SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
SOSIO-SPIRITUAL AKUNTANSI SOLUSI KRISIS MORAL
AKUNTANSI
(Wawan Dwi Hadisaputro, S.Pd)
PENGERTIAN AKUNTANSI
Corporate report (1975), mengatakan bahwa Akuntansi seharusnya tidak hanya melaporkan
tentang kegiatan ekonomi perusahaan saja, tetapi juga harus melaporkan pengaruh
perusahaan terhadap sosial masyarakat (pengangguran, kondisi kerja yang tidak sehat), dan
lingkungan (biaya polusi lingkungan). Namun, hal Ini yang tidak pernah dilaporkan
perusahaan, kecuali dapat dikompesasikan ke pajak atau adanya regulasi yang
mewajibkannya. Tulisan lainnya adalah oleh Lehman (2004) yang mengatakan bahwa
terdapat krisis moral dan etika dalam profesi akuntansi. Dari beberapa tulisan tersebut,
nyata bagi kita bahwa memang sosio-spiritual akuntansi sudah menjadi sebuah kewajiban
yang harus dijalankan dalam proses penyajian sebuah laporan pertanggungjawaban.
Accounting terminology (1953) sebagai komite dari AICPA (the committee on terminology of
the American Institute of Certified Publik accountants) mendefinisikan akuntansi sebagai
berikut; “Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan
kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan
uang dan penginterprestasian Hasil proses tersebut”.
Perkembangan selanjutnya, akuntansi didefinisikan oleh American Accounting association
(1966) yang melihat akuntansi dari sisi proses komunikasi sebagai berikut; “Akuntansi
adalah Proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi untuk
membantu para pemakai dalam pengambilan keputusan secara tepat.”
Terakhir kita menyajikan pengertian akuntansi yang dikaitkan dengan akuntansi sebagai
konsep sistim oleh APB (1970). “Akuntansi adalah aktifitas jasa yang berfungsi menyediakan
informasi kuantitatif, terutama besifat keuangan mengenai kegiatan ekonomi yang
bermanfaat untuk pengambilan keputusan dari berbagai alternatif yang ada”
Oleh sebab itu, jikalau kita berpatokan pada pengertian yang dikemukakan oleh lembaga
yang berwenang tersebut, maka pengertian akuntansi memang tidak berhubungan dengan
apa yang menjadi keresahan saat ini yakni akuntansi yang menghasilkan laporan bernilai
sosial, lingkungan, dan sipiritual.
PRODUK AKUNTANSI DAN UNTUK SIAPA PRODUK TERSEBUT
Apabila kita menyaksikan kegagalan akuntansi dalam kaitan tanggungjawabnya kepada
lingkungan, sosial, dan kering akan spiritual, maka kita tidak heran jikalau melihat apa yang
dihasilkan oleh akuntansi. Perdefinisi diatas, terlihat jelas bahwa produk dari akuntansi
adalah bersifat keuangan. Pengertian ini dihasilkan oleh suatu badan yang berwenang
sehinga menjadi rujukan dalam prakek akuntansi. Pengertian ini pula yang menjadi dasar
bagi akuntan dalam proses penyajian laporan pertanggungjawaban keuangan. Produk dari
akuntansi yang bersifat keuangan merupakan sebuah produk pemikiran yang bersifat
objektif dari apa yang seharusnya dihasilkan oleh akuntansi.
Pada sisi objektif menitikberatkan pada sifat objektif dari realitas ilmu pengetahuan dan
prilaku manusia. Sedang pada sisi yang lain, menitikberatkan pada sifat subjektif dari realitas
ilmu pengetahuan dan prilaku manusia. Sifat objektif masih mendominasi pemikiran tentang
produk akuntansi saat ini. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa produk
akuntansi saat ini masih didominasi untuk menghasilkan laporan keuangan. Setidaknya hal
ini masih berjalan sekitar tahun-tahun sebelum terjadinya krisis lehman brother yang
terkenal dengan subprime mortgage, Worldcom dan Enron. Di Indonesia, tentu kita ingat
kasus PT Kimia Farma (Persero) Tbk dan lain-lainnya.
Apabila kita tinjau dari siapa saja pengguna laporan keuangan, maka variasinya akan
menjadi luas. Beberapa pengguna laporan keuangan diantaranya pemilik perusahaan,
kreditur, supplier, manajemen, pemerintah dalam hal ini pajak, karyawan perusahaan,
pelanggan, analis keuangan, pasar modal, masyarakat umum dan lain-lain. Pengguna
laporan keuangan ini tentulah memiliki kepentingan yang berbeda antar satu dengan yang
lainnya. Pertanyaannya sekarang, baik dilihat dari siapa yang mempengaruhi penetapan
sebuah standar akuntansi maupun siapa yang menggunakan laporan keuangan, hanya
sedikit yang termasuk dalam kategori sosial (karyawan perusahaan & masyarakat umum)
dan tidak satupun yang menyebutkan lingkungan. Karyawan perusahaan dan masyarakat
umum dalam kenyataannya pun memiliki keterbatasan akses terhadap laporan keuangan,
apalagi kalau kita lihat apakah mereka mengerti atau tidak. Akhirnya dapat kita mengatakan
bahwa laporan keuangan sebagai produk akuntansi hanya diperuntukan bagi masyarakat
keuangan yang memiliki kepentingan baik langsung maupun tidak langsung. Laporan
keuangan bukanlah diperuntukkan bagi kepentingan pertanggungjawaban sosial,
lingkungan, sehingga dalam pelaporannya sulit untuk diharapkan menggunakan nilai-nilai
spiritual dalam penyajiannya. Kondisi ini masih berlaku sampai saat ini, setidaknya
sebelumnya terjadinya guncangan-guncangan hebat dari kasus-kasus yang disebutkan
diatas.
AKUNTANSI DITENGAH KEPENTINGAN PRINCIPLE DAN PUBLIC
Akuntan tidak bisa lari dari dua kepentingan yaitu principle dan public, karena sudah
menjadi sebuah ekosistem yang saling mengisi dan berinteraksi. Meskipun kita mengatahui
bahwa akuntan dimanapun bekerja, memiliki beberapa standar dan pedoman dalam
menjalankan tugas dan profesinya. Namun dalam kenyataannya, akuntan sulit untuk
bekerja sesuai dengan pegangan yang ada. Standar dan pedoman tersebut diantaranya
standar akuntansi keuangan, standar profesional akuntan publik, peraturan pemerintah dan
lainnya. Standar-standar ini mendominasi tugas-tugas akuntan(belkaoui, 2004).
Kita dapat mengatakan bahwa akuntan dalam tarik menarik antara kepentingan principle
dengan publik, lebih memilih untuk pro kepada kepentingan principle. Satu hal yang paling
mempengaruhi mengapa akuntan lebih pro kepada kepentingan principle adalah karena
masalah audit fee, intensitas komunikasi, dan hubungan agen dan principle. Audit fee adalah
sesuatu yang sangat besar pengaruhnya dalam hal mempengaruhi keteguhan akuntan untuk
tetap perpegang teguh dengan prinsip dan nilai-nilai yang telah disepakati. Standar-standar
yang ada dapat luntur menjadi sebagai pedoman moral akuntan jika sudah berkaitan
dengan audit fee. Faktor intensitas komunikasi juga sangat menentukan longgarnya prinsip
yang harus dimiliki oleh seorang akuntan.
Hubungan atasan dan bawahan, pemilik dan pekerja menghasilkan sebuah komunikasi yang
berkonvergensi pada satu hati, tujuan dan cita-cita. Hubungan ini akan berakhir pada satu
tindakan untuk bersama, sehingga pedoman dan ketentuan dari luar dianggap menjadi
sesuatu yang tidak perlu diikuti. Hubungan agen dan principle tidak banyak berpengaruh jika
menghadapi kepentingan publik. Satu hal yang menyebabkan hal in terjadi adalah tidak
berjalannya konsep entitas dalam hubungan antara agen dan principle. Agen dan principle
dibanyak perusahaan korporat memiliki hubungan istimewa, sehingga mereka akan bersatu
dalam menghadapi kepentingan publik yang notabene tidak menjadi bagian dari
perusahaan.
SOSIO-SPRIRITUAL AKUNTANSI SEBAGAI SOLUSI
Sosio spiritulitas sebagai solusi karena kandungan akuntansi diisi oleh sumber utamanya
yakni agama. Flesher & flesher (1979) seperti dikutip oleh Jacobs and walker telah
mengungkapkan peran agama dalam akuntansi. Mereka menyajikan sebuah studi tentang
masyarakat yang harmonis disebuah komunitas agama “Indiana frontier”. Mereka
menyimpulkan bahwa praktek-praktek akuntansi yang harmonis sangat memberikan hasil
yang memuaskan sebagai hasil substansi retailing dan operasi manufacturing dari
masyarakat. Peran agama dalam akuntansi juga dipublikasi oleh Askary & Jackling (2004)
dalam tulisannya yang berjudul “a theritical frame work of analysisi of accounting propensity
in different religions.”
Ada tiga hal yang menarik dari tulisan tersebut yakni (1) analisis model Hofstede and gray
tentang akuntansi berasal dari kerangka budaya yang meliputi authority, measurement,
enforcement and disclosure. (2) Lebih lanjut disebutkan bahwa nilai-nilai kultur hofstede
dikendalikan oleh nilai-nilai sosial islam yang merujuk pada kitab suci alqur’an. (3) studi
kemanfaatan nilai-nilai masyarakat islam menerapkan model gray untuk mengembangkan
teori dalam menetapkan tentang praktek-praktek akuntansi. Dalam tulisan ini
menyimpulkan bagaimana model yang dikembangkan dapat menyajikan alasan yang
menjelaskan bagaimana agama sebagai salah satu faktor yang bisa mempengaruhi praktek
akuntansi dalam masyarakat yang berbeda.
Inti dari kedua penulis diatas adalah bagaimana agama dapat mempengaruhi akuntansi
dalam memainkan peranannya sebagai pihak yang netral dan bertanggungjawab dalam
membuat dan menyampaikan sebuah laporan pertanggungjawaban. Reformasi akuntansi
yang merujuk pada nilai-nilai moral akuntan sebagai pihak yang paling bertanggungjawab
atas laporan pertanggungjawaban juga mendapat dukungan glenn lehman (2004) dalam
tulisannya “Accounting, accountability and religion: Charles taylor’s catholic modernity and
the malaise of a disenchanted world”. Lehman mengatakan bahwa telah terjadi krisis moral
dan etika dalam profesi akuntansi sehingga perlu direformasi. Jika kita setuju perlu ada
reformasi akuntansi, maka sosio spiritual akuntasilah yang paling pas untuk dijadikan dasar
pengembangannya.
NILAI SOSIAL DALAM MODEL HOFSTEDE
Menurut Hofstede, Budaya dapat dipahami sebagai suatu pemrograman kolektif dari pikiran
yang membedakan anggota suatu kelompok atau kategori orang, dari yang lain. Budaya
dapat dikelompokkan ke dalam beberapa dimensi dapat dipahami bahwa perbandingan
budaya mengandaikan bahwa ada sesuatu yang harus dibandingkan, bahwa setiap budaya
sebenarnya tidaklah begitu unik, bahwa setiap budaya yang paralel dengan kebudayaan lain
tidak memiliki makna yang begitu berarti.
Dimensi budaya yang dibangun oleh Hofstede antara lain:
1. Power Distance
Power Distance atau jarak kekuasaan adalah sejauh mana anggota dari suatu
organisasi atau lembaga yang berada dalam posisi yang kurang kuat menerima dan
berharap kekuasaan didistribusikan secara tidak merata. Dalam dimensi budaya yang
mendukung jarak kekuasaan rendah (Small Power Distance), orang berhubungan
satu sama lain terlepas dari posisi formalitas mereka. Bawahan mersaa lebih nyaman
serta menuntut hak untuk berkontribusi dalam pengambilan keputusan. Begitu
sebaliknya, di negara-negara dengan jarak kekuasaan tinggi (large power distance)
bawahan mengakui kekuatan orang lain hanya berdasarkan dimana mereka berada
dalam struktur formal atau posisi hirarki tertentu.
2. Uncertainty Avoidance
Uncertainty Avoidance adalah bentuk toleransi masyarakat untuk ketidakpastian dan
ambiguitas. Hal ini menggambarkan sejauh mana anggota organisasi atau lembaga
berusaha untuk mengatasi perasaan cemas dan mengurangi ketidakpastian yang
mereka hadapi. Orang-orang yang memiliki dimensi budaya penghindaran
ketidakpastian tinggi (high uncertainty avoidance) cenderung lebih emosional.
Mereka mencoba untuk meminimalkan terjadinya keadaan yang tidak diketahui atau
tidak biasa. Saat terjadi perubahan mereka menjalaninya dengan hati-hati, langkah
demi langkah dengan perencanaan dan menerapkan hukum serta peraturan yang
berlaku. Sebaliknya, dimensi budaya penghindaran ketidakpastian rendah (low
uncertainty avoidance) menerima dan merasa nyaman dalam situasi yang tidak
terstruktur atau lingkungan yang kerap kali mengalami perubahan. Mereka mencoba
untuk memiliki beberapa aturan dalam aktifitas mereka. Orang-orang dalam dimensi
budaya ini cenderung lebih pragmatis, mereka jauh lebih toleran terhadap
perubahan.
3. Indvidualism vs Collectivism
Ciri organisasi atau lembaga Individualism dengan Collectivism, adalah sejauh mana
individu diintegrasikan ke dalam organisasi atau lembaga tersebut. Dalam
masyarakat yang individualistik (individualism), tekanan atau stres diletakkan dalam
permasalahan pribadi, serta menuntut hak-hak individu. Orang-orang diharapkan
untuk membela diri sendiri dan keluarga mereka. Selain itu juga mereka diharapkan
untuk memilih afiliasi sendiri. Sebaliknya dalam masyarakat kolektifis (collectivism),
individu bertindak terutama sebagai anggota kelompok seumur hidup. Daya
kohesifitas yang tinggi tercipta di dalam kelompok mereka (kelompok di sini tidak
mengacu kepada politik atau negara). Orang-orang memiliki keluarga besar, yang
dijadikan sebagai perlindungan bagi dirinya sehingga loyalitasnya tidak diragukan.
4. Masculinity vs Feministy
Masculinity berkaitan dengan nilai perbedaan gender dalam masyarakat, atau
distribusi peran emosional antara gender yang berbeda. Nilai-nilai dimensi maskulin
(masculinity) terkandung nilai daya saing, ketegasan, materialistik, ambisi dan
kekuasaan. Dimensi feminin (feminimity) menempatkan nilai yang lebih terhadap
hubungan dan kualitas hidup. Dalam dimensi maskulin, perbedaan antara peran
gender nampak lebih dramatis dan kurang fleksibel dibandingkan dengan dimensi
feminin yang melihat pria dan wanita memiliki nilai yang sama, menekankan
kesederhanaan serta kepedulian.
5. Long Term vs Short Term Orientation
Masyarakat yang berorientasi jangka panjang (long term orientation) lebih
mementingkan masa depan. Mereka mendorong nilai-nilai pragmatis berorientasi
pada penghargaan, termasuk ketekunan, tabungan dan kapasitas adaptasi.
Masyarakat yang memiliki dimensi orientasi hubungan jangka pendek (short term
orientation), nilai dipromosikan terkait dengan masa lalu dan sekarang, termasuk
kestabilan, menghormati tradisi, menjaga selalu penampilan di muka umum, dan
memenuhi kewajiban-kewajiban sosial.
6. Indulgence vs Restraint
Kesenangan (indulgence) mengarah kepada lingkungan sosial yang mengijinkan
gratifikasi sebagai nafsu manusiawi yang alamiah terkait dengan menikmati hidup.
Pengekangan (restraint) mengarah kepada lingkungan sosial yang mengontrol
gratifikasi dari kebutuhan dan peraturan-peraturan dengan cara norma sosial yang
tegas.
MODEL NILAI AKUNTANSI GRAY (1988) YANG TERKAIT DENGAN NILAI-NILAI SOSIAL
1. PROFESSIONALISM V STATUTORY CONTROL
Dalam Gray (1988), profesionalisme didefinisikan sebagai preferensi oleh akuntan
untuk melatih penilaian profesional individu dalam melakukan tugas-tugas
akuntansi. Ini memerlukan pemeliharaan pengaturan-diri profesional. Hal ini
berbeda dengan kontrol perundang-undangan, pengenaan kekuatan pada akuntan
untuk mematuhi persyaratan hukum preskriptif dengan dukungan sanksi hukum
untuk ketidakpatuhan.
Menurut Gray, individualisme yang tinggi dan rendahnya ketidakpastian-
penghindaran dan jarak kekuasaan dalam suatu masyarakat terkait erat dengan
profesionalisme akuntansi. Dia menjelaskan: “. . . preferensi untuk penilaian
profesional independen konsisten dengan preferensi untuk kerangka budaya yang
longgar di mana ada lebih banyak penekanan pada independensi, keyakinan dalam
keputusan individu dan menghormati usaha individu ”. Atas dasar itu, dia beralasan
bahwa profesionalisme dalam akuntansi lebih mungkin diterima dalam masyarakat
dengan jarak kekuasaan kecil dengan perhatian untuk pelaksanaan hak yang sama.
Namun demikian, dapat dipertentangkan, bahwa profesionalisme lebih cocok
dengan "masyarakat yang merajut secara longgar", dan bahwa tindakan independen
berlaku dalam masyarakat yang sangat terorganisir. Perlu dicatat bahwa bukan
kemerdekaan masyarakat yang dipermasalahkan di sini, tetapi kemandirian individu-
individu tertentu (dan untuk tujuan penelitian ini, para akuntan) di dalamnya, dan
independensi mereka (posisi pada skala profesionalisme) dalam konteks yang
terbatas pada latihan keterampilan khusus mereka. Di kebanyakan praktisi akuntansi
negara-negara Barat adalah "sangat terorganisasi" - membutuhkan "pendaftaran"
untuk berlatih, sering diperlukan untuk memenuhi kondisi tertentu untuk
menyediakan layanan khusus untuk klien - selalu kredensial dalam hal baik prestasi
akademik dan paparan praktek yang sebenarnya adalah norma. Selain itu, mereka
mungkin memiliki kebijaksanaan profesional (sangat independen) yang lengkap
tentang "bagaimana" mereka melayani kebutuhan klien mereka.
Norma, bukan pengecualian, adalah bahwa mereka mengalami kontrol yang sangat
terpusat atas masuknya mereka ke praktik dan hak mereka yang berkelanjutan untuk
menawarkan layanan mereka kepada publik secara luas. Tetapi mereka secara
seragam menikmati kapasitas yang sangat terbatas (hampir) yang mutlak tanpa
batas untuk memanfaatkan pengalaman individual mereka dan mengumpulkan
kebijaksanaan untuk mempraktekkan keterampilan mereka - sangat populer dalam
profesionalisme. Individualisme Hofstede tidak mengangkut domain praktisi
akuntansi individual semulus yang disarankan Gray. Masalah Gray terletak pada
penerjemahan ekstrim Hofstede sehubungan dengan dimensi budaya menjadi
ekstrim seperti dalam hal nilai-nilai akuntansi.
2. UNIFORMITY V FLEXIBILITY
Keseragaman dalam hal akuntansi dalam konteks perdebatan budaya adalah
preferensi untuk penegakan praktik akuntansi seragam, yang bertentangan dengan
fleksibilitas sesuai dengan keadaan yang dirasakan masing-masing perusahaan (Gray,
1988). Pengungkapan data keuangan dalam tujuan umum laporan keuangan adalah
pengaturan tertentu di mana keseragaman, atau sebaliknya, adalah masalah. Untuk
Gray, dimensi nilai akuntansi ini sangat penting karena sikap lain seperti konsistensi
dan komparabilitas dimasukkan sebagai fitur dasar prinsip akuntansi di seluruh
dunia. Gray beralasan bahwa individualisme dan penghindaran ketidakpastian terkait
erat dengan keseragaman. Gray dengan demikian mengaitkan keseragaman secara
dekat dengan penghindaran ketidakpastian, karena penghindaran ketidakpastian
yang kuat dirasakan olehnya untuk dihubungkan dengan kode perilaku yang kaku,
hukum, aturan dan aturan dan peraturan tertulis, untuk menghindari kesalahan dan
hasil yang tidak dapat diprediksi. Sebagai akibatnya, masyarakat jarak jauh yang
besar dianggap memfasilitasi keseragaman dengan memberlakukan hukum dan kode
karakter yang seragam pada masyarakat itu. Diharapkan kemudian, bahwa negara-
negara yang dilambangkan untuk berlatih jarak kekuasaan besar akan memiliki
katalog besar standar akuntansi.
3. CONSERVATISM V OPTIMISM
Konservatisme tidak mengambil makna khusus dalam konteks debat akuntansi /
budaya. Seperti dalam fokus konvensional pada akuntansi, konservatisme adalah
preferensi untuk pendekatan hati-hati untuk pengukuran elemen akuntansi seperti
nilai uang aset, dan jumlah moneter kewajiban, pendapatan, pengeluaran dan
perhitungan laba atau rugi, dengan ketidakpastian peristiwa masa depan dalam
pikiran. Sebaliknya, optimisme dapat dianggap sebagai laissez-faire, pendekatan
pengambilan risiko dalam pengukuran akuntansi. Itu sesuai dengan konteks
perdebatan budaya / akuntansi (Gray, 1988). Penjelasan Gray menyiratkan bahwa
hanya penghindaran ketidakpastian yang dapat dikaitkan erat dengan
konservatisme. Penghindaran ketidakpastian yang tinggi dalam hal pengukuran laba
dan nilai aset konsisten dengan nilai akuntansi yang sangat konservatif yang
dinyatakan untuk aset dalam neraca perusahaan. Selain itu, ada hubungan yang
dirasakan, meskipun kurang kuat, antara individualisme, maskulinitas dan
konservatisme, karena penekanan pada prestasi dan kinerja individu yang mungkin
kondusif untuk pendekatan yang kurang konservatif terhadap pengukuran, dengan
maksud untuk memperkuat hasil kinerja yang dilaporkan. dan mendorong persepsi
tentang apa yang Gray (konsisten dengan Hofstede) anggap sebagai indikasi sifat
maskulin yang sangat selaras.
4. SECRECY V TRANSPARENCY
Kerahasiaan diambil dalam debat budaya / akuntansi untuk mewujudkan preferensi
untuk kerahasiaan. Manifestasinya akuntansi demikian terletak pada pembatasan
pengungkapan informasi keuangan yang berkaitan dengan penilaian dan evaluasi
kinerja dan keadaan urusan bisnis. Ini kontras dengan pendekatan yang lebih
transparan, terbuka, dan dapat dipertanggungjawabkan secara publik. (Gray, 1988).
Hipotesis Gray menunjukkan bahwa dari empat nilai Hofstede, penghindaran
ketidakpastian dan individualisme adalah yang paling berpengaruh dalam kaitannya
dengan nilai-nilai akuntansi. Selain itu, Perera dan Matthews (1990) telah mengklaim
bahwa dimensi budaya penghindaran ketidakpastian dan individualisme
mengerahkan pengaruh terkuat pada nilai-nilai akuntansi (hal. 265), hanya sebagai
akibat dari efek positif individualisme dan efek negatif dari ketidakpastian yang
lemah pada Profesionalisme, fleksibilitas, optimisme, dan transparansi Gray. Itu
adalah alasan yang menghasilkan efek positif dari penghindaran ketidakpastian dan
jarak kekuasaan yang bergabung untuk membangkitkan kerahasiaan. Sebagai
akibatnya, diharapkan bahwa jarak listrik yang kecil dan penghindaran
ketidakpastian yang lemah dapat menimbulkan efek positif pada transparansi.
DAFTAR PUSTAKA
Askary, Saeed dan Beverley Jackling. 2004. A Theoritical Framework of Analysis of
Accounting Propensity in Different Religions. Singapura: Accounting Conference
Fourth Asia Pacific Interdisciplinary Research
Bratasena. 2016. https://budayaindonesia2016blog.wordpress.com/2016/03/19/dimensi-
budaya-geert-hofstede/ diakses pada tanggal 26 Oktober 2018
Mulya, Hadri dan Wiwik Utami. 2013. Modul Perkuliahan Teori Akuntansi: Sosio-Spiritual
Akuntansi Solusi Krisis Moral Akuntansi (Sebuah Tinjauan kritis peran sosio spiritual
akuntansi). Jakarta: Universitas Mercu Buana

More Related Content

What's hot

Contoh Makalah.docx akuntansi keprilakuan
Contoh Makalah.docx akuntansi keprilakuanContoh Makalah.docx akuntansi keprilakuan
Contoh Makalah.docx akuntansi keprilakuanIqmal Muttaqin
 
Aplikasi teori pada regulasi akuntansi
Aplikasi teori pada regulasi akuntansiAplikasi teori pada regulasi akuntansi
Aplikasi teori pada regulasi akuntansiNadia Amelia
 
Teori akuntansi materi 4
Teori akuntansi materi 4Teori akuntansi materi 4
Teori akuntansi materi 4Memy Memy
 
Critical review jurnal ilmiah
Critical review jurnal ilmiahCritical review jurnal ilmiah
Critical review jurnal ilmiahHasunah
 
Implikasi riset akuntansi keperilakuan terhadap pengembangan akuntansi manaje...
Implikasi riset akuntansi keperilakuan terhadap pengembangan akuntansi manaje...Implikasi riset akuntansi keperilakuan terhadap pengembangan akuntansi manaje...
Implikasi riset akuntansi keperilakuan terhadap pengembangan akuntansi manaje...www.didiarsandi.com
 
Pengenalan teori Akuntansi
Pengenalan teori AkuntansiPengenalan teori Akuntansi
Pengenalan teori AkuntansiEkal Kurniawan
 
Kritikal perspektif thd akunansi bab 12
Kritikal perspektif thd akunansi bab 12Kritikal perspektif thd akunansi bab 12
Kritikal perspektif thd akunansi bab 12rizkianggunani
 
146020300111009 sri apriyanti husain uts_teori akuntansi
146020300111009 sri apriyanti husain uts_teori akuntansi146020300111009 sri apriyanti husain uts_teori akuntansi
146020300111009 sri apriyanti husain uts_teori akuntansiSri Apriyanti Husain
 
Kebijakan perekonomian nasional
Kebijakan perekonomian nasionalKebijakan perekonomian nasional
Kebijakan perekonomian nasionalrahmadi123456
 
Bab iv pengenalan teori
Bab iv   pengenalan teoriBab iv   pengenalan teori
Bab iv pengenalan teoriAzwan Habibie
 
312 537-1-sm
312 537-1-sm312 537-1-sm
312 537-1-smranugroup
 
Ringkasan materi teori_akuntansi_komplit
Ringkasan materi teori_akuntansi_komplitRingkasan materi teori_akuntansi_komplit
Ringkasan materi teori_akuntansi_komplitekosukabumi
 
Konstruksi Teori Akuntansi
Konstruksi Teori AkuntansiKonstruksi Teori Akuntansi
Konstruksi Teori AkuntansiAbdi Az
 
Akuntansi keperilakuan pertemuan 1
Akuntansi keperilakuan pertemuan 1Akuntansi keperilakuan pertemuan 1
Akuntansi keperilakuan pertemuan 1Mahdi
 
Tugas ta pendekatan untuk perumusan teori akuntansi (1) pranedya
Tugas ta pendekatan untuk perumusan teori akuntansi (1) pranedyaTugas ta pendekatan untuk perumusan teori akuntansi (1) pranedya
Tugas ta pendekatan untuk perumusan teori akuntansi (1) pranedyaindrafhie
 

What's hot (19)

Contoh Makalah.docx akuntansi keprilakuan
Contoh Makalah.docx akuntansi keprilakuanContoh Makalah.docx akuntansi keprilakuan
Contoh Makalah.docx akuntansi keprilakuan
 
Akuntansi prilaku
Akuntansi prilakuAkuntansi prilaku
Akuntansi prilaku
 
Aplikasi teori pada regulasi akuntansi
Aplikasi teori pada regulasi akuntansiAplikasi teori pada regulasi akuntansi
Aplikasi teori pada regulasi akuntansi
 
Teori akuntansi materi 4
Teori akuntansi materi 4Teori akuntansi materi 4
Teori akuntansi materi 4
 
Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi KeperilakuanAkuntansi Keperilakuan
Akuntansi Keperilakuan
 
Critical review jurnal ilmiah
Critical review jurnal ilmiahCritical review jurnal ilmiah
Critical review jurnal ilmiah
 
Implikasi riset akuntansi keperilakuan terhadap pengembangan akuntansi manaje...
Implikasi riset akuntansi keperilakuan terhadap pengembangan akuntansi manaje...Implikasi riset akuntansi keperilakuan terhadap pengembangan akuntansi manaje...
Implikasi riset akuntansi keperilakuan terhadap pengembangan akuntansi manaje...
 
Persentasi ta
Persentasi taPersentasi ta
Persentasi ta
 
Pengenalan teori Akuntansi
Pengenalan teori AkuntansiPengenalan teori Akuntansi
Pengenalan teori Akuntansi
 
Kritikal perspektif thd akunansi bab 12
Kritikal perspektif thd akunansi bab 12Kritikal perspektif thd akunansi bab 12
Kritikal perspektif thd akunansi bab 12
 
146020300111009 sri apriyanti husain uts_teori akuntansi
146020300111009 sri apriyanti husain uts_teori akuntansi146020300111009 sri apriyanti husain uts_teori akuntansi
146020300111009 sri apriyanti husain uts_teori akuntansi
 
Kebijakan perekonomian nasional
Kebijakan perekonomian nasionalKebijakan perekonomian nasional
Kebijakan perekonomian nasional
 
Bab iv pengenalan teori
Bab iv   pengenalan teoriBab iv   pengenalan teori
Bab iv pengenalan teori
 
312 537-1-sm
312 537-1-sm312 537-1-sm
312 537-1-sm
 
Ringkasan materi teori_akuntansi_komplit
Ringkasan materi teori_akuntansi_komplitRingkasan materi teori_akuntansi_komplit
Ringkasan materi teori_akuntansi_komplit
 
Konstruksi Teori Akuntansi
Konstruksi Teori AkuntansiKonstruksi Teori Akuntansi
Konstruksi Teori Akuntansi
 
Akuntansi keperilakuan pertemuan 1
Akuntansi keperilakuan pertemuan 1Akuntansi keperilakuan pertemuan 1
Akuntansi keperilakuan pertemuan 1
 
Review Jurnal
Review JurnalReview Jurnal
Review Jurnal
 
Tugas ta pendekatan untuk perumusan teori akuntansi (1) pranedya
Tugas ta pendekatan untuk perumusan teori akuntansi (1) pranedyaTugas ta pendekatan untuk perumusan teori akuntansi (1) pranedya
Tugas ta pendekatan untuk perumusan teori akuntansi (1) pranedya
 

Similar to Sosio Spiritual Akuntansi Solusi Krisis Moral Akuntansi

Socio Spiritual Accounting
Socio Spiritual Accounting Socio Spiritual Accounting
Socio Spiritual Accounting Mutiara Adawiah
 
Tugas 1 meringkas artikel
Tugas 1 meringkas artikelTugas 1 meringkas artikel
Tugas 1 meringkas artikelFathul Umam
 
akuntansi pertanggung jawaban (ak7a).docx
akuntansi pertanggung jawaban (ak7a).docxakuntansi pertanggung jawaban (ak7a).docx
akuntansi pertanggung jawaban (ak7a).docxNadilah4
 
tinjauan historis kerangka konseptual (alwan sri kustono).pdf
tinjauan historis kerangka konseptual (alwan sri kustono).pdftinjauan historis kerangka konseptual (alwan sri kustono).pdf
tinjauan historis kerangka konseptual (alwan sri kustono).pdfAgus arwani
 
BMP EKMA4115 Pengantar Akuntansi
BMP EKMA4115 Pengantar Akuntansi BMP EKMA4115 Pengantar Akuntansi
BMP EKMA4115 Pengantar Akuntansi Mang Engkus
 
IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE
  IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE  IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE
IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCEAhmad Rahimaji
 
MAYRA DWI ANDRIYANI-43220110052-TM02.docx
MAYRA DWI ANDRIYANI-43220110052-TM02.docxMAYRA DWI ANDRIYANI-43220110052-TM02.docx
MAYRA DWI ANDRIYANI-43220110052-TM02.docxNiluhEkaMurniati1
 
53852-ID-perekayasaan-kerangka-konseptual-akuntan.pdf
53852-ID-perekayasaan-kerangka-konseptual-akuntan.pdf53852-ID-perekayasaan-kerangka-konseptual-akuntan.pdf
53852-ID-perekayasaan-kerangka-konseptual-akuntan.pdfAgus arwani
 
Rahman etika menulis sustainabilty report
Rahman etika menulis sustainabilty reportRahman etika menulis sustainabilty report
Rahman etika menulis sustainabilty reportRahman
 
Transparan akuntansi 1 by diahandani.blogspot.com
Transparan akuntansi 1 by diahandani.blogspot.comTransparan akuntansi 1 by diahandani.blogspot.com
Transparan akuntansi 1 by diahandani.blogspot.comAndani Abayz
 
Transparan akuntansi 1 by diahandani.blogspot.com
Transparan akuntansi 1 by diahandani.blogspot.comTransparan akuntansi 1 by diahandani.blogspot.com
Transparan akuntansi 1 by diahandani.blogspot.comAndani Abayz
 
BT_2689.pptx
BT_2689.pptxBT_2689.pptx
BT_2689.pptxToniAri4
 
Tugas Perbankan Syariah
Tugas Perbankan SyariahTugas Perbankan Syariah
Tugas Perbankan SyariahFifi Kusuma
 
PPT Kelompok 2 AKS ( Latar belakang dibutuhkannya akuntansi syariah).pptx
PPT Kelompok 2 AKS ( Latar belakang dibutuhkannya akuntansi syariah).pptxPPT Kelompok 2 AKS ( Latar belakang dibutuhkannya akuntansi syariah).pptx
PPT Kelompok 2 AKS ( Latar belakang dibutuhkannya akuntansi syariah).pptxRaniNurjannah1
 
MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docx
MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docxMAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docx
MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docxAlfaTreisya
 
Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...
Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...
Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...Dede Anggraini
 
Bab iii menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawab
Bab iii menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawabBab iii menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawab
Bab iii menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawabShelly Intan Permatasari
 

Similar to Sosio Spiritual Akuntansi Solusi Krisis Moral Akuntansi (20)

Socio Spiritual Accounting
Socio Spiritual Accounting Socio Spiritual Accounting
Socio Spiritual Accounting
 
Tugas 1 meringkas artikel
Tugas 1 meringkas artikelTugas 1 meringkas artikel
Tugas 1 meringkas artikel
 
akuntansi pertanggung jawaban (ak7a).docx
akuntansi pertanggung jawaban (ak7a).docxakuntansi pertanggung jawaban (ak7a).docx
akuntansi pertanggung jawaban (ak7a).docx
 
tinjauan historis kerangka konseptual (alwan sri kustono).pdf
tinjauan historis kerangka konseptual (alwan sri kustono).pdftinjauan historis kerangka konseptual (alwan sri kustono).pdf
tinjauan historis kerangka konseptual (alwan sri kustono).pdf
 
BAB 2.ppt
BAB 2.pptBAB 2.ppt
BAB 2.ppt
 
BMP EKMA4115 Pengantar Akuntansi
BMP EKMA4115 Pengantar Akuntansi BMP EKMA4115 Pengantar Akuntansi
BMP EKMA4115 Pengantar Akuntansi
 
IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE
  IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE  IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE
IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE
 
MAYRA DWI ANDRIYANI-43220110052-TM02.docx
MAYRA DWI ANDRIYANI-43220110052-TM02.docxMAYRA DWI ANDRIYANI-43220110052-TM02.docx
MAYRA DWI ANDRIYANI-43220110052-TM02.docx
 
53852-ID-perekayasaan-kerangka-konseptual-akuntan.pdf
53852-ID-perekayasaan-kerangka-konseptual-akuntan.pdf53852-ID-perekayasaan-kerangka-konseptual-akuntan.pdf
53852-ID-perekayasaan-kerangka-konseptual-akuntan.pdf
 
Rahman etika menulis sustainabilty report
Rahman etika menulis sustainabilty reportRahman etika menulis sustainabilty report
Rahman etika menulis sustainabilty report
 
Transparan akuntansi 1 by diahandani.blogspot.com
Transparan akuntansi 1 by diahandani.blogspot.comTransparan akuntansi 1 by diahandani.blogspot.com
Transparan akuntansi 1 by diahandani.blogspot.com
 
Transparan akuntansi 1 by diahandani.blogspot.com
Transparan akuntansi 1 by diahandani.blogspot.comTransparan akuntansi 1 by diahandani.blogspot.com
Transparan akuntansi 1 by diahandani.blogspot.com
 
BT_2689.pptx
BT_2689.pptxBT_2689.pptx
BT_2689.pptx
 
Tugas perbankan syariah
Tugas perbankan syariahTugas perbankan syariah
Tugas perbankan syariah
 
Tugas Perbankan Syariah
Tugas Perbankan SyariahTugas Perbankan Syariah
Tugas Perbankan Syariah
 
Isi asp
Isi aspIsi asp
Isi asp
 
PPT Kelompok 2 AKS ( Latar belakang dibutuhkannya akuntansi syariah).pptx
PPT Kelompok 2 AKS ( Latar belakang dibutuhkannya akuntansi syariah).pptxPPT Kelompok 2 AKS ( Latar belakang dibutuhkannya akuntansi syariah).pptx
PPT Kelompok 2 AKS ( Latar belakang dibutuhkannya akuntansi syariah).pptx
 
MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docx
MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docxMAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docx
MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docx
 
Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...
Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...
Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...
 
Bab iii menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawab
Bab iii menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawabBab iii menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawab
Bab iii menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawab
 

More from Wawan Dwi Hadisaputro

Si Pi, UAS, Wawan Dwi H, Hapzi Ali, Evaluasi dan Pengendalian Internal Sistem...
Si Pi, UAS, Wawan Dwi H, Hapzi Ali, Evaluasi dan Pengendalian Internal Sistem...Si Pi, UAS, Wawan Dwi H, Hapzi Ali, Evaluasi dan Pengendalian Internal Sistem...
Si Pi, UAS, Wawan Dwi H, Hapzi Ali, Evaluasi dan Pengendalian Internal Sistem...Wawan Dwi Hadisaputro
 
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...Wawan Dwi Hadisaputro
 
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...Wawan Dwi Hadisaputro
 
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...Wawan Dwi Hadisaputro
 
Si Pi, Wawan Dwi Hadisapuro, Hapzi Ali, Siklus Pengeluaran Pembelian dan Pemb...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisapuro, Hapzi Ali, Siklus Pengeluaran Pembelian dan Pemb...Si Pi, Wawan Dwi Hadisapuro, Hapzi Ali, Siklus Pengeluaran Pembelian dan Pemb...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisapuro, Hapzi Ali, Siklus Pengeluaran Pembelian dan Pemb...Wawan Dwi Hadisaputro
 
Prakarya dan Kewirausahaan Edisi Revisi 2017 Semester 2 untuk SMA Kelas X sed...
Prakarya dan Kewirausahaan Edisi Revisi 2017 Semester 2 untuk SMA Kelas X sed...Prakarya dan Kewirausahaan Edisi Revisi 2017 Semester 2 untuk SMA Kelas X sed...
Prakarya dan Kewirausahaan Edisi Revisi 2017 Semester 2 untuk SMA Kelas X sed...Wawan Dwi Hadisaputro
 
Prakarya dan Kewirausahaan Edisi Revisi 2017 Semester 1 untuk SMA Kelas X
Prakarya dan Kewirausahaan Edisi Revisi 2017 Semester 1 untuk SMA Kelas XPrakarya dan Kewirausahaan Edisi Revisi 2017 Semester 1 untuk SMA Kelas X
Prakarya dan Kewirausahaan Edisi Revisi 2017 Semester 1 untuk SMA Kelas XWawan Dwi Hadisaputro
 
Akuntansi Pajak atas Aktiva Tetap Berwujud
Akuntansi Pajak atas Aktiva Tetap BerwujudAkuntansi Pajak atas Aktiva Tetap Berwujud
Akuntansi Pajak atas Aktiva Tetap BerwujudWawan Dwi Hadisaputro
 
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Siklus pendapatan: Penjualan dan Pen...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Siklus pendapatan: Penjualan dan Pen...Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Siklus pendapatan: Penjualan dan Pen...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Siklus pendapatan: Penjualan dan Pen...Wawan Dwi Hadisaputro
 
Si Pi, UTS, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Implementasi Sistem Informasi A...
Si Pi, UTS, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Implementasi Sistem Informasi A...Si Pi, UTS, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Implementasi Sistem Informasi A...
Si Pi, UTS, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Implementasi Sistem Informasi A...Wawan Dwi Hadisaputro
 
SI PI, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Konsep dasar keamanan sistem informa...
SI PI, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Konsep dasar keamanan sistem informa...SI PI, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Konsep dasar keamanan sistem informa...
SI PI, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Konsep dasar keamanan sistem informa...Wawan Dwi Hadisaputro
 
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi dan Tinjauan SIA se...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi dan Tinjauan SIA se...Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi dan Tinjauan SIA se...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi dan Tinjauan SIA se...Wawan Dwi Hadisaputro
 
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Pengendalian Internal dan Penerapann...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Pengendalian Internal dan Penerapann...Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Pengendalian Internal dan Penerapann...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Pengendalian Internal dan Penerapann...Wawan Dwi Hadisaputro
 
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Serangan dan Penyalahgunaan Komputer...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Serangan dan Penyalahgunaan Komputer...Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Serangan dan Penyalahgunaan Komputer...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Serangan dan Penyalahgunaan Komputer...Wawan Dwi Hadisaputro
 
SI & PI, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi dalam Kegiatan Bi...
SI & PI, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi dalam Kegiatan Bi...SI & PI, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi dalam Kegiatan Bi...
SI & PI, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi dalam Kegiatan Bi...Wawan Dwi Hadisaputro
 

More from Wawan Dwi Hadisaputro (17)

Efisiensi Pasar Modal dan Saham
Efisiensi Pasar Modal dan SahamEfisiensi Pasar Modal dan Saham
Efisiensi Pasar Modal dan Saham
 
Si Pi, UAS, Wawan Dwi H, Hapzi Ali, Evaluasi dan Pengendalian Internal Sistem...
Si Pi, UAS, Wawan Dwi H, Hapzi Ali, Evaluasi dan Pengendalian Internal Sistem...Si Pi, UAS, Wawan Dwi H, Hapzi Ali, Evaluasi dan Pengendalian Internal Sistem...
Si Pi, UAS, Wawan Dwi H, Hapzi Ali, Evaluasi dan Pengendalian Internal Sistem...
 
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...
 
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...
 
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi Akuntansi Atas Sikl...
 
Si Pi, Wawan Dwi Hadisapuro, Hapzi Ali, Siklus Pengeluaran Pembelian dan Pemb...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisapuro, Hapzi Ali, Siklus Pengeluaran Pembelian dan Pemb...Si Pi, Wawan Dwi Hadisapuro, Hapzi Ali, Siklus Pengeluaran Pembelian dan Pemb...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisapuro, Hapzi Ali, Siklus Pengeluaran Pembelian dan Pemb...
 
Prakarya dan Kewirausahaan Edisi Revisi 2017 Semester 2 untuk SMA Kelas X sed...
Prakarya dan Kewirausahaan Edisi Revisi 2017 Semester 2 untuk SMA Kelas X sed...Prakarya dan Kewirausahaan Edisi Revisi 2017 Semester 2 untuk SMA Kelas X sed...
Prakarya dan Kewirausahaan Edisi Revisi 2017 Semester 2 untuk SMA Kelas X sed...
 
Prakarya dan Kewirausahaan Edisi Revisi 2017 Semester 1 untuk SMA Kelas X
Prakarya dan Kewirausahaan Edisi Revisi 2017 Semester 1 untuk SMA Kelas XPrakarya dan Kewirausahaan Edisi Revisi 2017 Semester 1 untuk SMA Kelas X
Prakarya dan Kewirausahaan Edisi Revisi 2017 Semester 1 untuk SMA Kelas X
 
Akuntansi Pajak atas Aktiva Tetap Berwujud
Akuntansi Pajak atas Aktiva Tetap BerwujudAkuntansi Pajak atas Aktiva Tetap Berwujud
Akuntansi Pajak atas Aktiva Tetap Berwujud
 
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Siklus pendapatan: Penjualan dan Pen...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Siklus pendapatan: Penjualan dan Pen...Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Siklus pendapatan: Penjualan dan Pen...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Siklus pendapatan: Penjualan dan Pen...
 
Activity based costing system
Activity based costing systemActivity based costing system
Activity based costing system
 
Si Pi, UTS, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Implementasi Sistem Informasi A...
Si Pi, UTS, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Implementasi Sistem Informasi A...Si Pi, UTS, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Implementasi Sistem Informasi A...
Si Pi, UTS, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Implementasi Sistem Informasi A...
 
SI PI, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Konsep dasar keamanan sistem informa...
SI PI, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Konsep dasar keamanan sistem informa...SI PI, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Konsep dasar keamanan sistem informa...
SI PI, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Konsep dasar keamanan sistem informa...
 
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi dan Tinjauan SIA se...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi dan Tinjauan SIA se...Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi dan Tinjauan SIA se...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi dan Tinjauan SIA se...
 
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Pengendalian Internal dan Penerapann...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Pengendalian Internal dan Penerapann...Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Pengendalian Internal dan Penerapann...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Pengendalian Internal dan Penerapann...
 
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Serangan dan Penyalahgunaan Komputer...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Serangan dan Penyalahgunaan Komputer...Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Serangan dan Penyalahgunaan Komputer...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Serangan dan Penyalahgunaan Komputer...
 
SI & PI, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi dalam Kegiatan Bi...
SI & PI, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi dalam Kegiatan Bi...SI & PI, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi dalam Kegiatan Bi...
SI & PI, Wawan Dwi Hadisaputro, Hapzi Ali, Sistem Informasi dalam Kegiatan Bi...
 

Recently uploaded

Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptxfitriamutia
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategikmonikabudiman19
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.pptsantikalakita
 

Recently uploaded (16)

Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
 

Sosio Spiritual Akuntansi Solusi Krisis Moral Akuntansi

  • 1. SOSIO-SPIRITUAL AKUNTANSI SOLUSI KRISIS MORAL AKUNTANSI (Wawan Dwi Hadisaputro, S.Pd) PENGERTIAN AKUNTANSI Corporate report (1975), mengatakan bahwa Akuntansi seharusnya tidak hanya melaporkan tentang kegiatan ekonomi perusahaan saja, tetapi juga harus melaporkan pengaruh perusahaan terhadap sosial masyarakat (pengangguran, kondisi kerja yang tidak sehat), dan lingkungan (biaya polusi lingkungan). Namun, hal Ini yang tidak pernah dilaporkan perusahaan, kecuali dapat dikompesasikan ke pajak atau adanya regulasi yang mewajibkannya. Tulisan lainnya adalah oleh Lehman (2004) yang mengatakan bahwa terdapat krisis moral dan etika dalam profesi akuntansi. Dari beberapa tulisan tersebut, nyata bagi kita bahwa memang sosio-spiritual akuntansi sudah menjadi sebuah kewajiban yang harus dijalankan dalam proses penyajian sebuah laporan pertanggungjawaban. Accounting terminology (1953) sebagai komite dari AICPA (the committee on terminology of the American Institute of Certified Publik accountants) mendefinisikan akuntansi sebagai berikut; “Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang dan penginterprestasian Hasil proses tersebut”. Perkembangan selanjutnya, akuntansi didefinisikan oleh American Accounting association (1966) yang melihat akuntansi dari sisi proses komunikasi sebagai berikut; “Akuntansi adalah Proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi untuk membantu para pemakai dalam pengambilan keputusan secara tepat.” Terakhir kita menyajikan pengertian akuntansi yang dikaitkan dengan akuntansi sebagai konsep sistim oleh APB (1970). “Akuntansi adalah aktifitas jasa yang berfungsi menyediakan
  • 2. informasi kuantitatif, terutama besifat keuangan mengenai kegiatan ekonomi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dari berbagai alternatif yang ada” Oleh sebab itu, jikalau kita berpatokan pada pengertian yang dikemukakan oleh lembaga yang berwenang tersebut, maka pengertian akuntansi memang tidak berhubungan dengan apa yang menjadi keresahan saat ini yakni akuntansi yang menghasilkan laporan bernilai sosial, lingkungan, dan sipiritual. PRODUK AKUNTANSI DAN UNTUK SIAPA PRODUK TERSEBUT Apabila kita menyaksikan kegagalan akuntansi dalam kaitan tanggungjawabnya kepada lingkungan, sosial, dan kering akan spiritual, maka kita tidak heran jikalau melihat apa yang dihasilkan oleh akuntansi. Perdefinisi diatas, terlihat jelas bahwa produk dari akuntansi adalah bersifat keuangan. Pengertian ini dihasilkan oleh suatu badan yang berwenang sehinga menjadi rujukan dalam prakek akuntansi. Pengertian ini pula yang menjadi dasar bagi akuntan dalam proses penyajian laporan pertanggungjawaban keuangan. Produk dari akuntansi yang bersifat keuangan merupakan sebuah produk pemikiran yang bersifat objektif dari apa yang seharusnya dihasilkan oleh akuntansi. Pada sisi objektif menitikberatkan pada sifat objektif dari realitas ilmu pengetahuan dan prilaku manusia. Sedang pada sisi yang lain, menitikberatkan pada sifat subjektif dari realitas ilmu pengetahuan dan prilaku manusia. Sifat objektif masih mendominasi pemikiran tentang produk akuntansi saat ini. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa produk akuntansi saat ini masih didominasi untuk menghasilkan laporan keuangan. Setidaknya hal ini masih berjalan sekitar tahun-tahun sebelum terjadinya krisis lehman brother yang terkenal dengan subprime mortgage, Worldcom dan Enron. Di Indonesia, tentu kita ingat kasus PT Kimia Farma (Persero) Tbk dan lain-lainnya. Apabila kita tinjau dari siapa saja pengguna laporan keuangan, maka variasinya akan menjadi luas. Beberapa pengguna laporan keuangan diantaranya pemilik perusahaan, kreditur, supplier, manajemen, pemerintah dalam hal ini pajak, karyawan perusahaan, pelanggan, analis keuangan, pasar modal, masyarakat umum dan lain-lain. Pengguna laporan keuangan ini tentulah memiliki kepentingan yang berbeda antar satu dengan yang
  • 3. lainnya. Pertanyaannya sekarang, baik dilihat dari siapa yang mempengaruhi penetapan sebuah standar akuntansi maupun siapa yang menggunakan laporan keuangan, hanya sedikit yang termasuk dalam kategori sosial (karyawan perusahaan & masyarakat umum) dan tidak satupun yang menyebutkan lingkungan. Karyawan perusahaan dan masyarakat umum dalam kenyataannya pun memiliki keterbatasan akses terhadap laporan keuangan, apalagi kalau kita lihat apakah mereka mengerti atau tidak. Akhirnya dapat kita mengatakan bahwa laporan keuangan sebagai produk akuntansi hanya diperuntukan bagi masyarakat keuangan yang memiliki kepentingan baik langsung maupun tidak langsung. Laporan keuangan bukanlah diperuntukkan bagi kepentingan pertanggungjawaban sosial, lingkungan, sehingga dalam pelaporannya sulit untuk diharapkan menggunakan nilai-nilai spiritual dalam penyajiannya. Kondisi ini masih berlaku sampai saat ini, setidaknya sebelumnya terjadinya guncangan-guncangan hebat dari kasus-kasus yang disebutkan diatas. AKUNTANSI DITENGAH KEPENTINGAN PRINCIPLE DAN PUBLIC Akuntan tidak bisa lari dari dua kepentingan yaitu principle dan public, karena sudah menjadi sebuah ekosistem yang saling mengisi dan berinteraksi. Meskipun kita mengatahui bahwa akuntan dimanapun bekerja, memiliki beberapa standar dan pedoman dalam menjalankan tugas dan profesinya. Namun dalam kenyataannya, akuntan sulit untuk bekerja sesuai dengan pegangan yang ada. Standar dan pedoman tersebut diantaranya standar akuntansi keuangan, standar profesional akuntan publik, peraturan pemerintah dan lainnya. Standar-standar ini mendominasi tugas-tugas akuntan(belkaoui, 2004). Kita dapat mengatakan bahwa akuntan dalam tarik menarik antara kepentingan principle dengan publik, lebih memilih untuk pro kepada kepentingan principle. Satu hal yang paling mempengaruhi mengapa akuntan lebih pro kepada kepentingan principle adalah karena masalah audit fee, intensitas komunikasi, dan hubungan agen dan principle. Audit fee adalah sesuatu yang sangat besar pengaruhnya dalam hal mempengaruhi keteguhan akuntan untuk tetap perpegang teguh dengan prinsip dan nilai-nilai yang telah disepakati. Standar-standar yang ada dapat luntur menjadi sebagai pedoman moral akuntan jika sudah berkaitan
  • 4. dengan audit fee. Faktor intensitas komunikasi juga sangat menentukan longgarnya prinsip yang harus dimiliki oleh seorang akuntan. Hubungan atasan dan bawahan, pemilik dan pekerja menghasilkan sebuah komunikasi yang berkonvergensi pada satu hati, tujuan dan cita-cita. Hubungan ini akan berakhir pada satu tindakan untuk bersama, sehingga pedoman dan ketentuan dari luar dianggap menjadi sesuatu yang tidak perlu diikuti. Hubungan agen dan principle tidak banyak berpengaruh jika menghadapi kepentingan publik. Satu hal yang menyebabkan hal in terjadi adalah tidak berjalannya konsep entitas dalam hubungan antara agen dan principle. Agen dan principle dibanyak perusahaan korporat memiliki hubungan istimewa, sehingga mereka akan bersatu dalam menghadapi kepentingan publik yang notabene tidak menjadi bagian dari perusahaan. SOSIO-SPRIRITUAL AKUNTANSI SEBAGAI SOLUSI Sosio spiritulitas sebagai solusi karena kandungan akuntansi diisi oleh sumber utamanya yakni agama. Flesher & flesher (1979) seperti dikutip oleh Jacobs and walker telah mengungkapkan peran agama dalam akuntansi. Mereka menyajikan sebuah studi tentang masyarakat yang harmonis disebuah komunitas agama “Indiana frontier”. Mereka menyimpulkan bahwa praktek-praktek akuntansi yang harmonis sangat memberikan hasil yang memuaskan sebagai hasil substansi retailing dan operasi manufacturing dari masyarakat. Peran agama dalam akuntansi juga dipublikasi oleh Askary & Jackling (2004) dalam tulisannya yang berjudul “a theritical frame work of analysisi of accounting propensity in different religions.” Ada tiga hal yang menarik dari tulisan tersebut yakni (1) analisis model Hofstede and gray tentang akuntansi berasal dari kerangka budaya yang meliputi authority, measurement, enforcement and disclosure. (2) Lebih lanjut disebutkan bahwa nilai-nilai kultur hofstede dikendalikan oleh nilai-nilai sosial islam yang merujuk pada kitab suci alqur’an. (3) studi kemanfaatan nilai-nilai masyarakat islam menerapkan model gray untuk mengembangkan teori dalam menetapkan tentang praktek-praktek akuntansi. Dalam tulisan ini menyimpulkan bagaimana model yang dikembangkan dapat menyajikan alasan yang
  • 5. menjelaskan bagaimana agama sebagai salah satu faktor yang bisa mempengaruhi praktek akuntansi dalam masyarakat yang berbeda. Inti dari kedua penulis diatas adalah bagaimana agama dapat mempengaruhi akuntansi dalam memainkan peranannya sebagai pihak yang netral dan bertanggungjawab dalam membuat dan menyampaikan sebuah laporan pertanggungjawaban. Reformasi akuntansi yang merujuk pada nilai-nilai moral akuntan sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas laporan pertanggungjawaban juga mendapat dukungan glenn lehman (2004) dalam tulisannya “Accounting, accountability and religion: Charles taylor’s catholic modernity and the malaise of a disenchanted world”. Lehman mengatakan bahwa telah terjadi krisis moral dan etika dalam profesi akuntansi sehingga perlu direformasi. Jika kita setuju perlu ada reformasi akuntansi, maka sosio spiritual akuntasilah yang paling pas untuk dijadikan dasar pengembangannya. NILAI SOSIAL DALAM MODEL HOFSTEDE Menurut Hofstede, Budaya dapat dipahami sebagai suatu pemrograman kolektif dari pikiran yang membedakan anggota suatu kelompok atau kategori orang, dari yang lain. Budaya dapat dikelompokkan ke dalam beberapa dimensi dapat dipahami bahwa perbandingan budaya mengandaikan bahwa ada sesuatu yang harus dibandingkan, bahwa setiap budaya sebenarnya tidaklah begitu unik, bahwa setiap budaya yang paralel dengan kebudayaan lain tidak memiliki makna yang begitu berarti. Dimensi budaya yang dibangun oleh Hofstede antara lain: 1. Power Distance Power Distance atau jarak kekuasaan adalah sejauh mana anggota dari suatu organisasi atau lembaga yang berada dalam posisi yang kurang kuat menerima dan berharap kekuasaan didistribusikan secara tidak merata. Dalam dimensi budaya yang mendukung jarak kekuasaan rendah (Small Power Distance), orang berhubungan satu sama lain terlepas dari posisi formalitas mereka. Bawahan mersaa lebih nyaman serta menuntut hak untuk berkontribusi dalam pengambilan keputusan. Begitu sebaliknya, di negara-negara dengan jarak kekuasaan tinggi (large power distance)
  • 6. bawahan mengakui kekuatan orang lain hanya berdasarkan dimana mereka berada dalam struktur formal atau posisi hirarki tertentu. 2. Uncertainty Avoidance Uncertainty Avoidance adalah bentuk toleransi masyarakat untuk ketidakpastian dan ambiguitas. Hal ini menggambarkan sejauh mana anggota organisasi atau lembaga berusaha untuk mengatasi perasaan cemas dan mengurangi ketidakpastian yang mereka hadapi. Orang-orang yang memiliki dimensi budaya penghindaran ketidakpastian tinggi (high uncertainty avoidance) cenderung lebih emosional. Mereka mencoba untuk meminimalkan terjadinya keadaan yang tidak diketahui atau tidak biasa. Saat terjadi perubahan mereka menjalaninya dengan hati-hati, langkah demi langkah dengan perencanaan dan menerapkan hukum serta peraturan yang berlaku. Sebaliknya, dimensi budaya penghindaran ketidakpastian rendah (low uncertainty avoidance) menerima dan merasa nyaman dalam situasi yang tidak terstruktur atau lingkungan yang kerap kali mengalami perubahan. Mereka mencoba untuk memiliki beberapa aturan dalam aktifitas mereka. Orang-orang dalam dimensi budaya ini cenderung lebih pragmatis, mereka jauh lebih toleran terhadap perubahan. 3. Indvidualism vs Collectivism Ciri organisasi atau lembaga Individualism dengan Collectivism, adalah sejauh mana individu diintegrasikan ke dalam organisasi atau lembaga tersebut. Dalam masyarakat yang individualistik (individualism), tekanan atau stres diletakkan dalam permasalahan pribadi, serta menuntut hak-hak individu. Orang-orang diharapkan untuk membela diri sendiri dan keluarga mereka. Selain itu juga mereka diharapkan untuk memilih afiliasi sendiri. Sebaliknya dalam masyarakat kolektifis (collectivism), individu bertindak terutama sebagai anggota kelompok seumur hidup. Daya kohesifitas yang tinggi tercipta di dalam kelompok mereka (kelompok di sini tidak mengacu kepada politik atau negara). Orang-orang memiliki keluarga besar, yang dijadikan sebagai perlindungan bagi dirinya sehingga loyalitasnya tidak diragukan.
  • 7. 4. Masculinity vs Feministy Masculinity berkaitan dengan nilai perbedaan gender dalam masyarakat, atau distribusi peran emosional antara gender yang berbeda. Nilai-nilai dimensi maskulin (masculinity) terkandung nilai daya saing, ketegasan, materialistik, ambisi dan kekuasaan. Dimensi feminin (feminimity) menempatkan nilai yang lebih terhadap hubungan dan kualitas hidup. Dalam dimensi maskulin, perbedaan antara peran gender nampak lebih dramatis dan kurang fleksibel dibandingkan dengan dimensi feminin yang melihat pria dan wanita memiliki nilai yang sama, menekankan kesederhanaan serta kepedulian. 5. Long Term vs Short Term Orientation Masyarakat yang berorientasi jangka panjang (long term orientation) lebih mementingkan masa depan. Mereka mendorong nilai-nilai pragmatis berorientasi pada penghargaan, termasuk ketekunan, tabungan dan kapasitas adaptasi. Masyarakat yang memiliki dimensi orientasi hubungan jangka pendek (short term orientation), nilai dipromosikan terkait dengan masa lalu dan sekarang, termasuk kestabilan, menghormati tradisi, menjaga selalu penampilan di muka umum, dan memenuhi kewajiban-kewajiban sosial. 6. Indulgence vs Restraint Kesenangan (indulgence) mengarah kepada lingkungan sosial yang mengijinkan gratifikasi sebagai nafsu manusiawi yang alamiah terkait dengan menikmati hidup. Pengekangan (restraint) mengarah kepada lingkungan sosial yang mengontrol gratifikasi dari kebutuhan dan peraturan-peraturan dengan cara norma sosial yang tegas. MODEL NILAI AKUNTANSI GRAY (1988) YANG TERKAIT DENGAN NILAI-NILAI SOSIAL 1. PROFESSIONALISM V STATUTORY CONTROL Dalam Gray (1988), profesionalisme didefinisikan sebagai preferensi oleh akuntan untuk melatih penilaian profesional individu dalam melakukan tugas-tugas akuntansi. Ini memerlukan pemeliharaan pengaturan-diri profesional. Hal ini berbeda dengan kontrol perundang-undangan, pengenaan kekuatan pada akuntan
  • 8. untuk mematuhi persyaratan hukum preskriptif dengan dukungan sanksi hukum untuk ketidakpatuhan. Menurut Gray, individualisme yang tinggi dan rendahnya ketidakpastian- penghindaran dan jarak kekuasaan dalam suatu masyarakat terkait erat dengan profesionalisme akuntansi. Dia menjelaskan: “. . . preferensi untuk penilaian profesional independen konsisten dengan preferensi untuk kerangka budaya yang longgar di mana ada lebih banyak penekanan pada independensi, keyakinan dalam keputusan individu dan menghormati usaha individu ”. Atas dasar itu, dia beralasan bahwa profesionalisme dalam akuntansi lebih mungkin diterima dalam masyarakat dengan jarak kekuasaan kecil dengan perhatian untuk pelaksanaan hak yang sama. Namun demikian, dapat dipertentangkan, bahwa profesionalisme lebih cocok dengan "masyarakat yang merajut secara longgar", dan bahwa tindakan independen berlaku dalam masyarakat yang sangat terorganisir. Perlu dicatat bahwa bukan kemerdekaan masyarakat yang dipermasalahkan di sini, tetapi kemandirian individu- individu tertentu (dan untuk tujuan penelitian ini, para akuntan) di dalamnya, dan independensi mereka (posisi pada skala profesionalisme) dalam konteks yang terbatas pada latihan keterampilan khusus mereka. Di kebanyakan praktisi akuntansi negara-negara Barat adalah "sangat terorganisasi" - membutuhkan "pendaftaran" untuk berlatih, sering diperlukan untuk memenuhi kondisi tertentu untuk menyediakan layanan khusus untuk klien - selalu kredensial dalam hal baik prestasi akademik dan paparan praktek yang sebenarnya adalah norma. Selain itu, mereka mungkin memiliki kebijaksanaan profesional (sangat independen) yang lengkap tentang "bagaimana" mereka melayani kebutuhan klien mereka. Norma, bukan pengecualian, adalah bahwa mereka mengalami kontrol yang sangat terpusat atas masuknya mereka ke praktik dan hak mereka yang berkelanjutan untuk menawarkan layanan mereka kepada publik secara luas. Tetapi mereka secara seragam menikmati kapasitas yang sangat terbatas (hampir) yang mutlak tanpa batas untuk memanfaatkan pengalaman individual mereka dan mengumpulkan kebijaksanaan untuk mempraktekkan keterampilan mereka - sangat populer dalam
  • 9. profesionalisme. Individualisme Hofstede tidak mengangkut domain praktisi akuntansi individual semulus yang disarankan Gray. Masalah Gray terletak pada penerjemahan ekstrim Hofstede sehubungan dengan dimensi budaya menjadi ekstrim seperti dalam hal nilai-nilai akuntansi. 2. UNIFORMITY V FLEXIBILITY Keseragaman dalam hal akuntansi dalam konteks perdebatan budaya adalah preferensi untuk penegakan praktik akuntansi seragam, yang bertentangan dengan fleksibilitas sesuai dengan keadaan yang dirasakan masing-masing perusahaan (Gray, 1988). Pengungkapan data keuangan dalam tujuan umum laporan keuangan adalah pengaturan tertentu di mana keseragaman, atau sebaliknya, adalah masalah. Untuk Gray, dimensi nilai akuntansi ini sangat penting karena sikap lain seperti konsistensi dan komparabilitas dimasukkan sebagai fitur dasar prinsip akuntansi di seluruh dunia. Gray beralasan bahwa individualisme dan penghindaran ketidakpastian terkait erat dengan keseragaman. Gray dengan demikian mengaitkan keseragaman secara dekat dengan penghindaran ketidakpastian, karena penghindaran ketidakpastian yang kuat dirasakan olehnya untuk dihubungkan dengan kode perilaku yang kaku, hukum, aturan dan aturan dan peraturan tertulis, untuk menghindari kesalahan dan hasil yang tidak dapat diprediksi. Sebagai akibatnya, masyarakat jarak jauh yang besar dianggap memfasilitasi keseragaman dengan memberlakukan hukum dan kode karakter yang seragam pada masyarakat itu. Diharapkan kemudian, bahwa negara- negara yang dilambangkan untuk berlatih jarak kekuasaan besar akan memiliki katalog besar standar akuntansi. 3. CONSERVATISM V OPTIMISM Konservatisme tidak mengambil makna khusus dalam konteks debat akuntansi / budaya. Seperti dalam fokus konvensional pada akuntansi, konservatisme adalah preferensi untuk pendekatan hati-hati untuk pengukuran elemen akuntansi seperti nilai uang aset, dan jumlah moneter kewajiban, pendapatan, pengeluaran dan perhitungan laba atau rugi, dengan ketidakpastian peristiwa masa depan dalam pikiran. Sebaliknya, optimisme dapat dianggap sebagai laissez-faire, pendekatan pengambilan risiko dalam pengukuran akuntansi. Itu sesuai dengan konteks
  • 10. perdebatan budaya / akuntansi (Gray, 1988). Penjelasan Gray menyiratkan bahwa hanya penghindaran ketidakpastian yang dapat dikaitkan erat dengan konservatisme. Penghindaran ketidakpastian yang tinggi dalam hal pengukuran laba dan nilai aset konsisten dengan nilai akuntansi yang sangat konservatif yang dinyatakan untuk aset dalam neraca perusahaan. Selain itu, ada hubungan yang dirasakan, meskipun kurang kuat, antara individualisme, maskulinitas dan konservatisme, karena penekanan pada prestasi dan kinerja individu yang mungkin kondusif untuk pendekatan yang kurang konservatif terhadap pengukuran, dengan maksud untuk memperkuat hasil kinerja yang dilaporkan. dan mendorong persepsi tentang apa yang Gray (konsisten dengan Hofstede) anggap sebagai indikasi sifat maskulin yang sangat selaras. 4. SECRECY V TRANSPARENCY Kerahasiaan diambil dalam debat budaya / akuntansi untuk mewujudkan preferensi untuk kerahasiaan. Manifestasinya akuntansi demikian terletak pada pembatasan pengungkapan informasi keuangan yang berkaitan dengan penilaian dan evaluasi kinerja dan keadaan urusan bisnis. Ini kontras dengan pendekatan yang lebih transparan, terbuka, dan dapat dipertanggungjawabkan secara publik. (Gray, 1988). Hipotesis Gray menunjukkan bahwa dari empat nilai Hofstede, penghindaran ketidakpastian dan individualisme adalah yang paling berpengaruh dalam kaitannya dengan nilai-nilai akuntansi. Selain itu, Perera dan Matthews (1990) telah mengklaim bahwa dimensi budaya penghindaran ketidakpastian dan individualisme mengerahkan pengaruh terkuat pada nilai-nilai akuntansi (hal. 265), hanya sebagai akibat dari efek positif individualisme dan efek negatif dari ketidakpastian yang lemah pada Profesionalisme, fleksibilitas, optimisme, dan transparansi Gray. Itu adalah alasan yang menghasilkan efek positif dari penghindaran ketidakpastian dan jarak kekuasaan yang bergabung untuk membangkitkan kerahasiaan. Sebagai akibatnya, diharapkan bahwa jarak listrik yang kecil dan penghindaran ketidakpastian yang lemah dapat menimbulkan efek positif pada transparansi.
  • 11. DAFTAR PUSTAKA Askary, Saeed dan Beverley Jackling. 2004. A Theoritical Framework of Analysis of Accounting Propensity in Different Religions. Singapura: Accounting Conference Fourth Asia Pacific Interdisciplinary Research Bratasena. 2016. https://budayaindonesia2016blog.wordpress.com/2016/03/19/dimensi- budaya-geert-hofstede/ diakses pada tanggal 26 Oktober 2018 Mulya, Hadri dan Wiwik Utami. 2013. Modul Perkuliahan Teori Akuntansi: Sosio-Spiritual Akuntansi Solusi Krisis Moral Akuntansi (Sebuah Tinjauan kritis peran sosio spiritual akuntansi). Jakarta: Universitas Mercu Buana