SlideShare a Scribd company logo
1 of 263
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Oleh Kelompok 3 Kelas V
1. Wandira Regita Putri Cahyani (1222200117)
2. Windiana Wahyu Ekaputri Suwondo (1222200112)
3. Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah (1222200121)
Pengantar Filsafat Ilmu
Bab I : Perlunya Mahasiswa
Belajar Filsafat
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M. Ec.
ALASAN PERLUNYA
BELAJAR FILSAFAT
01
Penguasaan ilmu bukan hanya menyangkut
penguasaan konsep-konsep serta teori-teori
keilmuan dalam bidangnya masing-masing, akan
tetapi juga landasan pemahaman mengenai
hakikat ilmu, objek kajian dari ilmu yang dipelajari,
metode untuk pengembangan ilmu tersebut, serta
kaidah-kaidah moral dan etika mengenai untuk
apa ilmu itu harus dimanfaatkan.
Dengan dasar hal tersebutlah filsafat ilmu memiliki
peranan penting dalam pembentukan kepribadian
calon-calon ilmuwan pada umumnya dengan
harapan mahasiswa dapat lebih berpikir secara
mendalam, luas kritis dan radikal sehingga
menerima transferknowledge lebih baik.
Tatkala filsafat lahir dan mulai tumbuh, ilmu
pengetahuan masih merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari filsafat. Para filsuf pada
masa itu adalah juga ahli-ahli matematika,
astronomi, ilmu bumi dan berbagai ilmu
pengetahuan lainnya Bagi para filsufilmu
pengetahuan itu adalah filsafat dan filsafat
adalah ilmu pengetahuan
Berbagai ilmu pengetahuan yang telah
mencapai tingkat kedewasaan penuh satu
demi satu mulai mandiri dan meninggalkan
filsafat yang selama itu telah mendewasakan
mereka. Itulah sebabnya filsafat disebut
sebagai ilmu matescientiarum atau induk
segala ilmu pengetahuan.
FUNGSI FILSAFAT
02
Keterbatasan filsafat yan telah mulai ditinggalkan
setelah berbagai ilmu pengetahuan mencapai
tingkat kedewasaan penuh dan mulai mandiri
itulah yang amat berguna bagi ilmu pengetahuan.
Akan tetapi, dengan keterbatasannya itu filsafat
sanggup memeriksa, mengevaluasi, mengoreksi
dan lebih menyempurnakan prinsip-prinsip dan
asas-asas yang melandasi berbagai ilmu
pengetahuan.
Fungsi filsafat ilmu juga untuk memberikan
landasan filosofik dalam memahami berbagi
konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan
membekali kemampuan untuk membangun teori
ilmiah.
Dikatakan bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua
fungsi, yaitu:
1. sebagai confirmatory theories yaitu berupaya
mendekripsikan relasi normatif antara
hipotesis dengan evidensi, dan
2. theory of explanation yakni berupaya
menjelaskan berbagai fenomena kecil
ataupun besar secara sederhana.
CIRI ORANG
BERFILSAFAT
03
1.BERPIKIR RADIKAL
Berpikir radikal tidak berarti hendak mengubah,
membuang atau menjungkirbalikkan segala
sesuatu.
Melainkan dalam arti yang sebenarnya yaitu
berpikir secara mendalam untuk mencapai akar
persoalan yang dipermasalahkan.
Berpikir radikal justru hendak memperjelas
realitas, lewat penemuan serta pemahaman
akan akar realitas itu sendiri
2 .SELALU BERUPAYA MENEMUKAN ASAS
YANG PALING HAKIKI DARI REALITAS
Dengan menemukan esensi suatu realitas,
realitas itu dapat diketahui dengan pasti dan
menjadi jelas. Mencari asas adalah salah satu
sifat dasar filsafat atau salah satu ciri-ciri orang
berfilsafat.
Misalnya, Thales mengatakan bahwa asas
pertama alam semesta itu adalah air,
Anaximandros mengatakan yang tidak terbatas
dan yang membentuk realitas alam semesta
yaitu api, udara, tanah dan air.
3. SELALU MEMBURU
KEBENARAN
Filsuf adalah pemburu kebenaran. Kebenaran
yang diburunya adalah kebenaran hakiki tentang
seluruh realitas dan setiap hal yang dapat
dipersoalkan.
Upaya memburu kebenaran itu adalah demi
kebenaran itu sendiri dan kebenaran yang diburu
adalah kebenaran yang lebih meyakinkan serta
lebih pasti.
4. BERPIKIR LOGIS, SISTEMATIS
& KRITIS
Berpikir logis, sistematis kritis adalah ciri utama
berpikir rasional tanpa berpikir yang logis
sistematis dan koheren tak mungkin diraih
kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.
MANFAAT FILSAFAT
04
a. Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu
tidak selalu tampak seperti apa adanya.
b. Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita
sendiri dan dunia kita, karena filsafat mengajarkan
bagaimana kita bergulat dengan pertanyaan-
pertanyaan mendasar.
MANFAAT SECARA UMUM :
c. Filsafat membuat kita lebih kritis. Filsafat
mengajarkan pada kita bahwa apa yang mungkin
kita terima begitu saja ternyata salah atau
menyesatkan atau hanya merupakan sebagian dari
kebenaran.
d. Filsafat memberi bekal dan kemampulan pada
kita untuk memperhatikan pandangan kita
sendiri dan pandangan orang lain dengan kritis.
MANFAAT BELAJAR FILSAFAT
1. Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan
bagi para mahasiswa sebagai calon ilmuwan untuk
mendalami metode ilmiah dan untuk melakukan
penelitian ilmiah. Dengan mempelajari filsafat ilmu
diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh
mengenai ilmu dan mampu
menggunakanpengetahuan tersebut sebagai
landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian
ilmiah.
MANFAAT BELAJAR FILSAFAT
2. Mengembangkan semangat toleransi dalam
perbedaan pandangan (pluralitas).Karena para
ahli filsafat tidak pernah memiliki satu
pendapat, baik dalam isi, perumusan
permasalahan maupun penyusunan
jawabannya.
3. Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan
mahasiswa semakin kritis dalam sikap
ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus
diharapkan untuk bersikap kritis terhadap
berbagai macam teori yang dipelajarinya di
ruang kuliah maupun dari sumber-sumber
lainnya.
4. Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis.
Setelah mahasiswa lulus dan bekerja mereka
pastiberhadapan denganberbagai masalah dalam
pekerjaannya. Untuk memecahkanmasalah
diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam
menganalisis berbagai hal yang berhubungan
dengan masalah yang dihadapi. Dalam konteks
inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu
diterapkan.
MENGAPA HARUS
BELAJAR FILSAFAT
05
05 Filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting,
karena beberapa manfaat yang dapat dirasakan,
antara lain :
1. Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan
mahasiswa semakin kritis dalam sikap
ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus
diharapkan untuk bersikap kritis terhadap
berbagai macam teori yang dipelajarinya di
ruang kuliah maupun dari sumber-sumber
lainnya.
05 Filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting,
karena beberapa manfaat yang dapat dirasakan,
antara lain :
2. Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan
bagi para mahasiswa sebagai calon ilmuwan untuk
mendalami metode ilmiah dan untuk melakukan
penelitian ilmiah. Dengan mempelajari filsafat ilmu
diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh
mengenai ilmu dan mampu menggunakan
pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam
proses pembelajaran dan penelitian ilmiah.
05 Filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting,
karena beberapa manfaat yang dapat dirasakan,
antara lain :
3. Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis.
Setelah mahasiswa lulus dan bekerja mereka pasti
berhadapan dengan berbagai masalah dalam
pekerjaannya. Untuk memecahkan masalah
diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam
menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi. Dalam konteks inilah
pengalaman mempelajari filsafat ilmu diterapkan.
05 Filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting,
karena beberapa manfaat yang dapat dirasakan,
antara lain :
4. Membiasakan diri untuk bersikap logis-
rasionaldalamOpini argumentasiyang dikemukakan.
5. Mengembangkan semangat toleransi dalam
perbedaan pandangan pluralitas. Karena para ahli
filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik
dalam isi, perumusan permasalahan maupun
penyusunan jawabannya.
6. Mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak
kenal lelah.
HAL-HAL YANG
MENDORONG
BERFILSAFAT
06
Sepanjang sejarah kefilsafatan dikalangan filsuf
terdapat 3 tiga hal yang mendorong manusia
untuk berfilsafat yaitu
1. Kekaguman atau keheranan atau ketakjuban
2. Keraguan atau kegengsian
3. Kesadaran akan keterbatasan
Pada umumnya seorang filsuf mulai berfilsafat
karena adanya rasa kagum atau adanya heran
dalam pikiran filsafat itu sendiri.
Aristoteles mengatakan, pada mulanya manusia
takjub memandang benda-benda aneh
disekitarnya, lama-kelamaan ketakjubannya
semakin terarah pada hal-hal yang lebih besar
dan luas seperti perubahan dan peredaran
bulan, matahari, bintang-bintang dan asal mula
alam semesta.
Ada beberapa hal yang mendorong manusia
untuk berfilsafat dari beberapa hal yang ada
diatas seperti kekaguman, keraguan maupun
kesadaran akan keterbatasan.
Saya rasa ada satu lagi yang perlu ditambah
yaitu ketidakpuasan. Karena dengan
ketidakpuasan membuat manusia terus-
menerus berusaha mencari penjelasan yang
meyakinkan dan pasti akan sesuatu peristiwa
yang dipertanyakan yang lambat laun mulai
berpikir secara rasional atau logis.
Contoh ketidakpuasan seseorang mencari tahu
adakah planet lain selain bumi yang belum
ditempati membuat seseorang itu berfilsafat
dan terus berusaha menyelidiki palnet-planet
luar angkasa, adakah yang seperti bumi tempat
yang bisa di huni oleh manusia.
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.S.
BAB II
Perenungan tentang Filsafat
Kelas V
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas 17 Agustus 1945
Kelompok 3 :
1. Windiana Wahyu Ekaputri Suwondo (1222200112)
2. Wandira Regita Putri Cahyani (1222200117)
3. Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah (1222200121)
Kelas : V
Mengapa Berfilsafat
A
Table of contents
Mengukur Berpikir
Filsafat
B
Daya Tarik Filsafat
C
Filsafat dalam Kehidupan
Sehari-hari
D
Mengembangkan
Pemikiran Filsafat
E
Lingkup Filsafat
F
Ciri-ciri Pemikiran
Filsafat
G
Filsafat Bersifat
Koheran
A
Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan yang koheren, yang
konsepsional. Secara singkat, yang saya maksudkan dengan istilah 'koheren' ialah
runtut. Bagan konsepsional yang merupakan hasil perenungan kefilsafatan
haruslah bersifat runtut. Jika orang bertanya apakah arti 'runtut' ('consistent'), maka
saya akan mencoba untuk menjawabnya dengan pertama-tama memberikan batasan
terhadap kebalikan runtut. Kebalikannya disebut 'tidak runtut‘ ('inconsistent') atau
'bertentangan' ('contradictory').
2. Tidak benar bahwa
hujan turun.
1. Hujan turun.
Kiranya baik bila saya berikan contoh
dengan menyebutkan dua buah pernyataan.
Setiap orang dapat dengan jelas memahami bahwa jika benar hujan
turun, `maka ucapan "tidak benar bahwa hujan turun," tidak mungkin
sama benarnya.
Tetapi jika ungkapan 1 sesat, maka jelaslah bahwa ungkapan 2
tentu benar. Sebaliknya jika ungkapan 2 benar, maka ungkapan I,
tentu sesat; dan jika ungkapan 2 sesat, maka ungkapan 1 tentu
benar.
Maka dapatlah kita mengatakan bahwa bila
ada dua pernyataan berupa kalimat-kalimat
berita yang susunannya demikian rupa
sehingga jika yang satu benar yang lain sesat,
dan jika yang satu sesat yang lain benar, maka
dua pertanyaan tersebut dikatakan saling
bertentangan (atau tidak runtut).
Suatu perenungan kefilsafatan tidak boleh
mengandung pernyataanpernyataan yang saling
bertentangan. Jika orang mulai menyukai
perenungan kefilsafatan, maka ia mungkin akan
bertanya, mengapa tidak boleh Jawabannya
kiranya sudah dimengerti. Sebagaiman telah
dikatakan, bahwa filsafat berusaha memperoleh
penyelesaian atau jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan agar dapat dipaharni.
Yang dinamakan penyelesaian ialah pernyataan
yang terbukti benar, atau yang terbukti
kebenarannya daripada pernyataan-pemyataan
yang lain, termasuk juga pernyataan yang
bertentangan dengan pernyataan di atas. Karena
itu, tidaklah mungkin kita dapat mengatakan telah
memperoleh penyelesaian, jika kita mengatakan
bahwa suatu pemyataan itu benar dan kemudian
mengatakan bahwa pernyataan yang bertentangan
dengan pernyataan di atas juga benar.
Pemikiran
Filsafat Yang
Rasional
B
Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun
suatu bagan konsepsional yang bersifat
rasional. Yang saya maksudkan dengan bagan
konsepsional yang bersifat rasional ialah bagan
yang bagian-bagiannya secara logis
berhubungan satu dengan yang lain.
Jika saya boleh memakai bahasa yang bebas, bagan
tersebut ialah bagan yang berisi kesimpulan yang
diperoleh dari premis-premis, dari bagan yang premis-
premisnya ditetapkan dengan baik. Ilmu ukur merupakan
suatu contoh mengenai sistem yang rasional Ilmu ukur
dimulai dengan suatu perangkat definisi, aksioma dan dalil
yang dianggap telah terbukti dengan sendirinya, dan yang
kebenarannya tidak dapat diragukan, setidak-tidaknya
demikian menurut hemat Euclides - dan berusaha untuk
menyimpulkan semua pernyataan yang lain sebagai
teorema yang berasal dari kebenaran-kebenaran yang
terbukti dengan sendirinya tersebut, hanya dengan
memakai logika.
Juga filsafat merupakan suatu sistem yang
bagian-bagiannya saling berhubungan serupa
itu. Tetapi filsafat tidak mulai dari pengertian-
pengertian yang dapat diterima oleh akal sehat
sebagaiman imu ukur Euclides.
Filsafat Bersifat
Komprehensif
C
Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun
suatu bagan konsepsional yang memadai
untuk dunia tempat kita hidup maupun diri
kita sendiri. Dikatakan bahwa itmu memberi
penjelasan tentang kenyataan empiris yang
dialama filsafat berusaha untuk rnemperoleh
penjelasan mengenai ilmu itu sendiri. Tetapi
sesungguhnya filsafat meliputi lebih banyak
hal lagi.
Filsafat berusaha rnemberikan penjelasan
tentang dunia seluruhnya, termasuk dirinya
sendiri. Menurut sudut pandangan ini, filsafat
mencari kebenaran tentang segala sesuatu
dan kebenaran ini harus dinyatakan dalarn
bentuk yang paling umum. Suatu sistem
filsafat harus bersifat komprehensif, dalam
arti tidak ada sesuatu pun yang berada di
luar jangkauannya Jika tidak demikian,
filsafat akan ditolak serta dikatakan berat
sebelah dan tidak memadai.
Suatu sistem baru dapat dikatakan memadai
jika memuat penjelasan tentang sernua
gejala Memang salah satu cara untuk
mengecam suatu sistern filsafat ialah dengan
menunjukkan bahwa sistem tersebut
melupakan sesuatu yang tidak memperoleh
tempat di dalam nya.
Ketiga
faktor ilmu pengetahuan yang berkembang pesat di
Yunani. Bangsa Yunani berutang budi kepada bangsa
lain, misalnya Mesir untuk ilmu ukur dan ilmu hitung,
serta ilmu astronomi yang dipengaruhi oleh bangsa
Babylonia.
Filsafat Memiliki
Pemikiran Secara
Sistematis
D
Kegiatan kefilsafatan ialah perenungan. Tetapi merenung
bukanlah melamun, Skefilsafatan ialah percobaan Untuk
menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional yang
memadai. Untuk memahami dunia tempat kita hidup,
maupun untuk memahami diri kita sendiri. Perenungan
kefilsafatan dapat merupakan karya satu orang yang
dikerjakannya sendiri, ketika ia dengan pikirannya
berusaha keras menemukan alasan dan penjelasan
dengan cara semacam bertanya kepada diri sendiri.
Perenungan filsafat ialah sejenis percakapan yang dilakukan
dengan diri sendiri atau dengan orang lain. Itulah sebabnya,
mengapa seorang filsuf tampak selalu berhubungan dengan
polemik, dan tampak lebih menaruh perhatian kepada usaha
merusak dan menentang dibandingkan dengan usaha
membangun. Dalam arti tertentu, perenungan kefilsafatan
dapat dipandang sebagai pertentangan di antara alternatif-
alternatif yang masing-masing berpegangan pada unsur atau
segi yang penting, dan kemudian mencoba untuk mengujinya
pada pengalaman, kenyataan empirik, dan akal.
Biarpun sebagian besar sistem-sistem filsafat yang besar,
misalnya sistem filsafat Aristoteles yang hidup pada abad
IV SM atau sistem Hegel 1770-1831, merupakan karya-
karya perseorangan, namun system-sistem tersebut
menunjukkan adanya saling pertukaran yang ajeg dengan
pikiran serta kritik orang-orang lain. Sesungguhnya tidak
ada filsafat yang disusun dari ketiadaan dan tanpa hal-hal
yang mendahuluinya yang telah dipelajarinya, dan oleh
rekan-rekan semasa hidupnya yang mengajukan kritik
terhadapnya.
Mengembangkan
Pemikiran Filsafat
E
Pertama
Dari beragam karya tulis tentang filsafat, kita
dapat merangkum sebagai berikut:
pengertian filsafat dari segi arti kata, yaitu Tilsafat'
berasal dari bahasa Yunani terdiri dari kata 'philein' yang
berarti cinta dan sophia' yang berarti kebijaksanaan.
Atau berasal dari kata 'philosophia' yang berarti `cinta
akan kebijaksanaan atau love of wisdom. Jadi,
pengertian filsafat dari arti kata adalah `cinta pada
kebijaksanaan'.
Kedua
pengertian filsafat `secara umum', yaitu `suatu ilmu
pengetahuan yang melakukan penyelidikan atau kajian
tentang hakikat dari segala sesuatu dengan sungguh-
sungguh dan penuh kecintaan untuk memperoleh
kebenaran atau kebijaksanaan'. Jadi, jawaban-jawaban
yang diberikan oleh filsafat tentang hakikat fenomena
hidup harus bersifat mendalam atau mencapai tingkat
kebenaran yang lebih universal.
Ketiga
pengertian filsafat `secara khusus', yaitu `suatu ilmu
pengetahuan yang menyelidiki tentang hakikat sesuatu
untuk memperoleh kebenaran menurut aliran filsafat
tertentu'. Dalam filsafat terdapat beragam aliran, misalnya:
aliran idealisme, aliran positivisme, aliran materialisme,
aliran hedonisme, aliran stoicisme dan sebagainya. Jadi,
pengertian hakikat sesuatu menurut aliran idealisme
tentunya tidak sama dengan hakikat sesuatu menurut
aliran positivisme, hedonisme, materialisme dan
stoicisme."
Pertama
Awal mula lahirnya filsafat, menurut Bartens,
ada tiga faktor yang lahirnya "filsafat" di Yunani.
di Yunani terdapat mitologi yang kaya dan tersebar luas.
Mitologi ini bisa dianggap sebagai perintis yang
mendahului filsafat. Bangsa Yunani telah mengadakan
usaha untuk menyusun mitos-mitos yang beredar di
masyarakatnya menjadi suatu bangunan yang sistematis.
Dalam usaha-usaha itu sudah tampak sifat rasional
bangsa Yunani.
Kedua
peran sastra Yunani dalam bentuk syair-syair Ramlani
Lina Sinaulan yang digunakan untuk buku pendidikan
bagi masyarakat Yunani. Misalnya, peranan syair
Homeros yang digemari masyarakat Yunani untuk dibaca
dalam rangka mengisi waktu luang. Syair ini
mengandung nilai edukasi.
Secara umum, tema-tema pokok filsafat di
Yunani mencakup tiga hal. Pertama,
permasalahan tentang asas (arkhe) dan
hukum (logos) alam semesta. Kedua, tema-
tema yang berkaitan dengan paham
Aletheia (ketidaksembunyian), seperti
"ada", "kebenaran", an "pengetahuan
sejati". Ketiga, pertanyaan tentang kodrat
manusia dan penentuan tindakan etisnya:
"yang baik" dan "keutamaan" (arete).
Lingkup
Filsafat
F
Filsafat merupakan `ilmu
istimewa' yang mencoba
menjawab masalah-masalah
yang tidak dapat dijawab oleh
ilmu pengetahuan biasa, karena
masalah-masalah tersebut di luar
jangkauan ilmu pengetahuan
biasa..
Filsafat adalah sebuah sistem
pemikiran, atau lebih tepat cara
berpikir, yang terbuka: terbuka
untuk dipertanyakan dan
dipersoalkan kembali. Filsafat
adalah pertanyaan dan bukan
pernyataan.
Filsafat adalah hasil daya upaya
manusia dengan akal budinya
untuk memahami atau
mendalami secara radikal dan
integral serta sistematis hakikat
sarwa yang ada, yaitu: hakikat
Tuhan, hakikat clam semesta,
dan hakikat manusia, serta sikap
manusia sebagai konsekuensi
dari paham tersebut.
Plato Aristoteles
Pembagian Cabang Filsafat
1. Logika (tentang bentuk susunan pikiran)
2. Filosofis teoritika, yang terbagi menjadi: (a)
fisika (tentang dunia material); (b) matematika;
(c) metafisika (tentang hakikat `add)
3. Filosofia praktika (tentang hakikat hidup
kesusilaan), yang terbagi menjadi: (a) etika
(tentang kesusilaan dalam hidup
perseorangan); (b) ekonomia (tentang
kesusilaan dalam hidup berkeluarga); (c)
politika (tentang kesusilaan dalam hidup
bernegara); dan
4. Filosofia poeletika (filsafat kesenian).
1. Dialektika (filsafat tentang ide-
ide atau pengertian-pengertian
umum)
2. Fisika (filsafat tentang dunia
material) ; dan
3. Etika (filsafat tentang kebaikan
atau kesusilaan)
Ciri-ciri
Pemikiran
Filsafat
G
Secara singkat, yang saya maksudkan dengan
istilah 'koheren' ialah runtut. Bagan konsepsional
yang merupakan hasil perenungan kefilsafatan
haruslah bersifat runtut. Jika orang bertanya
apakah arti 'runtut' ('consistent'), maka saya akan
mencoba untuk menjawabnya dengan pertama-
tama memberikan batasan terhadap kebalikan
runtut. Kebalikannya disebut 'tidak runtut'
('inconsistent') atau 'bertentangan' ('contradictory').
a. Filsafat Bersifat Koheren
Yang dimaksudkan dengan 'bagan
konsepsional yang bersifat rasional' ialah
bagan yang bagian-bagiannya secara logis
berhubungan satu dengan yang lain.
b. Pemikiran Filsafat yang Rasional
Suatu sistem filsafat harus bersifat komprehensif,
dalam arti tidak ada sesuatu pun yang berada di
luar jangkauannya Jika tidak demikian, filsafat akan
ditolak serta dikatakan berat sebelah dan tidak
memadai.
c. Filsafat Bersifat Komprehensif
Suatu sistem baru dapat dikatakan memadai jika
memuat penjelasan tentang sernua gejala Memang
salah satu cara untuk mengecam suatu sistern
filsafat ialah dengan menunjukkan bahwa sistem
tersebut melupakan sesuatu yang tidak
memperoleh tempat di dalamriya. Jika demikian,
maka sistem semacam itu perlu diperluas atau
ditolak.
c. Filsafat Bersifat Komprehensif
Kegiatan kefilsafatan ialah perenungan. Tetapi
merenung bukanlah melamun, Kefilsafatan ialah
percobaan Untuk menyusun suatu sistem
pengetahuan yang rasional yang memadai. Untuk
memahami dunia tempat kita hidup, maupun untuk
memahami diri kita sendiri.
d. Filsafat memiliki Pemikiran
Secara Sistematis
Perenungan kefilsafatan dapat merupakan karya satu
orang yang dikerjakannya sendiri, ketika ia dengan
pikirannya berusaha keras menemukan alasan dan
penjelasan dengan cara semacam bertanya kepada
diri sendiri. Atau, dapat pula dilakukan oleh dua atau
lebih dari dalam suatu percakapan ketika mereka
melakukan analisa, melakukan kritik dan
menghubungkan pikiran mereka secara timbal balik
d. Filsafat memiliki Pemikiran
Secara Sistematis
Secara singkat, perenungan kefilsafatan berusaha
memahami segenap kenyataan dengan jalan
menyusun suatu pandangan dunia (biasanya dipakai
perkataan Jerman Weltanschal,ung) yang memberikan
keterangan tentang dunia dan sernua hal yang ada di
di dalamnya.
e. Filsafat Memiliki Pandangan
yang Luas
Seorang filsuf lonia, Democritus (460-370 SM)
memberikan kepada kita suatu pandangan dunia yang
dikenal sebagai 'atomisme'yang dewasa ini masih
agak banyak yang menganutnya. Penyair Romawi,
Lucretius (9454 SM), menyatakan pandangan dunia ini
di dalam syairnya yang bersifat kefilsafatan yang
berjudul Tentang Hakekat Segala Sesuatu..
e. Filsafat Memiliki Pandangan
yang Luas
Lucretius mengatakan bahwa
pada mulanya hanya ada
atom-atom yang bergerak
melalui ruang. Semula atom-
atom ini bergerak dalam garis
yang lurus, tetapi secara
kebetulan salah satu di
antaranya melayang keluar
dari garis dan berbenturan
dengan atom yang lain yang
pada gilirannya terlempar dari
jalannya dan berbenturan
dengan atom-atom yang
bergerak.
Sistem Lucretius tersebut
tidak memadai, karena tidak
sepenuhnya menjelaskan
tentang prinsip penjelasan
yang dipakainya Sebab, di
dalam filsafat tidak boleh
ada misteri!
Dewasa ini terdapat banyak
pertentangan paham
mengenai cara
penggambaran modern
tentang atomisme.
Perenungan kefilsafatan tidak berusaha
menemukan fakta-fakta; filsafat menerimanya
dari mereka yang menemukannya. Tetapi filsafat
selalu menunjuk fakta-fakta ini untuk menguji
apakah penjelasannya sudah memadai. Filsafat
membicarakan fakta-fakta dengan dua cara:
1. Filsafat mengajukan kritik atas makna
yangdikandung fakta-fakta;
2. Filsafat menarik kesimpulan-kesimpulan yang
bersifat umum dari fakta-fakta.
Seorang filsuf tidak pemah menerima
suatu fakta'secara dangkal'. Bahkan
seorang ilmuwan yang baik tidak
hanya berbicara mengenai fakta-
fakta. Ia juga mempunyai pandangan
dunia; dan dalam hubungannya
dengan pandangan dunianya itu ia
memandang fakta-fakta yang
dimilikinya.
Dalam arti tertentu filsafat lebih
bersifat mendasar ketimbang sesuatu
ilmu yang manapun juga. Tetapi
dengan mengatakan demikian tidak
berarti merendahkan derajat ilmu atau
mengurangi keagungannya. Filsafat
berusaha menghubungkan ilmu
dengan segi-segi yang lain dari
pengetahuan manusia.
Bila kita telah meningkat lebih jauh
dalam mempelajari filsafat, maka
akan tampak lebih banyak perbedaan
yang terdapat antara filsafat dengan
ilmu (positif).
BAB III
FILSAFAT ILMU,
PENGETAHUAN
DAN ILMU PENGETAHUAN
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.S.
Kelas V
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas 17 Agustus 1945
Kelompok 3 :
1. Windiana Wahyu Ekaputri Suwondo (1222200112)
2. Wandira Regita Putri Cahyani (1222200117)
3. Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah (1222200121)
Definisi dan Jenis
Pengetahuan
A.
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam
bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of
Phisolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah
kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan
(knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia
secara Iangsung dari kesadarannya sendiri.
Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki
yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian
aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang
diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.
Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa pengetahuan dalam arti luas
berarti semua kehadiran internasional objek dalam subjek. Namun
dalam arti sempit dan berbeda dengan imajinasi atau pemikiran
belaka, pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti
(kebenaran, kepastian).
Pertama, pengetahuan biasa,
yakni pengetahuan yang dalam
filsafat dikatakan dengan istilah
common sense, dan sering
diartikan dengan good sense,
karena seseorang memiliki
sesuatu di mana is menerima
secara baik. Semua orang
menyebutnya sesuatu itu merah
karena memang itu merah, benda
itu panas karena memang
dirasakan panas dan sebagainya.
1. Jenis Pengetahuan
Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu
sebagai terjemahan dari science. Dalam
pengertian yang sempit science diartikan
untuk menunjukkan ilmu pengetahuan
alam, yang sifatnya kuantitatif dan
objektif.
Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha
untuk mengorganisasikan dan
mensistematisasikan common sense,
suatu pengetahuan yang berasal dari
pengalaman dan pengamatan dalam
kehidupan sehari-hari.
Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni
pengetahuan yang diperoleh dari
pemikiran yang bersifat
kontemplatif dan spekulatif.
Pengetahuan filsafat lebih
menekankan pada universalitas
dan kedalaman kajian tentang
sesuatu. Kalau ilmu hanya pada
satu bidang pengetahuan yang
sempit dan rigid, filsafat membahas
hal yang lebih luas dan mendalam
1. Jenis Pengetahuan
Keempat, pengetahuan agama,
yakni pengetahuan yang hanya
diperoleh dari Tuhan lewat para
utusan-Nya. Pengetahuan agama
bersifat mutlak dan wajib diyakini
oleh para pemeluk agama.
2. Perbedaan Pengetahuan
dengan Ilmu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu disamakan artinya dengan
pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan. Dari asal katanya, kita dapat
ketahui bahwa pengetahuan diambil dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge, sedangkan ilmu diambil dari kata science dan peralihan dari
kata Arab ilm.
2. Perbedaan Pengetahuan
dengan Ilmu
Untuk memperjelas pemahaman kita perlu juga dibedakan antara
pengetahuan yang sifatnya prailmiah dengan pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan yang bersifat prailmiah ialah pengetahuan yang belum
memenuhi syarat-syarat ilmiah pada umumnya. Sebaliknya,
pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang hams memenuhi syarat-
syarat ilmiah. Pengetahuan pertama disebut pengetahuan biasa,
pengetahuan kedua disebut pengetahuan ilmiah.
2. Perbedaan Pengetahuan
dengan Ilmu
Perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan dapat ditelusuri
dengan melihat perbedaan ciri-cirinya. Herbert L. Searles
memperlihatkan ciri-ciri tersebut sebagai berikut: "Kalau ilmu
berbeda dengan filsafat berdasarkan empiris, maka ilmu berbeda
dari pengetahuan biasa karena ciri sistematisnya".
2. Perbedaan Pengetahuan
dengan Ilmu
Dari beberapa keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya pengetahuan berbeda dengan ilmu. Perbedaan itu
terlihat dari sif at sistematik dan cara memperolehnya. Perbedaan
tersebut menyangkut pengetahuan prailmiah atau pengetahuan
biasa, sedangkan pengetahuan ilmiah dengan ilmu tidak
mempunyai perbedaan yang berarti
Hakikah Dan
Sumber
Pengetahuan
B.
Perkembangan
Ilmu
Pengetahuan
C.
1. Teori Hakikat Pengetahuan
Realisme
Teori ini mempunyai pandangan realistic terhadap
alam. Pengetahuan menurut realisme adalah
gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang
ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat).
Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal
adalah kopi dari yang asli yang ada di luar akal. Hal ini
tidak ubahnya seperti gambaran yang terdapat dalam
foto. Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa
pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai
dengan kenyataan.
Idealisme
Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar-benar
sesuai dengan kenyataan adalah mustahil.
Pengetahuan adalah proses-proses mental
atau proses psikologis yang bersifat subjektif.
Oleh karena itu, pengetahuan bagi seorang
idealis hanya merupakan gambaran subjektif
dan bukan gambaran objektif tentang realitas.
Subjektif dipandang sebagai suatu yang
mengetahui, yaitu dari orang yang membuat
gambaran tersebut
2. Sumber Pengetahuan
Intuisi Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang
disampaikan oleh Allah kepada
manusia lewat perantaraan pars nabi.
Para nabi memperoleh pengetahuan
dari Tuhan tanpa upaya, tanpa
bersusah payah, tanpa memerlukan
waktu untuk memperoleh¬nya.
Menurut Henry Bergson intuisi adalah
hasil dari evolusi pemahaman yang
tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan
insting, tetapi berbeda dengan
kesadaran dan kebebasannya.
Pengembangan kemampuan ini
(intuisi) memerlukan suatu usaha.
2. Sumber Pengetahuan
Empirisme
Empirisme Kata ini
berasal dari kata Yunani
empeirikos, artinya
pengalaman. Menurut
aliran ini manusia
memperoleh pengetahuan
melalui pengalamannya.
Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa
akal adalah dasar kepastian
pengetahuan. Pengetahuan
yang benar diperoleh dan
diukur dengan akal. Manusia
memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan menangkap
objek
Sejarah Ilmu Pengetahuan
Periode
Pertama
Abad 4 Sebelum
Masehi
Periode
Kedua
Abad 17 Setelah
Masehi
1 2
Periode Pertama (Abad 4
Sebelum Masehi)
Perintisan “Ilmu pengetahuan”
dianggap dimulai pada abad 4
sebelum Masehi, karena
peninggalan-peninggalan
yang menggambarkan ilmu
pengetahuan diketemukan
mulai abad 4 sebelum Masehi,
yang mana terjadinya
pergeseran dari persepsi
mitos ke persepsi logos
Pada periode ini tokoh yang terkenal
adalah Aristoteles. Persepsi
Aristoteles tentang dunia adalah
sebagai berikut: dunia adalah
ontologis atau ada (eksis).
Menurut Aristoteles, dunia
merupakan substansi, dan ada hirarki
substansi-substansi. Substansi
adalah sesuatu yang mandiri, dengan
demikian dunia itu mandiri.
Perihal
Pengenalan
(1)Pengenalan Inderawi (memberi pengetahuan tentang hal-hal yang kongkrit
dari suatu benda)
(2)Pengenalan Rasional (mencapai hakekat sesuatu, melalui jalan abstraksi)
Perihal
Metode
menurut Aristoteles, “ilmu pengetahuan” adalah pengetahuan tentang prinsip-
prinsip atau hukum-hukum bukan objek-objek eksternal atau fakta.
menurut Aristoteles, metode untuk mengembangkan “ilmu pengetahuan” ada
dua, yaitu:
(1)induksi intuitif yaitu mulai dari fakta untuk menyusun hukum (pengetahuan
universal)
(2)deduksi (silogisme) yaitu mulai dari pengetahuan universal menuju fakta-
fakta.
Pandangan Aristoteles yang dapat dikatakan
sebagai awal dari perintisan “ilmu pengetahuan”
Periode Kedua (Abad 17
Setelah Masehi)
Perintisan “Ilmu pengetahuan”
dianggap dimulai pada abad 4
sebelum Masehi, karena
peninggalan-peninggalan
yang menggambarkan ilmu
pengetahuan diketemukan
mulai abad 4 sebelum Masehi,
yang mana terjadinya
pergeseran dari persepsi
mitos ke persepsi logos
Pada periode ini tokoh yang terkenal
adalah Aristoteles. Persepsi
Aristoteles tentang dunia adalah
sebagai berikut: dunia adalah
ontologis atau ada (eksis).
Menurut Aristoteles, dunia
merupakan substansi, dan ada hirarki
substansi-substansi. Substansi
adalah sesuatu yang mandiri, dengan
demikian dunia itu mandiri.
Filsafat dan
Filsafat Ilmu
Pengetahuan
D.
Filsafat dan Filsafat Ilmu
Pengetahuan
Secara singkat dapat dikatakan Filsafat adalah refleksi kritis yang
radikal. Refleksi adalah upaya memperoleh pengetahuan yang
mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti. Apabila ilmu
pengetahuan mengumpulkan data empiris atau data fisis melalui
observasi atau eksperimen, kemudian dianalisis agar dapat
ditemukan hukum-hukumnya yang bersifat universal. Oleh filsafat
hukum-hukum yang bersifat universal tersebut direfleksikan atau
dipikir secara kritis dengan tujuan untuk mendapatkan unsur-unsur
yang hakiki, sehingga dihasilkan pemahaman yang mendalam.
Filsafat dan Filsafat Ilmu
Pengetahuan
Perbedaannya, apabila ilmu pengetahuan sifatnya taat fakta,
objektif dan ilmiah, maka filsafat sifatnya mempertemukan
berbagai aspek kehidupan di samping membuka dan
memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu pengetahuan objeknya
dibatasi, misalnya Psikologi objeknya dibatasi pada perilaku
manusia saja, filsafat objeknya tidak dibatasi pada satu bidang
kajian saja dan objeknya dibahas secara filosofis atau reflektif
rasional, karena filsafat mencari apa yang hakikat.
1. Apa yang Dapat saya
ketahui?
Pertanyaan ini mempunyai makna tentang batas mana yang
dapat dan mana yang tidak dapat diketahui. Jawaban
terhadap pertanyaan ini adalah suatu fenomena. Fenomena
selalu dibatasi oleh ruang dan waktu
2. Apa yang harus saya
lakukan?
Pertanyaan ini mempersoalkan nilai (values), dan disebut
Axiologi, yaitu nilai-nilai apa yang digunakan sebagai dasar
dari perilaku. Kajian Axiologi meliputi Etika atau nilai-nilai
keutamaan atau kebaikan dan Estetika atau nilai-nilai
keindahan
3. Apa yang dapat saya
harapkan?
Pengetahuan manusia ada batasnya. Apabila manusia sudah
sampai batas pengetahuannya, manusia hanya bisa
mengharapkan.
Ruang Lingkup Kajian Filsafat
Filsafat Ilmu Pengetahuan
1. Sumber ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan diperoleh dari pengalaman (emperi)
dan dari akal (ratio). Sehingga timbul faham atau aliran
yang disebut empirisme dan rasionalisme.
2. Batas-batas Ilmu Pengetahuan
Apa yang dapat kita tangkap dengan panca
indera itu adalah penting, pengetahuan tidak
sampai disitu saja tetapi harus lebih dari
sekedar yang dapat ditangkap panca indera.
Hakekat ilmu pengetahuan dapat ditelusuri dari 4 (empat) hal, yaitu:
Filsafat Ilmu Pengetahuan
Yang ingin mengetahui adalah subjek yang memiliki
kesadaran. Yang ingin kita ketahui adalah objek, diantara
kedua hal tersebut seakan-akan terdapat garis demarkasi
yang tajam.
3. Strukturnya
4. Keabsahan
Keabsahan ilmu pengetahuan membahas tentang
kriteria bahwa ilmu pengetahuan itu sah berarti
membahas kebenaran.
Hakekat ilmu pengetahuan dapat ditelusuri dari 4 (empat) hal, yaitu:
Kebenaran adalah kesamaan antara gagasan dan kenyataan.
Misalnya ada korespondensi yaitu persesuaian antara gagasan
yang terlihat dari pernyataan yang diungkapkan dengan realita.
Teori
Korespondensi
terdapat persamaan
atau persesuaian
antara gagasan
dengan kenyataan atau
realita.
Teori
Koherensi
terdapat keterpaduan antara
gagasan yang satu dengan
yang lain. Tidak boleh
terdapat kontradiksi antara
rumus yang satu dengan
yang lain.
Teori
Pragmatis
Pragmatisme adalah tradisi
dalam pemikiran filsafat
yang berhadapan dengan
idealisme, dan realisme.
Aliran Pragmatisme timbul di
Amerika Serikat. Kebenaran
diartikan berdasarkan teori
kebenaran pragmatisme.
Ciri-ciri Ilmu
Pengetahuan
Ilmiah
E.
Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan
Ilmiah
1. Ilmu Pengetahuan Ilmiah Harus Sistematis
ilmu pengetahuan ilmiah dalam upaya menjelaskan setiap gejala selalu berlandaskan
suatu teori. Atau dapat dikatakan bahwa teori dipergunakan sebagai sarana untuk
menjelaskan gejala dari kehidupan sehari-hari.
2. Ilmu Pengetahuan Ilmiah Dapat Dipertanggungjawabkan
Ilmu pengetahuan ilmiah dapat dipertanggungjawabkan melalui 3 (tiga) macam sistem,
yaitu sistem axiomatis, sistem empiris dan sistem semantik/linguistik.
Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan
Ilmiah
3. Ilmu Pengetahuan Ilmiah Harus Objektif atau intersubjektif
Ilmu pengetahuan ilmiah itu bersifat mandiri atau milik orang banyak (intersubjektif).
Ilmu pengetahuan ilmiah itu bersifat otonom dan mandiri, bukan milik perorangan
(subjektif) tetapi merupakan konsensus antar subjek (pelaku) kegiatan ilmiah
Cara Kerja Ilmu
Pengetahuan
Ilmiah
F.
Cara kerja Ilmu Pengetahuan Ilmiah
Penjelasan tentang langkah-langkah Metodologis
Langkah pertama.
Ada masalah yang harus dipecahkan.
Seluruh langkah ini (5 langkah) oleh
Popper disebut Epistomology Problem
Solving. Untuk pemecahan masalah
tersebut diperlukan kajian pustaka
(inferensi logis) guna mendapatkan
teori-teori yang dapat digunakan untuk
pemecahan masalah.
Langkah kedua.
Selanjutnya dari teori
disusun hipotesis. Untuk
menyusun hipotesis
diperlukan metode
deduksi logis.
Cara kerja Ilmu Pengetahuan Ilmiah
Penjelasan tentang langkah-langkah Metodologis
Langkah ketiga.
Untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis perlu adanya
observasi. Sebelum melakukan observasi perlu melakukan
interpretasi teori yang digunakan sebagai landasan
penyusunan hipotesis dalam penelitian adalah penyusunan
kisi-kisi/dimensi-dimensi, kemudian penyusunan instrumen
pengumpulan data, penetapan sampel dan penyusunan
skala.
Cara kerja Ilmu Pengetahuan Ilmiah
Penjelasan tentang langkah-langkah Metodologis
Langkah keempat.
Setelah observasi, selanjutnya
melakukan pengukuran
(assessment), penetapan sampel,
estimasi kriteria (parameter
estimation). Langkah tersebut
dilakukan guna mendapatkan
generalisasi empiris (empirical
generalization).
Langkah kelima.
Generalisasi emperis tersebut
pada hakekatnya merupakan
hasil pembuktian hipotesis.
Apabila hipotesis benar akan
memperkuat teori (verifikasi).
Apabila hipotesis tidak
terbukti akan memperlemah
teori (falsifikasi).
Cara kerja Ilmu Pengetahuan Ilmiah
Penjelasan tentang langkah-langkah Metodologis
Langkah keenam.
Hasil dari generalisasi empiris tersebut dipergunakan
sebagai bahan untuk pembentukan konsep, pembentukan
proposisi. Pembentukan atau penyusunan proposisi ini
dipergunakan untuk memperkuat atau memantapkan
teori, atau menyusun teori baru apabila hipotesis tidak
terbukti.
Beda Ilmu
Pengetahuan
dan
Pengetahuan
Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
Dalam common sense
Informasi tentang suatu fakta jarang disertai penjelasan
tentang mengapa dan bagaimana. Common sense tidak
melakukan pengujian kritis hubungan sebab-akibat antara fakta
yang satu dengan fakta lain. Sedang dalam science di samping
diperlukan uraian yang sistematik, juga dapat dikontrol dengan
sejumlah fakta sehingga dapat dilakukan pengorganisasian dan
pengklarifikasian berdasarkan prinsip-prinsip atau dalil-dalil yang
berlaku.
Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
Ilmu pengetahuan menekankan ciri sistematik.
Penelitian ilmiah bertujuan untuk mendapatkan prinsip-prinsip yang
mendasar dan berlaku umum tentang suatu hal. Sedang common
sensetidak memberikan penjelasan (eksplanasi) yang sistematis dari
berbagai fakta yang terjalin. Di samping itu, dalam common
sense cara pengumpulan data bersifat subjektif, karena common
sense sarat dengan muatan-muatan emosi dan perasaan.
Proses Terbentuknya Ilmu Pengetahuan
Menurut Karlina Supeli Laksono dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan
(Epsitomologi) pada Pascasarjana Universitas Indonesia tahun 1998/1999,
ilmu pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga syarat, yaitu:
1) Sistematik;
yaitu merupakan kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai suatu sistem.
2) Objektif;
atau dikatakan pula sebagai intersubjektif, yaitu teori tersebut terbuka untuk
diteliti oleh orang lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian bersifat universal.
3) Dapat dipertanggungjawabkan;
yaitu mengandung kebenaran yang bersifat universal, dengan kata lain
dapat diterima oleh orang-orang lain/ahli-ahli lain.
Syarat-syarat Ilmu Pengetahuan Ilmiah
BAB IV
LOGIKA SCIENTIFIKA
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.S.
Kelas V
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas 17 Agustus 1945
KELOMPOK 3
1. Windiana Wahyu Ekaputri Suwond
(1222200112)
2. Wandira Regita Putri Cahyani (1222200117)
3. Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah (1222200121)
Berpikir Induktif dan Deduktif
Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang tersusun secara sistematis.
Pengetahuan yang dimaksud adalah suatu fenomena yang ditangkap
oleh indra manusia
Dan sinilah terwujud hukum, dalil, atau teori dari suatu ilmu.
Pekerjaan semacam ini tidak lain adalah pekerjaan induktif
(menginduksi).
Dapatlah dikatakan bahwa pekerjaan induktif ini dimulai dari hal-
hal yang khusus (particular) yang terpikirkan sebagai kelas dari
suatu fenomena
Penalaran deduktif biasanya mempergunakan silogisme dalam
menyimpulkan. Proposisi yang pertama disebut premis mayor, yang
kedua disebut premis minor, dan yang ketiga disebut konklusi/
konsekuen/kesimpulan.
premis mayor (PMJ) adalah proposisi yang bersifat umum
(general), berupa teor, hukum ataupun dalil dari suatu ilmu,
sedangkan premis minor (PMn) adalah proposisi yang disusun
dari fenomena khusus yang ditangkap oleh indra,
Garis besar langkah-langkah sistematis keilmuan adalah:
(1) mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah;
(2) menyusun kerangka pikiran (logical contract);
(3) merumuskan hipotesis (jawaban rasicnal terhadap masalah);
(4) menguji hipotesis secara empirik;
(5) melakukan pembahasan dan;
(6) menyimpulkan.
Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah
sistematis dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu
merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah.
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui
sesuatu dengan langkah-langkah sistematis.
2.1 Logika Alami dan Logika Scientifika
Banyak hal yang menyebabkan kita berpikir.
Dalam kegiatan berpikir sehari-hari kita secara spontan telah
mengikuti hukum-hukum yang secara alami memerintah. Dan
memang benar bahwa logika alami (natural, spontan, dengan naluri)
tersebut telah mencukupi bagi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.
Perlu diingat, hukum berpikir yang akan dinzmuskan dalam logika
scientifika adalah hukum kodrat.
Jadi, logika scientifika mutlak dibutuhkan untuk semakin
memperlengkapi kita dalam mempertajam jiwa dan menolong
meluruskan kerja intelek kita dengan mengikuti, mematuhi
prinsip-prinsip dasar yang memerintahnya dengan sadar.
Logika scientifika adalah ilmu praktis normatif yang
mempelajari hukum-hukum, prinsip-prinsip, bentuk-bentuk
pikiran manusia yang jika dipatuhi akan membimbing kita
mencapai kesimpulan-kesimpulan yang betul lurus, sah.
2.2.1 Ilmu
Jadi, ilmu dapat dirumuskan sebagai: kusimpulan pengetahuan
hasil penyelidikan pandangan yang logis teratur, kritis dari
sistematis terhadap setiap objek
manusia mempunyai pengetahuan, yakni penertian yang disertai
sebab-sebab, pengertian yang dipertanggungjawabkan dengan dasar-
dasar. Tetapi pengetahuan bukanlah atau belumlah ilmu karena
dibutuhkan pandangan, penelitian yang logis teratur bersifat kritis
dan sistematis.
,Dari fakta manusia mengerti dan dapat mengerti bahwa ia juga
dapat memandang objek yang tidak material. Demikian ia dapat
berpikir tentang pikirannya, dapat menyelidiki analisis pikirannya.
Tetapi manusia tidak hanya berhenti pada mengetahui, berhenti
pada memandang demi memandang. Pengetahuan tersebut
dapat juga dipergunakan untuk berpikir dengan cara yang lebih
sempurna.
2.2.2 Praktis dan Normatif
Ilmu dibagi sebagai berikut:
1. Ilmu-ilmu alam (natuurwetenschappen, natuurwissenschaften)
2. Ilmu-ilmu kejiwaan atau ilmu-ilmu budaya (geestes atau
craltuurweteraschappen, Gei.steswissertschaften atau
Kultur¬wissenschafien)
3. Ilmu-ilmu apriori atau ilmu-ilmu deduktif yang tidak bertumpu
pada pengalaman, tetapi ditarik secara logis dari aksioma-
aksioma tertentu.
Ilmu dibagi menurut metodenya, terdapat tiga kelompok besar yakni :
1. Ilmu-ilmu aksiomatik atau ilmu-ilmu deduktif.
2. Ilmu-ilmu empiris atau ilmu-ilmu induktif.
3. Ilmu-ilmu kesejarahan atau ilmu-ilmu reduktif.
Content of this template
Ilmu spekulatif
(atau teoretis)
Ilmu yang menuju ke pengertian yang benar
demi pengertian itu sendiri.
Tujuannya untuk memperoleh pandangan
(insight).
Menurut tujuannya, ilmu dapat dibagi menjadi Ilmu spekulatif (atau
teoretis) dan llmu praktis (ilmu terapan)
Content of this template
llmu Praktis
(Ilmu Terapan)
Ilmu yang menuju ke pengertian yang benar,
tidak hanya demi pengertian itu sendiri, tetapi
juga demi sesuatu lain yang praktis, langsung
diarahkan pada pemakaian pengetahuan itu,
jadi menentukan bagaimana orang hanis
berbuat atau membuat sesuatu.
Menurut tujuannya, ilmu dapat dibagi menjadi Ilmu spekulatif (atau
teoretis) dan llmu praktis (ilmu terapan)
2.2.3 Objek Material dan Objek Formal
Objek material adalah objek yang ditinjau atau, dipandang secara
keseluruhan, sedangkan objek formal adalah objek jika ditinjau,
dipandang menurut suatu aspek.
Jika dirumuskan, objek formal adalah aspek melalui mana sesuatu ilmu
memandang objeknya.
Dalam ilmu, objek formallah yang dipandang secara langsung.
Contoh :
Ilmu Obyek
Material
Objek Formal
Matematika Badan Menurut ketentuan kuantitatif, sejauh
dapat diukur
Biologi Badan Sejauh hidup
Sosiologi Badan Sejauh menjadi bagian masyarakat
Psikologi Badan Sejuah bernyawa, berjiwa
2.3 Implikasi Metafisik/Epistemologi
Pemikiran
Segi yang mempersoalkan materi pemikiran, khususnya implikasi
metafisik epistemologis materi pemikiran, amat penting untuk
diperhatikan.
Seringkali tidak disadari pula bahwa begitu seseorang
merumuskan sesuatu, atau membuat pernyataan tertentu,
sebenamya ia telah melibatkan keputusan filsafati tertentu.
Karenanya seorang pemikir, demi kecermatanpemikirannya,
mutlak perlu mengidentifikasikan keputusan filsafati yang terlibat
di dalam pemikirannya.
Masalahnya karena suatu keputusan filsafati
secara implisit telah menentukan:
1. metode,
2. logika ualidasi,
3. konsekuensi-konsekuensi dan kesimpulan-
kesimpulannya
4. macam kenyataannya.
Apabila keputusan filsafati yang ada, spektrumnya tidak sampai
atau tidak memadai, maka dengan sendirinya kenyataan tidak
mungkin diungkap semestinya, maka juga kadar kebenaran
kenyataan tidak tampak dan tampil secara semestinya. Akibat
selanjutnya adalah distorsi dalam pendapat, distorsi dalam tingkah
laku terhadap kenyataan tersebut. Misalnya seseorang berkata
Manusia adalah perilakunya man is his behaviours. Dengan berkata
begitu, la telah menyederhanakan seluruh kenyataan kemanusiaan
menjadi perilaku saja.
2.4 Logika Scientitika dan Psikologi
Perlu juga ditunjuk bahwa logika scientifika berbeda dari psikologi.
Memang, pikiran dapat dipandang sebagai suatu kejadian psikologis.
Tetapi pada hakikatnya logika berbeda dari psikologi. Logika pertama-
tama mempersoalkan tentang aspek objektif dari proses intelektual,
sedangkan psikologi tentang aspek subjektifnya. Adalah berguna juga
untuk mengetahui psikologi, khususnya yang menyentuh hal-hal yang
bertalian dengan proses berpikir, karena aspek psikologis de facto juga
terdapat dengan aspek logis dalam pikiran kita, tetapi tidak ada alasan
untuk mencampuradukkan keduanya begitu saja. Jika kita tidak
membedakannya, kita akan tergelincir ke dalam psikologisme.
2.5 Status Epistemologis Hukum-
hukum, Logika
Di atas dengan jelas dipertahankan interpretasi normatif dari logika.
Hukum-hukum yang dirumuskan adalah pedoman-pedoman. Setiap orang
harus berusaha untuk tidak melanggar hukum-hukum tersebut dalam
proses pemikirannya. Di antara interpretasi normatif dan psikologis
terdapat bentukbentuk yang merupakan usaha-usaha menjawab masalah
pendasaran ciri normatif logika. Usaha-usaha tersebut adalah penjelasan a
priori dan penjelasan a posteriori terhadap eksistensi hukum-hukum
logika. Hal-hal tersebut berkaitan dengan masalah status epistemologis
hukumhukum logika hukum-hukum logika diketahui melalui pengalaman
pengetahuan a posteriori ataukah bersifat tidak bergantung pada
pengalaman pengetahuan apriori.
2.6 Logika dan logistika
Leibniz 1646 - 1716 melihat kekurangan logika Aristoteles. Maka sejak itu
mereka yang mathematical-mi-nded juga mematematisasikan logika. Sistem
yang bercorak matematika duumuskan tahun 1847 oleh George Boole 1815 -
1864 dan Augustus de Morgan 1806 - 1871 Maka muncullah logika yang
bernama logistika yakni logika yang diinformasikan. yang juga disebut logika
simbolis atau logika matematis menilik pengembangan ini pendapat Kant yang
mengatakan bahwa logika sudah buntu, geschlossen und vollendet zu sein
adalah tidak benar. Dipengaruhi oleh arus pikiran pada saat itu, mereka
berpendapat bahwa matematika merupakan satu-satunya ideal dari kegiatan
berpikir yang ekstrak.
BAB V
TOKOH-TOKOH FILSUF
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.S.
Kelas V
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas 17 Agustus 1945
KELOMPOK 3
1. Windiana Wahyu Ekaputri Suwond. (1222200112)
2. Wandira Regita Putri Cahyani (1222200117)
3. Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah (1222200121)
A. TOKOH FILSUF
1. R1.
1. George Wilhelm Friedrich Hegel
Georg Wilhelm Friedrich Hegel adalah seorang filsuf
idealis Jerman yang lahir di Stuttgart, Württemberg, kini
di Jerman barat daya. Pengaruhnya sangat luas terhadap
para penulis dari berbagai posisi, termasuk para
pengagumnya, dan mereka yang menentangnya
George Wilhelm Friedrich Hegel
POKOK PEMIKIRAN HEGEL
1. Konsep zeitgeist dan
dialektika perubahan
2.KonflikdenganGereja
Secara umum disepakati bahwa Hegel adalah filsuf pertama yang
mengenali dan membahas dimensi perubahan, sebagai apa yang ia
sebut "Menjadi" (“Becoming” atau "Werden" dalam bahasa Jerman).
Hegel percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini terus bergerak:
setiap kehidupan individu, alam, sejarah, dan masyarakat. Hal ini
mengakibatkan setiap era memiliki semangat zaman alias zeitgeist
masing-masing yang khass. Sebuah semanga atau ruh yang secara
umum ditemui pada tiap-tiap zaman. Suatu zaman yang bersejarah
tidak secara acak diikuti begitu saja oleh zaman lainnya. Sebaliknya,
bagi Hegel, ada prinsip evolusi logis.
1. Konsep Zeitgeist dan Dialektika Perubahan
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik
Sebagai seorang yang percaya akan Tuhan, Hegel banyak
menulis tentang religiusitas dan masalah-masalah yang
ersifat rohani.
Ketika Hegel kemudian menolak dogma Katolik tentang
transubstansiasi, atau perubahan hakikat yang
menggambarkan roti menjadi tubuh Kristus serta anggur
menjadi darah Kristus, pihak gereja memaksanya untuk
menarik kembali pernyataannya dan secara resmi meminta
maaf
2. Konflik dengan Gereja
B. TOKOH FILSUF PERTENGAHAN
1. R1.
Petrus Abelardus
Petrus Abelardus adalah seorang filsuf dan teo- log Abad Pertengahan.
Pada umumnya ia dipandang sebagai pendiri Skolatisisme bersama-
sama dengan Anselmus dari Canterbury, Inggris. Ia seorang yang
memiliki kepribadian yang menarik, kritis serta selalu mencari perkara-
perkara yang baru. Sedemikian terkenalnya Abelardus sehingga ia
mengadakan perkunjungan ke kota-kota, jalan-jalan raya selalu
dipadati orang untuk me- nyambut dan menghormatinya. Kebesaran
dan ketenarannya tampak pada tulisan di batu nisannya yang berbunyi
Socrates dari Gaul, Plato Agung dari Barat, Aristoteles kami.
Petrus Abelardus
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik
Abelardus disamakan dengan para filsuf agung dari zaman Yunani
kuno. Namun tak selamanya ia disanjung, dihormati dan dipuja. Ia
kemudian dikecam dan ditu- duh sebagai penyesat. Ia mengalami
ironinya sebuah kehidupan. Perjalanan kehidupannya yang ironis
itu dituangkannya dalam sebuah karyanya, yakni Historia
Calamitatum Sejarah Nasib Malang. Petrus Abelardus dilahirkan di
Palais atau le Pallet, dekat Nantes, Prancis pada tahun 1079, dalam
sebuah keluarga bangsawan. Nama aslinya adalah Pierre de Palais.
Mula-mula ia belajar kepada seorang filsuf Nominalis terkemuka
pada saat itu, yaitu Roscellinus, di Loched dan kemudian kepada
William dari Champeaux, seorang filsuf Realisme.
Petrus Abelardus
Abelardus diangkat menjadi pemimpin sekolah katedral di Paris dan
sementara itu ia ditahbiskan menjadi subdiakon. Di sekolah ini
Abelardus mengajar filsafat dialektika dan teologi. Mahasiswanya
datang dari berbagai kota di Eropa. Buku-bukunya dibaca di mana-mana,
baik di sekolah-sekolah, di biara biara, maupun di istana raja-raja di
seluruh Eropa.
Di tengah popularitasnya, tiba-tiba tragedi menimpa kehidupannya
yakni percintaan nya dengan Heloise sampai dengan pernikahan. Namun
pernikahan mereka tidak berlangsung lama. Pernikahan tersebut di-
pandang sebagai penghalang bagi karier Abelardus selaku filsuf dan
teolog.
1. Konsep Zeitgeist dan Dialektika Perubahan
C. TOKOH FILSUF MODERN
Jeremy Bentham
Jeremy Bentham adalah filsuf
pendiri utilitarianisme asal Inggris. Ia dilahirkan
di London, menempuh pendidikan di Oxford, dan
kemudian mendapatkan kualifikasi sebagai seorang
barrister (advokat) di London. Bentham merupakan salah
seorang filsuf empirisme dalam bidang moral dan politik.
Jeremy Bentham
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik
Jeremy Bentham (1748-1832) dijuluki sebagai “Luther of the
Legal World” (Luther dalam dunia hukum). Bentham
dianggap sebagai figur yang melakukan reformasi sistem
hukum Inggris pada abad ke-18 yang dianggap ketinggalan
zaman, dan bahkan cenderung korup.
Utilitarianisme termasuk yang digagas Bentham adalah
bagian dari sistem etika. Menurut Bentham, secara alamiah
manusia hidup dalam pusaran dua kekuatan yaitu
ketidaksenangan (pain) dan kesenangan (pleasure).
Jeremy Bentham
Jeremy Bentham
Utilitarianisme Bentham pada gilirannya akan menawarkan konsep
baru mengenai fungsi dan tujuan hukum. Tujuan hukum adalah
memberikan kemanfaatan dan kebahagiaan sebanyak-banyaknya
kepada warga masyarakat dan hukum adalah sarana untuk mencapai
tujuan tersebut. Dalam perspektif utilitarianisme, kemanfaatan adalah
tujuan utama dari hukum dan kemanfaatan disini dimaknai sebagai
kebahagiaan atau kesenangan (happiness).
Selengkapnya Bentham mengatakan sebagai berikut:
“Nature has placed mankind under the governance of two
sovereign masters, pain and pleasure. It is for them alone to point
out what we ought to do, as well as to determine what we shall
do. On the one hand the standard of right and wrong, on the other
the chain of causes and effects, are fastened to their throne”.
Jeremy Bentham
Jeremy Bentham
Dalam konteks ini yang ditekankan bukan adil atau tidaknya suatu
hukum, melainkan sampai sejauhmana hukum dapat memberikan
kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Untuk mewujudkan
kebahagiaan individu dan masyarakat maka hukum harus mencapai
empat tujuan, yaitu memberi sumber nafkah hidup (subsistence),
kecukupan (abundance), keamanan (security), dan kesetaraan
(equality).
Pengantar Filsafat
Ilmu
(Filsafat Manusia)
Kelompok 3
• Windiana Wahyu Ekaputri Suwondo
(1222200112)
• Wandira Regita Putri Cahyani
(1222200117)
• Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah
(1222200121)
Anggota Tim:
BAB I
PENDAHUL
UAN
Al Ghazali membahas masalah ruh dan nafs (jiwa)
untuk mencari kejelasan tentang kecenderungan-
kecenderungan manusia yang melatarbelakangi sikap
dan perilakunya. Sedangkan para pemikir Muslim
modem telah banyak membahas tentang kesadaran
manusia. Tentang masalah manusia ini Iqbal dan Nasr
lebih banyak melihat dari sudut perkembangan
rohaniahnya karena pengaruh sufisme sedangkan
Shariati dan Mutahharilebih banyak melihatnya dari
kacamata sosiologi.
Latar Belakang
• Apa pengertian dari filsafat manusia ?
• Apa perbedaan filsafat manusia dengan ilmu-
ilmu lain yang berhubungan dengan manusia .
• Apa ciri-ciri filsafat manusia
• Manfaat seperti apa yang bisa kita ambil dari kita
mempelajari filsafat manusia ?
Rumusan Masalah
• Mengetahui pengetahuan tentang
siapa sebenarnya manusia
• Mengetahui hakikat tujuan hidup
manusia
• Mengetahui hakikat manusia
dalam filsafat
Tujuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah
kepustakaan dan manusia bisa sadar akan hakikat
serta tujuan hidup yang sebenarnya.
Manfaat
BAB II
PEMBAHAS
AN
Menurut abidin (2007/3), filsafat manusia adalah bagian
integral dari system filsafat, yang secara sepesifik
menyoroti hakikat atau esensi manusia.
Filsfat manusia merupakan sebuah hasil dari perumusan
yang ada mengenai siapa sebenarnya manusia dan
bagaimana hakikat dari mnausia itu sendiri dan segala
yang baerkaitan pada seorang manusia. Bisa juga
diartikan sebagai sebuah pandangan tentang hakikat yang
sebenarnya dari keadaan dan kehidupan manusia beserta
dengan segala kaitannya yang telah dirumuskan melalui
sebuah proses berfikir secara mendalam.
Pengertian
Berbedalah filsafat manusia terhadap ilmu-ilmu lain
tentang manusia, yakni dengan menggunakan metode
sintesis dan reflektif. Dan mempunyai ciri-ciri ekstensif,
intensif, dan kritis. Penggunaan metode sintesis dalam
filsafat manusia, yang mensistensiskan pengalaman
dan pengetahuan kedalam satu visi.
Perbedaan Filsafat dengan
Ilmu-ilmu Lain
• Manfaat mempelajari filsafat manusia berguna untuk
mengetahui apa dan siapa manusia secara menyeluruh.
Selain itu, untuk mengetahui siapakah sesungguhnya diri
manusia didalam pemahaman manusia yang menyeluruh itu.
Abidin (2007/3).
• Secara teoritis, filsafat manusia dapat membantu kita
meninjau secara kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi di
dalam teori-teori tentang manusia yang terdapat di dalam ilmu
pengetahuan. Mufida,(2012).
• Manfaat lainnya dalalm mempelajari filsafat manusia yaitu
memberikan pemahaman esensial tentang manusia dan
hakikat tujuan hidup manusia agar lebih bermakna.
Manfaat Filsafat
• Ekstensif: dapat kita saksikan dari luasnya jangkauan
atau menyeluruhnya objek kajian yang di geluti oleh
filsafat.
• Intensif (mendasar): filsafat adalah kegiatan
intelektual yang hendak menggali inti hakikat (esensi),
akar, atau struktur dasar, yang melandasi segenap
kenyataan.
• Kritis: karena tujuan filsafat manusia pada taraf akhir
tidak lain adalah untuk memahami diri sendiri maka
hal apa saja yang secara langsung maupun tidak
langsung berhubungan dengan pemahaman diri
manusia, tidak luput dari kritik filsafat.
Ciri-Ciri Filsafat Manusia
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan akal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk berpikir
guna memperoleh pengetahuan. Antara ketiga komponen yaitu,
manusia, filsafat, dan pendidikan sangat erat hubungannya.
Manusia dilahirkan sebagai bayi yang tidak bisa melakukan
tanpa bantuan orang lain. Dalam proses kehidupan, manusia
akan dihadapkan dengan berbagai masalah kehidupan. Untuk
dapat memilih dan melaksanakan car hidup yang baik. Manusia
yang memerlukan pendidikan. Dengan pendidikan manusia akan
menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab peran filsafat
dalam kehidupan manusia disini yaitu sebagai pola pikir manusia
yang bijaksana, arif dalam menjalani suatu kehidupan.
BAB VII
Filsafat Ilmu Ekonomi
Disusun oleh kelompok 3 :
Windiana Wahyu Ekaputri Suwond 1222200112
Wandira Regita Putri Cahyani 1222200117
Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah 1222200121
LATAR BELAKANG
Perkembangan filsafat ekonomi menjadi lebih luas saat pola
kehidupan manusia berkembang. Di negara-negara yang masih
berkembang keberadaan ilmu ekonomi kerakyatan masih memiliki
andil besar dalam mengatur sendi-sendi kehidupan dari tingkat
paling rendah sampai tingkat atas. Dalam artikel ini, akan
menyajikan paparan mengenai beberapa pandangan tentang Filsafat
Ilmu Ekonomi dalam beberapa pembahasan, yaitu:
1. Bagian pertama akan menjelaskan tentang filsafat ilmu
pengetahuan dan perkembangan ilmu ekonomi.
2. Bagian kedua adalah keterkaitan ekonomi normatif dan filsafat
moral
3. Bagian ketiga adalah ekonomi normatif mendasari munculnya
ekonomi kerakyatan
PANDANGAN TENTANG FILSAFAT
EKONOMI
Perkembangan filsafat ekonomi menjadi lebih luas saat
pola kehidupan manusia berkembang. Di negara-negara
yang masih berkembang keberadaan ilmu ekonomi
kerakyatan masih memiliki andil besar dalam mengatur
sendi-sendi kehidupan dari tingkat paling rendah sampai
tingkat atas.
PANDANGAN TENTANG FILSAFAT
EKONOMI
Dalam artikel ini, akan menyajikan paparan mengenai
beberapa pandangan tentang Filsafat Ilmu Ekonomi dalam
beberapa pembahasan, yaitu:
Bagian pertama akan menjelaskan tentang filsafat ilmu
pengetahuan dan perkembangan ilmu ekonomi.
Bagian kedua adalah keterkaitan ekonomi normatif dan
filsafat moral
Bagian ketiga adalah ekonomi normatif mendasari
munculnya ekonomi kerakyatan
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
DAN PERKEMBANGAN ILMU
EKONOMI
Jika didefinisikan, filsafat ilmu pengetahuan merupakan
cabang filsafat yang membahas tentang sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan, pengetahuan, metode-
metode ilmiah, serta sikap etis yang harus dikembangkan
oleh para ilmuwan, yang berfungsi sebagai sarana
pengujian penalaran sains
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
DAN PERKEMBANGAN ILMU
EKONOMI
Pembahasan tentang ilmu ekonomi dari perspektif filsafat
ilmu pengetahuan berkaitan dengan apakah ilmu ekonomi
memiliki klaim kuat sebagai sebuah disiplin ilmu tertentu
yang memiliki aspek metodologis dan epistemologis yang
menghasilkan pengetahuan empiris.
Perkembangan selanjutnya, pendekatan Mill dinilai
memiliki banyak kelemahan terutama terkait dengan
prediksi teori ekonomi yang tidak selalu didukung oleh
bukti empiris karena sebagaimana yang diungkapkan
oleh Mill bahwa secara abstrak suatu teori ekonomi
mungkin benar jika faktor pengganggu lainnya
diabaikan.
Akibatnya, konfirmasi terhadap teori ekonomi
condong pada bahwa premis tersebut benar
dibandingkan dengan memeriksa implikasi prediksi
teori tersebut terhadap bukti empiris.
Di tahun 1950-an, perkembangan tentang kutub yang
mendukung implikasi prediksi lebih mengemuka
dibandingkan dengan asumsi atau kutub yang mengusung
tradisi Millian. Perkembangan baru ini dipelopori oleh
Machlup (1955) dan Friedman (1953) yang menyatakan
bahwa asumsi-asumsi yang mendasari model ekonomi
tidak harus realistis, yang terpenting adalah kemampuan
dari implikasi model tersebut dalam memprediksi
kenyataan.
Selama lebih dari dua dekade, pandangan Friedman
banyak mendominasi tentang pembahasan aspek
metodologis dalam ilmu ekonomi.
Perkembangan baru dalam filsafat ekonomi terjadi di
tahun 1970-an, ketika filosofi Popperian, Lakatonian,
dan Kuhnsian masuk dalam pembahasan tentang
ekonomi (Hausman, 2008).
Popperian menolak metode induksi dan memperkenalkan
metode deduksi. Sekilas, pendekatan Popperian tersebut
memberikan ruang tentang legitimasi simplifikasi atau
bagaimana teori ekonomi dapat menemukan klaim
scientific-nya. Akan tetapi, filosofi Popperian yang
mensyaratkan bahwa formulasi teori harus logically
falsifiable dan testable, menyebabkan adanya kemungkinan
penolakan terhadap sebagian besar bahkan seluruh teori
ekonomi karena adanya ceteris paribus dan asumsi-asumsi
yang sering kurang realistis yang mendasari teori ekonomi
(Marchi, 1988; Caldwell, 1991; Boland, 1992).
Sulitnya persoalan simplikasi dalam ilmu ekonomi
memunculkan sejumlah pandangan radikal diantaranya
adalah bahwa ilmu ekonomi memang tidak dapat melewati
persoalan metodologis tersebut. Pelopor pandangan ini
adalah Alexander Rosenberg (1992) yang menyatakan bahwa
ilmu ekonomi hanya dapat menghasilkan prediksi umum
yang tidak tepat, dan tidak dapat menghasilkan perubahan.
Lebih lanjut, menurut Rosenberg teori ekonomi hanya bernilai
sebagai matematika terapan bukan sebagai teori empiris.
Pandangan ini relatif memiliki dasar argumentatif
mengingat ilmu ekonomi tidak dapat mencapai kemajuan
sebagaimana yang dilakukan oleh ilmu alam.
Akan tetapi, banyak kalangan menilai bahwa klaim ilmu
ekonomi tidak menghasilkan kemajuan dan prediksi
kuantitatif cenderung lemah. Salah satu bukti dari hal
tersebut adalah kemampuan para ekonom kontemporer
yang dapat memprediksi harga saham lebih baik
dibandingkan dengan para ekonom di masa lalu. Pandangan
radikal lainnya yang berlawanan dengan Rosenberg adalah
Deidre McCloskey’s (1994) yang menyatakan bahwa
ilmu ekonomi tidak harus memenuhi sejumlah standar
metodologis tertentu.
KETERKAITAN EKONOMI
NORMATIF DAN FILSAFAT MORAL
Sejumlah kalangan berpendapat bahwa sulit memisahkan
pembahasan ilmu ekonomi dengan membedakan aspek positivisme
dan aspek normatif karena selama teori ekonomi berkaitan dengan
kepentingan individu dan atau masyarakat, maka pasti mengandung
aspek normatif.
Kondisi ini membawa konsekuensi pada perlunya pemahaman tentang
pembahasan ekonomi normatif yang berkaitan dengan bagaimana
nilai-nilai etika dan moral menjadi bagian argumentasi dalam
membangun ilmu ekonomi seperti kesejahteraan, keadilan, dan adanya
trade-off diantara pilihan-pilihan yang tersedia.
• Menurut pandangan ini, kepuasan preferensi dapat didasari oleh
suatu keyakinan yang keliru dari pengalaman masa lalu atau
distorsi psikologis sehingga sulit melakukan perbandingan
kesejahteraan antar individu. Selain itu, menyamakan kesejahteraan
dengan kepuasan preferensi berarti menempatkan kesejahteraan
individu tertentu berdasarkan preferensi individu lain, sementara
kesejahteraan cenderung pada suatu konsensus kolektif tertentu yang
disepakati. Diantara ekonom yang mendukung kesamaan antara
kesejahteraan dengan kepuasan preferensi adalah Amartya Sen
(1992).
• Konsepsi lainnya dalam ekonomi normatif adalah efisiensi.
Konsepsi ini memiliki pembahasan yang cukup luas dalam ekonomi
dalam hubungannya dengan kesejahteraan. Dua teorema tentang
ekonomi kesejahteraan, yaitu first fundamental theorem of welfare
economics menyatakan bahwa ekuilibrium yang kompetitif dapat
mencapai pareto optimum (alokasi sumber daya yang efisien)
dalam pasar yang sempurna. Teorema ini merepresentasikan
konsepsi Adam Smith tentang invisible hand. Dalam kenyataannya,
pasar yang sempurna tidak pernah terjadi atau terjadi kegagalan
pasar (market failure), sehingga lahirlah second fundamental
theorem of welfare economics yang menyatakan bahwa dalam
konteks terjadi kegagalan pasar, ekuilibrium yang kompetitif dan
memiliki properti pareto yang optimal dapat dicapai melalui lumpsum
transfer.
• Selain itu, ekonom dan filosof juga berhasil menyajikan
karakteristik formal tentang kebebasan yang menunjang
analisis ekonomi. Sebagian lainnya juga berhasil
mengembangkan karakterisasi formal tentang kesetaraan
sumber daya, kesempatan, dan outcome serta telah
menganalisis kondisi yang memungkinkan memisahkan
tanggung jawab individu dan sosial terhadap kesenjangan.
• Beberapa ekonom lainnya yang juga banyak memberikan
kontribusi penting adalah Roemer,
• Amartya Sen, dan Nussbaum (Hausman, 2008). Singkatnya,
ada interaksi yang intensif antara ekonomi normatif dan filsafat
moral.
EKONOMI NORMATIF MENDASARI
MUNCULNYA EKONOMI
KERAKYATAN
Salah satu konsep yang digunakan dalam ekonomi
normative adalah konsep efisiensi yang memiliki
pembahasan yang cukup luas dalam hubungannya dengan
kesejahteraan rakyat. Pemahaman tentang pembahasan
ekonomi normatif yang berkaitan dengan bagaimana nilai-
nilai etika dan moral menjadi bagian argumentasi dalam
membangun ilmu ekonomi seperti kesejahteraan dan keadilan.
SEJARAH PERKEMBANGAN
EKONOMI KERAKYATAN
• Untuk memahami sejarah ekonomi kerakyatan di Indonesia
harus mengetahui, bahwa penjajahan Belanda di Indonesia
saat itu dan penjajahan bentuk apapun dibidang ekonomi
berintikan modal kolonial (Kolonial Kapital) yang
bermula dari kolonial VOC, Cultur Stelsel dan
pelaksanaan undang-undang agraria yang diskriminatif
sampai beroperasinya investasi swasta asing lainnya dari
benua barat harus dihindarkan.
SEJARAH PERKEMBANGAN
EKONOMI KERAKYATAN
• Sejarah munculnya ekonomi kerakyatan di Indonesia, diawali
ketika Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) pada
tahun 1799 gulung tikar semua kegiatannya, kemudian
diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda dan sejak itu
usahanya ditekankan pada eksploitasi ekonomi yang
dibarengi penetrasi politik. Sampai dengan tahun 1930
pemerintah mencoba-coba jenis eksploitasi mana yang sesuai
dan banyak menghasilkan keuntungan.
• Namun dengan adanya perbedaan kondisi ekonomi negara-negara
Eropa menyebabkan perbedaan pandangan terhadap fungsi koloni, bagi
Inggris yang sudah berkembang industrinya memerlukan daerah
jajahan untuk memasarkan barang industrinya, sebaliknya Belanda
yang tidak mempunyai industri akan memanfaatkan daerah jajahan
untuk dieksploitasi. Pada saat ini pemerintah mengusahakan
beberapa jenis perkebunan yang hasilnya laku di pasar Eropa. Maka pada
awal abad XX pemerintah menggantikannya dengan cara baru, yaitu
politik balas budi (Politik Etis).
• Liberalisme yang berkembang di Eropa pada abad XIX yang
kemudian dari ketekunan usaha itu mereka menghasilkan
akumulasi kapital, selanjutnya kapitalisme itulah yang
menimbulkan kolonialisme dan imprialisme yang ditentang
kemudian oleh lahirnya sosialisme, aliran ini yang
kemudian mengutuk semua bentuk politik imprialisme,
karena dianggap sebagai alat kapitalisme.
• Seiring dengan perjalanan sejarah tersebut, ratusan tahun
sebelum masehi para cerdik pandai sudah mulai membahas
berbagai masalah ekonomi. Namun demikian, cara
pembahasan masalah-masalah ekonomi itu masih dilakukan
secara insidentil dan lagi pula terlepas satu sama lain.
• Sebab ajara-ajaran dalam bidang ekonomi pada waktu belum
dapat merupakan suatu ilmu, pandangan orang atas masalah-
masalah ekonomi yang dianggap penting dan prinsipil pada
umumnya bersifat sosial etis pada permulaanya, untuk
kemudian mengarah pada pandangan yang lebih bersifat
ekonomis Penulisan masalah ekonomi yang bersifat ilmiah
akhirnya memunculkan pembagian periodesasi dalam
sejarah perekonomian, sebagaiman diuraikan oleh Sumitro
Djojohadikusumo, membaginya atas zaman pra-klasik,
zaman klasik dan madzab neo-klasik.
• Usaha untuk mengubah landasan-landasan pokok sebagai soko
guru dari ilmu ekonomi lama atau klasik itu sesungguhnya sudah
dimulai sejak tahun 1920. Tetapi mulai tampak pada tahun 1930-
an dan baru mencapai hasilnya pada sekitar tahun 1936, yakni
pada saat Jhon Maynard Keynes mengeluarkan bukunya yang
berjudul “The General Theory of Employment, Interest and Money”.
Pada saat ini orang baru mengatakan ekonomi modern sebagai
lawan ekonomi klasik telah dilahirkan dan sebagai bapak adalah
Jhon Maynard Keynes (1883-1946) guru besar Cambridge Inggris.
KESIMPULAN
• Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan
dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam
konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi
dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari
solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang
tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu
dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.
BAB VIII
Filsafat Akuntansi
1. Windiana Wahyu Ekaputri Suwondo (1222200112)
2. Wandira Regita Putri Cahyani (1222200117)
3. Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah (1222200121)
Untuk memahami arti dari filosofi akuntansi, baiknya dulu
kita mendefinisikan arti kata dari filosofi dan akuntansi.
Dibawah ini beberapa pengertian filosofi dari para ahli:
1. Plato (428 -348 S ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan
tentang segala yang ada.
2. Aristoteles (384– 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat
adalah menyelidikisebab dan asas segala benda.
Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umumsekali.
Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang
oleh filsafatdengan ilmu.
3. Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai
Wissenschaftslehre(ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu
umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmumembicarakan
sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat
memperkatakanseluruh bidang dan seluruh jenis ilmu
mencari kebenaran dari seluruhkenyataan.
4. Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu
pengetahuan yangemenjadi pokok dan pangkal dari
segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat
persoalan.
Dari pengertian yang disampaikan oleh ahli di atas,
disimpulkan bahwa filosofi studi mengenai kebijaksanaan,
dasar-dasar pengetahuan, dan proses yang digunakan
untuk mengembangkan dan merancang
pandanganmengenai suatu kehidupan.
Filosofi memberi pandangan dan menyatakan secara tidak
langsung mengenai sistem kenyakinan dan kepercayaan.
A. Sejarah Akuntansi
Akuntansi sebagai suatu seni yang mendasarkan pada logika matematik - sekarang
dikenal sebagai “pembukuan berpasangan” - sudah dipahami di Italia sejak tahun 1495
pada saat Luca Pacioli (1445 - 1517), yang juga dikenal sebagai Friar (Romo) Luca dal
Borgo, mempublikasikan bukunya tentang “pembukuan” di Venice. Buku berbahasa
Inggris pertama diketahui dipublikasikan di London oleh John Gouge atau Gough pada
tahun 1543. Pada abad ke 15 romawi jatuh, pusat perdagangan pindah kebelanda,
sehingga perkembangan akuntansi memakai system kontinental. Oleh sebab itu kursus
akuntansi mulai ditingkatkan, dan disinilah awal mulanya keberadaan akuntan di
Indonesia. Pada zaman kemerdekaan dimulai pengiriman akuntan dari Indonesia keluar
negri (AS), dan sejak itu pula system akuntansi bergeser dari system kontinental ke
system Anglo Saxon (AS).
B. Pengertian Akuntansi
Akuntansi secara harafiah yaitu berasal dari bahasa inggris (accounting) artinya
laporan. Jadi ilmu akuntansi adalah ilmu yang mempelajari tentang laporan
keuangan. Akuntansi adalah suatu system informasi yang mengidentifikasi (memilih
aktivitas ekonomi yang relevan bagi organisasi tertentu), mencatat (pembuatan
jurnal peristiwa secara sistematis dan kronologis), dan mengomunikasikan
(menyampaikan keadaan keuangan perusahaan tersebut berupa laporan laporan
keuangan akuntansi yang berstandarisasi) peristiwa ekonomi (pembayaran atau
penerimaan yang mempengaruhi langsung pada kas) dari suatu organisasi kepada
pengguna yang berkepentingan.
C. TINJAUAN FILSAFAT TENTANG ILMU AKUNTANSI
Lindrianasari (2010) mengartikan akuntansi secara harafiah yaitu berasal dari bahasa inggris
(accounting) artinya laporan. Jadi ilmu akuntansi adalah ilmu yangmempelajari tentang
laporan keuangan. Akuntansi adalah suatu system informasiyang mengidentifikasi (memilih
aktivitas ekonomi yang relevan bagi organisasi tertentu), mencatat (pembuatan jurnal
peristiwa secara sistematis dan kronologis). Dalam buku lain Intermediate Accounting IFRS
Version oleh Jerry J.Weygandt, Donald. E. kieso, dan Paul D. Kimmel, disampaikan bahwa
tujuanumum dari akuntansi untuk memberikan informasi keuangan kepada pihak-
pihaktertentu yang digunakan untuk pengambilan keputusan.
Persamaan tersebut memberikan kerangka dasar bagi pencatatandan pengikhtisaran
peristiwa-peristiwa ekonomi suatu perusahaan. Filosofi hidup hampir berkaitan dengan
prinsip hidup. Semua orang yangmasih eksis mempunyai pegangan hidup, tujuan hidup,
prinsip hidup maupunfilosofi hidup. Tentunya hal ini cukup berbeda di antara satu
dengan lainnyadalam menyikapinya. Karena setiap orang itu tidak sama, setiap orang itu
unik,setiap orang merupakan mahluk berakal yang memiliki pilihan masing-masing.
D. Hubungan Antara Filsafat Dan Ilmu Akuntansi
Ilmu akuntansi merupakan pengabungan antara rasionalisme danempirisme
karena akuntansi merupakan ilmu yang menggunakan pemikiran
untukmenganalisis data transaksi akuntansi dalam membuatan laporan
keuangandimana data transaksi akuntansi merupakan hal yang kongkrit dapat
di responoleh panca indera manusia.
Dalam aspek epistemologi ilmu akuntansi menjabarkan bagaimanalangkah
langkah atau proses dalam pembuatan suatu laporan keuangan dan
bagaimana suatu transaksi saling mempengaruhi dalam suatu laporan
keuangan.Dalam aspek ontologi, ilmu akuntansi menjelaskan apa isi atau hal
yang di telahdalam ilmu akuntansi tersebut.Ilmu akuntansi terikat pada kaidah
atau kode etik ilmu tersebut.
E. Aspek Ontology Dalam Ilmu Akuntansi
Siswornihardjo (1996) Hal yang di telaah atau yang menjadi isi dari
ilmuakuntansi sebagai salah satu aspek ontology dalam ilmu akuntansi
adalah prinsipakuntansi yang dikembangkan oleh asumsi dasar bagi
proses akuntansi, prinsip akuntansi yang di jadikan standar universal,
unsur dasar persamaan akuntansidalam suatu laporan keuangan, dan
jenis jenis laporan keuangan yang umum.
Dalam persamaan dasar akuntansi, unsure dasar suatu bisnis adalah
asset(sumber daya yang dimiliki ) dan kewajiban (klaim terhadap asset
kepadakreditor/ utang yang harus dipenuhi), sedangkan klaim dari
pemilik merupakanekuitas pemilik. Sehingga jumlah asset harus sama
dengan jumlah kewajiban danekuitas pemilik. Peningkatan ekuitas
pemilikmerupakan akibat dari investasi pemilik dan hasil
penjualan/pendapatan perusahaannya. Sedangkan penurunan ekuitas
pemilik merupakan akibat dari penarikan oleh pemilik itu sendiri(prive)
dan pengeluaran yang digunakan untuk pengoperasian bisnis.
F. Aspek Epistemology Dalam Ilmu Akuntansi
Dalam aspek epistemology ilmu akuntasi menggunakan berbagai
matode sesuai kebutuhannya. Contohnya matode induktif digunakan
pada saat pengambilan keputusan dengan melihat laporan tersebut,
pihak berwenang akan menyimpulkan langkah apa yang akan di ambil.
Matode positivism digunakan ketika akan membuat sebuah laporan
keuangan harus menggunakan data yang ada atau yang telah di ketahui
degas bukti yang akurat berupa nota, dll. Perbedaan antara
pembukuan dan akuntansi yaitu proses akuntansi memasukkan fungsi
fungsi pembukuan sedangkan pembukuan hanya melibatkan
pencatatan peristiwa ekonomi. Jadi pembukuan merupakan bagian
dari proses akuntansi
Hal hal yang di perhatikan dalam menganalisi sebuah transaksi, adalah:
• Setiap transaksi dianalisis berdasarkan pengaruhnya pada 3
komponen (asset, kewajiban dan ekuitas pemilik) dalam persamaan
akuntansi dasar dan jenis jenis hal spesifik dalam setiap komponen.
• Dua sisi persamaan harus selalu sama atau seimbang, yaitu sisi asset
dan sisi kewajiban di tambah ekuitas pemilik.
• Penyebab terjadinya setiap perubahan dalam klaim pemilik atas asset
di tunjukkan dalam ekuitas pemilik.
Persamaan akuntansi dasar adalah asset = kewajiban + ekuitas pemilik.
G. Aspek Aksiologi Dalam Ilmu Akuntansi
Dalam ilmu akuntansi, Hal yang menjadi alasan etika menjadi salah satu
konsep bisnis yang mendasar, yaitu karena Etika adalah standar perilaku
yang menjadi penilaian benar atau salahnya suatu tindakan. Sehingga
tiap individu dapat melakukan aktivitasnya secara efektif dan
menghindari penyimpangan yang terjadi dalam suatu bisnis perusahaan
tersebut. Pengguna data akuntansi yaitu :
pengguna internal informasi akuntansi, yaitu para manajer ( manajer
pemasaran, supervisor produksi, direktur keuangan, dan pejabat
perusahaan ) yang merencanakan, mengorganisasikan, dan mengelola
bisnis.
G. Aspek Aksiologi Dalam Ilmu Akuntansi
Mereka bertanggung jawab atas ketersediaan kas untuk membayar tagihan,
memprediksi biaya produksi untuk tiap unit produksi, memperkirakan peluang
terjadinya kenaikan gaji bagi karyawan dalam satu tahun periode, dan menganalisis
produk apa yang menguntungkan untuk di produksi perusahaan tersebut.
Pengguna eksternal informasi akuntansi, yaitu para investor (pemilik perusahaan
menggunakan informasi akuntansi untuk membuat keputusan membeli, menahan
atau menjual sahamnya), para kreditor (pemasok atau banker menggunakan
informasi akuntansi untuk mengevaluasi resiko pemberian kredit atau pinjaman).
Mereka bertanggung jawab terhadap masalah berupa besarnya laba yang didapat
oleh perusahaan tersebut, membandingkan ukuran dan jumlah keuntungan degan
pesaingnya, memperkirakan kemampuan perusahaan dalam pelunasan utang
utangnya saat jatuh tempo.
FILSAFAT PANCASILA
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.S.
Kelas V
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas 17 Agustus 1945
BAB IX
1. Windiana Wahyu Ekaputri Suwond (1222200112)
2. Wandira Regita Putri Cahyani (1222200117)
3. Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah (1222200121)
KELOMPOK 3 :
HAKIKAT PANCASILA
Filsafat berasal dari kata Philosophy yang secara epistimologis
berasal dari philos atau phileinyang yang artinya cinta dan shopia
yang berarti hikmat atau kebijaksanaan. Secara epistimologis
bermakna cinta kepada hikmat atau kebijaksanaan. Pancasila juga
merupakan sebuah filsafat karena pancasila merupakan acuan
intelektual kognitif bagi cara berpikir bangsa, yang dalam usaha-
usaha keilmuan dapat terbangun ke dalam sistem filsafat yang
kredibel. Menurut Abdulgani (dalam Ruyadi, 2003), Pancasila
merupakan filsafat negara yang lahir sebagai collective ideologie
(cita-cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, memiliki dasar ontologis,
dasar epistemologis dan dasar aksiologis tersendiri yang
membedakannya dengan sistem filsafat lain. Secara ontologis,
kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila.
Notonagoro (dalam Ganeswara, 2007) menyatakan bahwa hakikat
dasar ontologis Pancasila adalah manusia, sebab manusia
merupakan subjek hukum pokok dari Pancasila. Selanjutnya,
hakikat manusia itu adalah semua kompleksitas makhluk hidup,
baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial.
Kajian epistemologis filsafat Pancasila, dimaksudkan sebagai
upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem
pengetahuan. Menurut Titus (dalam Kaelan, 2007) terdapat tiga
persoalan mendasar dalam epistemology, yaitu:
(1) tentang sumber pengetahuan manusia;
(2) tentang teori kebenaran pengetahuan manusia; dan
(3) tentang watak pengetahuan manusia.
Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana
diketahui bahwa Pancasila digali dari nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia sendiri serta dirumuskan secara
bersama-sama oleh
“The Founding Fathers” kita. Jadi bangsa Indonesia
merupakan Kausa Materialis-nya Pancasila.
PRINSIP PRINSIP PANCASILA
1. Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan
dengan materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari
nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia
sendiri.
2. Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan
dengan bentuknya, Pancasila yang ada dalam pembukaan
UUD ’45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal).
PRINSIP PRINSIP PANCASILA
3. Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan
PPKI dalam menyusun dan merumuskan Pancasila
menjadi dasar negara Indonesia merdeka.
4. Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan
tujuannya, tujuan diusulkannya Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia merdeka.
Inti atau esensi sila-sila Pancasila
meliputi:
1. ketuhanan , yaitu sebagai kausa prima;
2. kemanusiaan, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial;
3. kesatuan, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri;
4. kerakyatan, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja
sama dan gotong royong; dan
5. keadilan, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri
dan orang lain yang menjadi haknya.
NILAI NILAI PANCASILA
Nilai adalah suatu ide atau konsep tentang apa yang seseorang
pikirkan merupakan hal yang penting dalam hidupnya. Nilai
dapat berada di dua kawasan: kognitif dan afektif. Nilai adalah
ide, bisa dikatakan konsep dan bisa dikatakan abstraksi
(Simon, 1986). Langkah-Langkah awal dari “nilai” adalah
seperti halnya ide manusia yang merupakan potensi pokok
human being.
NILAI NILAI PANCASILA
Studi tentang nilai termasuk dalam ruang lingkup estetika
dan etika. Estetika cenderung kepada studi dan justifikasi
yang menyangkut tentang manusia memikirkan keindahan,
atau apa yang mereka senangi, Sedangkan etika cenderung
kepada studi dan justifikasi tentang aturan atau bagaimana
manusia berperilaku. Ungkapan etika sering timbul dari
pertanyaan-pertanyaan yang mempertentangkan antara
benar salah, baik-buruk.
FILSAFAT PANCASILA DALAM
PENDIDIKAN DI INDONESIA
Pendidikan dilakukan oleh manusia melalui kegiatan
pembelajaran. Dalam praktik pendidikan yang universal banyak
ditemukan beragam komunitas dari manusia yang memberikan
makna yang beragam dari pendidikan. Di Indonesia, pendidikan
ditekankan pada penguasaan landasan terbentuknya masyarakat
meritorik, artinya memberikan waktu jam pelajaran yang luas
dalam penguasaan mata pelajaran tertentu. Pendidikan
berdasarkan terminologi merupakan terjemahan dari istilah
Pedagogi.
FILSAFAT PANCASILA DALAM
PENDIDIKAN DI INDONESIA
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu Paidos dan Agoo.
Paidos artinya budak dan Agoo artinya membimbing. Pedagogi
dapat diartikan sebagai budak yang mengantarkan anak majikan
untuk belajar.
Filsafat pendidikan Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang
terkandung pada Pancasila. Nilai Pancasila tersebut harus
ditanamkan pada peserta didik melalui penyelenggaraan
pendidikan nasional dalam semua level dan jenis pendidikan.
Pandangan dalam menentukan landasan
filosofis pendidikan Indonesia
Pertama, pandangan tentang manusia Indonesia. Filosofis
pendidikan nasional memandang bahwa manusia Indonesia sebagai:
1. makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya;
2. makhluk individu dengan segala hak dan kewajibannya;
3. makhluk sosial dengan segala tanggung jawab hidup dalam
masyarakat yang pluralistik, baik dari segi lingkungan sosial
budaya, lingkungan hidup, dan segi kemajuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia di tengah-tengah masyarakat global yang
senantiasa berkembang dengan segala tantangannya.
Kedua, Pandangan tentang pendidikan nasional itu sendiri. Dalam
pandangan filosofis pendidikan nasional dipandang sebagai pranata
sosial yang selalu berinteraksi dengan kelembagaan sosial lainnya
dalam masyarakat. Menurut John Dewey, filsafat pendidikan
merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental,
baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya
perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia, maka filsafat
juga diartikan sebagai teori umum pendidikan
Pandangan Para Tokoh Mengenai
Pendidikan :
Menurut Arifin 1993, Filsafat pendidikan itu berdiri secara
bebas dengan memperoleh keuntungan karena memiliki
kaitan dengan filsafat umum, meskipun kaitan tersebut tidak
penting, yang terjadi adalah suatu keterpaduan antara
pandangan filosofi dengan filsafat pendidikan karena filsafat
sering diartikan sebagai teori pendidikan secara umum .
Pandangan Pancasila dalam
Membangun Karakter
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas
adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,
perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”.
Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku,
bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Musfiroh
(2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap
(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations),
dan keterampilan (skills).
Pandangan Pancasila dalam
Membangun Karakter
Dari pengertian di atas dapat dimaknai bahwa pendidikan
karakter merupakan suatu proses penanaman perilaku
yang didasarkan pada budi pekerti yang baik sesuai
dengan kepribadian luhur bangsa Indonesia yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Filsafat pendidikan Pancasila
mengimplikasikan ciri-ciri tersebut, yaitu
sebagai berikut.
1. Integral Kemanusiaan yang diajarkan oleh Pancasila adalah
kemanusiaan yang integral, yakni mengakui manusia seutuhnya.
Manusia diakui sebagai suatu keutuhan jiwa dan raga, keutuhan
antara manusia sebagai individu dan makhluk sosial. Kedua hal itu
sebenarnya adalah dua sisi dari satu realitas tentang manusia.
Hakekat manusia yang seperti inilah yang merupakan hakekat
subjek didik.
2. Etis Pancasila merupakan kualifikasi etis. Pancasila mengakui
keunikan subjektivitas manusia, ini berarti menjungjung tinggi
kebebasan, namun tidak dari segalanya seperti liberalisme.
Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang bertanggung
jawab.
3. Religius Sila pertama pancasila menegaskan bahwa religius melekat pada
hakikat manusia, maka pandangan kemanusiaan Pancasila adalah paham
kemanusiaan religius. Religius menunjukan kecendrungan dasar dan potensi
itu. Pancasila mengakui Tuhan sebagai pencipta serta sumber keberadaan dan
menghargai religius dalam masyarakat sebagai yang bermakna. Kebebasan
agama adalah satu hak yang paling asasi diantara hak-hak asasi manusia,
karena kebebasan agama itu langsung bersumber kepada martabat manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak kebebasan agama bukan pemberian
negara atau pemberian perorangan atau golongan.
Poin yang Harus Dilakukan Oleh Pendidik
Dalam Melaksanakan Nilai-nilai Pancasila.
1. Harus memahami nilai-nilai Pancasila tersebut.
2. Menjadikan Pancasila sebagai aturan hukum dalam
kehidupan.
3. Memberikan contoh pelaksanaan nilai-nilai pendidikan
kepada peserta didik dengan baik.
FILSAFAT ILMU
DAN METODOLOGI
PENELITIAN
Social Studies Subject for Elementary:
BAB X
Windiana Wahyu Ekaputri Suwondo 1222200112
Wandira Regita Putri Cahyani 1222200117
Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah 1222200121
KELOMPOK 3
FILSAFAT ILMU DAN METODOLOGI
PENELITIAN
Pengertian Ilmu dan
Pengetahuan
01
Sifat-sifat dan Asumsi
Dasar Ilmu
Metode Penelitian
03 Anatomi / Komponen Ilmu
“Pengetahuan (knowledge) adalah pembentukan pemikiran
asosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran
dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan
pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai
sebab-akibat (kausalitas) yang hakiki dan universal.”
Pengertian Ilmu dan
Pengetahuan
“Ilmu (science) adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan
hubungan sebab-akibat (kausalitas) yang hakiki dan universa, dari
suatu obyek menurut metode-metode tertentu yang merupakan
satu kesatuan sistematis”
Pengertian Ilmu dan
Pengetahuan
Dari kedua pengertian itu jelas bahwa pengetahuan bukan hanya
ilmu, tetapi pengetahuan merupakan bahan bagi ilmu.Pengetahuan
atau “knowledge” merupakan sesuatu yang dikejar manusia untuk
memenuhi keingintahuannya (curiosity). Maka lahirlah “folk-
wisdom” (kearifan rakyat) antara lain dituangkan dalam bentuk
pepatah petitih, peribahasa, perumpamaan dan sebagainya.
Pengertian Ilmu dan Pengetahuan
Sifat-sifat dan Asumsi
Dasar Ilmu
Sebagai asumsi dasar dari ilmu sehubungan dengan ketiga sifatnya itu
pertama, adalah bahwa dunia itu ada (manipulable), sebagai asumsi
kedua adalah percaya kepada kemampuan indera manusia yang
menangkap fenomena fenomena itu. Asumsi dasar ketiga, adalah
bahwa fenomena-fenomena yang terjadi didunia “manipulable” itu
berhubungan satu sama lain.
Lebih lanjut diterangkan, sehubungan dengan asumsi dasar ketiga itu,
bahwa ilmu merupakan “believe system”, artinya ilmu itu
kebenarannya didasarkan kepada keyakinan atau kepercayaan,
meskipun kebenarannya bersifat relatif.
Sifat-sifat dan Asumsi Dasar Ilmu
Selain itu dikatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang sistematis,
atau ilmu itu merupakan sistem. Dengan demikian jelas bahwa ilmu
mempunyai unsur-unsur sistemtika yang berupa tindakan-tindakan
fungsional, seperti merumuskan masalah, mengamati dan
mendeskripsi, menjelaskan atau menerangkan dan meramalkan serta
mengontrol gejalagejala yang terjadi di alam semesta ini. Sedangkan
unsur-unsur yang membangun ilmu, merupakan komponen dari
anatomi ilmu.
Sifat-sifat dan Asumsi Dasar Ilmu
Anatomi atau komponen ilmu dibangun dari realita alam semesta.
Dikatakan bahwa komponen-komponen itu merupakan aspek
dinamis dari perwujudan ilmu yang bersifat abstrak tetapi (berlaku
umum). Komponen-komponen itu seolah-olah perkembangan dari
alam konkrit (realita) sampai pada alam abstrak (ilmu). Komponen
yang menjembataninya itu adalah : fenomena, konsep, dan atau
variabel, proposisi, fakta dan teori.
Anatomi / Komponen
Ilmu
https://slidesgo.com/
Fenomena
Adalah istilah atau simbol yang
mengandungpengertian singkat
dari fenomena, atau abstraksi
darifenomena. Konsep Adalah
variasi sifat, jumlah atau
besaran yang mempunyai nilai
katagorial (bertingkat) baik
kualitatif maupun kuantitatif,
sebagai hasil penelaahan
mendasar dari konsep.
https://slidesgo.com/
Fakta
Adalah jalinan fakta menurut
kerangka bermakna
(meaningfull construct) kegiatan
bagi kepentingan umum
diabstraksikan kepada konsep
partisipasi, proses penemuan
cara-cara baru dalam
pembangunana, diabstraksikan
dalam konsep “motivasi” dan
sebagainya).
Para peneliti memilih berjenis-jenis metode dalam melaksanakan
penelitiannya. Sudah terang, metode yang dipilih berhubungan erat
dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan.
Desain penelitian harus sesuai dengan metode penelitian yang
dipilih. Prosedur serta alat yang digunakan dalam penelitin harus
cocok dengan metode penelitian yang digunakan.
Metode Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian seseorang peneliti perlu
menjawab tiga buah pertanyaan pokok sebagai berikut :
Metode Penelitian
● Urutan kerja apakah yang harus dilakukan dalam
melaksanakan penelitian ?
● Alat-alat apa yang digunakan dalam mengukur ataupun dalam
mengumpulkan data ?
● Bagaimana melaksanakan penelitian tersebut?
Prosedur memberikan kepada peneliti urutan-urutan pekerjaan
yang harus dilakukan dalam suatu penelitian. Teknik penelitian
mengatakan alat-alat pengukur apa yang diperlukan dalam
melaksankan suatu penelitian. Sedangkan metode penelitian
memandu si peneliti tentang urutanurutan bagimana penelitian
dilakukan.
Metode Penelitian
Jika suatu penelitian dilakukan dengan menggunakan kuisioner
sebagai alat dalam mengumpulkan data, maka yang dibicarakan
adalah teknik penelitian. Jika seseorang berbicara tentang cara
seorang peneliti melakukan percobaan lapangan, dia membagi
kepada empat plot di lapangan untuk keperluan penelitian, maka
yang dibicarakan disini adalah prosedur penelitian.
Metode Penelitian
TUGAS PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx

More Related Content

Similar to TUGAS PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx

[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA
Irma Fitriani
 
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
Operator Warnet Vast Raha
 
Pengantar filsafat pwr poit
Pengantar filsafat pwr poitPengantar filsafat pwr poit
Pengantar filsafat pwr poit
Edwarn Abazel
 
filsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskj
filsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskjfilsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskj
filsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskj
AfifahNuri
 

Similar to TUGAS PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx (20)

[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA
 
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
 
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas VTugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
Tugas Akhir Pengantar Ilmu Filsafat Kelas V
 
Pengantar filsafat pwr poit
Pengantar filsafat pwr poitPengantar filsafat pwr poit
Pengantar filsafat pwr poit
 
TUGAS KUMPULAN SLIDE.pptx
TUGAS KUMPULAN SLIDE.pptxTUGAS KUMPULAN SLIDE.pptx
TUGAS KUMPULAN SLIDE.pptx
 
Tugas Akhir Filsafat Ilmu (Kumpulan Materi) .pptx
Tugas Akhir Filsafat Ilmu (Kumpulan Materi) .pptxTugas Akhir Filsafat Ilmu (Kumpulan Materi) .pptx
Tugas Akhir Filsafat Ilmu (Kumpulan Materi) .pptx
 
Artikel FKI.docx
Artikel FKI.docxArtikel FKI.docx
Artikel FKI.docx
 
TUGAS AKHIR FILSAFAT KELOMPOK 12 KELAS S.pptx
TUGAS AKHIR FILSAFAT KELOMPOK 12 KELAS S.pptxTUGAS AKHIR FILSAFAT KELOMPOK 12 KELAS S.pptx
TUGAS AKHIR FILSAFAT KELOMPOK 12 KELAS S.pptx
 
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
 
P
PP
P
 
TUGAS KUMPULAN SLIDE.pptx
TUGAS KUMPULAN SLIDE.pptxTUGAS KUMPULAN SLIDE.pptx
TUGAS KUMPULAN SLIDE.pptx
 
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptxkumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
 
KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)
KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)
KELOMPOK 7 FILSAFAT ILMU (A)
 
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MSMakalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2
 
filsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskj
filsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskjfilsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskj
filsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskj
 
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.S
 
Artikel ilmiah Wanda hamidah
Artikel ilmiah Wanda hamidahArtikel ilmiah Wanda hamidah
Artikel ilmiah Wanda hamidah
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat Pendidikan
 
Cabang
CabangCabang
Cabang
 

Recently uploaded

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
furqanridha
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
subki124
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Jajang Sulaeman
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
 

Recently uploaded (20)

Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxKegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia pptMateri Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANGMESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 

TUGAS PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx

  • 1.
  • 2.
  • 3. PENGANTAR FILSAFAT ILMU Oleh Kelompok 3 Kelas V 1. Wandira Regita Putri Cahyani (1222200117) 2. Windiana Wahyu Ekaputri Suwondo (1222200112) 3. Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah (1222200121)
  • 4. Pengantar Filsafat Ilmu Bab I : Perlunya Mahasiswa Belajar Filsafat Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M. Ec.
  • 6. Penguasaan ilmu bukan hanya menyangkut penguasaan konsep-konsep serta teori-teori keilmuan dalam bidangnya masing-masing, akan tetapi juga landasan pemahaman mengenai hakikat ilmu, objek kajian dari ilmu yang dipelajari, metode untuk pengembangan ilmu tersebut, serta kaidah-kaidah moral dan etika mengenai untuk apa ilmu itu harus dimanfaatkan.
  • 7. Dengan dasar hal tersebutlah filsafat ilmu memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian calon-calon ilmuwan pada umumnya dengan harapan mahasiswa dapat lebih berpikir secara mendalam, luas kritis dan radikal sehingga menerima transferknowledge lebih baik.
  • 8. Tatkala filsafat lahir dan mulai tumbuh, ilmu pengetahuan masih merupakan bagian yang tak terpisahkan dari filsafat. Para filsuf pada masa itu adalah juga ahli-ahli matematika, astronomi, ilmu bumi dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya Bagi para filsufilmu pengetahuan itu adalah filsafat dan filsafat adalah ilmu pengetahuan
  • 9. Berbagai ilmu pengetahuan yang telah mencapai tingkat kedewasaan penuh satu demi satu mulai mandiri dan meninggalkan filsafat yang selama itu telah mendewasakan mereka. Itulah sebabnya filsafat disebut sebagai ilmu matescientiarum atau induk segala ilmu pengetahuan.
  • 11. Keterbatasan filsafat yan telah mulai ditinggalkan setelah berbagai ilmu pengetahuan mencapai tingkat kedewasaan penuh dan mulai mandiri itulah yang amat berguna bagi ilmu pengetahuan. Akan tetapi, dengan keterbatasannya itu filsafat sanggup memeriksa, mengevaluasi, mengoreksi dan lebih menyempurnakan prinsip-prinsip dan asas-asas yang melandasi berbagai ilmu pengetahuan.
  • 12. Fungsi filsafat ilmu juga untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
  • 13. Dikatakan bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: 1. sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi, dan 2. theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.
  • 15. 1.BERPIKIR RADIKAL Berpikir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang atau menjungkirbalikkan segala sesuatu. Melainkan dalam arti yang sebenarnya yaitu berpikir secara mendalam untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan.
  • 16. Berpikir radikal justru hendak memperjelas realitas, lewat penemuan serta pemahaman akan akar realitas itu sendiri
  • 17. 2 .SELALU BERUPAYA MENEMUKAN ASAS YANG PALING HAKIKI DARI REALITAS Dengan menemukan esensi suatu realitas, realitas itu dapat diketahui dengan pasti dan menjadi jelas. Mencari asas adalah salah satu sifat dasar filsafat atau salah satu ciri-ciri orang berfilsafat.
  • 18. Misalnya, Thales mengatakan bahwa asas pertama alam semesta itu adalah air, Anaximandros mengatakan yang tidak terbatas dan yang membentuk realitas alam semesta yaitu api, udara, tanah dan air.
  • 19. 3. SELALU MEMBURU KEBENARAN Filsuf adalah pemburu kebenaran. Kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan.
  • 20. Upaya memburu kebenaran itu adalah demi kebenaran itu sendiri dan kebenaran yang diburu adalah kebenaran yang lebih meyakinkan serta lebih pasti.
  • 21. 4. BERPIKIR LOGIS, SISTEMATIS & KRITIS Berpikir logis, sistematis kritis adalah ciri utama berpikir rasional tanpa berpikir yang logis sistematis dan koheren tak mungkin diraih kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.
  • 23. a. Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak seperti apa adanya. b. Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia kita, karena filsafat mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan pertanyaan- pertanyaan mendasar. MANFAAT SECARA UMUM :
  • 24. c. Filsafat membuat kita lebih kritis. Filsafat mengajarkan pada kita bahwa apa yang mungkin kita terima begitu saja ternyata salah atau menyesatkan atau hanya merupakan sebagian dari kebenaran.
  • 25. d. Filsafat memberi bekal dan kemampulan pada kita untuk memperhatikan pandangan kita sendiri dan pandangan orang lain dengan kritis.
  • 26. MANFAAT BELAJAR FILSAFAT 1. Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para mahasiswa sebagai calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan mampu menggunakanpengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian ilmiah.
  • 27. MANFAAT BELAJAR FILSAFAT 2. Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas).Karena para ahli filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dalam isi, perumusan permasalahan maupun penyusunan jawabannya.
  • 28. 3. Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus diharapkan untuk bersikap kritis terhadap berbagai macam teori yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber lainnya.
  • 29. 4. Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah mahasiswa lulus dan bekerja mereka pastiberhadapan denganberbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkanmasalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu diterapkan.
  • 31. 05 Filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting, karena beberapa manfaat yang dapat dirasakan, antara lain : 1. Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus diharapkan untuk bersikap kritis terhadap berbagai macam teori yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber lainnya.
  • 32. 05 Filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting, karena beberapa manfaat yang dapat dirasakan, antara lain : 2. Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para mahasiswa sebagai calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian ilmiah.
  • 33. 05 Filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting, karena beberapa manfaat yang dapat dirasakan, antara lain : 3. Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah mahasiswa lulus dan bekerja mereka pasti berhadapan dengan berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu diterapkan.
  • 34. 05 Filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting, karena beberapa manfaat yang dapat dirasakan, antara lain : 4. Membiasakan diri untuk bersikap logis- rasionaldalamOpini argumentasiyang dikemukakan. 5. Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan pluralitas. Karena para ahli filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dalam isi, perumusan permasalahan maupun penyusunan jawabannya. 6. Mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah.
  • 36. Sepanjang sejarah kefilsafatan dikalangan filsuf terdapat 3 tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu 1. Kekaguman atau keheranan atau ketakjuban 2. Keraguan atau kegengsian 3. Kesadaran akan keterbatasan
  • 37. Pada umumnya seorang filsuf mulai berfilsafat karena adanya rasa kagum atau adanya heran dalam pikiran filsafat itu sendiri.
  • 38. Aristoteles mengatakan, pada mulanya manusia takjub memandang benda-benda aneh disekitarnya, lama-kelamaan ketakjubannya semakin terarah pada hal-hal yang lebih besar dan luas seperti perubahan dan peredaran bulan, matahari, bintang-bintang dan asal mula alam semesta.
  • 39. Ada beberapa hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat dari beberapa hal yang ada diatas seperti kekaguman, keraguan maupun kesadaran akan keterbatasan.
  • 40. Saya rasa ada satu lagi yang perlu ditambah yaitu ketidakpuasan. Karena dengan ketidakpuasan membuat manusia terus- menerus berusaha mencari penjelasan yang meyakinkan dan pasti akan sesuatu peristiwa yang dipertanyakan yang lambat laun mulai berpikir secara rasional atau logis.
  • 41. Contoh ketidakpuasan seseorang mencari tahu adakah planet lain selain bumi yang belum ditempati membuat seseorang itu berfilsafat dan terus berusaha menyelidiki palnet-planet luar angkasa, adakah yang seperti bumi tempat yang bisa di huni oleh manusia.
  • 42. Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.S. BAB II Perenungan tentang Filsafat Kelas V Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas 17 Agustus 1945
  • 43. Kelompok 3 : 1. Windiana Wahyu Ekaputri Suwondo (1222200112) 2. Wandira Regita Putri Cahyani (1222200117) 3. Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah (1222200121) Kelas : V
  • 44. Mengapa Berfilsafat A Table of contents Mengukur Berpikir Filsafat B Daya Tarik Filsafat C Filsafat dalam Kehidupan Sehari-hari D Mengembangkan Pemikiran Filsafat E Lingkup Filsafat F Ciri-ciri Pemikiran Filsafat G
  • 46. Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan yang koheren, yang konsepsional. Secara singkat, yang saya maksudkan dengan istilah 'koheren' ialah runtut. Bagan konsepsional yang merupakan hasil perenungan kefilsafatan haruslah bersifat runtut. Jika orang bertanya apakah arti 'runtut' ('consistent'), maka saya akan mencoba untuk menjawabnya dengan pertama-tama memberikan batasan terhadap kebalikan runtut. Kebalikannya disebut 'tidak runtut‘ ('inconsistent') atau 'bertentangan' ('contradictory').
  • 47. 2. Tidak benar bahwa hujan turun. 1. Hujan turun. Kiranya baik bila saya berikan contoh dengan menyebutkan dua buah pernyataan. Setiap orang dapat dengan jelas memahami bahwa jika benar hujan turun, `maka ucapan "tidak benar bahwa hujan turun," tidak mungkin sama benarnya. Tetapi jika ungkapan 1 sesat, maka jelaslah bahwa ungkapan 2 tentu benar. Sebaliknya jika ungkapan 2 benar, maka ungkapan I, tentu sesat; dan jika ungkapan 2 sesat, maka ungkapan 1 tentu benar.
  • 48. Maka dapatlah kita mengatakan bahwa bila ada dua pernyataan berupa kalimat-kalimat berita yang susunannya demikian rupa sehingga jika yang satu benar yang lain sesat, dan jika yang satu sesat yang lain benar, maka dua pertanyaan tersebut dikatakan saling bertentangan (atau tidak runtut).
  • 49. Suatu perenungan kefilsafatan tidak boleh mengandung pernyataanpernyataan yang saling bertentangan. Jika orang mulai menyukai perenungan kefilsafatan, maka ia mungkin akan bertanya, mengapa tidak boleh Jawabannya kiranya sudah dimengerti. Sebagaiman telah dikatakan, bahwa filsafat berusaha memperoleh penyelesaian atau jawaban terhadap pertanyaan- pertanyaan agar dapat dipaharni.
  • 50. Yang dinamakan penyelesaian ialah pernyataan yang terbukti benar, atau yang terbukti kebenarannya daripada pernyataan-pemyataan yang lain, termasuk juga pernyataan yang bertentangan dengan pernyataan di atas. Karena itu, tidaklah mungkin kita dapat mengatakan telah memperoleh penyelesaian, jika kita mengatakan bahwa suatu pemyataan itu benar dan kemudian mengatakan bahwa pernyataan yang bertentangan dengan pernyataan di atas juga benar.
  • 52. Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional yang bersifat rasional. Yang saya maksudkan dengan bagan konsepsional yang bersifat rasional ialah bagan yang bagian-bagiannya secara logis berhubungan satu dengan yang lain.
  • 53. Jika saya boleh memakai bahasa yang bebas, bagan tersebut ialah bagan yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari premis-premis, dari bagan yang premis- premisnya ditetapkan dengan baik. Ilmu ukur merupakan suatu contoh mengenai sistem yang rasional Ilmu ukur dimulai dengan suatu perangkat definisi, aksioma dan dalil yang dianggap telah terbukti dengan sendirinya, dan yang kebenarannya tidak dapat diragukan, setidak-tidaknya demikian menurut hemat Euclides - dan berusaha untuk menyimpulkan semua pernyataan yang lain sebagai teorema yang berasal dari kebenaran-kebenaran yang terbukti dengan sendirinya tersebut, hanya dengan memakai logika.
  • 54. Juga filsafat merupakan suatu sistem yang bagian-bagiannya saling berhubungan serupa itu. Tetapi filsafat tidak mulai dari pengertian- pengertian yang dapat diterima oleh akal sehat sebagaiman imu ukur Euclides.
  • 56. Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional yang memadai untuk dunia tempat kita hidup maupun diri kita sendiri. Dikatakan bahwa itmu memberi penjelasan tentang kenyataan empiris yang dialama filsafat berusaha untuk rnemperoleh penjelasan mengenai ilmu itu sendiri. Tetapi sesungguhnya filsafat meliputi lebih banyak hal lagi.
  • 57. Filsafat berusaha rnemberikan penjelasan tentang dunia seluruhnya, termasuk dirinya sendiri. Menurut sudut pandangan ini, filsafat mencari kebenaran tentang segala sesuatu dan kebenaran ini harus dinyatakan dalarn bentuk yang paling umum. Suatu sistem filsafat harus bersifat komprehensif, dalam arti tidak ada sesuatu pun yang berada di luar jangkauannya Jika tidak demikian, filsafat akan ditolak serta dikatakan berat sebelah dan tidak memadai.
  • 58. Suatu sistem baru dapat dikatakan memadai jika memuat penjelasan tentang sernua gejala Memang salah satu cara untuk mengecam suatu sistern filsafat ialah dengan menunjukkan bahwa sistem tersebut melupakan sesuatu yang tidak memperoleh tempat di dalam nya.
  • 59. Ketiga faktor ilmu pengetahuan yang berkembang pesat di Yunani. Bangsa Yunani berutang budi kepada bangsa lain, misalnya Mesir untuk ilmu ukur dan ilmu hitung, serta ilmu astronomi yang dipengaruhi oleh bangsa Babylonia.
  • 61. Kegiatan kefilsafatan ialah perenungan. Tetapi merenung bukanlah melamun, Skefilsafatan ialah percobaan Untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional yang memadai. Untuk memahami dunia tempat kita hidup, maupun untuk memahami diri kita sendiri. Perenungan kefilsafatan dapat merupakan karya satu orang yang dikerjakannya sendiri, ketika ia dengan pikirannya berusaha keras menemukan alasan dan penjelasan dengan cara semacam bertanya kepada diri sendiri.
  • 62. Perenungan filsafat ialah sejenis percakapan yang dilakukan dengan diri sendiri atau dengan orang lain. Itulah sebabnya, mengapa seorang filsuf tampak selalu berhubungan dengan polemik, dan tampak lebih menaruh perhatian kepada usaha merusak dan menentang dibandingkan dengan usaha membangun. Dalam arti tertentu, perenungan kefilsafatan dapat dipandang sebagai pertentangan di antara alternatif- alternatif yang masing-masing berpegangan pada unsur atau segi yang penting, dan kemudian mencoba untuk mengujinya pada pengalaman, kenyataan empirik, dan akal.
  • 63. Biarpun sebagian besar sistem-sistem filsafat yang besar, misalnya sistem filsafat Aristoteles yang hidup pada abad IV SM atau sistem Hegel 1770-1831, merupakan karya- karya perseorangan, namun system-sistem tersebut menunjukkan adanya saling pertukaran yang ajeg dengan pikiran serta kritik orang-orang lain. Sesungguhnya tidak ada filsafat yang disusun dari ketiadaan dan tanpa hal-hal yang mendahuluinya yang telah dipelajarinya, dan oleh rekan-rekan semasa hidupnya yang mengajukan kritik terhadapnya.
  • 65. Pertama Dari beragam karya tulis tentang filsafat, kita dapat merangkum sebagai berikut: pengertian filsafat dari segi arti kata, yaitu Tilsafat' berasal dari bahasa Yunani terdiri dari kata 'philein' yang berarti cinta dan sophia' yang berarti kebijaksanaan. Atau berasal dari kata 'philosophia' yang berarti `cinta akan kebijaksanaan atau love of wisdom. Jadi, pengertian filsafat dari arti kata adalah `cinta pada kebijaksanaan'.
  • 66. Kedua pengertian filsafat `secara umum', yaitu `suatu ilmu pengetahuan yang melakukan penyelidikan atau kajian tentang hakikat dari segala sesuatu dengan sungguh- sungguh dan penuh kecintaan untuk memperoleh kebenaran atau kebijaksanaan'. Jadi, jawaban-jawaban yang diberikan oleh filsafat tentang hakikat fenomena hidup harus bersifat mendalam atau mencapai tingkat kebenaran yang lebih universal.
  • 67. Ketiga pengertian filsafat `secara khusus', yaitu `suatu ilmu pengetahuan yang menyelidiki tentang hakikat sesuatu untuk memperoleh kebenaran menurut aliran filsafat tertentu'. Dalam filsafat terdapat beragam aliran, misalnya: aliran idealisme, aliran positivisme, aliran materialisme, aliran hedonisme, aliran stoicisme dan sebagainya. Jadi, pengertian hakikat sesuatu menurut aliran idealisme tentunya tidak sama dengan hakikat sesuatu menurut aliran positivisme, hedonisme, materialisme dan stoicisme."
  • 68. Pertama Awal mula lahirnya filsafat, menurut Bartens, ada tiga faktor yang lahirnya "filsafat" di Yunani. di Yunani terdapat mitologi yang kaya dan tersebar luas. Mitologi ini bisa dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat. Bangsa Yunani telah mengadakan usaha untuk menyusun mitos-mitos yang beredar di masyarakatnya menjadi suatu bangunan yang sistematis. Dalam usaha-usaha itu sudah tampak sifat rasional bangsa Yunani.
  • 69. Kedua peran sastra Yunani dalam bentuk syair-syair Ramlani Lina Sinaulan yang digunakan untuk buku pendidikan bagi masyarakat Yunani. Misalnya, peranan syair Homeros yang digemari masyarakat Yunani untuk dibaca dalam rangka mengisi waktu luang. Syair ini mengandung nilai edukasi.
  • 70. Secara umum, tema-tema pokok filsafat di Yunani mencakup tiga hal. Pertama, permasalahan tentang asas (arkhe) dan hukum (logos) alam semesta. Kedua, tema- tema yang berkaitan dengan paham Aletheia (ketidaksembunyian), seperti "ada", "kebenaran", an "pengetahuan sejati". Ketiga, pertanyaan tentang kodrat manusia dan penentuan tindakan etisnya: "yang baik" dan "keutamaan" (arete).
  • 72. Filsafat merupakan `ilmu istimewa' yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa..
  • 73. Filsafat adalah sebuah sistem pemikiran, atau lebih tepat cara berpikir, yang terbuka: terbuka untuk dipertanyakan dan dipersoalkan kembali. Filsafat adalah pertanyaan dan bukan pernyataan.
  • 74. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis hakikat sarwa yang ada, yaitu: hakikat Tuhan, hakikat clam semesta, dan hakikat manusia, serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari paham tersebut.
  • 75. Plato Aristoteles Pembagian Cabang Filsafat 1. Logika (tentang bentuk susunan pikiran) 2. Filosofis teoritika, yang terbagi menjadi: (a) fisika (tentang dunia material); (b) matematika; (c) metafisika (tentang hakikat `add) 3. Filosofia praktika (tentang hakikat hidup kesusilaan), yang terbagi menjadi: (a) etika (tentang kesusilaan dalam hidup perseorangan); (b) ekonomia (tentang kesusilaan dalam hidup berkeluarga); (c) politika (tentang kesusilaan dalam hidup bernegara); dan 4. Filosofia poeletika (filsafat kesenian). 1. Dialektika (filsafat tentang ide- ide atau pengertian-pengertian umum) 2. Fisika (filsafat tentang dunia material) ; dan 3. Etika (filsafat tentang kebaikan atau kesusilaan)
  • 77. Secara singkat, yang saya maksudkan dengan istilah 'koheren' ialah runtut. Bagan konsepsional yang merupakan hasil perenungan kefilsafatan haruslah bersifat runtut. Jika orang bertanya apakah arti 'runtut' ('consistent'), maka saya akan mencoba untuk menjawabnya dengan pertama- tama memberikan batasan terhadap kebalikan runtut. Kebalikannya disebut 'tidak runtut' ('inconsistent') atau 'bertentangan' ('contradictory'). a. Filsafat Bersifat Koheren
  • 78. Yang dimaksudkan dengan 'bagan konsepsional yang bersifat rasional' ialah bagan yang bagian-bagiannya secara logis berhubungan satu dengan yang lain. b. Pemikiran Filsafat yang Rasional
  • 79. Suatu sistem filsafat harus bersifat komprehensif, dalam arti tidak ada sesuatu pun yang berada di luar jangkauannya Jika tidak demikian, filsafat akan ditolak serta dikatakan berat sebelah dan tidak memadai. c. Filsafat Bersifat Komprehensif
  • 80. Suatu sistem baru dapat dikatakan memadai jika memuat penjelasan tentang sernua gejala Memang salah satu cara untuk mengecam suatu sistern filsafat ialah dengan menunjukkan bahwa sistem tersebut melupakan sesuatu yang tidak memperoleh tempat di dalamriya. Jika demikian, maka sistem semacam itu perlu diperluas atau ditolak. c. Filsafat Bersifat Komprehensif
  • 81. Kegiatan kefilsafatan ialah perenungan. Tetapi merenung bukanlah melamun, Kefilsafatan ialah percobaan Untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional yang memadai. Untuk memahami dunia tempat kita hidup, maupun untuk memahami diri kita sendiri. d. Filsafat memiliki Pemikiran Secara Sistematis
  • 82. Perenungan kefilsafatan dapat merupakan karya satu orang yang dikerjakannya sendiri, ketika ia dengan pikirannya berusaha keras menemukan alasan dan penjelasan dengan cara semacam bertanya kepada diri sendiri. Atau, dapat pula dilakukan oleh dua atau lebih dari dalam suatu percakapan ketika mereka melakukan analisa, melakukan kritik dan menghubungkan pikiran mereka secara timbal balik d. Filsafat memiliki Pemikiran Secara Sistematis
  • 83. Secara singkat, perenungan kefilsafatan berusaha memahami segenap kenyataan dengan jalan menyusun suatu pandangan dunia (biasanya dipakai perkataan Jerman Weltanschal,ung) yang memberikan keterangan tentang dunia dan sernua hal yang ada di di dalamnya. e. Filsafat Memiliki Pandangan yang Luas
  • 84. Seorang filsuf lonia, Democritus (460-370 SM) memberikan kepada kita suatu pandangan dunia yang dikenal sebagai 'atomisme'yang dewasa ini masih agak banyak yang menganutnya. Penyair Romawi, Lucretius (9454 SM), menyatakan pandangan dunia ini di dalam syairnya yang bersifat kefilsafatan yang berjudul Tentang Hakekat Segala Sesuatu.. e. Filsafat Memiliki Pandangan yang Luas
  • 85. Lucretius mengatakan bahwa pada mulanya hanya ada atom-atom yang bergerak melalui ruang. Semula atom- atom ini bergerak dalam garis yang lurus, tetapi secara kebetulan salah satu di antaranya melayang keluar dari garis dan berbenturan dengan atom yang lain yang pada gilirannya terlempar dari jalannya dan berbenturan dengan atom-atom yang bergerak. Sistem Lucretius tersebut tidak memadai, karena tidak sepenuhnya menjelaskan tentang prinsip penjelasan yang dipakainya Sebab, di dalam filsafat tidak boleh ada misteri! Dewasa ini terdapat banyak pertentangan paham mengenai cara penggambaran modern tentang atomisme.
  • 86. Perenungan kefilsafatan tidak berusaha menemukan fakta-fakta; filsafat menerimanya dari mereka yang menemukannya. Tetapi filsafat selalu menunjuk fakta-fakta ini untuk menguji apakah penjelasannya sudah memadai. Filsafat membicarakan fakta-fakta dengan dua cara: 1. Filsafat mengajukan kritik atas makna yangdikandung fakta-fakta; 2. Filsafat menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat umum dari fakta-fakta.
  • 87. Seorang filsuf tidak pemah menerima suatu fakta'secara dangkal'. Bahkan seorang ilmuwan yang baik tidak hanya berbicara mengenai fakta- fakta. Ia juga mempunyai pandangan dunia; dan dalam hubungannya dengan pandangan dunianya itu ia memandang fakta-fakta yang dimilikinya.
  • 88. Dalam arti tertentu filsafat lebih bersifat mendasar ketimbang sesuatu ilmu yang manapun juga. Tetapi dengan mengatakan demikian tidak berarti merendahkan derajat ilmu atau mengurangi keagungannya. Filsafat berusaha menghubungkan ilmu dengan segi-segi yang lain dari pengetahuan manusia.
  • 89. Bila kita telah meningkat lebih jauh dalam mempelajari filsafat, maka akan tampak lebih banyak perbedaan yang terdapat antara filsafat dengan ilmu (positif).
  • 90. BAB III FILSAFAT ILMU, PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.S. Kelas V Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas 17 Agustus 1945
  • 91. Kelompok 3 : 1. Windiana Wahyu Ekaputri Suwondo (1222200112) 2. Wandira Regita Putri Cahyani (1222200117) 3. Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah (1222200121)
  • 93. Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara Iangsung dari kesadarannya sendiri.
  • 94. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif. Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa pengetahuan dalam arti luas berarti semua kehadiran internasional objek dalam subjek. Namun dalam arti sempit dan berbeda dengan imajinasi atau pemikiran belaka, pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti (kebenaran, kepastian).
  • 95. Pertama, pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu di mana is menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas dan sebagainya. 1. Jenis Pengetahuan Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari.
  • 96. Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam 1. Jenis Pengetahuan Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
  • 97. 2. Perbedaan Pengetahuan dengan Ilmu Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu disamakan artinya dengan pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan. Dari asal katanya, kita dapat ketahui bahwa pengetahuan diambil dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge, sedangkan ilmu diambil dari kata science dan peralihan dari kata Arab ilm.
  • 98. 2. Perbedaan Pengetahuan dengan Ilmu Untuk memperjelas pemahaman kita perlu juga dibedakan antara pengetahuan yang sifatnya prailmiah dengan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan yang bersifat prailmiah ialah pengetahuan yang belum memenuhi syarat-syarat ilmiah pada umumnya. Sebaliknya, pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang hams memenuhi syarat- syarat ilmiah. Pengetahuan pertama disebut pengetahuan biasa, pengetahuan kedua disebut pengetahuan ilmiah.
  • 99. 2. Perbedaan Pengetahuan dengan Ilmu Perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan dapat ditelusuri dengan melihat perbedaan ciri-cirinya. Herbert L. Searles memperlihatkan ciri-ciri tersebut sebagai berikut: "Kalau ilmu berbeda dengan filsafat berdasarkan empiris, maka ilmu berbeda dari pengetahuan biasa karena ciri sistematisnya".
  • 100. 2. Perbedaan Pengetahuan dengan Ilmu Dari beberapa keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pengetahuan berbeda dengan ilmu. Perbedaan itu terlihat dari sif at sistematik dan cara memperolehnya. Perbedaan tersebut menyangkut pengetahuan prailmiah atau pengetahuan biasa, sedangkan pengetahuan ilmiah dengan ilmu tidak mempunyai perbedaan yang berarti
  • 103. 1. Teori Hakikat Pengetahuan Realisme Teori ini mempunyai pandangan realistic terhadap alam. Pengetahuan menurut realisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah kopi dari yang asli yang ada di luar akal. Hal ini tidak ubahnya seperti gambaran yang terdapat dalam foto. Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan. Idealisme Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena itu, pengetahuan bagi seorang idealis hanya merupakan gambaran subjektif dan bukan gambaran objektif tentang realitas. Subjektif dipandang sebagai suatu yang mengetahui, yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut
  • 104. 2. Sumber Pengetahuan Intuisi Wahyu Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantaraan pars nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperoleh¬nya. Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha.
  • 105. 2. Sumber Pengetahuan Empirisme Empirisme Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Rasionalisme Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek
  • 106. Sejarah Ilmu Pengetahuan Periode Pertama Abad 4 Sebelum Masehi Periode Kedua Abad 17 Setelah Masehi 1 2
  • 107. Periode Pertama (Abad 4 Sebelum Masehi) Perintisan “Ilmu pengetahuan” dianggap dimulai pada abad 4 sebelum Masehi, karena peninggalan-peninggalan yang menggambarkan ilmu pengetahuan diketemukan mulai abad 4 sebelum Masehi, yang mana terjadinya pergeseran dari persepsi mitos ke persepsi logos Pada periode ini tokoh yang terkenal adalah Aristoteles. Persepsi Aristoteles tentang dunia adalah sebagai berikut: dunia adalah ontologis atau ada (eksis). Menurut Aristoteles, dunia merupakan substansi, dan ada hirarki substansi-substansi. Substansi adalah sesuatu yang mandiri, dengan demikian dunia itu mandiri.
  • 108. Perihal Pengenalan (1)Pengenalan Inderawi (memberi pengetahuan tentang hal-hal yang kongkrit dari suatu benda) (2)Pengenalan Rasional (mencapai hakekat sesuatu, melalui jalan abstraksi) Perihal Metode menurut Aristoteles, “ilmu pengetahuan” adalah pengetahuan tentang prinsip- prinsip atau hukum-hukum bukan objek-objek eksternal atau fakta. menurut Aristoteles, metode untuk mengembangkan “ilmu pengetahuan” ada dua, yaitu: (1)induksi intuitif yaitu mulai dari fakta untuk menyusun hukum (pengetahuan universal) (2)deduksi (silogisme) yaitu mulai dari pengetahuan universal menuju fakta- fakta. Pandangan Aristoteles yang dapat dikatakan sebagai awal dari perintisan “ilmu pengetahuan”
  • 109. Periode Kedua (Abad 17 Setelah Masehi) Perintisan “Ilmu pengetahuan” dianggap dimulai pada abad 4 sebelum Masehi, karena peninggalan-peninggalan yang menggambarkan ilmu pengetahuan diketemukan mulai abad 4 sebelum Masehi, yang mana terjadinya pergeseran dari persepsi mitos ke persepsi logos Pada periode ini tokoh yang terkenal adalah Aristoteles. Persepsi Aristoteles tentang dunia adalah sebagai berikut: dunia adalah ontologis atau ada (eksis). Menurut Aristoteles, dunia merupakan substansi, dan ada hirarki substansi-substansi. Substansi adalah sesuatu yang mandiri, dengan demikian dunia itu mandiri.
  • 111. Filsafat dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Secara singkat dapat dikatakan Filsafat adalah refleksi kritis yang radikal. Refleksi adalah upaya memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti. Apabila ilmu pengetahuan mengumpulkan data empiris atau data fisis melalui observasi atau eksperimen, kemudian dianalisis agar dapat ditemukan hukum-hukumnya yang bersifat universal. Oleh filsafat hukum-hukum yang bersifat universal tersebut direfleksikan atau dipikir secara kritis dengan tujuan untuk mendapatkan unsur-unsur yang hakiki, sehingga dihasilkan pemahaman yang mendalam.
  • 112. Filsafat dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Perbedaannya, apabila ilmu pengetahuan sifatnya taat fakta, objektif dan ilmiah, maka filsafat sifatnya mempertemukan berbagai aspek kehidupan di samping membuka dan memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu pengetahuan objeknya dibatasi, misalnya Psikologi objeknya dibatasi pada perilaku manusia saja, filsafat objeknya tidak dibatasi pada satu bidang kajian saja dan objeknya dibahas secara filosofis atau reflektif rasional, karena filsafat mencari apa yang hakikat.
  • 113. 1. Apa yang Dapat saya ketahui? Pertanyaan ini mempunyai makna tentang batas mana yang dapat dan mana yang tidak dapat diketahui. Jawaban terhadap pertanyaan ini adalah suatu fenomena. Fenomena selalu dibatasi oleh ruang dan waktu 2. Apa yang harus saya lakukan? Pertanyaan ini mempersoalkan nilai (values), dan disebut Axiologi, yaitu nilai-nilai apa yang digunakan sebagai dasar dari perilaku. Kajian Axiologi meliputi Etika atau nilai-nilai keutamaan atau kebaikan dan Estetika atau nilai-nilai keindahan 3. Apa yang dapat saya harapkan? Pengetahuan manusia ada batasnya. Apabila manusia sudah sampai batas pengetahuannya, manusia hanya bisa mengharapkan. Ruang Lingkup Kajian Filsafat
  • 114. Filsafat Ilmu Pengetahuan 1. Sumber ilmu pengetahuan Ilmu pengetahuan diperoleh dari pengalaman (emperi) dan dari akal (ratio). Sehingga timbul faham atau aliran yang disebut empirisme dan rasionalisme. 2. Batas-batas Ilmu Pengetahuan Apa yang dapat kita tangkap dengan panca indera itu adalah penting, pengetahuan tidak sampai disitu saja tetapi harus lebih dari sekedar yang dapat ditangkap panca indera. Hakekat ilmu pengetahuan dapat ditelusuri dari 4 (empat) hal, yaitu:
  • 115. Filsafat Ilmu Pengetahuan Yang ingin mengetahui adalah subjek yang memiliki kesadaran. Yang ingin kita ketahui adalah objek, diantara kedua hal tersebut seakan-akan terdapat garis demarkasi yang tajam. 3. Strukturnya 4. Keabsahan Keabsahan ilmu pengetahuan membahas tentang kriteria bahwa ilmu pengetahuan itu sah berarti membahas kebenaran. Hakekat ilmu pengetahuan dapat ditelusuri dari 4 (empat) hal, yaitu:
  • 116. Kebenaran adalah kesamaan antara gagasan dan kenyataan. Misalnya ada korespondensi yaitu persesuaian antara gagasan yang terlihat dari pernyataan yang diungkapkan dengan realita. Teori Korespondensi terdapat persamaan atau persesuaian antara gagasan dengan kenyataan atau realita. Teori Koherensi terdapat keterpaduan antara gagasan yang satu dengan yang lain. Tidak boleh terdapat kontradiksi antara rumus yang satu dengan yang lain. Teori Pragmatis Pragmatisme adalah tradisi dalam pemikiran filsafat yang berhadapan dengan idealisme, dan realisme. Aliran Pragmatisme timbul di Amerika Serikat. Kebenaran diartikan berdasarkan teori kebenaran pragmatisme.
  • 118. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan Ilmiah 1. Ilmu Pengetahuan Ilmiah Harus Sistematis ilmu pengetahuan ilmiah dalam upaya menjelaskan setiap gejala selalu berlandaskan suatu teori. Atau dapat dikatakan bahwa teori dipergunakan sebagai sarana untuk menjelaskan gejala dari kehidupan sehari-hari. 2. Ilmu Pengetahuan Ilmiah Dapat Dipertanggungjawabkan Ilmu pengetahuan ilmiah dapat dipertanggungjawabkan melalui 3 (tiga) macam sistem, yaitu sistem axiomatis, sistem empiris dan sistem semantik/linguistik.
  • 119. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan Ilmiah 3. Ilmu Pengetahuan Ilmiah Harus Objektif atau intersubjektif Ilmu pengetahuan ilmiah itu bersifat mandiri atau milik orang banyak (intersubjektif). Ilmu pengetahuan ilmiah itu bersifat otonom dan mandiri, bukan milik perorangan (subjektif) tetapi merupakan konsensus antar subjek (pelaku) kegiatan ilmiah
  • 121. Cara kerja Ilmu Pengetahuan Ilmiah Penjelasan tentang langkah-langkah Metodologis Langkah pertama. Ada masalah yang harus dipecahkan. Seluruh langkah ini (5 langkah) oleh Popper disebut Epistomology Problem Solving. Untuk pemecahan masalah tersebut diperlukan kajian pustaka (inferensi logis) guna mendapatkan teori-teori yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Langkah kedua. Selanjutnya dari teori disusun hipotesis. Untuk menyusun hipotesis diperlukan metode deduksi logis.
  • 122. Cara kerja Ilmu Pengetahuan Ilmiah Penjelasan tentang langkah-langkah Metodologis Langkah ketiga. Untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis perlu adanya observasi. Sebelum melakukan observasi perlu melakukan interpretasi teori yang digunakan sebagai landasan penyusunan hipotesis dalam penelitian adalah penyusunan kisi-kisi/dimensi-dimensi, kemudian penyusunan instrumen pengumpulan data, penetapan sampel dan penyusunan skala.
  • 123. Cara kerja Ilmu Pengetahuan Ilmiah Penjelasan tentang langkah-langkah Metodologis Langkah keempat. Setelah observasi, selanjutnya melakukan pengukuran (assessment), penetapan sampel, estimasi kriteria (parameter estimation). Langkah tersebut dilakukan guna mendapatkan generalisasi empiris (empirical generalization). Langkah kelima. Generalisasi emperis tersebut pada hakekatnya merupakan hasil pembuktian hipotesis. Apabila hipotesis benar akan memperkuat teori (verifikasi). Apabila hipotesis tidak terbukti akan memperlemah teori (falsifikasi).
  • 124. Cara kerja Ilmu Pengetahuan Ilmiah Penjelasan tentang langkah-langkah Metodologis Langkah keenam. Hasil dari generalisasi empiris tersebut dipergunakan sebagai bahan untuk pembentukan konsep, pembentukan proposisi. Pembentukan atau penyusunan proposisi ini dipergunakan untuk memperkuat atau memantapkan teori, atau menyusun teori baru apabila hipotesis tidak terbukti.
  • 126. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut: Dalam common sense Informasi tentang suatu fakta jarang disertai penjelasan tentang mengapa dan bagaimana. Common sense tidak melakukan pengujian kritis hubungan sebab-akibat antara fakta yang satu dengan fakta lain. Sedang dalam science di samping diperlukan uraian yang sistematik, juga dapat dikontrol dengan sejumlah fakta sehingga dapat dilakukan pengorganisasian dan pengklarifikasian berdasarkan prinsip-prinsip atau dalil-dalil yang berlaku.
  • 127. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut: Ilmu pengetahuan menekankan ciri sistematik. Penelitian ilmiah bertujuan untuk mendapatkan prinsip-prinsip yang mendasar dan berlaku umum tentang suatu hal. Sedang common sensetidak memberikan penjelasan (eksplanasi) yang sistematis dari berbagai fakta yang terjalin. Di samping itu, dalam common sense cara pengumpulan data bersifat subjektif, karena common sense sarat dengan muatan-muatan emosi dan perasaan.
  • 128. Proses Terbentuknya Ilmu Pengetahuan Menurut Karlina Supeli Laksono dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan (Epsitomologi) pada Pascasarjana Universitas Indonesia tahun 1998/1999, ilmu pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga syarat, yaitu: 1) Sistematik; yaitu merupakan kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai suatu sistem. 2) Objektif; atau dikatakan pula sebagai intersubjektif, yaitu teori tersebut terbuka untuk diteliti oleh orang lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian bersifat universal. 3) Dapat dipertanggungjawabkan; yaitu mengandung kebenaran yang bersifat universal, dengan kata lain dapat diterima oleh orang-orang lain/ahli-ahli lain. Syarat-syarat Ilmu Pengetahuan Ilmiah
  • 129. BAB IV LOGIKA SCIENTIFIKA Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.S. Kelas V Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas 17 Agustus 1945
  • 130. KELOMPOK 3 1. Windiana Wahyu Ekaputri Suwond (1222200112) 2. Wandira Regita Putri Cahyani (1222200117) 3. Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah (1222200121)
  • 131. Berpikir Induktif dan Deduktif Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Pengetahuan yang dimaksud adalah suatu fenomena yang ditangkap oleh indra manusia Dan sinilah terwujud hukum, dalil, atau teori dari suatu ilmu. Pekerjaan semacam ini tidak lain adalah pekerjaan induktif (menginduksi). Dapatlah dikatakan bahwa pekerjaan induktif ini dimulai dari hal- hal yang khusus (particular) yang terpikirkan sebagai kelas dari suatu fenomena
  • 132. Penalaran deduktif biasanya mempergunakan silogisme dalam menyimpulkan. Proposisi yang pertama disebut premis mayor, yang kedua disebut premis minor, dan yang ketiga disebut konklusi/ konsekuen/kesimpulan. premis mayor (PMJ) adalah proposisi yang bersifat umum (general), berupa teor, hukum ataupun dalil dari suatu ilmu, sedangkan premis minor (PMn) adalah proposisi yang disusun dari fenomena khusus yang ditangkap oleh indra,
  • 133. Garis besar langkah-langkah sistematis keilmuan adalah: (1) mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah; (2) menyusun kerangka pikiran (logical contract); (3) merumuskan hipotesis (jawaban rasicnal terhadap masalah); (4) menguji hipotesis secara empirik; (5) melakukan pembahasan dan; (6) menyimpulkan.
  • 134. Metode Ilmiah Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah sistematis.
  • 135. 2.1 Logika Alami dan Logika Scientifika Banyak hal yang menyebabkan kita berpikir. Dalam kegiatan berpikir sehari-hari kita secara spontan telah mengikuti hukum-hukum yang secara alami memerintah. Dan memang benar bahwa logika alami (natural, spontan, dengan naluri) tersebut telah mencukupi bagi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.
  • 136. Perlu diingat, hukum berpikir yang akan dinzmuskan dalam logika scientifika adalah hukum kodrat. Jadi, logika scientifika mutlak dibutuhkan untuk semakin memperlengkapi kita dalam mempertajam jiwa dan menolong meluruskan kerja intelek kita dengan mengikuti, mematuhi prinsip-prinsip dasar yang memerintahnya dengan sadar.
  • 137. Logika scientifika adalah ilmu praktis normatif yang mempelajari hukum-hukum, prinsip-prinsip, bentuk-bentuk pikiran manusia yang jika dipatuhi akan membimbing kita mencapai kesimpulan-kesimpulan yang betul lurus, sah.
  • 138. 2.2.1 Ilmu Jadi, ilmu dapat dirumuskan sebagai: kusimpulan pengetahuan hasil penyelidikan pandangan yang logis teratur, kritis dari sistematis terhadap setiap objek manusia mempunyai pengetahuan, yakni penertian yang disertai sebab-sebab, pengertian yang dipertanggungjawabkan dengan dasar- dasar. Tetapi pengetahuan bukanlah atau belumlah ilmu karena dibutuhkan pandangan, penelitian yang logis teratur bersifat kritis dan sistematis.
  • 139. ,Dari fakta manusia mengerti dan dapat mengerti bahwa ia juga dapat memandang objek yang tidak material. Demikian ia dapat berpikir tentang pikirannya, dapat menyelidiki analisis pikirannya. Tetapi manusia tidak hanya berhenti pada mengetahui, berhenti pada memandang demi memandang. Pengetahuan tersebut dapat juga dipergunakan untuk berpikir dengan cara yang lebih sempurna.
  • 140. 2.2.2 Praktis dan Normatif Ilmu dibagi sebagai berikut: 1. Ilmu-ilmu alam (natuurwetenschappen, natuurwissenschaften) 2. Ilmu-ilmu kejiwaan atau ilmu-ilmu budaya (geestes atau craltuurweteraschappen, Gei.steswissertschaften atau Kultur¬wissenschafien) 3. Ilmu-ilmu apriori atau ilmu-ilmu deduktif yang tidak bertumpu pada pengalaman, tetapi ditarik secara logis dari aksioma- aksioma tertentu.
  • 141. Ilmu dibagi menurut metodenya, terdapat tiga kelompok besar yakni : 1. Ilmu-ilmu aksiomatik atau ilmu-ilmu deduktif. 2. Ilmu-ilmu empiris atau ilmu-ilmu induktif. 3. Ilmu-ilmu kesejarahan atau ilmu-ilmu reduktif.
  • 142. Content of this template Ilmu spekulatif (atau teoretis) Ilmu yang menuju ke pengertian yang benar demi pengertian itu sendiri. Tujuannya untuk memperoleh pandangan (insight). Menurut tujuannya, ilmu dapat dibagi menjadi Ilmu spekulatif (atau teoretis) dan llmu praktis (ilmu terapan)
  • 143. Content of this template llmu Praktis (Ilmu Terapan) Ilmu yang menuju ke pengertian yang benar, tidak hanya demi pengertian itu sendiri, tetapi juga demi sesuatu lain yang praktis, langsung diarahkan pada pemakaian pengetahuan itu, jadi menentukan bagaimana orang hanis berbuat atau membuat sesuatu. Menurut tujuannya, ilmu dapat dibagi menjadi Ilmu spekulatif (atau teoretis) dan llmu praktis (ilmu terapan)
  • 144. 2.2.3 Objek Material dan Objek Formal Objek material adalah objek yang ditinjau atau, dipandang secara keseluruhan, sedangkan objek formal adalah objek jika ditinjau, dipandang menurut suatu aspek. Jika dirumuskan, objek formal adalah aspek melalui mana sesuatu ilmu memandang objeknya. Dalam ilmu, objek formallah yang dipandang secara langsung.
  • 145. Contoh : Ilmu Obyek Material Objek Formal Matematika Badan Menurut ketentuan kuantitatif, sejauh dapat diukur Biologi Badan Sejauh hidup Sosiologi Badan Sejauh menjadi bagian masyarakat Psikologi Badan Sejuah bernyawa, berjiwa
  • 146. 2.3 Implikasi Metafisik/Epistemologi Pemikiran Segi yang mempersoalkan materi pemikiran, khususnya implikasi metafisik epistemologis materi pemikiran, amat penting untuk diperhatikan. Seringkali tidak disadari pula bahwa begitu seseorang merumuskan sesuatu, atau membuat pernyataan tertentu, sebenamya ia telah melibatkan keputusan filsafati tertentu. Karenanya seorang pemikir, demi kecermatanpemikirannya, mutlak perlu mengidentifikasikan keputusan filsafati yang terlibat di dalam pemikirannya.
  • 147. Masalahnya karena suatu keputusan filsafati secara implisit telah menentukan: 1. metode, 2. logika ualidasi, 3. konsekuensi-konsekuensi dan kesimpulan- kesimpulannya 4. macam kenyataannya.
  • 148. Apabila keputusan filsafati yang ada, spektrumnya tidak sampai atau tidak memadai, maka dengan sendirinya kenyataan tidak mungkin diungkap semestinya, maka juga kadar kebenaran kenyataan tidak tampak dan tampil secara semestinya. Akibat selanjutnya adalah distorsi dalam pendapat, distorsi dalam tingkah laku terhadap kenyataan tersebut. Misalnya seseorang berkata Manusia adalah perilakunya man is his behaviours. Dengan berkata begitu, la telah menyederhanakan seluruh kenyataan kemanusiaan menjadi perilaku saja.
  • 149. 2.4 Logika Scientitika dan Psikologi Perlu juga ditunjuk bahwa logika scientifika berbeda dari psikologi. Memang, pikiran dapat dipandang sebagai suatu kejadian psikologis. Tetapi pada hakikatnya logika berbeda dari psikologi. Logika pertama- tama mempersoalkan tentang aspek objektif dari proses intelektual, sedangkan psikologi tentang aspek subjektifnya. Adalah berguna juga untuk mengetahui psikologi, khususnya yang menyentuh hal-hal yang bertalian dengan proses berpikir, karena aspek psikologis de facto juga terdapat dengan aspek logis dalam pikiran kita, tetapi tidak ada alasan untuk mencampuradukkan keduanya begitu saja. Jika kita tidak membedakannya, kita akan tergelincir ke dalam psikologisme.
  • 150. 2.5 Status Epistemologis Hukum- hukum, Logika Di atas dengan jelas dipertahankan interpretasi normatif dari logika. Hukum-hukum yang dirumuskan adalah pedoman-pedoman. Setiap orang harus berusaha untuk tidak melanggar hukum-hukum tersebut dalam proses pemikirannya. Di antara interpretasi normatif dan psikologis terdapat bentukbentuk yang merupakan usaha-usaha menjawab masalah pendasaran ciri normatif logika. Usaha-usaha tersebut adalah penjelasan a priori dan penjelasan a posteriori terhadap eksistensi hukum-hukum logika. Hal-hal tersebut berkaitan dengan masalah status epistemologis hukumhukum logika hukum-hukum logika diketahui melalui pengalaman pengetahuan a posteriori ataukah bersifat tidak bergantung pada pengalaman pengetahuan apriori.
  • 151. 2.6 Logika dan logistika Leibniz 1646 - 1716 melihat kekurangan logika Aristoteles. Maka sejak itu mereka yang mathematical-mi-nded juga mematematisasikan logika. Sistem yang bercorak matematika duumuskan tahun 1847 oleh George Boole 1815 - 1864 dan Augustus de Morgan 1806 - 1871 Maka muncullah logika yang bernama logistika yakni logika yang diinformasikan. yang juga disebut logika simbolis atau logika matematis menilik pengembangan ini pendapat Kant yang mengatakan bahwa logika sudah buntu, geschlossen und vollendet zu sein adalah tidak benar. Dipengaruhi oleh arus pikiran pada saat itu, mereka berpendapat bahwa matematika merupakan satu-satunya ideal dari kegiatan berpikir yang ekstrak.
  • 152. BAB V TOKOH-TOKOH FILSUF Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.S. Kelas V Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas 17 Agustus 1945
  • 153. KELOMPOK 3 1. Windiana Wahyu Ekaputri Suwond. (1222200112) 2. Wandira Regita Putri Cahyani (1222200117) 3. Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah (1222200121)
  • 154. A. TOKOH FILSUF 1. R1. 1. George Wilhelm Friedrich Hegel Georg Wilhelm Friedrich Hegel adalah seorang filsuf idealis Jerman yang lahir di Stuttgart, Württemberg, kini di Jerman barat daya. Pengaruhnya sangat luas terhadap para penulis dari berbagai posisi, termasuk para pengagumnya, dan mereka yang menentangnya
  • 156. POKOK PEMIKIRAN HEGEL 1. Konsep zeitgeist dan dialektika perubahan 2.KonflikdenganGereja
  • 157. Secara umum disepakati bahwa Hegel adalah filsuf pertama yang mengenali dan membahas dimensi perubahan, sebagai apa yang ia sebut "Menjadi" (“Becoming” atau "Werden" dalam bahasa Jerman). Hegel percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini terus bergerak: setiap kehidupan individu, alam, sejarah, dan masyarakat. Hal ini mengakibatkan setiap era memiliki semangat zaman alias zeitgeist masing-masing yang khass. Sebuah semanga atau ruh yang secara umum ditemui pada tiap-tiap zaman. Suatu zaman yang bersejarah tidak secara acak diikuti begitu saja oleh zaman lainnya. Sebaliknya, bagi Hegel, ada prinsip evolusi logis. 1. Konsep Zeitgeist dan Dialektika Perubahan
  • 158. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik Sebagai seorang yang percaya akan Tuhan, Hegel banyak menulis tentang religiusitas dan masalah-masalah yang ersifat rohani. Ketika Hegel kemudian menolak dogma Katolik tentang transubstansiasi, atau perubahan hakikat yang menggambarkan roti menjadi tubuh Kristus serta anggur menjadi darah Kristus, pihak gereja memaksanya untuk menarik kembali pernyataannya dan secara resmi meminta maaf 2. Konflik dengan Gereja
  • 159. B. TOKOH FILSUF PERTENGAHAN 1. R1. Petrus Abelardus Petrus Abelardus adalah seorang filsuf dan teo- log Abad Pertengahan. Pada umumnya ia dipandang sebagai pendiri Skolatisisme bersama- sama dengan Anselmus dari Canterbury, Inggris. Ia seorang yang memiliki kepribadian yang menarik, kritis serta selalu mencari perkara- perkara yang baru. Sedemikian terkenalnya Abelardus sehingga ia mengadakan perkunjungan ke kota-kota, jalan-jalan raya selalu dipadati orang untuk me- nyambut dan menghormatinya. Kebesaran dan ketenarannya tampak pada tulisan di batu nisannya yang berbunyi Socrates dari Gaul, Plato Agung dari Barat, Aristoteles kami.
  • 161. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik Abelardus disamakan dengan para filsuf agung dari zaman Yunani kuno. Namun tak selamanya ia disanjung, dihormati dan dipuja. Ia kemudian dikecam dan ditu- duh sebagai penyesat. Ia mengalami ironinya sebuah kehidupan. Perjalanan kehidupannya yang ironis itu dituangkannya dalam sebuah karyanya, yakni Historia Calamitatum Sejarah Nasib Malang. Petrus Abelardus dilahirkan di Palais atau le Pallet, dekat Nantes, Prancis pada tahun 1079, dalam sebuah keluarga bangsawan. Nama aslinya adalah Pierre de Palais. Mula-mula ia belajar kepada seorang filsuf Nominalis terkemuka pada saat itu, yaitu Roscellinus, di Loched dan kemudian kepada William dari Champeaux, seorang filsuf Realisme. Petrus Abelardus
  • 162. Abelardus diangkat menjadi pemimpin sekolah katedral di Paris dan sementara itu ia ditahbiskan menjadi subdiakon. Di sekolah ini Abelardus mengajar filsafat dialektika dan teologi. Mahasiswanya datang dari berbagai kota di Eropa. Buku-bukunya dibaca di mana-mana, baik di sekolah-sekolah, di biara biara, maupun di istana raja-raja di seluruh Eropa. Di tengah popularitasnya, tiba-tiba tragedi menimpa kehidupannya yakni percintaan nya dengan Heloise sampai dengan pernikahan. Namun pernikahan mereka tidak berlangsung lama. Pernikahan tersebut di- pandang sebagai penghalang bagi karier Abelardus selaku filsuf dan teolog. 1. Konsep Zeitgeist dan Dialektika Perubahan
  • 163. C. TOKOH FILSUF MODERN Jeremy Bentham Jeremy Bentham adalah filsuf pendiri utilitarianisme asal Inggris. Ia dilahirkan di London, menempuh pendidikan di Oxford, dan kemudian mendapatkan kualifikasi sebagai seorang barrister (advokat) di London. Bentham merupakan salah seorang filsuf empirisme dalam bidang moral dan politik.
  • 165. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik Jeremy Bentham (1748-1832) dijuluki sebagai “Luther of the Legal World” (Luther dalam dunia hukum). Bentham dianggap sebagai figur yang melakukan reformasi sistem hukum Inggris pada abad ke-18 yang dianggap ketinggalan zaman, dan bahkan cenderung korup. Utilitarianisme termasuk yang digagas Bentham adalah bagian dari sistem etika. Menurut Bentham, secara alamiah manusia hidup dalam pusaran dua kekuatan yaitu ketidaksenangan (pain) dan kesenangan (pleasure). Jeremy Bentham
  • 166. Jeremy Bentham Utilitarianisme Bentham pada gilirannya akan menawarkan konsep baru mengenai fungsi dan tujuan hukum. Tujuan hukum adalah memberikan kemanfaatan dan kebahagiaan sebanyak-banyaknya kepada warga masyarakat dan hukum adalah sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam perspektif utilitarianisme, kemanfaatan adalah tujuan utama dari hukum dan kemanfaatan disini dimaknai sebagai kebahagiaan atau kesenangan (happiness).
  • 167. Selengkapnya Bentham mengatakan sebagai berikut: “Nature has placed mankind under the governance of two sovereign masters, pain and pleasure. It is for them alone to point out what we ought to do, as well as to determine what we shall do. On the one hand the standard of right and wrong, on the other the chain of causes and effects, are fastened to their throne”. Jeremy Bentham
  • 168. Jeremy Bentham Dalam konteks ini yang ditekankan bukan adil atau tidaknya suatu hukum, melainkan sampai sejauhmana hukum dapat memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Untuk mewujudkan kebahagiaan individu dan masyarakat maka hukum harus mencapai empat tujuan, yaitu memberi sumber nafkah hidup (subsistence), kecukupan (abundance), keamanan (security), dan kesetaraan (equality).
  • 170. • Windiana Wahyu Ekaputri Suwondo (1222200112) • Wandira Regita Putri Cahyani (1222200117) • Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah (1222200121) Anggota Tim:
  • 172. Al Ghazali membahas masalah ruh dan nafs (jiwa) untuk mencari kejelasan tentang kecenderungan- kecenderungan manusia yang melatarbelakangi sikap dan perilakunya. Sedangkan para pemikir Muslim modem telah banyak membahas tentang kesadaran manusia. Tentang masalah manusia ini Iqbal dan Nasr lebih banyak melihat dari sudut perkembangan rohaniahnya karena pengaruh sufisme sedangkan Shariati dan Mutahharilebih banyak melihatnya dari kacamata sosiologi. Latar Belakang
  • 173. • Apa pengertian dari filsafat manusia ? • Apa perbedaan filsafat manusia dengan ilmu- ilmu lain yang berhubungan dengan manusia . • Apa ciri-ciri filsafat manusia • Manfaat seperti apa yang bisa kita ambil dari kita mempelajari filsafat manusia ? Rumusan Masalah
  • 174. • Mengetahui pengetahuan tentang siapa sebenarnya manusia • Mengetahui hakikat tujuan hidup manusia • Mengetahui hakikat manusia dalam filsafat Tujuan
  • 175. Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan manusia bisa sadar akan hakikat serta tujuan hidup yang sebenarnya. Manfaat
  • 177. Menurut abidin (2007/3), filsafat manusia adalah bagian integral dari system filsafat, yang secara sepesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Filsfat manusia merupakan sebuah hasil dari perumusan yang ada mengenai siapa sebenarnya manusia dan bagaimana hakikat dari mnausia itu sendiri dan segala yang baerkaitan pada seorang manusia. Bisa juga diartikan sebagai sebuah pandangan tentang hakikat yang sebenarnya dari keadaan dan kehidupan manusia beserta dengan segala kaitannya yang telah dirumuskan melalui sebuah proses berfikir secara mendalam. Pengertian
  • 178. Berbedalah filsafat manusia terhadap ilmu-ilmu lain tentang manusia, yakni dengan menggunakan metode sintesis dan reflektif. Dan mempunyai ciri-ciri ekstensif, intensif, dan kritis. Penggunaan metode sintesis dalam filsafat manusia, yang mensistensiskan pengalaman dan pengetahuan kedalam satu visi. Perbedaan Filsafat dengan Ilmu-ilmu Lain
  • 179. • Manfaat mempelajari filsafat manusia berguna untuk mengetahui apa dan siapa manusia secara menyeluruh. Selain itu, untuk mengetahui siapakah sesungguhnya diri manusia didalam pemahaman manusia yang menyeluruh itu. Abidin (2007/3). • Secara teoritis, filsafat manusia dapat membantu kita meninjau secara kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi di dalam teori-teori tentang manusia yang terdapat di dalam ilmu pengetahuan. Mufida,(2012). • Manfaat lainnya dalalm mempelajari filsafat manusia yaitu memberikan pemahaman esensial tentang manusia dan hakikat tujuan hidup manusia agar lebih bermakna. Manfaat Filsafat
  • 180. • Ekstensif: dapat kita saksikan dari luasnya jangkauan atau menyeluruhnya objek kajian yang di geluti oleh filsafat. • Intensif (mendasar): filsafat adalah kegiatan intelektual yang hendak menggali inti hakikat (esensi), akar, atau struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan. • Kritis: karena tujuan filsafat manusia pada taraf akhir tidak lain adalah untuk memahami diri sendiri maka hal apa saja yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pemahaman diri manusia, tidak luput dari kritik filsafat. Ciri-Ciri Filsafat Manusia
  • 182. Kesimpulan Dengan akal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna memperoleh pengetahuan. Antara ketiga komponen yaitu, manusia, filsafat, dan pendidikan sangat erat hubungannya. Manusia dilahirkan sebagai bayi yang tidak bisa melakukan tanpa bantuan orang lain. Dalam proses kehidupan, manusia akan dihadapkan dengan berbagai masalah kehidupan. Untuk dapat memilih dan melaksanakan car hidup yang baik. Manusia yang memerlukan pendidikan. Dengan pendidikan manusia akan menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab peran filsafat dalam kehidupan manusia disini yaitu sebagai pola pikir manusia yang bijaksana, arif dalam menjalani suatu kehidupan.
  • 183. BAB VII Filsafat Ilmu Ekonomi Disusun oleh kelompok 3 : Windiana Wahyu Ekaputri Suwond 1222200112 Wandira Regita Putri Cahyani 1222200117 Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah 1222200121
  • 184. LATAR BELAKANG Perkembangan filsafat ekonomi menjadi lebih luas saat pola kehidupan manusia berkembang. Di negara-negara yang masih berkembang keberadaan ilmu ekonomi kerakyatan masih memiliki andil besar dalam mengatur sendi-sendi kehidupan dari tingkat paling rendah sampai tingkat atas. Dalam artikel ini, akan menyajikan paparan mengenai beberapa pandangan tentang Filsafat Ilmu Ekonomi dalam beberapa pembahasan, yaitu: 1. Bagian pertama akan menjelaskan tentang filsafat ilmu pengetahuan dan perkembangan ilmu ekonomi. 2. Bagian kedua adalah keterkaitan ekonomi normatif dan filsafat moral 3. Bagian ketiga adalah ekonomi normatif mendasari munculnya ekonomi kerakyatan
  • 185. PANDANGAN TENTANG FILSAFAT EKONOMI Perkembangan filsafat ekonomi menjadi lebih luas saat pola kehidupan manusia berkembang. Di negara-negara yang masih berkembang keberadaan ilmu ekonomi kerakyatan masih memiliki andil besar dalam mengatur sendi-sendi kehidupan dari tingkat paling rendah sampai tingkat atas.
  • 186. PANDANGAN TENTANG FILSAFAT EKONOMI Dalam artikel ini, akan menyajikan paparan mengenai beberapa pandangan tentang Filsafat Ilmu Ekonomi dalam beberapa pembahasan, yaitu: Bagian pertama akan menjelaskan tentang filsafat ilmu pengetahuan dan perkembangan ilmu ekonomi. Bagian kedua adalah keterkaitan ekonomi normatif dan filsafat moral Bagian ketiga adalah ekonomi normatif mendasari munculnya ekonomi kerakyatan
  • 187. FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN DAN PERKEMBANGAN ILMU EKONOMI Jika didefinisikan, filsafat ilmu pengetahuan merupakan cabang filsafat yang membahas tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, pengetahuan, metode- metode ilmiah, serta sikap etis yang harus dikembangkan oleh para ilmuwan, yang berfungsi sebagai sarana pengujian penalaran sains
  • 188. FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN DAN PERKEMBANGAN ILMU EKONOMI Pembahasan tentang ilmu ekonomi dari perspektif filsafat ilmu pengetahuan berkaitan dengan apakah ilmu ekonomi memiliki klaim kuat sebagai sebuah disiplin ilmu tertentu yang memiliki aspek metodologis dan epistemologis yang menghasilkan pengetahuan empiris.
  • 189. Perkembangan selanjutnya, pendekatan Mill dinilai memiliki banyak kelemahan terutama terkait dengan prediksi teori ekonomi yang tidak selalu didukung oleh bukti empiris karena sebagaimana yang diungkapkan oleh Mill bahwa secara abstrak suatu teori ekonomi mungkin benar jika faktor pengganggu lainnya diabaikan. Akibatnya, konfirmasi terhadap teori ekonomi condong pada bahwa premis tersebut benar dibandingkan dengan memeriksa implikasi prediksi teori tersebut terhadap bukti empiris.
  • 190. Di tahun 1950-an, perkembangan tentang kutub yang mendukung implikasi prediksi lebih mengemuka dibandingkan dengan asumsi atau kutub yang mengusung tradisi Millian. Perkembangan baru ini dipelopori oleh Machlup (1955) dan Friedman (1953) yang menyatakan bahwa asumsi-asumsi yang mendasari model ekonomi tidak harus realistis, yang terpenting adalah kemampuan dari implikasi model tersebut dalam memprediksi kenyataan.
  • 191. Selama lebih dari dua dekade, pandangan Friedman banyak mendominasi tentang pembahasan aspek metodologis dalam ilmu ekonomi. Perkembangan baru dalam filsafat ekonomi terjadi di tahun 1970-an, ketika filosofi Popperian, Lakatonian, dan Kuhnsian masuk dalam pembahasan tentang ekonomi (Hausman, 2008).
  • 192. Popperian menolak metode induksi dan memperkenalkan metode deduksi. Sekilas, pendekatan Popperian tersebut memberikan ruang tentang legitimasi simplifikasi atau bagaimana teori ekonomi dapat menemukan klaim scientific-nya. Akan tetapi, filosofi Popperian yang mensyaratkan bahwa formulasi teori harus logically falsifiable dan testable, menyebabkan adanya kemungkinan penolakan terhadap sebagian besar bahkan seluruh teori ekonomi karena adanya ceteris paribus dan asumsi-asumsi yang sering kurang realistis yang mendasari teori ekonomi (Marchi, 1988; Caldwell, 1991; Boland, 1992).
  • 193. Sulitnya persoalan simplikasi dalam ilmu ekonomi memunculkan sejumlah pandangan radikal diantaranya adalah bahwa ilmu ekonomi memang tidak dapat melewati persoalan metodologis tersebut. Pelopor pandangan ini adalah Alexander Rosenberg (1992) yang menyatakan bahwa ilmu ekonomi hanya dapat menghasilkan prediksi umum yang tidak tepat, dan tidak dapat menghasilkan perubahan. Lebih lanjut, menurut Rosenberg teori ekonomi hanya bernilai sebagai matematika terapan bukan sebagai teori empiris. Pandangan ini relatif memiliki dasar argumentatif mengingat ilmu ekonomi tidak dapat mencapai kemajuan sebagaimana yang dilakukan oleh ilmu alam.
  • 194. Akan tetapi, banyak kalangan menilai bahwa klaim ilmu ekonomi tidak menghasilkan kemajuan dan prediksi kuantitatif cenderung lemah. Salah satu bukti dari hal tersebut adalah kemampuan para ekonom kontemporer yang dapat memprediksi harga saham lebih baik dibandingkan dengan para ekonom di masa lalu. Pandangan radikal lainnya yang berlawanan dengan Rosenberg adalah Deidre McCloskey’s (1994) yang menyatakan bahwa ilmu ekonomi tidak harus memenuhi sejumlah standar metodologis tertentu.
  • 195. KETERKAITAN EKONOMI NORMATIF DAN FILSAFAT MORAL Sejumlah kalangan berpendapat bahwa sulit memisahkan pembahasan ilmu ekonomi dengan membedakan aspek positivisme dan aspek normatif karena selama teori ekonomi berkaitan dengan kepentingan individu dan atau masyarakat, maka pasti mengandung aspek normatif. Kondisi ini membawa konsekuensi pada perlunya pemahaman tentang pembahasan ekonomi normatif yang berkaitan dengan bagaimana nilai-nilai etika dan moral menjadi bagian argumentasi dalam membangun ilmu ekonomi seperti kesejahteraan, keadilan, dan adanya trade-off diantara pilihan-pilihan yang tersedia.
  • 196. • Menurut pandangan ini, kepuasan preferensi dapat didasari oleh suatu keyakinan yang keliru dari pengalaman masa lalu atau distorsi psikologis sehingga sulit melakukan perbandingan kesejahteraan antar individu. Selain itu, menyamakan kesejahteraan dengan kepuasan preferensi berarti menempatkan kesejahteraan individu tertentu berdasarkan preferensi individu lain, sementara kesejahteraan cenderung pada suatu konsensus kolektif tertentu yang disepakati. Diantara ekonom yang mendukung kesamaan antara kesejahteraan dengan kepuasan preferensi adalah Amartya Sen (1992).
  • 197. • Konsepsi lainnya dalam ekonomi normatif adalah efisiensi. Konsepsi ini memiliki pembahasan yang cukup luas dalam ekonomi dalam hubungannya dengan kesejahteraan. Dua teorema tentang ekonomi kesejahteraan, yaitu first fundamental theorem of welfare economics menyatakan bahwa ekuilibrium yang kompetitif dapat mencapai pareto optimum (alokasi sumber daya yang efisien) dalam pasar yang sempurna. Teorema ini merepresentasikan konsepsi Adam Smith tentang invisible hand. Dalam kenyataannya, pasar yang sempurna tidak pernah terjadi atau terjadi kegagalan pasar (market failure), sehingga lahirlah second fundamental theorem of welfare economics yang menyatakan bahwa dalam konteks terjadi kegagalan pasar, ekuilibrium yang kompetitif dan memiliki properti pareto yang optimal dapat dicapai melalui lumpsum transfer.
  • 198. • Selain itu, ekonom dan filosof juga berhasil menyajikan karakteristik formal tentang kebebasan yang menunjang analisis ekonomi. Sebagian lainnya juga berhasil mengembangkan karakterisasi formal tentang kesetaraan sumber daya, kesempatan, dan outcome serta telah menganalisis kondisi yang memungkinkan memisahkan tanggung jawab individu dan sosial terhadap kesenjangan. • Beberapa ekonom lainnya yang juga banyak memberikan kontribusi penting adalah Roemer, • Amartya Sen, dan Nussbaum (Hausman, 2008). Singkatnya, ada interaksi yang intensif antara ekonomi normatif dan filsafat moral.
  • 199. EKONOMI NORMATIF MENDASARI MUNCULNYA EKONOMI KERAKYATAN Salah satu konsep yang digunakan dalam ekonomi normative adalah konsep efisiensi yang memiliki pembahasan yang cukup luas dalam hubungannya dengan kesejahteraan rakyat. Pemahaman tentang pembahasan ekonomi normatif yang berkaitan dengan bagaimana nilai- nilai etika dan moral menjadi bagian argumentasi dalam membangun ilmu ekonomi seperti kesejahteraan dan keadilan.
  • 200. SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI KERAKYATAN • Untuk memahami sejarah ekonomi kerakyatan di Indonesia harus mengetahui, bahwa penjajahan Belanda di Indonesia saat itu dan penjajahan bentuk apapun dibidang ekonomi berintikan modal kolonial (Kolonial Kapital) yang bermula dari kolonial VOC, Cultur Stelsel dan pelaksanaan undang-undang agraria yang diskriminatif sampai beroperasinya investasi swasta asing lainnya dari benua barat harus dihindarkan.
  • 201. SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI KERAKYATAN • Sejarah munculnya ekonomi kerakyatan di Indonesia, diawali ketika Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) pada tahun 1799 gulung tikar semua kegiatannya, kemudian diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda dan sejak itu usahanya ditekankan pada eksploitasi ekonomi yang dibarengi penetrasi politik. Sampai dengan tahun 1930 pemerintah mencoba-coba jenis eksploitasi mana yang sesuai dan banyak menghasilkan keuntungan.
  • 202. • Namun dengan adanya perbedaan kondisi ekonomi negara-negara Eropa menyebabkan perbedaan pandangan terhadap fungsi koloni, bagi Inggris yang sudah berkembang industrinya memerlukan daerah jajahan untuk memasarkan barang industrinya, sebaliknya Belanda yang tidak mempunyai industri akan memanfaatkan daerah jajahan untuk dieksploitasi. Pada saat ini pemerintah mengusahakan beberapa jenis perkebunan yang hasilnya laku di pasar Eropa. Maka pada awal abad XX pemerintah menggantikannya dengan cara baru, yaitu politik balas budi (Politik Etis).
  • 203. • Liberalisme yang berkembang di Eropa pada abad XIX yang kemudian dari ketekunan usaha itu mereka menghasilkan akumulasi kapital, selanjutnya kapitalisme itulah yang menimbulkan kolonialisme dan imprialisme yang ditentang kemudian oleh lahirnya sosialisme, aliran ini yang kemudian mengutuk semua bentuk politik imprialisme, karena dianggap sebagai alat kapitalisme. • Seiring dengan perjalanan sejarah tersebut, ratusan tahun sebelum masehi para cerdik pandai sudah mulai membahas berbagai masalah ekonomi. Namun demikian, cara pembahasan masalah-masalah ekonomi itu masih dilakukan secara insidentil dan lagi pula terlepas satu sama lain.
  • 204. • Sebab ajara-ajaran dalam bidang ekonomi pada waktu belum dapat merupakan suatu ilmu, pandangan orang atas masalah- masalah ekonomi yang dianggap penting dan prinsipil pada umumnya bersifat sosial etis pada permulaanya, untuk kemudian mengarah pada pandangan yang lebih bersifat ekonomis Penulisan masalah ekonomi yang bersifat ilmiah akhirnya memunculkan pembagian periodesasi dalam sejarah perekonomian, sebagaiman diuraikan oleh Sumitro Djojohadikusumo, membaginya atas zaman pra-klasik, zaman klasik dan madzab neo-klasik.
  • 205. • Usaha untuk mengubah landasan-landasan pokok sebagai soko guru dari ilmu ekonomi lama atau klasik itu sesungguhnya sudah dimulai sejak tahun 1920. Tetapi mulai tampak pada tahun 1930- an dan baru mencapai hasilnya pada sekitar tahun 1936, yakni pada saat Jhon Maynard Keynes mengeluarkan bukunya yang berjudul “The General Theory of Employment, Interest and Money”. Pada saat ini orang baru mengatakan ekonomi modern sebagai lawan ekonomi klasik telah dilahirkan dan sebagai bapak adalah Jhon Maynard Keynes (1883-1946) guru besar Cambridge Inggris.
  • 206. KESIMPULAN • Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.
  • 207. BAB VIII Filsafat Akuntansi 1. Windiana Wahyu Ekaputri Suwondo (1222200112) 2. Wandira Regita Putri Cahyani (1222200117) 3. Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah (1222200121)
  • 208.
  • 209.
  • 210.
  • 211. Untuk memahami arti dari filosofi akuntansi, baiknya dulu kita mendefinisikan arti kata dari filosofi dan akuntansi. Dibawah ini beberapa pengertian filosofi dari para ahli: 1. Plato (428 -348 S ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada. 2. Aristoteles (384– 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidikisebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umumsekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafatdengan ilmu.
  • 212. 3. Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre(ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmumembicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakanseluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruhkenyataan. 4. Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yangemenjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
  • 213. Dari pengertian yang disampaikan oleh ahli di atas, disimpulkan bahwa filosofi studi mengenai kebijaksanaan, dasar-dasar pengetahuan, dan proses yang digunakan untuk mengembangkan dan merancang pandanganmengenai suatu kehidupan. Filosofi memberi pandangan dan menyatakan secara tidak langsung mengenai sistem kenyakinan dan kepercayaan.
  • 214. A. Sejarah Akuntansi Akuntansi sebagai suatu seni yang mendasarkan pada logika matematik - sekarang dikenal sebagai “pembukuan berpasangan” - sudah dipahami di Italia sejak tahun 1495 pada saat Luca Pacioli (1445 - 1517), yang juga dikenal sebagai Friar (Romo) Luca dal Borgo, mempublikasikan bukunya tentang “pembukuan” di Venice. Buku berbahasa Inggris pertama diketahui dipublikasikan di London oleh John Gouge atau Gough pada tahun 1543. Pada abad ke 15 romawi jatuh, pusat perdagangan pindah kebelanda, sehingga perkembangan akuntansi memakai system kontinental. Oleh sebab itu kursus akuntansi mulai ditingkatkan, dan disinilah awal mulanya keberadaan akuntan di Indonesia. Pada zaman kemerdekaan dimulai pengiriman akuntan dari Indonesia keluar negri (AS), dan sejak itu pula system akuntansi bergeser dari system kontinental ke system Anglo Saxon (AS).
  • 215. B. Pengertian Akuntansi Akuntansi secara harafiah yaitu berasal dari bahasa inggris (accounting) artinya laporan. Jadi ilmu akuntansi adalah ilmu yang mempelajari tentang laporan keuangan. Akuntansi adalah suatu system informasi yang mengidentifikasi (memilih aktivitas ekonomi yang relevan bagi organisasi tertentu), mencatat (pembuatan jurnal peristiwa secara sistematis dan kronologis), dan mengomunikasikan (menyampaikan keadaan keuangan perusahaan tersebut berupa laporan laporan keuangan akuntansi yang berstandarisasi) peristiwa ekonomi (pembayaran atau penerimaan yang mempengaruhi langsung pada kas) dari suatu organisasi kepada pengguna yang berkepentingan.
  • 216. C. TINJAUAN FILSAFAT TENTANG ILMU AKUNTANSI Lindrianasari (2010) mengartikan akuntansi secara harafiah yaitu berasal dari bahasa inggris (accounting) artinya laporan. Jadi ilmu akuntansi adalah ilmu yangmempelajari tentang laporan keuangan. Akuntansi adalah suatu system informasiyang mengidentifikasi (memilih aktivitas ekonomi yang relevan bagi organisasi tertentu), mencatat (pembuatan jurnal peristiwa secara sistematis dan kronologis). Dalam buku lain Intermediate Accounting IFRS Version oleh Jerry J.Weygandt, Donald. E. kieso, dan Paul D. Kimmel, disampaikan bahwa tujuanumum dari akuntansi untuk memberikan informasi keuangan kepada pihak- pihaktertentu yang digunakan untuk pengambilan keputusan.
  • 217. Persamaan tersebut memberikan kerangka dasar bagi pencatatandan pengikhtisaran peristiwa-peristiwa ekonomi suatu perusahaan. Filosofi hidup hampir berkaitan dengan prinsip hidup. Semua orang yangmasih eksis mempunyai pegangan hidup, tujuan hidup, prinsip hidup maupunfilosofi hidup. Tentunya hal ini cukup berbeda di antara satu dengan lainnyadalam menyikapinya. Karena setiap orang itu tidak sama, setiap orang itu unik,setiap orang merupakan mahluk berakal yang memiliki pilihan masing-masing.
  • 218. D. Hubungan Antara Filsafat Dan Ilmu Akuntansi Ilmu akuntansi merupakan pengabungan antara rasionalisme danempirisme karena akuntansi merupakan ilmu yang menggunakan pemikiran untukmenganalisis data transaksi akuntansi dalam membuatan laporan keuangandimana data transaksi akuntansi merupakan hal yang kongkrit dapat di responoleh panca indera manusia. Dalam aspek epistemologi ilmu akuntansi menjabarkan bagaimanalangkah langkah atau proses dalam pembuatan suatu laporan keuangan dan bagaimana suatu transaksi saling mempengaruhi dalam suatu laporan keuangan.Dalam aspek ontologi, ilmu akuntansi menjelaskan apa isi atau hal yang di telahdalam ilmu akuntansi tersebut.Ilmu akuntansi terikat pada kaidah atau kode etik ilmu tersebut.
  • 219. E. Aspek Ontology Dalam Ilmu Akuntansi Siswornihardjo (1996) Hal yang di telaah atau yang menjadi isi dari ilmuakuntansi sebagai salah satu aspek ontology dalam ilmu akuntansi adalah prinsipakuntansi yang dikembangkan oleh asumsi dasar bagi proses akuntansi, prinsip akuntansi yang di jadikan standar universal, unsur dasar persamaan akuntansidalam suatu laporan keuangan, dan jenis jenis laporan keuangan yang umum.
  • 220. Dalam persamaan dasar akuntansi, unsure dasar suatu bisnis adalah asset(sumber daya yang dimiliki ) dan kewajiban (klaim terhadap asset kepadakreditor/ utang yang harus dipenuhi), sedangkan klaim dari pemilik merupakanekuitas pemilik. Sehingga jumlah asset harus sama dengan jumlah kewajiban danekuitas pemilik. Peningkatan ekuitas pemilikmerupakan akibat dari investasi pemilik dan hasil penjualan/pendapatan perusahaannya. Sedangkan penurunan ekuitas pemilik merupakan akibat dari penarikan oleh pemilik itu sendiri(prive) dan pengeluaran yang digunakan untuk pengoperasian bisnis.
  • 221. F. Aspek Epistemology Dalam Ilmu Akuntansi Dalam aspek epistemology ilmu akuntasi menggunakan berbagai matode sesuai kebutuhannya. Contohnya matode induktif digunakan pada saat pengambilan keputusan dengan melihat laporan tersebut, pihak berwenang akan menyimpulkan langkah apa yang akan di ambil. Matode positivism digunakan ketika akan membuat sebuah laporan keuangan harus menggunakan data yang ada atau yang telah di ketahui degas bukti yang akurat berupa nota, dll. Perbedaan antara pembukuan dan akuntansi yaitu proses akuntansi memasukkan fungsi fungsi pembukuan sedangkan pembukuan hanya melibatkan pencatatan peristiwa ekonomi. Jadi pembukuan merupakan bagian dari proses akuntansi
  • 222. Hal hal yang di perhatikan dalam menganalisi sebuah transaksi, adalah: • Setiap transaksi dianalisis berdasarkan pengaruhnya pada 3 komponen (asset, kewajiban dan ekuitas pemilik) dalam persamaan akuntansi dasar dan jenis jenis hal spesifik dalam setiap komponen. • Dua sisi persamaan harus selalu sama atau seimbang, yaitu sisi asset dan sisi kewajiban di tambah ekuitas pemilik. • Penyebab terjadinya setiap perubahan dalam klaim pemilik atas asset di tunjukkan dalam ekuitas pemilik. Persamaan akuntansi dasar adalah asset = kewajiban + ekuitas pemilik.
  • 223. G. Aspek Aksiologi Dalam Ilmu Akuntansi Dalam ilmu akuntansi, Hal yang menjadi alasan etika menjadi salah satu konsep bisnis yang mendasar, yaitu karena Etika adalah standar perilaku yang menjadi penilaian benar atau salahnya suatu tindakan. Sehingga tiap individu dapat melakukan aktivitasnya secara efektif dan menghindari penyimpangan yang terjadi dalam suatu bisnis perusahaan tersebut. Pengguna data akuntansi yaitu : pengguna internal informasi akuntansi, yaitu para manajer ( manajer pemasaran, supervisor produksi, direktur keuangan, dan pejabat perusahaan ) yang merencanakan, mengorganisasikan, dan mengelola bisnis.
  • 224. G. Aspek Aksiologi Dalam Ilmu Akuntansi Mereka bertanggung jawab atas ketersediaan kas untuk membayar tagihan, memprediksi biaya produksi untuk tiap unit produksi, memperkirakan peluang terjadinya kenaikan gaji bagi karyawan dalam satu tahun periode, dan menganalisis produk apa yang menguntungkan untuk di produksi perusahaan tersebut. Pengguna eksternal informasi akuntansi, yaitu para investor (pemilik perusahaan menggunakan informasi akuntansi untuk membuat keputusan membeli, menahan atau menjual sahamnya), para kreditor (pemasok atau banker menggunakan informasi akuntansi untuk mengevaluasi resiko pemberian kredit atau pinjaman). Mereka bertanggung jawab terhadap masalah berupa besarnya laba yang didapat oleh perusahaan tersebut, membandingkan ukuran dan jumlah keuntungan degan pesaingnya, memperkirakan kemampuan perusahaan dalam pelunasan utang utangnya saat jatuh tempo.
  • 225. FILSAFAT PANCASILA Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.S. Kelas V Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 BAB IX
  • 226. 1. Windiana Wahyu Ekaputri Suwond (1222200112) 2. Wandira Regita Putri Cahyani (1222200117) 3. Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah (1222200121) KELOMPOK 3 :
  • 227. HAKIKAT PANCASILA Filsafat berasal dari kata Philosophy yang secara epistimologis berasal dari philos atau phileinyang yang artinya cinta dan shopia yang berarti hikmat atau kebijaksanaan. Secara epistimologis bermakna cinta kepada hikmat atau kebijaksanaan. Pancasila juga merupakan sebuah filsafat karena pancasila merupakan acuan intelektual kognitif bagi cara berpikir bangsa, yang dalam usaha- usaha keilmuan dapat terbangun ke dalam sistem filsafat yang kredibel. Menurut Abdulgani (dalam Ruyadi, 2003), Pancasila merupakan filsafat negara yang lahir sebagai collective ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia.
  • 228. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis tersendiri yang membedakannya dengan sistem filsafat lain. Secara ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Notonagoro (dalam Ganeswara, 2007) menyatakan bahwa hakikat dasar ontologis Pancasila adalah manusia, sebab manusia merupakan subjek hukum pokok dari Pancasila. Selanjutnya, hakikat manusia itu adalah semua kompleksitas makhluk hidup, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial.
  • 229. Kajian epistemologis filsafat Pancasila, dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Menurut Titus (dalam Kaelan, 2007) terdapat tiga persoalan mendasar dalam epistemology, yaitu: (1) tentang sumber pengetahuan manusia; (2) tentang teori kebenaran pengetahuan manusia; dan (3) tentang watak pengetahuan manusia.
  • 230. Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana diketahui bahwa Pancasila digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sendiri serta dirumuskan secara bersama-sama oleh “The Founding Fathers” kita. Jadi bangsa Indonesia merupakan Kausa Materialis-nya Pancasila.
  • 231. PRINSIP PRINSIP PANCASILA 1. Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri. 2. Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya, Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD ’45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal).
  • 232. PRINSIP PRINSIP PANCASILA 3. Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka. 4. Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.
  • 233. Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi: 1. ketuhanan , yaitu sebagai kausa prima; 2. kemanusiaan, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial; 3. kesatuan, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri; 4. kerakyatan, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong; dan 5. keadilan, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya.
  • 234. NILAI NILAI PANCASILA Nilai adalah suatu ide atau konsep tentang apa yang seseorang pikirkan merupakan hal yang penting dalam hidupnya. Nilai dapat berada di dua kawasan: kognitif dan afektif. Nilai adalah ide, bisa dikatakan konsep dan bisa dikatakan abstraksi (Simon, 1986). Langkah-Langkah awal dari “nilai” adalah seperti halnya ide manusia yang merupakan potensi pokok human being.
  • 235. NILAI NILAI PANCASILA Studi tentang nilai termasuk dalam ruang lingkup estetika dan etika. Estetika cenderung kepada studi dan justifikasi yang menyangkut tentang manusia memikirkan keindahan, atau apa yang mereka senangi, Sedangkan etika cenderung kepada studi dan justifikasi tentang aturan atau bagaimana manusia berperilaku. Ungkapan etika sering timbul dari pertanyaan-pertanyaan yang mempertentangkan antara benar salah, baik-buruk.
  • 236. FILSAFAT PANCASILA DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA Pendidikan dilakukan oleh manusia melalui kegiatan pembelajaran. Dalam praktik pendidikan yang universal banyak ditemukan beragam komunitas dari manusia yang memberikan makna yang beragam dari pendidikan. Di Indonesia, pendidikan ditekankan pada penguasaan landasan terbentuknya masyarakat meritorik, artinya memberikan waktu jam pelajaran yang luas dalam penguasaan mata pelajaran tertentu. Pendidikan berdasarkan terminologi merupakan terjemahan dari istilah Pedagogi.
  • 237. FILSAFAT PANCASILA DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu Paidos dan Agoo. Paidos artinya budak dan Agoo artinya membimbing. Pedagogi dapat diartikan sebagai budak yang mengantarkan anak majikan untuk belajar. Filsafat pendidikan Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang terkandung pada Pancasila. Nilai Pancasila tersebut harus ditanamkan pada peserta didik melalui penyelenggaraan pendidikan nasional dalam semua level dan jenis pendidikan.
  • 238. Pandangan dalam menentukan landasan filosofis pendidikan Indonesia Pertama, pandangan tentang manusia Indonesia. Filosofis pendidikan nasional memandang bahwa manusia Indonesia sebagai: 1. makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya; 2. makhluk individu dengan segala hak dan kewajibannya; 3. makhluk sosial dengan segala tanggung jawab hidup dalam masyarakat yang pluralistik, baik dari segi lingkungan sosial budaya, lingkungan hidup, dan segi kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia di tengah-tengah masyarakat global yang senantiasa berkembang dengan segala tantangannya.
  • 239. Kedua, Pandangan tentang pendidikan nasional itu sendiri. Dalam pandangan filosofis pendidikan nasional dipandang sebagai pranata sosial yang selalu berinteraksi dengan kelembagaan sosial lainnya dalam masyarakat. Menurut John Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia, maka filsafat juga diartikan sebagai teori umum pendidikan
  • 240. Pandangan Para Tokoh Mengenai Pendidikan : Menurut Arifin 1993, Filsafat pendidikan itu berdiri secara bebas dengan memperoleh keuntungan karena memiliki kaitan dengan filsafat umum, meskipun kaitan tersebut tidak penting, yang terjadi adalah suatu keterpaduan antara pandangan filosofi dengan filsafat pendidikan karena filsafat sering diartikan sebagai teori pendidikan secara umum .
  • 241. Pandangan Pancasila dalam Membangun Karakter Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Musfiroh (2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).
  • 242. Pandangan Pancasila dalam Membangun Karakter Dari pengertian di atas dapat dimaknai bahwa pendidikan karakter merupakan suatu proses penanaman perilaku yang didasarkan pada budi pekerti yang baik sesuai dengan kepribadian luhur bangsa Indonesia yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
  • 243. Filsafat pendidikan Pancasila mengimplikasikan ciri-ciri tersebut, yaitu sebagai berikut. 1. Integral Kemanusiaan yang diajarkan oleh Pancasila adalah kemanusiaan yang integral, yakni mengakui manusia seutuhnya. Manusia diakui sebagai suatu keutuhan jiwa dan raga, keutuhan antara manusia sebagai individu dan makhluk sosial. Kedua hal itu sebenarnya adalah dua sisi dari satu realitas tentang manusia. Hakekat manusia yang seperti inilah yang merupakan hakekat subjek didik.
  • 244. 2. Etis Pancasila merupakan kualifikasi etis. Pancasila mengakui keunikan subjektivitas manusia, ini berarti menjungjung tinggi kebebasan, namun tidak dari segalanya seperti liberalisme. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang bertanggung jawab.
  • 245. 3. Religius Sila pertama pancasila menegaskan bahwa religius melekat pada hakikat manusia, maka pandangan kemanusiaan Pancasila adalah paham kemanusiaan religius. Religius menunjukan kecendrungan dasar dan potensi itu. Pancasila mengakui Tuhan sebagai pencipta serta sumber keberadaan dan menghargai religius dalam masyarakat sebagai yang bermakna. Kebebasan agama adalah satu hak yang paling asasi diantara hak-hak asasi manusia, karena kebebasan agama itu langsung bersumber kepada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak kebebasan agama bukan pemberian negara atau pemberian perorangan atau golongan.
  • 246. Poin yang Harus Dilakukan Oleh Pendidik Dalam Melaksanakan Nilai-nilai Pancasila. 1. Harus memahami nilai-nilai Pancasila tersebut. 2. Menjadikan Pancasila sebagai aturan hukum dalam kehidupan. 3. Memberikan contoh pelaksanaan nilai-nilai pendidikan kepada peserta didik dengan baik.
  • 247. FILSAFAT ILMU DAN METODOLOGI PENELITIAN Social Studies Subject for Elementary: BAB X
  • 248. Windiana Wahyu Ekaputri Suwondo 1222200112 Wandira Regita Putri Cahyani 1222200117 Suci Nurlayli Alimatu Sholiqah 1222200121 KELOMPOK 3
  • 249. FILSAFAT ILMU DAN METODOLOGI PENELITIAN Pengertian Ilmu dan Pengetahuan 01 Sifat-sifat dan Asumsi Dasar Ilmu Metode Penelitian 03 Anatomi / Komponen Ilmu
  • 250. “Pengetahuan (knowledge) adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai sebab-akibat (kausalitas) yang hakiki dan universal.” Pengertian Ilmu dan Pengetahuan
  • 251. “Ilmu (science) adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan hubungan sebab-akibat (kausalitas) yang hakiki dan universa, dari suatu obyek menurut metode-metode tertentu yang merupakan satu kesatuan sistematis” Pengertian Ilmu dan Pengetahuan
  • 252. Dari kedua pengertian itu jelas bahwa pengetahuan bukan hanya ilmu, tetapi pengetahuan merupakan bahan bagi ilmu.Pengetahuan atau “knowledge” merupakan sesuatu yang dikejar manusia untuk memenuhi keingintahuannya (curiosity). Maka lahirlah “folk- wisdom” (kearifan rakyat) antara lain dituangkan dalam bentuk pepatah petitih, peribahasa, perumpamaan dan sebagainya. Pengertian Ilmu dan Pengetahuan
  • 254. Sebagai asumsi dasar dari ilmu sehubungan dengan ketiga sifatnya itu pertama, adalah bahwa dunia itu ada (manipulable), sebagai asumsi kedua adalah percaya kepada kemampuan indera manusia yang menangkap fenomena fenomena itu. Asumsi dasar ketiga, adalah bahwa fenomena-fenomena yang terjadi didunia “manipulable” itu berhubungan satu sama lain. Lebih lanjut diterangkan, sehubungan dengan asumsi dasar ketiga itu, bahwa ilmu merupakan “believe system”, artinya ilmu itu kebenarannya didasarkan kepada keyakinan atau kepercayaan, meskipun kebenarannya bersifat relatif. Sifat-sifat dan Asumsi Dasar Ilmu
  • 255. Selain itu dikatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang sistematis, atau ilmu itu merupakan sistem. Dengan demikian jelas bahwa ilmu mempunyai unsur-unsur sistemtika yang berupa tindakan-tindakan fungsional, seperti merumuskan masalah, mengamati dan mendeskripsi, menjelaskan atau menerangkan dan meramalkan serta mengontrol gejalagejala yang terjadi di alam semesta ini. Sedangkan unsur-unsur yang membangun ilmu, merupakan komponen dari anatomi ilmu. Sifat-sifat dan Asumsi Dasar Ilmu
  • 256. Anatomi atau komponen ilmu dibangun dari realita alam semesta. Dikatakan bahwa komponen-komponen itu merupakan aspek dinamis dari perwujudan ilmu yang bersifat abstrak tetapi (berlaku umum). Komponen-komponen itu seolah-olah perkembangan dari alam konkrit (realita) sampai pada alam abstrak (ilmu). Komponen yang menjembataninya itu adalah : fenomena, konsep, dan atau variabel, proposisi, fakta dan teori. Anatomi / Komponen Ilmu
  • 257. https://slidesgo.com/ Fenomena Adalah istilah atau simbol yang mengandungpengertian singkat dari fenomena, atau abstraksi darifenomena. Konsep Adalah variasi sifat, jumlah atau besaran yang mempunyai nilai katagorial (bertingkat) baik kualitatif maupun kuantitatif, sebagai hasil penelaahan mendasar dari konsep.
  • 258. https://slidesgo.com/ Fakta Adalah jalinan fakta menurut kerangka bermakna (meaningfull construct) kegiatan bagi kepentingan umum diabstraksikan kepada konsep partisipasi, proses penemuan cara-cara baru dalam pembangunana, diabstraksikan dalam konsep “motivasi” dan sebagainya).
  • 259. Para peneliti memilih berjenis-jenis metode dalam melaksanakan penelitiannya. Sudah terang, metode yang dipilih berhubungan erat dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus sesuai dengan metode penelitian yang dipilih. Prosedur serta alat yang digunakan dalam penelitin harus cocok dengan metode penelitian yang digunakan. Metode Penelitian
  • 260. Sebelum melaksanakan penelitian seseorang peneliti perlu menjawab tiga buah pertanyaan pokok sebagai berikut : Metode Penelitian ● Urutan kerja apakah yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian ? ● Alat-alat apa yang digunakan dalam mengukur ataupun dalam mengumpulkan data ? ● Bagaimana melaksanakan penelitian tersebut?
  • 261. Prosedur memberikan kepada peneliti urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian. Teknik penelitian mengatakan alat-alat pengukur apa yang diperlukan dalam melaksankan suatu penelitian. Sedangkan metode penelitian memandu si peneliti tentang urutanurutan bagimana penelitian dilakukan. Metode Penelitian
  • 262. Jika suatu penelitian dilakukan dengan menggunakan kuisioner sebagai alat dalam mengumpulkan data, maka yang dibicarakan adalah teknik penelitian. Jika seseorang berbicara tentang cara seorang peneliti melakukan percobaan lapangan, dia membagi kepada empat plot di lapangan untuk keperluan penelitian, maka yang dibicarakan disini adalah prosedur penelitian. Metode Penelitian