(1) Fenomena mudik Idul Fitri yang melibatkan puluhan juta orang setiap tahunnya memiliki dampak penting yaitu revitalisasi modal sosial di masyarakat. (2) Modal sosial merupakan hubungan dan nilai-nilai yang mengatur interaksi antar masyarakat dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi dan sosial. (3) Kegiatan mudik memperkuat modal sosial melalui kunjungan keluarga, berbagi had
1. REVITALISASI MODAL SOSIAL
Oleh: Prof. Suyanto, Ph.D
Liburan Hari Raya Idul Fitri dan cuti bersama masih kita nikmati.
Dalam liburan dan cuti bersama yang baru lalu itu ada fenomena nasional
yang sangat unik, yaitu berupa mobilitas orang dalam jumlah puluhan juta.
Mungkin fenomena ini merupakan satu-satunya di dunia di mana terjadi
pergerakan manusia dalam jumlah puluhan juta dari pusat-pusat kota ke
kampung halaman di berbagai pelosok tanah air. Apa dampak yang biasa
ditonjolkan oleh sistem kepegawaian di berbagai institusi dan pranata sosial
selama ini baik melalui media maupun sistem organisasi suatu institusi?
Dampak yang sangat ditonjolkan dari fenomena gerakan manusia dalam
puluhan juta itu antara lain lahirlah konsep yang sangat populer seperti:
arus mudik balik, kemacetan lalu lintas, mangkir kerja, urbanisasi, dsb.
Masyarakat kita hanya dikenalkan dengan berita-berita seputar konsep
populer di atas. Mangkir kerja, misalnya, selalu jadi sorotan media elektronik
dan media cetak. Seorang menteri sering disorot televisi dalam melakukan
sidak di kementriannya untuk mencari tahu siapa di antara pegawainya yang
mangkir kerja. Kemacetan lalu lintas menjadi berita utama; Bertambahnya
urbanisasi juga menjadi topik berita utama media. Sebenarnya ada satu
fenomena lain yang maha penting yang terlupakan oleh media. Apa itu? Tak
lain adalah revitalisasi modal sosial. Dampak mudik yang paling dahsyat
adalah terbentuk dan menguatnya modal sosial di dalam masyarakat kita.
Modal sosial ini amat sangat penting untuk pembangunan suatu bangsa di
samping modal-modal lainnya: modal manusia, modal intelektual, dan modal
kapital. Tanpa modal sosial yang kuat mustahil kehidupan sosial, ekonomi,
dan politik akan bisa kondusif bagi perwujudan kesejahteraan masyarakat.
Lalu apa sebenarnya modal sosial itu? Menurut World Bank, modal sosial
(social capital) didefinisikan sebagai “…the relationships, the attitudes and
values that govern interactions among people and contribute to economic
and social development”. Jadi, social capital dengan demikian menjadi
2. semacam perekat yang mengikat semua orang dalam sebuah masyarakat.
Di dalamnya ada prinsip saling berbagi nilai yang dipegang teguh oleh para
anggota masyarakat serta bekerjanya suatu sistem pengorganisasian peran-
peran orang dalam masyarakat yang dicerminkan dalam pola-pola
hubungan, saling menaruh kepercayaan, saling memahami tujuan bersama
dan saling mengerti terhadap tanggung jawab bersama.
McKenzie dan Harpham (2006) membuat abstraksi konsep
modal sosial dengan entitas sebagai berikut: (1) Modal sosial
merupakan jejaring sosial, jejaring pribadi yang tidak memaksa;
(2) Merupakan partisipasi anggota masyarakat dan penggunaan
jejaring warga masyarakat; (3) Bisa berbentuk Identitas warga
masyarakat dalam skala lokal, misalnya: rasa memiliki,
solidaritas, kesetiakawanan dan kesetaraan sesama anggota
kelompok yang eksis di dalam masyarakat; (4) Berlakunya
kaedah berperilaku yang mengutamakan prinsip timbal balik
dalam sebuah kehidupan dan semangat menegakkan nilai-nilai
kerja sama antar idividu dan/atau antar kelompok, rasa
keterpanggilan untuk melakukan tolong-menolong dan
mempercayai satu sama lain ketika saling berdampingan dalam
peran sosial tertentu; dan (5) Terjadinya suasana kebatinan yang
saling mempercayai dalam komunitas.
Dari pengertian dan abstraksi modal sosial di atas, sungguh
fenomena mudik yang berakhir dengan arus balik tiga hari lagi,
sebenarnya merupakan revitalisasi modal sosial yang ada di
dalam masyarakat. Dengan saling berkunjung, bertemu, bertegur
sapa, berbagi hadiah uang receh dengan para sanak saudara di
desa maka modal sosial kembali menjadi kuat setelah satu tahun
lamanya tidak mendapatkan penguatan. Orang-orang yang
meninggalkan kota besar kembali ke desa-desa asal dengan
3. perjuangan melawan kemacetan menunjukkan betapa kuatnya
mereka untuk membangun modal sosial yang lebih kuat. Tidak
bisa dibayangkan tanpa modal sosial yang baik, apa yang terjadi
pada pasca penetapan presiden terpilih oleh KPU pada tanggal
22 Juli yang lalu. Karena modal sosial kita yang kuat, maka tidak
terjadi gesekan antar pendukung kubu Capres No.1 dan No.2.
Padahal TNI dan Polri sudah mengantisipasinya jika terjadi
kekacauan. Nyatanya tidak terjadi, karena modal sosial kita relatif
baik.
Prof. Suyanto, Ph.D
Guru Besar Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.