Dokumen tersebut membahas tentang susunan masyarakat Buddhis dan peraturan yang diikuti oleh berbagai kelompok dalam masyarakat tersebut, mulai dari umat awam hingga bhikkhu. Terdapat penjelasan mengenai lima mimpi Bodhisattva serta peraturan yang harus dipatuhi oleh upasaka, samaneri, dan bhikkhu."
3. Kelompok masyarakat yang meninggalkan
keduniawian mereka tidak boleh terikat dengan 5 A
(Harta, Tahta, Wanita, Surga, dan Brahma).
Kelompok masyarakat awam yang hidup duniawi.
4.
5. - Umat awam berbaju putih yang berlindung kepada
Tiratana, yaitu bertekad melaksanakan Pancasila
Buddhis, serta mempraktikkan ajaran Buddha Dhamma
dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan Buddha
Dhamma sebagai pedoman hidupnya.
- Siswa yang “duduk” dekat Guru
6. LIMA MIMPI BODDHISATTA•
(1) Beliau bermimpi bahwa Beliau sedang tertidur di
atas permukaan tanah, dengan Pegunungan Himalaya
sebagai bantalnya, tangan kiri-Nya di Samudra Timur,
tangan kanan-Nya di Samudra Barat dan kedua kaki-
Nya di Samudra Selatan. Mimpi pertama menandakan
pencapaian Kemahatahuan, menjadi Buddha di antara
manusia, dewa, dan brahmà
7. • (2) Beliau bermimpi bahwa sejenis rumput yang disebut
tiriya dengan tangkai merah berukuran sebuah gandar sapi
muncul dari pusar-Nya dan sewaktu Beliau melihat, rumput
tersebut tumbuh, pertama berukuran setengah lengan,
kemudian satu lengan, satu fathom (1 fathom = 1.8 meter),
satu ta, satu gavuta, setengah yojanà, satu yojanà dan
seterusnya. Tumbuh tinggi dan lebih tinggi hingga
mencapai langit, angkasa luas, seribu yojanà ke atas dan
diam di sana. Mimpi kedua ini menandakan bahwa Beliau
akan mampu mengajar Jalan Berfaktor Delapan,
(Atthangika Magga), yang adalah Jalan Tengah (Majjhima
Patipadà), kepada umat manusia dan dewa.
8. • (3) Beliau bermimpi, ada sekumpulan ulat berbadan putih dan
kepala hitam perlahan-lahan merayap ke atas kaki-Nya,
menutupi dari ujung kaki hingga ke lutut-Nya. Mimpi ketiga ini
menandakan banyaknya orang (berkepala hitam) yang
mengenakan pakaian putih menghormati dan berlindung
(Màhasaranàgaåmana) kepada Buddha
•
• (4) Beliau bermimpi, empat jenis burung berwarna biru,
keemasan, merah, dan abu-abu terbang datang dari empat
penjuru dan sewaktu mereka turun dan berdiri di atas kedua
kaki-Nya, semua burung-burung itu berubah menjadi putih.
Mimpi keempat menandakan kasta-kasta dari empat kasta
dalam masyarakat, yaitu, kasta kesatria, ajaran Buddha,
menjadi bhikkhu dan mencapai Kearahattaan.
9. • 5) Beliau bermimpi bahwa Beliau sedang berjalan
mondar-mandir, ke sana kemari di setumpukan
kotoran setinggi gunung tanpa menjadi kotor. Mimpi
kelima ini menandakan perolehan empat kebutuhan,
yaitu: jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-
obatan, dan memanfaatkannya tanpa terikat dan
melekat pada mereka.
10.
11. Menyatakan diri berlindung kepada Tiratana
(Buddha, Dhamma, dan Sangha) dengan pengertian
benar dan mempraktikkan Dhamma dalam
kehidupan sehari-hari.
- Menahbiskan diri di hadapan bhikkhu Visudhi
12. C. Atthanga Sila (Delapan Sila)
(Dipraktikkan pada setiap tanggal 1,8,15,22/23 Lunar)
1) Panatipata veramani.
Menghindari membunuh makhluk hidup.
2) Adinnadana veramani.
Menghindari mengambil barang atau sesuatu yang
tidak diberikan.
3) Abrahmacariya veramani.
Menghindari melakukan Hubungan Seks.
4) Musavada veramani.
Menghindari mengucapkan kata-kata yang tidak benar.
•
13. 5) Surameraya-majjapamadatthana veramani.
Menghindari mengunakan segala makanan
dan minuman yang dapat menyebabkan
ketagihan dan lemahnya kewaspadaan.
6) Vikalabhojana veramani.
Menghindari makan pada waktu yang tidak
tepat,yaitu lewat tenggah hari.
15. Tugas fungsionalnya adalah membantu tugas
bhikkhu dalam upacara perkawinan, sumpah
jabatan, Dhamma desana, dll.
16. o
Memimpin puja bhakti, pembabaran Dhamma, dan
konseling.
Memimpin upacara perkawinan.
o Pandita di Thailand merupakan gelar Sarjana Agama
Buddha
17. Samana artinya pertapa , nera artinya kecil dan
ditahbiskan oleh seorang bhikkhu thera 10 vasa.
18. • Minimal berumur 7 tahun.
• Mencukur rambut,kumis dan jenggot.
• Memakai jubah kuning.
• Bersimpuh bertumpu lutut dan bersikap anjali di depan
bhikkhu thera.
• Mengikuti upacara Tisarana gamana upasampada.
Pentahbisannya disebut Pabbajja
Melaksanakan 10 Sila dan 75 Sekhiya
Samaneri di tahbiskan 2 x yaitu oleh Sangha Bhikkhuni
dan Bhikkhu.
Sebelum menjadi bhikkhuni, harus menjadi samaneri
2 tahun.
19. Sila 1 sampai 6 sama dengan Atthanga Sila.
7) Naccagitavadita-visukadassana veramani.
Menghindari menari, menyanyi, bermain
musik, dan melihat pertunjukan.
8) Malagandhavilepana-dharanamandana-
vibhusanatthana veramani.
Menghindari memakai bunga-bungaan,
wangi-wangian, kosmetik atau perhiasan
bersolek lainnya.
20. 9) Uccasayana-mahasayana veramani.
Menghindari menggunakan tempat duduk dan
tempat tidur yang tinggi , besar dan mewah.
10) Jataruparajata-patiggahana veramani.
Menghindari menerima emas dan perak
(Yang juga berarti “Uang”).
21. 1) Sarupa (tingkah laku yg
tepat) = 26 sila
2) Bhojana-Patisamyutta
(peraturan makan) = 30 sila
3) Dhammadesana-
Patisamyutta (tata cara
mengajar Dhamma) = 16
sila
4) Pakinnaka (aneka macam
peraturan) = 3 sila.
22. Siswa berjubah kuning dan menjalankan Dhamma Vinaya
serta ingin merealisasi Nibbana dalam kehidupan ini juga.
1) Melalui upacara pentahbisan atau penerimaan
seseorang menjadi bhikkhu yang di sebut upasampada.
23. - Sejak jaman Sang Buddhaada 3 macam penahbisan seorang
bhikkhu (upasampda):
•
• 1. Ehibhikkhu upasampada :
• Ditahbiskan langsung oleh Sang Buddha dengan kata-kata ‘ehibhikkhu’
• 2. Tisaranagamana Upasampada :
- Mencukur rambut, kumis dan jenggot
- Menggunakan jubah kuning
- Duduk bersimpuh dan beranjali mengucapkan Tisarana
• Cara ini diajarkan Sang Buddha kepada 60 arahat untuk menahbiskan
bhikkhu
• Zaman kini cara ini hanya untuk menahbiskan samanera/I
3. Naticatuttha Kamma Upasampada :
24. (kesempurnaan materi)
yaitu ‘kesempurnaan’orang yang akan ditahbiskan :
– Harus seorang laki-laki (untuk menjadi bhikkhu)
– Harus mencapai usia 20 tahun (dihitung dari saat pembuahan)
– Tidak mempunyai cacat sebagai manusia, seperti orang kebiri,
(atau cacat anggota tubuh dan sebagainya)
– Tidak pernah melakukan perbuatan kriminal yang serius yang
termasuk pelanggaran berat seperti membunuh orang tua dan
sebagainya.
– Tidak pernah melakukan pelanggaran serius menurut Buddha
Sasana seperti pelanggaran parajika (ketika menjadi bhikkhu
pada saat sebelumnya)
(kesempurnaan pesamuan)
harus ada 5 orang bhikkhu Thera.
25. (kesempurnaan batas)
harus ada didalam area sima dan tidak boleh melewati
batas sima.
(kesempurnaan pernyataan)
waktu dinyatakan sah sebagai bhikkhu, tidak ada yang
keberatan.
26. Bhikkhu yang masa vassa nya kurang dari 5
vassa dan masih didampingi oleh upajjhaya atau
pengawas.
Bhikkhu yang masa vassa nya lebih dari 5 vassa
dan kurang dari 10 vassa.
27. Bhikkhu yang masa vassa nya lebih dari 10 vassa
dan kurang dari 20 vassa.
Bhikkhu yang masa vassa nya sudah 20 vassa
atau lebih.
29. Pelanggaran yang tidak bisa diperbaiki atau parajika.
Pelanggaran yang bisa diperbaiki, meliputi:
(pelanggaran sedang) ,
Melanggar Sanghadisesa 13, harus direhabilitasi oleh 20 bhikkhu
dan mawas diri selama 6 hari sendirian.
30. (pelanggaran ringan) ,
Melanggar Pacitiya 92 dan patidesaniya 4, harus
mengaku kepada 1 bhikkhu senior.
3) Tidak termasuk apatti apabila baru timbul dalam
pikiran, misalnya hanya berpikir “saya akan
melakukan ini dan itu”. Ini tidak termasuk
pelanggaran peraturan latihan dan tidak dianggap
sebagai usaha untuk melanggar.
31. 227 sila/peraturan kebhikkhuan.
menjaga enam landasan indera.
Penghidupan benar (pindapata).
Empat kebutuhan hidup bhikkhu atau
catupaccaya (makanan, pakaian, obat-obatan,
dan tempat tinggal).
32. Peraturan untuk para bhikkhu agar tidak
melanggar patimokkha 227.
Peraturan yang sifatnya watak (sekhiya 75)
33. 1) Terdapat 4 kebutuhan pokok bhikkhu yaitu
makanan, pakaian, tempat tidur, dan obat-obatan.
2) Secara khusus dinyatakan dalam Apanidhana-
sikhapada, surapanavagga ke 10 dalam pacittiya,
bahwa benda-benda yang menjadi perlengkapan
bhikkhu adalah: 1 mangkok, 3 jubah, 1 nisidana
(kain utk duduk) ,kotak jarum jahit, ikat pinggang,
saringan air. Keperluan ini bisa bertambah dengan
berjalannya waktu.
34. a. Waktu yang tepat untuk makan
“Waktu yang tepat” untuk bhikkhu (dan samanera) untuk
makan mulai pada saat pagi hari ketika cahaya sudah cukup
terang untuk melihat garis pada telapak tangan dan
berakhir pada tengah hari. Dalam jangka waktu ini seorang
bhikkhu dapat makan sekali atau dua kali. Bila hanya sekali
maka jumlah yang dimakan harus cukup untuk 24 jam,
sedangkan apabila dua kali maka makan yang kedua
dilakukan pada jam sebelas lebih seperempat agar dapat
selesai sebelum tengah hari.
35. • Waktu yang tepat untuk makan bagi para bhikkhu :
- Sehari 2 kali , antara jam 06.00 – jam 12.00 siang
- Pada jaman S.B. : garis tapak tangan kelihatan ,
• atau daun dari pohon kelihatan hijau
- Setelah jam 12.00 , boleh minum juice yg buahnya
tidak lebih besar dari kepalan tangan
- Makanan diperoleh dari :
• - Pindapata
• - Menerima dana makanandari umat di vihara
• - Bhikkhu diundang ke rumah umat menerima dana
• makanan
36. b. Pembatasan dalam makanan yg dimakan yaitu
tidak harus vegetarian dan tidak boleh menyuruh,
melihat, mendengar, atau curiga ada
pembunuhan makhluk hidup
Meskipun Sang Buddha tidak mengharuskan para
siswanya untuk menjadi vegetarian, namun Beliau pernah
menasehati para bhikkhu untuk menghindari memakan
sepuluh jenis daging dengan tujuan demi kehormatan dan
perlindungan diri mereka sendiri
37. Kesepuluh jenis daging itu adalah :
1. Daging Manusia,
2. Gajah,
3. Kuda,
4. Anjing,
5. Ular,
6. Singa,
7. Harimau,
8. Macan tutul,
9. Beruang,
10. Hyena.
Hewan-hewan tersebut diatas ( kecuali tentunya yang
pertama, manusia, bukanlah “hewan” ) akan menyerang jika
mereka mencium aroma daging jenis mereka sendiri pada diri
kita / tubuh kita ( Vinaya Pitaka )
38. c. Cara memperoleh makanan yaitu pindapata atau
diundang makan oleh umat.
39. d. Minuman yang tidak boleh diminum adalah
beralkohol atau peragian.
e. Bahan-bahan untuk mangkoknya , kotak jarumnya,
dan saringan airnya tidak boleh dari emas, gading,
atau tulang.
40. 1 set terdiri dari 3 civara :
(jubah luar) plus selendang.
(jubah atas).
(jubah bawah).
- Tempat tinggal bhikkhu adalah kuti vihara atau senasana.
- Dalam keadaan tertentu , bhikkhu bisa tinggal di rumah umat , tetapi dalam ruang
yang yerpisah
- Seorang bhikkhu tidak boleh tidur seruangan dengan seseorang yang belum
sepenuhnya ditahbiskan, kecuali dalam keadaan mendesak dan hal tersebut tidak
boleh lebih dari 3 hari.
- Pada masa “Vassa” (musim hujan), bhikkhu harus berdiam di vihara (selama 3
bulan)
- Catatan :
- Seorang bhikkhu tidak boleh menyentuh wanita , perhiasan , uang ,
hewan betina , buah-buahan yang ada di pohon , senjata
41. atau berlutut dengan menempelkan 5
titik seperti dahi,kedua lengan bawah dan kedua
lutut.
atau berdiri untuk menyambut.
atau merangkapkan kedua telapak tangan
di depan dada untuk menghormat.
atau cara-cara lain yg baik dan
terpuji untuk menunjukkan kerendahan hati.
43. 7. CUNDA SUTTA :
Jenis – jenis bhikkhu :
1. Yang memenangkan Sang Jalan :
2. Yang menunjukkan Sang Jalan :
3. Yang hidup sesuai dengan Jalan :
4. Yang menodai Sang Jalan :
LOBHA
DOSA
MOHA
Terbebas
LOBHA
Terbebas
DOSA
Terbebas
MOHA
ARAHAT
ARIYA PUGGALA
BHIKKHU CHABAGGIYA
SAMMASAMBUDDHA
44. Siswa wanita berjubah kuning.
yaitu ketika Maha
Pajapati Gotami memohon sampai 3 kali, yang kemudian
dibantu oleh YA.Ananda hingga akhirnya diijinkan Sang
Buddha dengan syarat menjalankan garudhamma.
45. 8 Garudhamma
• 1. seorang bhikkhuni, meskipun telah ditahbiskan selama seratus tahun,
harus menyambut dengan sopan, berdiri dari tempat duduknya, memberi
hormat dengan kedua tangan dirangkapkan didada kepada seorang
bhikkhu yang baru ditahbis. Aturan ini pantas dilakukan dan tidak boleh
dilanggar selama ia menjadi bhikkhuni.
2. seorang bhikkhuni tidak boleh menjalankan vassa disuatu tempat, yang
mana tidak terdapat seorang bhikkhu. Aturan ini pantas dilakukan dan
tidak boleh dilanggar selama ia menjadi bhikkhuni.
3. setiap setengah bulan sekali seorang bhikkhuni harus memohon dua hal
dari Sangha bhikkhu, yaitu ketika hari uposatha pada bulan terang dan
gelap serta pada hari unutk melakukan latihan dan hari untuk
mendapatkan nasehat-nasehat (teguran-teguran). Aturan ini juga harus
dipatuhi dan dilaksanakan dan tidak boleh dilanggar selama ia menjadi
bhikhuni.
46. • 4. setelah melakukan massa vassa seorang bhikkhuni harus memohon
kepada Sangha bhikkhu dan Sangha bhikkhuni untuk mendapatkan
teguran dan peringatan tentang apa yang dicurigai, didengar, dan dilihat.
Aturan ini pantas dilakukan dan dipatuhi serta tidak boleh dilanggar
selama ia menjadi bhikkhuni.
5. seorang bhikkhuni yang telah melakukan pelanggaran atau Appatti
harus menjalani sebuah hukuman (Parivassa dan Manatta) selama
setengah bulan lamanya dibawah pengawasan Sangha bhikkhu dan
Sangha Bhikkhuni. Aturan ini pantas dilakukan dan dipatuhi dan tidak
boleh dilanggar selama ia menjadi bhikkhuni.
6. setelah selesai menjalakan masa percobaan selama dua tahun, seorang
calon bhikkhuni harus mohon ditahbiskan menjadi bhikkhuni dari Sangha
bhikkhu dan dari Sangha bhikkhuni. Aturan ini pantas dilakukan dan tidak
boleh dilanggar selama ia menjadi bhikkhuni.
47. • 7. seorang bhikkhu tidak boleh dicaci maki dan dihina
dengan cara apapun oleh seorang bhikkhuni. Aturan ini
pantas dilakukan dan dipatuhi dan tidak boleh
dilanggar selama ia menjadi bhikkhuni.
8. mulai hari ini seorang bhikkhuni dilarang
memperingati atau menegur seoorang bhikkhu, tapi
sebaliknya seorang bhikkhu tidak dilarang unutk
menegur atau memperingati seorang bhikkhuni.
Aturan ini pantas dilakukan dan tidak boleh dilanggar
selama ia menjadi bhikkhuni.
48.
49. • 5. Mempunyai hubungan percintaan dengan pria
• 6. Mempunyi hubungan percintaan dengan pria
beristri/berkeluarga
• 7. Menyembunyikan kesalahan sesama bhikkhuni
• 8. Berhubungan tidak pantas dengan seorang bhikkhu
51. Kewajiban Umat kepada bhikkhu Kewajiban bhikkhu kpd umat
1) Memperlakukan mereka
dengan baik.
2) Bertutur kata ramah.
3) Berpikir dengan penuh
cinta kasih kepada
mereka.
4) Pintu rumah kita selalu
terbuka untuk mereka.
5) Menunjang kebutuhan
pokok mereka.
1) Mencegah umat berbuat
jahat.
2) Menganjurkan umat
bebuat baik.
3) Menerangkan ajaran
yang belum mereka
dengar.
4) Menjelaskan apa yang
belum di mengerti.
5) Menunjukan jalan
pembebasan
52.
53. • Dhamma dan Vinaya sebagai pengganti
Sang Buddha.