2. PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE
(GCS)
TAMPAKAN SKALA NILAI
EYE OPENING SPONTAN
Spontan membuka mata sendiri
4
DIPANGGIL
Membuka mata setelah diberi
ucapan atau dipanggil
3
RANGSANG NYERI
Membuka mata setelah diberi
rangsang nyeri
2
TIDAK ADA RESPONSE
(DIAM)
Tdk dpt membuka mata setelah
diberi rangsang apapun
1
2
4. PENILAIAN GLASSGOW COMA
SCALE (GCS)
TAMPAKAN SKALA NILAI
VERBAL RESPONSE ORIENTASI BAIK 5
JAWABAN KACAU 4
BERKATA TIDAK SESUAI 3
BUNYI TAK BERARTI
INCOMPREHENSIBLE
(mengerang)
2
TIDAK BERSUARA 1
4
5. PENILAIAN GLASSGOW COMA
SCALE (GCS)
MOTOR RESPONSE SESUAI PERINTAH
Dapat menuruti perintah, misal :
tunjukan 2 jari anda
6
GERAKAN NORMAL 5
REAKSI PADA NYERI
Dapat menarik tangan/ fleksi
setelah jarinya ditusuk (withdrawl)
4
FLEKSI (DEKORTIKASI)
Adanya abnormal flexion
3
EKSTENSI (DESEREBRASI)
Adanya ekstensor response
2
TIDAK ADA GERAKAN 1
5
8. Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran
berdasarkan GCS disajikan dalam simbol
E…V…M… Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan.
Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu
E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu
E1V1M1.
9. SOMNOLEN :
Keadaan mengantuk . Kesadaran dapat pulih penuh
bila dirangsang . Somnolen disebut juga sebagai:
letargi.
Tingkat kesadaran ini ditandai oleh mudahnya pasien
dibangungkan, mampu memberi jawaban verbal dan
menangkis rangsang nyeri.
10
11. CARA PEMERIKSAAN SARAF
KRANIALIS.
14
SARAF OTAK I ( NERVUS OLFAKTORIUS ).
Tujuan pemeriksaan : untuk mendeteksi adanya
gangguan menghidu, selain itu untuk mengetahui
apakah gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan
saraf atau penyakit hidung lokal.
12. CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.
15
SARAF OTAK I ( NERVUS OLFAKTORIUS ).
Cara pemeriksaan.
Salah satu hidung pasien ditutup, dan pasien diminta untuk
mencium bau-bauan tertentu yang tidak merangsang .
Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan
menutup lubang hidung yang lainnya dengan tangan.
Sebelumnya periksa lubang hidung apakah ada sumbatan
atau kelainan setempat, misalnya ingus atau polip.
Contoh bahan yang sebaiknya dipakai adalah : teh, kopi,
tembakau, sabun, jeruk.
13. CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.
16
SARAF OTAK I ( NERVUS OLFAKTORIUS ).
Anosmia adalah hilangnya daya penghiduan.
Hiposmia adalah bila daya ini kurang tajam
Hiperosmia adalah daya penghiduan yang terlalu peka.
Parosmia adalah gangguan penghiduan bilamana
tercium bau yang tidak sesuai misalnya minyak kayu
putih tercium sebagai bau bawang goreng.
15. CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.
18
SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).
Tujuan pemeriksaan :
Untuk mengukur ketajaman penglihatan ( visus) dan
menentukan apakah kelainan pada penglihatan
disebabkan oleh kelainan okuler lokal atau oleh kelainan
saraf.
Untuk mempelajari lapang pandang.
16. CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.
19
SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).
Cara pemeriksaan.
1. Pemeriksaan penglihatan ( visus )
Ketajaman penglihatan diperiksa dengan :
membandingkan ketajaman penglihatan pemeriksa
dengan jalan pasien disuruh melihat benda yang
letaknya jauh misal jam didinding, membaca huruf di
buku atau koran.
18. SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)
21
Fungsi N III,IV,VI saling berkaitan dan diperiksa bersama
sama .
Fungsinya ialah menggerakkan otot mata ekstraokuler dan
mengangkat kelopak mata. Serabut otonom N III mengatur
otot pupil.
Cara pemeriksaan.
Terdiri dari:
pemeriksaan gerakan bola mata.
pemeriksaan kelopak mata.
pemeriksaan pupil.
19. SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)
22
1.Pemeriksaan gerakan bola mata.
Lihat ada/tidaknya nystagmus ( gerakan bola mata diluar kemauan
pasien).
Pasien diminta untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa yang
digerakkan kesegala jurusan. Lihat apakah ada hambatan pada
pergerakan matanya. Hambatan yang terjadi dapat pada satu atau
dua bola mata.
Pasien diminta untuk menggerakan sendiri bola matanya.
2.Pemeriksaan kelopak mata:
Membandingkan celah mata/fissura palpebralis kiri dan kanan.
Ptosis adalah kelopak mata yang menutup.
20. SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)
23
3. Pemeriksaan pupil
Lihat diameter pupil, normal besarnya 3 mm.
Bandingkan kiri dengan kanan ( isokor atau anisokor ).
Lihat bentuk bulatan pupil teratur atau tidak.
Pemeriksaan refleks pupil:
refleks cahaya.
Direk/langsung : cahaya ditujukan seluruhnya kearah pupil.
Normal , akibat adanya cahaya maka pupil akan mengecil ( miosis ).
Perhatikan juga apakah pupil segera miosis, dan apakah ada
pelebaran kembali yang tidak terjadi dengan segera.
Indirek/tidak langsung: refleks cahaya konsensuil. Cahaya ditujukan
pada satu pupil, dan perhatikan pupil sisi yang lain.
22. SARAF OTAK V ( NERVUS TRIGEMINUS ).
25
Cara pemeriksaan.
Pemeriksaan motorik.
pasien diminta merapatkan gigi sekuatnya, kemudian
meraba m . masseter dan m. Temporalis. Normalnya kiri
dan kanan kekuatan, besar dan tonus nya sama .
23. SARAF OTAK VII ( NERVUS FASIALIS ).
26
Pemeriksaan fungsi motorik.
Pasien diperiksa dalam keadaan istirahat. Perhatikan wajah pasien
kiri dan kanan apakah simetris atau tidak. Perhatikan juga lipatan
dahi, tinggi alis, lebarnya celah mata, lipatan kulit nasolabial dan
sudut mulut. Kemudian pasien diminta untuk menggerakan wajahnya
antara lain:
Mengerutkan dahi, dibagian yang lumpuh lipatannya tidak dalam.
Mengangkat alis
Menutup mata dengan rapat dan dicoba buka dengan tangan
pemeriksa.
Moncongkan bibir atau menyengir.
Suruh pasien bersiul, dalam keadaan pipi mengembung tekan kiri
25. SARAF OTAK VII ( NERVUS
FASIALIS ).
28
Pemeriksaan fungsi sensorik.
Dilakukan pada 2/3 bagian lidah depan. Pasien
disuruh untuk menjulurkan lidah , kemudian pada sisi
kanan dan kiri diletakkan gula, asam,garam atau
sesuatu yang pahit. Pasien cukup menuliskan apa
yang terasa diatas secarik kertas.
26. Kelumpuhan nervus facialis, ada 2 :
1. Tipe central
Salah satu gejala sindrom hemiplegia
Kelumpuhan otot wajah, namun masih mampu
mengangkat alis, menutup mata karena otot frontalis
dan orbicularis oculi mempunyai persarafan
supranukelar secara bilateral
2. Tipe perifer
Kelumpuhan otot wajah
29
27. SKALA UGO FISCH
Dinilai kondisi simetris atau asimetris antara
sisi sehat dan sisi sakit pada 5 posisi :
30
Posisi Nilai
Persentase (%)
0, 30, 70, 100
Skor
Istirahat 20
Mengerutkan
dahi
10
Menutup mata 30
Tersenyum 30
Bersiul 10
Total
28. Penilaian persentase :
0 % : asimetris komplit, tidak ada gerakan
volunter
30 % : simetris, poor/jelek, kesembuhan yang
ada lebih dekat ke asimetris komplit daripada
simetris normal.
70 % : simetris, fair/cukup, kesembuhan
parsial yang cenderung ke arah normal
100% : simetris, normal/komplit
31
29. SARAF OTAK VIII VESTIBULOKOKHLEARIS ( NERVUS
KOKHLEARIS, NERVUS VESTIBULARIS
32
Pemeriksaan N. Kokhlearis.
Fungsi N. Kokhlearis adalah untuk pendengaran.
a. Pemeriksaan Schwabach.
Pada test ini pendengaran pasien dibandingkan dengan
pendengaran pemeriksa yang dianggap normal. Garpu tala
dibunyikan dan kemudian ditempatkan didekat telinga pasien.
30. 33
Pemeriksaan N. Vestibularis.
A. Pemeriksaan “past pointing test”.
Pasien diminta menyentuh ujung jari pemeriksa
dengan jari telunjuknya, kemudian dengan mata
tertutup pasien diminta untuk mengulangi.
Normalnya pasien harus dapat melakukannya.
31. 34
Pemeriksaan N. Vestibularis.
B. Test Romberg .
Pada pemeriksaan ini pasien berdiri dengan kaki yang satu didepan kaki
yang lainnya. Tumit kaki yang satu berada didepan jari kaki yang lainnya,
lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang yang normal
mampu berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam selama 30 detik
atau lebih.
C. Test melangkah ditempat ( Stepping test ).
Pasien disuruh berjalan ditempat, dengan mata tertutup , sebanyak 50
langkah dengan kecepatan seperti jalan biasa. Selama test ini pasien
diminta untuk berusaha agar tetap ditempat dan tidak beranjak dari
tempatnya selama test berlangsung.
Dikatakan abnormal bila kedudukan akhir pasien beranjak lebih dari 1
meter dari tempatnya semula, atau badan terputar lebih dari 30 derajat.
32. SARAF OTAK IX & X( NERVUS GLOSOFARINGEUS &
NERVUS VAGUS)
35
Cara pemeriksaan:
Pasien diminta untuk membuka mulut dan mengatakan
huruf “ a” . Jika ada gangguan, maka otot stylopharyngeus
tak dapat terangkat dan menyempit dan akibatnya rongga
hidung dan rongga mulut masih berhubungan sehingga
bocor.
Pemeriksa menggoreskan atau menyentuh dinding pharynx
kanan dan kiri dan bila ada gangguan sensibilitas maka
tidak terjadi refleks muntah.
33. SARAF OTAK XI ( NERVUS
AKSESORIUS ).
36
Cara pemeriksaan.
Memeriksa tonus dari m. Trapezius. Dengan menekan
pundak pasien dan pasien diminta untuk mengangkat
pundaknya.
Memeriksa m. Sternocleidomastoideus. Pasien diminta
untuk menoleh kekanan dan kekiri dan ditahan oleh
pemeriksa , kemudian dilihat dan diraba tonus dari m.
Sternocleidomastoideus.
34. SARAF OTAK XII ( NERVUS
HIPOGLOSUS ).
37
Cara pemeriksaan.
Dengan adanya gangguan pergerakan lidah, maka kata-kata tidak
dapat diucapkan dengan baik hal demikian disebut: dysarthria.
Dalam keadaan diam lidah tidak simetris, biasanya tergeser
kedaerah lumpuh karena tonus disini menurun.
Bila lidah dijulurkan maka lidah akan membelok kesisi yang sakit.
Melihat apakah ada atrofi atau fasikulasi pada otot lidah .
Kekuatan otot lidah dapat diperiksa dengan menekan lidah
kesamping pada pipi dan dibandingkan kekuatannya pada kedua
sisi pipi.