SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
PORNOGRAFI PELAJAR
Oleh: Prof. Suyanto, Ph.D
Baru-baru ini media massa digital, elektronik, dan cetak ramai-ramai
memberitakan bencana moral yang menimpa pendidikan dasar di salah satu
Sekolah Menengah Pertama di Jakarta. Sebuah vedio adegan mesum
“tingkat tinggi” yang dilakukan sepasang siswa-siswi sekolah tersebut, FP
dan AE, diberitakan telah beredar melalui You Yube, BB dan HP. Adegan
mereka terjadi di ruang kelas kosong setelah mata pelajaran usai. Anehnya,
adegan amat sangat tabu itu rame-rame ditonton dan direkam oleh kawan-
kawan mereka dengan menggunakan smart phone.
Adegan porno mereka itu menghentak hati dan pikiran kita
semua, dan sekaligus sangat memprihatinkan bagi pendidik, orangtua,
sekolah, tokoh agama, dan pemerintah. Perilaku menyimpang mereka itu
sungguh menjadikan kita semua mau tidak mau harus merefleksikan diri dan
bertanya apa sebenarnya yang salah pada sistem kehidupan kita baik di
bidang pendidikan, pemerintahan, dan juga sistem sosial politik dan budaya
yang menjadi konteks bagi tumbuh-kembangnya kehidupan anak-anak kita.
Siapa sebenarnya yang mereka tiru? Apakah para pemimpin? Para politisi?
Ataukah para artis yang membuat berita di seputar adegan porno beberapa
tahun lalu? Dari sisi pemerintah juga sudah mengundangkan undang-
undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2008 tentang Pornografi. Pasal
1
pencegahannya juga dirumuskan jelas. Dalam Pasal 17 ditegaskan:
“Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melakukan pencegahan
pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi”. Pertanyaannya,
mengapa pornografi di kalangan pelajar di berbagai kota tetap saja muncul?
Bisakah ini diartikan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah belum
berhasil menyosialisasikan UU Prnografi? Itulah pemtingnya bagi semua
fihak untuk melakukan refleksi terhadap setiap ada kejadian pornografi di
kalangan pelajar kita, dilihat dari kacamata UU dan hukum yang berlaku.
Apa artinya sebuah UU kalau tidak efektif mencegah terjadinya pronografi.
Apalagi UU pornografi itu telah dibicarakan oleh banyak fihak secara luas
dan intensif karena terbentuknya UU itu melalui uji materi yang mengundang
pro-kontra. Ternyata setelah menjadi UU tidak mampu mencegah terjadinya
pornografi di kalangan pelajar kita. Memang UU nya tidak salah. Mungkin
yang salah kita semua yang gagal menyosialisasikan UU itu di kalangan
para pelajar.
Kejadian adegan mesum di kalangan pelajar berikut dampak
ikutannya berupa penyebarluasan vedio nya di dunia maya, sungguh hal ini
juga menjadi batu uji yang sangat kritis terhadap Gerakan Nasional
Pembangunan Karakter Bangsa yang telah dicanangkan tiga tahun lalu.
Gerakan ini mewajibkan semua kementerian dan lembaga pemerintah untuk
melakukan pembangunan karakter di lingkungannya masing-masing.
Kemudian pada gilirannya, dari Gerakan Nasional ini, telah dirumuskan pula
2
prgram nasional pendidikan karakter di semua jenjang pendidikan kita.
Bahkan dalam Kurikulum 2013, pendidikan Karakter harus diintegrasikan ke
dalam berbagai mata pelajaran. Dengan kejadian mesum “kelas tinggi” di
kalangan pelajar kita, bisakah dikatakan bahwa Gerakan Nasional
Pembangunan Karakter Bangsa dan juga Pendidikan Karakter belum
menyentuh masalah yang ingin kita pecahkan terkait dengan pembangunan
dan pendidikan karakter? Tentu tidak mudah untuk menjawab pertanyaan
itu, namun apapun faktanya semua komponen bangsa ini memang perlu
bergerak serentak, bersatu padu, untuk menggalang kebersamaan agar
pembangunan karakter bangsa dan pendidikan karakter dapat mencegah
terjadinya perilaku yang tidak mencerminkan keunggulan karakter bagi
seluruh pelajar kita. Kalau saja komponen bangsa ini tidak bersatu padu
dalam mendukung pembangunan karakter dan pendidikan karakter, niscaya
nilai-nilai terpuji yang diajarkan di sekolah akan terkontaminasi oleh nilai-
nilai negatif yang terjadi di masyarakat, keluarga, dan juga media massa.
Jadi, pada akhirnya semua komponen bangsa akan harus menjadi guru dan
pendidik di lingkungannya untuk penanaman karakter yang mulia melalui
berbagai modalitas sesuai dengan sifat, hakikat dan entitas masing-masing
komponen itu. Modalitas itu bisa berbentuk habituasi, modeling, regulasi,
values clarification, dan sebagainya, agar kita bisa saling mengisi dan
menopang satu sama lain dalam memahamkan dan menanamkan karakter
terpuji kepada seluruh siswa di semua jenis dan jenjang pendidikan.
3
Semoga begitu.
Prof. Suyanto, Ph.D.
Guru Besar FE Universitas Negeri Yogyakarta.
4

More Related Content

What's hot (9)

Print
PrintPrint
Print
 
MEWUJUDKAN INDONESIA BERSIH DARI KORUPSI DEMI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
MEWUJUDKAN INDONESIA BERSIH DARI KORUPSIDEMI KESEJAHTERAAN MASYARAKATMEWUJUDKAN INDONESIA BERSIH DARI KORUPSIDEMI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
MEWUJUDKAN INDONESIA BERSIH DARI KORUPSI DEMI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
 
Generasi muda melawan korupsi 21 Jan 2019 di STP Bandung
Generasi muda melawan korupsi   21 Jan 2019 di STP BandungGenerasi muda melawan korupsi   21 Jan 2019 di STP Bandung
Generasi muda melawan korupsi 21 Jan 2019 di STP Bandung
 
Peran ordebaru
Peran ordebaru Peran ordebaru
Peran ordebaru
 
administrasi pendidikan
administrasi pendidikanadministrasi pendidikan
administrasi pendidikan
 
Workshop Diseminasi Pembelajaran Anti Korupsi di Perguruan Tinggi - Gorontalo...
Workshop Diseminasi Pembelajaran Anti Korupsi di Perguruan Tinggi - Gorontalo...Workshop Diseminasi Pembelajaran Anti Korupsi di Perguruan Tinggi - Gorontalo...
Workshop Diseminasi Pembelajaran Anti Korupsi di Perguruan Tinggi - Gorontalo...
 
Pendidikan dan anak jalanan
Pendidikan dan anak jalananPendidikan dan anak jalanan
Pendidikan dan anak jalanan
 
Moral t 3
Moral t 3Moral t 3
Moral t 3
 
Extio pyance
Extio pyanceExtio pyance
Extio pyance
 

Viewers also liked

Erotismo Publicidad
Erotismo PublicidadErotismo Publicidad
Erotismo PublicidadDouce Nieto
 
Erotyki Leslaw Falecki
Erotyki Leslaw FaleckiErotyki Leslaw Falecki
Erotyki Leslaw FaleckiEwaB
 
The Spanish economic crisis and Brazil´s electricity sector
The Spanish economic crisis and Brazil´s electricity sectorThe Spanish economic crisis and Brazil´s electricity sector
The Spanish economic crisis and Brazil´s electricity sectorFGV Brazil
 

Viewers also liked (6)

Erotismo Publicidad
Erotismo PublicidadErotismo Publicidad
Erotismo Publicidad
 
Erotyki Leslaw Falecki
Erotyki Leslaw FaleckiErotyki Leslaw Falecki
Erotyki Leslaw Falecki
 
Toutes Les Femmes Du Monsieur PréSident
Toutes Les Femmes Du Monsieur PréSidentToutes Les Femmes Du Monsieur PréSident
Toutes Les Femmes Du Monsieur PréSident
 
The Spanish economic crisis and Brazil´s electricity sector
The Spanish economic crisis and Brazil´s electricity sectorThe Spanish economic crisis and Brazil´s electricity sector
The Spanish economic crisis and Brazil´s electricity sector
 
Los Partidos Políticos En América Latina
Los Partidos Políticos En América LatinaLos Partidos Políticos En América Latina
Los Partidos Políticos En América Latina
 
Erotics
EroticsErotics
Erotics
 

Similar to Pendidikan Karakter

Ringkasan lat
Ringkasan latRingkasan lat
Ringkasan latTwin Sis
 
Kekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap AnakKekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap AnakECPAT Indonesia
 
KESIMPULAN (GEJALA SOSIAL)
KESIMPULAN (GEJALA SOSIAL)KESIMPULAN (GEJALA SOSIAL)
KESIMPULAN (GEJALA SOSIAL)Teacher Nasrah
 
393928697 contoh-karangan
393928697 contoh-karangan393928697 contoh-karangan
393928697 contoh-karanganAqashahArshad
 
masalah sex bebas
masalah sex bebasmasalah sex bebas
masalah sex bebasyahyafly3
 
Artikel Konseptual
Artikel Konseptual Artikel Konseptual
Artikel Konseptual Aziz Zindani
 
Cegah kenakalan-remaja-melalui-pendidikan-karakter
Cegah kenakalan-remaja-melalui-pendidikan-karakterCegah kenakalan-remaja-melalui-pendidikan-karakter
Cegah kenakalan-remaja-melalui-pendidikan-karakterkencana skinclinic
 
Penelitian Statistik Sosial
Penelitian Statistik SosialPenelitian Statistik Sosial
Penelitian Statistik SosialAlex Shofihara
 
Implementasi kurikulum Adab di SMA Islam Al Azhar 7 Solo Baru.pdf
Implementasi kurikulum Adab di SMA Islam Al Azhar 7 Solo Baru.pdfImplementasi kurikulum Adab di SMA Islam Al Azhar 7 Solo Baru.pdf
Implementasi kurikulum Adab di SMA Islam Al Azhar 7 Solo Baru.pdfrobiepoenya
 
Pendidikan nasional yang bermoral
Pendidikan nasional yang bermoralPendidikan nasional yang bermoral
Pendidikan nasional yang bermoralDevi Aprilia
 
Guru berkarakter
Guru berkarakterGuru berkarakter
Guru berkaraktertotok aris
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PT
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PTPendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PT
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PTHaristian Sahroni Putra
 
Kebijakan Pendidikan Anti Korupsi
Kebijakan Pendidikan Anti KorupsiKebijakan Pendidikan Anti Korupsi
Kebijakan Pendidikan Anti KorupsiFenti Anita Sari
 
Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1
Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1
Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1Toto Dwiarso
 
BRAFOPMK Edisi Juli 2021
BRAFOPMK Edisi Juli 2021BRAFOPMK Edisi Juli 2021
BRAFOPMK Edisi Juli 2021MajalahBRAFOPMK
 

Similar to Pendidikan Karakter (20)

Ringkasan lat
Ringkasan latRingkasan lat
Ringkasan lat
 
Kekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap AnakKekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
 
KESIMPULAN (GEJALA SOSIAL)
KESIMPULAN (GEJALA SOSIAL)KESIMPULAN (GEJALA SOSIAL)
KESIMPULAN (GEJALA SOSIAL)
 
Asg2
Asg2Asg2
Asg2
 
393928697 contoh-karangan
393928697 contoh-karangan393928697 contoh-karangan
393928697 contoh-karangan
 
masalah sex bebas
masalah sex bebasmasalah sex bebas
masalah sex bebas
 
Artikel Konseptual
Artikel Konseptual Artikel Konseptual
Artikel Konseptual
 
Penilitian Asuransi
Penilitian AsuransiPenilitian Asuransi
Penilitian Asuransi
 
Cegah kenakalan-remaja-melalui-pendidikan-karakter
Cegah kenakalan-remaja-melalui-pendidikan-karakterCegah kenakalan-remaja-melalui-pendidikan-karakter
Cegah kenakalan-remaja-melalui-pendidikan-karakter
 
Ringkasan
RingkasanRingkasan
Ringkasan
 
Penelitian Statistik Sosial
Penelitian Statistik SosialPenelitian Statistik Sosial
Penelitian Statistik Sosial
 
Implementasi kurikulum Adab di SMA Islam Al Azhar 7 Solo Baru.pdf
Implementasi kurikulum Adab di SMA Islam Al Azhar 7 Solo Baru.pdfImplementasi kurikulum Adab di SMA Islam Al Azhar 7 Solo Baru.pdf
Implementasi kurikulum Adab di SMA Islam Al Azhar 7 Solo Baru.pdf
 
Panduan mpls 2018
Panduan mpls 2018Panduan mpls 2018
Panduan mpls 2018
 
Pendidikan nasional yang bermoral
Pendidikan nasional yang bermoralPendidikan nasional yang bermoral
Pendidikan nasional yang bermoral
 
Guru berkarakter
Guru berkarakterGuru berkarakter
Guru berkarakter
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PT
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PTPendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PT
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PT
 
Kebijakan Pendidikan Anti Korupsi
Kebijakan Pendidikan Anti KorupsiKebijakan Pendidikan Anti Korupsi
Kebijakan Pendidikan Anti Korupsi
 
Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1
Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1
Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1
 
pengenalan
pengenalanpengenalan
pengenalan
 
BRAFOPMK Edisi Juli 2021
BRAFOPMK Edisi Juli 2021BRAFOPMK Edisi Juli 2021
BRAFOPMK Edisi Juli 2021
 

More from Suyanto Suyanto

Puasa dan pendidikan karakter
Puasa dan pendidikan karakterPuasa dan pendidikan karakter
Puasa dan pendidikan karakterSuyanto Suyanto
 
Puasa dan pendidikan karakter
Puasa dan pendidikan karakterPuasa dan pendidikan karakter
Puasa dan pendidikan karakterSuyanto Suyanto
 
Kurikulum pendidikan dasar
Kurikulum pendidikan dasarKurikulum pendidikan dasar
Kurikulum pendidikan dasarSuyanto Suyanto
 
Pendekatan baru ospek kr.
Pendekatan baru ospek kr.Pendekatan baru ospek kr.
Pendekatan baru ospek kr.Suyanto Suyanto
 
Kegalauan kurikulum 2013
Kegalauan kurikulum 2013Kegalauan kurikulum 2013
Kegalauan kurikulum 2013Suyanto Suyanto
 
Kecemasan kurikulum 2013
Kecemasan kurikulum 2013Kecemasan kurikulum 2013
Kecemasan kurikulum 2013Suyanto Suyanto
 
Siswa korban kekerasan pidana
Siswa korban kekerasan pidanaSiswa korban kekerasan pidana
Siswa korban kekerasan pidanaSuyanto Suyanto
 
Putus sekolah kenaikan bbm kr
Putus sekolah kenaikan bbm krPutus sekolah kenaikan bbm kr
Putus sekolah kenaikan bbm krSuyanto Suyanto
 
Putus sekolah kenaikan bbm kr
Putus sekolah kenaikan bbm krPutus sekolah kenaikan bbm kr
Putus sekolah kenaikan bbm krSuyanto Suyanto
 
Pengunduran ujian nasioanal
Pengunduran ujian nasioanalPengunduran ujian nasioanal
Pengunduran ujian nasioanalSuyanto Suyanto
 
Pendidikan gratis berkualitas kr
Pendidikan gratis berkualitas krPendidikan gratis berkualitas kr
Pendidikan gratis berkualitas krSuyanto Suyanto
 

More from Suyanto Suyanto (20)

Siswa beringas 2012
Siswa beringas 2012Siswa beringas 2012
Siswa beringas 2012
 
Puasa dan pendidikan karakter
Puasa dan pendidikan karakterPuasa dan pendidikan karakter
Puasa dan pendidikan karakter
 
Puasa dan pendidikan karakter
Puasa dan pendidikan karakterPuasa dan pendidikan karakter
Puasa dan pendidikan karakter
 
Kurikulum pendidikan dasar
Kurikulum pendidikan dasarKurikulum pendidikan dasar
Kurikulum pendidikan dasar
 
Istimewa pendidikan diy
Istimewa pendidikan diyIstimewa pendidikan diy
Istimewa pendidikan diy
 
Cegah budaya kekerasan.
Cegah budaya kekerasan.Cegah budaya kekerasan.
Cegah budaya kekerasan.
 
Pelajaran di balik ukg
Pelajaran di balik ukgPelajaran di balik ukg
Pelajaran di balik ukg
 
Pendekatan baru ospek kr.
Pendekatan baru ospek kr.Pendekatan baru ospek kr.
Pendekatan baru ospek kr.
 
Modal sosial kr
Modal sosial krModal sosial kr
Modal sosial kr
 
Kegalauan kurikulum 2013
Kegalauan kurikulum 2013Kegalauan kurikulum 2013
Kegalauan kurikulum 2013
 
Kecemasan kurikulum 2013
Kecemasan kurikulum 2013Kecemasan kurikulum 2013
Kecemasan kurikulum 2013
 
Buku kurikulum 2013
Buku kurikulum 2013Buku kurikulum 2013
Buku kurikulum 2013
 
Siswa korban kekerasan pidana
Siswa korban kekerasan pidanaSiswa korban kekerasan pidana
Siswa korban kekerasan pidana
 
Putus sekolah kenaikan bbm kr
Putus sekolah kenaikan bbm krPutus sekolah kenaikan bbm kr
Putus sekolah kenaikan bbm kr
 
Putus sekolah kenaikan bbm kr
Putus sekolah kenaikan bbm krPutus sekolah kenaikan bbm kr
Putus sekolah kenaikan bbm kr
 
Pengunduran ujian nasioanal
Pengunduran ujian nasioanalPengunduran ujian nasioanal
Pengunduran ujian nasioanal
 
Pendidikan gratis berkualitas kr
Pendidikan gratis berkualitas krPendidikan gratis berkualitas kr
Pendidikan gratis berkualitas kr
 
Kurikulum 2013 kr
Kurikulum 2013 krKurikulum 2013 kr
Kurikulum 2013 kr
 
Hapuskan un sd:mi
Hapuskan un sd:miHapuskan un sd:mi
Hapuskan un sd:mi
 
Guru dalam pembelajaran
Guru dalam pembelajaranGuru dalam pembelajaran
Guru dalam pembelajaran
 

Pendidikan Karakter

  • 1. PORNOGRAFI PELAJAR Oleh: Prof. Suyanto, Ph.D Baru-baru ini media massa digital, elektronik, dan cetak ramai-ramai memberitakan bencana moral yang menimpa pendidikan dasar di salah satu Sekolah Menengah Pertama di Jakarta. Sebuah vedio adegan mesum “tingkat tinggi” yang dilakukan sepasang siswa-siswi sekolah tersebut, FP dan AE, diberitakan telah beredar melalui You Yube, BB dan HP. Adegan mereka terjadi di ruang kelas kosong setelah mata pelajaran usai. Anehnya, adegan amat sangat tabu itu rame-rame ditonton dan direkam oleh kawan- kawan mereka dengan menggunakan smart phone. Adegan porno mereka itu menghentak hati dan pikiran kita semua, dan sekaligus sangat memprihatinkan bagi pendidik, orangtua, sekolah, tokoh agama, dan pemerintah. Perilaku menyimpang mereka itu sungguh menjadikan kita semua mau tidak mau harus merefleksikan diri dan bertanya apa sebenarnya yang salah pada sistem kehidupan kita baik di bidang pendidikan, pemerintahan, dan juga sistem sosial politik dan budaya yang menjadi konteks bagi tumbuh-kembangnya kehidupan anak-anak kita. Siapa sebenarnya yang mereka tiru? Apakah para pemimpin? Para politisi? Ataukah para artis yang membuat berita di seputar adegan porno beberapa tahun lalu? Dari sisi pemerintah juga sudah mengundangkan undang- undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2008 tentang Pornografi. Pasal 1
  • 2. pencegahannya juga dirumuskan jelas. Dalam Pasal 17 ditegaskan: “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melakukan pencegahan pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi”. Pertanyaannya, mengapa pornografi di kalangan pelajar di berbagai kota tetap saja muncul? Bisakah ini diartikan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah belum berhasil menyosialisasikan UU Prnografi? Itulah pemtingnya bagi semua fihak untuk melakukan refleksi terhadap setiap ada kejadian pornografi di kalangan pelajar kita, dilihat dari kacamata UU dan hukum yang berlaku. Apa artinya sebuah UU kalau tidak efektif mencegah terjadinya pronografi. Apalagi UU pornografi itu telah dibicarakan oleh banyak fihak secara luas dan intensif karena terbentuknya UU itu melalui uji materi yang mengundang pro-kontra. Ternyata setelah menjadi UU tidak mampu mencegah terjadinya pornografi di kalangan pelajar kita. Memang UU nya tidak salah. Mungkin yang salah kita semua yang gagal menyosialisasikan UU itu di kalangan para pelajar. Kejadian adegan mesum di kalangan pelajar berikut dampak ikutannya berupa penyebarluasan vedio nya di dunia maya, sungguh hal ini juga menjadi batu uji yang sangat kritis terhadap Gerakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa yang telah dicanangkan tiga tahun lalu. Gerakan ini mewajibkan semua kementerian dan lembaga pemerintah untuk melakukan pembangunan karakter di lingkungannya masing-masing. Kemudian pada gilirannya, dari Gerakan Nasional ini, telah dirumuskan pula 2
  • 3. prgram nasional pendidikan karakter di semua jenjang pendidikan kita. Bahkan dalam Kurikulum 2013, pendidikan Karakter harus diintegrasikan ke dalam berbagai mata pelajaran. Dengan kejadian mesum “kelas tinggi” di kalangan pelajar kita, bisakah dikatakan bahwa Gerakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa dan juga Pendidikan Karakter belum menyentuh masalah yang ingin kita pecahkan terkait dengan pembangunan dan pendidikan karakter? Tentu tidak mudah untuk menjawab pertanyaan itu, namun apapun faktanya semua komponen bangsa ini memang perlu bergerak serentak, bersatu padu, untuk menggalang kebersamaan agar pembangunan karakter bangsa dan pendidikan karakter dapat mencegah terjadinya perilaku yang tidak mencerminkan keunggulan karakter bagi seluruh pelajar kita. Kalau saja komponen bangsa ini tidak bersatu padu dalam mendukung pembangunan karakter dan pendidikan karakter, niscaya nilai-nilai terpuji yang diajarkan di sekolah akan terkontaminasi oleh nilai- nilai negatif yang terjadi di masyarakat, keluarga, dan juga media massa. Jadi, pada akhirnya semua komponen bangsa akan harus menjadi guru dan pendidik di lingkungannya untuk penanaman karakter yang mulia melalui berbagai modalitas sesuai dengan sifat, hakikat dan entitas masing-masing komponen itu. Modalitas itu bisa berbentuk habituasi, modeling, regulasi, values clarification, dan sebagainya, agar kita bisa saling mengisi dan menopang satu sama lain dalam memahamkan dan menanamkan karakter terpuji kepada seluruh siswa di semua jenis dan jenjang pendidikan. 3
  • 4. Semoga begitu. Prof. Suyanto, Ph.D. Guru Besar FE Universitas Negeri Yogyakarta. 4