SlideShare a Scribd company logo
1 of 162
PENGANTAR ILMU FILSAFAT
KELOMPOK 5
DOSEN PENGAMPU :
DR. SIGIT SARDJONO, M.S.
Disusun oleh:
Via Wahyuningtyas
1222200188
Yogi Nofer Disiam
1222200181
Putri Rima Nirwana
1222200190
PERLUNYA MAHASISWA BELAJAR
FILSAFAT
- Agar Mahasiswa bisa berfikir secara Radikal dan Mendalam
Perlu Belajar Filsafat. Manfaat Mempelajari Filsafat Bisa secara
Umum dan Khusus karena adanya rasa kagum atau adanya
heran dan keterbatasan mendorong seseorang berfilsafat
ALASAN PERLUNYA BELAJAR
Sebagai seorang mahasiswa kita harus mempelajari filsafat ilmu
agar dapat mengembangkan semangat toleransi dalam
perbedaan pandangan, mampu membiasakan diri untuk
bersikap logis-rasional Opini & argumentasi,
mampu berpikir secara cermat dan tidak kenal lelah, serta
mampu membiasakan diri untuk bersikap kritis. Mahasiwa
dituntut untuk tidak hanya pandai dalam teori saja tapi harus
bisa mempraktekannya langsung dalam masyarakat.
Filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory
theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara
hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni
berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar
secara sederhana.
MANFAAT BELAJAR FILSAFAT DALAM
KEHIDUPAN
Dalam perbincangan lebih nyata, filsafat
mempersoalkan dan membicarakan kembali
akar masalah, baik berdasarkan ilmu
pengetahuan maupun pemahaman lain. Jadi,
filsafat menyadarkan manusia terhadap apa
yang sudah biasa diyakini, digauli, digunakan,
dan dilakukannya.
Dalam hal ini, ilmu pengetahuan mengenai
asumsi yang disebut aksioma, yaitu anggapan
dasar yang merupakan tumpuan atau sumber
dari awal kehidupan dan perkembangan ilmu
pengetahuan.Wacana atau perbincangan filsafat
melahirkan asumsi tersebut.Hal tersebut disebut
sebagai keyakinan filsafati (philosophical belief).
● Filsafat adalah ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya
menyelidiki suatu bidang tertentu dari realitas yang tertentu
saja.Filsafat senantiasa mengajukan pertanyaan tentang seluruh
kenyataan yang ada. Keterbatasan filsafat yang demikian itulah
yang amat berguna bagi ilmu pengetahuan.Itu karena
keterbatasan filsafat tidak melulu berguna selaku penghubung
antardisiplin ilmu pengetahuan.Akan tetapi, dengan
keterbatasannya itu, filsafat sanggup memeriksa, mengevaluasi,
mengoreksi, dan lebih menyempurnakan prinsip-prinsip dan
asas-asas yang melandasi berbagai ilmu pengetahuan itu.
Manfaat lain filsafat adalah didasarkan pada pengertian filsafat
sebagai suatu integrasi atau pengintegrasi sehingga dapat
melakukan fungsi integrasi ilmu pengetahuan.
MANFAAT UMUM
1. Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak
seperti apa adanya.
2. Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia kita
3. Filsafat membuat kita lebih kritis
4. Filsafat mengembangkan kemampuan kita dalam menalar secara jelas
5. Membedakan argumen yang baik dan yang buruk
6. Menyampaikan pendapat (lesan dan tertulis) secara jelas
7. Melihat sesuatu melalui kacamata yang lebih luas
8. Melihat dan mempertimbangkan pendapat dan pandangan yang
berbeda
9. Filsafat memberi bekal dan kemampulan pada kita untuk
memperhatikan pandangan kita sendiri dan pandangan orang lain
dengan kritis
MANFAAT KHUSUS
1. Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
2. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan
filsafat lainnya.
3. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
4. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan.
5. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek
kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik dan hukum.
6. Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk
membuat hidup menjadi lebih baik
7. Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara
radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari keberadaan
kita.
8. Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan
memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari.Orang yang hidup
secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat
pemecahannya.
HAL HAL YANG MENDORONG
BERFILSAFAT
Sepanjang sejarah kefilsafatan dikalangan filsuf terdapat 3 (tiga) hal
yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu:
1. Kekaguman atau keheranan atau ketakjuban
2. Keraguan atau kegengsian
3. Kesadaran akan keterbatasan
Pada umumnya seorang filsuf mulai berfilsafat karena adanya rasa
kagum atau adanya heran dalam pikiran filsafat itu sendiri. Aristoteles
mengatakan, pada mulanya manusia takjub memandang benda-
benda aneh disekitarnya, lama-kelamaan ketakjubannya semakin
terarah pada hal-hal yang lebih besar dan luas seperti: perubahan
dan peredaran bulan, matahari, bintang- bintang dan asal mula alam
semesta.
Ada beberapa hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat dari
beberapa hal yang ada diatas seperti kekaguman, keraguan maupun
kesadaran akan keterbatasan. Saya rasa ada satu lagi yang perlu
ditambah yaitu ketidakpuasan. Karena dengan ketidakpuasan
membuat manusia terus-menerus berusaha mencari penjelasan
yang meyakinkan dan pasti akan sesuatu peristiwa yang
dipertanyakan yang lambat laun mulai berpikir secara rasional atau
logis.
Contoh: ketidakpuasan seseorang mencari tahu adakah planet lain
selain bumi yang belum ditempati membuat seseorang itu berfilsafat
dan terus berusaha menyelidiki palnet-planet luar angkasa, adakah
yang seperti bumi tempat yang bisa di huni oleh manusia.
PERENUNGAN TENTANG FILSAFAT
Presentasi oleh kelompok 5
• Perkenalan Kelompok
• Mengapa Berfilsafat
• Mengukur Berfilsafat
• Daya Tarik Filsafat
• Filsafat Dalam Kehidupan Sehari-hari
• Mengembangkan Pemikiran Filsafat
• Lingkup Filsafat
• Ciri-ciri Pemikiran Filsafat
ISI PRESENTASI
MENGAPA BERFILSAFAT
Pada dasarnya filsafat bukanlah hal yang buruk, karena filsafat
itu sebenarnya adalah berpikir secara mendasar (radikal),
menyeluruh (holistik), dan spekulatif. Berpikir adalah proses
yang intens untuk memecahkan masalah, dengan
menghubungkan satu hal dengan yang lain, sehingga
mendapatkan pemecahan. Hal-hal yang akan dihubungkan
tersebut belum tentu ada atau hadir di benak kita.
MENGAPA BERFILSAFAT
Manusia adalah makhluk 'multi dimensional', dengan segala kemampuan
yang dimiliki manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan. Dari
kemampuan itulah manusia dapat ; pertama, mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara maksimal; kedua, memilih dan
membedakan sesuatu itu benar atau salah, sesuatu itu baik atau tidak
baik; ketiga, memilih beragam alternatif pilihan jalan hidup yang benar
atau tidak benar, bermanfaat atau tidak bermanfaat; dan keempat, tents
melakukan inovasi diberbagai bidang kehidupan dengan pola perubahan
yang bersifat progress of change.
MENGAPA BERFILSAFAT
Filsafat merupakan induk dari semua ilmu. Beberapa manfaat berpikir
filsafat, di antaranya mengajarkan cara berpikir kritis, sebagai dasar
dalam mengambil keputusan, menggunakan akal secara proporsional,
membuka wawasan berpikir menuju ke arah penghayatan, dan masih
banyak lagi. Filsafat membawa kita berpikir secara mendalam,
maksudnya untuk mencari kebenaran substansial atau kebenaran yang
sebenarnya dan mempertimbangkan semua aspek, serta menuntun kita
untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap.
MENGUKUR BERPIKIR FILSAFAT
Dalam sifat spekulatif berpikir filsafati, tidaklah mungkin manusia menangguk
pengetahuan secara keseluruhan, bahkan manusiapun tidak yakin pada titik
awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Itu hanya sebuah
spekulasi. Dari serangkaian spekulatif tersebut dapat dipilih buah pikiran
yang paling dapat diandalkan, yang merupakan titik awal dari penjelajahan
pengetahuan. Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi
secara kritis dalam kehidupan intelektual bangsa pada umumnya dan
khususnya dalam kehidupan intelektual di universitas dan lingkungan
akademis. Filsafat dapat berfungsi sebagai interdisipliner sistem, tempat
bertemunya berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa berfilsafat adalah berpikir, namun
tidak semua berpikir adalah berfilsafat. Di sini perlunya penegasan bahwa berpikir
filsafat mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus. Diantaranya dijelaskan
sebagai berikut.
• Konsepsional, Konsepsi merupakan hasil generalisasi dan abstraksi dari
pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu demi satu.
• Koheren, Secara singkat, istilah koheren ialah runtut. Bagan konsepsional
yang merupakan hasil perenungan kefilsafatan haruslah bersifat runtut.
• Memburu Kebenaran, kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki
tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan. Kebenaran
filsafat tidak pernah bersifat mutlak dan final, melainkan terus bergerak dari
suatu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti.
• Radikal, Karena berpikir secara radikal, ia tidak akan pernah berhenti hanya
pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berpikirnya itu akan
senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan realitas seluruh
kenyataan.
• Rasional, Berpikir secara rasional berarti berpikir logis, sistematis, dan kritis
berpikir logis adalah bukan hanya sekedar menggapai pengertian-pengertian
yang dapat diterima oleh akal sehat, melainkan agar sanggup menarik
kesimpulan dan mengambil keputusan yang tepat dan benar dari premis-
premis yang digunakan.
• Menyeluruh, Berpikir universal tidak berpikir khusus, terbatas pada bagian-
bagian tertentu, namun mencakup secara keseluruhan. Berpikir filsafat harus
dapat menyerap secara keseluruhan apa yang ada pada alam semesta.
Dari penjabaran tentang filsafat tersebut di atas, konsep penting yang
perlu dipahami tentang hakikat makna filsafat antara lain:
• Filsafat adalah mendorong manusia untuk berpikir secara kritis
• Berpikir filsafat adalah berpikir dalam bentuk yang sistematis
• Filsafat harus menghasilkan sesuatu yang runtut
• Berpikir filsafat adalah berpikir secara rasional dan logis
• Proses berpikir filsafat harus bersifat mendalam dan komprehensif
DAYA TARIK FILSAFAT
Para filsuf seringkali menulis dalam bahasa khusus menurut spesialisasi
bidangnya dalam mempertahankan atau mengkritik suatu teori. Tidak
jarang, teori-teori yang disoroti merupakan reaksi atas masalah-masalah
yang lain lagi. Namun, tidak peduli sekompleks dan seberat apapun, teori-
teori tersebut pada dasarnya adalah tanggapan terhadap masalah-masalah
biasa seperti seni, moralitas, ilmu pengetahuan, agama, dan akal sehat. Di
pinggiran-pinggiran wilayah keseharian inilah para filsuf menemukan soal-
soal yang tersembunyi; mereka tidak mengadakan masalah.
DAYA TARIK FILSAFAT
Selama hidup—dari masa kanak-kanak sampai meninggal dunia
manusia harus melewati dua tahap pengenalan (kesadaran) yang
penting, yakni tahap keadaan ketidaktahuan (the state of
innocence) dan tahap kehilangan ketidaktahuan (the innocence
lost). Keadaan ketidaktahuan pada masa kanakkanak sebetulnya
penuh dengan keinginantahu (curiosity) yang menempatkan
masa kanak-kanak sebagai tahap yang penuh dengan
pertanyaan.
DAYA TARIK FILSAFAT
Filsafat dapat membantu individu untuk menemukan prinsip-
prinsip yang benar yang sangat bermanfaat dalam mengarahkan
hidup dan perilakunya. Di sini kita berhadapan dengan peran dari
cabang filsafat yang namanya filsafat moral atau etika. Dengan
bantuan pemikiran filsafat moral (etika), individu semakin
mendalami hidupnya, mempertanyakan secara moral seluruh
tindakannya dan menetapkan prinsipprinsip yang baik bagi
hidupnya.
Peran filsafat, baik dalam kehidupan maupun dalam bidang keilmuan.
• Filsafat atau berfilsafat mengajak manusia bersikap arif dan berwawasan luas
terdapat berbagai masalah yang dihadapinya, dan manusia diharapkan
mampu untuk memecahkan masalah-masalah tersebut dengan cara
mengidentifikasinya agar jawaban-jawaban dapat diperoleh dengan mudah.
• Berfilsafat dapat membentuk pengalaman kehidupan seseorang secara lebih
kreatif atas dasar pandangan hidup dan atau ide-ide yang muncul karena
keinginannya.
• Filsafat dapat membentuk sikap kritis seseorang dalam menghadapi
permasalahan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan
lainnya (interaksi dengan masyarakat, komunitas, agama, dan lain-lain)
secara lebih rasional, lebih arif, dan tidak terjebak dalam fanatisme yang
berlebihan.
• Terutama bagi para ilmuwan ataupun para mahasiswa dibutuhkan
kemampuan untuk menganalisis, analisis kritis secara komprehensif dan
sistematis atas berbagai permasalahan ilmiah yang dituangkan di dalam suatu
penelitian, ataupun kajian ilmiah lainnya.
Kebenaran filsafat itu dapat diukur menurut kondisi yang pasti dimiliki oleh ilmu
pengetahuan pada umumnya, yang meliputi:
• Objek (sasaran studi)
• Metode (cara atau jalannya studi)
• Sistem (cara-cara kerja sebagai penunjang jalannya metode)
• Kebenaran ilmiah (objektif dan dapat diukur, baik secara rasional maupun
empiris).
FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI
Pengetahuan sehari-hari dibangun bukan berdasarkan refleksi kritis dan
pengambilan jarak terhadap realitas. Pengetahuan sehari-hari lebih
mendasarkan diri pada kerja akal sehat (common sense). Sifat pengetahuan ini
sangat praktis dan mengarahkan hidup manusia. Filsafat berfungsi sebagai
pandangan hidup (Weltsanschauung) merupakan suatu pandangan hidup yang
dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari,
juga dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi
dalam hidupnya. Demikianlah, pada dasarnya, filsafat atau berfilsafat bukanlah
sesuatu yang asing dan terlepas dari kehidupan sehari-hari, karena segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin serta dapat dipikirkan bisa menjadi objek
filsafat apabila selalu dipertanyakan, dipikirkan secara radikal guna mencapai
kebenaran.
MENGEMBANGKAN PEMIKIRAN
FILSAFAT
Dalam beberapa literatur filsafat telah dijumpai beragam pengertian tentang
filsafat. Keberagaman tersebut disebabkan oleh perbedaan sudut pandang
yang dijadikan sebagai dasar orientasinya.
Dari beragam karya tulis tentang filsafat, kita dapat merangkum sebagai
berikut:
• Pengertian filsafat dari segi arti kata, yaitu Tilsafat berasal dari bahasa
Yunani terdiri dari kata ‘philein’ yang berarti cinta dan sophia’ yang berarti
kebijaksanaan. Atau berasal dan Kata ‘philosophia’ yang berarti cinta akan
kebijaksanaan atau love of wisdom. Jadi, Pengertian arti kata adalah cinta
pada kebijaksanaan’.
PENGEMBANGAN PEMIKIRAN
FILSAFAT
• Pengertian filsafat secara umum, yaitu suatu ilmu pengetahuan yang
melakukan penyelidikan atau kajian tentang hakikat dari segala sesuatu
dengan sungguh-sungguh dan penuh kecintaan untuk memperoleh
kebenaran atau kebijaksanaan.
• Pengertian filsafat secara khusus, yaitu suatu ilmu pengetahuan yang
menyelidiki tentang hakikat sesuatu untuk memperoleh kebenaran menurut
aliran filsafat tertentu. Dalam filsafat terdapat beragam aliran, misalnya:
aliran idealisme, aliran positivisme, aliran materialisme, aliran hedonisme,
aliran stoicisme dan sebagainya.
Awal mula lahimya filsafat, menurut Bartens, ada setidaknya tiga faktor yang
mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya “filsafat” di Yunani.
• Pertama, di Yunani terdapat mitologi yang kaya dan tersebar luas. Mitologi
ini bisa dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat. Bangsa Yunani
telah mengadakan usaha untuk menyusun mitos-mitos yang beredar di
masyarakatnya menjadi suatu bangunan yang sistematis.
• Kedua, peran sastra Yunani dalam bentuk syair-syair Ramlani Lina
Sinaulan yang digunakan Untuk buku pendidikan bagi masyarakat Yunani.
Misalnya, peranan syair Homeros yang digemari masyarakat Yunani untuk
dibaca dalam rangka mengisi waktu luang.
• Ketiga, faktor ilmu pengetahuan yang berkembang pesat di Yunani. Bangsa
Yunani berutang budi kepada bangsa lain, misalnya Mesir untuk ilmu ukur
dan ilmu hitung, serta ilmu astronomi yang dipengaruhi oleh bangsa
Babylonia.”
LINGKUP
FILSAFAT
Filsafat sebagai induk ilmu-ilmu lainnya pengaruhnya masih terasa.
Setelah filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu lainnya, teryata filsafat
tidak mati, melainkan hidup dengan corak tersendiri, yakni sebagai
ilmu yang memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-
ilmu khusus. Jelaslah bahwa filsafat tidak termasuk ruangan ilmu
pengetahuan yang khusus. Filsafat boleh dikatakan suatu ilmu
pengetahuan, tetapi objeknya tidak terbatas.
LINGKUP
FILSAFAT
Sedangkan pembagian cabang-cabang filsafat yang dikemukakan
para ahli atau para filsuf sangat beragam, tergantung sudut pandang
yang diyakininya. Plato, memilahmilah filsafat menjadi tiga, yaitu:
• Dialektika (filsafat tentang ide-ide atau pengertian-pengertian
umum.
• Fisika (filsafat tentang dunia material.
• Etika (filsafat tentang kebaikan atau kesusilaan.
• Logika (tentang bentuk susunan pikiran);
• Filosofis teoritika, yang terbagi menjadi: (a) fisika (tentang dunia
material); (b) matematika; (c) metafisika (tentang hakikat);
• Filosofia praktika (tentang hakikat hidup kesusilaan), yang terbagi
menjadi: (a) etika (tentang kesusilaan dalam hidup perseorangan);
(b) ekonomia (tentang kesusilaan dalam hidup berkeluarga); (c)
politika (tentang kesusilaan dalam hidup bernegara); dan
• Filosofia poeletika (filsafat kesenian).
Aristoteles membedakan filsafat menjadi empat, yaitu
LINGKUP
FILSAFAT
Louis Kattsoff lebih rinci dalam membagi cabang-cabang filsafat, yaitu:
• Logika, yaitu membicarakan tentang hukumhukum penyimpulan secara
benar;
• Metodologi, yaitu membicarakan tentang teknik atau cara melakukan
penelitian ilmiah;
• Metafisika, yaitu membicarakan tentang segala sesuatu yang ada, atau
membahas hakekat;
• Ontologi, yaitu membicarakan tentang hakikat segala sesuatu yang ada,
atau hakikat `objek' dari segala sesuatu;
• Kosmologi, yaitu membicarakan tentang segala sesuatu yang ada yang
serba teratur;
• Epistemologi, yaitu membahas tentang hakikat kebenaran;
• Filsafat biologi, yaitu membicarakan tentang hakikat hidup;
• Filsafat psikologi, yaitu membicarakan tentang hakikat jiwa manusia;
• Filsafat antropologi, yaitu membicarakan tentang hakikat budaya manusia;
• Filsafat sosiologi, yaitu membicarakan tentang hakikat masyarakat dan
negara;
• Etika, yaitu membicarakan tentang hakikat baik dan buruk;
• Estetika, yaitu membicarakan tentang hakikat indah atau keindahan;
• Filsafat agama, yaitu membicarakan tentang hakikat agama atau
kepercayaan.
LINGKUP
FILSAFAT
Dalam perkembangannya, studi filsafat berikutnya muncul cabang-
cabang filsafat, sebagai konsekwensi dari beragam spesifikasi
kehidupan, sehingga selain beragam cabang filsafat yang telah
diuraikan di atas adalah muncul :
• Filsafat politik, yang secara khusus membicarakan tentang hakikat
kekuasaan, wewenang. pemerintahan, demokrasi dan sebagainya.
• Filsafat hukum, yang secara khusus membicarakan tentang: dasar-
dasar hukum, idea hukum, kaidah hukum, tujuan hukum, rahasia-
rahasia hukum, peraturan perundang-undangan.
LINGKUP
FILSAFAT
• Filsafat pendidikan, yang membicarakan tentang hakikat pendidikan
dan pengajaran, fungsi pendidikan, peran orang tua, masyarakat
dan negara dalam pendidikan, hakikat Proses pembelajaran
budaya, dan sebagainya
• Filsafat sejarah, yang secara khusus membicarakan tentang: makna
sejarah, proses historis, kaidah ilmu sejarah, subjektivitas dan
objektivitas sejarah, fungsi sejarah, dan sebagainya.
CIRI-CIRI PEMIKIRAN FILSAFAT
Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan
konsepsional Konsepsi (rencana kerja) merupakan hasil generalisasi dan
abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu demi
satu. Karena itu, filsafat merupakan pemikiran tentang hal-hal serta
proses- proses dalam hubungan yang umum. Di antara proses-proses
yang dibicarakan ini ialah pemikiran itu sendiri. Sebagai konsekuensinya,
seorang filsuf tidak hanya membicarakan dunia yang ada di sekitamya
dan dunia yang ada di dalam dirinya, melainkan juga membicarakan
perbuatan berpikir itu sendiri.
• Filsafat Bersifat Koheren, Perenungan kefilsafatan berusaha untuk
menyusun suatu bagan yang koheren, yang konsepsional. Secara
singkat, yang saya maksudkan dengan istilah koheren’ ialah runtut.
Bagan konsepsional yang merupakan hasil perenungan kefilsafatan
haruslah bersifat runtut.
• Pemikiran Filsafat Yang Rasional, Perenungan kefilsafatan berusaha
menyusun suatu bagan konsepsional yang bersifat rasional. Yang
saya maksudkan dengan 'bagan konsepsional yang bersifat rasional'
ialah bagan yang bagian-bagiannya secara logis berhubungan satu
dengan yang lain.
• Filsafat Bersifat Komprehensif, Suatu sistem filsafat harus bersifat
komprehensif, dalam arti tidak ada sesuatu pun yang berada di luar
jangkauannya Jika tidak demikian, filsafat akan ditolak serta dikatakan berat
sebelah dan tidak memadai.
• Filsafat Memiliki Pemikiran Secara Sistematis, kefilsafatan ialah percobaan
Untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional yang memadai.
Untuk memahami dunia tempat kita hidup, maupun untuk memahami diri kita
sendiri.
• Filsafat Memiliki Pandangan Yang Luas, Secara singkat, perenungan
kefilsafatan berusaha memahami segenap kenyataan dengan jalan
menyusun suatu pandangan dunia (biasanya dipakai perkataan Jerman
Weltanschal,ung) yang memberikan keterangan tentang dunia dan semua
hal yang ada di di dalamnya.
Filsafat membicarakan fakta-fakta dengan dua cara:
• Filsafat mengajukan kritik atas makna yang dikandung fakta-fakta.
• Filsafat menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat umum dari fakta-fakta.
Seorang filsuf tidak pemah menerima suatu fakta secara dangkal. Bahkan
seorang ilmuwan yang baik tidak hanya berbicara mengenai fakta-fakta. Ia juga
mempunyai pandangan dunia dan dalam hubungannya dengan pandangan
dunianya itu ia memandang fakta-fakta yang dimilikinya.
BAB 4
FILSAFAT ILMU,
PENGETAHUAN
DAN ILMU
PENGETAHUAN
Kelompok 5
A. DEFINISI DAN JENIS PENGETAHUAN
Secara etimologi pengetahuan
berasal dari kata dalam bahasa
Inggris yaitu knowledge. Dalam
Encyclopedia of Phisolophy
dijelaskan bahwa definisi
pengetahuan adalah kepercayaan
yang benar (knowledge is justified
true belief).'
secara terminologi akan
dikemukakan beberapa definisi
tentang pengetahuan. Menurut Drs.
Sidi Gazalba, pengetahuan adalah
apa yang diketahui atau hasil
pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu
tersebut adalah hasil dari kenal,
sadar, insaf, mengerti, dan pandai.
Pengetahuan itu adalah semua milik
atau isi pikiran.2 Dengan demikian
pengetahuan merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk
tahu.
Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa pengetahuan dalam arti luas berarti
semua kehadiran internasional objek dalam subjek. Namun dalam arti
sempit dan berbeda dengan imajinasi atau pemikiran belaka,
pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti (kebenaran,
kepastian). Di sini subjek sadar akan hubungan objek dengan
eksistensi. Pada umumnya, adalah tepat kalau mengatakan
pengetahuan hanya merupakan pengalaman "sadar". Karena sangat
sulit melihat bagaimana persisnya suatu pribadi dapat sadar akan
suatu eksisten tanpa kehadiran eksisten itu di dalam dirinya.
Orang pragmatic, terutama John Dewey tidak membedakan
pengetahuan dengan kebenaran (antara knowledge dengan truth). Jadi
pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi.
1. Jenis Pengetahuan
Pada dasarnya Pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu:
Pertama, pengetahuan biasa, yakni
pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan
istilah common sense, dan sering diartikan dengan good
sense, karena seseorang memiliki sesuatu di mana is
menerima secara baik. Semua orang menyebutnya
sesuatu itu merah karena memang itu merah, benda itu
panas karena memang dirasakan panas dan sebagainya.
Dengan common sense, semua orang sampai pada
keyakinan secara umum tentang sesuatu, di mana
mereka akan berpendapat sama semuanya. Common
sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari, seperti air
dapat dipakai untuk menyiram bunga, makanan dapat
memuaskan rasa lapar, musim kemarau akan
mengeringkan sawah tadah hujan, dan sebagainya.
Kedua, pengetahuan ilmu,
yaitu ilmu sebagai terjemahan dari
science. Dalam pengertian yang sempit
science diartikan untuk menunjukkan
ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya
kuantitatif dan objektif.
Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha
untuk mengorganisasikan dan
mensistematisasikan common sense,
suatu pengetahuan yang berasal dari
pengalaman dan pengamatan dalam
kehidupan sehari-hari. Namun,
dilanjutkan dengan suatu pemikiran
secara cermat dan teliti dengan
menggunakan berbagai metode.
Ketiga, pengetahuan filsafat,
yakni pengetahuan yang diperoleh dari
pemikiran yang bersifat kontemplatif dan
spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih
menekankan pada universalitas dan
kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau
ilmu hanya pada satu bidang
pengetahuan yang sempit dan rigid,
filsafat membahas hal yang lebih luas
dan mendalam. Filsafat biasanya
memberikan pengetahuan yang reflektif
dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya
kaku dan cenderung tertutup menjadi
longgar kembali.
Keempat, pengetahuan agama,
yakni pengetahuan yang hanya diperoleh
dari Tuhan lewat para utusan-Nya.
Pengetahuan agama bersifat mutlak dan
wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
Pengetahuan mengandung beberapa hal
yang pokok, yaitu ajaran tentang cara
berhubungan dengan Tuhan, yang sering
juga disebut dengan hubungan vertikal dan
cara berhubungan dengan sesama manusia,
yang sering juga disebut dengan hubungan
horizontal. Pengetahuan agama yang lebih
penting di samping informasi tentang Tuhan,
juga informasi tentang Hari Akhir. Iman
kepada Hari Akhir merupakan ajaran pokok
agama dan sekaligus merupakan ajaran yang
membuat manusia optimis akan masa
depannya. Menurut para pengamat, agama
masih bertahan sampai sekarang karena
adanya doktrin tentang hidup setelah mati
karenanya masih dibutuhkan.
2. Perbedaan Pengetahuan dengan Ilmu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu disamakan artinya dengan pengetahuan,
ilmu adalah pengetahuan.8 Dari asal katanya, kita dapat ketahui bahwa pengetahuan
diambil dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge, sedangkan ilmu diambil dari
kata science dan peralihan dari kata Arab ilm.
Seiring dengan definisi yang telah disebutkan sebelumnya, maka definisi berikut pun
tidak jauh berbeda. Pengetahuan merupakan basil tabu manusia terhadap sesuatu,
atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan
dapat berwujud barang-barang fisik, pemahamannya dilakukan dengan cara persepsi
balk lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia
berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.
pada dasarnya pengetahuan berbeda dengan ilmu. Perbedaan itu terlihat dari sifat
sistematik dan cara memperolehnya. Perbedaan tersebut menyangkut pengetahuan
prailmiah atau pengetahuan biasa, sedangkan pengetahuan ilmiah dengan ilmu tidak
mempunyai perbedaan yang berarti.
Dalam perkembangannya lebih lanjut di Indonesia, pengetahuan disamakan artinya
dengan ilmu. Hal ini dapat dilihat dari pendapat-pendapat berikut: "Kata ilmu berasal
dari bahasa Arab `alima (ia telah mengetahui). Kata jadian ilmu berarti pengetahuan.
Dan memang dalam bahasa Indonesia seharihari ilmu diidentikkan dengan
pengetahuan"." Dengan demikian dapat kita tarik kesimpulan bahwa dalam bahasa,
pengetahuan dengan ilmu bersinonim arti, sedangkan dalam arti material, keduanya
mempunyai perbedaan.
B. HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas
manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang
mengembangkan pengetahuan secara sungguhsungguh. Binatang juga
mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk
kelangsungan hidupnya (survival). Pengetahuan ini mampu dikembangkan
manusia yang disebabkan dua hal utama, yakni pertama manusia
mempunyai bahasa yang mampu mengomunikasikan informasi dan jalan
pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, yang
menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan
cepat dan mantap adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka
berpikir tertentu."
Pada pembahasan ini penulis mencoba menjelaskan tentang hakikat
pengetahuan yang meliputi apa itu pengetahuan dan bagaimana
memperoleh pengetahuan tersebut dan hal ini juga merupakan bagian dari
kajian filsafat pengetahuan atau epistemologi.
1. Hakikat Pengetahuan
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu, yaitu:
a. Realisme
Teori ini mempunyai pandangan realistic
terhadap alam. Pengetahuan menurut realisme
adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari
apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau
hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada
dalam akal adalah kopi dari yang asli yang ada di
luar akal. Hal ini tidak ubahnya seperti gambaran
yang terdapat dalam foto. Dengan demikian,
realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah
benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan.19
Menurut Prof. Dr. Rasjidi, penganut agama perlu sekali mempelajari realisme dengan
alasan:
1. Dengan menjelaskan kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam pikiran. Kesulitan
pikiran tersebut adalah pendapat yang mengatakan bahwa tiap-tiap kejadian dapat
diketahui hanya dari segi subjektif. Menurut Rasjidi, pernyataan itu tidak benar sebab
adanya faktor subjektif bukan berarti menolak faktor objektif. Kalau seseorang melihat
sebatang pohon, tentu pohon itu memang yang dilihat oleh subjektif. Namun, hal ini tidak
berarti meniadakan pohon yang mempunyai wujud tersendiri. Begitu juga ketika orang
berdoa kepada Tuhan, bukan berarti Tuhan itu hanya terdapat dalam pikiran, tetapi Tuhan
mempunyai wujud tersendiri.
2. Dengan jalan memberi pertimbangan-pertimbangan yang positif, menurut
Rasjidi, umumnya orang beranggapan bahwa tiap-tiap benda mempunyai satu sebab.
Contohnya, apa yang menyebabkan Ahmad sakit. Biasanya kita peas ketika kita dijawab
karena kuman. Sebenarnya, sebab sakit itu banyak karena ada orang yang bersarang
kuman dalam tubuhnya, tetapi dia tidak sakit. Dengan demikian, penyakit si Ahmad itu
mungkin disebabkan keadaan badannya, iklim, dan sebagainya. Prinsip semacam ini,
menurut Rasjidi bisa digunakan untuk mempelajari agama karena adanya perasaan yang
subjektif tidak berarti tidak adanya keadaan yang objektif."
b.Idealisme
Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah
mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses
psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena itu, pengetahuan
bagi seorang idealis hanya merupakan gambaran subjektif dan
bukan gambaran objektif tentang realitas. Subjektif dipandang
sebagai suatu yang mengetahui, yaitu dari orang yang membuat
gambaran tersebut. Karena itu, pengetahuan menurut teori ini
tidak menggambarkan hakikat kebenaran. Yang diberikan
pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau
penglihatan orang yang mengetahui (subjek).Idealisme subjektif
juga akan menimbulkan kebenaran yang relatif karena setiap
individu berhak untuk menolak kebenaran yang datang dari luar
dirinya. Akibatnya, kebenaran yang bersifat universal tidak diakui.
Kalau demikian jadinya, aturanaturan agama dan kemasyarakatan
hanya bisa benar untuk kelompok tertentu dan tidak berlaku bagi
kelompok lain. Lagi pula, idealisme terlalu mengutamakan subjek
sebagai si penilai dengan merendahkan objek yang dinilai. Sebab,
subjek yang menilai kadangkala berada pada keadaan yang
berubah-ubah, seperti sedang marah dan gembira.
2. Sumber Pengetahuan
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan.
Persoalannya dari mana pengetahuan itu
diperoleh atau lewat apa pengetahuan didapat.
Dari situ timbul pertanyaan bagaimana caranya
kita memperoleh pengetahuan atau dari mana
sumber pengetahuan kita? Pengetahuan yang ada
pada kita diperoleh dengan menggunakan
berbagai alat yang merupakan sumber
pengetahuan tersebut.
Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang
sumber pengetahuan antara lain:
a. Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran
ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila
dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah
pengalaman inderawi. Dengan inderanya, manusia dapat mengatasi taraf
hubungan yang semata-mata fisik dan masuk ke dalam medan intensional,
walaupun masih sangat sederhana. Indera menghubungkan manusia dengan hal-
hal konkret-material.
Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan
antara indera yang satu dengan yang lainnya, berhubungan dengan sifat khas
fisiologis indera dan dengan objek yang dapat ditangkap sesuai dengannya.
Masing-masing indera menangkap aspek yang berbeda mengenai barang atau
makhluk yang menjadi objeknya. Jadi pengetahuan inderawi berada menurut
perbedaan indera dan terbatas pada sensibilitas organ-organ tertentu.
Namun aliran ini mempunyai banyak kelemahan, antara lain:
1) Indera terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil, apakah
ia benar-benar kecil? Ternyata tidak. Keterbatasan inderalah yang
menggambarkan seperti itu. Dari sini akan terbentuk pengetahuan
yang salah.
2) Indera menipu, pada orang yang sakit malaria gula
rasanya pahit, udara akan terasa dingin. Ini akan menimbulkan
pengetahuan empiris yang salah juga.
3) Objek yang menipu, contohnya fatamorgana dan ilusi.
Jadi objek itu sebenarnya tidak sebagaimana ia ditangkap oleh
indera, ia membohongi indera.
4) Berasal dari indra dan objek sekaligus. Dalam hal ini,
indera (mata) tidak mampu melihat seekor kerbau secara
keseluruhan, dan kerbau itu juga tidak dapat memperlihatkan
badannya secara keseluruhan. Kesimpulannya ialah empirisme
lemah karena keterbatasan indera manusia.
b. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang
benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan
menangkap objek.
Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indera
dapat dikoreksi, seandainya akal digunakan. Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan
indera dalam memperoleh pengetahuan. Pengalaman indera diperlukan untuk merangsang
akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja, tetapi sampainya
manusia kepada kebenaran adalah semata-mata akal. Laporan indera menurut rasionalisme
merupakan bahan yang belum jelas, bahkan ini memungkinkan dipertimbangkan oleh akal
dalam pengalaman berpikir. Akal mengatur bahan tersebut sehingga dapatlah terbentuk
pengetahuan yang benar. Jadi fungsi pancaindera hanyalah untuk memperoleh data-data dari
alam nyata dan akalnya menghubungkan data-data itu satu dengan yang lain.
Dalam penyusunan ini akal menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide universal.
Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat universal. Yang dimaksud
dengan prinsip-prinsip universal adalah abstraksi dari bendabenda konkret, seperti hukum
kausalitas atau gambaran umum tentang kursi. Sebaliknya, bagi empirisme hukum tersebut
tidak diakui.34
c. Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi.
Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan
kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha. Ia
juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang
mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi.
Menurutnya, intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis, yang pada
dasarnya bersifat analisis, menyeluruh, mutlak, dan tanpa dibantu oleh
penggambaran secara simbolis. Karena itu, intuisi adalah sarana untuk mengetahui
secara langsung dan seketika. Analistis atau pengetahuan yang
diperoleh lewat pelukisan tidak dapat menggantikan hasil pengenalan intuisi.43
Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun
pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat diandalkan.44 Pengetahuan intuisi
dapat dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis selanjutnya dalam menentukan
benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Kegiatan intuisi dan analisis bisa
bekerja saling membantu dalam menemukan kebenaran. Bagi Nietzchen intuisi
merupakan "inteligensi yang paling tinggi" dan bagi Maslow intuisi merupakan
"pengalaman puncak" (peak experience).
d. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia
lewat perantaraan pars nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan
tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk
memperolehnya. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan semesta.
Tuhan mensucikan jiwa mereka dan diterangkan-Nya Pula jiwa mereka untuk
memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu.
Pengetahuan dengan jalan ini merupakan kekhususan para nabi. Hal inilah
yang membedakan mereka dengan manusiamanusia lainnya. Akal meyakinkan
bahwa kebenaran pengetahuan mereka berasal dari Tuhan, karena
pengetahuan itu memang ada pada saat manusia biasa tidak mampu
mengusahakannya, karena hal itu memang di luar kemampuan manusia. Bagi
manusia tidak ada jalan lain kecuali menerima dan membenarkan semua yang
berasal dari Nabi.
Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, balk mengenai kehidupan
seseorang yang terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup
masalah transedental, seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia,
dunia, dan segenap isinya serta kehidupan di akhirat nanti.
C. PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan tidak langsung terbentuk begitu saja, tetapi melalui
proses, melalui tahap-tahap atau periode-periode perkembangan.
a) Periode Pertama (Abad 4 sebelum Masehi)
Perintisan “Ilmu pengetahuan” dianggap dimulai pada abad 4 sebelum
Masehi. Abad 4 sebelum Masehi merupakan abad terjadinya
pergeseran dari persepsi mitos ke persepsi logos, dari dongeng-
dongeng ke analisis rasional. Contoh persepsi mitos adalah
pandangan yang beranggapan bahwa kejadian-kejadian misalnya
adanya penyakit atau gempa bumi disebabkan perbuatan dewa-dewa.
Jadi pandangan tersebut tidak bersifat rasional, sebaliknya persepsi
logos adalah pandangan yang bersifat rasional.
Pada periode ini tokoh yang terkenal adalah Aristoteles. Persepsi
Aristoteles tentang dunia adalah sebagai berikut : dunia adalah
ontologis atau ada (eksis). Menurut Aristoteles, dunia merupakan
substansi, dan ada hirarki substansi-substansi. Substansi adalah
sesuatu yang mandiri, dengan demikian dunia itu mandiri. Pandangan
Aristoteles yang dapat dikatakan sebagai awal dari perintisan “ilmu
pengetahuan” adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Perihal Pengenalan,
Menurut Aristoteles terdapat
dua macam pengenalan, yaitu:
(1) pengenalan inderawi,
pengenalan inderawi memberi
pengetahuan tentang hal-hal
yang kongkrit dari suatu benda
(2) pengenalan rasional, dapat
mencapai hakekat sesuatu,
melalui jalan abstraksi.
2. Perihal Metode,
“ilmu pengetahuan” adalah
pengetahuan tentang
prinsip-prinsip atau hukum-
hukum bukan objek-objek
eksternal atau fakta. Menurut
Aristoteles, mengembangkan
“ilmu pengetahuan” berarti
mengemb angkan prinsip-
prinsip, mengembangkan
“ilmu pengetahuan” (teori)
tidak terletak pada akumulasi
data tetapi peningkatan
kualitas teori dan metode.
b) Periode Kedua (abad 17 sesudah Masehi)
Pada periode yang kedua ini terjadi revolusi ilmu pengetahuan karena
adanya perombakan total dalam cara berpikir. Cara berpikir abad 17
mengkonstruksi suatu model yaitu memasukkan unsur makro menjadi
mikro, mengkonstruksi suatu model yang dapat diuji coba secara empiris,
sehingga memerlukan adanya laboratorium. Ini berarti mempergunakan
pendekatan matematis dan pendekatan eksperimental. Selanjutnya apabila
pada jaman Aristoteles ilmu pengetahuan bersifat ontologis, maka sejak
abad 17, ilmu pengetahuan berpijak pada prinsip-prinsip yang kuat yaitu
jelas dan terpilah-pilah (clearly and distinctly) serta disatu pihak berpikir
pada kesadaran, dan pihak lain berpihak pada materi.
Prinsip jelas dan terpilah-pilah dapat dilihat dari pandangan Rene Descartes
(1596-1650) dengan ungkapan yang terkenal, yaitu Cogito Ergo Sum, yang
artinya karena aku berpikir maka aku ada. Menurut Descartes pengetahuan
tentang sesuatu bukan hasil pengamatan melainkan hasil pemeriksaan
rasio (dalam Hadiwijono, 1981). Sedangkan menurut Immanuel Kant ilmu
pengetahuan itu bukan merupakan pangalaman terhadap fakta saja, tetapi
merupakan hasil konstruksi oleh rasio. Menurut Immanuel Kant, baik
rasionalisme maupun empirisme dua-duanya berat sebelah. Oleh karena itu
Kant berpendapat bahwa pengenalan berpusat pada subjek dan bukan pada
objek.
D. Filsafat Dan Filsafat Ilmu Pengetahuan
Sebelum Metode Penelitian dengan pendekatan Kualitatif atau Metode Penelitian Kualitatif,
akan diuraikan terlebih dahulu apa Perbedaan Ilmu Pengetahuan Ilmiah (Science) dengan
Pengetahuan (Knowledge). Kedua metode Penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif
digunakan untuk mengembangkan Ilmu Pengetahuan Ilmiah (Science). Secara singkat
dapat dikatakan Filsafat adalah refleksi kritis yang radikal. Refleksi adalah upaya
memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti.
Kemudian apa perbedaan Ilmu Pengetahuan dengan Filsafat. Apabila ilmu pengetahuan
sifatnya taat fakta, objektif dan ilmiah, maka filsafat sifatnya mempertemukan berbagai
aspek kehidupan di samping membuka dan memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu
pengetahuan objeknya dibatasi, maka filsafat objeknya tidak dibatasi pada satu bidang
kajian saja dan objeknya dibahas secara filosofis atau reflektif rasional. Apabila ilmu
pengetahuan tujuannya memperoleh data secara rinci untuk menemukan pola-polanya,
maka filsafat tujuannya mencari hakiki, untuk itu perlu pembahasan yang mendalam.
Persamaan antara Filsafat dan Agama adalah semuanya mencari kebenaran. Sedang
perbedaannya Filsafat bersifat rasional yaitu sejauh kemampuan akal budi, sehingga
kebenaran yang dicapai bersifat relatif. Agama berdasarkan iman atau kepercayaan
terhadap kebenaran agama, karena merupakan wahyu dari Tuhan YME, dengan demikian
kebenaran agama bersifat mutlak.
Kajian filsafat meliputi ruang lingkup yang disusun berdasarkan pertanyaan filsuf terkenal
Immanuel Kant sebagai berikut :
1. Apa Dapat Saya Ketahui, Pertanyaan ini mempunyai
makna tentang batas mana yang dapat dan mana yang tidak dapat
diketahui. Jawaban terhadap pertanyaan ini adalah suatu fenomena.
Fenomena selalu dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal ini menjadi
dasar bagi Epistomologi
2. Apa Yang Harus Saya Lakukan, Pertanyaan ini
mempersoalkan nilai (values), dan disebut Axiologi, yaitu nilai-nilai
apa yang digunakan sebagai dasar dari perilaku. Kajian Axiologi
meliputi Etika atau nilai-nilai keutamaan atau kebaikan dan Estetika
atau nilai-nilai keindahan.
3. Apa Yang Dapat Saya Harapkan, Pengetahuan manusia
ada batasnya. Apabila manusia sudah sampai batas
pengetahuannya, manusia hanya bisa mengharapkan. Hal ini
berkaitan dengan being, yaitu hal yang ”ada”, misalnya
permasalahan tentang apakah jiwa manusia itu abadi atau tidak,
apakah Tuhan itu ada atau tidak.
Hakekat ilmu pengetahuan dapat ditelusuri dari 4 (empat) hal, yaitu:
1. Sumber Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan diperoleh dari pengalaman (emperi) dan dari akal (ratio).
Sehingga timbul faham atau aliran yang disebut empirisme dan rasionalisme. Aliran
empirisme yaitu faham yang menyusun teorinya berdasarkan pada empiri atau
pengalaman. Metode yang digunakan aliran emperisme adalah induksi, sedang
rasionalisme menggunakan metode deduksi.
2. Batas-Batas Ilmu Pengetahuan
Menurut Immanuel Kant apa yang dapat kita tangkap dengan panca indera itu hanya
terbatas pada gejala atau fenomena, sedang substansi yang ada di dalamnya tidak
dapat kita tangkap dengan panca indera disebut nomenon. Yang dapat kita ketahui
atau dengan kata lain dapat kita tangkap dengan panca indera adalah hal-hal yang
berada di dalam ruang dan waktu. Yang berada di luar ruang dan waktu adalah di
luar jangkauan panca indera kita, itu terdiri dari 3 (tiga) ide regulatif :
a. Ide kosmologis yaitu tentang semesta alam
(kosmos), yang tidak dapat kita jangkau dengan panca
indera.
b. Ide psikologis yaitu tentang psiche atau jiwa
manusia, yang tidak dapat kita tangkap dengan panca
indera, yang dapat kita tangkap dengan panca indera
kita adalah manifestasinya misalnya perilakunya,
emosinya, kemampuan berpikirnya, dan lain-lain.
c. Ide teologis yaitu tentang Tuhan Sang
Pencipta Semesta Alam.
3. Strukturnya
Yang ingin mengetahui adalah subjek yang memiliki kesadaran. Yang ingin kita ketahui adalah
objek, diantara kedua hal tersebut seakan-akan terdapat garis demarkasi yang tajam. Namun
demikian sebenarnya dapat dijembatani dengan mengadakan dialektika. Jadi sebenarnya garis
demarkasi tidak tajam, karena apabila dikatakan subjek menghadapi objek itu salah, karena
objek itu adalah subjek juga, sehingga dapat terjadi dialektika.
4. Keabsahan
Keabsahan ilmu pengetahuan membahas tentang kriteria bahwa ilmu pengetahuan itu sah
berarti membahas kebenaran. Tetapi kebenaran itu nilai (axiologi), dan kebenaran itu adalah
suatu relasi. Kebenaran adalah kesamaan antara gagasan dan kenyataan. Misalnya ada
korespondensi yaitu persesuaian antara gagasan yang terlihat dari pernyataan yang
diungkapkan dengan realita.
a. Teori Korespondensi, terdapat persamaan atau persesuaian antara gagasan dengan
kenyataan atau realita.
b. Teori Koherensi, terdapat keterpaduan antara gagasan yang satu dengan yang lain.
Tidak boleh terdapat kontradiksi antara rumus yang satu dengan yang lain.
c. Teori Pragmatis, yang dianggap benar adalah yang berguna. Pragmatisme adalah
tradisi dalam pemikiran filsafat yang berhadapan dengan idealisme, dan realisme.
E. CIRI-CIRI ILMU PENGETAHUAN ILMIAH.
Filsafat ilmu pengetahuan merupakan cabang
filsafat yang menelaah baik ciri-ciri ilmu pengetahuan ilmiah
maupun cara-cara memperoleh ilmu pengetahuan ilmiah. Ciri-
ciri ilmu pengetahuan Filsafat ilmu pengetahuan adalah
sebagai berikut:
1. Ilmu pengetahuan ilmiah harus sistematis
Ilmu pengetahuan ilmiah bersifat sistematis artinya ilmu
pengetahuan ilmiah dalam upaya menjelaskan setiap gejala
selalu berlandaskan suatu teori.
Ciri-ciri yang sistematis dari ilmu pengetahuan ilmiah tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
a) Presepsi sehari-hari(bahasa sehari-hari)
Dari persepsi sehari-hari terhadap fenomena atau fakta yang
biasanya disampaikan dalam bahasa sehari-hari diobservasi agar
dihasilkan makna.
b) Observasi (konsep nilai ilmiah)
Untuk memperoleh konsep ilmiah atau menyusun konsep ilmiah perlu ada
definisi
Dalam menyusun definisi perlu diperhatikan bahwa bahwa dalam definisi
tidak boleh terdapat kata yang didefinisikan.
1) Definisi speculatif
Definisi ini disusun berkaitan dengan tujuan tertentu. Dengan demikian tidak
dapat dinyatakan apakah definisi tersebut benar atau salah. Benar atau salah
tidak menjadi masalah, tetapi yang penting adalah konsisten .
2) Definisi operasional
Definisi ini memiliki kekurangan karena seringkali apa yang didefinisikan
terdapat atau disebut dalam definisi, sehingga terjadi pengulangan.
3) Definisi teoritis
Definisi ini menjelaskan sesuatu fakta atau fenomena atau istilah berdasarkan
teori tertentu. Contoh: Untuk mendefinisikan Superego, lalu menggunakan
teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud.
4) Definisi persuasif
Definisi yang mengandung pada anjuran. Dalam definisi ini terkandung
anjuran agar orang melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Contoh:
Membunuh adalah tindakan menghabisi nyawa secara tidak terpuji.
2. Ilmu pengetahuan ilmiah dapat dipertanggung jawabkan.
Ilmu pengetahuan ilmiah dapat dipertanggung jawabkan melalui 3
macam yaitu:
a) Sistem axiomatis
Sistem ini berusaha membuktikan kebenaran suatu fenomena atau
gejala sehari-hari mulai dari kaidah atau rumus umum menuju rumus
khusus atau konkret. Cara ini disebut deduktif-nomologis.
b) Sistem empiris
Sistem bwrsifat induktif dan untuk menghasilkan rumus umum
digunakan alat bantu statistik.
c) Sistem semantik /linguistik
Umumnya yang menggunakan metode ini adalah ilmu bahasa
3. Ilmu pengetahuan ilmiah Harus obejektif atau
intersujebtif
Ilmu pengetahuan ilmiah itu bersifat mandiri atau milik
orang banyak dan ilmu pengetahuan ilmiah itu bersifat
otonom dan mandiri dan bukan milik perorangan.
F. CARA KERJA ILMU PENGETAHUAN ILMIAH
Cara kerja pengetahuan ilmiah untuk
mendapatkan kebenaran yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Langkah pertama
Untuk pemecahan masalah diperlukan kajian pustaka
guna mendapatkan teori-teori yang dapat digunakan untuk
pemecahan masalah.
b. Langkah kedua
Menyusun hipotesis diperlukan metode deduksi logis.
c. Langkah ketiga
Untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis perlu adanya
observasi. Sebelum melakukan observasi perlu melakukan
interpretasi teori yang digunakan sebagai landasan
penyusunan hipotesis dalam penelitian adalah
penyusunan kisi-kisi/dimensi-dimensi, kemudian
penyusunan instrumen pengumpulan data, penetapan
sampel dan penyusunan skala.
d. Langkah keempat
Setelah observasi, selanjutnya melakukan
pengukuran , penetapan sampel, estimasi kriteria .
e. Langkah kelima
Generalisasi emperis tersebut pada hakekatnya
merupakan hasil pembuktian hipotesis. Apabila
hipotesis benar akan memperkuat teori (verifikasi).
Apabila hipotesis tidak terbukti akan memperlemah
teori (falsifikasi).
f. Langkag keenam
Pembentukan atau penyusunan proposisi ini
dipergunakan untuk memperkuat atau memantapkan
teori, atau menyusun teori baru apabila
hipotesis tidak terbukti.
B. BEDA ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan (science) mempunyai pengertian yang berbeda dengan
pengetahuan (knowledge atau dapat juga disebut common sense). Orang
awam tidak memahami atau tidak menyadari bahwa ilmu pengetahuan itu
berbeda dengan pengetahuan. Bahkan mugkin mereka menyamakan dua
pengertian tersebut. Tentang perbedaan antara ilmu pengetahuan dan
pengetahuan akan dicoba dibahas disini.
Mempelajari apa itu ilmu pengetahuan itu berarti mempelajari atau
membahas esensi atau hakekat ilmu pengetahuan. Demikian pula membahas
pengetahuan itu juga berarti membahas hakekat pengetahuan. Untuk itu kita
perlu memahami serba sedikit Filsafat Ilmu Pengetahuan. Dengan
mempelajari Filsafat Ilmu Pengetahuan di samping akan diketahui hakekat
ilmu pengetahuan dan hakekat pengetahuan, kita tidak akan terbenam dalam
suatu ilmu yang spesifik sehingga makin menyempit dan eksklusif. Dengan
mempelajari filsafat ilmu pengetahuan akan membuka perspektif (wawasan)
yang luas, sehingga kita dapat menghargai ilmu-ilmu lain, dapat
berkomunikasi dengan ilmu-ilmu lain.
Dengan demikian kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan secara
interdisipliner.
Perbedaan Ilmu Pengetahuan dengan Pengetahuan
Terdapat beberapa definisi ilmu pengetahuan, di antaranya adalah:
a) Ilmu pengetahuan adalah penguasaan lingkungan hidup manusia.
Definisi ini tidak diterima karena mencampuradukkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
b) Ilmu pengetahuan adalah kajian tentang dunia material.
Definisi ini tidak dapat diterima karena ilmu pengetahuan tidak terbatas pada hal-
hal yang bersifat materi.
c) Ilmu pengetahuan adalah definisi eksperimental.
Definisi ini tidak dapat diterima karena ilmu pengetahuan tidak hanya hasil/metode
eksperimental semata, tetapi juga hasil pengamatan, wawancara. Atau dapat
dikatakan definisi ini tidak memberikan tali pengikat yang kuat untuk menyatukan
hasil eksperimen dan hasil pengamatan (Ziman J. dalam Qadir C.A., 1995).
d) Ilmu pengetahuan dapat sampai pada kebenaran melalui kesimpulan
logis dari pengamatan empiris.
Definisi ini mempergunakan metode induksi yaitu membangun prinsip-prinsip
umum berdasarkan berbagai hasil pengamatan. Definisi ini memberikan tempat
adanya hipotesa, sebagai ramalan akan hasil pengamatan yang akan datang.
Definisi ini juga mengakui pentingnya pemikiran spekulatif atau metafisik selama
ada kesesuaian dengan hasil pengamatan. Namun demikian, definisi ini tidak
bersifat hitam atau putih. Definisi ini tidak memberi tempat pada pengujian
pengamatan dengan penelitian lebih lanjut.
Kebenaran yang disimpulkan dari hasil pengamatan empiris hanya berdasarkan
kesimpulan logis berarti hanya berdasarkan kesimpulan akal sehat. Apabila
kesimpulan tersebut hanya merupakan akal sehat, walaupun itu berdasarkan
pengamatan empiris, tetap belum dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan tetapi
masih pada taraf pengetahuan. Ilmu pengetahuan bukanlah hasil dari kesimpulan
logis dari hasil pengamatan, namun haruslah merupakan kerangka konseptual atau
teori yang memberi tempat bagi pengkajian dan pengujian secara kritis oleh ahli-
ahli lain dalam bidang yang sama, dengan demikian diterima secara universal. Ini
berarti terdapat adanya kesepakatan di antara para ahli terhadap kerangka
konseptual yang telah dikaji dan diuji secara kritis atau telah dilakukan penelitian
atau percobaan terhadap kerangka konseptual tersebut.
Kebenaran yang disimpulkan dari hasil pengamatan empiris hanya berdasarkan
kesimpulan logis berarti hanya berdasarkan kesimpulan akal sehat. Apabila kesimpulan
tersebut hanya merupakan akal sehat, walaupun itu berdasarkan pengamatan empiris,
tetap belum dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan tetapi masih pada taraf
pengetahuan. Ilmu pengetahuan bukanlah kumpulan pengetahuan semesta alam atau
kegiatan yang dapat dijadikan dasar bagi kegiatan yang lain, tetapi merupakan teori,
prinsip, atau dalil yang berguna bagi pengembangan teori, prinsip, atau dalil lebih lanjut,
atau dengan kata lain untuk menemukan teori, prinsip, atau dalil baru.
Ilmu pengetahuan adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual yang
saling berkaitan dan telah berkembang sebagai hasil percobaan dan pengamatan yang
bermanfaat untuk percobaan lebih lanjut . Pengertian percobaan di sini adalah pengkajian
atau pengujian terhadap kerangka konseptual, ini dapat dilakukan dengan penelitian atau
dengan percobaan .
Para ahli fisika dan kimia yang menekankan penerapannya pada hakikatnya bukan
merupakan ilmu pengetahuan, tetapi merupakan akal sehat.
Sedangkan Ernest Nagel secara rinci membedakan pengetahuan (common sense)
dengan ilmu pengetahuan (science).
Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Dalam common sense, Informasi tentang suatu fakta jarang disertai
penjelasan tentang mengapa dan bagaimana. Common sense tidak melakukan
pengujian kritis hubungan sebab-akibat antara fakta yang satu dengan fakta lain.
b. Ilmu pengetahuan menekankan ciri sistematik, Penelitian ilmiah bertujuan
untuk mendapatkan prinsip-prinsip yang mendasar dan berlaku umum tentang suatu
hal. Artinya dengan berpedoman pada teori-teori yang dihasilkan dalam penelitian-
penelitian terdahulu, penelitian baru bertujuan untuk menyempurnakan teori yang
telah ada yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
c. Dalam menghadapi konflik dalam kehidupan, Ilmu pengetahuan
menjadikan konflik sebagai pendorong untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan berusaha untuk mencari, dan mengintroduksi pola-pola eksplanasi
sistematik sejumlah fakta untuk mempertegas aturan-aturan.
d. Kebenaran yang diakui oleh common sense bersifat tetap, Sedang
kebenaran dalam ilmu pengetahuan selalu diusik oleh pengujian kritis.
Kebenaran dalam ilmu pengetahuan selalu dihadapkan pada pengujian melalui
observasi maupun eksperimen dan sewaktu-waktu dapat diperbaharui atau
diganti.
e. Perbedaan selanjutnya terletak pada segi bahasa yang digunakan,
untuk memberikan penjelasan pengungkapan fakta. Istilah dalam common sense
biasanya mengandung pengertian ganda dan samar-samar.
f. Perbedaan yang mendasar terletak pada prosedur, Dalam ilmu
pengetahuan alam (sains), metoda yang dipergunakan adalah metoda
pengamatan, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi. Sedang ilmu sosial dan
budaya juga menggunakan metode pengamatan, wawancara, eksperimen,
generalisasi, dan verifikasi.
Proses Terbentuknya Ilmu Pengetahuan
a) Syarat-syarat Ilmu Pengetahuan Ilmiah
Agar dapat diuraikan proses terbentuknya ilmu pengetahuan ilmiah, perlu
terlebih dahulu diuraikan syarat-syarat ilmu pengetahuan ilmiah.
Menurut Karlina Supeli Laksono dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan
(Epsitomologi) pada Pascasarjana Universitas Indonesia tahun 1998/1999, ilmu
pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga syarat, yaitu:
1) Sistematik;
yaitu merupakan kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai suatu sistem.
2) Objektif;
atau dikatakan pula sebagai intersubjektif, yaitu teori tersebut terbuka untuk
diteliti oleh orang lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian bersifat universal.
3) Dapat dipertanggungjawabkan;
yaitu mengandung kebenaran yang bersifat universal, dengan kata lain dapat
diterima oleh orang-orang lain/ahli-ahli lain. Tiga syarat ilmu pengetahuan
tersebut telah diuraikan secara lengkap pada sub bab di atas.
SIAPA ITU SEORANG FILSUF
Filsafat itu bermula dari rasa kagum dan heran, dan
ini lalu menimbulkan banyak pertanyaan dalam diri
manusia. Karena itu dari aspek ini secara natural,
semua manusia yang memiliki semua aspek
manusiawi yang lengkap, adalah filsuf yang mampu
melontarkan pertanyaan dan mampu juga menjawabi
semua pertanyaan itu.
Setiap orang memiliki filsafat berpikir atau pandangan
hidupnya tersendiri sesuai dengan latarbelakang
hidup, sejarah, pendidikan dan kebudayaan.
Bagaimana ia memandang dunianya, dirinya sendiri
dan orang lain serta Yang Ilahi juga metnperlihatkan
bahwa dia sendiri sedang berfilsafat. Namun Filsafat
juga dilihat sebagai ilmu dan sebagai ilmu ia memiliki
sistematika, metodologi kerja, dan objek atau sasaran
tertentu yang mau dicapai. Dan orang yang selalu
berkecimpung dalam dunia berpikir yang sistematis
dan metodis juga dikenal sebagai filsuf atau pemikir.
BAB IV
LOGIKA SCIENTIFIKA
Berpikir Induktif dan Deduktif
 Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang tersusun secara sistematis.
Pengetahuan yang dimaksud adalah suatu fenomena yang ditangkap oleh indra
manusia. Menangkap berarti mengamati atau mengobservasi, sedangkan yang
diamati dan fenomena itu tidak lain adalah fakta. Dalam observasi itu fakta dari
fenomena dikumpulkan, diamati, diklasifikasi dan disusun secara teratur
(sistematis) kemudian dibuat generalisasi sebagai kesimpulannya. Dan sinilah
terwujud hukum, dalil, atau teori dari suatu ilmu.
 Menurut Francis Bacon (Soetriono dan SRDm Rita Hanafie: 2007), mempertegas
variasi kondisi untuk mencapai hikikat induktif, yaitu: (1) tabulasi atau
pencatatan ciri-ciri positif yaitu pencatatan mengenai apa yang terjadi dalam
suatu kondisi; (2) tabulasi atau pencatatan ciri-ciri negatif yaitu pencatatan
kondisi mana suatu kejadian tidak timbul dan: (3) tabulasi atau pencatatan
variasi kondisi yaitu pencatatan ada tidaknya perubahan ciri-ciri pada kondisi
yang berubah-ubah.
Metode Ilmiah
 Kedudukan metode penelitian dalam metode ilmiah dapat dikatakan hanya
sebagian dari langkah-langkah sistematis dalam memperoleh ilmu, sebab metode
penelitian baru merupakan prosedur sistematis dari bekerjanya pikiran aiau logic
yang hanya menghasilkan kesimpulan atau ketetapan rasional saja. Metode ilmiah
merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan
pengetahuan ilmiah atau ilmu. Garis besar langkah-langkah sistematis keilmuan
adalah:
1. mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah;
2. menyusun kerangka pikiran (logical contract);
3. merumuskan hipotesis (jawaban rasicnal terhadap masalah);
4. menguji hipotesis secara empirik;
5. melakukan pembahasan dan;
6. menyimpulkan.
Logika Alami dan Logika Scientifika
 Pengalaman mengatakan bahwa kita tidak hanya sering berpikir atau tetapi juga
harus berpikir. Kita harus melihat jauh ke depan, kita harus memuat rencana. De
facto membuat rencana, bahkan merupakan kewajiban dan keharusan bagi
manusia, betapapun keterbatasan rencana dan antisipasi manusia. Dalam
kegiatan berpikir sehari-hari kita secara spontan telah mengikuti hukum-hukum
yang secara alami memerintah. Dan memang benar bahwa logika alami (natural,
spontan, dengan naluri) tersebut telah mencukupi bagi kebutuhan-kebutuhan
dasar manusia.
 Pengalaman juga mengatakan bahwa kita sering tersesat dalam berpikir.
Memang, sesudah mengalami tersesat, kita dapat menganalisis kesesatan kita dan
menemukan sebab-sebabnya kesesatan itu. Jadi, logika scientifika mutlak
dibutuhkan untuk semakin memperlengkapi kita dalam mempeitajam jiwa dan
menolong meluruskan kerja intelek kita dengan mengikuti, mematuhi prinsip-
prinsip dasar yang memerintahnya dengan sadar.
Definisi Logika Scientifika
 Logika scientifika adalah ilmu praktis normatif yang mempelajari hukum-hukum,
prinsip-prinsip, bentuk-bentuk pikiran manusia yang jika dipatuhi akan
membimbing kita mencapai kesimpulan-kesimpulan yang betul lurus, sah.
Ilmu
 Manusia dapat menyempurnakan cara-caranya menangkap realitas, menunjukkan
sifat-sifat suatu realitas, dan mencari sebab-sebab suatu realitas. Dengan
demikian, manusia tidak saja mengerti melainkan juga dapat mengerti seluk-beluk
objeknya. Manusia tidak saja menemukan sesuatu, tetapi juga dapat
mempertanggungjawabkan hasil penemuannya. Tetapi pengetahuan bukanlah
atau belumlah ilmu karena dibutuhkan pandangan, penelitian yang logis teratur
bersifat kritis dan sistematis. Untuk mendapatkan ilmu, orang masih harus
menyempurnakan cara mengetahui suatu objek dengan lebih saksama.
Praktis dan Normatif
 Biasanya ilmu dibagi sebagai berikut:
1. Ilmu-ilmu alam (natuurwetenschappen, natuurwissenschaften) bertujuan untuk
mengetahui alam dasarnya: observasi dan eksperimen. Tujuan akhir dari
segalanya itu adalah untuk menangkap dan mengatur gejala-gejala alam sehingga
dapat dirumuskan hukum-hukum dan diletakkan ke dalam suatu pola besar.
2. Ilmu-ilmu kejiwaan atau ilmu-ilmu budaya (geestes atau craltuurweteraschappen,
Geisteswissertschaften atau Kulturwissenschafien) bertujuan untuk mengetahui
manusia, sejarahnya atau kebudayaannya dalam artinya yang luas
3. Ilmu-ilmu apriori atau ilmu-ilmu deduktif yang tidak bertumpu pada
pengalaman, tetapi ditarik secara logis dari aksioma-aksioma tertentu.
Jika ilmu dibagi menurut metodenya, dapat dibentuk tiga kelompok besar:
1. Ilmu-ilmu aksiomatik atau ilmu-ilmu deduktif.
2. Ilmu-ilmu empiris atau ilmu-ilmu induktif.
3. Ilmu-ilmu kesejarahan atau ilmu-ilmu reduktif.
Pembagian ini terlalu skematis. Sementara teori ilmu empiris (termasuk di
dalamnya ilmu alam) diaksiomatisasikan. Sedangkan metode reduktif banyak
dipakai di dalam ilmu alam. Teori evolusi, misalnya, yang merupakan teori biologi,
menunjukkan banyak kesamaan dengan ilmu-ilmu kesejarahan.
Menurut tujuannya, ilmu dapat dibagi sebagai berikut :
 Ilmu spekulatif (atau teoretis): yakni ilmu yang menuju ke pengertian yang benar demi
pengertian itu sendiri. Tujuannya untuk memperoleh pandangan (insight). Jadi hanya ingin
mengerti keadaan yang sebenarnya saja, bukan pertama-tama dan terutama diusahakan
untuk dipergunakan.
 Nomatetis; yakni menentukan hukum-hukum umum yang berlaku, mempelajari
objeknya dalam keabstrakannya, dan mencoba menemukan unsur-unsur yang selalu terdapat
kembali dalam segala penjelmaannya yang konkret, bilamana dan di mana saja.
 Ideografis (deskriptif): yang'mempelajari objeknya dalam ujud konkremya, menurut
tempat dan waktu tertentu, dengan sifat-sifatnya yang khas. Misalnya etnografi, sosiografi,
sejarah.
 llmu praktis (ilmu terapan): yakni ilmu yang menuju ke pengertian yang benar,
tidak hanya demi pengertian itu sendiri, tetapi juga demi sesuatu lain yang praktis,
langsung diarahkan pada pemakaian pengetahuan itu, jadi menentukan bagaimana
orang harus berbuat atau membuat sesuatu.
Ilmu spekulatif (teoretis) biasanya dapat berdiri sendiri, terlepas dari ilmu praktis. Tetapi
ilmu praktis selalu mempunyai dasar yang teoretis. Logika scientifika disebut ilmu praktis.
Sebagai ilmu, logika scientifika juga bersifat spekulatif (teoretis), yaitu suatu pandangan,
bersifat memandang untuk memandang. Dengan logika scientifika, kita mengadakan
pandangan tentang kelurusan perjalanan pikiran manusia. Logika scientifika juga disebut
seni, kecakapan, kemahiran. Logika scientifika adalah ilmu yang mengajarkan kepada kita
hukum-hukum, prinsip-prinsip, bentuk-bentuk pemikiran yang harus dipatuhi dan
membuat kita melihat di mana letak penalaran yang betul dan sah.
Objek Material dan Objek Formal
 Ilmu adalah suatu bentuk pengetahuan yang mempelajari suatu objek. Jadi ilmu
mempunyai lapangan. Lapangan tersebut pada hakikatnya muncul dari bidang
pengalaman dunia kita ini, yang masing-masing diliputi oleh ilmunya sendiri. Jika
ditinjau demikian, maka agaknya yang menjadi asas perbedaan pertama adalah
objek atau lapangan ilmu itu, yakni apa yang dipandang, yang disebut objek
material. Tetapi kiranya hal itu belum mencukupi, karena dapat terjadi adanya
dua ilmu atau bahkan lebih yang membicarakan objek yang sama namun
merupakan ilmu yang berlainan.
 Contoh :
 Asas perbedaan kedua adalah aspek, sudut pandangan yang disebut objek formal.
Jadi dapat ditunjuk bahwa objek formal menentukan, ilmu, objek formal adalah
prinsip perbedaan antara ilmu. Dua ilmu atau lebih dapat sama objek
materialnya, tetapi ilmu tadi menjadi berbeda berkat objek formalnya.
Selanjutnya objek formal yang menentukan sifat ilmu, metode yang
dipergunakan, dan pendekatan yang memadai (adekuat) bagi ilmu tersebut.
 Objek formal selalu penting ditegaskan supaya orang tidak menyerobot dan
akhirnya bertubrukan dengan lapangan ilmu lain, hal ini pasti tidak akan
menguntungkan. Jadi, objek material adalah objek yang ditinjau atau, dipandang
secara keseluruhan, sedangkan objek formal adalah objek jika ditinjau, dipandang
menurut suatu aspek.
 Logika scientifika sebagai ilmu juga mempunyai objek. Objek materialnya adalah
pikiran manusia, sedangkan aspek yang dipandang, yakni objek formalnya,
adalah hukum-hukum, bentuk-bentuk, dan prinsip-prinsip pikiran. Di sini tegas
terlihat bahwa logika scientifika hakikatnya tidak mempelajari isi pikiran.
Hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan bentuk-bentuk pikiran yang ditemukan dan
dirumuskan logika scientifika tetap berlaku, betul dan sah diterapkan pada isi
pikiran yang bagaimanapun juga.
 Jadi kita jangan hanya berpikir logis saja tanpa mengindahkan perubahan
keadaan, tanpa memperhatikan kaitan lengkapnya materi pemikiran - tanpa
menghiraukan segi kontra serta segi yang mempersoalkan materi pemikiran
(aspek thetafisik/epistemologi dan aspek moralnya).
Implikasi Metafisik atau Epistemologi Pemikiran
 Segi yang mempersoalkan materi pemikiran, khususnya implikasi metafisik
epistemologis materi pemikiran, amat penting untuk diperhatikan. Masalahnya
karena suatu keputusan filsafati secara implisit telah menentukan:
1. metode,
2. logika ualidasi,
3. konsekuensi-konsekuensi dan kesimpulan-kesimpulannya
4. macam kenyataannya.
Apabila keputusan filsafati yang ada, spektrumnya "tidak sampai" atau tidak
memadai, maka dengan sendirinya kenyataan tidak mungkin diungkap semestinya,
maka juga kadar kebenaran kenyataan tidak tampak dan tampil secara semestinya.
Akibat selanjutnya adalah distorsi dalam pendapat, distorsi dalam tingkah laku
terhadap kenyataan tersebut.
Logika Scientitika dan Psikologi
 Logika pertama-tama mempersoalkan tentang aspek objektif dari proses
intelektual, sedangkan psikologi tentang aspek subjektifnya. Berguna juga untuk
mengetahui psikologi, khususnya yang menyentuh hal-hal yang bertalian dengan
proses berpikir, karena aspek psikologis de facto juga terdapat dengan aspek logis
dalam pikiran kita, tetapi tidak ada alasan untuk mencampur keduanya begitu
saja. Selain itu, psikologisme memandang logika sekadar suatu ilmu deskriptif.
Kini psikologisme praktis tidak mempunyai pengikut. Frege dan Husserl (setelah
kritik dari Frege) menghantam psikologisme habis-habisan.
Status Epistemologis Hukum-hukum, Logika
 Hukum-hukum yang dirumuskan adalah pedoman-pedoman. Setiap orang harus
berusaha untuk tidak melanggar hukum-hukum tersebut dalam proses pemikirannya.
Di antara interpretasi normatif dan psikologis terdapat bentuk yang merupakan usaha-
usaha menjawab masalah pendasaran ciri normatif logika. Hal-hal tersebut berkaitan
dengan masalah status epistemologis hukum-hukum logika: hukum-hukum logika
diketahui melalui pengalaman (pengetahuan a posteriori) ataukah bersifat tidak
bergantung pada pengalaman (pengetahuan a priori).
 Penjelasan a priori dapat terlihat pada, misalnya, pandangan Plato dan kaum
rasionalis. Mereka berdalil bahwa hukum logika diketahui manusia melalui suaW
pandangan rasional (rational insight). Pengakuan pancaindera hanya merupakan
releaser function. Hukum logika adalah hukum tentang realitas. Dan inilah yang
disebut pandangan yang bersifat a priori sintetik tentang logika. Menurut penjelasan a
posteriori, empiri mempunyai peranan menentukan bagi pengetahuan dan konstruksi
hukum-hukum logika.
Logika dan Logistika
 Leibniz (1646 - 1716) melihat kekurangan logika Aristoteles. Maka sejak itu
mereka yang mathematical-mi-nded juga mematematisasikan logika. Sistem yang
bercorak matematika duumuskan tahun 1847) oleh George Boole (1815 - 1864)
dan Augustus de Morgan (1806 - 1871) Maka muncullah logika yang bernama
logistika yakni "logika yang diinformasikan". yang juga disebut logika simbolis
atau logika matematis (menilik pengembangan ini pendapat Kant yang
mengatakan bahwa logika sudah buntu, geschlossen und vollendet zu sein adalah
tidak benar). Dipengaruhi oleh arus pikiran pada saat itu, mereka berpendapat
bahwa matematika merupakan satu-satunya ideal dari kegiatan berpikir yang
eksak.
 Namun demikian, perlu tetap dicatat bahwa terdapat perbedaan hakiki aritara
logika dan logistika. Logika membicarakan kegiatan pemikiran secara lengkap
beserta prosesnya ke arah kebenaran, membicarakan susunan konsep, nuansa
term dan segala sesuatunya yang menyangkut seluk beluk kegiatan pemikiran.
Sedangkan logistika membicarakan hubungan antara tanda-tanda ideografis.
 Cara yang disodorkan logistika memang lebih cepat, tetapi sering tidak seperti
keadaan yang sebenarnya. Maka logistika (logika simbolis, logika matematis)
dapat menambah kekayaan logika, tetapi tidak dapat, tidak boleh
menggantikannya. Persoalan aksioma matematika disimpulkan dari hukum-
hukum logika belum/tidak terselesaikan dalam karya itu. Pertanyaan apakah
matematika sesungguhnya merupakan suatu ilmu yang disimpulkan dari logika
(suatu paham yang disebut logisisme), termasuk bidang epistemologi.
TOKOH FILSAFAT
PARMANDES
 THOMAS AQUINAS
IMANNUEL KANT
1.PARMANDES
◦ Parmenides menuliskan filsafatnya dalam bentuk puisi.Ada
ratusan baris puisi Parmenides yang masih tersimpan hingga
kini.Puisi Parmenides terdiri dari prakata dan dua
bagian.Dua bagian tersebut masing-masing berjudul "Jalan
Kebenaran" dan "Jalan Pendapat". Bagian prakata dan
"Jalan Kebenaran" tersimpan secara lengkap, yakni 111
ayat.Bagian kedua, "Jalan Pengetahuan", hanya tersimpan
sebanyak 42 ayat
Riwayat hidup
◦ Parmenides lahir pada tahun 540 SM dan meninggal pada tahun 470
SM. Ia berasal dari kota Elea, Italia Selatan.] Ia berasal dari keluarga
yang kaya dan terhormat di Elea.Parmenides juga menyusun suatu
konstitusi untuk Elea.
◦ Ia merupakan murid dari Xenophanes, namun tidak mengikuti
pandangan-pandangan gurunya. Pengaruh Xenophanes terhadap
Parmenides hanyalah di dalam penggunaan puisi di dalam
menyampaikan filsafatnya.Selain itu, ia juga amat dipengaruhi
oleh Ameinias, seorang dari mazhab Pythagorean.
◦ Menurut kesaksian Plato, Parmenides pernah mengunjungi Sokrates
di Athena bersama Zeno, muridnya.Pada waktu itu, Sokrates masih
muda sedangkan Parmenides telah berusia 65 tahun.[2]
Pemikiran tentang "Yang Ada"
◦ Menurut Parmenides, "yang ada" adalah kebenaran yang tidak mungkin
disangkal.Bila ada yang menyangkalnya, maka ia akan jatuh pada kontradiksi.Hal itu
dapat dijelaskan melalui pengandaian yang diberikan oleh Parmenides.Pertama,
orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" itu tidak ada. Kedua, orang dapat
mengatakan bahwa "yang ada" dan "yang tidak ada" itu bersama-sama ada.Kedua
pengandaian ini mustahil.Pengandaian pertama mustahil, sebab "yang tidak ada"
tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan."Yang tidak ada" tidak dapat
dipikirkan dan dibicarakan.Pengandaian kedua merupakan pandangan dari
Herakleitos.Pengandaian ini juga mustahil, sebab pengandaian kedua menerima
pengandaian pertama, bahwa "yang tidak ada" itu ada, padahal pengandaian
pertama terbukti mustahil.Dengan demikian, kesimpulannya adalah "Yang tidak ada"
itu tidak ada, sehingga hanya "yang ada" yang dapat dikatakan ada.
◦ Setelah berargumentasi mengenai "yang ada" sebagai kebenaran, Parmenides juga
menyatakan konsekuensi-konsekuensinya:
◦ Pertama-tama, "yang ada" adalah satu dan tak terbagi, sedangkan pluralitas tidak
mungkin.Hal ini dikarenakan tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan "yang
ada".
◦ Kedua, "yang ada" tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan. Dengan kata lain,
"yang ada" bersifat kekal dan tak terubahkan. Hal itu merupakan konsekuensi logis,
sebab bila "yang ada" dapat berubah, maka "yang ada" dapat menjadi tidak ada atau
"yang tidak ada" dapat menjadi ada.
◦ Ketiga, harus dikatakan pula bahwa "yang ada" itu sempurna, seperti sebuah bola
yang jaraknya dari pusat ke permukaan semuanya sama.Menurut Parmenides, "yang
ada" itu bulat sehingga mengisi semua tempat.
◦ Keempat, karena "yang ada" mengisi semua tempat, maka disimpulkan bahwa tidak
ada ruang kosong. Jika ada ruang kosong, artinya menerima bahwa di luar "yang
ada" masih ada sesuatu yang lain.]Konsekuensi lainnya adalah gerak menjadi tidak
mungkin sebab bila benda bergerak, sebab bila benda bergerak artinya benda
menduduki tempat yang tadinya kosong.
Pengaruh
◦ Pemikiran Parmenides membuka babak baru dalam sejarah filsafat Yunani.Dapat
dikatakan bahwa dialah penemu metafisika, cabang filsafat yang menyelidiki "yang
ada".] Filsafat pada masa selanjutnya akan bergumul dengan masalah-masalah yang
dikemukakan Parmenides, yakni bagaimana pemikiran atau rasio dicocokkan dengan
data-data inderawi.Plato dan Aristoteles adalah filsuf-filsuf yang memberikan
pemahaman untuk masalah-masalah tersebut.
SEJARAH PEMIKIRAN THOMAS AQUINAS
◦ Seiring perkembangan zaman, paradigma berfikir massyarakat barat modern lebih banyak dipengaruhi oleh
aliran logis, yaitu filsafat Positivisme Logis. Filsafat ini mengajarkan bahwa hanya daya panca indera
manusialah yang mampu mengubah kehidupan masyarakat dunia menjadi lebih maju.
◦ Sebelum filsafat Positivisme Logis menjiwai masyarakat barat, lahir pemikiran atau filsafat yang disampaikan
oleh filsuf termasyhur bernama Santo Thomas Aquinas. Aliran filsafatnya bertentangan dengan filsafat barat
yang menentang metafisika. Karena dilahirkan di Italia dan pernah menempuh studi di Universitas Paris,
pemikiran Thomas Aquinas juga diperngaruhi oleh pemikiran muslim, meskipun beliau adalah seorang
Khatolik yang taat.
◦ Thomas Aquinas merupakan filsuf dan teolog yang teguh pendiriannya. Ketika para ilmuwan Barat
menentang teori-teori filsafatnya dengan gencar, beliau tetap kokoh mempertahankan prinsip-prinsip yang
mengakui adanya kekuatan Allah yang tidak sama dengan para makhluk-Nya. Beliau memberikan
pencerahan tentang etika, dan membedakan antara pengetahuan dan keimanan manusia
PEMIKIRAN THOMAS AQUINAS
Thomas Aquinas, seorang filsuf dan teolog barat termasyhur pada masa abad pertengahan. Pemikirannya merupakan
tidak lepas dari pengaruh dua orang filosof besar, Agustinus dan Aristoteles dapat mengguncang Eropa. Pada
masanya, pemikiran yang dicetuskan oleh Thomas Aquinas, yang membangun keharmonisan antara agama dan akal
membawa pengaruh yang sangat kuat di jajaran masyarakat Eropa.
Berikut ini adalah rincian pemikiran St.Thomas Aquinas :
◦ Theomisme, Kata ”thomisme” berasal dari Summa Theologica, salah satu dokumen paling berpengaruh dalam
filsafat abad pertengahan dan terus dipelajari oleh generasi penerus, bahkan generasi sekarang. Dalam ensiklopedi
Angelici Doctoris, Paus St Pius X mengingatkan bahwa ajaranajaran Gereja tidak bisa dipahami secara ilmiah tanpa
dasar-dasar filosofis dasar utama tesis Thomas. Thomas Aquinas percaya bahwa kebenaran adalah benar dimana
pun ditemukan, seperti juga para filsuf Yunani , Romawi , Yahudi , dan Muslim. Thomas Aquinas menganut faham
terminologi dan metafisika Aristoteles. Filsafat Thomismenya ini menekankan pada pengertian materi dan bentuk,
potensi dan aktus, serta bakat dan perealisasiannya.
◦ Essentia dan Exentia, Essentia mengajarkan hakikat Tuhan, sedangkan esentia mengajarkan keberadaan
Tuhan. Menurut filsafat ini, Tuhan adalah sempurna keberadaannya dan tidak berkembang. Dalam ajaran ini,
essensi dan esketia tentang Tuhan adalah ada dan satu. Filsafat ini membedakan Tuhan dengan makhluk
ciptaan-Nya, dimana Tuhan ada satu, sedangkan makluknya tidak bersifat satu. Menurut Thomas, Allah
(Tuhan) merupakan aktus paling umum yang disebut dengan actus purus (aktus murni), dimana Tuhan
dinyatakan nyata adanya dan bersifat tunggal (Esa).
◦ Argumen Kosmologi, Dalam kosmologi, Thomas Aquinas berpendapat bahwa manusia dapat mengenal
Allah melalui akal yang mereka miliki, meskipun pengetahuan tentang Allah yang mereka peroleh dengan
akal terrsebut tidak jelas dan menyelamatkan. Dengan akal yang mereka miliki, manusia sebagai makhluk
Tuhan (Allah) dapat mengetahui bahwa Allah itu ada dengan sifat-sifat yang dimiliki-Nya.
Thomas Aquinas menyampaikan lima bukti adanya Tuhan sebagaimana rincian berikut :
◦ Adanya gerak di dunia mengharuskan kita menerima bahwa ada penggerak pertama yaitu Allah.
◦ Di dalam dunia yang diamati terdapat suatu tertib sebab-sebab yang membawa hasil atau yang berdaya guna.
◦ Di dalam alam semesta terdapat hal-hal yang mungkin ada dan tidak ada.
◦ Diantara segala yang ada terdapat ha-hal yag lebih atau kurang baik, lebih atau kurang benar dan lain sebagainya.
◦ Kita menyaksikan, bahwa segala sesuatu yang tidak berakal seperti umpamanya tubuh alamiah, berbuat menuju
pada akhirnya.
o Penciptaan, Filsafat ini tidak lepas dari ajaran tentang partisipasi, dasar yang dia terima dari Agustinus-
Neoplatonisme. Namun demikian terdapat perbedaan yang mendasar antara pemikiran kedua tokoh tersebut. Ajaran
Neoplatonisme menekankan emansipasi makhluk, sedangkan ajaran Thomas Aquinas menekankan pada kelebihan
Allah, yaitu murni karya penciptaan Allah yang menyebabkan keberadaan dunia seisinya
◦ Mahkluk Murni, Dalam teori filsafat ini, para malaikat yang merupakan makhluk rohani yang murni juga
tersusun dari essentia dan exentia. Malaikat-malaikat itu berwujud roh (essentia/hakikat) dan bereksitensi.
Hakikat dan eksisitensi para malaikat membedakan mereka dengan makhluk-makhluk lain seperti manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda mati. Karena para malaikat tidak mempunyai potensi untuk
berkembang sebagaimana makhluk hidup ciptaan Allah yang lain.
◦ Jiwa, Pada bahasan teori filsafat tentang makhluk murni menekankan pada hakikat dan eksistensi para
malaikat, sementara pada filsafat Jiwa, hal yang ditekankan adalah hakikat dan eksistensi manusia. Menurut
teori ini, manusia adalah makhluk yang berdiri sendiri dan tersusun atas bentuk dan materi. Menurut Thomas
Aquinas, jiwa dan jasad tidak dapat dipisahkan, mereka saling berhubungan. Jiwa bukanlah hal yang berdiri
sebagai individu melainkan merupakan daya gerak yang memberikan wujud kepada tubuh sebagai materi.
Jiwalah yang menjadi kekuatan ruhani manusia, yang menyatu dalam jasad manusia dan memiliki lima daya/kekuatan
sebagai berikut :
◦ Daya jiwa vegetatif, yaitu hal yang berkaitan dengan penggantian zat dan pembiakan
◦ Daya jiwa yang sensitif, yaitu yang berkaitan dengan keinginan. Jiwa mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi arah
keinginan manusia
◦ Daya jiwa yang menggerakkan. Jasad para makluk, termassuk manusia dapat tergerak untuk hal-hal tertentu karena
pengaruh jiwa.
◦ Daya jiwa untuk berfikir. Dengan adanya jiwa, manusia terdorong untuk berfikir, menentukan tata cara melakukan
dan mewujudkan perubahan
◦ Daya jiwa untuk mengenal. Proses identifikasi yang dilakukan manusia terhadap hal yang ada dan terjadi di sekeliling
mereka dipengaruhi oleh jiwa dan kekuatannya. Dengan jiwa pula manusia dapat mengenal Tuhan
◦ Etika Teologis, Etika mencakup moral yang diberlakukan bagi manusia sebagai individu maupun
kelompok/masyarakat, menurut ajaran ini merupakan cahaya yang diturunkan oleh Allah dari cahaya manusia atau
diturunkan dari tabiat manusia sebagai makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan masyarakat. Menurut Thomas
Aquinas tindakan yang menggerakkan manusia kepada tujuan akhir berkaitan dengan kegiatan manusiawi bukan dengan
kegiatan manusia. Dia menyesuaikan etika dengan kenyataan hidup. Etikanya bersifat teologis, etika yang berkaitan
dengan keimanan kepada Allah sebagai Sang Pencipta.
FILSAFAT
MANUSIA
K E L O M P O K 5
PENGERTIAN FILSAFAT MANUSIA
• Antropologi filsafat atau yang lebih dikenal dengan filsafat manusia
adalah bagian integral dari sistem filsafat, yang secara spesifik
menyoroti hakikat atau esensi manusia. Objek material filsafat
manusia dan ilmu-ilmu tentang manusia (misalnya psikologi dan
antropologi) adalah gejala manusia. Pada dasarnya ilmu ini bertujuan
untuk menyelidiki, menginterpretasi, dan memahami gejala-gejala
atau ekspresi-ekspresi manusia. Bentuk atau gejala apapun tentang
manusia, sejauh yang dipikirkan, dan memungkinkan untuk
dipikirkan secara rasional, bisa menjadi bahan kajian filsafat manusia.
Metode penelitiannya pun lebih spesifik, misalnya melalui sintesis
dan refleksi. Sintesis dan dan refleksi bisa dilakukan sejauh gejalanya
bisa dipikirkan.
KEDUDUKAN FILSAFAT MANUSIA DALAM
KEHIDUPAN
• Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti
pengetahuan tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat.
Berdasarkan atas dasar hasil-hasil kenyataan itu, maka filsafat
memberikan pedoman hidup kepada manusia. Pedoman itu
mengenai sesuatu yang terdapat di sekitar manusia sendiri, seperti
kedudukan dalam hubungannyadengan yang lain. Kita juga
mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia meliputi akal, rasa,
dan kehendak. Dengan akal filsafat memberikan pedoman hidup
untuk berpikir guna memperoleh pengetahuan. Dengan rasa dan
kehendak, maka filsafat memberikan pedoman tentang kesusilaan
mengenai baik dan buruk
CIRI-CIRI FILSAFAT MANUSIA
Secara umum, ciri-ciri filsafat manusia itu ada tiga yaitu ekstensif, intensif dan kritis.
- Ciri ekstensif filsafat manusia dapat dilihat dari luasnya jangkauan objek kajian yang
digeluti oleh filsafat manusia. Filsafat manusia tidak hanya menyoroti pada bidang
tertentu saja seperti, aspek kerohanian dan kejasmanian (kejiwaan dan ketubuhan),
sosialitas dan individualitas, kesejarahan dan kebudayaan, kebahasaan dan simbolisme.
- Ciri intensif (mendasar). Filsafat manusia hendak mencari inti, hakikat, atau struktur
yang melandasi kenyataan manusia baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari
(prailmiah) maupun yang ada dalam teori ilmiah. Mengenai tentang hakikat, inti , esensi,
dan struktur dasar manusia itu mengandung jawaban yang beragam dari para filsuf.
- Ciri kritis, dalam ciri kritis ini berhubungan dengan dua metode (sintesa dan refleksi) dan
hasil filsafatnya (ekstensif dan intensif). Karena tujuan akhir dari filsafat manusia adalah
memahami diri sendiri, asumsi teoritis yang mendasari ilmu pengetahuan modern yang
semakin fragmentaris dan megarah kepada penghilangan harkat manusia, juga menjadi
sorotan dari kritik filsafat manusia.
HUBUNGAN FILSAFAT MANUSI DENGAN
ILMU LAIN TENTANG MANUSIA
Adapun filsafat mengarahkan penyelidikannya terhadap segi yang lebih
mendalam dari manusia yaitu :
- Psikologi membahas objek materiyakni manusia. Ilmu ini hanya membahas
manusia dari segi psikis yang dapat diperoleh dari melihat perilaku
manusia, menjelaskan gejala-gejala jiwa dan mental, bagaimana
pengalaman manusia dapat mempengaruhi kehidupan selanjutnya dan
menjelaskan perkembangan manusia dari masa prenatal hingga menjelang
kematian.
- Sosiologi juga membahas objek materiyakni manusia. Namun, ilmu ini
membatasi diri untuk mencoba menjawab perilaku manusia dari ruang
lingkup sosialnya, menjelaskan status sosial, pranata sosial, dan
menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup
• Antropologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun,
ilmu ini membatasi pada pola kebudayaan dan peradaban yang telah
diciptakan manusia atau ditinggalkan manusia, menjelaskan hasil-
hasil kebudayaan, suku, etnis, dan ras suatu masyarakat yang bersifat
lokal.
ALASAN MEMPELAJARI FILSAFAT
MANUSIA
• Filsafat manusia perlu dipelajari karena manusia mempunyai
kemampuan dan kekuatan untuk menyelidiki dan menganalisis
sesuatu secara mendalam. Manusia berpikir dan menganalisis
banyak hal. Pada suatu titik manusia akan sampai kepada saat di
mana dia akan bertanya mengenai arti keberadaannya sendiri
sebagai manusia. Dengan demikian filsafat manusia mengantar
manusia untuk menyelami kehidupannya sendiri, dan sangat
mungkin mendapat pencerahan mengenai menjadi manusia yang
lebih utuh. Dalam sejarah, manusia selalu berusaha memecahkan
permasalahan pokok tentang makna dan eksistensinya yang selalu
sulit memperoleh jawaban. Filsafat manusia ada untuk mendorong
FILSAFAT EKONOMI
KELOMPOK 5
PENGERTIAN FILSAFAT EKONOMI
• Filsafat Ekonomi adalah interdisiplin ilmu ekonomi yang berkutat pada pengkajian teori
ekonomi ; metodologi ekonomi, berupa penilaian terhadap hasil, institusi, dan proses
ekonomi ; serta etika dalam proses ekonomi. Fokus utama pada kajian filsafat ekonomi
adalah permasalahan yang berkaitan dengan metodologi dan epistemologi. Pengkajian
atau pembelajaran konseptual terhadap metodologi dan teori ekonomi akan membawa
ahli ekonomi memahami suatu aktivitas atau fenomena ekonomi, dan kemudian
memodelkannya.
• Selain itu, etika dalam filsafat ekonomi merupakan bahasan yang tidak kalah penting.
Ekonomi merupakan ilmu yang melibatkan aktivitas dan karakter dari manusia. Bahkan
kegiatan ekonomi dapat mengubah tatanan sosial-budaya dari masyarakat, sehingga
dalam penerapannya terdapat nilai-nilai dan etika yang perlu dikaji kembali.
INTERPRETASI FILSAFAT PADA ILMU
EKONOMI
Ekonomi secara singkat merupakan ilmu yang membahas hal-hal yang berkaitan
dengan produksi, distribusi, dan konsumsi dari suatu komoditas. Namun dalam
perkembangannya muncul berbagai pandangan lebih lanjut tentang ekonomi. Pandangan
klasik atau yang disebut juga ekonomi liberal memandang bahwa pasar akan bekerja
dengan optimum jika campur tangan dari pemerintah minimum. Sementara pandangan
ekonomi neoklasik tidak hanya menginterpretasikan kerja pasar secara konseptual,
melainkan juga melalui pendekatan matematis pada penawaran dan permintaan, serta
pilihan atau preferensi rasional dari suatu pasar. Kemudian terdapat pandangan ekonomi
yang dikemukakan oleh Karl Marx yang berfokus pada teori nilai kerja dan teori nilai lebih
yang dalam pandangannya menjelaskan eksploitasi kelas pekerja atau buruh.
Terdapat juga pandangan Keynesianisme yang menyatakan permintaan
keseluruhan tidak hanya dipengaruhi oleh kapasitas produksi dari suatu aktivitas
ekonomi, namun juga dipengaruhi sejumlah faktor yang sering kali tidak menentu
seperti inflasi dan pengangguran.
Ada tiga alasan utama dari kajian filsafat dalam teori ekonomi. Pertama, kajian
filsafat memberikan persepektif moralitas terhadap kesehjateraan, keadilan, dan
kebebasan. Kedua, kajian filsafat memberikan pandangan akan sifat rasional dari
suatu pasar atau individu. Ketiga, kajian filsafat memberikan pandangan yang
berkaitan dengan metodologi dan epistemologi dari suatu fenomena sosial
terhadap aktivitas ekonomi.
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU
EKONOMI
• Filsafat ilmu berperan besar terhadap pengembangan ilmu ekonomi
menuju peningkatan ilmu pengetahuan dan peralat- an analisis
ekonomi serta meningkatkan kwalitas ilmuwan (sarjana ekonomi) yang
mampu berfikir, bersikap dan bertindak sebagai ilmuwan yang
bijaksana.
RASIONALITAS FILSAFAT EKONOMI
Ilmu ekonomi selalu dikaitkan dengan sifat dan motivasi dari konsumen. Sifat
rasional dalam makna yang luas berarti bijak, konsisten dan terencana. Sifat rasional
diyakini mengatur kebanyakan aktivitas dalam pasar, hal ini diakibatkan terdapat
kecenderungan pasar untuk merugikan kalangan yang tidak bertindak rasional.
Rasionalitas merupakan salah satu konsep pokok dalam kajian filsafat, seperti pada
bahasan epistemologi, etika dan filsafat budi.Karenanya kajian rasionalitas dalam
filsafat dan ilmu ekonomi sering kali beririsan.
Teori pilihan rasional merupakan idealisasi prinsip ekonomi yang menyatakan bahwa suatu
individual atau kelompok selalu membuat keputusan yang bijak dan logis. Dengan cara ini
maka pengambil keputusan akan memperoleh keuntungan maksimum dari pilihan yang
diberikan. Kebanyakan permodelan dan teori ekonomi berbasis pada teori pilihan rasional.
Prinsip dasar teori pilihan rasional adalah sebagai berikut:
• Setiap individu dalam masyarakat adalah individu yang rasional sehingga dapat berpikir
dengan logis.
• Setiap individu memiliki kepentingan yang dapat berbeda-beda dan kebutuhan mereka
bergantung pada kepentinganya.
• Setiap individu mampu membuat pilihan, dan pilihannya mempengaruhi kebutuhannya.
TEORI PILIHAN RASIONALIS
Teori Penerimaan merupakan alat analisis matematis yang digunakan untuk menguji bagaimana
prinsip rasionalitas bekerja dalam interaksi sosial. Kajian filsafat dan teori permainan
berhubungan dalam banyak hal. Dalam diskusi filsafat, teori permainan digunakan sebagai alat
pemecahan suatu masalah dan bahkan teori permainan kemudian dikembangkan lebih lanjut
dalam persepektif filsuf. Selain itu teori permainan juga menjadi objek kajian filsafat karena teori
permainan merupakan alat untuk mengkaji rasionalitas yang termasuk pokok bahasan filsafat.
Dalam ekonomi, teori permainan digunakan untuk menganalisis dan memprediksi keputusan yang
diambil agen-agen dalam aktivitas ekonomi.
TEORI PERMAINAN
METEDOLOGI
• Suatu teori ekonomi dikembangkan untuk memberi penjelasan ilmiah terhadap berbagai
fenomena dalam aktivitas ekonomi. Sama seperti dalam ilmu lainnya, teori ekonomi dikatakan
memadai jika didukung oleh hasil empiris yang diperoleh dari pengamatan dan eksperimen
ekonomi terhadap aktivitas ekonomi yang "alamiah". Alamiah disini bermakna bahwa aktivitas
ekonomi tersebut tidak mendapat bias atau pengaruh yang diberikan sebelumya oleh
pengamat. Pada penerapannya, metode pengamatan sangat bergantung pada data statistik
maupun ilmu ekonometrika. Sebaliknya, metode eksperimen adalah pengamatan, pencatatan
dan analisis terhadap hasil yang diperoleh dari suatu intervensi atau pengaruh yang sengaja
diberikan dalam aktivitas ekonomi.
Perbedaan mendasar antara ilmu pengetahuan ilmiah dan pengetahuan yang
diperoleh dari kehidupan sehari-hari (informal) adalah sifat pengetahuan ilmiah yang
terukur, formal, sistematis dan konkret. Sementara pengetahuan informal bersifat tidak
sistematis serta melibatkan banyak asumsi dan pendekatan. Ilmu ekonomi termasuk
yang bersifat ilmiah, sehingga setiap hasil pengamatan dan eksperimen merupakan
hasil yang terukur. Pengukuran sering kali mempengaruhi hasil dari eksperimen atau
pengamatan, termasuk dalam bidang ekonomi.
PENGUKURAN
Dalam ilmu ekonomi pengukuran adalah proses penilaian numerik terhadap
properti fisis atau variabel abstrak dalam suatu aktivitas ekonomi yang bertujuan
untuk memperoleh informasi yang tepercaya yang berkaitan dengan aktivitas
ekonomi tersebut.Metode pengukuran dalam bidang ekonomi tidak tersusun dalam
satu bidang riset, melainkan terpecah-pecah berkaitan dengan metodologi dan
bidang yang diukur, seperti ekonometrika, dan teori indeks. Pengukuran variabel
seperti modal, pengangguran, tingkat konsumsi, dan inflansi, merupakan contoh
pengukuran dalam ilmu ekonomi.
Ragnar Frisch mengemukakan ekonometrika merupakan penyatuan kuantifikasi aspek
teoretis dan empiris dari pendekatan terhadap suatu permasalahan ekonomi. Kuantifikasi aspek
teoretis dan empiris didalamnya tentu saja melibatkan metode pengukuran, teori
ekonomi, matematika, dan statistika . Dalam ekonometrika tidak terdapat kesepakatan untuk
melakukan representasi dan pengukuran secara formal. Namun dari sudut pandang aktivitas
pengukuran, evolusi dari ekonometrika dapat dikategorikan melalui tiga pendekatan yakni :
Pendekatan ortodoks merupakan pendekatan dengan permodelan pengukuran ilmu alam.
Pendekatan reformis adalah pendekatan dimana menempatkan pengukuran dalam sistem ilmu
sosial namun secara metodologi tidak menjauh dari metodologi ilmiah. Pendekatan heterodoks
merupakan pendekatan pengukuran tanpa teori.
EKONOMETRIKA
Secara umum terdapat empat jenis eksperimen dalam ekonomi. Pertama adalah eksperimen
pikiran yang dapat dilakukan dalam pembahasan ekonomi mikro dan ekonomi makro. Eksperimen
pikiran merupakan pengabstrakan fenomena yang terjadi di dunia nyata. Parameter pada
eksperimen pikiran dapat dibuat lebih sederhana maupun kompleks dan kemudian dilakukan
kajian terhadap fenomena tersebut menggunakan teori atau hukum ekonomi yang berlaku.
Kedua adalah eksperimen natural atau alamiah. Pada eksperimen ini tidak ada intervensi
tidak terdapat manipulasi yang dilakukan pengamat terhadap sistem, alih-alih pengamat mencari
situasi alami yang cocok dengan deskripsi eksperimen kemudian menganalisisnya menggunakan
metode statistik. Secara teknis metode ini mirip dengan metode pengamatan.
EKSPERIMEN
Jenis ketiga adalah eksperimen lapangan. Pada eksperimen ini subjek
eksperimen dibagi kedalam dua bagian berdasarkan perlakuan yang diberikan,
yakni subjek eksperimen (yang diberikan pengaruh) dan subjek terkontrol (dijaga
agar tidak mendapat pengaruh). Kemudian akan dianalisis hasil yang diperoleh
dari kedua kelompok. Perlakuan dikatakan efektif, jika terdapat hasil yang berbeda
antar kedua kelompok.
Kategori terakhir adalah eksperimen laboratorium. Pada eksperimen ini desain
eksperimen diatur dalam suatu lingkungan tiruan, dimana kontrol dan manipulasi
diberikan untuk membuktikan hipotesis dari peneliti.
Dosen Pengampu :Dr. Sigit Sardjono, M.S.
Filsafat
akuntansi
Hubungan Antara Filsafat Dan Ilmu Akuntansi
Ilmu akuntansi merupakan pengabungan antara rasionalisme dan
empirisme karena akuntansi merupakan ilmu yang menggunakan
pemikiran untuk menganalisis data transaksi akuntansi dalam
membuatan laporan keuangan dimana data transaksi akuntansi
merupakan hal yang kongkrit dapat di respon oleh panca indera
manusia. Ilmu akuntansi digunakan sesuai dengan keperluan dalam
suatu profesi tertentu sebagai aspek dalam axiology atau
bagaimana ilmu akuntansi tersebut digunakan. Dalam aspek
epistemology ilmu akuntansi menjabarkan bagaimana langkah
langkah atau proses dalam pembuatan suatu laporan keuangan dan
bagaimana suatu transaksi saling mempengaruhi dalam suatu
laporan keuangan. Dalam aspek ontology, ilmu akuntansi
menjelaskan apa isi atau hal yang di telaah dalam ilmu akuntansi
tersebut.
Aspek Ontology Dalam Ilmu Akuntansi
Hal yang di telaah atau yang menjadi isi dari ilmu akuntansi sebagai
salah satu aspek ontology dalam ilmu akuntansi adalah prinsip
akuntansi yang dikembangkan oleh asumsi dasar bagi proses
akuntansi, prinsip akuntansi yang di jadikan standar universal,
unsure dasar persamaan akuntansi dalam suatu laporan keuangan,
dan jenis jenis laporan keuangan yang umum.
Prinsip akuntansi yang berlaku umum dikembangkan oleh asumsi
asumsi dasar bagi proses akuntansi yaitu :
1.Asumsi satuan uang (monetary unit assumption), menyaktakan
bahwa hanya data transaksi yang dapat diungkapkan dalam satuan
uang yang di masukan kedalam catatan catatan akuntansi.
2.Asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption),
menyaktakan bahwa aktivitas entitas dipisahkan dan dibedakan dari
aktivitas aktivitas para pemiliknya dan entitas entitas ekonomi
lainnya.
Dalam aspek epistemology ilmu akuntasi menggunakan
berbagai matode sesuai kebutuhannya. Contohnya matode
induktif digunakan pada saat pengambilan keputusan dengan
melihat laporan tersebut, pihak berwenang akan menyimpulkan
langkah apa yang akan di ambil. Matode positivism digunakan
ketika akan membuat sebuah laporan keuangan harus
menggunakan data yang ada atau yang te;ah di ketahui degas
bukti yang akurat berupa nota, dll. Perbedaan antara
pembukuan dan akuntansi yaitu proses akuntansi memasukkan
fungsi fungsi pembukuan sedangkan pembukuan hanya
melibatkan pencatatan peristiwa ekonomi. Jadi pembukuan
merupakan bagian dari proses akuntansi.
Aspek Epistemology Dalam Ilmu
Akuntansi
Aspek Axiology Dalam Ilmu Akuntansi
Dalam ilmu akuntansi, Hal yang menjadi alasan etika menjadi salah satu
konsep bisnis yang mendasar, yaitu karena Etika adalah standar
perilaku yang menjadi penilaian benar atau salahnya suatu tindakan.
Sehingga tiap individu dapat melakukan aktivitasnya secara efektif dan
menghindari penyimpangan yang terjadi dalam suatu bisnis perusahaan
tersebut.
Pengguna data akuntansi yaitu :
-Pengguna internal informasi akuntansi, yaitu para manajer (manajer
pemasaran, supervisor produksi, direktur keuangan, dan pejabat
perusahaan) yang merencanakan, mengorganisasikan, dan mengelola
bisnis.
-Pengguna eksternal informasi akuntansi, yaitu para investor (pemilik
perusahaan menggunakan informasi akuntansi untuk membuat
keputusan membeli, menahan atau menjual sahamnya), para kreditor
(pemasok atau banker menggunakan informasi akuntansi untuk
mengevaluasi resiko pemberian kredit atau pinjaman).
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V

More Related Content

What's hot

Pengantar ilmu ekonomi syariah
Pengantar ilmu ekonomi syariahPengantar ilmu ekonomi syariah
Pengantar ilmu ekonomi syariahYISC Al-Azhar
 
Kegunaan dan Fungsi Filsafat Ilmu
Kegunaan dan Fungsi Filsafat IlmuKegunaan dan Fungsi Filsafat Ilmu
Kegunaan dan Fungsi Filsafat IlmuAdy Setiawan
 
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1Jihan Hidayah Putri
 
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptFilsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptari susanto
 
Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah
Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi SyariahMakalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah
Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi SyariahRatna Kusuma Wardhany
 
Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)
Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)
Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)nurul khaiva
 
Teori ekonomi klasik vs teori ekonomi keynesian (1)
Teori ekonomi klasik vs teori ekonomi keynesian (1)Teori ekonomi klasik vs teori ekonomi keynesian (1)
Teori ekonomi klasik vs teori ekonomi keynesian (1)Puspita Ningtiyas
 
Sistem politik di indonesia
Sistem politik di indonesiaSistem politik di indonesia
Sistem politik di indonesiaMuhammad Sunardi
 
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafatMakalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafatMujid Rical
 
Penegakan Hukum yang Berkeadilan
Penegakan Hukum yang BerkeadilanPenegakan Hukum yang Berkeadilan
Penegakan Hukum yang BerkeadilanRatri nia
 
ekonomi politik pendekatan marxian
ekonomi politik pendekatan marxianekonomi politik pendekatan marxian
ekonomi politik pendekatan marxianBadrotuz Zahro
 
Sejarah dan perkembangan filsafat islam
Sejarah dan perkembangan filsafat islamSejarah dan perkembangan filsafat islam
Sejarah dan perkembangan filsafat islammoh najmi albegama
 
Idealisme, positivisme dan materialisme
Idealisme, positivisme dan materialismeIdealisme, positivisme dan materialisme
Idealisme, positivisme dan materialismeUmi Nisa
 
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)AldiwaPandu
 
Variabel Operasional
Variabel OperasionalVariabel Operasional
Variabel Operasionaldina febriana
 

What's hot (20)

Pengantar ilmu ekonomi syariah
Pengantar ilmu ekonomi syariahPengantar ilmu ekonomi syariah
Pengantar ilmu ekonomi syariah
 
Kegunaan dan Fungsi Filsafat Ilmu
Kegunaan dan Fungsi Filsafat IlmuKegunaan dan Fungsi Filsafat Ilmu
Kegunaan dan Fungsi Filsafat Ilmu
 
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
 
Lirik mars ekonom rabbani
Lirik mars ekonom rabbaniLirik mars ekonom rabbani
Lirik mars ekonom rabbani
 
Filsafat umum
Filsafat umumFilsafat umum
Filsafat umum
 
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptFilsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
 
Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah
Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi SyariahMakalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah
Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah
 
Sejarah dan Sistem Ekonomi (Perekonomian Indonesia BAB 2)
Sejarah dan Sistem Ekonomi (Perekonomian Indonesia BAB 2)Sejarah dan Sistem Ekonomi (Perekonomian Indonesia BAB 2)
Sejarah dan Sistem Ekonomi (Perekonomian Indonesia BAB 2)
 
Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)
Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)
Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)
 
Teori ekonomi klasik vs teori ekonomi keynesian (1)
Teori ekonomi klasik vs teori ekonomi keynesian (1)Teori ekonomi klasik vs teori ekonomi keynesian (1)
Teori ekonomi klasik vs teori ekonomi keynesian (1)
 
Sistem politik di indonesia
Sistem politik di indonesiaSistem politik di indonesia
Sistem politik di indonesia
 
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafatMakalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
 
Penegakan Hukum yang Berkeadilan
Penegakan Hukum yang BerkeadilanPenegakan Hukum yang Berkeadilan
Penegakan Hukum yang Berkeadilan
 
ekonomi politik pendekatan marxian
ekonomi politik pendekatan marxianekonomi politik pendekatan marxian
ekonomi politik pendekatan marxian
 
Mazhab Merkantilisme
Mazhab MerkantilismeMazhab Merkantilisme
Mazhab Merkantilisme
 
Sejarah dan perkembangan filsafat islam
Sejarah dan perkembangan filsafat islamSejarah dan perkembangan filsafat islam
Sejarah dan perkembangan filsafat islam
 
Idealisme, positivisme dan materialisme
Idealisme, positivisme dan materialismeIdealisme, positivisme dan materialisme
Idealisme, positivisme dan materialisme
 
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
 
Variabel Operasional
Variabel OperasionalVariabel Operasional
Variabel Operasional
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 

Similar to Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V

KUMPULAN MATERI FILSAFAT KLO.1O.pdf
KUMPULAN MATERI FILSAFAT KLO.1O.pdfKUMPULAN MATERI FILSAFAT KLO.1O.pdf
KUMPULAN MATERI FILSAFAT KLO.1O.pdfDwipratiwiGirsang
 
Tugas Akhir Filsafat Ilmu (Kumpulan Materi) .pptx
Tugas Akhir Filsafat Ilmu (Kumpulan Materi) .pptxTugas Akhir Filsafat Ilmu (Kumpulan Materi) .pptx
Tugas Akhir Filsafat Ilmu (Kumpulan Materi) .pptxLailyyy
 
PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptxPPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptxnianur10
 
KUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptx
KUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptxKUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptx
KUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptxMichelle943061
 
Kelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas Slide
Kelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas SlideKelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas Slide
Kelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas SlideRinda Fn
 
Rangkuman bab filsafat
Rangkuman bab filsafatRangkuman bab filsafat
Rangkuman bab filsafatAnggiChaca
 
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptxTUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptxZahraFebta
 
KUMPULAN MATERI PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 4
KUMPULAN MATERI PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 4KUMPULAN MATERI PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 4
KUMPULAN MATERI PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 4AdystaNurma
 
Tugas Kumpulan Slide Pengantar Filsafat Ilmu
Tugas Kumpulan Slide Pengantar Filsafat IlmuTugas Kumpulan Slide Pengantar Filsafat Ilmu
Tugas Kumpulan Slide Pengantar Filsafat IlmuDeaRiskaAnantaDjawak
 
KUMPULAN MATERI PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 4
KUMPULAN MATERI PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 4KUMPULAN MATERI PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 4
KUMPULAN MATERI PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 4RamaAjiPradana
 
KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)
KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)
KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)febrisukma
 
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptxkumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptxNela Nahda
 
Manfaat belajar filsafat
Manfaat belajar filsafatManfaat belajar filsafat
Manfaat belajar filsafatLindaRanyRayya
 
Kelompok 4 (Kelompok Filsafat Ilmu).pptx
Kelompok 4 (Kelompok Filsafat Ilmu).pptxKelompok 4 (Kelompok Filsafat Ilmu).pptx
Kelompok 4 (Kelompok Filsafat Ilmu).pptxAnnisaRahmaQuraini
 
tugasslidesherekelompok1-220708145047-f7ce3bcd.pdf
tugasslidesherekelompok1-220708145047-f7ce3bcd.pdftugasslidesherekelompok1-220708145047-f7ce3bcd.pdf
tugasslidesherekelompok1-220708145047-f7ce3bcd.pdfAhmadshah297429
 
Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Pengantar Filsafat Ilmu.pptxPengantar Filsafat Ilmu.pptx
Pengantar Filsafat Ilmu.pptxAlfinaturRosyida
 
Pertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmu
Pertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmuPertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmu
Pertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmuRioPrasetio4
 
TUGAS AKHIR FILSAFAT KEL 3.pptx
TUGAS AKHIR FILSAFAT KEL 3.pptxTUGAS AKHIR FILSAFAT KEL 3.pptx
TUGAS AKHIR FILSAFAT KEL 3.pptxmely
 

Similar to Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V (20)

TUGAS KUMPULAN SLIDE.pptx
TUGAS KUMPULAN SLIDE.pptxTUGAS KUMPULAN SLIDE.pptx
TUGAS KUMPULAN SLIDE.pptx
 
TUGAS KUMPULAN SLIDE.pptx
TUGAS KUMPULAN SLIDE.pptxTUGAS KUMPULAN SLIDE.pptx
TUGAS KUMPULAN SLIDE.pptx
 
KUMPULAN MATERI FILSAFAT KLO.1O.pdf
KUMPULAN MATERI FILSAFAT KLO.1O.pdfKUMPULAN MATERI FILSAFAT KLO.1O.pdf
KUMPULAN MATERI FILSAFAT KLO.1O.pdf
 
Tugas Akhir Filsafat Ilmu (Kumpulan Materi) .pptx
Tugas Akhir Filsafat Ilmu (Kumpulan Materi) .pptxTugas Akhir Filsafat Ilmu (Kumpulan Materi) .pptx
Tugas Akhir Filsafat Ilmu (Kumpulan Materi) .pptx
 
PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptxPPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
 
KUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptx
KUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptxKUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptx
KUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptx
 
Kelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas Slide
Kelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas SlideKelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas Slide
Kelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas Slide
 
Rangkuman bab filsafat
Rangkuman bab filsafatRangkuman bab filsafat
Rangkuman bab filsafat
 
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptxTUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
 
KUMPULAN MATERI PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 4
KUMPULAN MATERI PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 4KUMPULAN MATERI PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 4
KUMPULAN MATERI PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 4
 
Tugas Kumpulan Slide Pengantar Filsafat Ilmu
Tugas Kumpulan Slide Pengantar Filsafat IlmuTugas Kumpulan Slide Pengantar Filsafat Ilmu
Tugas Kumpulan Slide Pengantar Filsafat Ilmu
 
KUMPULAN MATERI PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 4
KUMPULAN MATERI PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 4KUMPULAN MATERI PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 4
KUMPULAN MATERI PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 4
 
KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)
KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)
KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)
 
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptxkumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
 
Manfaat belajar filsafat
Manfaat belajar filsafatManfaat belajar filsafat
Manfaat belajar filsafat
 
Kelompok 4 (Kelompok Filsafat Ilmu).pptx
Kelompok 4 (Kelompok Filsafat Ilmu).pptxKelompok 4 (Kelompok Filsafat Ilmu).pptx
Kelompok 4 (Kelompok Filsafat Ilmu).pptx
 
tugasslidesherekelompok1-220708145047-f7ce3bcd.pdf
tugasslidesherekelompok1-220708145047-f7ce3bcd.pdftugasslidesherekelompok1-220708145047-f7ce3bcd.pdf
tugasslidesherekelompok1-220708145047-f7ce3bcd.pdf
 
Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Pengantar Filsafat Ilmu.pptxPengantar Filsafat Ilmu.pptx
Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
 
Pertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmu
Pertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmuPertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmu
Pertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmu
 
TUGAS AKHIR FILSAFAT KEL 3.pptx
TUGAS AKHIR FILSAFAT KEL 3.pptxTUGAS AKHIR FILSAFAT KEL 3.pptx
TUGAS AKHIR FILSAFAT KEL 3.pptx
 

Recently uploaded

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 

Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V

  • 1. PENGANTAR ILMU FILSAFAT KELOMPOK 5 DOSEN PENGAMPU : DR. SIGIT SARDJONO, M.S.
  • 2.
  • 3. Disusun oleh: Via Wahyuningtyas 1222200188 Yogi Nofer Disiam 1222200181 Putri Rima Nirwana 1222200190
  • 4. PERLUNYA MAHASISWA BELAJAR FILSAFAT - Agar Mahasiswa bisa berfikir secara Radikal dan Mendalam Perlu Belajar Filsafat. Manfaat Mempelajari Filsafat Bisa secara Umum dan Khusus karena adanya rasa kagum atau adanya heran dan keterbatasan mendorong seseorang berfilsafat
  • 5. ALASAN PERLUNYA BELAJAR Sebagai seorang mahasiswa kita harus mempelajari filsafat ilmu agar dapat mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan, mampu membiasakan diri untuk bersikap logis-rasional Opini & argumentasi, mampu berpikir secara cermat dan tidak kenal lelah, serta mampu membiasakan diri untuk bersikap kritis. Mahasiwa dituntut untuk tidak hanya pandai dalam teori saja tapi harus bisa mempraktekannya langsung dalam masyarakat. Filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.
  • 6. MANFAAT BELAJAR FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN Dalam perbincangan lebih nyata, filsafat mempersoalkan dan membicarakan kembali akar masalah, baik berdasarkan ilmu pengetahuan maupun pemahaman lain. Jadi, filsafat menyadarkan manusia terhadap apa yang sudah biasa diyakini, digauli, digunakan, dan dilakukannya. Dalam hal ini, ilmu pengetahuan mengenai asumsi yang disebut aksioma, yaitu anggapan dasar yang merupakan tumpuan atau sumber dari awal kehidupan dan perkembangan ilmu pengetahuan.Wacana atau perbincangan filsafat melahirkan asumsi tersebut.Hal tersebut disebut sebagai keyakinan filsafati (philosophical belief).
  • 7. ● Filsafat adalah ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya menyelidiki suatu bidang tertentu dari realitas yang tertentu saja.Filsafat senantiasa mengajukan pertanyaan tentang seluruh kenyataan yang ada. Keterbatasan filsafat yang demikian itulah yang amat berguna bagi ilmu pengetahuan.Itu karena keterbatasan filsafat tidak melulu berguna selaku penghubung antardisiplin ilmu pengetahuan.Akan tetapi, dengan keterbatasannya itu, filsafat sanggup memeriksa, mengevaluasi, mengoreksi, dan lebih menyempurnakan prinsip-prinsip dan asas-asas yang melandasi berbagai ilmu pengetahuan itu. Manfaat lain filsafat adalah didasarkan pada pengertian filsafat sebagai suatu integrasi atau pengintegrasi sehingga dapat melakukan fungsi integrasi ilmu pengetahuan.
  • 8. MANFAAT UMUM 1. Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak seperti apa adanya. 2. Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia kita 3. Filsafat membuat kita lebih kritis 4. Filsafat mengembangkan kemampuan kita dalam menalar secara jelas 5. Membedakan argumen yang baik dan yang buruk 6. Menyampaikan pendapat (lesan dan tertulis) secara jelas 7. Melihat sesuatu melalui kacamata yang lebih luas 8. Melihat dan mempertimbangkan pendapat dan pandangan yang berbeda 9. Filsafat memberi bekal dan kemampulan pada kita untuk memperhatikan pandangan kita sendiri dan pandangan orang lain dengan kritis
  • 9. MANFAAT KHUSUS 1. Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada. 2. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya. 3. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. 4. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan. 5. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik dan hukum. 6. Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk membuat hidup menjadi lebih baik 7. Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari keberadaan kita. 8. Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari.Orang yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahannya.
  • 10. HAL HAL YANG MENDORONG BERFILSAFAT Sepanjang sejarah kefilsafatan dikalangan filsuf terdapat 3 (tiga) hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu: 1. Kekaguman atau keheranan atau ketakjuban 2. Keraguan atau kegengsian 3. Kesadaran akan keterbatasan Pada umumnya seorang filsuf mulai berfilsafat karena adanya rasa kagum atau adanya heran dalam pikiran filsafat itu sendiri. Aristoteles mengatakan, pada mulanya manusia takjub memandang benda- benda aneh disekitarnya, lama-kelamaan ketakjubannya semakin terarah pada hal-hal yang lebih besar dan luas seperti: perubahan dan peredaran bulan, matahari, bintang- bintang dan asal mula alam semesta.
  • 11. Ada beberapa hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat dari beberapa hal yang ada diatas seperti kekaguman, keraguan maupun kesadaran akan keterbatasan. Saya rasa ada satu lagi yang perlu ditambah yaitu ketidakpuasan. Karena dengan ketidakpuasan membuat manusia terus-menerus berusaha mencari penjelasan yang meyakinkan dan pasti akan sesuatu peristiwa yang dipertanyakan yang lambat laun mulai berpikir secara rasional atau logis. Contoh: ketidakpuasan seseorang mencari tahu adakah planet lain selain bumi yang belum ditempati membuat seseorang itu berfilsafat dan terus berusaha menyelidiki palnet-planet luar angkasa, adakah yang seperti bumi tempat yang bisa di huni oleh manusia.
  • 13. • Perkenalan Kelompok • Mengapa Berfilsafat • Mengukur Berfilsafat • Daya Tarik Filsafat • Filsafat Dalam Kehidupan Sehari-hari • Mengembangkan Pemikiran Filsafat • Lingkup Filsafat • Ciri-ciri Pemikiran Filsafat ISI PRESENTASI
  • 14. MENGAPA BERFILSAFAT Pada dasarnya filsafat bukanlah hal yang buruk, karena filsafat itu sebenarnya adalah berpikir secara mendasar (radikal), menyeluruh (holistik), dan spekulatif. Berpikir adalah proses yang intens untuk memecahkan masalah, dengan menghubungkan satu hal dengan yang lain, sehingga mendapatkan pemecahan. Hal-hal yang akan dihubungkan tersebut belum tentu ada atau hadir di benak kita.
  • 15. MENGAPA BERFILSAFAT Manusia adalah makhluk 'multi dimensional', dengan segala kemampuan yang dimiliki manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan. Dari kemampuan itulah manusia dapat ; pertama, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara maksimal; kedua, memilih dan membedakan sesuatu itu benar atau salah, sesuatu itu baik atau tidak baik; ketiga, memilih beragam alternatif pilihan jalan hidup yang benar atau tidak benar, bermanfaat atau tidak bermanfaat; dan keempat, tents melakukan inovasi diberbagai bidang kehidupan dengan pola perubahan yang bersifat progress of change.
  • 16. MENGAPA BERFILSAFAT Filsafat merupakan induk dari semua ilmu. Beberapa manfaat berpikir filsafat, di antaranya mengajarkan cara berpikir kritis, sebagai dasar dalam mengambil keputusan, menggunakan akal secara proporsional, membuka wawasan berpikir menuju ke arah penghayatan, dan masih banyak lagi. Filsafat membawa kita berpikir secara mendalam, maksudnya untuk mencari kebenaran substansial atau kebenaran yang sebenarnya dan mempertimbangkan semua aspek, serta menuntun kita untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap.
  • 17. MENGUKUR BERPIKIR FILSAFAT Dalam sifat spekulatif berpikir filsafati, tidaklah mungkin manusia menangguk pengetahuan secara keseluruhan, bahkan manusiapun tidak yakin pada titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Itu hanya sebuah spekulasi. Dari serangkaian spekulatif tersebut dapat dipilih buah pikiran yang paling dapat diandalkan, yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan intelektual bangsa pada umumnya dan khususnya dalam kehidupan intelektual di universitas dan lingkungan akademis. Filsafat dapat berfungsi sebagai interdisipliner sistem, tempat bertemunya berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
  • 18. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa berfilsafat adalah berpikir, namun tidak semua berpikir adalah berfilsafat. Di sini perlunya penegasan bahwa berpikir filsafat mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus. Diantaranya dijelaskan sebagai berikut. • Konsepsional, Konsepsi merupakan hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu demi satu. • Koheren, Secara singkat, istilah koheren ialah runtut. Bagan konsepsional yang merupakan hasil perenungan kefilsafatan haruslah bersifat runtut. • Memburu Kebenaran, kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan. Kebenaran filsafat tidak pernah bersifat mutlak dan final, melainkan terus bergerak dari suatu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti.
  • 19. • Radikal, Karena berpikir secara radikal, ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berpikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan realitas seluruh kenyataan. • Rasional, Berpikir secara rasional berarti berpikir logis, sistematis, dan kritis berpikir logis adalah bukan hanya sekedar menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh akal sehat, melainkan agar sanggup menarik kesimpulan dan mengambil keputusan yang tepat dan benar dari premis- premis yang digunakan. • Menyeluruh, Berpikir universal tidak berpikir khusus, terbatas pada bagian- bagian tertentu, namun mencakup secara keseluruhan. Berpikir filsafat harus dapat menyerap secara keseluruhan apa yang ada pada alam semesta.
  • 20. Dari penjabaran tentang filsafat tersebut di atas, konsep penting yang perlu dipahami tentang hakikat makna filsafat antara lain: • Filsafat adalah mendorong manusia untuk berpikir secara kritis • Berpikir filsafat adalah berpikir dalam bentuk yang sistematis • Filsafat harus menghasilkan sesuatu yang runtut • Berpikir filsafat adalah berpikir secara rasional dan logis • Proses berpikir filsafat harus bersifat mendalam dan komprehensif
  • 21. DAYA TARIK FILSAFAT Para filsuf seringkali menulis dalam bahasa khusus menurut spesialisasi bidangnya dalam mempertahankan atau mengkritik suatu teori. Tidak jarang, teori-teori yang disoroti merupakan reaksi atas masalah-masalah yang lain lagi. Namun, tidak peduli sekompleks dan seberat apapun, teori- teori tersebut pada dasarnya adalah tanggapan terhadap masalah-masalah biasa seperti seni, moralitas, ilmu pengetahuan, agama, dan akal sehat. Di pinggiran-pinggiran wilayah keseharian inilah para filsuf menemukan soal- soal yang tersembunyi; mereka tidak mengadakan masalah.
  • 22. DAYA TARIK FILSAFAT Selama hidup—dari masa kanak-kanak sampai meninggal dunia manusia harus melewati dua tahap pengenalan (kesadaran) yang penting, yakni tahap keadaan ketidaktahuan (the state of innocence) dan tahap kehilangan ketidaktahuan (the innocence lost). Keadaan ketidaktahuan pada masa kanakkanak sebetulnya penuh dengan keinginantahu (curiosity) yang menempatkan masa kanak-kanak sebagai tahap yang penuh dengan pertanyaan.
  • 23. DAYA TARIK FILSAFAT Filsafat dapat membantu individu untuk menemukan prinsip- prinsip yang benar yang sangat bermanfaat dalam mengarahkan hidup dan perilakunya. Di sini kita berhadapan dengan peran dari cabang filsafat yang namanya filsafat moral atau etika. Dengan bantuan pemikiran filsafat moral (etika), individu semakin mendalami hidupnya, mempertanyakan secara moral seluruh tindakannya dan menetapkan prinsipprinsip yang baik bagi hidupnya.
  • 24. Peran filsafat, baik dalam kehidupan maupun dalam bidang keilmuan. • Filsafat atau berfilsafat mengajak manusia bersikap arif dan berwawasan luas terdapat berbagai masalah yang dihadapinya, dan manusia diharapkan mampu untuk memecahkan masalah-masalah tersebut dengan cara mengidentifikasinya agar jawaban-jawaban dapat diperoleh dengan mudah. • Berfilsafat dapat membentuk pengalaman kehidupan seseorang secara lebih kreatif atas dasar pandangan hidup dan atau ide-ide yang muncul karena keinginannya. • Filsafat dapat membentuk sikap kritis seseorang dalam menghadapi permasalahan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan lainnya (interaksi dengan masyarakat, komunitas, agama, dan lain-lain) secara lebih rasional, lebih arif, dan tidak terjebak dalam fanatisme yang berlebihan.
  • 25. • Terutama bagi para ilmuwan ataupun para mahasiswa dibutuhkan kemampuan untuk menganalisis, analisis kritis secara komprehensif dan sistematis atas berbagai permasalahan ilmiah yang dituangkan di dalam suatu penelitian, ataupun kajian ilmiah lainnya. Kebenaran filsafat itu dapat diukur menurut kondisi yang pasti dimiliki oleh ilmu pengetahuan pada umumnya, yang meliputi: • Objek (sasaran studi) • Metode (cara atau jalannya studi) • Sistem (cara-cara kerja sebagai penunjang jalannya metode) • Kebenaran ilmiah (objektif dan dapat diukur, baik secara rasional maupun empiris).
  • 26. FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Pengetahuan sehari-hari dibangun bukan berdasarkan refleksi kritis dan pengambilan jarak terhadap realitas. Pengetahuan sehari-hari lebih mendasarkan diri pada kerja akal sehat (common sense). Sifat pengetahuan ini sangat praktis dan mengarahkan hidup manusia. Filsafat berfungsi sebagai pandangan hidup (Weltsanschauung) merupakan suatu pandangan hidup yang dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, juga dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Demikianlah, pada dasarnya, filsafat atau berfilsafat bukanlah sesuatu yang asing dan terlepas dari kehidupan sehari-hari, karena segala sesuatu yang ada dan yang mungkin serta dapat dipikirkan bisa menjadi objek filsafat apabila selalu dipertanyakan, dipikirkan secara radikal guna mencapai kebenaran.
  • 27. MENGEMBANGKAN PEMIKIRAN FILSAFAT Dalam beberapa literatur filsafat telah dijumpai beragam pengertian tentang filsafat. Keberagaman tersebut disebabkan oleh perbedaan sudut pandang yang dijadikan sebagai dasar orientasinya. Dari beragam karya tulis tentang filsafat, kita dapat merangkum sebagai berikut: • Pengertian filsafat dari segi arti kata, yaitu Tilsafat berasal dari bahasa Yunani terdiri dari kata ‘philein’ yang berarti cinta dan sophia’ yang berarti kebijaksanaan. Atau berasal dan Kata ‘philosophia’ yang berarti cinta akan kebijaksanaan atau love of wisdom. Jadi, Pengertian arti kata adalah cinta pada kebijaksanaan’.
  • 28. PENGEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT • Pengertian filsafat secara umum, yaitu suatu ilmu pengetahuan yang melakukan penyelidikan atau kajian tentang hakikat dari segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan penuh kecintaan untuk memperoleh kebenaran atau kebijaksanaan. • Pengertian filsafat secara khusus, yaitu suatu ilmu pengetahuan yang menyelidiki tentang hakikat sesuatu untuk memperoleh kebenaran menurut aliran filsafat tertentu. Dalam filsafat terdapat beragam aliran, misalnya: aliran idealisme, aliran positivisme, aliran materialisme, aliran hedonisme, aliran stoicisme dan sebagainya.
  • 29. Awal mula lahimya filsafat, menurut Bartens, ada setidaknya tiga faktor yang mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya “filsafat” di Yunani. • Pertama, di Yunani terdapat mitologi yang kaya dan tersebar luas. Mitologi ini bisa dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat. Bangsa Yunani telah mengadakan usaha untuk menyusun mitos-mitos yang beredar di masyarakatnya menjadi suatu bangunan yang sistematis. • Kedua, peran sastra Yunani dalam bentuk syair-syair Ramlani Lina Sinaulan yang digunakan Untuk buku pendidikan bagi masyarakat Yunani. Misalnya, peranan syair Homeros yang digemari masyarakat Yunani untuk dibaca dalam rangka mengisi waktu luang.
  • 30. • Ketiga, faktor ilmu pengetahuan yang berkembang pesat di Yunani. Bangsa Yunani berutang budi kepada bangsa lain, misalnya Mesir untuk ilmu ukur dan ilmu hitung, serta ilmu astronomi yang dipengaruhi oleh bangsa Babylonia.”
  • 31. LINGKUP FILSAFAT Filsafat sebagai induk ilmu-ilmu lainnya pengaruhnya masih terasa. Setelah filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu lainnya, teryata filsafat tidak mati, melainkan hidup dengan corak tersendiri, yakni sebagai ilmu yang memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu- ilmu khusus. Jelaslah bahwa filsafat tidak termasuk ruangan ilmu pengetahuan yang khusus. Filsafat boleh dikatakan suatu ilmu pengetahuan, tetapi objeknya tidak terbatas.
  • 32. LINGKUP FILSAFAT Sedangkan pembagian cabang-cabang filsafat yang dikemukakan para ahli atau para filsuf sangat beragam, tergantung sudut pandang yang diyakininya. Plato, memilahmilah filsafat menjadi tiga, yaitu: • Dialektika (filsafat tentang ide-ide atau pengertian-pengertian umum. • Fisika (filsafat tentang dunia material. • Etika (filsafat tentang kebaikan atau kesusilaan.
  • 33. • Logika (tentang bentuk susunan pikiran); • Filosofis teoritika, yang terbagi menjadi: (a) fisika (tentang dunia material); (b) matematika; (c) metafisika (tentang hakikat); • Filosofia praktika (tentang hakikat hidup kesusilaan), yang terbagi menjadi: (a) etika (tentang kesusilaan dalam hidup perseorangan); (b) ekonomia (tentang kesusilaan dalam hidup berkeluarga); (c) politika (tentang kesusilaan dalam hidup bernegara); dan • Filosofia poeletika (filsafat kesenian). Aristoteles membedakan filsafat menjadi empat, yaitu LINGKUP FILSAFAT
  • 34. Louis Kattsoff lebih rinci dalam membagi cabang-cabang filsafat, yaitu: • Logika, yaitu membicarakan tentang hukumhukum penyimpulan secara benar; • Metodologi, yaitu membicarakan tentang teknik atau cara melakukan penelitian ilmiah; • Metafisika, yaitu membicarakan tentang segala sesuatu yang ada, atau membahas hakekat; • Ontologi, yaitu membicarakan tentang hakikat segala sesuatu yang ada, atau hakikat `objek' dari segala sesuatu; • Kosmologi, yaitu membicarakan tentang segala sesuatu yang ada yang serba teratur; • Epistemologi, yaitu membahas tentang hakikat kebenaran;
  • 35. • Filsafat biologi, yaitu membicarakan tentang hakikat hidup; • Filsafat psikologi, yaitu membicarakan tentang hakikat jiwa manusia; • Filsafat antropologi, yaitu membicarakan tentang hakikat budaya manusia; • Filsafat sosiologi, yaitu membicarakan tentang hakikat masyarakat dan negara; • Etika, yaitu membicarakan tentang hakikat baik dan buruk; • Estetika, yaitu membicarakan tentang hakikat indah atau keindahan; • Filsafat agama, yaitu membicarakan tentang hakikat agama atau kepercayaan.
  • 36. LINGKUP FILSAFAT Dalam perkembangannya, studi filsafat berikutnya muncul cabang- cabang filsafat, sebagai konsekwensi dari beragam spesifikasi kehidupan, sehingga selain beragam cabang filsafat yang telah diuraikan di atas adalah muncul : • Filsafat politik, yang secara khusus membicarakan tentang hakikat kekuasaan, wewenang. pemerintahan, demokrasi dan sebagainya. • Filsafat hukum, yang secara khusus membicarakan tentang: dasar- dasar hukum, idea hukum, kaidah hukum, tujuan hukum, rahasia- rahasia hukum, peraturan perundang-undangan.
  • 37. LINGKUP FILSAFAT • Filsafat pendidikan, yang membicarakan tentang hakikat pendidikan dan pengajaran, fungsi pendidikan, peran orang tua, masyarakat dan negara dalam pendidikan, hakikat Proses pembelajaran budaya, dan sebagainya • Filsafat sejarah, yang secara khusus membicarakan tentang: makna sejarah, proses historis, kaidah ilmu sejarah, subjektivitas dan objektivitas sejarah, fungsi sejarah, dan sebagainya.
  • 38. CIRI-CIRI PEMIKIRAN FILSAFAT Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan konsepsional Konsepsi (rencana kerja) merupakan hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu demi satu. Karena itu, filsafat merupakan pemikiran tentang hal-hal serta proses- proses dalam hubungan yang umum. Di antara proses-proses yang dibicarakan ini ialah pemikiran itu sendiri. Sebagai konsekuensinya, seorang filsuf tidak hanya membicarakan dunia yang ada di sekitamya dan dunia yang ada di dalam dirinya, melainkan juga membicarakan perbuatan berpikir itu sendiri.
  • 39. • Filsafat Bersifat Koheren, Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan yang koheren, yang konsepsional. Secara singkat, yang saya maksudkan dengan istilah koheren’ ialah runtut. Bagan konsepsional yang merupakan hasil perenungan kefilsafatan haruslah bersifat runtut. • Pemikiran Filsafat Yang Rasional, Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional yang bersifat rasional. Yang saya maksudkan dengan 'bagan konsepsional yang bersifat rasional' ialah bagan yang bagian-bagiannya secara logis berhubungan satu dengan yang lain.
  • 40. • Filsafat Bersifat Komprehensif, Suatu sistem filsafat harus bersifat komprehensif, dalam arti tidak ada sesuatu pun yang berada di luar jangkauannya Jika tidak demikian, filsafat akan ditolak serta dikatakan berat sebelah dan tidak memadai. • Filsafat Memiliki Pemikiran Secara Sistematis, kefilsafatan ialah percobaan Untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional yang memadai. Untuk memahami dunia tempat kita hidup, maupun untuk memahami diri kita sendiri. • Filsafat Memiliki Pandangan Yang Luas, Secara singkat, perenungan kefilsafatan berusaha memahami segenap kenyataan dengan jalan menyusun suatu pandangan dunia (biasanya dipakai perkataan Jerman Weltanschal,ung) yang memberikan keterangan tentang dunia dan semua hal yang ada di di dalamnya.
  • 41. Filsafat membicarakan fakta-fakta dengan dua cara: • Filsafat mengajukan kritik atas makna yang dikandung fakta-fakta. • Filsafat menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat umum dari fakta-fakta. Seorang filsuf tidak pemah menerima suatu fakta secara dangkal. Bahkan seorang ilmuwan yang baik tidak hanya berbicara mengenai fakta-fakta. Ia juga mempunyai pandangan dunia dan dalam hubungannya dengan pandangan dunianya itu ia memandang fakta-fakta yang dimilikinya.
  • 42. BAB 4 FILSAFAT ILMU, PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN Kelompok 5
  • 43. A. DEFINISI DAN JENIS PENGETAHUAN Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).' secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.2 Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
  • 44. Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa pengetahuan dalam arti luas berarti semua kehadiran internasional objek dalam subjek. Namun dalam arti sempit dan berbeda dengan imajinasi atau pemikiran belaka, pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti (kebenaran, kepastian). Di sini subjek sadar akan hubungan objek dengan eksistensi. Pada umumnya, adalah tepat kalau mengatakan pengetahuan hanya merupakan pengalaman "sadar". Karena sangat sulit melihat bagaimana persisnya suatu pribadi dapat sadar akan suatu eksisten tanpa kehadiran eksisten itu di dalam dirinya. Orang pragmatic, terutama John Dewey tidak membedakan pengetahuan dengan kebenaran (antara knowledge dengan truth). Jadi pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi.
  • 45. 1. Jenis Pengetahuan Pada dasarnya Pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu: Pertama, pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu di mana is menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas dan sebagainya. Dengan common sense, semua orang sampai pada keyakinan secara umum tentang sesuatu, di mana mereka akan berpendapat sama semuanya. Common sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk menyiram bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar, musim kemarau akan mengeringkan sawah tadah hujan, dan sebagainya.
  • 46. Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode. Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
  • 47. Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia, yang sering juga disebut dengan hubungan horizontal. Pengetahuan agama yang lebih penting di samping informasi tentang Tuhan, juga informasi tentang Hari Akhir. Iman kepada Hari Akhir merupakan ajaran pokok agama dan sekaligus merupakan ajaran yang membuat manusia optimis akan masa depannya. Menurut para pengamat, agama masih bertahan sampai sekarang karena adanya doktrin tentang hidup setelah mati karenanya masih dibutuhkan.
  • 48. 2. Perbedaan Pengetahuan dengan Ilmu Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu disamakan artinya dengan pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan.8 Dari asal katanya, kita dapat ketahui bahwa pengetahuan diambil dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge, sedangkan ilmu diambil dari kata science dan peralihan dari kata Arab ilm. Seiring dengan definisi yang telah disebutkan sebelumnya, maka definisi berikut pun tidak jauh berbeda. Pengetahuan merupakan basil tabu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang fisik, pemahamannya dilakukan dengan cara persepsi balk lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.
  • 49. pada dasarnya pengetahuan berbeda dengan ilmu. Perbedaan itu terlihat dari sifat sistematik dan cara memperolehnya. Perbedaan tersebut menyangkut pengetahuan prailmiah atau pengetahuan biasa, sedangkan pengetahuan ilmiah dengan ilmu tidak mempunyai perbedaan yang berarti. Dalam perkembangannya lebih lanjut di Indonesia, pengetahuan disamakan artinya dengan ilmu. Hal ini dapat dilihat dari pendapat-pendapat berikut: "Kata ilmu berasal dari bahasa Arab `alima (ia telah mengetahui). Kata jadian ilmu berarti pengetahuan. Dan memang dalam bahasa Indonesia seharihari ilmu diidentikkan dengan pengetahuan"." Dengan demikian dapat kita tarik kesimpulan bahwa dalam bahasa, pengetahuan dengan ilmu bersinonim arti, sedangkan dalam arti material, keduanya mempunyai perbedaan.
  • 50. B. HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguhsungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia yang disebabkan dua hal utama, yakni pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu." Pada pembahasan ini penulis mencoba menjelaskan tentang hakikat pengetahuan yang meliputi apa itu pengetahuan dan bagaimana memperoleh pengetahuan tersebut dan hal ini juga merupakan bagian dari kajian filsafat pengetahuan atau epistemologi.
  • 51. 1. Hakikat Pengetahuan Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu, yaitu: a. Realisme Teori ini mempunyai pandangan realistic terhadap alam. Pengetahuan menurut realisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah kopi dari yang asli yang ada di luar akal. Hal ini tidak ubahnya seperti gambaran yang terdapat dalam foto. Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan.19
  • 52. Menurut Prof. Dr. Rasjidi, penganut agama perlu sekali mempelajari realisme dengan alasan: 1. Dengan menjelaskan kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam pikiran. Kesulitan pikiran tersebut adalah pendapat yang mengatakan bahwa tiap-tiap kejadian dapat diketahui hanya dari segi subjektif. Menurut Rasjidi, pernyataan itu tidak benar sebab adanya faktor subjektif bukan berarti menolak faktor objektif. Kalau seseorang melihat sebatang pohon, tentu pohon itu memang yang dilihat oleh subjektif. Namun, hal ini tidak berarti meniadakan pohon yang mempunyai wujud tersendiri. Begitu juga ketika orang berdoa kepada Tuhan, bukan berarti Tuhan itu hanya terdapat dalam pikiran, tetapi Tuhan mempunyai wujud tersendiri. 2. Dengan jalan memberi pertimbangan-pertimbangan yang positif, menurut Rasjidi, umumnya orang beranggapan bahwa tiap-tiap benda mempunyai satu sebab. Contohnya, apa yang menyebabkan Ahmad sakit. Biasanya kita peas ketika kita dijawab karena kuman. Sebenarnya, sebab sakit itu banyak karena ada orang yang bersarang kuman dalam tubuhnya, tetapi dia tidak sakit. Dengan demikian, penyakit si Ahmad itu mungkin disebabkan keadaan badannya, iklim, dan sebagainya. Prinsip semacam ini, menurut Rasjidi bisa digunakan untuk mempelajari agama karena adanya perasaan yang subjektif tidak berarti tidak adanya keadaan yang objektif."
  • 53. b.Idealisme Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena itu, pengetahuan bagi seorang idealis hanya merupakan gambaran subjektif dan bukan gambaran objektif tentang realitas. Subjektif dipandang sebagai suatu yang mengetahui, yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut. Karena itu, pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran. Yang diberikan pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui (subjek).Idealisme subjektif juga akan menimbulkan kebenaran yang relatif karena setiap individu berhak untuk menolak kebenaran yang datang dari luar dirinya. Akibatnya, kebenaran yang bersifat universal tidak diakui. Kalau demikian jadinya, aturanaturan agama dan kemasyarakatan hanya bisa benar untuk kelompok tertentu dan tidak berlaku bagi kelompok lain. Lagi pula, idealisme terlalu mengutamakan subjek sebagai si penilai dengan merendahkan objek yang dinilai. Sebab, subjek yang menilai kadangkala berada pada keadaan yang berubah-ubah, seperti sedang marah dan gembira.
  • 54. 2. Sumber Pengetahuan Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya dari mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan didapat. Dari situ timbul pertanyaan bagaimana caranya kita memperoleh pengetahuan atau dari mana sumber pengetahuan kita? Pengetahuan yang ada pada kita diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan sumber pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain:
  • 55. a. Empirisme Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi. Dengan inderanya, manusia dapat mengatasi taraf hubungan yang semata-mata fisik dan masuk ke dalam medan intensional, walaupun masih sangat sederhana. Indera menghubungkan manusia dengan hal- hal konkret-material. Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang lainnya, berhubungan dengan sifat khas fisiologis indera dan dengan objek yang dapat ditangkap sesuai dengannya. Masing-masing indera menangkap aspek yang berbeda mengenai barang atau makhluk yang menjadi objeknya. Jadi pengetahuan inderawi berada menurut perbedaan indera dan terbatas pada sensibilitas organ-organ tertentu.
  • 56. Namun aliran ini mempunyai banyak kelemahan, antara lain: 1) Indera terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil, apakah ia benar-benar kecil? Ternyata tidak. Keterbatasan inderalah yang menggambarkan seperti itu. Dari sini akan terbentuk pengetahuan yang salah. 2) Indera menipu, pada orang yang sakit malaria gula rasanya pahit, udara akan terasa dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga. 3) Objek yang menipu, contohnya fatamorgana dan ilusi. Jadi objek itu sebenarnya tidak sebagaimana ia ditangkap oleh indera, ia membohongi indera. 4) Berasal dari indra dan objek sekaligus. Dalam hal ini, indera (mata) tidak mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan, dan kerbau itu juga tidak dapat memperlihatkan badannya secara keseluruhan. Kesimpulannya ialah empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.
  • 57. b. Rasionalisme Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indera dapat dikoreksi, seandainya akal digunakan. Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan. Pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja, tetapi sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata akal. Laporan indera menurut rasionalisme merupakan bahan yang belum jelas, bahkan ini memungkinkan dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berpikir. Akal mengatur bahan tersebut sehingga dapatlah terbentuk pengetahuan yang benar. Jadi fungsi pancaindera hanyalah untuk memperoleh data-data dari alam nyata dan akalnya menghubungkan data-data itu satu dengan yang lain. Dalam penyusunan ini akal menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide universal. Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat universal. Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip universal adalah abstraksi dari bendabenda konkret, seperti hukum kausalitas atau gambaran umum tentang kursi. Sebaliknya, bagi empirisme hukum tersebut tidak diakui.34
  • 58. c. Intuisi Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha. Ia juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi. Menurutnya, intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis, yang pada dasarnya bersifat analisis, menyeluruh, mutlak, dan tanpa dibantu oleh penggambaran secara simbolis. Karena itu, intuisi adalah sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Analistis atau pengetahuan yang diperoleh lewat pelukisan tidak dapat menggantikan hasil pengenalan intuisi.43 Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat diandalkan.44 Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Kegiatan intuisi dan analisis bisa bekerja saling membantu dalam menemukan kebenaran. Bagi Nietzchen intuisi merupakan "inteligensi yang paling tinggi" dan bagi Maslow intuisi merupakan "pengalaman puncak" (peak experience).
  • 59. d. Wahyu Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantaraan pars nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan semesta. Tuhan mensucikan jiwa mereka dan diterangkan-Nya Pula jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu. Pengetahuan dengan jalan ini merupakan kekhususan para nabi. Hal inilah yang membedakan mereka dengan manusiamanusia lainnya. Akal meyakinkan bahwa kebenaran pengetahuan mereka berasal dari Tuhan, karena pengetahuan itu memang ada pada saat manusia biasa tidak mampu mengusahakannya, karena hal itu memang di luar kemampuan manusia. Bagi manusia tidak ada jalan lain kecuali menerima dan membenarkan semua yang berasal dari Nabi. Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, balk mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah transedental, seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia, dan segenap isinya serta kehidupan di akhirat nanti.
  • 60. C. PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN Ilmu pengetahuan tidak langsung terbentuk begitu saja, tetapi melalui proses, melalui tahap-tahap atau periode-periode perkembangan. a) Periode Pertama (Abad 4 sebelum Masehi) Perintisan “Ilmu pengetahuan” dianggap dimulai pada abad 4 sebelum Masehi. Abad 4 sebelum Masehi merupakan abad terjadinya pergeseran dari persepsi mitos ke persepsi logos, dari dongeng- dongeng ke analisis rasional. Contoh persepsi mitos adalah pandangan yang beranggapan bahwa kejadian-kejadian misalnya adanya penyakit atau gempa bumi disebabkan perbuatan dewa-dewa. Jadi pandangan tersebut tidak bersifat rasional, sebaliknya persepsi logos adalah pandangan yang bersifat rasional. Pada periode ini tokoh yang terkenal adalah Aristoteles. Persepsi Aristoteles tentang dunia adalah sebagai berikut : dunia adalah ontologis atau ada (eksis). Menurut Aristoteles, dunia merupakan substansi, dan ada hirarki substansi-substansi. Substansi adalah sesuatu yang mandiri, dengan demikian dunia itu mandiri. Pandangan Aristoteles yang dapat dikatakan sebagai awal dari perintisan “ilmu pengetahuan” adalah hal-hal sebagai berikut:
  • 61. 1. Perihal Pengenalan, Menurut Aristoteles terdapat dua macam pengenalan, yaitu: (1) pengenalan inderawi, pengenalan inderawi memberi pengetahuan tentang hal-hal yang kongkrit dari suatu benda (2) pengenalan rasional, dapat mencapai hakekat sesuatu, melalui jalan abstraksi. 2. Perihal Metode, “ilmu pengetahuan” adalah pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau hukum- hukum bukan objek-objek eksternal atau fakta. Menurut Aristoteles, mengembangkan “ilmu pengetahuan” berarti mengemb angkan prinsip- prinsip, mengembangkan “ilmu pengetahuan” (teori) tidak terletak pada akumulasi data tetapi peningkatan kualitas teori dan metode.
  • 62. b) Periode Kedua (abad 17 sesudah Masehi) Pada periode yang kedua ini terjadi revolusi ilmu pengetahuan karena adanya perombakan total dalam cara berpikir. Cara berpikir abad 17 mengkonstruksi suatu model yaitu memasukkan unsur makro menjadi mikro, mengkonstruksi suatu model yang dapat diuji coba secara empiris, sehingga memerlukan adanya laboratorium. Ini berarti mempergunakan pendekatan matematis dan pendekatan eksperimental. Selanjutnya apabila pada jaman Aristoteles ilmu pengetahuan bersifat ontologis, maka sejak abad 17, ilmu pengetahuan berpijak pada prinsip-prinsip yang kuat yaitu jelas dan terpilah-pilah (clearly and distinctly) serta disatu pihak berpikir pada kesadaran, dan pihak lain berpihak pada materi. Prinsip jelas dan terpilah-pilah dapat dilihat dari pandangan Rene Descartes (1596-1650) dengan ungkapan yang terkenal, yaitu Cogito Ergo Sum, yang artinya karena aku berpikir maka aku ada. Menurut Descartes pengetahuan tentang sesuatu bukan hasil pengamatan melainkan hasil pemeriksaan rasio (dalam Hadiwijono, 1981). Sedangkan menurut Immanuel Kant ilmu pengetahuan itu bukan merupakan pangalaman terhadap fakta saja, tetapi merupakan hasil konstruksi oleh rasio. Menurut Immanuel Kant, baik rasionalisme maupun empirisme dua-duanya berat sebelah. Oleh karena itu Kant berpendapat bahwa pengenalan berpusat pada subjek dan bukan pada objek.
  • 63. D. Filsafat Dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Sebelum Metode Penelitian dengan pendekatan Kualitatif atau Metode Penelitian Kualitatif, akan diuraikan terlebih dahulu apa Perbedaan Ilmu Pengetahuan Ilmiah (Science) dengan Pengetahuan (Knowledge). Kedua metode Penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif digunakan untuk mengembangkan Ilmu Pengetahuan Ilmiah (Science). Secara singkat dapat dikatakan Filsafat adalah refleksi kritis yang radikal. Refleksi adalah upaya memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti. Kemudian apa perbedaan Ilmu Pengetahuan dengan Filsafat. Apabila ilmu pengetahuan sifatnya taat fakta, objektif dan ilmiah, maka filsafat sifatnya mempertemukan berbagai aspek kehidupan di samping membuka dan memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu pengetahuan objeknya dibatasi, maka filsafat objeknya tidak dibatasi pada satu bidang kajian saja dan objeknya dibahas secara filosofis atau reflektif rasional. Apabila ilmu pengetahuan tujuannya memperoleh data secara rinci untuk menemukan pola-polanya, maka filsafat tujuannya mencari hakiki, untuk itu perlu pembahasan yang mendalam. Persamaan antara Filsafat dan Agama adalah semuanya mencari kebenaran. Sedang perbedaannya Filsafat bersifat rasional yaitu sejauh kemampuan akal budi, sehingga kebenaran yang dicapai bersifat relatif. Agama berdasarkan iman atau kepercayaan terhadap kebenaran agama, karena merupakan wahyu dari Tuhan YME, dengan demikian kebenaran agama bersifat mutlak. Kajian filsafat meliputi ruang lingkup yang disusun berdasarkan pertanyaan filsuf terkenal Immanuel Kant sebagai berikut :
  • 64. 1. Apa Dapat Saya Ketahui, Pertanyaan ini mempunyai makna tentang batas mana yang dapat dan mana yang tidak dapat diketahui. Jawaban terhadap pertanyaan ini adalah suatu fenomena. Fenomena selalu dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal ini menjadi dasar bagi Epistomologi 2. Apa Yang Harus Saya Lakukan, Pertanyaan ini mempersoalkan nilai (values), dan disebut Axiologi, yaitu nilai-nilai apa yang digunakan sebagai dasar dari perilaku. Kajian Axiologi meliputi Etika atau nilai-nilai keutamaan atau kebaikan dan Estetika atau nilai-nilai keindahan. 3. Apa Yang Dapat Saya Harapkan, Pengetahuan manusia ada batasnya. Apabila manusia sudah sampai batas pengetahuannya, manusia hanya bisa mengharapkan. Hal ini berkaitan dengan being, yaitu hal yang ”ada”, misalnya permasalahan tentang apakah jiwa manusia itu abadi atau tidak, apakah Tuhan itu ada atau tidak.
  • 65. Hakekat ilmu pengetahuan dapat ditelusuri dari 4 (empat) hal, yaitu: 1. Sumber Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan diperoleh dari pengalaman (emperi) dan dari akal (ratio). Sehingga timbul faham atau aliran yang disebut empirisme dan rasionalisme. Aliran empirisme yaitu faham yang menyusun teorinya berdasarkan pada empiri atau pengalaman. Metode yang digunakan aliran emperisme adalah induksi, sedang rasionalisme menggunakan metode deduksi. 2. Batas-Batas Ilmu Pengetahuan Menurut Immanuel Kant apa yang dapat kita tangkap dengan panca indera itu hanya terbatas pada gejala atau fenomena, sedang substansi yang ada di dalamnya tidak dapat kita tangkap dengan panca indera disebut nomenon. Yang dapat kita ketahui atau dengan kata lain dapat kita tangkap dengan panca indera adalah hal-hal yang berada di dalam ruang dan waktu. Yang berada di luar ruang dan waktu adalah di luar jangkauan panca indera kita, itu terdiri dari 3 (tiga) ide regulatif :
  • 66. a. Ide kosmologis yaitu tentang semesta alam (kosmos), yang tidak dapat kita jangkau dengan panca indera. b. Ide psikologis yaitu tentang psiche atau jiwa manusia, yang tidak dapat kita tangkap dengan panca indera, yang dapat kita tangkap dengan panca indera kita adalah manifestasinya misalnya perilakunya, emosinya, kemampuan berpikirnya, dan lain-lain. c. Ide teologis yaitu tentang Tuhan Sang Pencipta Semesta Alam.
  • 67. 3. Strukturnya Yang ingin mengetahui adalah subjek yang memiliki kesadaran. Yang ingin kita ketahui adalah objek, diantara kedua hal tersebut seakan-akan terdapat garis demarkasi yang tajam. Namun demikian sebenarnya dapat dijembatani dengan mengadakan dialektika. Jadi sebenarnya garis demarkasi tidak tajam, karena apabila dikatakan subjek menghadapi objek itu salah, karena objek itu adalah subjek juga, sehingga dapat terjadi dialektika. 4. Keabsahan Keabsahan ilmu pengetahuan membahas tentang kriteria bahwa ilmu pengetahuan itu sah berarti membahas kebenaran. Tetapi kebenaran itu nilai (axiologi), dan kebenaran itu adalah suatu relasi. Kebenaran adalah kesamaan antara gagasan dan kenyataan. Misalnya ada korespondensi yaitu persesuaian antara gagasan yang terlihat dari pernyataan yang diungkapkan dengan realita. a. Teori Korespondensi, terdapat persamaan atau persesuaian antara gagasan dengan kenyataan atau realita. b. Teori Koherensi, terdapat keterpaduan antara gagasan yang satu dengan yang lain. Tidak boleh terdapat kontradiksi antara rumus yang satu dengan yang lain. c. Teori Pragmatis, yang dianggap benar adalah yang berguna. Pragmatisme adalah tradisi dalam pemikiran filsafat yang berhadapan dengan idealisme, dan realisme.
  • 68. E. CIRI-CIRI ILMU PENGETAHUAN ILMIAH. Filsafat ilmu pengetahuan merupakan cabang filsafat yang menelaah baik ciri-ciri ilmu pengetahuan ilmiah maupun cara-cara memperoleh ilmu pengetahuan ilmiah. Ciri- ciri ilmu pengetahuan Filsafat ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut: 1. Ilmu pengetahuan ilmiah harus sistematis Ilmu pengetahuan ilmiah bersifat sistematis artinya ilmu pengetahuan ilmiah dalam upaya menjelaskan setiap gejala selalu berlandaskan suatu teori. Ciri-ciri yang sistematis dari ilmu pengetahuan ilmiah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
  • 69. a) Presepsi sehari-hari(bahasa sehari-hari) Dari persepsi sehari-hari terhadap fenomena atau fakta yang biasanya disampaikan dalam bahasa sehari-hari diobservasi agar dihasilkan makna. b) Observasi (konsep nilai ilmiah) Untuk memperoleh konsep ilmiah atau menyusun konsep ilmiah perlu ada definisi
  • 70. Dalam menyusun definisi perlu diperhatikan bahwa bahwa dalam definisi tidak boleh terdapat kata yang didefinisikan. 1) Definisi speculatif Definisi ini disusun berkaitan dengan tujuan tertentu. Dengan demikian tidak dapat dinyatakan apakah definisi tersebut benar atau salah. Benar atau salah tidak menjadi masalah, tetapi yang penting adalah konsisten . 2) Definisi operasional Definisi ini memiliki kekurangan karena seringkali apa yang didefinisikan terdapat atau disebut dalam definisi, sehingga terjadi pengulangan. 3) Definisi teoritis Definisi ini menjelaskan sesuatu fakta atau fenomena atau istilah berdasarkan teori tertentu. Contoh: Untuk mendefinisikan Superego, lalu menggunakan teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud. 4) Definisi persuasif Definisi yang mengandung pada anjuran. Dalam definisi ini terkandung anjuran agar orang melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Contoh: Membunuh adalah tindakan menghabisi nyawa secara tidak terpuji.
  • 71. 2. Ilmu pengetahuan ilmiah dapat dipertanggung jawabkan. Ilmu pengetahuan ilmiah dapat dipertanggung jawabkan melalui 3 macam yaitu: a) Sistem axiomatis Sistem ini berusaha membuktikan kebenaran suatu fenomena atau gejala sehari-hari mulai dari kaidah atau rumus umum menuju rumus khusus atau konkret. Cara ini disebut deduktif-nomologis. b) Sistem empiris Sistem bwrsifat induktif dan untuk menghasilkan rumus umum digunakan alat bantu statistik. c) Sistem semantik /linguistik Umumnya yang menggunakan metode ini adalah ilmu bahasa
  • 72. 3. Ilmu pengetahuan ilmiah Harus obejektif atau intersujebtif Ilmu pengetahuan ilmiah itu bersifat mandiri atau milik orang banyak dan ilmu pengetahuan ilmiah itu bersifat otonom dan mandiri dan bukan milik perorangan.
  • 73. F. CARA KERJA ILMU PENGETAHUAN ILMIAH Cara kerja pengetahuan ilmiah untuk mendapatkan kebenaran yang dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Langkah pertama Untuk pemecahan masalah diperlukan kajian pustaka guna mendapatkan teori-teori yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah. b. Langkah kedua Menyusun hipotesis diperlukan metode deduksi logis. c. Langkah ketiga Untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis perlu adanya observasi. Sebelum melakukan observasi perlu melakukan interpretasi teori yang digunakan sebagai landasan penyusunan hipotesis dalam penelitian adalah penyusunan kisi-kisi/dimensi-dimensi, kemudian penyusunan instrumen pengumpulan data, penetapan sampel dan penyusunan skala.
  • 74. d. Langkah keempat Setelah observasi, selanjutnya melakukan pengukuran , penetapan sampel, estimasi kriteria . e. Langkah kelima Generalisasi emperis tersebut pada hakekatnya merupakan hasil pembuktian hipotesis. Apabila hipotesis benar akan memperkuat teori (verifikasi). Apabila hipotesis tidak terbukti akan memperlemah teori (falsifikasi). f. Langkag keenam Pembentukan atau penyusunan proposisi ini dipergunakan untuk memperkuat atau memantapkan teori, atau menyusun teori baru apabila hipotesis tidak terbukti.
  • 75. B. BEDA ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN Ilmu pengetahuan (science) mempunyai pengertian yang berbeda dengan pengetahuan (knowledge atau dapat juga disebut common sense). Orang awam tidak memahami atau tidak menyadari bahwa ilmu pengetahuan itu berbeda dengan pengetahuan. Bahkan mugkin mereka menyamakan dua pengertian tersebut. Tentang perbedaan antara ilmu pengetahuan dan pengetahuan akan dicoba dibahas disini. Mempelajari apa itu ilmu pengetahuan itu berarti mempelajari atau membahas esensi atau hakekat ilmu pengetahuan. Demikian pula membahas pengetahuan itu juga berarti membahas hakekat pengetahuan. Untuk itu kita perlu memahami serba sedikit Filsafat Ilmu Pengetahuan. Dengan mempelajari Filsafat Ilmu Pengetahuan di samping akan diketahui hakekat ilmu pengetahuan dan hakekat pengetahuan, kita tidak akan terbenam dalam suatu ilmu yang spesifik sehingga makin menyempit dan eksklusif. Dengan mempelajari filsafat ilmu pengetahuan akan membuka perspektif (wawasan) yang luas, sehingga kita dapat menghargai ilmu-ilmu lain, dapat berkomunikasi dengan ilmu-ilmu lain. Dengan demikian kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan secara interdisipliner.
  • 76. Perbedaan Ilmu Pengetahuan dengan Pengetahuan Terdapat beberapa definisi ilmu pengetahuan, di antaranya adalah: a) Ilmu pengetahuan adalah penguasaan lingkungan hidup manusia. Definisi ini tidak diterima karena mencampuradukkan ilmu pengetahuan dan teknologi. b) Ilmu pengetahuan adalah kajian tentang dunia material. Definisi ini tidak dapat diterima karena ilmu pengetahuan tidak terbatas pada hal- hal yang bersifat materi. c) Ilmu pengetahuan adalah definisi eksperimental. Definisi ini tidak dapat diterima karena ilmu pengetahuan tidak hanya hasil/metode eksperimental semata, tetapi juga hasil pengamatan, wawancara. Atau dapat dikatakan definisi ini tidak memberikan tali pengikat yang kuat untuk menyatukan hasil eksperimen dan hasil pengamatan (Ziman J. dalam Qadir C.A., 1995).
  • 77. d) Ilmu pengetahuan dapat sampai pada kebenaran melalui kesimpulan logis dari pengamatan empiris. Definisi ini mempergunakan metode induksi yaitu membangun prinsip-prinsip umum berdasarkan berbagai hasil pengamatan. Definisi ini memberikan tempat adanya hipotesa, sebagai ramalan akan hasil pengamatan yang akan datang. Definisi ini juga mengakui pentingnya pemikiran spekulatif atau metafisik selama ada kesesuaian dengan hasil pengamatan. Namun demikian, definisi ini tidak bersifat hitam atau putih. Definisi ini tidak memberi tempat pada pengujian pengamatan dengan penelitian lebih lanjut. Kebenaran yang disimpulkan dari hasil pengamatan empiris hanya berdasarkan kesimpulan logis berarti hanya berdasarkan kesimpulan akal sehat. Apabila kesimpulan tersebut hanya merupakan akal sehat, walaupun itu berdasarkan pengamatan empiris, tetap belum dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan tetapi masih pada taraf pengetahuan. Ilmu pengetahuan bukanlah hasil dari kesimpulan logis dari hasil pengamatan, namun haruslah merupakan kerangka konseptual atau teori yang memberi tempat bagi pengkajian dan pengujian secara kritis oleh ahli- ahli lain dalam bidang yang sama, dengan demikian diterima secara universal. Ini berarti terdapat adanya kesepakatan di antara para ahli terhadap kerangka konseptual yang telah dikaji dan diuji secara kritis atau telah dilakukan penelitian atau percobaan terhadap kerangka konseptual tersebut.
  • 78. Kebenaran yang disimpulkan dari hasil pengamatan empiris hanya berdasarkan kesimpulan logis berarti hanya berdasarkan kesimpulan akal sehat. Apabila kesimpulan tersebut hanya merupakan akal sehat, walaupun itu berdasarkan pengamatan empiris, tetap belum dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan tetapi masih pada taraf pengetahuan. Ilmu pengetahuan bukanlah kumpulan pengetahuan semesta alam atau kegiatan yang dapat dijadikan dasar bagi kegiatan yang lain, tetapi merupakan teori, prinsip, atau dalil yang berguna bagi pengembangan teori, prinsip, atau dalil lebih lanjut, atau dengan kata lain untuk menemukan teori, prinsip, atau dalil baru. Ilmu pengetahuan adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual yang saling berkaitan dan telah berkembang sebagai hasil percobaan dan pengamatan yang bermanfaat untuk percobaan lebih lanjut . Pengertian percobaan di sini adalah pengkajian atau pengujian terhadap kerangka konseptual, ini dapat dilakukan dengan penelitian atau dengan percobaan . Para ahli fisika dan kimia yang menekankan penerapannya pada hakikatnya bukan merupakan ilmu pengetahuan, tetapi merupakan akal sehat.
  • 79. Sedangkan Ernest Nagel secara rinci membedakan pengetahuan (common sense) dengan ilmu pengetahuan (science). Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Dalam common sense, Informasi tentang suatu fakta jarang disertai penjelasan tentang mengapa dan bagaimana. Common sense tidak melakukan pengujian kritis hubungan sebab-akibat antara fakta yang satu dengan fakta lain. b. Ilmu pengetahuan menekankan ciri sistematik, Penelitian ilmiah bertujuan untuk mendapatkan prinsip-prinsip yang mendasar dan berlaku umum tentang suatu hal. Artinya dengan berpedoman pada teori-teori yang dihasilkan dalam penelitian- penelitian terdahulu, penelitian baru bertujuan untuk menyempurnakan teori yang telah ada yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. c. Dalam menghadapi konflik dalam kehidupan, Ilmu pengetahuan menjadikan konflik sebagai pendorong untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan berusaha untuk mencari, dan mengintroduksi pola-pola eksplanasi sistematik sejumlah fakta untuk mempertegas aturan-aturan.
  • 80. d. Kebenaran yang diakui oleh common sense bersifat tetap, Sedang kebenaran dalam ilmu pengetahuan selalu diusik oleh pengujian kritis. Kebenaran dalam ilmu pengetahuan selalu dihadapkan pada pengujian melalui observasi maupun eksperimen dan sewaktu-waktu dapat diperbaharui atau diganti. e. Perbedaan selanjutnya terletak pada segi bahasa yang digunakan, untuk memberikan penjelasan pengungkapan fakta. Istilah dalam common sense biasanya mengandung pengertian ganda dan samar-samar. f. Perbedaan yang mendasar terletak pada prosedur, Dalam ilmu pengetahuan alam (sains), metoda yang dipergunakan adalah metoda pengamatan, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi. Sedang ilmu sosial dan budaya juga menggunakan metode pengamatan, wawancara, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi.
  • 81. Proses Terbentuknya Ilmu Pengetahuan a) Syarat-syarat Ilmu Pengetahuan Ilmiah Agar dapat diuraikan proses terbentuknya ilmu pengetahuan ilmiah, perlu terlebih dahulu diuraikan syarat-syarat ilmu pengetahuan ilmiah. Menurut Karlina Supeli Laksono dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan (Epsitomologi) pada Pascasarjana Universitas Indonesia tahun 1998/1999, ilmu pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga syarat, yaitu: 1) Sistematik; yaitu merupakan kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai suatu sistem. 2) Objektif; atau dikatakan pula sebagai intersubjektif, yaitu teori tersebut terbuka untuk diteliti oleh orang lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian bersifat universal. 3) Dapat dipertanggungjawabkan; yaitu mengandung kebenaran yang bersifat universal, dengan kata lain dapat diterima oleh orang-orang lain/ahli-ahli lain. Tiga syarat ilmu pengetahuan tersebut telah diuraikan secara lengkap pada sub bab di atas.
  • 82. SIAPA ITU SEORANG FILSUF Filsafat itu bermula dari rasa kagum dan heran, dan ini lalu menimbulkan banyak pertanyaan dalam diri manusia. Karena itu dari aspek ini secara natural, semua manusia yang memiliki semua aspek manusiawi yang lengkap, adalah filsuf yang mampu melontarkan pertanyaan dan mampu juga menjawabi semua pertanyaan itu. Setiap orang memiliki filsafat berpikir atau pandangan hidupnya tersendiri sesuai dengan latarbelakang hidup, sejarah, pendidikan dan kebudayaan. Bagaimana ia memandang dunianya, dirinya sendiri dan orang lain serta Yang Ilahi juga metnperlihatkan bahwa dia sendiri sedang berfilsafat. Namun Filsafat juga dilihat sebagai ilmu dan sebagai ilmu ia memiliki sistematika, metodologi kerja, dan objek atau sasaran tertentu yang mau dicapai. Dan orang yang selalu berkecimpung dalam dunia berpikir yang sistematis dan metodis juga dikenal sebagai filsuf atau pemikir.
  • 84. Berpikir Induktif dan Deduktif  Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Pengetahuan yang dimaksud adalah suatu fenomena yang ditangkap oleh indra manusia. Menangkap berarti mengamati atau mengobservasi, sedangkan yang diamati dan fenomena itu tidak lain adalah fakta. Dalam observasi itu fakta dari fenomena dikumpulkan, diamati, diklasifikasi dan disusun secara teratur (sistematis) kemudian dibuat generalisasi sebagai kesimpulannya. Dan sinilah terwujud hukum, dalil, atau teori dari suatu ilmu.  Menurut Francis Bacon (Soetriono dan SRDm Rita Hanafie: 2007), mempertegas variasi kondisi untuk mencapai hikikat induktif, yaitu: (1) tabulasi atau pencatatan ciri-ciri positif yaitu pencatatan mengenai apa yang terjadi dalam suatu kondisi; (2) tabulasi atau pencatatan ciri-ciri negatif yaitu pencatatan kondisi mana suatu kejadian tidak timbul dan: (3) tabulasi atau pencatatan variasi kondisi yaitu pencatatan ada tidaknya perubahan ciri-ciri pada kondisi yang berubah-ubah.
  • 85. Metode Ilmiah  Kedudukan metode penelitian dalam metode ilmiah dapat dikatakan hanya sebagian dari langkah-langkah sistematis dalam memperoleh ilmu, sebab metode penelitian baru merupakan prosedur sistematis dari bekerjanya pikiran aiau logic yang hanya menghasilkan kesimpulan atau ketetapan rasional saja. Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Garis besar langkah-langkah sistematis keilmuan adalah: 1. mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah; 2. menyusun kerangka pikiran (logical contract); 3. merumuskan hipotesis (jawaban rasicnal terhadap masalah); 4. menguji hipotesis secara empirik; 5. melakukan pembahasan dan; 6. menyimpulkan.
  • 86. Logika Alami dan Logika Scientifika  Pengalaman mengatakan bahwa kita tidak hanya sering berpikir atau tetapi juga harus berpikir. Kita harus melihat jauh ke depan, kita harus memuat rencana. De facto membuat rencana, bahkan merupakan kewajiban dan keharusan bagi manusia, betapapun keterbatasan rencana dan antisipasi manusia. Dalam kegiatan berpikir sehari-hari kita secara spontan telah mengikuti hukum-hukum yang secara alami memerintah. Dan memang benar bahwa logika alami (natural, spontan, dengan naluri) tersebut telah mencukupi bagi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.  Pengalaman juga mengatakan bahwa kita sering tersesat dalam berpikir. Memang, sesudah mengalami tersesat, kita dapat menganalisis kesesatan kita dan menemukan sebab-sebabnya kesesatan itu. Jadi, logika scientifika mutlak dibutuhkan untuk semakin memperlengkapi kita dalam mempeitajam jiwa dan menolong meluruskan kerja intelek kita dengan mengikuti, mematuhi prinsip- prinsip dasar yang memerintahnya dengan sadar.
  • 87. Definisi Logika Scientifika  Logika scientifika adalah ilmu praktis normatif yang mempelajari hukum-hukum, prinsip-prinsip, bentuk-bentuk pikiran manusia yang jika dipatuhi akan membimbing kita mencapai kesimpulan-kesimpulan yang betul lurus, sah. Ilmu  Manusia dapat menyempurnakan cara-caranya menangkap realitas, menunjukkan sifat-sifat suatu realitas, dan mencari sebab-sebab suatu realitas. Dengan demikian, manusia tidak saja mengerti melainkan juga dapat mengerti seluk-beluk objeknya. Manusia tidak saja menemukan sesuatu, tetapi juga dapat mempertanggungjawabkan hasil penemuannya. Tetapi pengetahuan bukanlah atau belumlah ilmu karena dibutuhkan pandangan, penelitian yang logis teratur bersifat kritis dan sistematis. Untuk mendapatkan ilmu, orang masih harus menyempurnakan cara mengetahui suatu objek dengan lebih saksama.
  • 88. Praktis dan Normatif  Biasanya ilmu dibagi sebagai berikut: 1. Ilmu-ilmu alam (natuurwetenschappen, natuurwissenschaften) bertujuan untuk mengetahui alam dasarnya: observasi dan eksperimen. Tujuan akhir dari segalanya itu adalah untuk menangkap dan mengatur gejala-gejala alam sehingga dapat dirumuskan hukum-hukum dan diletakkan ke dalam suatu pola besar. 2. Ilmu-ilmu kejiwaan atau ilmu-ilmu budaya (geestes atau craltuurweteraschappen, Geisteswissertschaften atau Kulturwissenschafien) bertujuan untuk mengetahui manusia, sejarahnya atau kebudayaannya dalam artinya yang luas 3. Ilmu-ilmu apriori atau ilmu-ilmu deduktif yang tidak bertumpu pada pengalaman, tetapi ditarik secara logis dari aksioma-aksioma tertentu.
  • 89. Jika ilmu dibagi menurut metodenya, dapat dibentuk tiga kelompok besar: 1. Ilmu-ilmu aksiomatik atau ilmu-ilmu deduktif. 2. Ilmu-ilmu empiris atau ilmu-ilmu induktif. 3. Ilmu-ilmu kesejarahan atau ilmu-ilmu reduktif. Pembagian ini terlalu skematis. Sementara teori ilmu empiris (termasuk di dalamnya ilmu alam) diaksiomatisasikan. Sedangkan metode reduktif banyak dipakai di dalam ilmu alam. Teori evolusi, misalnya, yang merupakan teori biologi, menunjukkan banyak kesamaan dengan ilmu-ilmu kesejarahan.
  • 90. Menurut tujuannya, ilmu dapat dibagi sebagai berikut :  Ilmu spekulatif (atau teoretis): yakni ilmu yang menuju ke pengertian yang benar demi pengertian itu sendiri. Tujuannya untuk memperoleh pandangan (insight). Jadi hanya ingin mengerti keadaan yang sebenarnya saja, bukan pertama-tama dan terutama diusahakan untuk dipergunakan.  Nomatetis; yakni menentukan hukum-hukum umum yang berlaku, mempelajari objeknya dalam keabstrakannya, dan mencoba menemukan unsur-unsur yang selalu terdapat kembali dalam segala penjelmaannya yang konkret, bilamana dan di mana saja.  Ideografis (deskriptif): yang'mempelajari objeknya dalam ujud konkremya, menurut tempat dan waktu tertentu, dengan sifat-sifatnya yang khas. Misalnya etnografi, sosiografi, sejarah.
  • 91.  llmu praktis (ilmu terapan): yakni ilmu yang menuju ke pengertian yang benar, tidak hanya demi pengertian itu sendiri, tetapi juga demi sesuatu lain yang praktis, langsung diarahkan pada pemakaian pengetahuan itu, jadi menentukan bagaimana orang harus berbuat atau membuat sesuatu. Ilmu spekulatif (teoretis) biasanya dapat berdiri sendiri, terlepas dari ilmu praktis. Tetapi ilmu praktis selalu mempunyai dasar yang teoretis. Logika scientifika disebut ilmu praktis. Sebagai ilmu, logika scientifika juga bersifat spekulatif (teoretis), yaitu suatu pandangan, bersifat memandang untuk memandang. Dengan logika scientifika, kita mengadakan pandangan tentang kelurusan perjalanan pikiran manusia. Logika scientifika juga disebut seni, kecakapan, kemahiran. Logika scientifika adalah ilmu yang mengajarkan kepada kita hukum-hukum, prinsip-prinsip, bentuk-bentuk pemikiran yang harus dipatuhi dan membuat kita melihat di mana letak penalaran yang betul dan sah.
  • 92. Objek Material dan Objek Formal  Ilmu adalah suatu bentuk pengetahuan yang mempelajari suatu objek. Jadi ilmu mempunyai lapangan. Lapangan tersebut pada hakikatnya muncul dari bidang pengalaman dunia kita ini, yang masing-masing diliputi oleh ilmunya sendiri. Jika ditinjau demikian, maka agaknya yang menjadi asas perbedaan pertama adalah objek atau lapangan ilmu itu, yakni apa yang dipandang, yang disebut objek material. Tetapi kiranya hal itu belum mencukupi, karena dapat terjadi adanya dua ilmu atau bahkan lebih yang membicarakan objek yang sama namun merupakan ilmu yang berlainan.  Contoh :
  • 93.  Asas perbedaan kedua adalah aspek, sudut pandangan yang disebut objek formal. Jadi dapat ditunjuk bahwa objek formal menentukan, ilmu, objek formal adalah prinsip perbedaan antara ilmu. Dua ilmu atau lebih dapat sama objek materialnya, tetapi ilmu tadi menjadi berbeda berkat objek formalnya. Selanjutnya objek formal yang menentukan sifat ilmu, metode yang dipergunakan, dan pendekatan yang memadai (adekuat) bagi ilmu tersebut.  Objek formal selalu penting ditegaskan supaya orang tidak menyerobot dan akhirnya bertubrukan dengan lapangan ilmu lain, hal ini pasti tidak akan menguntungkan. Jadi, objek material adalah objek yang ditinjau atau, dipandang secara keseluruhan, sedangkan objek formal adalah objek jika ditinjau, dipandang menurut suatu aspek.
  • 94.  Logika scientifika sebagai ilmu juga mempunyai objek. Objek materialnya adalah pikiran manusia, sedangkan aspek yang dipandang, yakni objek formalnya, adalah hukum-hukum, bentuk-bentuk, dan prinsip-prinsip pikiran. Di sini tegas terlihat bahwa logika scientifika hakikatnya tidak mempelajari isi pikiran. Hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan bentuk-bentuk pikiran yang ditemukan dan dirumuskan logika scientifika tetap berlaku, betul dan sah diterapkan pada isi pikiran yang bagaimanapun juga.  Jadi kita jangan hanya berpikir logis saja tanpa mengindahkan perubahan keadaan, tanpa memperhatikan kaitan lengkapnya materi pemikiran - tanpa menghiraukan segi kontra serta segi yang mempersoalkan materi pemikiran (aspek thetafisik/epistemologi dan aspek moralnya).
  • 95. Implikasi Metafisik atau Epistemologi Pemikiran  Segi yang mempersoalkan materi pemikiran, khususnya implikasi metafisik epistemologis materi pemikiran, amat penting untuk diperhatikan. Masalahnya karena suatu keputusan filsafati secara implisit telah menentukan: 1. metode, 2. logika ualidasi, 3. konsekuensi-konsekuensi dan kesimpulan-kesimpulannya 4. macam kenyataannya. Apabila keputusan filsafati yang ada, spektrumnya "tidak sampai" atau tidak memadai, maka dengan sendirinya kenyataan tidak mungkin diungkap semestinya, maka juga kadar kebenaran kenyataan tidak tampak dan tampil secara semestinya. Akibat selanjutnya adalah distorsi dalam pendapat, distorsi dalam tingkah laku terhadap kenyataan tersebut.
  • 96. Logika Scientitika dan Psikologi  Logika pertama-tama mempersoalkan tentang aspek objektif dari proses intelektual, sedangkan psikologi tentang aspek subjektifnya. Berguna juga untuk mengetahui psikologi, khususnya yang menyentuh hal-hal yang bertalian dengan proses berpikir, karena aspek psikologis de facto juga terdapat dengan aspek logis dalam pikiran kita, tetapi tidak ada alasan untuk mencampur keduanya begitu saja. Selain itu, psikologisme memandang logika sekadar suatu ilmu deskriptif. Kini psikologisme praktis tidak mempunyai pengikut. Frege dan Husserl (setelah kritik dari Frege) menghantam psikologisme habis-habisan.
  • 97. Status Epistemologis Hukum-hukum, Logika  Hukum-hukum yang dirumuskan adalah pedoman-pedoman. Setiap orang harus berusaha untuk tidak melanggar hukum-hukum tersebut dalam proses pemikirannya. Di antara interpretasi normatif dan psikologis terdapat bentuk yang merupakan usaha- usaha menjawab masalah pendasaran ciri normatif logika. Hal-hal tersebut berkaitan dengan masalah status epistemologis hukum-hukum logika: hukum-hukum logika diketahui melalui pengalaman (pengetahuan a posteriori) ataukah bersifat tidak bergantung pada pengalaman (pengetahuan a priori).  Penjelasan a priori dapat terlihat pada, misalnya, pandangan Plato dan kaum rasionalis. Mereka berdalil bahwa hukum logika diketahui manusia melalui suaW pandangan rasional (rational insight). Pengakuan pancaindera hanya merupakan releaser function. Hukum logika adalah hukum tentang realitas. Dan inilah yang disebut pandangan yang bersifat a priori sintetik tentang logika. Menurut penjelasan a posteriori, empiri mempunyai peranan menentukan bagi pengetahuan dan konstruksi hukum-hukum logika.
  • 98. Logika dan Logistika  Leibniz (1646 - 1716) melihat kekurangan logika Aristoteles. Maka sejak itu mereka yang mathematical-mi-nded juga mematematisasikan logika. Sistem yang bercorak matematika duumuskan tahun 1847) oleh George Boole (1815 - 1864) dan Augustus de Morgan (1806 - 1871) Maka muncullah logika yang bernama logistika yakni "logika yang diinformasikan". yang juga disebut logika simbolis atau logika matematis (menilik pengembangan ini pendapat Kant yang mengatakan bahwa logika sudah buntu, geschlossen und vollendet zu sein adalah tidak benar). Dipengaruhi oleh arus pikiran pada saat itu, mereka berpendapat bahwa matematika merupakan satu-satunya ideal dari kegiatan berpikir yang eksak.  Namun demikian, perlu tetap dicatat bahwa terdapat perbedaan hakiki aritara logika dan logistika. Logika membicarakan kegiatan pemikiran secara lengkap beserta prosesnya ke arah kebenaran, membicarakan susunan konsep, nuansa term dan segala sesuatunya yang menyangkut seluk beluk kegiatan pemikiran. Sedangkan logistika membicarakan hubungan antara tanda-tanda ideografis.
  • 99.  Cara yang disodorkan logistika memang lebih cepat, tetapi sering tidak seperti keadaan yang sebenarnya. Maka logistika (logika simbolis, logika matematis) dapat menambah kekayaan logika, tetapi tidak dapat, tidak boleh menggantikannya. Persoalan aksioma matematika disimpulkan dari hukum- hukum logika belum/tidak terselesaikan dalam karya itu. Pertanyaan apakah matematika sesungguhnya merupakan suatu ilmu yang disimpulkan dari logika (suatu paham yang disebut logisisme), termasuk bidang epistemologi.
  • 100. TOKOH FILSAFAT PARMANDES  THOMAS AQUINAS IMANNUEL KANT
  • 101. 1.PARMANDES ◦ Parmenides menuliskan filsafatnya dalam bentuk puisi.Ada ratusan baris puisi Parmenides yang masih tersimpan hingga kini.Puisi Parmenides terdiri dari prakata dan dua bagian.Dua bagian tersebut masing-masing berjudul "Jalan Kebenaran" dan "Jalan Pendapat". Bagian prakata dan "Jalan Kebenaran" tersimpan secara lengkap, yakni 111 ayat.Bagian kedua, "Jalan Pengetahuan", hanya tersimpan sebanyak 42 ayat
  • 102. Riwayat hidup ◦ Parmenides lahir pada tahun 540 SM dan meninggal pada tahun 470 SM. Ia berasal dari kota Elea, Italia Selatan.] Ia berasal dari keluarga yang kaya dan terhormat di Elea.Parmenides juga menyusun suatu konstitusi untuk Elea. ◦ Ia merupakan murid dari Xenophanes, namun tidak mengikuti pandangan-pandangan gurunya. Pengaruh Xenophanes terhadap Parmenides hanyalah di dalam penggunaan puisi di dalam menyampaikan filsafatnya.Selain itu, ia juga amat dipengaruhi oleh Ameinias, seorang dari mazhab Pythagorean. ◦ Menurut kesaksian Plato, Parmenides pernah mengunjungi Sokrates di Athena bersama Zeno, muridnya.Pada waktu itu, Sokrates masih muda sedangkan Parmenides telah berusia 65 tahun.[2]
  • 103. Pemikiran tentang "Yang Ada" ◦ Menurut Parmenides, "yang ada" adalah kebenaran yang tidak mungkin disangkal.Bila ada yang menyangkalnya, maka ia akan jatuh pada kontradiksi.Hal itu dapat dijelaskan melalui pengandaian yang diberikan oleh Parmenides.Pertama, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" itu tidak ada. Kedua, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" dan "yang tidak ada" itu bersama-sama ada.Kedua pengandaian ini mustahil.Pengandaian pertama mustahil, sebab "yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan."Yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan dibicarakan.Pengandaian kedua merupakan pandangan dari Herakleitos.Pengandaian ini juga mustahil, sebab pengandaian kedua menerima pengandaian pertama, bahwa "yang tidak ada" itu ada, padahal pengandaian pertama terbukti mustahil.Dengan demikian, kesimpulannya adalah "Yang tidak ada" itu tidak ada, sehingga hanya "yang ada" yang dapat dikatakan ada.
  • 104. ◦ Setelah berargumentasi mengenai "yang ada" sebagai kebenaran, Parmenides juga menyatakan konsekuensi-konsekuensinya: ◦ Pertama-tama, "yang ada" adalah satu dan tak terbagi, sedangkan pluralitas tidak mungkin.Hal ini dikarenakan tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan "yang ada". ◦ Kedua, "yang ada" tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan. Dengan kata lain, "yang ada" bersifat kekal dan tak terubahkan. Hal itu merupakan konsekuensi logis, sebab bila "yang ada" dapat berubah, maka "yang ada" dapat menjadi tidak ada atau "yang tidak ada" dapat menjadi ada. ◦ Ketiga, harus dikatakan pula bahwa "yang ada" itu sempurna, seperti sebuah bola yang jaraknya dari pusat ke permukaan semuanya sama.Menurut Parmenides, "yang ada" itu bulat sehingga mengisi semua tempat. ◦ Keempat, karena "yang ada" mengisi semua tempat, maka disimpulkan bahwa tidak ada ruang kosong. Jika ada ruang kosong, artinya menerima bahwa di luar "yang ada" masih ada sesuatu yang lain.]Konsekuensi lainnya adalah gerak menjadi tidak mungkin sebab bila benda bergerak, sebab bila benda bergerak artinya benda menduduki tempat yang tadinya kosong.
  • 105. Pengaruh ◦ Pemikiran Parmenides membuka babak baru dalam sejarah filsafat Yunani.Dapat dikatakan bahwa dialah penemu metafisika, cabang filsafat yang menyelidiki "yang ada".] Filsafat pada masa selanjutnya akan bergumul dengan masalah-masalah yang dikemukakan Parmenides, yakni bagaimana pemikiran atau rasio dicocokkan dengan data-data inderawi.Plato dan Aristoteles adalah filsuf-filsuf yang memberikan pemahaman untuk masalah-masalah tersebut.
  • 106. SEJARAH PEMIKIRAN THOMAS AQUINAS ◦ Seiring perkembangan zaman, paradigma berfikir massyarakat barat modern lebih banyak dipengaruhi oleh aliran logis, yaitu filsafat Positivisme Logis. Filsafat ini mengajarkan bahwa hanya daya panca indera manusialah yang mampu mengubah kehidupan masyarakat dunia menjadi lebih maju. ◦ Sebelum filsafat Positivisme Logis menjiwai masyarakat barat, lahir pemikiran atau filsafat yang disampaikan oleh filsuf termasyhur bernama Santo Thomas Aquinas. Aliran filsafatnya bertentangan dengan filsafat barat yang menentang metafisika. Karena dilahirkan di Italia dan pernah menempuh studi di Universitas Paris, pemikiran Thomas Aquinas juga diperngaruhi oleh pemikiran muslim, meskipun beliau adalah seorang Khatolik yang taat. ◦ Thomas Aquinas merupakan filsuf dan teolog yang teguh pendiriannya. Ketika para ilmuwan Barat menentang teori-teori filsafatnya dengan gencar, beliau tetap kokoh mempertahankan prinsip-prinsip yang mengakui adanya kekuatan Allah yang tidak sama dengan para makhluk-Nya. Beliau memberikan pencerahan tentang etika, dan membedakan antara pengetahuan dan keimanan manusia
  • 107. PEMIKIRAN THOMAS AQUINAS Thomas Aquinas, seorang filsuf dan teolog barat termasyhur pada masa abad pertengahan. Pemikirannya merupakan tidak lepas dari pengaruh dua orang filosof besar, Agustinus dan Aristoteles dapat mengguncang Eropa. Pada masanya, pemikiran yang dicetuskan oleh Thomas Aquinas, yang membangun keharmonisan antara agama dan akal membawa pengaruh yang sangat kuat di jajaran masyarakat Eropa. Berikut ini adalah rincian pemikiran St.Thomas Aquinas : ◦ Theomisme, Kata ”thomisme” berasal dari Summa Theologica, salah satu dokumen paling berpengaruh dalam filsafat abad pertengahan dan terus dipelajari oleh generasi penerus, bahkan generasi sekarang. Dalam ensiklopedi Angelici Doctoris, Paus St Pius X mengingatkan bahwa ajaranajaran Gereja tidak bisa dipahami secara ilmiah tanpa dasar-dasar filosofis dasar utama tesis Thomas. Thomas Aquinas percaya bahwa kebenaran adalah benar dimana pun ditemukan, seperti juga para filsuf Yunani , Romawi , Yahudi , dan Muslim. Thomas Aquinas menganut faham terminologi dan metafisika Aristoteles. Filsafat Thomismenya ini menekankan pada pengertian materi dan bentuk, potensi dan aktus, serta bakat dan perealisasiannya.
  • 108. ◦ Essentia dan Exentia, Essentia mengajarkan hakikat Tuhan, sedangkan esentia mengajarkan keberadaan Tuhan. Menurut filsafat ini, Tuhan adalah sempurna keberadaannya dan tidak berkembang. Dalam ajaran ini, essensi dan esketia tentang Tuhan adalah ada dan satu. Filsafat ini membedakan Tuhan dengan makhluk ciptaan-Nya, dimana Tuhan ada satu, sedangkan makluknya tidak bersifat satu. Menurut Thomas, Allah (Tuhan) merupakan aktus paling umum yang disebut dengan actus purus (aktus murni), dimana Tuhan dinyatakan nyata adanya dan bersifat tunggal (Esa). ◦ Argumen Kosmologi, Dalam kosmologi, Thomas Aquinas berpendapat bahwa manusia dapat mengenal Allah melalui akal yang mereka miliki, meskipun pengetahuan tentang Allah yang mereka peroleh dengan akal terrsebut tidak jelas dan menyelamatkan. Dengan akal yang mereka miliki, manusia sebagai makhluk Tuhan (Allah) dapat mengetahui bahwa Allah itu ada dengan sifat-sifat yang dimiliki-Nya.
  • 109. Thomas Aquinas menyampaikan lima bukti adanya Tuhan sebagaimana rincian berikut : ◦ Adanya gerak di dunia mengharuskan kita menerima bahwa ada penggerak pertama yaitu Allah. ◦ Di dalam dunia yang diamati terdapat suatu tertib sebab-sebab yang membawa hasil atau yang berdaya guna. ◦ Di dalam alam semesta terdapat hal-hal yang mungkin ada dan tidak ada. ◦ Diantara segala yang ada terdapat ha-hal yag lebih atau kurang baik, lebih atau kurang benar dan lain sebagainya. ◦ Kita menyaksikan, bahwa segala sesuatu yang tidak berakal seperti umpamanya tubuh alamiah, berbuat menuju pada akhirnya. o Penciptaan, Filsafat ini tidak lepas dari ajaran tentang partisipasi, dasar yang dia terima dari Agustinus- Neoplatonisme. Namun demikian terdapat perbedaan yang mendasar antara pemikiran kedua tokoh tersebut. Ajaran Neoplatonisme menekankan emansipasi makhluk, sedangkan ajaran Thomas Aquinas menekankan pada kelebihan Allah, yaitu murni karya penciptaan Allah yang menyebabkan keberadaan dunia seisinya
  • 110. ◦ Mahkluk Murni, Dalam teori filsafat ini, para malaikat yang merupakan makhluk rohani yang murni juga tersusun dari essentia dan exentia. Malaikat-malaikat itu berwujud roh (essentia/hakikat) dan bereksitensi. Hakikat dan eksisitensi para malaikat membedakan mereka dengan makhluk-makhluk lain seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda mati. Karena para malaikat tidak mempunyai potensi untuk berkembang sebagaimana makhluk hidup ciptaan Allah yang lain. ◦ Jiwa, Pada bahasan teori filsafat tentang makhluk murni menekankan pada hakikat dan eksistensi para malaikat, sementara pada filsafat Jiwa, hal yang ditekankan adalah hakikat dan eksistensi manusia. Menurut teori ini, manusia adalah makhluk yang berdiri sendiri dan tersusun atas bentuk dan materi. Menurut Thomas Aquinas, jiwa dan jasad tidak dapat dipisahkan, mereka saling berhubungan. Jiwa bukanlah hal yang berdiri sebagai individu melainkan merupakan daya gerak yang memberikan wujud kepada tubuh sebagai materi.
  • 111. Jiwalah yang menjadi kekuatan ruhani manusia, yang menyatu dalam jasad manusia dan memiliki lima daya/kekuatan sebagai berikut : ◦ Daya jiwa vegetatif, yaitu hal yang berkaitan dengan penggantian zat dan pembiakan ◦ Daya jiwa yang sensitif, yaitu yang berkaitan dengan keinginan. Jiwa mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi arah keinginan manusia ◦ Daya jiwa yang menggerakkan. Jasad para makluk, termassuk manusia dapat tergerak untuk hal-hal tertentu karena pengaruh jiwa. ◦ Daya jiwa untuk berfikir. Dengan adanya jiwa, manusia terdorong untuk berfikir, menentukan tata cara melakukan dan mewujudkan perubahan ◦ Daya jiwa untuk mengenal. Proses identifikasi yang dilakukan manusia terhadap hal yang ada dan terjadi di sekeliling mereka dipengaruhi oleh jiwa dan kekuatannya. Dengan jiwa pula manusia dapat mengenal Tuhan ◦ Etika Teologis, Etika mencakup moral yang diberlakukan bagi manusia sebagai individu maupun kelompok/masyarakat, menurut ajaran ini merupakan cahaya yang diturunkan oleh Allah dari cahaya manusia atau diturunkan dari tabiat manusia sebagai makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan masyarakat. Menurut Thomas Aquinas tindakan yang menggerakkan manusia kepada tujuan akhir berkaitan dengan kegiatan manusiawi bukan dengan kegiatan manusia. Dia menyesuaikan etika dengan kenyataan hidup. Etikanya bersifat teologis, etika yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah sebagai Sang Pencipta.
  • 112. FILSAFAT MANUSIA K E L O M P O K 5
  • 113. PENGERTIAN FILSAFAT MANUSIA • Antropologi filsafat atau yang lebih dikenal dengan filsafat manusia adalah bagian integral dari sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Objek material filsafat manusia dan ilmu-ilmu tentang manusia (misalnya psikologi dan antropologi) adalah gejala manusia. Pada dasarnya ilmu ini bertujuan untuk menyelidiki, menginterpretasi, dan memahami gejala-gejala atau ekspresi-ekspresi manusia. Bentuk atau gejala apapun tentang manusia, sejauh yang dipikirkan, dan memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional, bisa menjadi bahan kajian filsafat manusia. Metode penelitiannya pun lebih spesifik, misalnya melalui sintesis dan refleksi. Sintesis dan dan refleksi bisa dilakukan sejauh gejalanya bisa dipikirkan.
  • 114. KEDUDUKAN FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN • Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat. Berdasarkan atas dasar hasil-hasil kenyataan itu, maka filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia. Pedoman itu mengenai sesuatu yang terdapat di sekitar manusia sendiri, seperti kedudukan dalam hubungannyadengan yang lain. Kita juga mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia meliputi akal, rasa, dan kehendak. Dengan akal filsafat memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna memperoleh pengetahuan. Dengan rasa dan kehendak, maka filsafat memberikan pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk
  • 115. CIRI-CIRI FILSAFAT MANUSIA Secara umum, ciri-ciri filsafat manusia itu ada tiga yaitu ekstensif, intensif dan kritis. - Ciri ekstensif filsafat manusia dapat dilihat dari luasnya jangkauan objek kajian yang digeluti oleh filsafat manusia. Filsafat manusia tidak hanya menyoroti pada bidang tertentu saja seperti, aspek kerohanian dan kejasmanian (kejiwaan dan ketubuhan), sosialitas dan individualitas, kesejarahan dan kebudayaan, kebahasaan dan simbolisme. - Ciri intensif (mendasar). Filsafat manusia hendak mencari inti, hakikat, atau struktur yang melandasi kenyataan manusia baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari (prailmiah) maupun yang ada dalam teori ilmiah. Mengenai tentang hakikat, inti , esensi, dan struktur dasar manusia itu mengandung jawaban yang beragam dari para filsuf. - Ciri kritis, dalam ciri kritis ini berhubungan dengan dua metode (sintesa dan refleksi) dan hasil filsafatnya (ekstensif dan intensif). Karena tujuan akhir dari filsafat manusia adalah memahami diri sendiri, asumsi teoritis yang mendasari ilmu pengetahuan modern yang semakin fragmentaris dan megarah kepada penghilangan harkat manusia, juga menjadi sorotan dari kritik filsafat manusia.
  • 116. HUBUNGAN FILSAFAT MANUSI DENGAN ILMU LAIN TENTANG MANUSIA Adapun filsafat mengarahkan penyelidikannya terhadap segi yang lebih mendalam dari manusia yaitu : - Psikologi membahas objek materiyakni manusia. Ilmu ini hanya membahas manusia dari segi psikis yang dapat diperoleh dari melihat perilaku manusia, menjelaskan gejala-gejala jiwa dan mental, bagaimana pengalaman manusia dapat mempengaruhi kehidupan selanjutnya dan menjelaskan perkembangan manusia dari masa prenatal hingga menjelang kematian. - Sosiologi juga membahas objek materiyakni manusia. Namun, ilmu ini membatasi diri untuk mencoba menjawab perilaku manusia dari ruang lingkup sosialnya, menjelaskan status sosial, pranata sosial, dan menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup
  • 117. • Antropologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini membatasi pada pola kebudayaan dan peradaban yang telah diciptakan manusia atau ditinggalkan manusia, menjelaskan hasil- hasil kebudayaan, suku, etnis, dan ras suatu masyarakat yang bersifat lokal.
  • 118. ALASAN MEMPELAJARI FILSAFAT MANUSIA • Filsafat manusia perlu dipelajari karena manusia mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk menyelidiki dan menganalisis sesuatu secara mendalam. Manusia berpikir dan menganalisis banyak hal. Pada suatu titik manusia akan sampai kepada saat di mana dia akan bertanya mengenai arti keberadaannya sendiri sebagai manusia. Dengan demikian filsafat manusia mengantar manusia untuk menyelami kehidupannya sendiri, dan sangat mungkin mendapat pencerahan mengenai menjadi manusia yang lebih utuh. Dalam sejarah, manusia selalu berusaha memecahkan permasalahan pokok tentang makna dan eksistensinya yang selalu sulit memperoleh jawaban. Filsafat manusia ada untuk mendorong
  • 120. PENGERTIAN FILSAFAT EKONOMI • Filsafat Ekonomi adalah interdisiplin ilmu ekonomi yang berkutat pada pengkajian teori ekonomi ; metodologi ekonomi, berupa penilaian terhadap hasil, institusi, dan proses ekonomi ; serta etika dalam proses ekonomi. Fokus utama pada kajian filsafat ekonomi adalah permasalahan yang berkaitan dengan metodologi dan epistemologi. Pengkajian atau pembelajaran konseptual terhadap metodologi dan teori ekonomi akan membawa ahli ekonomi memahami suatu aktivitas atau fenomena ekonomi, dan kemudian memodelkannya. • Selain itu, etika dalam filsafat ekonomi merupakan bahasan yang tidak kalah penting. Ekonomi merupakan ilmu yang melibatkan aktivitas dan karakter dari manusia. Bahkan kegiatan ekonomi dapat mengubah tatanan sosial-budaya dari masyarakat, sehingga dalam penerapannya terdapat nilai-nilai dan etika yang perlu dikaji kembali.
  • 121. INTERPRETASI FILSAFAT PADA ILMU EKONOMI Ekonomi secara singkat merupakan ilmu yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi dari suatu komoditas. Namun dalam perkembangannya muncul berbagai pandangan lebih lanjut tentang ekonomi. Pandangan klasik atau yang disebut juga ekonomi liberal memandang bahwa pasar akan bekerja dengan optimum jika campur tangan dari pemerintah minimum. Sementara pandangan ekonomi neoklasik tidak hanya menginterpretasikan kerja pasar secara konseptual, melainkan juga melalui pendekatan matematis pada penawaran dan permintaan, serta pilihan atau preferensi rasional dari suatu pasar. Kemudian terdapat pandangan ekonomi yang dikemukakan oleh Karl Marx yang berfokus pada teori nilai kerja dan teori nilai lebih yang dalam pandangannya menjelaskan eksploitasi kelas pekerja atau buruh.
  • 122. Terdapat juga pandangan Keynesianisme yang menyatakan permintaan keseluruhan tidak hanya dipengaruhi oleh kapasitas produksi dari suatu aktivitas ekonomi, namun juga dipengaruhi sejumlah faktor yang sering kali tidak menentu seperti inflasi dan pengangguran. Ada tiga alasan utama dari kajian filsafat dalam teori ekonomi. Pertama, kajian filsafat memberikan persepektif moralitas terhadap kesehjateraan, keadilan, dan kebebasan. Kedua, kajian filsafat memberikan pandangan akan sifat rasional dari suatu pasar atau individu. Ketiga, kajian filsafat memberikan pandangan yang berkaitan dengan metodologi dan epistemologi dari suatu fenomena sosial terhadap aktivitas ekonomi.
  • 123. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU EKONOMI • Filsafat ilmu berperan besar terhadap pengembangan ilmu ekonomi menuju peningkatan ilmu pengetahuan dan peralat- an analisis ekonomi serta meningkatkan kwalitas ilmuwan (sarjana ekonomi) yang mampu berfikir, bersikap dan bertindak sebagai ilmuwan yang bijaksana.
  • 124. RASIONALITAS FILSAFAT EKONOMI Ilmu ekonomi selalu dikaitkan dengan sifat dan motivasi dari konsumen. Sifat rasional dalam makna yang luas berarti bijak, konsisten dan terencana. Sifat rasional diyakini mengatur kebanyakan aktivitas dalam pasar, hal ini diakibatkan terdapat kecenderungan pasar untuk merugikan kalangan yang tidak bertindak rasional. Rasionalitas merupakan salah satu konsep pokok dalam kajian filsafat, seperti pada bahasan epistemologi, etika dan filsafat budi.Karenanya kajian rasionalitas dalam filsafat dan ilmu ekonomi sering kali beririsan.
  • 125. Teori pilihan rasional merupakan idealisasi prinsip ekonomi yang menyatakan bahwa suatu individual atau kelompok selalu membuat keputusan yang bijak dan logis. Dengan cara ini maka pengambil keputusan akan memperoleh keuntungan maksimum dari pilihan yang diberikan. Kebanyakan permodelan dan teori ekonomi berbasis pada teori pilihan rasional. Prinsip dasar teori pilihan rasional adalah sebagai berikut: • Setiap individu dalam masyarakat adalah individu yang rasional sehingga dapat berpikir dengan logis. • Setiap individu memiliki kepentingan yang dapat berbeda-beda dan kebutuhan mereka bergantung pada kepentinganya. • Setiap individu mampu membuat pilihan, dan pilihannya mempengaruhi kebutuhannya. TEORI PILIHAN RASIONALIS
  • 126. Teori Penerimaan merupakan alat analisis matematis yang digunakan untuk menguji bagaimana prinsip rasionalitas bekerja dalam interaksi sosial. Kajian filsafat dan teori permainan berhubungan dalam banyak hal. Dalam diskusi filsafat, teori permainan digunakan sebagai alat pemecahan suatu masalah dan bahkan teori permainan kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam persepektif filsuf. Selain itu teori permainan juga menjadi objek kajian filsafat karena teori permainan merupakan alat untuk mengkaji rasionalitas yang termasuk pokok bahasan filsafat. Dalam ekonomi, teori permainan digunakan untuk menganalisis dan memprediksi keputusan yang diambil agen-agen dalam aktivitas ekonomi. TEORI PERMAINAN
  • 127. METEDOLOGI • Suatu teori ekonomi dikembangkan untuk memberi penjelasan ilmiah terhadap berbagai fenomena dalam aktivitas ekonomi. Sama seperti dalam ilmu lainnya, teori ekonomi dikatakan memadai jika didukung oleh hasil empiris yang diperoleh dari pengamatan dan eksperimen ekonomi terhadap aktivitas ekonomi yang "alamiah". Alamiah disini bermakna bahwa aktivitas ekonomi tersebut tidak mendapat bias atau pengaruh yang diberikan sebelumya oleh pengamat. Pada penerapannya, metode pengamatan sangat bergantung pada data statistik maupun ilmu ekonometrika. Sebaliknya, metode eksperimen adalah pengamatan, pencatatan dan analisis terhadap hasil yang diperoleh dari suatu intervensi atau pengaruh yang sengaja diberikan dalam aktivitas ekonomi.
  • 128. Perbedaan mendasar antara ilmu pengetahuan ilmiah dan pengetahuan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari (informal) adalah sifat pengetahuan ilmiah yang terukur, formal, sistematis dan konkret. Sementara pengetahuan informal bersifat tidak sistematis serta melibatkan banyak asumsi dan pendekatan. Ilmu ekonomi termasuk yang bersifat ilmiah, sehingga setiap hasil pengamatan dan eksperimen merupakan hasil yang terukur. Pengukuran sering kali mempengaruhi hasil dari eksperimen atau pengamatan, termasuk dalam bidang ekonomi. PENGUKURAN
  • 129. Dalam ilmu ekonomi pengukuran adalah proses penilaian numerik terhadap properti fisis atau variabel abstrak dalam suatu aktivitas ekonomi yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang tepercaya yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi tersebut.Metode pengukuran dalam bidang ekonomi tidak tersusun dalam satu bidang riset, melainkan terpecah-pecah berkaitan dengan metodologi dan bidang yang diukur, seperti ekonometrika, dan teori indeks. Pengukuran variabel seperti modal, pengangguran, tingkat konsumsi, dan inflansi, merupakan contoh pengukuran dalam ilmu ekonomi.
  • 130. Ragnar Frisch mengemukakan ekonometrika merupakan penyatuan kuantifikasi aspek teoretis dan empiris dari pendekatan terhadap suatu permasalahan ekonomi. Kuantifikasi aspek teoretis dan empiris didalamnya tentu saja melibatkan metode pengukuran, teori ekonomi, matematika, dan statistika . Dalam ekonometrika tidak terdapat kesepakatan untuk melakukan representasi dan pengukuran secara formal. Namun dari sudut pandang aktivitas pengukuran, evolusi dari ekonometrika dapat dikategorikan melalui tiga pendekatan yakni : Pendekatan ortodoks merupakan pendekatan dengan permodelan pengukuran ilmu alam. Pendekatan reformis adalah pendekatan dimana menempatkan pengukuran dalam sistem ilmu sosial namun secara metodologi tidak menjauh dari metodologi ilmiah. Pendekatan heterodoks merupakan pendekatan pengukuran tanpa teori. EKONOMETRIKA
  • 131. Secara umum terdapat empat jenis eksperimen dalam ekonomi. Pertama adalah eksperimen pikiran yang dapat dilakukan dalam pembahasan ekonomi mikro dan ekonomi makro. Eksperimen pikiran merupakan pengabstrakan fenomena yang terjadi di dunia nyata. Parameter pada eksperimen pikiran dapat dibuat lebih sederhana maupun kompleks dan kemudian dilakukan kajian terhadap fenomena tersebut menggunakan teori atau hukum ekonomi yang berlaku. Kedua adalah eksperimen natural atau alamiah. Pada eksperimen ini tidak ada intervensi tidak terdapat manipulasi yang dilakukan pengamat terhadap sistem, alih-alih pengamat mencari situasi alami yang cocok dengan deskripsi eksperimen kemudian menganalisisnya menggunakan metode statistik. Secara teknis metode ini mirip dengan metode pengamatan. EKSPERIMEN
  • 132. Jenis ketiga adalah eksperimen lapangan. Pada eksperimen ini subjek eksperimen dibagi kedalam dua bagian berdasarkan perlakuan yang diberikan, yakni subjek eksperimen (yang diberikan pengaruh) dan subjek terkontrol (dijaga agar tidak mendapat pengaruh). Kemudian akan dianalisis hasil yang diperoleh dari kedua kelompok. Perlakuan dikatakan efektif, jika terdapat hasil yang berbeda antar kedua kelompok. Kategori terakhir adalah eksperimen laboratorium. Pada eksperimen ini desain eksperimen diatur dalam suatu lingkungan tiruan, dimana kontrol dan manipulasi diberikan untuk membuktikan hipotesis dari peneliti.
  • 133. Dosen Pengampu :Dr. Sigit Sardjono, M.S. Filsafat akuntansi
  • 134. Hubungan Antara Filsafat Dan Ilmu Akuntansi Ilmu akuntansi merupakan pengabungan antara rasionalisme dan empirisme karena akuntansi merupakan ilmu yang menggunakan pemikiran untuk menganalisis data transaksi akuntansi dalam membuatan laporan keuangan dimana data transaksi akuntansi merupakan hal yang kongkrit dapat di respon oleh panca indera manusia. Ilmu akuntansi digunakan sesuai dengan keperluan dalam suatu profesi tertentu sebagai aspek dalam axiology atau bagaimana ilmu akuntansi tersebut digunakan. Dalam aspek epistemology ilmu akuntansi menjabarkan bagaimana langkah langkah atau proses dalam pembuatan suatu laporan keuangan dan bagaimana suatu transaksi saling mempengaruhi dalam suatu laporan keuangan. Dalam aspek ontology, ilmu akuntansi menjelaskan apa isi atau hal yang di telaah dalam ilmu akuntansi tersebut.
  • 135. Aspek Ontology Dalam Ilmu Akuntansi Hal yang di telaah atau yang menjadi isi dari ilmu akuntansi sebagai salah satu aspek ontology dalam ilmu akuntansi adalah prinsip akuntansi yang dikembangkan oleh asumsi dasar bagi proses akuntansi, prinsip akuntansi yang di jadikan standar universal, unsure dasar persamaan akuntansi dalam suatu laporan keuangan, dan jenis jenis laporan keuangan yang umum. Prinsip akuntansi yang berlaku umum dikembangkan oleh asumsi asumsi dasar bagi proses akuntansi yaitu : 1.Asumsi satuan uang (monetary unit assumption), menyaktakan bahwa hanya data transaksi yang dapat diungkapkan dalam satuan uang yang di masukan kedalam catatan catatan akuntansi. 2.Asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption), menyaktakan bahwa aktivitas entitas dipisahkan dan dibedakan dari aktivitas aktivitas para pemiliknya dan entitas entitas ekonomi lainnya.
  • 136. Dalam aspek epistemology ilmu akuntasi menggunakan berbagai matode sesuai kebutuhannya. Contohnya matode induktif digunakan pada saat pengambilan keputusan dengan melihat laporan tersebut, pihak berwenang akan menyimpulkan langkah apa yang akan di ambil. Matode positivism digunakan ketika akan membuat sebuah laporan keuangan harus menggunakan data yang ada atau yang te;ah di ketahui degas bukti yang akurat berupa nota, dll. Perbedaan antara pembukuan dan akuntansi yaitu proses akuntansi memasukkan fungsi fungsi pembukuan sedangkan pembukuan hanya melibatkan pencatatan peristiwa ekonomi. Jadi pembukuan merupakan bagian dari proses akuntansi. Aspek Epistemology Dalam Ilmu Akuntansi
  • 137. Aspek Axiology Dalam Ilmu Akuntansi Dalam ilmu akuntansi, Hal yang menjadi alasan etika menjadi salah satu konsep bisnis yang mendasar, yaitu karena Etika adalah standar perilaku yang menjadi penilaian benar atau salahnya suatu tindakan. Sehingga tiap individu dapat melakukan aktivitasnya secara efektif dan menghindari penyimpangan yang terjadi dalam suatu bisnis perusahaan tersebut. Pengguna data akuntansi yaitu : -Pengguna internal informasi akuntansi, yaitu para manajer (manajer pemasaran, supervisor produksi, direktur keuangan, dan pejabat perusahaan) yang merencanakan, mengorganisasikan, dan mengelola bisnis. -Pengguna eksternal informasi akuntansi, yaitu para investor (pemilik perusahaan menggunakan informasi akuntansi untuk membuat keputusan membeli, menahan atau menjual sahamnya), para kreditor (pemasok atau banker menggunakan informasi akuntansi untuk mengevaluasi resiko pemberian kredit atau pinjaman).