Tantangan yang dihadapi pemimpin baru DKI Ir. H. Joko Widodo sebagai Gubernur DKI, dan Ir. Basuki Tjahaja Purnama sebagai Wakil Gubernur DKI, tidak ringan karena ada yang bersifat internal dan eksternal. Untuk melapangkan jalan bagi kesuksesan pemimpin baru DKI.
Sosiolog Musni Umar sampaikan pandanagnnya dalam silaturrahim pimpinan partai politik, ormas, LSM, dan para tokoh masyarakat, yang dilaksanakan Kesbangpol Jakarta Selatan.
2. Pengantar
Pada 15 Oktober 2012 adalah hari yang amat bersejarah bagi Gubernur dan
Wakil Gubernur terpilih Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama karena
dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012-
2017 dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD DKI Jakarta.
Pelantikan oleh Menteri Dalam Negeri yang disiarkan langsung oleh 9 TV
secara langsung (live) dan diliput seluruh media cetak, media online dan
disiarkan langsung berbagai stasiun radio, serta dihadiri ribuan pendukung
Jokowi dan Ahok, telah menjadikan pelantikan Gubernur dan Wakil
Gubernur DKI Jakarta kali ini paling meriah, mungkin sepanjang sejarah
republik ini.
Pelantikan kedua pemimpin baru Jakarta, merupakan awal dari perjalanan
untuk membangun Jakarta yang maju, adil dan sejahtera.
Untuk mewujudkan janji-janjji di saat kampanye pemilukada, maka
dirasakan pentingnya dilakukan rekonsiliasi karena dalam pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur dDKI putaran kedua harus diakui
berlangsung sangat ketat. Masyarakat Jakarta terbelah dua, sebagian
mendukung dan memilih Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, dan sebagian lagi
mendukung dan memilih Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama.
3. Pemilukada merupakan salah satu ritual dalam
demokrasi. Di Indonesia setiap lima tahun dilakukan
pemilihan Gubernur dan Wakil Gibernur. Dalam suatu
pemilihan, selalu ada yang kalah dan menang.
Pasangan calon Gubernur dan calon Wakil Gibernur
yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilukada
DKI, ditetapkan sebagai pemenang dan dilantik sebagai
Gubernur dan Wakil Gubernur.
Kita memberi apresiasi yang tinggi kepada Fauzi Bowo-
Nachrowi Ramli yang legowo menerima kekalahan, dan
para pendukungny juga menerima.
Lebih hebat lagi, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan
timnya, tidak mengajukan sengketa ke Mahkamah
Konstitusi (MK). Ini pelajaran dalam berdemokrasi yang
sangat baik dan patut dicontoh.
7. Wujudkan Rekonsiliasi
Walaupun Foke-Nara menerima hasil pemilukada DKI, tetapi
penerimaan itu sebaiknya dilanjutlanjuti dengan berbagai program
untuk mewujudkan rekonsiliasi. Bentuk rekonsiliasi yang bisa
dilakukan.
Pertama, merangkul berbagai kelompok masyarakat, yang tidak
menjadi pendukung Jokowi-Ahok dalam pemilukada DKI.
Kedua, memaafkan kalau ada yang kebablasan dan sangat fanatik
mendukung Foke-Nara dan menafikan pasangan Jokowi-Ahok.
Ketiga, sebaiknya tidak dilakukan politik bumi hangus dalam
melakukan perubahan di birokrasi, tetapi perubahan melalui
pendekatan “the right man on the right place”.
Keempat, sebaiknya dibangun kebersamaan di kalangan seluruh
kelompok masyarakat DKI, birokrasi dan politisi di DPRD DKI.
9. Bangun Kebersamaan
Kebersamaan mengandung makna yang selalu lekat pada
setiap sisi kehidupan manusia. Jika kita tidak pernah
menyadari pentingnya arti kebersamaan, maka tidak akan
pernah sukses dalam melakukan sesuatu yang besar.
Dalam kehidupan rumah tangga saja, sebagai unit terkecil
dalam masyarakat, sangat diperlukan kebersamaan seluruh
keluarga untuk membangun bahtera rumah tangga yang baik
dan sejahtera.
Kalau dalam membangun keluarga saja memerlukan
kebersamaan, apatah lagi dalam membangun masyarakat DKI
Jakarta yang multi etnik, agama, budaya, multi partai,
organisasi sosial, LSM dan lain sebagainya.
10. Tidak bisa dibayangkan sulitnya mengatasi dan
memecahkan berbagai persoalan dan membangun
Jakarta, jika tidak ada kebersamaan dengan DPRD
DKI yang mempunyai sekurang-kurangnya empat
fungsi.
Pertama, fungsi budget (anggaran)
Kedua, fungsi legislasi (peraturan)
Ketiga, pengawasan (control).
Keempat, fungsi representative (perwakilan).
Selain itu, kebersamaan dengan birokrasi,
masyarakat, ilmuan, partai-partai politik, NGO,
mahasiswa, TNI dan POLRI.
12. Kebersamaan Lahirkan Partisipasi
Pada dasarnya, pemerintah memerlukan partisipasi
masyarakat, dan masyarakat memerlukan pemerintah.
Untuk membangun Jakarta yang sangat kompleks,
diperlukan keikut-sertaan semua kekuatan yang ada di
dalam masyarakat tanpa terkecuali.
Partisipasi masyarakat hanya bisa dibangun, jika ada
kebersamaan. Melalui kebersamaan, semua masyarakat
ikut serta secara partisipatif, sehingga berlaku pepatah
“berat sama dipikul ringan sama dijinjing”.
Melalui kebersamaan, semua kekuatan di masyarakat
Jakarta, dapat disatu-padukan untuk membangun Jakarta,
yang maju, sejahtera lahir dan batin.
14. Kebersamaan Lahirkan Kerjasama
Kebersamaan, tidak hanya melahirkan partisipasi, tetapi
juga mewujudkan kerjasama. Di dalam kebersamaan, jika
dilaksanakan dengan tulus dan ikhlas, maka akan wujud
kerjasama.
Kerja sama antara pemimpin dan semua jajaran birokrasi di
Jakarta dan pemerintah pusat, dengan masyarakat, DPRD
DKI, TNI/POLRI, sangat penting dan menentukan untuk
membangun Jakarta.
Sehebat-hebatnya seorang pemimpin, tidak mungkin bisa
melaksanakan semua hal. Oleh karena itu, dia memerlukan
kerjasama dengan semua kekuatan untuk menjalankan
pemerintahannya.
16. Kebersamaan Lahirkan Cinta
Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin bisa bertahan
hidup, jika tidak dibantu orang lain.
Seorang ibu yang sedang hamil, sebelum, pada saat dan setelah
melahirkan, memerlukan bantuan orang lain, apakah dokter,
perawat, orang tua, dan keluarga terdekat.
Dengan demikian, hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang
tidak memerlukan orang lain. Dalam berhubungan dan
memerlukan orang lain, diperlukan cinta dan kasih sayang. Di
dalam cinta, terbangun hubungan batin yang saling memerlukan,
saling merindukan dan saling mengasihi.
Demikian juga dalam membangun kebersamaan dengan
masyarakat bawah pada khususnya, mesti dibangun hubungan
batin yang dilandasi cinta dan kasih sayang.
Dengan begitu, hubungan antara yang memerintah dan yang
diperintah (masyarakat) bersifat lahir batin. Tidak hanya hubungan
kepentingan kekuasaan, tetapi dalam rangka pengabdian dan
pemberdayaan.
18. Kebersamaan lahirkan Semangat
Membangun masyarakat yang dilandasi kebersamaan, akan melahirkan
energi positif. Lahirnya energi positif didorong oleh semangat. Salah satu
semangat yang memberi dorongan ialah gotong royong.
Masalah gotong royong sangat penting ditumbuh-kembangkan di kalangan
masyarakat Jakarta. Oleh karena, masyarakat Jakarta semakin lama
semakin tergerus semangat gotong-royongnya. Ini terjadi karena
perubahan budaya yang semakin bercorak materialistik.
Dalam artian bahwa semua kegiatan yang dilakukan selalu diukur dari
kepentingan materi belaka. Kalau mengerjakan sesuatu, segera terbayang
apakah ada keuntungan kebendaan yang dikerjakan.
Pada hal di dalam kebersamaan dapat diraih dua hal. Pertama, kepentingan
spiritual, seperti silaturrahim, tolong-menolong dan bantu-membantu.
Kedua, keuntungan kebendaan, seperti informasi peluang pekerjaan,
peluang bisnis, permodalan dan sebagainya.
Bisa juga di dalam kebersamaan, tidak diperoleh sesuatu apapun, atau
hanya memperoleh satu keuntungan, bisa peluang bisnis atau peluang
pekerjaan.
Kemampuan mendayagunakan momentum kebersamaan sangat
diperlukan sehingga bisa diraih manfaat ekonomi dan manfaat immateri.
20. Kebersamaan Lahirkan Solidaritas
Solidaritas dapat diartikan kesatuan kepentingan. Dalam kamus bahasa
Indonesia dijelaskan bahwa solidaritas yaitu sifat perasaan solider, sifat
satu rasa (senasib dan sebagainya), perasaan setia kawan.
Kebersamaan, setidaknya bisa melahirkan banyak manfaat. Pertama,
kesatuan kepentingan. Masalah ini sangat penting karena kepentingan
bersama, mustahil bisa diraih jika tidak dibangun kebersamaan lahir dan
batin.
Kedua, solidaritas sosial. Melalui kebersamaan yang dibangun, dapat
melahirkan solidaritas sosial. Masalah ini semakin sulit dibangun karena
manusia Indonesia semakin individualistik. Akan tetapi, bukan berarti tidak
bisa dibangun. Dalam banyak kasus, solidaritas sosial lahir bersamaan
dengan terjadinya peristiwa alam seperti Stunami di Aceh yang merenggut
nyawa cukup banyak. Artinya, di dalam diri bangsa Indonesia telah tumbuh
dan berakar benih-benih solidaritas sosial.
Untuk melestarikan benih-benih solidaritas sosial, bangunan kebersamaan,
sangat penting dikembangkan dan ditumbuh-suburkan, sehingga lahir dan
tumbuh subur solidaritas dan kedermawanan sosial di dalam masyarakat.
22. Kebersamaan Lahirkan Musyawarah
Kebersamaan diyakini bisa melahirkan musyawarah.
Pancasila yang menjadi dasar Negara Republik Indonesia,
menetapkan dalam sila keempat “Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan”.
Pasal ini sangat penting karena “musyawarah” menjadi
pilar untuk menyelesaikan atau mencari titik temu dalam
menghadapi berbagai persoalan.
Dengan kebersamaan, sesulit apapun persoalan yang
dihadapi, dapat dipecahkan berdasar musyawarah
mufakat.
24. Kebersamaan Lahirkan Persatuan
Manfaat lain dari kebersamaan yang bisa diraih ialah tumbuhnya persatuan
dan kesatuan.
Di dalam bekersamaan, dipastikan akan lahir persatuan dan kesatuan.
Masalah persatuan dirasa amat penting bagi bangsa Indonesia, sehingga
dijadikan sila ketiga dari Pancasila yaitu Persatuan Indonesia.
Masalah persatuan Indonesia, semakin penting dipelihara, dijaga, dirawat
dan ditegakkan di era Orde Reformasi. Karena konflik antar warga, antar
pelajar, antar mahasiswa, antar warga dengan pengusaha, dan antar warga
dengan aparat keamanan, sudah menjadi pemandangan umum hampir
setiap hari di seluruh Indonesia.
Belum lagi konflik antar suku di Papua, dan adanya keinginan merdeka dari
Papua dan berbagai persoalan eksternal seperti dari negara lain yang tidak
rela melihat Indonesia menjadi negara besar. Maka, Indonesia harus
diperlemah dari berbagai aspek sehingga tidak bisa maju seperti yang
diharapkan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, kebersamaan yang hakiki sangat perlu dan penting
dibangun pasca pemilukada DKI sebagai sarana membangun persatuan dan
kesatuan seluruh masyarakat Jakarta.
26. Kesimpulan
Pemilukada DKI telah berjalan aman, damai, sukses, dengan asas
luber dan jurdil.
Pelaksanaan pemilukada di DKI dapat menjadi contoh di berbagai
daerah dalam melaksanakan pesta demokrasi.
Hasil pemilukada DKI telah melahirkan pemimpin baru yaitu Joko
Widodo sebagai Gubernur dan Basuki Tjahaja Purnama sebagai
Wakil Gibernur DKI Jakarta periode 2012-2017.
Dalam pelaksaksanaan pemilukada DKI terjadi persaingan yang
amat ketat, sehingga melahirkan berbagai permasalahan, yang
sudah tentu belum sembuh seiring dengan berakhirnya
pemilukada, ditetapkannya dan dilantiknya Joko Widodo dan
Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur dan Wakil Gibernur DKI
Jakarta.
Sehubungan itu, sangat diperlukan adanya rekonsiliasi ditingkat
masyarakat, dan DPRD sehingga diharapkan pemerintahan DKI
dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.
28. Dalam rangka rekonsiliasi, maka sangat perlu dan penting
dibangun kebersamaan bagi seluruh rakyat Jakarta. Melalui
kebersamaan, diharapkan terbangun silaturrahim,
solidaritas sosial, persatuan dan kesatuan, semangat
gotong royong dan lain sebagainya.
Akhirnya, mau tidak mau dan suka tidak suka, seluruh
rakyat Jakarta tanpa kecuali harus berpartisipasi
membangun DKI Jakarta dibawah pimpinan Joko Widodo
dan Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur dan Wakil
Gubernur DKI Jakarta, sehingga terwujud Jakarta yang
aman, sejahtera dan maju.
* Musni Umar, Ph.D adalah Sosiolog dan Direktur Institute
for Social Empowerment and Democracy (INSED)