SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
VI. MASALAH SOSIAL BUDAYA DALAM
PEMBAHARUAN MASYARAKAT PEDESAAN
6.1. Mengapa Identifikasi Masalah Sosial Budaya Diperlukan?
Suatu langkah terpenting untuk diperhatikan sewaktu melakukan
pembaharuan terhadap masyarakat adalah melaksanakan identifikasi
masalah yang dihadapi sehingga solusi yang dikedepankan nantinya
relatif lebih tepat membidik sasaran. Dalam perspektif sosiologi, konsep
masyarakat diutarakan Parsons (1968) sebagai suatu sistem sosial yang
berswasembada (self subsistent) dengan ciri eksistensinya melebihi masa
hidup individu normal dan merekrut anggota secara reproduksi biologis
serta melakukan sosialisasi terhadap barisan generasi berikutnya. Tentu
batasan konsep masyarakat yang dikemukakan Parsons ini menguatkan
asumsi bahwa pada setiap kelompok masyarakat selalu ditemukam gerak
kedinamikaan.
Seorang tokoh sosiolog lain bernama Shils (1972) menambahkan
ciri masyarakat yang lebih spesifik diperhatikan yakni mencakup adanya
aspek pemenuhan kebutuhan sendiri dalam komponen yang berkaitan
dengan: pengaturan diri (self regulation), reproduksi sendiri (self
reproduction) dan penciptaan diri (self generation). Ketiga komponen
yang dibutuhkan bercorak heterogen, serba unik dan khas karena setiap
individu yang menjadi anggota warga masyarakat memiliki kaitan
kepentingan yang berbeda satu dengan lainnya. Dalam pemenuhan tiga
komponen kepentingan yang dijelaskan oleh Shils (1972) menguatkan
kepastian bahwa masyarakat selalu diwarnai ragam jenis masalah baik
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
83
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
berdimensi sosial, budaya, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan,
teknologi, lingkungan, ideologi, pertahanan maupun keamanan. Dengan
mengacu pada rumusan konsep masyarakat yang berciri khusus seperti
diterangkan di atas, semakin dipahami ternyata tidak semua kelompok
individu dapat disebut masyarakat.
Dari sudut pandang lain, kajian sosiologi membedakan masyarakat
dalam dua pengertian yakni masyarakat dalam arti paguyuban atau lebih
dekat dengan makna konsep community dan masyarakat dalam arti
patembayan lebih dekat dengan konsep society. Pada konsep community
yang dikedepankan terkait dengan berbagai perbedaan hubungan sosial
yang mementingkan aspek emosi, sentimen, suara hati nurani dan ikatan
batin diantara sesama anggota masyarakat. Lain halnya dengan society
yang lebih mengarah pada ragam hubungan kerja yang bersifat lebih
rasional. Jika dikaitkan dengan konsep masyarakat yang dikemukakan
Parsons (1968) dan Shlis (1972) maka tampaknya makna masyarakat
yang dimaksud lebih dekat dengan konsep community (Soemardjan dan
Soemardi, 1964).
Masyarakat yang bermukim di daerah pedesaan juga mempunyai
kekhasan dalam mencerminkan ciri ditandai: kemampuan bertahan
melebihi masa hidup individu, penambahan semua atau sebagian warga
baru melalui proses reproduksi, loyalitas atau kesetiaan. Adapula
penekanan pada pembentukan sistem tindakan utama yang disepakati
bersama dan terdapat sistem tindakan utama bersifat swasembada. Pada
masyarakat pedesaan melekat kebersamaan yang diikat oleh kekuatan
yang intim antara solidaritas mekanik dengan conscience collective
seperti dinyatakan Durkheim (Abdullah dan Leeden, 1986).
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
84
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
Sajogyo (1985) telah mengingatkan bahwa hakekat hidup dalam
suatu masyarakat ialah organisasi berbagai kepentingan perseorangan,
pengetahuan sikap orang yang satu terhadap yang lain dan pemusatan
individu dalam ragam kelompok guna merealisasikan tindakan bersama.
Rangkaian hubungan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat dapat
dilihat sebagai suatu rencana atau sistem yang dinamakan struktur sosial.
Adapun bagaimana sebenarnya semua proses mekanisme kerja dari
berbagai hubungan sosial mengatur hidup antar individu mencerminkan
sifat masyarakat dikenal sebagai fungsi sosial. Struktur sosial dan fungsi
sosial mempunyai peran strategis dalam perkembangan masyarakat
sehingga tepat jika diibaratkan urat nadi masyarakat.
Tidak jauh berbeda dengan masyarakat yang bermukim di kawasan
perkotaan, masyarakat di daerah pedesaan juga mengalami banyak
masalah khususnya saat menghadapi upaya pembaharuan baik yang
bersifat top down maupun bottom up. Dari kajian sosiologis dipandang,
masyarakat di pedesaan memiliki sederetan masalah sosial budaya
khususnya saat terintegrasi dalam proses pembaharuan. Pengungkapan
masalah sosial budaya penting dilakukan dalam pembaharuan
masyarakat di pedesaan karena dilatarbelakangi beberapa alasan berikut:
1. Ragam masalah sosial budaya merupakan sumber dari segala
sumber kemunculan berbagai faktor penyebab yang memicu
kegagalan pembaharuan dalam masyarakat pedesaan.
2. Melalui diagnosa yang cermat diketahui bahwa masalah sosial
budaya selalu memiliki akar persoalan yang perlu diidentifikasi
secara spesifik agar dapat ditangani secara tepat karena sangat
menghambat pencapaian tujuan pembaharuan masyarakat desa.
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
85
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
3. Masalah sosial budaya memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
kemunculan masalah berdimensi lain seperti: ekonomi, politik,
ideologi, lingkungan, pertahanan dan keamanan.
4. Daya pengaruh berbagai masalah sosial budaya yang menjadi
kendala proses pembaharuan masyarakat pedesaan berbeda.
Oleh karenanya, yang cenderung dikenal ialan masalah sosial
budaya primer, sekunder dan tertier.
5. Masalah sosial budaya mempunyai keterkaitan kuat dengan
sentuhan motif kepentingan sumberdaya manusia baik terhadap
figur individual, kelompok maupun warga masyarakat pada
umumnya. Jadi keberadaan masalah sosial budaya, yang bisa
saja menjadi batu kerikil penghambat kelancaran jalan bagi
upaya pembaharuan masyarakat di pedesaan. Keberadaan
masalah sosial budaya tidak dapat dibiarkan berlangsung terus
dalam tenggang waktu yang berlarut-larut.
6. Masalah sosial budaya yang ditemukan pada tatanan masyarakat
pedesaan mampu melukiskan potret liputan keterbelakangan dan
ketertinggalan dari berbagai kelemahan sumberdaya manusia
seperti: kebutuhan yang tidak tercukupi, aspirasi yang tidak
tersalurkan, konflik/sengketa, benturan antara budaya lokal
dengan budaya luar, ketimpangan sosial, ketidakseimbangan
pembagian peranan, perubahan budaya (cultural change),
pemudaran modal sosial dan kearifan lokal.
Dengan mencermati lingkup masalah sosial budaya masyarakat
pedesaan yang begitu luas menambah kepastian pentingnya mengenali
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
86
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
tentang keberadaan dan daya kekuatan pengaruhnya terhadap berbagai
upaya pembaharuan masyarakat. Tanpa melakukan langkah identifikasi
dan pengenalan terhadap cakupan masalah sosial budaya pada saat
pengadaan pembaharuan masyarakat pedesaan maka hasil yang dicapai
cenderung tidak memuaskan. Tujuan tak tercapai sehingga kegiatan
mubazir dan sia-sia karena tidak tepat mengenai sasaran yang
ditetapkan. Identifikasi masalah sosial budaya dibutuhkan dalam setiap
pelaksanaan pembaharuan. Langkah untuk mengungkap masalah secara
terinci sebaiknya dilakukan pada awal perencanaan ide atau program
pembaharuan sebagai bahan pertimbangan yang berharga dan berguna
untuk merumuskan ragam alternatif solusi yang bisa ditawarkan.
6.2. Identifikasi Beberapa Masalah Sosial Budaya
Adagium yang penting untuk selalu dipegang dalam memahami
eksistensi masyarakat dimanapun berada dan pada waktu kapanpun
semasa hidupnya selalu akan mengalami perubahan. Hanya saja gerak
perubahan yang terjadi bervariasi. Ada perubahan yang berlangsung
secara cepat (revolusioner) dan sebaliknya ada juga yang bergerak
dengan lambat (evolusioner). Khusus perubahan yang evolusioner,
biasanya sering terjadi dengan perlahan sekali sehingga tidak sempat
menggugah kesadaran setiap orang untuk yakin terjadi ragam bentuk
perubahan. Jikapun ada perubahan dinilai seolah-olah kurang berarti.
Dari berbagai perubahan yang berlangsung, mulai latar belakang
disertai proses lanjutan berikut dampaknya sebagian ada yang sangat
menarik perhatian terutama para peneliti dan pengamat masalah sosial.
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
87
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
Deretan perubahan yang menarik perhatian tersebut biasanya dinilai
mempunyai pengaruh besar terhadap pergeseran atau pergantian ragam
komponen sosial kemasyarakatan. Efek yang ditimbulkan diperkirakan
sampai menjangkau kepentingan masyarakat luas. Sebaliknya, ada juga
perubahan yang tidak menarik perhatian orang lain sebab dampak yang
ditimbulkan kurang nyata dan secara signifikan tak bersinggungan
dengan kepentingan orang banyak.
Sama dengan banyak pandangan orang luar (outsider), yang berani
menyatakan bahwa sebagian masyarakat pedesaan tidak mengalami
pembaharuan berarti atau nyaris statis. Mereka ibaratkan bagai tengah
jalan di tempat, tidak maju dan tidak berubah. Pernyataan ini tentu
tidaklah selalu benar atau karena hanya didasarkan hasil pengamatan
sepintas tanpa ketelitian cermat. Dengan pengamatan mendalam,
kesadaran semakin kuat untuk mengungkapkan bahwa tidak ada suatu
masyarakatpun yang stagnan atau terhenti sama sekali dalam gerak
perkembangannya sepanjang masa seperti ditegaskan Soemardjan dan
Soemardi (1974).
Dinamika pembaharuan merupakan inti dari penampilan jiwa
masyarakat. Sementara, sudah disadari bahwa dalam menggerakkan
poros dinamika masyarakat pedesaan selalu ditemukan ragam masalah
sosial budaya yang senantiasa berpengaruh luas dan rawan mengancam
pencapaian tujuan pembaharuan baik yang direncanakan maupun tidak
terencana secara sistematis. Masalah sosial budaya yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat bisa saja bersumber dari dalam sistem sosial lokal
atau dikenal sebagai masalah internal. Sebaliknya, dapat juga berasal
dari luar sistem sosial lokal atau disebut masalah eksternal.
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
88
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
Mengingat fungsi penting dari serangkaian masalah sosial budaya,
satu langkah awal paling penting dicermati sebelum memperbaharui
masyarakat pedesaan ialah segera mengenali dan mengidentifikasi
jenjang skala prioritas masalah sosial budaya dilengkapi informasi
pendukung. Atas kesadaran pengaruh masalah sosial budaya yang sangat
menentukan terhadap pencapaian rangkaian titik tujuan pembaharuan
masyarakat pedesaan, sejak lama telah memotivasi para ahli sosiolog
untuk berpartisipasi dalam pengungkapan potret masalah sosial budaya
yang ditemukan pada berbagai kalangan masyarakat pedesaan.
Sewaktu menelusuri perjalanan sejarah sosial masyarakat ternyata
suatu fenomena khusus sering mengimplikasikan masalah sosial budaya
yang jauh lebih mendalam. Pelzer (1991) menunjukkan masalah sosial
budaya yang menyangkut sengketa agraria antara pihak pengusaha
perkebunan melawan petani di Sumatera Timur pada masa kolonialisme.
Dengan tajam Pelzer (1991) membeberkan bahwa pada taraf teknologis,
pertentangan inheren makin terbukti ada antara pertanian perkebunan
padat karya versus pertanian ladang padat tanah.
Puncak pertentangan yang berintikan sengketa agraria ini telah
terlampiaskan melalui bangkitnya gelora emosi dan nafsu untuk saling
berdebat. Isi perdebatan terfokus pada penetapan kepastian berapa luas
lahan yang harus dilepaskan pihak perkebunan untuk penanaman bahan
pangan penduduk asli. Masalah sengketa agraria memberikan efek pada
taraf ekonomi dan taraf politik. Agar masalah dapat teredam, pengusaha
memutuskan bertindak membendung keterlibatan petani kecil dalam
pertanian perkebunan sebagai tanaman perdagangan.
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
89
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
Pada waktu bersamaan, didatangkan gelombang buruh dalam
jumlah yang sangat banyak dari tanah Jawa untuk jadi tenaga kerja di
perkebunan. Dengan memegang prinsip hubungan tawar menawar khas
yang berintikan pernyataan: dia menekan saya; saya menekan engkau
dan engkau menekan dia akhirnya mendorong gerakan ribuan penduduk
liar membanjiri perkebunan dan menuntut penyelesaian sengketa agraria
yang terjadi saat itu. Tanah perkebunan dialihfungsikan dengan paksa
oleh penduduk menjadi rumah tempat tinggal. Setelah tiba zaman
kemerdekaan, pihak perkebunan mencoba meminta bantuan pemerintah
untuk memindahkan penduduk liar dan memberi pagar pembatas lahan
perkebunan. Namun usaha ini tak berhasil jua. Traktor perkebunan
gagal melawan acungan cangkul petani yang marah. Solusi terakhir
yang ditempuh dijelaskan Pelzer (1991) ialah menggunakan kekuatan
militer atau tentara yang berhak mengambil fungsi lahan sekaligus
dipercaya untuk mengelolanya. Masalah sosial budaya pada masa
lampau seperti dilukiskan Pelzer (1991) menjadi isyarat atau sinyal yang
menandakan hal serupa bisa terjadi pada masa sekarang dan mendatang.
Menurut Chambers (1987) masalah sosial budaya yang umum
ditemukan pada masyarakat pedesaan lebih mengarah pada jalinan mata
rantai yang kadang-kadang disebut lingkaran setan, sindrom kemiskinan
atau perangkap kemiskinan. Dikemukakannya, terdapat lima perangkap
yang sering menjadi masalah serius dalam pembaharuan masyarakat
pedesaan. Kelima perangkap yang dimaksudkan meliputi: kemiskinan,
kelemahan fisik, kerawanan, ketidakberdayaan dan isolasi.
Dengan mengkaitkan kelima masalah tersebut ternyata diperoleh
20 pola kemungkinan yang membuktikan adanya hubungan kausal
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
90
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
dalam keadaan negatif membentuk semacam jaringan untuk menjebak
masyarakat pedesaan secara terus-menerus berada dalam belenggu
kemelaratan. Lebih jauh lagi, Chambers (1987) menunjukkan bahwa ke
20 pola hasil keterkaitan antar kelima masalah sosial budaya pada
masyarakat pedesaan yang mempunyai hubungan saling terkait satu
dengan lainnya dan bersifat kausal mempunyai kekuatan yang berbeda
dari tiap mata rantai seperti yang dapat tercermati pada Gambar 2.
Gambar 2. Perangkap Masalah Kemiskinan
Diadaptasi dari Chambers (1987)
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
91
KETIDAK-
BERDAYAAN
ISOLASI
KEMISKINAN
KERAWANAN
KELEMAHAN
FISIK
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
Mengacu pada tampilan Gambar 2 maka diketahui simpul 20 pola
hasil keterkaitan antar kelima masalah sosial budaya pada masyarakat
pedesaan dijelaskan sebagai berikut:
(1) Ketidakberdayaan dengan kerawanan.
(2) Ketidakberdayaan dengan kelemahan fisik.
(3) Ketidakberdayaan dengan kemiskinan.
(4) Ketidakberdayaan dengan isolasi.
(5) Kerawanan dengan ketidakberdayaan.
(6) Kerawanan dengan kelemahan fisik.
(7) Kerawanan dengan kemiskinan.
(8) Kerawanan dengan isolasi.
(9) Kelemahan fisik dengan kemiskinan.
(10) Kelemahan fisik dan isolasi.
(11) Kelemahan fisik dengan ketidakberdayaan.
(12) Kelemahan fisik dengan kerawanan.
(13) Kemiskinan dengan isolasi.
(14) Kemiskinan dengan ketidakberdayaan.
(15) Kemiskinan dengan kerawanan.
(16) Kemiskinan dengan kelemahan fisik.
(17) Isolasi dengan ketidakberdayaan.
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
92
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
(18) Isolasi dengan kerawanan.
(19) Isolasi dengan kelemahan fisik.
(20) Isolasi dengan kemiskinan.
Dengan demikian, tanpa keraguan Chambers (1987) menegaskan
bahwa suatu masalah vital yang paling menonjol dalam penghambatan
gerak kedinamikaan masyarakat pedesaan ialah kemiskinan. Masalah
kemiskinan merupakan faktor paling berpengaruh dibanding faktor lain
yang berkaitan langsung dengan kondisi rawan pangan dan gizi
seimbang yang mengakibatkan kelemahan jasmani. Pada tubuh yang
lemah mudah diserang berbagai jenis penyakit; sementara karena belitan
kemiskinan membuat anggota masyarakat kesulitan membayar biaya
pengobatan.
Masalah sosial budaya lain terungkap dari akses masyarakat
pedesaan yang masih rendah terhadap fasilitas pelayanan kesehatan
kesehatan. Hasil penelitian Idanati dan Santoso (2003) menunjukkan
wanita dari kalangan masyarakat miskin di lingkungan pemukiman
pedesaan ternyata mempunyai riwayat kesehatan reproduksi yang rawan
terkena maternal death. Akses wanita miskin terhadap berbagai fasilitas
kesehatan reproduksi yang telah disediakan pemerintah sulit dijangkau
karena tekanan berbagai faktor misalnya: streotype yang berlaku sering
beranggapan bahwa fase hamil, fase melahirkan dan fase pasca partus
merupakan bagian hidup yang memang menjadi kodrat kaum wanita.
Faktor nilai budaya yang membuat rambu-rambu wanita hamil di
desa berpantang ragam jenis pangan bergizi untuk dikonsumsi juga turut
menjadi akar masalah rendahnya kesehatan reproduksi yang dicapai.
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
93
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
Faktor lain yang berpengaruh kuat adalah ketiadaan biaya periksa ke
bidan/petugas medis lain sehingga ada keengganan pergi ke puskesmas
ataupun pusat pelayanan kesehatan reproduksi lainnya. Akses wanita
miskin yang rendah terhadap pelayanan kesehatan reproduksi erat
kaitannya dengan faktor geografis yang dibuktikan dari lokasi mukim
mereka jauh dari jangkauan sarana transportasi. Kalangan warga ini
umumnya menetap tinggal di dusun ataupun grumbul yang terisolasi
secara geografis seperti pedesaan tepian hutan dengan kondisi jalan
belum diaspal dengan kemiringan yang tinggi.
Masyarakat pedesaan dikenal juga sebagai sebagai warga yang
paling dominan terlibat dalam pekerjaan pertanian. Geertz (1983)
menyatakan berdasarkan hasil penelitiannya di beberapa pedesaan Jawa
terungkap bahwa akibat pertambahan penduduk yang semakin padat
menyebabkan pada satu wilayah persawahan beririgasi terdapat dua
ekosistem dengan dua pola pertanian yaitu pertanian padat modal dan
pertanian padat tenaga kerja. Hubungan kedua pola bersifat simbiosis
saling menguntungkan. Meskipun demikian, lebih jauh lagi ditegaskan
oleh Geertz (1983) bahwa perkembangan masyarakat di pedesaan telah
mendapat kerugian karena sudah banyak kehilangan corak tradisi lama
sementara corak tradisi baru yang modern belum berhasil diikuti.
Irama gerak perkembangan masyarakat pedesaan diumpamakan
Geertz menjadi seolah-olah terhenti pada taraf post traditional, yang
dicirikan oleh kondisi pola pertanian sawah dinilai macet atau mandeg
dan produktivitas per orang tidak naik karena menampung pertambahan
penduduk, yang tak diterima pada sektor non pertanian. Kondisi
kemandegan ditandai dengan gerak kemajuan yang berlangsung lambat.
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
94
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
Jikapun ada gerak misalnya hanya bagai orang berjalan atau berlari di
tempat sehingga kurang menghasilkan kemajuan yang berarti. Geertz
(1983) menyebutkan realitas ini dengan istilah involusi pertanian yakni
suatu bagian dari masalah sosial budaya yang perlu mendapat sorotan
perhatian paling utama dalam pemberdayaan masyarakat di pedesaan.
Masalah lain yang menyentuh dimensi sosial budaya masyarakat
menyangkut realitas peningkatan aksi kekerasan kolektif yang tampak
semakin rawan terjadi di pedesaan. Dari berbagai hasil penelitian yang
disarikan Mas’oed, et al., (2001) diterangkan bahwa intensitas masalah
kekerasan kolektif meningkat disebabkan kelompok-kelompok dalam
masyarakat termasuk di pedesaan tengah mengalami sindrom pergeseran
konfigurasi dari yang intersected menjadi consolidated.
Dari sisi perspektif sosiologis sendiri, Blau (1964) telah dengan
rinci menjelaskan konseptualisasi struktur pemilahan sosial (social
cleavages) dalam masyarakat, yang pada hakekatnya dapat berkembang
dalam dua pola konfigurasi yakni intersected dan intersected menjadi
consolidated. Pembentukan pola konfigurasi struktur pemilahan sosial
biasanya sesuai dengan irama gerak dinamika masyarakat.
Perlu dicermati, sesaat homogenitas masyarakat tinggi pada atribut
sosial tertentu maka konfigurasi pemilahan sosial cenderung mengarah
pada consolidated misalnya Etnis X dikenal ulet dalam menekuni profesi
sebagai nelayan dan rata-rata memeluk Agama A, Etnis Y sebagai warga
yang giat bekerja keras menjadi pedagang sekaligus penganut Agama B
sedangkan Etnis Z aktif bekerja sebagai buruh pabrik dengan beragama
Agama C. Lain halnya jika suatu kelompok masyarakat yang berciri
heterogenitas dalam berbagai atribut sosial seperti satu etnis memiliki
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
95
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
pola nafkah beraneka, menganut agama yang berbeda dan mempunyai
corak budaya campuran maka konfigurasi pemilahan sosial yang
terbentuk ialah intersected.
Pada kondisi struktural masyarakat tengah mempunyai konfigurasi
pemilahan sosial consolidated cenderung terjadi penguatan identitas
kelompok dan mendorong terciptanya kohesi yang kuat dan lebih tertata
kokoh. Sebagai konsekuensinya, ikatan kolektivitas dan solidaritas kian
tinggi dan potensial meningkatkan kesadaran konflik terutama terhadap
kelompok lain yang dianggap berbeda kelas, orientasi nilai budaya,
haluan keyakinan (agama), ideologi, etnis, status, kepentingan dan
berbagai jenis atribut lain. Dalam pemaparan selanjutnya, Mas’oed, et
al., (2001) juga menguraikan bahwa pada anggota masyarakat dengan
intensitas konflik tinggi cenderung lebih mudah menterjemahkan konflik
yang menyangkut kondisi objektif (konflik objektif) menjadi konflik
pribadi (konflik subjektif). Masalah sosial budaya berbentuk kekerasan
kolektif ini juga rawan ditemukan di berbagai kalangan masyarakat
pedesaan. seperti: kerusuhan massa akibat ketegangan agama dan sosial
di Situbondo, kasus tawuran warga antar desa saat pemilihan kepala desa
di Purbalingga, amuk massa di Cilacap dan Banyumas menyangkut
sengketa tanah, penjarahan massa terhadap tanaman produktif di
beberapa areal hutan milik Perhutani (Banyumas dan Cilacap).
Masalah sosial budaya lain yang menarik perhatian dan tengah
menjadi persoalan krusial pada masyarakat pedesaan menyangkut
ketahanan pangan yang masih lemah atau rawan terkena food insecurity.
Hasil penelitian Santoso (2006) menemukan realitas kerawanan pangan
yang menghimpit masyarakat miskin di pedesaan sebenarnya tidak
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
96
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
terlepas dari belenggu keterdesakan ekonomi dan ketergantungan yang
tinggi terhadap beras sebagai bahan pangan pokok. Kewajiban makan
nasi yang telah lama tersosialisasi dalam masyarakat membentuk
stereotype yang kuat untuk meyakini ‘kalau belum makan nasi maka diri
belum makan.’ Meski sebenarnya sudah mengkonsumsi jenis pangan
lain dari bahan non beras.
Proses sosialisasi makan nasi pada masyarakat pedesaan yang
semula mengkonsumsi pangan dari bahan ketela, jagung, sagu, ubi jalar
dan sebagainya merupakan hasil dari aktivasi peran interaksi sesuai
pemikiran Charles H. Cooley yang diuraikan lebih lanjut oleh Horton
and Hunt (1984) tentang konsep diri (self concept). Konsep diri dalam
masalah pilihan pangan beras terus berkembang melalui interaksi
dengan orang lain atau disebut juga dengan konsep looking glass self.
Artinya, setiap anggota masyarakat berpeluang besar memantulkan
perilaku diri sesuai tanggapan masyarakat terhadapnya termasuk dalam
soal penetapan pangan pokok berbahan baku beras. Ketergantungan
masyarakat pedesaan pada beras sebagai pangan pokok primadona
sekarang terusik oleh fakta kenaikan harga beras yang melaju terus
sampai tidak terimbangi jumlah pendapatan mereka yang stagnan atau
tak menentu. Masyarakat pedesaan terutama yang tergolong miskin
mengalami kesulitan mengkonsumsi nasi.
Berbagai strategi survival telah dilakukan misalnya: mengurangi
frekuensi makan dari tiga kali menjadi dua atau satu kali sehari, mengirit
lauk pauk, membeli beras dengan berhutang/mencicil ke warung atau
kembali beralih makan pangan berbahan baku non beras. Namun
kesemuanya mengkondisikan masyarakat pedesaan makin rawan terkena
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
97
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
food insecurity seperti yang diungkapkan berdasarkan hasil penelitian
Santoso, et al., (2001). Masalah ancaman kerawanan pangan yang
dihadapi masyarakat pedesaan perlu diselesaikan secara serius sebab jika
tidak maka dampak yang ditimbulkan berpengaruh terhadap lemahnya
kualitas sumberdaya manusia di masa sekarang dan masa mendatang.
Bahkan, yang lebih dikhawatirkan lagi food insecurity akan dapat
menyebabkan persoalan lost generation atau suatu generasi hilang
karena mengalami keterbelakangan dan kelemahan baik pada aspek fisik
maupun mental sehingga tak mampu berpikir, berkarya dan bersaing
melanjutkan pembangunan nasional menapaki perkembangan zaman.
Setiap masalah sosial budaya yang dihadapi masyarakat pedesaan
tentu membutuhkan solusi atau pemecahan masalah yang tepat sasaran.
Beberapa masalah sosial budaya penting yang dominan menghambat
kemajuan masyarakat di pedesaan antara lain ialah:
1. Kemiskinan struktural dan kultural. Kemiskinan
struktural merupakan kemiskinan yang diderita oleh segolongan
warga masyarakat dikarenakan kondisi struktur sosial yanga ada
tidak memungkinkan untuk menggunakan sumber-sumber
pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka (Soemardjan,
1980). Adapun yang dimaksud kemiskinan kultural yaitu
kemiskinan yang diakibatkan oleh faktor-faktor non ekonomi
termasuk di dalamnya aspek kejiwaan, nilai-nilai budaya yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya sehingga
menjadikan mereka miskin. Misalnya, nilai budaya yang dimiliki
sebagian masyarakat desa masih beranggapan bahwa kondisi
hidup miskin adalah takdir atau sudah suratan tangan yang
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
98
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
ditetapkan Tuhan. Kemiskinan kultural mendorong masyarakat
tetap bersikap fatalism, apatis, masa bodoh, pasrah (nrimo), cepat
curiga dan enggan menanggung risiko.
2. Perilaku survival yang masih kurang adaptif dalam memenuhi
kebutuhan pokok.
3. Akses masyarakat pedesaan terhadap pemilikan, penguasaan dan
pemanfaatan fungsi lahan subur terus melemah.
4. Budaya kewirausahaan cenderung kurang berkembang sehingga
mempersempit peluang dan kesempatan melakukan ragam usaha
produktif.
5. Eksistensi dan fungsi kelembagaan lokal sulit berkembang untuk
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat di pedesaan.
Nugroho (2005) menyatakan bahwa ironisnya ditengah-tengah
era reformasi dengan segala ekses negatif yang menyertainya
saat ini, kurang tampak kiprah dan kontribusi fungsi serta peran
lembaga lokal dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang
ada. Dikemukakannya juga keberadaan lembaga lokal seakan-
akan tenggelam oleh arus euforia politik yang memunculkan
suatu persoalan krusial. Persoalan dilematis ini membutuhkan
penanganan atau penyelesaian secara cepat dan tuntas. Padahal
kelembagaan lokal yang berakar kuat dalam struktur masyarakat
pedesaan potensial berfungsi sebagai jembatan perantara atau
sarana penyeimbang dalam proses pembaharuan. Lembaga lokal
menjadi wadah pemuat nilai-nilai kebersamaan masyarakat desa
seperti: solidaritas dan ikatan kolektivitas.
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
99
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
6. Ketahanan pangan dengan gizi seimbang pada tingkat individu
dan rumahtangga sulit ditingkatkan selama bahan pangan pokok
tetap berorientasi pada beras.
7. Minat dan ketertarikan masyarakat khususnya kalangan generasi
muda untuk menekuni kegiatan produktif pertanian menurun.
Padahal sesuai potensi sumberdaya alam lokal, kegiatan
pertanian mempunyai prospek besar sebagai sumber pendapatan
Tentu pertanian yang dimaksud disini dalam arti luas; tidak
hanya bercocok tanam tetapi juga membudidayakan ternak/ikan
dan mengelola agribisnis dan agroindustri pengolahan ragam
hasil pertanian. Pengembangan pertanian sebagai pola nafkah
utama paling strategis digiatkan untuk menolong membantu
mayoritas masyarakat desa terlepas dari keterdesakan ekonomi.
8. Kelangkaan tenaga kerja usia produktif di pedesaan karena fakta
menunjukkan ada kecenderungan kelompok umur ini lebih
memilih berurbanisasi.
9. Modal sosial dan nilai-nilai kearifan lokal yang seharusnya
berfungsi menjadi pondasi pembaharuan masyarakat di pedesaan
secara perlahan terus semakin menipis.
Antar masalah sosial budaya yang satu dengan yang lain saling
mempengaruhi keberhasilan pembaharuan masyarakat di pedesaan
dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan ke arah yang lebih
layak dan beradab. Agar lebih bermanfaat, identifikasi masalah yang
dilakukan harus mampu mengungkap pohon masalah bukan hanya
dasar permukaannya saja.
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
100
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik dan A. C., van Der Leeden, 1986. Durkhaim dan
Pengantar Sosiologi Moralitas. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Blau, Peter. 1975. Approaches to the Study of Social Structure. Mac
Millan Publisher. London.
Chambers, Robert. 1987. Pembangunan Desa Mulai dari Belakang.
Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial
(LP3ES). Jakarta.
Geertz, Clifford. 1983. Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di
Indonesia. Lembaga Penelitian Sosiologi Pedesaan. Institut Pertanian
Bogor dan Yayasan Obor. Jakarta.
Horton, Paul B., dan Chester L., Hunt. 1984. Sociology. International
Student Edition. McGraw Hill. Tokyo.
Idanati, Rukna dan Imam Santoso. 2003. Identifikasi Kebutuhan-
Kebutuhan Gender Strategis untuk Peningkatan Kesehatan Reproduksi.
Laporan Hasil Penelitian. Lembaga Penelitian. Universitas Jenderal
Soedirman. Purwokerto.
Mas’oed, Mohtar. Mochammad Maksum dan Moh Soehadha. 2001.
Kekerasan Kolektif: Kondisi dan pemicu. P3PK Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
101
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
Nugroho, Heru. 2005. Memerangi Delegitimasi Institusi Lokal. Dimuat
dalam Jurnal Pembangunan Pedesaan. Volume 4 Nomor 3, Desember
2004-Maret 2005. Lembaga Penelitian. Universitas Jenderal Soedirman.
Purwokerto.
Parsons, Talcott. 1968. The Structure of Social Action. The Free Press.
Illinois.
Pelzer, Karl J., 1991.Sengketa Agraria. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Santoso, Imam. Tri Rini Windiastuti dan Rawuh Edy Priyono. 2001.
Kontribusi Peranan Wanita terhadap Pengembangan Strategi Survival
Rumahtangga Petani Miskin dalam Upaya Peningkatan Ketahanan
Pangan di Pedesaan Agraris. Laporan Hasil Penelitian. Lembaga
Penelitian. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Santoso, Imam. 2006. Pengembangan Model Alternatif Penanganan
Kerawanan Pangan Rumahtangga Petani Miskin di Pedesaan Tepian
Hutan. Dimuat pada Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Peksos. Volume 5
Nomor 1. Juni 2006. Terakreditasi dengan SK No. 39/Dikti/Kep/2004.
Instalasi Penerbitan STKS Press. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.
Bandung.
Shils, Edward. 1972. The Intellectuals and the Power. University of
Chicago Press. Chicago.
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
102
Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi
Soemardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi. 1974. Setangkai Bunga
Sosiologi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Soemardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi. 1980. Kemiskinan
Struktural dan Pembangunan. dalam Alfian et.al. Kemiskinan Struktural.
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta.
Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan
103

More Related Content

What's hot

Dinamika dan Konflik dalam Kelompok Sosial
Dinamika dan Konflik dalam Kelompok SosialDinamika dan Konflik dalam Kelompok Sosial
Dinamika dan Konflik dalam Kelompok SosialAgung Susilo
 
Ainur & andika masalah sosial dan manfaat sosiologi - copy
Ainur & andika   masalah sosial dan manfaat sosiologi - copyAinur & andika   masalah sosial dan manfaat sosiologi - copy
Ainur & andika masalah sosial dan manfaat sosiologi - copyAinur
 
T ugas makalah sosiologi politik
T ugas makalah sosiologi politikT ugas makalah sosiologi politik
T ugas makalah sosiologi politikRibca Laoli
 
Perubahan sosial dalam masyarakat pedesaan
Perubahan sosial dalam masyarakat pedesaanPerubahan sosial dalam masyarakat pedesaan
Perubahan sosial dalam masyarakat pedesaanVeronica Silalahi II
 
Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan
Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan
Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan symons12
 
Laporan sosiologi pedesaan
Laporan sosiologi pedesaanLaporan sosiologi pedesaan
Laporan sosiologi pedesaanHafshah Zuhairoh
 
MASALAH SOSIAL DAN FAKTOR PEMICU YANG MUNCUL DARI DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL
MASALAH SOSIAL DAN FAKTOR PEMICU YANG MUNCUL DARI DAMPAK PERUBAHAN SOSIALMASALAH SOSIAL DAN FAKTOR PEMICU YANG MUNCUL DARI DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL
MASALAH SOSIAL DAN FAKTOR PEMICU YANG MUNCUL DARI DAMPAK PERUBAHAN SOSIALArmadira Enno
 
Perubahan sosial dan kebudyaan 2016
Perubahan sosial dan kebudyaan 2016Perubahan sosial dan kebudyaan 2016
Perubahan sosial dan kebudyaan 2016Muchlis Soleiman
 
Tugas sosiologi pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Tugas sosiologi pertanian, Fakultas Pertanian Universitas BrawijayaTugas sosiologi pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Tugas sosiologi pertanian, Fakultas Pertanian Universitas BrawijayaJean Tambunan
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politikMuhammad Agung
 
Masalah sosial dan manfaat sosiologi 2016
Masalah sosial dan manfaat sosiologi 2016Masalah sosial dan manfaat sosiologi 2016
Masalah sosial dan manfaat sosiologi 2016Muchlis Soleiman
 

What's hot (19)

Dinamika sosial
Dinamika sosialDinamika sosial
Dinamika sosial
 
Makalah sosiologi perubahan sosial di bidang keagamaan
Makalah sosiologi perubahan sosial di bidang keagamaanMakalah sosiologi perubahan sosial di bidang keagamaan
Makalah sosiologi perubahan sosial di bidang keagamaan
 
Dinamika dan Konflik dalam Kelompok Sosial
Dinamika dan Konflik dalam Kelompok SosialDinamika dan Konflik dalam Kelompok Sosial
Dinamika dan Konflik dalam Kelompok Sosial
 
Ainur & andika masalah sosial dan manfaat sosiologi - copy
Ainur & andika   masalah sosial dan manfaat sosiologi - copyAinur & andika   masalah sosial dan manfaat sosiologi - copy
Ainur & andika masalah sosial dan manfaat sosiologi - copy
 
T ugas makalah sosiologi politik
T ugas makalah sosiologi politikT ugas makalah sosiologi politik
T ugas makalah sosiologi politik
 
Perubahan sosial dalam masyarakat pedesaan
Perubahan sosial dalam masyarakat pedesaanPerubahan sosial dalam masyarakat pedesaan
Perubahan sosial dalam masyarakat pedesaan
 
Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan
Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan
Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan
 
Laporan sosiologi pedesaan
Laporan sosiologi pedesaanLaporan sosiologi pedesaan
Laporan sosiologi pedesaan
 
Dinamika Sosial
Dinamika SosialDinamika Sosial
Dinamika Sosial
 
Makalah perubahan sosial
Makalah perubahan sosialMakalah perubahan sosial
Makalah perubahan sosial
 
Sosiologi pedesaan (individu)
Sosiologi pedesaan (individu)Sosiologi pedesaan (individu)
Sosiologi pedesaan (individu)
 
Makalah pembangunan masyarakat desa
Makalah pembangunan masyarakat desaMakalah pembangunan masyarakat desa
Makalah pembangunan masyarakat desa
 
MASALAH SOSIAL DAN FAKTOR PEMICU YANG MUNCUL DARI DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL
MASALAH SOSIAL DAN FAKTOR PEMICU YANG MUNCUL DARI DAMPAK PERUBAHAN SOSIALMASALAH SOSIAL DAN FAKTOR PEMICU YANG MUNCUL DARI DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL
MASALAH SOSIAL DAN FAKTOR PEMICU YANG MUNCUL DARI DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL
 
Perubahan sosial dan kebudyaan 2016
Perubahan sosial dan kebudyaan 2016Perubahan sosial dan kebudyaan 2016
Perubahan sosial dan kebudyaan 2016
 
Tugas sosiologi pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Tugas sosiologi pertanian, Fakultas Pertanian Universitas BrawijayaTugas sosiologi pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Tugas sosiologi pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politik
 
Makalah pembangunan masyarakat desa
Makalah pembangunan masyarakat desaMakalah pembangunan masyarakat desa
Makalah pembangunan masyarakat desa
 
Masalah sosial dan manfaat sosiologi 2016
Masalah sosial dan manfaat sosiologi 2016Masalah sosial dan manfaat sosiologi 2016
Masalah sosial dan manfaat sosiologi 2016
 
Makalah perubahan sosial yogyakarta
Makalah perubahan sosial yogyakartaMakalah perubahan sosial yogyakarta
Makalah perubahan sosial yogyakarta
 

Similar to Struktur&lembaga sos

Sistem sosial budaya indonesia
Sistem sosial budaya indonesiaSistem sosial budaya indonesia
Sistem sosial budaya indonesiadania_putri
 
Masyarakat majemuk
Masyarakat majemukMasyarakat majemuk
Masyarakat majemukRatna Yunita
 
Resume sosiologi dan politik
Resume sosiologi dan politikResume sosiologi dan politik
Resume sosiologi dan politikJef Ri
 
Makalah isbd dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunan
Makalah isbd   dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunanMakalah isbd   dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunan
Makalah isbd dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunanMarch Cha
 
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRIETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRIBaneg Susis
 
MEDIA PEMBELAJARAN_PPT 2.pptx
MEDIA PEMBELAJARAN_PPT 2.pptxMEDIA PEMBELAJARAN_PPT 2.pptx
MEDIA PEMBELAJARAN_PPT 2.pptxDikiNugraha24
 
Ppt.ilmu ekologi
Ppt.ilmu ekologiPpt.ilmu ekologi
Ppt.ilmu ekologiar_
 
Perubahan sosial budaya
Perubahan sosial budayaPerubahan sosial budaya
Perubahan sosial budayaDwi Halimasari
 
Fungsi Sosiologi untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat Bagian 1.pptx
Fungsi Sosiologi untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat Bagian 1.pptxFungsi Sosiologi untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat Bagian 1.pptx
Fungsi Sosiologi untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat Bagian 1.pptxDiditDit6
 
Modernisasi, globalisasi, perubahan sosial dan budaya
Modernisasi, globalisasi, perubahan sosial dan budayaModernisasi, globalisasi, perubahan sosial dan budaya
Modernisasi, globalisasi, perubahan sosial dan budayaAditya Padma
 

Similar to Struktur&lembaga sos (20)

Sistem sosial budaya indonesia
Sistem sosial budaya indonesiaSistem sosial budaya indonesia
Sistem sosial budaya indonesia
 
Masyarakat majemuk
Masyarakat majemukMasyarakat majemuk
Masyarakat majemuk
 
Resume sosiologi dan politik
Resume sosiologi dan politikResume sosiologi dan politik
Resume sosiologi dan politik
 
Makalah isbd dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunan
Makalah isbd   dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunanMakalah isbd   dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunan
Makalah isbd dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunan
 
Makalah pembangunan masyarakat desa
Makalah pembangunan masyarakat desaMakalah pembangunan masyarakat desa
Makalah pembangunan masyarakat desa
 
Makalah perubahan sosial
Makalah perubahan sosialMakalah perubahan sosial
Makalah perubahan sosial
 
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRIETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
 
Persentasi pesos pp
Persentasi pesos ppPersentasi pesos pp
Persentasi pesos pp
 
MEDIA PEMBELAJARAN_PPT 2.pptx
MEDIA PEMBELAJARAN_PPT 2.pptxMEDIA PEMBELAJARAN_PPT 2.pptx
MEDIA PEMBELAJARAN_PPT 2.pptx
 
Ppt.ilmu ekologi
Ppt.ilmu ekologiPpt.ilmu ekologi
Ppt.ilmu ekologi
 
SOSIOLOGI.pptx
SOSIOLOGI.pptxSOSIOLOGI.pptx
SOSIOLOGI.pptx
 
Perubahan Sosial.pptx
Perubahan Sosial.pptxPerubahan Sosial.pptx
Perubahan Sosial.pptx
 
PPt.pptx
PPt.pptxPPt.pptx
PPt.pptx
 
Makalah plsbt
Makalah plsbtMakalah plsbt
Makalah plsbt
 
Modul 4 & 5
Modul 4 & 5Modul 4 & 5
Modul 4 & 5
 
Perubahan sosial budaya
Perubahan sosial budayaPerubahan sosial budaya
Perubahan sosial budaya
 
Perubahan budaya
Perubahan budayaPerubahan budaya
Perubahan budaya
 
Fungsi Sosiologi untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat Bagian 1.pptx
Fungsi Sosiologi untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat Bagian 1.pptxFungsi Sosiologi untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat Bagian 1.pptx
Fungsi Sosiologi untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat Bagian 1.pptx
 
Modernisasi, globalisasi, perubahan sosial dan budaya
Modernisasi, globalisasi, perubahan sosial dan budayaModernisasi, globalisasi, perubahan sosial dan budaya
Modernisasi, globalisasi, perubahan sosial dan budaya
 
Sk kd sosiologi
Sk kd sosiologiSk kd sosiologi
Sk kd sosiologi
 

Recently uploaded

Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 

Recently uploaded (20)

Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 

Struktur&lembaga sos

  • 1. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi VI. MASALAH SOSIAL BUDAYA DALAM PEMBAHARUAN MASYARAKAT PEDESAAN 6.1. Mengapa Identifikasi Masalah Sosial Budaya Diperlukan? Suatu langkah terpenting untuk diperhatikan sewaktu melakukan pembaharuan terhadap masyarakat adalah melaksanakan identifikasi masalah yang dihadapi sehingga solusi yang dikedepankan nantinya relatif lebih tepat membidik sasaran. Dalam perspektif sosiologi, konsep masyarakat diutarakan Parsons (1968) sebagai suatu sistem sosial yang berswasembada (self subsistent) dengan ciri eksistensinya melebihi masa hidup individu normal dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi terhadap barisan generasi berikutnya. Tentu batasan konsep masyarakat yang dikemukakan Parsons ini menguatkan asumsi bahwa pada setiap kelompok masyarakat selalu ditemukam gerak kedinamikaan. Seorang tokoh sosiolog lain bernama Shils (1972) menambahkan ciri masyarakat yang lebih spesifik diperhatikan yakni mencakup adanya aspek pemenuhan kebutuhan sendiri dalam komponen yang berkaitan dengan: pengaturan diri (self regulation), reproduksi sendiri (self reproduction) dan penciptaan diri (self generation). Ketiga komponen yang dibutuhkan bercorak heterogen, serba unik dan khas karena setiap individu yang menjadi anggota warga masyarakat memiliki kaitan kepentingan yang berbeda satu dengan lainnya. Dalam pemenuhan tiga komponen kepentingan yang dijelaskan oleh Shils (1972) menguatkan kepastian bahwa masyarakat selalu diwarnai ragam jenis masalah baik Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 83
  • 2. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi berdimensi sosial, budaya, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, teknologi, lingkungan, ideologi, pertahanan maupun keamanan. Dengan mengacu pada rumusan konsep masyarakat yang berciri khusus seperti diterangkan di atas, semakin dipahami ternyata tidak semua kelompok individu dapat disebut masyarakat. Dari sudut pandang lain, kajian sosiologi membedakan masyarakat dalam dua pengertian yakni masyarakat dalam arti paguyuban atau lebih dekat dengan makna konsep community dan masyarakat dalam arti patembayan lebih dekat dengan konsep society. Pada konsep community yang dikedepankan terkait dengan berbagai perbedaan hubungan sosial yang mementingkan aspek emosi, sentimen, suara hati nurani dan ikatan batin diantara sesama anggota masyarakat. Lain halnya dengan society yang lebih mengarah pada ragam hubungan kerja yang bersifat lebih rasional. Jika dikaitkan dengan konsep masyarakat yang dikemukakan Parsons (1968) dan Shlis (1972) maka tampaknya makna masyarakat yang dimaksud lebih dekat dengan konsep community (Soemardjan dan Soemardi, 1964). Masyarakat yang bermukim di daerah pedesaan juga mempunyai kekhasan dalam mencerminkan ciri ditandai: kemampuan bertahan melebihi masa hidup individu, penambahan semua atau sebagian warga baru melalui proses reproduksi, loyalitas atau kesetiaan. Adapula penekanan pada pembentukan sistem tindakan utama yang disepakati bersama dan terdapat sistem tindakan utama bersifat swasembada. Pada masyarakat pedesaan melekat kebersamaan yang diikat oleh kekuatan yang intim antara solidaritas mekanik dengan conscience collective seperti dinyatakan Durkheim (Abdullah dan Leeden, 1986). Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 84
  • 3. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi Sajogyo (1985) telah mengingatkan bahwa hakekat hidup dalam suatu masyarakat ialah organisasi berbagai kepentingan perseorangan, pengetahuan sikap orang yang satu terhadap yang lain dan pemusatan individu dalam ragam kelompok guna merealisasikan tindakan bersama. Rangkaian hubungan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat dapat dilihat sebagai suatu rencana atau sistem yang dinamakan struktur sosial. Adapun bagaimana sebenarnya semua proses mekanisme kerja dari berbagai hubungan sosial mengatur hidup antar individu mencerminkan sifat masyarakat dikenal sebagai fungsi sosial. Struktur sosial dan fungsi sosial mempunyai peran strategis dalam perkembangan masyarakat sehingga tepat jika diibaratkan urat nadi masyarakat. Tidak jauh berbeda dengan masyarakat yang bermukim di kawasan perkotaan, masyarakat di daerah pedesaan juga mengalami banyak masalah khususnya saat menghadapi upaya pembaharuan baik yang bersifat top down maupun bottom up. Dari kajian sosiologis dipandang, masyarakat di pedesaan memiliki sederetan masalah sosial budaya khususnya saat terintegrasi dalam proses pembaharuan. Pengungkapan masalah sosial budaya penting dilakukan dalam pembaharuan masyarakat di pedesaan karena dilatarbelakangi beberapa alasan berikut: 1. Ragam masalah sosial budaya merupakan sumber dari segala sumber kemunculan berbagai faktor penyebab yang memicu kegagalan pembaharuan dalam masyarakat pedesaan. 2. Melalui diagnosa yang cermat diketahui bahwa masalah sosial budaya selalu memiliki akar persoalan yang perlu diidentifikasi secara spesifik agar dapat ditangani secara tepat karena sangat menghambat pencapaian tujuan pembaharuan masyarakat desa. Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 85
  • 4. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi 3. Masalah sosial budaya memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kemunculan masalah berdimensi lain seperti: ekonomi, politik, ideologi, lingkungan, pertahanan dan keamanan. 4. Daya pengaruh berbagai masalah sosial budaya yang menjadi kendala proses pembaharuan masyarakat pedesaan berbeda. Oleh karenanya, yang cenderung dikenal ialan masalah sosial budaya primer, sekunder dan tertier. 5. Masalah sosial budaya mempunyai keterkaitan kuat dengan sentuhan motif kepentingan sumberdaya manusia baik terhadap figur individual, kelompok maupun warga masyarakat pada umumnya. Jadi keberadaan masalah sosial budaya, yang bisa saja menjadi batu kerikil penghambat kelancaran jalan bagi upaya pembaharuan masyarakat di pedesaan. Keberadaan masalah sosial budaya tidak dapat dibiarkan berlangsung terus dalam tenggang waktu yang berlarut-larut. 6. Masalah sosial budaya yang ditemukan pada tatanan masyarakat pedesaan mampu melukiskan potret liputan keterbelakangan dan ketertinggalan dari berbagai kelemahan sumberdaya manusia seperti: kebutuhan yang tidak tercukupi, aspirasi yang tidak tersalurkan, konflik/sengketa, benturan antara budaya lokal dengan budaya luar, ketimpangan sosial, ketidakseimbangan pembagian peranan, perubahan budaya (cultural change), pemudaran modal sosial dan kearifan lokal. Dengan mencermati lingkup masalah sosial budaya masyarakat pedesaan yang begitu luas menambah kepastian pentingnya mengenali Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 86
  • 5. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi tentang keberadaan dan daya kekuatan pengaruhnya terhadap berbagai upaya pembaharuan masyarakat. Tanpa melakukan langkah identifikasi dan pengenalan terhadap cakupan masalah sosial budaya pada saat pengadaan pembaharuan masyarakat pedesaan maka hasil yang dicapai cenderung tidak memuaskan. Tujuan tak tercapai sehingga kegiatan mubazir dan sia-sia karena tidak tepat mengenai sasaran yang ditetapkan. Identifikasi masalah sosial budaya dibutuhkan dalam setiap pelaksanaan pembaharuan. Langkah untuk mengungkap masalah secara terinci sebaiknya dilakukan pada awal perencanaan ide atau program pembaharuan sebagai bahan pertimbangan yang berharga dan berguna untuk merumuskan ragam alternatif solusi yang bisa ditawarkan. 6.2. Identifikasi Beberapa Masalah Sosial Budaya Adagium yang penting untuk selalu dipegang dalam memahami eksistensi masyarakat dimanapun berada dan pada waktu kapanpun semasa hidupnya selalu akan mengalami perubahan. Hanya saja gerak perubahan yang terjadi bervariasi. Ada perubahan yang berlangsung secara cepat (revolusioner) dan sebaliknya ada juga yang bergerak dengan lambat (evolusioner). Khusus perubahan yang evolusioner, biasanya sering terjadi dengan perlahan sekali sehingga tidak sempat menggugah kesadaran setiap orang untuk yakin terjadi ragam bentuk perubahan. Jikapun ada perubahan dinilai seolah-olah kurang berarti. Dari berbagai perubahan yang berlangsung, mulai latar belakang disertai proses lanjutan berikut dampaknya sebagian ada yang sangat menarik perhatian terutama para peneliti dan pengamat masalah sosial. Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 87
  • 6. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi Deretan perubahan yang menarik perhatian tersebut biasanya dinilai mempunyai pengaruh besar terhadap pergeseran atau pergantian ragam komponen sosial kemasyarakatan. Efek yang ditimbulkan diperkirakan sampai menjangkau kepentingan masyarakat luas. Sebaliknya, ada juga perubahan yang tidak menarik perhatian orang lain sebab dampak yang ditimbulkan kurang nyata dan secara signifikan tak bersinggungan dengan kepentingan orang banyak. Sama dengan banyak pandangan orang luar (outsider), yang berani menyatakan bahwa sebagian masyarakat pedesaan tidak mengalami pembaharuan berarti atau nyaris statis. Mereka ibaratkan bagai tengah jalan di tempat, tidak maju dan tidak berubah. Pernyataan ini tentu tidaklah selalu benar atau karena hanya didasarkan hasil pengamatan sepintas tanpa ketelitian cermat. Dengan pengamatan mendalam, kesadaran semakin kuat untuk mengungkapkan bahwa tidak ada suatu masyarakatpun yang stagnan atau terhenti sama sekali dalam gerak perkembangannya sepanjang masa seperti ditegaskan Soemardjan dan Soemardi (1974). Dinamika pembaharuan merupakan inti dari penampilan jiwa masyarakat. Sementara, sudah disadari bahwa dalam menggerakkan poros dinamika masyarakat pedesaan selalu ditemukan ragam masalah sosial budaya yang senantiasa berpengaruh luas dan rawan mengancam pencapaian tujuan pembaharuan baik yang direncanakan maupun tidak terencana secara sistematis. Masalah sosial budaya yang terdapat dalam kehidupan masyarakat bisa saja bersumber dari dalam sistem sosial lokal atau dikenal sebagai masalah internal. Sebaliknya, dapat juga berasal dari luar sistem sosial lokal atau disebut masalah eksternal. Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 88
  • 7. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi Mengingat fungsi penting dari serangkaian masalah sosial budaya, satu langkah awal paling penting dicermati sebelum memperbaharui masyarakat pedesaan ialah segera mengenali dan mengidentifikasi jenjang skala prioritas masalah sosial budaya dilengkapi informasi pendukung. Atas kesadaran pengaruh masalah sosial budaya yang sangat menentukan terhadap pencapaian rangkaian titik tujuan pembaharuan masyarakat pedesaan, sejak lama telah memotivasi para ahli sosiolog untuk berpartisipasi dalam pengungkapan potret masalah sosial budaya yang ditemukan pada berbagai kalangan masyarakat pedesaan. Sewaktu menelusuri perjalanan sejarah sosial masyarakat ternyata suatu fenomena khusus sering mengimplikasikan masalah sosial budaya yang jauh lebih mendalam. Pelzer (1991) menunjukkan masalah sosial budaya yang menyangkut sengketa agraria antara pihak pengusaha perkebunan melawan petani di Sumatera Timur pada masa kolonialisme. Dengan tajam Pelzer (1991) membeberkan bahwa pada taraf teknologis, pertentangan inheren makin terbukti ada antara pertanian perkebunan padat karya versus pertanian ladang padat tanah. Puncak pertentangan yang berintikan sengketa agraria ini telah terlampiaskan melalui bangkitnya gelora emosi dan nafsu untuk saling berdebat. Isi perdebatan terfokus pada penetapan kepastian berapa luas lahan yang harus dilepaskan pihak perkebunan untuk penanaman bahan pangan penduduk asli. Masalah sengketa agraria memberikan efek pada taraf ekonomi dan taraf politik. Agar masalah dapat teredam, pengusaha memutuskan bertindak membendung keterlibatan petani kecil dalam pertanian perkebunan sebagai tanaman perdagangan. Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 89
  • 8. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi Pada waktu bersamaan, didatangkan gelombang buruh dalam jumlah yang sangat banyak dari tanah Jawa untuk jadi tenaga kerja di perkebunan. Dengan memegang prinsip hubungan tawar menawar khas yang berintikan pernyataan: dia menekan saya; saya menekan engkau dan engkau menekan dia akhirnya mendorong gerakan ribuan penduduk liar membanjiri perkebunan dan menuntut penyelesaian sengketa agraria yang terjadi saat itu. Tanah perkebunan dialihfungsikan dengan paksa oleh penduduk menjadi rumah tempat tinggal. Setelah tiba zaman kemerdekaan, pihak perkebunan mencoba meminta bantuan pemerintah untuk memindahkan penduduk liar dan memberi pagar pembatas lahan perkebunan. Namun usaha ini tak berhasil jua. Traktor perkebunan gagal melawan acungan cangkul petani yang marah. Solusi terakhir yang ditempuh dijelaskan Pelzer (1991) ialah menggunakan kekuatan militer atau tentara yang berhak mengambil fungsi lahan sekaligus dipercaya untuk mengelolanya. Masalah sosial budaya pada masa lampau seperti dilukiskan Pelzer (1991) menjadi isyarat atau sinyal yang menandakan hal serupa bisa terjadi pada masa sekarang dan mendatang. Menurut Chambers (1987) masalah sosial budaya yang umum ditemukan pada masyarakat pedesaan lebih mengarah pada jalinan mata rantai yang kadang-kadang disebut lingkaran setan, sindrom kemiskinan atau perangkap kemiskinan. Dikemukakannya, terdapat lima perangkap yang sering menjadi masalah serius dalam pembaharuan masyarakat pedesaan. Kelima perangkap yang dimaksudkan meliputi: kemiskinan, kelemahan fisik, kerawanan, ketidakberdayaan dan isolasi. Dengan mengkaitkan kelima masalah tersebut ternyata diperoleh 20 pola kemungkinan yang membuktikan adanya hubungan kausal Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 90
  • 9. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi dalam keadaan negatif membentuk semacam jaringan untuk menjebak masyarakat pedesaan secara terus-menerus berada dalam belenggu kemelaratan. Lebih jauh lagi, Chambers (1987) menunjukkan bahwa ke 20 pola hasil keterkaitan antar kelima masalah sosial budaya pada masyarakat pedesaan yang mempunyai hubungan saling terkait satu dengan lainnya dan bersifat kausal mempunyai kekuatan yang berbeda dari tiap mata rantai seperti yang dapat tercermati pada Gambar 2. Gambar 2. Perangkap Masalah Kemiskinan Diadaptasi dari Chambers (1987) Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 91 KETIDAK- BERDAYAAN ISOLASI KEMISKINAN KERAWANAN KELEMAHAN FISIK
  • 10. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi Mengacu pada tampilan Gambar 2 maka diketahui simpul 20 pola hasil keterkaitan antar kelima masalah sosial budaya pada masyarakat pedesaan dijelaskan sebagai berikut: (1) Ketidakberdayaan dengan kerawanan. (2) Ketidakberdayaan dengan kelemahan fisik. (3) Ketidakberdayaan dengan kemiskinan. (4) Ketidakberdayaan dengan isolasi. (5) Kerawanan dengan ketidakberdayaan. (6) Kerawanan dengan kelemahan fisik. (7) Kerawanan dengan kemiskinan. (8) Kerawanan dengan isolasi. (9) Kelemahan fisik dengan kemiskinan. (10) Kelemahan fisik dan isolasi. (11) Kelemahan fisik dengan ketidakberdayaan. (12) Kelemahan fisik dengan kerawanan. (13) Kemiskinan dengan isolasi. (14) Kemiskinan dengan ketidakberdayaan. (15) Kemiskinan dengan kerawanan. (16) Kemiskinan dengan kelemahan fisik. (17) Isolasi dengan ketidakberdayaan. Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 92
  • 11. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi (18) Isolasi dengan kerawanan. (19) Isolasi dengan kelemahan fisik. (20) Isolasi dengan kemiskinan. Dengan demikian, tanpa keraguan Chambers (1987) menegaskan bahwa suatu masalah vital yang paling menonjol dalam penghambatan gerak kedinamikaan masyarakat pedesaan ialah kemiskinan. Masalah kemiskinan merupakan faktor paling berpengaruh dibanding faktor lain yang berkaitan langsung dengan kondisi rawan pangan dan gizi seimbang yang mengakibatkan kelemahan jasmani. Pada tubuh yang lemah mudah diserang berbagai jenis penyakit; sementara karena belitan kemiskinan membuat anggota masyarakat kesulitan membayar biaya pengobatan. Masalah sosial budaya lain terungkap dari akses masyarakat pedesaan yang masih rendah terhadap fasilitas pelayanan kesehatan kesehatan. Hasil penelitian Idanati dan Santoso (2003) menunjukkan wanita dari kalangan masyarakat miskin di lingkungan pemukiman pedesaan ternyata mempunyai riwayat kesehatan reproduksi yang rawan terkena maternal death. Akses wanita miskin terhadap berbagai fasilitas kesehatan reproduksi yang telah disediakan pemerintah sulit dijangkau karena tekanan berbagai faktor misalnya: streotype yang berlaku sering beranggapan bahwa fase hamil, fase melahirkan dan fase pasca partus merupakan bagian hidup yang memang menjadi kodrat kaum wanita. Faktor nilai budaya yang membuat rambu-rambu wanita hamil di desa berpantang ragam jenis pangan bergizi untuk dikonsumsi juga turut menjadi akar masalah rendahnya kesehatan reproduksi yang dicapai. Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 93
  • 12. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi Faktor lain yang berpengaruh kuat adalah ketiadaan biaya periksa ke bidan/petugas medis lain sehingga ada keengganan pergi ke puskesmas ataupun pusat pelayanan kesehatan reproduksi lainnya. Akses wanita miskin yang rendah terhadap pelayanan kesehatan reproduksi erat kaitannya dengan faktor geografis yang dibuktikan dari lokasi mukim mereka jauh dari jangkauan sarana transportasi. Kalangan warga ini umumnya menetap tinggal di dusun ataupun grumbul yang terisolasi secara geografis seperti pedesaan tepian hutan dengan kondisi jalan belum diaspal dengan kemiringan yang tinggi. Masyarakat pedesaan dikenal juga sebagai sebagai warga yang paling dominan terlibat dalam pekerjaan pertanian. Geertz (1983) menyatakan berdasarkan hasil penelitiannya di beberapa pedesaan Jawa terungkap bahwa akibat pertambahan penduduk yang semakin padat menyebabkan pada satu wilayah persawahan beririgasi terdapat dua ekosistem dengan dua pola pertanian yaitu pertanian padat modal dan pertanian padat tenaga kerja. Hubungan kedua pola bersifat simbiosis saling menguntungkan. Meskipun demikian, lebih jauh lagi ditegaskan oleh Geertz (1983) bahwa perkembangan masyarakat di pedesaan telah mendapat kerugian karena sudah banyak kehilangan corak tradisi lama sementara corak tradisi baru yang modern belum berhasil diikuti. Irama gerak perkembangan masyarakat pedesaan diumpamakan Geertz menjadi seolah-olah terhenti pada taraf post traditional, yang dicirikan oleh kondisi pola pertanian sawah dinilai macet atau mandeg dan produktivitas per orang tidak naik karena menampung pertambahan penduduk, yang tak diterima pada sektor non pertanian. Kondisi kemandegan ditandai dengan gerak kemajuan yang berlangsung lambat. Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 94
  • 13. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi Jikapun ada gerak misalnya hanya bagai orang berjalan atau berlari di tempat sehingga kurang menghasilkan kemajuan yang berarti. Geertz (1983) menyebutkan realitas ini dengan istilah involusi pertanian yakni suatu bagian dari masalah sosial budaya yang perlu mendapat sorotan perhatian paling utama dalam pemberdayaan masyarakat di pedesaan. Masalah lain yang menyentuh dimensi sosial budaya masyarakat menyangkut realitas peningkatan aksi kekerasan kolektif yang tampak semakin rawan terjadi di pedesaan. Dari berbagai hasil penelitian yang disarikan Mas’oed, et al., (2001) diterangkan bahwa intensitas masalah kekerasan kolektif meningkat disebabkan kelompok-kelompok dalam masyarakat termasuk di pedesaan tengah mengalami sindrom pergeseran konfigurasi dari yang intersected menjadi consolidated. Dari sisi perspektif sosiologis sendiri, Blau (1964) telah dengan rinci menjelaskan konseptualisasi struktur pemilahan sosial (social cleavages) dalam masyarakat, yang pada hakekatnya dapat berkembang dalam dua pola konfigurasi yakni intersected dan intersected menjadi consolidated. Pembentukan pola konfigurasi struktur pemilahan sosial biasanya sesuai dengan irama gerak dinamika masyarakat. Perlu dicermati, sesaat homogenitas masyarakat tinggi pada atribut sosial tertentu maka konfigurasi pemilahan sosial cenderung mengarah pada consolidated misalnya Etnis X dikenal ulet dalam menekuni profesi sebagai nelayan dan rata-rata memeluk Agama A, Etnis Y sebagai warga yang giat bekerja keras menjadi pedagang sekaligus penganut Agama B sedangkan Etnis Z aktif bekerja sebagai buruh pabrik dengan beragama Agama C. Lain halnya jika suatu kelompok masyarakat yang berciri heterogenitas dalam berbagai atribut sosial seperti satu etnis memiliki Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 95
  • 14. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi pola nafkah beraneka, menganut agama yang berbeda dan mempunyai corak budaya campuran maka konfigurasi pemilahan sosial yang terbentuk ialah intersected. Pada kondisi struktural masyarakat tengah mempunyai konfigurasi pemilahan sosial consolidated cenderung terjadi penguatan identitas kelompok dan mendorong terciptanya kohesi yang kuat dan lebih tertata kokoh. Sebagai konsekuensinya, ikatan kolektivitas dan solidaritas kian tinggi dan potensial meningkatkan kesadaran konflik terutama terhadap kelompok lain yang dianggap berbeda kelas, orientasi nilai budaya, haluan keyakinan (agama), ideologi, etnis, status, kepentingan dan berbagai jenis atribut lain. Dalam pemaparan selanjutnya, Mas’oed, et al., (2001) juga menguraikan bahwa pada anggota masyarakat dengan intensitas konflik tinggi cenderung lebih mudah menterjemahkan konflik yang menyangkut kondisi objektif (konflik objektif) menjadi konflik pribadi (konflik subjektif). Masalah sosial budaya berbentuk kekerasan kolektif ini juga rawan ditemukan di berbagai kalangan masyarakat pedesaan. seperti: kerusuhan massa akibat ketegangan agama dan sosial di Situbondo, kasus tawuran warga antar desa saat pemilihan kepala desa di Purbalingga, amuk massa di Cilacap dan Banyumas menyangkut sengketa tanah, penjarahan massa terhadap tanaman produktif di beberapa areal hutan milik Perhutani (Banyumas dan Cilacap). Masalah sosial budaya lain yang menarik perhatian dan tengah menjadi persoalan krusial pada masyarakat pedesaan menyangkut ketahanan pangan yang masih lemah atau rawan terkena food insecurity. Hasil penelitian Santoso (2006) menemukan realitas kerawanan pangan yang menghimpit masyarakat miskin di pedesaan sebenarnya tidak Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 96
  • 15. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi terlepas dari belenggu keterdesakan ekonomi dan ketergantungan yang tinggi terhadap beras sebagai bahan pangan pokok. Kewajiban makan nasi yang telah lama tersosialisasi dalam masyarakat membentuk stereotype yang kuat untuk meyakini ‘kalau belum makan nasi maka diri belum makan.’ Meski sebenarnya sudah mengkonsumsi jenis pangan lain dari bahan non beras. Proses sosialisasi makan nasi pada masyarakat pedesaan yang semula mengkonsumsi pangan dari bahan ketela, jagung, sagu, ubi jalar dan sebagainya merupakan hasil dari aktivasi peran interaksi sesuai pemikiran Charles H. Cooley yang diuraikan lebih lanjut oleh Horton and Hunt (1984) tentang konsep diri (self concept). Konsep diri dalam masalah pilihan pangan beras terus berkembang melalui interaksi dengan orang lain atau disebut juga dengan konsep looking glass self. Artinya, setiap anggota masyarakat berpeluang besar memantulkan perilaku diri sesuai tanggapan masyarakat terhadapnya termasuk dalam soal penetapan pangan pokok berbahan baku beras. Ketergantungan masyarakat pedesaan pada beras sebagai pangan pokok primadona sekarang terusik oleh fakta kenaikan harga beras yang melaju terus sampai tidak terimbangi jumlah pendapatan mereka yang stagnan atau tak menentu. Masyarakat pedesaan terutama yang tergolong miskin mengalami kesulitan mengkonsumsi nasi. Berbagai strategi survival telah dilakukan misalnya: mengurangi frekuensi makan dari tiga kali menjadi dua atau satu kali sehari, mengirit lauk pauk, membeli beras dengan berhutang/mencicil ke warung atau kembali beralih makan pangan berbahan baku non beras. Namun kesemuanya mengkondisikan masyarakat pedesaan makin rawan terkena Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 97
  • 16. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi food insecurity seperti yang diungkapkan berdasarkan hasil penelitian Santoso, et al., (2001). Masalah ancaman kerawanan pangan yang dihadapi masyarakat pedesaan perlu diselesaikan secara serius sebab jika tidak maka dampak yang ditimbulkan berpengaruh terhadap lemahnya kualitas sumberdaya manusia di masa sekarang dan masa mendatang. Bahkan, yang lebih dikhawatirkan lagi food insecurity akan dapat menyebabkan persoalan lost generation atau suatu generasi hilang karena mengalami keterbelakangan dan kelemahan baik pada aspek fisik maupun mental sehingga tak mampu berpikir, berkarya dan bersaing melanjutkan pembangunan nasional menapaki perkembangan zaman. Setiap masalah sosial budaya yang dihadapi masyarakat pedesaan tentu membutuhkan solusi atau pemecahan masalah yang tepat sasaran. Beberapa masalah sosial budaya penting yang dominan menghambat kemajuan masyarakat di pedesaan antara lain ialah: 1. Kemiskinan struktural dan kultural. Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang diderita oleh segolongan warga masyarakat dikarenakan kondisi struktur sosial yanga ada tidak memungkinkan untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka (Soemardjan, 1980). Adapun yang dimaksud kemiskinan kultural yaitu kemiskinan yang diakibatkan oleh faktor-faktor non ekonomi termasuk di dalamnya aspek kejiwaan, nilai-nilai budaya yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya sehingga menjadikan mereka miskin. Misalnya, nilai budaya yang dimiliki sebagian masyarakat desa masih beranggapan bahwa kondisi hidup miskin adalah takdir atau sudah suratan tangan yang Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 98
  • 17. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi ditetapkan Tuhan. Kemiskinan kultural mendorong masyarakat tetap bersikap fatalism, apatis, masa bodoh, pasrah (nrimo), cepat curiga dan enggan menanggung risiko. 2. Perilaku survival yang masih kurang adaptif dalam memenuhi kebutuhan pokok. 3. Akses masyarakat pedesaan terhadap pemilikan, penguasaan dan pemanfaatan fungsi lahan subur terus melemah. 4. Budaya kewirausahaan cenderung kurang berkembang sehingga mempersempit peluang dan kesempatan melakukan ragam usaha produktif. 5. Eksistensi dan fungsi kelembagaan lokal sulit berkembang untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat di pedesaan. Nugroho (2005) menyatakan bahwa ironisnya ditengah-tengah era reformasi dengan segala ekses negatif yang menyertainya saat ini, kurang tampak kiprah dan kontribusi fungsi serta peran lembaga lokal dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang ada. Dikemukakannya juga keberadaan lembaga lokal seakan- akan tenggelam oleh arus euforia politik yang memunculkan suatu persoalan krusial. Persoalan dilematis ini membutuhkan penanganan atau penyelesaian secara cepat dan tuntas. Padahal kelembagaan lokal yang berakar kuat dalam struktur masyarakat pedesaan potensial berfungsi sebagai jembatan perantara atau sarana penyeimbang dalam proses pembaharuan. Lembaga lokal menjadi wadah pemuat nilai-nilai kebersamaan masyarakat desa seperti: solidaritas dan ikatan kolektivitas. Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 99
  • 18. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi 6. Ketahanan pangan dengan gizi seimbang pada tingkat individu dan rumahtangga sulit ditingkatkan selama bahan pangan pokok tetap berorientasi pada beras. 7. Minat dan ketertarikan masyarakat khususnya kalangan generasi muda untuk menekuni kegiatan produktif pertanian menurun. Padahal sesuai potensi sumberdaya alam lokal, kegiatan pertanian mempunyai prospek besar sebagai sumber pendapatan Tentu pertanian yang dimaksud disini dalam arti luas; tidak hanya bercocok tanam tetapi juga membudidayakan ternak/ikan dan mengelola agribisnis dan agroindustri pengolahan ragam hasil pertanian. Pengembangan pertanian sebagai pola nafkah utama paling strategis digiatkan untuk menolong membantu mayoritas masyarakat desa terlepas dari keterdesakan ekonomi. 8. Kelangkaan tenaga kerja usia produktif di pedesaan karena fakta menunjukkan ada kecenderungan kelompok umur ini lebih memilih berurbanisasi. 9. Modal sosial dan nilai-nilai kearifan lokal yang seharusnya berfungsi menjadi pondasi pembaharuan masyarakat di pedesaan secara perlahan terus semakin menipis. Antar masalah sosial budaya yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi keberhasilan pembaharuan masyarakat di pedesaan dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan ke arah yang lebih layak dan beradab. Agar lebih bermanfaat, identifikasi masalah yang dilakukan harus mampu mengungkap pohon masalah bukan hanya dasar permukaannya saja. Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 100
  • 19. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Taufik dan A. C., van Der Leeden, 1986. Durkhaim dan Pengantar Sosiologi Moralitas. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Blau, Peter. 1975. Approaches to the Study of Social Structure. Mac Millan Publisher. London. Chambers, Robert. 1987. Pembangunan Desa Mulai dari Belakang. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta. Geertz, Clifford. 1983. Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia. Lembaga Penelitian Sosiologi Pedesaan. Institut Pertanian Bogor dan Yayasan Obor. Jakarta. Horton, Paul B., dan Chester L., Hunt. 1984. Sociology. International Student Edition. McGraw Hill. Tokyo. Idanati, Rukna dan Imam Santoso. 2003. Identifikasi Kebutuhan- Kebutuhan Gender Strategis untuk Peningkatan Kesehatan Reproduksi. Laporan Hasil Penelitian. Lembaga Penelitian. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Mas’oed, Mohtar. Mochammad Maksum dan Moh Soehadha. 2001. Kekerasan Kolektif: Kondisi dan pemicu. P3PK Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 101
  • 20. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi Nugroho, Heru. 2005. Memerangi Delegitimasi Institusi Lokal. Dimuat dalam Jurnal Pembangunan Pedesaan. Volume 4 Nomor 3, Desember 2004-Maret 2005. Lembaga Penelitian. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Parsons, Talcott. 1968. The Structure of Social Action. The Free Press. Illinois. Pelzer, Karl J., 1991.Sengketa Agraria. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Santoso, Imam. Tri Rini Windiastuti dan Rawuh Edy Priyono. 2001. Kontribusi Peranan Wanita terhadap Pengembangan Strategi Survival Rumahtangga Petani Miskin dalam Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan di Pedesaan Agraris. Laporan Hasil Penelitian. Lembaga Penelitian. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Santoso, Imam. 2006. Pengembangan Model Alternatif Penanganan Kerawanan Pangan Rumahtangga Petani Miskin di Pedesaan Tepian Hutan. Dimuat pada Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Peksos. Volume 5 Nomor 1. Juni 2006. Terakreditasi dengan SK No. 39/Dikti/Kep/2004. Instalasi Penerbitan STKS Press. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial. Bandung. Shils, Edward. 1972. The Intellectuals and the Power. University of Chicago Press. Chicago. Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 102
  • 21. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologi Soemardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi. 1974. Setangkai Bunga Sosiologi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta. Soemardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi. 1980. Kemiskinan Struktural dan Pembangunan. dalam Alfian et.al. Kemiskinan Struktural. Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta. Identifikasi Masalah Sosial Budaya dalam Pembaharuan Masyarakat Pedesaan 103