1. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK I :
PERLUNYA MAHASISWA BELAJAR FILSAFAT
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 9
MHS SMT 4 KELAS A
1. Rinda Fitrotul N 1211900245
2.Dwi Ari Riski Ilfat 1211900254
3.Novia Kartiana Sari 1211900264
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
3. ALASAN PERLUNYA BELAJAR
Sebagai seorang mahasiswa kita harus mempelajari filsafat ilmu agar
dapat mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan
pandangan, mampumebiasakan diri untuk bersikap logis- rasional
opini & argumentasi, mampu berpikir secara cermat dan dan tidak
kenal lelah, serta mampu membiasakan diri untuk bersikap kritis.
4. MANFAAT BELAJAR FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN
Dalam perbincangan lebih nyata, filsafat mempersoalkan dan membicarakan kembali
akar masalah, baik berdasarkan ilmu pengetahuan maupun pemahaman lain, jadi
filsafat menyadarkan manusia terhadap apa yang sudah biasa diyakini, digauli,
digunakan dan dilakukan. Dalam hal ini, ilmu pngetahuan mengenai asumsi yang
disebut aksioma, yaitu anggapan dasar yang merupakan tumpuan atau sumber dari
awal kehidupan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Manfaat lain filsafat adalah
didasarkan pada pengertian filsafat sebagai suatu integrasi atau pengintegrasi
sehingga dapat melakukan fungsi integrasi ilmu pengetahuan. Sebagaian besar orang
hanya menyangkutkan apa yang paling dekat dan apa yang paling dibutuhkannya pada
saat dan tempat tertentu.
5. MANFAAT FILSAFAT
SECARA UMUM
1. Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak seperti apa
adanya
2. Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia kita, karena
filsafat mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan
mendasar
3. Filsafat membuat kita lebih kritis
4. Filsafat mengembangkan kemampuan kita dalam : menalar secara jelas,
membedakan argumen yang baik dan yang buruk, menyampaikan pendapat secara
jelas,
5. Filsafat memberi bekal dan kemampuan pada kita untuk memperhatikan pandangan
kita sendiri dan pandangan orang lain dengan kritis
6. MANFAAT FILSAFAT SECARA KHUSUS
1. Sebagai alat mencari kebenenaran dari segi fenomena yang ada
2. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau terdiri netral terhadap pandangan
filsafat lainnya
3. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan
dunia
4. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
5. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek
kehidup itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainnya.
7. MENGAPA HARUS BELAJAR FILSAFAT
1. Dengan mempejalari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin
kritis dalam sikap ilmianya.
2. Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para
mahasiswa sebagai calon ilmuawan untuk mendalami metode ilmiah
dan untuk melakukan penelitian ilmiah.
3. Mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah
4. Membiasakan diri untu bersikap logis – rasional dalam opini &
argumentasi yang dikemukakan
5. Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis
9. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 2 :
PERKEMBANGAN TENTANG FILSAFAT
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 9
MHS SMT 4 KELAS A
1. Rinda Fitrotul N 1211900245
2.Dwi Ari Riski Ilfat 1211900254
3.Novia Kartiana Sari 1211900264
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
11. Perkembangan Filsafat Ilmu
Di kalangan Filsuf
Ada 3 hal yang mendorong manusia untuk
berfilsafat, yaitu :
1. Kekaguman atau Keheranan
2. Keraguan atau Kegengsian
3. Kesadaran akan keterbatasan
12. Awal Pemikiran Filsafat
Pythagoras, Plato, Aristoteles, Archimedes, Descartes,
ialah orang pertama yang dianggap meletakkan dasar ilmu
pengetahuan, ilmu pengetahuan alam dan matematika.
Pythagoras mengartikan filsafat sebagai pecinta
kebijaksanaan (lover of wisdom).
• Plato mengartikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang
berminat mencapai kebenaran yang hakiki lewat dialetika.
• Aristoteles mendefinisikan filsafat sebagaipengetahuan
tentang kebenaran.
• Descartes mendefinisikan filsafat sebagai kumpulan ilmu
pengetahuan tentang Tuhan, alam, dan manusia.
13. Hakekat filsafat yang paling awal adalah pengetahuan teoritis yang
menelaah peradaban yang abadi, tidak berubah dan terpisah dari materi.
Aristoteles mendefinisikannya sebagai the science of first principles atau
ilmu tentang asas-asas yang pertama. Semua pengetahuan lainnya secara
logis mengandaikan atau berdasarkan ilmu ini, oleh karena itu ilmu ini
dianggap sebagai filsafat pertama.
14. Pada zaman modern timbul kebutuhan untuk memisahkan
secara nyata kelompok ilmu modern dari filsafat karena perbedaan ciri-
cirinya yang mencolok.
Filsafat kebanyakan masih bercorak spekulatif, sedangkan ilmu modern
telah menerapkan metode empiris, eksperimental, dan induktif. Kini
secara pasti semua cabang ilmu dinyatakan sebagai ilmu empiris, sifat
empiris inilah yang membentuk ciri-ciri umum dari kelompok ilmu
modern dan yang membedakannya dari filsafat.
15. Karakteristik Berfikir Secara Filsafat
Filsafat memiliki cara berfikir menyeluruh. Seorang
yang berfilsafat dapat diumpamakan sebagai seorang yang
berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang atau
seseorang yang berdiri di puncak tinggi, memandai ke ngarai
dan lembah di bawahnya.
Filsafat terjadi jika orang mempertanyakan dan
mengkaji sesuatu masalah atau mendalami hakikat sesuatu
secara sistematik, radikal dan universal.
16. Artinya secara teratur dan
tersusun sehingga merupakan
pengertian yang sistematis,
dan bahwa pendalaman
mengenai hakikat sesuatu itu
disertai pembuktian yang
dapat diterima akal dan
tersusun berjalin dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Sistematik berarti juga bahwa
hakikat sesuatu yang didalami
itu dilihat sebagai bagian atau
subsistem dalam kerangka
entitas sistem itu.
SISTEMATIK RADIKAL UNIVERSAL BERFILSAFAT
Filsafat terjadi jika orang mempertanyakan dan mengkaji sesuatu
masalah atau mendalami hakikat sesuatu secara sistematik, radikal dan universal.
Berasal dari kata “radix”.
(Yunani, berarti akar).
Berpikir radikal berpikir
sampai akar-akarnya, dan
tidak kepalang tanggung,
hingga kepada konsekuensi-
konsekuensi terakhir.
Berarti berpikir secara
keseluruhan dan tidak
hanya menganai bagian-
bagian tertentu saja.
Mencari kebenaran, dari
kebenaran untuk kebenaran,
tentang segala sesuatu yang
dipermasalahkan dengan berpikir
secara radikal sistematik dan
universal.
17. Guna dan Fungsi
Filsafat
Filsafat mempunyai kegunaan baik teoritis maupun praktis. Dalam hal praktis banyak ajaran filsafat
yang dipraktikkan, missal etika, logika, estetika, dll.
Kegunaan dalam filsafat adalah :
Melatih diri untuk berpikir kritis dan runtut serta menyusun hasil pikiran tersebut secara sistematis.
Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit dan
tertutup.
Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian, dan memutuskan atau mengambil kesimpulan
mengenai suatu hal secara mendalam dan komprehensif.
Membuat diri menjadi manusia penuh toleransi dan tenggang rasa.
Menjadi alat yang berguna bagi manusia unutk kepentingan pribadi maupun dalam hubungannya
dengan orang lain .
Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun dalam hubungannya dengan orang
lain, alam sekitar, dan Tuhan Yan Maha Esa.
Menjadikan manusia lebih taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
18. Guna dan Fungsi
Filsafat
Filsafat
sebagai induk
atau ibu ilmu
pengetahuan
Filsafat
sebagai
interdisipliner
Filsafat sebagai
Penghubung ilmu-
ilmu pengetahuan
yang telah kompleks
Filsafat sebagai
tempat bertemunya
berbagai disiplin
ilmu pengetahuan
19. Aliran / Mashab Dalam Filsafat
1. Idealisme
Berpendirian bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental ataupun proses-proses psikologis yang bersifat subjektif
2. Empirisme
Berpendirian bahwa hakikat pengetahuan adalah berupa pengalaman.
3. Positivisme
Berpendirian bahwa kepercayaan dogmatis harus digantikan dengan pengetahuan faktawi.
5. Realisme
Berpandangan bahwa semua pengetahuan bersumber pada akal yang diperoleh lewat indera yang kemudian diolah oleh
akal menjadi pengetahuan
4. Rasionalisme
6. Kritisisme
Aliran yang menyatakan bahwa objek-objek yang diketahui adalah nyata dalam dirinya sendiri.
Aliran yang berusaha menjawab persoalan pengetahuan dengan tokohnya Immanuel Kant. Titik tolak Kant adalah
waktu dan ruang sebagai dua bentuk pengamatan
20. Aliran / Mashab Dalam Filsafat
7. Pragmatisme
Dalam aliran ini lebih menanyakan apa guna pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki manusia dikatakan benar atau tidak
karena pengetahuan itu mencerminkan kenyataan, dan dikatakan benar jika dapat membuktikan manfaatnya bagi umum
8. Monisme
Suatu paham yang berpendapat bahawa unsur pokok dari segala sesuatu bersifat Tunggal / Esa.
9. Dualisme
Ajaran yang menyatakan realitas itu terdiri dari dua substansi yang berlainan dan bertolak belakang.
Aliran ini menyatakan bahwa realitas tidak terdiri dari satu atau dua substansi, melainkan lebih banyak substansi yang
bersifat independen satu sama lain.
10. Pluralisme
21. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 3 :
PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 9
MHS SMT 4 KELAS A
1. Rinda Fitrotul N 1211900245
2.Dwi Ari Riski Ilfat 1211900254
3.Novia Kartiana Sari 1211900264
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
23. Secara Etimologi
Pengetahuan berasal dari kata
dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam
Encyclopedia of Phisolophy
dijelaskan bahwa definisi
pengetahuan adalah
kepercayaan yang benar
(knowledge is justified true
belief).'
Pengetahuan adalah apa
yang diketahui atau hasil
pekerjaan tahu. Pekerjaan
tahu tersebut adalah hasil
dari kenal, sadar, insaf,
mengerti, dan pandai.
Dengan demikian
pengetahuan merupakan
hasil proses dari usaha
manusia untuk tahu.
Secara Terminologi
24. Dalam arti sempit
dan berbeda dengan
imajinasi atau
pemikiran belaka,
pengetahuan hanya
berarti putusan yang
benar dan pasti
(kebenaran,
kepastian).
Secara Sempit
Pengetahuan dalam
arti luas berarti semua
kehadiran internasional
objek dalam subjek.
Secara Luas
26. Teori Realisme
Pengetahuan realisme adalah
gambaran atau kopi yang
sebenarnya dari apa yang ada
dalam alam nyata. Dengan
demikian, realisme
pengetahuan adalah benar dan
tepat bila sesuai dengan
kenyataan.
Teori Idealisme
Pengetahuan adalah proses-
proses mental atau proses
psikologis yang bersifat
subjektif. Oleh karena itu,
pengetahuan bagi seorang
idealis hanya merupakan
gambaran subjektif dan bukan
gambaran objektif tentang
realitas
27. Pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain:
• Empirisme. Sumber utama untuk memperoleh
pengetahuan adalah data empiris yang diperoleh dari
pancaindera.
• Rasionalisme. Aliran ini menyatakan bahwa akal
adalah dasar kepastian pengetahuan.
• Intuisi. Hasil dari evolusi pemahaman yang tinggi,
kemampuan ini mirip dengan insting.
• Wahyu. adalah pengetahuan yang disampaikan oleh
Allah kepada manusia lewat perantaraan para nabi.
28. Perbedaan itu terlihat dari sifat
sistematik dan cara memperolehnya.
Perbedaan tersebut menyangkut
pengetahuan prailmiah atau
pengetahuan biasa, sedangkan
pengetahuan ilmiah dengan ilmu tidak
mempunyai perbedaan yang berarti.
31. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 3 :
PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 9
MHS SMT 4 KELAS A
1. Rinda Fitrotul N 1211900245
2.Dwi Ari Riski Ilfat 1211900254
3.Novia Kartiana Sari 1211900264
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
33. MENGAPA HARUS BELAJAR
FILSAFAT
1. Untuk mengetahui sejak kapan munculnya ilmu pengetahuan
2. Agar mampu berpikir sistematis, krisis untuk memperoleh
kebenaran
34. PENGERTIAN FILSAFAT
1. Dari sisi kebahasan
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Philo = cinta Sophia =
kebijaksanaan/kebenaran. Jadi Philosophia adalah orang yang mencintai kebenaran, sehingga
berupaya memperoleh dan memilikinya.
2. Dari sisi filsafat sebagai ilmu
- Palto, filsuf besar Yunani mengatakan, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha
mencapai kebenaran yang asli, karena kebenaran mutlak di tangan Tuhan. Atau dengan
singkat dikatakan pengetahuan tentang segala yang ada.
- Aristotels, murid Plato mengatakan, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung di dalam ilmu matafisika, logika, retorika, politik, sosial budaya
dan estetika.
- Alfarabi, filsuf besar muslim dengan gelar Aristoteles ke 2, mengatakan filsafat adalah
pengetahuan tentang yang ada menurut hakikatnya yang sebenarnya.
35. LANJUTAN
- Immanuel Kant, Filsuf barat dengan gelar raksasa pemikir Eropa, mengatakan
filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di
dalamnya empat persoalan :
1. Apa dapat kita ketahui, dijawab oleh metafisika
2. Apa yang boleh kita kerjakan, dijawab oleh etika
3. Apa yang dinamakan manusia, dijawab oleh antropologi
4. Sampai dimana harapan kita, dijawab oleh agama
- Hasbullah Bakry, filsafat adalah ilmu yang menyelediki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat
melahirkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dicapai
manusia.
36. LANJUTAN
3. Filsafat dari sisi benda
- Filsafat adalah sekumpulan problem-problem yang langsung dan
mendapat perhatian dari manusia yang dicarikan jawabannya oleh ahli
filsafat.
- Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan
dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis
4. Filsafat sebagai suatu aktivitas
- Filsafat adalah sebagai suatu proses berpikir untuk memperoleh
jawaban-jawaban dari berbagai problem
- Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan
diri dari sikap yang sangat kita junjung tinggi
- Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh gambaran keseluruhan.
37. KONSEP dan TEORI PROSES
BERFILSAFAT MELALUI EMPAT
TAHAP
1. Logis yaitu berpikir dengan menggunakan logika
2. Sistematis yaitu berpikir melalui alur yang sistemik sehingga
ditemukan adanya koheren, diantara satu pertanyaan dengan
pertanyaan lain.
3. Radika, berpikir sampai kepada akar masalah
4. Universal, berpikir secara umum bukan khusus. Disini
perbedaannya ilmu berpikir secara khusus, filsafat berpikir secara
umum.
38. SEJARAH TIMBULNYA
FILSAFAT
Filsafat muncul sejak manusia ada dan sejak adanya pembicaraan
manusia. Maka sejarah lahirnya filsafat dimana-mana Yunani, India,
Persia. Karena filsafat memiliki kualifikasi tertentu, maka lahirnya filsafat
diidentifikan dengan Yunani. Hal ini sesuai dengan karakter orang Yunani
ialah Rasional
41. APA GUNANYA FILSAFAT BAGI
MANUSIA
1. Filsafat mamou memberikan pemahaman yang menyeluruh (general)
terhadap suatu wujud (onotologi) sekaligus memberikan konsep
kebenaran (justifikasi) tehadap wujud tersebut. Dengan kebenaran
manusia akan bertindak bijaksana (wesdom).
2. Filsafat dapat memberikan kepuasan bagi filsuf/seseorang karena
kemampuannya dalam menggambarkan problem kehidupan yang
sedang dan akan dihadapi sesuai dengan leluasan pemahamannya,
3. Filsafat dapat dijadikan sebagai bahan pijakan untuk merubah dunia.
42. PROBLEMATIKA FILSAFAT
Secara umum terbagi menjadi tiga aitu :
1 Ontologi, yaitu mengkaji hakikat segala sesuatu, terbagi 3 :
-Monisme, asal lam terdiri dari satu unsur (mono=satu). Thales dari air,
Anaximandros dari apairon, Anaximenes dari udara, democritos dari tanah.
- Dualisme, yang mengatakan alam semesta terdiri dari dua unsur yaitu
materi dan roh. Tokohnya anaxagoras dan aristolteles.
- Pluralisme, alam semesta terdiri dari empat unsur; air, angin, api, tanah.
Tokohnya empedokles, leukippos.
43. Lanjutan
2. Kualitas
pandangan ini membicarakan bagaimana alam berproses, dalam kaitannya
muncul 4 teori :
-Mekanisme, yang mengatakan bahwa segala sesuatu berproses secara mekanik.
-Teleologi, mengatakan bahwa segala sesuatu yan terjadi dialam raya berproses
menuju suatu tujuan, yaitu tuhan,.
- Determinisme, kejadian dialam ini berproses melalui suatu ketentuan yang telah
ditetapkan sebelumnya, baik oleh hukum alam maupun oleh Tuhan.
- Indeterminisme, segala kejadian di alam ini berlangsung secara bebas, tanpa
kendali tertentu dari Tuhan atau kekuatannya.
44. Lanjutan
2. EPISTEMOLOGI, membicarakan 2 hal :
a. Hakikat pengetahuan, muncul 2 pandangan yaitu
- realisme, yaitu pengetahuan manusia riil adanya dalam kehidupan
- idealisme, yaitu hakikat imu pengetahuan tidak terdapat dalam dunia
riil, melainkan konsep ideal atau dunia ide-ide.
b. Sumber pengetahuan, muncul 3 pandangan yaitu
- rasionalisme, mengatakan bahwa sumber pengetahuan muncul dari
rasio (akal) manusia.
- empirisme, sumber pengetahuan adalah indera manusia
- kritisme, pengetahuan manusia bersumber dari luar diri manusia, yaitu
tuhan.
45. Lanjutan
3. AXIOLOGI, terbagi menjadi 6 pandangan :
a. Naturalisme, yang menyatakan ukuran baik buruk ialah sesuai
tidaknya perbuatan tersebut sesuai dengan fitrah (natura) manusia
untuk hidup lebih maju.
b. Hedonisme, yang menyatakan bahwa ukuran baik buruk ialah sejauh
mana suatu perbuatan mendatangkan kenikmatan (hedone) bagi
manusia.
c. Vitalisme, ukuran baik buruk ditentukan oleh sejauh mana suatu
perbuatan tersebut dapat mendorong manusia untuk hidup lebih maju.
d. Ultitarianisme, ukuran baik buruk ditentukan oleh ada tidaknya suatu
perbuatan mendatangkan manfaat bagi manusia.
e. Idealisme, ukuran baik buruk ditentukan oleh sesuai tidaknya sesuatu
perbuatan dengan konsep idea ( rancang bangun) pikiran manusia.
f. Teologis, baik buruknya suatu perbuatan ditentukan oleh sesuia
tidaknya suatu perbuatan dengan ketentuan agama (teos= Tuhan,
agama).
46. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 5 :
FILSAFAT KEBENARAN
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 9
MHS SMT 4 KELAS A
1. Rinda Fitrotul N 1211900245
2.Dwi Ari Riski Ilfat 1211900254
3.Novia Kartiana Sari 1211900264
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
49. Menurut seorang murid Plato bernama Aristoteles berpendapat
bahwa kebenaran itu bersifat subjektif sifatnya, artinya kebenaran
bagi seseorang
Menurut Bradley Kebenaran itu adalah kenyataan
50. PENGETAHUAN
Menurut Pakar filsafat menganggap bahwa pengetahuan terdiri dari :
PENGETAHUAN
BUDI
PENGETAHUAN
AKAL
PENGETAHUAN
Indrawi
PENGETAHUAN
Kepercayaan
(Otoritatif)
PENGETAHUAN
Intuitif
51. KRITERIA YANG DI
LEMBAGAKAN AKAN
PENULIS
Beberapa kriteria antara lain :
1. Teori Kebenaran Korespondensi
2. Teori Kebenaran Koherensi
3. Teori Kebenaran Pragmatis
4. Teori Kebenaran Sintaksis
5. Teori Kebenaran Semantis
6. Teori Kebenaran Non Diskripsi
7. Teori kebenaran Logika yang Berlebihan
8. Teori Kebenaran Performatif
9. Teori Kebenaran Paradigmatik
10.Teori Kebenaran Proposisi
52. Menurut Benjamin S. Blom pembelajaran kognitif diurut sebagai
berikut :
1. Pengetahuan atau pengenalan seperti mengingat informasi ,
fakta terminologi, rumus.
2 Pemahaman seperti menjelaskan pengetahuan /informasi yang
diketahui dengan kata-kata sendiri
3 Penerapan seperti penggunaan dan penerapan informasi ke dalam
situasi konteks yang baru
4 Analisis seperti memisahkan membedakan komponen-komponen
atau elemen- elemen, suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi dan
kesimpulan
5 Sintesis seperti mengkombinasikan bagian atau elemen ke dalam
suatu kesatuan atau struktur yang lebih besar
PEMBELAJARAN
KOGNITIF
53. subtitle
Puncak kebenaran itu sebenarnya adalah Allah Yang Maha
Besar (Al Haq), itulah sebabnya para pedzikir senantiasa
mengucapakan “ alhamdullillah”
(Segala Puji Bagi Allah) pada setiap penyesalan penemuan
ilmiahnya, ataupun ketika selesai melaksanakan shalat
fardhu sebanyak tiga puluh tiga kali.
YANG MAHABENAR
54. Suatu pernyataan tidak sama dengan
mengetahui apakah pernyataan itu benar atau
tidak. Sudah jelas bahwa tidak ada perangkat
tanda yang dapat dikatakan benar, kecuali
secara luwes, Kadang-kadang pernyataan
diartikan dengan proposisi, maka perkataan
benar dapat diterapkan kepada keduanya
PROPOSISI SUATU
PERNYATAAN YANG BENAR
55. UKURAN KEBENARAN
Ukuran kebenaran sesungguhnya tergantung p
ada apakah sebenarnya yang diberikan oleh metode-m
etode untuk memperoleh pengetahuan. Jika apa yang
dapat kita ketahui ialah ide-ide kita , maka pengetahua
n hanya terdiri dari ide-ide yang dihubungkan secara t
epat dan kebenaran merupakan keadaan saling berhub
ungan (coherence) .
56. KORENSPONDENSI ADALAH HUKUM
YANG SALING BERHUBUNGAN
Bradley mengemukakan dua ciri pokok, adanya keharusan
bahwa semua fakta terangkum. Ide-ide tidak mungkin saling
berhubungan jika ide-ide itu hanya merupakan bagian –bagian dari
kebenaran seluruhnya. Kedua ide tersebut harus teratur secara laras dan
tidak mengandung kontradiksi. Dengan memakai sistem ilmu ukun,
pengertian tentang ketertiban yang laras dapat digambarkan secara lebih
baik.
57. • Menurut K. Rogers, seorang penganut realisme kritis di
Amerika, menunjukkan perbedaan antara 2 segi dari
makna.
• Pertama, ada segi kejiwaan yang di dalamnya makna
termasuk dalam lingkungan pengalaman kejiwaan dan
merupakan makna yang kita berikan. Kedua, ada segi
makna yang termasuk dalam lingkungan objek yaiyu
hakekat objek, Hal ini telah kita kenal sebagai esensi.
Seiap esensi mempunyai dua segi, yang satu terdapat di
dalam objeknya dan yang lain sebagai makna. Segi esensi
yang berupa makna bersifat kejiwaan.
58. Suatu simbol harus berlaku sebagai sema
cam perantara antara apa yang ditunjukkan dal
am keadaan sesungguhnya dengan esensi atau
makna yang terdapat di dalam pikikiran seseora
ng pendengar atau pembaca. Suatu bentuk dika
takan benar, jika seseorang yang mengetahui m
akna kata tersebut berada dalam situasi yang de
mikian rupa sehingga menyebabkan dia mengu
capkan kata-kata yang sama dalam keadaan-kea
daan itu.
MENGGUNAKANPERANTARASIMBOL
59. PAHAM EMPIRIS
Definisi tentang kebenaran paham-paham empiris mendasarkan diri pada
berbagai segi pengalaman, dan biasanya menunjuk kepada pengalaman indrawi
dari orang seorang. Penganut empirisme radikal, atau penganut positivisme logis
mengatakan bahwa suatu proposisi dapat dilacak sampai kepada proposisi-
proposisi mengenai pengalaman-pengalaman inderawi yang sungguh-sungguh
terjadi. Paham semacam ini juga disebut paham reduksionisme.
60. TEORI PRAGMATISME
Ajaran pragmatisme berbeda-beda coraknya, sesuai dengan
konsekuensi yang mereka tekankan. Kebeneran pragmatisme adalah
kebenaran hanya dalam salah satu konsekuensi saja. Kelemahan kebenaran
ini adalah apabila kemungkinannya luas, oleh karena itu harus di pilih
kemungkinannya hanya dua dan saling bertolak belakang. Namun semua
penganut pragmatisme meletakkan ukuran kebenaran dalam salah satu
macam konsekuensi.
61. Menurut Dewey untuk mengetahui
bahwa proposisi itu benar kita baru
mengetahui setelah mengadakan verifikasi.
Namun demikian Dewey menunjukkan suatu
hal yang penting. Proposisi memang
mengadakan ramalan dan hasilnya dapat
mengatakan kepada kita banyak hal mengenai
benar-sesatnya. Apabila ilmu itu bebas nilai
disebut sebagai sekular, maka akan terjadi
ketiranian karena nilai adalah gagasan
berharga yang indah dan baik.
MEMVERIFIKASI PERNYATAAN
YANG BENAR
62. 1. Menampar murid yang tidak menjawab dengan benar
2. Menceraikan istri yang tidak dapat memberikan anak
3. Sistem komando yang militeristik
4. Sistem jihad yang tidak kasih sayang
5. Memaksakan konsensus nasional
6. Memaksakan mufakat pada masyarakat yang heterogen
7. Memaksakan hukum tanpa hak azasi manusia’
8. Memaksakan pembangunan ekonomi
9. Peraturan yang ketat tanpa toleransi
10. Sosialisasi komunisme
DLL
KUMPULAN KEBENARAN AKAL YANG
TIDAK BERETIKA MORAL
63. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 6 :
PENALARAN
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 9
MHS SMT 4 KELAS A
1. Rinda Fitrotul N 1211900245
2.Dwi Ari Riski Ilfat 1211900254
3.Novia Kartiana Sari 1211900264
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
64. FILSAFAT ILMU A
FILSAFAT ILMU A
FILSAFAT ILMU A
FILSAFAT ILMU A
Nama Kelompok 9 :
1. Rinda Fitrotul N. (1211900245)
2. Dwi Ari Riski I. (1211900254)
3. Novia Kartiana Sari (1211900264)
BAB 6 PENALARAN
65. Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha
untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain agar,
mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh penulis atau pembicara.
Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental
dalam ilmu pengetahuan. Argumentasi itu tidak lain
daripada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau
menentukkan kemungkinan-kemungkinan untu
menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal.
Pendahuluan
Pendahuluan
66. DASAR SEBUAH TULISAN YANG
BERSIFAT ARGUMENTASI
DASAR SEBUAH TULISAN YANG
BERSIFAT ARGUMENTASI
Dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentasi adalah
berpikir kritis dan logis. Untuk itu harus bertolak dari fakta-
fakta atau evidensi-evidensi yang ada. Fakta-fakta dan
evidensi dapat dijalin dalam metode-metode sebagaimana
dipergunakan juga oleh eksposisi. Tetapi di dalam
argumentasi terdapat motivasi yang lebih kuat. Eksposisi
hanya memerlukan kejelasan,sebab itu fakta-fakta dipakai
seperlunya.
67. MASALAH PENALARAN
MASALAH PENALARAN
1 2 3
Masalah penalaran
yaitu bagaimana dapat
merumuskan pendapat
yang benar sebagai
hasil dari suatu proses
berpikir untuk
merangkaikan fakta-
fakta menuju suatu
kesimpulan yang dapat
diterima oleh akal
sehat.
Masalah penalaran
yaitu bagaimana
dapat merumuskan
pendapat yang benar
sebagai hasil dari
suatu proses berpikir
untuk merangkaikan
fakta-fakta menuju
suatu kesimpulan
yang dapat diterima
oleh akal sehat.
Bagaimana
mengadakan
penilaian atau
penolakan atas
pendapat orang-
orang lain atau
pendapat sendiri
yang pernah
dicetuskan.
68. PROPORSI
PROPORSI
Penalaran ( reasoning,jalanpikiran) adalahsuatuprosesberpikir yangberusaha
menghubungkan fakta-faktaatau evidensi-evidensiyangdiketahuimenuju kepadasuatu
kesimpulan.
Penalaran bukansajadapatdi lakukan dengan mempergunakan fakta-faktayangmasih
berbentuk polos,tetapi dapatjugadilakukandenganmempergunakanfakta-faktayangtelah
dirumuskan dalamkalimat-kalimatyangberbentukpendapatatau kesimpulan. Kalimat
semacamini dalamhubunganprosesberpikir disebutproporsi.
Proporsiselalu berbentuk kalimat,tetapitidaksemuakalimat adalah proporsi.Hanyakalimat
deklaratif yangdapatmengandung proporsi,karenahanyakalimat semacamitulah yang
dapat dibuktikan atau disangkalkebenarannya.
69. INFERENSI DAN IMPLIKASI
INFERENSI DAN IMPLIKASI
• Kata Inferensi berasal dari kata latin inferre yang berati menarik kesimpulan. Kata
implikasi juga berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata implicare yang berarti
melibat atau merangkum.
• Untuk membuktikan kebenaran yang terkandung dalam sebuah kesimpulan, harus
dicari dan diuji fakta-fakta yang dijadikan landasan untuk menyusun kesimpulan .
Semua pernyataan dan kesimpulan sangat penting dalam menyusun argumentasi.
Pernyataan dan kesimpulan itu merupakan ramuan - ramuan yang yang selalu
digunakan dalam menyusun proses berpikir seseorang atau menyusun penalaran.
70. Cara Menguji Data
Cara Menguji Data
Cara Menguji Data
Untukdatadaninformasidapat digunakandalam
penalarandata dan informasi ituharus merupakanfakta.
Dalamkedudukannya yang pasti sebagai fakta, bahan-
bahan itu siap digunakansebagai evidensi, sebabitu perlu
diadakanpengujian-pengujianmelalui
cara– cara tertentu.
71. Cara yang dapat digunakan
untuk melakukan pengujian data
a. Observasi
fakta- faktasebagaievidensisesorangpengarang ataupenulis.Untuk lebihmenyakinkanparapembacamakaperlu
diadakanpeninjauanatau observasiuntukmengecekdataatau informasiitu.
b. Kesaksian
Untukmemperkuatevidensi,dapat mempergunakankesaksianorang lain yang telah mengalamisendiri peristiwa
tersebut.Yang dimaksudkesaksiantidak hanyamencakupdaroiseseorang mengalamiperistiwa,tetapijuga diketahui
melaluibuku-buku,dokumentasidll.
c. Autoritas
Untukmengujifaktadalamusahamenyusunevidensi adalahmemintapendapat darisuatu autoritas,yakni
pendapatdariahliyangtelah menyelidikifakta-faktaitu dengan cermat,memperhatikan semuuakesaksian,menilai
semuafaktakemudian memberikan pendpapat merekasesuai dengan keahlian merekadalambidang itu.
72. Cara Menguji FAKTA
Cara Menguji FAKTA
Cara Menguji FAKTA
Untuk menetapkan data atau informasi yang kita
peroleh merupakan fakta, maka harus diadakan
penilaian, apakah data-data atau informasi
merupakan kenyataan atau hal yang sungguh-
sungguh terjadi. Penilaian pertama hanya diarahkan
mendapat kenyakinan, bahwa semua bahan itu
adalah fakta, penilaian kedua yaitu yang mana dari
semua fakta itu dapat digunakan sehingga benar-
benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
73. FAKTA- FAKTA YANG DI
JADIKAN EVALUASI
DALAM ARGUMENTASI
FAKTA FAKTA YANG DI
JADIKAN EVALUASI
DALAM ARGUMENTASI
Konsistensi, dasar pertama yang dipakai untuk
menetapkan fakta mana yang dipakai sebagai evidensi
adalah kekonsistenan.Sebuah argumentasi akan kuat dan
mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-
evidensinya bersifat konsisten.
Koherensi, dasar kedua yang dipakai untuk mengadakan
penilaian fakta mana yang digunakan sebagai evidensi
adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan
digunakan sebagai evidensi harus pula kohoren dengan
pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan
pandangan atau sikap yang berlaku.
74. CARA MENILAI AUTORITAS
CARA MENILAI AUTORITAS
Faktor yang diperhatikan penulis untuk menilai autoritas
yakni :
a. Kemashuran dan prestise
Meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan
dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar
bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di
bidang lain.
b. Koherensi dengan kemajuan
Apakah pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan
dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau
koheren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam
bidang itu.
75. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 7 :
BERPIKIR SECARA FILSAFAT
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 9
MHS SMT 4 KELAS A
1. Rinda Fitrotul N 1211900245
2.Dwi Ari Riski Ilfat 1211900254
3.Novia Kartiana Sari 1211900264
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
77. Mengapa Harus Berpikir Secara Filsafat
Filsafat adalah berpikir secara mendasar
(radikal), menyeluruh (holistik), dan
spekulatif. Berfikir secara filsafat
membawa kita berpikir secara mendalam,
maksudnya untuk mencari kebenaran
substansial atau kebenaran yang sebenarnya
adan mempertimbangkan semua aspek,serta
menuntun kita untuk mendapatkan pemahaman
yang lengkap.
78. Mengukur Berfikir
Filsafat
Cara untuk mengukur adalah menyelidiki suatu
permasalahan dengan menerapkan argumen-argumen
yang filosofis. Maksud argumen-argumen yang
filosofis adalah argumen-argumen yang memiliki
sifat-sifat deskriptif, kritis atau analitis,
evaluatif atau normatif, spekulatif, rasional,
sistematis,mendalam, mendaasar,dan menyeluruh.
Dengan perkataan lain, berfilsafat berarti
mempertanyakan dasar dan asal usul dari segala-
galanya, mencari orientasi dasar bagi kehidupan
manusia.
79. Ciri-ciri Berpikir Filsafat
• Pertama, Konsepsional. Perenungan filsafat berusaha untuk menyusun suatu bagian
konsepsional. Konsepsi merupakan hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang
hal-hal serta proses-proses satu demi satu.
• Kedua, Koheren. Secara singkat, istilah koheren ialah runtut. Bagan konsepsional yang
merupakan hasil perenungan kefilsafatan haruslah bersifat runtut. Koheren bisa juga dikatakan
berpikir sistematis, artinya berpikir logis.
• Ketiga, Memburu kebenaran. Filsuf adalah pemburu kebenaran, kebenaran yang diburunya
adalah kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan.en yang
konsepsional.
• Keempat, Radikal. Berfilsafat berarti berpikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. berpikir
secara radikal, ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu.
• Kelima, Rasional. Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bahan konsepsional yang
bersifat rasional. rasional ialah bagan yang bagian-bagiannya secara logis berhubungan satu
dengan yang lain.
• Keenam, Menyeluruh. Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional
yang memadai untuk dunia tempat kita hidup maupun diri kita sendiri.
80. Teori Kebenaran
Pertama
Ketiga
Kebenaransebagai Persesuaian(thecorrespondenttheoryof truth).
Ada 5 teori mengenai kebenaran, yaitu :
Kedua Kebenaran sebagai Keteguhan (the coherent theory of
truth).
Teori Pragmatis tentang Kebenaran (the pragmatic theory of
truth)
Keempat Teori Kebenaran Performatif (Performative
theoryof truth).
Teori KebenaranHistoris.
Kelima
81. Sifat-Sifat Kebenaran Ilmiah
Pertama
Ketiga
Struktur kebenaran ilmiah
bersifat rasional-logis
(berdasarkan kesimpulan
yang logis-rasional dari
premis-premis tertentu)
Sifat pragmatis mau
menggabungkan dua sifat
kebenaran di atas.
Pernyataan itu logis dan
empiris, maka harus juga
berguna dalam hidup
manusia dalam memecahkan
permasalahan.
Isi empiris: kebenaran
ilmiah perlu diuji
dengan kenyataan yang
ada (empiris).
Ada 3 sifat dasar kebenaran ilmiah, diantaranya :
Kedua
82. Kepastian Ilmu
Empiris
Semua ilmu empiris, termasuk ilmu-ilmu manusia, mengajar tentang
kepastian dalam dua arti, yaitu:
a. kepastian tentang explanans dari gejala-gejala yang diselidiki,
terutama menyangkut kebenaran pernyataan dari gejala-gejala itu,
b. kepastian mengenai kesimpulan yang dapat ditarik dari suatu
hukum yang berlaku. Namun yang dicapai adalah satu
ketakpercayaan. Bahkan walaupun hipotesis dan hukum sangat
terpercaya, keduanya harus tetap terbuka untuk dibuktikan salah
(keduanya bersifat sementara).
84. Berfikir Deduktif
Penalaran deduktif biasanya mempergunakan silogisme
dalam menyimpulkan. Berfikir deduktif memiliki 3
proposisi, yakni :
i. Pertama, premis mayor (bersifat umum)
ii. Kedua, permis minor (fenomena khusus)
iii. Ketiga, konklusi/konsekuen/kesimpulan (jawaban logis
bagi premis minor)
85. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam
mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Garis besar langkah-langkah sistematis
keilmuan adalah:
1. Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah,
2. Menyusun kerangka pikiran (logical contract),
3. Merumuskan hipotesis (jawaban rasional terhadap masalah),
4. Menguji hipotesis secara empirik,
5. Melakukan pembahasan dan kesimpulan.
86. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 8 :
FILSAFAT MANUSIA
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 9
MHS SMT 4 KELAS A
1. Rinda Fitrotul N 1211900245
2.Dwi Ari Riski Ilfat 1211900254
3.Novia Kartiana Sari 1211900264
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
88. PENGERTIAN FILSAFAT MANUSIA
Filsafat manusia adalah cabang filsafat khusus
yang secara spesifik maempelajari hakekat/esensi
manusia. Filsafat manusia terus berkembang
karena manusia adalah objek yang penuh
dengan misteri. Titik tolak filsafat manusia
adalah pengetahuan dan pengalaman manusia,
serta dunia yang melingkupinya.
89. HAKEKAT
M A N U S I A
Manusia secara individu tidak pernah
menciptakan dirinya, akan tetapi bukan berarti bahwa ia
tidak dapat menentukan jalan hidup setelah kelahirannya
dan eksistensinya dalam kehidupan dunia ini mencapai
kedewasaan dan semua kenyataan, akan memberikan
andil atas jawaban mengenai pertanyaan hakekat,
kedudukan, dan perannya dalam kehidupan yang ia
hadapi.
90. KEDUDUKAN FILSAFAT MANUSIA DALAM
KEHIDUPAN MANUSIA
• Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia
akan arti pengetahuan tentang kenyataan yang diberikan
oleh filfafat.
• Berdasarkan atas dasar hasil kenyataan itu, maka filsafat
memberikan pedoman hidup kepada manusia. Pedoman itu
mengenai sesuatu yang terdapat di sekitar manusia sendiri,
seperti kedudukan dalam hubungannyadengan yang lain.
Kita juga mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia
meliputi akal, rasa, dan kehendak. Dengan akal filsafat
memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna
memperoleh pengetahuan. Dengan rasa dan kehendak, maka
filsafat memberikan pedoman tentang kesusilaan mengenai
baik dan buruk
91. 01
Psikologi membahas objek materi yakni manusia. Ilmu ini
hanya membahas manusia dan segi psikis yang dapat
diperoleh dan melihat perilaku manusia.
Sosiologi juga membahas objek materi yakni manusia.
Namun, ilmu ini membatasi diri untuk mencoba menjawab
perilaku manusia dari ruang lingkup sosialnya.
02
03
Antropologi juga membahas objek materi yakni manusia.
Namun, ilmu ini membatasi pada pola kebudayaan dan
peradaban yang telah diciptakan manusia atau ditinggalkan
manusia
HUBUNGAN FILSAFAT MANUSIA DENGAN
DISIPLIN ILMU LAIN TENTANG MANUSIA
92. ESENSI
MANUSIA
Dan sekian banyak aliran, terdapat dua aliran tertua
dan terbesar, yaitu materialisme dan idealisme.
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Materialisme adalah paham filsafat yang
meyakini bahwa esensi kenyataan,
termasuk esensi manusia bersifat material
atau fisik.
2. Menurut aliran Idealisme, kenyataan sejati
adalah bersifat spiritual (oleh sebab itu,
aliran ini sering disebut juga spiritualisme).
93. Sedangkan aliran-aliran lain, pada prinsipnya merupakan reaksi yang berkembang
kemudian terhadap kedua aliran tersebut (Materialisme dan Idealisme).
ESENSI MANUSIA MENURUT SEJUMLAH
ALIRAN DALAM FILSAFAT
Dualisme Eksistensialisme
Vitalisme Strukturalisme Postmodernisme
94. EKSISTENSI DAN PERANAN MANUSIA
Manusia yang memiliki eksistensi dalam hidupnya sebagai
abdullah (kedudukan ketuhanan), annas (kedudukan antar
manusia), al insan (kedudukan antar alam), al basyar (peran
sebagai manusia biasa) dan khalifah (peran sebagai
pemimpin).
Ada tiga rantai kehidupan manusia, yaitu:
1. Hubungan kepada Tuhan (Manusia sebagai hamba)
2. Hubungan Antar Manusia (Manusia sebagai makhluk
sosial)
3. Hubungan kepada Alam (Manusia sebagai makhluk)
95. BEBERAPA PERANANAN SEBAGAI MANUSIA
Peran manusia sebagai manusia biasa
Keterhubungan dan saling ketergantungan
manusia disebut sebagai makhluk sosial yang tidak dapat
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Peran manusia sebagai khalifah
Sebagai pemimpin di muka bumi, manusia
diajarkan bagaimana cara memimpin yang baik. Dari
Tuhan manusia memiliki kekuatan dan pengetahuan yang
jika diimplementasikan terhadap kata `manusia sebagai
khalifah' akan menjadi sangat ideal.
96. CIRI-CIRI FILSAFAT MANUSIA
Ciri-ciri filsafat manusia secara umum diantaranya :
• Ekstensif : dapat kita saksikan dari luasnya jangkauan atau
menyeluruhnya objek kajian yang di geluti oleh filsafat.
• Intensif (mendasar): filsafat adalah kegiatan intelektual
yang hendak menggali inti hakikat (esensi), akar, atau
struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan.
• Kritis: karena tujuan filsafat manusia pada taraf akhir tidak
lain adalah untuk memahami din sendiri maka hal apa saja
yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan
dengan pemahaman din manusia, tidak luput dari kritik
filsafat.
97. PERBEDAAN FILSAFAT MANUSIA DAN ILMU
TENTANG MANUSIA (PSIKOLOGI &
ANTROPOLOGI)
Ilmu Tentang Manusia
• Bersifat positifistik
menggunakan metodologi ilu
alam, observasional dan
eksperimental yang terbatasa
tampak saecara empiris
• Metode lebih fragmentaris yaitu
menyelidiki hanya bagian
tertentu dari manusia, contohnya
: psikologis manusia sebagai
organisme. Antropologi dan
sosiologi pada gejala budaya dan
pranata sosial.
Filsafat Manusia
• Bersifat metafisis
menggunakan metode ilmu
kemanusiaan, sintetis,
reflektif, intensif, dan kritis
yang merupakan gejala
seperti filsafat manusia.
• Metode sintetis dan reflektif
(ektensif) atau menyeluruh,
intensif (mendalam) dan
kritis, contoh: filsafat
manusia menekankan
kesatuan dua aspek/lebih
dalam satu visi.
98. MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT
MANUSIA
• Secara praktis
Siapa sesungguhnya manusia? Hal ini membutuhkan
pemahaman manusia secara menyeluruh, sehingga memudahkan
mengambil keputusan-keputusan praktis/menjalankan aktivitas
hidup sehari-hari.
• Secara teoritis
Pemahaman manusia secara yang esensial sehingga kits
dapat meninjau secara kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi di
balik teori-teori antropologi dan psikologi dan ilmu-ilmu tentang
manusia.
99. MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT
MANUSIA
• Secara praktis
Siapa sesungguhnya manusia? Hal ini membutuhkan
pemahaman manusia secara menyeluruh, sehingga memudahkan
mengambil keputusan-keputusan praktis/menjalankan aktivitas
hidup sehari-hari.
• Secara teoritis
Pemahaman manusia secara yang esensial sehingga kits
dapat meninjau secara kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi di
balik teori-teori antropologi dan psikologi dan ilmu-ilmu tentang
manusia.
100. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 9 :
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA INDONESIA
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 9
MHS SMT 4 KELAS A
1. Rinda Fitrrotul N 1211900245
2.Dwi Ari Riski Ilfat 1211900254
3.Novia Kartiana Sari 1211900264
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
101. PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
BANGSA INDONESIA
Nama Anggota Kelompok 9 :
1. Rinda Fitrotul N (1211900245)
2. Dwi Ari Riski I (1211900254)
3. Novia Kartiana S (1211900264)
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
102. Dasar Filsafat Pancasila
Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat
sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti
Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan
pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.
103. Dasar yang menjadikan pancasila sebagai filsafat
bangsa Indonesia yaitu :
1. Landasan Ontologis Pancasila, Dasar ontologi Pancasila adalah
manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karenanya
disebut juga sebagai dasar antropologis. Subyek pendukungnya
adalah manusia
2. Landasan Epistemologis Pancasila, Epistemologi adalah cabang
filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas
ilmu pengetahuan
3. Landasan Aksiologis Pancasila, Aksiologi mempunyai arti nilai,
manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori.
104. Arti Pancasila sebagai Filsafat
Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak bagi
seluruh tumpah darah Indonesia. Tidak ada tempat bagi warga negara
Indonesia yang pro dan kontra, karena Pancasila sudah ditetapkan
sebagai filsafat bangsa Indonesia.
105. Fungsi Filsafat Pancasila
Fungsi filsafat secara umum, sebagai berikut :
1. Memberi jawaban atas pernyataan yang bersifat fundamental atau
mendasar dalam kehidupan bernegara.
2. Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran yang
substansi tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara.
3. Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat dan
pemersatu dari berbagai ilmu yang dikembangkan di Indonesia.
Fungsi filsafat akan terlihaat jelas, kalau di negara itu sudah berjalan
keteraturan kehidupan bernegara.
106. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu masing-masing
silanya saling kait mengkait merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Di
dalam Pancasila tercakup filsafat hidup dan cita-cita luhur bangsa Indonesia
tentang hubunagan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesame
manusia, hubungan manusia dengan lingkungannya.
Dapat diperoleh unsur inti yang tetap dari Pancasila, yang tidak mengalami
perubahan dalam dunia yang selalu berubah ini. Sifatnya yang abstrak, umum
dan universal ini mengemukakan Pancasila dalam isi dan artinya sama dan
mutlak bagi seluruh bangsa, diseluruh tumpah darah dan sepanjang waktu
sebagai cita-cita bangsa dalam Negara Republik Indonesia yang
diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.
107. PANDANGAN INTEGRALISTIK DALAM
FILSAFAT PANCASILA
Pancasila yang bulat dan utuh yang bersifat majemuk tunggal itu
menjadi dasar hidup bersama bangsa Indonesia yang bersifat majemuk
tunggal pula. Dalam kenyataannay, bangsa Indonesia itu terdiri dari
berbagai suku bangsa, adat istiadat, kebudayaan dan agama yang
berbeda. Dan diantara perbedaan yang ada sebenarnya juga terdapat
kesamaan. Kesadaran akan perbedaan dan kesamaan inilah yang
menumbuhkan niat, kehendak (karsa dan Wollen) untuk selalu menuju
kepada persatuan dan kesatuan bangsa atau yang lebih dikenal dengan
wawasan “ bhineka tunggal ika “.
108. PANCASILA ADALAH SUATU FILSAFAT
Menurut, Muh. Yamin
Dalam bukunya Naskah Persiapan Undang-undang Dasar 1945, menyebutkan bahwa
ajaran Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu sistem filsafat. Hakikat
filsafatnya ialah satu sinthese fikiran yang lahir dari antithese fikiran. Dari pertentangan
pikiran lahirlah perpaduan pendapat yang harmonis, begitu pula halnya dengan ajaran
Pancasila, satu sinthese negara yang lahir dari pada satu antithese.
Pendapat Soediman Kartohadiprodjo
Dalam bukunya yang berjudul Beberapa Pikiran sekitar Pancasila, beliau
mengemukakan bahwa pancasila itu disajikan sebagai pidato untuk memenuhi
permintaan memberikan dasar fiilsafat negara, maka disajikannya Pancasila sebagai
filsafat. Pancasila masih merupakan filsafat Negara (staats-filosofie). Karena itu dapat
dimengerti, bahwa filsafat Pancasila dibawakan sebagai inti dari hal-hal yang
berkkenaan dengan manusia, disebabkan negara adalah manusia serata organisasi
manusia.
109. Alasan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia
1. Secara praktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan
nilai Pancasila diakui sebagai filsafat hidup atau pandangan hidup yang dipraktekkan.
2. Secara formal-konstitusional, bangsa Indonesia mengakui Pancasila dalah dasar negara
(filsafat negara) RI.
3. Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya Indonesia sederajat dengan bangsa
dan budaya manapun. Karenanya, wajar bangsa Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa
lain (Cina, India, Arab, Eropa) mewarisi sistem filsafat dalam budayanya. Jadi, Pancasila
adalah filsafat yang diwarisi dalam budaya Indonesia.
4. Secara potensial, filsafat Pancasila akan berkembang bersama dinamika budaya;
filsafat Pancasila akan berkembang secara konsepsional, kaya konsepsional dan
kepustakaan secara kuantitas dan kualitas. Filsafat Pancasila merupakan bagian dari
khasanah dan filsafat yang ada dalam kepustakaan dan peradaban modern.
110. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah cinta akankebijakan.
Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan
bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama antara sila
yang satu dengan sila yang lain untuk tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang mempunyai
beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar
111. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 9 :
FILSAFAT ETIKA DAN MORAL
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 9
MHS SMT 4 KELAS A
1. Rinda Fitrrotul N 1211900245
2.Dwi Ari Riski Ilfat 1211900254
3.Novia Kartiana Sari 1211900264
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
112. PENGERTIAN ETIKA
Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu "ethos", yang
berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan
erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu
"mos" dan dalam bentuk jamaknya "mores," yang berarti juga adat kebiasaan atau
cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan
menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
113. HAKIKAT ETIKA
• Menurut K. Bertens (2011), dalam filsafat Yunani etika dipakai untuk menunjukkan filsafat moral
seperti yang acap ditemukan dalam konsep filsuf besar Aristoteles. Etika berarti ilmu tentang apa
yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
• Koetjaraningrat (1980) mengatakan, etika deskriptif tugasnya sebatas menggambarkan atau
memperkenalkan dan sama sekali tidak memberikan penilaian moral. Saat ini objek kajian etika
deskriptif lebih banyak dibicarakan oleh antropologi budaya, sejarah, atau sosiologi. Karena
bersifat empiris, maka etika deskriptif lebih tepat dimasukkan ke dalam bahasan ilmu pengetahuan.
• K. Bertens (2011) menjelaskan lebih jauh, etika normatif bertujuan merumuskan prinsip etis yang
dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam perbuatan nyata. Berbeda
dengan etika deskriptif, etika normatif tidak bersifat netral tetapi memberikan penilaian terhadap
tingkah laku moral berdasar norma-norma tertentu. Etika normatif tidak sekadar mendeskripsikan
atau menggambarkan, melainkan bersifat preskriptif atau memberi petunjuk mengenai baik atau
tidak baik, boleh atau tidak bolehnya suatu perbuatan. Untuk itu di dalamnya dikemukakan
argumen atau diskusi yang mendalam, dan etika normatif merupakan bagian penting dari etika.
114. LANJUTAN…
• Pandangan lain dikemukakan Susanto (2011), yang mengatakan etika merupakan
kajian tentang hakikat moral dan keputusan (kegiatan menilai). Etika juga merupakan
prinsip atau standar perilaku manusia yang kadang-kadang disebut dengan moral.
Kegiatan menilai telah dibangun berdasarkan toleransi atau ketidakpastian. Bahwa
tidak ada kejadian yang dapat dijelaksan secara pasti tanpa toleransi. Terdapat
spesifikasi tentang toleransi yang dapat dicapai. Di alam ilmu yang berkembang
langkah demi selangkah, pertukaran informasi antarmanusia selalu merupakan
permainan tentang toleransi. Ini berlaku dalam ilmu eksakta maupun bahasa, ilmu
sosial, religi, ataupun politik, bahkan juga bagi setiap bentuk pikiran yang akan4
menjadi dogma. Perubahan ilmu dilandasi oleh prinsip toleransi. Hal ini dikarenakan
hasil penelitian dari suatu pengetahuan ilmiah sering tidak sama dengan sifat objektif
penelitian atau hasil penelitian pengetahuan ilmiah yang lain, terutama apabila
pengetahuan itu tergolong dalam kelompok disiplin ilmu yang berbeda.
115. MAKNA ETIKA
Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti :
1. Pertama, etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian
terhadap perbuatan manusia.
2. Kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal,
perbuatan, atau manusia lain.
Objek formal etika meliputi norma kesusilaan manusia, dan mempelajari tingkah
laku manusia baik buruknya. Adapun estetika berkaitan dengan nilai tentang
pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan
fenomena di sekelilingnya.
116. PENGERTIAN MORAL
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk jamaknya mores, yang
artinya tata cara atau adat istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai akhlak,
budi pekerti, atau susila. Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian moral yang dari segi
substantif materielnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda. Widjaja (1985)
menyatakan, bahwa moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak).
Bambang Daroeso (1986), merumuskan pengertian moral secara lebih komprehensif rumusan formalnya
sebagai berikut:
1. Moral sebagai perangkat ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar tertentu yang dipegang
oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan tertentu.
2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup atau agama tertentu.
3. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran, bahwa is terikat oleh
keharusan untuk mencapai yang baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
lingkungannya.
117. KRITERIA PADA NILAI DAN NORMA MORAL
Nilai moral tidak berdiri sendiri, tetapi ketika ia berada pada atau menjadi seseorang, ia
akan bergabung dengan nilai yang ada seperti nilai agama, hukum, dan budaya; yang
paling utama dalam nilai moral yaitu yang terkait dengan tanggung jawab seseorang.
Norma moral menentukan apakah seseorang berlaku baik ataukah buruk dari sudut etis.
118. MASALAH MORAL
Pada dasarnya masalah moral, tidak bisa dilepaskan dari tekad manusia untuk
menemukan dan mempertahankan kebenaran. Moral sangat berkaitan dengan nilai-nilai,
serta cara terhadap suatu hal. Pada awal masa perkembangannya, ilmu sering kali
berbenturan dengan nilai moral yang diyakini oleh masyarakat. Oleh karena itu, sangat
banyak ilmuwan atau ahli filsafat yang dianggap gila atau bahkan dihukum mati oleh
penguasa pada saat itu, seperti Nicholas Copernicus, Socrates, John Huss, dan Galileo
Galilei.
Pada masa selanjutnya, ilmu kembali dikaitkan dengan masalah moral yang berbeda,
yaitu berkaitan dengan penggunaan pengetahuan ilmiah. Maksudnya terdapat beberapa
penggunaan teknologi yang justru merusak kehidupan manusia itu sendiri. Dalam
menghadapi masalah ini, para ilmuwan terbagi menjadi dua pandangan.
119. TIGA KEMAMPUAN BESAR MANUSIA
Erliana (2011) mengatakan ada tiga kemampuan besar manusia. Pertama, kemampuan
kognitif, yakni kemampuan untuk mengetahui dalam arti kata yang lebih dalam berupa
mengerti, memahami, menghayati, dan mengingat apa yang diketahui itu. Landasan kognitif
yaitu rasio atau akal dan kemampuan ini bersifat netral. Kedua, kemampuan afektif, yakni
kemampuan untuk merasakan tentang apa yang diketahuinya, yaitu rasa cinta dan rasa indah.
Rasa cinta dan rasa indah, keduanya merupakan kontinum yang berujung pada sifat poller.
Landasan afeksi yaitu rasa atau kalbu atau disebut juga hati nurani. Ketiga, kemampuan
konatif, yaitu kemampuan untuk mencapai apa yang dirasakan itu. Konasi antara lain
kemauan, keinginan, hasrat, yakni daya dorong untuk mencapai atau menjauhi segala apa
yang didiktekan oleh rasa. Rasalah yang memutuskahn apakah sesuatu itu dicintai atau
dibenci, dinyatakan indah atau dinyatakan buruk, dan menjadi sifat manusia untuk
menginginkan atau mendekati yang dicintainya dan yang dinyatakan indah dan sebaliknya,
membuang atau menjauhi yang dibencinya dan dinyatakan buruk.
120. MORALITAS VERSUS LEGALITAS DALAM ILMU PENGETAHUAN
Pemahaman tentang moralitas yang didistingsikan dengan legalitas ditemukan dalam
filsafat moral Kant. Menurut pendapatnya, moralitas adalah kesesuaian sikap dan
perbuatan dengan norma atau hukum batiniah, yakni apa yang oleh Kant dipandang
sebagai "kewajiban." Ada-pun legalitas adalah kesesuaian sikap dan tindakan dengan
hukum atau norma lahiriah belaka. Kesesuaian ini belum bernilai moral, sebab tidak
didasari dorongan batin. Moralitas akan tercapai jika dalam menaati hukum lahiriah
bukan karena takut pada akibat hukum lahiriah itu, melainkan karena menyadari bahwa
taat pada hukum itu merupakan kewajiban.
Dalam hal ini, seseorang yang mematuhi hukum lahiriah bukan karena takut pada sanksi
melainkan sebagai kewajiban sendiri, karena mengandung nilai kebaikan. Prinsip moral
semacam ini disebutnya sebagai otonomi moral, yang merupakan prinsip tertinggi
moralitas. Jika dihubungkan dengan teori perkembangan penalaran moralnya Kohlberg,
kesesuaian sikap dan tindakan semacam ini sudah memasuki tahapan perkembangan
yang ke-6 atau tahapan tertinggi, yakni orientasi prinsip etika universal.
121. MORALITAS OBJEKTIVISTIK VERSUS RELATIVISTIK
DALAM ILMU PENGETAHUAN
Sains modern didasarkan pada paradigma yang bersifat naturalistik, rasional-empiris, dan
relativistik. Paradigma sains modern ini berimplikasi dan berpengaruh terhadap pemikiran
moralitas, sehingga persoalan moral tidak jarang disikapi oleh pemikiran modern dengan
pendekatan naturalistik, rasional empiris, dan relativistik. Dengan pendekatan naturalistik,
persoalan moral dipandang sebagai persoalan duniawi, terkait dengan kebutuhan hidup kini
dan lain sebagainya.
Dengan pendekatan rasional empiris, persoalan moral disikapi dengan lebih mengedepankan
pertimbangan rasional, untung-rugi, dengan menunjuk berbagai kenyataan empiris, realitas
sosial, dan lain sebagainya. Konsekuensi dari kedua pendekatan tersebut, maka persoalan
moral pun menjadi bersifat relativistik. Baik dan buruk menjadi sangat tergantung pada
berbagai faktor, seperti tergantung pada konteksnya, situasinya, latar belakangnya,
pertimbangan yang digunakan, bahkan tidak mengherankan jika tegantung pada masing-
masing individu. Kelemahan yang paling nyata dari pemikiran moralitas modern yaitu tidak
adanya kepastian moral, tidak jelasnya standar moral, atau dapat juga berupa kaburnya nilai-
nilai moral.
122. SIFAT MORAL DALAM PERSPEKTIF OBJEKTIVISTIK
VERSUS RELATIVISTIK
Menurut perspektif objektivistik, baik dan buruk itu bersifat pasti atau tidak berubah. Suatu
perilaku yang dianggap baik akan tetap baik, bukan kadang baik dan kadang tidak baik. Senada
dengan pandangan objektivistik, yaitu pandangan absolut yang menganggap bahwa baik dan
buruk itu bersifat mutlak, sepenuhnya, dan tanpa syarat.
Prinsip moral yang bersifat objektivistik-universal yang dimaksudkan yaitu prinsip moral
secara objektif dapat diterima oleh siapapun, dimanapun, dan kapanpun juga. Sebagai contoh,
sifat atau sikap kejujuran, kemanusiaan, kemerdekaan, tanggung jawab, keikhlasan, ketulusan,
per- saudaraari, dan keadilan. Adapun prinsip moral yang bersifat relativistic kontekstual
sifatnya "tergantung atau sesuai dengan konteks," misalnya tergantung pada konteks
kebudayaan atau kultur, sehingga bersifat kultural. Demikian seterusnya, sifat relativistik-
kontekstual itu pengertiannya bisa berarti nasional, komunal, tradisional, situasional,
kondisional, multikultural, atau bahkan individual.
123. HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEMANUSIAAN
Sejatinya ilmu pengetahuan yaitu mengarahkan kecerdasan menuju kebahagiaan dunia dan
akhirat tanpa mengharapkan keuntungan materi, melakukan pengkajian tak kenal lelah dan
terperinci tentang alam semesta untuk menemukan kebenaran mutlak yang mendasarinya, dan
mengikuti metode yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu, maka ketiadaan hal-hal ini
memiliki anti bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat memenuhi harapan kita. Meskipun
biasanya dikemukakan sebagai pertikaian antara Kristen dan ilmu pengetahuan, pertikaian
zaman Renaisans terutama antara ilmuwan dan Gereja. Copernicus, Galileo, dan Bacon
(dikemukakan sebagai) anti-agama. Kenyataannya, dapat kita katakan bahwa ketaatan mereka
terhadap agama telah memunculkan cinta dan pemikiran untuk menemukan kebenaran.
124. ETIKA DAN MORAL DALAM ILMU PENGETAHUAN
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum dan etika
khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-
pandangan moral. Etika berkaitan erat dengan pelbagai masalah-masalah nilai karena etika pada pokoknya
membicarakan masalah-masalah predikat nilai "susila" dan "tidak susila" "baik" dan "buruk". Kualitas-
kualitas ini dinamakan kebajikan yang dilawankan dengan kejahatan yang berarti sifat-sifat yang
menunjukkan bahwa orang yang memilikinya dikatakan orang yang tidak susila. Sesungguhnya etika lebih
banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungannya dengan tingkah laku
manusia (Kattsoff, 1986).
Masalah dasar bagi etika khusus adalah bagaimana seseorang harus bertindak dalam bidang atau masalah
tertentu, dan bidang itu perlu ditata agar mampu menunjang pencapai kebaikan hidup manusia sebagai
manusia.Menurut Magnis Suseno (1987), etika khusus dibagi menjadi dua yaitu etika individual dan etika
sosial, yang keduanya berkaitan dengan tingkah laku manusia sebagai warga masyarakat. t. Etika
individual membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri dalam kaitannya dengan dengan kedudukan
manusia sebagai warga masyarakat. Etika sosial membicarakan tentang kewajiban manusia sebagai
anggota masyarakat atau umat manusia
125. SIKAP MANUSIA
Secara intrinsik sifat-sifat yang ada dalam alam semesta juga dimiliki manusia, karena
pada hakikatnya dalam did manusia terdapat pula unsur-unsur yang bersifat alamiah.
Manusia sebagai mahluk alamiah dan bersifat real adalah merupakan bagian dari alam
semesta dan oleh karena itu tunduk pada hukum-hukum alam. Menurut Heidegger seperti
dikutip oleh Bakker (1987), bahwa dunia bersama-sama manusia itu bersifat
"hodologik". Alam semesta dengan segala sifatnya menunjukkan jalan pada manusia
sesuai dengan sifat-sifat hokum alam. Hubungan itu bersifat timbal-balik dan bersifat
interaktif. Oleh karena itu sifat-sifat hukum alam yang ada tidak mungkin dilanggar oleh
manusia itu sendiri. Dalam problema inilah manusia mengembangkan ilmu dan teknologi
untuk mengetahui rahasia-rahasia hukum alam.
126. LANJUTAN...
Di dalam kehidupan manusia terdapat dua sikap. Kedua sikap sikap itu satu dengan lainnya
cukup berbeda bahkan bertentangan. Sikap itu adalah pertama, sikap manusia yang
mengembangkan ilmu dan teknologi untuk menguasai alam dan menundukan alam. Revolusi
ilmu dan teknologi mengantarkan manusia ke arah kejayaannya. Manusia berhasil menguasai
alam, mengolah, dan mengeklporasi kekayaan alam. Akan tetapi, hal itu membawa manusia
ke arah sikap superior. Sikap superior yang berkehendak untuk menguasai alam tanpa
memperhitungkan kemampuan dan kelestariannya. Sikap kedua, adalah sikap manusia yang
yang mendewakan alam. Dalam hal ini manusia hanya menyerah kepada struktur dan norma
yang ada pada alam. Akibatnya manusia tidak mampu membedakan mana objek dan mana
subjek. Akibat lebih jauh lagi manusia tak mampu mengembangkan ilmu dan teknologi yang
membawa ke arah kemajuan manusia.
127. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 10 :
SARANA BERPIKIR ILMIAH DAN FILSAFAT SEBAGAI BERPIKIR ILMIAH
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 9
MHS SMT 4 KELAS A
1. Rinda Fitrrotul N 1211900245
2.Dwi Ari Riski Ilfat 1211900254
3.Novia Kartiana Sari 1211900264
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
128. SARANA BERFIKIR ILMIAH DAN FILSAFAT
SEBAGAI BERFIKIR ILMIAH
Nama Anggota Kelompok 9 :
1.Rinda Fitrotul N (1211900245)
2.Dwi Ari Riski I (1211900254)
3.Novia Kartika S (1211900264)
129. Definisi Sarana Berpikir Ilmiah
Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia
untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk
sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Berfikir secara ilmiah adalah upaya untuk menemukan kenyataan dan ide yang belum
diketahui sebelumnya. Ilmu merupakan proses kegiatan mencari pengetahuan melalui
pengamatan berdasarkan teori dan atau generalisasi. Ilmu berusaha memahami alam
sebagaimana adanya dan selanjutnya hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk
meramalkan dan mengendalikan gejala alam.
130. Bahasa dalam Sarana Berpikir Ilmiah
Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai serangkaian
bunyi dan lambang yang membentuk makna.
Ciri-ciri bahasa di antaranya yaitu:
• Sistematis artinya memiliki pola dan aturan.
• Arbitrer (manasuka) artinya kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis dengan
apa yang disimbolkannya.
• Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi
• Sebagai symbol yang mengaju pada objeknya dan lain sebagainya.
Adapun ciri-ciri bahasa ilmiah yaitu:
• Informatif
• Reproduktif
• Intersubjektif
• Antiseptik
131. Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni,
• Sebagai sarana komunikasi antar manusia.
• Sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang
mempergunakan bahasa tersebut.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah :
• Koordinator kegia tan-kegiatan dalam masyarakat.
• Penetapan pemikiran dan pengungkapan.
• Penyampaian pikiran dan perasaan
• Penyenangan jiwa
• Pengurangan kegonjangan jiwa
132. Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu :
• Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang
tumbuh atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi menjadi dua yaitu: bahasa
isyarat dan bahasa biasa.
• Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan dibedakan menjadi dua bagian
yaitu: bahasa istilah dan bahasa antifisial atau bahasa simbolik.
Perbedaan bahasa alamiah dan bahasa buatan adalah sebagai berikut:
• Bahasa alamiah antara kata dan makna merupakan satu kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan
sehari-hari, karena bahasanya secara spontan, bersifat kebiasaan, intuitif (bisikan hati) dan
pernyataan langsung.
• Bahasa buatan antara istilah dan konsep merupakan satu kesatuan bersifat relatif, atas dasar
pemikiran akal karena bahasanya berdasarkan pemikiran, sekehendak hati, diskursif (logika,
luas arti) dan pernyataan tidak langsung.
133. Kelemahan bahasa dalam menghambat komunikasi ilmiah yaitu :
Bahasa mempunyai multifungsi (ekspresif, konatif, representasional, informatif,
deskriptif, simbolik, emotif, afektif) yang dalam praktiknya sukar untuk
dipisah-pisahkan. Akibatnya, ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif
dan afektifnya ketika mengomunikasikan pengetahuan informatifnya. Kata-kata
mengandung makna atau arti yang tidak seluruhnya jelas dan eksak.Bahasa
sering kali bersifat sirkular (berputar-putar).
134. Matematika dalam Sarana Berfikir Ilmiah
Matematika adalah bahasa yang melambaikan serangkaian makna dari pernyataan
yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial yang
baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka
matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Matematika
adalah bahasa yang berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional
dari bahasa verbal.
Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu
keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi
ataupun pemecahan masalah.
135. Peranan Matematiki sebagai Sarana Berfikir Ilmiah dapat menggunakan
alat-alat yang mempunyai kemampuan sebagai berikut:
• Menggunakan algoritma.
• Melakukan manupulasi secara matematika.
• Mengorganisasikan data.
• Memanfaatkan symbol, table dan grafik.
• Mengenal dan menenukan pola.
• Menarik kesimpulan.
• Membuat kalimat atau model matematika.
• Membuat interpretasi bangun geometri.
• Memahami pengukuran dan satuanya.
• Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika, seperti tabel
matematika, kalkulator, dan komputer.
136. Kelebihan dan Kekurangan Matematika:
Kelebihan matematika adalah tidak
memiliki unsur emotif dan bahasa
matematika sangat universal.
Kelemahan matematika adalah bahwa
matematika tidak mengandung bahasa
emosional (tidak mengandung estetika)
artinya bahwa matematika penuh dengan
simbol yang bersifat artifersial dan
berlaku dimana saja.
137. Statistika dalam Sarana Berfikir Ilmiah
Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu
populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang
bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang
bersangkutan.
138. Logika dalam Sarana Berfikir Ilmiah
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematik, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-
prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan
penalaran yang salah. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-
aturan berpikir.
139. Peranan Statistika dalam tahap-tahap
metode keilmuan
• Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan diambil dari populasi.
• Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen..
• Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih komunikatif.
• Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan
140. Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa,
Logika, Matematika, Dan Statistika
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir
ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola berpikirnya,
maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk
itu, penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika
induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif,
sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Jadi
keempat sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lain.
141. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana
berpikir ilmiah adalah :
1. Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang
didapatkan berdasarkan metode ilmu.
2. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik.
142. Perbedaan berfikir ilmiah dari berfikir non-ilmiah memiliki
perbedaan dalam dua faktor mendasar yaitu:
• Sumber pengetahuan
Berfikir ilmiah menyandarkan sumber pengetahuan pada rasio dan pengalaman
manusia, sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan sumber
pengetahuan pada perasaan manusia.
• Ukuran kebenaran
Berfikir ilmiah mendasarkan ukuran kebenarannya pada logis dan analitisnya suatu
pengetahuan, sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan
kebenaran suatu pengetahuan pada keyakinan semata.
143. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 11 :
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN METODOLOGI PENELITIAN
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 9
MHS SMT 4 KELAS A
1. Rinda Fitrrotul N 1211900245
2.Dwi Ari Riski Ilfat 1211900254
3.Novia Kartiana Sari 1211900264
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
145. Pengertian Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah
sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu
untuk diolah, dianalisa, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara
pemecahannya.
Metodologi penelitian adalah seperangkat penegetahuan tentang langkah-langkag
sistematis dan logis tentang pencarian data, pengolahan data, analisa data,
pengambilan kesimpulan dan cara pemecahan.
146. Hubungan filsafat ilmu
dengan metodologi penelitian
Hubungannya ialah, dimana penelitian memerluka
pengetahuan dari filsafat ilmu pengetahuan dalam
mencari kebenaran yang pasti dengan melakukan
berbagai sureve. Dan juga filsafat ilmu
pengetahuan memerlukan penelitian untuk
mendapatkan atau mebuktikan kebanaran.
Contohnya :Pertama, Ketika kita meninjau ulang dan
mensistesiskan pengetahuan yang ada kita
memerlukan penelitian dan filsafat ilmu
pengetahuan. Kedua, Menyelidiki beberapa
masalah atau situasi yang ada.
147. Kedudukan Filsafat Ilmu Dan Penelitian
Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan secara umum, ini dikarenakan
ilmu itu sendiri merupakan suatu bentuk pengetahuan dengan karakteristik khusus,
namun demikian untuk memahami secara lebih khusus apa yang dimaksud dengan
filsafat ilmu pengetahuan, maka diperlukan pembatasan yang dapat menggambarkan
dan memberi makna khusus tentang istilah tersebut.
Sedangkan penelitian adalah suatu penyelidikan yang sistematis dan metodis atas suatu
masalah untuk menemukan solusi atas masalah tersebut dan menambah hazanah
pengetahuan.
148. Tujuan Filsafat Ilmu
Menurut Amsal Bahtiar tujuan filsafat Ilmu adalah:
1) 1. Mendalami unsur-unsur pokok Ilmu, sehingga
secara menyeluruh kita dapat memahami sumber
hakekat dan tujuan Ilmu
2) 2. Memahami sejarah pertumbuhan , perkembangan
dan kemajuan Ilmu di berbagai bidang, sehingga kita
mendapat gambaran tentang proses Ilmu kontemporer
secara histories
149. Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas
tentang realitas. Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya
menjurus pada suatu kebenaran. Ontologi dinamakan
sebagai teori hakekat, teori hakekat ini sangat luas, segala
yang ada yang mungkin ada, yang boleh juga mencakup
penetahuan pengetahuan dan nilai.
Didalam ontology membahas dua bidang yaitu:
1. Kosmologi membicarakan hakekat asal, hakekat susunan,
hakekat berada, juga hakekat tujuan kosmos.
2. Metafisik atau antropologi secara etimologis berarti dibalik
atau dibelakang fisika artinya ia ingin mengerti atau
mengetahui apa yang ada dibalik dari alam ini atau suatu
yang tidak nampak
Teori
Ontologi
150. Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara
memperoleh pengetahuan atau suatu cabang filsafat yang membahas sumber,
proses, syarat, batas dan validitas dan hakekat pengetahuan. Sistematika dan
logika sangat berperan dalam epistemologi demikian pila metode-metode berfikir
seperti deduktif dan induktif.
Didalam epistemologi membahas :
o 1. Membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha
untuk memperoleh pengetahuan
o 2. Ilmu pengetahuan diperoleh melalui proses metode
o 3. Hakekat keilmuan ditentukan oleh cara berfikir yang dilakukan dengan
sifat terbuka dan menjunjung tinggi kebenaran diatas segala-galanya
o 4. Metode ilmiah, logico hypotico verivicative dan deducto hypotetici
verivicative
Teori Epistemologi
151. Teori Aksiologi
Aksiologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki nilai-nilai (value), tindakan moral
melahirkan nilai etika, ekspresi keindahan yang melahirkan nilai esthetika dan
kehidupan sosiolah yang menjelaskan apa yang di anggap baik dalam tingkah laku
manusia, apa yang di maksud indah dalam seni.
Didalam aksiologi membahas :
• 1. Membahas tentang manfaat yang di peroleh manusia dari pengetahuan yang
didapatkanya.
• 2. Analisa tentang penerapan hasil-hasil temuan Ilmu pengetahuan
152. Kesimpulan
• 1. Filsafat Ilmu merupakan cabang dari Ilmu filsafat yang
termasuk dataran epistemology
• 2. Filsafat Ilmu membahas tentang ontology, epistemologi, dan
aksiologi
• 3. Metodologi ditinjau dari Ilmu filsafat juga termasuk dalam tataran
epistemology
• 4. Filsafat Ilmu dan metodologi penelitian menduduki posisi yang sama
dalam Ilmu filsafat yaitu pada tataran epistemology
• 5. Dan untuk mencapai hasil penelitian yang valid, metodologi harus di
landasi filsafat Ilmu.