Salah satu bentuk ideology akuntansi dapat dilihat dalam praktiknya, khususnya laporan keuangan, yang lebih mengutamakan “public interest”. Ideologi “public interest” dalam akuntansi ini menunjukan hakikat keberadaan ideology dalam akuntansi, dimana dari pengertian dalam kajian literatur disebutkan bahwa ideology merupakan pandangan umum yang berhubungan dengan sudut pandang dari kelas-kelas atau kelompok-kelompok sosial tertentu.
Pada akhirnya dapat dilihat peran/fungsi ideology bagi akuntansi adalah sebagai moral, dimana ideology sebagai alat untuk membuat pernyataan mengenai kesamaan perasaan, pikiran, dan kepentingan yang terus-menerus diulang-ulang dan dipelihara sehingga menjadi kebiasaan dan membentuk watak dan moral (Prawironegoro, 2010). Fungsi ideology dalam akuntansi sebagai moral juga senada dengan yang dikemukakan oleh Sukoharsono (2010) bahwa akuntansi, walapun terkesan agak jauh, memiliki konsep ideologi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya bagaimana seseorang dalam kesehariannya dapat menerapkan nilai-nilai akuntansi seperti melakukan pencatatan dalam kegiatan ekonomi yang dilakukannya, kemudian memiliki tanggung jawab, amanah dan jujur.
1. IDEOLOGI AKUNTANSI
(Dr. Hadri Mulya, SE., M.Si
Prof.Wiwik Utami, Ak.,MSi, CA)
KONSEP DAN PERKEMBANGAN AKUNTANSI
Definisi akuntansi berkembang pernyataan dari Accounting Principles Board (1970) dalam
Statement No. 4 “Basic Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Statements
of Business Enterprises” yang mendefinisikan akuntansi dari hubungannya dengan konsep
informasi kuantitatif, yaitu : akuntansi adalah suatu aktivitas jasa. Fungsinya adalah untuk
memberikan informasi kuantitatif dari entitas ekonomi, terutama yang bersifat keuangan
dan dimaksudkan untuk tujuan pengambilkan keputusan ekonomi dan dalam menentukan
pilihan diantara serangkaian tindakan alternatif yang ada.
Disiplin ilmu sosial yang sangat mempengaruhi ilmu Akuntansi dalam pengembangannya
adalah ilmu ekonomi, ilmu sosiologi, ilmu antropologi, ilmu psikologi. Oleh karena akuntansi
berkaitan erat dengan disiplin ilmu lainnya, khususnya ilmu sosial-budaya, maka
pembahasan mengenai akuntansi dan praktiknya tidak dapat dipisahkan dari hubungannya
dengan realitas-realitas sosial-budaya, termasuk agama, yang berada di sekitarnya dan
bersifat saling mempengaruhi satu sama lain.
AKUNTANSI SEBAGAI SUATU SISTEM
Akuntansi, sejak awal munculnya, telah menunjukkan peran dan fungsinya dalam
masyarakat sebagai sebuah sistem atas proses-proses dan penyediaan informasi keuangan.
Praktik-praktik akuntansi pada perusahaan (organisasi) umumnya didasari oleh tindakan-
tindakan rasional dari para akuntan untuk memilih dan menentukan kebijakan akuntansi
yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Chambers (1957) mengetengahkan konsep teori akuntasi umum dengan penekanan bahwa
informasi akuntansi dapat digunakan untuk seluruh tipe organisasi dan metode penyusunan
informasi akuntansi bersifat konsisten terhadap batas-batas organisasi. Tindakan rasional
2. menurut Chambers (1957) meliputi keputusan yang harus dibuat untuk menjalankan
organisasi dalam mencapai tujuan organisasi tersebut.
Barnard (1938) merupakan orang pertama yang mengklasifikasikan organisasi sebagai suatu
sistem. Barnard (1938) juga mengidentifikasikan kebutuhan organisasi untuk berinteraksi
dengan lingkungannya dalam rangka mengkordinasikan berbagai komponen dan aktivitas
organisasi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, setiap organisasi, terlepas dari fungsinya
dalam masyarakat, harus memelihara dirinya sendiri sebagai sebuah sistem. Di dalam sistem
sosial, organisasi terdiri dari kelompok-kelompok sosial (subsistem) yang melakukan
tindakan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan organisasi. Di sisi lain yang
bersamaan, kelompok-kelompok sosial dalam organisasi harus beradaptasi dengan tuntutan
perubahan lingkungan internal dan eksternal organisasi (Ulrich, 1983 yang dikutip oleh
Hahn, 2007). Jika dilihat lebih dalam, akuntansi juga dapat menjadi subsistem dalam
organisasi bisnis (perusahaan) sebagai sistem besarnya. Oleh karena itu, sebagai subsistem,
akuntansi saling bekerja sama dengan subsistem lainnya untuk mencapai tujuan
perusahaan. Akuntansi, baik sebagai sistem maupun sebagai subsistem, tidak dapat
melepaskan diri dari pengaruh lingkungan sekitarnya (sosial, ekonomi, budaya, politik dan
agama).
PERMASALAHAN
Menurut Lehman (2004) terdapat krisis moral dan etika dalam profesi akuntansi. Kajian
Menurut Taylor (1999), agama memberikan kerangka pendirian bagi banyak orang terhadap
konsep dan pembentukan citra sosial tentang dunia. Sebuah komunitas dan sistem sosial
yang ada di dalamnya, termasuk akuntansi, menurut pendapat Taylor, seolah-olah
“membayar” dengan harga mahal atas munculnya pemiskinan moral karena telah
mengabaikan aspek agama dalam aktivitas komunitas dan sistem sosial tersebut (dikutip
oleh Lehman, 2004). Mautz (1963) mengemukakan bahwa akuntansi yang berhubungan
dengan perusahaan, dimana perusahaan diasumsikan sebagai kelompok sosial, maka
akuntansi memiliki kepentingan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian ekonomi
lainnya yang mempunyai konsekuensi dan berdampak pada hubungan sosial. Akuntansi juga
3. menghasilkan pengetahuan yang berguna dan berarti bagi orang-orang yang terlibat dalam
aktivitas-aktivitas yang memiliki implikasi sosial.
Di dalam akuntansi terdapat setidaknya dua konsep yang selalu menjadi jargon akuntansi,
baik dalam kerangka koseptual, standard akuntansi dan dalam praktik akuntansi. Konsep
tersebut antara lain “decision usefulness information” dan “public interest”. Oleh karena
produk dari akuntansi (konvensional) adalah laporan keuangan maka dalam laporan
keuangan harus berisi informasi (keuangan) yang dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan oleh para penggunannya atau pihak-pihak yang memiliki kepentingan atas
laporan keuangan tersebut. Dalam penyajian laporan keuangan, akuntan diasumsikan
bersifat netral dan value-free. Asumsi tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa salah satu
tujuan laporan keuangan, seperti yang dinyatakan dalam Kerangka Konseptual IASB, FASB
maupun PSAK adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Dapat dilihat bahwa titik penting dalam laporan keuangan adalah informasi yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai. Selain faktor informasi, faktor “ sejumlah besar
pemakai” (public interest) juga menjadi fokus akuntansi, khususnya akuntan, dalam
praktiknya. Konsep “the public interest” oleh Baker (2004) sebagai “unique ideology” di
akuntansi. Baker (2004) menjelaskan bahwa kepentingan bisnis dan perusahan di Amerika,
termasuk kepemimpinan dalam profesi akuntan publik, cenderung mendukung ideologi
neo-liberal dengan perspektif liberal atas sosial-demokratis atau melalui perspektif kritis
atas sosial-demokratis. Namun demikian, ideologi neo-liberal, menurut Baker (2004)
tidaklah cocok digunakan dalam bidang akuntansi. Oleh karena itu, akuntansi harus dapat
menemukan ideologinya yang menjadi titik pusat keyakinan dan pemikiran yang dianggap
benar oleh akuntansi, baik sebagai ilmu maupun dalam praktiknya.
4. IDEOLOGI AKUNTANSI
Dalam menelusuri konsep ideology, Thompson (1990) mencatat bahwa konsep ideologi
pertama kali diperkenalkan oleh Destutt de Tracey pada tahun 1796, seorang filsuf Perancis,
dimana ideologi adalah analisis sistematis tentang ide-ide dan sensasi-sensasi, serta
maknanya. Selanjutnya, Thompson (1990) mencatat pada perkembangan muncul konsep
ideologi dari Marx yang menyatakan bahwa ideologi itu bergantung dan berasal dari kondisi
ekonomi dan hubungan antar kelas dalam kegiatan produksi. Sehingga, ideologi menurut
Marx adalah sebuah sistem dari ide-ide yang mencerminkan kepentingan dari kelas yang
dominan. Ideologi menurut Marx merupakan kesadaran manusia berdasarkan pada kondisi
kehidupan yang nyata (kondisi ekonomi).
Prawironegoro (2010) memberikan definisi ideology dari asal katanya, yaitu “idea” yang
berarti cita-cita, pikiran atau keyakinan; dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi ideology adalah
ilmu tentang keyakinan, atau cita-cita berdasarkan keyakinan, atau keyakinan tentang
kebenaran, atau pikiran yang diyakini benar. Prawironegoro (2010) lebih lanjut
mengemukakan bahwa ideologi sebagai senjata moril perjuangan mengubah sistem sosial
mempunyai berbagai fungsi, antara lain :
1. Legitimasi: ideologi menjadi alat untuk memaksa orang lain patuh dan memberikan
dukungan apabila ideologi telah dijadikan sebagai ideologi Negara.
2. Penipuan: ideologi menjadi alat untuk membuat pernyataan yang direkayasa untuk
mengaburkan dan mengalihkan pandangan masyarakat terhadap kenyataan.
3. Persatuan: ideology menjadi alat membangun pendapat masyarakat untuk
persatuan dan hidup kolektif yang dinyatakan dengan simbol-simbol.
4. Kontradiksi: ideology sebagai alat untuk membuat pernyataan dan melakukan
tindakan untuk membagi kelompok sosial dalam kepentingan yang berbeda sehingga
mereka saling bermusuhan.
5. Moral: ideology sebagai alat untuk membuat pernyataan mengenai kesamaan
perasaan, pikiran, dan kepentingan yang terus-menerus diulang-ulang dan dipelihara
sehingga menjadi kebiasaan dan membentuk watak dan moral.
Akuntansi, sejak awal munculnya, telah menunjukkan peran dan fungsinya dalam
masyarakat sebagai sebuah sistem atas proses-proses dan penyediaan informasi keuangan.
5. Oleh karena itu, perkembangan ilmu akuntansi selalu seiring dengan perkembangan
masyarakat, khususnya masyarakat bisnis (Sukoharsono, 2008). Seperti yang dikemukan
oleh Chambers (1998) dan dikutip oleh Sukoharsono (2008), akuntansi tidak dapat
dipisahkan menurut waktu. Committee on Accounting History (1970) mengemukakan bahwa
studi tentang akuntansi merupakan studi atas evolusi yang terjadi pada pemikiran, praktik-
praktik dan institusi akuntansi sebagai respon dari perubahan-perubahan lingkungan dan
kebutuhan sosial. Hal ini juga memperhitungkan dampak yang ditimbulkan oleh evolusi
tersebut pada lingkungan.
Dalam perannya sebagai penyaji laporan keuangan, akuntan sebagai pelaku akuntansi tentu
tidak terlepas dari kepentingan-kepentingan yang mereka miliki. Kepentingan akuntan,
khususnya akuntan dalam perusahaan, selalu mengalami konflik dengan para stockholder.
Konflik tersebut yang dalam agency theory menimbulkan agency cost dan selalu berusaha
untuk dieliminir oleh para stockholder. Agency relationship yang dikemukakan oleh Jensen &
Meckling (1976) diartikan sebagai sebuah kontrak dimana seseorang atau lebih (the
principal) menggunakan orang lain (the agent) untuk menyediakan jasa-jasa atas nama
mereka (the principal) termasuk didalamnya pemberian kuasa kepada agen untuk
melakukan pengambilan keputusan. Kontrak kerja dalam hubungan keagenan, merupakan
kontrak antara manajer (sebagai agen) dan shareholders (sebagai the principal), dimana
manajer harus menyediakan laporan keuangan yang telah di audit sebagai bentuk
akuntabilitas dan pertanggungjawaban manajer atas kontrak tersebut.
Namun demikian, dalam praktIknya laporan keuangan yang disajikan oleh manajer memiliki
keberpihakan kepada kepentingan manajer. Hal itu dikarenakan antara manajer dan
shareholders memiliki kepentingan yang berbeda dalam penggunaan laporan keuangan.
Manajer yang kinerjanya diukur melalui ukuran laba tentunya akan berusaha meningkatkan
nilai laba pada laporan keuangan yang disajikan karena semakin tinggi laba yang diperoleh
maka semakin tinggi insentif (bonus) yang akan diterima oleh manajer tersebut. Di sisi lain,
laporan keuangan yang disajikan oleh akuntansi (akuntan) harus memenuhi standar dan
tujuan dari laporan keuangan yang umumnya sudah dituangkan dalam standard akuntansi.
Di dalam setiap kerangka konseptual standar akuntansi, baik IASB di Inggris, FASB di
Amerika maupun PSAK di Indonesia selalu terdapat konsep “decision usefulness
information” dan “public interest”.
6. Salah satu konsep penting dalam akuntansi adalah informasi yang berguna (usefulness
decision). Akuntan dalam praktiknya dituntut untuk dapat menyajikan laporan keuangan
yang memberikan informasi yang berguna bagi para penggunanya sehingga informasi
tersebut dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan yang tepat bagi
penggunannya. Informasi yang berguna ini mencakup hal-hal relevansi, materialitas,
reliabilitas, komparabilitas, netralitas dan penyajian jujur dari laporan keuangn.
Ideology akuntan publik didasari pada sebuah rumusan bahwa setiap kegiatan akuntan
publik memiliki nilai-nilai tertentu, seperti keahlian, pengetahuan, kompetensi, dan
integritas. Nilai-nilai tersebut menjadi penting jika dilihat dalam keterkaitannya dengan
tujuan “pelayanan” akuntansi (akuntan) untuk kepentingan umum (public interest). Dengan
demikian dapat lihat bahwa akuntansi dapat dipandang sebagai ideology karena akuntansi
memiliki seperangkat ide-ide, keyakinan, pemikiran, pandangan umum, nilai-nilai yang
berupa keahlian, pengetahuan, kompetensi, integritas, netralitas (value-free), fair view dan
independensi dalam menghadapi kenyataan ekonomi. Apabila ideology akuntansi digunakan
untuk melihat dan menghadapi realitas sosial, politik dan lingkungan maka ide-ide,
keyakinan, pemikiran, pandangan umum, nilai-nilai yang ada antara lain yang menonjol
adalah kontekstual, value-laden dan keberpihakan pada kepentingan pihak-pihak yang
mendominasi (stockholders dan stakeholders, atau public interest).
Berdasarkan penjelasan sebelumnya di atas dapat dilihat bahwa titik penting dalam laporan
keuangan adalah informasi yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai. Selain faktor
informasi, faktor “ sejumlah besar pemakai” (public interest) juga menjadi fokus akuntansi,
khususnya akuntan, dalam praktiknya. Hal ini dapat dilihat juga dalam Code of Conduct of
the American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), Article Section 53 - Article II
tentang The Public Interest, yang menyatakan sebagai berikut :
“Members should accept the obligation to act in a way that will serve the
public interest, honor the public trust, and demonstrate commitment to
professionalism” (Anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak
dengan cara: akan melayani kepentingan umum, menghormati kepercayaan
publik, dan menunjukkan komitmen terhadap profesionalisme).
7. Konsep public interest juga dinyatakan oleh FASB dalam The FASB Report, yang merupakan
laporan pemberitaan periodik dari FASB, Pernyataan FASB (FASB, 2003) tersebut sebagai
berikut :
“Serving the investing public through transparent information resulting from
high-quality financial reporting standards, developed in an independent,
private-sector, open due process” (Melayani investasi publik melalui
informasi transparan yang dihasilkan dari standar pelaporan keuangan
berkualitas tinggi, yang dikembangkan dalam proses sektor independen,
sektor swasta, terbuka).
Ideology akuntansi yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan “public interest”
menunjukkan bahwa ideology adalah milik kelas sosial tertentu jadi ideology harus
memihak kepada kelas-kelas atau kelompok-kelompok tertentu untuk
memperjuangkan kepentingannya. Ideology sebagai sistem pemikiran, sistem
keyakinan, dan sistem symbol yang lahir dari sistem sosial (misalnya feodalisme,
kapitalisme, sosialisme dan komunisme) dan sejalan dengan perkembangan
masyarakat, artinya ideology itu berevolusi menurut evolusi sistem sosialnya.
Ideology merupakan bangunan atas dari kondisi nyata kehidupan ekonomi,
sehingga apabila kondisi ekonomi berubah maka perlahan-lahan ideology akan
berubah (Prawironegoro, 2010).
Ideology dapat digunakan sebagai alat untuk perubahan sosial dimana ideology
harus dipahami sebagai pandangan umum yang komprehensif dan sebagai sarana
merealisasikan potensi manusia yang bertujuan untuk mencapai keadilan sosial.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat dilihat peran/fungsi ideology bagi
akuntansi adalah sebagai moral, dimana ideology sebagai alat untuk membuat
pernyataan mengenai kesamaan perasaan, pikiran, dan kepentingan yang terus-
menerus diulang-ulang dan dipelihara sehingga menjadi kebiasaan dan membentuk
watak dan moral (Prawironegoro, 2010). Fungsi ideology dalam akuntansi sebagai
moral juga senada dengan yang dikemukakan oleh Sukoharsono (2010) bahwa
akuntansi, walapun terkesan agak jauh, memiliki konsep ideologi yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya bagaimana seseorang dalam
8. kesehariannya dapat menerapkan konsep-konsep akuntansi seperti melakukan
pencatatan dalam kegiatan ekonomi yang dilakukannya, kemudian memiliki
tanggung jawab, amanah dan jujur.
Sukoharsono (1998) mengatakan akuntansi tidak hanya dianggap sekedar sebagai
peralatan teknis, melainkan sebagai kekuatan dan aktivitas mendasar dalam
kehidupan social dan politik. Akuntansi merupakan hasil dari interaksi antara
lingkungan social. Hal ini tentunya dapat diartikan bahwa akuntansi itu tidak bisa
dipisahkan dari interaksi dengan lingkungan. Akuntansi akan mempengaruhi
lingkungan dan sebaliknya akuntansi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
Akuntansi dipandang sebagai sesuatu yang dikembangkan dan disebarluaskan lebih
lanjut karena dianggap memberikan kontribusi yang besar bagi kesejahteraan
masyarakat dalam jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA:
AICPA (2004), Code of Professional Conduct, New York, NY: American Institute
ofCertifiedPublicAccountants, (http://www.aicpa.org/about/code/index.htm).
Arrington, E. and Puxty, A. 1991. “Accounting, interests, and rationality: a
communicative relation,” Critical Perspectives on Accounting, Vol. 2, No. 1,
pp. 31-58.
Baker, C.R. ”What do we mean by accounting for the public interest”.. Fourth Asia
Pacific Interdisciplinary Research in Accounting Conference. 4 to 6 July 2004.
Singapore.
Belkaouli, A.R. (2005). Accounting Theory. 5th ed. Hampshire: Cengage Learning.
Burrell, G. and Morgan. 1979. Sociological Paradigm and Organizational Analysis,
London: Heinemann.
Chua, W.F. 1986. "Radical Developments in Accounting Thought," The Accounting
Review, 1986, pp.601-632.
9. Dey, C. (2007). Social Accounting at Traidcraft plc : A Struggle for The Meaning of
Fair Trade. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 20. No. 3.
Hlm. 423-445.
FASB (2003), The FASB Report, Norwalk, CT: Financial Accounting Standards Board,
No.251-B (December 31).
Lahart, J. (2007). "Egg Cracks Differ In Housing, Finance Shells". Wall Street Journal.
Retrieved 2008-07-13.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Kerangka Dasar Penyusunan
Penyajian Laporan Keuangan.
Prawironegoro, D. 2010. Filsafat Ilmu: Kajian Tentang Pengetahuan yang Disusun
Secara Sistematis dan Sistemik dalam Membangun Ilmu Pengetahuan. Jakarta:
Nusantara Consulting.
Thompson J.B. 1990. Ideology and modern culture: critical social theory in the era of
mass communication. Cambridge: Polity Press.