1. Implementasi Kurikulum 2013 secara nasional pada Juli 2014 merupakan kerja besar yang melibatkan lebih dari 1,4 juta guru dan 31 juta siswa di seluruh Indonesia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran apakah semua pihak akan siap.
2. Tantangan besar lainnya adalah penyediaan buku pelajaran dan pelatihan guru agar dapat mengajar berdasarkan kurikulum baru dalam waktu singkat.
3. Banyak g
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Kurikulum 2013 Galau
1. 1
KEGALAUAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SECARA NASIONAL
Oleh: Prof. Suyanto, Ph.D
Kita tinggal menghitung hari menunggu implementasi Kurikulum
2013. Seakan waktu berjalan cepat sekali, berlari tanpa kompromi. Para
penulis buku, instruktur nasional, guru, kepala sekolah, pengawas sekolah,
orangtua, dan siswa mau tak mau harus bekerja keras mempersiapkan diri
demi suksesnya implementasi Kurikulum 2013 pada pertengahan bulan Juli
2014 nanti. Kurang dari enam bulan kita akan meyaksikan sebuah Kurikulum
baru dilaksanakan secara massif, berskala nasional. Kegalauan memang
terjadi pada beberapa fihak seperti guru, kepala sekolah, orangtua, dan para
praktisi pendidikan, serta ilmuwan manakala penulis berjalan ke daerah
menjadi salah satu pembicara dalam seminar yang terkait dengan
implementasi Kurikulum 2013. Soal apakah mereka yang galau itu mewakili
seluruh rakyat Indonesia, tentu tidak jawabnya. Namun kalau pertanyaan
apakah mereka para guru, instruktur, kepala sekolah, siswa, dan orangtua
telah siap ikut berperan serta sesuai dengan kapasitas masing-masing,
jawabnya pasti akan pro dan kontra; Jawab mereka akan tergantung siapa
yang bertanya, dan dari instansi mana yang bertanya itu berasal. Pendek
kata mereka yang ditanya itu jawabnya akan terkena Hawthorne effect.
Tetapi dari mereka yang galau terhadap implementasi kurikulum 2013 itu
mereka lebih sepakat bahwa secara substansi dan konsep, kurikulum 2013
memang baik, menunjukkan adanya relevansi yang signifikan terhadap
kebutuhan bangsa di Republik ini akan tersedianya sumber daya insani yang
memiliki unggulan kompetitif dan komparatif dalam percaturan kehidupan
sosial, ekonomi dan politik global abad 21. Dalam implementasi kurikulum
tak elok kalau menimbulkan kegalauan di tengah-tengah stakeholder-nya
betapapun kecil kelompok mereka yang galau itu.
Kerja Raksasa
Implementasi Kurikulum 2013 pda bulan Juli nanti, sungguh
merupaka kerja raksasa yang melibatkan Pemerintah Pusat dan Daerah.
2. 2
Jumlah total sekolah yang akan menjadi sasaran sebanyak 206.799 yang
terdiri dari SD/SDLB 148.171 sekolah; SMP/SMPLB 35.597; SMA/SMLB
12.403; dan SMK 10.628 sekolah. Dari total sekolah target itu akan
melibatkan jutaan siswa yang secara keseluruhan mencapai 31.244.844.
Jumlah siswa itu terdiri dari Siswa SD/SDLB (kelas 1,2,4,5) sebanyak
17.640.917; Siswa SMP/SMPLB (kelas 7 dan 8) sejumlah 7.107.950; Siswa
SMA/SMLB (kelas 10 dan 11) berjumlah 3.468.510; dan siswa SMK (kelas
10 dan 11) sebanyak 3.027. 467. Luar biasa kan? Di mana letak luar
biasanya? Luar biasanya terletak pada kemauan Pemerintah melakukan
Implementasi kurikulum pada ratusan ribu sekolah dan puluhan juta siswa
dalam waktu yang relatif singkat.
Bagaimana dengan gurunya? Jumlah guru yang akan terlibat dalam
proses pembelajaran Kurikulum 2013 juga luar biasa besarnya. Ada paling
tidak 1.425.001 guru (SD 783.935; SMP 415.980; SMA 139.398; dan SMK
85.688) yang akan harus berpartisipasi dalam melaksanakan Kurikulum
2013. Jumlah guru yang raksasa itu juga harus dilatih dalam bentuk
penataran agar mereka bisa mengubah mindset lama ke yang baru dalam
mengajarkan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 sudah didesain agar mampu
menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Untuk bisa demikian para guru nantinya harus mampu membentuk sikap,
keterampilan, dan pengetahuan pada diri siswa melalui aktivitas proses
pembelajaran seperti: menerima (accepting); merespon (responding);
menilai (valuing) mengorganisasikan/internalisasi (orginizing/internalizing);
dan karakterisasi/aktualisasi (characterizing/aktualisasi). Dalam aspek
keterampilan, dari 1,4 juta guru itu nanti juga harus memiliki kompetensi
dalam membentuk keterampilan pada diri siswa melalui proses
pembelajaran yang memiliki indikator aktivitas seperti: mengamati
(observing); bertanya (questioning); menguji-coba (experimenting);
menghubungkan (associating); mengomunikasikan (communicating) dan
pada akhirnya dari keterampilan ini guru juga dituntut untuk mampu
menciptakan (creating); Akhirnya pada aspek pengetahuan guru juga harus
3. 3
memiliki kompetensi dalam pembelajaran untuk menjadikan siswa memiliki
pengetahuan yang kuat melaui berbgai proses seperti: mengeta-
hui/mengingat (knowing/remembering); memahami (understanding);
mengaplikasikan (applying); menganalisis (analyzing); mengevaluasi
(evaluating); dan pada akhirnya sebagaimana pada aspek, keterampilan,
pada aspek pengetahuan, guru juga dituntut untuk memiliki kompetensi
untuk mencipta. Mengapa kemampuan itu semua perlu dimiliki? Karena
satandar proses dalam Kurikulum 2013 memang juga menghendaki adanya
proses-proses seperti itu dalam membelajarkan siswa. Kompetensi inilah
yang membuat galau banyak fihak. Pertanyaanya mapukah pemerintah
menyiapkan guru melalui penataran dalam waktu yang singkat hanya 52
jam, itupun terkurangi oleh kegiatan test awal dan akhir sebanyak dua jam?
Semoga kegalauan seperti itu tidak terjadi, karena Kemdikbud telah
menyiapkan sebanyak 33.000 Instruktur Nasional untuk menatar 1,4 juta
guru. Tetapi kalau mengubah mindset guru rasanya penataran yang terlalu
singkat tidak akan optimal hasilnya. Terlebih lagi guru-guru SD harus
bergeser mindset pembelajarannya di kelas, dari pendekatan kelompok
bidang studi beralih ke tematik terintegrasi.
Kerja raksasa berikutnya adalah pengadaan buku, baik untuk siswa,
guru, maupun buku-buku dokumen kurikulum buat kepala sekolah dan
pengawas. Yang terutama dan utama harus ada adalah ketersediaan buku
yang sesuai desain Kurikulum 2013, yang sudah lama disosialisasikan
sebagai buku babon. Guru tidak usah repot-repot menyiapkan bahan karena
buku babon telah berisi segala yang diperlukan guru: materi, metode
pembelajarannya, teknik evaluasi, kegiatan remedial serta pengayaannya.
Yang membuat galau ialah buku babon ini dibuat sama di seluruh tanah air,
sehingga menuliskan sampling materi kurikulum ke dalam buku babon yang
merespresentasikan keindonesiaan tentu tidak gampang. Dalam jangka
panjang guru akan kehilangan kreativitasnya akibat telah diberi buku babon
itu. Belum lagi kagalauan akan ketuntasan penulisan buku sesuai dengan
target waktu yang seharusnya semua buku sudah selesai pada akhir bulan
Februari. Kagalauan juga masih meliputi benak kita manakala berbicara
4. 4
pencetakan dan distribusi buku sampai ke sekolah-sekolah. Semoga penga-
laman pahit terlamatnya distribusi soal UN tahun lalu, tidak terulang pada
distribusi buku babon Kurikulum 2013 ke selurus sekolah di negeri ini.
Kegalauan Guru TIK
Kemanapun penulis seminar di daerah-daerah, apapun temanya,
pertanyaan guru sama saja dari daerah ke daerah lain. Pelajaran TIK
ditiadakan di SMP dan SMA. Pertanyaan mereka sangat pragmatis. Kalau
pelajaran TIK tidak ada, lalu bagaimana tunjangan profesi kami, kata
mereka. Kegalauan ini sangat terasa karena selama ini mereka telah
menerima tunjangan profesi yang cukup signifikan. Manakala dia tidak
mengajar TIK, seolah kiamatlah profesi mereka. Pasalnya mereka telah
disertifikasi sebagai guru TIK. Sementara ini ada jawaban bak angin surga,
yang mengatakan bahwa Kurikulum 2013 merupakan kurikulum minimal.
sekolah bisa tetap mengajarkan. Persoalannya tidak berhenti di situ. Kalau
dia mengajarkan TIK, siapa yang membayar tunjangan profesi mereka?
Tidak ada jawab yang jelas akan pertanyaan para guru TIK tadi. Ada quasi
solusi lagi yang ditawarkan saat ini. Para guru TIK diminta mengajar
Kewirausahaan dan Prakarya. Tetapi lagi-lagi mereka tetap galau akan
tunjangan mereka yang tidak bisa dibayarkan karena sertifikasi profesinya
tidak sesuai, di tambah lagi mereka memang tidak memilki latar belakang
pendidikan di bidang kewirausahaan. Guru TIK ini jumlahnya banyak, ada
puluhan ribu karena setiap SMP dan SMA memiliki paling tidak satu guru
TIK. Bahkan mereka sudah ada yang merenacanakan kirim surat protes ke
Presiden melalui MGMP TIK. Kalau kegalauan guru-guru TIK ini tidak segera
dicarikan solusinya, pasti akan menjadi BOM waktu mengiringi implementasi
Kurikulum 2013 secara nasional. Solusi yang masuk akal ialah melakukan
sertifikasi ulang untuk mata pelajaran yang mereka kuasai, kemudian dari
resetifikasi itu mereka akhirnya memiliki kewenangan mengajar yang bisa
dibayar tunjangan profesinya.
Prof. Suyanto, Ph.D
Guru Besar Universitas Negeri Yogakarta (UNY)