Bulan puasa merupakan kesempatan untuk menanamkan pendidikan karakter pada siswa. Guru dapat menggunakan waktu sebelum pelajaran untuk merenungkan sifat-sifat seperti kesabaran, empati, dan dermawan yang diajarkan agama. Metode ini dapat membiasakan siswa untuk memiliki karakter mulia sesuai tujuan puasa.
1. PUASA, LAB PENDIDIKAN KARAKTER
Oleh: Prof. Suyanto
Bulan ini merupakan bulan yang istimewa buat pemeluk agama Islam.
Mengapa penulis katakan istimewa? Karena sebagai orang yang beriman, pemeluk
agama Islam diwajibkan untuk menjalankan puasa sebagaimana telah diwajibkan
pula kepada umat manusia terdahulu agar dengan puasa itu mereka yang
menjalankannya bisa meraih derajat ketaqwaan. Tujuan akhir puasa dengan
demikian untuk menjadikan diri umat islam sebagai mutaqin.
Lalu apa relevansinya dengan pendidikan karakter di sekolah? Tentu amat
sangat relevan jika sekolah menjadikan bulan puasa ini sebagai labora-torium hidup
untuk melakukan habituasi dan pembudayaan pendidikan karakter bagi para siswa
kita. Pendidikan karakter sangat luas rentang dan cakupannya. Pendek kata karakter
merentang sejak dari menyingkirkan duri di tengah jalan sampai pada
mempertahankan nilai kedirian dengan taruhan harta dan nyawa sekalipun. Ini bukan
berarti kita sebagai guru ingin mendidik anak-anak untuk berani mati. Bukan sema
sekali. Justru dalam pendidikan karakter itu kita sebagai rang tua, di lingkup rumah,
maupun guru, di lingkup sekolah, justru harus mengutamakan nilai-nilai atau karakter
mulia yang bisa dijadikan referensi, acuan, sumber inspirasi bagi siswa kita untuk
berani hidup dengan cara yang bermartabat. Menyiapkan siswa untuk berani hidup,
berani menghadapi kehidupan, betapapun sulitnya, merupakan tugas visioner yang
harus diemban oleh sekolah.
Bagaimana kalau ada sekelompok orang yang mengajak berni mati? Dengan
1
2. tegas kita harus membulatkan niat dan tekad untuk menggunakan deskresi kita agar
ajakan sesat seperti itu jangan pernah menjadi referensi bagi para siswa kita. Para
siswa harus kita lindungi dari pengaruh negatif dari fihak manapun yang ingin
mengajak untuk angkat parang, golok, batu, dan sebangsanya turun ke jalan
menciptakan tawuran di antara mereka. Dengan pendidikan karakter di bulan
Ramadan ini sekolah bisa mencegah gerakan berani mati seperti itu kalaupun ada;
Karena dalam tujuan akhir puasa yang ingin dicapai adalah posisi kehidupan
mutaqin. Kriteria orang mutaqin banyak dijelaskan di dalam Al Quran, antara lain:
bersedia minta maaf dan memaafkan, kalau berbuat aniaya segera kembali kepada
jalan Tuhan, membelanjakan hartanya di jalan Allah dalam keadaan lapang maupun
tidak, menjauhi segala yang di larang Allah, dan menjalankan segala yang
diperintahkan-Nya. Karakter seperti ini amat baik untuk dibudayakan dalam
kehidupan siswa kita selama bulan ramadan ini. Saling memaafkan bisa di
klarifikasikan dengan nilai-nilai yang di anut oleh para siswa kita. Para guru bisa saja
menggunakan waktunya barang lima menit sebelum mengawali pelajaran untuk
merenungkan kriteria Taqwa ini selama bulan puasa. Dalam kegiatan kuliah tujuh
menit para siswa diajak berlatih untuk memiliki sifat- sifat simpati dan empathi
terhadap sesama yang memiliki nasib atau kehidupan yang kurang beruntung. Sifat
atau karakter empathi dan simpati terhadap sesama baru bisa dimiliki jika para siswa
memiliki sifat mau minta maaf dan memberi maaf kepada siapa saja. Begitu juga
para siswa dilatih untuk berhemat, membelanjakan uang yang dimiliki secara efisien
agar dengan uangnya yang terbatas bisa membelanjakannya bagi kepentingan dan
tujuan sesuai prioritas kebutuhan. Hanya dengan berlatih seperti itu mereka nanti
akan mau dan mampu membelanjakan uangnya di jalan Allah ketika mereka sudah
2
3. dewasa nanti. Jika para siswa sejak di bangku sekolah sudah terbiasa
membelanjakan uangnya secara tidak masuk akal seperti membeli rokok, membeli
pulsa berlebihan, membeli pakaian yang terlalu amat mewah, maka yang terjadi ialah
pembudayaan konsumtivisme yang akhirnya mengarah pada hedonisme. Kalau
sudah memiliki karakter seperti ini, mustahil mereka pada saatnya dewasa nanti mau
membelanjakan hartanya di jalan Allah sebagaimana disyaratkan sebagai orang
yang bertaqwa.
Oleh karena itu, sembari para siswa saat ini sedang berpuasa, sekolah perlu
mengambil momentum yang baik ini untuk menanamkan ciri-ciri ketaqwaan kepada
para siswa kita dengan melakukan pendekatan values clarification. Metode ini pada
akhirnya akan mampu membudayakan dan membiasakan karakter mulia sesuai
dengan tujuan puasa para siswa. Semoga begitu.
Prof. Suyanto, Ph.D;
Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta;
Plt. Dirjen Pendidikan Dasar Kemdikbud.
3