pptx
BBL & PENJAHITAN PERINEUM DERAJAT II.pptx
 
Manual csl-iv 2014-pemeriksaan-neurologik-lainnya
Manual csl-iv 2014-pemeriksaan-neurologik-lainnyaManual csl-iv 2014-pemeriksaan-neurologik-lainnya
Manual csl-iv 2014-pemeriksaan-neurologik-lainnya
 

Recently uploaded

PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 

Recently uploaded (18)

PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 

GCS-Pemeriksaan

  • 2. PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE (GCS) TAMPAKAN SKALA NILAI EYE OPENING SPONTAN Spontan membuka mata sendiri 4 DIPANGGIL Membuka mata setelah diberi ucapan atau dipanggil 3 RANGSANG NYERI Membuka mata setelah diberi rangsang nyeri 2 TIDAK ADA RESPONSE (DIAM) Tdk dpt membuka mata setelah diberi rangsang apapun 1 2
  • 3. 3
  • 4. PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE (GCS) TAMPAKAN SKALA NILAI VERBAL RESPONSE ORIENTASI BAIK 5 JAWABAN KACAU 4 BERKATA TIDAK SESUAI 3 BUNYI TAK BERARTI INCOMPREHENSIBLE (mengerang) 2 TIDAK BERSUARA 1 4
  • 5. PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE (GCS) MOTOR RESPONSE SESUAI PERINTAH Dapat menuruti perintah, misal : tunjukan 2 jari anda 6 GERAKAN NORMAL 5 REAKSI PADA NYERI Dapat menarik tangan/ fleksi setelah jarinya ditusuk (withdrawl) 4 FLEKSI (DEKORTIKASI) Adanya abnormal flexion 3 EKSTENSI (DESEREBRASI) Adanya ekstensor response 2 TIDAK ADA GERAKAN 1 5
  • 6. 6
  • 7. 7
  • 8.  Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…V…M… Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan.  Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
  • 9.  SOMNOLEN : Keadaan mengantuk . Kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang . Somnolen disebut juga sebagai: letargi. Tingkat kesadaran ini ditandai oleh mudahnya pasien dibangungkan, mampu memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri. 10
  • 11. CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS. 14 SARAF OTAK I ( NERVUS OLFAKTORIUS ).  Tujuan pemeriksaan : untuk mendeteksi adanya gangguan menghidu, selain itu untuk mengetahui apakah gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan saraf atau penyakit hidung lokal.
  • 12. CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS. 15 SARAF OTAK I ( NERVUS OLFAKTORIUS ).  Cara pemeriksaan. Salah satu hidung pasien ditutup, dan pasien diminta untuk mencium bau-bauan tertentu yang tidak merangsang . Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup lubang hidung yang lainnya dengan tangan. Sebelumnya periksa lubang hidung apakah ada sumbatan atau kelainan setempat, misalnya ingus atau polip. Contoh bahan yang sebaiknya dipakai adalah : teh, kopi, tembakau, sabun, jeruk.
  • 13. CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS. 16 SARAF OTAK I ( NERVUS OLFAKTORIUS ).  Anosmia adalah hilangnya daya penghiduan.  Hiposmia adalah bila daya ini kurang tajam  Hiperosmia adalah daya penghiduan yang terlalu peka.  Parosmia adalah gangguan penghiduan bilamana tercium bau yang tidak sesuai misalnya minyak kayu putih tercium sebagai bau bawang goreng.
  • 14. 17
  • 15. CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS. 18 SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ). Tujuan pemeriksaan : Untuk mengukur ketajaman penglihatan ( visus) dan menentukan apakah kelainan pada penglihatan disebabkan oleh kelainan okuler lokal atau oleh kelainan saraf. Untuk mempelajari lapang pandang.
  • 16. CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS. 19 SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).  Cara pemeriksaan. 1. Pemeriksaan penglihatan ( visus ) Ketajaman penglihatan diperiksa dengan :  membandingkan ketajaman penglihatan pemeriksa dengan jalan pasien disuruh melihat benda yang letaknya jauh misal jam didinding, membaca huruf di buku atau koran.
  • 18. SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS) 21 Fungsi N III,IV,VI saling berkaitan dan diperiksa bersama sama . Fungsinya ialah menggerakkan otot mata ekstraokuler dan mengangkat kelopak mata. Serabut otonom N III mengatur otot pupil. Cara pemeriksaan. Terdiri dari:  pemeriksaan gerakan bola mata.  pemeriksaan kelopak mata.  pemeriksaan pupil.
  • 19. SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS) 22 1.Pemeriksaan gerakan bola mata.  Lihat ada/tidaknya nystagmus ( gerakan bola mata diluar kemauan pasien).  Pasien diminta untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa yang digerakkan kesegala jurusan. Lihat apakah ada hambatan pada pergerakan matanya. Hambatan yang terjadi dapat pada satu atau dua bola mata.  Pasien diminta untuk menggerakan sendiri bola matanya. 2.Pemeriksaan kelopak mata:  Membandingkan celah mata/fissura palpebralis kiri dan kanan. Ptosis adalah kelopak mata yang menutup.
  • 20. SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS) 23 3. Pemeriksaan pupil  Lihat diameter pupil, normal besarnya 3 mm.  Bandingkan kiri dengan kanan ( isokor atau anisokor ).  Lihat bentuk bulatan pupil teratur atau tidak. Pemeriksaan refleks pupil: refleks cahaya.  Direk/langsung : cahaya ditujukan seluruhnya kearah pupil.  Normal , akibat adanya cahaya maka pupil akan mengecil ( miosis ).  Perhatikan juga apakah pupil segera miosis, dan apakah ada pelebaran kembali yang tidak terjadi dengan segera.  Indirek/tidak langsung: refleks cahaya konsensuil. Cahaya ditujukan pada satu pupil, dan perhatikan pupil sisi yang lain.
  • 21. 24
  • 22. SARAF OTAK V ( NERVUS TRIGEMINUS ). 25 Cara pemeriksaan.  Pemeriksaan motorik.  pasien diminta merapatkan gigi sekuatnya, kemudian meraba m . masseter dan m. Temporalis. Normalnya kiri dan kanan kekuatan, besar dan tonus nya sama .
  • 23. SARAF OTAK VII ( NERVUS FASIALIS ). 26 Pemeriksaan fungsi motorik.  Pasien diperiksa dalam keadaan istirahat. Perhatikan wajah pasien kiri dan kanan apakah simetris atau tidak. Perhatikan juga lipatan dahi, tinggi alis, lebarnya celah mata, lipatan kulit nasolabial dan sudut mulut. Kemudian pasien diminta untuk menggerakan wajahnya antara lain:  Mengerutkan dahi, dibagian yang lumpuh lipatannya tidak dalam.  Mengangkat alis  Menutup mata dengan rapat dan dicoba buka dengan tangan pemeriksa.  Moncongkan bibir atau menyengir.  Suruh pasien bersiul, dalam keadaan pipi mengembung tekan kiri
  • 24. 27
  • 25. SARAF OTAK VII ( NERVUS FASIALIS ). 28 Pemeriksaan fungsi sensorik.  Dilakukan pada 2/3 bagian lidah depan. Pasien disuruh untuk menjulurkan lidah , kemudian pada sisi kanan dan kiri diletakkan gula, asam,garam atau sesuatu yang pahit. Pasien cukup menuliskan apa yang terasa diatas secarik kertas.
  • 26.  Kelumpuhan nervus facialis, ada 2 :  1. Tipe central Salah satu gejala sindrom hemiplegia Kelumpuhan otot wajah, namun masih mampu mengangkat alis, menutup mata karena otot frontalis dan orbicularis oculi mempunyai persarafan supranukelar secara bilateral  2. Tipe perifer Kelumpuhan otot wajah 29
  • 27.  SKALA UGO FISCH  Dinilai kondisi simetris atau asimetris antara sisi sehat dan sisi sakit pada 5 posisi : 30 Posisi Nilai Persentase (%) 0, 30, 70, 100 Skor Istirahat 20 Mengerutkan dahi 10 Menutup mata 30 Tersenyum 30 Bersiul 10 Total
  • 28.  Penilaian persentase :  0 % : asimetris komplit, tidak ada gerakan volunter  30 % : simetris, poor/jelek, kesembuhan yang ada lebih dekat ke asimetris komplit daripada simetris normal.  70 % : simetris, fair/cukup, kesembuhan parsial yang cenderung ke arah normal  100% : simetris, normal/komplit 31
  • 29. SARAF OTAK VIII VESTIBULOKOKHLEARIS ( NERVUS KOKHLEARIS, NERVUS VESTIBULARIS 32 Pemeriksaan N. Kokhlearis. Fungsi N. Kokhlearis adalah untuk pendengaran. a. Pemeriksaan Schwabach. Pada test ini pendengaran pasien dibandingkan dengan pendengaran pemeriksa yang dianggap normal. Garpu tala dibunyikan dan kemudian ditempatkan didekat telinga pasien.
  • 30. 33 Pemeriksaan N. Vestibularis. A. Pemeriksaan “past pointing test”.  Pasien diminta menyentuh ujung jari pemeriksa dengan jari telunjuknya, kemudian dengan mata tertutup pasien diminta untuk mengulangi. Normalnya pasien harus dapat melakukannya.
  • 31. 34 Pemeriksaan N. Vestibularis. B. Test Romberg .  Pada pemeriksaan ini pasien berdiri dengan kaki yang satu didepan kaki yang lainnya. Tumit kaki yang satu berada didepan jari kaki yang lainnya, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih. C. Test melangkah ditempat ( Stepping test ).  Pasien disuruh berjalan ditempat, dengan mata tertutup , sebanyak 50 langkah dengan kecepatan seperti jalan biasa. Selama test ini pasien diminta untuk berusaha agar tetap ditempat dan tidak beranjak dari tempatnya selama test berlangsung.  Dikatakan abnormal bila kedudukan akhir pasien beranjak lebih dari 1 meter dari tempatnya semula, atau badan terputar lebih dari 30 derajat.
  • 32. SARAF OTAK IX & X( NERVUS GLOSOFARINGEUS & NERVUS VAGUS) 35  Cara pemeriksaan:  Pasien diminta untuk membuka mulut dan mengatakan huruf “ a” . Jika ada gangguan, maka otot stylopharyngeus tak dapat terangkat dan menyempit dan akibatnya rongga hidung dan rongga mulut masih berhubungan sehingga bocor.  Pemeriksa menggoreskan atau menyentuh dinding pharynx kanan dan kiri dan bila ada gangguan sensibilitas maka tidak terjadi refleks muntah.
  • 33. SARAF OTAK XI ( NERVUS AKSESORIUS ). 36 Cara pemeriksaan.  Memeriksa tonus dari m. Trapezius. Dengan menekan pundak pasien dan pasien diminta untuk mengangkat pundaknya.  Memeriksa m. Sternocleidomastoideus. Pasien diminta untuk menoleh kekanan dan kekiri dan ditahan oleh pemeriksa , kemudian dilihat dan diraba tonus dari m. Sternocleidomastoideus.
  • 34. SARAF OTAK XII ( NERVUS HIPOGLOSUS ). 37 Cara pemeriksaan.  Dengan adanya gangguan pergerakan lidah, maka kata-kata tidak dapat diucapkan dengan baik hal demikian disebut: dysarthria.  Dalam keadaan diam lidah tidak simetris, biasanya tergeser kedaerah lumpuh karena tonus disini menurun.  Bila lidah dijulurkan maka lidah akan membelok kesisi yang sakit.  Melihat apakah ada atrofi atau fasikulasi pada otot lidah .  Kekuatan otot lidah dapat diperiksa dengan menekan lidah kesamping pada pipi dan dibandingkan kekuatannya pada kedua sisi pipi.